Kunjungi ! Laporan Utama
w w w.lpmedents.com
Kordents Vol. 8 Edisi 6 - 19 Juni 2016
100 Hari Kepengurusan Kabinet Harmonis BEM FEB, Apa Saja yang Sudah Dicapai? "Kepengurusan Irfan dan Yogi sudah sesuai dengan visi misinya yaitu Harmonis."-Galuh Novinda, Ketua Senat FEB Undip
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (BEM FEB) Universitas Diponegoro pada tangal 27 Mei 2016 kemarin memperingati 100 hari berjalannya Kabinet Harmonis yang dipimpin oleh Muhammad Irfan Priambodo dan Sayogya Notohatmodjo. Peringatan 100 Hari Kabinet Harmonis ini merupakan yang pertama kalinya dalam Kabinet BEM FEB. Lantas, apa saja yang sudah dicapai oleh BEM FEB Kabinet Harmonis dalam 100 hari pertamanya?
desa binaan dari tahun sebelumnya karena jarak yang dianggap lebih dekat dan bisa lebih intensif dalam membantu desa tersebut. Kedua, mereka membutuhkan waktu untuk menganalisis apa yang dibutuhkan desa tersebut serta menyamakan paradigma antara FEB dan aparat desa. Yang terakhir, mereka berharap dengan desa binaan ini bisa turut menunjang mahasiswa baru 2016 untuk gambaran awal tentang Tridharma Perguruan Tinggi.
Membangun Sistem dari Awal Selain berjalan cukup efektif, Irfan dan Yogi mengungkapkan bahwa kesulitan pertama yang dihadapi adalah mereka harus membangun semua sistem media sosial dari awal karena beberapa media sosial milik BEM terkena hack. “Mungkin teman-teman melihat instagram kita, Line kita jauh lebih efektif, OA Line kita pun ganti baru karena yang sebelumnya kena hack, itu salah satu kesulitannya. Kita dari followers 0 sampai sekarang menyentuh 1200 dalam waktu tiga bulan itu menurut kami merupakan suatu pencapaian yang luar biasa juga dari teman-teman Humas,” ujar Irfan. Senada dengan Irfan, Yogi menambahkan bahwa pada 100 Hari pertama ini yang paling sulit adalah branding. Terkait Permasalahan UKT dan SPI Mengenai Permasalahan UKT dan SPI yang sedang hangat dibicarakan, Irfan dan Yogi menilai justru itu adalah salah satu pencapaian dari teman-teman Kesma yang lebih sigap dan lebih giat mengawal masalah ini. Selain itu, mereka mengungkapkan bahwa BEM FEB pada tahun ini diberi peran oleh dekanat untuk ambil bagian dalam penentuan golongan UKT. Dalam hal ini, Tim Kelompok Kerja (TIMPOKJA) melibatkan Himpunan dan Senat akan melaksanakan proses itu lebih lanjut. Namun, Irfan dan Yogi menyatakan bahwa mereka masih memiliki banyak kekurangan. Terlebih lagi, Irfan mengakui bahwa BEM FEB masih kurang mengangkat dan mengawal isu UKT dan SPI meskipun itu masih jadi konsumsi internal BEM FEB, Himpunan, dan juga Ormawa. Untuk kedepannya, Irfan menjadikan ini sebagai pembelajaran bagi BEM FEB dalam mengawal isu UKT dan SPI dan akan terus mengejar informasi terkait isu hangat ini dan membantu BEM Undip dalam merilis informasi. Yogi menambahkan bahwa posisi mereka sebagai BEM Fakultas selalu ada suara untuk menolak UKT dan SPI atau menerimanya dengan berbagai catatan.
Apa yang akan dilakukan setelah 100 Hari Kepengurusan Setelah 100 hari berjalannya Kabinet Harmonis ini, BEM FEB Universitas Diponegoro langsung mengagendakan LPJ tengah tahun guna mengevaluasi kinerja tiap departemennya. Dalam hal ini ada beberapa poin yang sangat vital dan akan segera dibenahi untuk kedepannya. Terkait permasalahan departemen minat dan bakat (Mikat) yang dianggap lebih menonjol daripada departemen kesejahteraan masyarakat dan pengabdian masyarakat (Kesma dan Dimas), Yogi mengatakan bahwa untuk saat ini Kesma memang lebih fokus ke banding golongan UKT, jadi mereka membantu masyarakat FEB yang memenuhi kualifikasi untuk mengajukan banding golongan UKT tersebut. Selain itu, Departemen Kesma telah menyusun beberapa program kerja (proker) seperti tentang lowongan kerja, publikasi tentang sertifikasi profesi, dan sedang bekerja sama dengan BEM Undip dalam lingkar Kesma untuk penyebaran informasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2016. Mengenai desa binaan yang baru akan dijalankan, Yogi mengungkapkan bahwa memang untuk desa binaan sudah direncanakan akan dilaksanakan pada semester kedua. Hal ini terjadi karena ada beberapa hal. Pertama, mereka mengganti
Tanggapan dan Harapan Galuh Novinda selaku ketua Senat FEB Undip mengatakan bahwa kepengurusan Irfan dan Yogi sudah sesuai dengan visi misinya yaitu Harmonis. Selain itu, proker-proker yang mereka buat sudah bisa dibilang berhasil. Salah satu contohnya adalah pada bidang akademik yang sudah melibatkan beberapa kelompok studi dan himpunan dalam menciptakan budaya kritis di mahasiswa. Selain itu, Galuh mengatakan untuk kekurangan BEM FEB sendiri masih sama seperti tahun sebelumnya yaitu mengenai kurangnya ruang diskusi yang membahas tentang permasalahan kampus. Untuk itu, Galuh berharap kepengurusan BEM sekarang dapat mencipkakan ruang-ruang tersebut untuk menyatukan masyarakat FEB. Galuh menambahkan beberapa saran untuk Irfan dan Yogi yaitu agar bisa lebih menampung aspirasi warga FEB dan mengajak masyarakat FEB agar tidak bersifat apatis. Senada dengan Galuh, Yohanes Ario Hutomo selaku Ketua Kelompok Studi Masalah Ekonomi dan Sosial (KESMES) FEB Undip mengungkapkan sejauh ini apa yang BEM FEB kerjakan cukup bisa mewakili mengenai tagline FEB Harmonis. Namun, Yohanes juga mengatakan bahwa di sisi lain ia kurang merasakan apa yang sudah BEM lakukan untuk menjadi pelaksana kegiatan, terutama mengenai kesejahteraan mahasiswa. “Harapan kedepannya semoga BEM tidak hanya menitikberatkan fokusnya ke program kerja saja, tapi juga melihat dari sisi permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa saat ini seperti informasi beasiswa, pelatihan skill dan keterampilan, dan lain lain,” pungkas Yohanes. Tanggapan mahasiswa datang dari Melinda, salah satu mahasiswi jurusan akuntansi 2015. Melinda mengungkapkan bahwa sejauh ini program kerja yang BEM lakukan banyak yang bagus dan berdampak pada mahasiswa FEB. “Udah bagus sih, lebih ditingkatin aja, supaya bisa lebih mendongkrak kinerja BEM. Yang penting sih bisa bermanfaat untuk mahasiswa FEB dan Undip pada umumnya,” tutup Melinda. (nw)
Kabar Prestasi
Juara 10 Kali Tak Menyurutkan Semangat Dua Mahasiswa FEB Juarai Lomba Trading Di IPB ”Kesan mengikuti lomba Trading biasa saja, karena lomba ini udah lomba kesekian kalinya yang kita ikuti. Karena kita sudah menjuarai 10 kali lomba dari semester 3 sampai sekarang udah semester 8”,-Ammar Nasir, mahasiswa Akuntansi 2012 Mengikuti sebuah perlombaan tidaklah berpengaruh dalam proses belajar, dengan banyaknya lomba yang dapat diikuti akan menambah pengalaman dan pelajaran. Seperti dua mahasiswa dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) yaitu Risang Perwira dari Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) angkatan 2012 dan rekannya Ammar Nasir dari Akuntansi 2012. Mereka meraih juara pertama perlombaan Trading tingkat nasional di Institut Pertanian Bogor (IPB). Gain tertinggi Sistem perlombaan trading ini dengan memberikan modal 10 ribu dollar kepada peserta, dimana yang berhasil mendapatkan gain tertinggi dalam waktu 3 minggu akan lolos menjadi finalis lomba. Perlombaan ini di selenggarakan oleh Himpunan Profesi Manajemen IPB dengan menyeleksi 40 peserta menjadi 5 besar dari berbagai Universitas seperti Undip, UNS, UNBraw, Udayana, Atma Jaya Yogyakarta, UI, Indonesia Banking School, Pancasila, IPB, dan Sampoerna University. Risang dan Ammar termasuk dari 5 besar yang terseleksi untuk mewakili Undip dan yang menjadi juara pertama dibabak final Trading,
Risang mengungkapkan bahwa perlombaan ini dapat dilakukan dimana saja termasuk di dalam tempat kos. Ia menambahkan bahwa yang terpenting dalam presentasi final ia harus menguasai materi. ” Kesan mengikuti lomba Trading biasa saja, karena lomba ini udah lomba kesekian kalinya yang kita ikuti. Karena kita sudah menjuarai 10 kali lomba dari semester 3 sampai sekarang udah semester 8”, terang Amar. Tetapi rasa syukur dan rasa bangga selalu ada di hati Risang dan Amar, saat juara pertama lomba Trading tingkat nasional di IPB. Meraih juara 10 kali Untuk meraih juara 10 kali lomba berturut-turut tidaklah mudah bagi mahasiswa IESP ini, banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi. Untuk perlombaan awal masih ada perasaan gemetar dan minder pada lawan-lawannya yang berasal dari universitas – universitas ternama di Indonesia, tetapi percaya diri yang mereka miliki adalah kunci meraih prestasi. “ Untuk pertama kali lomba saya di UGM itu merasa sangat deg-degan dan minder karena lawan, sampai ingin mutah. Tetapi disitu saya bisa juara 3, ” ujar Amar.
Menurut Risang tidak semua perlombaan berjalan mulus sesuai harapan, tetapi juga ada kendala yang menghadang didepan.” Kendala yang dihadapi lomba Trading ini adalah biaya, untuk memperoleh biaya di Undip sendiri masih terbilang sangat susah, bisa nunggu satu bulan sampai dua bulan untuk cairnya,” ujar Risang. Ia juga menambahkan persyaratan pencairan dana juga ribet seperti harus mengajukan proposal dan surat perjalanan dinas yang harus ditandangani Universitas bersangkutan dengan lomba. Adanya kendala tersebut tidak menyurutkan semangat Risang dan Ammar untuk selalu berprestasi dan mengharumkan nama Undip di kancah nasional maupun internasional. Karena dengan mengikuti lomba dapat mempunyai banyak pengalaman berharga terutama mendapatkan relasi. Terakhir, Risang dan Ammar berharap untuk Undip tambah baik lagi kedepannya, Universitas mendukung dengan memberikan dana, dan untuk adik kelas agar lebih percaya diri. (nw)