Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Salam Pers!!
Alhamdulillahirrobbilalamin, kami segenap keluarga besar UKM Pers Sukma mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Berkat karunia-Nya, kami dapat menerbitkan Buletin Edisi ke-102. Di tiap buletinnya, kami selalu menghadirkan informasi terkini kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi Politeknik Negeri Lampung. Hal tersebut dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi kode etik jurnalistik.
Kami juga memohon maaf, apabila dalam penerbitan buletin kali ini terdapat kesala han. Tak lupa, rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penerbitan ini. Besar harapan kami agar pembaca setia dapat memberikan saran dan masukan sebagai bentuk mendukung kemajuan hasil buletin dari UKM Pers Sukma selanjutnya.
Politeknik Negeri Lampung
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh 17 Desember 2022, 16.35 WIB Pemimpin Redaksi: Triyono
PEMIMPIN USAHA Diah Ayu Lestari
KAPUSLITBANG M. Khadafi Sekretaris Kapuslitbang : Linda Wati Kesekretariatan : Riska Ayu Wulandari Auditor : Risya Syafitrah Staf : Siti Marwiyah Humas dan Publikasi : Farhan Herly Pratama Staf : Arif Prayoga Wiraditama, Asya Desta Farisa, M. Gilang Rizki Pasya Mahasiswa Bimbingan Sukma:
Pandu Asmoro, Ahmad Addinulhaq, Ainul Yaqin Hidayatul Wahid, Amirul Hadi
Pratama, Andini
Novita Sari, Annisa Nurhaliza, Ardilla Karisma, Arianti Cipta Setiani, Azizul Latif, Dinda Kurnia Putri, Dyanita Navisa Cahyani, Freeza Dhea Ayu, Galih Ahmad Fadilah, Galih Alfa Rizki, I Putu Aditya Pramana, Ilham Mubaraq, Januari Nur Rahman, Jarwati Muliya Ningsih, Juwita Casandra Hutagalung, Kalina Tantri, Kd Asti Ananta Damayanti, Lucky Purwa Ananta, Mafruhatul Unaefah, Muhammad Salman, Nabila Agustina, Puput Sugandari, Rahmanika Fauzia Ayassi, Rani Octavia Br Purba, Revany Putria Hevi, Riana Nida Sandiva, Runi Widiasih, Sindi Novita Sari, Suryo Abi Prasetio, Taufik Ismail, Thalita Nabhila, Tiara Octavia Pardede, Vellisa Zahra Obitusha, Wahyu Attur Muzi, Yesha Aprilia Al-Mukarimah, Yosi Andreas Pritama, Yulia Citra Febriyanti
Anggraini,
PELINDUNG Direktur Politeknik Negeri Lampung PENASEHAT Wakil Direktur III Politeknik Negeri Lampung PEMBINA Ali Murtopo PEMIMPIN UMUM Wayan Adi Rama Sekretaris Umum : Annisa Yogi Febyanti Bendahara Umum : Prasastia Romanda PEMIMPIN REDAKSI Triyono Wakil Pemimpin Redaksi : Rima Oktaviyana Sekretaris Redaksi : Mutiara Salsabila Editor :
Agnes Monika Sinurat Staf : Aura Adzra
Aryati
Yusriyana
Staf
Novrianni
Salsabil, Shindy
Layout : Melani Safira Staf : Andri Febriyadi Putra Liputan : Alfina Fadilah
Non Liputan : Hanysa Firdiandita
: Alif Zhofirul Umam, Bethari Leonita Imanen Media Daring : Jevi Adriansyah Staf : Alfito Ramanda Bakti Koor. Editor Video & Dokumentasi : Abdurrahman Irfan Staf : Danang Aryo Aditama Susilo, Sofyan Nur Zailani
Ageng
Tri
Olifia
Anggi
Desain: Melani Safira dan Andri Febriyadi
Grasah-Grusuh Prodi Baru
Reporter: M. Khadafi Shindy Aryati
Sukma_Polinela; Seolah tak puas dengan Program Studi (Prodi) D4 Pengolahan Kopi dan D4 Pengelolaan Perhotelan, kini Politeknik Negeri Lampung (Polinela) merambat ke jalur cepat (Fast Track) D2. Sebuah mekanisme baru yang diluncurkan Direktorat Jenderal (Dirjen) Vokasi dengan menerapkan jalur Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), di mana jalur tersebut menciptakan mahasiswa dengan lulusan D2 atau Ahli Muda. Adapun prodi fast track yang baru diluncurkan, yaitu Prodi D2 Administrasi Perpajakan, D2 Pengolahan Patiseri, dan D2 Teknik Produksi Tanaman Organik. Jalur ini menggunakan skema pembelajaran selama 1,5 tahun dan masa studi tiga semester, di mana 1 semester belajar materi di kampus, kemudian 2 semester akan magang di Industri.
Adapun syarat umum yang harus dimiliki dari jalur cepat ini, yaitu triple helix, yaitu yang pertama, penyiapan sumber dayanya yang disiapkan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ingin mendaftarkan muridnya. Kedua, ada pembelajaran di kampus, dan yang terakhir ada magang dari industri terkait. “Dari syarat triple helix dan sistem RPL ini, maka tidak sembarangan peserta didik dari SMK bisa menjajaki prodi ini,
karena meninjau dari sistem di awal yaitu RPL yang mengharuskan jurusan di SMK tersebut sesuai dengan Prodi D2 yang akan diambil. Minimal memiliki kompetensi yang sesuai semasa di SMK, guna penilaian untuk menunjang sistem RPL yang kemudian dikonversikan dalam sistem tersebut,” ujar Muhayin, Kepala Program Studi (Kaprodi) D2 Administrasi Perpajakan.
Zukry Andry, Kaprodi D2 Pengolahan Patiseri menjelaskan, bahwa terdapat kesulitan dalam mendapatkan mahasiswa. “Karena menurut saya pribadi, sudah banyak mahasiswa mengkuti jalur-jalur penerimaan calon mahasiswa lain seperti jalur Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) dan lainlain, jadi sulit untuk mendapatkan mahasiswa karena sudah sangat mepet yang dimana penerimaaan mahasiswa baru 3 bulan lagi,” jelasnya.
Kaprodi D2 Teknik Produksi Tanaman Organik, Hidayat juga mengeluhkan hal yang sama, yaitu kesulitan untuk mendapatkan mahasiswa. “Kendala seperti untuk mengenalkan ke masyarakat, terkhusus kepada peserta-peserta didik yang ada di SMK, karena ini masih prodi baru jadi masih adanya kesulitan. Namun, nantinya akan diadakan sosialisasi secara konvensional dengan mendatan-
gi SMK-SMK yang sudah bekerja sama, serta melalui podcast dan sosial media, seperti Instagram dan Facebook yang rencananya akan dijadwalkan bulan Juni-Agustus mendatang,” tutur Hidayat.
Dengan diluncurkannya prodi baru tersebut menjadi sebuah kemajuan dan tantangan bagi kampus untuk menampung mahasiswa, pasalnya banyaknya mahasiswa yang mengeluh akan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan kampus. “Itu sudah sering kali kami, khususnya mahasiswa kritisi. Kampus memang berkembang sekaligus mengecewakan. Sekarang, di mata pihak kampus mahasiswa-mahasiswa itu seolah seperti barang dagangan yang nantinya laku atau tidaknya itu tergantung peranan pasar ke depannya. Seharusnya, Polinela tidak hanya melihat dari aspek peluang pasar dengan banyaknya prodi yang terealisasikan, tetapi juga memikirkan banyaknya nasib mahasiswa yang nanti akan menghadapi dunia kerja,” tutur Presiden Mahasiswa (Presma) Polinela, Adil Dharma Wibowo.
Ia juga menambahkan, bahwa fasilitas kampus itu memang pada kenyataannya sangatlah memprihatinkan. “Dari tahun ke tahun banyak mahasiswa yang selalu protes dengan keluhan yang sama, yaitu perihal fasilitas kampus, ditambah dengan Polinela menambah prodi-prodi baru ini membuat para mahasiswa kebingungan sekaligus khawatir dengan keadaan kampus ke depannya,” tambahnya.
Banyaknya mahasiswa yang mengeluh terkait fasilitas kampus yang kurang karena fasilitas tidak diganti secara berkala. Aspirasi ini terus berulang seakan-akan pihak kampus hanya mendengar, tidak melakukan sebuah tindakan. Adapun keluhan dari Mahasiswa Prodi D3 Produksi Tanaman Pangan (PTP), Miftahul Lutfi angkatan 2019, ia mengatakan bahwa fasilitas di prodinya sudah sangat sedikit. “Fasilitas di Prodi PTP itu sudah sangat sedikit. Banyak mahasiswa yang harus bergantian dan menunggu lama hanya untuk bergantian menggunakan alat-alat untuk praktikum, ditambah sema-
kin banyaknya mahasiswa akan membuat efektivitas pembelajaran di kampus itu akan terhambat,” ujarnya.
Menurut Diana Febrianti, Mahasiswa Prodi Teknologi Pangan angkatan 2019 terkait fasilitas kampus sudah cukup, namun masih ada yang kurang. ”Saya merasa sudah cukup, namun ada beberapa fasilitas yang kurang, termasuk di Jurusan Teknologi Pertanian Ruang Sidang 2. Di ruangan tersebut, untuk meja dan penerangan seperti lampu itu kurang. Sehingga, waktu saat hujan otomatis cuaca gelap dan di ruangan tersebut tidak ada penerangan sama sekali. Fasilitas meja pun sudah banyak yang rapuh, banyak yang sudah usul namun belum terealisasi sama sekali. Satu lagi yang kurang memadai, yaitu alat untuk uji proksimat di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian (THP) yang sudah berumur puluhan tahun, namun masih saja digunakan dengan berbagai cara agar dapat dioperasikan,” tuturnya.
Berbeda dengan sebelumnya, Alycia Damayanti, Mahasiswa D4 Akuntasi Bisnis Digital, mengatakan bahwas fasilitas yang ada pada prodinya itu sudah lebih dari cukup. “Fasilitas itu sudah lebih dari cukup seperti ruangan laboratorium, komputer, dan mouse. Sepertinya saya juga sudah banyak melihat komputer baru, jadi saya yakin bahwasanya pihak kampus memikirkan dengan matangmatang terkait sarana dan prasarana. Tapi tidak dapat dipungkiri, kita harus melihat seminggu atau dua minggu setelahnya, apakah ada masalah atau bahkan adanya kekurangan dari sarana dan prasarana tersebut,” ujarnya.
M. Muhayin A. Sidik menuturkan harapannya untuk jalur cepat D2 ini terus berjalan. “Baik dari Administrasi Perpajakan maupun 2 Prodi yang ada di jalur cepat D2 ini harapannya terus berjalan, dimulai mungkin dari mendapatkan mahasiswa yang berkompeten dibidangnya, sampai mendapatkan lulusan yang memiliki cakupan luas dalam bidangnya masing-masing, yang Insha Allah terpakai di Industri,” tuturnya. (*Aura)
Penyerahan: Acara launching penyerahan SK prodi baru, Jumat (27/05/2022). Foto: Dok. Humas Polinela
Terkendala Alat Praktik, Praktikum Jadi Kurang Efektif
Reporter: Novrianni Sinurat
Rima Oktaviyana
Sukma_Polinela; Politeknik Negeri Lampung (Polinela) yang merupakan Kampus Vokasi, di mana 70% praktik dan 30% teori. Dengan presentase praktik yang lebih banyak, tentunya membutuhkan alat praktikum yang cukup dan memadai guna menunjang perkuliahan agar efisien. Namun, di sisi lain banyak Mahasiswa Polinela yang mengeluh akan kurangnya alat praktikum. Salah satunya, mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Budidaya Perikanan yang namanya tak ingin disebutkan. “Ada beberapa alat praktikum yang sudah termakan waktu, dan di laboratorium bawah Perikanan terdapat beberapa mikroskop yang sudah rusak. Padahal, sekarang banyak mahasiswa baru yang memerlukan peralatan yang lebih, dengan kondisi yang bagus agar lebih nyaman lagi,” ungkapnya.
Meskipun terdapat beberapa alat praktikum yang kurang memadai, Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Jurusan Peternakan mengatakan, bahwa alat praktikum di Jurusan Peternakan sudah cukup up to date dan canggih. “Kalau ditanya alatnya canggih gak atau nggak, ya sudah cukup canggih dan up to date mengikut perkembangan zaman. Namun, Untuk jumlah alatnya yang masih kurang. Idealnya satu anak megang satu alat, namun karena alatnya sedikit maka satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang hanya bisa megang
satu alat,” tutur Citra Mulia. Beliau juga menambahkan, untuk penggunaan alat praktikum di Prodi Perikanan pernah antri untuk menggunakan peralatan praktikum. ”Kalau di Perikanan pernah juga setunggu-tungguan untuk peralatan praktikumnya. Ya faktornya kembali lagi karena jumlah alat praktikum yang kurang,” ujarnya.
Di sisi lain, Prodi Hortikultura juga mengalami hal yang sama, di mana alat praktikum pada prodi tersebut ada yang belum tersedia dan penggunaannya harus antri. “Waktu itu saya mempunyai satu kasus. Ada alat yang namanya dodos itu yang memang digunakan untuk praktikum, namun alat itu tidak tersedia dan masih bisa digantikan dengan linggis yang fungsinya masih sama. Jadi praktikum masih tetap bisa terlaksanakan. Selain itu, pernah beberapa kali ketersediaan cangkul yang patah itu bisa dihitung jari kalo terjadi juga kita laporkan ke gudang dan langsung di ganti yang baru dan diperbaiki,” tutur ucap Iqbal, PLP Hortikultura.
“Pernah ada kejadian waktu itu rol meter kita mau menanam. Awal-awal praktikum itu semua ingin mengelola lahan, dan ternyata alatnya itu tidak tersedia. Namun kadang-kadang kalau dari kita PLP, kita juga pernah salah ketika usulan kita dadakan. Jadi pihak gudang mengeluhkan seharusnya bisa berbicara terus nantinya bisa
dibagikan alatnya. Contohnya tidak semua harus satu kelompok dapet 1 rol meter tiap anak, tapi kan bisa satu kelompok 1 rol meter bisa gantian. Nah kalo pengaturannya kita pas semua ya dapat terbagi rata,” sambung Iqbal.
Tidak hanya di prodi tersebut, Prodi Mekanisasi Pertanian (MP) juga menngalami hal yang sama. “Kebetulan mahasiswa di angkatan 2020 itu banyak, jadi kalau semisal ingin menggunakan gerinda atau alat las itu harus ganti-gantian. Jadi alatnya masih ada yang kurang,” ujar Widianto, Mahasiswa Prodi MP.
Berbeda dengan ketersediaan alat praktikum Prodi Perikanan dan Hortikultura, Prodi D4 Akuntansi Bisnis Digital justru memiliki alat praktikum yang sudah lumayan lengkap. Namun, sangat disayangkan beberapa komputer alat praktikum seperti komputer yang berada di Laboratorium Komputer Akuntansi (LKA) masih banyak yang belum di update. “Sebenarnya sudah lumayan cukup, namun masih terdapat beberapa komputer di LKA yang tidak bisa digunakan oleh mahasiswa. Contohnya sering sekali terjadi hang terhadap komputer. Keyboard dan mouse-nya juga sering nge-lag gitu. Selain itu, Wi-Fi di LKA juga sering susah connect buat beberapa komputer, sehingga itu menjadi kendala saat kami praktikum di laboratorium. Karena di LKA juga
udah ada beberapa unit komputer yang baru, di kelas saya sering rebut-rebutan untuk menggunakan komputer tersebut,” ujar salah satu Mahasiswa Prodi Akuntansi Bisnis Digital yang namanya tak ingin disebutkan.
Beliau berharap agar ke depannya dilakukan peningkatan dan perhatian terhadap isi laboratorium tersebut. “Harapannya, yaitu semoga ke depannya alat-alat praktikum yang ada di LKA maupun di Laboratorium Manual Akuntansi (LMA) lebih diperhatikan dan kalau bisa diadakan peningkatan ke depannya,” tambahnya.
Rahmad Mahkomul, Mahasiswa Prodi Teknologi Pembenihan berharap dan menyarankan agar mahasiswa turut andil dalam menjaga fasilitas yang dipakai selama praktikum. “Sebaiknya kita sebagai mahasiswa harus menumbuhkan kesadaran serta turut andil dalam menjaga dan merawat alat praktikum di kampus kita, agar ke depannya tetap bisa dipergunakan untuk pembelajaran kita maupun adik tingkat. Dan harapannya, kalau pengaturannya lebih bagus dan terjadwal, agar pemakaian alat praktikum bisa digunakan secara bergantian walaupun sebenarnya pengaturannya juga tidak mudah. Makanya kita harus mencermati, kadang juga kalau ada praktik bertumburan, kita harus sana sini jadi harus meninggalkan salah satunya,” harapnya.(*Shindy)
Suasana: Mahasiswa Prodi MP yang sedang praktikum, Jumat (11/11/2022). Dok. UKM Pers Sukma
Suasana: Mahasiswa sedang melaksanakan praktikum, Senin (07/11/2022). Dok. UKM Pers Sukma
Lahan Parkir Kurang, Mahasiswa Parkir Sembarang
cara teratur saat apel meski lahan parkir yang sempit, guna meminimalisir terjadinya kehilangan dan kemacetan “Wajar aja parkir di pinggir jalan, yang penting rapi dan ga mengganggu akses jalan keluar masuk. Kita pihak keamanan cuma bisa mantau dan membantu kelancaran aja,” ujar Sahroni. Ia pun berharap, Polinela menyediakan tempat khusus parkir apel. “Namun melihat kondisi struktur tempat di Polinela ga memungkinkan untuk ada tempat parkir apel, karena tempat parkirnya udah dipake untuk apel,” lanjutnya.
mwehehehhe
Sukma_Polinela; Politeknik Negeri Lampung (Polinela) rutin mengadakan apel pagi setiap Senin dan Jumat. Apel Senin pagi merupakan apel yang dilaksanakan oleh seluruh civitas akademika Polinela, yang berlokasi di lapangan Gedung Serba Guna (GSG) Polinela. Sedangkan apel Jumat pagi diadakan oleh setiap jurusan, yang berlokasi di beberapa titik diantaranya, Jurusan Ekonomi dan Bisnis (Ekbis) pada lapangan GSG Polinela, Teknologi Pertanian di pelataran Gedung Sakura, Budidaya Tanaman Pangan di pelataran Gedung Ki Hajar Dewantara (KHD), Budidaya Tanaman Perkebunan di pelataran Gedung CB, dan Peternakan di pelataran Gedung Pusat Pelayanan Akademik (PPA).
Apel pagi dimulai setiap pukul 07.00 WIB dan dilaksanakan kurang lebih selama 30 menit. Hal ini membuat mahasiswa terburu-buru, lalu memarkirkan kendaraan secara tidak teratur dan sembarangan. Namun, hal tersebut juga terjadi karena lahan parkir yang kurang memadai. “Mahasiswa parkir tidak teratur karena lahan parkir yang sempit,” ujar Maharani Mahasiswi Program Studi (Prodi) D4 Teknologi Perbenihan.
Sudah seharusnya Polinela menyediakan sarana lahan parkir yang memadai untuk seluruh masyarakat kampus, karena lahan parkir merupakan sarana yang penting untuk memarkirkan
kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, sehingga hadirnya parkiran secara teratur mampu membuat para pengguna nyaman dan aman. Namun, pada kenyataannya Polinela masih kekurangan lahan parkir. “Sebenarnya kampus sudah menyediakan tempat parkir untuk mahasiswa, namun kapasitasnya mungkin hanya bisa menampung sebagian,” ucap Rizki Rojabi Mahasiswa Prodi D4 Teknologi Perbenihan.
Akibat dari kurangnya lahan parkir dan kurang teraturnya mahasiswa yang parkir, macet menjadi pemandangan setiap Senin dan Jumat pada saat selesai apel pagi. Menurut Rizki Rojabi, hal ini sangat mengganggu aktivitas civitas akademika di Polinela. “Seperti dosen, Pranata Laboratorium (PLP), dan mahasiswa itu terham-
bat karena adanya kemacetan ini,” ujarnya.
Pada saat apel Jumat di Gedung KHD terlihat sangat jelas keadaan parkir yang sembarangan, dikarenakan tidak adanya lahan parkir. Mahasiswa memarkirkan kendaraannya di bahu jalan, bahkan di taman depan Gedung Nusa Indah. Sahroni, salah satu Satpam Polinela mengatakan, bahwa keadaan ini sudah menjadi budaya dari dulu, namun karena durasi apel yang tidak terlalu lama, hal ini dianggap wajar. “Kalo mau dicariin parkiran untuk hari Jumat ya ga ada tempat, karena ga ada tempat. Jadi ya keadaannya seperti itu., karena tempat parkirnya kan digunain untuk apel,” tuturnya.
Dengan demikian, pihak keamanan berharap mahasiswa dapat memarkirkan kendaraannya se-
Buat Ketua Kelas AKBD 5B, jangan sering-sering buat saranghaeyo dong pakkk, mudah baper nichhhh.
Pihak Tim Kedisiplinan (Timdis) juga telah menghimbau, agar mahasiswa tidak parkir sembarangan saat apel yang dapat menyebabkan kemacetan. “Mudah-mudahan mahasiswa lebih tertib lagi dalam memarkirkan kendaraannya,” ujar Septiana Timdis Prodi D4 Teknologi Perbenihan.
Mahasiswa berharap, agar pihak kampus menyediakan lahan parkir yang memadai. “Harapannya kantung-kantung parkir disediakan secara baik oleh Polinela sebagai sarana untuk mahasiswa agar lebih disiplin menyimpan kendaraannya dan meminimalisir terjadinya kehilangan,” harap Rizki Rojabi. Sejalan dengan Rizki, Maharani juga berharap Polinela menyediakan lahan parkir yang luas dan memadai untuk mahasiswa agar mahasiswa lebih mudah memarkirkan kendaraannya. (*Aura)
Untuk
Untuk
Buat
Haloo Sukma lovers, dapat salam Selamat Hari Natal ya. Fr:Novrianni
Ini beneran tah sudah berakhir cuakssssss!!!!
For all Mahasiswa Polinelaa, semangattt geiss udah mau UAS nichhh.
Untuk Sekum kapan ni ACC Sempronya, jan copasin punya gua yaaa..
Teruntuk kamu yang jauh di sana, ngapa sihh suah banget ditebakk, mana kulkas 7 pintu lagi. Ngeselin amat! Mana sering buat overthinking lagii. Huuu
Dear Nonoks, tolong yaa mulut rasisnya dikontrol dulu. Lo itu bakalan minoritas kalo masuk PMK.
Dear Sosma tetangga sebelah. Ternyata kita ngga hanya terhalang tembok sekret ya, agama juga ternyata. wkwk
Reporter: Mutiara Salsabila Sofyan Zailani
Suasana: Mahasiswa di parkiran setelah apel pagi, Senin (21/11/2022). Dok. UKM Pers Sukma
akhi-akhi al-bannna jangan galak-galak ya sama cewek
ketua
kalo chat
angkatan AKBD 22
jangan ada butuhnya doang dong wkwkwk
para anggota sukma 20, semangat ya ngerjain LPJ-nyaaaa
Realisasikan Kampus Tanpa Pelecehan Seksual, Polinela Tetapkan Satgas PPKS
Sampai saat ini, peserta pendaftar Satgas Polinela saat ini masih kurang peminat, meski sudah adanya pemberitahuan mengenai pendaftaran beserta tugas utama yang telah disebarluaskan melalui akun Instagram Politeknik Negeri Lampung. “Sampai saat ini, ada sekitar 20 peserta yang telah mendaftar, diantaranya dosen, tenaga kependidikan, dan beberapa Mahasiswa aktif Polinela,” ujar Agung Adi Chandra, Wakil Direktur III.
siswa lebih cenderung menganggap hal itu sebagai candaan semata, padahal kalau didiamkan terus menerus akan mengakibatkan halhal buruk bisa terjadi,” ujarnya.
Sukma_Polinela; Politeknik Negeri Lampung (Polinela) ikuti Program Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) sesuai Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 30 Tahun 2021 tentang “Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi”. Program ini dilakukan serentak oleh seluruh Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Kini Polinela telah membuka pendaftaran satuan tugas (Satgas) PPKS sejak 30 Agustus 2022 yang terbuka untuk civitas akademika Polinela, yaitu dosen, tenaga pendidik (Tendik), dan mahasiswa.
Adapun persyaratan utama yang harus dimiliki oleh calon pendaftar, yaitu:
- Tidak pernah terbukti melakukan kekerasan seksual.
- Pernah mendampingi korban kekerasan seksual.
- Pernah melakukan kajian tentang kekerasan seksual gender, dan/ atau disabilitas.
- Pernah mengikuti organisasi yang fokusnya di isu kekerasan seksual, gender, dan/atau disabilitas.
Dengan tugas utama Satgas PPKS, yait
- Membantu pemimpin PT menyusun pedoman PPKS di PT.
- Melakukan survei kekerasan seksual paling sedikit 1 kali dalam 6 bulan di PT.
- Menyampaikan hasil survei se-
bagaimana dimaksud dalam poin 2 kepada Pemimpin PT di bulan ke-7 sejak awal dibentuk.
- Menindak lanjuti laporan kekerasan seksual.
- Memantau pelaksanaan rekomendasi pimpinan PT.
- Menyampaikan laporan kepadapimpinan PT paling sedikit 1 kali dalam 6 bulan.
Pembentukan Satgas PPKS telah diatur oleh Kemendistiriktes dengan membentuk beberapa bagian pembentukan satgas. Ahmad Musafa, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuntansi Perpajakan yang ikut hadir saat peluncuran Permendikbud No.30 pada Oktober lalu di Jakarta. “Pembentukan Satgas PPKS ini sendiri memang sudah diatur oleh Kemendistiriktes. Adapun target pembentukan ini, yaitu pembentukan Satgas PPKS Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan PPKS Perguruan Tinggi Swasta (PTS), kemudian dibagi lagi menjadi 2, yaitu PTN Vokasi dan PTN Akademik. Selanjutnya, dibagi kembali menjadi tiga tahap, yaitu pada tahap pertama, pembentukan Satgas 30% PTN dengan jumlah 15 kampus vokasi, dan 23 kampus akademik, selanjutnya pada tahapan kedua, pembentukan Satgas 60% PTN dengan jumlah 30 kampus vokasi, dan 46 kampus akademik. Kemudian pada tahap ketiga, yaitu pembentukan Satgas harus 100% diantaranya 49 PTN Vokasi dan 75 PTN Akademik,” jelasnya.
Adapun dua jenis seleksi dalam pendaftaran Satgas PPKS di Polinela, yaitu seleksi tertulis dan seleksi wawancara, yang telah dilaksanakan, Kamis, 17 November 2022 di Ruang Sidang. Berdasarkan pengumuman seleksi administrasi, terdapat 20 peserta calon satgas PPKS yang lolos seleksi administrasi dan akan mengikuti seleksi tertulis dan seleksi wawancara. Setelah adanya seleksi tertulis dan wawancara, ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK)Direktur No. 1014/PL15/KPTS/2022 tentang Pengangkatan Satgas PPKS Polinela yang menetapkan 11 orang dari unsur tenaga pendidik, tenaga kependidikan, serta mahasiswa untuk menjadi Satgas PPKS di Polinela. Adapun Ketua Satgas PPKS Polinela, yaitu diketuai oleh Marlinda Apriyani yang berasal dari Tenaga Pendidik, dan Sekretaris Satgas PPKS Polinela, Rizki Rojabi yang berasal dari mahasiswa.
Putra Khairullah, Mahasiswa Prodi Akuntansi Perpajakan mengatakan, bahwa alasan ia masuk Satgas PPKS ini, karena banyaknya pelecehan yang terjadi di kampus baik secara tertutup ataupun verbal sehingga perlu untuk mempelajari secara jauh bagaimana menangani kasus pelecehan seksual. “Ya alasan saya mengikuti dan lolos masuk ke dalam Satgas PPKS dikarenakan melihat dari urgensi pelecehan seksual di kampus, yang di mana banyak terjadi di lingkungan kampus, baik secara tertutup ataupun secara verbal, terutama pelecehan seksual secara verbal, yang di mana hari ini maha-
Ke depannya anggota yang telah ditetapkan sebagai Satgas yang nantinya akan bertugas di Polinela, agar dapat memastikan PPKS berjalan di Polinela dan memberikan masukan terhadap hal-hal yang dimungkinkan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual di Polinela. Marlinda berharap dengan adanya PPKS ini, mahasiswa tidak perlu takut untuk melapor dan bingung jika sedang mengalami pelecehan dan kekerasan seksual. Ke depannya akan ada portal pengaduan online untuk mahasiswa yang takut melapor secara offline dengan syarat, identitas harus jelas, namun identitas tersebut tidak akan dipublish sehingga mahasiswa tidak perlu takut untuk melaporkan, karena sudah dilindungi dengan UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. “Harapannya, setelah adanya pencegahan ini mahasiswa akan lebih tenang dan tahu akan melapor kemana, karena terkadang kita tidak tahu jika sedang dilecehkan atau kita merasa bingung jika sedang dilecehkan harus melapor kemana,” tutur Ketua Satgas PPKS Polinela.
Wakil Direktur III juga berharap, Satgas PPKS yang ada di Polinela dapat memberi dampak positif bagi Polinela. “Harapannya Satgas PPKS dapat memberi efek positif untuk pencegahan kekerasan seksual di Polinela,” tutupnya.(*Novri)
Reporter : Wayan Adi Rama
Danang Aryo Aditama Susilo
Suasana: Pelaksanaan seleksi tertulis dan wawancara PPKS, Senin (28/11/2022). Dok. Humas Polinela
“ Orang-orang sukses tidak berbakat, mereka hanya bekerja keras, lalu berhasil dengan sengaja “
Pembangunan Gedung Kuliah Bersama Rp28,8 Miliar, Siap Digunakan Awal Tahun 2023
Reporter: Melani Safira Jevi Adriansyah
Sukma_Polinela; Dengan adanya keluhan yang dirasakan mahasiswa maupun dosen terkait kurangnya gedung kuliah, pihak Politeknik Negeri Lampung (Polinela) membangun Gedung Kuliah Bersama. Tujuan pembangunan Gedung Kuliah Bersama, yaitu untuk peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di Polinela guna meningkatkan keefisienan kegiatan di ruang belajar, karena saat ini besarnya kampus harus didasari banyaknya jumlah mahasiswa yang berkuliah di kampus tersebut. Terkait pendanaan gedung ini yang berasal dari Pemerintah, diukur dari seberapa besar kebutuhan Mahasiswa. “Yang pertama tujuan utama pembangunan Gedung Kuliah Bersama adalah peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di Polinela, karena saat ini besarnya Polinela harus didasari kepada jumlah mahasiswa. Pendanaan Pemerintah juga lebih melihat seberapa besar kebutuhan mahasiswanya. Kalau mahasiswa banyak, berarti kita membutuhkan atau kekurangan kelas yang sedang kita bangun,” tutur Sarono, selaku Direktur Polinela.
Gedung tersebut akan digunakan oleh semua Jurusan dan Program Studi (Prodi) yang ada di Polinela. Gedung Kuliah Bersama ini juga akan dilengkapi dengan
berbagai furniture seperti kursi, meja, Air Conditioner (AC) serta kelengkapan alat-alat teknologi informasi guna menunjang kegiatan belajar-mengajar Mahasiswa Polinela.Gedung dibangun dengan tiga lantai disertai lapangan apel dan lapangan parkir yang luas.
Pembangunan Gedung Kuliah Bersama di Polinela dilaksanakan dengan jangka waktu pengerjaan selama 180 hari kalender yang di mulai dari bulan Agustus, dan kini sudah mencapai tahap 95%. Gedung tersebut ditargetkan selesai pada November-Desember sehingga pada bulan Januari, gedung tersebut sudah dapat digunakan sebagai fasilitas kampus untuk kuliah. “Kemarin dihitung sudah 95%, jadi harus selesai November, Desember kita persiapkan, sehingga Januari sudah dapat digunakan,” tutur Direktur Polinela.
Adapun anggaran biaya yang digunakan untuk membangun gedung ini mencapai Rp28.892.348.000 (Dua Puluh Delapan Miliar Delapan Ratus Sembilan Puluh Dua Juta Tiga Ratus Empat Puluh Delapan Ribu Rupiah) dengan sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2022. Guna memperlancar proses pembangunan Gedung Kuliah Bersama, Polinela bekerja sama dengan CV. Nusa In-
dah Teknik sebagai Konsultan Perencana, PT. Arihta Teknik Persada sebagai Konsultan Manajemen Kontruksi, dan CV. Cipta Perkasa Prima sebagai Kontraktor Pelaksana. Pembangunan Gedung Kuliah Bersama dikerjakan oleh 70 orang tukang. Sebelum memulai pembangunan gedung, Direktur Polinela telah menghimbau agar warga Polinela berhati-hati dan harap maklum karena banyaknya kendaraan konstruksi lalu-lalang sedang membawa material bangunan. “Di belakang kita sedang membangun Gedung Kuliah Bersama, mahasiswa harap maklum dan berhati-hati karena banyak kendaraan besar yang ke luar masuk ke dalam kampus yang membawa bahan material pembangunan,” ujar Sarono saat apel pagi hari Senin di lapangan Gedung Serba Guna (GSG) Polinela. Menurut salah satu Mahasiswa Prodi Agribisnis Pangan (AGBP) Semester V, yang tak ingin disebutkan namanya pembangunan gedung tersebut sangat penting untuk kegiatan perkuliahan offline mengingat saat ini Mahasiswa Polinela masih sering mengalami kekurangan ruang kelas sebagai sarana belajar-mengajar, di mana sering terjadi pengalihan jam mata kuliah, yang semula offline menjadi online karena tidak mendapat ruang kelas. “Ya menurut saya ba-
gus ya, ada pembangunan gedung baru, mengingat saat ini Polinela sendiri sangat kekurangan fasilitas salah satunya ruang kelas. Di mana sering terjadi pengalihan jam mata kuliah yang harusnya offline jadi online, karena gak kebagian ruang kelas,” ujarnya.
Ia juga berharap, pembangunan gedung ini dapat segera diselesaikan dan gedung tersebut segera diisi dengan fasilitas yang diperlukan untuk proses pembelajaran sehingga pada semester berikutnya, gedung tersebut sudah dapat digunakan seutuhnya oleh mahasiswa.
“Harapan saya gedung ini segera diselesaikan dan perlengkapannya segera dilengkapi, supaya semester berikutnya sudah dapat digunain sesuai kebutuhan Mahasiswa Polinela,” tutupnya.(*Novri)
Baliho: Pembangunan Gedung Kuliah Bersama Polinela, Senin (13/06/2022). Dok. UKM Pers Sukma
Baliho: Pembangunan Gedung Kuliah Bersama Polinela, Senin (13/06/2022). Dok. UKM Pers Sukma
Menyerah berarti menerima bahwa kamu kalah. Tetapi untuk beristirahat dan mencoba lagi adalah sebuah tekad.
Satu-satunya di Sumatera, Polinela Miliki Prodi Pengelolaan Perkebunan Kopi
Reporter: Triyono Prasastia Romanda
Negeri Lampung (Polinela) kini miliki Program Studi (Prodi) yang hanya satu-satunya di Provinsi Lampung bahkan di Pulau Sumatera, yakni Prodi D4 Pengelolaan Perkebunan Kopi (PPK). Prodi ini telah diresmikan pada 26 Februari 2021 lalu, dan mulai menerima mahasiswa baru pada tahun 2022. Saat ini, prodi tersebut telah memiliki 14 mahasiswa. Adapun visi dari prodi ini, yaitu “Menjadi Program Vokasi Unggulan yang Menghasilkan Sarjana Vokasi Terapan yang Berkompeten dalam Menghasilkan Budidaya Kopi, Berjiwa Wirausaha, Inovatif, dan Berdaya Saing Global” dan misinya, “Mengembangkan Program Studi yang Bermutu, Inovatif di Bidang Perkebunan Kopi”.
Prodi PPK ini merupakan jenjang Diploma IV atau Sarjana Terapan dengan gelar lulusan S.Tr.P. Untuk saat ini, Prodi PPK dimasukkan ke dalam Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, karena prodi tersebut masih berada di bawah naungan D4 Produksi dan Manajemen Industri Perkebunan (PMIP) dan D3 Produksi Tanaman Perkebunan (PTK).
Awal mula terbentuknya Prodi D4 PPK ini dilatar belakangi oleh kopi sendiri, karena kopi merupakan salah satu produk unggulan keenam yang dapat dijual ke mancanegara, dan Indonesia sendiri menempati urutan ke empat se-
bagai
sama industrinya, mahasiswa akan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan magang.
Kaprodi PPK tersebut juga juga mengatakan, bahwa Mahasiwa Prodi PPK nantinya ketika lulus akan mempunyai prospek kerja yang sangat baik. “Mahasiswa lulusan Prodi PPK ini nantinya ketika lulus mampu bekerja pada posisi profesional, seperti manajer di perkebunan kopi, tenaga pembantu peneliti ataupun riset, baik budidaya atau pengolahan kopi, menjadi petugas penyuluhan pertanian, supervisor perindustrian kopi, interpreneur usaha di bidang budidaya perkebunan kopi, dan tenaga kontrol (quality control) di bidang budidaya maupun produksinya,” tambahnya.
dan
Tujuan berdirinya prodi ini diharapkan dapat memberikan khas pengembangan perkebunan kopi dengan budidaya kopi yang baik, khususnya di Provinsi Lampung, mengingat bahwa Lampung merupakan provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia setelah Sumatra Selatan, sehingga prodi tersebut memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan komoditas lokal daerah dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang dimiliki.
Sismita Sari, selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) PPK menjelaskan, bahwa pembentukan prodi tersebut juga sudah direncanakan dengan berbagai pertimbangan yang matang. Hal tersebut dapat dilihat dari tersedianya berbagai sarana dan prasarana atau fasilitas penunjang praktikum Mahasiswa Prodi D4 PPK sudah cukup memadai. Dosen-dosen pengampu yang ada di prodi tersebut juga sudah dipersiapkan dengan baik dan mempunyai keahlian dalam bidang tersebut. “Karena Prodi PPK ini masuk ke dalam Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan yang memang sudah ada sebelumnya, tentunya sudah tersedia juga beberapa fasilitas yang dapat menunjang prodi baru ini, seperti adanya lahan praktikum, kebun kopi, laboratori-
um tanaman, laboratorium tanah, serta nantinya akan ada fasilitas khusus Prodi PPK ini, yaitu berupa alat-alat praktikum yang sudah diagendakan dan disiapkan tinggal menunggu turunnya alat-alat tersebut. Dosen-dosen pengampu prodi ini juga sudah disediakan seperti dosen dari prodi PMIP, PTK, dan beberapa dosen dari jurusan lain, serta ada juga dosen-dosen yang memang khusus memiliki keahlian dalam bidang pengelolaan dan produksi kopi tersebut, sehingga kedepannya PPK bisa menjadi prodi yang bermutu dan unggul dalam ilmu pengetahuan dalam industri kopi,” tutur Sismita.
Selain memberikan ilmu-ilmu budidaya dan juga produksi kopi, Prodi PPK juga sudah dirancang dan disesuaikan dengan kurikulum yang ada saat ini. Prodi ini akan menerapkan misi Polinela yang mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 8 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Pendidikan Tinggi. Selain itu juga kita mengikuti Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tentang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dan kita bekerja sama dengan industri-industri kopi, baik yang berskala kecil, menengah ataupun besar. Bentuk kerja
Salah satu Mahasiswa Prodi D4 Pengelolaan Perkebunan Kopi Andika Ary Pratama menyampaikan alasan ia memilih prodi ini. “Menurut saya, Prodi PPK yang ada di Polinela merupakan prodi baru yang tentunya masih belum banyak peminatnya, tetapi hal ini bagus bagi mahasiswa yang ingin tahu lebih dalam tentang buah kopi. Bagaimana cara membudidayakan tanaman kopi, hingga sampai ke proses pengolahan kopi tersebut. Dilihat juga kan, di Lampung ini penghasil kopi terbesar di Indonesia dan kemungkinan jelas untuk prospek kerja di bidang ini. Alasan jelas saya masuk prodi ini, karena saya ingin tampil beda tidak harus ikut-ikut kawan, di mana kita harus mencari fashion yang kita minati dan harus di kembangkan. Saya juga punya prinsip, kalau orang mau sukses itu harus di mulai dari nol. Rezeki sudah ada yang mengatur jadi tidak perlu takut, tinggal bagaimana kita berusaha menjalankannya,” ujar Andika. Ia juga berharap, agar peminat dari prodi ini lebih banyak dan menghasilkan lulusan yang hebat dan berprestasi dalam industri kopi. “Harapan saya untuk prodi ini, semoga ke depannya semakin banyak peminatnya dan menghasilkan lulusan-lulusan yang hebat dan berprestasi,” tutupnya.(*Novri)
Sukma_Polinela; Politeknik
negara penghasil kopi robusta terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam,
Kolombia.
Sumber: news.detik.com
Mahasiswa Polinela Keluhkan Lampu Penerangan Pada Malam Hari
Namun, di sisi lain Wakil Direktur II Polinela, Beni Hidayat mengatakan bahwa untuk sementara ini tidak ada kegiatan malam di dalam kampus, dan setiap kegiatan harus bubar sehabis maghrib. “Kita itu tidak ada kegiatan malam untuk sementara ini, tetapi kalau ada keperluan butuh penerangan lampu bisa laporan, tetapi habis maghrib itu harus bubar dan tidak boleh ada kegiatan UKM,” ujar Beni.
Beliau menyebutkan lampu jalan tidak dihidupkan karena fungsi efisiensi. “Nanti ya, kita hidupkan. Kalau tidak, ya itu prinsip efisiensi kita matikan. Ada petugas khusus yang bertugas untuk mematikan lampu-lampu yang tidak diperlukan, termasuk lampu jalan juga dikondisi sekarang tidak dihidupkan karena fungsi efisiensi,” tambah Wakil Direktur II.
Sukma_Polinela; Politeknik Negeri Lampung (Polinela) telah menerapkan kegiatan akademik secara offline, yang biasanya berlangsung dari pukul 07.00 WIB18.00 WIB. Tidak hanya pembelajaran teori, namun praktikum dalam mata kuliah telah banyak dilaksanakan dari sore hari menjelang malam hari. Seperti kegiatan praktikum yang dilakasanakan oleh Mahasiswa Program Studi (Prodi) D3 Budidaya Perikanan Tangkap yang melaksanakan praktikum hingga malam hari.
Selain kegiatan akademik, beberapa Mahasiswa Polinela juga mengikuti kegiatan non-akademik hingga malam hari. Setiap hari kegiatan non-akademik biasa dilakukan oleh beberapa Mahasiswa Polinela yang dilaksanakan hingga malam hari, kegiatan tersebut meliputi rapat mingguan oleh beberapa Organisasi Mahasiswa (Ormawa) seperti Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Polinela, beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti UKM Pers SUKMA, UKM Bidang Seni (BS), serta Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang ada di Polinela. Adapun kegiatan rutin yang dilakukan oleh mahasiswa, seperti mengaji dan sharing oleh UKM Al-Banna, latihan futsal oleh UKM Olahraga, latihan baris-berbaris oleh UKM Garda Kedisiplinan, dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh ormawa dan UKM lainnya.
Tidak adanya larangan tertulis untuk tidak melakukan kegiatan pada malam hari, sehingga kegiatan non-akademik saat ini akan terus dilakukan hingga malam hari. Menurut mahasiswa yang tidak ingin disebutkan namanya, minimnya penerangan jalan membuat pengendara motor maupun sepeda harus lebih waspada saat melewati sekitar kampus pada malam hari., karena penerangan jalan yang sangat minim dan banyaknya jalan yang berlubang di lingkungan kampus. Maka, dengan adanya penambahan penerangan lampu di sekitar kampus Polinela, sangat dinanti-nantikan oleh mahasiswa maupun pedagang kantin. “Sangat memprihatinkan, karena mengingat Polinela merupakan salah-satu tempat pendidikan, dimana pada malam
hari masih banyak mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan di kampus. Adapun kegiatan ormawa yang masih dilaksanakan sampai malam hari, kegiatannya dilaksanakan di dalam Gedung CB, namun akses menuju ke tempat tersebut sangat gelap. Meski selama saya menimba ilmu di Polinela belum ada kejadian yang tidak diinginkan, tetapi alangkah baiknya apabila penerangan lampu segera ditambah di beberapa titik lokasi yang sangat gelap pada malam hari dengan adanya penambahan penerangan saat ini di sekitar Polinela, menurut saya menjadi antisipasi agar tidak menyebabkan kejahatan yang tidak diinginkan dan terjadinya kecelakaan,” ujarnya.
Mahasiswa tersebut ingin aspirasi yang telah disampaikan perlu ditindaklanjuti karena mengingat permasalahan ini dapat berpengaruh untuk orang banyak, tidak hanya untuk segelintir orang. “Harapannya, untuk bapak-bapak yang berkuasa di Polinela agar segera ditambah penerangannya, karena lebih baik mencegah daripada sudah terjadi baru ditangani,” tambahnya.
Habib, selaku Teknisi Elektrika di Polinela menanggapi kurang efisiennya jika lampu terus-terusan dihidupkan apabila tidak adanya kepentingan atau kegiatan lainnya. “Kalau ada yang minum di lingkungan kampus itu bagaimana? Dan saya juga pernah menemui botol. Ketika acara sudah selesai, malamnya dugeman, mahasiswa apa itu? Kalau kegiatan seperti itu ya mendingan suasana gelap, daripada menggunakan lampu terang,” tuturnya.
Selain hal tersebut, pihak Teknisi Elektrik Polinela juga menyebutkan, bahwa lampu penerang jalan di lingkungan kampus sudah pernah dipasang, namun diganti oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab. “Lampu sudah pernah terpasang terang benderang, namun pernah diganti dengan lampu lain oleh orang yang tidak diketahui dan tidak bertanggung jawab, bahkan lampu sudah pernah terpasang di lapangan belakang Gedung Serba Guna (GSG), tetapi tidak lama sudah rusak. Nanti akan saya usahakan untuk cek-cek kembali lampu di sekitar kampus,” tutupnya.(*Aura)
Reporter : Alfina Fadilah Yusriyana Linda Wati
Suasana: Gelapnya malam hari di lingkungan kampus, Jumat (11/11/2022). Dok. UKM Pers Sukma
Tips Public Speaking
seperti menyelipkan jokes atau humor lucu, memberikan hadiah atau suvenir, dan yang paling seringbiasanya adalah memberikan pertanyaan. Hal ini dilakukan supaya audiens juga merasa dihargai atas kehadirannya.
5. Berbicara dengan Intonasi Nada Santai
Saat menyampaikan materi, perlu diperhatikan intonasi suara kita. Supaya audiens tidak tersinggung dengan nada kita. Pentingnya menjaga perasaan audiens agar mereka tetap fokus mendengarkan kita. Intonasi yang baik adalah pelan dan santai.
Sukma_Polinela; Public speaking adalah sebuah seni berkomunikasi yang dilakukan secara lisan untuk menyampaikan ide,gagasan, pesan dan pendapat yang bertujuan menginformasikan, menghibur, mempengaruhi dan dilakukan didepan audiens dengan metode dan struktur tertentuMengapa membutuhkan metode dan struktur tertentu? Sebagaimana kita pahami ketika seseorang berbicara didepan publik pastilah berbicara tidak asal asalan, berbicara haruslah minimalnya terstruktur, jelas dan tidak berbelit belit. Kemampuan berbicara seperti demikian tentu saja membutuhkan latihan dan praktik secara konsisten dilakukan dengan sungguh sungguh. Berbicara didepan umum akan menjadi lebih mudah dilakukan ketika seorang pembicara atau speaker mampu mengemas pesan yang akan disampaikan didepan audience dengan sempurna.
Kompetensi Public Speaking diharapkan dapat dipahami dan dipraktikkan dalam menunjang efektivitas pelaksanaan tugas ataupun kehidupan sehari-hari. Meskipun kemampuan public speaking bukan sebuah kemampuan yang dibawa seseorang sejak lahir, namum public speaking dapat dilatih dan dikembangkan
oleh setiap orang.
Sebagai mahasiswa, tampil berbicara di depan umum sudah menjadi kebiasaan, lho. Menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan dari dosen, memaparkan materi saat presentasi sudah menjadi makanan sehari–hari bagi mahasiswa.
Tapi ternyata, public speaking bukan hal yang mudah dilakukan seperti halnya kita membalikkan telapak tangan. Keterampilan berbicara di depan umum atau public speaking juga menjadi momok terbesar bagi beberapa mahasiswa. Keengganan tampil di depan umum serta rendahnya percaya diri yang dimiliki, menjadi salah satu kendala yang terdapat pada mahasiswa.
Kemudian, bagaimana mengatasi solusi kurangnya percaya diri dalam mahasiswa? Sedangkan dalam kegiatan sehari–harinya, komunikasi merupakan suatu kunci dalam menyampaikan hal apapun di kampus. Tapi, teman–teman jangan khawatir, Pers SUKMA sudah merangkum beberapa poin untuk tips public speaking, agar teman–teman mulai berani nih, tampil dan berbicara di depan umum, cekidot.
1. Kenali Audiens Audiens merupakan orang yang sedang berbicara dan men-
dengarkan kamu saat public speaking. Mengapa kita perlu mengenali audiens kita terlebih dahulu? Tujuannya adalah supaya teman–teman dapat mengenali siapa pendengar kita dan menyusun tatabahasa yang akan disampaikan. Melalui hal ini, teman–teman dapat berinteraksi dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan audiens.
2. Kuasai Materi
Setelah teman–teman mengenali audiens, poin selanjutnya yang tidak kalah penting adalah menguasai materi. Hal ini, supaya saat tampil, kalian ingat dan tahu apa yang hendak dibahas dan disampaikan, jadi tidak gagap nantinya.
3. Gunakan Bahasa Tubuh Pengunaan body language juga penting, lho. Tujuannya supaya pembicaraan menjadi lebih menarik dan semangat apabila terdapat pengunaan bahasa tubuh. Kalian juga dapat melakukan eye contact terhadap audiens, agar terdapat perasaaan emosionalantara pembicara dan pendengar.
4. Tingkatkan Interaksi Dalam penyampaian materi, akan monoton dan bosan jika hanya satu sisi yang berbicara. Maka dari itu, hendaklah menciptakan interaksi kepada audiens,
Itu dia teman–teman beberapa tips dari Pers SUKMA tentang public speaking. Keahlian ini dapat berhasil bukan terjadi dalam semalam saja, melainkan dengan berlatih agar kalian semua dapat tampil di depan umum dengan baik. Jadi, jangan lupa untuk terus berlatih, yaa!(*Novri)
Reporter : Risya Syafitrah
Alif Zhofirul Umam
Pinterest: Public Speaking, Jumat (14/10/2022). Dok. Pinterest
Jangan pernah lelah dengan mimpi jika tidak terpenuhi. Ketakutan akan kegagalan seharusnya tidak menghalangimu dari jalan kepercayaan diri
Berlarilah ketika kamu bisa, berjalan jika harus, merangkak jika perlu, jangan pernah menyerah
Diresmikannya 4 Provinsi Baru, Kini Indonesia Memiliki 38 Provinsi
Anim Ha berbatasan langsung dengan Papua Nugini di Timur dan Laut Arafuru di Selatan.
Berikut rincian wilayah perbatasan Provinsi Papua Selatan:
• Utara : Papua Pegunungan
• Barat : Papua Tengah dan Laut Arafuru
• Selatan : Laut Arafuru
• Timur : Papua
2. Provinsi Papua Tengah
memiliki makanan pokok berupa ubi, sayur, serta babi, yang dimasak dengan cara ditimbun dengan batu panas.
Sukma_Polinela; Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah seluruhnya 5.193.250 km2 yang terdiri dari 1.919.440 km2 luas daratan dan 3.273.810 km2 luas lautan, yang memiliki kurang lebih 17.000 pulau, serta berpenduduk 276,4 juta pada tahun 2021. Indonesia terbagi atas beberapa wilayah yang disebut provinsi. Pada awal kemerdekaannya,17 Agustus 1945, Indonesia terdiri dari 8 provinsi. Seiring berjalannya waktu, provinsi di Indonesia terus bertambah, hingga akhir tahun 2021 Indonesia telah memiliki 34 provinsi.
Kamis (30/6/2022) secara resmi, (Dewan Perwakilan Rakyat – Republik Indonesia) DPR-RI mengesahkan Rancangan UndangUndang (RUU) terkait pemekaran wilayah Papua. Tiga provinsi baru yang ada di Indonesia, yakni Provinsi Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan. Dan pada akhirnya berhasil diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, Jumat (11/11/2022).
Adapun tiga provinsi baru itu memiliki payung hukum dengan nama Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2022 tentang Provinsi Papua Selatan, UU Nomor 15 Tahun 2022 tentang Provinsi Papua Tengah dan UU Nomor 16 Tahun 2022 tentang
Provinsi Papua Pegunungan.
Enam hari setelah diresmikannya tiga provinsi baru tersebut, Kamis (17/11/2022) Provinsi Papua Barat Daya diresmikan oleh Ketua DPR-RI, Puan Maharani. Dengan adanya hal tersebut, maka secara resmi Indonesia memiliki 38 provinsi saat ini.
Dilansir dari Kompas, berikut profil singkat empat provinsi baru Indonesia:
1. Provinsi Papua Selatan
Provinsi Papua Selatan mempunyai nama adat Anim Ha, dengan Merauke sebagai ibu kotanya. Provinsi ini meliputi Kabupaten Merauke, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Boven Digoel. Suku yang mendiami wilayah Papua Selatan adalah Marind Anim, yang terdiri dari tujuh marga besar. Ketujuh marga tersebut adalah Gebze, Kaize, Samkakai, Ndiken, Mahuze, Balagaize, dan Basik-basik. Hingga kini, masyarakat Marind Anim masih mempertahankan pola kehidupan berburu, meramu, dan bercocok tanam.
Selain Marind Anim, Provinsi Papua Selatan juga ditinggali oleh Suku Asmat yang terbagi menjadi dua, mereka yang tinggal di pesisir pantai dan di bagian pedalaman.
Provinsi Papua Selatan atau
Provinsi Papua Tengah memiliki nama adat Mee Pago dan beribu kota di Kabupaten Nabire. Provinsi baru ini terdiri dari Kabupaten Nabire, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deyiai, Kabupaten Intan Jaya, serta Kabupaten Puncak. Mayoritas suku yang mendiami Provinsi Papua Tengah adalah Mee. Selain Mee, provinsi ini juga ditempati oleh suku lain, seperti Damal, Dani, Moni, dan Nduga. Provinsi Papua Tengah berbatasan langsung dengan provinsi lain di Pulau Papua.
Berikut rincian wilayah perbatasan Provinsi Papua Tengah:
• Utara : Papua
• Barat : Papua Barat
• Selatan : Laut Arafuru
•Timur : Papua, Papua Pe gunungan, dan Papua Selatan
3. Provinsi Papua Pegunungan
La Pago adalah nama adat dari Provinsi Papua Pegunungan. Kota Wamena di Kabupaten Jayawijaya merupakan ibu kota provinsi ini. Provinsi Papua Pegunungan terdiri dari Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Nduga, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Yahukimo, dan Kabupaten Yalimo. Setidaknya ada 23 suku yang mendiami wilayah Provinsi Papua Pegunungan, antara lain Dani, Dem, Ndugwa, Ngalik, Ngalum, Nimbora, Pesekhem, Pyu, Una, dan Uria. Ada juga Suku Himanggona, Karfasia, Korapan, Kupel, Timorini, Wanam, Biksi, Momuna, Murop, Sela Sarmi, Nayak, Nduga, dan Yali. Sebagian besar Suku Nayak memiliki mata pencaharian sebagai petani ubi dan keladi. Mereka juga
Sementara itu, Nduga, suku lain di provinsi ini mempunyai perkebunan dan kawasan khusus untuk berburu sebagai modal memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perbatasan provinsi Papua Pegunungan menjadi satu-satunya provinsi yang terkunci daratan atau landlocked. Artinya, wilayah provinsi ini tidak berbatasan dengan perairan maupun laut.
Berikut rincian perbatasan wilayah Provinsi Papua Pegunungan:
• Utara : Papua
• Barat : Papua Tengah
• Selatan : Papua Selatan
• Timur : Papua Nugini
4. Provinsi Papua Barat Daya
Provinsi Papua Barat Daya merupakan hasil pemekaran dari provinsi Papua Barat, provinsi ini ber-ibu kota di Kota Sorong. Provinsi Papua Barat Daya secara wilayah mencakup Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Tambrauw, dan Kabupaten Mamberamo. Meskipun provinsi ini bernama Provinsi Papua Barat Daya, tetapi provinsi ini terletak di bagian barat laut Pulau Papua.
Pasal 4 draf RUU Papua Barat Daya menjelaskan batas-batas daerah Provinsi Papua Barat Daya sebagai berikut:
• Utara : Samudera Pasifik.
• Timur Kabupaten Manokwari, Kabupaten Pegunungan Arfak dan Kabupaten Teluk Bintuni di Provinsi Papua Barat.
• Selatan : Laut Seram dan Teluk Berau.
• Barat : Laut Halmahera dan Laut Seram.
Dilansir dari Suara Merdeka, Ketua Komisi II DPR RI Ahmad Doli Kurnia berharap hasil dari pemekaran Provinsi Papua ini, tidak hanya bisa menyelesaikan konflik berkepanjangan, tetapi juga bisa mempercepat pembangunan dan kemajuan di tanah Papua.(*Novri)
Reporter: Annisa Yogi Febyanti
Bethari Leonita Imanen
kbk.news : Peta terbaru pembagian wilayah Provinsi di Papua, Selasa (15/11/2022).
Foto: Dok. kbk.news
Seharusnya
Penulis: Hanysa Firdiandita
Sukma_Polinela; Pagi itu, hujan rintik membasahi bumi. Bulir-bulir airnya mengenai tiap-tiap benda yang ada di pijakan tanah lembut itu. Aroma udara sehabis hujan memang menenangkan bagi sebagian orang, termasuk Dinda. Ia menyeka bagian lengan almamater kampusnya yang terkena air hujan. Saat ini, ia sedang berteduh di dekat pertokoan depan kampusnya. Sepuluh menit berlalu, hujan belum juga reda. Suasana seperti ini yang membuat Dinda ingin menghindar dari ingatan masa lalu yang ia punya tepatnya. Benar kata orang, hujan kadang suka mengingatkan akan kenangan.
“Nanti malam mau telfon, boleh ya?”
Kembali. Ingatan itu kembali. Suara lelaki itu. Dinda menggeleng. Hubungan mereka yang selesai tanpa dimulai itu harusnya sudah benar-benar berakhir. Kalimat-kalimat cinta yang “Dia” ucapkan, bagaikan trauma yang sulit dilupakan olehnya. Rasanya Dinda ingin bergegas pulang untuk segera mandi, mengerjakan tugas dari dosen, kemudian tidur. Siapa yang ingin terjebak bersama hujan dan kenangan? Memori itu kembali berputar tanpa perintah, layaknya kaset rusak yang mulai menampilkan kenangan-kenangan manis antara Dinda dengan sang pujaan hatinya, Adit. Berawal dari masa ospek kampus, Adit adalah kakak tingkat satu jurusan dengan
Dinda. Waktu itu, Dinda terlihat lemas karena belum sarapan. Wajahnya pucat serta keringat dingin mengalir dari dahinya yang mungil. “Dek! Itu yang rambutnya panjang. Siapa nama kamu?” Tanya salah satu kakak tingkat perempuan yang mengospek Dinda. “Saya Dinda Candrina, Kak,” Jawabnya dengan lemas. “Tolong, ya! Itu teman–teman kamu sudah sampai pos selanjutnya, mereka sudah siap baris! Kamu kenapa lama banget, sih? Nggak kasian sama teman–temannya?” Jawaban Dinda dibalas dengan teriakan yang kencang. Membuat hampir seluruh peserta Ospek melihat ke arah sumber suara.
Adit yang juga salah satu panitia Ospek menghampiri layaknya pahlawan yang siap menyelamatkan Dinda, “Kamu gak apa-apa? Kamu sakit?” “Saya belum sarapan, Kak. Tadi saya buru–buru,” “Ya sudah, ikut saya sekarang.” Dinda mengekor dari belakang tubuh Adit yang tinggi dan tegap, tidak berotot namun cukup atletis untuk seumurannya. Rambutnya yang di tata rapih, serta mempunyai garis wajah yang tegas, yang cukup menawan dan rupawan di mata gadis-gadis. Sampailah mereka di ruangan kesehatan. Ruangan tersebut beraroma seperti ruangan klinik pada umumnya, catnya berwarna putih, lantainya pun berwarna senada dengan cat dindingnya. Terdapat satu tempat
tidur, kotak obat–obatan, dan satu dus besar. “Tempat ini tuh dijadiin ruang konsumsi. Takutnya kalo di taruh di dekat panitia bisa habis sama mereka,”Adit membuka obrolan yang sepi diantara mereka, sedangkan Dinda masih terdiam kaku.
Adit membuka dus besar tersebut yang berisikan banyak makanan, termasuk roti cokelat yang berbentuk seperti kasur. Ia menyobek bungkusnya dan memberikannya kepada Dinda. “Makan dulu, gih. Kayaknya lo punya maag, ya? Pucet gitu muka lo enggak sarapan.” “Iya, Kak. Makasih,” Tunggu, Dinda bukan gadis kaku seperti es batu.
Dan mengapa jantungnya justru berdetak lebih kencang? “Hape lo mana?” Dinda menyerahkan ponselnya ke Adit. “Ini nomor hape gue, udah gue tambahin ke sini ya, kalau ada apa-apa bilang. Lo istirahat aja dulu gue mau balik kesana.” Adit menyerahkan ponselnya ke Dinda. Sedetik kemudian langkahnya menuju pintu keluar ruang kesehatan itu. “Gue balik, bye.” Adit tersenyum.
Ruangan kesehatan cukup dingin, tetapi senyuman lelaki itu berhasil menghangatkan layaknya mentari pagi menyinari kulit Dinda. Tanpa ia sangka, pertemuan singkat itulah membuat Dinda tersadar untuk pertama kalinya. Ia jatuh cinta.
Dinda menghela nafas, berat rasanya ingatan yang justru ia kubur dalam-dalam tanpa perintah terputar otomatis di otaknya. Ingatan awal itu, yang ia pikir menjadi pembukaan di awal cerita mereka ternyata juga sekaligus menjadi penutup klasik. Gadis itu menatap jam kecil yang melingkar di pergelangan kirinya.
Jam menunjukkan pukul empat sore dan hujan tidak mau berhenti seolah-olah menyuruh Dinda kembali mengingat masa lalunya. Memori kembali berputar. Kali ini menampilkan dua minggu setelah aksi pahlawan Adit. Mengantar Dinda dari kegiatan kampus sudah menjadi runititas baru bagi Adit. Terkadang sebelum pulang kerumah, mereka menghampiri warung pecel lele ataupun ayam bakar di pinggir jalan yang di
temani pengamen, riuhnya suara pedagang pecel lele, atau bahkan badutbadut karakter kartun.
Dari kejadian itu, mereka cukup dekat. Sampai-sampai salah satu teman Adit bertanya,”Kalian pacaran, ya?” Adit tersenyum seraya mengangguk. Dinda merasa senang diperlakukan seperti itu, tetapi janggal karena belum ada hubungan yang jelas diantara mereka. Hanya sebatas antar-jemput, kalaupun ada waktu senggang mereka isi dengan menonton film yang baru keluar di bioskop. Ditambah, Adit sudah kenal dengan Mamanya Dinda. Keresahan mulai terjadi saat minggu ketiga.
Adit menghilang.
Tanpa pesan maupun kabar. Terakhir, Dinda minta diantarkan ke toko buku, balasan Adit tidak bisa, ada kumpulan katanya. Malamnya, ia tetap menunggu telfon masuk dari Adit, berharap ia minta maaf dan akan mengantarkan Dinda ke toko buku seperti biasanya. Nyatanya nihil. Kosong. Adit pergi bersama perasaan Dinda yang sudah ia tata dan sekarang hanya meninggalkan luka. Pergi tiba–tiba tanpa ada makna justru membuat Dinda bingung.
Belakangan ini, ia mengetahui bahwa Adit sedang dekat dengan salah satu teman satu jurusannya. Semudah itu Adit membalikkan perasaan serta dunia Dinda yang baru saja ia idamkan. Sungguh aneh cerita yang belum sempat dimulai itu, justru sudah harus berakhir dengan paksa. Tokoh utama yang ingin dijadikan cerita itu malah pergi seenaknya meninggalkan luka dengan trauma cukup. Dinda tidak ingin mengingat itu lagi. Hujan mulai berhenti, semburat cahaya senja mulai menyinari bumi kembali.
Orang-orang yang tadinya berteduh di emperan toko mulai bergegas pergi. Beberapa dari mereka melipat mantelnya dan memasukkannya ke dalam jok. Dinda memakai jaket hitamnya. Mulai berjalan untuk memberhentikan salah satu bus yang akan mengantarkan ia pulang kerumahnya. Dalam hati terkadang, ia suka bertanya tanpa pernah tahu jawabannya.
“Seharusnya kita gak usah ketemu aja, ya?”(*Novri)
Ilustrasi: Jumat (16/12/2022). Foto: Dok. idntimes.com
Dibalik Dinamika Gedung dan Program Studi Baru
Oleh: Alliffianisa
kurang mampu menyerap materi pembelajaran dengan baik dan maksimal, sehingga terdapat mahasiswa yang gagal lulus atau harus mengulang semester kembali.
Sukma_Polinela; Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan hak semua pelajar. Namun, nyatanya pada tahun 2021 hanya sebanyak 17,08 juta jiwa (16,7%) penduduk Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Dengan berkuliah, kita dapat mempelajari lebih lanjut bidang yang kita minati. Dewasa ini, jenjang perkuliahan di Indonesia tidak hanya S1, S2, dan S3 saja, tapi ada juga jenjang D1, D2, D3, dan D4. Contohnya seperti di Politeknik Negeri Lampung atau yang kerap disebut Polinela, yang memiliki beragam jenjang pendidikan dan program studi yang segudang. Sayangnya pandemi Covid-19 membuat seluruh dunia membatasi segala kegiatan di luar rumah. Sektor pendidikan pun terkena imbasnya. Seluruh pelajar akhirnya harus mengubah metode belajar mereka yang semula luar jaringan (luring) menjadi dalam jaringan (daring). Polinela tidak dapat menghindari perubahan ini. Akhirnya pada awal tahun 2020, semua aktivitas di kampus diubah sebisa mungkin menjadi daring. Termasuk kegiatan perkuliahan, baik mahasiswa baru maupun mahasiswa lama. Namun, disini muncul permasalahan baru. Pembelajaran daring dinilai kurang efektif diterapkan di Indonesia. Pemasalahan infrastruktur pembangunan yang belum merata menjadi polemik yang paling utama. Akibatnya, banyak pelajar yang
Sampai akhirnya pada pertengahan tahun 2022, pembelajaran dapat kembali normal walaupun masih secara bertahap. Tetapi, dikarenakan terdapat mahasiswa yang harus mengulang semester, dan kuota mahasiswa baru yang membeludak membuat permasalahan baru lagi. Mahasiswa membutuhkan lebih banyak ruang untuk melakukan kegiatan perkuliahan. Namun sayangnya, hal itu tidak diiringi dengan jumlah gedung yang ada. Akibatnya masih bisa dilihat mahasiswa-mahasiswa yang harus belajar di luar ruangan karena tidak kebagian ruang kelas. Ditambah lagi dengan adanya penambahan program studi baru dan penambahan jenjang D2 yang juga memiliki beberapa program studi baru, dapat semakin memperparah keadaan ini. Meskipun belum semua program studi baru yang buka dan menerima mahasiswa, kekurangan jumlah ruangan masih menjadi polemik di kalangan mahasiswa. Tidak heran jika kerap kali dijumpai mahasiswa yang berdebat memperebutkan ruangan demi melakukan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).
Alasan yang sering dijumpai ialah penjadwalan ulang suatu kelas oleh dosen dengan mahasiswanya. Mengapa demikian? Sejatinya dosen adalah manusia sama seperti mahasiswa, ia bisa saja sakit atau memiliki keperluan mendesak yang tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Maka dari itu penjadwalan ulang kelas bukanlah hal baru bagi mahasiswa, tidak hanya di Polinela namun di seluruh perguruan tinggi yang ada. Namun ruangan-ruangan pada gedung sudah memiliki jadwalnya masing-masing sehingga jarang terdapat gedung yang memiliki ruangan kosong pada jam-jam perkuliahan. Belum lagi beberapa program studi baru telah buka dan aktif, hal ini semakin memperparah kondisi ini.
Perebutan ruangan kelas pun terjadi. Kelas yang berhasil leb-
ih dulu mendapatkan ruangan kelas, tentu saja dapat melaksanakan KBM di dalam ruangan. Sedangkan bagi kelas yang tidak mendapat ruangan kelas mau tidak mau harus melakukan KBM di luar ruangan atau terkadang kembali menggunakan metode pembelajaran secara daring, yang dinilai kurang efektif.
Kondisi tersebut dirasa tidak adil, semua mahasiswa memiliki hak untuk mendapatkan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif. Pembelajaran di luar kelas memang bagus untuk melepas kejenuhan belajar di dalam kelas juga dengan adanya udara yang segar. Namun dibalik itu semua, pembelajaran di luar kelas juga memiliki kekurangan, seperti jika cuaca tidak mendukung, suasana sekitar yang ramai dan berisik, perhatian mahasiswa yang mudah teralihkan, dan sebagainya. Terutama jika terjadi cuaca yang buruk, biasanya jam perkuliahan akan dialihkan menjadi daring atau dilakukan penjadwalan ulang kembali. Akan tetapi, seringnya dosen dan mahasiswa lebih memilih untuk melakukan perkuliahan secara online saja, padahal seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran secara daring kurang efektif dikalangan para pelajar.
Tidak hanya itu, pada gedung-gedung perkuliahan juga masih jarang dijumpai gedung yang memiliki ruangan sholat khusus wanita di dalamnya, hanya segelintir bangunan saja yang memiliki ruangan untuk sholat. Hal ini tentu saja membuat mahasiswi yang beragama Islam kesulitan dalam melaksanakan ibadah sholat. Mereka harus keluar gedung setiap kali hendak beribadah. Terlebih jika lokasi gedung dan masjid cukup jauh ditambah dengan mahasiswi yang tidak memiliki kendaraan. mereka harus berjalan menuju masjid kemudian kembali ke gedung perkuliahan. Seperti yang kita ketahui, bahwa perempuan lebih dianjurkan untuk melaksanakan ibadahnya selain di masjid. Maka dari itu, alangkah lebih baik jika di dalam gedung terdapat ruangan sholat khusus wanita.
Namun pihak kampus tidak diam saja, Politeknik Negeri Lampung telah melakukan upaya yaitu dengan membangun gedung baru. Gedung ini nantinya akan diperuntukan bagi mahasiswa untuk melakukan proses belajar mengajar.
Hingga saat ini, 24 November 2022, pembangunan gedung masih berlanjut, harapannya pembangunan gedung dapat selesai tepat waktu sehingga permasalah perebutan ruangan kelas dapat segera menurun dan hilang. Juga diharapkan dapat dibangun ruangan sholat khusus wanita di dalam gedung baru maupun lama, sehingga dapat memudahkan mahasiswi dalam melaksanakan ibadahnya.
Pembangunan gedung baru ini juga diiringi dengan pembangunan lapangan baru yang cukup luas. Hal ini semakin menambah fasilitas yang ada pada kampus. Dengan adanya pembangunan ini, kita sebagai mahasiswa juga wajib menjaga fasilitas yang ada. Tidak hanya fasilitas baru, fasilitas yang telah ada pun harus senantiasa kita rawat dan jaga.
Karena dengan menjaganya, fasilitas yang ada dapat kita manfaatkan secara maksimal. Percuma saja jika ada gedung baru, namun gedung lama tidak kita jaga. Fasilitas kita tidak akan bertambah jika terus seperti itu. Menjaga fasilitas yang ada wajib dilakukan oleh semua masyarakat kampus Politeknik Negeri Lampung, baik itu dosen, mahasiswa, teknisi, dan lain-lain.(*Novri)
Allifianisa/ Mahasiswa Berprestasi, ProdiManajemen Informatika, Sabtu (26/11/2022). Foto: Dok. UKM Pers Sukma
Success is going from failure to failure without losing your en- thusiasm
Our greatest pride is not never fail, but bounced back every time we fall
Padang Savana, Rekomendasi Wisata Anti Mainstream di Kaki Gunung Rajabasa
Reporter: Triyono Abdurrahman Irfan
Sukma_Polinela; Lampung Selatan merupakan sebuah kabupaten yang letaknya paling Selatan di Provinsi Lampung. Kabupaten ini menjadi daerah yang lokasinya paling dekat dengan Pulau Jawa, sehingga menjadikan Lampung Selatan sebagai pintu gerbangnya Provinsi Lampung dengan adanya pelabuhan terbesarnya adalah Pelabuhan Bakauheni. Daerah ini juga memiliki banyak sekali tempat wisata alam, seperti pantai-pantai yang cukup terkenal. Selain pantai, Lampung Selatan juga memiliki destinasi wisata alam lainnya, salah satunya adalah Padang Savana Rajabasa.
Destinasi wisata tersebut merupakan sebuah padang rumput hijau di bawah Bukit Beriang di kaki Gunung Rajabasa yang terlihat menghampar dengan view areal persawahan dengan gubuk-gubuk milik petani, berpadu dengan bebatuan besar yang indah dan bukit-bukit asri yang menambah kesejukan tempat ini. Padang rumput ini mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, jadi belum banyak wisatawan yang berkunjung tempat ini. Tempat ini juga dikenal oleh anak-anak remaja dengan is-
tilah Padang Savana Mini. Rumput yang menghijau di kaki Gunung Rajabasa tersebut menjadi pilihan singgah untuk sejenak berswafoto menggunakan gawai, telepon pintar atau kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR).
Letak Padang Savana ini juga cukup strategis, yaitu berada di pinggir jalan besar Rajabasa, dengan tata letak sebelah Utara merupakan Bukit Beriang di kaki Gunung Rajabasa, sebelah Barat dan Timur merupakan areal persawahan, dan sebelah Selatan merupakan jalan dan pantai, jadi sudah dipastikan tempatnya sejuk dan indah sekali pemandangannya.
Lokasi yang dituju pada spot padang rumput hijau tersebut sangat mudah, dengan akses jalan lingkar pesisir bisa dilalui kendaraan roda empat dan roda dua, tepat di sebelah kiri jalan dari arah Kota Kalianda yang berjarak sekitar 15 kilometer.
Jika diakses dari kota Bandar Lampung, bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam yang berjarak kurang lebih 65 kilometer.
Salah satu remaja setempat mengungkapkan, bahwa ia sering sekali berkunjung ke tempat terse-
but untuk menikmati waktu senja bersama teman-temannya. “Saya hampir setiap sore datang kesini untuk sekedar melepas penat, menikmati pemandangan, dan menghabiskan waktu senja bersama teman-teman,” ujar Fira.
Waktu paling tepat yang direkomendasikan untuk berkunjung ke lokasi tersebut dan cocok digunakan sebagai objek foto adalah pada bulan Oktober hingga Desember setelah hujan, karena kondisi sebelumnya rumput kering dan sebagian bukit meranggas saat kemarau. Sebaliknya, sesudah hujan, padang rumput hijau dan perbukitan terlihat lebih segar sehingga wisatawan akan mendapatkan view terbaik dari tempat tersebut.Selain lokasinya yang indah dan asri, tempat ini juga gratis untuk dinikmati oleh para wisatawan, dan tidak adanya biaya parkir juga. Gebi selaku pengunjung yang datang dari Bandar Lampung mengatakan, bahwa keindahan tempat tersebut sangat direkomendasikan bagi para wisatawan yang sudah bosan dengan tempat wisata mainstream, seperti pantai dan air terjun, apalagi wisata tersebut tidak dipungut biaya bagi semua pengunjung. “Awal-
nya, tujuan saya datang kesini bersama teman-teman adalah ke air terjun, namun menurut saya air terjun itu sudah terlalu mainstream, akhirnya kami singgah ke Padang Savana ini, tempatnya ternyata indah banget, udaranya sejuk, ditambah dengan pegunungan, sawah, bebatuan, serta banyak kerbau juga di sini yang menambah kesan estetika tempat ini, apalagi masuk kesini gratis jadi sangat menghemat biaya liburan kami,” ungkap Gebi.
Jadi wisata alam Padang Savana yang berlokasi di kaki Gunung Rajabasa tersebut dapat menjadi rekomendasi liburan teman-teman pada saat pergi berlibur ataupun weekend. Namun, meskipun wisata tersebut gratis, pengunjung harus tetap menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, sehingga lingkungan wisata tersebut tetap terjaga kelestariannya. Mengingat Bukit Beriang yang menjadi latar belakang pemandangan tersebut sesuai dengan kearifan masyarakat lokal Rajabasa yang merupakan tempat yang disucikan, karena menjadi peninggalan leluhur mereka. (*Novri)
Pemandangan: Padang Savana, Kaki Gunung Rajabasa, Rabu (31/08/2022). Foto: Dok. UKM Pers Sukma
Pemandangan: Padang Savana, Kaki Gunung Rajabasa, Rabu (31/08/2022). Foto: Dok. UKM Pers Sukma