konsisten. Gerakannya begitu halus, tanpa suara, tanpa celotehan apaapa. Pelan tapi pasti dua titik kecil itu maju, beringsut satu milimeter demi satu milimeter, tak peduli derap langkah kaki-kaki kijang, zebra, kuda, harimau, singa dan citah memekakkan telinga. Tak ada yang menawarkan bantuan untuk membonceng mereka karena masing-masing sibuk dengan pasangannya. Bukan hanya itu, adanya provokasi dari binatangbinatang yang merasa larinya cepat dan tenaganya kuat membuat migrasi itu menjadi arena perlombaan pacuan. Bahkan kura-kura pun mencibir mereka karena merasa larinya lebih cepat. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, sepasang titik itu terus bergerak sesuai dengan perintah yang mereka
80
dengar tatkala Tuhan menunjukkan arah kemana mereka harus menuju. Perjalanan itu bukan di tanah rata melainkan berbatu-batu dan mendaki, sebab bahtera itu dibangun Nuh di atas gunung. Suara hiruk-pikuk yang dulunya ada sudah berganti sepi. Suasana sepi itu berujung lengang ketika kura-kura pun sudah tidak kelihatan. Sepasang titik kecil itu sekarang tertinggal jauh. Kelelahan mulai menghiasi wajah mereka karena sudah berbulan-bulan mereka bergerak tanpa istirahat. Mereka ingin beristirahat sejenak tetapi perintah itu selalu terngiang di telinga mereka, bahwa di depan sana ada bahtera yang sudah siap berangkat. Begitu jelas dan berwibawanya perintah itu sehingga mereka kemudian harus beringsut kembali. Dalam keheningan
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 80
9/23/15 6:52 AM