2 minute read

Pendidik Kini Bisa Akses Rapor Pendidikan

JAKARTA– Platform Rapor Pendidikan terus disempurnakan. Pada versi terbaru, yakni 2.0, akses platform Rapor Pendidikan diperluas ke pendidik.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengungkapkan, perluasan tersebut memungkinkan gotong royong antara kepala satuan pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, dan operator dalam merencanakan pembenahan. Dengan begitu, pembenahan tidak hanya ada di tangan kepala satuan pendidikan, tapi tanggung jawab seluruh warga satuan pendidikan.

Rapor Pendidikan itu berisi hasil asesmen nasional (AN) yang dilakukan Kemendikbudristek. Ada sejumlah aspek yang diukur. Yakni, kualitas hasil belajar literasi, numerasi, karakter, serta kualitas lingkungan belajar di seluruh satuan pendidikan di Indonesia.

Melalui platform Rapor Pendidikan, hasil AN disampaikan sebagai umpan balik dan dasar melakukan perencanaan ber- basis data untuk satuan pendidikan dalam proses pembenahan dan peningkatan kualitas belajar.

”Kini kepala satuan pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, dan operator sekolah dapat mengambil peran dalam memahami kondisi satuan pendidikan masing-masing dan menentukan prioritas pembenahan bersama,” ungkapnya dalam perilisan Rapor Pendidikan versi 2.0 secara daring kemarin (10/5).

Lebih lanjut, Nadiem menyampaikan, sejak dirilis pada 2022, platform Rapor Pendidikan telah membantu lebih dari 284 ribu satuan pendidikan melakukan refleksi dan pembenahan dengan perencanaan berbasis data yang ada di platform. Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek

Anindito Aditomo menambahkan, platform Rapor Pendidikan versi 2.0 yang baru dirilis dapat dimanfaatkan seluruh satuan pendidikan. Mulai PAUD, pendidikan dasar, menengah, SLB, hingga vokasi. (ran)

BOGOR–Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghapus syarat baca, tulis, dan hitung (calistung) bagi anak PAUD untuk lanjut ke jenjang SD. Mendikbudristek, Nadiem Makarim, menilai syarat calistung untuk masuk SD tidak tepat. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dyah Worowirastri Ekowati, menilai penghapusan tes calistung pada calon siswa SD merupakan hal baik. Mengingat, hakikat sekolah adalah tempat bermain atau yang berasal dari bahasa Yunani, “skhole” dengan arti waktu sengggang untuk bersenangsenang. “Jika tes calistung dijadikan salah satu seleksi masuk sekolah dasar, tentu akan memberikan batasan pada calon siswa untuk mahir dan pintar dalam bidangnya. Ini juga berpotensi membebani anak yang sebenarnya memiliki potensi dan keahlian di bidang lain. Selain itu, dapat menggeser fitrah anak di usia PAUD dan TK yang seharusnya datang ke sekolah untuk bermain dan bernenang-senang,” ujar Dyah, Kamis (11/5) melansir Medcom.

Dyah menjelaskan pemberian materi calistung tidak perlu masuk kurikulum wajib, melainkan cukup di tataran aktivitas alamiyah. Calistung juga bukan sebuah tuntutan formal dan menjadi syarat naik atau tidak naik kelas.

Namun, meninggalkan calistung juga bukan sesuatu yang tepat. Sebab, dapat menjadi berbahaya dan mengancam masa depan anak bila mereka sama sekali tidak dikenalkan calistung. Dyah mengatakan perlu metode khusus yang diberikan ke anak usia dini. Metode yang tidak menimbulkan tuntutan besar bagi anak.

“Adanya tes saat awal masuk sekolah itu bertujuan untuk mengenal potensi dan kemampuan anak. Sehingga nantinya proses dan metode belajar yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang anak senangi dan minati,” tutur dia.

Dyah menyampaikan pendidikan karakter akan jauh lebih penting dan bermakna, bagi anak usia dini dibandingkan dengan pendidikan kognitif. Budi pekerti dan akhlak yang baik akan menjadi kebiasaan bagus jika dilakukan sejak kecil.

Misalnya, latihan tertib mengantre, meminta maaf ketika salah, mengucapkan terima kasih saat mendapatkan bantuan dari orang lain, dan lainnya.

“Yang penting, jangan biarkan beban mendidik anak itu hanya pada lembaga formal sekolah saja. Perlu adanya penyeimbang dan dukungan dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat,” ungkapnya.

Dyah mengatakan segala strategi dan sistem yang direncanakan pemerintah adalah untuk kemajuan bangsa di bidang pendidikan. Hal ini akan sia-sia jika tidak dilakukan masif dan berbarengan oleh seluruh elemen. (*/ran)

This article is from: