Volume
Koran Edents
LPM Edents
07
Dinamika Intelektual Mahasiswa Edisi 12 - 26 September 2019
Mandiri dengan Berwirausaha
Berwirausaha sudah menjadi pekerjaan yang menarik minat orang banyak. Tidak terkecuali generasi muda Indonesia. Banyak dijumpai usahausaha baru yang dirintis oleh kaum milenial dengan segala inovasi dan kreatifitasnya. Tidak jarang usaha-usaha yang dirintis mulai dari nol menjadi usaha besar dengan penghasilan yang fantastis. Begitu juga dengan mahasiswa yang sangat dipenuhi ide-ide kreatif. Usia mahasiswa yang masih penuh semangat dan pantang menyerah dirasa sangat pas untuk berwirausaha.
Pada Laporan Utama Koran Edents Volume 7, kami laporkan pelatihan kewirausahaan yang dilakukan oleh Universitas Diponegoro melalui Keluarga Mahasiswa Bidikmisi. Diharapkan peserta pelatihan dapat termotivasi untuk berwirausaha. Juga, kami beritakan kegiatan seminar Wakaf yang dilakukan oleh KSEI FEB Undip. Pada Kabar Kampus, kami beritakan mengenai kebijakan baru Prodi Akuntansi, yaitu sistem kredit poin untuk meningkatkan iklim akademis. Keberhasilan Undip di ajang Pimnas juga turut kami beritakan. Kritik saran sangat diperlukan untuk menjadikan LPM Edents menjadi lebih baik, terima kasih. Selamat Membaca!
Di era yang semakin berkembang ini, hampir sebagian besar aspek kehidupan sudah memanfaatkan teknologi sehingga mahasiswa dituntut untuk meningkatkan skill yang dimilikinya. Kemampuan beradaptasi dengan berbagai perubahan merupakan salah satu kunci penting bagi mahasiswa untuk menghadapi kehidupan setelah perkuliahan. Zaman sekarang mahasiswa tidak hanya dituntut untuk belajar sesuai jurusannya , tetapi juga harus meningkatkan softskill seperti kepemimpinan, kemampuan mengorganisir dengan baik, kemampuan problem solving dan masih banyak lagi. Tentunya dengan melatih hal tersebut semenjak bangku kuliah akan mendatangkan banyak manfaat. Salah satu acara efektif guna mengembangkan dan mengasah softskill adalah dengan berwirausaha. Pentingnya Wirausaha bagi Mahasiswa
Wirausaha adalah seseorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya, meliputi kepandaian membaca peluang hingga mulai membuka usaha. Definisi di atas sangat tepat ditujukan pada mahasiswa yang memiliki keberanian untuk mengambil risiko dengan mendirikan usaha. Jika merujuk pada masa sekarang, banyak hal yang dapat dijadikan sebagai ide membangun usaha karena hampir semua orang mengingkan pekerjaannya terselesaikan dengan praktis. Tinggal bagaimana seorang mahasiswa pandai-pandai dalam membaca peluang dan mewudkannya dalam wirausaha.
Melihat konteks kewirausahaan, tujuannya adalah mendapat keuntungan. Melalui keuntungan mahasiswa dapat lebih mandiri dalam keuangan dan menambah pemasukan untuk memenuhi kebutuhan. Ketika mahasiswa lulus dan menghadapi kehidupan setelah perkuliahan akan muncul banyak kondisi-kondisi yang mendorong mahasiswa untuk mengaplikasikan softskill-nya dalam penyelesaian suatu permasalahan, dengan berwirausaha sejak dini mahasiswa sudah memiliki modal, yaitu terasahnya softskill melalui kewirausahaan. Hal inilah yang mendasari diadakannya Pelatihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan Bidikmisi 2019 Angkatan 2017
Kabar Prestasi
Wirausaha adalah Peluang yang Sangat Menjanjikan
di Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro. Menurut Eko Irwanto selaku Ketua Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Undip tahun 2019, acara ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi sehingga mahasiswa lebih mandiri dan mulai berusaha memenuhi kebutuhannya. “Acara ini sebagai bentuk motivasi untuk hidup mandiri dan mampu membantu orangtua mencukupi kebutuhan kita, mahasiswa Bidikmisi,” tegas Eko. Wirausaha sebagai Potensi Pembangunan Negara
Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula tingkat kesadaran seseorang akan pentingnya berwirausaha. Orang yang berpendidikan tinggi akan menyadari, bahwa berwirausaha dapat memberi pengaruh baik untuk kehidupannya dan kehidupan orang lain. Wirausaha dikatakan sebagai potensi pembangunan suatu negara. Melihat di kehidupan Indonesia sekarang belum banyak anak muda Indonesia yang mau mencoba merintis usaha. Padahal pemuda adalah aset berharga bagi pembangunan Indonesia ke depannya, apalagi sudah banyak teknologi canggih untuk mendukung keberjalanan wirausaha. Untuk itu minat dan jiwa berwirausaha harus ditumbuhkembangkan di kalangan masyarakat terutama mahasiswa. Jiwa berwirausaha bisa dilatih dengan mencoba berbagai peluang dan tidak takut akan kegagalan karena hal yang paling penting adalah mau mencoba. Hasil akhir baik kegagalan maupun
“Jangan menunda-nunda dalam berwirausaha, karena persaingannya sangat ketat dan banyak. Menjadi mahasiswa adalah salah satu peluang yang sangat epik untuk memulai usaha,” ungkap Eko ketika ditanya mengenai pentingnya berwirausaha. Eko juga menjelaskan “Ide dan peluang biasanya muncul dari permasalahan sehingga kita dapat mencari solusi dan dapat mengembangkan ide tersebut.” Berwirausaha tidak sesusah yang dipikirkan, karena dapat dilakukan melalui media sosial. Jadi, tidak perlu melakukan pemasaran secara langsung atau bertatap muka. Kemudian, adanya gadget, tentu akan mempermudah dan membuat efektif pekerjaan yang dilakukan. Disampaikan Eko, ada beberapa kegiatan wirausaha yang tepat untuk mahasiswa, seperti bisnis pulsa. Karena di kalangan kampus mahasiswa mayoritas menggunakan ponsel yang membutuhkan pulsa. Juga jasa desain grafis, selain meningkatkan kreatifitas bisnis juga dapat menghasilkan laba. Dengan melakukan jasa desain grafis peluangnya sangat besar karena terkadang sebuah organisasi di kampus juga membutuhkannya. Melatih Mental dengan Berwirausaha
Selain mendapatkan laba, berwirausaha mampu meningkatkan kreatifitas dan inovasi dengan cara mengembangkan ide dan mencari sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup. Dengan berwirausaha dapat melatih mental, seperti ketika penjualan mengalami penurunan dan namun target penjualan harus dicapai. Kemudian, seorang wirausaha harus selalu berfikir sekreatif mungkin agar dapat diterima oleh pangsa pasar dan bisa bersaing. “Berwirausaha berarti melatih mental, ketika target tidak tercapai atau pada saat mendapatkan tekanan dari lingkungan, dibutuhkan mental yang kuat untuk menghadapinya,” jelas Eko. Dengan kekuatan mental, berarti belajar memahami dan mempelajari lingkungan sekitar dalam menjalankan wirausaha. (jl)
Bermodal Daun Kelor; Mahasiswa Universitas Diponegoro Raih Medali Emas
Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) merupakan salah satu ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dimana para peserta akan mempresentasikan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari tiap tim. Terdapat tujuh jenis PKM yang diperlombakan, diantaranya PKM Gagasan Futuristik Konstruktif, PKM Gagasan Tertulis, PKM Karsa Cipta, PKM Kewirausahaan, PKM Penelitian, PKM Pengabdian Masyarakat, dan PKM Teknologi. Untuk tahun ini, PIMNAS ke-32 diselenggarakan pada 27-31 Agustus 2019 di Universitas Udayana, Bali. Universitas Diponegoro dengan total 19 tim PKM berhasil mendapat juara ketiga dengan perolehan 2 emas, 1 perak, 1 perunggu dan 1 juara favorit dari kategori presentasi karya ilmiah dan 5 emas serta 2 perak dari kategori poster. Menyulap Daun Kelor Menjadi Morifa
Berawal dari keresahan saat makan membutuhkan sabun untuk mencuci tangan, hal tersebut dijadikan ide PKM Kewirausahaan oleh tim yang beranggotakan Hasta Brian Permana (Teknik Kimia 2017), Agnes Charisika Waluyo (Akuntansi 2017), Imron Hambyah (Teknik Kimia 2017), Khoirul Huda (Teknik Kimia 2017), dan Muhammad Miftahur Rahman (Teknik Kimia 2017) membuat morifa. “Morifa itu sendiri merupakan hand sanitizer yang terbuat dari bahan alami daun kelor tanpa ada campuran alkohol sama sekali, makanya kita pakai merk morifa yang berasal dari bahasa latin daun kelor yaitu Moringa oleivera,” ujar Agnes. Produk morifa tersedia dalam beberapa varian pewangi dan ukuran. Dari wangi apel, melon, melati, dan greentea serta dari ukuran 30 ml, premium, spray 50 ml, famili 250 ml, dan famili 500 ml dengan harga jual mulai dari 8 ribu sampai 60 ribu. Pemasaran Morifa Merambah Sosial Media
keberhasilan hanya bisa dilihat ketika mahasiswa mau mencoba.
Dok. Edents
Dari Redaksi
Setelah terbentuk tim, langkah selanjutnya adalah pembagian tugas. Agnes menjelaskan tiap anggota tim mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Seperti Hasta (ketua tim) bertanggung jawab atas legalitas dari produk, kemudian Imron bagian riset formulasi, Huda bagian administrasi, Agnes bagian keuangan, dan Rahman bagian pemasaran.
Untuk saat ini, produk morifa sudah dipasarkan melalui social media seperti instagram dan Line serta melalui e-commerce Tokopedia dan website serta dipasarkan di apotek, klinik, dan rumah sakit. Selain itu mereka juga memiliki reseller dan agen dengan cara mendaftarkan diri mengunakan Kartu Tanda Pengenal (KTP) yang dikirim ke email mereka. Sistem reseller dan agen ini dengan cara bagi hasil, yakni sebanyak 15% keuntungan dari produk yang dapat mereka jual untuk para reseller dan agen. Sehingga pemasaran morifa telah mencapai di 22 provinsi dan 15 kota dengan total penjualan sebanyak 2.000 pcs. Langkah Menuju PIMNAS
Perjalanan hingga bisa lolos PIMNAS juga terbilang tidak mudah, diawali dari awal semester 3 mereka melakukan penelitian untuk menentukan formulasi yang tepat. “Kita juga riset tuh, daun kelor dari daerah mana yang terbaik, hingga kami melakukan MoU dengan petani daun kelor di daerah Blora sebagai pemasok bahan baku untuk produk kami,” ungkap Agnes. Setelah itu proses berikutnya adalah pembuatan proposal penelitian yang selanjutnya dikirim ke BEM FT Undip kemudian disaring lagi di tingkat universitas untuk lolos pendanaan. Kemudian setelah lolos pendanaan, terdapat tahap Monitoring dan Evaluasi (Monev). Monev sendiri terdiri atas 2 jenis, yaitu Monev Internal dan Monev Eksternal. Monev Internal diselenggarakan sebanyak 3 kali dan
Monev Eksternal hanya satu kali. Berbeda dengan Monev internal yang para pesertanya berasal dari Undip saja, untuk Monev eksternal para peserta berasal dari seluruh universitas. Sehingga apabila gagal dalam salah satu rangkaian monev teresebut, tidak bisa melangkah menuju PIMNAS. Sabet Dua Medali PIMNAS
Rangkaian kegiatan PIMNAS sendiri itu beragam. Di hari pertama para peserta dibekali pelatihan mulai dari bagaimana cara melakukan presentasi yang bagus serta cara menjawab pertanyaan. Lalu di hari selanjutnya, pembukaan PIMNAS ke-32 di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali, technical meeting dan penempelan poster di Universitas Udayana. Kemudian di hari ketiga, penilaian poster dengan cara terdapat 2 anggota kelompok yang bertugas untuk menjelaskan mengenai produk di stand. Di hari keempat, adalah presentasi di depan seluruh juri dengan dibagi dalam beberapa kelas. “Waktu presentasi kami udah pesimis, soalnya kita sekelas sama tim dari UGM. Akhirnya tim kami dapat perunggu dari presentasi. Di situ kami udah merasa bersyukur banget,” ujar Agnes. Di hari terakhir, kegiatannya adalah jalan-jalan di Bali dan malamnya penutupan serta penganugerahan. Di penganegerahan tim morifa berhasil mendapatkan medali emas untuk kategori poster dan perunggu untuk kategori presentasi. Totalitas dalam Hal Apapun
Dalam PIMNAS kemarin, Agnes mengaku terdapat beberapa kendala. Diantaranya, satu anggota timnya sakit karena cuaca di Bali cukup terik, sehingga saat presentasi kurang optimal. Selain itu, saat penyusunan laporan akhir terjadi perubahan. Lantaran dosen pembimbing meminta menganti dana sebesar 7.000.000 sesuai dengan dana yang sudah diperoleh bukan sebesar 8.400.000 sesuai pendanaan
(Bersambung ke halaman 2)
Kordents Volume 07 Edisi 12 - 26 September 2019
Pemimpin Umum : Dirga Adrian Nugroho ; Pemimpin Redaksi : Julian Karinena ; Pemimpin Artistik: Rafi'qurnia Nawandaputra ; Editor : Karima Suci Ariani; Layouter : Jessica Rahma Sekar Ayu; Reporter : Dewima, Nisa, Kiki, Luthfia, Amira Fathia, Cahyani Wulan
Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents
Sekretariat : Gedung PKM Lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024-91181513