Booklet Ragam Sejarah dan Budaya Desa Semedo

Page 1

KKN Tim II Undip Desa Semedo Kabupaten Tegal Tahun 2023
SEJARAH SEJARAH DAN DAN
BUDAYA BUDAYA SEMEDO SEMEDO

Kata Pengantar

Puja syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada hamba-Nya sehingga penulisan buku ragam Sejarah dan Budaya Desa Semedo, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal dalam rangka Program Monodisiplin KKN Undip ini berhasil diselesaikan dengan baik. oleh karena keterbatasan sumber yang ada, buku ragam Sejarah dan Budaya Desa Semedo ini belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pembaca sekalian. Akan tetapi kami berusaha memberikan sesuatu yang berarti untuk bisa mewujudkan ragam Sejarah dan Budaya yang ada di Desa Semedo.

Kegiatan ini berhasil dilakukan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu menyelesaikan buku ragam Sejarah dan Budaya Desa Semedo dalam program Monodisiplin KKN Undip.

Melalui buku ragam Sejarah dan Budaya ini, kami mencoba memberikan informasi tentang eksistensi sejarah dan budaya yang ada di Desa Semedo, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal.

Akhir kata, semoga buku ragam Sejarah dan Budaya ini dapat berguna bagi pembaca semua. Buku ini tentu masih banyak kekurangannya dan kepada para pembaca yang memberikan kritik membangun untuk lebih menyempurnakan buku ini, disampaikan terima kasih yang tak terhingga.

Sambutan.................................................i Daftar Isi..................................................ii 01. Sejarah Desa Semedo...................1 02. Mbah Semedo................................2 03. Mbah Kaloran.................................3 04. Sintren.............................................5 05. Kuntulan..........................................6 06. Ziarah Makam Mbah Semedo......7 07. Situs dan Museum Semedo..........8 08. Pasar Langgeng...............................9
Daftar Isi

Sejarah Desa Semedo

Sejarah Desa Semedo

Awalnya Desa Semedo adalah sebuah desa yang dikelilingi oleh hutan lebat dan hijau yang tumbuh di perbukitan subur. Pada perkembangannya, Desa Semedo menjadi desa untuk berjuang pada masa kolonialisme hingga masa-masa mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda. Sejak tahun 1950-an Desa Semedo menjadi salah satu basis kekuatan DI/TII di Jawa Tengah. Kondisi alam yang berbentuk perbuktian dan hutan membuatnya strategis sebagai markas peberontakan. Kemudain dalam Upaya pemberantasan pemberontakan DI/TII, Pemerintah menjadikan Desa Semedo menjadi markas TNI untuk menumpas DI/TII yang dipimpin oleh Kartosuwiryo.

Asal-usul nama “Semedo” sendiri tidak lepas dari Mbah Semedo yang dianggap sebagai leluhur desa oleh masyarakat Desa Semedo. Pada abad ke-16 datanglah seseorang yang bernama Kanjeng Pangeran Surohadikusumo atau yang dikenal sebagai Mbah Semedo. Ia dipercaya berasal dari Kesultanan Pajang, ia juga dipercaya sebagai orang yang pertama kali berdiam diri di daerah perbukitan (saat ini Desa Semedo) hingga ia wafat pada tahun 1679. Semenjak beliau wafat tempat tersebut sering dijadikan tempat untuk bersemedi, karena banyak yang bersemedi di sana sehingga masyarakat menamakan tempat itu sebagai “Semedo.”

Mbah Semedo

Mbah Semedo

Mbah Semedo sendiri adalah seseorang yang diyakini berasal dari Kesultanan Pajang. Dikisahkan bahwa pada masa keislaman di Nusantara, putri di Kesultanan Cirebon terkena penyakit yang tak kunjung sembuh. Melihat putrinya yang terus saja sakit, kemudian Sang raja mengadakan sayembara “siapapun yang bisa menyembuhkan putrinya maka ia akan diberikan hadiah”

Mendengar hal itu Pangeran Suryahadikususmo berniat untuk membantu Sang sultan. Dengan seizin Tuhan maka Kanjeng Pangeran Suryahadikusumo dapat menyembuhkan putri tersebut. Setelah berhasil menyembuhkan Sang putri, K. P. Surohadikusumo memutuskan untuk menetap sementara di Cirebon. Tak selang lama K. P. Suryahadikusuko bermaksud menagih janji dari Sultan. Ketika ia mencoba menghadap untuk meminta hadiah yang dijanjikan, bukannya medapat sambutan namun justru dihardik untuk pergi dari wilayah Cirebon.

Karena merasa malu, K. P. Surohadikusumo memutuskan untuk pergi kearah timur dan menetap di suatu daerah yang saat ini dikenal sebagai Desa Semedo. Di daerah itu K. P.

Surohadikusumo melakukan dakwah dan mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada masyarakat setempat hingga akhir hayatnya.

Mbah Kaloran

Mbah Kaloran

Mbah Kaloran adalah seorang Tumenggung (Bupati) Tegal pada Pemerintahan Gubernur Jenderal Daendles. Pada abad ke-18, sewaktu Herman William Deandles membuat jalan raya sepanjang 1000 km dari Anyer sampai Panarukan, pekerjaan itu menelan banyak korban termasuk rakyat Tegal yang dilalui pembangunan jalan ini. Saat itu, Bupati Tegal yang dipimpin RM Tumenggung Panji Haji Cokronegoro atau yang dikenal masyarakat setempat sebagai Mbah Kaloran, setiap hari dibikin repot karena harus menyediakan 1000 orang untuk kerja paksa. Oleh karenanya, ia sangat prihatin dan sedih lantaran banyak yang harus menderita karena kerja paksa. Kemudian ia memutuskan untuk mengasingkan diri ke Desa Semedo hingga wafat disana, ia kemudian dimakamkan di sebelah barat makam Mbah Semedo.

Budaya Desa Semedo

Sintren

Sintren atau juga dikenal dengan Lais adalah kesenian tari tradisional masyarakat Jawa. Kesenian ini terkenal di pesisir Utara Jawa Barat seperti Indramayu, Cirebon, Subang dan Majalengka hingga bagian barat Jawa Tengah, seperti Brebes, Pemalang, Tegal dan Banyumas. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis atau magis yang bersumber dari cerita cinta Sulasih dengan Sulandono.

Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan diiringi gending 6 orang. Gadis tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang berselebung kain. Pawang/dalang kemudian berjalan memutari kurungan ayam itu sembari merapalkan mantra memanggil ruh Dewi Lanjar. Jika pemanggilan ruh Dewi Lanjar berhasil, maka ketika kurungan dibuka, sang gadis tersebut sudah terlepas dari ikatan dan berdandan cantik, lalu menari diiringi gending.

Di Desa Semedo Sintren biasanya diadakan pada hari-hari tertentu, seperti hari-hari besar Islam ataupun festival desa. Sintren juga diadakan pada saat berlangsungnya pasar Langgeng, pengunjung dapat menikmati makanan tradisional sambil menyaksikan pertunjukan Sintren.

Kuntulan adalah sebuah kesenian yang berbentuk seni pertunjukan yang berkembang di beberapa wilayah di Jawa, seperti Magelang, Banyuwangi dan Tegal. Nama Kuntulan diambil dari jenis burung Bangau yang sering mengangkat satu kakinya. Dinamai Kuntulan karena gerakan-gerakan pada kesenian ini sering mengandalkan keseimbangan seperti mengangkat satu kaki, selain itu disebut Kuntulan karena busana yang digunakan berwarna putih seperti burung kuntul. Kuntulan sendiri adalah seni tradisional yang memadukan antara seni bela diri dengan seni tarian. Seiring dengan berkembanganya Islam di Jawa, Kuntulan dijadikan salah satu media dakwah oleh para ulama. Biasanya Kuntulan disertai atraksi-atraksi dari para pemainnya, misalnya bermain bola api dan gerakan membentuk Menara yang tersusun dari para pemainnya.

Di beberapa daerah, kesenian ini masih sering ditunjukan pada beberapa kesempatan, seperti di Desa Semedo Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Tegal. Kuntulan sendiri di Desa Semedo berkembang mulai tahun 1940-an. Berawal dari kumpulan pengajian atau Jamiahan, sebagai selingan mengaji, kumpulan pengajian memainkan rebana dan lagu-lagu sholawat yang dilakukan disekitar masjid atau mushola. Kegiatan ini dilakukan , disamping untuk mengisis waktu setelah pengajian dan untuk mempelajari seni bela diri untuk mengelabuhi musuh. Kumpulan pengajian melakukannya agar penjajah menganggap kumpulan tersebut sedang melakukan pengajian dan berkesenian, tanpa disadari sebenarnya perkumpulan itu sedang belajar seni bela diri. Saat ini Kuntulan sudah mulai jarang ditampilkan, namun dalam beberapa kesempatan seperti hari-hari besar desa atau Islam kesenian ini masih sering ditampilkan.

Kuntulan

Makam Mbah Semedo merupakan pemakaman umum masyarakat Desa Semedo dan merupakan salah satu makam bersejarah yang ada di Kabupaten Tegal. Di sini juga dimakamkan tokoh-tokoh sesepuh di Kabupaten Tegal.

Tokoh-tokoh yang dimakamkan di makam Mbah Semedo antara lain:

a. Mbah Raden Pangeran Surohadikusumo (Syekh Abdurahman mbah Semedo)

b. Mbah Raden Mas Panji Haditjokronegoro (Mbah Kaloran/Bupati Tegal ke-10)

c. Mbah Syekh Muhammad Tohir Al-Ba’bud (Mbah Langgen)

d. Mbah Raga Sutha (Petilasan Mbah Kalijaga)

e. Petilasan Mbah Pangeran Diponegoro

f.Mbah Surodiwongso (Juru Kunci pertama Makam Mbah Semedo)

g. Syekh Sarifudin (asal Banten)

h. Mbah Buyut Putri (Sabrang Wetan Ciputih)

Kegiatan religi biasa dilakukan oleh para peziarah pada hari-hari tertentu untuk bertawastul.

Daintaranya:

a. Malam Selasa Kliwon

b. Rabu Pon, Kamis Wage dan Jumat Kliwon

c. Istigosah malam 1 Suro

d. Khaul Mbah Semedo setiap tanggal 12 Robiul Awal

e. Khaul umum dan Halal Bi Halal Desa Semedo (7 hari setelah Hari Raya Idul Fitri

Keberadaan makam Mbah Semedo selain dikelola oleh Pemerintah Desa beserta Juru Kunci, juga dikelola oleh DIKPORA Kabupaten Tegal dan telah diakui sebagai makam yang bersejarah

dan merupakan makam religi. Hal tersebut terbukti dengan adanya kunjungan dari para pejabat

Pemerintah Kabupaten Tegal demi melestarikan peninggalan bersejarah yang merupakan aset

Pemerintah Desa Semedo dan Kabupaten Tegal.

h b h

Situs Semedo berada di Desa Semedo dan sekitarnya, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Terletak di jajaran Pegunungan Serayu Utara, situs ini telah memberikan data tentang evolusi manusia, budaya, dan lingkungan setidaknya sejak 1,5 juta tahun yang lalu. Luasan situs berdasarkan sebaran temuan menunjukkan areal yang luas, paling tidak 3×3 km persegi. Terhadap fisiografi Pulau Jawa, daerah penemuan ini merupakan bagian paling barat dari Jajaran Pegunungan Serayu Utara dan merupakan batas Pulau Jawa bagian timur pada akhir Kala Pliosen, ketika Jawa Tengah masih berada di bawah laut sekitar 2,4 juta tahun yang lalu.

Data fauna purba yang dapat ditemukan menunjukkan kuantitas fosil binatang vertebrata yang sangat prima degan ditemukannya banyak spesies binatang seperti Stegodon s.p., Mastodon s.p., Elephas s.p., Bovidae, Rhinoceros s.p., Suidae, Cervidae, dan Hippopotamus. Binatang akuatik pun telah hadir di lingkungan purbanya sejak 2 juta tahun yang lalu.

Indikasi keberadaaan Homo erectus di Situs Semedo telah ditemukan sejak penelitian pada tahun 2007. Tidak kurang dari 300 artefak berbagai jenis dan bahan telah ditemukan. Fosil manusia purba ditemukan di Semedo pada tahun 2011. Spesimen Semedo 1 merupakan pecahan atap tengkorak bagian belakang yang mengkonservasi bagian parietal kanan dan kiri, serta sebagian occipitas bagian atas. Morfologi Semedo 1 identik dengan tengkorak dari Grogol Wetan, Sangiran, sehingga dari perbandingan ini usia Homo erectus Semedo 1 diketahui. Mereka hidup di Semedo pada Kala Plestosen Tengah, sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Pasar Langgeng

Pasar Langgeng, ada di Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, merupakan pasar tradisional yang hanya buka pada hari Minggu dan hari-hari tertentu saja seperti Festival Semedo yang diadakan setahun sekali. Pasar ini mengedepankan konsep kearifan lokal. Awalnya pasar Langgeng diadakan di jalan desa, tidak menggunakan lahan khusus. Namun saat ini Pemerintah Desa sudah menyediakan lahan khusus untuk Pasar Langgeng sehingga pengunjung dapat merasa lebih aman dan nyaman.

Namanya pasar tradisional, pasti menyediakan penganan tradisional. Seperi ubi, ketela, angkrik, ganyong, kembili, blendung, sega jagung, cetot, ada soto juga, dan masih banyak lagi. Yang wajib dicoba adalah sega jagung dengan sayur labu/ waluh dan ikan asin yang sedep. Ditambah dibungkus pakai daun jati. Level up sedepnya! Oh iya, kalau ada Festival Semedo, coba deh cari Ponggol Purba. Itu lho nasi ponggol dengan tambahan daun ketela rebus dan dibungkus daun pisang seperti terompet/ kelihatan seperti gunung.

KKN Tim II

Universitas Diponegoro

Jalan Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Kotak Pos 1269

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.