Malut post, 13 oktober 2016

Page 16

OPINI

KAMIS, 13 OKTOBER 2016

Tawuran: Polutan Ekoteologi

G uru Menulis Redaksi menerima artikel yang ditulis oleh guru terkait tugas dan tanggung jawab profesinya terutama pengembangan mata pelajaran sekolah

SMS PEMBACA Kapan Gaji Guru PTT Halteng Dibayar Kepada yang terhormat Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Tengah. Kapan gaji guru PTT akan dibayar? Kami sudah melaksanakan tugas dan kewajiban. Selayaknya 7 bulan gaji kami dibayar tapi sampai saat ini belum juga dibayarkan. Harapan saya semoga saudara saudara guru honorer diperhatikan. mereka sudah melaksanakan tugasnya sesuai APBD. Kami mohon hal ini segera diatasi. Pengirim: +6285342749388 Pak Wali Kota Tolong Berantas Pungli Di ibukota Negara Presiden Joko Widodo sedang gencar-gencarnya melakukan pemberantasan pungli secara besar-besaran. Di Ternate bagaimana dengan wali kota kita Bapak Burham Abdurahman. Bapak tolong cek dinas pasar. Mereka menjual los dan kios Pengirim: +6281244875340 Pak Gubernur Tolong Tegur Kepala BP3AKB Kepada yang terhormat Bapak Gubernur Maluku Utara. Tolong evaluasi kembali Kepala Badan Pemberdaya Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) karena selama beberapa tahun menjabat sudah melakukan hal hal yang dianggap menyalahi. Misalnya ada pegawai honor yang baru diangkat dengan kebijakan sendiri memotong gaji honorer yang lain untuk diberikan kepada honorer baru yang sudah tidak berkantor selama dua bulan terakhir. Honor-honor panitia kegiatan staf di hotel Bela Mei lalu belum dibayarkan sampai sekarang. Diduga selalu memangkas perjalanan dinas staf. Tidak transparan terhadap SHU pada semua kegiatan. Selalu keluar daerah dan jarang berkantor. Ada juga mengajak beberapa ibu majelis ta,lim keluar daerah dengan menggunakan anggaran kantor. Tolong transparan pada semua anggaran kegiatan agar pegawai juga bisa puas dan percaya. Sampai Oktober ini uang makan dan minum pegawai baru dibayar untuk April dengan dalih Mei, Juni, Juli yang sudah cair Rp 100 juta lebih itu digunakan untuk makan minum tamu. Bahkan diduga ada persekongkolan dengan bendahara membuat SPJ fiktif. Mohon BPK melakukan audit atau pemeriksaan di BP3AKB Provinsi Maluku Utara. Baru menjabat sudah seperti begini apalagi kalau sampai akhir tahun anggaran. Kami berharap Pak Gubernur bisa memilih orang yang membantu gubernur menjalankan roda pembangunan di Malut. Pengirim: +6281543352886

Malut Post • HAL. 16

malutpost.co.id

Art: ATU

“Subuh yang tercemar” udara pagi ini tiba-tiba beraroma mesiu, mata pagi ini tiba-tiba pedih berair mata ga kokok ayam pagi ini tiba-tiba bersuara dentum tembak, adzan ini tibatiba serasa memanggil para baduy berpesta darah. b*d*b*h kau wahai kaum polutan budaya! kedamaian pagi ini kauusik dengan pesta kedabatan subuh ini kaucemari limbah syahwat egomu. ah...subuh yang tercemar! SEBUAH puisi pagi muncul di FB, menggambarkan pecahnya kembali tawuran kampung (tarkam) Toboko dan Mangga Dua di ruas jalan depan asrama Kelapa Pendek. Pagi ini pula, terbit tajuk media ini berjudul “Bentrok Abadi” (Malut Post, 12 Oktober 2016). Penulis tertarik frasa ‘polutan’ dari puisi dan ‘sikap’ media ini, dan tergerak menulis fenomena tawuran pada artikel ini. Polutan Ekoteologi? Demi Allah! Siapapun tidak setuju dan mengecam adanya ‘tawuran’ dan bentuk kekerasan lainnya. Negeri Moloku Kie Raha ini sudah kenyang dengan ‘hal’ itu dan kini tengah berbenah mengobati luka dan dampak tragedi tersebut. Sosiolog Tamrin Amal Tomagola, pernah menganalisis‘kekerasan komunal’ itu sebagai fenomena yang dipicu persoalan perbedaan identitas sosial, perebutan akses sumber daya alam / SDA dan kekuasaan / politik. Terlepas dari sejarah kelam tersebut, sejatinya masyarakat sudah trauma dengan berbagai bentuk kekerasan. Mereka sudah jenuh ketika membaca berbagai berita ‘budaya kekerasan’ baik secara pribadi (kriminal) maupun kekerasan kolektif, termasuk tarkam. Penulis membaca keresahan dan kejengahan masyarakat di media sosial dari berbagai reaksi yang muncul. ‘Polutan’ secara makna bahasa berarti ‘alat / bahan’ pengotor, terkait fenomena pencemaran lingkungan. ‘Ekoteologi’ adalah konsep teologi konstruktif yang membahas interrelasi antara agama dan alam, terutama dalam menatap masalah-masalah lingkungan. Penulis mengembangkan konsep ekoteologi dalam buku “Ekoteologi Moloku Kie Raha : Gagasan Pengendalian Ekosistem Hutan Maluku Utara”. Aspek dari ekoteologi tersebut adalah spiritualitas, ekologi dan sosial-budaya. Maka, penulis mencoba membuat sintesa, tawuran sebagai polutan ekoteologi, sebuah fenomena yang berakibat lingkungan (spiritual-ekologi-sosial budaya) tercemar. Polutan ini berpotensi merusak pertumbuhan ekosistem pun individu manusia di dalamnya, termasuk generasi anak-anak kita. Secara spiritual, tawuran kemarin pagi sangat mengganggu. Menjelang

Om Faduli

Aspirasi Pembaca

Oleh: Ibrahim Asnawi Alumni Fakultas Perikanan Unkhair Ternate

subuh, kalimah-kalimah toyyibah tercemar oleh suara kasar / makian para insan khilaf, bahkan hampir campur aduk antara takbir dan caci maki. Ironi sebuah negeri yang kental budaya syariat Islam, di bawah daulah sang Ustad. Ketika keluar dari masjid, usai sholat subuh, seorang kakek pedih matanya oleh polutan gas air mata aparat keamanan yang ‘tampias’ / terpancar hingga perkampungan. Anomali itu tersirat dalam puisi di atas. Secara sosial, tawuran itu mencemaskan psikologis para pedagang ‘barito’ / bawang rica tomat yang hendak ke pasar Kota Baru –yang notabene kemarin pas hari Pasaran (Rabu). Pun mencemaskan hati para orang tua yang pagi-pagi melepas anaknya untuk sekolah, termasuk mereka yang malam hingga subuh kemarin mencari-cari anaknya, apakah ikut ‘pesta destruksi’ itu atau tidak. Secara kultural, tawuran bukanlah ajaran nenek moyang kita yang menjunjung norma adat seatorang Moloku Kie Raha. Tawuran adalah ‘polutan budaya’, seperti isi puisi itu. Dampak ekologi tawuran tersebut terlihat pasca tawuran. Penulis sempat melihat kesibukan para petugas kebersihan sibuk membersihkan sampah, bekas bahan terbakar hingga pecahan kaca yang berserakan di ‘zona tawur’. Para altruis tersebut bekerja cepat tanpa banyak timbangan selain demi keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Bentrok Abadi? Bukan! Penulis tertarik membaca ‘sikap’ media ini yang menulis besar frasa ‘Bentrok Abadi’. Penulis kurang sepakat dengan frasa tersebut, jika tidak ditambahkan tanda tanya (?). Sepintas mata, bagi sebagian pembaca, frasa tersebut relatif mengarah pada sebuah kesimpulan, bahwa damai adalah sekadar ilusi bagi negeri ini. Meski secara materi, substansi ‘sikap’ tersebut positif berisikan analisis fakta dan sebuah asa. Kesimpulan tersebut bisa membuat sebagian pembaca ‘pasrah’, ‘setuju’, bahkan tidak bisa berfikir – bertindak sama sekali dalam mengatasi isu tarkam. Semoga tidak! Menurut penulis, judul ‘sikap’ di atas akan lebih menggerakkan- menggerahkan jika ditambahkan tanda tanya (?). Ketika ‘sikap’ kita sudah mengandung tanya (?),subjek di luar kita (para pihak terkait) akan memberikan sebuah reaksi. Pertanyaan tersebut akan memantik semua pihak untuk memberikan jawaban pun tindakan. Menegasikan pertanyaan tersebut, membantah bahkan memancing nalar sadar pembaca untuk membuat sebuah

wacana tanding, counter culture yang lebih positif dan produktif. Bagi para pelaku kekerasan (tarkam), bisa jadi pertanyaan tersebut (Bentrok Abadi?) adalah palu godam nurani, apakah tindakan destruktif mereka kan berakhir atau ‘lebih ganas’. Bagi orang tua dan para tokoh masyarakat dan agama, pertanyaan tersebut menuntut tanggung jawab lebih mereka untuk menjaga dan mendidik generasi muda, khususnya anak-anak. Bagi para aparat dan pemimpin (pengambil kebijakan), pertanyaan tersebut meminta tanggung jawab mereka membuat kebijakan yang benar-benar memberikan solusi nyata, bukan sekadar formalitas – ‘seremoni uang rakyat’, menghabiskan anggaran pemerintah. Ketegasan, keteladanan pun integritas aparat pemerintah menjadi taruhan masyarakat yang terbelenggu budaya kekerasan ini (pelaku dan korban) untuk menyerahkan resolusi masalah sosial yang ada kepada mereka. Sekali lagi, tawur kemarin dan sebelumnya bukanlah bentrok abadi. Bagi penulis, itu adalah anasir kecil dinamika sosial budaya kita, dan akan berakhir karenaNya, jika semua pihak sepakat mengakhiri. Pertimbangan ekoteologi (spritualitas-ekologi-sosiologi) Moloku Kie Raha seharusnya menjadi landasan fikir dan kesadaran kita. Seorang hamba (‘Abdullah) pun wakil Tuhan di muka bumi (khalifah) takkan berbuat rusak – menumpahkan darah, jika tak mau disamakan makhluk nirbudi (tanpa akal) yang dikhawatirkan para malaikat pada drama penciptaan Adam as(QS. 2/ Al Baqarah : 30). Tawur Budaya : Resolusi Konflik Masih tersimpan di benak ingatan kita, beberapa bulan lalu, di sepanjang jalan pantai reklamasi Mangga Dua terselenggara pentas budaya oleh Komunitas Parton (Pemuda Mangga Dua) dan Pemuda Mangga Dua Utara, Toboko, Tanah Tinggi dan kelurahan di sekitarnya. Pentas tersebut menyiratkan harapan baru terwujudnya masyarakat harmoni dan lebih berbudaya. Hajatan sosial – budaya tersebut mengangkat kesadaran generasi muda menghormati budaya leluhur, dengan melestarikan kesenian tradisional (Lalayon, SoyaSoya, hingga perlombaan anak-anak). Sebulan lalu, para santri TPQ Darul Falah (Kelapa Pendek-Mangga Dua Utara) dan TPQ Baitul Amanah (eks Gudang Bimoli-Toboko) binaan Satgas Pamrahwan Yon Armed XII Angicipi Yudha, berpentas tari Soya-soyadi Hotel Bela International-Ternate pada acara Rakor Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat, Kementerian LHK. Anak-anak ‘generasi putih’ tersebut

tengah tampak rukun dan kompak menjalankan ‘ngamen budaya’, menjaja dan menghelat prestasi tubuh dan budaya mereka, diselimuti kebanggaan tersendiri menari di hadapan tetamu Nusantara dan Jojau Kesultanan Tidore. Dua prestasi budaya tersebut sejatinya bisa menjadi sebuah resolusi baru kita menyikapi fenomena tarkam dan kekerasan pada umumnya. Polah anarki mereka dapat dikemas menjadi sebuah kreatifitas baru, dari ‘budaya tawur’ menjadi ‘tawur budaya’, ajang adu kreasi – prestasi ekoteologi anakanak negeri, fastabiqul khairat. Kita bisa melihat beberapa budaya Nusantara, seperti di Sumbawa (NTB), Flores (NTT) dan Dayak (Kalimantan) terdapat pentas tawuran yang dikemas dalam kreasi budaya. Tak ada salahnya, kita mengadopsi kreatifitas tersebut. Tawuran nyata yang cenderung anarki tersebut, bisa kita kemas dengan bahasa budaya, agar lebih halus, berirama dan bermakna. Generasi muda, khususnya anakanak dan kaum belia, sejatinya dapat menjadi ‘duta perdamaian’ pada tawur budaya tersebut. Dunia mereka adalah dunia yang masih suci berinterkasi, tanpa balutan dendam dan aroma ‘kesesatan etika’ (minuman keras, pergaulan bebas, fitnah politik, dan lain-lain). Identitas mereka adalah keceriaan, persahabatan, kasih sayang, persaingan prestasi dan keluguan, pun masih terliputi cahaya ilahiah. Jika kesulitan mengemas tawuran menjadi kreasi budaya, paling tidak tradisi ‘tawur budaya’ yang tengah digagas Komunitas Parton dan anakanak TPQ tersebut sepatutnya didukung oleh semua pihak. Pemerintah dan pemimpin umat selayaknya mengapresiasi prestasi para altruis muda tersebut, dalam bentuk apapun. Kepada para penggagas ‘tawur budaya’ tersebut, sebaiknya tidak terjebak pada pragmatisme kerja ataupun ‘jebakan proyek’ dari para oknum siluman yang beranggapan ‘tawuran adalah anggaran / DIPA, tradisi ekonomi, mata pencaharian, bahkan kebanggaan kelompok’. Nau’dzubillah min dzalik. Tragedi ‘tawuran’ kemarin bisa jadi tamparan tersendiri atas muka kita, jika dalam pentas budaya bisa berdamai, kenapa di ruang nyata tidak? Jangan sampai, masyarakat awam berpikiran sederhana : jangan-jangan! Sebuah prasangka yang akan mengganjal langkah altruisma kita. Jangan sampai anak-anak tumbuh menjadi generasi anarki, dimana lingkungannya cemar oleh polutan Ekoteologi dari tradisi destruksi bernama tarkam. Semoga Allah SWT menjaga niat kita pun meridhoi ijtihad sederhana kita : mewujudkan masyarakat harmoni di negeri yang kita cinta, Moloku Kie Raha. Bismillah! (*)

Redaksi menerima kiriman opini serta surat pembaca anda. Ketik dua spasi pada kertas HVS dan kirimkan ke alamat redaksi Jl. Hasan Esa, Takoma. Telp. (0921) 3127055 atau melalui Email: birocenter@ yahoo.com.sg, Sertai foto copy kartu pengenal anda. Tulisan maksimal 3 page dengan poin huruf 12. Redaksi juga menerima kiriman SMS. Anda dapat mengirimkan permasalahan pembangunan di sekitar anda melalui nomor: 081356722755. Jika tulisan anda melebihi page yang ditetapkan, maka redaksi berhak mengedit/menyesuaikan.

Ancaman Meninggalkan Zakat

Polda Malut (Pelayanan)

(0921)

3126110

Polda Malut (Pelayanan)

Polres(0921) Ternate3126110 (Pelayanan)

3121110

Polres(0921) Ternate (Pelayanan)

(0921) 3121110 UGD RSUD Ternate UGD RSUD Ternate (0921) 3124118

(0921) 3124118 Pemadam Kebakaran

3124113

Pemadam (0921) Kebakaran

(0921) 3124113 PLN Ternate (Gangguan) PLN Ternate (Gangguan)

3121272 3121272 PDAM (Gangguan) (0921) 3123294 PDAM (Gangguan) (0921) 3123294 Telkom Informasi 108 Telkom Informasi 108 (0921) (0921)

Bandara Bandara Babullah Babullah

3121797 3121797 -- 3123508 3123508 PT. PELNI (0921) 3124434 Taxi (0921) 3128888 - 3124888 (0921) (0921)

Pengaduan Pelanggan PLN

081 143 143 0040 0040 081 Kantor Kantor SAR SAR Ternate Ternate (Emergency) (Emergency)

0921 0921 -- 3120069 3120069

Z AKAT merupakan kewajiban agama yang sangat terkenal, termasuk salah satu rukun Islam yang lima. Oleh karena itu, zakat termasuk dharuriyat (perkara-perkara pasti) dalam agama Islam. Maka barangsiapa mengingkari kewajiban zakat, ia menjadi kafir dan keluar dari agama Islam. Kecuali jika orang tersebut baru masuk Islam, sehingga kebodohannya terhadap hukum-hukum Islam terma’afkan. Atau orang itu tinggal di daerah yang jauh dari ulama’. Allah mengancam keras terhadap orang yang meninggalkan kewajiban zakat dengan firmanNya:“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Ali Imran:180]. Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang dalam tafsir ayat ini: Yakni, janganlah sekali-kali orang yang bakhil menyangka, bahwa dia mengumpulkan harta itu akan bermanfaat baginya. Bahkan hal itu akan membahayakannya dalam (urusan) agamanya, dan kemungkinan juga dalam (urusan) dunianya. Kemudian Allah memberitakan tentang tempat kembali hartanya pada hari kiamat, Dia berfirman,“Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di leher mereka, kelak pada hari kiamat.” [Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali Imran ayat 180] .Tentang makna ayat “harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di leher mereka, kelak pada hari kiamat” di atas dijelaskan oleh hadits-hadits

Malut Post ALAMAT REDAKSI : Jalan Hasan Esa, Takoma - Ternate, Telp (0921) 3127055, Fax (0921) 3127205 E-mail:editor@malutpost.co.id - iklan@malutpost.co.id

PEMBINA : Dahlan Iskan KOMISARIS UTAMA: Imawan Mashuri KOMISARIS : Suhendro Boroma DIREKTUR UTAMA : M. Tauhid Arief DIREKTUR : Urief Hassan DEWAN REDAKSI : Ketua: Ismit Alkatiri , Anggota: Muhammad Syadri, M. Ikhsan Ali, Faisal Djalaluddin, Mahmud Ici COORPORATE LAWYER JPG/MALUT POST : Dr. Harris Arthur Hedar, SH. MH.

Oleh: Abu Isma’il Motivator Zakat Provinsi Maluku Utara

shahih. Antara lain sebagaimana di bawah ini: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa diberi harta oleh Allah, lalu dia tidak menunaikan zakatnya, pada hari kiamat hartanya dijadikan untuknya menjadi seekor ular jantan aqra’ (yang kulit kepalanya rontok karena dikepalanya terkumpul banyak racun), yang berbusa dua sudut mulutnya. Ular itu dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat. Ular itu memegang [1] dengan kedua sudut mulutnya, lalu ular itu berkata,’Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu’. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca,’Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil menyangka … Al ayat’.” [HR Bukhari no. 1403] Pada hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pemilik harta simpanan yang tidak melakukan haknya padanya, kecuali harta simpanannya akan datang pada hari kiamat sebagai seekor ular jantan aqra’ yang akan mengikutinya dengan membuka mulutnya. Jika ular itu mendatanginya, pemilik harta simpanan itu lari darinya. Lalu ular itu memanggilnya,“Ambillah harta simpananmu yang telah engkau sembunyikan! Aku tidak membutuhkannya.” Maka ketika pemilik harta itu melihat, bahwa dia tidak dapat menghindar darinya, dia memasukkan tangannya ke dalam mulut ular tersebut. Maka ular itu memakannya sebagaimana binatang jantan memakan makanannya”. [HR Muslim no. 988] Demikianlah akhir perjalanan harta simpanan yang tidak ditunaikan zakatnya. Pemiliknya menyangka, bahwa

hartanya akan mengekalkannya atau bermanfaat baginya. Namun ternyata akan menjadi sarana untuk menyiksanya. Demikian juga Allah memberitakan siksaan yang akan ditimpakan pada hari kiamat kepada orang yang tidak berzakat. FirmanNya,“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan.” [At Taubah:34,35]. Memang, sesungguhnya harta merupakan ujian besar yang diberikan Allah kepada manusia. Dan manusia, ketika mendapatkan harta yang berlimpah, kebanyakan tidak lulus menghadapi ujian ini. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata,“Karena seorang hamba diuji dengan hartabendanya dan anak-anaknya, kemudian kemungkinan kecintaannya terhadap hal itu akan membawanya mendahulukan hawa-nafsunya daripada menunaikan amanatnya. Allah memberitakan, bahwa harta dan anakanak itu hanya sebagai cobaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji para hambaNya dengan keduanya. Dan sesungguhnya keduanya sebagai pinjaman, yang akan ditunaikan kepada (Allah) Yang telah memberikannya, dan akan dikembalikan kepada Dia Yang telah meminjamkannya. Sesungguhnya

SMS Pembaca

PEMIMPIN REDAKSI : Faisal Djalaluddin REDAKTUR PELAKSANA : Awat Halim KOORDINATOR LIPUTAN : Muhammad Nur Husen, Irman Saleh KOORDINATOR LIPUTAN KHUSUS: Ika Fuji Rahayu KOORDINATOR KREATORIAL : Ako La Owi KOORDINATOR BIRO JPG : Mahmud Ichi REDAKTUR : Faisal Djalaluddin, Ako La Owi, Bukhari Kamaruddin, Muhammad Nur Husen, Awat Halim, Sunarti, Irman Saleh, Ika Fuji Rahayu, Jufri Duwila, Wawan Kurniawan, Mahmud Ici, Abdullah Dahlan Conoras(Nonaktif) PENGEMBANG ANAK PERUSAHAAN : Dahlan Malagapi, Purwanto Ngatmo REPORTER : Amirudin Ibrahim, Sahril Samad, Rusdi Abdurahman, Ikram Salim, Fitrah A. Kadir, Munawir Taoeda, Wahyudin Madjid, Suhendi Suherman BIRO WASHINGTON : Maydi Pakasi

BIRO TIDORE : Fahrudin Abdullah, BIRO HALUT : Samsir Hamajen BIRO HALTENG : Ridwan Arif, BIRO HALBAR : Suparto Mahyudin BIRO MOROTAI : Samsudin Chalil BIRO HALSEL : Safri Noh BIRO HALTIM : Muhamad Kabir BIRO KEPSUL : Fahrul Marsaoly FOTOGRAFER : Erwin Syam OPERATOR JPNN : Andhy Eko H, Taher Marsaoly SEKRETARIS REDAKSI :Ari Sunarti MANAGER ARTISTIK & PERWAJAHAN : M. Ikhsan Ali DESAIN GRAFIS : Budi Santoso, STAFF : Ademus Alani

di sisi Allah terdapat pahala yang besar. Jika kamu memiliki akal dan fikiran, maka utamakanlah karuniaNya yang agung daripada kenikmatan yang kecil, sementara, dan akan binasa. Maka orang yang berakal akan menimbang antara perkara-perkara dan mengutamakan perkara yang lebih pantas untuk diutamakan dan lebih berhak untuk didahulukan. [Tafsir Taisir Karimir Rahman, surat Al Anfal ayat 28]. Di antara bentuk ujian dalam harta, ialah membayar zakat, bagi orang yang telah berkewajiban membayarnya. Janganlah seseorang menyangka, bahwa harta yang melimpah akan dapat menyelamatkannya, jika dia tidak tunduk dan taat kepada Penciptanya dalam mengatur harta. Allah berfirman“(Nabi Ibrahim berdoa:) Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. [Asy Syu’ara: 87-89]. Maka celakalah orang yang dilalaikan oleh hartanya dan dia mengira bahwa hartanya akan mengekalkannya. “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta lagi menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam huthamah”. [Al Humazah:1-4]. Bahkan harta itu tidak akan dapat menolong sedikitpun. Kapankah semua kaum muslimin menyadari, bahwa harta merupakan barang titipan, yang harus mereka gunakan sebagaimana yang diatur oleh PemilikNya? Kemudian sewaktu-waktu akan diambil olehNya, Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbing kita selalu berada di atas jalanNya. (*)

MANAJER UMUM/KEUANGAN : STAFF : Rugaya Hamaya, Mila Ariani, Azis Dali MANAJER PERSONALIA : Deddy Dano Dasim MANAJER PEMASARAN : Rustam La Ode Nuru STAFF : Leli Mahmud, Selly Jaya Sari, Ruslan Amaturi MANAJER IKLAN : Jalal Husen STAFF : Firdha R Barakati, Imelda DESAIN IKLAN : M. Ikhsan Yusuf MANAGER PERCETAKAN : Jan Gimon STAFF : Febryanto, Hamid Radjab, Ijal, Junaidi PENERBIT: PT. Ternate Cemerlang PEMASANGAN IKLAN: Hitam Putih (BW): Rp 30.000/mmk. Warna (FC): Rp 40.000/mmk. HARGA ECERAN: Rp 5.000/Eks HARGA LANGGANAN: Rp 120.000/bulan


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.