SUMENEP
3
JUMAT 22 MARET 2013 NO.0081 TAHUN II
KORUPSI
Kejari Seharusnya Tuntaskan Kasus Lama SUMENEP – Masih banyaknya kasus lama yang belum tuntas ditangani Kejaksaan Negeri (kejari) Sumenep mendapatkan perhatian dari kalangan lembaga swadaya masayarakat. LSM Sumenep Independen (SI), misalnya, menilai Korp Adhyaksa itu tidak tegas dalam menangani kasus. Malah, terkesan mengantung kasusnya. Direktur LSM SI M. Ramzy menilai kejaksaan tidak terlalu serius dalam menangani kasus korupsi. Buktinya, banyak kasus lama yang masih mengendap dan belum jelas statusnya. ”Kami tidak paham, mengapa kejari tidak menuntaskan kasus korupsi, ada apa ini?,” ujarnya, Kamis (21/3). Ramzy mengungkapkan, salah satu kasus yang masih ditangani adalah kasus raskin kepulauan. Kasus raskin kepulauan ini sudah ditangani kejaksaan sejak 2009 lalu. ”Selain itu, ada kasus dugaan penyimpangan bantuan sapi di Desa Tamidung, Kec Batang-Batang. Ini sampai detik belum juga ada kepastian,” ujarnya. Selain itu, sambung dia, ada kasus dugaan penyimpangan dana program usaha garam rakyat (Pugar), yang sudah masuk penyidikan. Ternyata, kasus-kasus tersebut saat ini tidak ada kepastian. ”Ini kasus jangan dijadikan bancakan. Jadi, kejari harus kerja keras supaya tidak menggantung. Kasihan pihak yang selalu diperiksa,” ungkapnya.
Menurut Ramzy pihaknya mendesak kejaksaan untuk bersikap tegas dengan kasus-kasu yang belum tuntas. Apabila, memang tidak ditemukan adanya bukti penyimpangan, pihaknya meminta untuk segera di SP3 (surat perintah penghentikan penyidikan). ”Intinya, kami mintna harus ada kepastian hukum,” ungkapnya. Intinya, terang dia, pihaknya meminta kejari utuk bersikap tegas terhadap kasus-kasus yang sudah lama. Supaya tidak menggantung dan menimbulkan tanda tanya. ”Kami berharap tidak ada main mata dengan pihak yang diduga terlibat. Hingga, akhirnya harus mengendapkan kasus itu. Termasuk, kasus yang baru juga segera dituntaskan,” ungkapnya. Sementara itu, Kasi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Sumenep Wahyudi menjelaskan, kasus-kasus lama itu sudah dikirim ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim. Itu untuk untuk dilakukan ekpose (gelar perkara) terhadap kasus tersebut. ”Ekspose akan segera dilakukan di kejari,” ujarnya. Ekspose itu, terang dia, untuk memastikan kasus tersebut terindikasi pidana atau tidak. Sehingga, pihaknya langsung bisa mengambil langkah. ”Saat ini kami memang konsentrasi kepada kasus lama. Kasus lama memang kami ingin segera tuntas dan ada kepastian hukum,” tukasnya. (yat)
PENDIDIKAN
Jangan Ada Pungutan dalam UN SUMENEP – Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Ach. Masuni mengingatkan pengelola sekolah untuk tidak menarik biaya ujian nasional kepada siswa. Sebab, UN merupakan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang seluruh anggarannya juga sudah disiapkan. “Unas merupakan program pusat yang seluruh anggarannya juga sudah disiapkan dari pusat,” katanya. Namun, ia tidak mempermasalahkan penarikan baiya persiapan menghadapi UN seperti tryout. “Hanya saja, jika memang harus ada tambahan biaya dalam persiapan Unas seperti tryout maupun tambahan materi hal itu di luar biaya Unas, karena untuk kepentingan siswa itu sendri,” tegasnya, Kamis (21/3). Masuni mewanti-wanti, seluruh stakeholder sekolah untuk mempersiapkan siswanya dalam menyukseskan anak did-
iknya dalam pelaksanaan UN yang akan dilaksanakan pada April mendatang.
Itu untuk menambah pengetahuan dan mental siswa agar melaksanakan Unas dengan baik dan benar Ach. Masuni
Kepala Dinas Pendidikan Sumenep Latihan-latihan ulangan di sekolah, kata Masuni, harus terus dilaksanakan sampai UN dilaksanakan. “Itu untuk menambah pengetahuan dan mental siswa agar melaksanakan Unas dengan baik dan benar,” ujarnya. (edy/ mk)
m syafii/ant
HARGA CABAI MERAH. Seorang pedagang merapikan cabai merah dagangannya di Pasar Anom, Kolor, Sumenep, Rabu (20/3). Harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Sumenep mengalami penurunan drastis dari sebelumnya Rp 24 ribu menjadi Rp 14 ribu perkilonya dikarenakan melimpahnya pasokan cabai.
APBN Alokasikan Dana Rp 5 M untuk Rehabilitasi Pasar SUMENEP - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2013 mengalokasikan dana Rp 5 miliar untuk rehabilitasi bangunan sejumlah pasar di Sumenep. Pemerintah Kabupaten setempat akan menggunakan dana tersebut untuk memperbaiki Pasar Kecamatan Lenteng. “Kami akan berusaha agar dana tersebut bisa digunakan hanya untuk membenahi Pasar Lenteng yang merupakan pasar kedua terbesar setelah Pasar Anom Baru di Kecamatan Kota," ucap Bupati A. Busyro Karim saat meninjau Pasar Lenteng, Kamis (21/3). Dalam pembangunan yang baru nanti, sejumlah fasilitas pasar akan dibenahi, seperti jalan akses menuju pasar hewan. "Saat ini, akses jalan menuju pasar hewan hanya satu jalur dan itu seringkali menimbulkan kemacetan hingga jalan
raya. Kalau memungkinkan, akses jalan ke pasar hewan akan dibuat dua jalur, yakni jalur masuk dan keluar," katanya. Selain itu, pihaknya akan membangun kios baru dan membenahi akses jalan masuk di bagian utara mengingat lokasi tersebut lebih sepi dibanding bagian tengah dan selatan yang ada akses jalannya. “Disini (Pasar Lenteng), kami akan membangun kios baru dan akses jalan menuju pasar. Karena pasar ini sangat membutuhkan perbaikan in-
frastruktur, terutama akses jalan utara pasar,” ujarnya. Namun, bupati belum bisa memastikan kapan realiasi rehabilitasi pasar. Ia mengatakan, setelah selesai melakukan pemantaun terhadap lokasi dan dapat mengkalkulasi fasilitas yang harus dibangun dan direhap, setelah itu akan dibawa ke rapat untuk segera mematangkan konsep. “Kemudian akan langsung dilakukan pemantauan lebih lanjut, agar pemetaan untuk rehabilitasi pasar menuju efektifitas pembangunan lancar dan tepat sasaran,” jelasnya. Pantauan Koran Madura, dalam kunjungan yang didampingi seorang ajudan dan dua pejabat Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan, dan Aset (DPPKA) Sumenep, bupati menyapa beberapa pedagang
di pasar. Dalam intraksi dengan pedagang, bupati bertanya penghasilan pedagang perharinya, termasuk kendala menjadi pedagang. Setelah itu, bupati meneruskan pemantaun lokasi yang siap direhab. Para pedagang menyambut baik kunjungan bupati. Seperti pengakuan Sa’iedah, 70, pedagang pisang, warga Desa Bungur Kecamatan Lenteng. “Jika Bupati punya ikhtiar baik kepada kami, perhatikan kami dengan baik,” ucapnya. Hal senada juga disampaikan Sa’diyah, warga desa Lenteng lainnya. Menurut dia, upaya bupati untuk memperbaiki Pasar Lenteng menjadi angin segar bagi para pedagang agar nyaman dan aman. “Di sini kekurangan tenda, Nak. Ketika hujan para peda-
gang terpaksa harus menepi, walaupun harus meninggalkan dagangan,” katanya. Bupati berharap, pembenahan pasar yang telah menyumbang pada pendapatan asli daerah Rp 270 juta selama 2011 dan 2012 dapat meningkatkan PAD. “Orientasi kami pasti juga ke PAD, tetapi orientasi sosial juga tetap kami lakukan, seperti pedagang-pedagang kecil yang juga harus diperhatikan, karena persoalan sosial juga berhubungan dengan sisi kemanusiaan. Jadi, kami mengejar peningkatan PAD, tetapi tidak melupakan sisi kemanusian,” paparnya. Setelah melakukan kunjungan ke Pasar Lenteng, bupati mengunjungi Pasar di Kecamatan Ganding. (sym/rif/ ant)
PERTANIAN
Petani Mulai Menanam Tembakau SUMENEP – Sebagian petani mulai siap-siap menanam tembakau. Mereka tidak terpengaruh dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Zat Adiktif berupa Tembakau. Bibit tembakau di Desa Pakandangan Tengah Kecamatan Bluto siap untuk ditanam. Sahrani, pemilik bibit tembakau mengatakan, sengaja menanam bibit tembakau lebih
awal karena pengairan petani tembakau di daerah tersebut menggunakan air hujan. Daerah itu termasuk daerah krisis air ketika memasuki musim kemarau. “Tahun lalu menjual bibit tembakau per 1000 dijual seharga Rp 25000, dan tahun ini rencananya mau dijual lebih mahal, meski sampai saat ini masih belum ada orang yang membelinya,” ujarnya diselasela mencabut rumput di lahan
bibit tembakau, Kamis (21/3). Bulan Maret, menurutnya, biasanya petani sudah mulai menanam tembakau. “Masyarakat di sini masih baru memulai mengolah sawahnya,” tuturnya. Pantaun Koran Madura, selain petani di Desa Pakandangan Tengah saat ini mulai membajak sawahnya untuk dipersiapkan sebagai lahan tanaman tembakau. Mereka membajak sawah mengguna-
kan alat tradisional menggunakan sapi. Petani yang lain Ridwan mengatakan, setelah panen jagung petani biasanya langsung membajak sawahnya karena kondisi tanah masih basah. “Sudah rutin setiap tahun menanam tembakau lebih awal, mengingat daerah ini disamping daerah tandus juga termasuk daerah krisis air khsusunya disaat memasuki musim kemarau, sehingga
pertaniannya masih menggantungkan air hujan,” tutur Ridwan. Ia menambahkan, tanaman tembakau merupakan tanaman primadona sejak nenek moyang mereka dahulu. Sehingga hingga saat ini terus selalu dikembangkan meski harganya kadang kurang menguntungkan. “Sebab masih belum ada tanaman alternatif pengganti tanaman tembakau, Mas. “ pungkasnya. (sai)
RAZIA RUMAH KOS
Petugas Klarifikasi Perempuan Tak Beridentitas SUMENEP - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Perijinan Terpadu Sumenep, Kamis (21/3), melakukan razia di sejumlah rumah kos. Dalam razia tersebut, petugas mendapatkan lima perempuan tidak memiliki identitas. “Hasilnya, lima perempuan tanpa identitas kami temukan di dalam rumah kos tersebut. Kelima perempuan itu kami bawa ke kantor untuk didata dan pembinaan selanjutnya kami kembalikan keorang tuanya karena memang tidak ditemukan bertindak asusula,” ungkap Kepala Satpol PP, Abd Madjid saat dit-
anya hasil dari razia tersebut. Razia yang dilakukan di daerah Desa Pandian Kecamatan Kota Sumenep, kata Madjid, berawal dari laporan warga. “Awalnya kami mendapatkan informasi dari warga dimana banyak rumah kos yang dijadikan tempat mesum oleh penghuninya, ternyata setelah kami datangi memang informasi itu benar terjadi,” katanya. Ia menuturkan, dalam dua tahun terakhir keberadaan rumah kos ilegal di Bumi Sumekar ini sangat marak dan meresahkan warga sekitar karena diduga dijadikan tempat mesum. Namun, warga penghuni
rumah kos tersebut diduga warga luar Kabupaten Sumenep terutama mereka yang sering melakukan mesum. “Dugaan kami, penghuni rumah kos yang diduga melakukan mesum itu warga luar Sumenep, buktinya mereka tidak memiliki identitas diri,” paparnya. Lebih lanjut ia menegaskan, Pemerintah Kabupaten Sumenep akan terus melakukan penertiban terhadap rumah kos ilegal yang menjadi tempat mesum perempuan nakal dan laki-laki hidung belang tersebut. “Kami akan terus melakukan penertiban ke rumah-ru-
mah kos yang diduga menjadi tempat mesum para hidung belang dan perempuan nakal itu. Sumenep tidak boleh dikotori oleh tindakan asusila tersebut,” ungkapnya. Dia menambahkan, untuk rumah kos yang tidak berizin dan diketahui sengaja membiarkan para penghuninya melakukan mesum, pihaknya akan memanggil dan memberikan peringatan tegas kepada pemilik rumah kos tersebut. “Kami akan memanggil pemilik rumah kos ilegal itu yang sengaja membiarkan para penghuninya berbuat mesum atau asusila,” pungkasnya. (rif/ athink/mk)
sai/koran madura
JELANG MUSIM TEMBAKAU. Terlihat salah satu petani sedang menanam bibit tembakau di sekitar areal sawahnya.