4 minute read

Pengalaman IISMA 2022 di Taiwan

Next Article
Campus Ministry

Campus Ministry

seluruhan kegiatan IISMA dapat dikonversi menjadi 20 SKS.

Mata kuliah yang paling saya gemari adalah European Urban Culture and Economy dari mata kuliah Management Undergraduate Program Mata kuliah ini mengulas tentang budaya perkotaan di Eropa dan dampak sosial ekonomi yang muncul, lalu membandingkannya dengan budaya perkotaan yang ada di Taiwan dan Indonesia. Kelas kami terdiri dari campuran mahasiswa IISMA dan mahasiswa lokal Taiwan serta sempat mengadakan outing class dan study tour Melalui mata kuliah ini, saya berkesempatan untuk mengikuti study tour tiga hari dua malam ke sejumlah perusahaan dan komunitas yg bergerak di bidang sustainable economy Selain itu, saya juga berkesempatan untuk mengunjungi kantor Taiwan Film & Audiovisual Institute (TFAI), lembaga arsip perfilman Taiwan.

Advertisement

Mata kuliah lainnya yang saya pelajari adalah Introduction to Engineering and Engineering Ethics dari program studi International Advanced Technology Program Mata kuliah ini memperkenalkan mahasiswa dengan beragam program studi teknik di NTUST, beragam industri yang ada di Taiwan, serta mengadakan dua kali study tour Melalui mata kuliah ini, saya berkesempatan untuk mengunjungi kantor pusat Industrial Technology Research

Pojok Alumni

Institute (ITRI), lembaga penelitian dan pengembangan teknologi Taiwan serta

Museum of Innovation milik Taiwan

Semiconductor Manufacturing Company ( T S M C ) , p e r u s a h a a n m a n u f a k t u r semikonduktor terbesar di Taiwan.

Mata kuliah lain yang saya ambil adalah bahasa Mandarin yang langsung diampu oleh dosen native speaker asal Taiwan. Baru kali ini saya mempelajari bahasa asing selain bahasa Inggris secara serius, di mana dahulu saya hanya pernah iseng menjajal sejumlah bahasa asing melalui aplikasi Duolingo

Selain itu, saya juga mengambil mata kuliah

Advanced English for Presentation Mata kuliah ini melatih mahasiswa dengan metode presentasi yang mampu menarik dan meyakinkan audiens.

Meski terlihat menyenangkan, namun mengenyam pendidikan di luar negeri mempunyai tantangannya tersendiri

Adaptasi dan batasan budaya serta bahasa merupakan tantangan terbesar bagi setiap mahasiswa, termasuk saya Tak banyak warga Taiwan yang bisa berbahasa Inggris, dan umumnya mereka adalah akademisi dan pekerja kantoran, sementara lainnya hanya bisa berbahasa Mandarin atau Hokkien Orang Taiwan juga umumnya mempunyai kepribadian pendiam dan jarang berinteraksi dengan orang baru Selain itu kegiatan IISMA yang mendorong para awardees untuk aktif bereksplorasi dan beraktivitas di luar sangat kontras dengan kehidupan saya sebelumnya yang hanya berkutat dengan kuliah dari rumah selama dua tahun lebih. Butuh waktu hampir dua bulan bagi saya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan negara Taiwan, padahal lamanya program IISMA saya di negara ini hanya sekitar empat bulan.

Terlepas dari segala suka-duka yang dialami, saya bersyukur karena telah mendapatkan kesempatan berkuliah di luar negeri. Tujuan utama saya mengejar IISMA ini adalah untuk keluar dari zona nyaman, mengeksplorasi hal baru, dan mengembangkan wawasan dan kemampuan diri. Jika saya tidak mau keluar dari zona nyaman, maka saya akan tetap stagnan dan tidak akan berkembang sama sekali. Selain mengasah kemampuan, hal terpenting lainnya adalah mengejar setiap kesempatan yang ada.

Saya berharap para mahasiswa UKDW mau untuk keluar dari zona nyaman dan mengejar segala asa dan mimpinya Tak perlu khawatir akan kemampuan diri sendiri Tak perlu khawatir akan segala tantangan yang akan dihadapi Lakukan yang terbaik meski dirimu tak akan menjadi yang terbaik Yakinkan diri dan hadapi tantangan di depan, niscaya Tuhan senantiasa menolong kita. [Samuel Putratiarno]

“Tulisan” Sebagai Ungkapan Alam Pikir

dalam tulisan Francis Lim berperan sebagai mediator antara manusia dengan dunianya, yang tanpanya manusia tidak dapat hidup Di sisi lain, teknologi juga bertanggung jawab dalam pemisahan manusia dengan alam sebagai konteks hidupnya Ihde menggambarkan arloji sebagai teknologi yang berdiri sendiri dan memisahkan manusia dari alam yang merupakan konteks pergerakan waktu: matahari, bulan dan bintang. Perkembangan teknologi jam digital mengarah kepada konteks waktu yang semakin sempit. Jam digital hanya berorientasi pada waktu saat ini tanpa menghadirkan konteks rentang waktu sebagaimana jam analog.

adalah ada, perubahan terjadi bila sesuatu dari tidak ada menjadi ada atau sesuatu yang eksis berhenti mengada Lantas apa relasinya dengan judul dalam tulisan ini?

Kecerdasan buatan (AI) hanyalah sebuah konsekuensi logis perkembangan teknologi Keberadaannya tidak dapat dihindari, dia ada, namun apakah dia mengada? Pertemuan kecerdasan buatan dengan kesadaran manusia sebagai pengguna membawanya ke berbagai arah berbeda yang mungkin juga dengan pola berbeda atau bahkan tanpa pola. Manusia menggunakan teknologi sejatinya sebagai ‘asisten’ yang digambarkan Don Ihde

Bertrand Russel secara sangat baik menuangkan pemikiran Parmenides −filsuf yang pemikirannya turut memengaruhi Plato− dalam tulisannya. Melalui filsafatnya, Parmenides membagi ajaran ke dalam “jalan kebenaran” dan “jalan pemikiran”. Kebenaran berarti “ada” dan sesuatu yang dipikirkan pun berarti “ada”, karena ketika manusia berpikir tentang sesuatu, maka sesuatu itu “ada” dan eksis di dalam pikirannya. Filsafat Parmenides membawa pada premis bahwa sesuatu yang “ada” dan yang dipikirkan adalah sama, jalan kebenaran dan jalan pemikiran sesungguhnya sama.

Parmenides meyakini tidak adanya perubahan, sesuatu yang ada dalam pikiran

Ribuan purnama silam, mungkin AI bukanlah sebuah kebenaran karena ketidakberadaannya dalam wujud sekarang, namun bukan berarti AI tidak eksis dalam alam pikir para ilmuwan atau filsuf masa lalu. Ketika para ilmuwan memikirkan AI, maka AI ada dan merupakan sebuah kebenaran. Manusia masa kini pun menggunakan AI sebagai mediator dirinya dengan dunianya, tentu saja dalam berjuta aplikasi dan berjuta tujuan Ketika manusia menggunakan AI sebagai mesin produksi tulisan, apa sesungguhnya yang eksis? Tulisan yang dihasilkan AI apakah sebuah kebenaran?

Ketika AI menghadirkan sesuatu dalam wujud tulisan, maka dia menjadi ada, siapa atau apa pun yang menghadirkannya Apakah yang dihadirkan sebuah kebenaran?

Bisa jadi dan sangat mungkin iya, karena AI bekerja berdasarkan data tersimpan dalam memori. Data dari berbagai sumber yang selanjutnya AI deskripsikan dengan berbagai algoritma dan menjadi eksis Tulisan dihasilkan melalui proses algoritma AI menjadi objek ontologis Namun apakah sebuah kebenaran bila dikatakan bahwa tulisan itu hadir dari seseorang yang menggunakan AI, di sinilah kebenaran harus dipertanyakan Sebagaimana ilustrasi Bertrand Russell tentang ‘Hamlet’, seorang Pangeran Denmark yang dihadirkan Shakespeare dari alam khayal. Adalah suatu kebenaran bahwa ‘Hamlet’ dihadirkan oleh seorang bernama Shakespeare dan bukannya AI Berbeda dengan ‘penulis’ yang menghadirkan kebenaran melalui AI, tulisan yang dihasilkan sangat mungkin merupakan sebuah kebenaran karena AI bekerja berdasarkan data, namun bukanlah sebuah kebenaran bila disebutkan tulisan tersebut berasal alam pikir pengguna AI.

Sampai di sini kita sama-sama memahami makna kebenaran, merupakan sebuah kebenaran bila sesuatu ada, bahkan walaupun ada dalam alam pikir. AI sebagai produk teknologi hanyalah alat dengan peran sebagai mediator manusia-dunia. Francis Lim mengungkap kebersetujuan Don Ihde terhadap Martin Heidegger bahwa, alat hanyalah alat dalam konteks kebergunaannya, manusia janganlah larut dalam keberhanyutan perkembangan teknologi Manusia dalam pandangan Ihde dan Heidegger harus menyadari dampak teknologi dalam kehidupannya dan tidak memiliki kebergantungan padanya [Parmonangan Manurung - Alumni Arsitektur UKDW 1993]

This article is from: