Des a Wis a ta




Luthfia Hananti (21020120130133)
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik



Pendahuluan

Modul ini disusun untuk memberikan perspektif dari sudut pandang akademisi, bagaimana saya melihat potensi dari desa, kemudian keberlanjutan konsep Desa Wisata dengan studi kasus Desa Gambuhan. Karena dalam Pembangunan semuanya membutuhkan proses yang cukup panjang, sehingga mempertahankannya agar terus berlanjut menjadi tantangan bagi banyak kalangan.
Saya disini ingin memberikan perspektif dan merangkum kembali informasi terkait Program Desa Wisata sebagaimana arahan dari pemerintah yang utamanya bersumber dari buku Membangun Desa dan DesaMembangun.
Harapannya modul ini mampu memberikan pemahaman mendasar apabila nantinya para pembaca secara general, Masyarakat yang memiliki keinginan mengembangkan pariwisata, serta mahasiswa KKN baik dari Undip maupun dari universitas lainnya sehingga program KKN berbasis wisata ini bukan hanya sebagai program yang periodikal saja. Harapannya modul riset ini dapat membantu para pembaca dan juga teman-teman KKN selanjutnya dikemudian hari dalam melakukan proker dapat terhubung secara berkelanjutan khususnya yang kaitannya dengan wisata.
Jadi modul yang saya buat ini mungkin dapat membantu proses riset dan memperkaya riset yang mungkin nantinya dilakukan untuk mengeksekusi suatu program yang kaitannnya dengan Pembangunan desa wisata.
- Luthfia Hananti
Table of contents
Chapter 1

Chapter 2 Konsep, Pendekatan, dan Skema Desa
Chapter 3 Strategi Pengembangan Desa Wisata
Chapter 4
Latar Belakang Desa Wisata Wisata Potensi dan Kendala Pengembangan
Latar Belakang

Desa Wisata
Definisi Desa Wisata
Desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan
keaslian perdesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan
menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: keindahan desa, atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya
(Priasukmana, 2001: 37). Selanjutnya, Demartoto (2009)


Jenis Desa Wisata

Jenis Desa yang Menjadi Acuan Deskripsi
Desa wisata berbasis keunikan sumber daya alam
Desa wisata berbasis keunikan sumber daya
budaya lokal
Desa wisata kreatif
Desa wisata berbasis kombinasi
desa wisata yang menjadikan kondisi alam sebagai daya
tarik utama seperti pegunungan, lembah, pantai, sungai,
danau dan berbagai bentuk bentang alam yang unik lainnya.
desa wisata yang menjadikan keunikan adat tradisi dan kehidupan keseharian masyarakat menjadi daya tarik
utama seperti aktivitas mata pencaharian, religi maupun
bentuk aktifitas lainnya.
desa wisata yang menjadikan keunikan aktivitas ekonomi
kreatif dari kegiatan industri rumah tangga Masyarakat
lokal, baik berupa kerajinan, maupun aktivitas kesenian
yang khas menjadi daya tarik utama.
merupakan desa wisata yang mengkombinasikan antara
satu atau lebih daya tarik wisata yang dimiliki seperti alam, budaya dan kreatif.

Pembangunan

Pembangunan Desa Wisata
Muara pada desa wisata adalah pembangunan. Hal ini berarti pembangunan sebagai perubahan yang disengaja atau
direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki ke arah yang dikehendaki.
Pembangunan desa saat ini juga sudah tidak identik dengan pembangunan fisik lagi
Selama ini, pembangunan selalu diartikan sebagai pembangunan fisik, karena program fisik lebih mudah terlihat dan menimbulkan nilai proyek tertentu sehingga bisa menjadi sumber pendapatan bagi pihak yang mengerjakannya. Namun, saat ini persepsi itu mulai bergeser. Pembangunan sebagai langkah yang juga melingkupi masalah pemberdayaan sumber daya sehingga program-program penguatan kapasitas sumber daya manusia yang dahulu dianggap tidak penting kini
sudah mulai dianggap agenda prioritas yang layak didahulukan.
Prinsip Desa Membangun

Keterbukaan Partisipatif
Dapat dinikmati
masyarakat
Dapat dipertanggung jawabkan
Berkelanjutan



Persebaran Desa Wisata di Indonesia
Jawa Tengah termasuk ke dalam provinsi dengan desa wisata yang terbanyak di Indonesia

Hal ini termasuk potensi yang baik, tetapi tantangan juga untuk
banyak desa, apa yang bisa menjadi pembeda antar desa. Sehingga
bisa menjadi daya tarik yang berbeda atau diferensiasi dengan
wilayah lainnya
Tren Pariwisata dan Isu Pengembangan

Wisata
Massal
Wisata
Alternatif
Tren perjalanan wisatawan saat ini mengalami perubahan yaitu dari wisata massal (mass tourism) ke arah wisata alternatif (alternative tourism). Perubahan ini mengarah pada jenis kegiatan wlsata yang berorientasi pada wisata alam atau budaya lokal dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan, petualangan, dan belajar, seperti wisata petualangan (adventure tourism) - mendaki gunung (hiking), berjalan (trekking), dan juga wisata yang menawarkan pengalaman langsung kepada wisatawan seperti wisata perdesaan (village tourism).
Wisata
Perdesaan
Desa wisata mampu mewarnai variasi destinasi yang lebih dinamis dalam suatu kawasan pariwisata, sehingga pariwisata tidak selalu terjebak dalam trend pengembangan bercorak mass tourism.
Wisata alternatif tematik yang menyajikan aktivitas perdesaan dan kearifan lokal masyarakat sebagai atraksi
Aspek dan Pendekatan dalam Pengembangan Desa Wisata
Holistic approach
Mengintegrasikan berbagai elemen atau sektor pembangunan secara terpadu, sehingga perumusan masalah dan pemecahannya
diselenggarakan secara kolektif dan partisipatif (Prastiwi & Dewi, 2021)
Pengembangan Desa Wisata harus difokuskan pada pengembangan yang terintegrasi dan kolaboratif dari 5 unsur penting pentahelix yang terdiri dari masyarakat (komunitas/ lembaga kemasyarakatan), pemerintah, industri, akademisi dan media sebagai katalisator.
(Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman & dan Investasi Republik Indonesia, 2021)

Akademisi
Peran akademisi disini adalah berbagi informasi dengan pelaku stakeholder.
Bisnis
Ialah pengelola, warung masyarakat, pelaku usaha
Komunitas
Bertindak sebagai pelaku, penggerak dan penghubung untuk membantu pengembangan pariwisata dalam keseluruhan proses sejak awal.
Pemerintah
Pemangku kepentingan yang memiliki peraturan dan tanggung jawab dalam mengembangkan pariwisata, berperan sebagai regulator sekaligus berperan sebagai kontroler.
Media
Media berfungsi sebagai pemberi informasi, pendidikan, penghibur, dan sebagai pengontrol sosial.

Aspek dan Pendekatan dalam Pengembangan Desa Wisata
Participatory Learning

Pendampingan dalam pengembangan kapasitas kelembagaan lokal perlu dilakukan secara partisipatif, menggali bersama kebutuhan dan merumuskan prioritas penanganan dalam proses ‘belajar bersama’.
Sesungguhnya yang paling tahu persoalan adalah pelaku lokal (masyarakat dan pemerintah daerah) sendiri, bukan konsultan atau kontraktor pembangunan yang berasal dari luar yang memiliki kepentingannya sendiri. Peran konsultan pada penguatan proses memfasilitasi pembelajaran kolektif, sehingga pemahaman permasalahan akan lebih baik dan solusinya dapat dikerjakan bersama-sama
sesuai fungsi masing-masing lembaga dalam tata manajemen. Metode pembelajaran partisipatif yang dapat digunakan adalah saresehan, lokakarya dan belajar sambil bekerja (learning by doing).

(Prastiwi & Dewi, 2021)

Aspek dan Pendekatan dalam Pengembangan Desa Wisata
Sinergy and network
Pendekatan yang penting dalam peningkatan kapasitas kelembagaan adalah kesediaan untuk membuka jaringan dan bekerja secara jejaring dengan segenap komponen kelembagaan, baik yang ada dilingkungan pemerintah eksekutif, legislatif dan yudikatif, maupun kelembagaan masyarakat dan bisnis. Sinergi dan jejaring merupakan upaya untuk mewujudkan tugas dan menjawab tantangan pembangunan secara bersama, menciptakan keseimbangan check and balance, dan membangun trust diantara pelaku pembangunan desa wisata. (Prastiwi & Dewi, 2021)
Dalam perkembangannya, pengelolaan desa wisata dapat dilakukan dengan 3 (tiga) lembaga pengelola yang kesemuanya berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat, satu diantaranya adalah
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Kelompok ini dibentuk berdasarkan kesepakatan masyarakat yang diketahui oleh
Kepala Desa dan dikukuhkan oleh Kepala Dinas Pariwisata setempat sebagai
penggerak kegiatan sadar wisata dan implementasi sapta pesona. Di dalam
Pokdarwis akan terdapat beberapa kelompok kerja kegiatan pariwisata yang ada
di satu destinasi atau satu desa yang memiliki destinasi wisata. Anggota
Pokdarwis adalah pelaku-pelaku kegiatan pariwisata.

INFO
Pokdarwis Dieng Pandawa pimpinan Alif, yaitu; kelompok homestay, kelompok kerajinan souvenir, kelompok UKM makanan Khas, kelompok keamanan dan ketertiban, kelompok agrowisata, kelompok seni budaya, kelompok guide local/ pecinta alam, dan kelompok pemasaran.

02

Konsep, Pendekatan, dan
Skema Desa
Wisata一

Konsep Pengembangan Desa Wisata


Pendekatan Pengembangan Desa Wisata


Konsep Pembangunan Desa Wisata

03

Strategi Pengembangan Desa Wisata

Klasifikasi Desa Wisata

Penentuan klasifikasi desa wisata rintisan dengan mengunakan kriteria sebagai
berikut:
a. Masih berupa potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi destinasi wisata.
b. Pengembangan sarana prasarana wisata masih terbatas.
c. Belum ada/masih sedikit sekali wisatawan yang berkunjung dan berasal dari masyarakat sekitar.
d. Kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata belum tumbuh.
e. Sangat diperlukan pendampingan dari pihak terkait (pemerintah, swasta).
f. Memanfaatkan Dana Desa untuk pengembangan Desa Wisata .
g. Pengelolaan desa wisata masih bersifat lokal desa.
Penentuan klasifikasi desa wisata berkembang dengan mengunakan kriteria sebagai
berikut:
a. Sudah mulai dikenal dan dikunjungi, masyarakat sekitar dan pengunjung dari luar daerah.
b. Sudah terdapat pengembangan sarana prasarana dan fasilitas pariwisata.
c. Sudah mulai tercipta lapangan pekerjaan dan aktivitas ekonomi bagi masyarakat.
Desa Sebagai Ekosistem

Aktivitas
Pengembangan Desa Wisata harus
difokuskan pada pengembangan
ekosistem multidimensi yang saling
berinteraksi dan berhubungan. Sebagai
sebuah ekosistem multidimensi
holistik yang kuat





Selengkapnya dapat diakses melalui
https://jadesta.kemenparekraf.go.id/g etdata/file/Buku-Membangun-Desa.pdf
Pengembangan Desa Wisata

Bisa dibuat suatu tempat tidak harus mewah tapi wujud dari
keaslian perdesaan

Alam
Merasakan
Mengeksplorasi
menawarkan keseluruhan
suasana yang mencerminkan
keaslian perdesaan
MelihatStudi Preseden

Kuliner yang menawarkan view / pemandangan



Melihat
Merasakan
Mengeksplorasi
menawarkan keseluruhan
suasana yang mencerminkan
keaslian perdesaan
Agrowisata
Ruang Landscape > Healing Environment


Studi Preseden
https://www.infoklaten.my.id/2023/05/09/kopi-merapi-jogja-menikmati-kopi-dengan-background-gunung-merapi/
Kopi Merapi

"Warung kopi merapi" saat setelah dibangun pada tahun 2012, yang dibangun menggunakan puing puing sisa eropsi gunung merapi tahun 2010


Suasana kopi Merapi kini, menyediakan kopi jenis robusta dan arabika, gorengan tempe mendoan & pisang, mie rebus, mie goreng.





Studi Preseden
Desa Ketapanrame
Pembangunan pariwisata di desanya berlangsung sejak 2017. Desa ini termasuk desa percontohan dengan konsep Community based tourism Saat ini, 900 dari 1.800 rumah tangga di desanya berkecimpung di pariwisata.
Dengan rincian 533 rumah tangga menyumbangkan dana untuk modal BUMDes Mutiara Welirang, 100 rumah tangga lebih menjadi petugas parkir, sekitar 150 rumah tangga menjadi pedagang, 50 rumah tangga menjadi pegawai dan pengelola, serta 30 rumah tangga pemilik lahan untuk objek wisata.


Studi Preseden
Desa Ketapanrame


ARAH PENGEMBANGAN BUMDESA
Program dan arah perkembangan BUMDesa Ketapanrame meliputi beberapa aspek yang antara lain:
1. Sumber Daya Manusia
Pemanfaatan sumberdaya manusia (SDM) lokal yang ada di desa akan sangat di untungkan untuk bisa memacu ekonomi pedesaan secara cepat sehingga bisa mengatasi masalah pengangguran yang ada di desa
2. Pemberdayaan Masyarakat
Program BUMDesa yang bersifat kewirausahaan dan sosial diharapkan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam usahanya, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat, melalui kegiatan unit usaha BUMDesa
3. Potensi Desa
Kini usaha BUMDesa mulai merambah ke sektor pariwisata yang merupakan potensi desa yang di gali dan dikembangkan untuk memajukan Desa Ketapanrame menjadi desa sejahtera dan mandiri.
Studi Preseden
Desa Ketapanrame
Ketapanrame adalah sebuah nama desa di wilayah Kecamatan
Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur dengan luas
wilayah :
-Wilayah Perdesaan 345,642 Ha
-Wilayah Pangkuan Perum Perhutani 483 Ha
- Hutan Konservasi 379 Ha
- Hutan Produksi 104 Ha
-Wilayah Pangkuan Tahura R. Suryo 240 Ha ( Konservasi )
Ketika berada di Desa ini,
wisatawan akan mendapat
banyak sekali pilihan alternatif
wisata,
Wisata Alam
Wisata Sawah Sumber Gempong
Wisata Air Terjun Dlundung
Wisata Air Terjun Talang
Kebun Kopi
Jelajah Alas
Wisata Buatan
Taman Ghanjaran
Taman Kelinci

Wisata Budaya
Pencak Silat dan Bantengan
Gamelan
Tari Mayang Rontek
Wisata Edukasi
Tanam Padi
Bajak Sawah
Pembuatan Jamu
Pembuatan Samiler
Budidaya Maggot
Pengelolaan Sampah





Peluang / Kesempatan
Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menggelar event
Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).
Anugerah Desa Wisata Indonesia merupakan ajang pemberian
penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kemenparekraf/Baparekraf.
Anugerah Desa Wisata Indonesia tiap tahunnya mengangkat tema
Nusantara, seperti pada 2021 diusung tema “Indonesia bangkit”. Tema
ini diharapkan dapat mendorong semangat pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di desa wisata untuk kembali bangkit pasca pandemi COVID-19.
Anugerah Desa Wisata Indonesia memiliki tujuh kategori penilaian.
Kategori tersebut antara lain: penerapan CHSE (C_leanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability),_ Desa Digital, Souvenir (Kuliner, Fesyen, Kriya), Daya Tarik Wisata (Alam, Budaya, Buatan), Konten Kreatif, Homestay, dan Toilet.
Pada Malam Puncak Anugerah Desa Wisata Indonesia akan diumumkan
4 Desa Wisata Terbaik dan 1 Desa Wisata Terfavorit. Total Hadiah dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia mencapai miliaran rupiah.



Peluang / Kesempatan
Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI)

Bagi desa wisata yang belum beruntung mendapatkan juara tidak perlu khawatir. Pasalnya seluruh desa wisata tetap akan memperoleh keuntungan dari berlaga di ADWI. Karena seluruh desa wisata yang terdaftar dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia otomatis masuk dalam Jaringan Desa Wisata Indonesia (Jadesta). Bergabung dengan Jadesta memberikan banyak keuntungan bagi desa wisata. Salah satunya, desa wisata tersebut akan dipromosikan kepada wisatawan domestik maupun mancanegara.




04

Potensi & Kendala Pengembangan
Problematika Pengembangan Desa Wisata
Tidak ada standarisasi desa wisata
Desa wisata di suatu wilayah bermunculan tidak ada sebuah prosedur atau mekanisme untuk mentataletakkan mereka ke dalam suatu tipologi atau klusterisasi, sehingga tidak ada informasi yang cukup akurat perihal perkembangan, karakteristik, ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh masing-masing desa wisata tersebut. Kondisi demikian menyulitkan pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam mendampingi masing-masing desa wisata.

Model pembinaan yang diterapkan pun pada akhirnya seragam, padahal persoalan yang muncul pada masing-masing desa amat beragam sesuai dengan konteks lokalnya.
Data Potensi Desa Wisata

2 Pernah merealisasikan sebuah kawasan wisata dan dapat beroperasi dengan baik sehingga ada masyarakat yang sudah memiliki pengalaman dalam mengelola objek wisata
3 Memiliki lahan perkebunan yang tersebar dengan berbagai jenis tanaman, dari mulai sayur hingga kopi
4 Mata pencaharian penduduk desa mayoritas bertani
5 Berkembangnya minat masyarakat terhadap wisata pedesaan (ruraltourism)
6 Program Desa Wisata Kemenparekraf sedang dikembangkan dan berpotensi menjangkau banyak desa sebagai mitra
Dari potensi baik internal dan eksternal tersebut, ada beberapa poin penting a) strategi mengembangkan ragam produk wisata perdesaan berbasis keunikan potensi setempat, b) Menciptakan brandimage destinasi wisata dan c) strategi meningkatkan aktivitas pemasaran produk wisata perdesaan.

Problematika Pengembangan Desa Wisata
tidak ada informasi yang cukup akurat perihal perkembangan, karakteristik, ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh masing-masing desa wisata tersebut. Kondisi demikian menyulitkan pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam mendampingi masing-masing desa wisata.
Catatan Diskusi
Menurut Pak Sudrajat, Kepada Desa Desa Gambuhan, desa ini memang punya potensi bentang alam yang bagus.
Bahkan sebelumnya Wisata Bukit Kukusan dibuka atas inisiatif Masyarakat setempat, artinya Masyarakat sudah
memiliki kesadaran tersebut, tetapi memang pemerintah desa belum pernah ikut serta secara langsung dalam pembangunan objek wisata yang sebelumnya pernah beroperasi. Hal tersebut dikarenakan masih ada prioritas
lain dalam rencana anggaran dana desa.

Pihak pemerintah desa akan sangat terbuka dengan pihak luar yang ingin bekerja sama dengan pemerintah
desa dan Masyarakat secara general dengan catatan menggunakan prinsip bagi hasil yang disepakati kedua
belah pihak. Desa sangat terbuka dengan kerja sama dengan investor, tetapi hal tersebut juga outputnya harus dapat memberikan manfaat terhadap desa. Dahulu pernah ada kerja sama seperti ini, tetapi proyek tersebut terhenti dan tidak diselesaikan dengan baik sehingga pihak desa juga akan semakin selektif dalam menerima kerja sama.
Referensi

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman & dan Investasi Republik Indonesia. (2021). Pedoman
Desa Wisata. https://jadesta.kemenparekraf.go.id/getdata/file/Buku-Membangun-Desa.pdf
Mintarsih Arbarini, 196801211993032002. (2020). Desa Membangun: Participatory Learning and
Action pada Multiliterasi Masyarakat Desa Wisata. Fastindo. https://lib.unnes.ac.id/49544/
Prastiwi, S. K. A., & Dewi, S. P. (2021). ANALISIS KETERSEDIAAN HUNIAN MAHASISWA PADA PROSES
STUDENTIFIKASI DI KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI TEMBALANG, SEMARANG. Jurnal Riptek, 15(1), 28–42. https://doi.org/10.35475/riptek.v15i1.115





