Puisi Patah Hati

Page 1

a l isipu t patah H .

S E B U A H C E R I T A P E N D E K
M U H A M A D Y A F I

[HALAMAN INI SENGAJA KOSONG]

a l isipu t patah H .

[HALAMAN INI SENGAJA KOSONG]

a l isipu t patah H .

S E B U A H C E R I T A P E N D E K
M U H A M A D Y A F I

[HALAMAN INI SENGAJA KOSONG]

pisi u patahal Ht.

Aku suka sekali menulis puisi, salah satu penyair favoritku adalah Eyang

Sapardji Djoko Damono dan puisi favoritku tentu puisi legendanya ‘Aku ingin mencintaimu dengan sederhana’ . Aku suka menulis puisi karena bagiku, puisi bisa menceritakan banyak kejadian hanya dalam beberapa baris tulisan. Hari ini aku ada kelas pagi, biasanya aku selalu berangkat tepat waktu, tapi pagi ini sepertinya aku akan sedikit terlambat. Tadi malam, aku tidur terlalu larut karena aku harus membuat suatu karya sebagai syarat bergabung salah satu UKM Seni di kampus, dan aku menulis puisi. Setelah kelas selesai, seleksi untuk bergabung menjadi

anggota UKM dibuka, dan syaratnya masing-masing calon anggota harus mengirimkan sebuah karya bersama lembar formulir pendaftaran disatukan dalam satu map warna hijau untuk laki-laki dan warna kuning untuk perempuan. Karya yang dikirim boleh apa saja, ada yang menggambar, ada yang menulis, ada yang merekam saat bermain musik, dan ada juga yang menampilkan hasil jepretan fotografinya. Kata kakak tingkat, tradisi ini sudah dilakukan dari sejak awal UKM Seni ini berdiri Tradisi ini juga bisa sebagai filter untuk menerima anggota yang memang benar-benar “layak” diterima.

Kami menyebutnya UKM NISKALA, katanya, nama ini dipilih karena sangat mewakili sebuah karya seni, aku sendiri tidak tahu persis apa maknanya Tapi nama itu aku akui memang bagus, terdengar sangat seni di telinga. Salah satu alasan kenapa akhirnya aku ingin sekali bergabung, selain karena aku memang suka menulis puisi, adalah karena ada Kak Aldo. Kakak tingkat semester 7 yang sekarang juga menjabat sebagai Ketua Niskala. Kak Aldo adalah orang yang tidak sengaja aku kenal saat ada pameran display UKM sewaktu ospek dulu Menurutku, Kak Aldo adalah representasi dari Niskala, karena UKM ini mewadahi banyak cabang dari seni di dalamnya, maka ketua yang dipilih juga kebanyakan adalah orang yang mahir di banyak cabang seni. Kak Aldo hampir bisa memainkan semua alat musik, tulisan-tulisannya selalu dimuat di majalah kampus, bahkan sesekali juga masuk koran nasional, dan gambar tangannya di atas kertas tidak kalah bagus dari hasil jepretan foto kameranya.

Mungkin perlu aku luruskan, aku memang suka Kak Aldo, tapi bukan suka selayaknya jatuh cinta, ini bisa dibilang semacam decak kagum pada sosok idola Itu saja, tidak lebih.

“Rara!” namaku dipanggil dari dalam studio. Aku bergegas masuk. 1

“Halo kenalin Ra, nama gue Kevin, gue yang hari ini kejadwal nyeleksi elo, basic gue kebetulan juga nulis. Gue Kadiv SASTER, Sastra dan Teater, jadi entar kalo elo keterima, elo kemungkinan bakalan gabung di bawah divisi gue.” Kak Kevin memperkenalkan diri dengan ramah.

“Oh iya kak, salam kenal Kak Kevin,” jawabku tersenyum.

“Gue udah baca nih, puisi yang elo bikin, elo bisa ceritain dikit nggak? Buat proses kreatifnya,” sambung Kak Kevin pertanyaan selanjutnya.

"Oh iya kak izin ngejawab, jadi puisi itu aku tulis karena sebenernya aku pengen cerita kalau setiap masalah hidup itu pasti akan membawa pelajaran, termasuk patah hati. Jadi nggak perlu terlalu berlarut-larut, galau-galau nggak jelas, gitu sih kak kurang lebihnya ” Aku sedikit menjelaskan ke Kak Kevin

“Oke, oke, emm… terus dari kapan elo nulis puisi Ra?”

“Aku nulis puisi udah dari SMA kak. Emm… iya karena waktu itu tuh, aku patah hati kak, terus akhirnya, keterusan deh jadi suka nulis,” aku menjawab dengan sedikit malu.

“Ehehe mirip banget lagi sama Aldo,” Kak Kevin tertawa tipis

“Tapi kayaknya, patah hati emang bisa bikin kita jadi jago nulis puisi sih…

Anyway, mungkin segitu dulu aja pertanyaannya Ra, setelah ini gue bakalan ngobrol sama anak-anak Niskala yang lain, terus pekan depan bakalan diumumin, ditempel di mading depan sekretariat Niskala,” Kak Kevin melanjutkan.

“Oh, udah kak? Aku kira bakalan lama loh kak,” aku sedikit kaget

“Iya udah gitu aja, soalnya seni itu kadang nggak jelas, abstrak, kayak perasaan. Jadi kadang, nggak perlu waktu lama tapi rasanya beda aja. Ya berharap aja, semoga elo cocok ya di Niskala,” pungkas Kak Kevin mengakhiri.

Satu minggu sudah berlalu, aku yang hampir tidak bisa tidur selama seminggu terakhir ini karena terlalu deg-degan dengan hasil pengumumannya, akhirnya hari ini akan tahu hasilnya. Aku memang ingin sekali bisa join Niskala.

Selain karena ada Kak Aldo, aku merasa Niskala akan jadi tempat yang cocok buat mengembangkan kemampuanku di bidang Seni. Seperti yang diberitahu Kak Kevin waktu seleksi kemarin, selepas kelas terakhir, aku bergegas menuju ke mading depan Sekretariat Niskala Aku dan mahasiswa semester 3 lainnya, berdesak-desakan untuk melihat hasil pengumuman. Niskala memang salah satu

UKM yang lumayan populer dan banyak peminatnya, mungkin ini karena kampus

kami yang basic-nya juga seni dan dari Niskala juga banyak anggota yang

2

berprestasi. Setelah berusaha masuk ke dalam kerumunan, akhirnya aku bisa menemukan namaku, Aura Safira ada dalam daftar nama-nama anggota terpilih Niskala tahun 2023.

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan untuk anggota baru, mulai dari mini project sampai makrab, selanjutnya sebagai syarat terakhir sebelum akhirnya kami benar-benar resmi diterima jadi Niskala Muda sebutan anggota baru di UKM Niskala , kami diberi tugas untuk mengkonsep dan membuat sebuah pameran dan pertunjukan seni untuk bulan depan. Selama kurang lebih 1,5 bulan jadi anggota baru, aku lumayan sering memperhatikan Kak Aldo, sosok yang menjadi salah satu alasan kenapa aku ingin gabung Niskala. Meski kami tidak begitu dekat, tapi mungkin aku bisa menyimpulkan kalau Kak Aldo orangnya baik, dia ramah tapi dingin. Lebih dingin dari kulkas dua pintu, bagian freezer-nya. Kenapa aku bisa menyimpulkan seperti itu, karena aku pernah pulang terlambat setelah

mempersiapkan pameran dan pertunjukkan, lalu aku diantar pulang oleh Kak Aldo. Aku sudah tidak diizinkan lagi naik motor sebab aku pernah jatuh lalu

menabrak tiang listrik , jadi aku kemana-mana selalu memakai kendaraan umum atau ojek online. Waktu itu, tepat di samping gerbang parkiran fakultas, sudah hampir 30 menit aku berdiri di situ, waktu di layar HP menunjukkan sudah hampir tengah malam, dan aku tidak kunjung mendapatkan driver, satupun tidak ada yang nyangkut di aplikasiku, tiba-tiba dari arah belakang ada suara dengan nada yang sangat datar menyapaku. Ternyata Kak Aldo.

“Belum balik? Elo anggota baru Niskala kan?” tanya Kak Aldo Dingin

“Belum kak, dari tadi gak ada driver yang nerima.” Aku menjawab Kak Aldo.

“Elo? Emm…” Kak Aldo menjentikkan jari berusaha mengingat namaku.

“Aura Safira kak, Rara.” Aku menyebutkan lengkap nama panjangku.

“Oh… iya, sorry, gue lupa nama elo Rara. Mau balik bareng? Elo arah mana?”

Kak Aldo melanjutkan

“Arah Jalan Affandi kak,” jawabku pendek.

“Kebetulan tuh, kita searah. Ayok naik!”

“Oh… iya kak, aku naik ya kak.” Aku memakai helm bogoku yang sedang aku

pegang dan naik ke motor vario 125 cc warna merah milik Kak Aldo.

3

Malam itu untuk pertama kalinya, setelah 2 tahun sembuh dari patah hati cinta masa SMA, aku diantar lagi oleh seorang laki-laki menuju ke rumah. Perjalanan dari kampus ke rumah harusnya hanya 15 sampai 20 menit, tidak terlalu lama. Tapi ketika aku membonceng Kak Aldo rasanya jadi lama sekali dan tidak sampai-sampai Mungkin karena kami juga tidak saling ngobrol selama di perjalanan. Canggung setengah mati mungkin frasa yang tepat untuk mendeskripsikan situasi malam itu. Sebetulnya setelah malam itu aku tidak pernah banyak berinteraksi dengan Kak Aldo. Maklum, sebagai ketua UKM dia terlalu sibuk dengan urusan-urusannya. Tapi ada satu hal yang aku sadari, berawal dari perjalanan malam itu, ada rasa yang asing yang aku tidak tahu apa setiap kali aku berpapasan atau tidak sengaja saling berpandangan dengan Kak Aldo. Rasa yang nggak jelas, abstrak. Tapi rasanya, beda aja. Setelah kurang lebih satu bulan kami semua menyiapkan, besok adalah hari pameran dan pertunjukkan seni. Aku kebagian menjadi Seksi kurasi, tugasnya mengkurasi dan menyeleksi karya-karya yang akan ditampilkan di acara ini Aku dibantu banyak oleh Kak Kevin selama persiapan ini. Melalui Kak Kevin, aku juga jadi tahu beberapa hal mengenai Kak Aldo, salah satunya, ternyata mereka berdua sahabatan sudah dari sejak kecil, katanya walaupun tidak pernah direncanakan tapi mereka selalu satu almamater dari SD sampai Kuliah. Fakta yang semakin jarang ditemukan di hubungan pertemanan jaman sekarang

Seperti biasanya, H-1 sebelum acara pasti semuanya sedang sibuk-sibuknya, aku dengan teman seksi kurasi yang lain, mulai mengelompokkan karya-karya berdasarkan jenisnya yang sudah dikurasi beberapa hari sebelumnya. Kak Kevin dan Kadiv-kadiv yang lain juga ikut membantu sesuai dengan Divisi mereka masing-masing. Di tengah-tengah kesibukan H-1 tiba-tiba Kak Kevin membuka obrolan denganku.

“Gimana Ra? Bener kan kata gue, kayaknya elo cocok di Niskala,” ujar Kak Kevin, memujiku.

“Oiya kak? Kenapa soalnya?” tanyaku penasaran

“Seneng aja ngeliatnya, sat set gitu. Terus elo juga nggak gampang ngeluh gue liat-liat, idaman deh,” sambung Kak Kevin.

“Wah… Makasih banget loh kak pujiannya, jadi nggak enak. Aku berdoa semoga aku bisa ngebantu banyak Niskala dan Niskala juga bisa ngebantu banyak aku,” kataku sambil masih mengelompokkan karya-karya yang sudah terkumpul

4

“Iya sama-sama. Anyway, weekend ini, beres pameran, elo kosong nggak?”

tanya Kak Kevin tiba-tiba.

“Kenapa kak?” aku tertegun.

“Nggak papa, kalo elo kosong gue pengen ngajak elo makan di warung mie setan yang viral di sudut pertigaan itu, sebagai ucapan terima kasih karena elo udah bantu banyak buat bikin pameran dan pertunjukkan ini.” Kak Kevin menjelaskan maksudnya.

“Oh gitu kak, emm… boleh sih, tapi berduaan aja nih kak?” Perasaanku tidak enak, aku mencoba memastikan

“Nggak... nggak, kalau elo mau ngajak yang lain juga nggak papa sih Ra, ajakin aja, temen-temen Kurasi tuh.”

“Oh iya… boleh Kak, besok beres acara pameran aku kabarin lagi ya kak, jadinya siapa aja yang ikut.” Percakapan kami berakhir, kami segera melanjutkan dan menyelesaikan Setelah itu, aku bergegas pulang karena besok panitia harus sudah di lokasi dari jam 6 pagi, panitia masih harus checking akhir dan memastikan semuanya sudah siap dan sesuai rencana.

Keesokan harinya, aku sampai di kampus tepat pukul 05.30 pagi, di sana masih belum banyak anak Niskala yang datang, kakak tingkat juga belum ramai. Dari kejauhan, samar-samar aku melihat seorang laki-laki duduk di gazebo. Aku mendekat dan ternyata itu Kak Aldo yang sedang duduk melamun di gazebo depan sekretariat Niskala dan merokok seperti biasanya. Tidak ada istilah terlambat buat Kak Aldo. Meski stigma yang beredar di luar sana katanya anak seni itu susah di atur tapi Kak Aldo justru orang yang sangat teratur dan terjadwal. Katanya ‘Kalau ingin dihargai dalam hidup, maka harus menghargai waktu’ kurang lebih begitu isi sambutan Kak Aldo saat pertama kali menyambut kami di makrab waktu itu. Dari sejak awal aku mengenal Kak Aldo tidak ada kata lain selain kagum kepadanya. Dia orang yang berbeda dari lainnya. Unik, mungkin itu kata yang tepat untuk mendeskripsikan dia. Anak seni yang seni banget, tapi pemikirannya mirip pekerja kantoran. Anak seni yang karyanya dikagumi banyak orang, tapi tidak suka berada di sekitar banyak orang

Pagi itu, karena semua kerjaanku sudah selesai aku cek, sambil menunggu waktu dibukanya pameran, aku yang terlalu penasaran dengan Kak Aldo, memberanikan diri untuk mendekati dan mengajak ngobrol Kak Aldo.

“Halo kak, aku boleh duduk?” tanyaku sedikit malu meski lebih banyak takutnya.

5

“Duduk aja,” jawab Kak Aldo sambil bergeser dari satu sisi ke sisi satunya.

“Kak…"

"Ra ” belum aku selesai berucap, suara Kak Aldo menyahut bersamaan Kami terdiam. Hening.

“Elo duluan nggak papa yang ngomong,” sambung Kak Aldo.

“Nggak papa kak, duluan aja, aku nanti abis Kak Aldo,” aku mempersilakan Kak Aldo

“Gimana? Udah kelar persiapannya?” tanya Kak Aldo. Dingin.

“Udah Kak, tadi bagianku udah aku cek semua, terus harusnya udah nggak ada yang kurang sih Kak.” Aku menjelaskan ke Kak Aldo.

“Okey, makasih ya, udah bantu,” Kak Aldo merespon. Masih dingin.

“Iya Kak, sama-sama Oiya Kak, aku boleh tanya sesuatu nggak? Maaf kalau lancang,”

“Tanya aja, santai.” Kak Aldo menjawab sambil menghisap rokoknya yang tinggal setengah batang.

“Em… Kak Aldo… kenapa sih Kak? Kok suka menyendiri sama cuek banget,” tanyaku pelan Sepersekian detik setelah itu, aku merasa sangat bodoh menanyakan hal ini.

“ …. ” Kak Aldo diam. Suasana menjadi sangat canggung.

“Aduh, sorry Kak, sorry kalo bikin Kak Aldo jadi nggak berkenan, sorry aku tanya kaya gitu, sorry ya Kak sorry,” aku takut setengah mati.

“Hahahaha,” Kak Aldo tertawa

“Kenapa kak? Emang ada yang lucu ya kak?” aku semakin takut.

“Nggak... nggak ada yang lucu, jawabannya karena patah hati,” jawab Kak Aldo masih singkat.

“Maksudnya? Kak Aldo ?” aku bingung

“Dalam hidup kita akan merasakan jatuh hati dan patah hati. Di beberapa situasi, kita bisa merasakan keduanya, bersamaan, pada orang yang sama,” sambung Kak Aldo memperjelas.

“Masih belum nangkep Kak, aku nggak paham maksud Kak Aldo,” sahutku bingung

“Besok kamu bakalan ngerti, semoga kamu nggak harus ngerasain ya,” Kak Aldo berdiri dan meninggalkanku sendirian di gazebo.

6

Acara pameran dan pertunjukan seni hari itu berjalan lancar, menurut salah satu Kakak tingkat Niskala, jumlah pengunjung yang datang termasuk yang terbanyak sejak beberapa tahun terakhir. Kami sukses menyelenggarakan acara ini, akhirnya setelah melalui serangkaian acara untuk anggota baru, tepat hari ini, aku, Aura Safira, telah resmi menjadi Niskala Muda. Ini menjadi pencapaian pertamaku di kampus, aku harap dari sini aku bisa mendalami benar dunia seni, terutama seni sastra. Aku cukup bangga dengan berhasilnya acara ini, karena lumayan banyak yang sudah kami persiapkan sejak awal, dan syukurnya hasilnya sesuai dengan apa yang diusahakan.

Beberapa hari setelah acara, akhir pekan tiba. Aku hendak menepati janji untuk menemui Kak Kevin di warung mie setan viral di sudut pertigaan Tapi setelah aku coba untuk mengajak teman-teman Seksi Kurasi, mereka tidak bisa karena sudah ada acara sendiri-sendiri, dengan sedikit terpaksa akhirnya aku

menemui Kak Kevin sendirian. Siang itu, aku berangkat seperti biasa menggunakan ojek online, bersamaan dengan chat ‘OTW Ra’ dari Kak Kevin yang masuk ke WhatsApp-ku Kak Kevin memang lumayan dekat denganku, ia tidak sungkan untuk mengajakku ngobrol setiap kali ada kesempatan, seperti saat kami tidak sengaja ketemu di sekretariat atau di sela-sela acara kumpul rutin Niskala setiap hari minggu petang. Karena Kak Kevin juga basic-nya menulis, tidak jarang aku juga menanyakan beberapa hal terkait proses kreatif penulisan puisi atau referensi apa yang ia gunakan saat ingin menulis Tulisan puisi Kak Kevin juga tidak kalah bagus, ada satu bait puisi karya Kak Kevin yang sampai hari ini aku masih terkagum-kagum membacanya, indah sekali, puisi itu berbunyi

“Memandangmu dalam-dalam, adalah caraku menyukaimu diam-diam.”

Aku sampai di warung mie setan. Ada suara yang menyapaku.

“Eh Ra, elo ngapain di sini?” tanya Andin, salah satu teman di Niskala.

“Lohh ada Andin, kok bisa ketemu di sini sih? Lucu deh,” jawabku sambil memeluk Andin. Tidak menyangka.

“Gue mau ketemu Kak Kevin, ada janji. Elo ke sini gara-gara viral itu ya?”

sambungku

“Iya, soalnya keluar mulu di FYP gue Ra, penasaran dong gue jadinya,”

“Eh, elo nge-date ya Ra, sama Kak Kevin?” sambung Andin penasaran.

7

“Nggak lah, udah gila kali! Dia itu udah gue anggap kayak kakak gue sendiri Lagian harusnya ini tuh barengan anak kurasi, cuman anak-anak pada nggak bisa,” sahutku menjelaskan.

“Ooh, soalnya tadi gue ngeliat Kak Kevin kaya bawa bouqet bunga gede gitu, kirain buat elo.” Andin melanjutkan sambil menaikkan kedua pundaknya.

“Hah sumpah?” Aku kaget, “Nggak, nggak mungkin buat gue sih,” aku meyakinkan diri.

“Iya kali ya, nggak tau deh Ra, yaudah Ra gue duluan yaa, bye-bye!” Andin melambaikan tangan lalu menuju ke motornya.

Aku segera menemui Kak Kevin, kami mengobrol lumayan lama. Ditemani mie setan level 5, aku yang setengah kepedasan dan Kak Kevin yang terlihat kembung karena es teh yang terlalu banyak dia minum, diselingi sesekali tertawa receh, kami mengobrol dengan seru siang itu. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku menanyakan banyak hal tentang Kak Aldo Dari obrolan itu, aku jadi tahu kalau Kak Aldo sampai hari ini masih belum bisa move on dari seorang perempuan. Perempuan yang dia temui saat ia mendaftar untuk gabung Niskala 2 tahun silam. Katanya, perempuan itu cantik, matanya coklat, berlesung pipi, rambutnya pendek sepundak dan sedikit bergelombang Tapi belum lama mereka saling kenal, Kak Aldo harus kehilangan perempuan ini selamanya. Dia meninggal dunia karena kecelakaan, ditabrak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Setelah kejadian itu, Kak Aldo menjadi berubah sepenuhnya, termasuk sudut pandangnya mengenai cinta. Setelah kami mengobrol, aku juga menanyakan soal bouqet bunga yang dibawa Kak Kevin, dan benar dugaan Andin salah Bouqet itu jelas bukan untukku, katanya bouqet itu untuk temannya yang akan wisuda. Padahal seingatku jadwal wisuda masih sekitar satu minggu-an lagi, tapi aku tidak begitu peduli soal itu. Mungkin Kak Kevin ingin memberikannya lebih awal.

Percakapan hari itu berakhir, sebelum pulang Kak Kevin menawarkan untuk mengantarku pulang tapi aku menolak untuk diantar. Aku beralasan ‘rumahku jauh, kasian Kak Kevin nanti repot, jalannya susah’ dan berbagai alasan lain untuk menolak tawaran tersebut Padahal sebenarnya aku tidak ingin ingatan perihal diantar Kak Aldo malam itu terganti dengan ingatan baru diantar oleh orang lain, termasuk Kak Kevin. Beruntung Kak Kevin tidak memaksa, dia sepertinya mengerti, aku pulang ke rumah dengan ojek online. Malam harinya di jam-jam rawan overthingking, jam 11 malam lebih, aku yang biasanya sudah tertidur lelap, terpikir

8

obrolan siang tadi, kemudian mulai bertanya-tanya apa yang benar-benar membuat Kak Aldo sampai belum move on dengan perempuan itu. Selain karena cantik, apa sekiranya yang membuat dia menjadi sebegitu menarik di mata Kak Aldo. Sudah sejauh apa hubungan mereka, bagaimana perasaan mereka, sampaisampai Kak Aldo sepatah hati itu. Aku terpikir berulang kali tentang hal ini.

Sejak semalam, pikiran soal perempuan itu tidak hilang-hilang, aku merasa cemburu dengan perempuan itu. Meski aku sendiri tidak tahu bagaimana

persisnya, yang jelas perempuan itu pasti sempurna di mata Kak Aldo. Seandainya aku adalah perempuan itu, seandainya Kak Aldo berbalik lalu menyukaiku. Perlahan aku mulai sadar perasaan apa ini. Perasaan yang sempat hilang sejak patah hati terakhir di SMA. Perasaan yang membuat aku tidak bisa tidur semalaman. Perasaan ini tidak asing, hanya aku yang terlalu lama lupa, ternyata begini rasanya. Setelah 2 tahun sembuh dari patah hati cinta masa SMA, aku jatuh hati ke Kak Aldo Aku ulangi sekali lagi, aku jatuh hati ke Kak Aldo

Menjelang akhir tahun, tepatnya bulan November, kampus selalu ada event memperingati Hari Pahlawan dengan lomba-lomba, Pekan Seni Mahasiswa kami menyebutnya. Niskala sebagai salah satu UKM penyelenggara —karena Pekan Seni Mahasiwa dibuat secara berkolaborasi masing-masing UKM/organisasi wajib mengirimkan dua perwakilan sebagai delegasi. Kebetulan aku ditunjuk sebagai perwakilan dari Niskala Muda, dan Kak Aldo sebagai perwakilan ketua dari UKM Dengan adanya event Pekan Seni Mahasiswa ini aku semakin sering berinteraksi dengan Kak Aldo, perasaanku semakin jelas, aku menyukainya. Tapi setiap kali aku mulai merasa nyaman, dan obrolan kami nyambung, Kak Aldo selalu memberikan sinyal kalau dia tidak fokus, seperti terbayang-bayang sesuatu, biasanya Kak Aldo akan pergi setelah itu.

Event Pekan Seni berjalan dengan baik, Niskala memborong beberapa cabang lomba, meski bukan yang terbaik, tapi kami cukup bersyukur dengan hal itu. Setelah event ini selesai, aku kembali ke rutinitas, mengagumi Kak Aldo dari kejauhan. Beberapa kali aku mencoba memberanikan diri untuk menanyakan apa yang selama ini menjadi pikiran. Tidak mudah bagi seorang perempuan menyampaikan apa yang dirasakan. Tapi aku juga tidak tahan kalau terus-terusan seperti ini, aku ingin semuanya jelas. Agar jika memang harus patah, setidaknya aku belum terlalu jauh melangkah Hari itu, seperti biasa, gazebo depan sekretariat

9

menjadi tempat paling nyaman untuk Kak Aldo menghabiskan rokok dari satu batang ke batang berikutnya. Sendirian dan membelakangi keramaian. Aku memberanikan diri, untuk memperjelas rasa ini.

“Kak Aldo, aku masih penasaran, sama jawaban Kak Aldo waktu itu,” aku memulai obrolan.

“Kenapa Kak Aldo cuek dan sedingin ini sama Rara, apa karena Kak Aldo masih belum move on sama perempuan itu?” aku melanjutkan.

“Dari Kevin?” jawab Kak Aldo singkat.

“Iya, Kak Kevin udah cerita semuanya waktu itu, Kak Aldo masih terjebak masa lalu. Kenapa Kak? Jawab pertanyaanku Kak!”

“Penting banget ya?” Kak Aldo terlihat tidak nyaman.

“Penting, Kak Aldo itu penting buat Rara tau nggak?” aku menjawab dengan nada tinggi

“Oke gue jawab. Gak gampang buat lupa sama satu orang yang hadir setelah luka. Setelah patah hati masa SMA, gue akhirnya ketemu sama satu perempuan yang beda, yang ngebuat gue lupa apa itu luka. Tapi saat gue udah sadar bahwa ada perasaan yang tidak seperti biasanya, tiba-tiba tanpa aba-aba, gue harus kehilangan dia untuk selamanya, dan sialnya, dia mirip banget sama elo ”

“Hah, maksudnya kak?” aku menelan ludah.

“Gue inget persis lesung pipinya saat senyum, cara dia memandang dunia, irama ketawanya yang renyah, cara jalan dan melenggangkan tangannya, semuanya gue inget dengan jelas, semuanya, mirip sama elo.”

“Huuh” aku menarik nafas dalam

“Kalo sekarang aku yang ada di posisi Kak Aldo, gimana? Aku yang ketemu orang yang beda, yang bikin Rara lupa patah hati masa SMA, dan saat Rara sadar bahwa ada perasaan yang tidak seperti biasanya, tapi ternyata orang itu belum bisa lupa dengan masa lalunya, dan sialnya, orang itu Kak Aldo.”

“Udah Ra, nggak bisa, gue udah coba, nggak bisa! Gue pikir setelah ketemu elo, elo bisa nggantiin dia karena kalian berdua mirip banget. Tapi setiap kali gue liat elo, gue cuman jadi keinget sama dia. Gue jadi kebayang-bayang tentang dia. Gue nggak pengin elo cuma jadi pelarian gue, gue nggak pengin elo kecewa. Udah ya please ” Kak Aldo berdiri dan pergi meninggalkanku lagi di gazebo Kali ini berbeda, Kak Aldo pergi jauh, sejauh perasaanku yang menjadi asing lagi dengan diriku sendiri. Aku terdiam, pipiku mulai hangat, air mataku menetes.

10

Hubunganku setelah itu menjadi renggang Kak Aldo benar-benar menjadi orang asing sekarang. Bulan depan, pertengahan Desember, akan dilakukan

Musyawarah Besar Niskala, acara untuk pendemisioneran dan pelantikan pengurus berikutnya. Setelah itu, lengkap sudah, Aku akan semakin jarang melihatnya, Kak Aldo akan punya tempat nongkrong lain, selain gazebo depan sekretariat, Kak Aldo akan punya kesibukan lain, mungkin akan mulai fokus untuk mengerjakan tugas akhir atau mungin akan cari pekerjaan paruh waktu. Mungkin Kak Aldo akan tetap menjadi sosok yang terlaluh jauh di depanku, tidak tergapai sedikitpun. Hubunganku dengan Kak Kevin juga semakin berjarak, entahlah, sejak kabar mengenai confess-ku ke Kak Aldo mulai terdengar di lingkungan anak Niskala, ia menjauh tanpa ada alasan yang jelas.

Aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini, dua orang yang berkontribusi di awal perjalananku di Niskala, menjadi dua orang yang sangat asing sekarang

Seperti puisi yang aku tulis saat mendaftar di sini, aku menyadari, bahwa setiap kita adalah puisi patah hati. Setiap kita adalah personifikasi lara pada puisi yang berbeda. Setiap kita adalah goresan tinta yang berima luka. Mungkin benar kata Kak Kevin, patah hati membuat kita bisa menulis puisi. Tapi kalau aku boleh memilih, jika harus dengan patah hati aku baru bisa menulis puisi Aku harap, selamanya, aku tidak bisa menulisnya lagi. TAMAT

11

[HALAMAN INI SENGAJA KOSONG]

pe snli u Tnteag n

Muhamad Yafi Bagus Antasena atau yang lebih dikenal dengan

Muhamad Yafi merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi

Universitas Negeri Yogyakarta yang lahir di Bumiayu, 6 Mei 2001

Ketertarikannya dengan dunia tulis menulis dimulai sejak ia duduk di bangku SMP yang pada saat itu ia tuangkan lewat blog pribadinya. Selain itu, penulis juga sering menulis untuk konsumsi pribadi dan beberapa tulisan dibagikan melalui media

sosialnya. Cerpen ini merupakan karya keempat setelah cerpen "Pada Akhirnya Aku Menyerah", cerpen "Pada Tiap-tiap Pertemuan", dan Cerpen "Abah". Penulis berharap melalui karya-karya kecilnya ini, pesannya dapat tersampaikan kepada para pembaca di mana pun berada Baginya menulis menjadi terapi untuk berbagi dengan diri sendiri, memberikan ruang untuk diri ini agar bisa merasa didengarkan melalui tulisan.

My Social Media:

@muhamadyafi

@peoplesayeverything

13

Lnya ain Creepn Bcaa

SCAN HERE!

14
slmat ea !mia eknmti

[HALAMAN INI SENGAJA KOSONG]

pisi u patahal Ht.

MenulispuisiadalahsesuatuyangdisukaiRara. Menurutnyaiabisamenceritakanbanyakkejadian dalambeberapabaristulisan.Puisinyaberawal darikisahpatahhaticintamasaSMA,lalu berlanjutmenyukaimenulishinggasekarang.

UKMNISKALAmenjaditempatselanjutnyaia belajarmengembangkankemampuannyadi bidangSeniterutamaSeniSastra.Selainkarena sukamenulispuisi,salahsatualasankenapa akhirnyaiainginsekalibergabung,adalahkarena adaAldo.AldoadalahKetuadariUKM

NISKALA.Ceritapendek'PuisiPatahHati' adalahsebuahceritadariperjalanantokohRara mulaidarimendaftarhinggamenjadianggota

UKMNISKALAdemimengejarapayangiasukai, yaitumenulispuisidanjugaAldo.

M U H A M A D Y A F I

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Puisi Patah Hati by Muhamad Yafi - Issuu