KORAN PROBOLINGGO N KORAN MADURA N MADURA Lapsus
RABU 15 JANUARI 2014 No. 0280 | TAHUN III
RABU 15 JANUARI 2014 | No. 0280 | TAHUN III
SURABAYA – Masih ingat dengan sebuah lagu karya Rhoma Irama yang berjudul Mirasantika? Yah… dari lirik lagu tersebut sudah sangat jelas sekali mengingatkan kita akan bahaya dari yang namanya Minuman Keras dan Narkotika. Tetapi mengapa akhirakhir ini seakan-akan minuman keras (miras) jenis “Cukrik” menjadi trend dan gaya hidup bagi sebagian orang, mengapa sudah tahu bahaya dan akibatnya masih dilakukan? Bukankah sudah banyak contoh dan kasus akibat dari dampak buruk dari mengkonsumsi Cukrik?
Jatim Darudat Cukrik
G. Armadianto semeru/koran madura
HASIL TANGKAPAN. Anggota Satreskrim Polrestabes Surabaya Brigadir Widodo saat menunjukkan hasil tangkapan ratusan botol kosong cukrik.
Maraknya korban berjatuhan akibat cukrik, membuat miris seluruh lapisan masyarakat, terutama para orang tua.Kasus ini terus melebar di Jawa Timur. Setelah belasan orang meninggal di Mojokerto dan Surabaya, akhir pekan lalu minuman tersebut juga menewaskan sejumlah pemuda di Pasuruan dan Madiun. Tentu kita bertanya-tanya, bahan apa yang dioplos (campur) dalam minuman tersebut sehingga menyebabkan kematian secara serentak bagi peminumnya dan mengarah para keracunan? Padahal kita tahu, gaya hidup minumminuman keras sudah sejak dulu. Bahkan hampir di seluruh wilayah Indonesia dan dunia hingga menjadi tradisi dan budaya. Beberapa nama minuman keras khas dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya adalah Arak (Tuban), Ciu (Semarang), Lapen (Yogyakarta), Sofi (Ambon), Cap Tikus (Papua), Arak Bali (Bali), Cukrik (Surabaya) dan Tuak (Gresik -Tuban). Minuman - minuman tersebut, diproduksi secara tradisional dengan memanfaatkan sumber daya alam di daerahnya masing-masing. Namun khusus untuk minuman keras khas Surabaya (cukrik), bukan merupakan minuman produksi lokal, terdapat beberapa ramuan yang dioplos untuk meninggikan kadar alkohol, serta memberikan rasa pada minuman. Tidak jelas pula, nama cukrik berasal dari mana. Cukrik juga tidak memiliki arti khusus dalam bahasa Surabaya. Mesin pencari google pun tidak menemukan artikel yang menjelaskan sejarah minuman ini. Beberapa spekulasi
muncul dari namacukrik, diantaranya adalah nama peramu pertama minuman keras di Surabaya. Nama cukrik sendiri telah lama populer di kalangan masyarakat Surabaya, khususnya penghobi minuman keras.Mesin pencari google menyebutkan, sekitar tahun 90-an, warna minuman cukrik cukup bening dan memiliki bau sangat khas alkohol. Beda dengan minuman keras lain yang baunya muncul dari bahan dasar yang digunakan. Menurut para medis, minuman tersebut berkadar alkohol tinggi bisa mencapai 90 persen. Akibat minuman tersebut, efek yang timbulkan adalah impotensi hingga kebutaan permanen. Penggiat kesehatan, dr. Mira Samia mengatakan, "Harusnya pencegahan menjadi sesuatu yang diprioritaskan, karena masalah kesehatan adalah taruhan nyawa, sedikit saja kesalahan dilakukan maka fatal akibatnya. Apalagi minuman ini (cukrik) adalah minuman yang banyak mengandung zat kimia berbahaya," ujar Mira. Rupanya, harga ekonomis dengan efek memabukkan yang tinggi pada minuman cukrik cukup digemari masyarakat Surabaya.Pada era tahun 90-an, tidak terjadi kasus keracunan miras yang berujung pada kematian.Hal ini sudah tentu adanya perubahan bahan campuran atau takaran pada cukrik.Informasi yang berkembang, bahan alkohol atau dalam bahasa kimianya etanol, telah diganti dengan metanol atau yang biasa kita sebut dengan spirtus. Beberapa artikel menyebutkan, etanol (alkohol) dan metanol (spirtus) merupakan satu proses
yang sama namun berbeda bahan dasar. Untuk etanol biasanya berbahan dasar kayu atau batu bara. Metanol sendiri dikenal cukup berbahaya jika masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan kematian.Salah satu artikel menyebutkan 3 mililiter metanol yang masuk ke dalam tubuh manusia, bisa menyebabkan kebutaan secara permanen.Dalam peredarannya pun dibedakan.Untuk penjualan bebas, metanol diberi warna ungu, hal ini sebagai pembeda antara etanol (alkohol) dan metanol (spirtus). Pasalnya, keduanya mempunyai warna dasar, bau dan rasa yang sama, namun dengan tingkat bahaya yang berbeda.
masalah kesehatan adalah taruhan nyawa, sedikit saja kesalahan dilakukan maka fatal akibatnya.
dr. Mira Samia Ahli Medis
Keuntungan bisnis cukrik ternyata bisa menggiurkan siapa saja. Termasuk Teguh Sukirno yang tercatat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) golongan II-d di sebuah kampus negeri di Surabaya, Senin (13/1) digrebek Anggota Unit Resmob Polrestabes Surabaya di kediamannya di Jalan Jojoran, Gubeng yang juga dijadikan rumah produksi penyulingan cukrik. Petugas menemukan 12 botol cukrik 1,5 liter dan 40 botol ukuran kira-kira 0,5 liter. Selain itu, ada ratusan botol kosong, sebuah gentong plastic, dan sarin-
gan dari kapas khusus. Dari hasil tangkapan Polrestabes Surabaya selama 2013,para tersangka mengaku dalam mengoperasikan usahanya menjual miras tanpa izin erdar dan melanggar hukum tersebut selalu berpindah-pindah tempat tinggal dari Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Pasca belasan tewas akibat menegak minuman oplosan, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur mengeluarkan perintah kepada semua polres jajaran supaya lebih intens dan lebih tegas dalam melakukan penertiban peredaran cukrik.Perintah penertiban tersebut agar masyarakat tidak lagi mengkomsumsi miras lagi, dan pelakunya dijerat dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup.Polda Jatim juga masih melakukan penyelidikan atas peristiwa yang terjadi Mojokerto, Surabaya, Pasuruan termasuk kasus baru di Madiun. Sebelumnya, juga Gubernur Jatim, Soekarwo mengimbau kepada masyarakat untuk membantu mencegah dan tidak membiarkan adanya peredaran minuman keras. "Sudah terlalu banyak korban yang muncul akibat minuman keras oplosan ini. Kalau aparat saja yang bekerja tidak bisa karena harus dibantu masyarakat.Penegakan peraturan perundangan juga harus lebih ditingkatkan," ujar Soekarwo ini juga berharap kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat untuk aktif dan tidak berhenti melakukan razia minuman keras demi tegaknya Peraturan Daerah. dr. Mira Samiajuga menambahkan, publikasi dan pember-
N
itahuan secara berkala mengenai bahaya minuman keras wajib dilakukan kepada seluruh masyarakat. "Kematian beberapa pemuda seharusnya menjadi pelajaran, agar semua pihak bisa bekerjasama untuk mencegah tidak terulangnya kejadian tersebut.Dinas kesehatan, kepolisian, organisasi-organisasi kemasyarakatan harus memperhatikan hal tersebut, tidak hanya di daerah Jawa Timur tapi juga di seluruh daerah di Indonesia," tegasnya. Untuk itu, ada dua cara untuk mengatasi persoalan peredaran cukrik. “Dua cara itu harus dilakukan secara bersama-sama. Jika tidak, masyarakat bisa mencari celah untuk tetap meminum cukrik,” ujar Sosiolog Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Bagong Suyanto. Pertama, pendekatan berbasis kultural yaitu mendekati ketua geng atau kelompok yang memimpin kelompok marginal seperti komunitas preman yang menganggap cukrik bukanlah minuman yang berbahaya atau ancaman dengan memberikan edukasi dan persuasi mengenai cukrik sekaligus bahayanya. Jika berhasil, lanjut Bagong, maka anggota kompok itu pasti menuruti apa yang dikatakan pemimpinnya karena ketua kelompok dianggap sebagai contoh atau patron oleh anggotanya. Kedua, harus ada pendekatan legal yaitu penerapan peraturan daerah (perda) mengenai miras supaya memberi efek pemberantasan cukrik hingga produsennya. Menurut Bagong, kelompok marginal tersebut menganggap cukrik sebagai tantangan, karena sesuai dengan kepribadian orang menengah ke bawah yang cenderung resisten dan mereka cenderung menyimpang. “Masyarakat itu juga mengembangkan kode etik sendiri atau gaya hidup yang menantang aturan dan resiko,”ujarnya. Sehingga, lanjut Bagong, masyarakat itu menganggap semakin berbahaya cukrik membuat mereka semakin tertantang.Selain itu, kepribadian masyarakat marginal terbiasa meminum cukrik secara berkelompok sehingga mereka selalu meminum cukrik dengan menggelar pesta. Sayang, polisi tidak bisa berbuat banyak pada pengkonsumsi cukrik.Jika tertangkap pun, hanya sebatas menerima pembinaan karena pelanggaran yang diakibatkan miras oplosan itu hanyalah Undang-undang Tipiring.Padahal tujuan polisibisa menjerat pidana menggunakan Undang-Undang Pangan, jika positif terdapat kandungan alkoholnya.Dengan bantuanBalai Pengawasan Obat dan Makanan (BPPOM) untuk meneliti kandungan di dalamnya. = G. ARMADIANTO SEMERU