Koran Madura

Page 1

1

SENIN 8 APRIL 2013 NO. 0091 | TAHUN II Koran Madura

SENIN

Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-

8 APRIL 2013

g PAMANGGHI

YENNY GABUNG DEMOKRAT?

Muhaimin “Santai”

Perubahan Oleh : MH. Said Abdullah

Anggota DPR RI Asal Madura

JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin “Cak Imin” Iskandar menanggapi santai dengan bergabungnya mantan sekretaris jenderal, sekaligus putri pendiri PKB, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid) ke Partai Demokrat. “Tidak masalah, (dia) sejak 2009 sudah keluar dari PKB, jadi tidak masalah (bagi PKB),” kata Cak Imin di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB di Jakarta, Minggu. Putri kedua Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu telah bergabung ke Partai Demokrat bersama sejumlah tokoh muda dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Yenny juga sempat ditawari untuk menjadi caleg dari Partai Demokrat, namun tawaran itu belum ditanggapinya. Selain Yenny Wahid, adik perempuan Gus Dur, Lily Chodidjah Wahid juga membelok ke Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pascadikeluarkan dari PKB, karena berseberangan dengan Muhaimin. “Semua juga tahu potensinya seberapa. Tidak masalah, kita sudah hitung dengan matang,” kata Cak Imin singkat. Mantan anggota DPR RI itu resmi bergabung ke Partai Hanura, pada 28 Maret, sebagai kendaraan politik untuk kembali ke Parlemen Senayan. Terkait persiapan pendaftaran bakal caleg ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Cak Imin mengakui sempat terkendala dalam memperoleh bakal caleg perempuan. “Awalnya memang harus mencari karena itu kewajiban konstitusi. Lalu seluruh kader NU saya undang ke sini (DPP) dan ‘Alhamdulillah’ semuanya terpenuhi,” katanya. Dalam upaya pemenuhan kuota minimal 30 persen caleg perempuan, PKB merekrut perempuan aktivis dari berbagai organisasi sayap partai bernomor urut dua tersebut. PKB adalah salah satu fraksi yang ikut menyuarakan protes keras di Parlemen Senayan terhadap peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) soal keterwakilan perempuan di setiap daerah pemilihan (dapil) pendaftaran caleg. Konsekuensi yang harus dihadapi parpol jika tidak dapat memenuhi persyaratan keterwakilan perempuan tersebut adalah didiskualifikasi dari dapil itu. Sementara itu, PKB bahkan kelebihan caleg laki-laki untuk mengisi kursi parlemen DPR RI, sehingga kelebihan tersebut dialokasikan untuk bakal caleg DPRD. “Memang ada kelebihan laki-laki, jadi harus kami oper ke DPRD. Namun semuanya sudah terpenuhi 100 persen,” tambahnya. Namun, secara keseluruhan, persiapan pendafaran caleg PKB telah matang dan sebelum 15 April pihaknya akan menyerahka seluruh nama daftar caleg sementara ke KPU. (ant/sis/beth)

Berdasarkan survei LSI, sekitar 30,6% responden setuju menghukum sendiri pelaku kejahatan karena tidak percaya proses hukum yang adil. “Mereka yang tidak puas dan tidak yakin bahwa sebuah kasus akan diselesaikan secara adil melalui hukum formal akhirnya mengambil langkah menghakimi pelaku,” kata Peneliti LSI Dewi Arum di Jakarta,Minggu,(7/4). Meski demikian, kata Arum, masih lebih banyak publik yang memilih setuju , pelaku kejahatan diproses hukum secara adil, yakni 46,3%. Namun demikian,sambungnya, antara masyarakat yang setuju dengan main hakim sendiri dan yang setuju proses hukum secara adil bedanya makin tipis. “Hanya

IMIGRAN GELAP

KASUS LAPAS CEBONGAN

Dari Myanmar Terdampar di Aceh BANDA ACEH- Sekitar 80 orang etnis Rohingya asal Myanmar terdampar di Pulo Aceh dan diselamatkan warga Kabupaten Aceh Besar. Kasubag Humas Polres Aceh Besar Ipda Zulkifli Daud yang dikonfirmasi ANTARA dari Banda Aceh, Minggu malam, membenarkan adanya warga Myanmar yang terdampar di Pulo Aceh pada hari Minggu pukul 17.00 WIB. Puluhan warga Myanmar etnis Rohingya yang terdampar di pulau tersebut merupakan penumpang seunit speedboat, yang diperkirakan sebelumnya terapung-apung di perairan laut kawasan tersebut. Dari sekitar 80 etnis Rohingya itu tercatat lima orang di antaranya adalah anak-anak, selain pria dan wanita. Mereka terdampar di Pulo Gugub yang merupakan bahagian dari Pulo Aceh. Dan, saat terdampar kondisi mereka sangat lemah dan masyarakat memberikan bantuan spontanitas, kata Tgk Samad seorang warga Pulo Aceh. Ke-80 warga Myanmar etnis Rohingya itu mengaku hendak berlayar ke Australia namun terdampar ke Pulo Aceh. Saat ini mereka, ditampung di salah satu rumah di komplek Mapolsek Pulo Aceh, kata dia menambahkan. Sebelumnya, lebih 100 warga etnis Rohingya juga terdampar di dua lokasi terpisah di wilayah perairan Provinsi Aceh, yakni di Aceh Utara dan Aceh Timur sepanjang 2013. Tgk Samad juga mengatakan bahwa puluhan etnis Rohingya itu kemudian diberikan bantuan makan oleh warga. (ant/beth)

ant/reno esnir

KEN DEDES. Sejumlah seniman mementaskan opera bertema sejarah klasik dengan judul Ken Dedes Wanita Dibalik Tahta digelar di Gedung Cak Durasim, Surabaya, Jatim, Sabtu (6/4) malam. Opera yang di produseri oleh Eni Sulistyowati, yang sekaligus berperan sebag ai Kendedes tersebut melibatkan 150 seniman tradisional dari Surabaya, Surakarta, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat

Penegak Hukum Mulai Kehilangan Kepercayaan LSI: 30,6 Persen Responden Lebih Suka Main Hakim Sendiri JAKARTA-Hasil kajian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) terhadap penegakan hukum di Indonesia mengejutkan. Betapa tidak, prosentasi jumlah masyarakat yang lebih menginginkan main hakim sendiri, alias hukum rimba meningkat. sekitar 29,8% responden yang menyatakan puas terhadap penegakan hukum di Indonesia. Minimnya kepercayaan publik atas proses penegakkan hukum ini berkorelasi pada cukup tingginya masyarakat yang setuju main hakim sendiri,” tambahnya. Menurut Arum, sebanyak 23,1% responden tidak menjawab atau tidak tahu. Yang jelas rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dapat memunculkan anarkisme. “Tak berlebihan dan mengherankan jika dikatakan bahwa maraknya kasus main hakim sendiri yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia merupakan refleksi dari ketidakpercayaan terhadap penegakan hukum yang dilakukan negara,” tambahnya

Lebih jauh Arum memberikan contoh, kasus penembakan empat tahanan di Lapas Cebongan, Sleman; penyerangan Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU); dan pembakaran gedung pemerintahan di Palopo adalah contoh nyata dari ketidakpercayaan publik terhadap hukum. Tidak Puas Meningkat Lebih lanjut, Arum melihat tren yang terjadi selama ini, menunjukkan ketidakpuasan terhadap penegakan hukum di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun sampai menjelang akhir pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dari survei LSI pada Januari 2010, responden yang menyatakan tidak puas atas penegakan hukum sebesar 37,4 %. Sementara pada Oktober 2010, tingkat ketidakpuasan naik menjadi 41,2 %. Pada September 2011, responden yang tak puas dengan proses penegakkan hukum sebesar 50,3 %. Di bulan Oktober 2012, tingkat ketidakpua-

san kembali naik menjadi 50,3 %. Pada April 2013 ini, mereka yang tidak puas mencapai 56,6 %. Penegakan hukum di masa pemerintahan Presiden SBY juga dinilai tak lebih baik dari pemerintahan presiden sebelumnya. Sebesar 41,3 % menilai penegakan hukum di era SBY sama saja dari pemerintahan sebelumnya. Sebanyak 26,5 % bahkan menyatakan lebih buruk, dan hanya 22,6 % yang mengatakan penegakan hukum di era SBY lebih baik dari era pemerintahan sebelumnya. Adapun, survei yang dilakukan LSI mengambil rentang waktu 1 hingga 4 April 2013. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 %. Survei dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia. Survei juga dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, focus group discussion, dan in depth interview. (gam/cea)

Presiden Didesak Terbitkan Perpu

JAKARTA-Keputusan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang membawa 11 anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus TNI AD), pelaku penyerbuan Lapas Cebongan, Yogyakarta ke Peradilan Militer tidak akan sepenuhnya memenuhi rasa keadilan public. Untuk itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didorong menerbitkan Perpu tentang Peradilan Militer yang memungkinkan anggota TNI bisa diperiksa di peradilan umum, karena melakukan tindak pidana di luar dinas ketentaraan. “Tanpa terobosan ini, hasil inves-

tigasi hanya akan antiklimaks tanpa dapat memenuhi rasa keadilan,” kata Ketua Badan Pekerja Setara Institute, Hendardi di Jakarta, Minggu (7/4). Dia menilai, praktik peradilan militer selama ini tidak fair. Contoh kasusnya kata dia dalam proses peradilan dalam kasus yang melibatkan Tim Mawar. “Prosesnya tidak transparan, dan tidak akuntabel,” jelas dia. Karena itu, harus dibuat Perpu tentang Peradilan Militer yang memungkinkan anggota TNI bisa diperiksa di peradilan

umum. Tanpa ada terobosan maka proses hukum terhadap anggota Kopassus ini tidak akan memuaskan public. “ Temuan investigasi TNI terhadap kasus LP Cebongan patut diapresiasi sekalipun mengejutkan, karena dalam sejarah TNI temuan semacam ini langka. Apalagi dalam waktu yang cukup singkat,” kata dia. Bahkan kata Hendardi, melalui tangan TNI, khususnya KSAD, SBY yang tampak tidak berbuat banyak telah memetik insentif politik dari ekspektasi publik yang mendesak kasus ini segera diungkap. “Inilah salah satu bentuk pencitraan,” imbuh dia. Sebelumnya, Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo menegaskan siap bertanggungjawab terhadap ulah 11 oknum anggotanya. Alasannya, dalam pemeo militer, tidak ada prajurit yang salah. Yang salah adalah komandannya. “Yang jelas 11 orang itu adalah anak buah saya dan sayalah atasannya, Mayjen TNI Agus Sutomo. Saya orang paling terdepan bertanggung jawab,” kata Agus Sutomo di Jakarta,Jumat,(5/4). Diakui Agus, anggota Kopassus memang tersebar di berbagai wilayah. Karena itu sebagai pemimpin di institusi militer tidak akan lari dari tanggungjawab. “Grup I itu Serang, grup II itu Solo dan yang lainnya itu bawahan saya, itu semua organisasi saya, anak buah saya. Maka sayalah orang yang paling bertangung jawab di institusi Kopassus ini,” tegasnya Soal prosedur hukum 11 anggota Kopassus yang menyerbu LP Cebongan, Agus menyerahkannya ke hukum militer. “Ini semua ada prosedurnya, kita serahkan pada hukum di militer,” katanya. (gam/cea/abd)

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Esok harus lebih baik dari hari ini,” demikian kata pepatah bijak yang sering terdengar dalam percakapan keseharian. Sebuah ungkapan yang menegaskan tentang urgensi perubahan. Bahwa manusia sejatinya sebagai makhluk mulia harus selalu berproses ke arah yang lebih baik. Tidak terbelenggu kondisi yang telah berlalu. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Visi dan pemikiran inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ada kesadaran untuk berproses menuju kehidupan lebih baik, dari waktu ke waktu melalui proses belajar, memahami lalu mencari solusi masalah yang dihadapi. Dan pada titik ini pulalah bisa dibedakan prestasi keberhasilan antara manusia. Mereka yang sukses memilki kesadaran berubah lebih cepat dan mampu membaca situasi lalu berusaha secara maksimal membebaskan diri menuju kehidupan lebih baik. Sementara, mereka yang lambat dalam menyadari urgensi berubah, terbelenggu dalam situasi statis berkepanjangan. Akhirnya tercecer di tengah dinamika peradaban manusia. Tidak mudah memang, membangkitkan kesadaran perubahan. Bahkan untuk menuju perubahan yang lebih baik pun, manusia seringkali dibelenggu kegelisahan dan keberatan. manusia Termasuk bayang-bayang sejatinya kegagalan. sebagai makhluk Padahal mulia harus hidup dalam selalu berproses keadaan apa ke arah yang pun selalu berlebih baik hadapan dengan tantangan. Tak ada sejengkalpun perjalanan hidup ini, yang lepas dari tantangan. Manusia justru disebut manusia karena harus menyelesaikan dan mentuntaskan tantangan yang terbentang di depan mata. Dalam keadaan apa pun manusia “dipaksa” keadaan menghadapi berbagai tantangan. Karena itu tantangan tidak boleh ditakuti dan tak akan pernah dapat dihindari. Tantangan harus dijawab dengan keberanian untuk menyelesaikannya. Gagal? Sebenarnya tak ada manusia yang gagal dalam menghadapi kehidupan ini. Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan survive menghadapi situasi apa pun. Hanya kadang ada perbedaan percepatan kemampuan manusia dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Ada manusia yang mampu membangkitkan kesadaran perubahan secara cepat termasuk dalam memahami tantangan serta dalam penyelesaiannya. Ada manusia yang ritmenya berbeda sehingga kecepatan kemampuan memahami dan menjawab tantangan berbeda. Kecenderungan malas berubah juga seringkali muncul karena sikap pasrah pada situasi. Nrimo dalam arti tak mau berusaha. Bukan nrimo dalam artian menerima hasil dari upaya kerja keras. Merasa cukup dalam keterbatasan tanpa ikhtiar untuk berusaha mencapai hasil lebih baik. Agama apa pun di dunia mengajarkan sikap nrimo. Namun pengertian dari perspektif agama ini bukan sebuah sikap pasrah apalagi putus asa. Semangat yang dibangun agama adalah menerima hasil apa pun setelah berusaha maksimal. Jadi tetap ada keharusan mengembangkan etos kerja keras untuk mencapai hasil terbaik. Kesadaran perubahan memang memerlukan keberanian, kekuatan dan keyakinan serta kerja keras. Bahkan untuk menuju ke hal yang menjanjikan dan sangat menggoda sekalipun. =

Cak Munali


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Koran Madura by koran madura - Issuu