
1 minute read
Gambar 3.23. Peta Koefisien Dasar Bangunan
Gambar 3.23. Peta Koefisien Dasar Bangunan
Sumber : Analisis Penulis
Advertisement
KDB di Kota Cawas dihitung berdasarkan blok dengan ukuran yang beragam antara 100-400 m2 . Rata-rata bangunan pada Kota Cawas memiliki KDB 70% - 80%, dengan kepadatan tertinggi di pusat kota yaitu Desa Cawas, Bawak, dan Barepan sebesar 80% - 100%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka KDB, menandakan bahwa semakin maju / padat kota pada kawasan tersebut. Dengan angka KDB dan kepadatan yang tinggi, maka daerah resapan air akan menjadi semakin sedikit. Hal ini dapat memicu penggenangan air yang dapat menyebabkan banjir.
Pusat Kota Cawas cenderung memiliki kepadatan yang tinggi (Desa Cawas, Bawak, dan Barepan) karena disana terdapat beberapa instansi pemerintah yang berdekatan (Kantor Kecamatan Cawas, Kantor Desa Cawas, dan Kantor Desa Barepan) dan pusat perdagangan Kota Cawas yaitu Pasar Masaran. Hal ini yang menyebabkan kawasan Barat Daya menjadi kawasan terpadat dan kurang memiliki daya penyerapan air yang baik, karena daerah resapan air sudah tertutup oleh bangunan-bangunan yang sangat padat dengan jenis kegiatan yang beragam.
Pada Kota Cawas bagian Utara dan Timur didominasi oleh bangunan dengan fungsi yang homogen, seperti permukiman dan lahan pertanian dengan nilai KDB paling rendah yaitu 60-80%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin dekat dengan pusat kegiatan kota KDB-nya akan semakin tinggi karena beragamnya jenis aktivitas dan fasilitas yang disediakan sehingga menarik para penduduk untuk tinggal disana. Demikian sebaliknya semakin jauh dari pusat kota, maka nilai KDB akan semakin kecil karena berkurangnya variasi aktivitas masyarakat.
3.4.2.2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan merupakan perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan dengan luas lahan yang dapat dibangun. KLB melibatkan seluruh lantai bangunan yang terbangun dalam suatu perpetakan tanah (persil lahan) termasuk lantai dasar bangunan itu sendiri dan umumnya penulisan nilai KLB dalam bentuk desimal.
Analisis dan perhitungan KLB yang kami lakukan ditentukan dari perkalian antara KDB dengan jumlah lantai dari setiap bangunan. Perhitungan KLB digunakan untuk mengetahui terkait hak setiap bangunan untuk mendapatkan sinar matahari, untuk menjamin kesehatan manusia yang menggunakannya. Jika bangunan memiliki tinggi yang serasi maka bangunan di sekitarnya akan menerima sinar matahari yang sama. Jika KLB tidak diatur dalam membangun kota, maka pemilik akan membangun bangunannya setinggi mungkin sehingga selain melanggar ketentuan tinggi maksimal bangunan, hal ini dapat menyebabkan lingkungan yang ada di belakangnya atau di sekitarnya tertutup bayangan dan membuat lingkungan yang lembab (tidak sehat).