CMYK
±
CMYK
±
±
apresiasi mINGGU, 28 JUli 2013 LAMPUNG POST
20
kr o n i k a Grup Swarna Nusantara Tampil di Jerman JAKARTA—Kontingen Duta Seni Budaya Indonesia terdiri atas para penari, pemusik, ofisial dari SMP Labschool Kebayoran, SMP Annisa, SMP Avicenna, SMAN 78 Jakarta, SMA Tarakanita, dan SMA Charitas tampil di Brandenburg Folklore Festival, Jerman, baru-baru ini. Tergabung dalam misi budaya Swarna Nusantara yang dipimpin Ny. Dina Bayundani, kontingen itu menampilkan empat tarian yang dinamis, yakni Ratoeh Jaroe/tari saman, Genjring Party, Gong Enggang, dan Cente Manis pada 27 Juni—1 Juli 2013, kata panitia dalam keterangannya kepada Antara di Jakarta, Rabu (24-7). (ANT/P2)
Sandhimurti Ikut Festival Kebudayaan Eropa DENPASAR—Tim kesenian Perguruan Bela Diri dan Kebatinan Sandhimurti Indonesia yang berpusat di Bali mendapat kesempatan mengikuti Festival Kebudayaan Eropa di Kota Plovdiv, Bulgaria, pada 29 Juli—3 Agustus 2013. “Festival akan digelar di Kota Polvdiv, yang juga merupakan kota kebudayaan Eropa. Ini pertama kali tim kesenian dari Bali tampil di dalam festival tersebut,” kata Pinisepuh Perguruan Sandhimurti Indonesia Gusti Ngurah Harta, di Denpasar, Senin (22-7). (ANT/P2)
Tim Kesenian Indonesia Memukau Publik Turki KAIRO—Indonesia aktif mengirim tim kesenian ke Turki untuk misi diplomasi kebudayaan dalam upaya meningkatkan citra bangsa di mata dunia. “Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia aktif mengikuti festival internasional di berbagai kota wisata di Turki untuk misi diplomasi kebudayaan,” kata Kepala Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, Budaya KBRI Ankara, Robertus Irawan, kepada Antara Kairo, Sabtu (20-7). (ANT/P2)
Yogyakarta Masih Jadi Pilihan Wisatawan YOGYAKARTA—Daerah Istimewa Yogyakarta masih menjadi pilihan kunjungan wisatawan, baik dari mancanegara maupun nusantara, kata Ketua Yayasan Widya Budaya Widi Utamingsih. “Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu destinasi wisata favorit bagi wisatawan. Meskipun banyak daerah tujuan wisata yang menarik di Indonesia. Yogyakarta memiliki banyak keunggulan dibandingkan destinasi wisata lain di negeri ini,” kata Widi Utamingsih di Yogyakarta, Sabtu (20-7). (ANT/P2)
Kemendikbud Pugar Rumah Bung Karno BENGKULU—Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi pada Agustus tahun ini akan memugar rumah Bung Karno yang ditempati saat menjalani pengasingan di Bengkulu dalam kurun 1938 hingga 1942. “Rumah Bung Karno akan dipugar tahun ini dan kami jadwalkan akhir Agustus atau awal September dimulai,” kata Kepala Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi Rusmeijani Setyorini saat dihubungi dari Bengkulu, Jumat (19-7). (ANT/P2)
AYA merampungkan novel Jurai (GPU, Maret 2013) dalam sekali pembacaan. Guntur Alam berkisah dengan lancar. Gaya dan bahasa penceritaannya, walaupun tidak sekuat pada cerpen-cerpennya, masih berkarakter. Tanpa mengurangi kebahagiaan yang mengerubungi saya usai membacanya, saya merasa dejavu dengan motif ceritanya. * Entah bagaimana, bakda kesuksesan tetralogi Laskar Pelangi yang (katanya?) merupakan novelisasi kisah hidup penulisnya, saya selalu khawatir membaca novel-novel laris. Saya khawatir akan menemukan Laskar Pelangi dalam bahasa dan karakter yang berbeda. Kekhawatiran saya cukup beralasan. Saya kerap (untuk tidak mengatakan “selalu”) menemukan motif cerita yang sama—kemiskinan, kesulitan mengakses pendidikan, kisah cinta sebagai plot sekunder, dan berakhir dengan kesuksesan—dalam beberapa novel laris setelah Laskar Pelangi. Saya yakin, Laskar Pelangi bukan novel pertama yang mengolah/menjual motif/produk yang sama, tapi kesuksesannya di pasaran, mau tidak mau, diakui atau tidak, telah “menyulut” penulis lain untuk mengolah/menjual hal serupa. Baik dengan menovelisasi kisah hidup si penulis, tokoh terkenal, maupun karakter rekaan. Kecenderungan inilah yang ditemukan—sekadar menyebut beberapa judul—pada trilogi Negeri 5 Menara (Ahmad Fuadi), 9 Summer 10 Autumn dan Ibuk (Iwan Setiawan), trilogi Sepatu Dahlan (Khrisna Pabichara), dan Anak Sejuta Bintang (Akmal Nasery Basral). Pada novel-novel yang tampaknya bernasib baik di pasaran tersebut, kekhawatiran saya selalu terbukti. Kekhawatiran yang tidak semestinya terjadi (tentu saja karena ia sangat subjektif). Saya selalu gagal menutup
telinga dari gelombang persuasif yang meneriakkan kelebihan novel-novel yang membuat perasaan kecewa, cemburu, dan bangga bersitabrak dalam pikiran: kecewa karena lagi-lagi saya menemukan motif ala Laskar Pelangi di sana, cemburu dengan keberhasilan karya-karya itu menggaet hati pembaca, dan bangga karena masih banyak orang yang membeli buku. Adalah terlalu naif apabila saya tidak mampu mencungkil hikmah dari kenyataan itu: bahwa sebagian (besar) para pembaca (pembeli) buku Indonesia saat ini menyukai cerita yang seperti itu. Salah? Tentu saja tidak. Namun, saya bukan bagian mainstream pembaca seperti itu. Celakanya lagi, saya yakin selera bacaan saya tidak buruk. Singkat risalah, saya ingin membaca buku (novel) yang menyuguhkan tema utama yang lain, yang tidak mainstream, yang tidak stereotipikal Laskar Pelangi tapi mendongak secara kualitas. Memang, novel-novel semacam itu masih bisa saya temui walaupun tidak banyak dan biasanya kurang laris, tapi yang selalu berhasil menggoda saya justru novel-novel mainstream. Ah, ini memang salah (selera) saya! * Ketika hendak membaca Jurai, saya berdoa semoga novel setebal 298 halaman itu mampu menyuguhkan sesuatu yang lain dari “para pendahulunya”. Tentu keinginan ini bukan semata karena saya dan Guntur Alam sama-sama lahir di Sumatera Selatan, melainkan karena cerpen-cerpennya di pelbagai surat kabar menyuguhkan kecerlangannya dalam menggarap tema yang tidak mainstream dengan bahasa yang berkarakter. Jurai menjadikan tokoh Emak, seorang janda empat anak, sebagai pusara cerita. Mata dan perasaan Catuk, anak lelaki yang tengah duduk di kelas lima SD yang merupakan anak
n ANTARA/FIKRI YUSUF
REOG BULAN PURNAMA. Penari singo barong dan jathil menampilkan seni tari reog ponorogo pada pementasan Reog Bulan Purnama di Ponorogo, Jatim, Selasa (23-7) malam. Pementasan reog setiap malam bulan purnama itu selain untuk melestarikan seni budaya asli Ponorogo, juga memberikan hiburan kepada masyarakat. bungsu Emak, menjadi penceritanya. Emak berjuang menyekolahkan anakanaknya agar mereka tidak meradang sepertinya; dikelabui sang suami sebab ia tak bisa membaca. Ini bukan perkara mudah karena Emak adalah seorang janda yang bekerja seorang diri sebagai tukang sadap karet sebelum kemudian menjadi penjual sayur antarkampung, memiliki penghasilan pas-pasan. Belum lagi adat (Muara Enim, Sumsel) kala itu yang menabukan anak perempuan sekolah tinggi (Dan Emak memiliki tiga anak perempuan!). Lalu tiba-tiba dejavu itu menghampiri saya: (Selain Emak) Catuk adalah tokoh utama novel yang hidup berkekurangan, bersekolah dengan sepatu butut, menjalin cinta monyet dengan siswi dari SD lain yang bernama Dewi, hingga akhirnya Emak mampu “memenangkan” pertarungan demi harga diri dan martabat keluarganya. O
ya, Catuk memiliki beberapa teman dekat di sekolah, Catuk juga tumbuh dalam kultur Melay u yang kuat, dan … o o, tiba-tiba saya kembali membuka halaman awal: Jurai dipersembahkan Guntur Alam untuk tiga kakak perempuannya yang ternyata memiliki kesamaan nama dengan ket iga kakak perempuan Cat u k. Saya tidak suka dengan kebetulan. Oleh karena itu, saya pun memaknai kesamaan nama-nama itu bukan sebagai kebetulan. Implikasinya: saya meyakini bahwa—sebagian besar kisah dalam Jurai adalah novelisasi kisah hidup penulisnya. Catuk adalah Guntur Alam! Gunung es kebahagiaan saya perlahan mencair. Tiba-tiba saya teringat Andrea Hirata. Teringat Laskar Pelangi. (*)
Benny Arnas, cerpenis
buku
Sehelai Selendang Seikat Mawar, Antologi Puisi Hari Kelahiran
galeri Hijab Fascination Zaskia Adya Mecca Gramedia Pustaka Utama Juli-2013 184 hlm. SIAPA tak kenal Zaskia Adya Mecca? Kiprah aktris cantik di belantara layar lebar maupun layar kaca ini telah membuatnya dikenal banyak kalangan. Gaya berbusana hijabnya yang apik sekaligus effortless juga menginspirasi banyak muslimah dalam memi lih busana muslimah dan kerudung. Zaskia seolah ingin memberi tahu muslimah Indonesia bahwa berhijab sama sekali bukan beban dan penghambat dalam berkarier dan beraktivitas. Begitu banyak kalangan yang ingin mendapatkan inspirasi berbusana dan berhijab dari Zaskia Adya Mecca. Untuk menjawab kerinduan itu, Zaskia membuat buku ini. Di dalamnya berisi berbagai style busana keseharian Zaskia dalam menjalani segudang aktivitasnya sebagai istri, ibu, aktris, casting director, pengusaha butik, hingga saat hangout dengan sahabat-sahabat tercinta. Keinginan berbagi ini secara total dituangkannya dalam buku ini sehingga tak heran bila di berbagai bagian buku bertaburan notes darinya tentang pilihan berbusana ala Zaskia yang simpel, praktis, tapi tetap syari. Tak lupa, Zaskia memberikan turorial hijab yang sangat informatif bagi muslimah yang ingin menerapkan hijab seperti yang dikenakannya. n
Historical Romance: Keajaiban Cinta Lisa Kleypas Gramedia Pustaka Utama Mei-2013 LADY Aline Marsden dibesarkan dengan satu tujuan: menikah dengan bangsawan terpandang. Namun, ia malah jatuh cinta pada John McKenna, pelayan rumahnya. Cinta terlarang mereka tak termaaf kan dan berujung perpisahan. McKenna kembali 12 tahun kemudian dengan kekayaan berlimpah. Ia bertekad membalas dendam pada wanita yang menghancurkan hatinya. Tapi cinta di antara mereka tak pernah mati. Dan sekarang ia harus memutuskan apakah akan melanjutkan balas dendam atau mempertaruhkan segalanya untuk cinta sejati. n
±
S
Stereotipikal ‘Laskar Pelangi’
CMYK
SETIAP judul dan kover buku tak muncul begitu saja. Ada kisah yang berarti ketika penulis menentukan judul dan perwajahan bukunya. Demikian pula, buku mungil yang ditulis oleh Angeline K. Tahir, yang diterbitkan untuk mensyukuri Tangis Pertama Hari lahir. Buku setebal 117 halaman yang dikemas cantik berukuran mungil bersampul biru, lengkap dengan buket mawar dan untaian mutiara menggambarkan kelembutan hati sang penulis penyuka bunga hidup, dengan mawar sebagai pilihan. Sementara untaian mutiara menggambarkan citra rasa yang tinggi sekaligus kelembutan hati pemilik buku puisi yang diwarnai dengan fotofoto sahabatnya. Hari kelahiran bagi Angeline, seperti yang diungkapkan dalam “prakata” tak selalu dilihat atau diukur dengan pesta pora. Doa, ucapan selamat, ciuman penuh kasih dari orang-orang terkasih adalah kado yang sangat berarti, sangatn istimewa baginya. Bahkan bagi Angeline, demikian perempuan cantik ini biasa disapa, menyendiri dalam sepi, merenung adalah sebuah kemewahan baginya. Tetapi mengapa mawar dan bukan lukisan rembulan di suasana malam yang remang yang dipilihnya sebagai kover sehingga antara kover dan judul buku yang menggunakan kata “rembulan” menjadi gambaran yang jelas tentang isi buku, judul dan gambar? Bisa jadi Angeline punya pertimbangan khusus soal ini… Di dalam buku ini ada sekitar 20 judul puisi yang ditulis oleh Angelin K. Tahir dengan berbagai tema, sekitar 50 judul puisi yang ditulis oleh sekitar 35 sahabat Angeline, puisi istimewa yang ditulis sebagai kado istimewa untuk memperingati hari kelahiran Angelin, perempuan, istri seorang dokter yang tak hanya menyukai sastra, tetapi juga terlibat dalam dunia sastra lewat puisipuisi pendek yang dalam maknanya. Cahaya, bayang-bayang, malam,
alam dan perjalanan hidup adalah sebagian tema yang sketsanya direfleksikan Angelin dalam untaian kata, puisi yang lembut tapi terasa gejolak hati dan jiwa seorang Angelin. Kisah Malam Langit gulita Lagu malam menyibakkan rindu pada kunang-kunang Semesta diam seakan paham Aksara tergores pada halaman yang semakin menguning, melewati masa Perjalanan semusim demi semusim Bukankah rindu selalu menggoda di sepanjang malam yang gelap gulita Jakarta, 14 Desember 2012 Puisi Angelin ini menggambarkan tentang perjalanan dari waktu ke waktu. Malam yang penuh rindu, rindu pada apa atau siapa? Hanya Angelin yang tahu… Setiap perjalanan selalu ada kisah, seperti kisah tentang Bandrek Jagung, puisi Angeline yang menggambarkan suasana, cuaca daerah Jawa Barat yang dingin. Bandrek Jagung Malam tiba berdasma rinai Meningkahi bisik lembut seruling, lirih Bait demi bait kisah dilantunkan Ada sedepa jarak di antara kita Sementara gigil tak juga hendak berlalu, kian menggigit Segelas bandrek menyusup ke kerongongan yang kering, sepi kata-kata, selorong sunyi sejuta aksara di sinar mata, cukuplah Segelas bandrek meruntuhkan gigil
±
dalam batok kelapa sementara jagung berendam selamanya, tanpa suara, pasrah gigi berkawan lidah, perlahan melumatnya Ada sedepa jarak antara kita Segelas bandrek dalam batok kelapa, hangat, sederhana, menemani, menyelimuti aksara Mungkin jarak sedepa menjadi terlampau jauh Cihideung, Jabar, 27 Pebruari 2013 Dalam puisi Angelin ini, pembaca akan dapat menangkap makna puisi yang menggambarkan suasana Cihideung yang dingin. Tentang jarak sedepa yang terasa jauh, semacam rasa keterasingan yang tak bisa dienyahkan dengan segelas bandrek dan jagung rebus yang pasrah. Puisi, sebagaimana biasanya, adalah ungkapan hati penulisnya. Apakah Angelin ingin yang lebih dari segelas bandrek jagung? Hmmm…ini puisi yang menggelitik dan setidaknya Angelin mampu membuat imajinasi saya meliar ketika membaca puisi ini dan tersenyum sendiri sambil membayangkan wajah penulis puisi hangat ini. Puisi sahabat, puisi penuh kasih untaian mutiara yang tak ternilai Puisi penuh kasih dengan tema berbeda yang ditulis para sahabat, semuanya menggambarkan betapa pertemanan, persahabatan adalah kasih yang sejati. Puisi yang ditulis oleh teman penyair, seperti Shinta Miranda, Kurnia effendi, Nita Tjindarbumi, Evi Manalu, Nestor Rico Tambunan, Saut Poltak Tambunan, Jodi Yudono, Evert Maxmillan Pangajouw, Magi Luna, Dharmadi, Giyanto Subagio dan namanama lainnya, adalah puisi pilihan yang menggambarkan tali kasih untuk seorang Angelin yang sedang memperingati hari kelahirannya. Semua puisi sahabat dalam buku
ini, tentu bukan puisi asal-asalan para penulisnya. Semua puisi untuk Angelin adalah baris kata yang lahir dari lubuk hati sebagai tanda kasih pada Angelin, perempuan penuh senyum yang sedang berbahagia di hari kelahirannya. Hutan Perempuan 8 (Giyanto Subagio) selembar potret bergambar aku dengan seorang perempuan dari masa depan kita senasib dan sepenanggunan mengulum sunyi bersama-sama nasib bukan lagi kesunyian masingmasing makan malam yang nikmat ala timur dan barat dengan daftar menu utama : persahabatan, persaudaraan, dan kasih sayang di atas apartemen yang tinggi menjulang diam-diam sunyi menyelusup ke balik kamar lalu bersembunyi ke dalam laptop Puisi Giyanto yang menggambarkan persahabatan dengan seorang yang tinggal di sebuah aparteman, dan sahabat itu adalah Angelin. Puisi yang menggambarkan tentang persahabatan dan kedekatan tanpa membedakan suku, ras, dan status sosial. Masih banyak lagi puisi manis di buku ini yang tak mungkin dipaparkan satu per satu. Mungkin ada baiknya buku ini tak hanya dicetak terbatas agar teman, penikmat sastra, dan para sastrawan bisa ikut membaca dan menikmati berbagai menu dalam bentuk puisi yang ada di dalam buku bersampul biru ini.
Tita Tjindarbumi, sastrawan
CMYK
±