Media Ceria Vol 26 | Perspektif Anak tentang Makna Merdeka Lewat Bermain

Page 1


ME CE

Online Pa u d & TK Na s ional Ce r ia

Memperkenalkan Hari

Memperkenalkan Hari

Kemerdakaan pada Si Kecil

Kemerdakaan pada Si Kecil

Perspektif Anak tentang Makna

Perspektif Anak tentang Makna

Merdeka Lewat Bermain

Merdeka Lewat Bermain

Makna Perilaku Anak Saat Masa

Makna Perilaku Anak Saat Masa

Adaptasi Di Minggu Pertama

Adaptasi Di Minggu Pertama

Sekolah

Sekolah

Majalah

MemperkenalkanHari KemerdakaanpadaSiKecil

Cara sederhana mengenalkan Hari Kemerdekaan kepada anak adalah dengan

mengibaratkannya seperti ulang tahun mereka sendiri, lalu jelaskan bahwa 17

Agustus 1945 adalah “ulang tahun” negara kita Pada hari itu, Soekarno dan

Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

KebebasanyangKitaNikmati

Ceritakan bahwa kemerdekaan memberi kita kebebasan—memilih, beribadah, berpendapat, dan bepergian Ajak anak menyebutkan kebebasan apa saja yang kita miliki dan mana yang paling mereka sukai.

ArtiBenderaMerahPutih

Tanyakan mengapa kita punya bendera Merah Putih, lalu jelaskan bahwa bendera adalah simbol kemerdekaan dan identitas bangsa. Aktivitas seru yang

bisa dilakukan adalah membuat prakarya bendera dari kertas, kain, atau

plastik, sambil menjelaskan makna warna merah dan putih.

perspektif anak tentang

makna merdeka lewat

bermain perspektif anak tentang makna merdeka lewat bermain

Bermain layangan di Hari Kemerdekaan

bukan sekadar aktivitas menyenangkan, tetapi juga menjadi simbol kebebasan bagi anak-anak. Dalam proses melukis,

berlari, dan menerbangkan layangan, anak diberi ruang untuk berimajinasi, mengekspresikan diri, serta bergerak bebas di alam terbuka.

Melalui pengalaman ini, anak-anak tidak

hanya merayakan kemerdekaan bangsa,

tetapi juga merasakan arti merdeka

secara emosional sebuah kebebasan

untuk tumbuh, bermain, dan belajar

dalam suasana yang penuh kasih dan dukungan.

Berikut alasan mengapa acara bermain layangan adalah pilihan yang sempurna

untuk mempererat hubungan dan menciptakan kenangan yang berharga

01

Bermain Layangan: Seru dan

Sehat untuk Si Kecil!

Bermain layangan bukan cuma soal kesenangan, tapi juga mendukung

perkembangan fisik anak Saat berlari mengejar angin, anak-anak tanpa sadar melakukan olahraga ringan yang membangun daya tahan

tubuh dan kekuatan otot Ditambah lagi, mereka mendapat manfaat dari udara segar dan sinar matahari baik untuk kesehatan secara keseluruhan.

Tak hanya itu, mengendalikan layangan juga melatih koordinasi mata

dan tangan. Anak belajar menggerakkan tali dengan presisi, yang

bagus untuk perkembangan motorik halus dan kesadaran spasial mereka.

02

Bermain Layangan untuk Mengasah Kemampuan Belajar

Siapa sangka, bermain layangan juga bisa menjadi cara seru untuk meningkatkan kemampuan belajar anak? Melalui kegiatan ini, anak secara alami diperkenalkan pada konsep dasar fisika seperti gravitasi

dan arah angin. Mereka belajar langsung bagaimana gaya angkat dan hambatan bekerja saat mencoba menjaga layangan tetap terbang di udara

Tak hanya itu,Saat menghadapi tantangan seperti layangan tersangkut atau angin berubah, anak belajar berpikir kritis, menyusun strategi, dan tetap berusaha.Semua ini tentu menjadi bekal penting dalam proses belajar mereka sehari-hari

03

Bermain Layangan: Hubungan Keluarga

Makin Dekat

Bermain layangan bisa dinikmati semua usia—dari anak-anak hingga

kakek-nenek Kegiatan ini menyatukan keluarga dalam suasana santai dan menyenangkan.

Melalui aktivitas sederhana ini, tercipta interaksi yang hangat dan kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama, membangun

hubungan yang lebih dekat antar anggota keluarga.

04

Memberikan Rasa Pencapaian,

Keteguhan dan Kesabaran untuk Anak

Menerbangkan layangan tidak selalu berhasil dalam sekali coba Saat menghadapi kegagalan, anak belajar untuk mencoba kembali dengan

cara yang berbeda. Proses ini membantu membentuk sikap tangguh dan tidak mudah menyerah

Begitu layangan berhasil terbang tinggi, anak pun memahami bahwa hasil yang baik datang dari usaha dan ketekunan Sebuah pelajaran berharga yang bisa dibawa ke berbagai aspek kehidupan.

05

Menghubungkan Anak dengan Alam

ermain layangan memberi kesempatan bagi anak untuk menikmati alam terbuka. Mereka belajar menghargai lingkungan sekitar—melihat langit, merasakan hembusan angin, hingga mendengar suara burung semua ini memperkaya pengalaman sensorik mereka.

Selain itu, anak juga mulai mengenal cuaca Mereka belajar

membedakan langit cerah, memahami arah dan kecepatan angin—

sebuah pengantar menyenangkan menuju dunia sains dan alam

MaknaPerilaku AnakSaatMasa AdaptasiDi MingguPertama Sekolah

Anak Menangis di Masa Awal Sekolah

Di awal masa sekolah, wajar jika anak menangis Tangisan bukan tanda manja atau drama, melainkan cara mereka berkata, “Aku belum nyaman ” Anak butuh figur yang memberi rasa aman dan waktu untuk membangun kepercayaan

Selama tiga hingga empat tahun pertama, dunia anak hanya berputar di sekitar keluarga ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, atau pengasuh. Ketika

tiba-tiba berada di lingkungan baru dengan orangorang yang asing baginya, wajar jika ia merasa canggung dan tidak nyaman

Anak yang belum mau duduk diam

Anak yang belum siap duduk lama bukan berarti bandel itu tanda regulasi diri mereka masih berkembang Rentang fokus anak usia dini umumnya hanya 3–5 menit, sehingga wajar jika anak TK sulit duduk diam karena sebagian besar aktivitas mereka melibatkan gerak fisik dan bermain

Berlari di kelas, mengganggu teman, atau asyik sendiri adalah hal yang biasa Namun, anak usia 5–6

tahun tetap bisa mulai diajarkan duduk tenang saat belajar, tentu secara bertahap tanpa paksaan Guru

dapat mengelola situasi ini secara kreatif, misalnya

lewat kegiatan bercerita

Bercerita membuat anak lebih betah duduk sambil

terlibat aktif, sekaligus melatih konsentrasi, daya ingat, imajinasi, dan kemampuan kognitif Agar menarik, pilih tempat yang nyaman tidak selalu di kelas, bisa di teras, bawah pohon, atau arena

bermain serta gunakan alat peraga seperti buku, gambar, atau boneka. Tanpa alat pun, cerita tetap

bisa hidup melalui suara, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan tiruan suara tokoh

Selain bercerita, kegiatan sederhana seperti menyusun balok juga efektif untuk melatih konsentrasi

Anak yang Belum Mau Ditinggal

Orang Tua

Anak yang belum mau ditinggal bukan berarti manja itu tanda keterikatan yang sehat Mereka butuh

rasa aman sebelum berani ditinggal Setiap anak punya waktu berbeda untuk beradaptasi Tangisan di

hari-hari awal sekolah adalah hal wajar, bahkan bisa muncul lagi meski hari pertama berjalan lancar.

Tetap tenang, jangan panik, dan yakinkan anak bahwa ia tidak akan ditinggalkan

Mulai hari kedua, biasakan anak ditinggal bersama guru Jelaskan bahwa orang tua hanya mengantar

sampai gerbang dan akan menjemput setelah pelajaran selesai. Beri waktu untuk berpamitan, peluk hangat, dan tepati janji Hindari pergi diamdiam atau memberi informasi yang tidak benar karena dapat mengurangi rasa percaya.

Jika harus bekerja, sampaikan dengan jujur dan pastikan menjemput anak dengan tepat waktu Saat anak menangis, tenangkan terlebih dahulu, lalu katakan dengan lembut namun tegas bahwa orang tua harus pergi Dengan sikap konsisten, anak akan lebih cepat percaya dan merasa aman di sekolah barunya

Anak yang Belum Bisa Bermain kelompok

Hindari ancaman atau paksaan saat si kecil enggan bergabung dengan teman, misalnya, “Kalau tidak

mau bergabung, nanti Ibu tinggal ” Kalimat seperti ini

justru membuatnya semakin menutup diri

Biarkan Ia menjadi pengamat terlebih dahulu. Wajar

jika anak yang di rumah aktif terlihat pendiam di sekolah lingkungan baru membuatnya perlu waktu

untuk merasa nyaman dan aman sebelum mau ikut bermain Beri kesempatan untuk beradaptasi, biarkan mengamati, lalu ajak berdiskusi setelah

kelas Gunakan kalimat dukungan seperti, “Ibu akan senang kalau besok mau bergabung dengan temanteman, ” bukan kalimat tekanan

Mulailah dengan latihan kerja kelompok kecil, misalnya berdua, agar komunikasi dan kerja sama

lebih mudah terjalin Hindari langsung

memasukkannya ke kelompok besar yang

berpotensi membuat semakin malu Jangan biarkan

terlalu lama bermain sendiri; berikan peran kecil

dalam kegiatan kelompok, walau hanya sebagai pendengar atau peserta.

Anak yang Belum Mau

Mengikuti Peraturan Kelas

Bagi anak usia dini, mengikuti aturan bukan hal yang otomatis bisa dilakukan. Mereka belum sepenuhnya

memahami konsep abstrak tentang “aturan” dan

membutuhkan contoh nyata, pendampingan, serta pengalaman sosial yang cukup Bentakan atau ancaman hanya membuat mereka tertekan, bukan mengerti

Sering kali, orang tua menganggap anak “bandel” atau “sulit diatur” hanya karena mereka melanjutkan bermain saat diminta berhenti Padahal, dunia mereka penuh rasa ingin tahu dan eksplorasi.

Sebelum menuntut anak patuh, pastikan aturan sudah disampaikan dengan bahasa sederhana dan jelas Gunakan komunikasi positif: katakan dengan singkat, tidak bertele-tele, sambil melakukan kontak mata atau sentuhan ringan seperti menepuk pundak

Sertakan ekspresi wajah dan nada suara yang

hangat agar pesan lebih mudah diterima. Bangun keyakinan bahwa disiplin akan membawa hasil baik di kemudian hari, tanpa ada unsur paksaan

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.