4 minute read

MIMBAR BEBAS

Impor Beras Lagi, Bagaimana Nasib Petani?

RENCANA impor beras kembali akan dilakukan oleh pemerintah. Menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, hal ini dilakukan sebagai antisipasi atas dampak cuaca panas ekstrem atau El Nino (15/6).

Kebijakan impor beras, dalam jangka pendek memang bisa menambah jumlah stok beras dalam negeri. Namun hal ini jelas bisa merugikan petani. Apalagi saat ini beberapa wilayah sedang terjadi panen raya. Hal ini jelas akan berimbas pada turunnya harga gabah, sehingga petani akan menanggung kerugian.

Seharusnya kebijakan ini diambil dengan pertimbangan dan memperhatikan nasib petani. Karena rencana kebijakan impor ini bisa berakibat mematikan minat petani untuk tetap menanam padi. Sekaligus mematikan minat generasi muda untuk menjadi petani.

Ketika impor beras, petani padi yang akan rugi, karena pendapatan bisa turun. Hal ini juga tidak serta merta memberi solusi atas persoalan ketersediaan beras nasional. Karena pada kenyataannya, bagi masyarakat kebanyakan, meskipun impor beras sering dilakukan dari tahun ke tahun, harga beras tetap saja menga-

Euforia Wisuda

TK-SMA

KEHEBOHAN momen wisuda TK hingga SMA tengah menimbulkan kegaduhan publik. Begitu banyak komentar netizen yang memenuhi laman media sosial Kemendikbudristek, Nadiem Makarim. Salah satunya, ada orang tua yang mengeluhkan ceremony pelepasan siswa tersebut. lami kenaikan. Padahal jika alasannya adalah karena El Nino, maka harusnya ini bisa diantisipasi dari tahun yang lalu. Karena El Nino adalah fenomena alam yang bisa diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu sejak awal, seharusnya pemerintah sudah bisa melakukan usaha untuk meningkatkan stok beras dalam negeri secara mandiri, bukan malah impor.

Kebijakan impor sejatinya hanya akan menguntungkan segelintir pihak yang menjadi bagian dari rantai impor tersebut. Alasannya impor beras dibuka lebar agar stok beras cukup dan harga beras turun, padahal kenyataannya sampai saat ini harga beras juga tak kunjung turun.

Oleh karena itu, agar tidak terjadi impor beras terus menerus, perlu adanya perwujudan swasembada pangan. Untuk itu pemerintah bisa melakukan beberapa langkah untuk mewujudkannya. Di antaranya dengan meningkatkan intensifikasi pertanian, misalnya pengadaan alat pertanian berteknologi canggih dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Mengadakan penelitian agar bisa menghasilkan bibit unggul. Selain itu untuk meningkatkan hasil dan kualitas pertaniannya, petani juga perlu subsidi pupuk, benih dan lain sebagainya. Selain itu pemerintah juga harus memastikan mekanisme pasar bisa berjalan dengan baik. Distribusi pangan berjalan lancar, tanpa ada monopoli, pe nim bunan, dan penipuan dari pihak tertentu. Oleh karena itu perlu sebuah sistem yang komprehensif yang bisa men jamin ketersediaan bahan pangan untuk rakyat keseluruhan, tanpa merugikan siapa saja.

Isty Da’iyah Surabaya

Bhakti Pratiwi (0251) 8626868

Sakit Dr H Marzoeki Mahdi (0251) 8324024

Rumah Sakit Islam Bogor (0251) 8316822

Rumah Sakit Daerah (Rsud) Cibinong 021-875348, 8753360

Rumah Sakit Lanud Atang Sandjaja (0251) 7535976

RS Annisa Citeureup (021)8756780, Fax. (021)8752628

RS Harapan Sehati Cibinong (021)87972380, 081296019016

Rumah Sakit Salak (0251) 8344609/834-5222

RSUD Ciawi (0251) 8240797

Klinik Utama Geriatri Wijayakusuma (0251) 7568397

Rumah Sakit Bina Husada (021) 875-8441

Rumah Sakit ibu dan anak Nuraida(0251) 8368107, (0251) 368866

Yayasan Bina Husada Cibinong (021) 875-8440

Rumah Sakit Bersalin Assalam Cibinong (021) 875-3724

Rumah Sakit Bersalin Tunas Jaya Cibinong (021) 875-2396

Rumah sakit Bina Husada Cibinong (021) 8790-3000 Rumah sakit Ibu dan Anak Trimitra Cibinong (021) 8756-3055

Bersalin & Klinik Insani Cibinong (021) 875-7567 RS Sentosa Bogor, Kemang (0251)-7541900

Ibu dan Anak Juliana, Bogor (0251) 8339593, Fax.

Lagi-Lagi Import Beras

PEMERINTAH berencana akan melakukan import beras dari India sebanyak satu juta ton. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan import dilakukan untuk mengantisipasi dampak el nino di Indonesia.

Selama ini import selalu merugikan petani. Import akan mengakibatkan harga gabah di tingkat petani jatuh. Padahal petani sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk produksi misal membeli benih, pupuk, obat hama maupun biaya yang lain. Akhirnya petani hanya bisa gigit jari karena selalu merugi.

Kondisi ini dalam jangka panjang akan berdampak besar pada ketahanan pangan nasional. Mengapa? Banyak petani yang putus asa dan tidak mau menanam lagi. Lambat laun profesi petani akan menghilang karena tidak ada anak muda yang mau bertani.

Oleh karena itu pemerintah harus berusaha untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dengan mengoptimalkan pertanian dalam negeri. Pemerintah harus memihak kepada petani dengan memberikan berbagai kemudahan dan bantuan. Hentikan import beras karena hanya akan menyebabkan ketergantungan terhadap negara lain.

Wahyu Utami arinaatina1204@gmail.com

Rata-rata mereka mengeluhkan mahalnya biaya perpisahan, mulai dari sewa gedung, sewa jas, make up, biaya buket, dan perlengkapan kelulusan lainnya. Sementara, biaya jenjang pendidikan berikutnya pun harus tetap dipikirkan dan menjadi tanggung jawab penuh orang tua. Para orang tua berharap moment wisuda hanya ditetapkan sebagai acara pelepasan kelulusan sarjana. Bukan untuk derajat TK hingga SMA.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan

Kota Bogor, Sujatmiko, akan menerbitkan surat keputusan tentang aturan wisuda di sekolah-sekolah agar tidak menonjolkan konsep kemewahan. Sujatmiko pun menungkapkan, rasanya kurang pas saat momen wisuda dilakukan di jenjang TK hingga SMA.

Wisuda memang selalu identik dengan selebrasi atau perayaan kelulusan. Dan kini, hampir semua sekolah mengusung konsep tersebut, terutama sekolahsekolah di kota besar. Konsep ini berbeda dengan konsep lama, yaitu kelulusan hanya diumumkan biasa saja di lingkungan sekolah masing-masing.

Euforia wisuda TK - SMA menjadi kegalauan tersendiri bagi para orang tua siswa. Di tengah gempuran ekonomi yang begitu sulit, biaya pendidikan yang melangit, masih ada lagi beban biaya kelulusan yang bikin sengit.

Tentu saja hal ini memberatkan orang tua siswa dan tenaga pengajar. Trend wisuda pada jenjang TK-SMA, menjadi gambaran betapa buruknya sistem pendidikan sekulerisme yang hedonis. Inilah bumti gagalnya hasil sistem pendidikan. Generasi saat ini justru lebih menonjolkan sifat hedonis.

Dan mengabaikan kualitas pendidikan.

Masalahnya, sistem pendidikan yang saat ini diterapkan, menetapkan bahwa agama bukanlah landasan pemikiran dan perbuatan. Karenanya, setiap kebijakan yang ditetapkan jauh dari aturan agama.

Wisuda yang kini menjadi kehebohan, sering sekali mengusung konsep kemewahan dan hedonisme. Mengikuti gaya kebarat-baratan. Tanpa memikirkan tujuan utama diselenggarakannya seremoni tersebut.

Malahan, banyak pendapat menyatakan bahwa wisuda ini identik dengan “buang-buang uang” alias mubadzir. Tentu saja, konsep ini bukan konsep pendidikan yang efektif dan berkualitas. Yang terjadi malah sebaliknya. Generasi makin permisif dengan budaya barat yang glamour dan berlebihan.

Selayaknya negara memberikan kebijakan yang benar-benar memberi solusi. Bukan kebijakan yang menyulitkan masyarakat.

Sebetulnya akar semua permasalahan ini ada pada konsep sistem pendidikan yang sekuler. Sehingga tujuan pendidikan pun menjadi bias, melenceng dari tujuan pendidikan yang sebenarnya.

Yaitu menciptakan generasi cerdas, baik secara keilmuan maupun keimanan. Untuk tujuan ini, kehidupan membutuhkan sistem yang layak dijadikan pijakan. Yakni sistem yang mengintegrasikan aturan agama dalam menjalankan proses kehidupan. Hanya sistem inilah satu-satunya harapan yang mampu mewujudkan pendidikan yang mencerdaskan generasi.

Yuke Octavianty

This article is from: