Buletin Al-Ibtikar Edisi 2 Periode 19-20

2 Al-IBTIKAR

Edisi

AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR AL-IBTIKAR

Buletin Mahsiswa

“Santri Pondasi Negri ”

Bau Amis THE SANTRI; trailer yang ambigu?

@narasi_gardapena

narasi garda pena

Predikat Santri; Generasi Pondasi Negri

@narasigardapena

2

Al-IBTIKAR

Edisi

02 07 10

DAFTAR ISI SALAM REDAKSI

BERITA

OPINI

12

04 08 11

ARTIKEL

CERPEN

PUISI

GAMES

TIM REDAKSI: Pelindung: K.H. Abdul Ghofur, MA. Penasehat: M. Wadud Kasyful Humam, Editor: Fakhrur Razi & Moh.Abror Husnun N. Pemimpin redaksi: Nailatus Sa'adah. Sekertaris: Ni'matus Shofiyana. Bendahara: Attaq Wayandi. Redaktur: Khoirul Masduki, Muslihatul Millah, Nurul Kholifah. Layout: Fauzan Nurul Khakim, Dyah Putri Roselia, Anif Musyafaah

01

DAFTAR ISI

2 Al-IBTIKAR

Edisi

HELLO. SALAM REDAKSI Assalamualaikum wr. wb.

Apa kabar semuanya? Senang bertemu kalian lagi.. Atas berkat Allah Swt., dukungan, dan semangat dari kawan-kawan semua, kami segenap crew Al-Ibtikar bisa kembali menerbitkan buletin edisi kedua. Kali ini kami mengusung tema “Santri Pondasi Negeri”, di mana tema tersebut kami pilih karena bertepatan dengan Hari Santri yang akan kita rayakan serempak di bulan Oktober ini.

Beragam opini menyelimuti akar kata “santri”. Sebenarnya siapakah santri itu? Apa tugas yang diemban mereka? Apakah mereka hanya mengaji mengaji dan mengaji saja? Dengan hadirnya buletin edisi kedua ini semoga dapat memberi sedikit gambaran dari pertanyaan-pertanyaan di atas.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Maka dari itu izinkan kami meminta maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam edisi kali ini. Tak lupa kritik dan salam dari kawan-kawan selalu kami terima dengan tangan terbuka. Semoga bermanfaat!

Wassalamualaikum wr. wb.

SALAM REDAKSI

02

2

Al-IBTIKAR

Edisi

B

erbicara masalah generasi penerus Islam tentulah kita terbayang pada pemuda

yang gagah perkasa dan siap untuk menatap masa depan dengan bekal ilmu agama

dan iman dalam dada. Kedua bekal itulah yang menjadi perantara bagi generasi

muda untuk melanjutkan estafet kepemimpinan generasi tua. Generasi muda merupakan tulang punggung suatu negara dan juga pemegang estafet kepemimpinan bangsa dan agama. Ditangan pemuda itulah yang akan menentukan suatu bangsa akan maju atau mundur. Ibnu Abbas dalam kitab Ihya' Ulumuddin juz mengatakan:

‫ﲑﻛﻠﻪ ﰲ اﻟﺸﺒﺎب‬ ‫ﻣﺎ اﰐ ﷲ ّﻋﺰوﺟﻞ‬ ً ُ ‫ﻋﺒﺪاﻋﻠﻤﺎاﻻﺷﺎّ واﳋ‬

Predikat Santri; Generasi Pondasi Negeri “Allah SWT tidak memberi seorang hamba ilmu pengetahuan kecuali diwaktu muda dan semua kebaikan dapat diperoleh pada waktu muda”.Generasi muda merupakan masapuncak kejayaan seseorang, bagai kelopak bunga yang telah lama menguncup dan akhirnya bermekaran. Namun, dibalik semua itu ada beban yang tidak mudah bagi bunga tersebut untuk merebakkan aromanya. Sebagai pemuda yang lebih fokus mendalami ilmu agamalebih akrabnya biasa disebut 'santri'-tentunya tidak hanya berkewajiban menekuni ilmu agama saja. Sebagai generasi Islam dan tulang punggung negara, santri diharapkan mampu untuk membawa misi Islam dengan tujuan agama Islam dapat berbaur dengan masyarakat serta istiqomah dalam membela negeri, baik dari segi politik, sosial, budaya, hukum, agama, dan sebagainya.

Sebagaimana dalam al-Qur`an surah Ali 'Imrān ayat 114, “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”Berdasarkan ayat tersebut jelas bahwa sebagian dari tugas seorang santri adalah mengajak atau menyeru kepada orang-orang untukamar makruf nahi mungkar, dengan artian santrilah yang harus berada dibarisan terdepan dalam memelopori pengibaran panji-panji agama Islam dalam amar ma'rūf nāhī munkar serta menjaga keutuhan NKRI. Sudah selayaknya seorang santri mengubur dalam-dalam sikap apatis terhadap masalah-masalah sosial yang muncul di masyarakat.c Terlebih, seorang santri akan menjadi cerminan yang baik bagi masyarakat. Dipundak santri-sebagai generasi muda-bersandar masa depan agama, nusa, dan bangsa kita.

ARTIKEL

03

Sebagai

2 Al-IBTIKAR

Edisi

Manakala generasi muda kita sudah malas-malasan, bersikap masa bodoh, sukanya bergelut dengan cinta sempit, dan sebagainyamaka jangan harapkan agama Islam bisa berdiri tegak sepanjang masa dan NKRI akan bertengger dengan Persatuan masyarakat multikuluralismenya. generasi muda, meneruskan perjuangan para Kiyai dalam menegakkan

panji-panji Islam yang berbasis ahl al-Sunnah wa al-Jamā'ah dan menjaga kesatuan NKRI merupakan tanggung jawab yang sangat besar bagi bunga yang sedang bermekaran untuk menyerbakkan wewangiannya. Yah, kita memperjuangkan

Islam yang berbasis

ahl al-Sunnah wa

bukan

al-Jamā'ah,

Islam

yang

berbasis lain -

I s l a m

berpedoman

hanya pada al-Qur'ān

dan

saja- namun kita juga

adith

berpegang para

y a n g

pada

ijma' serta qiyasnya

ulama',

juga mengikuti salah

satu dari empat

madzhab

yang

terkenal

yaitu

madzhab

Imam

Syafi'i.

Lebih

khasnya

Islam

yang masih memakai

kajian kitab kuning seperti yang sedang dikaji oleh para santri di pondok pesantren terutama pondok pesantren salaf.

Akhir-akhir ini banyak aliran-aliran Islam yang memaknai al-Qur'ān dan adith secara tekstual, tanpa melakukan penakwilan dan penafsiran. Padahal kita tahu bahwa sebagian dari ayat-ayat pada al-Qur'ān dan

adith Rasululullah SAW ada

yang masih bersifat global dan membutuhkan penafsiran. Kesalahkaprahan cita-cita dan pemahaman tentang hakikat ajaran islam yang sejati, yakni Islam sebagai ra

matan lial-'Alamin menjadikan Islam di Indonesia sebagai etnitas politik -

membentuk negara Islam atau khilafah al-Islāmiyah versi mereka sendiri- dengan perlahan akan merobohkan sendi-sendi pancasila dan

NKRI (Rahmat 2008).

Kebanyakan aliran-aliran Islam bercorak ekstrem yang mengupayakan pembentukan negara Islam dipelopori oleh arus globalisasi yang dikendalikan langsung oleh penganut faham ekonomi global (neo-liberal) di kawasan Barat. Mereka dengan sengaja meluncurkan gencatan-gencatan berupa tersebarnya isu khilafah Islam,

ARTIKEL

04

2

Al-IBTIKAR

Edisi

puritanisme Islam, dan juga termasuk fenomena-fenomena ISIS yang tidak hanya berdampak di Timur Tengah dengan tujuan isu agama sebagai kedok demi menjaga dominasinya dalam sistem ekonomi dunia. Menurut Baso (2013), Untuk melemahkan potensi persatuan rakyat di desa-desa serta mengaduk-ngaduk kekuatan masyarakat sehingga saling berkonflik antar sesama, maka para pemain ekonomi global (neoliberal) dengan sengaja mengulurkan tangannya kepada kelompok-kelompok agama puritanisme dan ekstrims sebagai hasil kerjasamanya dengan orang-orang Arab wahabi. Mereka dengan mudah menebarkan vonis-vonis bid'ah, syirik, dan khurafat yang keluar dari statement kelompok-kelompok tersebut yang merupakan salah satu media yang digunakan untuk memberangus kekuatan kaum Islam berafiliasi dengan faham kegamaan moderat dan menjunjung kearifan lokal setempat atau yang akrab dikenal sebagai umat Islam penganut nilaidan norma ahl al-Sunnah wa al-Jamā'ah.

Sebagai generasi muda harus sadar dan waspada terhadap aliran-aliran agama Islam yang mulai bermunculan. Tameng utama seorang santri untuk mengahadapi gempuran dari kelompok-kelompok agama puritanisme dan ekstrim yakni menjadi generasi yang mampu menentukan sikap mandiri untuk mencontoh perjuangan Nabi, Ulama, dan para pejuang agama yang telah berhasil menanamkan benih keimanan dan akhlak yang mulia ditengah-tengah masyarakat tanpa menjadi generasi muda yang suka membusungkan dada, membanggakan jasa orang tua dan kebesaran nenek moyang.

Dengan menopang amanah, santri diharapkan masih mampu untuk memasyarakatkan Islam dengan benar-benar berpegang teguh pada pada hal-hal yang benar, tidak hanya ikut-ikutan saja, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

ّ ِ َ ‫ وﻟﻛن‬،‫ت‬ ُ ‫ وإن أﺳﺎؤوا أﺳﺄ‬، ‫ت‬ ُ ‫اﻟﻧﺎس أﺣﺳﻧ‬ ‫وطﻧوا‬ ‫ إن أﺣﺳن‬، ‫اﻟﻧﺎس‬ ‫ أﻧﺎ ﻣﻊ‬: ‫ ﯾﻘول‬، ً‫إﻣﻌﺔ‬ ِ ُ َ ‫ﻻ ﯾﻛن أﺣُدﻛم ﱠ‬ .‫ﺗظﻠﻣوا‬ ‫ إن أﺣﺳن‬، ‫أﻧﻔﺳﻛم‬ ِ َ ‫ وإن أﺳﺎؤوا أﻻ‬، ‫ﺗﺣﺳﻧوا‬ ِ ُ ‫اﻟﻧﺎس أن‬ ُ َ ُ “Janganlah kalian menjadi manusia yang ikut-ikutan dan tidak mempunyai pendirian yang mengatakan 'aku bersama manusia, jika manusia berbuat baik.

Jika tidak, akupun mengikuti kejelekan mereka.' Tetapi latihlah diri kalian untuk menjadi baik dan berbuat baik bersama manusia yang berbuat baik.

Jauhilah jika hal itu sampai menjadi kebiasaan manusia”.

Hadist tersebut menghimbau agar santri yang juga sebagai tulang pungggung negara memiliki pendirian yang teguh, tidak mudah terombang-ambingkan oleh situasi yang setiap saat berubah, atau pengaruh yang bertentangan dengan agama. Seorang santri harus mengatakan batil terhadap perkara yang batil bahwa dalam mempertahankan agama kita tidak boleh kompromi dengan kebatilan. Seorang santri mesti tegas dalam menyikapi masalah kebatilan yang meruak di masyarakat. Seorang santri juga harus mengetahui cara menyampaikannya kepada masyarakat Indonesia yang multikultur agar masyarakat bisa menerimanya dan tidak memacu timbulnya disintegrasi. Itulah serangakian amanah dan tanggung jawab yang semestinya disandang oleh anak bangsa dengan predikat santri dalam diri pemuda Islam.

05

OPINI

2 Al-IBTIKAR

Edisi

THE

SANTRI

Trailer yang Perlu Ambigu

T

railer The Santri yang di-publish oleh PBNU menimbulkan komentar dari berbagai kalangan. Ada yang berpandangan positif ada yang berpandangan negatif.

Berjalan tanpa sekat, membawa tumpeng ke dalam gereja, dan berduaan—laki-laki dan perempuan—di kebun memberikan kitab qurrat al-`uyyun menjadi scene yang sering dikomentari.

Ketiga scene itu tidak mencerminkan kultur pesantren yang sesunggunya di Indonesia. Pertemuan antara putra dan putri di Pesantren menjadi hal yang sangat aneh dilakukan, walaupun pertemuan itu bisa terjadi di beberapa Pesantren tapi tentunya memiliki batas dan syarat tertentu.

Hasyim Asy`ari (red: lurah PP. Al-Anwar 3) memberikan tanggapan bahwa lm the santri belum bisa di hukumi secara muthlak karena masih berupa trailer, “kita harus menunggu lmnya rilis dulu” tuturnya. Hilman Farid (red: Ketua Senat Mahasiswa STAI Al-Anwar) juga memberikan pendapat yang serupa tetapi dia menambahkan bahwa hal semacam itu (berjalan tanpa sekat) bukan cerminan Pesantren sesungguhnya, apalagi lokasi syuting bertempat di Pesantren yang notabennya

melarang keras hubungan antara putra putri yang bukan mahromnya.

Scene berjalan tanpa sekat secara umum tidak mencerminkan kultur pesantren. Sangat dimungkinkan menimbulkan prepektif kalangan umum bahwa hal semacam itu sudah biasa terjadi, padahal pada kenyataanya hal itu adalah hal yang terkesan aneh.

Selain itu adegan membawa tumpeng ke dalam gereja juga perlu di analisa lagi apa sebab dan alasannya sehingga adegan itu bisa terjadi dikarenakan para ulama' khilaf tentang masalah ini. Pertemuan antara santri putra dan putri di kebun lalu memberikan kitab qurrotul uyyun menjadi hal yang aneh. “Kok bisa semacam itu (bertemu berduaan di kebun) terjadi” tutur Haysim As`ary.

Scene bela diri Pagar Nusa menjadi salah satu scene yang dipandangan positif dari beberapa santri.

Scene ini dapat menjadi promosi kebudayaan bangsa Indonesia di dunia Internasional. Film the santri diharapkan menimbulkan pandangan kebanyakan orang bahwa santri tidak hanya memiliki kelebihan dibidang spiritual dan akhlak saja namun bisa diberbagai hal (multitalent).

BERITA

06

2

Al-IBTIKAR

Edisi

“fabiayyiālāirabbikumātuka ibān”.

Bagaimana seorang laki-laki menciptakan rasa syukurnya sendiri, yang hanya boleh tabah ketika tak temukan lagi pundak untuk membantu meletakkan sedikit bebannya.

---

Aku tak pernah berambisi memasuki ruang belajar dengan basis pesantren seperti saat ini, yang menurutku malah akan mengurungku dalam dengung tasbih. Asal kalian tahu saja, aku hanya laki-laki yang tak pernah membau kitab-kitab salafi dan hanya pernah berkutat pada buku perhitungan, gerak benda, atom dan juga genetika saja sebelumnya. Selainnya, hanya suka menulis.

“Kamu nggak ikut mengaji lagi pagi ini?”

“Ya, ndhereaken Abah.”

Bagiku, tak sesederhana para santri lain, merasa senang dan bangga dekat dengan kyai dan berkhidmah.

Dulu saja, aku sekolah tinggal berangkat, kalau tak suka pelajarannya ya bangkuku beralih ke kantin. Itupun untunguntung aku bisa sampai gerbang sekolah, kalau sedang tak mood, aku memilih melajukan motorku mengelilingi kota.

Bagaimana dengan itu semua, tentu aku tak sempat berpikir untuk mengaji dan bahkan sampai mengikuti ke mana pun kyai ku pergi, seperti sekarang ini.

Take My Hand Oleh : Siti Rizqiyyah “Tak perlu belajar dengan keras hingga sakit seluruh tubuhmu, cukuplah dengan manut dhawuh e kyai. Inshallah barakah semua yang dilakukan.”

Walaupun dengan kelakuanku yang tergolong 'anak nakal', aku terhitung siswa yang cerdas. Nilainilaiku paling sedikit selalu tak kurang dari huruf B. Nilai akademis terakhirku saja hampir semua mendapat A. Aku posisi kedua di kelas, tak buruk kan? Maka seharusnya, dengan berbekal kemampuanku ini, aku yakin kalau kelak akan unggul juga di sini, setidaknya untuk beberapa mata pelajaran yang pernah kutemui, bahasa Inggris, bahasa Indonesia. Namun aku salah besar, aku tak bisa secerdas itu di sini, apalagi dengan perilakuku yang tak mulia di awal. Aku menjadi tak suka belajar, karena banyak tertinggal pengajian kitab, tak paham dengan tulisan berbahasa arab yang selalu disodorkan di depanku. Banyak sebenarnya dari teman-temanku yang memang belum pandai juga memahami kitab-kitab, tetapi setidaknya, mereka pernah mengunyah berjubel tulisan bahasa Arab gundulan itu. Familiar.

Sedangkan aku, melihat bentuk kitabnya saja baru sekarang. Masih untung aku bisa membaca huruf arab berharakat, seperti Al-Qur`an. Itupun ku pikir masih perlu banyak belajar dan berlatih lagi.

Apa sebabnya aku terdampar di sini, bisa secara beruntung dipercaya ikut Abah di ndalem beliau. Aku bukan anak yang baik padahal. Tapi Abah mempercayaiku sebaliknya.

“Tak apa-apa Fas, kamu bukan anak nakal kalau masih mau dengerin bapakmu buat mondok.

Pasti Bapakmu senang di sana.” Itu perkataan Abah yang selalu mendinginkan. Aku merasa masih punya tempat untuk berkesah, setelah Bapak tak di sini. Setelahnya untuk mengaji? Tentu masih, tapi kadang-kadang. Aku lebih sering diajak jika Abah bepergian, mendengarkan ceramah beliau hampir di setiap kesempatan, yang tentu akan semakin menambah perbekalan ilmuku. Tak banyak yang bisa aku tangkap sebenarnya, tapi aku senang mendengarkan beliau bernasihat dengan cerita-cerita, dengan bahasa yang cukup mudah diterima semua kalangan. “Bawa buku dan pulpenmu Fas, Abah lihat kamu suka menulis” Selalu itu saja pesan beliau. Tak pernah sekalipun beliau CERPEN menyuruhku paham terhadap apa yang disampaikan. Ku pikir, Abah juga menyerah terhadapku yang sulit paham dengan huruf arab tanpa harokat dan ajaran agama yang lain, juga terhadap ketertinggalanku yang cukup jauh di belakang dibanding teman-teman yang lain.

07

2 Al-IBTIKAR

Edisi

'Tak perlu belajar dengan keras hingga sakit seluruh tubuhmu, cukuplah dengan manut dhawuh e kyai. Inshāallāh barakah semua yang dilakukan.'

'Kamu beruntung sekali, jika sekali saja bisa bersitatap langsung dengan wajah kyai, apalagi hingga menatap kedua mata kyai. Pandangan para kyai tentu diperuntukkan kepada hal-hal baik, yang terpenting pasti telah bersua dengan guru-guru mereka hingga para sahabat, tentunya akan sampai kepada mata yang pernah melihat Rasulullah.'

Aku menjadi sedikit paham mengapa mereka, para santri, bersuka cita dekat dengan para kyai, terkhusus Abah di sini. Lantas aku telah menulis beberapa nasihat yang ku dengar dengan buku dan pulpen yang selalu ku bawa, terlebih pengajian Abah. Tak hanya itu sebenarnya, aku menulis apapun. Sampai-sampai catatan kecilku hampir penuh.

“Fas...” “Nggih, Bah.” “Abah perlu bicara.”

“Nggih.”

“Kamu ingin mengganti buku catatanmu?”

Aku kaget beliau bisa mengetahui hal itu, karena memang belum ku ceritakan pada siapapun, bahkan pada kalian, kan? Hanya niatan hatiku sendiri saja.

“Ini...”

Abah menyerahkan sebuah buku berukuran sedang yang cukup tebal. Sampulnya berbahan kulit berwarna coklat dengan aksen tali hitam berbahan serupa sebagai penutup buku jika kita mengikatkan tali di bagian depan sampul. Isi bukunya berwarna keemasan. Aku cukup yakin buku ini tak murah dan mungkin tak sembarang toko akan menjualnya, bisa juga ini memang khusus dipesan, karena aku melihat detail huruf timbul di pojok kanan bawah sampul buku, inisial nama Abah. Memang tulisannya tak terlihat jika tak diperhatikan ataupun diraba dengan tangan kosong. Tapi cantik sekali kalau telah menyadarinya.

“Kamu boleh mengganti catatanmu dengan buku ini, tetapi Abah ingin menyimpan catatanmu yang telah penuh kemarin itu.”

Bingung. Harusnya memang berkata 'ya', karena itu pun sebuah perintah bagiku. Belum bisa. Selama ini memang Abah yang menyarankan padaku membawa buku dan pulpen, namun juga dengan pertimbangan karena aku mudah lupa, makanya aku menyetujui membawa keduanya. Catatanku berisi ceramah beliau yang bisa ku buka kembali untuk dijadikan sebagai pengingatku sendiri. Aku masih butuh banyak sekali pelajaran, selain dari Abah langsung.

Abah telah meletakkan buku bersampul coklat itu di depanku, semakin disodorkan mendekat. Aku tak bisa terus membuat Abah menunggu jawabanku. Tak apa, lagipula aku akan bisa membuat catatan lagi dengan buku pemberian beliau. Bismillah. Aku menerima buku tersebut dan menyerahkan catatan kecilku kepada Abah.

--Kamu tahu kawan? Cerita ini mengantarkanku pada sebuah keberuntungan beruntun. Aku tak pernah tahu jalan hidupku sendiri. Abah membantuku membuatkan jalan yang terbuka lebar lewat tulisan yang beliau minta dariku.

“Kamu tak boleh menyimpan sendiri ilmu yang bisa disebarkan kepada orang lain. Kamu bisa merubah dunia bahkan, Fas.” “Mungkin awalnya kamu tak berniat mengikuti perintah Bapakmu untuk ke pesantren. Allah menyayangi Bapakmu karena lebih awal dipanggil-Nya. Tetapi Allah lebih menyayangimu dengan bersedianya kamu menerima pesan terakhir Bapakmu. Kamu juga bisa melihat catatan kecilmu itu tidak hanya dalam buku usang yang selalu kamu bawa. Kini, kamu bisa melihatnya di depan CERPEN etalase toko buku, dengan 'Faisal Putra Baal' tercetak besar di sampul depan buku.”

08

Al-IBTIKAR

Edisi

2

MEMBUKA KEMBALI SEJARAH: S

S

ejatinya peran para ulama dan santri dalam narasi sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilupakan begitu saja. Kontribusi yang mereka lakukan terbukti kokoh tidak hanya sebatas memperjuangkan kemerdekaan, menegakkan kedaulatan bangsa pada masa revolusi, namun juga berperan penting dalam menguatkan pondasi bangsa ini.

Jauh sebelum berdirinya NKRI, kaum santri sudah menunjukkan sinyal positif terkait persatuan dan kesatuan. Walisongo berdakwah secara santun, sehingga Islamisasi di Nusantara berjalan dengan damai, tanpa “dinodai” oleh pertumpahan darah. Pada masa penjajahan Belanda hingga Jepang, kaum santri tidak pernah absen membela negara untuk meraih kemerdekaan.

Putra kelima KH Hasyim Asyari, KH. A. Wahid H EN asyim pun ikut andil dalam anggota BPUPKI dan PPKI yang bertugas menyusun naskah pembukaan konstitusi.

09

OPINI

Rumusan teks Pancasila sila Pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan hasil buah pemikiran beliau untuk menggantikan kalimat “Kewajiban Menjalankan Syari'at Islam Bagi Pemelukpemeluknya”, bukti bahwa pandangannya luas dan subtil, mengedepankan integritas bangsa daripada egoisme semata.

Pasca kemerdekaan, ketika Tentara Sekutu dan NICA (NetherlandsIndies Civil Administrative) mendarat di Jakarta, Semarang, Surabaya dan Sumatra, 29 September 1945; sedangkan pemerintah Indonesia tidak melakukan perlawanan yang

nyata terhadap aksi tersebut, maka diadakanlah Rapat Besar Wakil-Wakil Daerah Nahdlatul Ulama seluruh Jawa dan Madura, Resolusi Jihad yang digelorakan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945

2 Edisi

Al-IBTIKAR

Santri Benteng NKRI menjadi pemantik semangat dan menginspirasi pejuang santri dan warga untuk terjun ke medan laga memukul mundur Sekutu. Pertempuran berlangsung di berbagai daerah secara serempak, demi mempertahankan kemerdekaan dan menegakkan NKRI. Shalawat Badar gubahan KH. Ali

Manshur Shiddiq adalah “saksi sejarah” yang masih lestari hingga kini, sebagai simbol perlawanan santri terhadap komunis. Shalawat Badar dipopulerkan ke berbagai wilayah demi membangkitkan semangat juang umat muslim untuk melawan Partai Komunis Indonesia (PKI), sekaligus sebagai tandingan bagi lagu himne PKI, “GenjerGenjer”.

KH. Maimoen Zubair, mbah Moen –sapaan akrab beliau- merupakan sosok ulama nasionalis yang gigih memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan ke-Indonesia-an.

Beliau tidak mempertentangkan antara Islam dan Nasionalisme. Salah satu upaya penting yang dilakukan oleh Mbah Moen adalah

menegaskan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT atas perjuangan yang penuh dengan kesungguhan dan menghapuskan penjajahan.

Dari paparan di atas tidak bisa dipungkiri lagi jaringan ulama-santri telah membentengi Indonesia dari pelbagai ancaman selama beradab-abad, dari serbuan kolonial, agresi militer hingga ancaman terhadap ideologi Pancasila sebagai pemersatu bangsa, Sayangnya para pejuang militer dari kalangan santri tidak banyak ditulis dalam catatan sejarah. Sampai saat ini santri masih menjadi benteng tak terlihat dari NKRI. Santri menjadi generasi penerus bangsa yang tak hanya sekedar memahami agama Islam secara mendalam, mengaji, memiliki jiwa religious namun juga memiliki kecintaan terhadap NKRI.

OPINI

10

Al-IBTIKAR

Edisi

2

Bumi Amis Karya: Avendeath

Aku berada di atas deru tosa Yang dibalut suara memekakkan telinga Berhias karat besi serta luka kenang lama Di antara desak penumpang berjilbab sama Kibar jilbabnya melantunkan doa Bau amis ini Semerbak bau yang kuhirup bertahun yang lalu Digandeng ibu yang mengikat iba hendak melepasku Di atas tanah yang dulu berupa onggok aspal kasar Disapu angin debu yang bermuara di lautan Masih selalu ku ingat Tangis genggam tanganku yang begitu pekat Tak mau terlepas ibu Rengkuhnya damai hilangkan takutku Masih begitu lekat sosok itu Berkelebat sorbannya saat temuiku Di ruang tamu kecil Sorot matanya teduh Rona wajahnya hilangkan PUISI peluh

11

Itu bertahun lalu Saat aku masih berbasuh ingus Berjilbab lusuh bak anak tak terurus Kemarin Kabar anyir mengetuk pintuku Sosok bermata teduh telah pulang Bersama para suri tauladan Dadaku sesak sebab kehilangan “Ia pulang nak, tugasnya selesai” Ibu menenangkanku sedemikian Kenalkah kau dengan ia?

Sosok besar yang begitu kau elu-elukan Ia berpulang ke tempat pengembalian Disambut tangis langit yang tak berkesudahan Aku mohon Jangan tambah amis bumi tempatku dengan membunuh semangat pengabdian Jangan bunuh hatimu dengan luka sebab memperbodoh asa Ia tetap bersama kita Bersama kenangan yang menghangatkan jiwa Bersama ilmu yang mendamaikan meski kehilangannya

2 Al-IBTIKAR

Edisi

TEBAK KATA

GAMES

12

SANTRI KEREN Halo sobat, ada yang menarik nih di kampus kita Ternyata santri itu selain mengkaji kitab, bias bermainmusik juga loh.

Jadi sobat-sobat tidak perlu khawatir lagi di mana mau disalurkan bakatnya, Nyatanya pesantren juga bisa kok.

UKM Musik Al Farabi Transoxiana STAI Al Anwar menyediakan: · Vocal · Drum · Gitar · Keyboard, dll Info lebih lanjut -Ahsanun Nathiq (semester 3 IQT) FB: UKM Musik Al FarabiTransoxiana STAI Al Anwar

Salam Literasi www.narasigardapena.com

!