3 minute read

Haji: Perjalanan Suci

untuk Pembenahan Diri

Oleh: Muslihati

Advertisement

Labbaikallahumma labbaik labbaika la syarika laka labbaik

Aku penuhi panggilan Mu ya Allah, tidak ada sekutu bagiMu

Setiap kali terdengar lantunan talbiyah, akan terbayang ibadah haji dan umroh. Lafadz talbiyah yang selalu dilantunkan para jamaah haji dan umroh saat berihram mengandung makna pernyataan akan Keesaan Allah sang Maha Pencipta dan memenuhi panggilan Nya menunaikan ibadah haji dan umroh, bertamu ke baitullah di tanah suci Makkah.Bagi generasi milenial mungkin ada beberapa pertanyaan yang muncul tentang haji, apa itu haji, bagaimana runtutan historisnya, apa keistimewaan dan manfaatnya.

Kata Haji atau al-Hajj berarti menyengaja, secara syar’i, haji berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah di Mekah untuk melakukan beberapa rangkaian amal ibadah menurut rukun dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syariat.

Secara historis, Rasulullah SAW menunaikan ibadah haji pada tahun kesepuluh hijriyah dan menjadi tonggak diwajibkannya ibadah haji bagi yang mampu. Sebelumnya beliau pernah memulai perjalanan untuk beribadah umroh, namun dihalangi oleh kaum kafir Quraisy dan berakhir dengan perjanjian Hudaibiyah.

Haji memang ibadah yang istimewa, tidak seperti empat rukun Islam lainnya, ibadah ini satu-satu nya rukun islam yang pelaksanaanya terikat oleh waktu dan tempat. Haji hanya dapat ditunaikan di Masjidil haram, Padang Arafah, Musdalifah, Mina yang semua berada di area tanah haram

Makkah al Mukarromah. Rangkaian manasik haji ini dirujuk dari kisah Nabi Ibrahim as yang memperoleh perintah dari Allah SWT melalui mimpi untuk menyembelih putra terkasih

Nabi Ismail as. Meski dihalang-halangi oleh

Iblis yang diusirnya dengan lemparan batu, perintah Allah tetap ditunaikan dengan penuh keikhlasan. Haji adalah napak tilas jejak suci Nabi Ibrahim yang manasiknya dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Haji hanya dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah, bulan terakhir dalan tahun hijriah. Berbeda dengan umroh yang dapat dilaksanakan setiap saat, Rangkaian utama ibadah haji yaitu wuquf di padang Arafah, mabit di Musdalifah, mabit juga lempar jumrah di Mina dan tawaf Ifadah terjadwal pada mulai tanggal 9 hingga 12 Dzulhijjah sebagaimana petunjuk Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 197 yang artinya

(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji.

Ibadah haji juga memerlukan biaya dan perbekalan yang cukup, terutama bagi muslim yang berasal dari negara selain Arab Saudi. Lebih dari itu rangkaian ibadah haji merupakan aktivitas fisik yang memerlukan kekuatan dan kesehatan prima. Tidak berlebihan jika perintah ibadah haji diwajibkan bagi yang mampu sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imron ayat 97 yang artinya

Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.

Ayat tersebut jelas menyampaikan, siapapun yang mampu baik secara finansial dan fisik, hendaklah menyempurnakan keislamannya dengan menunaikan ibadah haji. Ayat ini seolah menjawab keraguan manusia yang terkadang bimbang untuk beribadah haji dengan berbagai alas an sekalipun dia tahu Haji adalah rukun Islam. Allah menegaskan bahwa Dia Maha Kaya, tidak memerlukan apapun dari makhluknya, dan Maha Kaya Allah yang akan memampukannya beribadah haji.

Menyerap Makna Ibadah Haji

Sebagai ibadah yang istimewa, setiap tahapan manasik haji mengandung makna yang dalam dan fadhilah yang besar. Dimulai dari berihram untuk umroh, melaksanakan thawaf dan sai, wuquf, mabit di muzdalifah hingga lempar jumrah dan tahalul semua memuat makna spesifik dan luar biasa. Banyak para ulama menyampaikan bahwa berihram berarti menanggalkan semua status dan predikat diri, berlatih mengendalikan diri dan mengasah ketabahan sebagaimana perjuangan Siti Hajar mencari air untuk Nabi Ismail yang masih bayi.

Wukuf bermakna berdiam, merenung, memohon ampunan dan Rahmat Allah SWT. Mabit di muzdalifah untuk mencari kerikil mengingatkan pada padang Mahsyar dimana berjuta-juta manusia dalam posisi yang sama dihadapan Allah sedang menunggu ampunan dan Rahmat Nya. Sedangkan lempar jumrah bermakna melempar “sisi negatif diri” yang sering menjadi hambatan. Dengan kata lain kita membuang sifat negatif dan mengganti dengan sifat positif. Sedangkan tahallul bermakna menghalalkan diri untuk Kembali Bersama dalam alam nyata kehidupan riil dengan segala tantangannya. Dan Spirit ketangguhan, semangat untuk berjuang dan meneruskan generasi positif perjuangan yang diserap pada siswa.

Begitu luar biasanya haji, maka panggilkan diri kita untuk menunaikan ibadah haji melalui doa, agar kemudahan dan kelancaran dilimpahkan oleh Allah SWT

Penulis adalah dosen BK FIP UM dan anggota penyunting majalah Komunikasi