3 minute read

Potret Wanita dalam Film Merindu

Cahaya De Amstel

oleh Lailatur Rakhmawati

Advertisement

Judul Film : Merindu Cahaya De Amstel

Sutradara : Hadrah Daeng Ratu

Penulis : Benni Setiawan

Penata Musik : Joseph S. Djafar

Produser : Oswin Bonifanz

Rilis / Durasi : 20 Januari 2022 / 107 Menit serta menjadi budak atas laki laki yang sangat ia cintai Niels. Namun Niels membalas ketulusan Marien dengan kekerasan, keegoisan dan pengkhianatan. Hingga hal tersebut membuat Marien melakukan percobaan bunuh diri di dalam mobilnya. Agaknya Mrien masih disayang oleh Sang Pencipta. Marien ditemukan dalam keadaan sekarat oleh Fatimah yang merupakan Ustadz. Kemudian Fatimah menolong Marien dan menuntun Marien untuk memeluk agama islam, oleh karena itu namanya berganti menjadi Khodijah.

Pemeran : Amanda Rawles (Khadija Veenhoven), Brayn Domani (Nicholas van Dijk), Rachel Amanda (Kamala), Oki Setiana (Fatimah), Ridwan Remin (Joko), Maudy Koesnadi (Ibu Kamala), Rita Nurmaliza (Sarah).

Nicho sosok laki laki baik yang berprofesi sebagai fotografer jurnalis disela kesibukan kuliahnya. Pertemuan Nicho dan Khodija terjadi ketika Nicho tidak sengaja membidik sosok perempuan berhijab dengan cahaya menyala berhimpitan tepat mengelilingi tubuhnya, seakan tubuhnya mengeluarkan pancaran cahaya yang sangat menawan. Pertemuan Nicho dan Khodija berlanjut karena Nicho harus mendapatkan izin Khodija agar bisa mempublish fotonya dalam sebuah media. Pertemuan demi pertemuan membuat Nicho tertegun hingga menumbuhkan benih benih cinta dalam hati Nicho.

Nicho, Joko, Khodija, dan Kamala menjadi 4 sekawan dalam perjalan film MCDA.

Khadija menceritakan semua hal mengenai dirinya yang terjadi di masa lalu kepada Nicho hingga proses Khodija dalam mempercayai agama islam. Cerita Khodija membuat Nicho tertegun dan ikut mengagumi islam, hingga menumbuhkan niat Nicho untuk memeluk agama islam. Namun hal tersebut ditentang oleh Joko karena menurut Joko niat Nicho masuk islam hanya untuk mendapatkan wanita muslim yaitu Khodija.

Pembahasan kali ini berfokus pada peran perempuan dalam film MCDA. Sebelumnya terdapat scene ketika Nicho bertanya kepada Fatimah “mengapa perempuan islam harus memakai hijab?”

Fatimah menjawab dengan mengibaratkan sebuah permen yang sudah terbuka dan masih tertutup lalu Fatimah meminta Nicho untuk memilih permen tersebut. Jelas Nicho akan mengambil permen yang masih tertutup.

Dalam hal ini saya kurang setuju dengan scene pembahasan mengenai permen, karena untuk menyampaikan sebuah kebaikan tidak harus dengan cara menjatuhkan pihak lain. Islam adalah agama yang sejuk dan tidak pernah mendiskriminasi. Mengenai hijab dan pakaian saat ini hanya sebatas style dalam berpakaian bukan lagi sebagai identitas seseorang. Artinya penampilan tidak dapat diajadikan sebagai patokan untuk menilai seseorang khususnya perempuan.

Film MCDA banyak menyampaikan dialog tematik mengenai apa arti sebuah pertemuan dan apa itu takdir. Banyak dialog antar tokoh yang menggunakan beberapa bahasa asing, sehingga membuat buyar fokus saya ketika menonton film, karena harus membaca translate terlebih dahulu. Film ini menyajikan visual yang sangat menarik dengan latar negara Eropa, penonton seakan diajak berkeliling menjelajahi kota Amsterdam. Scene yang disajikan menjadi lebih hidup dengan adanya backsound film yang selalu berhasil membuat merinding, sehingga penonton ikut larut dalam cerita yang disajikan. Penyajian cerita yang sangat menarik misalnya pada scene ketika Kamala mengetahui ibunya meninggal, tidak ada dialog yang mengatakan “ibu kamu meninggal” tapi di film ini disampaikan dengan scene simbolis dengan latar payung hitam yang berlalu lalang di halaman rumah Kamala. Alur maju mundur film membuat penonton tidak bisa lepas dari menatap layar lebar.

Film ini menjadi perlu ditonton karena sangat mengedukasi bagi kaum muda yang masih sering terperangkap dalam lingkaran percintaan tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah. Selain itu, film ini sangat menyuarakan bahwa menjadi perempuan harus memiliki benteng pertahanan diri dan harus selalu siap siaga di manapun dan kapanpun. Laki laki diciptakan lebih kuat dari perempuan untuk melindungi bukan menyakiti. Layaknya Nicho yang melindungi Khodija dari ancaman Niels.

Penulis merupakan peserta terpilih dalam Kompetisi Penulisan Majalah Komunikasi 2022

Malaikat-Malaikat Kecil Kita

Oleh: Nadiatul Khusnah

Sudah seminggu ini para orang tua mengernyitkan keningnya; koin-koin mimpi menggelinding jauh, berdenting lalu bermuara di doa subuh.

Di sisi lain, dalam masyuk dini hari anak mereka riang mendendangkan hafalan—bergelut dengan waktu dan ingatan

Sebab jika tidak mencapai ini akan dicap anu, bila tidak bisa begini akan dianggap begitu.

Nahasnya, pundak malaikat-malaikat kecil kita sudah begitu payah menahan beban buku dan ambisi ayah ibu koridor panjang perjalanan menjadi ruang pameran trofi—menjungjung langit, merayakan harga diri, sekaligus amnesia untuk membumi. Sementara itu, bagian hulu sesak oleh dahaga. Sayangnya yang dijumpai hanya wadah-wadah yang rentan pecah, dan hilang arah.

Seluruh sivitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk soft file yang dikirim via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Juni 2023 disertai identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP).