Husbandry edisi 20

Page 1

MEDIA ASPIRASI DAN KOMUNIKASI FAKULTAS PETERNAKAN

ISSN 0853-1145

9 770853 114001 >






Doc. Husbandry

DOC. HUSBANDRY

Rubrik

Doc. Husbandry

T

6

tersebut memang sudah diduga oleh beberapa pengamat bahwa 2014 ini pemerintah pasti gagal untuk swasembada daging. Namun, pemerintah selalu memberikan tanggapan optimis tahun 2014 akan sukses terlaksana. Kebutuhan Strategis Canangan swasembada daging dimulai sejak tahun 2005 semenjak menteri pertanian masih dijabat oleh Dr. Ir. H. Anton Apriantono, MS. Beliau mencanangkan akan merealisasikan swasembada daging pada tahun 2010. Tetapi pada tahun 2009, beliau harus digantikan oleh menteri pertanian yang baru yakni Ir. H. Suswono, MMA dengan tetap melanjutkan program swasembada

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

?

ahun 2014 menjadi tahun yang Rubrik Rubrik penting bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi insan peternakan. Karena tahun ini seharusnya menjadi tahun yang sangat menggembirakan bagi masyarakat Indonesia yang akan menyambut swasembada daging 2014. Akan tetapi belum menginjak awal tahun 2014, Dirjen Peternakan melalui Kementerian Pertanian menyatakan bahwa swasembada daging yang telah dicanangkan sejak 2005 gagal terealisasikan. Banyak sekali permasalahan yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini, sehingga canangan swasembada daging yang merupakan bagian dari rencana swasembada pangan Indonesia tidak dapat terlaksana. Keadaan


daging 2010 yang telah dibuat oleh Dr. Ir. H. Anton Apriantono, MS. Setahun setelah Ir. H. Suswono, MMA menjabat, tepatnya 2010, program yang telah dirintis oleh menteri sebelumnya gagal tercapai. Kemudian Menteri Pertanian Ir. H. Suswono, MMA mencanangkan kembali program swasembada daging 2014. Dalam RPJM 20102014 Kementerian Pertanian, memiliki Program Empat Sukses yang ingin dicapai dan salah satunya adalah “Peningkatan Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan”. Program swasembada daging sapi dan kerbau dilaksanakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan peternak sapi/kerbau melalui pemberdayaan peternak dan mengoptimalkan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi dan kerbau lokal.

46

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

swasembada komoditas strategis yakni padi, jagung, gula dan kedelai”, ungkap Bungaran Saragih. Beliau sangat mendukung dengan adanya swasembada daging. Namun menyayangkan dalam penetapan tahun pencapaian swasembada daging di tahun 2014 tidak realistis dan terlalu bermuatan politik. Beliau juga menganggap sapi dan kerbau tidak tepat dijadikan kebutuhan strategis untuk swasembada, karena masih ada beberapa komoditas lain yang lebih potensial dan realistis dibandingkan sapi dan kerbau. Hal senada dilontarkan oleh dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Ir. Agus Priyono MP., yang mengatakan bahwa pemilihan komoditas sapi dan kerbau untuk dijadikan program swasembada dinilai kurang tepat, terutama komoditas kerbau. Hal tersebut dikarenakan daging kerbau kurang diminati oleh masyarakat karena tekstur daging yang kasar. Kemudian dari segi pemeliharaan, ternak kerbau memiliki siklus reproduksi yang cukup lama dan memiliki sifat silent heat. Doc. Husbandry

“Pemerintah mengusahakan agar sebanyak mungkin rakyat menyelenggarakan peternakan”

Tujuan itu diharapkan dapat dicapai melalui upaya-upaya sistematis dengan mempertimbangkan azas supply demand dan azas dinamika populasi ternak. Akan tetapi program tersebut kembali gagal tercapai. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014 diharapkan dapat mendorong tiga aspek utama, yakni (1) Pemberdayaan peternak yang diarahkan pada kegiatan peningkatan daya saing dan partisipasi masyarakat melalui peningkatan kapasitas dan kelembagaan SDM peternakan dan kelompok peternak dengan berbagai pelatihan; (2) Peningkatan aspek kuantitas (populasi dan produksi ternak sapi/kerbau) dan peningkatan aspek mutu (dihasilkannya daging sapi/kerbau yang memenuhi persyaratan ASUH : Aman, Sehat, Utuh dan Halal); (3) Berkelanjutan, yaitu swasembada tidak hanya pada tahun 2014 tetapi akan terus berkelanjutan dengan mempertimbangkan pendapatan per kapita masyarakat, akuntabilitas pendapatan dan parameter teknis lainnya yang tidak mengganggu pertumbuhan alami populasi ternak. Gagalnya swasembada tahun ini sudah dapat diprediksi oleh beberapa pengamat. Bahkan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih selaku Menteri Pertanian RI (periode 2001-2004) menyatakan bahwa perencanaan swasembada daging bukanlah sebuah komoditas strategis. “Ketika saya menjabat menteri pertanian, sapi bukan merupakan komoditas strategis melainkan komoditas elit dikarenakan PBBH (pertambahan bobot badan harian) sapi kecil dan pelaku yang terlibat sedikit. Sehingga kami hanya mencanangkan

Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec

7


Doc.Husbandry tinggi, rendah kolesterol dan Doc.Husbandry memiliki siklus reproduksi yang cepat. Tinggal membutuhkan kerja ekstra dalam mensosialisasikan daging kelinci untuk konsumsi yang masih dianggap tabu dan kurang diminati oleh masyarakat. Sesuai dengan peraturan perundangan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bertugas untuk mengamankan kondisi stock sapi potong dan kerbau sesuai dengan perhitungan teknisnya. Pada tataran ini, Ir. Agus Priyono MP. stock sapi dan kerbau tahun 2014 cukup aman dan tersedia. Berdasarkan perhitungan potensial stock sapi dan kerbau akan setara dengan daging sebanyak 530,55 ribu ton. Namun apabila tidak ada upaya perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi diperkirakan realisasi produksi daging sapi dan kerbau lokal hanya 462 ribu ton atau 87,08% dari potensial stock tersebut. Dengan perkiraan kebutuhan daging sapi sebesar 575,88 ribu ton, perkiraan produksi tahun 2014 terhadap kebutuhan daging menjadi sebesar 80,23% sehingga jumlah maksimal daging sapi yang perlu diimpor tanpa upaya perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi menjadi 113,88 ribu ton (19,77%). Kebutuhan Jika menilik program swasembada impor maksimal ini bisa berupa sapi daging yang ditujukan untuk bakalan 60% (68,33 ribu ton) dan pemenuhan gizi masyarakat sisanya dalam bentuk daging beku Indonesia, masih ada komoditas lain untuk HOREKA sebesar 40% (45,55 yang lebih tepat dan potensial dalam ribu ton). Kemajuan perkembangan memenuhi kebutuhan gizi terutama pencapaian program swasembada protein hewani yakni kelinci. Ir. Agus daging sapi, yaitu pada tahun 2010 Priyono MP., menuturkan bahwa impor daging sapi sebanyak 53,05%, kelinci sangat potensial apabila tahun 2011 impor turun menjadi dijadikan produk utama dalam 34,91%, selanjutnya pada tahun memenuhi kebutuhan gizi asal 2012 impor kembali turun menjadi hewan. Hal ini dikarenakan daging 18,63%. Sejak tahun 2013 kelinci memiliki protein yang cukup

8

mekanisme importasi daging mengalami perubahan, semula besaran importasi daging baik dalam bentuk daging beku maupun sapi bakalan berdasarkan kekurangan supply dari produksi dalam negeri, kini besaran importasi diukur berdasarkan harga referensi. Jumlah kebutuhan impor tersebut seharusnya bisa ditekan apabila dilakukan upaya perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi sehingga dapat memaksimalkan potensial stock sapi dan kerbau yang ada, yakni setara dengan daging sebanyak 530,55 ribu ton. Kebutuhan impor akan menurun menjadi 45,33 ribu ton atau sama dengan 7,87% (sapi bakalan setara daging sebesar 27,19 ribu ton (60%) dan daging beku untuk HOREKA menjadi hanya 18,13 ribu ton (40%). Dengan kata lain, pada tahun 2014 target produksi daging sapi tercapai sebesar 530,55 ribu ton atau 92,13% dari total kebutuhan daging sapi. Evaluasi Penyediaan ternak sapi dalam negeri sebenarnya cukup potensial, namun penanganan dari tahun ketahun masih belum optimal. Hal ini terbukti dengan gagalnya program swasembada daging selama 2 periode pemerintahan. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, gagalnya swasebada daging tahun 2005-2010 dikarenakan belum optimalnya kinerja ternak lokal yang antara lain disebabkan kurangnya dukungan kinerja kebijakan teknis, kebijakan makro dan anggaran. Sementara untuk swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014 belum terwujud dikarenakan masih kurangnya koordinasi dengan instansi teknis lain dan dukungan kebijakan penganggaran, pengawasan terpadu jalur tata niaga ternak dan daging sapi, serta

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

3.

Rata-rata peternak disini hanya peternak sampingan dan untuk pencarian pakannya masih merumput (ngarit) sehingga ternak yang dimiliki 1-2 ekor, ketika ingin memiliki jumlah yang lebih kami tidak ada tenaga untuk merumput. Adakah solusinya pemberian pakan selain merumput?

Doc.Husbandry

membantu mencerna rumput/jerami yang dikonsumsi. Sumber energi yang murah misalnya singkong, onggok/ gaber, dedak padi, dedak jagung, kulit kopi. Pemberian-nya kalau dedak padi 2-8kg/ekor/hari. Apabila baru mampu memberikan tambahan 2kg/ekor/hari, pagi satu kilogram, sore satu kilogram dicampur dengan air dan sedikit garam dapur. Kalau gaber basah, misalnya 4kg pagi dan 4kg sore tanpa campur air. Pertambahan bobot yang diharapkan untuk sapi yang diberi pakan optimal mencapai 0,9-1,0 kg/ekor/hari. Kalau untuk sapi Simmental perlu diberikan 1,5kg/ ekor/hari. Apabila pakannya rumput/jerami saja pertambahan bobot badannya rendah sehingga butuh waktu lama untuk penggemu-kan. Jerami padi dapat ditingkatkan nilai nutrisinya dengan amoniasi agar tidak merumput (ngarit) setiap hari.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Membuat jerami amoniasi, caranya yaitu dengan menggunakan jerami padi yang kering. Jangan yang basah atau masih hijau karena daya serap terhadap larutan urea rendah. Sedangkan jerami kering daya serapnya tinggi karena yang dibutuhkan adalah daya serapnya sehingga larutan urea meresap ke dalam jerami. Seratus kilogram jerami kering, dibutuhkan air 50 liter dan pupuk urea 1,5kg. Cara pembuatan: masukkan 1,5kg pupuk urea ke dalam air 50 liter, aduk sampai larut. Larutan tersebut mengandung urea 3%. Selanjutnya larutan tersebut diratakan pada 100kg jerami. Supaya merata maka jerami ditata dalam ruangan yang lantainya kedap air setinggi 50cm, kemudian disiram dengan larutan urea sambil diinjak-injak supaya padat. Kemudian susun kembali jerami kering diatasnya

dan disiram lagi dengan larutan sisanya, demikian sampai jerami tersiram rata oleh larutan tersebut. Setelah itu jerami ditutup dengan plastik supaya gas amoniak yang terbentuk tidak terbang kemana-mana. Tunggu sampai 21 hari baru jerami dibuka. Apabila Bapak hendak membuat jerami amoniasi sampai 1ton, maka tempat pembuatan, air dan ureanya menyesuaikan. Jerami amoniasi berwarna lebih coklat, lebih lunak dan lembab. Pemberian pada sapi harus di anginanginkan terlebih dahulu supaya gas amoniaknya hilang. Pemberian pakan amoniasi jerami disarankan perlu penambahan pakan konsentrat. Jerami amoniasi kering dapat diberikan antar 6-8 kg/ekor/hari.

Doc.Husbandry

Pemberian pakan yang baik dan efisien dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan performa pada sapi potong. Demikian upaya – upaya peningkatan performa sapi potong melalui pola strategi pemberian pakan semoga bermanfaat, tidak hanya para peternak namun seluruh masyarakat dan selamat beternak sampai berhasil. (Anggi/Hus) 45


Pertumbuhan bobot badan pada sapi merupakan kunci utama agar dapat meningkatkan kualitas atau performa sapi bibit maupun penggemukan. Faktor pakan sangat menentukan pertumbuhan, apabila kualitas pakan baik dan diberikan dalam jumlah cukup, maka pertumbuhan akan semakin cepat. Sebaliknya apabila kualitas pakan jelek dan diberikan dalam jumlah yang kurang, maka pertumbuhan akan menjadi lambat. Pakan yang mempunyai kandungan protein dan energi yang tinggi sangat berpengaruh pada pertumbuhan sapi muda, karena pada sapi yang masih muda sebagian besar nutrisi digunakan untuk pertumbuhan otot, tulang dan lemak. Sedangkan sapi yang sudah dewasa pertambahan bobot badannya berupa penimbunan lemak.

Berikut beberapa masalah yang dihadapi petani peternak rakyat sebut saja rudi (55 tahun) seorang peternak sapi potong yang memiliki beberapa kendala perihal pemberian pakan untuk ternaknya. Mengenai masalah tersebut Ir. Tri Raharjo Sutardi, SU sebagai salah satu dosen peternalan memberikan solusi. Berikut pembahasanya:

Sapi yang baru saya beli nafsu makannya sangat kurang dan harus menunggu selama 2 minggu agar nafsu makannya baik, mengapa terjadi demikian?

1.

Ternak yang baru dibeli lebih-lebih dari pasar hewan pada umumnya megalami stress, karena sapi itu dipindahkan/dibawa dengan kendaraan atau kurang makan dan kurang minum dari kebiasaannya. Apabila di timbang, bobot badannya biasanya menurun.

Kiat dalam membeli sapi disamping tanda-tanda fisik yang baik, perlu diketahui dari penjualnya tentang asal sapi dari mana. Hal ini untuk memperkirakan kondisi lingkungan dan pakan asal sapi. Menurut pendapat saya Desa Gandatapa itu daerah yang agak dingin jadi kalau Bapak membeli sapi asal daerah panas, sapi akan menyesuaikan terhadap lingkungan yang baru. Sapi yang dipelihara di daerah panas biasanya diberi pakan

44

hijauan jerami jadi kalau diberi rumput perlu penyesuaian pula. Sapi yang tidak biasa diberi konsentrat pada awalnya juga tidak mau makan. Tetapi apabila membeli sapi dari daerah yang kondisinya mirip dengan desa Gandatapa, sapi tidak lama untuk menyesuaikan dirinya. Untuk merangsang nafsu makan perlu ada kiat, misalnya pakan hijauan/jerami ditambah air garam atau diberi sedikit tetes. Pengalaman Bapak menunggu dua minggu karena sapi stressnya sudah hilang, jadi sapi sudah mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Saran saya untuk memperbaiki kesehatan dan kondisi sapi dari luar daerah, sapi yang baru itu perlu diberi obat cacing.

2.

Pakan yang kami beri hanya rerumputan, jerami padi dan terkadang ampas tahu kira-kira adakah alternatif pakan yang lain?

Tentang pemberian pakan, Bapak kadang-kadang memberi tambahan konsentrat berupa ampas tahu. Pemberian pakan konsenrat yang tidak berkelanjutan tidak akan memberi pengaruh. Tetapi kalau pemberiannya berkelanjutan akan kelihatan pengaruhnya, yaitu sapi akan menjadi cepat gemuk. Ampas tahu termasuk pakan tambahan yang berkualitas baik karena sebagai sumber energi dan protein. Pakan tambahan untuk sapi yang perlu adalah tambahan sumber energi untuk

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

pemantauan dan pengendalian perkembangan harga komoditas ternak dan daging sapi. Disamping itu sistem transportasi ternak yang masih perlu dibenahi. Program swasembada merupakan program yang memerlukan persiapan-persiapan dalam pengaplikasiannya. Sebelum menginjak keputusan untuk swasembada, perlu dilakukan persiapan yang baik dan sistematis. Prof. Dr. Ir.Bungaran Saragih mengungkapkan bahwa, “Sebelum melaksanakan swasembada daging perlu adanya persiapan dari berbagai sektor, antara lain kesiapan peternak, penyediaan bibit yang unggul, sistem pertanian yang bagus, SDM yang berkualitas, sarana dan prasarana pendukung. Setelah semua itu siap, baru pemerintah dapat mencanangkan swasembada daging beberapa tahun kemudian. Bukan mencanangkan swasembada daging terlebih dahulu, kemudian baru membuat persiapan-persiapannya.� Sebenarnya ada 14 strategi khusus untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau 2014 yang dicanangkan oleh pemerintah yakni: (1) Pe-ngembangan dan penerapan Good Breeding Practices; (2) Penguatan Kelembagaan Perbibitan; (3) Manajemen pemeliharaan ternak

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM, serta kelembagaan IB melalui berbagai pelatihan untuk meningkatkan kompetensi kelembagaan IB dan diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana, optimalisasi kegiatan, pembinaan SMD dan pengelolaan limbah; (4) Pengembangan complete feed pada ternak perah untuk meningkatkan produksi sapi perah; (5) Pengembangan pakan konsentrat; (6) Penyediaan benih pakan hijauan berkualitas melalui perbaikan sumber benih dan mendorong partisipasi masyarakat untuk mengembangkan pakan berkualitas dan perluasan areal kebun HPT; (7) Integrasi ternak tanaman; (8) Pengembangan padang penggembalaan; (9) Pengembangan Teknologi Pakan; (10) Pengembangan Water Reservoir; (11) Pengurangan tingkat kematian ternak sebagai akibat penyakit he-wan menular untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak; (12) Penurunan tingkat kesakitan ternak sebagai akibat penyakit hewan tidak menular tetapi merugikan secara ekonomis; (13) Pengawasan terhadap pemotongan sapi betina produktif sekaligus untuk meningkatkan status hygiene dan sanitasi RPH dalam rangka penyediaan daging yang ASUH; (14) Peningkatan indeks

distribusi yang bertujuan untuk meningkatkan potensi ternak lokal untuk me-masuki tata niaga formal antara lain melalui pasar hewan, rumah potong hewan dan pasar daging. Namun, tetap saja masalah kurangnya koordinasi teknis dengan instansi lain dan anggaran menjadi masalah utama yang tak kunjung terselesaikan. Ir. Agus Priyono MP. mengungkapkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari gagalnya swasembada daging bagi masyarakat, khususnya sektor ekonomi yakni dengan masih tingginya harga daging karena permintaan yang tinggi sedangkan ketersediaannya sedikit. Jika kran impor dibuka kembali, maka petani peternak akan tertekan karena akan kalah saing dengan sapi impor. Dikatakan pula bahwa Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan harus mengetahui aspek-aspek yang menjadi power dan aspek-aspek yang menjadi kelemahan agar setiap kebijakan yang diambil dapat terlaksana dengan baik. (Taufik dan Ricky/HUS)

Kunjungi Kami di :

www.husbandrynews.com @LPMHusbandry /LPMHusbandry

ď ? ď ƒ

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

9


SUSU 2020

MIMPI SWASEMBADA 10

K

onsumsi protein hewani sangat penting bagi suatu bangsa, karena dengan mengkonsumsi makanan berprotein hewani dapat meningkatkan kecerdasan suatu bangsa. Ir. Sri Utami, MP., salah satu dosen Fakultas Peternakan Unsoed mengatakan bahwa tingkat konsumsi protein hewani dapat mempengaruhi tiga aspek kehidupan, yakni status gizi masyarakat, kecerdasan dan umur harapan hidup. Salah satu komoditas pangan sumber protein hewani adalah susu.

Melihat situasi Indonesia yang saat ini tingkat konsumsinya sangat rendah dan sebagian besar susu di Indonesia berasal dari impor, maka pemerintah merancang suatu program Swasembada Susu 2020. Banyak pro dan kontra dalam penentuan kebijakan tersebut, namun kita perlu menilik apa dan bagaimana program ini dapat tercetuskan serta memungkinkan dapat terealisasikan atau tidak. Mengingat tahun 2014 ini, program swasembada daging sapi dan kerbau pun gagal terealisasikan, sehingga membuat munculnya keraguan akan te-realisasinya Swasembada Susu 2020. Awal Mula

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengungkapkan bahwa program Swasembada Susu 2020 merupakan program yang dicetuskan pada

dibenahi. Selain itu fasilitas ruang kelas yang ber-AC harus disegerakan sebagai bentuk kenyamanan. Karena bagaimanapun juga bentuk institusi pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran peserta didik (mahasiswa-red) sebagai poros yang harus diutamakan.

saat Workshop Persusuan dalam rangka memperingati Hari Susu Nusantara tahun 2012 di BBPTU-HPT Baturraden. Saat itu ada 'desakan' dari para stakeholder yang terdiri dari perguruan tinggi, Litbang, pemerintah pusat dan daerah, asosiasi, dan praktisi untuk merancang program swasembada susu tahun 2020. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat ini negeri kita memang masih defisit susu. Konsumsi susu masyarakat kita juga masih sangat rendah jika dibandingkan n eg ar a tetan g g a s ep er ti F ilip in a, Malaysia, Singapura dan Thailand. Demikian pula dengan bahan baku susu olahan. Setiap tahun tak kurang dari 1,85 juta ton bahan baku susu diimpor, terutama dari Australia dan Selandia Baru. Jumlah bahan baku susu yang diimpor mencapai 70% dari total kebutuhan industri pengolahan susu dalam negeri. Jika situasi ini dibiarkan tanpa adanya intervensi atau terobosan yang berarti dari pemerintah, maka diperkirakan Indonesia akan semakin tenggelam dalam negara net-importer. Secara statistik, jumlah populasi ternak perah di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami peningkatan. Berdasarkan data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) 2013, jumlah populasi ternak perah dari tahun 2009 sampai 2012 berturut-turut adalah 474.701; 488.448; 597.2123; 611.939 ekor. Kondisi ini tentu masih sedikit jika dibandingkan

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

Fasilitas Penunjang dan UKT Berbicara mengenai Unsoed yang menambah fakultasnya, tentu tak bisa dilepaskan akan singgungan dengan segala bentuk fasilitas yang akan hadir menyapa. Harapan akan fasilitas penunjang, diungkapkan oleh Irfina Mardani (Perikanan dan Kelautan 2012) perihal Jurusan Perikanan dan Kelautan (JPK) yang nantinya bermetamorfosa menjadi FPIK. Menurutnya, fasilitas sangat diperlukan sebagai bentuk kemajuan prodi menjadi fakultas. Hal ini menjadi urgensi agar kalimat “fakultas” tidak hanya sekedar “label”. “Contohnya selama praktikum, terlebih keluar kota, kita butuh alat-alat yang penting, tapi justru gak tersedia. Selain itu, fasilitas kelas dan laboratorium juga diperhatikan supaya lebih nyaman”, tambah Irfina. Seakan mengamini pernyataan sebelumnya, Ita Rachmantari selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Resource Management Aquatic (Himarestic JPK) berujar agar fasilitas seperti penyediaan alat-alat praktikum harus segera

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Contoh lain ialah permasalahan kisruh Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang hingga kini masih saja menimpa mahasiswa Unsoed secara luas. Sistem UKT sendiri bergulir semenjak tahun 2012 dan berlanjut hingga tahun ini. Menurut Yopi (Agroteknologi 2012), tugas terkini yang harus dibenahi ialah kisruh sistem UKT yang berjalan. Ia mencontohkan dengan adanya penarikan biaya praktikum ke luar kota, tidak hanya di Agroteknologi, melainkan di jurusan dan fakultas lain pun juga demikian. Menurutnya, praktikum ke luar kota dibutuhkan agar mahasiswa Unsoed bisa memiliki wawasan lebih. “Apapun alasannya, segala bentuk penarikan di luar biaya UKT menyalahi sistem UKT itu sendiri. Apa bedanya sistem UKT dengan SPP jika seperti ini?. Jika memang tidak siap dengan sistem UKT, silahkan kembalikan ke sistem SPP ”, tambah Yopi. Mengenai harapan terhadap rektor baru, Septiyan (Presiden BEM Fapet) berpendapat bahwa, “Kinerja Rektor lebih baik yakni dengan tidak adanya perbedaan atau diskriminasi antar fakultas di Unsoed. Selain itu, perkembangan dari tiap-tiap fakultas juga perlu diperhatikan dan ditelaah pembangunannya. Diharapkan tidak ada perbedaan yang cukup menonjol di setiap gedung fakultas”. “Selain itu, keuangan harus transparan, nantinya bisa terbuka pada publik tanpa harus ada yang ditutupi.

Jika perlu, menggandeng KPK dalam hal keuangan untuk mewujudkan kampus bebas korupsi,” ujarnya Beberapa saran langkah konkrit untuk membuat Unsoed lebih maju dituturkan oleh Pembantu Dekan III Fapet Unsoed agar bisa menunjang , “Untuk Unsoed yang lebih maju itu harus melalui dua jalur, yakni komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal direalisasikan dengan dibenarkannya akomodasi, kepercayaan diri juga perlu ditingkatkan karena kejadian kemarin menimbulkan turunnya kepercayaan diri. Sedangkan untuk komunikasi eksternal dapat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Kerja Praktek (KP). Diusahakan KKN tidak hanya di area Jawa, pembagiannya merata untuk seluruh Indonesia. Karena KKN termasuk salah satu publikasi yang tepat untuk mempromosikan nama Unsoed. Jika memungkinkan KP juga dilaksanakan di beberapa desa di luar daerah” ujar Dr. Drh. Muhamad Samsi, M.P. Harapan dan saran yang telah disampaikan, menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh rektor baru terpilih. Karena pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat membuat nyaman dan menerima berbagai macam saran serta kritik dari orangorang yang akan dipimpinnya. Tidak kalah penting pemimpin di bidang kependidikan selayaknya menjalankan amanat Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Beliau berpesan, Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya M a n g u n K a r s a d a n Tu t Wu r i Handayani. Bukan sebaliknya menjadi pemeras, otoriter, apalagi sebagai pengekang kegiatan mahasiswa. (Anis,Melati, dan Iqbal/Hus)

43


S

egenap sivitas akademika Unsoed sangat berharap kepada Rektor terpilih untuk memajukan dan membangun pencitraan nama Unsoed kembali. Hal ini dikarenakan beberapa waktu terakhir, institusi pendidikan tinggi yang memiliki jargon “World Class Civic University” menjadi fokus perhatian masyarakat lantaran Rektor Unsoed sebelumnya, Edy Yuwono, ditahan karena terlibat dalam penyalahgunaan dana kerja sama antara Unsoed dengan PT. Antam (Aneka Tambang). Kedepannya diharapkan rektor yang terpilih dapat membangun lagi nama besar Unsoed yang sempat jatuh, menjadi Unsoed yang lebih baik lagi. Tahun 2014, Unsoed yang telah memulai pergerakan membangun citra semenjak dinahkodai oleh Mas Yedi Sumaryadi berusaha agar bisa “berstandar” dengan mengikuti aturan yang diterapkan oleh Kemendikbud. Ditemui oleh LPM Husbandry, Achmad Iqbal yang masih memiliki masa bakti sebagai Dekan Faperta hingga Agustus 2014 mendatang mengungkapkan bahwa tugas rektor terkini ialah melaksanakan aturan yang telah dicetuskan. Beliau mengacu pada Permendikbud Nomor 21 Tahun 2014 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) dimana Unsoed tersurat akan “mengayomi” duabelas fakultas. Terpilihnya empat fakultas baru lewat pemekaran dari naungan tiga fakultas sebelumnya, dinilai memiliki keunggulan yang telah cukup mumpuni. Adapun empat fakultas yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan (FPIK) dan Fakultas Matermatika dan Ilmu Pengetahuan

42

Doc.Husbandry

MENYOAL TUGAS TERKINI DAN HARAPAN BAGI

REKTOR Alam (FMIPA) “Buat empat fakultas yang nanti ada, terpilih dikarenakan sudah memiliki gedung dan tinggal dipoles saja sesuai kebutuhannya”, tutur Achmad Iqbal. Achmad Iqbal tak menampik bahwa kebijakan duabelas fakultas sangat berat. Namun peraturan haruslah dijalankan walaupun pemikiran keras menghinggapi baik dari segi fasilitas, sumber daya hingga keuangan yang harus dipenuhi sesegera mungkin. Disamping itu, Unsoed pun telah “menciptakan jurusan kependidikan” baru dengan versi terpisah. Lewat pendidikan olahraga, ekonomi dan bahasa indonesia dengan induk fakultas yang juga berbeda-beda tentunya. Tidak akan menjadi hal yang aneh jika sebuah universitas akan mendirikan program studi (prodi) tambahan. Namun, hal tersebut menjadi rancu ketika Unsoed lewat tangan fakultas yang belum memiliki pengalaman di bidang kependidikan justru mendirikan prodi tentang kependidikan.

Apakah ini hasrat murni untuk menelurkan calon pendidik?, penambah pemasukan lewat mahasiswa? atau bahkan hanya karena pandangan akan “pasar” kebutuhan guru yang sedang menanjak popularitasnya?. Menanggapi hal ini, Achmad Iqbal mempersilahkan LPM Husbandry untuk menanyakan ke Dekan masingmasing dimana jurusan itu berada. Ia mengaku tidak tahu mengenai jurusan pendidikan dikarenakan sebelum dia menjabat, jurusan itu sudah berdiri. Lanjutnya, fokus masih diberikan kepada penambahan empat fakultas baru. “Kedepan ya harus berdiri sendiri, tidak dicampur jadi satu, pendidikan itu kiblatnya jadi guru, sudah jelas itu kan beda”, tuturnya. Seyogyanya, sebagai Rektor terpilih ia harus secepat mungkin mengetahui segala bentuk perubahan di kapal yang akan dinakhkodai.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

dengan populasi ternak potong yang sudah mencapai jutaan ekor. Maka dari itu, perlu adanya dorongan untuk meningkat-kan jumlah populasi ternak sapi perah agar kebutuhan susu nasional dapat terpenuhi. Program swasembada susu menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan hal tersebut. Selain itu, jumlah susu impor saat ini masih besar. Tercatat tahun 2011 jumlah impor susu sebesar 247.495.230 kg. Namun mengalami peningkatan impor yang sangat drastis di tahun 2012 menjadi 386.116.371 kg. Nilai tersebut merupakan nilai 70% impor dari total kebutuhan industri dalam negeri. Sehingga alasan ini pula yang memperkuat untuk melakukan swasembada susu agar kran impor susu dapat ditekan. Namun disayangkan, data statistik impor dan ketersediaan susu ternyata saat ini belum pasti dan hanya sekedar perkiraaan. Jadi, tidak heran jika ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa impor susu saat ini masih 70%, ada pula yang mengatakan 77 %. Kenapa di Tahun 2020? Swasembada susu dirancang pada tahun 2020 untuk dapat memenuhi sebesar 50% dari

kebutuhan susu nasional. Saat ini diperkirakan kebutuhan susu dalam negeri 77% dipasok dari impor dan 23% dipasok dari dalam negeri. Walaupun pengguna susu impor terbanyak adalah industri pengolahan susu, namun mereka juga menggunakan pasokan susu dengan jumlah terbatas dari peternak lokal karena jumlah pasokan yang belum mencukupi dan masalah kualitas susu. Diperkirakan pada tahun 2020 permintaan/kebutuhan susu dalam negeri akan meningkat sampai 6 juta ton pertahun atau sekitar 23 liter/kapita, sementara jumlah produksi dalam negeri masih stagnan pada angka 1 juta ton atau hanya 10%-16% dari kebutuhan nasional jika tidak dilakukan langkah-langkah progresif untuk pengembangan persusuan di dalam negeri. Bungaran Saragih mengungkapkan bahwa, pencapaian swasembada susu 2020 merupakan sebuah omong kosong belaka dan hal yang mustahil serta belum dipikirkan dengan baik. Hal ini dikarenakan data yang mendukung untuk swasembada susu tidak ada. H. Ahmad Afaroaitum, S.Pt., MM., selaku Kepala Koperasi Pesat (Peternak Satria) yang merupakan koperasi susu di daerah Banyumas, menungkapkan pula bahwa beliau pesimis tahun 2020 akan tercapai swasembada susu. “Terlalu pendek waktu penentuan target swasembada susu di tahun 2020. Hal ini dikarenakan melihat situasi peternak sapi perah dilapangan yang masih kurang berkembang” ujar H. Ahmad Afaroaitum, S.Pt., MM. Penyusunan rancang bangun pemenuhan 50% kebutuhan susu nasional tahun 2020 menuju swasembada susu merupakan program/kegiatan pembangunan lintas kementerian, dilaksanakan

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

seluruh stakeholder yang ditujukkan untuk meningkatkan produksi susu secara nasional, kesejahteraan peternak sapi perah, berkontribusi terhadap penurunan devisa negara dan terpenuhi sedikitnya 50% kebutuhan susu nasional. Melalui penyusunan rancang bangun swasembada susu tersebut, diharapkan akan mampu menjawab isu-isu terkait lost generation, penegakkan kedaulatan pangan, peningkatan daya ungkit ekonomi, persiapan tuntutan globalisasi ekonomi Asia Pasifik 2020. Tantangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengungkapkan bahwa tantangan yang paling mendasar dari program swasembada susu 2020 adalah bagaimana membangun idealisme ekonomi kerakyatan. Peternakan sapi adalah mata rantai ekonomi kerakyatan yang tak pernah putus, mengingat sebagian besar peternakan sapi perah di Indonesia terdiri atas peternak-peternak kecil, bahkan masih berskala rumah tangga. Membangun industri peternakan susu adalah membangun ekonomi kerakyatan. Pemerintah juga mendorong industri peternakan sapi perah secara terintegrasi, mengingat para peternak dalam negeri belum berkembang seperti peternak di negara-negara maju. Keterbatasan modal, tingginya harga pakan konsentrat, minimnya sumberdaya manusia, keterbatasan lahan hijau, minimnya rantai pemasaran susu, serta keterbatasan teknologi pengolahan kotoran hewan ternak adalah persoalan klise yang selama ini menghambat para peternak. Permasalahan yang terjadi dalam swasembada susu 2020

11


DOC. HUSBANDRY

adalah rendahnya produksi susu segar secara nasional sebagai akibat dari rendahnya produksi susu per ekor sapi perah. Rendahnya produksi susu disebabkan oleh rendahnya kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada sapi perahnya. Rendahnya mutu pakan ternak disebabkan oleh mahalnya harga bahan baku pakan konsentrat yang bermutu baik dan terbatasnya lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak. Masalah persusuan nasional bukan hanya kekurangan volume produksi, namun juga masalah kualitas susu segar yang masih rendah dengan angka kuman masih diatas 1 juta CFU/ml. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran peternak dalam menerapkan Good Farming Practises (GFP) dan Good Handling Practises (GHP) pada hasil susu serta rendahnya kualitas pakan. Permasalahan yang ketiga adalah harga jual susu di tingkat peternak yang masih rendah, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk harga pakan dan pemeliharaan sapi perah. Hal ini disebabkan karena pemasaran susu peternak sebagian besar tergantung pada IPS (Industri Pengolahan Susu). Di samping itu skala usaha pemelihara-an ternak yang belum ekonomis.

Doc. Husbandry

H. Ahmad Afaroaitum, S.Pt. MM. juga menyampaikan bahwa tantangan swasembada susu 2020 khususnya di daerah Banyumas adalah keterbatasan modal, sebenarnya peternak memiliki lahan dan rumah namun tidak memiliki

sertifikat. Padahal perbankan sendiri membutuhkan sertifikat ini untuk membantu peminjaman modal. Inilah yang menjadi hambatan dalam usaha peternakan sapi perah khususnya di daerah Banyumas. Hal lainnya adalah keseriusan peternak dalam beternak sapi perah, mensosialisasikan kepada generasi muda untuk membiasakan diri mengonsumsi susu. Mengatasi permasalahan tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan solusi terkait kurangnya produksi adalah dengan memacu sentra pemeliharaan sapi perah yang kini populasinya baru mencapai 500 ribu ekor dengan jumlah sapi perah yang idealnya mencapai 2 juta ekor. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan memproduksi sapi perah unggul melalui Uji Zuriat yaitu mengukur kemampuan genetik ternak sapi perah jantan melalui produksi anak betinanya. Alternatif lain untuk menambah populasi adalah impor induk sapi perah.

kompetitif jika kualitasnya rendah. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan kualitas susu di tingkat peternak, pemerintah telah menyediakan dana pembinaan baik di pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten, serta menyediakan tenaga pendamping bagi peternak sapi perah di sentra-sentra peternakan agar kualitas susu peternak tetap terjaga. Diluar itu, tentu masih banyak yang bisa dilakukan pemerintah, seperti memberikan subsidi biaya kesehatan hewan dan jasa dokter hewan kepada peternak, menyediakan lahan untuk tanaman pakan ternak dengan berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan, BUMN Perkebunan, serta menyediakan pakan konsentrat dengan harga terjangkau

Pemerintah dalam hal ini sudah memfasilitasi kredit berbunga rendah melalui Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Pemerintah juga memfasilitasi pembentukan kelompok peternak di sentra-sentra peternakan sapi perah. Pembentukan kelompokkelompok yang saling bersinergi, diharapkan dapat meningkatkan skala usaha pe-meliharaan menjadi lebih ekonomis.

Pemerintah memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana (TPS dan peralatannya), pelatihan bagi peternak untuk menerapkan GFP dan GHP, serta memfasilitasi penanggulangan penyakit zoonosis (brucellosis dan tuberculosis), semua itu dilakukan untuk penyediaan susu yang berkualitas. Swasembada susu bukan sekadar bercita-cita tentang kemandirian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan susu, akan tetapi terkait tentang banyak hal, mulai dari pemenuhan gizi masyarakat, memperkuat ketahanan pangan, menghemat devisa, hingga mendorong industri unggulan pengolahan susu yang terintegrasi.

Para peternak tidak akan mampu menghasilkan susu dengan harga

(Ricky dan Taufik/HUS)

padatan susu dengan peningkatan sebesar 6% atau total padatan susu kambing 20%. Total padatan susu kambing sebesar 20% memiliki kadar air paling rendah (59%), menghasilkan yield keju paling tinggi (42,24%) dan derajat keasaman (pH) paling sesuai (4, 37). Peningkatan total padatan susu dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan penambahan susu skim. Penambahan susu skim sebanyak 2,0-3,5% akan menurunkan kadar air sehingga mampu meningkatkan nilai gizi dan memperbaiki kekentalan, tekstur dan bentuk yogurt yang dihasilkan. Penambahan susu skim ini bertujuan untuk menaikkan kadar protein, lemak, abu, total asam laktat dan berat kering tanpa lemak. Semakin tinggi konsentrasi susu skim dan waktu fermentasi yang semakin lama, maka terjadi peningkatan protein, sehingga mampu meningkat-

kan kualitas produk yang dihasilkan. Susu skim mampu menaikkan bahan kering dalam produk sehingga kadar air dalam produk menjadi berkurang dan yield meningkat.

Yield keju sangat penting untuk mengukur efisiensi dan kelayakan ekonomi dari pembuatan keju. Yield keju merupakan perbandingan antara bobot keju yang dihasilkan dengan volume bahan baku susu yang digunakan. Yield/hasil produk dihasilkan dari bahan kering bahan (total padatan), sehingga susu dengan bahan kering lebih banyak menghasilkan yield lebih tinggi, sebaliknya susu dengan bahan kering rendah (kadar air tinggi) menghasilkan yield rendah karena air akan keluar bersama whey. Yoghurt cheese yang dibuat dari susu dengan bahan padat rendah, maka kadar air akan meningkat

sehingga akan menyebabkan viskositas yoghurt menurun. Sifat fisik yoghurt atau yoghurt cheese yang dipandang oleh produsen yaitu viskositas/ konsistensi koagulum itu adalah sangat penting, secara umun semakin tinggi tingkat padatan dalam campuran yoghurt maka semakin besar viskositas/ konsistensi produk yang dihasilkan. Total padatan susu normal dengan kandungan bahan padat paling rendah yaitu 14% mengandung kadar air paling tinggi (64,82%) akan menghasil-kan viskositas yang lebih rendah dibanding total padatan susu yang sudah ditingkatkan. Susu dengan total padatan yang lebih tinggi memiliki komposisi dan kualitas yang lebih baik dibanding susu normal yang tidak dinaikkan total padatan-nya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kenaikan total padatan susu mampu menurunkan kadar air dan menaikkan yield yoghurt cheese susu kambing, sehingga kualitas produk yang dihasilkan menjadi lebih baik. Hasil terbaik ditunjukkan oleh yoghurt cheese yang dibuat dari total padatan susu paling tinggi yaitu 20% yang menghasilkan keju dengan kadar air dan pH paling rendah serta yield paling tinggi. Yoghurt cheese dapat dikembangkan sebagai salah satu produk pengolahan susu kambing yang bersifat fungsional dengan nilai gizi tinggi dan memberi efek kesehatan yang baik bagi konsumennya. (Atin/Hus)

42 HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

41

doc. Google picture


Laporan Utama

Komposisi produk olahan susu dipengaruhi oleh komposisi bahan dasar dan jenis susu yang digunakan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa karakteristik yoghurt seperti pH, lemak, protein dan total padatan dipengaruhi oleh komposisi bahan dasar dan jenis susu yang digunakan. Susu kambing sebagai bahan dasar pembuatan yoghurt cheese mengandung sedikit βlactoglobulin sehingga potensi menimbulkan alergi juga rendah, terutama bagi para penderita CMA (Cows Milk Allergy). Sedangkan total padatan susu merupakan komponen susu yang terdiri dari kadar lemak dan SNF (Solid Non Fat). Kandungan total padatan sangat tergantung pada kadar kedua komponen tersebut. Sehingga total padatan akan mempengaruhi karakteristik, kualitas

40

Doc. Husbandry

P

ernahkah kalian mendengar produk bernama yoghurt cheese? Atau kalian hanya mengenal produk berupa yoghurt saja? Berupa cheese saja? Jika kalian belum pernah mengenal produk ini, maka saya akan mengenalkan kalian pada salah satu produk olahan susu yang belum banyak dikembangkan di Indonesia ini. Yoghurt cheese merupakan inovasi pengolahan fermentasi susu dengan bahan dasar berupa yoghurt. Yoghurt cheese dibuat melalui proses penggumpalan oleh bakteri asam laktat yang terdapat pada yoghurt dan bukan atas bantuan rennet seperti pembuatan keju pada umumnya. Proses pembuatan yoghurt cheese membutuhkan waktu sekitar 6 hari untuk mencapai total padatan yang diinginkan (40%) yang lebih padat gizi dengan masa simpan yang lebih lama. Yoghurt cheese dapat dibuat dari berbagai jenis susu seperti susu sapi, susu kambing atau jenis susu lainnya.

(Berdasarkan hasil penelitian Atin, S.Pt )

Ismoyo, S.Pt. M.P.

dan kuantitas produk yang dihasilkan. Pembuatan yoghurt cheese dengan total padatan susu kambing yang berbeda akan mempengaruhi karakteristik produk yang dihasilkan. Total padatan susu yang lebih tinggi pada proses pembuatan yoghurt cheese dari susu kambing mampu meningkatkan yield (hasil) keju, menurunkan kadar air dan mendapatkan derajat keasaman yang sesuai. Total padatan susu kambing normal yaitu sekitar 14-15% dengan peningkatan yang disarankan sebesar 16%. Peningkatan total padatan susu sebagai bahan dasar pembuatan yoghurt cheese masing-masing sebesar 2%, 4%, dan 6% terbukti mampu memperbaiki karakteristik produk. Hasil terbaik ditunjukkan oleh yoghurt cheese yang dibuat dari total

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

“suatu saat kita harus bisa menyediakan PS maupun GPS sendiri� Peternak ayam ras di Indonesia masih didominasi oleh peternak yang tergabung dalam sistem kemitraan. Dimana sistem inti (perusahaan) dan plasma (peternak) ini, membantu peternak-peternak yang memiliki lahan tetapi tidak memiliki dana untuk melaksanakan budidaya, karena inti akan menyediakan bibit, pakan dan obat serta memberikan jaminan kepastian pasar untuk penjualan ayamnya. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi peternak lokal untuk lebih mengembangkan

Di tengah kekecewaan gagalnya Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014 dan cemasnya menunggu Swasembada Susu 2020, kita patut berbangga diri karena telah mencapai Swasembada Ayam. Hal ini memang dikarenakan Indonesia memiliki topografi wilayah dan kemampuan peternak dalam membudidayakan ternak unggas. Di samping itu Indonesia memiliki plasma nutfah yang sangat beragam dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia misalnya ayam pelung, ayam kedu hitam, ayam cemani, ayam serama, dll. Ironisnya populasi ayam lokal jauh lebih sedikit dibandingkan ayam ras (broiler dan layer) yang merupakan ayam impor. Walaupun sebenarnya tingkat kepemilikan ayam lokal lebih banyak di-bandingkan ayam ras, namun populasi jauh lebih banyak ayam ras. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Ditjenak dan Keswan bahwa jumlah peternak ayam ras dan peternak ayam buras (lokal) di Indonesia terlihat perbedaan jumlah yang sangat signifikan, dimana pemelihara ayam buras lebih banyak dan tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia dengan jumlah kepemilikan yang relatif kecil. Berbanding terbalik dengan peternak ayam ras (pedaging maupun petelur) yang jumlah pemeliharanya relatif sedikit dan terfokus pada daerah-daerah tertentu, namun jumlah kepemilikan ternaknya jauh lebih tinggi.

ayam ras. Di samping kemudahan dari berbagai fasilitas yang diberikan perusahaan tersebut, daya tarik lainnya yakni keuntungan peternak ayam ras yang cukup menggiurkan. Banyaknya populasi ayam ras menimbulkan pertanyaan apakah Indonesia sanggup memproduksi Parent Stock (PS) dan Grand Parent Stock (GPS) sendiri. Perlu diketahui bahwa sampai saat ini, Indonesia masih import PS dan GPS ayam ras, namun baru mampu menyediakan Final Stock (FS). Dalam mewujud-

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

kan ketahanan pangan kita berharap mampu menyediakan PS maupun GPS sendiri. Berdasarkan perkembangan pemasukan broiler dan layer tahun 2010 hingga 2014 impor GPS broiler dan layer mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 import GPS broiler sebesar 423.084 ekor, mengalami peningkat-an pada tahun 2013 sebesar 664.634 ekor. Sampai triwulan pertama tahun 2014 Indonesia telah mengimport 216.867 ekor GPS broiller dan 12.290 ekor GPS Layer (Data Poultry).

13


Kemungkinan di triwulan keempat tahun 2014 angka import GPS akan lebih meningkat dibandingkan tahun 2013. Bila tidak ada kemauan untuk menyediakan PS maupun GPS sendiri tentu angka impor ini akan terus meningkat. Namun, tidak semudah membalikkan telapak tangan banyak kendala yang dihadapi dalam penyediaan PS dan GPS. Ismoyo, S.Pt.M.P mengungkapkan bahwa sulitnya penyediaan PS maupun GPS dikarenakan cost ayam breeding itu tidak murah. Namun, suatu saat kita harus bisa menyediakan PS maupun GPS sendiri. Sampai saat ini belum ada upaya untuk menyediakan PS maupun GPS. Pemerintah melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menyatakan saat ini Indonesia baik pe-merintah maupun swasta belum dapat memproduksi PS dan GPS ayam ras. Namun demikian saat ini salah satu UPT Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yakni Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa di Sumatera Selatan telah me-lakukan

pemurnian ayam Arab dan ayam Merawang, serta akan membentuk PS kedua ayam tersebut. Banyaknya populasi ayam ras di masyarakat menimbulkan kehawatiran akan tersingkirnya ayam lokal oleh ayam ras. Namun, kehawatiran tersebut ditepis oleh mantan Menteri Pertanian 2000 – 2004, Prof. Dr. Ir.Bungaran Saragih, bahwa ayam lokal telah memiliki daya tarik tersendiri di masyarakat. Walaupun harganya lebih mahal dari ayam ras tetapi cita rasa yang khas menjadi salah satu daya tarik masyarakat. Mulyanto pemilik ayam Jawa Super dengan populasi 500 ekor menyatakan pula bahwa kelebihan ayam lokal yakni tidak mudah stress, lebih kuat terhadap penyakit, dan kotorannya tidak bau dibandingkan ayam ras. Sehingga keberadaan ayam lokal tidak akan tergeser oleh ayam ras. Kehawatiran akan punahnya ayam lokal tentu ada, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Namun, saat ini peternakan ayam lokal mulai tumbuh dan berkembang kembali, contohnya peternakan

Doc. Husbandry

milik Mulyanto, salah satu peternak yang memiliki ayam Jawa Super 500 ekor. Pemerintah dalam hal ini, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melakukan langkahlangkah pengembangan ayam lokal dengan melaksanakan kegiatan pembibitan melalui optimalisasi peran UPT pembibitan baik pusat (UPT Sembawa) maupun UPTD; pengembangan budidaya dengan melakukan kegiatan pengembangan unggas lokal di pedesaan (Village Poultry Farming/VPF) dan pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL); fasilitasi permodalan untuk mendukung pengembangan ayam buras kepada kelompok ayam buras yang dapat difasilitasi melalui skim kredit KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Keberadaan ayam lokal tidak akan pernah tergantikan atau DocKarena bahkan punah. . Huskepemilikam banduntuk ayam lokal bukan hanya ry tujuan agribisnis, namun juga sebagai hobi, adat istiadat atau sekedar mengisi waktu luang. Berbeda dengan ayam ras yang kepemilikannya bertujuan untuk agribisnis yang membutuhkan perlakukan dan pemeliharaan khusus. Ketahanan pangan tidak dapat diartikan secara sempit yakni dengan hanya mengunggulkan ayam lokal saja, namun harus diartikan secara luas yakni berjalan berbarengan dengan ayam ras karena memang memiliki keunggulan tersendiri. Namun tetap ada kontrol dari pemerintah agar tidak terjadi timpang tindih antara ayam lokal dengan ayam ras.

(Taufik dan Ricky/HUS)

“Keberadaan ayam lokal tidak akan pernah tergantikan atau bahkan punah� 14

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

menurunkan pembentukan gas metana tanpa mempengaruhi fermentasi dan dapat menghambat proses metanogenesis. Hal ini dapat disebabkan karena ekstrak kulit bawang putih menekan aktifitas bakteri metanogen sehingga H2 yang dihasilkan dari proses fermentasi segera dimanfaatkan untuk pembentukan propionat melalui senyawa malate dan fumarate. Pemberian ekstrak tumbuhan yang mengandung saponin pada ternak ruminansia lebih efektif menekan proses metanogenesis dibandingkan tanpa diekstrak. Hal ini terjadi karena hasil ekstraksi mengandung saponin dua kali lebih tinggi daripada tanpa diekstrasi. Saponin memberi efek antiprotozoa sehingga perkembangan protozoa tertekan. Eliminasi protozoa rumen meningkatkan jumlah bakteri amilolitik. Berkurangnya populasi protozoa maka aktivitas bakteri amilolitik dalam rumen meningkat, sehingga menghasilkan lebih banyak asam propionat dan gas metana yang lebih sedikit. Selain itu, sejumlah bakteri metanogen dalam rumen hidup dengan menempel pada permukaan dinding sel protozoa. Berkurangnya populasi protozoa, maka populasi bakteri metanogen menurun karena kehilangan sebagian habitatnya. Kelemahan dari penggunaan saponin ini adalah pengaruhnya hanya bersifat sementara. Sedangkan allicin sebagai anti metanogen sehingga allicin akan membantu dalam pembusukan gas metana. Tidak terbentuknya gas metana, karena allicin akan mempengaruhi sintesa enzim HMG CoA, sebagai enzim yang berperan dalam sintesis metana. Kandungan yang dimiliki dari kulit bawang inilah dapat mengeliminasi emisi gas metana

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

dalam ternak ruminansia. Cara membuat ekstrak kulit bawang putih yaitu kulit bawang putih dikeringkan terlebih dahulu kemudian ditambah dengan methanol. Pakan tersebut dapat diberikan secara langsung pada ternak, selain itu juga dapat dicampurkan dalam ransum pakannya. Demikian kandungan yang dimiliki dari kulit bawang putih, yang dapat bermanfaat dalam mengurangi gas metana khususnya pada ternak ruminansia sehingga dapat mengurangi pemanasan global. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang lebih lanjut tentang manfaat yang diperoleh dari penggunaan kulit bawang putih untuk pakan ternak serta manfaat dalam peningkatan produksi daging maupun susu. (Rika dan Khalimah/Hus).

www.pixabay.com

39


menentukan produksi gas metana.

P

emanasan global terjadi karena meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca, termasuk gas metana di atmosfer bumi. Metana bereaksi dengan ozon atmosfer bumi, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang dilepaskan ke udara relatif berlangsung sesaat. Akan tetapi metana akan menipiskan lapisan ozon sebagai pelindung bumi sehingga memicu pemanasan global. Selain dari dekomposisi limbah organik sampah, gas metana juga dihasilkan dari produksi pertanian dan kegiatan transportasi. Sekitar 50% emisi gas metana merupakan hasil aktivitas manusia yang berasal dari kegiatan pertanian, sekitar 66% emisi gas metana berasal dari sektor peternakan terutama ternak ruminansia. Emisi gas metana (CH4) oleh ternak ruminansia tersebut dihasilkan melalui proses metanogenesis di dalam rumen. Gas metana dihasilkan dari rumen

38

sebesar 80-95% dan 5-20% dihasilkan dari usus besar. Gas ini dikeluarkan melalui mulut ke atmosfer. Proses metanogenesis tersebut selain berdampak buruk bagi atmosfer, juga berpengaruh negatif terhadap ternak ruminansia itu sendiri, yaitu dapat menyebabkan kehilangan energi hingga 15% dari total energi kimia yang tercerna. Produksi gas metana yang tinggi dari ternak perlu ditekan agar dampak pemanasan global yang berasal dari kegiatan pertanian (termasuk ternak ruminansia) dapat dikurangi sedemikian rupa. Mengurangi produksi gas metana asal ternak dilakukan dengan cara memanipulasi metabolisme dalam rumen (fermentasi mikroba) dan menghambat/ mengurangi proses metanogenesis (proses pembentukan gas metana oleh bakteri metanogenik). Strategi pemberian pakan dalam bentuk pemberian imbangan pakan yang tepat antara hijauan dan konsentrat turut

Pemberian imbangan pakan hijauan yang lebih tinggi dibandingkan konsentrat akan menyebabkan produksi H 2 lebih tinggi. H 2 ini nantinya akan mereduksi CO 2 sehingga terbentuk metana yang tinggi oleh aktifitas bakteri metanogen. Dari satu sisi hal ini tidak menguntungkan karena ternak memproduksi metana cukup tinggi, namun di sisi lain menguntungkan karena produk akhir dari ternak rendah kadar asam lemak jenuhnya. Sedangkan apabila pemberian imbangan pakan konsentrat lebih tinggi dari hijauan menyebabkan pembentukan metana jadi berkurang. Hal ini disebabkan H2 yang dihasilkan dari proses fermentasi hijauan digunakan untuk proses pembentukan asam propionat sehingga H2 tidak mereduksi CO2 menjadi metana, akan tetapi kelemahannya adalah produk akhir dari ternak menghasilkan asam lemak jenuh tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk mengeliminasi produksi gas metana asal ternak. Salah satu cara untuk mengeliminasi produksi gas metana adalah melalui penggunaan ekstrak tanaman seperti kulit bawang putih. Tidak hanya daging bawang putih namun kulit bawang putih pun juga memiliki kandungan saponin. Daging bawang putih dikonsumsi oleh manusia dan kulitnya hanya dibuang, padahal kulit bawang putih juga mengandung senyawa saponin dan allicin yang dapat mengurangi gas metana pada kotoran ruminansia. Maka kulit bawang putih dimanfaatkan untuk pakan ternak dengan dibuat ekstrak kulit bawang putih. Ekstrak kulit bawang putih mampu

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

15


http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Pertanian_Republik_Indonesia

16

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

dikawinkan pada jantan berkisar 13 bulan, sedangkan untuk betina 2 tahun. Umur terakhir dikawinkan pada betina berkisar antara 12 tahun dan sapi siap diculling. Menurut Eko Siswato, selaku koordinator pengawasan pembibitan ternak mengatakan semua sistem yang dilakukan di BBPTU-HPT ini tidak mengalami kendala apapun, seperti yang disampaikannya saat LPM Husbandry berkunjung ke Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak, “Sebenarnya disini itu enak, fasilitas negara punya, SDM banyak, sistem juga sudah sebaik mungkin dirancang. Hanya saja yang menjadi kendala adalah konsistensi dari SDM itu sendiri”. BBPTUHPT Baturraden juga telah mendirikan beberapa cabang di luar jawa contohnya di Kalimantan berupa Field Breeding Center (FBC) yang sudah berdiri beberapa tahun lalu. Tujuan dari pendirian cabang ini guna membantu mencukupi kebutuhan ternak unggul dan mencukupi

kebutuhan susu nasional. Produksi susu dari ternak perah di BBPTUHPT Baturraden ini berkisar 12000 cc perharinya dan untuk pemasaran meliputi wilayah Purwokerto serta dikirim ke PT. Frisian Flag Jakarta. Susu yang dikirim ke Jakarta merupakan susu yang sudah lolos beberapa pengujian di Laboratorium BBPTU-HPT. Disinggung mengenai peran sertanya untuk program pemerintah tahun 2020 tentang swasembada susu, beliau menjawab, “Kita sebagai insan peternakan harus optimis. Kalaupun tidak tercapai, itu bukan gagal tetapi tertunda. Sejauh ini BBPTU-HPT memang tidak berperan banyak kalau untuk pemenuhan kebutuhan susu, paling hanya sebagian kecilnya saja karena bagi kami susu adalah produk sampingan, produk utama yang kami hasilkan adalah ternak unggul. Mungkin lebih berperan pada penyediaan bibit unggul yang akan menghasilkan ternak dengan produksi bagus”.

Produksi susu suatu ternak perah memang dipengaruhi oleh kualitas bibitnya, bibit yang baik biasanya dihasilkan dari manajemen segita produksi yang baik. Semua hal yang ada pada manajemen segitiga produksi tersebut saling berkaitan dan berkesinambungan. Maka, jika negara ini ingin pemenuhan kebutuhan susu nasionalnya secara mandiri dibutuhkan rasa konsisten dan keberlanjutan dari semua pihak dan segala aspek yang berkaitan dengan pemenuhan produksi susu tersebut. (Uus dan Devi/Hus) Doc.Husbandry

P

tanggungjawab pemerintah sepenuhnya, sehingga embangunan peternakan pada dasarnya bukan seakan-akan pembangunan peternakan adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional, pembangunannya pemerintah”. Dapat dikatakan bahwa yang salah satu tujuannya yaitu meningkatkan semua elemen baik masyarakat maupun pemerintah sumberdaya manusia yang unggul melalui konsumsi harus dapat bersinergi untuk kemajuan peternakan kita. protein hewani. Namun keadaan peternakan di DOC. HUSBANDRY Tanpa kesadaran semua pihak, mimpi akan tetap Indonesia saat ini terus mengalami pasang surut, terlebih menjadi mimpi. permainan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab seakan menjauhkan Indonesia dari dunia peternakan yang maju dan mandiri. Berikut data statistik populasi ternak di Indonesia Indonesia merupakan negara yang mempunyai menurut Direktorat Jenderal Peternakan: potensi luar biasa. Bangsa ini dianugerahi keberagaman Populasi ternak (000 ekor) di Indonesia: plasma nutfah ternak yang diberikan oleh Sang Pencipta, salah satunya yaitu ternak ruminansia yang Kegiatan Utama 2012 2013* berada di Indonesia mempunyai keunggulan dibandingkan ternak impor. Keunggulannya adalah 15 981 16 607 Sapi Potong daya adaptasi lingkungan dan sifat reproduksi yang baik 612 636 Sapi Perah di daerah tropis. Keunggulan inilah yang seharusnya 1 438 1 484 Kerbau dapat dieksploitasi dengan berbagai program-program 437 454 Kuda yang dicanangkan pemerintah untuk pembangunan peternakan Indonesia yang maju dan mandiri. 17 906 18 576 Kambing Berbagai program swasembada yang dicanangkan 13 420 14 560 Domba pemerintah diharapkan bukan menjadi formalitas belaka 7 900 8 246 Babi yang belum mampu membuka asa bagi Indonesia untuk 274 564 290 455 Ayam Buras menikmati sumber protein hewani asal ternak dengan 138 718 147 279 Ayam Ras Petelur mandiri. Tanpa realisasi nyata, Indonesia hanya bisa bermimpi memiliki keanekaragaman ternak asli yang 1 244 402 1 355 288 Ayam Ras Pedaging melimpah dan mandiri dalam era kemajuan teknologi 49 295 50 931 Itik saat ini. Menurut Bungaran S (mantan menteri pertanian Keterangan: (*) angka sementara. RI), “Pada dasarnya pembangunan peternakan bukan


Manajemen pemberian pakan yang dilakukan di BBPTU-HPT dengan cara cut and carry dimana ternak diberi pakan di kandang dengan rutin oleh pegawai. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore menggunakan mixer mobile atau kendaraan yang terdapat mixer di belakangnya, dimana pakan akan dicampur dalam alat tersebut untuk kemudian dicurahkan ke tempat pakan yang sudah disediakan. Jenis pakan yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Jumlah pemberian hijauan sekitar 10% dari bobot badan sapi, sementara untuk konsentrat diberikan bervariasi tergantung produksi, umur, dan jenisnya (dara atau laktasi). Perbandingan antara hijauan dan konsentrat adalah 60:40 dalam persen, untuk pedet masih diberikan susu hingga umur 3 bulan dan untuk ternakternak yang sedang bunting satu bulan menjelang kelahiran nutrisi pakannya lebih ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan proses kelahiran dan juga mempersiapkan mammae sistemnya untuk memasuki masa laktasi. Manajemen perkandangan yang dilakukan dikelompokan berdasarkan umur dan kondisi ternak, ternak sejak lahir hingga lepas sapih (3,5 bulan) dikelompokan dalam kandang anakan, ternak umur 3,5 bulan sampai 6 bulan dikelompokan dalam kandang pedet, ternak umur 6 bulan sampai bunting umur 7 bulan dikelompokan dalam kandang dara, kemudian ada juga kandang untuk yang laktasi. Sistem perkandangan yang ada dibagi menjadi

36

dua macam, yaitu kandang tertutup dan freestyle. Kandang freestyle merupakan kandang untuk kategori sapi-sapi bunting dan laktasi. Sapi laktasi dikelompokan berdasar besar kecilnya ternak, hal ini berkaitan untuk keseimbangan konsumsi pakannya. Tujuan dari kegiatan tersebut yaitu untuk meminimalisir terjadi persaingan untuk mendapatkan pakan dalam kandag tersebut. Manajemen kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang sangat diperhatikan karena dapat mempengaruhi produksi dan reproduksi pada ternak. Prosedur awal kesehatan dilakukan dengan biosecurity, dimana untuk kendaraan yang akan masuk BBPTU-HPT harus disemprot menggunakan desinfektan. Kedua, farm Baturraden tidak dibuka untuk umum yang artinya hanya pegawai saja yang boleh masuk dan melakukan pemeliharaan. Hal ini ditujukan agar kebersihan farm tetap terjaga, juga menjaga sapi-sapi agar tidak mudah stress yang akhirnya dapat mempengaruhi kinerja produksi serta

reproduksinya. Ternak-ternak yang dipelihara juga akan mendapatkan jadwal exercise selama 120 menit perminggunya. Exercise ini sangat penting diantaranya untuk memberikan asupan pro vitamin D pada ternak, memperkuat kakinya karena digunakan untuk bergerak, kemudain dipping kuku. Selain itu exercise juga dilakukan untuk membantu ternak yang mengalami masalah reproduksi. Manajemen kesehatan ternak lainnya, setiap tiga bulan sekali dilakukan pemberian obat cacing untuk semua ternak yang dipelihara. Manajemen reproduksi di BBPTUHPT ini menggunakan sistem perkawinan alami, IB dan transfer embrio. Mengawinkan ternak secara alami dilakukan dengan cara memilih induk dan pejantan yang unggul. Sedangkan untuk inseminasi buatan dan transfer embrio, BBPTU-HPT Baturraden bekerja sama dengan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dan Balai Transfer Embrio (BTE) Cipelang dalam pengadaan semen dan embrionya. Ternak pertama kali

“ “

farm seperti manajemen pakan, manajemen perkandangan, manajemen kesehatan, hingga manajemen reproduksinya dilakukan sebaik mungkin.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Menurut statistik yang bersumber dari Direktorat Jenderal Peternakan, populasi ternak di Indonesia secara umum saat ini relatif meningkat. Pengembangan sapi potong dan kerbau merupakan salah satu fokus utama pemerintah, karena untuk tahun ini program swasembada daging sapi dan kerbau akan direalisasikan. Namun dengan populasi sekitar 16 juta (angka sementara tahun 2013) Indonesia baru mampu memenuhi sebagian kebutuhan daging sapi dan kerbau di Indonesia. Seperti diungkapkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro yang dikutip dari Republika, perkiraan kebutuhan daging sapi pada 2014 sebanyak 575,88 ribu ton (sesuai rencana aksi dalam pertemuan di Bukittinggi, 29 Oktober 2013). Sementara potensial stok (sapi/kerbau lokal) setara daging sebanyak 530,55 ribu ton (hasil olahan Survei Ternak 2013), dan perkiraan realisasi produksi daging sapi/kerbau lokal sebanyak 462 ribu ton (rencana aksi Bukittinggi 2013). "Dengan demikian masih harus terjadi impor daging sapi, namun jumlahnya sangat tergantung upaya perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi,"ujarnya. Syukur Iwantoro juga mengungkapkan, “Indonesia masih mengimpor sapi pada 2014, sehingga program swasembada daging sapi/kerbau 2014 belum bisa tercapai”. Ungkapan tersebut menggambarkan Indonesia belum mampu berdaulat dalam bidang ternak ruminansia, sehingga masyarakat harus dipaksa bersabar lebih lama untuk menikmati daging dengan mudah dan terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Berbeda dengan perkembangan yang ditunjukan industri perunggasan dalam negeri yang menunjukan

peningkatan yang lebih baik. Namun bukan berarti industri perunggasan dalam negeri akan terus stabil, mengingat Desember 2015 merupakan awal dibukanya pasar bebas ASEAN. Hal ini berarti segala macam produk peternakan akan mudah masuk tanpa halangan sepanjang memenuhi standar yang ditentukan ASEAN. Fokus ini harus menjadi perhatian utama dalam bidang peternakan Indonesia. Indonesia seharusnya mampu lepas dari bayangan kegagalan dalam memberdayakan potensi yang kaya akan keanekaragaman plasma nutfah ternak dan mampu untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sehingga dapat terciptanya kehidupan peternak yang sejahtera dan mampu lepas dari bayangan impor ternak unggas maupun ruminansia, dengan kata lain Indonesia mampu berdaulat dalam bidang pangan sumber protein hewani asal ternak.

Pertanian yang mengatur dunia peternakan dan dunia pertanian Indonesia dianggap berbagai kalangan masyarakat dan sivitas akademika mempunyai fokus yang berbeda dalam kinerjanya yaitu peternakan dan pertanian. Seperti yang diungkapkan praktisi peternakan Wiku ( jajaran direksi PT. LPKM ), “Kondisi peternakan pada saat ini dibilang maju tidak, dibilang mundur juga tidak. Padahal konsumsi daging pada saat ini semakin lama semakin naik. Kementrian peternakan pada saat ini sangat diinginkan jika memang ingin swasembada daging terlaksana. Jadi tergantung niat pemerintah sendiri, selama kementrian peternakan tidak berdiri sendiri, swasembada tidak akan terlaksana”.

Dengan alasan orgensi melihat keadaan peternakan di Indonesia, apakah perlu mengharapkan kehadiran sosok menteri sapi (menteri peternakan)? Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 ten-tang Organisasi d a n Ta t a K e r j a K e m e n t e r i a n Pertanian, disebutkan bahwa Kementerian Pertanian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pertanian dalam pemerintahan yang dalam pelaksanaannya tugas tersebut mencakup fungsi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pertanian. Pemerintah di bawah naungan Kementerian Pertanian adalah lembaga yang paling bertanggungjawab mengatur dan menciptakan sumberdaya ternak yang unggul. Sebagai organisasi nomor satu dalam dunia peternakan, Kementerian

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

17


Peternakan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro berkaitan dengan perlunya kementerian peternakan mengungkapkan bahwa, “Boleh saja, tergantung political will kita” yang artinya bagaimana sudut pandang dan tujuannya. Dalam hal ini political will berbasis dari keyakinan kepercayaan terhadap pemerintah yang belum mampu menunjukkan keseriusannya menangani bidang peternakan. Oleh karena itu perlu atau tidaknya kementerian peternakan untuk tujuan memajukan dan memandirikan peternakan Indonesia jangan sampai ada kepentingan-kepentingan dari individu maupun kelompok untuk menguntungkan diri sendiri dan pemerintah harus bisa menjawab keraguan publik mengenai hal tersebut dengan ada atau tidaknya kementerian peternakan.

Berbeda dengan pendapat yang dilontarkan Bungaran S, dengan sedikit tertawa me-ngungkapkan pendapatnya ”Cukup dirjen saja, hanya perlu adanya perubahan paradigma orang. Bagaimana mau mengembangkan peternakan, bagaimana mengubah peternakan keluarga menjadi peternakan agribisnis berbasis hewani, karena permasalahannya bukan di organisasi pemerintahnya.” Berdasarkan struktur kelembagaan di bawah Kementerian Pertanian yang sudah ada saat ini dianggap kurang maksimal dalam memberdayakan sumberdaya yang tersedia di Indonesia, sehingga menimbulkan banyak opini untuk mendirikan kementerian baru yaitu kementerian peternakan yang terpisah dengan pertanian. Akan tetapi sebenarnya dengan melihat beberapa tahun kebelakang, tepatnya

pada tahun 1984 hingga 1989 Indonesia sudah mampu berswasembada pangan. Walaupun utamanya adalah produk pertanian, namun pada saat itu dunia petenakan cukup stabil. Tanpa adanya kementerian peternakan sebenarnya Indonesia bisa bersawasembada pangan, namun dengan catatan harus mengoptimalkan fungsi dari lembaga di bawah Kementerian Pertanian. “Pemerintah harus pintarpintar memilih yang terbaik untuk perkembangan peternakan dengan sumberdaya yang terbatas dan peran pemerintahlah wajib menciptakan sumberdya manusia untuk berbagai macam kopetensi yang dibutuhkan oleh negara”, ungkap Bungaran S. (Danu/Hus)

Proses Pembibitan

Ternak Unggul

BBPTU-HPT Baturraden

Doc.Husbandry

B

IKLAN mas Bahar 18

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

alai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUHPT) Baturraden adalah sebuah instansi milik pemerintah yang merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang memiliki kegiatan on farm yang terdiri dari produksi dan pemasaran bibit unggul sapi perah, center of excellence, pusat data base sapi perah nasional, pemuliaan bibit unggul sapi perah, budidaya bibit unggul sapi perah, konsultasi usaha sapi perah, pusat informasi sapi perah, wilayah pengembangan, recording sapi perah, pembinaan manajemen budidaya sapi perah, magang budidaya sapi perah perorangan dan kelompok, pembinaan key farmer serta koordinator pelaksanaaan Uji Zuriat Sapi Perah Nasional. BBPTUHPT Baturraden terletak di Jalan Raya Baturraden Km 14, tepatnya di

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

lereng selatan Gunung Slamet dengan ketinggian 650-700 meter dpl sehingga memiliki udara sejuk 18-30o celcius dengan kelembaban udara 7080%. Lokasi berada 14 km ke arah utara dari Kota Purwokerto, Jawa Tengah. BBPTU-HPT tersebar di 4 tempat yaitu lokasi Tegal Sari seluas 34,802 Ha, untuk perkantoran, perumahan, kandang ternak, lapangan pengembalaan dan kebun rumput. Lokasi Munggang Sari seluas 10,098 Ha, untuk perumahan dan pusat latihan/magang. Lokasi Limpakuwus seluas 96,787 Ha, untuk kandang ternak, kebun rumput dan perumahan. Lokasi Manggala seluas 100 Ha, untuk pengembangan pemeliharaan ternak. Jenis ternak yang dipelihara saat ini adalah Sapi Fries Holstein yang terdiri dari induk impor berkualitas bagus. BBPTU-HPT dalam pemeliharaan-

nya memiliki target yang harus dicapai, yaitu ternak yang dipelihara sehat, produksinya tinggi dan beranak setiap satu tahun sekali. Pencapaian target tersebut yang harus diperhatikan pertama kali adalah segitiga produksi, dimana produksi akan dipengaruhi 70% lingkungan dan 30% genetik. Permasalahan genetik adalah pembawaan ternak tersebut berdasar-kan tetuanya. Bibit-bibit yang diguna-kan di BBPTU-HPT ini adalah ternakternak unggulan yang langsung diimpor dari Australia, bahkan untuk sistem perkawinan IB pun semen yang digunakan merupakan semen impor dengan kualitas terbaik. Jadi untuk permasalahan bibit yang mempengaruhi sifat genetik ternak, di BBPTU-HPT Baturraden tidak ada masalah. Sedangkan pengaruh lingkungan berkaitan dengan segala macam manajemen yang terjadi di

35


masih banyak fasilitas yang belum mendukung dan juga saat ini mereka dikalahkan oleh kelompok tani ternak bayangan, yaitu orang yang mengajukan dana dengan kelompok tani yang tidak terbentuk. Bagaimanapun keadaannya memang usaha ini menguntungkan bagi peternaknya, dengan memiliki 1000 ekor ayam buras petelur dapat mendapatkan keuntungan sekitar 6-7 juta perbulan. Keuntungan lain yang diperoleh kelompok tani ternak ini adalah dari perkebunan papaya yang berada di sekitar peternakan. Dengan memanfaatkan limbah sisa peternakan yang dijadikan pupuk kandang, pohon papaya yang tumbuh disekitar peternakan ini dapat tumbuh dengan subur. Penjualan pepaya di saat panen inilah yang menjadi tambahan akan pundi-pundi keuangan mereka. Peluang bisnis di bidang ayam buras (ayam Arab) ini memang masih berpotensi untuk dikembangkan oleh

para peternak saat ini. Hal tersebut dikarenakan persaingan bisnis yang masih sedikit sedangkan peluangnya masih terbuka lebar. Selain itu permintaan konsumsi ayam yang terus meningkat, pemeliharaan mudah dan pangsa pasar yang luas. Hasil produksi telur yang tinggi juga menjadikan ternak ayam buras sebagai unggas yang cukup diminati saat ini selain karena keunikan dari penampilan fisiknya tersebut. Kendala yang Dirasakan Beternak ayam Arab selain menguntungkan juga pasti terdapat beberapa kendala disaat pemeliharaan berlangsung. Kendala yang dialami dalam usaha ini salah satunya adalah ketika ayam afkir yang terus dipelihara karena belum terjual menjadikan semakin banyak pakan yang harus diberikan. Kendala lain yaitu saat ayam yang masih DOC berada dalam keadaan mati lampu akan sangat

berbahaya, karena ayam berkumpul dan saling menginjak satu sama lain yang akhirnya mengakibatkan angka kematian bisa mencapai 60%. Selain itu harga pakan yang kadang naik melejit menjadikan tingkat pengeluaran setiap periodenya berbeda. Pengelolaan pupuk kandang yang dilakukan oleh kelompok tani ternak wanita karya ini juga belum dapat dibilang maju. Penjualan produk sampingan berupa limbah tidak diterapkanDoc.Husbandry, sehingga pupuk kandang hanya dimanfaatkan untuk pupuk di kebun pepaya saja. Hasil penjualan pepaya menjadi penghasilan para peternak wanita tesebut, masih dimasukan kedalam kategori cukup sebagai seorang peternak yang seharusnya bisa mendapatkan penghasilan lebih dari pengelolaan produk sampingan berupa limbah sisa dari ternaknya. (Eni dan Pelita/HUS)

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

Doc. Husbandry

19


DOC. HUSBANDRY

M

etana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tetapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya ditambah sedikit belerang untuk mendeteksi kemungkinan terjadi kebocoran. Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakar utama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2 dan dua molekul H2O. Emisi gas metana berasal dari alam seperti laut, lapisan es permanen, tanah-tanah yang gembur, serta berasal dari aktivitas manusia. Metana yang dihasilkan akibat aktivitas manusia merupakan salah satu penyumbang metana yang terbesar yang khususnya berasal dari pembakaran tanaman organik (pembakaran tumbuhan untuk membuka lahan dan pe-

manfaatan lahan) serta industri peternakan. Metana dari sektor industri seperti pertambangan batu bara, kilang minyak, dan kebocoran saluran pipa gas dapat diminimalkan melalui perubahan dan kemajuan teknologi. Akan tetapi metana dari industri peternakan merupakan penyumbang emisi terburuk dan terbesar dari aktivitas manusia. Metan (CH4) merupakan gas yang dibentuk dari reaksi antara H2 dan CO2, sehingga penurunan produksi CH4 dapat meningkatkan proporsi gas H2 yang dapat digunakan untuk pembentukan propionat. Gas metan dihasilkan oleh aktivitas pencernaan pada saat metabolisme karbohidrat di dalam rumen yang dilakukan oleh bakteri archea (metanogenik) yang hidup bersimbiosis dengan protozoa (Adawiyah et al., 2007). Dihasilkan sekitar 80 milyar ton gas metan/ tahun dan berkontribusi terhadap emisi gas antropogenik

sebesar 20%. Selanjutnya Steinfeld et al. (2006) memperkirakan sebanyak 18% emisi antropogenik dihasilkan oleh hewan dan 75%-nya berasal dari ternak ruminansia. Seiring berkembangnya teknologi terutama di industri peternakan, emisi gas metan yang berasal dari ternak ruminansia tersebut dapat dikurangi, sehingga gas metan yang dihasilkan tidak lagi membahayakan. Pengurangan emisi gas metan dapat dilakukan dengan cara memanipulasi pakan ternak, seperti dengan cara pemberian suplemen pakan yaitu feed additive dan feedstuffs.

Asal Mula Nama Ayam Arab Ayam Arab merupakan keturunan dari Ayam Brakel Kriel-Silver dari Belgia. Disebut Ayam Arab karena dua hal, yaitu pejantannya memiliki daya seksual yang tinggi dan keberadaannya di Indonesia, melalui telurnya yang dibawa oleh orang yang menunaikan ibadah haji dari Mekah. Selain itu ayam Arab juga memiliki bagian kepala yang berbulu warna putih, sedangkan bagian tubuh lainnya tidak, warna bulu tersebut dianggap sebagai kerudung si ayam. Ayam Arab mudah dikenali dari bulunya. Sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih. Jenggernya berbentuk kecil berwarna merah muda dan mata hitam dengan dilingkari warna kuning. Ciri lain Ayam Arab adalah pejantannya pada umur 1 minggu sudah tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram. Dari penampilan tubuhnya, tinggi Ayam Arab dewasa mencapai 35 cm dengan bobot 1,5-2 kg. Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi. Ayam ini berbulu tebal, bulu di sekitar leher berwarna kuning dan putih kehitaman. Warna bulu badannya putih bertotol-totol hitam, kokok suara jantan nyaring. Ayam Arab betina dewasa tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-1,5 kg. Kepalanya berjengger tipis, bergerigi, dan badannya berbulu tebal. Usia produktif ayam arab antara 0,81,5 tahun, betina arab terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari menghasilkan telur. Kebanyakan masyarakat memanfaatkan Ayam Arab karena produksi telurnya tinggi,

gle picture

Doc. Goo

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

andr y Doc. Husb

mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram. Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2% dari total berat telur. Warna kerabang sangat bervariasi yakni putih, kekuningan dan coklat. Warna kulit yang kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam kampung menjadikannya jarang dimanfaatkan sebagai pedaging. Keuntungan Beternak Ayam Arab Kerjasama antara dinas terkait dengan peternakan ini sangat baik, mereka sering melakukan diskusi satu bulan sekali di ruang pertemuan di peternakan tersebut. Sehingga koordinasi antara dinas dengan kelompok tersebut berjalan lancar. “Walaupun kami berjalan lambat, sudah bertahan sampai sekarang saja kami merasa bangga�, ujar bu Sutirin selaku bendahara. Namun memang

33


Sejarah Peternakan Mengawali kesuksesan dari bantuan Dinas Peternakan yang memberikan bantuan ayam hasil persilangan ayam kedu dan ayam jawa sebanyak 10 ekor per satu orang yang diternakan di rumah masing-masing. Dugaan mudah dikendalikan ternyata menjadi sesuatu hal yang salah. Kesibukan para wanita ini yang menjadikan produktivitas ayam menjadi terbengkalai dan pangsa pasar yang sangat kurang serta koordinasi pada masing-masing individu yang sangat kurang berpengaruh pada semangat para kelompok tani ternak ini untuk melanjutkannya.

Doc.Husbandry

Tahun 2004 kelompok tani ternak wanita ini mulai mempersatukan visinya dengan jumlah 20 orang. Hal yang baru ditemukan dan menarik adalah ketika sebelum terbentuknya kelompok tani ternak wanita karya, Desa Karanggude mendapatkan penghargaan atas ketahanan pangan dan mendapatkan semangat baru, karena dikenalkan jenis ternak yang cukup menjanjikan yaitu ayam buras yang diberikan oleh Unsoed. Beberapa diantara mereka tetap menekuni usaha peternakan ini, walau masih ada yang mengesampingkan. Alasannya karena kesibukan menjadi ibu rumah tangga yang menjadi prioritas dan tak ada waktu untuk mengurusi ternak yang tak tahu hasilnya. Namun, hal ini berbeda dengan bu Warniningsih yang tetap menekuni usaha ini, hingga dianggap peternak yang berhasil dalam beternak ayam buras. “Kami tak punya modal banyak untuk membangun peternakan, apalagi untuk mempersatukan seluruh peternak ayam buras dalam satu peternakan itu rasanya sedikit mustahil” ucap mereka saat ditanya. Namun, alangkah baiknya ketika peternakan ini menjadi satu atap yang pasti dan menjadi usaha yang menjanjikan. “Kalau kita bersatu maka koordinasi dengan dinas setempat juga gampang, jika ingin minta bantuan minimalnya kita punya peternakan yang terlihat, bukan cuma peternak rumahan yang punya sepuluh ekor saja” begitu ujarnya dengan nada tegas. Kala itu memang mimpi mereka terjawab dengan program AKSI dari pemerintah. Pengajuan proposal dengan waktu yang tak begitu lama dan akhirnya tahun 2006 mimpi tersebut terwujud. “300 juta lumayan banyak pada waktu itu, namun saat itu kami hanya terima jadi tanpa mengetahui

wujud aslinya berapa” ujar Bu Sutirin (bendahara Kelompok Tani Ternak Wanita Karya). Wanita Sebagai Pekerja Bermodalkan dana bantuan dari pemerintah kelompok tani ternak tersebut memulai usaha peternakan ayam burasnya. Rincian dana yang mereka dapatkan dalam membangun usaha tersebut adalah 33 juta untuk kandang, 90 juta untuk ayam, selebihnya pakan dan obat-obatan yang diterima. Dengan modal awal yang cukup besar memberikan semangat kelompok tani ternak wanita karya kembali muncul untuk memajukan usaha mereka. Kelompok tersebut sudah mulai mendapatkan titik terang dengan terbentuknya struktur yang baru. Keadaan ini tidak dapat dipastikan bertahan ataupun berkembang, karena 50% dari kelompok tersebut meundurkan diri karena merasa keberatan atas tugasnya yang baru. Adanya pembagian jadwal piket yang seharian selalu berada di kandang menjadikan beberapa diantara mereka mundur dan tetap pada pekerjaan wajib mereka selaku ibu rumah tangga. Maka, bertahanlah 10 orang dengan pergantian kepemimpinannya oleh bu Warniningsih. Wanita paruh baya ini tak pernah bosan bahkan tidak pernah menyerah, meskipun anggotanya saat itu hanya sedikit. Bukan hal yang mudah bagi wanita untuk melakukan semua hal di peternakan sendirian. “Memang kadang lelah jika dipaksakan, apalagi saat mengangkat pakan yang berkarung-karung” ucapnya sambil tersenyum.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Beberapa studi melaporkan penggunaan substansi tanaman sebagai aditif alami dapat memanipulasi fungsi rumen. Pemakaian aditif alami tersebut seperti asam fumarat dan malat dari ekstrak tanaman.

dimasukan dalam desikator ± 2 hari sampai berbentuk serbuk. Ekstrak kemudian ditimbang dan dilarutkan lagi dalam etanol lalu ditambah tepung jerami padi amoniasi seberat ekstrak, setelah itu dikeringkan dalam oven 60°C.

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai aditif alami adalah daun waru (Hibiscus tiliaceus), karena komponen bioaktif seperti asam fumarat dan saponin terdapat dalam tanaman Hibiscus sp. Ekstrak etanol bunga mengandung saponin 10.5%, asam fumarat 8.4 ppm, total fenol 15 mg/ ml, flavonoid 9 mg/ml, dan tannin 37 mg/100 g BK. Sedangkan pada daun terdapat saponin 2.1 %, asam fumarat 12.25 ppm, total fenol 7 mg/ml, flavonoid 16 mg/ml, tannin 38 mg/100 g BK. Kandungan protein pada bunga dan daun diketahui sebesar bunga sebesar 10.4% dan daun 15.7%.

Peningkatan ekstrak etanol daun waru dalam ransum dapat menurunkan total protozoa rumen. Penurunan populasi protozoa disebabkan daun waru mengandung saponin yang mampu membentuk ikatan dengan sterol yang terkandung dalam dinding sel protozoa, sehingga mempengaruhi tegangan permukaan membran sel protozoa. Hal tersebut mengakibat-kan permeabilitas dinding sel meningkat dan akhirnya cairan dari luar sel akan masuk ke

Ekstrak daun waru diperoleh dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol sesuai metode Wettasinghe et al. (2002) yang dimodifikasi yaitu tepung daun waru sebanyak 10 gram direndam dan dicampurkan dengan magnetic stiter pada suhu ruang dalam pelarut etanol sebanyak 100 ml selama 24 jam kemudian disaring dan diambil filtratnya. Selanjutnya dilakukan vacum rotary o evaporator dengan suhu 40 C sampai volumenya ±10 ml. Ekstrak

quinoline yang terkandung dalam ekstrak daun waru. Quinoline merupakan senyawa yang terdapat dalam tanaman yang bersifat antiprotozoa. Menurunnya populasi protozoa akan mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi gas metan dan total gas rumen. Suplementasi bahan yang mengandung saponin ke dalam pakan dapat menurunkan produksi gas metan (CH4). Hal tersebut disebabkan saponin dapat menurunkan populasi protozoa sehingga dapat menurunkan aktivitas metanogen. Bakteri metanogenik bersimbiosis dengan protozoa agar memperoleh pasokan H 2 yang nantinya digunakan dalam proses pembentukan metan.

Orskov dan Ryle (1990) menyatakan bahwa berkurangnya bakteri metanogenik akan mengganggu proses pembentukan metan, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi total produksi gas hasil fermentasi. Pembentukan gas metana yang utama dalam rumen melalui reduksi CO2 oleh H2 yang dikatalis oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri metanogen. Terdapat

dalam sel protozoa. Masuknya cairan dari luar sel mengakibatkan pecahnya dinding sel sehingga protozoa mengalami kematian atau lisis. Selain saponin, penurunan protozoa juga disebabkan oleh

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

beberapa spesies bakteri pembentuk metan yang terdapat di dalam rumen diantaranya Methanobacterium formicicum, Methanobacteriumbryanti, Methanomicrobium mobile, Methanosarcina bakteri, Methanobrevibacter ruminantium, Methanobrevibacter smithii, dan Methanoculleus olentangyi.

Rasio jerami padi amoniasi dan konsentrat berpengaruh terhadap gas metan. Rendahnya produksi gas metan pada 21


Peternakan

Kondisi seperti ini mengakibatkan ekologi rumen tidak kondusif untuk pertumbuhan protozoa. Hal ini disebabkan protozoa hidup pada rumen dengan pakan yang banyak mengandung pati, sehingga rendahnya konsentrat yang diberikan akan mengakibatkan rendahnya total protozoa. Menurunnya populasi protozoa akan mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi gas metan dan total gas rumen. Turunnya populasi protozoa menyebabkan menurunnya bakteri metanogenik, karena sekitar 9-25% bakteri metanogenik bersimbiosis dengan protozoa. Sehingga H2 dalam rumen tidak dimanfaatkan dalam pembentukan metan namun dialihkan untuk peningkatan produksi

propionat (C3) melalui laktat atau fumarat (pembentukan C 3 membutuhkan H2). Suplementasi ekstrak etanol daun waru sebanyak 0,200 dan 400 ppm dalam ransum dapat menyebabkan penurunan konsentrasi asam asetat. Penurunan asam asetat tersebut disebabkan saponin yang terkandung dalam ekstrak daun waru. Menurut Cheeke (1999) disamping bersifat anti-protozoa, saponin juga bersifat anti-bakteri terutama terhadap bakteri gram-positif. Penurunan rasio asetat/propionat ini mencerminkan adanya peningkatan konsentrasi asam propionat. Peningkatan produksi propionat ini lebih menguntungkan untuk pertumbuhan atau penggemukan ternak. Menurut Johnson et al. (2002) adanya peningkatan proporsi asam propionat maka meningkatkan efisiensi energi, sejalan dengan penurunan sintesis CH4. Menurut Orskov dan Ryle (1990) yang menyatakan bahwa sistem fermentasi ransum dalam rumen yang mengarah pada sintesis asam propionat akan lebih menguntung-kan karena energi yang terbuang sebagai metan juga berkurang. Penurunan protozoa akan

me-ningkatkan populasi bakteri sehingga VFA yang dihasilkan tinggi. Selain membutuhkan amonia untuk sintesis tubuhnya, mikroba juga membutuhkan senyawa sumber karbon yang dihasilkan pada saat pembentukan VFA. Beberapa manfaat dari ekstrak etanol daun waru diantaranya yaitu, dapat menurunkan total populasi protozoa, gas metan, total gas, konsentrasi N-NH3, asam asetat dan A/P, akan tetapi meningkatkan sintesis protein mikroba dan asam propionat. Hal ini dilakukan dengan memberikannya sebagai suplementasi ekstrak etanol daun waru dalam substrat dengan berbagai imbangan jerami padi amoniasi dan konsentrat penambahan ekstrak etanol daun waru sebanyak 400 ppm dapat menurunkan produksi gas metan tetapi tidak mengganggu aktivitas mikroba dalam rumen, sehingga sangat aman dan efisien bila diberikan pada ternak. (Eni dan Fidi/Hus)

GENERASI

KARTINI DALAM

BETERNAK

P

Doc.Husbandry

“

tak punya

MODAL banyak untuk membangun

“

pemberian jerami padi amoniasi sebanyak 55,30% disebabkan pada pemberian tersebut menunjukkan total populasi protozoa paling rendah sehingga diperoleh penurunan gas metan paling tinggi. Populasi protozoa di dalam rumen berbanding langsung dengan produksi gas metan, artinya produksi gas metan berkurang bila populasi protozoa rumen menurun.

PETERNAKAN

22

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

erkembangan peternakan unggas semakin meningkat dan menjanjikan pundi-pundi rupiah yang tak kalah saing dengan ternak ruminansia. Meningkatnya permintaan masyarakat tentang kebutuhan protein hewani terutama pada konsumsi daging putih menjadi salah faktor pendukung perkembangan peternakan unggas di Indonesia. Misalnya di Kabupaten Banyumas, saat ini peternakan unggas terutama ayam banyak dijumpai di daerah tersebut. Berbeda dengan peternakan pada umumnya, yang sebagian besar pemiliki dan pekerjanya seorang laki-laki. Kelompok Tani Ternak Wanita Karya gagah berdiri diantara deretan nama peternakan ayam yang berada di Kabupaten Banyumas. Hanya bermodal tenaga kerja yang sebagian besar wanita paruh baya yang menjadi salah satu daya tarik dari peternakan ini, selain itu jenis ayam yang dibudidayakan juga berbeda dengan ayam yang ada di peternakan lain. Ayam Arab, begitulah panggilan akrab untuk ayam buras yang dibudidayakan oleh para peternak kelompok tani ternak wanita karya. 31


“

Selain dimanfaatkan TENAGA & DAGINGnya, Kerbau Pemalang digunakan untuk INVESTASI

populasi ternak kerbau yang ada mengalami penurunan pada waktu itu. Surra disebabkan oleh parasit Trypanosoma evansi. Infeksi pada kerbau, umumnya memperlihatkan gejala klinis yang kronis dengan efek yang menonjol berupa kehilangan bobot badan. Kerugian utama akibat infeksi Trypanosomiasis pada kerbau berupa: penurunan bobot badan, daya reproduksi rendah, keterlambatan pertumbuhan pada anak, penurunan daya kerja, kematian dan keadaan yang disebut imunosupresi (decreased immune responsiveness).

“

Daging kerbau dan kontribusinya dalam pangan sumber protein hewani masih dikesampingkan karena mulai terjadi perubahan pola konsumsi jenis daging, selain itu minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging kerbau sendiri masih jarang. Hal ini dikarenakan tekstur daging kerbau yang lebih keras dibandingkan daging sapi. Daerah Pemalang sendiri kontribusi untuk daging kerbau dalam setiap pemeliharaan hanya berkisar 60% dan sisanya untuk sewa. Jika tujuan diternakkan untuk pedaging, maka kerbau dapat dipotong pada umur 8 bulan. Biasanya kerbau disewakan untuk membajak sawah ataupun untuk menarik lori tebu pada perkebunan tebu di sekitar Pemalang. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman tenaga kerbau sudah digantikan dengan adanya tenaga mekanisasi seperti traktor, sehingga kebanyakan masyarakat sekitar menggunakannya untuk tabungan. (Umi dan Irin/Hus).

Doc. Husbandry

Pola perkandangan yang digunakan adalah semi-intensif, yaitu kerbau diberi makan di pagi hari dan siangnya kerbau dilepas atau digembalakan sampai sore hari. Pakan yang diberikan masih tergantung pada pakan serat alami, misalnya rumput alam, jerami, dan berbagai tanaman pangan, holtikultura serta perkebunan. Pemeliharaan ternak kerbau yang masih secara tradisional juga terlihat dari sistem perkawinannya yang belum mengandalkan pada perkembangan teknologi seperti inseminasi buatan. Juga waktu mengawinkan ternak kerbau yang membutuhkan perhatian ekstra dari seorang peternak. Karena

ternak kerbau memiliki sifat silent heat, sehingga peternak harus tahu betul kapan birahi pada kerbau muncul dan seperti apa tanda-tandanya serta kapan pula waktu yang tepat untuk mengawinkannya.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

23


Doc. Husbandry

T

ercantum dalam RPJM 20102014 bahwa Kementerian Pertanian RI memiliki Program Empat Sukses yang ingin dicapai, salah satunya yaitu Peningkatan Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Program swasembada daging sapi dan kerbau dilaksanakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan peternak s a p i / k e r b a u . Tu j u a n t e r s e b u t diharapkan dapat dicapai melalui upaya-upaya sistematis dengan mempertimbangkan azas supply demand dan azas dinamika populasi ternak. Atas dasar itu pemerintah mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014. Program tersebut mencanangkan agar 90% konsumsi masyarakat akan daging sapi dan kerbau berasal dari produksi dalam negeri, dengan demikian diharapkan dapat mendorong pemberdayaan peternak, peningkatan kuantitas dan mutu daging, serta swasembada yang berkelanjutan. Namun program yang telah dicanangkan ini pada akhirnya belum juga dapat terealisasi. Banyak kalangan yang memberikan komentar dan evaluasi seputar kegagalan Berikut hasil wawancara eksklusif LPM Husbandry dengan Prof. Dr. Ir. p r o g r a m t e r s e b u t , m u l a i d a r i Bungaran Saragih, M.Ec. masyarakat, pengusaha, akademisi dan birokrat. 1. Gagalnya swasembada daging yang berulang-ulang membuat Bertempat di Gedung Botani banyak kalangan memberikan koreksinya, sebenarnya hal apa Square komplek Pascasarjana Institut yang seharusnya menjadi dasar dalam mencetuskan sebuah Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Bungaran program swasembada daging? Saragih, M.Ec (Menteri Pertanian RI Kita perlu tahu dahulu apa yang sedang menjadi komoditas periode 2000-2004) menyambut strategis. Hal itu yang membuat swasembada daging belum menjadi kedatangan LPM Husbandry dengan prioritas ketika saya menjadi menteri. Karena menurut pandangan penuh kehangatan. Sebagai sosok yang saya ada beberapa komoditas yang strategis dan harus pernah menjadi orang nomor satu di dipentingkan terlebih dahulu, sehingga saya pada waktu itu lebih bidang pertanian Indonesia, sekaligus mengutamakan swasembada beras, jagung, gula dan kedelai, Guru Besar IPB (Institut Pertanian sedangkan daging belum termasuk waktu itu. Negara kita memang Bogor) yang sudah memasuki masa sedang krisis pangan saat itu dan saya menyanggupi untuk emeritus, beliau memiliki pandangan tersendiri mengenai pencetusan memenuhi kebutuhan daging, namun tidak menjanjikan program swasembada daging 2014 dan swasembada. gagalnya program tersebut. Berlatar belakang seorang akademisi membuat 2. Sebetulnya lebih baik mencetuskan swasembada daging atau pria kelahiran Pematangsiantar 69 menjanjikan kecukupan daging dalam negeri? tahun silam ini dengan lancar Kalau saya lihat tujuan dari program tersebut baik, namun menjawab setiap pertanyaan yang realisasinya belum ada. Saya mengerti bahwa dalam menjanjikan dilontarkan oleh reporter LPM swasembada tidak sembarangan, harus ada policy dan strategi yang Husbandry.

24

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

melokalisasikan kerbau yang ada di daerah Pemalang, sehingga kandangnya sendiri sudah terlokalisasi atau terkomplek untuk setiap kelompok tani ternak di suatu daerah. “Sistem pemeliharaan ternak kerbau di Kabupaten Pemalang sudah terlokalisasi, hal tersebut yang membedakan sistem perkandangan di daerah Pemalang dengan daerah lain, sehingga kandang ternak kerbau jarang dijumpai di belakang rumah, depan rumah ataupun samping rumah. Jika dilihat dari sisi lingkungan, penggunaan kandang dengan sistem ini tidak akan mengganggu masyarakat karena jarak antara kandang dengan rumah pemilik kerbau atau petani kerbau sejauh ± 3 km sampai 5 km”, ujar salah satu peternak saat diwawancarai.

Doc. Husbandry unggul, rendahnya mutu pakan ternak, perkawinan silang dan kurangnya pengetahuan peternak dalam menangani produksi ternak tersebut. Daerah Jawa Tengah yang potensial untuk mengembangkan ternak kerbau salah satunya adalah di Kabupaten Pemalang. Populasi ternak kerbau di Kabupaten Pemalang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Berdasarkan data Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Kehutanan setempat, populasi ternak kerbau mencapai 7.339 ekor per akhir tahun 2013 lalu. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2011 yang populasinya sebanyak7.838 ekor. Ditambahkan oleh Ir. Jhoni bahwa diwilayah Kabupaten Pemalang daerah yang populasinya paling banyak adalah di Kecamatan Bantarbolang dan Kecamatan Bodeh. Saat ini Pemalang masih berada pada urutan kedua tingkat populasi kerbau terbesar se-Jawa Tengah, sehingga masih cukup potensial jika ternak

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

kerbau dikembangkan dan dilestarikan di Pemalang. Mekanisme Pemeliharaan dan Pemberian Pakan Manajemen pemeliharaan dalam upaya pengembangan kerbau di Kabupaten Pemalang masih dilakukan secara tradisional, karena belum adanya sentuhan teknologi terpadu baik untuk peningkatan populasi ternak, pengelolaan pakan maupun pengetahuan pengelolaan hasil produksinya sehingga menyebabkan tingkat populasi juga tidak berkembang. Sebaliknya jika melihat sistem kandang yang diterapkan di daerah Pemalang berbeda dengan kandang-kandang di daerah lain, karena berkat gagasan dari Ir. Jhoni yang juga merupakan alumni UNSOED melahirkan ide untuk melokalisasikan kandang ternak kerbau di Kabupaten Pemalang. Ide tersebut berawal dari Praktek Kerja Lapang (PKL) beliau untuk

Salah satu kelompok tani ternak yang menggunakan sistem ini berada di desa Peguyangan, Bantarbolang, tepatnya Kelompok Tani Ternak Rimba Jaya yang diketuai oleh Bapak Subagyo. Beliau telah berternak kerbau selama 15 tahun, awalnya beliau hanya memiliki satu ekor kerbau namun lambat laun tetanggatetangganya menitipkan dan mempercayai kerbaunya kepada beliau untuk dipelihara atau dalam istilahnya beliau disebut gaduan/ maro. “Kerbau yang berada disini rata-rata milik orang, sistemnya bagi hasil antara pemilik kerbau dengan saya. Jika kerbaunya bunting dan melahirkan, berarti anak yang pertama lahir untuk pemilik kerbau dan anak berikutnya untuk yang menternakan” tegas Pak Subagyo. Akhir tahun 2013 lalu KTT Rimba Jaya mendapatkan delapan belas kerbau dari pemerintah provinsi. Namun tidak kurang dari dua bulan, kerbau yang dipelihara tersebut sudah empat ekor yang mati secara mendadak dikarenakan penyakit surra (Trypanosomiasis). Sehingga

29


Saya tidak bilang pemerintah tidak punya strategi, namun saya juga kurang mengerti dan tidak jelas strateginya apa. 6. Kalau seperti itu menurut Bapak sendiri, strategi seperti apa yang harus dilakukan? Kita harus tahu dahulu, apa yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan produktivitas. Kita tahu produsen sapi itu ada di peternak rakyat. Oleh karena itu kita perlu mengoptimalkan pembinaan agar mereka dapat meningkatkan produktivitasnya. Selain itu, kita juga harus mengerti betul jumlah sapi dan kerbau nasional. Jika jumlah sapinya saja belum diketahui, bagaimana negara ini ingin berswasembada. Kemudian masalah pakan juga harus tersedia secara cukup, sistem reproduksi pada sapi juga harus diperbaiki, dan yang tidak kalah penting yaitu pembibitan harus ada.

T

ernak kerbau telah berkembang luas di Indonesia sejak dahulu. Ternak ini tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia, karena kerbau mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi. Secara umum terdapat dua subspecies kerbau di Indonesia yaitu kerbau rawa (B. bubalis carabanesis) dan kerbau sungai (B. bubalis bubalis). Umumnya kedua jenis kerbau ini mempunyai ciriciri dan fungsi yang berbeda, antara lain kerbau rawa memiliki ciri-ciri warna kulit abu-abu kehitaman, tubuhnya pendek dan kekar, bentuk bulat, ukuran lingkar dada luas, kaki pendek dan lurus, serta tanduk yang lebar melengkung dan mempunyai fungsi sebagai kerbau pedaging dan kerbau pekerja. Berbeda dengan kerbau sungai yang memiliki ciri-ciri kulit yang berwarna hitam pekat, tubuhnya padat dan pendek, leher dan kepala yang relatif lebih kecil, punggungnya lebar dan tanduk melingkar rapat seperti spiral, serta mempunyai fungsi sebagai penghasil susu atau biasa disebut sebagai kerbau perah. Secara nasional penyediaan daging di Indonesia sekitar 85% dan sisanya masih mengimpor dari negara lain. Hal

28

tersebut sangat mengkhawatirkan karena ditakutkan masyarakat akan terus bergantung kepada negara lain dan tidak mau mandiri. Sehingga pemerintah mencanangkan program swasembada daging. Kerbau mempunyai potensi penghasil daging dalam perwujudan swasembada daging 2014 yang merupakan komplemen atau salah satu penghasil daging substitusi dari daging sapi. Hal ini ditegaskan oleh Ir. Jhoni (kabid peternakan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pemalang) bahwa, “Secara nasional ada program Swasembada daging sapi dan kerbau�. Selain dimanfaatkan secara komersil, ternak kerbau juga dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai tenaga tarik, tenaga kerja dan penghasil pupuk organik dibidang pertanian. Populasi ternak kerbau yang ada di Indonesia saat ini adalah 40% yang berada di Pulau Jawa, dengan kepemilikan 1-2 ekor per orang. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya populasi ternak kerbau adalah keterbatasan bibit

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Doc. Husbandry

matang. Tidak bisa sekarang membuat program lalu kemudian besok dapat berswasembada, sehingga hal tersebut perlu adanya sebuah tahapan. 3. Jika melihat dari kebutuhan daging yang semakin meningkat, apakah hal ini menjadi salah satu alasan pemerintah dalam mencetuskan swasembada daging 2014? Mungkin itu salah satunya, karena memang kebutuhan daging sekarang jauh berbeda dengan kebutuhan daging 10 tahun yang lalu. Hal ini juga dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat yang semakin meningkat dan kesadaran akan pemenuhan gizi, khususnya protein hewani yang semakin tinggi. Kalau tepat atau tidak, masih banyak hal yang harus dilihat. 4. Apakah bangsa Indonesia sudah memiliki potensi dalam berswasembada daging? Potensinya ada dan mencukupi, namun permasalahannya juga banyak. 5. J i k a s u d a h m e m i l i k i p o t e n s i , m u n g k i n k a h permasalahan tersebut ada dalam daftar strategi pencapaian?

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

7. Apakah pada tahun 2014 ini swasembada daging memang belum saatnya dicanangkan? Semua itu tergantung pada program pemerintah. Namun jika mencanangkan program besar, harus mengetahui modal yang sudah dimiliki serta hal-hal yang harus dibenahi atau diperbaharui untuk tercapainya program tersebut. Jadi jangan bilang swasembada dahulu baru perbaikan, itu pendekatannya lebih ke arah politik. Sedangkan jika berbenah dahulu baru bilang swasembada, itu baru program yang terencana dengan baik. 8. Bagaimana tanggapan Bapak berkaitan dengan pembinaan peternak, pemerintah membuat beberapa program pembinaan salah satunya Program Sarjana Membangun Desa (SMD) yang juga melibatkan perguruan tinggi, selain itu program sensus ternak juga sudah dilakukan? Program tersebut bagus, asal tidak ada unsur politik saja. Perguruan tinggi memang seharusnya berperan, namun jangan mau jika hanya dijadikan alat saja. Sensus ternak memang sudah dilakukan, namun dapat dilihat bahwa hasilnya selalu

25


salah. Sebenarnya tidak membuat program baru pun pemerintah sudah punya penyuluh peternakan, mengapa hal itu tidak dimaksimalkan saja. 9. Bagaimana tanggapan Bapak terkait dengan proses pembibitan sapi/kerbau, pemerintah saat ini sudah mempunyai beberapa balai besar inseminasi buatan sebagai pendukungnya dan beberapa balai besar yang terkait dengan reproduksi sapi? Berkaitan dengan balai besar, hal tersebut jumlahnya sudah mencukupi atau belum dan sudahkah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, serta perlu diketahui dalam berswasembada itu butuh berapa sapi. Kalau pembibitan menurut saya sepertinya belum ada atau belum banyak. Jadi inilah sebabnya kenapa saya katakan produsen sapi di Indonesia yaitu peternak rakyat itu sendiri. 10. Apakah mungkin kurangnya anggaran menjadi kendala tercapainya swasembada? Itu sepertinya tidak mungkin, karena justru jika ada program, anggaran pasti ditambah. Asal tidak disalahgunakan (dikorupsi) dan lain-lain. 11. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai impor daging yang masih ada saat ini? Kalau sudah bilang swasembada seharusnya jangan impor terlalu besar, itu kontra produktif namanya. Tetapi kenyataannya impor sapi ataupun daging masih tinggi bahkan sama sekali tidak mendekati kategori swasembada dan semakin jauh dari cita-cita swasembada itu sendiri. Sehingga pemerintah harus dapat mengurangi angka impor daging. 12. Dari impor yang dilakukan pemerintah, menurut Bapak mana yang lebih baik antara impor sapi bakalan, impor semen beku, atau daging beku? Kalau harus impor, menurut saya lebih baik impor sapi bakalan, karena ada nilai tambah disitu. Paling tidak kita mendapat tambahan pengalaman dalam pengelolaan penggemukan sapi secara modern. Jika impor daging beku itu mungkin dalam jangka pendek menguntungkan bagi konsumen, namun sebenarnya merugikan bagi peternak rakyat kecil.

26

13. B a g a i m a n a m e n u r u t B a p a k m e n g e n a i keterlibatan stakeholder terkait dalam pencapaian swasembada? Keterlibatan berbagai pihak dari semua kalangan saya rasa itu sangat perlu. Terlebih pihak swasta, karena swasta bukan musuh pemerintah, melainkan mitra dari pemerintah itu sendiri. Swasta juga dapat jadi masyarakat kita sendiri. Dapat dicontoh pada produksi ayam, pihak swasta banyak terlibat disitu. Hasilnya produksi ayam dapat tinggi dan mencukupi. Selain itu, pengalaman saya jadi menteri, yang saya tahu semakin banyak program yang ingin dipegang oleh pemerintah biasanya semakin tidak jalan. Jadi sekarang tugas pemerintah yaitu memberi dorongan saja kepada pihak swasta atau masyarakat untuk lebih berkembang. Hal ini yang belum terlihat betul pada bidang persapian. 14. Menyinggung kesejahteraan peternak, saat ini peternak kecil yang tadi Bapak sebut sebagai produsen utama sapi, ternyata masih belum sejahtera, apa pendapat Bapak? Bagaimana kita bisa katakan sejahtera, mereka saja beternak tidak pernah menghitung untung ruginya. Mungkin saja mereka untung, karena mereka tidak keluar biaya yang besar untuk pakan, pengobatan rutin, tenaga kerja dan yang lainya. Namun bisa saja m ereka r ugi, karena m ereka lam a dalam pemeliharaan, tetapi harga jualnya tidak sebanding. Hal ini yang kemudian akan menjadi jelas untung ruginya jika peternak kita sudah diberdayakan. Sudah diberi pembinaan bagaimana manajemen beternak yang baik. 15. Secara umum, apa yang menjadi koreksi dari Bapak, terhadap gagalnya swasembada daging 2014 sehingga dengan koreksi itu akan ada perbaikan kedepannya, khususnya untuk mewujudkan swasembada? Swasembada itu bagus dan boleh saja, namun butuh perencanan yang matang. Tidak boleh instan, nanti kesannya hanya janji politik saja, apalagi partai politik sekarang lebih berkuasa. Jangan sampai hal itu hanya sebagai usaha orang-orang politik untuk mempertahankan kekuasaannya. Jika itu memang program yang terencana, seharusnya sudah tidak gagal lagi. Kedepannya pemerintah minimal harus mengetahui berapa jumlah sapi sesungguhnya, ketersediaan pakan, manajemen reproduksi, sarana pembibitan, sarana transportasi dan sarana penunjang yang lain. Setelah itu baru mencanangkan swasembada. Itu pun sebaiknya

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

bertahap dan dengan jangka waktu yang realistis, tidak harus dipaksakan untuk terealisasi dalam satu periode pemerintahan. Saya ingin swasembada bukan hanya impor saja namun juga dapat ekspor. Jika ekspor berarti dapat berswasembada berkelanjutan. 16. Apakah menurut Bapak, swasembada lebih condong hanya janji politik? Saya tidah mengatakan seperti itu, namun pemerintah pasti punya rencana jangka panjang, tidak dalam waktu yang singkat bilang swasembada. Sementara sarana untuk swasembada saja tidak terpenuhi. 17. Bagaimana meneurut Bapak tentang baik buruknya keterlibatan partai dan orangorang politik yang cenderung menguasai dalam pencanangan program-prograam di kementerian pertanian? Bidang pertanian saya rasa kurang strategis untuk dijadikan permainan politik. Oleh karena

itu departemen yang ada sebaiknya tidak dipimpin orang politik. Seandainya harus dari orang politik maka harus dapat memisahkan mana program partai politik dan mana program pemerintah. Selain itu partai politik juga harus dapat menahan diri, jangan sampai campur tangan terlalu dalam di pemerintahan. 18. Apa solusi dari Bapak untuk menuju swasembada berkelanjutan? Swasembada dapat terjadi jika jumlah produksi lebih besar daripada konsumsi. Jadi harus ada usaha untuk peningkatan produksinya. Sistem peternakan rakyat harus direformasi. Mereka diarahkan untuk dapat mengelola peternakannya menjadi lebih efisien, selain itu bibit harus disediakan. Untuk menyediakan bibit kita juga membutuhkan sumber daya manusia dan yang tidak kalah penting peran dari pemerintah. (Eko/Hus)

Selamat atas dikukuhkannya sebagai Guru Besar Fakultas Peternakan UNSOED

Pemikiran dan sumbangsihnya senantiasa dinanti untuk kemajuan Fakultas Peternakan Unsoed, Bangsa, dan Negara


salah. Sebenarnya tidak membuat program baru pun pemerintah sudah punya penyuluh peternakan, mengapa hal itu tidak dimaksimalkan saja. 9. Bagaimana tanggapan Bapak terkait dengan proses pembibitan sapi/kerbau, pemerintah saat ini sudah mempunyai beberapa balai besar inseminasi buatan sebagai pendukungnya dan beberapa balai besar yang terkait dengan reproduksi sapi? Berkaitan dengan balai besar, hal tersebut jumlahnya sudah mencukupi atau belum dan sudahkah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, serta perlu diketahui dalam berswasembada itu butuh berapa sapi. Kalau pembibitan menurut saya sepertinya belum ada atau belum banyak. Jadi inilah sebabnya kenapa saya katakan produsen sapi di Indonesia yaitu peternak rakyat itu sendiri. 10. Apakah mungkin kurangnya anggaran menjadi kendala tercapainya swasembada? Itu sepertinya tidak mungkin, karena justru jika ada program, anggaran pasti ditambah. Asal tidak disalahgunakan (dikorupsi) dan lain-lain. 11. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai impor daging yang masih ada saat ini? Kalau sudah bilang swasembada seharusnya jangan impor terlalu besar, itu kontra produktif namanya. Tetapi kenyataannya impor sapi ataupun daging masih tinggi bahkan sama sekali tidak mendekati kategori swasembada dan semakin jauh dari cita-cita swasembada itu sendiri. Sehingga pemerintah harus dapat mengurangi angka impor daging. 12. Dari impor yang dilakukan pemerintah, menurut Bapak mana yang lebih baik antara impor sapi bakalan, impor semen beku, atau daging beku? Kalau harus impor, menurut saya lebih baik impor sapi bakalan, karena ada nilai tambah disitu. Paling tidak kita mendapat tambahan pengalaman dalam pengelolaan penggemukan sapi secara modern. Jika impor daging beku itu mungkin dalam jangka pendek menguntungkan bagi konsumen, namun sebenarnya merugikan bagi peternak rakyat kecil.

26

13. B a g a i m a n a m e n u r u t B a p a k m e n g e n a i keterlibatan stakeholder terkait dalam pencapaian swasembada? Keterlibatan berbagai pihak dari semua kalangan saya rasa itu sangat perlu. Terlebih pihak swasta, karena swasta bukan musuh pemerintah, melainkan mitra dari pemerintah itu sendiri. Swasta juga dapat jadi masyarakat kita sendiri. Dapat dicontoh pada produksi ayam, pihak swasta banyak terlibat disitu. Hasilnya produksi ayam dapat tinggi dan mencukupi. Selain itu, pengalaman saya jadi menteri, yang saya tahu semakin banyak program yang ingin dipegang oleh pemerintah biasanya semakin tidak jalan. Jadi sekarang tugas pemerintah yaitu memberi dorongan saja kepada pihak swasta atau masyarakat untuk lebih berkembang. Hal ini yang belum terlihat betul pada bidang persapian. 14. Menyinggung kesejahteraan peternak, saat ini peternak kecil yang tadi Bapak sebut sebagai produsen utama sapi, ternyata masih belum sejahtera, apa pendapat Bapak? Bagaimana kita bisa katakan sejahtera, mereka saja beternak tidak pernah menghitung untung ruginya. Mungkin saja mereka untung, karena mereka tidak keluar biaya yang besar untuk pakan, pengobatan rutin, tenaga kerja dan yang lainya. Namun bisa saja m ereka r ugi, karena m ereka lam a dalam pemeliharaan, tetapi harga jualnya tidak sebanding. Hal ini yang kemudian akan menjadi jelas untung ruginya jika peternak kita sudah diberdayakan. Sudah diberi pembinaan bagaimana manajemen beternak yang baik. 15. Secara umum, apa yang menjadi koreksi dari Bapak, terhadap gagalnya swasembada daging 2014 sehingga dengan koreksi itu akan ada perbaikan kedepannya, khususnya untuk mewujudkan swasembada? Swasembada itu bagus dan boleh saja, namun butuh perencanan yang matang. Tidak boleh instan, nanti kesannya hanya janji politik saja, apalagi partai politik sekarang lebih berkuasa. Jangan sampai hal itu hanya sebagai usaha orang-orang politik untuk mempertahankan kekuasaannya. Jika itu memang program yang terencana, seharusnya sudah tidak gagal lagi. Kedepannya pemerintah minimal harus mengetahui berapa jumlah sapi sesungguhnya, ketersediaan pakan, manajemen reproduksi, sarana pembibitan, sarana transportasi dan sarana penunjang yang lain. Setelah itu baru mencanangkan swasembada. Itu pun sebaiknya

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

bertahap dan dengan jangka waktu yang realistis, tidak harus dipaksakan untuk terealisasi dalam satu periode pemerintahan. Saya ingin swasembada bukan hanya impor saja namun juga dapat ekspor. Jika ekspor berarti dapat berswasembada berkelanjutan. 16. Apakah menurut Bapak, swasembada lebih condong hanya janji politik? Saya tidah mengatakan seperti itu, namun pemerintah pasti punya rencana jangka panjang, tidak dalam waktu yang singkat bilang swasembada. Sementara sarana untuk swasembada saja tidak terpenuhi. 17. Bagaimana meneurut Bapak tentang baik buruknya keterlibatan partai dan orangorang politik yang cenderung menguasai dalam pencanangan program-prograam di kementerian pertanian? Bidang pertanian saya rasa kurang strategis untuk dijadikan permainan politik. Oleh karena

itu departemen yang ada sebaiknya tidak dipimpin orang politik. Seandainya harus dari orang politik maka harus dapat memisahkan mana program partai politik dan mana program pemerintah. Selain itu partai politik juga harus dapat menahan diri, jangan sampai campur tangan terlalu dalam di pemerintahan. 18. Apa solusi dari Bapak untuk menuju swasembada berkelanjutan? Swasembada dapat terjadi jika jumlah produksi lebih besar daripada konsumsi. Jadi harus ada usaha untuk peningkatan produksinya. Sistem peternakan rakyat harus direformasi. Mereka diarahkan untuk dapat mengelola peternakannya menjadi lebih efisien, selain itu bibit harus disediakan. Untuk menyediakan bibit kita juga membutuhkan sumber daya manusia dan yang tidak kalah penting peran dari pemerintah. (Eko/Hus)

Selamat atas dikukuhkannya sebagai Guru Besar Fakultas Peternakan UNSOED

Pemikiran dan sumbangsihnya senantiasa dinanti untuk kemajuan Fakultas Peternakan Unsoed, Bangsa, dan Negara


Saya tidak bilang pemerintah tidak punya strategi, namun saya juga kurang mengerti dan tidak jelas strateginya apa. 6. Kalau seperti itu menurut Bapak sendiri, strategi seperti apa yang harus dilakukan? Kita harus tahu dahulu, apa yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan produktivitas. Kita tahu produsen sapi itu ada di peternak rakyat. Oleh karena itu kita perlu mengoptimalkan pembinaan agar mereka dapat meningkatkan produktivitasnya. Selain itu, kita juga harus mengerti betul jumlah sapi dan kerbau nasional. Jika jumlah sapinya saja belum diketahui, bagaimana negara ini ingin berswasembada. Kemudian masalah pakan juga harus tersedia secara cukup, sistem reproduksi pada sapi juga harus diperbaiki, dan yang tidak kalah penting yaitu pembibitan harus ada.

T

ernak kerbau telah berkembang luas di Indonesia sejak dahulu. Ternak ini tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia, karena kerbau mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi. Secara umum terdapat dua subspecies kerbau di Indonesia yaitu kerbau rawa (B. bubalis carabanesis) dan kerbau sungai (B. bubalis bubalis). Umumnya kedua jenis kerbau ini mempunyai ciriciri dan fungsi yang berbeda, antara lain kerbau rawa memiliki ciri-ciri warna kulit abu-abu kehitaman, tubuhnya pendek dan kekar, bentuk bulat, ukuran lingkar dada luas, kaki pendek dan lurus, serta tanduk yang lebar melengkung dan mempunyai fungsi sebagai kerbau pedaging dan kerbau pekerja. Berbeda dengan kerbau sungai yang memiliki ciri-ciri kulit yang berwarna hitam pekat, tubuhnya padat dan pendek, leher dan kepala yang relatif lebih kecil, punggungnya lebar dan tanduk melingkar rapat seperti spiral, serta mempunyai fungsi sebagai penghasil susu atau biasa disebut sebagai kerbau perah. Secara nasional penyediaan daging di Indonesia sekitar 85% dan sisanya masih mengimpor dari negara lain. Hal

28

tersebut sangat mengkhawatirkan karena ditakutkan masyarakat akan terus bergantung kepada negara lain dan tidak mau mandiri. Sehingga pemerintah mencanangkan program swasembada daging. Kerbau mempunyai potensi penghasil daging dalam perwujudan swasembada daging 2014 yang merupakan komplemen atau salah satu penghasil daging substitusi dari daging sapi. Hal ini ditegaskan oleh Ir. Jhoni (kabid peternakan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pemalang) bahwa, “Secara nasional ada program Swasembada daging sapi dan kerbau�. Selain dimanfaatkan secara komersil, ternak kerbau juga dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai tenaga tarik, tenaga kerja dan penghasil pupuk organik dibidang pertanian. Populasi ternak kerbau yang ada di Indonesia saat ini adalah 40% yang berada di Pulau Jawa, dengan kepemilikan 1-2 ekor per orang. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya populasi ternak kerbau adalah keterbatasan bibit

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Doc. Husbandry

matang. Tidak bisa sekarang membuat program lalu kemudian besok dapat berswasembada, sehingga hal tersebut perlu adanya sebuah tahapan. 3. Jika melihat dari kebutuhan daging yang semakin meningkat, apakah hal ini menjadi salah satu alasan pemerintah dalam mencetuskan swasembada daging 2014? Mungkin itu salah satunya, karena memang kebutuhan daging sekarang jauh berbeda dengan kebutuhan daging 10 tahun yang lalu. Hal ini juga dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat yang semakin meningkat dan kesadaran akan pemenuhan gizi, khususnya protein hewani yang semakin tinggi. Kalau tepat atau tidak, masih banyak hal yang harus dilihat. 4. Apakah bangsa Indonesia sudah memiliki potensi dalam berswasembada daging? Potensinya ada dan mencukupi, namun permasalahannya juga banyak. 5. J i k a s u d a h m e m i l i k i p o t e n s i , m u n g k i n k a h permasalahan tersebut ada dalam daftar strategi pencapaian?

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

7. Apakah pada tahun 2014 ini swasembada daging memang belum saatnya dicanangkan? Semua itu tergantung pada program pemerintah. Namun jika mencanangkan program besar, harus mengetahui modal yang sudah dimiliki serta hal-hal yang harus dibenahi atau diperbaharui untuk tercapainya program tersebut. Jadi jangan bilang swasembada dahulu baru perbaikan, itu pendekatannya lebih ke arah politik. Sedangkan jika berbenah dahulu baru bilang swasembada, itu baru program yang terencana dengan baik. 8. Bagaimana tanggapan Bapak berkaitan dengan pembinaan peternak, pemerintah membuat beberapa program pembinaan salah satunya Program Sarjana Membangun Desa (SMD) yang juga melibatkan perguruan tinggi, selain itu program sensus ternak juga sudah dilakukan? Program tersebut bagus, asal tidak ada unsur politik saja. Perguruan tinggi memang seharusnya berperan, namun jangan mau jika hanya dijadikan alat saja. Sensus ternak memang sudah dilakukan, namun dapat dilihat bahwa hasilnya selalu

25


Doc. Husbandry

T

ercantum dalam RPJM 20102014 bahwa Kementerian Pertanian RI memiliki Program Empat Sukses yang ingin dicapai, salah satunya yaitu Peningkatan Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Program swasembada daging sapi dan kerbau dilaksanakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan peternak s a p i / k e r b a u . Tu j u a n t e r s e b u t diharapkan dapat dicapai melalui upaya-upaya sistematis dengan mempertimbangkan azas supply demand dan azas dinamika populasi ternak. Atas dasar itu pemerintah mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014. Program tersebut mencanangkan agar 90% konsumsi masyarakat akan daging sapi dan kerbau berasal dari produksi dalam negeri, dengan demikian diharapkan dapat mendorong pemberdayaan peternak, peningkatan kuantitas dan mutu daging, serta swasembada yang berkelanjutan. Namun program yang telah dicanangkan ini pada akhirnya belum juga dapat terealisasi. Banyak kalangan yang memberikan komentar dan evaluasi seputar kegagalan Berikut hasil wawancara eksklusif LPM Husbandry dengan Prof. Dr. Ir. p r o g r a m t e r s e b u t , m u l a i d a r i Bungaran Saragih, M.Ec. masyarakat, pengusaha, akademisi dan birokrat. 1. Gagalnya swasembada daging yang berulang-ulang membuat Bertempat di Gedung Botani banyak kalangan memberikan koreksinya, sebenarnya hal apa Square komplek Pascasarjana Institut yang seharusnya menjadi dasar dalam mencetuskan sebuah Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Bungaran program swasembada daging? Saragih, M.Ec (Menteri Pertanian RI Kita perlu tahu dahulu apa yang sedang menjadi komoditas periode 2000-2004) menyambut strategis. Hal itu yang membuat swasembada daging belum menjadi kedatangan LPM Husbandry dengan prioritas ketika saya menjadi menteri. Karena menurut pandangan penuh kehangatan. Sebagai sosok yang saya ada beberapa komoditas yang strategis dan harus pernah menjadi orang nomor satu di dipentingkan terlebih dahulu, sehingga saya pada waktu itu lebih bidang pertanian Indonesia, sekaligus mengutamakan swasembada beras, jagung, gula dan kedelai, Guru Besar IPB (Institut Pertanian sedangkan daging belum termasuk waktu itu. Negara kita memang Bogor) yang sudah memasuki masa sedang krisis pangan saat itu dan saya menyanggupi untuk emeritus, beliau memiliki pandangan tersendiri mengenai pencetusan memenuhi kebutuhan daging, namun tidak menjanjikan program swasembada daging 2014 dan swasembada. gagalnya program tersebut. Berlatar belakang seorang akademisi membuat 2. Sebetulnya lebih baik mencetuskan swasembada daging atau pria kelahiran Pematangsiantar 69 menjanjikan kecukupan daging dalam negeri? tahun silam ini dengan lancar Kalau saya lihat tujuan dari program tersebut baik, namun menjawab setiap pertanyaan yang realisasinya belum ada. Saya mengerti bahwa dalam menjanjikan dilontarkan oleh reporter LPM swasembada tidak sembarangan, harus ada policy dan strategi yang Husbandry.

24

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

melokalisasikan kerbau yang ada di daerah Pemalang, sehingga kandangnya sendiri sudah terlokalisasi atau terkomplek untuk setiap kelompok tani ternak di suatu daerah. “Sistem pemeliharaan ternak kerbau di Kabupaten Pemalang sudah terlokalisasi, hal tersebut yang membedakan sistem perkandangan di daerah Pemalang dengan daerah lain, sehingga kandang ternak kerbau jarang dijumpai di belakang rumah, depan rumah ataupun samping rumah. Jika dilihat dari sisi lingkungan, penggunaan kandang dengan sistem ini tidak akan mengganggu masyarakat karena jarak antara kandang dengan rumah pemilik kerbau atau petani kerbau sejauh ± 3 km sampai 5 km”, ujar salah satu peternak saat diwawancarai.

Doc. Husbandry unggul, rendahnya mutu pakan ternak, perkawinan silang dan kurangnya pengetahuan peternak dalam menangani produksi ternak tersebut. Daerah Jawa Tengah yang potensial untuk mengembangkan ternak kerbau salah satunya adalah di Kabupaten Pemalang. Populasi ternak kerbau di Kabupaten Pemalang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Berdasarkan data Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Kehutanan setempat, populasi ternak kerbau mencapai 7.339 ekor per akhir tahun 2013 lalu. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2011 yang populasinya sebanyak7.838 ekor. Ditambahkan oleh Ir. Jhoni bahwa diwilayah Kabupaten Pemalang daerah yang populasinya paling banyak adalah di Kecamatan Bantarbolang dan Kecamatan Bodeh. Saat ini Pemalang masih berada pada urutan kedua tingkat populasi kerbau terbesar se-Jawa Tengah, sehingga masih cukup potensial jika ternak

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

kerbau dikembangkan dan dilestarikan di Pemalang. Mekanisme Pemeliharaan dan Pemberian Pakan Manajemen pemeliharaan dalam upaya pengembangan kerbau di Kabupaten Pemalang masih dilakukan secara tradisional, karena belum adanya sentuhan teknologi terpadu baik untuk peningkatan populasi ternak, pengelolaan pakan maupun pengetahuan pengelolaan hasil produksinya sehingga menyebabkan tingkat populasi juga tidak berkembang. Sebaliknya jika melihat sistem kandang yang diterapkan di daerah Pemalang berbeda dengan kandang-kandang di daerah lain, karena berkat gagasan dari Ir. Jhoni yang juga merupakan alumni UNSOED melahirkan ide untuk melokalisasikan kandang ternak kerbau di Kabupaten Pemalang. Ide tersebut berawal dari Praktek Kerja Lapang (PKL) beliau untuk

Salah satu kelompok tani ternak yang menggunakan sistem ini berada di desa Peguyangan, Bantarbolang, tepatnya Kelompok Tani Ternak Rimba Jaya yang diketuai oleh Bapak Subagyo. Beliau telah berternak kerbau selama 15 tahun, awalnya beliau hanya memiliki satu ekor kerbau namun lambat laun tetanggatetangganya menitipkan dan mempercayai kerbaunya kepada beliau untuk dipelihara atau dalam istilahnya beliau disebut gaduan/ maro. “Kerbau yang berada disini rata-rata milik orang, sistemnya bagi hasil antara pemilik kerbau dengan saya. Jika kerbaunya bunting dan melahirkan, berarti anak yang pertama lahir untuk pemilik kerbau dan anak berikutnya untuk yang menternakan” tegas Pak Subagyo. Akhir tahun 2013 lalu KTT Rimba Jaya mendapatkan delapan belas kerbau dari pemerintah provinsi. Namun tidak kurang dari dua bulan, kerbau yang dipelihara tersebut sudah empat ekor yang mati secara mendadak dikarenakan penyakit surra (Trypanosomiasis). Sehingga

29


“

Selain dimanfaatkan TENAGA & DAGINGnya, Kerbau Pemalang digunakan untuk INVESTASI

populasi ternak kerbau yang ada mengalami penurunan pada waktu itu. Surra disebabkan oleh parasit Trypanosoma evansi. Infeksi pada kerbau, umumnya memperlihatkan gejala klinis yang kronis dengan efek yang menonjol berupa kehilangan bobot badan. Kerugian utama akibat infeksi Trypanosomiasis pada kerbau berupa: penurunan bobot badan, daya reproduksi rendah, keterlambatan pertumbuhan pada anak, penurunan daya kerja, kematian dan keadaan yang disebut imunosupresi (decreased immune responsiveness).

“

Daging kerbau dan kontribusinya dalam pangan sumber protein hewani masih dikesampingkan karena mulai terjadi perubahan pola konsumsi jenis daging, selain itu minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging kerbau sendiri masih jarang. Hal ini dikarenakan tekstur daging kerbau yang lebih keras dibandingkan daging sapi. Daerah Pemalang sendiri kontribusi untuk daging kerbau dalam setiap pemeliharaan hanya berkisar 60% dan sisanya untuk sewa. Jika tujuan diternakkan untuk pedaging, maka kerbau dapat dipotong pada umur 8 bulan. Biasanya kerbau disewakan untuk membajak sawah ataupun untuk menarik lori tebu pada perkebunan tebu di sekitar Pemalang. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman tenaga kerbau sudah digantikan dengan adanya tenaga mekanisasi seperti traktor, sehingga kebanyakan masyarakat sekitar menggunakannya untuk tabungan. (Umi dan Irin/Hus).

Doc. Husbandry

Pola perkandangan yang digunakan adalah semi-intensif, yaitu kerbau diberi makan di pagi hari dan siangnya kerbau dilepas atau digembalakan sampai sore hari. Pakan yang diberikan masih tergantung pada pakan serat alami, misalnya rumput alam, jerami, dan berbagai tanaman pangan, holtikultura serta perkebunan. Pemeliharaan ternak kerbau yang masih secara tradisional juga terlihat dari sistem perkawinannya yang belum mengandalkan pada perkembangan teknologi seperti inseminasi buatan. Juga waktu mengawinkan ternak kerbau yang membutuhkan perhatian ekstra dari seorang peternak. Karena

ternak kerbau memiliki sifat silent heat, sehingga peternak harus tahu betul kapan birahi pada kerbau muncul dan seperti apa tanda-tandanya serta kapan pula waktu yang tepat untuk mengawinkannya.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

23


Peternakan

Kondisi seperti ini mengakibatkan ekologi rumen tidak kondusif untuk pertumbuhan protozoa. Hal ini disebabkan protozoa hidup pada rumen dengan pakan yang banyak mengandung pati, sehingga rendahnya konsentrat yang diberikan akan mengakibatkan rendahnya total protozoa. Menurunnya populasi protozoa akan mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi gas metan dan total gas rumen. Turunnya populasi protozoa menyebabkan menurunnya bakteri metanogenik, karena sekitar 9-25% bakteri metanogenik bersimbiosis dengan protozoa. Sehingga H2 dalam rumen tidak dimanfaatkan dalam pembentukan metan namun dialihkan untuk peningkatan produksi

propionat (C3) melalui laktat atau fumarat (pembentukan C 3 membutuhkan H2). Suplementasi ekstrak etanol daun waru sebanyak 0,200 dan 400 ppm dalam ransum dapat menyebabkan penurunan konsentrasi asam asetat. Penurunan asam asetat tersebut disebabkan saponin yang terkandung dalam ekstrak daun waru. Menurut Cheeke (1999) disamping bersifat anti-protozoa, saponin juga bersifat anti-bakteri terutama terhadap bakteri gram-positif. Penurunan rasio asetat/propionat ini mencerminkan adanya peningkatan konsentrasi asam propionat. Peningkatan produksi propionat ini lebih menguntungkan untuk pertumbuhan atau penggemukan ternak. Menurut Johnson et al. (2002) adanya peningkatan proporsi asam propionat maka meningkatkan efisiensi energi, sejalan dengan penurunan sintesis CH4. Menurut Orskov dan Ryle (1990) yang menyatakan bahwa sistem fermentasi ransum dalam rumen yang mengarah pada sintesis asam propionat akan lebih menguntung-kan karena energi yang terbuang sebagai metan juga berkurang. Penurunan protozoa akan

me-ningkatkan populasi bakteri sehingga VFA yang dihasilkan tinggi. Selain membutuhkan amonia untuk sintesis tubuhnya, mikroba juga membutuhkan senyawa sumber karbon yang dihasilkan pada saat pembentukan VFA. Beberapa manfaat dari ekstrak etanol daun waru diantaranya yaitu, dapat menurunkan total populasi protozoa, gas metan, total gas, konsentrasi N-NH3, asam asetat dan A/P, akan tetapi meningkatkan sintesis protein mikroba dan asam propionat. Hal ini dilakukan dengan memberikannya sebagai suplementasi ekstrak etanol daun waru dalam substrat dengan berbagai imbangan jerami padi amoniasi dan konsentrat penambahan ekstrak etanol daun waru sebanyak 400 ppm dapat menurunkan produksi gas metan tetapi tidak mengganggu aktivitas mikroba dalam rumen, sehingga sangat aman dan efisien bila diberikan pada ternak. (Eni dan Fidi/Hus)

GENERASI

KARTINI DALAM

BETERNAK

P

Doc.Husbandry

“

tak punya

MODAL banyak untuk membangun

“

pemberian jerami padi amoniasi sebanyak 55,30% disebabkan pada pemberian tersebut menunjukkan total populasi protozoa paling rendah sehingga diperoleh penurunan gas metan paling tinggi. Populasi protozoa di dalam rumen berbanding langsung dengan produksi gas metan, artinya produksi gas metan berkurang bila populasi protozoa rumen menurun.

PETERNAKAN

22

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

erkembangan peternakan unggas semakin meningkat dan menjanjikan pundi-pundi rupiah yang tak kalah saing dengan ternak ruminansia. Meningkatnya permintaan masyarakat tentang kebutuhan protein hewani terutama pada konsumsi daging putih menjadi salah faktor pendukung perkembangan peternakan unggas di Indonesia. Misalnya di Kabupaten Banyumas, saat ini peternakan unggas terutama ayam banyak dijumpai di daerah tersebut. Berbeda dengan peternakan pada umumnya, yang sebagian besar pemiliki dan pekerjanya seorang laki-laki. Kelompok Tani Ternak Wanita Karya gagah berdiri diantara deretan nama peternakan ayam yang berada di Kabupaten Banyumas. Hanya bermodal tenaga kerja yang sebagian besar wanita paruh baya yang menjadi salah satu daya tarik dari peternakan ini, selain itu jenis ayam yang dibudidayakan juga berbeda dengan ayam yang ada di peternakan lain. Ayam Arab, begitulah panggilan akrab untuk ayam buras yang dibudidayakan oleh para peternak kelompok tani ternak wanita karya. 31


Sejarah Peternakan Mengawali kesuksesan dari bantuan Dinas Peternakan yang memberikan bantuan ayam hasil persilangan ayam kedu dan ayam jawa sebanyak 10 ekor per satu orang yang diternakan di rumah masing-masing. Dugaan mudah dikendalikan ternyata menjadi sesuatu hal yang salah. Kesibukan para wanita ini yang menjadikan produktivitas ayam menjadi terbengkalai dan pangsa pasar yang sangat kurang serta koordinasi pada masing-masing individu yang sangat kurang berpengaruh pada semangat para kelompok tani ternak ini untuk melanjutkannya.

Doc.Husbandry

Tahun 2004 kelompok tani ternak wanita ini mulai mempersatukan visinya dengan jumlah 20 orang. Hal yang baru ditemukan dan menarik adalah ketika sebelum terbentuknya kelompok tani ternak wanita karya, Desa Karanggude mendapatkan penghargaan atas ketahanan pangan dan mendapatkan semangat baru, karena dikenalkan jenis ternak yang cukup menjanjikan yaitu ayam buras yang diberikan oleh Unsoed. Beberapa diantara mereka tetap menekuni usaha peternakan ini, walau masih ada yang mengesampingkan. Alasannya karena kesibukan menjadi ibu rumah tangga yang menjadi prioritas dan tak ada waktu untuk mengurusi ternak yang tak tahu hasilnya. Namun, hal ini berbeda dengan bu Warniningsih yang tetap menekuni usaha ini, hingga dianggap peternak yang berhasil dalam beternak ayam buras. “Kami tak punya modal banyak untuk membangun peternakan, apalagi untuk mempersatukan seluruh peternak ayam buras dalam satu peternakan itu rasanya sedikit mustahil” ucap mereka saat ditanya. Namun, alangkah baiknya ketika peternakan ini menjadi satu atap yang pasti dan menjadi usaha yang menjanjikan. “Kalau kita bersatu maka koordinasi dengan dinas setempat juga gampang, jika ingin minta bantuan minimalnya kita punya peternakan yang terlihat, bukan cuma peternak rumahan yang punya sepuluh ekor saja” begitu ujarnya dengan nada tegas. Kala itu memang mimpi mereka terjawab dengan program AKSI dari pemerintah. Pengajuan proposal dengan waktu yang tak begitu lama dan akhirnya tahun 2006 mimpi tersebut terwujud. “300 juta lumayan banyak pada waktu itu, namun saat itu kami hanya terima jadi tanpa mengetahui

wujud aslinya berapa” ujar Bu Sutirin (bendahara Kelompok Tani Ternak Wanita Karya). Wanita Sebagai Pekerja Bermodalkan dana bantuan dari pemerintah kelompok tani ternak tersebut memulai usaha peternakan ayam burasnya. Rincian dana yang mereka dapatkan dalam membangun usaha tersebut adalah 33 juta untuk kandang, 90 juta untuk ayam, selebihnya pakan dan obat-obatan yang diterima. Dengan modal awal yang cukup besar memberikan semangat kelompok tani ternak wanita karya kembali muncul untuk memajukan usaha mereka. Kelompok tersebut sudah mulai mendapatkan titik terang dengan terbentuknya struktur yang baru. Keadaan ini tidak dapat dipastikan bertahan ataupun berkembang, karena 50% dari kelompok tersebut meundurkan diri karena merasa keberatan atas tugasnya yang baru. Adanya pembagian jadwal piket yang seharian selalu berada di kandang menjadikan beberapa diantara mereka mundur dan tetap pada pekerjaan wajib mereka selaku ibu rumah tangga. Maka, bertahanlah 10 orang dengan pergantian kepemimpinannya oleh bu Warniningsih. Wanita paruh baya ini tak pernah bosan bahkan tidak pernah menyerah, meskipun anggotanya saat itu hanya sedikit. Bukan hal yang mudah bagi wanita untuk melakukan semua hal di peternakan sendirian. “Memang kadang lelah jika dipaksakan, apalagi saat mengangkat pakan yang berkarung-karung” ucapnya sambil tersenyum.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Beberapa studi melaporkan penggunaan substansi tanaman sebagai aditif alami dapat memanipulasi fungsi rumen. Pemakaian aditif alami tersebut seperti asam fumarat dan malat dari ekstrak tanaman.

dimasukan dalam desikator ± 2 hari sampai berbentuk serbuk. Ekstrak kemudian ditimbang dan dilarutkan lagi dalam etanol lalu ditambah tepung jerami padi amoniasi seberat ekstrak, setelah itu dikeringkan dalam oven 60°C.

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai aditif alami adalah daun waru (Hibiscus tiliaceus), karena komponen bioaktif seperti asam fumarat dan saponin terdapat dalam tanaman Hibiscus sp. Ekstrak etanol bunga mengandung saponin 10.5%, asam fumarat 8.4 ppm, total fenol 15 mg/ ml, flavonoid 9 mg/ml, dan tannin 37 mg/100 g BK. Sedangkan pada daun terdapat saponin 2.1 %, asam fumarat 12.25 ppm, total fenol 7 mg/ml, flavonoid 16 mg/ml, tannin 38 mg/100 g BK. Kandungan protein pada bunga dan daun diketahui sebesar bunga sebesar 10.4% dan daun 15.7%.

Peningkatan ekstrak etanol daun waru dalam ransum dapat menurunkan total protozoa rumen. Penurunan populasi protozoa disebabkan daun waru mengandung saponin yang mampu membentuk ikatan dengan sterol yang terkandung dalam dinding sel protozoa, sehingga mempengaruhi tegangan permukaan membran sel protozoa. Hal tersebut mengakibat-kan permeabilitas dinding sel meningkat dan akhirnya cairan dari luar sel akan masuk ke

Ekstrak daun waru diperoleh dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol sesuai metode Wettasinghe et al. (2002) yang dimodifikasi yaitu tepung daun waru sebanyak 10 gram direndam dan dicampurkan dengan magnetic stiter pada suhu ruang dalam pelarut etanol sebanyak 100 ml selama 24 jam kemudian disaring dan diambil filtratnya. Selanjutnya dilakukan vacum rotary o evaporator dengan suhu 40 C sampai volumenya ±10 ml. Ekstrak

quinoline yang terkandung dalam ekstrak daun waru. Quinoline merupakan senyawa yang terdapat dalam tanaman yang bersifat antiprotozoa. Menurunnya populasi protozoa akan mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi gas metan dan total gas rumen. Suplementasi bahan yang mengandung saponin ke dalam pakan dapat menurunkan produksi gas metan (CH4). Hal tersebut disebabkan saponin dapat menurunkan populasi protozoa sehingga dapat menurunkan aktivitas metanogen. Bakteri metanogenik bersimbiosis dengan protozoa agar memperoleh pasokan H 2 yang nantinya digunakan dalam proses pembentukan metan.

Orskov dan Ryle (1990) menyatakan bahwa berkurangnya bakteri metanogenik akan mengganggu proses pembentukan metan, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi total produksi gas hasil fermentasi. Pembentukan gas metana yang utama dalam rumen melalui reduksi CO2 oleh H2 yang dikatalis oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri metanogen. Terdapat

dalam sel protozoa. Masuknya cairan dari luar sel mengakibatkan pecahnya dinding sel sehingga protozoa mengalami kematian atau lisis. Selain saponin, penurunan protozoa juga disebabkan oleh

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

beberapa spesies bakteri pembentuk metan yang terdapat di dalam rumen diantaranya Methanobacterium formicicum, Methanobacteriumbryanti, Methanomicrobium mobile, Methanosarcina bakteri, Methanobrevibacter ruminantium, Methanobrevibacter smithii, dan Methanoculleus olentangyi.

Rasio jerami padi amoniasi dan konsentrat berpengaruh terhadap gas metan. Rendahnya produksi gas metan pada 21


DOC. HUSBANDRY

M

etana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tetapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya ditambah sedikit belerang untuk mendeteksi kemungkinan terjadi kebocoran. Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakar utama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2 dan dua molekul H2O. Emisi gas metana berasal dari alam seperti laut, lapisan es permanen, tanah-tanah yang gembur, serta berasal dari aktivitas manusia. Metana yang dihasilkan akibat aktivitas manusia merupakan salah satu penyumbang metana yang terbesar yang khususnya berasal dari pembakaran tanaman organik (pembakaran tumbuhan untuk membuka lahan dan pe-

manfaatan lahan) serta industri peternakan. Metana dari sektor industri seperti pertambangan batu bara, kilang minyak, dan kebocoran saluran pipa gas dapat diminimalkan melalui perubahan dan kemajuan teknologi. Akan tetapi metana dari industri peternakan merupakan penyumbang emisi terburuk dan terbesar dari aktivitas manusia. Metan (CH4) merupakan gas yang dibentuk dari reaksi antara H2 dan CO2, sehingga penurunan produksi CH4 dapat meningkatkan proporsi gas H2 yang dapat digunakan untuk pembentukan propionat. Gas metan dihasilkan oleh aktivitas pencernaan pada saat metabolisme karbohidrat di dalam rumen yang dilakukan oleh bakteri archea (metanogenik) yang hidup bersimbiosis dengan protozoa (Adawiyah et al., 2007). Dihasilkan sekitar 80 milyar ton gas metan/ tahun dan berkontribusi terhadap emisi gas antropogenik

sebesar 20%. Selanjutnya Steinfeld et al. (2006) memperkirakan sebanyak 18% emisi antropogenik dihasilkan oleh hewan dan 75%-nya berasal dari ternak ruminansia. Seiring berkembangnya teknologi terutama di industri peternakan, emisi gas metan yang berasal dari ternak ruminansia tersebut dapat dikurangi, sehingga gas metan yang dihasilkan tidak lagi membahayakan. Pengurangan emisi gas metan dapat dilakukan dengan cara memanipulasi pakan ternak, seperti dengan cara pemberian suplemen pakan yaitu feed additive dan feedstuffs.

Asal Mula Nama Ayam Arab Ayam Arab merupakan keturunan dari Ayam Brakel Kriel-Silver dari Belgia. Disebut Ayam Arab karena dua hal, yaitu pejantannya memiliki daya seksual yang tinggi dan keberadaannya di Indonesia, melalui telurnya yang dibawa oleh orang yang menunaikan ibadah haji dari Mekah. Selain itu ayam Arab juga memiliki bagian kepala yang berbulu warna putih, sedangkan bagian tubuh lainnya tidak, warna bulu tersebut dianggap sebagai kerudung si ayam. Ayam Arab mudah dikenali dari bulunya. Sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih. Jenggernya berbentuk kecil berwarna merah muda dan mata hitam dengan dilingkari warna kuning. Ciri lain Ayam Arab adalah pejantannya pada umur 1 minggu sudah tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram. Dari penampilan tubuhnya, tinggi Ayam Arab dewasa mencapai 35 cm dengan bobot 1,5-2 kg. Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi. Ayam ini berbulu tebal, bulu di sekitar leher berwarna kuning dan putih kehitaman. Warna bulu badannya putih bertotol-totol hitam, kokok suara jantan nyaring. Ayam Arab betina dewasa tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-1,5 kg. Kepalanya berjengger tipis, bergerigi, dan badannya berbulu tebal. Usia produktif ayam arab antara 0,81,5 tahun, betina arab terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari menghasilkan telur. Kebanyakan masyarakat memanfaatkan Ayam Arab karena produksi telurnya tinggi,

gle picture

Doc. Goo

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

andr y Doc. Husb

mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram. Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2% dari total berat telur. Warna kerabang sangat bervariasi yakni putih, kekuningan dan coklat. Warna kulit yang kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam kampung menjadikannya jarang dimanfaatkan sebagai pedaging. Keuntungan Beternak Ayam Arab Kerjasama antara dinas terkait dengan peternakan ini sangat baik, mereka sering melakukan diskusi satu bulan sekali di ruang pertemuan di peternakan tersebut. Sehingga koordinasi antara dinas dengan kelompok tersebut berjalan lancar. “Walaupun kami berjalan lambat, sudah bertahan sampai sekarang saja kami merasa bangga�, ujar bu Sutirin selaku bendahara. Namun memang

33


masih banyak fasilitas yang belum mendukung dan juga saat ini mereka dikalahkan oleh kelompok tani ternak bayangan, yaitu orang yang mengajukan dana dengan kelompok tani yang tidak terbentuk. Bagaimanapun keadaannya memang usaha ini menguntungkan bagi peternaknya, dengan memiliki 1000 ekor ayam buras petelur dapat mendapatkan keuntungan sekitar 6-7 juta perbulan. Keuntungan lain yang diperoleh kelompok tani ternak ini adalah dari perkebunan papaya yang berada di sekitar peternakan. Dengan memanfaatkan limbah sisa peternakan yang dijadikan pupuk kandang, pohon papaya yang tumbuh disekitar peternakan ini dapat tumbuh dengan subur. Penjualan pepaya di saat panen inilah yang menjadi tambahan akan pundi-pundi keuangan mereka. Peluang bisnis di bidang ayam buras (ayam Arab) ini memang masih berpotensi untuk dikembangkan oleh

para peternak saat ini. Hal tersebut dikarenakan persaingan bisnis yang masih sedikit sedangkan peluangnya masih terbuka lebar. Selain itu permintaan konsumsi ayam yang terus meningkat, pemeliharaan mudah dan pangsa pasar yang luas. Hasil produksi telur yang tinggi juga menjadikan ternak ayam buras sebagai unggas yang cukup diminati saat ini selain karena keunikan dari penampilan fisiknya tersebut. Kendala yang Dirasakan Beternak ayam Arab selain menguntungkan juga pasti terdapat beberapa kendala disaat pemeliharaan berlangsung. Kendala yang dialami dalam usaha ini salah satunya adalah ketika ayam afkir yang terus dipelihara karena belum terjual menjadikan semakin banyak pakan yang harus diberikan. Kendala lain yaitu saat ayam yang masih DOC berada dalam keadaan mati lampu akan sangat

berbahaya, karena ayam berkumpul dan saling menginjak satu sama lain yang akhirnya mengakibatkan angka kematian bisa mencapai 60%. Selain itu harga pakan yang kadang naik melejit menjadikan tingkat pengeluaran setiap periodenya berbeda. Pengelolaan pupuk kandang yang dilakukan oleh kelompok tani ternak wanita karya ini juga belum dapat dibilang maju. Penjualan produk sampingan berupa limbah tidak diterapkanDoc.Husbandry, sehingga pupuk kandang hanya dimanfaatkan untuk pupuk di kebun pepaya saja. Hasil penjualan pepaya menjadi penghasilan para peternak wanita tesebut, masih dimasukan kedalam kategori cukup sebagai seorang peternak yang seharusnya bisa mendapatkan penghasilan lebih dari pengelolaan produk sampingan berupa limbah sisa dari ternaknya. (Eni dan Pelita/HUS)

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

Doc. Husbandry

19


Peternakan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro berkaitan dengan perlunya kementerian peternakan mengungkapkan bahwa, “Boleh saja, tergantung political will kita” yang artinya bagaimana sudut pandang dan tujuannya. Dalam hal ini political will berbasis dari keyakinan kepercayaan terhadap pemerintah yang belum mampu menunjukkan keseriusannya menangani bidang peternakan. Oleh karena itu perlu atau tidaknya kementerian peternakan untuk tujuan memajukan dan memandirikan peternakan Indonesia jangan sampai ada kepentingan-kepentingan dari individu maupun kelompok untuk menguntungkan diri sendiri dan pemerintah harus bisa menjawab keraguan publik mengenai hal tersebut dengan ada atau tidaknya kementerian peternakan.

Berbeda dengan pendapat yang dilontarkan Bungaran S, dengan sedikit tertawa me-ngungkapkan pendapatnya ”Cukup dirjen saja, hanya perlu adanya perubahan paradigma orang. Bagaimana mau mengembangkan peternakan, bagaimana mengubah peternakan keluarga menjadi peternakan agribisnis berbasis hewani, karena permasalahannya bukan di organisasi pemerintahnya.” Berdasarkan struktur kelembagaan di bawah Kementerian Pertanian yang sudah ada saat ini dianggap kurang maksimal dalam memberdayakan sumberdaya yang tersedia di Indonesia, sehingga menimbulkan banyak opini untuk mendirikan kementerian baru yaitu kementerian peternakan yang terpisah dengan pertanian. Akan tetapi sebenarnya dengan melihat beberapa tahun kebelakang, tepatnya

pada tahun 1984 hingga 1989 Indonesia sudah mampu berswasembada pangan. Walaupun utamanya adalah produk pertanian, namun pada saat itu dunia petenakan cukup stabil. Tanpa adanya kementerian peternakan sebenarnya Indonesia bisa bersawasembada pangan, namun dengan catatan harus mengoptimalkan fungsi dari lembaga di bawah Kementerian Pertanian. “Pemerintah harus pintarpintar memilih yang terbaik untuk perkembangan peternakan dengan sumberdaya yang terbatas dan peran pemerintahlah wajib menciptakan sumberdya manusia untuk berbagai macam kopetensi yang dibutuhkan oleh negara”, ungkap Bungaran S. (Danu/Hus)

Proses Pembibitan

Ternak Unggul

BBPTU-HPT Baturraden

Doc.Husbandry

B

IKLAN mas Bahar 18

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

alai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUHPT) Baturraden adalah sebuah instansi milik pemerintah yang merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang memiliki kegiatan on farm yang terdiri dari produksi dan pemasaran bibit unggul sapi perah, center of excellence, pusat data base sapi perah nasional, pemuliaan bibit unggul sapi perah, budidaya bibit unggul sapi perah, konsultasi usaha sapi perah, pusat informasi sapi perah, wilayah pengembangan, recording sapi perah, pembinaan manajemen budidaya sapi perah, magang budidaya sapi perah perorangan dan kelompok, pembinaan key farmer serta koordinator pelaksanaaan Uji Zuriat Sapi Perah Nasional. BBPTUHPT Baturraden terletak di Jalan Raya Baturraden Km 14, tepatnya di

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

lereng selatan Gunung Slamet dengan ketinggian 650-700 meter dpl sehingga memiliki udara sejuk 18-30o celcius dengan kelembaban udara 7080%. Lokasi berada 14 km ke arah utara dari Kota Purwokerto, Jawa Tengah. BBPTU-HPT tersebar di 4 tempat yaitu lokasi Tegal Sari seluas 34,802 Ha, untuk perkantoran, perumahan, kandang ternak, lapangan pengembalaan dan kebun rumput. Lokasi Munggang Sari seluas 10,098 Ha, untuk perumahan dan pusat latihan/magang. Lokasi Limpakuwus seluas 96,787 Ha, untuk kandang ternak, kebun rumput dan perumahan. Lokasi Manggala seluas 100 Ha, untuk pengembangan pemeliharaan ternak. Jenis ternak yang dipelihara saat ini adalah Sapi Fries Holstein yang terdiri dari induk impor berkualitas bagus. BBPTU-HPT dalam pemeliharaan-

nya memiliki target yang harus dicapai, yaitu ternak yang dipelihara sehat, produksinya tinggi dan beranak setiap satu tahun sekali. Pencapaian target tersebut yang harus diperhatikan pertama kali adalah segitiga produksi, dimana produksi akan dipengaruhi 70% lingkungan dan 30% genetik. Permasalahan genetik adalah pembawaan ternak tersebut berdasar-kan tetuanya. Bibit-bibit yang diguna-kan di BBPTU-HPT ini adalah ternakternak unggulan yang langsung diimpor dari Australia, bahkan untuk sistem perkawinan IB pun semen yang digunakan merupakan semen impor dengan kualitas terbaik. Jadi untuk permasalahan bibit yang mempengaruhi sifat genetik ternak, di BBPTU-HPT Baturraden tidak ada masalah. Sedangkan pengaruh lingkungan berkaitan dengan segala macam manajemen yang terjadi di

35


Manajemen pemberian pakan yang dilakukan di BBPTU-HPT dengan cara cut and carry dimana ternak diberi pakan di kandang dengan rutin oleh pegawai. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore menggunakan mixer mobile atau kendaraan yang terdapat mixer di belakangnya, dimana pakan akan dicampur dalam alat tersebut untuk kemudian dicurahkan ke tempat pakan yang sudah disediakan. Jenis pakan yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Jumlah pemberian hijauan sekitar 10% dari bobot badan sapi, sementara untuk konsentrat diberikan bervariasi tergantung produksi, umur, dan jenisnya (dara atau laktasi). Perbandingan antara hijauan dan konsentrat adalah 60:40 dalam persen, untuk pedet masih diberikan susu hingga umur 3 bulan dan untuk ternakternak yang sedang bunting satu bulan menjelang kelahiran nutrisi pakannya lebih ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan proses kelahiran dan juga mempersiapkan mammae sistemnya untuk memasuki masa laktasi. Manajemen perkandangan yang dilakukan dikelompokan berdasarkan umur dan kondisi ternak, ternak sejak lahir hingga lepas sapih (3,5 bulan) dikelompokan dalam kandang anakan, ternak umur 3,5 bulan sampai 6 bulan dikelompokan dalam kandang pedet, ternak umur 6 bulan sampai bunting umur 7 bulan dikelompokan dalam kandang dara, kemudian ada juga kandang untuk yang laktasi. Sistem perkandangan yang ada dibagi menjadi

36

dua macam, yaitu kandang tertutup dan freestyle. Kandang freestyle merupakan kandang untuk kategori sapi-sapi bunting dan laktasi. Sapi laktasi dikelompokan berdasar besar kecilnya ternak, hal ini berkaitan untuk keseimbangan konsumsi pakannya. Tujuan dari kegiatan tersebut yaitu untuk meminimalisir terjadi persaingan untuk mendapatkan pakan dalam kandag tersebut. Manajemen kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang sangat diperhatikan karena dapat mempengaruhi produksi dan reproduksi pada ternak. Prosedur awal kesehatan dilakukan dengan biosecurity, dimana untuk kendaraan yang akan masuk BBPTU-HPT harus disemprot menggunakan desinfektan. Kedua, farm Baturraden tidak dibuka untuk umum yang artinya hanya pegawai saja yang boleh masuk dan melakukan pemeliharaan. Hal ini ditujukan agar kebersihan farm tetap terjaga, juga menjaga sapi-sapi agar tidak mudah stress yang akhirnya dapat mempengaruhi kinerja produksi serta

reproduksinya. Ternak-ternak yang dipelihara juga akan mendapatkan jadwal exercise selama 120 menit perminggunya. Exercise ini sangat penting diantaranya untuk memberikan asupan pro vitamin D pada ternak, memperkuat kakinya karena digunakan untuk bergerak, kemudain dipping kuku. Selain itu exercise juga dilakukan untuk membantu ternak yang mengalami masalah reproduksi. Manajemen kesehatan ternak lainnya, setiap tiga bulan sekali dilakukan pemberian obat cacing untuk semua ternak yang dipelihara. Manajemen reproduksi di BBPTUHPT ini menggunakan sistem perkawinan alami, IB dan transfer embrio. Mengawinkan ternak secara alami dilakukan dengan cara memilih induk dan pejantan yang unggul. Sedangkan untuk inseminasi buatan dan transfer embrio, BBPTU-HPT Baturraden bekerja sama dengan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dan Balai Transfer Embrio (BTE) Cipelang dalam pengadaan semen dan embrionya. Ternak pertama kali

“ “

farm seperti manajemen pakan, manajemen perkandangan, manajemen kesehatan, hingga manajemen reproduksinya dilakukan sebaik mungkin.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Menurut statistik yang bersumber dari Direktorat Jenderal Peternakan, populasi ternak di Indonesia secara umum saat ini relatif meningkat. Pengembangan sapi potong dan kerbau merupakan salah satu fokus utama pemerintah, karena untuk tahun ini program swasembada daging sapi dan kerbau akan direalisasikan. Namun dengan populasi sekitar 16 juta (angka sementara tahun 2013) Indonesia baru mampu memenuhi sebagian kebutuhan daging sapi dan kerbau di Indonesia. Seperti diungkapkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro yang dikutip dari Republika, perkiraan kebutuhan daging sapi pada 2014 sebanyak 575,88 ribu ton (sesuai rencana aksi dalam pertemuan di Bukittinggi, 29 Oktober 2013). Sementara potensial stok (sapi/kerbau lokal) setara daging sebanyak 530,55 ribu ton (hasil olahan Survei Ternak 2013), dan perkiraan realisasi produksi daging sapi/kerbau lokal sebanyak 462 ribu ton (rencana aksi Bukittinggi 2013). "Dengan demikian masih harus terjadi impor daging sapi, namun jumlahnya sangat tergantung upaya perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi,"ujarnya. Syukur Iwantoro juga mengungkapkan, “Indonesia masih mengimpor sapi pada 2014, sehingga program swasembada daging sapi/kerbau 2014 belum bisa tercapai”. Ungkapan tersebut menggambarkan Indonesia belum mampu berdaulat dalam bidang ternak ruminansia, sehingga masyarakat harus dipaksa bersabar lebih lama untuk menikmati daging dengan mudah dan terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Berbeda dengan perkembangan yang ditunjukan industri perunggasan dalam negeri yang menunjukan

peningkatan yang lebih baik. Namun bukan berarti industri perunggasan dalam negeri akan terus stabil, mengingat Desember 2015 merupakan awal dibukanya pasar bebas ASEAN. Hal ini berarti segala macam produk peternakan akan mudah masuk tanpa halangan sepanjang memenuhi standar yang ditentukan ASEAN. Fokus ini harus menjadi perhatian utama dalam bidang peternakan Indonesia. Indonesia seharusnya mampu lepas dari bayangan kegagalan dalam memberdayakan potensi yang kaya akan keanekaragaman plasma nutfah ternak dan mampu untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sehingga dapat terciptanya kehidupan peternak yang sejahtera dan mampu lepas dari bayangan impor ternak unggas maupun ruminansia, dengan kata lain Indonesia mampu berdaulat dalam bidang pangan sumber protein hewani asal ternak.

Pertanian yang mengatur dunia peternakan dan dunia pertanian Indonesia dianggap berbagai kalangan masyarakat dan sivitas akademika mempunyai fokus yang berbeda dalam kinerjanya yaitu peternakan dan pertanian. Seperti yang diungkapkan praktisi peternakan Wiku ( jajaran direksi PT. LPKM ), “Kondisi peternakan pada saat ini dibilang maju tidak, dibilang mundur juga tidak. Padahal konsumsi daging pada saat ini semakin lama semakin naik. Kementrian peternakan pada saat ini sangat diinginkan jika memang ingin swasembada daging terlaksana. Jadi tergantung niat pemerintah sendiri, selama kementrian peternakan tidak berdiri sendiri, swasembada tidak akan terlaksana”.

Dengan alasan orgensi melihat keadaan peternakan di Indonesia, apakah perlu mengharapkan kehadiran sosok menteri sapi (menteri peternakan)? Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 ten-tang Organisasi d a n Ta t a K e r j a K e m e n t e r i a n Pertanian, disebutkan bahwa Kementerian Pertanian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pertanian dalam pemerintahan yang dalam pelaksanaannya tugas tersebut mencakup fungsi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pertanian. Pemerintah di bawah naungan Kementerian Pertanian adalah lembaga yang paling bertanggungjawab mengatur dan menciptakan sumberdaya ternak yang unggul. Sebagai organisasi nomor satu dalam dunia peternakan, Kementerian

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

17


http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Pertanian_Republik_Indonesia

16

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

dikawinkan pada jantan berkisar 13 bulan, sedangkan untuk betina 2 tahun. Umur terakhir dikawinkan pada betina berkisar antara 12 tahun dan sapi siap diculling. Menurut Eko Siswato, selaku koordinator pengawasan pembibitan ternak mengatakan semua sistem yang dilakukan di BBPTU-HPT ini tidak mengalami kendala apapun, seperti yang disampaikannya saat LPM Husbandry berkunjung ke Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak, “Sebenarnya disini itu enak, fasilitas negara punya, SDM banyak, sistem juga sudah sebaik mungkin dirancang. Hanya saja yang menjadi kendala adalah konsistensi dari SDM itu sendiri”. BBPTUHPT Baturraden juga telah mendirikan beberapa cabang di luar jawa contohnya di Kalimantan berupa Field Breeding Center (FBC) yang sudah berdiri beberapa tahun lalu. Tujuan dari pendirian cabang ini guna membantu mencukupi kebutuhan ternak unggul dan mencukupi

kebutuhan susu nasional. Produksi susu dari ternak perah di BBPTUHPT Baturraden ini berkisar 12000 cc perharinya dan untuk pemasaran meliputi wilayah Purwokerto serta dikirim ke PT. Frisian Flag Jakarta. Susu yang dikirim ke Jakarta merupakan susu yang sudah lolos beberapa pengujian di Laboratorium BBPTU-HPT. Disinggung mengenai peran sertanya untuk program pemerintah tahun 2020 tentang swasembada susu, beliau menjawab, “Kita sebagai insan peternakan harus optimis. Kalaupun tidak tercapai, itu bukan gagal tetapi tertunda. Sejauh ini BBPTU-HPT memang tidak berperan banyak kalau untuk pemenuhan kebutuhan susu, paling hanya sebagian kecilnya saja karena bagi kami susu adalah produk sampingan, produk utama yang kami hasilkan adalah ternak unggul. Mungkin lebih berperan pada penyediaan bibit unggul yang akan menghasilkan ternak dengan produksi bagus”.

Produksi susu suatu ternak perah memang dipengaruhi oleh kualitas bibitnya, bibit yang baik biasanya dihasilkan dari manajemen segita produksi yang baik. Semua hal yang ada pada manajemen segitiga produksi tersebut saling berkaitan dan berkesinambungan. Maka, jika negara ini ingin pemenuhan kebutuhan susu nasionalnya secara mandiri dibutuhkan rasa konsisten dan keberlanjutan dari semua pihak dan segala aspek yang berkaitan dengan pemenuhan produksi susu tersebut. (Uus dan Devi/Hus) Doc.Husbandry

P

tanggungjawab pemerintah sepenuhnya, sehingga embangunan peternakan pada dasarnya bukan seakan-akan pembangunan peternakan adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional, pembangunannya pemerintah”. Dapat dikatakan bahwa yang salah satu tujuannya yaitu meningkatkan semua elemen baik masyarakat maupun pemerintah sumberdaya manusia yang unggul melalui konsumsi harus dapat bersinergi untuk kemajuan peternakan kita. protein hewani. Namun keadaan peternakan di DOC. HUSBANDRY Tanpa kesadaran semua pihak, mimpi akan tetap Indonesia saat ini terus mengalami pasang surut, terlebih menjadi mimpi. permainan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab seakan menjauhkan Indonesia dari dunia peternakan yang maju dan mandiri. Berikut data statistik populasi ternak di Indonesia Indonesia merupakan negara yang mempunyai menurut Direktorat Jenderal Peternakan: potensi luar biasa. Bangsa ini dianugerahi keberagaman Populasi ternak (000 ekor) di Indonesia: plasma nutfah ternak yang diberikan oleh Sang Pencipta, salah satunya yaitu ternak ruminansia yang Kegiatan Utama 2012 2013* berada di Indonesia mempunyai keunggulan dibandingkan ternak impor. Keunggulannya adalah 15 981 16 607 Sapi Potong daya adaptasi lingkungan dan sifat reproduksi yang baik 612 636 Sapi Perah di daerah tropis. Keunggulan inilah yang seharusnya 1 438 1 484 Kerbau dapat dieksploitasi dengan berbagai program-program 437 454 Kuda yang dicanangkan pemerintah untuk pembangunan peternakan Indonesia yang maju dan mandiri. 17 906 18 576 Kambing Berbagai program swasembada yang dicanangkan 13 420 14 560 Domba pemerintah diharapkan bukan menjadi formalitas belaka 7 900 8 246 Babi yang belum mampu membuka asa bagi Indonesia untuk 274 564 290 455 Ayam Buras menikmati sumber protein hewani asal ternak dengan 138 718 147 279 Ayam Ras Petelur mandiri. Tanpa realisasi nyata, Indonesia hanya bisa bermimpi memiliki keanekaragaman ternak asli yang 1 244 402 1 355 288 Ayam Ras Pedaging melimpah dan mandiri dalam era kemajuan teknologi 49 295 50 931 Itik saat ini. Menurut Bungaran S (mantan menteri pertanian Keterangan: (*) angka sementara. RI), “Pada dasarnya pembangunan peternakan bukan


menentukan produksi gas metana.

P

emanasan global terjadi karena meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca, termasuk gas metana di atmosfer bumi. Metana bereaksi dengan ozon atmosfer bumi, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang dilepaskan ke udara relatif berlangsung sesaat. Akan tetapi metana akan menipiskan lapisan ozon sebagai pelindung bumi sehingga memicu pemanasan global. Selain dari dekomposisi limbah organik sampah, gas metana juga dihasilkan dari produksi pertanian dan kegiatan transportasi. Sekitar 50% emisi gas metana merupakan hasil aktivitas manusia yang berasal dari kegiatan pertanian, sekitar 66% emisi gas metana berasal dari sektor peternakan terutama ternak ruminansia. Emisi gas metana (CH4) oleh ternak ruminansia tersebut dihasilkan melalui proses metanogenesis di dalam rumen. Gas metana dihasilkan dari rumen

38

sebesar 80-95% dan 5-20% dihasilkan dari usus besar. Gas ini dikeluarkan melalui mulut ke atmosfer. Proses metanogenesis tersebut selain berdampak buruk bagi atmosfer, juga berpengaruh negatif terhadap ternak ruminansia itu sendiri, yaitu dapat menyebabkan kehilangan energi hingga 15% dari total energi kimia yang tercerna. Produksi gas metana yang tinggi dari ternak perlu ditekan agar dampak pemanasan global yang berasal dari kegiatan pertanian (termasuk ternak ruminansia) dapat dikurangi sedemikian rupa. Mengurangi produksi gas metana asal ternak dilakukan dengan cara memanipulasi metabolisme dalam rumen (fermentasi mikroba) dan menghambat/ mengurangi proses metanogenesis (proses pembentukan gas metana oleh bakteri metanogenik). Strategi pemberian pakan dalam bentuk pemberian imbangan pakan yang tepat antara hijauan dan konsentrat turut

Pemberian imbangan pakan hijauan yang lebih tinggi dibandingkan konsentrat akan menyebabkan produksi H 2 lebih tinggi. H 2 ini nantinya akan mereduksi CO 2 sehingga terbentuk metana yang tinggi oleh aktifitas bakteri metanogen. Dari satu sisi hal ini tidak menguntungkan karena ternak memproduksi metana cukup tinggi, namun di sisi lain menguntungkan karena produk akhir dari ternak rendah kadar asam lemak jenuhnya. Sedangkan apabila pemberian imbangan pakan konsentrat lebih tinggi dari hijauan menyebabkan pembentukan metana jadi berkurang. Hal ini disebabkan H2 yang dihasilkan dari proses fermentasi hijauan digunakan untuk proses pembentukan asam propionat sehingga H2 tidak mereduksi CO2 menjadi metana, akan tetapi kelemahannya adalah produk akhir dari ternak menghasilkan asam lemak jenuh tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk mengeliminasi produksi gas metana asal ternak. Salah satu cara untuk mengeliminasi produksi gas metana adalah melalui penggunaan ekstrak tanaman seperti kulit bawang putih. Tidak hanya daging bawang putih namun kulit bawang putih pun juga memiliki kandungan saponin. Daging bawang putih dikonsumsi oleh manusia dan kulitnya hanya dibuang, padahal kulit bawang putih juga mengandung senyawa saponin dan allicin yang dapat mengurangi gas metana pada kotoran ruminansia. Maka kulit bawang putih dimanfaatkan untuk pakan ternak dengan dibuat ekstrak kulit bawang putih. Ekstrak kulit bawang putih mampu

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

15


Kemungkinan di triwulan keempat tahun 2014 angka import GPS akan lebih meningkat dibandingkan tahun 2013. Bila tidak ada kemauan untuk menyediakan PS maupun GPS sendiri tentu angka impor ini akan terus meningkat. Namun, tidak semudah membalikkan telapak tangan banyak kendala yang dihadapi dalam penyediaan PS dan GPS. Ismoyo, S.Pt.M.P mengungkapkan bahwa sulitnya penyediaan PS maupun GPS dikarenakan cost ayam breeding itu tidak murah. Namun, suatu saat kita harus bisa menyediakan PS maupun GPS sendiri. Sampai saat ini belum ada upaya untuk menyediakan PS maupun GPS. Pemerintah melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menyatakan saat ini Indonesia baik pe-merintah maupun swasta belum dapat memproduksi PS dan GPS ayam ras. Namun demikian saat ini salah satu UPT Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yakni Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa di Sumatera Selatan telah me-lakukan

pemurnian ayam Arab dan ayam Merawang, serta akan membentuk PS kedua ayam tersebut. Banyaknya populasi ayam ras di masyarakat menimbulkan kehawatiran akan tersingkirnya ayam lokal oleh ayam ras. Namun, kehawatiran tersebut ditepis oleh mantan Menteri Pertanian 2000 – 2004, Prof. Dr. Ir.Bungaran Saragih, bahwa ayam lokal telah memiliki daya tarik tersendiri di masyarakat. Walaupun harganya lebih mahal dari ayam ras tetapi cita rasa yang khas menjadi salah satu daya tarik masyarakat. Mulyanto pemilik ayam Jawa Super dengan populasi 500 ekor menyatakan pula bahwa kelebihan ayam lokal yakni tidak mudah stress, lebih kuat terhadap penyakit, dan kotorannya tidak bau dibandingkan ayam ras. Sehingga keberadaan ayam lokal tidak akan tergeser oleh ayam ras. Kehawatiran akan punahnya ayam lokal tentu ada, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Namun, saat ini peternakan ayam lokal mulai tumbuh dan berkembang kembali, contohnya peternakan

Doc. Husbandry

milik Mulyanto, salah satu peternak yang memiliki ayam Jawa Super 500 ekor. Pemerintah dalam hal ini, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melakukan langkahlangkah pengembangan ayam lokal dengan melaksanakan kegiatan pembibitan melalui optimalisasi peran UPT pembibitan baik pusat (UPT Sembawa) maupun UPTD; pengembangan budidaya dengan melakukan kegiatan pengembangan unggas lokal di pedesaan (Village Poultry Farming/VPF) dan pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL); fasilitasi permodalan untuk mendukung pengembangan ayam buras kepada kelompok ayam buras yang dapat difasilitasi melalui skim kredit KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Keberadaan ayam lokal tidak akan pernah tergantikan atau DocKarena bahkan punah. . Huskepemilikam banduntuk ayam lokal bukan hanya ry tujuan agribisnis, namun juga sebagai hobi, adat istiadat atau sekedar mengisi waktu luang. Berbeda dengan ayam ras yang kepemilikannya bertujuan untuk agribisnis yang membutuhkan perlakukan dan pemeliharaan khusus. Ketahanan pangan tidak dapat diartikan secara sempit yakni dengan hanya mengunggulkan ayam lokal saja, namun harus diartikan secara luas yakni berjalan berbarengan dengan ayam ras karena memang memiliki keunggulan tersendiri. Namun tetap ada kontrol dari pemerintah agar tidak terjadi timpang tindih antara ayam lokal dengan ayam ras.

(Taufik dan Ricky/HUS)

“Keberadaan ayam lokal tidak akan pernah tergantikan atau bahkan punah� 14

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

menurunkan pembentukan gas metana tanpa mempengaruhi fermentasi dan dapat menghambat proses metanogenesis. Hal ini dapat disebabkan karena ekstrak kulit bawang putih menekan aktifitas bakteri metanogen sehingga H2 yang dihasilkan dari proses fermentasi segera dimanfaatkan untuk pembentukan propionat melalui senyawa malate dan fumarate. Pemberian ekstrak tumbuhan yang mengandung saponin pada ternak ruminansia lebih efektif menekan proses metanogenesis dibandingkan tanpa diekstrak. Hal ini terjadi karena hasil ekstraksi mengandung saponin dua kali lebih tinggi daripada tanpa diekstrasi. Saponin memberi efek antiprotozoa sehingga perkembangan protozoa tertekan. Eliminasi protozoa rumen meningkatkan jumlah bakteri amilolitik. Berkurangnya populasi protozoa maka aktivitas bakteri amilolitik dalam rumen meningkat, sehingga menghasilkan lebih banyak asam propionat dan gas metana yang lebih sedikit. Selain itu, sejumlah bakteri metanogen dalam rumen hidup dengan menempel pada permukaan dinding sel protozoa. Berkurangnya populasi protozoa, maka populasi bakteri metanogen menurun karena kehilangan sebagian habitatnya. Kelemahan dari penggunaan saponin ini adalah pengaruhnya hanya bersifat sementara. Sedangkan allicin sebagai anti metanogen sehingga allicin akan membantu dalam pembusukan gas metana. Tidak terbentuknya gas metana, karena allicin akan mempengaruhi sintesa enzim HMG CoA, sebagai enzim yang berperan dalam sintesis metana. Kandungan yang dimiliki dari kulit bawang inilah dapat mengeliminasi emisi gas metana

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

dalam ternak ruminansia. Cara membuat ekstrak kulit bawang putih yaitu kulit bawang putih dikeringkan terlebih dahulu kemudian ditambah dengan methanol. Pakan tersebut dapat diberikan secara langsung pada ternak, selain itu juga dapat dicampurkan dalam ransum pakannya. Demikian kandungan yang dimiliki dari kulit bawang putih, yang dapat bermanfaat dalam mengurangi gas metana khususnya pada ternak ruminansia sehingga dapat mengurangi pemanasan global. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang lebih lanjut tentang manfaat yang diperoleh dari penggunaan kulit bawang putih untuk pakan ternak serta manfaat dalam peningkatan produksi daging maupun susu. (Rika dan Khalimah/Hus).

www.pixabay.com

39


Laporan Utama

Komposisi produk olahan susu dipengaruhi oleh komposisi bahan dasar dan jenis susu yang digunakan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa karakteristik yoghurt seperti pH, lemak, protein dan total padatan dipengaruhi oleh komposisi bahan dasar dan jenis susu yang digunakan. Susu kambing sebagai bahan dasar pembuatan yoghurt cheese mengandung sedikit βlactoglobulin sehingga potensi menimbulkan alergi juga rendah, terutama bagi para penderita CMA (Cows Milk Allergy). Sedangkan total padatan susu merupakan komponen susu yang terdiri dari kadar lemak dan SNF (Solid Non Fat). Kandungan total padatan sangat tergantung pada kadar kedua komponen tersebut. Sehingga total padatan akan mempengaruhi karakteristik, kualitas

40

Doc. Husbandry

P

ernahkah kalian mendengar produk bernama yoghurt cheese? Atau kalian hanya mengenal produk berupa yoghurt saja? Berupa cheese saja? Jika kalian belum pernah mengenal produk ini, maka saya akan mengenalkan kalian pada salah satu produk olahan susu yang belum banyak dikembangkan di Indonesia ini. Yoghurt cheese merupakan inovasi pengolahan fermentasi susu dengan bahan dasar berupa yoghurt. Yoghurt cheese dibuat melalui proses penggumpalan oleh bakteri asam laktat yang terdapat pada yoghurt dan bukan atas bantuan rennet seperti pembuatan keju pada umumnya. Proses pembuatan yoghurt cheese membutuhkan waktu sekitar 6 hari untuk mencapai total padatan yang diinginkan (40%) yang lebih padat gizi dengan masa simpan yang lebih lama. Yoghurt cheese dapat dibuat dari berbagai jenis susu seperti susu sapi, susu kambing atau jenis susu lainnya.

(Berdasarkan hasil penelitian Atin, S.Pt )

Ismoyo, S.Pt. M.P.

dan kuantitas produk yang dihasilkan. Pembuatan yoghurt cheese dengan total padatan susu kambing yang berbeda akan mempengaruhi karakteristik produk yang dihasilkan. Total padatan susu yang lebih tinggi pada proses pembuatan yoghurt cheese dari susu kambing mampu meningkatkan yield (hasil) keju, menurunkan kadar air dan mendapatkan derajat keasaman yang sesuai. Total padatan susu kambing normal yaitu sekitar 14-15% dengan peningkatan yang disarankan sebesar 16%. Peningkatan total padatan susu sebagai bahan dasar pembuatan yoghurt cheese masing-masing sebesar 2%, 4%, dan 6% terbukti mampu memperbaiki karakteristik produk. Hasil terbaik ditunjukkan oleh yoghurt cheese yang dibuat dari total

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

“suatu saat kita harus bisa menyediakan PS maupun GPS sendiri� Peternak ayam ras di Indonesia masih didominasi oleh peternak yang tergabung dalam sistem kemitraan. Dimana sistem inti (perusahaan) dan plasma (peternak) ini, membantu peternak-peternak yang memiliki lahan tetapi tidak memiliki dana untuk melaksanakan budidaya, karena inti akan menyediakan bibit, pakan dan obat serta memberikan jaminan kepastian pasar untuk penjualan ayamnya. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi peternak lokal untuk lebih mengembangkan

Di tengah kekecewaan gagalnya Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014 dan cemasnya menunggu Swasembada Susu 2020, kita patut berbangga diri karena telah mencapai Swasembada Ayam. Hal ini memang dikarenakan Indonesia memiliki topografi wilayah dan kemampuan peternak dalam membudidayakan ternak unggas. Di samping itu Indonesia memiliki plasma nutfah yang sangat beragam dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia misalnya ayam pelung, ayam kedu hitam, ayam cemani, ayam serama, dll. Ironisnya populasi ayam lokal jauh lebih sedikit dibandingkan ayam ras (broiler dan layer) yang merupakan ayam impor. Walaupun sebenarnya tingkat kepemilikan ayam lokal lebih banyak di-bandingkan ayam ras, namun populasi jauh lebih banyak ayam ras. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Ditjenak dan Keswan bahwa jumlah peternak ayam ras dan peternak ayam buras (lokal) di Indonesia terlihat perbedaan jumlah yang sangat signifikan, dimana pemelihara ayam buras lebih banyak dan tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia dengan jumlah kepemilikan yang relatif kecil. Berbanding terbalik dengan peternak ayam ras (pedaging maupun petelur) yang jumlah pemeliharanya relatif sedikit dan terfokus pada daerah-daerah tertentu, namun jumlah kepemilikan ternaknya jauh lebih tinggi.

ayam ras. Di samping kemudahan dari berbagai fasilitas yang diberikan perusahaan tersebut, daya tarik lainnya yakni keuntungan peternak ayam ras yang cukup menggiurkan. Banyaknya populasi ayam ras menimbulkan pertanyaan apakah Indonesia sanggup memproduksi Parent Stock (PS) dan Grand Parent Stock (GPS) sendiri. Perlu diketahui bahwa sampai saat ini, Indonesia masih import PS dan GPS ayam ras, namun baru mampu menyediakan Final Stock (FS). Dalam mewujud-

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

kan ketahanan pangan kita berharap mampu menyediakan PS maupun GPS sendiri. Berdasarkan perkembangan pemasukan broiler dan layer tahun 2010 hingga 2014 impor GPS broiler dan layer mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 import GPS broiler sebesar 423.084 ekor, mengalami peningkat-an pada tahun 2013 sebesar 664.634 ekor. Sampai triwulan pertama tahun 2014 Indonesia telah mengimport 216.867 ekor GPS broiller dan 12.290 ekor GPS Layer (Data Poultry).

13


DOC. HUSBANDRY

adalah rendahnya produksi susu segar secara nasional sebagai akibat dari rendahnya produksi susu per ekor sapi perah. Rendahnya produksi susu disebabkan oleh rendahnya kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada sapi perahnya. Rendahnya mutu pakan ternak disebabkan oleh mahalnya harga bahan baku pakan konsentrat yang bermutu baik dan terbatasnya lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak. Masalah persusuan nasional bukan hanya kekurangan volume produksi, namun juga masalah kualitas susu segar yang masih rendah dengan angka kuman masih diatas 1 juta CFU/ml. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran peternak dalam menerapkan Good Farming Practises (GFP) dan Good Handling Practises (GHP) pada hasil susu serta rendahnya kualitas pakan. Permasalahan yang ketiga adalah harga jual susu di tingkat peternak yang masih rendah, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk harga pakan dan pemeliharaan sapi perah. Hal ini disebabkan karena pemasaran susu peternak sebagian besar tergantung pada IPS (Industri Pengolahan Susu). Di samping itu skala usaha pemelihara-an ternak yang belum ekonomis.

Doc. Husbandry

H. Ahmad Afaroaitum, S.Pt. MM. juga menyampaikan bahwa tantangan swasembada susu 2020 khususnya di daerah Banyumas adalah keterbatasan modal, sebenarnya peternak memiliki lahan dan rumah namun tidak memiliki

sertifikat. Padahal perbankan sendiri membutuhkan sertifikat ini untuk membantu peminjaman modal. Inilah yang menjadi hambatan dalam usaha peternakan sapi perah khususnya di daerah Banyumas. Hal lainnya adalah keseriusan peternak dalam beternak sapi perah, mensosialisasikan kepada generasi muda untuk membiasakan diri mengonsumsi susu. Mengatasi permasalahan tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan solusi terkait kurangnya produksi adalah dengan memacu sentra pemeliharaan sapi perah yang kini populasinya baru mencapai 500 ribu ekor dengan jumlah sapi perah yang idealnya mencapai 2 juta ekor. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan memproduksi sapi perah unggul melalui Uji Zuriat yaitu mengukur kemampuan genetik ternak sapi perah jantan melalui produksi anak betinanya. Alternatif lain untuk menambah populasi adalah impor induk sapi perah.

kompetitif jika kualitasnya rendah. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan kualitas susu di tingkat peternak, pemerintah telah menyediakan dana pembinaan baik di pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten, serta menyediakan tenaga pendamping bagi peternak sapi perah di sentra-sentra peternakan agar kualitas susu peternak tetap terjaga. Diluar itu, tentu masih banyak yang bisa dilakukan pemerintah, seperti memberikan subsidi biaya kesehatan hewan dan jasa dokter hewan kepada peternak, menyediakan lahan untuk tanaman pakan ternak dengan berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan, BUMN Perkebunan, serta menyediakan pakan konsentrat dengan harga terjangkau

Pemerintah dalam hal ini sudah memfasilitasi kredit berbunga rendah melalui Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Pemerintah juga memfasilitasi pembentukan kelompok peternak di sentra-sentra peternakan sapi perah. Pembentukan kelompokkelompok yang saling bersinergi, diharapkan dapat meningkatkan skala usaha pe-meliharaan menjadi lebih ekonomis.

Pemerintah memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana (TPS dan peralatannya), pelatihan bagi peternak untuk menerapkan GFP dan GHP, serta memfasilitasi penanggulangan penyakit zoonosis (brucellosis dan tuberculosis), semua itu dilakukan untuk penyediaan susu yang berkualitas. Swasembada susu bukan sekadar bercita-cita tentang kemandirian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan susu, akan tetapi terkait tentang banyak hal, mulai dari pemenuhan gizi masyarakat, memperkuat ketahanan pangan, menghemat devisa, hingga mendorong industri unggulan pengolahan susu yang terintegrasi.

Para peternak tidak akan mampu menghasilkan susu dengan harga

(Ricky dan Taufik/HUS)

padatan susu dengan peningkatan sebesar 6% atau total padatan susu kambing 20%. Total padatan susu kambing sebesar 20% memiliki kadar air paling rendah (59%), menghasilkan yield keju paling tinggi (42,24%) dan derajat keasaman (pH) paling sesuai (4, 37). Peningkatan total padatan susu dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan penambahan susu skim. Penambahan susu skim sebanyak 2,0-3,5% akan menurunkan kadar air sehingga mampu meningkatkan nilai gizi dan memperbaiki kekentalan, tekstur dan bentuk yogurt yang dihasilkan. Penambahan susu skim ini bertujuan untuk menaikkan kadar protein, lemak, abu, total asam laktat dan berat kering tanpa lemak. Semakin tinggi konsentrasi susu skim dan waktu fermentasi yang semakin lama, maka terjadi peningkatan protein, sehingga mampu meningkat-

kan kualitas produk yang dihasilkan. Susu skim mampu menaikkan bahan kering dalam produk sehingga kadar air dalam produk menjadi berkurang dan yield meningkat.

Yield keju sangat penting untuk mengukur efisiensi dan kelayakan ekonomi dari pembuatan keju. Yield keju merupakan perbandingan antara bobot keju yang dihasilkan dengan volume bahan baku susu yang digunakan. Yield/hasil produk dihasilkan dari bahan kering bahan (total padatan), sehingga susu dengan bahan kering lebih banyak menghasilkan yield lebih tinggi, sebaliknya susu dengan bahan kering rendah (kadar air tinggi) menghasilkan yield rendah karena air akan keluar bersama whey. Yoghurt cheese yang dibuat dari susu dengan bahan padat rendah, maka kadar air akan meningkat

sehingga akan menyebabkan viskositas yoghurt menurun. Sifat fisik yoghurt atau yoghurt cheese yang dipandang oleh produsen yaitu viskositas/ konsistensi koagulum itu adalah sangat penting, secara umun semakin tinggi tingkat padatan dalam campuran yoghurt maka semakin besar viskositas/ konsistensi produk yang dihasilkan. Total padatan susu normal dengan kandungan bahan padat paling rendah yaitu 14% mengandung kadar air paling tinggi (64,82%) akan menghasil-kan viskositas yang lebih rendah dibanding total padatan susu yang sudah ditingkatkan. Susu dengan total padatan yang lebih tinggi memiliki komposisi dan kualitas yang lebih baik dibanding susu normal yang tidak dinaikkan total padatan-nya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kenaikan total padatan susu mampu menurunkan kadar air dan menaikkan yield yoghurt cheese susu kambing, sehingga kualitas produk yang dihasilkan menjadi lebih baik. Hasil terbaik ditunjukkan oleh yoghurt cheese yang dibuat dari total padatan susu paling tinggi yaitu 20% yang menghasilkan keju dengan kadar air dan pH paling rendah serta yield paling tinggi. Yoghurt cheese dapat dikembangkan sebagai salah satu produk pengolahan susu kambing yang bersifat fungsional dengan nilai gizi tinggi dan memberi efek kesehatan yang baik bagi konsumennya. (Atin/Hus)

42 HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

41

doc. Google picture


S

egenap sivitas akademika Unsoed sangat berharap kepada Rektor terpilih untuk memajukan dan membangun pencitraan nama Unsoed kembali. Hal ini dikarenakan beberapa waktu terakhir, institusi pendidikan tinggi yang memiliki jargon “World Class Civic University” menjadi fokus perhatian masyarakat lantaran Rektor Unsoed sebelumnya, Edy Yuwono, ditahan karena terlibat dalam penyalahgunaan dana kerja sama antara Unsoed dengan PT. Antam (Aneka Tambang). Kedepannya diharapkan rektor yang terpilih dapat membangun lagi nama besar Unsoed yang sempat jatuh, menjadi Unsoed yang lebih baik lagi. Tahun 2014, Unsoed yang telah memulai pergerakan membangun citra semenjak dinahkodai oleh Mas Yedi Sumaryadi berusaha agar bisa “berstandar” dengan mengikuti aturan yang diterapkan oleh Kemendikbud. Ditemui oleh LPM Husbandry, Achmad Iqbal yang masih memiliki masa bakti sebagai Dekan Faperta hingga Agustus 2014 mendatang mengungkapkan bahwa tugas rektor terkini ialah melaksanakan aturan yang telah dicetuskan. Beliau mengacu pada Permendikbud Nomor 21 Tahun 2014 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) dimana Unsoed tersurat akan “mengayomi” duabelas fakultas. Terpilihnya empat fakultas baru lewat pemekaran dari naungan tiga fakultas sebelumnya, dinilai memiliki keunggulan yang telah cukup mumpuni. Adapun empat fakultas yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan (FPIK) dan Fakultas Matermatika dan Ilmu Pengetahuan

42

Doc.Husbandry

MENYOAL TUGAS TERKINI DAN HARAPAN BAGI

REKTOR Alam (FMIPA) “Buat empat fakultas yang nanti ada, terpilih dikarenakan sudah memiliki gedung dan tinggal dipoles saja sesuai kebutuhannya”, tutur Achmad Iqbal. Achmad Iqbal tak menampik bahwa kebijakan duabelas fakultas sangat berat. Namun peraturan haruslah dijalankan walaupun pemikiran keras menghinggapi baik dari segi fasilitas, sumber daya hingga keuangan yang harus dipenuhi sesegera mungkin. Disamping itu, Unsoed pun telah “menciptakan jurusan kependidikan” baru dengan versi terpisah. Lewat pendidikan olahraga, ekonomi dan bahasa indonesia dengan induk fakultas yang juga berbeda-beda tentunya. Tidak akan menjadi hal yang aneh jika sebuah universitas akan mendirikan program studi (prodi) tambahan. Namun, hal tersebut menjadi rancu ketika Unsoed lewat tangan fakultas yang belum memiliki pengalaman di bidang kependidikan justru mendirikan prodi tentang kependidikan.

Apakah ini hasrat murni untuk menelurkan calon pendidik?, penambah pemasukan lewat mahasiswa? atau bahkan hanya karena pandangan akan “pasar” kebutuhan guru yang sedang menanjak popularitasnya?. Menanggapi hal ini, Achmad Iqbal mempersilahkan LPM Husbandry untuk menanyakan ke Dekan masingmasing dimana jurusan itu berada. Ia mengaku tidak tahu mengenai jurusan pendidikan dikarenakan sebelum dia menjabat, jurusan itu sudah berdiri. Lanjutnya, fokus masih diberikan kepada penambahan empat fakultas baru. “Kedepan ya harus berdiri sendiri, tidak dicampur jadi satu, pendidikan itu kiblatnya jadi guru, sudah jelas itu kan beda”, tuturnya. Seyogyanya, sebagai Rektor terpilih ia harus secepat mungkin mengetahui segala bentuk perubahan di kapal yang akan dinakhkodai.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

dengan populasi ternak potong yang sudah mencapai jutaan ekor. Maka dari itu, perlu adanya dorongan untuk meningkat-kan jumlah populasi ternak sapi perah agar kebutuhan susu nasional dapat terpenuhi. Program swasembada susu menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan hal tersebut. Selain itu, jumlah susu impor saat ini masih besar. Tercatat tahun 2011 jumlah impor susu sebesar 247.495.230 kg. Namun mengalami peningkatan impor yang sangat drastis di tahun 2012 menjadi 386.116.371 kg. Nilai tersebut merupakan nilai 70% impor dari total kebutuhan industri dalam negeri. Sehingga alasan ini pula yang memperkuat untuk melakukan swasembada susu agar kran impor susu dapat ditekan. Namun disayangkan, data statistik impor dan ketersediaan susu ternyata saat ini belum pasti dan hanya sekedar perkiraaan. Jadi, tidak heran jika ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa impor susu saat ini masih 70%, ada pula yang mengatakan 77 %. Kenapa di Tahun 2020? Swasembada susu dirancang pada tahun 2020 untuk dapat memenuhi sebesar 50% dari

kebutuhan susu nasional. Saat ini diperkirakan kebutuhan susu dalam negeri 77% dipasok dari impor dan 23% dipasok dari dalam negeri. Walaupun pengguna susu impor terbanyak adalah industri pengolahan susu, namun mereka juga menggunakan pasokan susu dengan jumlah terbatas dari peternak lokal karena jumlah pasokan yang belum mencukupi dan masalah kualitas susu. Diperkirakan pada tahun 2020 permintaan/kebutuhan susu dalam negeri akan meningkat sampai 6 juta ton pertahun atau sekitar 23 liter/kapita, sementara jumlah produksi dalam negeri masih stagnan pada angka 1 juta ton atau hanya 10%-16% dari kebutuhan nasional jika tidak dilakukan langkah-langkah progresif untuk pengembangan persusuan di dalam negeri. Bungaran Saragih mengungkapkan bahwa, pencapaian swasembada susu 2020 merupakan sebuah omong kosong belaka dan hal yang mustahil serta belum dipikirkan dengan baik. Hal ini dikarenakan data yang mendukung untuk swasembada susu tidak ada. H. Ahmad Afaroaitum, S.Pt., MM., selaku Kepala Koperasi Pesat (Peternak Satria) yang merupakan koperasi susu di daerah Banyumas, menungkapkan pula bahwa beliau pesimis tahun 2020 akan tercapai swasembada susu. “Terlalu pendek waktu penentuan target swasembada susu di tahun 2020. Hal ini dikarenakan melihat situasi peternak sapi perah dilapangan yang masih kurang berkembang” ujar H. Ahmad Afaroaitum, S.Pt., MM. Penyusunan rancang bangun pemenuhan 50% kebutuhan susu nasional tahun 2020 menuju swasembada susu merupakan program/kegiatan pembangunan lintas kementerian, dilaksanakan

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

seluruh stakeholder yang ditujukkan untuk meningkatkan produksi susu secara nasional, kesejahteraan peternak sapi perah, berkontribusi terhadap penurunan devisa negara dan terpenuhi sedikitnya 50% kebutuhan susu nasional. Melalui penyusunan rancang bangun swasembada susu tersebut, diharapkan akan mampu menjawab isu-isu terkait lost generation, penegakkan kedaulatan pangan, peningkatan daya ungkit ekonomi, persiapan tuntutan globalisasi ekonomi Asia Pasifik 2020. Tantangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengungkapkan bahwa tantangan yang paling mendasar dari program swasembada susu 2020 adalah bagaimana membangun idealisme ekonomi kerakyatan. Peternakan sapi adalah mata rantai ekonomi kerakyatan yang tak pernah putus, mengingat sebagian besar peternakan sapi perah di Indonesia terdiri atas peternak-peternak kecil, bahkan masih berskala rumah tangga. Membangun industri peternakan susu adalah membangun ekonomi kerakyatan. Pemerintah juga mendorong industri peternakan sapi perah secara terintegrasi, mengingat para peternak dalam negeri belum berkembang seperti peternak di negara-negara maju. Keterbatasan modal, tingginya harga pakan konsentrat, minimnya sumberdaya manusia, keterbatasan lahan hijau, minimnya rantai pemasaran susu, serta keterbatasan teknologi pengolahan kotoran hewan ternak adalah persoalan klise yang selama ini menghambat para peternak. Permasalahan yang terjadi dalam swasembada susu 2020

11


SUSU 2020

MIMPI SWASEMBADA 10

K

onsumsi protein hewani sangat penting bagi suatu bangsa, karena dengan mengkonsumsi makanan berprotein hewani dapat meningkatkan kecerdasan suatu bangsa. Ir. Sri Utami, MP., salah satu dosen Fakultas Peternakan Unsoed mengatakan bahwa tingkat konsumsi protein hewani dapat mempengaruhi tiga aspek kehidupan, yakni status gizi masyarakat, kecerdasan dan umur harapan hidup. Salah satu komoditas pangan sumber protein hewani adalah susu.

Melihat situasi Indonesia yang saat ini tingkat konsumsinya sangat rendah dan sebagian besar susu di Indonesia berasal dari impor, maka pemerintah merancang suatu program Swasembada Susu 2020. Banyak pro dan kontra dalam penentuan kebijakan tersebut, namun kita perlu menilik apa dan bagaimana program ini dapat tercetuskan serta memungkinkan dapat terealisasikan atau tidak. Mengingat tahun 2014 ini, program swasembada daging sapi dan kerbau pun gagal terealisasikan, sehingga membuat munculnya keraguan akan te-realisasinya Swasembada Susu 2020. Awal Mula

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengungkapkan bahwa program Swasembada Susu 2020 merupakan program yang dicetuskan pada

dibenahi. Selain itu fasilitas ruang kelas yang ber-AC harus disegerakan sebagai bentuk kenyamanan. Karena bagaimanapun juga bentuk institusi pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran peserta didik (mahasiswa-red) sebagai poros yang harus diutamakan.

saat Workshop Persusuan dalam rangka memperingati Hari Susu Nusantara tahun 2012 di BBPTU-HPT Baturraden. Saat itu ada 'desakan' dari para stakeholder yang terdiri dari perguruan tinggi, Litbang, pemerintah pusat dan daerah, asosiasi, dan praktisi untuk merancang program swasembada susu tahun 2020. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat ini negeri kita memang masih defisit susu. Konsumsi susu masyarakat kita juga masih sangat rendah jika dibandingkan n eg ar a tetan g g a s ep er ti F ilip in a, Malaysia, Singapura dan Thailand. Demikian pula dengan bahan baku susu olahan. Setiap tahun tak kurang dari 1,85 juta ton bahan baku susu diimpor, terutama dari Australia dan Selandia Baru. Jumlah bahan baku susu yang diimpor mencapai 70% dari total kebutuhan industri pengolahan susu dalam negeri. Jika situasi ini dibiarkan tanpa adanya intervensi atau terobosan yang berarti dari pemerintah, maka diperkirakan Indonesia akan semakin tenggelam dalam negara net-importer. Secara statistik, jumlah populasi ternak perah di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami peningkatan. Berdasarkan data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) 2013, jumlah populasi ternak perah dari tahun 2009 sampai 2012 berturut-turut adalah 474.701; 488.448; 597.2123; 611.939 ekor. Kondisi ini tentu masih sedikit jika dibandingkan

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

Fasilitas Penunjang dan UKT Berbicara mengenai Unsoed yang menambah fakultasnya, tentu tak bisa dilepaskan akan singgungan dengan segala bentuk fasilitas yang akan hadir menyapa. Harapan akan fasilitas penunjang, diungkapkan oleh Irfina Mardani (Perikanan dan Kelautan 2012) perihal Jurusan Perikanan dan Kelautan (JPK) yang nantinya bermetamorfosa menjadi FPIK. Menurutnya, fasilitas sangat diperlukan sebagai bentuk kemajuan prodi menjadi fakultas. Hal ini menjadi urgensi agar kalimat “fakultas” tidak hanya sekedar “label”. “Contohnya selama praktikum, terlebih keluar kota, kita butuh alat-alat yang penting, tapi justru gak tersedia. Selain itu, fasilitas kelas dan laboratorium juga diperhatikan supaya lebih nyaman”, tambah Irfina. Seakan mengamini pernyataan sebelumnya, Ita Rachmantari selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Resource Management Aquatic (Himarestic JPK) berujar agar fasilitas seperti penyediaan alat-alat praktikum harus segera

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Contoh lain ialah permasalahan kisruh Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang hingga kini masih saja menimpa mahasiswa Unsoed secara luas. Sistem UKT sendiri bergulir semenjak tahun 2012 dan berlanjut hingga tahun ini. Menurut Yopi (Agroteknologi 2012), tugas terkini yang harus dibenahi ialah kisruh sistem UKT yang berjalan. Ia mencontohkan dengan adanya penarikan biaya praktikum ke luar kota, tidak hanya di Agroteknologi, melainkan di jurusan dan fakultas lain pun juga demikian. Menurutnya, praktikum ke luar kota dibutuhkan agar mahasiswa Unsoed bisa memiliki wawasan lebih. “Apapun alasannya, segala bentuk penarikan di luar biaya UKT menyalahi sistem UKT itu sendiri. Apa bedanya sistem UKT dengan SPP jika seperti ini?. Jika memang tidak siap dengan sistem UKT, silahkan kembalikan ke sistem SPP ”, tambah Yopi. Mengenai harapan terhadap rektor baru, Septiyan (Presiden BEM Fapet) berpendapat bahwa, “Kinerja Rektor lebih baik yakni dengan tidak adanya perbedaan atau diskriminasi antar fakultas di Unsoed. Selain itu, perkembangan dari tiap-tiap fakultas juga perlu diperhatikan dan ditelaah pembangunannya. Diharapkan tidak ada perbedaan yang cukup menonjol di setiap gedung fakultas”. “Selain itu, keuangan harus transparan, nantinya bisa terbuka pada publik tanpa harus ada yang ditutupi.

Jika perlu, menggandeng KPK dalam hal keuangan untuk mewujudkan kampus bebas korupsi,” ujarnya Beberapa saran langkah konkrit untuk membuat Unsoed lebih maju dituturkan oleh Pembantu Dekan III Fapet Unsoed agar bisa menunjang , “Untuk Unsoed yang lebih maju itu harus melalui dua jalur, yakni komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal direalisasikan dengan dibenarkannya akomodasi, kepercayaan diri juga perlu ditingkatkan karena kejadian kemarin menimbulkan turunnya kepercayaan diri. Sedangkan untuk komunikasi eksternal dapat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Kerja Praktek (KP). Diusahakan KKN tidak hanya di area Jawa, pembagiannya merata untuk seluruh Indonesia. Karena KKN termasuk salah satu publikasi yang tepat untuk mempromosikan nama Unsoed. Jika memungkinkan KP juga dilaksanakan di beberapa desa di luar daerah” ujar Dr. Drh. Muhamad Samsi, M.P. Harapan dan saran yang telah disampaikan, menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh rektor baru terpilih. Karena pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat membuat nyaman dan menerima berbagai macam saran serta kritik dari orangorang yang akan dipimpinnya. Tidak kalah penting pemimpin di bidang kependidikan selayaknya menjalankan amanat Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Beliau berpesan, Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya M a n g u n K a r s a d a n Tu t Wu r i Handayani. Bukan sebaliknya menjadi pemeras, otoriter, apalagi sebagai pengekang kegiatan mahasiswa. (Anis,Melati, dan Iqbal/Hus)

43


Pertumbuhan bobot badan pada sapi merupakan kunci utama agar dapat meningkatkan kualitas atau performa sapi bibit maupun penggemukan. Faktor pakan sangat menentukan pertumbuhan, apabila kualitas pakan baik dan diberikan dalam jumlah cukup, maka pertumbuhan akan semakin cepat. Sebaliknya apabila kualitas pakan jelek dan diberikan dalam jumlah yang kurang, maka pertumbuhan akan menjadi lambat. Pakan yang mempunyai kandungan protein dan energi yang tinggi sangat berpengaruh pada pertumbuhan sapi muda, karena pada sapi yang masih muda sebagian besar nutrisi digunakan untuk pertumbuhan otot, tulang dan lemak. Sedangkan sapi yang sudah dewasa pertambahan bobot badannya berupa penimbunan lemak.

Berikut beberapa masalah yang dihadapi petani peternak rakyat sebut saja rudi (55 tahun) seorang peternak sapi potong yang memiliki beberapa kendala perihal pemberian pakan untuk ternaknya. Mengenai masalah tersebut Ir. Tri Raharjo Sutardi, SU sebagai salah satu dosen peternalan memberikan solusi. Berikut pembahasanya:

Sapi yang baru saya beli nafsu makannya sangat kurang dan harus menunggu selama 2 minggu agar nafsu makannya baik, mengapa terjadi demikian?

1.

Ternak yang baru dibeli lebih-lebih dari pasar hewan pada umumnya megalami stress, karena sapi itu dipindahkan/dibawa dengan kendaraan atau kurang makan dan kurang minum dari kebiasaannya. Apabila di timbang, bobot badannya biasanya menurun.

Kiat dalam membeli sapi disamping tanda-tanda fisik yang baik, perlu diketahui dari penjualnya tentang asal sapi dari mana. Hal ini untuk memperkirakan kondisi lingkungan dan pakan asal sapi. Menurut pendapat saya Desa Gandatapa itu daerah yang agak dingin jadi kalau Bapak membeli sapi asal daerah panas, sapi akan menyesuaikan terhadap lingkungan yang baru. Sapi yang dipelihara di daerah panas biasanya diberi pakan

44

hijauan jerami jadi kalau diberi rumput perlu penyesuaian pula. Sapi yang tidak biasa diberi konsentrat pada awalnya juga tidak mau makan. Tetapi apabila membeli sapi dari daerah yang kondisinya mirip dengan desa Gandatapa, sapi tidak lama untuk menyesuaikan dirinya. Untuk merangsang nafsu makan perlu ada kiat, misalnya pakan hijauan/jerami ditambah air garam atau diberi sedikit tetes. Pengalaman Bapak menunggu dua minggu karena sapi stressnya sudah hilang, jadi sapi sudah mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Saran saya untuk memperbaiki kesehatan dan kondisi sapi dari luar daerah, sapi yang baru itu perlu diberi obat cacing.

2.

Pakan yang kami beri hanya rerumputan, jerami padi dan terkadang ampas tahu kira-kira adakah alternatif pakan yang lain?

Tentang pemberian pakan, Bapak kadang-kadang memberi tambahan konsentrat berupa ampas tahu. Pemberian pakan konsenrat yang tidak berkelanjutan tidak akan memberi pengaruh. Tetapi kalau pemberiannya berkelanjutan akan kelihatan pengaruhnya, yaitu sapi akan menjadi cepat gemuk. Ampas tahu termasuk pakan tambahan yang berkualitas baik karena sebagai sumber energi dan protein. Pakan tambahan untuk sapi yang perlu adalah tambahan sumber energi untuk

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

pemantauan dan pengendalian perkembangan harga komoditas ternak dan daging sapi. Disamping itu sistem transportasi ternak yang masih perlu dibenahi. Program swasembada merupakan program yang memerlukan persiapan-persiapan dalam pengaplikasiannya. Sebelum menginjak keputusan untuk swasembada, perlu dilakukan persiapan yang baik dan sistematis. Prof. Dr. Ir.Bungaran Saragih mengungkapkan bahwa, “Sebelum melaksanakan swasembada daging perlu adanya persiapan dari berbagai sektor, antara lain kesiapan peternak, penyediaan bibit yang unggul, sistem pertanian yang bagus, SDM yang berkualitas, sarana dan prasarana pendukung. Setelah semua itu siap, baru pemerintah dapat mencanangkan swasembada daging beberapa tahun kemudian. Bukan mencanangkan swasembada daging terlebih dahulu, kemudian baru membuat persiapan-persiapannya.� Sebenarnya ada 14 strategi khusus untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau 2014 yang dicanangkan oleh pemerintah yakni: (1) Pe-ngembangan dan penerapan Good Breeding Practices; (2) Penguatan Kelembagaan Perbibitan; (3) Manajemen pemeliharaan ternak

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM, serta kelembagaan IB melalui berbagai pelatihan untuk meningkatkan kompetensi kelembagaan IB dan diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana, optimalisasi kegiatan, pembinaan SMD dan pengelolaan limbah; (4) Pengembangan complete feed pada ternak perah untuk meningkatkan produksi sapi perah; (5) Pengembangan pakan konsentrat; (6) Penyediaan benih pakan hijauan berkualitas melalui perbaikan sumber benih dan mendorong partisipasi masyarakat untuk mengembangkan pakan berkualitas dan perluasan areal kebun HPT; (7) Integrasi ternak tanaman; (8) Pengembangan padang penggembalaan; (9) Pengembangan Teknologi Pakan; (10) Pengembangan Water Reservoir; (11) Pengurangan tingkat kematian ternak sebagai akibat penyakit he-wan menular untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak; (12) Penurunan tingkat kesakitan ternak sebagai akibat penyakit hewan tidak menular tetapi merugikan secara ekonomis; (13) Pengawasan terhadap pemotongan sapi betina produktif sekaligus untuk meningkatkan status hygiene dan sanitasi RPH dalam rangka penyediaan daging yang ASUH; (14) Peningkatan indeks

distribusi yang bertujuan untuk meningkatkan potensi ternak lokal untuk me-masuki tata niaga formal antara lain melalui pasar hewan, rumah potong hewan dan pasar daging. Namun, tetap saja masalah kurangnya koordinasi teknis dengan instansi lain dan anggaran menjadi masalah utama yang tak kunjung terselesaikan. Ir. Agus Priyono MP. mengungkapkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari gagalnya swasembada daging bagi masyarakat, khususnya sektor ekonomi yakni dengan masih tingginya harga daging karena permintaan yang tinggi sedangkan ketersediaannya sedikit. Jika kran impor dibuka kembali, maka petani peternak akan tertekan karena akan kalah saing dengan sapi impor. Dikatakan pula bahwa Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan harus mengetahui aspek-aspek yang menjadi power dan aspek-aspek yang menjadi kelemahan agar setiap kebijakan yang diambil dapat terlaksana dengan baik. (Taufik dan Ricky/HUS)

Kunjungi Kami di :

www.husbandrynews.com @LPMHusbandry /LPMHusbandry

ď ? ď ƒ

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

9


Doc.Husbandry tinggi, rendah kolesterol dan Doc.Husbandry memiliki siklus reproduksi yang cepat. Tinggal membutuhkan kerja ekstra dalam mensosialisasikan daging kelinci untuk konsumsi yang masih dianggap tabu dan kurang diminati oleh masyarakat. Sesuai dengan peraturan perundangan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bertugas untuk mengamankan kondisi stock sapi potong dan kerbau sesuai dengan perhitungan teknisnya. Pada tataran ini, Ir. Agus Priyono MP. stock sapi dan kerbau tahun 2014 cukup aman dan tersedia. Berdasarkan perhitungan potensial stock sapi dan kerbau akan setara dengan daging sebanyak 530,55 ribu ton. Namun apabila tidak ada upaya perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi diperkirakan realisasi produksi daging sapi dan kerbau lokal hanya 462 ribu ton atau 87,08% dari potensial stock tersebut. Dengan perkiraan kebutuhan daging sapi sebesar 575,88 ribu ton, perkiraan produksi tahun 2014 terhadap kebutuhan daging menjadi sebesar 80,23% sehingga jumlah maksimal daging sapi yang perlu diimpor tanpa upaya perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi menjadi 113,88 ribu ton (19,77%). Kebutuhan Jika menilik program swasembada impor maksimal ini bisa berupa sapi daging yang ditujukan untuk bakalan 60% (68,33 ribu ton) dan pemenuhan gizi masyarakat sisanya dalam bentuk daging beku Indonesia, masih ada komoditas lain untuk HOREKA sebesar 40% (45,55 yang lebih tepat dan potensial dalam ribu ton). Kemajuan perkembangan memenuhi kebutuhan gizi terutama pencapaian program swasembada protein hewani yakni kelinci. Ir. Agus daging sapi, yaitu pada tahun 2010 Priyono MP., menuturkan bahwa impor daging sapi sebanyak 53,05%, kelinci sangat potensial apabila tahun 2011 impor turun menjadi dijadikan produk utama dalam 34,91%, selanjutnya pada tahun memenuhi kebutuhan gizi asal 2012 impor kembali turun menjadi hewan. Hal ini dikarenakan daging 18,63%. Sejak tahun 2013 kelinci memiliki protein yang cukup

8

mekanisme importasi daging mengalami perubahan, semula besaran importasi daging baik dalam bentuk daging beku maupun sapi bakalan berdasarkan kekurangan supply dari produksi dalam negeri, kini besaran importasi diukur berdasarkan harga referensi. Jumlah kebutuhan impor tersebut seharusnya bisa ditekan apabila dilakukan upaya perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi sehingga dapat memaksimalkan potensial stock sapi dan kerbau yang ada, yakni setara dengan daging sebanyak 530,55 ribu ton. Kebutuhan impor akan menurun menjadi 45,33 ribu ton atau sama dengan 7,87% (sapi bakalan setara daging sebesar 27,19 ribu ton (60%) dan daging beku untuk HOREKA menjadi hanya 18,13 ribu ton (40%). Dengan kata lain, pada tahun 2014 target produksi daging sapi tercapai sebesar 530,55 ribu ton atau 92,13% dari total kebutuhan daging sapi. Evaluasi Penyediaan ternak sapi dalam negeri sebenarnya cukup potensial, namun penanganan dari tahun ketahun masih belum optimal. Hal ini terbukti dengan gagalnya program swasembada daging selama 2 periode pemerintahan. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, gagalnya swasebada daging tahun 2005-2010 dikarenakan belum optimalnya kinerja ternak lokal yang antara lain disebabkan kurangnya dukungan kinerja kebijakan teknis, kebijakan makro dan anggaran. Sementara untuk swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014 belum terwujud dikarenakan masih kurangnya koordinasi dengan instansi teknis lain dan dukungan kebijakan penganggaran, pengawasan terpadu jalur tata niaga ternak dan daging sapi, serta

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

3.

Rata-rata peternak disini hanya peternak sampingan dan untuk pencarian pakannya masih merumput (ngarit) sehingga ternak yang dimiliki 1-2 ekor, ketika ingin memiliki jumlah yang lebih kami tidak ada tenaga untuk merumput. Adakah solusinya pemberian pakan selain merumput?

Doc.Husbandry

membantu mencerna rumput/jerami yang dikonsumsi. Sumber energi yang murah misalnya singkong, onggok/ gaber, dedak padi, dedak jagung, kulit kopi. Pemberian-nya kalau dedak padi 2-8kg/ekor/hari. Apabila baru mampu memberikan tambahan 2kg/ekor/hari, pagi satu kilogram, sore satu kilogram dicampur dengan air dan sedikit garam dapur. Kalau gaber basah, misalnya 4kg pagi dan 4kg sore tanpa campur air. Pertambahan bobot yang diharapkan untuk sapi yang diberi pakan optimal mencapai 0,9-1,0 kg/ekor/hari. Kalau untuk sapi Simmental perlu diberikan 1,5kg/ ekor/hari. Apabila pakannya rumput/jerami saja pertambahan bobot badannya rendah sehingga butuh waktu lama untuk penggemu-kan. Jerami padi dapat ditingkatkan nilai nutrisinya dengan amoniasi agar tidak merumput (ngarit) setiap hari.

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

Membuat jerami amoniasi, caranya yaitu dengan menggunakan jerami padi yang kering. Jangan yang basah atau masih hijau karena daya serap terhadap larutan urea rendah. Sedangkan jerami kering daya serapnya tinggi karena yang dibutuhkan adalah daya serapnya sehingga larutan urea meresap ke dalam jerami. Seratus kilogram jerami kering, dibutuhkan air 50 liter dan pupuk urea 1,5kg. Cara pembuatan: masukkan 1,5kg pupuk urea ke dalam air 50 liter, aduk sampai larut. Larutan tersebut mengandung urea 3%. Selanjutnya larutan tersebut diratakan pada 100kg jerami. Supaya merata maka jerami ditata dalam ruangan yang lantainya kedap air setinggi 50cm, kemudian disiram dengan larutan urea sambil diinjak-injak supaya padat. Kemudian susun kembali jerami kering diatasnya

dan disiram lagi dengan larutan sisanya, demikian sampai jerami tersiram rata oleh larutan tersebut. Setelah itu jerami ditutup dengan plastik supaya gas amoniak yang terbentuk tidak terbang kemana-mana. Tunggu sampai 21 hari baru jerami dibuka. Apabila Bapak hendak membuat jerami amoniasi sampai 1ton, maka tempat pembuatan, air dan ureanya menyesuaikan. Jerami amoniasi berwarna lebih coklat, lebih lunak dan lembab. Pemberian pada sapi harus di anginanginkan terlebih dahulu supaya gas amoniaknya hilang. Pemberian pakan amoniasi jerami disarankan perlu penambahan pakan konsentrat. Jerami amoniasi kering dapat diberikan antar 6-8 kg/ekor/hari.

Doc.Husbandry

Pemberian pakan yang baik dan efisien dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan performa pada sapi potong. Demikian upaya – upaya peningkatan performa sapi potong melalui pola strategi pemberian pakan semoga bermanfaat, tidak hanya para peternak namun seluruh masyarakat dan selamat beternak sampai berhasil. (Anggi/Hus) 45


daging 2010 yang telah dibuat oleh Dr. Ir. H. Anton Apriantono, MS. Setahun setelah Ir. H. Suswono, MMA menjabat, tepatnya 2010, program yang telah dirintis oleh menteri sebelumnya gagal tercapai. Kemudian Menteri Pertanian Ir. H. Suswono, MMA mencanangkan kembali program swasembada daging 2014. Dalam RPJM 20102014 Kementerian Pertanian, memiliki Program Empat Sukses yang ingin dicapai dan salah satunya adalah “Peningkatan Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan”. Program swasembada daging sapi dan kerbau dilaksanakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan peternak sapi/kerbau melalui pemberdayaan peternak dan mengoptimalkan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi dan kerbau lokal.

46

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI/2014

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

swasembada komoditas strategis yakni padi, jagung, gula dan kedelai”, ungkap Bungaran Saragih. Beliau sangat mendukung dengan adanya swasembada daging. Namun menyayangkan dalam penetapan tahun pencapaian swasembada daging di tahun 2014 tidak realistis dan terlalu bermuatan politik. Beliau juga menganggap sapi dan kerbau tidak tepat dijadikan kebutuhan strategis untuk swasembada, karena masih ada beberapa komoditas lain yang lebih potensial dan realistis dibandingkan sapi dan kerbau. Hal senada dilontarkan oleh dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Ir. Agus Priyono MP., yang mengatakan bahwa pemilihan komoditas sapi dan kerbau untuk dijadikan program swasembada dinilai kurang tepat, terutama komoditas kerbau. Hal tersebut dikarenakan daging kerbau kurang diminati oleh masyarakat karena tekstur daging yang kasar. Kemudian dari segi pemeliharaan, ternak kerbau memiliki siklus reproduksi yang cukup lama dan memiliki sifat silent heat. Doc. Husbandry

“Pemerintah mengusahakan agar sebanyak mungkin rakyat menyelenggarakan peternakan”

Tujuan itu diharapkan dapat dicapai melalui upaya-upaya sistematis dengan mempertimbangkan azas supply demand dan azas dinamika populasi ternak. Akan tetapi program tersebut kembali gagal tercapai. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014 diharapkan dapat mendorong tiga aspek utama, yakni (1) Pemberdayaan peternak yang diarahkan pada kegiatan peningkatan daya saing dan partisipasi masyarakat melalui peningkatan kapasitas dan kelembagaan SDM peternakan dan kelompok peternak dengan berbagai pelatihan; (2) Peningkatan aspek kuantitas (populasi dan produksi ternak sapi/kerbau) dan peningkatan aspek mutu (dihasilkannya daging sapi/kerbau yang memenuhi persyaratan ASUH : Aman, Sehat, Utuh dan Halal); (3) Berkelanjutan, yaitu swasembada tidak hanya pada tahun 2014 tetapi akan terus berkelanjutan dengan mempertimbangkan pendapatan per kapita masyarakat, akuntabilitas pendapatan dan parameter teknis lainnya yang tidak mengganggu pertumbuhan alami populasi ternak. Gagalnya swasembada tahun ini sudah dapat diprediksi oleh beberapa pengamat. Bahkan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih selaku Menteri Pertanian RI (periode 2001-2004) menyatakan bahwa perencanaan swasembada daging bukanlah sebuah komoditas strategis. “Ketika saya menjabat menteri pertanian, sapi bukan merupakan komoditas strategis melainkan komoditas elit dikarenakan PBBH (pertambahan bobot badan harian) sapi kecil dan pelaku yang terlibat sedikit. Sehingga kami hanya mencanangkan

Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec

7


Doc. Husbandry

DOC. HUSBANDRY

Rubrik

Doc. Husbandry

T

6

tersebut memang sudah diduga oleh beberapa pengamat bahwa 2014 ini pemerintah pasti gagal untuk swasembada daging. Namun, pemerintah selalu memberikan tanggapan optimis tahun 2014 akan sukses terlaksana. Kebutuhan Strategis Canangan swasembada daging dimulai sejak tahun 2005 semenjak menteri pertanian masih dijabat oleh Dr. Ir. H. Anton Apriantono, MS. Beliau mencanangkan akan merealisasikan swasembada daging pada tahun 2010. Tetapi pada tahun 2009, beliau harus digantikan oleh menteri pertanian yang baru yakni Ir. H. Suswono, MMA dengan tetap melanjutkan program swasembada

HUSBANDRY No. 20 TH XXVI /2014

?

ahun 2014 menjadi tahun yang Rubrik Rubrik penting bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi insan peternakan. Karena tahun ini seharusnya menjadi tahun yang sangat menggembirakan bagi masyarakat Indonesia yang akan menyambut swasembada daging 2014. Akan tetapi belum menginjak awal tahun 2014, Dirjen Peternakan melalui Kementerian Pertanian menyatakan bahwa swasembada daging yang telah dicanangkan sejak 2005 gagal terealisasikan. Banyak sekali permasalahan yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini, sehingga canangan swasembada daging yang merupakan bagian dari rencana swasembada pangan Indonesia tidak dapat terlaksana. Keadaan






MEDIA ASPIRASI DAN KOMUNIKASI FAKULTAS PETERNAKAN

ISSN 0853-1145

9 770853 114001 >


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.