Zaitun Natal 2022 #37

Page 1

EDISI NATAL #37

Cover: Josephine Karina

Surat Gembala Natal 2022

‘...Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain’

Matius 2: 1-12

Salam Damai Sejahtera bagi semua

Gloria in excelsis Deo

Saudara-saudari umat beriman di Paroki Kosambi Baru, Santo Matias Rasul Hujan rintik membasahi bumi, Masuk gereja gerbang di portal, Gereja penuh umat menanti, Kelahiran Juruselamat di hari Natal.

Laksana tiga majus dari timur, kita datang penuh harap ke hadapan kanak-kanak Yesus, Sang Sabda yang menjadi manusia. Hal yang mustahil yang tidak boleh terjadi menurut manusia, tetapi Allah menghendaki itu terjadi karena Kasih-Nya melampaui akal budi manusia. Bak tiga majus datang membawa persembahan, kita datang dengan segala pengharapan pemulihan penyembuhan dari keletihan perjalanan hidup yang kadang tidak selalu mudah. Berjumpa dengan kanak-kanak mendatangkan harapan baru, semangat baru, terutama kekuatan baru dari yang baka. Bersama Yusuf dan Maria, serta para gembala di padang yang menerima kabar kesukaan besar, kita berani mengambil suatu keputusan untuk terbuka, sederhana, dan taat penuh suka cita sukacita membiarkan kekuatan kasih-Nya masuk ke relung hati terdalam. Kasih-Nya mengatasi apa yang mampu dipikirkan akal budi dan melampaui aral melintang di tahun yang baru. Kita tidak hendak mengulangi jalan yang sama seperti waktu lampau. Kita hendak melangkah mengatasi tawaran dunia dengan kasih karunia dari Allah dalam kasihNya yang menjelma menjadi manusia agar kita memperoleh Terang Bintang Timur dalam perjalanan hidup kita. Di kala pintu kebencian dan hasutan dibentangkan di hadapan, kita buka pintu persaudaraan dan belas kasih; ketika pintu hoax berseliweran menawarkan dagangan, kita buka pintu warta kebenaran, di saat pintu-pintu perpecahan dibuka, kita tutup dengan pintu keadilan, kesetaraan, kesederhanaan, dan kerukunan-kebersamaan.

Kita tidak sendirian, Immanuel - Allah menyertai kita dalam perjalanan bersama sebagai anak bangsa Indonesia kita maju bersama dalam peradaban kasih mulai dari keluarga kita. Selamat mewujudkan “mimpi” Natal Tuhan dengan menjadi duta-duta kasih dan pelopor perdamaian di lingkungan keluarga, Gereja, dan masyarakat.

Mendung bergelanyut di tengah Natal, Pohon terang tetap cemerlang, Firman tinggal diantara kita tidak pernah batal, Ingat selalu Dia lahir di kandang.

Selamat Natal dan Tahun Baru 2023

Tuhan memberkati

RD. E. Gunadi

Sambutan Ketua Panitia Natal 2022

‘...Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain’

Matius 2: 1-12

Syalom saudara-saudari dalam Kristus, Puji dan syukur kita haturkan ke hadirat Allah Tritunggal Mahakudus karena di penghujung tahun 2022 ini sinar harapan akan berakhirnya Pandemi Covid-19 sudah mulai terlihat. Kita semua tentunya selalu bertekun dalam doa dan harapan kepada Bapa di Surga agar di masa-masa mendatang seluruh mahluk dapat merasakan damai dan kebahagiaan di dunia.

Kami, Wilayah 16 Paroki Kosambi Baru, bersyukur karena diberikan kepercayaan oleh Dewan Paroki Kosambi Baru sebagai Panitia Natal 2022. Dengan penuh harapan kami dapat melaksanakan serangkaian kegiatan Liturgis dan Non Liturgis dalam Perayaan Natal 2022 yang dapat membawa umat Paroki Kosambi Baru merasakan sukacita dan harapan baru dari kelahiran Yesus Kristus Tuhan kita, setelah mengalami beberapa tahun yang cukup sulit dan tantangan di tengah situasi Pandemi Covid-19.

Sejalan dengan Tema Natal 2022 “… maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Mat 2:12), dimana orang-orang bijak dari Timur mampu melewati tantangan, hambatan, dan kesulitan dalam perjalanan mereka mencari Yesus dan setelah berjumpa dengan-Nya mereka juga berani menempuh jalan baru yang belum tentu lebih mudah dari sebelumnya.

Panitia Natal 2022 juga berusaha mengajak umat Paroki Kosambi Baru untuk mulai menempuh “jalan lain”, yaitu dengan menjalankan Pertobatan Ekologis yang disampaikan oleh Bapa Suci Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si. Kami memulainya dengan menggunakan 22.000 botol plastik air mineral bekas dan barangbarang yang dapat didaur ulang untuk membuat sebuah pohon natal setinggi kurang lebih 9 meter dengan mengajak partisipasi umat Paroki Kosambi Baru untuk mengumpulkan botol plastik air mineral bekas ke Bank Sampah. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa umat Paroki Kosambi Baru melalui Perayaan Natal 2022 ini menempuh jalan yang baru dengan membuat kebiasaan baru dengan reuse, reduce dan recycle barang-barang dari plastik yang dapat merusak dan membebani bumi.

Puji Syukur kehadirat Bapa di Surga, karena pada akhirnya Bapa mengijinkan kami Panitia Natal 2022 – Wilayah 16 dapat membuat pohon natal tersebut, yang kami beri nama “ROSARIUM”, yang artinya serangkaian bunga mawar. Botol air mineral bekas kami lilitkan dengan kain sehingga berbentuk menyerupai rangkaian bunga mawar yang dipersembahkan sebagai bentuk rasa hormat kita semua kepada Bunda Maria yang telah melahirkan Yesus Kristus ke dunia.

Kami bersyukur karena Perayaan Natal 2022 dapat berjalan dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan dan arahan dari Kepala Pastor Paroki Romo Yus Noron, Dewan Paroki Harian, juga atas partisipasi umat Wilayah 16 yang telah meluangkan waktu dan tenaga sebagai Panitia Natal 2022, pihak sponsor dan donatur yang telah mendukung Perayaan Natal ini, dan juga kepada seluruh pihak keamanan yang berwenang yang telah membantu seluruh rangkaian Perayaan Natal sehingga dapat berjalan dengan tertib dan aman.

Akhir kata, kami memohon maaf sebesar-besarnya sekiranya selama Perayaan Natal 2022 ini ada hal yang kurang berkenan bagi umat Paroki Kosambi Baru.

Terima kasih. Semoga Tuhan Memberkati kita semua. Amin.

Ketua Panita Natal 2022

Hendrie Aripin

Susunan Panitia Natal 2022

Wilayah XVI - Greenlake City

Penasehat

RD. Aloysius Yus Noron

Ketua Wakil Ketua

Hendrie Aripin

Sekretaris 1

Elizabeth Angelina Oei Suryati

Bendahara 1

Andreas Tianadi

Sekretaris 2

Mercy

Bendahara 2

Reza Kartika Zitta Henny

Bidang 1: Dana

Koordinator

Antonius Sukito, Bong Sutriana

Amplop Natal

Bidang 2: Liturgi dan Dekorasi

Koordinator

Bertha

Lilin Korona

Elly Lijaya, Lily Lijaya, Luciana Juliana

Majalah eZaitun

Susan, Kan Donny, FX Edy

F & B

Nancy, lwany, Rincia, Diana

Bidang 3: Acara

Koordinator

Lusius Aditya

Lomba Cover eZaitun

Lusius Aditya

Lomba Photo Booth Natal

Leony Cecilia, Luciana

Drama Musikal Natal

Leony Cecilia, Jeremy Daryl

Perayaan Natal Lansia

Luciana

Tarian Massal (Flashmob)

Lusius Aditya, Leony Cecilia

Dekorasi Luar Gereja

Sakramen Tobat

Yuliwati

Dekorasi Gereja

Budianto

Bunda Maria dan Santo Yosef

Leony Cecilia

Sie. Buku

Ping Ping

Bidang 4: Sarana dan Prasarana

Koordinator

Arnold Nicolas

Wakil Koordinator

Stefanus Tje Min

Perlengkapan

Louis Daniel, Alexzander Zaputra

Keamanan

Biyanto Toto Soebagio, Herry

Dokumentasi dan Publikasi

Wilson Kesuma Learnest, Awalludin

Bidang 5: Konsumsi

Koordinator

Luciana

Konsumsi

Wanita Katolik Ranting Maria Ratu Wilayah XV

Pakaian Panitia

Andreas Tianadi

Sambutan Ketua Panitia Perayaan Hari Ulang Tahun ke-17

Paroki Kosambi Baru

“Bersinergi dalam Pelayanan dan Berbela Rasa dalam Penghormatan Martabat Manusia”

Shalom Romo Yus, Romo Almo, Romo Gun, Oma Opa, Ibu Bapak, Rekan-rekan Muda serta Anak-anak yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.

Puji syukur atas penyelenggaraan Ilahi, dimana 17 tahun yang lalu telah berdiri Paroki Kosambi Baru, Gereja Santo Matias Rasul, Jakarta, dan sekarang kita boleh merayakan dengan suasana penuh sukacita tetapi tetap sederhana. 17 tahun disertai oleh Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra dan Roh Kudus, dan juga senantiasa kita boleh bertumbuh, berkembang dan berbuah dalam iman, pengharapan dan kasih. Bersyukur bahwa di tengah Pandemi yang belum berlalu, masih bisa menyelenggarakan HUT ke-17 Paroki Kosambi Baru.

Kita juga bersyukur boleh mengadakan perayaan dalam bentuk liturgi dan non liturgi, mulai dari rangkaian Novena yang memuncak pada Misa Syukur pada Hari Minggu, 11 Desember 2022, dan aneka kegiatan kebersamaan yang menggembirakan, mulai dari Lomba E-Sport Mobile Legends, Carnaval Day dan Lomba Video Refleksi. Semoga dengan Tema “Bersinergi dalam Pelayanan dan Berbelarasa dalam Penghormatan Martabat Manusia” baik gembala, para romonya, dan domba, para umat sekalian, dapat bersinergi dalam Pelayanan dan Berbelarasa dalam Penghormatan Martabat Manusia, dimana dasarnya adalah “Kasih”.

Kita mohon Rahmat Tuhan, di HUT ke-17 ini Paroki Kosambi Baru, Gereja Santo Matias Rasul, baik gembala maupun umat, semoga senantiasa semakin mengasihi, semakin peduli, semakin bersaksi. Dan semoga ini semua dapat dilaksanakan dengan penuh sukacita dan setia. Perkenankan saya mewakili seluruh umat di Wilayah VI, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya acara ini. Selamat HUT ke-17 Paroki Kosambi Baru dan selamat melanjutkan perziarahan, semoga kita disertai Allah Tritunggal MahaKudus, dilindungi oleh Bunda Maria dan didoakan oleh Santo Matias Rasul, Pelindung Paroki kita. Semoga kita semua tetap sehat, tetap semangat, selalu bahagia.

Tuhan Yesus memberkati.

Salam Kasih,

Raffaella Widado Wilayah VI Gereja Matias Rasul

Susunan Panitia HUT Paroki ke-17

K E T U A

S E K R E T A R I S

B E N D A H A R A

K O O R D I N A T O R S I E A C A R A

K O O R D I N A T O R S I E D O A

K O O R D I N A T O R S I E D A N A

K O O R D I N A T O R S I E K O N S U M S I

K O O R D I N A T O R S I E K E A M A N A N

K O O R D I N A T O R S I E P E R L E N G K A P A N S I E D O K U M E N T A S I

R A F F A E L L A W I D A D O

L Y D I A M E G A S A R I

A G U S T I N

I N N E K E D J O H A R I , L I U S S U G I A N T O

M I N A R P A S A R I B U

I N D R A W A N , P I T S U

I T O N , V E R A

F E R R Y A N T O , I R E N E

R E Y N O L D U S , T H O M A S L I M

K O M S O S

: : : : : ; ; ; ; :

Lensa Kegiatan Natal 2022

Natal, tentunya, adalah salah satu hari yang paling dinanti oleh umat Katolik di seluruh dunia. Terlebih lagi di tahun ini, kerinduan yang dipendam selama dua tahun akibat pandemi seakan menggandakan sukacita Natal di Paroki Kosambi Baru.

Maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain (Mat 2:12) menjadi tema Natal yang sangat menarik. Umat Katolik diajak untuk meresapi ‘New Normal’ dan merayakan Natal dengan cara yang berbeda dengan makna yang sama. Bagaimana cara kita memaknainya?

Rangkaian perayaan Natal di Paroki Kosambi Baru dimulai dengan Lomba Desain Cover e-Zaitun, yang telah dibuka sejak awal November 2022. Peserta dituntut untuk menelurkan ide kreatifnya dalam menerjemahkan tema Natal secara desain digital. Memanfaatkan media digital dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu bentuk ‘New Normal’ yang diusung Gereja tahun ini.

Kreativitas umat Gereja St Matias Rasul dihadirkan dengan cara yang paling luar biasa. Enam belas desain, anak-anak hingga dewasa, dari sepuluh wilayah berkompetisi. Meskipun sulit, akhirnya tim juri memutuskan 3 desain sebagai yang paling baik.

Acara Natal mencapai puncaknya pada 25 Desember 2022. Tepat setelah misa keluarga selesai, para umat langsung disambut oleh Santa Klaus, Piet Hitam dan tarian flash mob yang dipersembahkan oleh Panitia dan Matias Dance Crew. Seluruh keluarga diajak untuk menari dan berarakan menuju Gedung Serba Guna untuk menyaksikan Drama Musikal Natal.

…Dengar Dia panggil nama saya, dengar Dia panggil namamu… menjadi lagu pembuka yang membangkitkan animo penonton. Selama 50 menit, Drama Musikal yang dipimpin oleh Leony Cecilia sebagai produser dan Robby Siregar sebagai sutradara ini memanjakan mata dan telinga penonton. Drama Musikal ini telah meceritakan Kembali kelahiran Penyelamat Kita Yesus Kritus dengan cara yang gampang dimengerti. Uniknya, Drama Musikal ini pun dapat dinikmati secara Live Instagram agar dapat menjangkau lebih banyak umat yang mau ikut menyaksikan dari mana saja.

Rangkaian Acara pada 25 Desember ini ditutup dengan Perayaan Natal untuk para lansia. Tentunya, animo para lansia untuk merayakan Natal bersama harus dapat dijawab oleh panitia penyelenggara. Band yang digawangi oleh Pak Budi menjadi home-band acara lansia. Kuis Tebak Lagu memeriahkan suasana. Dengan tetap menjalankan protokol kesehatan, seluruh dansa, modern maupun tradisional, tua maupun muda, adalah saksi sukacita pada sore hari itu. Tiga belas doorprize berhasil dibawa pulang oleh hadirin menjadi akhir yang manis di hari Natal Paroki Kosambi Baru, kutipan Injil Matius di atas tidak semata-mata diartikan untuk kita memprioritaskan Natal dengan datang ke Gereja. Namun Perikop tersebut juga tidak melarang kita mengikuti pembatasan sosial. Terbukti, Natal tahun ini tetap menghadirkan kemeriahan dengan ‘jalan lain’ yakni pemanfaatan media digital dan penjagaan Protokol Kesehatan.

Juara 1 : Josephine Karina dari Lingkungan Filipus (Wilayah 13) Juara 2 : Cornelia Rajagukguk dari Lingkungan Maria (Wilayah 12) Juara 3 : Benedict Erick Anthony dari Santa Maria Ratu Rosari (Wilayah 16) Agatha - Lingk MikaelWilayah 15 Amelia Budiman - Lingk St. Anna - Wilayah 9 Angelina - Lingk DominikusWilayah 6 Dian Ekawaty - Lingk SMRRWilayah 16 Elissa Rachel - Lingk Hieronimus - Wilayah 6 FX Amr Kurniadi - Lingk St Anna - Wilayah 9 Helen - Lingk Yohanes23Wilayah 11 Julita Sanddy - Lingk ThomasWilayah 14 Leonardo Vincent - Lingk Stefanus - Wilayah 14 Liana - Lingk YP2 - Wilayah 10 Nathanel Bryan - Lingk Kristoforus - Wilayah 14 Nathaniel Dion Tanamas - Noel Pinot - Wilayah 8 Silvia Halim - Lingk DominikusWilayah 6

Selamat Natal 2022 dan Tahun Baru 2023

Siane Budiman

Minalia Wijaya

Budi S. Kamandjaja

dr. Martin Sutanto & Yoan Novianna

Jopy Setiawan & Kel. (Lingk SMRR)

Erni Setiawati

Sweet 17th Paroki Kosambi Baru

Shalom, Saudara/i yang terkasih dalam Kristus.

Seperti yang kita ketahui tahun ini paroki tercinta kita memperingati hari ulang tahunnya yang ke-17. Tujuh belas tahun atau yang lebih terkenal sweet seventeen. Kenapa disebut sweet seventeen? Karena pada umur 17 ini lah biasa anak-anak sudah dianggap dewasa. Mereka sudah punya identitas diri, kebebasan, dan kemandirian.

Pada usia ke-17 ini Paroki Santo Matias Rasul sudah berubah dari wajah awalnya. Dari yang sebelumnya bedeng hingga menjadi sebuah gedung paroki yang megah dan indah.

Dan juga dilengkapi dengan kapel dan berbagai ruang serbaguna yang selalu diisi berbagai kegiatan. Terakhir, perubahan wajah gereja secara fisik dapat dilihat dari pembaharuan

Goa Maria, Ruang Adorasi, dan juga Sakrarium gereja. Semua fasilitas yang disediakan gereja bertujuan untuk memfasilitasi umat dalam menambah kekhusyukan dan keimanan kepada Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus serta Bunda terkasih gereja, Bunda Maria.

Selain perubahan fisik, Gereja juga mengalami perubahan yang lain. Umat Paroki Santo

Matias Rasul sudah bertambah baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Dengan banyaknya perumahan-perumahan baru maka jumlah umat di Paroki pun terus bertumbuh. Dan dalam iman, Paroki semakin banyak bidang-bidang kegiatan yang dapat diikuti, dimulai dari BIA, BIR, OMK, WKRI, PDPKK, PDOMPKK, dan banyak lainnya. Dengan mempertimbangkan semua hal diatas maka panitia HUT Paroki Santo Matias Rasul, Wilayah VI , mengambil tema “Bersinergi Dalam Pelayanan dan Berbela Rasa dalam Penghormatan Martabat Manusia”. Latar belakang Wilayah VI mengambil tema ini karena melihat kondisi dunia beberapa tahun ini yang dilanda pandemi sehingga berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan baik umat maupun gereja.

Acara HUT Paroki diawali dengan perlombaan e-sport Mobile Legend yang diadakan oleh para OMK wilayah VI. Sedikit kilas balik, OMK Wilayah VI baru bangkit kembali setelah hiatus beberapa dekade. Perlombaan e-sport ini adalah acara yang dicetuskan oleh para OMK untuk menggerakkan kembali para OMK di paroki tercinta. Perlombaannya berlangsung dengan 2 metode mengikuti zaman.

Babak penyisihan dan semifinal dilakukan secara online. Dengan puncaknya acara final diadakan secara offline bersamaan dengan acara Carnaval Day. Carnaval Day yang digagas oleh OMK mengusung ide mini-mini games agar para peserta dapat berinteraksi dan merasakan bahwa kegiatan OMK itu walaupun masih ada unsur gerejawinya tetapi asyik, seru, kekinian, dan fun.

Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan novena selama 9 hari berturut-turut (02 Desember 2022 – 10 Desember 2022) dengan mengundang para imam yang pernah dan sedang melayani di Paroki Santo Matias Rasul ini. Pembukaan novena HUT dipimpin oleh Imam kepala terkasih, Rm. Aloysius Yus Noron, Pr. Kemudian dilanjutkan oleh Rm Johan Ferdinand, Pr yang sekaligus mengetuk hati para umat untuk langsung mewujud-nyatakan aksi berbela rasa dengan bersumbangsih untuk membantu pembangunan gereja di Paroki Kalvari Lubang Buaya. Dengan sangat tidak mengecewakan, reaksi umat paroki kita dalam hal berbela rasa memang sangat diacungkan jempol, karena semua berpartisipasi aktif dalam bersumbangsih untuk membantu saudara-saudara kita di Paroki Kalvari Lubang Buaya. Novena HUT juga dipimpin oleh Rm.

Antonius Didit Supartono, Pr ; Rm. Antonius Ary Setiawan, Pr ; Rm. Aloysius Susiolo Wijoyo, Pr ; Rm. Gunadi Emmanuel, Pr ; Rm. Albertus Monang Rianto Sidabutar, Pr. ; Rm. Michael Wisnu Agung Pribadi, Pr. Di dalam novena HUT tahun ini kita

berdoa agar “Roh Tuhan, Mampukan kami untuk menjadi Gereja yang Beriman, Bersaudara, Berbela rasa, Berpengharapan, yang Mengasihi, yang Melayani, yang Mengampuni/Berdamai, yang Bersaksi, dan yang Menghormati Martabat Manusia.”

Puncak acara HUT Paroki dirayakan dalam Misa

Syukur bersama dengan Bapa Uskup Ignatius

Kardinal Suharyo Hardjoatmojo. Perayaan Misa berlangsung khidmat dan penuh rasa syukur atas semua perjalanan yang telah dilalui, serta penuh pengharapan akan masa depan yang lebih baik untuk umat dan gereja Santo Matias Rasul. Pada kesempatan hari itu, Bapa Uskup juga memberkati Goa Maria, Ruang Adorasi, dan Sakrarium.

Akhir cerita, segenap panitia, pengurus wilayah, pengurus lingkungan, dan umat Wilayah VI mengucapkan terima kasih kepada para umat, pengurus gereja, prodiakon, lektor, misdinar, dewan paroki, para imam yang terlibat, dan pihakpihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung maupun di dalam doa. Karena tanpa dukungan, kasih, dan doa dari kalian acara HUT Paroki Santo Matias Rasul yang ke-17 tidak akan berjalan dengan sukses dan lancar.

Happy Sweet Seventeen

Paroki Kosambi Baru

Tuhan Memberkati!

KABAR VATIKANA

Paus Fransiskus “Pulkam” untuk Menemui Sepupunya

Tanggal 19-20 November 2022

Bapa Suci tiba dengan helikopter di Portacomaro, dekat Asti. Lalu dengan pope mobile pergi ke gereja desa untuk berdoa, kemudian menuju rumah Carla Rabezzana, untuk merayakan hari ulang tahun sepupunya yang ke-90. Di depan rumah sepupunya, Paus disambut dengan pelukan hangat dan candaan Dalam jamuan makan siang oleh Carla dan keluarganya, Paus mengatakan bahwa kunjungan ini telah memberinya waktu untuk "menemuk an kembali dan menikmati akar saya".

Paus Fransiskus kemudian mengunjungi panti werdha setempat untuk menyapa dan memberkati penghuninya. Dari situ Paus pergi ke Tigliole, desa San Carlo, untuk mengunjungi sepupu lainnya , Delia Gai dan Nella Bergolio yang berbagi kakek buyutnya Giuseppe dengan Paus. Kepada surat kabar Torino “La Stampa”, Nella mengatakan bahwa Paus Fransiskus tidak pernah pernah kehilangan kontak dengan keluarga asalnya dan masih memiliki ikatan kuat dengan Piedmont. “Dia biasa datang ke sini untuk mengunjungi kerabat lain ketika dia pergi ke Turin untuk menjenguk sepupu terdekatnya,” katanya. Sebelum Jorge Bergoglio menjadi paus, Nella memiliki kontak surat dengan sepupunya itu.

Kemudian, pada Hari Natal 2021, dia menerima telepon kejutan. Ketika dia mendengar suara yang mengatakan “Itu Paus Fransiskus”, awalnya dia tidak percaya. Kemudian, dia berkata, “Ketika saya menyadari bahwa itu benar-benar dia, saya menjadi emosional, saya menangis, saya kewalahan, dan saya tidak ing at apa yang kami katakan satu sama lain "

Pada hari kedua kunjungannya, Paus diangkat sebagai warga kehormatan Asti oleh Walikota Maurizio Rasero, "atas komitmennya yang kuat terhadap perdamaian di dunia dan pesan hariannya tentang solidaritas dan persaudaraan melawan segala bentuk diskriminasi" Paus mengakhiri kunjungannya dengan pergi ke Katedral Asti untuk memimpin misa Hari Raya Kristus Raja, yang dihadiri oleh sepupu dan keluarganya, plus sekitar 4.000 orang.

Suasana kemeriahan acara di Asti tersebut boleh dikatakan sebanding dengan hari setelah pemilihannya sebagai paus pada tahun 2013, kata editor media lokal Gazzetta d'Asti. Piedmont adalah wilayah asal kakek dan nenek Paus Fransiskus: Giovanni Angelo Bergo glio dan Rosa Vassallo, serta ayahnya Mario Bergoglio yang kemudian berimigrasi ke Argentina tahun 1929.

Paus Fransiskus berada di kota Asti , wilayah Piedmont, Italia Utara, untuk mengunjungi kampung halaman orang tuanya. Kiri-kanan: Paus Fransiskus disambut Carla Rabezza, di Tiglione, menerima sertifikat warga kehormatan kota Asti

Dalam rangka Hari Orang Miskin Sedunia (13/11) Paus Fransiskus mengadakan makan siang bersama orang miskin Roma di Aula Paus Paulus VI. Lebih dari 1.300 orang hadir dalam acara yang digagas Caritas Roma dan Komunitas St.Egidio. Selain itu di Lapangan St Petrus Vatikan juga disediakan layanan kesehatan bagi mereka yang kurang mampu, antara lain pemeriksaan pemeriksaan medis dan obat-obatan, termasuk skrining dan perawatan untuk HIV, hepatitis, dan tuberkulosis. Layanan ini kembali diadakan setelah dua tahun terhenti akibat pandemi Covid-19.

Sheltering, Patung yang Didedikasikan untuk Para Tunawisma

Seniman Kanada, Timothy Schmalz telah membuat karya seni terbarunya yang didedikasikan untuk para tunawisma berupa sebuah patung perunggu yang dinamakan “Sheltering”, yang bertujuan untuk mempromosikan "Kampanye 13 Rumah" dari Keluarga Vinsensian untuk memberikan bantuan materi dan spiritual kepada para tunawisma,

Menjelang perayaan Hari Orang Miskin Sedunia ke -6 yang jatuh pada hari minggu sebelum Hari Raya Kristus Raja, Paus Fransiskus memberkati patung itu pada akhir audiensi umum di Vatikan (9/11) "Sungguh mengharukan melihat patung yang selama berbulanbulan, mungkin setahun, telah berada di studio saya, dalam kegelapan studio yang suram, dalam arti tertentu, dibawa keluar dalam sorotan Lapangan Santo Petrus dan mendapat perhatian. Bapa Suci memberkati patung itu," demikian tutur Schmalz.

Fitur patung yang menggambarkan burung merpati yang sedang berjuang untuk menutupi seseorang dengan selimut besar, memiliki simbol Roh Kudus menjadi kekuatan yang menutupi dan menaungi orang miskin, dengan selimut. “Jika kita dapat melihat Roh Kudus melakukannya dengan sayap-Nya dan kaki-Nya yang kecil, mudah-mudahan itu akan mengilhami kita untuk melakukannya dengan tangan kita,” kata Schmalz, sambil menambahkan, “kekuatan patung itu adalah ‘tugas spiritual kita untuk merawat orang miskin’, karena para tunawisma seringkali tidak terlihat, dan fungsi dari patung ini untuk membuat orang-orang ini terlihat, dan mudah-mudahan mereka akan tergerak untuk bertindak." Schmalz berharap patung ini dapat ditempatkan di kota-kota besar seperti London dan agar menjadi pengingat tugas spiritual kita untuk membantu orang miskin.

Patung ini memiliki kode QR di dekatnya agar orang dapat memanfaatkan ponsel untuk mendapatkan informasi, sekaligus memberikan sumbangan kepada De Paul Society untuk membantu orang miskin. “Jangan beri penghalang antara membantu orang miskin. Salah satu penghalang, hambatan baru yang kita miliki adalah budaya nontunai kita. Dengan meletakkan kode QR pada patung-patung yang dipasang di banyak kota berbeda, hambatan itu dapat diatasi.”

Timothy Schmalz telah berkarya lebih dari 25 tahun dan menghasilkan banyak karya terkenal, di antaranya Homeless Jesus (Yesus tunawisma) dan Angels Unawares – yang menggambarkan para migran dan pengungsi – yang ditempatkan di Lapangan St Petrus.

Dua bulan sebelumnya, di Amerika Serikat, Timothy Schmalz telah merilis karyanya yang diberi nama Be Welcoming. Patung perunggu itu menggambarkan seorang asing yang sedang duduk di bangku membawa barang-barang mereka di punggung mereka. Di sisi sebelahnya, "orang asing" itu ternyata sebenarnya adalah malaikat yang menyamar. Jadi patung itu memiliki dua sisi. Schmalz mendedikasikan patung dua sisi itu kepada para migran dan pengungsi, serta sebagai pengingat untuk kita untuk senantiasa menunjukkan kebaikan dan keramahtamahan kepada orang asing yang ditemui.

Makan
Siang Bersama Kaum Miskin

Dalam acara pemberkatan patung di Gereja St. Mary of the Lake di Chicago, AS, Kardinal Michael Czerny SJ mengatakan, “Saya berharap agar patung ini mengingatkan kita pada para malaikat, sebagai undangan bagi kita untuk menjadi malaikat bagi orang lain, dan bahwa Tuhan mengirimkan kita malaikat pada orang miskin, yang terhilang dan yang terabaikan ”

Kanonisasi Titus Brandsma

Para Orang Kudus Adalah Bukti Kasih Tuhan bagi Semua Orang

Banyak umat Katolik yang akrab dengan potret Brandsma: matanya yang pucat tetapi tajam , telinganya yang menonjol, dan rambut berkilau. Tapi siapa pria di balik kacamata itu ?

Dalam upacara kanonisasi pertama dalam dua setengah tahun yang dipimpin Paus Fransiskus di Vatikan (15/5), 10 orang dinyatakan sebagai orang suci dan salah satu yang paling dikenal adalah Beato Titus Brandsma, seorang imam Karmelit Belanda yang juga jurnalis, yang meninggal tahun 1942 di di kamp konsentrasi Dachau, Jerman.

Sekitar 45 ribu peziarah dari berbagai negara memenuhi Lapangan St Petrus, termasuk Pastor Michael Driscoll O.Carm yang tinggal di Boca Raton, Florida, AS. Delapan belas tahun yang lalu, Pastor Driscoll telah mengalami kesembuhan dari penyakit melanoma metastatik lanjut setelah berdoa dengan perantaraan

Beato Titus Brandsma, yang telah dinyatakan sebagai mukjizat yang diperlukan untuk kanonisasi pastor Karmelit Belanda itu.

Pastor Michael Driscoll O.Carm, seorang imam di Florida didiagnosis menderita melanoma (semacam kanker kulit) stadium lanjut pada tahun 2004. Tak lama kemudian ada seseorang memberinya sepotong kecil setelan hitam Brandsma, yang dikenakan pastor Amerika itu di kepalanya setiap hari. Driscoll menjalani operasi pengangkatan 84 kelenjar getah bening dan kelenjar ludah. Dia kemudian menjalani perawatan radiasi selama 35 hari. Dokter mengatakan bahwa pemulihan selanjutnya dari kanker stadium empat tidak

Paus Fransiskus dalam upacara kanonisasi Titus Brandsma dan sembilan orang lainnya di Vatikan (15/5)

dapat dijelaskan secara ilmiah. Driscoll ingat bahwa dokternya mengatakan kepadanya: “Tidak perlu kembali, jangan buang uang Anda untuk tiket pesawat untuk kembali ke sini. Anda sudah sembuh. Saya tidak menemukan kanker lagi dalam diri Anda.”

Pastor Driscoll menghubungkan mukjizat kesembuhannya dari kanker berkat doa dan perantaraan kepada Titus Brandsma. “Saya merasa cemas – dan tenang – menunggu selama 18 tahun untuk hal ini,” demikian kata Pastor Driscoll.

Seorang Imam, Jurnalis, dan Martir Titus Brandsma lahir di Belanda tahun 1881 dengan nama Anno Sjoerd Brandsma. Keluarganya hidup dari susu dan keju yang dihasilkan oleh sapi perah mereka di daerah Oegeklooster, Friesland. Tahun 1898 Brandsma bergabung dengan biara Karmelit di Boxmeer, dan mengambil nama ayahnya, Titus, sebagai nama religiusnya.

Brandsma ditahbiskan menjadi imam tahun 1905 dan berkarya di Universitas Nijmegen. Menjelang perang dunia kedua, Brandsma diutus ke Amerika Serikat, dan sempat singgah di Irlandia untuk meningkatkan bahasa Inggrisnya. Selama perjalanan di AS, Brandsma banyak menulis dalam jurnalnya, antara lain ketika dia terpesona dengan Air Terjun Niagara, “Saya melihat Tuhan dalam karya tangan-Nya dan tanda kasih-Nya dalam setiap hal yang terlihat. Saya diliputi oleh kegembiraan tertinggi yang melebihi semua kegembiraan lainnya.”

Brandsma kemudian ditunjuk sebagai penasihat spiritual untuk para staf lebih dari 30 surat kabar Katolik di Belanda. Ia mengkritik kebijakan Adolf Hitler dan dan Nazi-nya dalam artikel surat kabar dan ceramah. "Gerakan Nazi adalah kebohongan gelap,” katanya.

Setelah Nazi Jerman menguasai Belanda, Gereja dibatasi ketat oleh penguasa, dengan perintahkan untuk mengusir murid-murid Yahudi, melarang para imam dan kaum religius melayani sebagai k epala sekolah menengan, membatasi pengumpulan amal, dan tentu saja menyensor pers Katolik. Para uskup Belanda meminta Brandsma untuk membela perjuangan mereka. Hal ini membuat marah Komisaris SeyssInquart – pejabat Jerman di Belanda – yang meminta para surat kabar Belanda untuk memuat iklan dan siaran pers Nazi.

Uskup Agung Utrecht, Mgr. De Jong meminta Brandsma untuk memberi tahu editor Katolik di negara itu bahwa mereka harus menolak perintah tersebut. Namun Uskup Agung de Jong menggarisbawahi bahwa misi itu berbahaya dan Karmelit tidak wajib menerimanya. Meskipun demikian, “Pastor Titus tahu persis apa yang saya katakan, dan dia dengan bebas dan rela menerima tugas itu,” kenang de Jong.

Brandsma berkeliling Belanda mengirimkan surat kepada editor menjelaskan alasan keputusan uskup dan mengunjungi 14 editor sebelum dia ditangkap pada 19 Januari 1942, di biara di Boxmeer oleh Gestapo. Kepada pria yang menangkapnya, Brandsma berkata, “Bayangkan saya masuk penjara pada usia 60 tahun.”

Sebelum dibawa pergi, Brandsma berlutut di depan atasannya dan menerima restunya.

Ketika diinterogasi di penjara Scheveningen, Brandsma menjelaskan. “Sebagai seorang Katolik, saya tidak bisa melakukan apa pun secara berbeda,” jawab Brandsma. “Belanda,” tulis biarawan itu, “telah membuat pengorbanan besar karena cinta kepada Tuhan dan memiliki iman yang teguh kepada Tuhan setiap kali mereka harus membuktikan kepatuhan terhadap agama mereka…. Jika perlu, kami, orang Belanda, akan memberikan hidup kita untuk agama kita. Gerakan Nazi dianggap oleh orang Belanda tidak hanya sebagai penghinaan terhadap Tuhan dalam hubungannya dengan makhluk-Nya, tetapi juga pelanggaran terhadap tradisi mulia bangsa Belanda.” Sebagai penutup, Brandsma mengatakan: “Tuhan memberkati Belanda. Tuhan memberkati Jerman. Semoga Tuhan mengabulkan bahwa kedua negara ak an segera berdiri berdampingan dalam kedamaian dan harmoni penuh.”

Selama di penjara, Brandsma dikenal sangat terorganisasi. Dia mengikuti jadwal ketat yang mencakup "berjalan" di sekitar selnya sambil mengisap pipanya (sampai disita), mengerjakan biograf i Karmelit St. Teresa dari Avila, menyusun meditasi di Jalan Salib, dan menulis surat. Tahun 1942 Brandsma dan 100 tahanan lain dibawa ke kamp Amersfoort. Mereka dipaksa berdiri di tengah hujan dan dingin yang menusuk tulang. Imam Karmelit itu kemudian dipekerjakan untuk membuka hutan. Terlepas dari kerja keras yang melelahkan, dia tetap ceria, menurut sesama tahanan, yang mengatakan bahwa dia akan berbagi jatahnya yang kecil dengan yang lapar dan menunjukkan perhatian khusus kepada para tahanan Yahudi.

Brandsma tidak mematuhi larangan pelayanan imamat Dengan diam-diam ia memberi berkat harian kepada para tahanan dengan cara diam-diam membuat tanda salib di tangan mereka dengan ibu jarinya. Dia mendengar pengakuan dosa, mengunjungi orang yang sekarat, dan bahkan memimpin Jalan Salib. Selanjutnya Gestapo memberi-tahukan Brandsma bahwa dia akan dipindahkan ke Dachau, yang kemudian disebut "pemakaman imam terbesar di dunia."

Brandsma menulis. “Di Dachau, saya akan bertemu teman-teman, dan Tuhan. Tuhan ada di mana-mana.” “Saya bisa berada di Dachau untuk waktu yang sangat lama. Itu tidak memiliki nama yang sangat bagus sehingga Anda sangat merindukannya.”

Pastor Hanley OFM yang menulis biografinya menjelaskan para pengawal Dachau menyiksa Brandsma tanpa ampun. Dalam satu kejadian, Brandsma memegang hosti suci yang disembunyikan dalam kantong tembakau. Dia menyimpannya dengan aman dengan menahan lengannya ke tubuhnya saat dihujani pukulan. Seorang tahanan Karmelit menghiburnya ketika kembali ke tempat tidurnya “Terima kasih, Saudara,” kata Brandsma, “tapi jangan kasihan padaku. Saya memiliki Yesus bersama saya dalam Ekaristi.” Biarawan itu menderita luka yang begitu menyakitkan di kakinya sehingga rekan-rekan tahanannya harus membawanya kembali ke barak pada akhir hari.

Atas-bawah: wajah khas Titus Brandsma; pipa rokok dan kantung tembakau yang pernah digunakan untuk menyembunyikan hosti kudus; Pastor Michael Driscoll, OCarm yang mengalami mukjizat kesembuhan dari melanoma tahun 2004.

Dia menyarankan orang lain untuk bersabar dan menghindari kebencian. “Kami di sini di terowongan yang gelap tetapi kami harus terus berjalan. Pada akhirnya, cahaya abadi bersinar untuk kita,” katanya kepada mereka. Brandsma telah berusaha menolak pergi ke rumah sakit kamp karena menyadari para dokter melakukan eksperimen pada pasien. Tapi dia akhirnya dirawat juga, dan pada hari Minggu, 26 Juli 1942, seorang perawat memberinya suntikan mematikan.

Titus Brandsma dibeatifikasi Paus Yohanes Paulus II pada 3 November 1985, sebagai martir. Waktu itu Bapa Suci mengatakan, “Nada optimisme yang konstan dari

Brandsma menemaninya bahkan ketika di neraka kamp Nazi. Sampai akhir, dia tetap menjadi sumber dukungan dan harapan bagi para tahanan lainnya: dia memiliki senyum untuk semua orang, kata pengertian, sikap kebaikan,” seraya melanjutkan, “Perawat yang sama, yang pada 26 Juli 1942, menyuntiknya dengan racun mematikan, kemudian bersaksi bahwa dia selalu mengingat dengan jelas wajah imam yang 'menyayangi saya’.” Perawat, yang dikenal sebagai “Titia” bersaksi bahwa Brandsma memberinya rosario. Ketika dia menjawab bahwa dia tidak bisa berdoa dan tidak membutuhkannya, Brandsma mendorongnya untuk membaca bagian kedua dari Salam Maria, “Berdoalah untuk kami orang berdosa,” pintanya. “Saya mulai tertawa saat itu,” kenangnya, “dia mengatakan kepada saya bahwa, jika saya banyak berdoa, saya tid ak akan tersesat.”

Míceál O'Neill, O. Carm., mantan jenderal Ordo Karmelit, mengatakan, “Ini adalah berita yang telah lama kita tunggu-tunggu dan itu datang sebagai hasil dari pengakuan Gereja akan kesucian dan kesaksian Titus Brandsma.”

Dalam misa kanonisasi yang berlangsung pada musim semi itu, Paus Fransiskus pada misa kanonisasi itu mengingatkan umat beriman untuk menyadari betapa Allah mengasihi kita tanpa syarat dan bagaimana jalan menuju kekudusan "begitu sederhana" dan mengharuskan melihat Yesus dalam diri orang lain.

Bapa Suci mengatakan bahwa 10 orang kudus baru itu mencontohkan panggilan Kristen untuk “melayani Injil dan saudara-saudari kita, untuk mempersembahkan hidup kita tanpa mengharapkan imbalan apa pun, atau kemuliaan duniawi apa pun”. Mereka menemukan kegembiraan yang tak tertandingi, dan mereka menjadi refleksi brilian dari penguasa sejarah,” tambahnya, dan “Semoga kita berusaha untuk melakukan hal yang sama, karena kita masing-masing dipanggil untuk kekudusan, ke bentuk kekudusan ki ta sendiri.”

Selain Titus Brandsma, orang-orang kudus yang baru adalah: Devasahayam Pillai (seorang awam India), César de Bus (pendiri Fathers of Christian Doctrine), Luigi Maria Palazzolo (pendiri Kongregasi Suster-suster Kaum Miskin Italia); Giustino Maria Russolillo (pendiri Society of Divine Vocations for men and the Vocationist Sisters dari Italia), Charles de Foucauld (imam dan pertapa Prancis), Anna Maria Rubatto (pendiri ordo Suster Kapusin Bunda Rubatto), Maria Domenica Mantovani (salah seorang pendiri dan superior general pertama Suster-Suster Kecil Keluarga Kudus), Carolina

Santocanale (pendiri Kongregasi Suster Kapusin Tak Bernoda Lourdes), dan Marie Rivier (pendiri SusterSuster Presentasi Maria).

Harapan akan Persatuan dan Perdamaian dari Kazakhstan

Dalam lawatan apostolik ke-38, Paus Fransiskus berkunjung ke Kazakhstan, sebuah negara pecahan Uni Soviet di Asia Tengah, untuk menghadiri Kongres Para Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional ke -7 (13-16 September 2022).

Setelah menempuh enam setengah jam d ari Roma, Paus tiba di Nur-Sultan, ibu kota Kazakhstan pada sore hari waktu setempat (13/9) dan disambut oleh Presiden Kassym-Jomart Tokayev. Di sana, Bapa Suci akan menghadiri Kongres Para Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional ke-7 yang berlangsung setiap tiga tahun. Kali ini fokus pertemuan adalah bagaimana para pemimpin agama dapat mendorong perkembangan spiritual dan sosial di dunia pascapandemi. Lebih dari 100 delegasi dari 50 negara hadir dalam Kongres, yang berasal dari perwakilan agama, budaya, sipil , pemerintah, dan non-pemerintah.

Kehadiran Paus akan memberikan makna penting, karena “beliau dipandang sebagai pemimpin agama yang mengartikulasikan tanggung jawab moral dan bahkan mengklarifikasi apa yang perlu dilakukan untuk menyembuhkan masyarakat dan mencegah konflik”, menurut Prof.Azza Karam, Sekjen Agama untuk Perdamaian.

Kazakhstan yang berpenduduk 19 juta jiwa memiliki 550 etnis dan lebih dari 80 bahasa sehingga menjadikannya sebuah “negara perjumpaan” multietnis, multibudaya, dan multiagama yang unik. Mayoritas penduduk adalah Muslim (70%) dan Kristen Ortodoks Rusia (25%), dan hanya sekitar satu persen adalah umat Katolik.

Dalam kongres selama dua hari ini (14-15/9) Paus mengungkapkan rasa terima kasih atas upaya perdamaian dan perlindungan lingkungan negara itu. "Saya menyatakan penghargaan yang mendalam atas penolakan tegas negara ini terhadap senjata nuklir dan upayanya untuk mengembangkan kebijakan energi dan lingkungan yang berpusat pada pengurangan ketergantungan pada bahan bakar karbon dan pada investasi pada sumber energi bersih...."

Ia menggarisbawahi bagaimana agama-agama perlu tumbuh dalam persahabatan, "Perjumpaan agamaagama selalu didasarkan pada hubungan antarmanusia yang ditandai dengan penghormatan, dialog yang tulus, penghormatan terhadap harkat dan martabat setiap manusia yang tidak dapat diganggu gugat, dan gotong royong.”

Bapa Suci juga mengingatkan bahwa fundamentalisme "menodai dan merusak setiap keyakinan" dan bahwa kita harus memiliki "hati yang terbuka dan penuh kasih." Paus Fransiskus secara khusus mendesak agamaagama untuk bekerja bersama. Pandemi Covid-19 menempatkan semua orang “dalam perahu yang sama”, dan menambahkan bahwa hal itu menguak kerentanan bersama dan kebutuhan bantuan.

Sebagai penutup, Paus Fransiskus mendesak semua agama dan masyarakat untuk melibatkan perempuan dan kaum muda dalam upaya perdamaian dunia dengan mendorong semua orang untuk "maju bersama, sehingga perjalanan agama-agama dapat semakin ditandai dengan persahabatan."

Paus Fransiskus disambut Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, bersama para pemimpin agama dalam Kongres Para Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional di Nur -Sultan, ibu kota Kazakhstan (13-16/9). Searah jarum jam dari kiri atas: ribuan umat menghadiri misa bersama Paus Fransiskus di Expo Grounds, Nur-Sultan; Bunda Maria Perdamaian; bersama para Jesuit di Kedubes Vatikan; bersama para uskup, imam, kaum religius dan awam di Katedral.

Gambar Bunda Maria sedang menggendong KanakKanak Yesus dan mengulurkan tangannya ke arah danau yang penuh ikan, diukir pada medali untuk memperingati perjalanan Paus Fransiskus ke Kazakhstan.

Mukjizat Bunda Perdamaian di Kazakhstan

Tidak banyak diketahui bahwa di Kazakhstan ada tempat ziarah Ozernoye, sebuah desa di Kazakhstan utara. Inilah tempat ziarah Maria satu-satunya di Asia Tengah, di mana Bunda Perdamaian dihormati berkat keajaiban yang menyelamatkan nyawa banyak orang. Menur ut tradisi, salju mencair dan memunculkan danau yang penuh dengan ikan, untuk memberi makan banyak orang yang kelaparan.

Mariusz Stawasz, pastor paroki setempat, menjelaskan bahwa selama perang dunia kedua orang-orang berdoa kepada Bunda Maria untuk mengakhiri kelaparan. Tanggal 25 Maret 1941 sebuah keajaiban terjadi. Tiba -tiba saja suhu naik dan salju mencair, membentuk danau besar di sekitar Ozernoye. Sejumlah besar ikan mulai muncul di danau dan penduduk desa dapat bertahan hidup dengan menangkap ikan sehingga terhindar dari kelaparan. Setelah keajaiban itu, Ozernoye menjadi situs ziarah Maria di seluruh wilayah Asia Tengah, termasuk Mongolia dan Afganistan.

Sebuah gereja dibangun pada tahun 1990 dan segera menjadi tempat ziarah bagi kaum muda yang berkumpul setiap bulan Agustus untuk berpartisipasi dalam festival. Pada musim gugur 1994, para imam Kazakhstan dan Asia Tengah memutuskan untuk memilih Our Lady of Ozernoye sebagai pelindung Gereja Katolik di Asia Tengah. Baru-baru ini beberapa orang mengamati bahwa keajaiban itu berlanjut. Bahkan pada musim semi tahun 2017 danau itu muncul lagi dan pada musim dingin banyak ikan muncul di sana sekali lagi. Umat Katolik Kazakhstan yang mengamati keajaiban ini mengaitkannya dengan peringatan 100 tahun Bunda Maria dari Fatima.

Keselamatan Kita Adalah

Melihat Yesus yang Disalibkan

Paus Fransiskus merayakan misa Pesta Salib Suci di Expo Grounds, Nur-Sultan (14/9) yang dihadiri ribuan umat Katolik –termasuk rombongan dari Rusia yang dipimpin Mgr Nikolai Dubinin, Uskup Auksilier Moskwa, “Meskipun salib adalah penyangga kematian,” kata Paus dalam homilinya di sore yang cerah, “hari ini kita merayakan [Pesta] Penghormatan Salib Kristus, karena di kayu salib itu Yesus menanggung segala dosa dan kejahatan kita. dunia, dan menaklukkan mereka dengan kasih-Nya.” Lebih lanjut dikatakan bahwa, “’jalan menuju keselamatan kita, kelahiran kembali kita, dan kebangkitan kita’ adalah ‘melihat Kristus yang disalibkan’. Di kayu salib itu Yesus menanggung segala dosa dan kejah atan kita. dunia, dan menaklukkan mereka dengan kasih -Nya.” Lebih lanjut dikatakan bahwa, “’jalan menuju keselamatan kita, kelahiran kembali kita, dan kebangkitan kita’ adalah ‘melihat Kristus yang disalibkan’. Dari Salib, orang Kristen belajar ‘kasih, bukan kebencian; belas kasihan, bukan ketidakpedulian; pengampunan, bukan balas dendam ’. Kristus di kayu salib juga menunjukkan kepada kita akan ‘pelukan kasih Allah yang lembut’ dan kasih persaudaraan yang kita dipanggil untuk memiliki satu sama lain dan untuk semua orang ”

Konsekrasi kepada Hati Tersuci Bunda Maria

Sebelum bertolak kembali ke Roma, sebagai seorang Jesuit, Paus Fransiskus menerima para imam Jesuit di Kedubes Vatikan Nur-Sultan. Kemudian ia menuju Katedral Bunda Penolong Abadi untuk bertemu para uskup, klerus, seminaris, dan kaum religius, termasuk Pastor Anthony Corcoran SJ, Administrator Apostolik Kyrgyzstan, yang menjelaskan bahwa persentase umat Katolik di negara itu kecil sekali. “Bagi umat Katolik Asia Tengah,” lanjutnya, “memiliki gembala yang datang kepada kami untuk memberikan dukungan, dorongan, dan penghiburan dari Tuhan. Ini adalah saat yang penting untuk menjadi saksi bahwa kita hidup bersama."

Kemudian Bapa Suci melakukan konsekrasi khusus kepada Hati Tersuci SP Maria, yang dihormati sebagai Ratu Perdamaian di Kazakhstan, sebagai “ibu yang lembut dan penuh kasih”, yang memberikan penghiburan kepada orangorang di negara itu selama masa-masa sulit, kelaparan, dan deportasi di tengah cuaca dingin yang ekstrem

Kiri: danau ajaib yang muncul pada tahun 2017; bawah: Gereja Ozernoye dengan altar sederhana dan patung Bunda Perdamaian untuk Kazakhstan.

“Semoga Bunda Maria juga meluluhkan hati yang dingin, mengisi komunitas kita dengan kehangatan persaudaraan yang diperbarui, dan memberi kita harapan dan antusiasme baru untuk Injil.”

Dalam acara di Katedral Bunda Penolong Abadi itu sebuah keluarga Muslim dengan 21 anak (18 di antaranya diadopsi) menyambut Paus dengan musik tradisional Kazakhstan. Sang ibu menje laskan bahwa dia sering pergi mengunjungi panti asuhan dan menangis setiap kali bertemu anak yatim piatu. Pertama kali, dia mengadopsi tiga anak, kemudian membawa pulang lebih banyak anak, dan senang melihat mereka tumbuh. Menurut mereka, menjadi orang tua bagi begitu banyak

Logo kunjungan Paus ke Kazakhstan

adalah merpati dan ranting zaitun. Sayap merpati yang digambarkan dengan dua tangan disatukan melambangkan moto "Utusan Perdamaian dan Persatuan" dalam bahasa Kazakh, dan Rusia. Hati yang digambarkan pada sayap merpati melambangkan cinta – buah dari saling pengertian, kerja sama dan dialog, sedangkan cabang zaitun digambarkan dalam ornamen khas Kazakh. Sebagai latar belakang adalah shanyrak (warna biru tradisional orang Kazakh), dan salib kuning. Biru muda dan kuning sama dengan warna bendera Kazakhstan; kuning dan putih adalah warna bendera Vatikan; dan warna hijau pada ranting melambangkan harapan

anak sama sekali tidak sulit, karena yang lebih tua merawat yang lebih muda, dan semua orang saling menjaga. "Kami semua bahagia," tambah mereka, "kami melakukan perjalanan jauh dan ini memberi banyak kebahagiaan karena kami dapat bertemu langsung dan berm ain untuk Paus. Ini merupakan kebahagiaan besar bagi seluruh keluarga," tambah mereka. Meskipun mereka adalah Muslim, mereka datang untuk menghormati semua agama karena "kita semua beriman dan kita semua percaya pada Tuhan yang sama." Setelah penutupan Kongres di Palace of Independence, di mana dibacakan deklarasi dan kesimpulan, Paus Fransiskus lalu terbang menuju Roma.

Damai

di Bumi bagi Orang-Orang yang Berkehendak Baik

Paus Fransiskus mendarat di Awali, Bahrain, dalam perjalanan apostolik ke -39 dan negara ke-58 yang telah dikunjungi selama megemban jabatan sebagai paus (3-6 November 2022). Di negara Teluk itu Paus Fransiskus akan berpartisipasi dalam Forum Dialog Bahrain yang dihadiri sekitar 200 pemimpin dan cendekiawan agama untuk memajukan semangat persaudaraan dan kerja sama di antara para peng anut agama yang berbeda.

RISAL WIRATANYA DIOLAH DARI LINGKUNGAN ST.ALFONSUS DE LIGUORI vaticannews.va dan vatican.va

Forum Dialog yang mengambil tema “Timur dan Barat untuk Koeksistensi Manusia.” ini disponsori Raja Hamad bin Isa Al-Khalifa. Konferensi yang diselenggarakan di Al-Fida' Square, Istana Kerajaan Sakhir di ibukota Bahrain Manama berlangsung selama dua hari ini bertujuan untuk mengatasi masalah dunia saat ini dan mengusahakan perdamaian.

Pada hari pertama, Paus mengatakan agar para pemimpin agama harus memberikan contoh yang baik, dan berkomitmen untuk mendorong dan membantu keluarga manusia. Paus juga mengutuk perang, menyerukan kuat kebebasan beragama yang sejati, dan menyoroti "prioritas pendidikan yang mendesak", serta pengakuan perempuan dan perlindungan hak -hak dasar anak-anak. “Doa dan persaudaraan adalah senjata kita yang sederhana namun efektif.”

Sedangkan dalam sesi penutupan, Paus Fransiskus berbicara menentang perang dan atas nama kebebasan beragama sejati, pengakuan perempuan, perlindungan hak-hak dasar anak-anak, dan konsep kewarganegaraan. Bapa Suci memulai pidatonya dengan mengungkapkan rasa terima kasihnya atas undangan ke forum dialog, yang diselenggarakan di bawah naungan Raja Bahrain, dengan tema "Timur dan Barat untuk Koeksistensi Manusia." Namun, keluhnya, kita hidup di masa ketika umat manusia tampak jauh lebih terpecah daripada bersatu.

Paus membandingkan citra “gurun kering koeksistensi manusia” dengan tugas kita untuk mengairi realitas eksistensial ini dengan “air persaudaraan”. "Sang Pencipta mengundang kita untuk bertindak, terutama atas nama banyak makhluk-Nya yang belum menemukan tempat yang cukup dalam agenda yang berkuasa: orang tua, miskin, lemah, dan migran.”

Paus mengakhiri pidatonya dengan desakan untuk memihak dan melakukan segala upaya untuk membantu umat manusia yang "terluka dan sangat teruji". "Dengan melakukan itu," katanya, "kita akan menarik berkat dari Yang Mahatinggi ke dunia kita."

Seusai penutupan konferensi Bapa Suci bertemu secara pribadi dengan salah satu pemimpin dunia Islam, Imam Besar Al-Azhar, Ahmed al-Tayyeb. Paus Fransiskus mengucapkan terima kasih atas katakatanya pada penutupan Forum Dialog Bahrain, mengatakan Al-Tayyeb “berani” untuk menyerukan dialog di antara umat Islam.

Selanjutnya di hadapan anggota Dewan Sesepuh Muslim di Masjid Istana Kerajaan Sakhir – sebelum berdoa bersama – Bapa Suci mendoakan kedamaian Tuhan bagi mereka, yang ingin mendorong rekonsiliasi untuk menghindari perpecahan dan konflik dalam komunitas Muslim, yang melihat ekstremisme adalah bahaya yang merusak agama asli, dan yang berkomitmen untuk menghilangkan interpretasi salah, yang melakukan pelanggaran terhadap keyakinan agama. “Perdamaian lahir dari persaudaraan; ia tumbuh melalui perjuangan melawan ketidakadilan dan ketidaksetaraan; itu dibangun dengan mengulurkan tangan kepada orang lain.”

Di penghujung hari keduanya di Bahrain, Paus Fransiskus mengadakan pertemuan pribadi dengan Patriark Ekumenis Ortodoks Konstantinopel, Bartolomeus I, lalu keduanya bergabung dengan para pemimpin Kristen lainnya dari wilayah tersebut untuk Pertemuan Ekumenis dan Doa untuk Perdamaian di Katedral Our Lady of Arabia di Awali.

Pertemuan ekumenis dan doa untuk perdamaian di Katedral Our Lady of Arabia di Awali yang dihadiri Paus Fransiskus dan para pemimpin Kristen.

Paus meratapi perpecahan di antara umat Kristiani, yang “telah melukai tubuh suci Tuhan.” Namun, dia berkata, “Roh Kudus, yang mempersatukan semua anggota, lebih besar dari perpecahan kita menurut daging”; dan karenanya, lanjut Paus, “benar untuk mengatakan bahwa apa yang mempersatukan kita jauh melebihi apa yang memisahkan kita.” Selain itu Bapa Suci menekankan bahwa “Persatuan tidak berarti keseragaman, tetapi merangkul keragaman, menerima satu sama lain dengan perbedaan kita. Itu adalah semangat perjalanan ekumenis kita.”

Simbol dalam logo terdiri dari Bendera Kerajaan Bahrain dan Tahta Suci dalam bentuk dua tangan terbuka yang diangkat bersama-sama sebagai perjumpaan persaudaraan untuk memohon perdamaian kepada Sang Pencipta.Ranting zaitun penuh kehidupan di tengah melambangkan buah perdamaian, yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Mahatinggi ketika dua negara yang berbeda bertemu satu sama lain dalam semangat persaudaraan dan niat baik manusia untuk menyebarkan perdamaian di dunia yang semakin terkotak-kotak. Tulisan "Paus Fransiskus" berwarna biru menunjuk-kan bahwa perjalanan apostolik ini dipercayakan kepada Perawan Maria yang Terberkati, dengan gelar "Bunda Maria dari Arabia", pelindung Katedral, hadia h dari Kerajaan Bahrain kepada Gereja Katolik di negara itu.

Hari Sabtu (5/11), Paus Fransiskus memimpin misa di Stadion Nasional Bahrain. Acara yang baru dimulai jam 8.30 pagi waktu setempat itu telah dipenuhi ribuan umat sejak jam 6 pagi. Mereka yang datang termasuk yang menyeberang dinihari dari Arab Saudi, rombongan biarawati dari Uni Emirat Arab, dan para pengusaha dari Irak. Pesan Bapa Suci yang disampaikan dalam homilinya adalah, “Kekuatan Yesus adalah cinta, dan Dia memberi kita kekuatan untuk mencintai dengan cara ini, kekuatan yang bagi kita, tampak seperti manusia super," katanya Kemudian Paus meminta umat yang hadir untuk berhenti sejenak dan merenungkan kalimat "untuk selalu mencintai dan mencintai semua orang".

Petang harinya Bapa Suci bertemu kaum muda di Sekolah Hati Kudus di Awali, satu-satunya sekolah Katolik di Bahrain. Bukan hanya mereka yang Katolik hadir di situ, tetapi yang non-Katolik pun juga ada. Ia mendengarkan kesaksian dari seorang Muslim yang mendapatkan kesan mendalam selama bersekolah di sana, bahkan masih ingat pelajaran yang diberikan para Suster Karmelit.

Pesannya untuk kaum muda, Paus Fransiskus memberi tahu mereka, “Kami membutuhkan kreativitas, impian, dan keberanian kalian, pesona dan senyum kalian, kegembiraan kalian yang menular dan sentuhan kegilaan yang dapat kalian bawa ke setiap orang, situasi, yang membantu kita keluar dari kebiasaan basi dan cara memandang sesuatu,” serta mendorong kaum muda untuk “Jangan pernah kehilangan keberanian untuk bermimpi besar dan menjalani hidup sepenuhnya,”

Sebelum mengakhiri kunjungannya, Paus Fransiskus bertemu dengan para uskup, imam, diakon, kaum selibat, seminaris, dan pekerja pastoral awam di Gereja Hati Kudus Manama. “Pertahankan dan perdalam sukacita Kristiani Anda, sebarkan ke sekeliling Anda, dan ingatlah bahwa bersama Tuhan, Anda dapat menghadapi dan mengatasi segalanya,” demikian seruannya, seraya mendorong agar mereka menjadi penjaga persatuan, yang dapat dipercaya dan siap terlibat dalam dialog. Siang hari itu Bapa Suci kembali ke Roma melalui Pangkalan Udara Sakhir.

Kekristenan di Bahrain

Gereja Katolik yang pertama didirikan tahun 1939 di Manama. Pada tahun 2021 di atas tanah yang diberikan Raja Hamad bin Isa al-Khalifa berdirilah Katedral Our Lady of Arabia bergaya modern yang berkapasitas 2.300 jemaat. Umat Katolik Bahrain yang hanya sekitar 4% dari penduduk negara itu berada di bawah Vikariat Apostolik Arabia Utara Awali dan digembalakan oleh Administrator Apostolik Mgr. Paul Hinder, OFMCap., dibantu para imam Kapusin. Karya Gereja lokal mencakup kegiatan pastoral dan amal yang dibantu, serta satu sekolah K atolik yang dibantu para suster Karmelit (yang sebagian besar berasal dari India) dan awam misionaris.

Meskipun Islam adalah agama resmi di Bahrain dan menerapkan hukum syariah, komunitas Kristen yang jumlahnya 15% dari populasi dan agama lain diizinkan beribadah dengan bebas. Sebagian besar orang Kristen di sana adalah para pekerja dari Timur Tengah dan Asia Selatan. Bahrain juga memiliki populasi Kristen awal yang telah menetap di Bahrain pada tahun 1930-an.

Searah jarum jam dari kiri atas: suasana Bahrain dalam menyambut Paus Fransiskus; ribuan umat yang menghadiri misa menyambut Paus Fransiskus di Stadion Nasional Bahrain; disambut kaum muda yang berbusana tradisional di Sekolah Hati Kudus; pertemuan dengan kaum religius dan selibat di Kate dral Our Lady of Arabia, Awali.
WHISING YOU PEACE & PROSPERITY FOR THE NEW YEAR 2023 MERRY HAPPY NEW YEAR 2023 CHRISTMAS &

Natal Mengajak Kita Keluar Dari Zona Nyaman

Syalom, Salam Damai Kristus.

Beberapa bulan kemarin kita mendengar di berita tentang penolakan pembangunan gereja di daerah Cilegon, Banten yang kemudian menimbulkan polemik dan kritikan dari banyak kalangan. Terlepas dari polemik tersebut, kita bisa melihat dan membaca suatu kondisi dimana orang yang mau mencari dan rindu akan Tuhan ternyata terkendala dengan perizinan pendirian gereja yang merupakan tempat untuk mereka berkumpul dan berdoa.

Ada hal negatif dan positif yang dapat kita tarik dari kejadian ini, hal negatif nya kita menyesalkan karena masih adanya penolakan pendirian rumah ibadah sampai saat ini padahal negara juga sudah memberikan dan menjamin kebebasan warga negara untuk menjalankan ibadat sesuai dengan agamanya masing-masing. Hal positif dari kejadian ini kita juga dapat melihat banyak nya umat yang rindu bertemu dengan Allah dengan niat mereka untuk mendirikan gereja dan juga dari kejadian ini kita melihat persatuan dan solidaritas dari masyarakat yang memberikan sikap peduli akan kebebasan dan kerukunan antar umat beragama. Sikap ini juga menunjukan bagaimana penghormatan terhadap martabat manusia begitu dijunjung tinggi, dimana Bapak Uskup Kardinal Soeharyo mengajak kita umat Keuskupan Agung Jakarta juga ikut menjalankan penghormatan terhadap martabat manusia dalam menerapkan Ajaran Sosial Gereja, dimana kita sebagai manusia memiliki martabat yang sama sebagai anak Allah.

Sebagai anak Allah tentunya tugas yang harus kita jalani tidak mudah, karena begitu banyak dan besarnya tantangan, hambatan dan kesulitan dalam perjalanan kita mencari Allah atau mencari putra-Nya Tuhan kita Yesus Kristus. Seperti tema Natal bersama KWI dan PGI tahun 2022 ini : “pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” ( Mat. 2:12). Para sarjana atau orang majus dari Timur yang diutus oleh Herodes untuk mencari tahu tentang kelahiran Yesus juga mengalami tantangan, hambatan, dan kesulitan dalam perjalanan mereka mencari Yesus dan setelah berjumpa dengan-Nya mereka diberikan pentunjuk oleh Allah agar mereka mencari jalan pulang melalui jalur yang berbeda untuk menghindari mereka dari Herodes. Ini membutuhkan keberanian untuk keputusan karena mereka harus menempuh jalan baru, jalan yang tidak mereka kenal dan belum tentu jalan ini akan lebih mudah dari sebelumnya.

Kita pun sama, kita juga diajak untuk mengambil jalan lain, dimana jalan yang membuat kita harus keluar dari zona nyaman kita. Pandemi Covid-19 sedikit banyak

merubah pola hidup kita, contoh kecil karena adanya pembatasan kegiatan ibadat membuat kita harus beralih dengan mengikuti ibadat atau Misa melalui jejaring atau online. Kebiasaan baru ini lama kelamaan membuat kita menjadi nyaman karena kita tidak perlu susah-susah harus ke gereja, kebiasaan baru ini tanpa kita sadari juga mengurangi interaksi kita dengan orang lain. Dengan kurangnya interaksi kita juga akan membuat kurangnya kepedulian dan kepekaan kita terhadap orang lain, terutama mereka yang sedang berkesusahan.

Kita patut mensyukuri dengan adanya gereja kita yang telah hadir selama 17 tahun dalam melayani umat di Paroki Kosambi Baru dan seharusnya tidak ada halangan untuk kita bisa berdoa dan berjumpa dengan Allah karena gereja telah dibuka secara normal untuk melayani umat lewat Misa harian maupun Misa hari minggu. Akan tetapi jumlah umat yang hadir mengikuti Misa masih jauh apabila dibandingkan dengan kondisi pada saat sebelum pandemi, mungkin masih banyak umat yang merasa nyaman untuk mengikuti Misa di rumah secara online. Lewat Natal ini kita semua diajak kembali untuk mempererat hubungan kita dengan Allah dan kita diajak bertemu dengan Yesus serta kita diajak untuk keluar dari zona nyaman kita dan menempuh jalan lain, jalan yang menuntun kita untuk kembali ke gereja untuk bertemu dengan Allah.

Tutup kata Selamat merayakan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, semoga kasih damai Natal selalu menyertai hidup kita dan membuat hidup kita kembali dekat kepada-Nya dan kita semakin terbuka dalam memberikan penghormatan terhadap umat manusia. Dan semoga di tahun yang baru memberikan kebaikan untuk kita dan semua orang, kita bisa semakin mengasihi, peduli dan bersaksi.

Tuhan memberkati.

Pro Ecclesia Et Patria! Johanes Hardi Ketua Pemuda Katolik Komcab Jakbar

Paus Fransiskus di Kanada

Berjalan Bersama dalam Ziarah Pertobatan

Paus Fransiskus memulai kunjungan ke Kanada dalam rangka “ziarah pertobatan” dengan harapan dapat berkontribusi pada “proses penyembuhan dan rekonsiliasi dengan masyarakat adat negara itu, Setelah sepuluh jam terbang dari Roma – penerbangan terlama sejak lawatan Ke Thailand tahun 2019 – Paus Fransiskus tiba di Edmonton dalam perjalanan apostolik yang ke-37 (25-31/7) dan disambut resmi oleh Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau. Beliau kemudian beristirahat di Seminari St. Joseph sebelum memulai acaranya yang padat di Edmonton, Quebec, dan Iqaluit, sebuah kota di lingkaran Kutub Utara.

Sangat menyesal kepada Masyarakat Adat Kanada Kunjungan Paus Fransiskus di Edmonton difokuskan di Taman Maskwacis (yang artinya "Bukit Beruang" dalam bahasa Cree). Beliau disambut Kepala Suku Cree, Wilton Littlechild, yang atas nama First Nations, komunitas Métis dan Inuit, menyatakan penghargaan yang mendalam atas “upaya pribadi yang besar” yang telah beliau lakukan untuk bertemu dengan masyarakat adat di negara mereka. Kepala Suku Littlechild adalah mantan siswa sekolah asrama (residential school, sebuah sistem sekolah dengan asrama untuk kaum pribumi Kanada) Indian Ermineskin

Ia juga menjabat sebagai Komisaris Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yang pada tahun 2015 menerbitkan sebuah laporan ke dalam sejarah dan warisan sistem sekolah asrama Kanada.

Berbicara kepada sekitar 2.000 penyintas sekolah asrama Paus memohon pengampunan atas kejahatan yang dilakukan oleh banyak orang Kristen terhadap penduduk pribumi Kanada dalam residential school, Kata-kata maaf, malu, sakit, dan marah bergema kuat dalam pidatonya Dia berkata bahwa dia telah datang ke tanah kelahiran mereka untuk memberi tahu mereka, secara pribadi, tentang "kesedihannya", "untuk memohon pengampunan, penyembuhan dan rekonsiliasi Tuhan", untuk mengungkapkan kedekatannya, dan untuk berdoa bersama dan untuk mereka.

Hal ini selaras dengan dengan yang diungkapkannya seminggu sebelum keberangkatan, “Sayangnya, di Kanada, banyak orang Kristen, termasuk beberapa anggota lembaga keagamaan, telah berkontribusi pada kebijakan asimilasi budaya yang, di masa lalu, sangat merugikan masyarakat adat dalam berbagai cara,” katanya pada kesempatan itu.

Lawatan apostolik Bapa Suci ke Kanada (24-31 Juli 2022) adalah sebuah ziarah "pertobatan" yang nyata, yang "dapat berkontribusi pada perjalanan penyembuhan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan” Menerima perwakilan masyarakat adat di Maskwacis, mengunjungi makam para korban sekolah asrama, mencium spanduk yang bertuliskan nama-nama para korban.

Kemudian Paus bertemu jemaat paroki Sacred Heart Church of First People, satu-satunya gereja paroki pribumi di Kanada, yang berada di sebelah barat Edmonton. “Sungguh menyakitkan bagi saya untuk berpikir bahwa umat Katolik berkontribusi pada kebijakan asimilasi dan pencabutan hak yang menanamkan rasa rendah diri, merampok komunitas dan individu dari identitas budaya dan spiritual mereka, memutuskan akar mereka dan mendorong sikap merugikan dan diskriminatif; dan bahwa ini juga dilakukan atas nama sistem pendidikan yan g dianggap Kristen,” demikian kata beliau, seraya melanjutkan, “inilah jalan ke depan: memandang bersama kepada Kristus, mencintai yang dikhianati dan disalibkan demi kita; untuk melihat kepada Kristus, yang disalibkan di banyak siswa sekolah tempat tinggal.”

Umat menghadiri misa bersama Paus di Edmonton

“Kami di sini terima kasih kepada orang tua kami, tetapi juga terima kasih kepada kakek -nenek kami, yang membantu kami merasa diterima di dunia,” kata Paus, seraya menambahkan bahwa merekalah yang mencintai kami tanpa syarat, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Terima kasih kepada mereka, beliau melanjutkan, “kami menerima belaian dari sejarah yang mendahului kami: kami belajar bahwa kebaikan, cinta yang lembut, dan kebijaksanaan adalah akar kemanusiaan yang kokoh.”

Ziarah Lac Ste.Anne

Pertemuan di Sacred Heart Church of First People

Paus mengakhiri pidatonya dengan gambaran teepee Di atas altar dan tabernakel ada empat tiang yang mewakili teepee, tenda khas pribumi, yang mengingatkan pada Kemah Pertemuan di mana Tuhan berdiam ketika orang-orang Israel melakukan perjalanan di padang gurun selama empat puluh tahun.

“Tuhan adalah Tuhan yang dekat, dan di dalam Yesus Dia mengajari kita bahasa belas kasih dan cinta yang lembut.” Dalam kesempatan itu Paus Fransiskus juga menerima hiasan kepala dari masyarakat yang langsung dikenakannya.

Ribuan peziarah menyambut Paus Fransiskus dpada sore hari di tempat ziarah Lac Ste. Anne, sekitar 70 km dari Edmonton. Danau itu dinamai St Anne (Santa Anna), ibu Bunda Maria dan nenek Yesus oleh seorang misionaris Katolik Quebec yang memperkenalkan ziarah pada akhir abad ke-19, bertepatan dengan Hari Yoakihm dan Ana untuk merayakan St Yoakim dan Sta Anna pada tanggal 26 Juli. Danau yang disebut Wakamne ("Danau Tuhan") oleh masyarakat Nakota Sioux dan "Danau Roh" oleh orang-orang Cree, terkenal karena air penyembuhannya dan signifikansi spiritualnya, baik bagi umat Katolik maupun masyarakat adat di Kanada dan Amerika Serikat barat laut

Paus Fransiskus mengenakan hiasan kepala

Paus Fransiskus memimpin misa di Commonwealth Stadium Edmonton (26/7) bertepatan dengan perayaan St Yoakim dan Sta Anna, kakek dan nenek Yesus. Pad a pagi hari yang cerah itu Bapa Suci mengajak semua orang untuk berpikir tentang kakek -nenek mereka sendiri, “Saat Gereja merayakan St Yoakim dan Sta Anna, yang rumahnya adalah tempat Kanak-Kanak Yesus mengalami kedekatan, cinta yang lembut dan kebijaksanaan dari kakek-nenek-Nya.”

Setelah memberkati air danau dan umat yang hadir bersamanya, Paus Fransiskus memimpin Liturgi Sabda. Berfokus pada bacaan Liturgi dari Kitab Yehezkiel (Yeh 47:1-2.8-9.12), Paus Fransiskus menegaskan kembali peran penting para nenek, khususnya di masyarakat adat, dalam menyampaikan “air hidup iman”. “Iman jarang datang dari membaca buku sendirian di pojok”, kata Paus, “sebaliknya, itu menyebar di dalam keluarga, disampaikan dalam bahasa ibu, dalam aksen lirik nenek yang manis”. Sambil berterima kasih kepada mereka atas peran berharga mereka, dia mengulangi seruannya kepada keluarga untuk menghargai dan menjaga orang tua mereka. “Saya ingin mengatakan kepada semua keluarga yang memiliki orang tua di rumah: Anda memiliki harta karun! Jagalah sumber kehidupan ini di dalam rumah Anda: jagalah, sebagai warisan berharga untuk dicintai dan disayangi.” Mengingat pelayanan Yesus di tepi Laut Galilea, dia memohon kepada Tuhan, melalui perantaraan Bunda Maria dan Santa Anna, untuk membantu menyembuhkan luka-luka yang dalam itu. “Semoga Tuhan membantu kita untuk bergerak maju dalam proses penyembuhan, menuju masa depan yang semakin sehat dan diperbarui. Saya yakin ini juga keinginan nenek dan kakek Anda. Semoga kakek nenek Yesus, Santo Yoakim dan Santa Anna, memberkati kita dalam perjalanan kita.”

Quebec

Pada bagian kedua lawatan di Kanada, dari Edmonton di bagian tengah Paus terbang ke timur, ke Quebec, sebuah provinsi francophone (berbahasa utama Perancis) dalam sebuah penerbangan panjang. Sore hari itu (27/7) ia disambut di Citadelle de Québec oleh Gubernur Jenderal Mary Simon – seorang penduduk asli Kanada yang pertama menjabat gubernur jenderal – dan dilanjutkan dengan kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau. Paus juga mengadakan pertemuan dengan para pejabat, wakil masyarakat asli, serta para diplomat, sebelum menuju tempat menginapnya di Keuskupan Agung Quebec. Jadwal Bapa Suci di provinsi yang berbudaya Perancis ini cukup padat: berziarah ke Ste Anne de Beaupré dan memimpin misa di sana, ibadat vesper di Katedral Notre Dame Quebec City bersama para uskup, imam, diakon dan kaum religius, serta pertemuan pribadi dengan para Jesuit dan wakil masyarakat adat di Keuskupan Agung

Paus Fransiskus berziarah ke Lac Ste.Anne, yang t erkenal dengan air penyembuhannya

Jam 10 pagi waktu setempat (28/7) Paus memimpin misa di tempat ziarah nasional Sainte-Anne-deBeaupré, sekitar 30 kilometer sebelah timur Quebec. Bapa Suci menggunakan mobil menuju situs ziarah tertua di Amerika Utara tersebut, yang pertama kali dibangun pada 1658 untuk menampung patung ajaib nenek Yesus.

Dalam homilinya, kata Paus Fransiskus, Injil mengajarkan kepada kita bahwa Yesus datang untuk berjalan di sisi kita tepat pada saat-saat kegagalan itu dan mengajar kita untuk membaca peristiwa dengan cara baru. “Dalam setiap kegagalan, kita mengarah pada perjumpaan dengan Tuhan, kehidupan dan harapan terlahir kembali dan kita dapat diperdamaikan: dengan diri kita sendiri, dengan saudara kita, dan dengan Tuhan.” Seperti para murid, kita juga dapat mengalami kegagalan dalam perjalanan spiritual kita sendiri ketika rencana kita gagal, ketika kita menyerah pada cita-cita kita yang tinggi karena ketidakmampuan kita sendiri, atau ketika kita merasa hancur oleh dosadosa kita. Komunitas Gereja mengalami kemunduran serupa ketika dihadapkan pada “skandal kejahatan dan kekerasan yang mengarah ke Kalvari.”

“Jika kita menempatkan Yesus kembali sebagai pusat kehidupan dan iman kita,” Paus Fransiskus menyimpulkan, maka kita dapat diperdamaikan “dengan Allah, dengan orang lain, dan dengan dir i kita sendiri” dan menjadi “alat rekonsiliasi dan perdamaian dalam masyarakat kita.” Dia memberikan catatan bahwa dalam sejarahnya, Basilika Sainte-Anne-deBeaupré telah dibangun kembali tiga kali, dan sekali setelah kebakaran hebat. Namun, umat beriman di daerah itu terus bermimpi dan b angkit lagi “dengan keberanian dan kreativitas”.

Dalam perjalanan kembali menuju Quebec, Paus Fransiskus singgah di Fraternité St. Alphonse Center

untuk beramah-tamah dengan para tamu tetap dan mereka yang sering datang ke situ. Di taman fasilitas spiritual itu secara informal Paus mendengarkan cerita dan doa dari sekitar 50 orang yang berkumpul, yang terdiri dari para lansia, para pecandu, penderita HIV/AIDS, dan Pastor Andre Morency, direktur institusi.

ditempatkan di altar yang sangat dihormati di dalam Gereja Maria Diangkat ke Surga, yang secara liturgi dirayakan pada bulan Agustus. 15.

St Anne de Beaupré didedikasikan untuk St Anna, nenek Yesus. Didirikan pada tahun 1658, setelah apa yang diyakini banyak orang sebagai intervensi ajaib oleh Santa Anna sendiri. Menurut tradisi, awak kapal kecil dari Brittany, Prancis, sedang berl ayar ke Sungai St. Lawrence untuk beremigrasi ke Kanada, ketika tiba-tiba badai muncul di malam hari. Orang-orang Breton di atas kapal berdoa kepada Santa Anna yang baik - nenek Yesus, yang dihormati di Brittany, menjanjikannya tempat perlindungan jika dia menyelamatkan mereka dari bahaya. Pada pagi hari, k apal mereka telah terdampar di darat, dan langit biru bersinar di atas kepala. Mereka segera memulai pembangunan kapel.

Keajaiban pertama di situs tersebut dilaporkan terjadi selama pembangunan kapel ketika seorang pria, Louis Guimond, disewa untuk membantu membangun kapel, meskipun dia lumpuh karena skoliosis. Setelah menempatkan tiga batu di dasar kuil, Guimond sembuh dari semua penyakitnya. Penyembuhan ini diikuti oleh kesaksian lain dari orang -orang yang disembuhkan dan tempat suci tersebut dengan cepa t menjadi populer.

Tempat suci ini adalah salah satu dari empat lokasi utama di Québec dan situs ziarah tertua di Amerika Utara. Kompleks yang meliputi basilika, tangga suci, kapel peringatan, air mancur, dan 14 stasi jalan salib menyambut hampir satu ju ta pengunjung setiap tahunnya. Basilika dipenuhi dengan keindahan lukisan, mozaik, jendela kaca patri, pahatan batu dan kayu, sebagian besar didedikasikan untuk sejarah Santa Anna dan peran penting dalam iman masyarakat Kanada. Tahun 1876 Santa Anna dinyatakan sebagai sebagai pelindung provinsi Quebec. Sebuah mozaik di lantai gereja menandai tempat Paus St Yohanes

Paulus II berdoa di depan patung pada tahun 1984.

Bapa Suci menghadiahkan mereka ikon Maria "Bunda Tersuci Yerusalem" Ikon Theotokos (Bunda Allah) ini sangat populer di kalangan peziarah ke Tanah Suci, karena aslinya St Anne de Beaupré: Tempat Suci untuk Semua Komunitas Québec

Pada sore hari Bapa Suci memimpin vesper bersama para uskup, kaum religius, seminaris, dan pekerja pastoral di Katedral Notre-Dame de Québec

Paus menyoroti pentingnya pertemuan di Katedral yang uskup pertamanya adalah St François de Laval, yang membuka Seminari pada tahun 1663 dan mengabdikan pelayanannya pada pembinaan para imam.

Menggembalakan kawanan, kata Paus, harus dilakukan “dengan pengabdian dan kasih yang lembut” – seperti didorong oleh Santo Petrus – membimbingnya dan tidak membiarkannya tersesat, karena “kita adalah tanda Kristus.” Para imam harus melakukan ini dengan

sukarela, bukan sebagai kewajiban, seperti petugas keagamaan profesional atau pejabat suci, tetapi “dengan semangat dan dengan hati seorang gembala.”

Bapa Suci juga berbicara tentang skandal pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur dan orang-orang yang rentan. “Bersama dengan Anda, sekali lagi saya ingin meminta maaf kepada semua korban. Rasa sakit dan rasa malu yang kita rasakan harus menjadi kesempatan untuk pertobatan: jangan pernah lagi! … tidak pernah lagi komunitas Kristiani membiarkan dirinya terinfeksi oleh gagasan bahwa satu budaya lebih unggul dari yang lain, atau sah menggunakan cara -cara untuk memaksa orang lain.”

Basilique-Cathedrale Notre Dame de Quebec, Gereja Tertua di Kanada Dibangun tahun 1647 dan dinamakan Notre-Dame de la Paix (Bunda Perdamaian), diberi status basilika oleh Pais Pius IX dua ratus tahun kemudian. Pengepungan Inggris tahun 1759 sempat menghancurkan gereja itu dan kemudian dibangun kembali dengan berbagai tambahan komponen dekoratif. Setelah kebakaran merusak gereja itu t ahun 1922, pembangunan kembali dilakukan untuk kali kedua pada rancangan yang sama. BasilikaKatedral yang terletak di kota tua Quebec telah ditetapkan sebaga situas warisan dunia UNESCO, dan menjadi awal kunjungan apostolik Paus St Yohanes Paulus II ke Kanada pada tahun 1984.

Menjelang keberangkatannya ke Iqaluit di Keuskupan Agung Quebec City, Paus Fransiskus mengadakan pertemuan pribadi tertutup dengan para Jesuit. Ini adalah sebuah tradisi Bapa Suci yang juga seorang Jesuit setiap kali melawat ke suatu negara, di mana ia akan menjawab pertanyaan secara informal.

“Anda dapat melihat bahwa ketika dia menyampaikan berbagai poin dan ketika kami mengajukan pertanyaan; dia sangat terbuka dan sangat jujur hanya untuk sekadar menjawab. Dan dalam segala hal, dia adalah salah satu dari kami,” dan yang diinginkan Paus adalah "menunjukkan bahwa ada jalan ke depan". Pastor Fogarty mengungkapkan harapan dari kunjungan ini adalah orang akan mulai mengatakan "Saya akan menjadi berbeda sekarang".

Pastor Alan Fogarty, CEO Salt + Light Media, yang hadir, menggambarkan pertemuan pribadi itu sebagai "fantastis". Imam Jesuit itu mencatat suasana "di rumah" yang dirasakan Bapa Suci bersama para "saudara Jesuit"-nya, di mana Paus Fransiskus duduk dengan rekan-rekannya dalam lingkaran Pertemuan itu sangat santai dan pribadi menurut Pastor Fogarty.

“Ini adalah upaya nyata baginya untuk datang ke si ni karena seperti yang kita lihat dia berjuang dengan lututnya dan sebagainya, dia ingin menunjukkan cinta Gereja,” lanjut Pastor Fogarty.

Tanpa terasa satu jam sudah berlalu ketika staf kepausan memberi tahu Bapa Suci. Sebagai penutup Paus mengajak semua yang hadir berdoa Salam Maria dan berfoto bersama.

Sedangkan ketika menerima delegasi masyarakat adat yang menyampaikan penghargaan atas sambutan selama di Kanada. Paus berharap kunjungannya ini berkontribusi pada rekonsiliasi dan penyembuhan luka, “Saya menyimpan dalam hati saya harta yang tak tertandingi dari semua individu dan orang-orang yang telah meninggalkan jejak pada saya; wajah, senyuman, dan pesan yang tetap bersamaku; cerita tak terlupakan dan keindahan alam; suara, warna, dan emosi yang sangat menyentuh saya.”

Iqaluit adalah

paling utara di Kanada sekaligus ibu

300

Kutub

dengan suhu rata-rata musim dingin minus 25 -40 derajat Celcius, Iqaluit – yang artinya “tempat banyak ikan” dalam bahasa Inuktitut – merupakan rumah bagi 4.000 orang Inuit – komunitas terbesar di Kanada. Meskipun telah

rekonsiliasi telah ditandatangani, masyarakat Inuit masih mengalami kemiskinan hingga saat ini, dengan tingkat pendidikan yang rendah, akses terbatas ke perumahan dan perawatan kesehatan, serta tingkat sosial yang tidak terlalu menggembir akan.

Pesawat kepausan terbang di atas danau, perbukitan, dan tundra selama tiga jam dari Quebec sebelum mendarat di Teluk Hudson, bekas pangkalan udara militer AS yang dibangun di atas permafrost, lapis an tanah beku yang tidak memungkinkan tanaman tumbuh lebih dari 20 cm. Bisa jadi ini merupakan titik kunjungan Paus terjauh selama melakukan lawatan apostolik, sebuah perjalanannya "sebagai peziarah, dengan kemungkinan fisik yang terbatas" sehingga "kita dapat terus mencari kebenaran, agar kita dapat membuat kemajuan dalam mempromosikan jalan penyembuhan dan rekonsiliasi, agar kita dapat terus menabur harapan bagi generasi masa depan masyarakat adat dan non-pribumi". Inilah Iqaluit.

Iqaluit
kota yang kota provinsi Nunavut. Terletak sekitar km selatan Utara perjanjian Bersama Uskup Churchill-Hudson Bay, Mgr Anthony Wiesław Krótk i OMI, Bapa Suci mengadakan pertemuan pribadi tertutup dan rahasia di SD Nakasuk – satu dari empat SD di sana – yang bangunannya berbentuk trapesium putih kedap suara dari fiberglass. Inti dari kunjungan tersebut sebenarnya adalah untuk menunjukkan kedekat an dan mendengarkan kesaksian sekitar 150 penyintas sekolah asrama (yang didirikan pada tahun 1883).

Seperti suku First Nations dan Métis, Inuit juga mengalami perampasan tanah leluhur, pengurungan di cagar alam, dan penerapan kebijakan asimilasi paksa melalui sistem sekolah asrama yang menghancurkan begitu banyak keluarga dan komunitas pribumi di seluruh Kanada. Paus mengajak mereka berdoa Bapa Kami lalu memberikan berkatnya. Selanjutnya di halaman sekolah Bapa Suci berbicara kepada orang muda dan orang tua Inuit, yang dimeriahkan tarian, musik dan katajjaq, lagu parau tradisional wanita.

Paus Fransiskus sekali lagi mengungkapkan kesedihan dan memohon pengampunan, “atas kejahatan yang dilakukan oleh tak sedikit umat Katolik yang berkontribusi pada kebijakan asimilasi budaya dan pemberian hak dalam sistem sekolah asrama (“pemberian hak" adalah proses mengubah status sipil masyarakat adat dari "Indian" menjadi warga negara Kanada penuh - sebuah proses asimilasi yang seringkali mengorbankan identitas asli mereka. Awalnya bersifat sukarela, namun pada tahun 1876 menjadi wajib hingga ke tahun 1960-an).

Kepada kaum muda Inuit, Paus mengajak mereka untuk bekerja dalam budaya mereka sendiri dan dalam bahasa Inuktitut yang “indah” untuk terus berjalan maju, menjadi terang setiap hari, dan menjadi bagian dari tim, dengan harapan agar mereka “mungkin menerima Injil yang dilestarikan dan diwariskan” oleh nenek moyang mereka dan datang untuk melihat wajah Inuuk Yesus Kristus.

“Ini adalah harapan dan doa saya,” katanya, “bahwa, dengan mendengarkan para tetua Anda dan menarik dari kekayaan tradisi Anda dan kebebasan pribadi Anda, Anda akan menerima Injil yang dilestarikan dan diwariskan oleh leluhur Anda, dan dengan demikian datang ke lihat wajah Inuk Yesus Kristus.” Setelah berkat, kata terakhir dari pidato Paus adalah terima kasih dalam bahasa Inuktitut: qujannamiik!

Paus Fransiskus diantar ke bandara oleh Gubernur Jenderal Kanada Mary Simon, seorang Inuuk yang merupakan orang pribumi pertama yang memegang jabatan tersebut. Setelah pertunjukan genderang dan tarian tradisional Inuit, Bapa Suci menaiki pesawat kepausan yang akan menerbangkannya selama tujuh jam ke Roma.

NEXT STOP : Kardinal Fridolin Ambongo dari Republik Demokratik Kongo mengatakan Bapa Suci akan mengunjungi R epubik Demokratik Kongo dan Sudan Selatan paling cepat dalam bulan Februari 2023, yang sebelumnya direncanakan berlangsung tanggal 2-7 Juli 2022 dibatalkan karena sakit lutut. Selanjutnya Paus akan berkunjung ke Hongaria dalam masa Paskah (20-23 April) dan ke Lisbon, Portugal untuk menghadiri World Youth Day (1 -6 Agustus). Kita tunggu saja!

CHURCHPOP.COM

From Celtic To Coke : The Secret Colors Of Christmas

Saat Anda memejamkan mata dan membayangkan dekorasi Natal di rumah sejak kecil, warna apa yang Anda lihat? Jika Anda bertemu dengan semua hal merah dan hijau, kami sama sekali tidak terkejut karena itu adalah kombinasi warna standar Natal. Tapi mengapa hanya dua warna ini dan dari mana asosiasi itu berasal? Meski tidak ada yang tahu asal usul warna merah dan hijau saat Natal secara pasti, ada banyak teori. Dan kapan emas, putih, dan ungu ditambahkan ke dalam campuran?

Setiap hari perayaan khusus memiliki skema warna klasiknya sendiri. Hari Va lentine dikenal dengan warna merah jambu (pink), sedangkan dekorasi Halloween umumnya berwarna jingga (oranye) dan hitam.

Natal memiliki tradisi dan asosiasinya sendiri. Dan setiap tahun menjelang Natal, dunia berkilau dengan warna merah dan hijau. Natal adalah waktu dalam setahun di mana kita merayakan kelahiran Yesus Kristus, tetapi selama beberapa dekade ini menjadi lebih tentang bertukar hadiah dan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman kita.

Kita selalu mengasosiasikan warna-warna ini dengan setelan Santa berwarna merah dan pohon Natal berwarna hijau. Nampaknya karena komersialisasi hari raya tersebut, mengakibatkan kedua warna ini menjadi yang paling menonjol saat Natal. Bahkan merah dan hijau telah menjadi warna tradisional Natal selama ratusan tahun. Tapi tunggu dulu: mengapa begitu? Siapa yang membuat memulainya? Dan siapakah merangkulnya ke dalam dunia modern itu?

Pada artikel ini, kita akan melihat kemungkinan alasan mengapa ini menjadi warna musim. Baca terus untuk mengetahui mengapa warna-warna Natal yang umum ini cocok untuk Sinterklas dan kereta luncurnya, bersama dengan uraian sejarah dan makna di balik warna tersebut.

Sejarah dan makna di balik warna Natal tradisional Meskipun pohon Natal berwarna hijau dan setelan Santa serta hidung Rudolph berwarna merah, dekorasi dan karakter liburan modern ini bukanlah inspirasi warna yang kita kaitkan dengan Natal. Dekorasi asli Natal berasal dari unsur alam pada flora dan fauna pada waktu itu seperti salju, es, burung robin yang memiliki warna jingga pada dadanya, pohon holly, dan daun mistletoe.

Meskipun tidak ada yang tahu pasti bagaimana dan mengapa merah dan hijau menjadi sangat erat kaitannya dengan Natal, ada beberapa teori populer. Untuk menemukan akarnya, kita harus pergi lebih jauh ke masa lalu. Ternyata, asal-usulnya jauh ke belakang, berakar pada agama Kristen.

Banyak orang Kristen percaya bahwa warna merah dan hijau diilhami oleh kehidupan Yesus, yang k elahirannya dirayakan oleh orang Kristen pada hari Natal. Hijau, misalnya, melambangkan kehidupan kekal Yesus Kristus, sama seperti pohon cemara tetap hijau sepanjang musim dingin. Demikian pula, merah melambangkan darah yang ditumpahkan oleh Yesus Kristus selama penyaliban-Nya.

Namun banyak sejarawan percaya bahwa praktik penggunaan warna merah dan hijau sudah ada sejak lama. Beberapa orang mengklaim itu berasal dari

semak holly, dengan buah berry merah dan daun hijau tua yang tumbuh subur di sepanjang tahun itu.

Mereka mengacu pada perayaan Saturnalia Romawi kuno, yang menghormati dewa Saturnus dan terjadi setiap tahun antara 17 Desember dan 23 Desember. Selama perayaan, orang Romawi akan menghia si rumah mereka dengan holly dan menempatkan patungpatung kecil yang disebut sigillaria di dahan pohon cemara. Seiring waktu, daun hijau dan buah berry merah melambangkan musim perayaan dan kegembiraan.

Namun teori yang lebih diterima adalah dimulai dar i orang Kelt. Ini sebenarnya dimulai berabad-abad yang lalu, ketika warna digunakan untuk memperingati hari libur yang berbeda. Orang Kelt (Celtic) kuno memuja tanaman holly berwarna merah dan hijau karena selalu hijau dan percaya bahwa holly dimaksudkan untuk menjaga Bumi tetap indah selama musim dingin yang mati. Jadi ketika mereka dan budaya lain merayakan titik balik matahari musim dingin, mereka mendekorasi rumah mereka dengan holly untuk memberikan perlindungan dan keberuntungan bagi keluarga mereka di tahun yang akan datang. Semak holly digunakan untuk membuat karangan bunga yang digantungkan pada pintu depan rumah selama musim liburan sehingga menjadi populer saat ini.

Para pakar juga memperkirakan tradisi warna merah dan hijau pada hari Natal kemba li ke tahun 1300-an, ketika gereja-gereja akan menampilkan Miracle Play , drama religius untuk mendidik masyarakat yang sebagian besar buta huruf – yang tidak dapat membaca Alkitab. Salah satu Miracle Play yang populer yang dipentaskan pada malam Natal disebut The Paradise Play Drama itu menceritakan kisah Adam dan Hawa di Taman Firdaus. Mereka yang akrab dengan cerita itu tahu bahwa Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan. Namun mereka tetap melakukannya dan diusir dari surga. Karena pohon apel meranggas pada musim dingin, gereja malah membawa pohon pinus dan mengikatkan apel pada cabangnya untuk melambangkan pohon pengetahuan. Seiring waktu, orang mulai menerapkan menduplikasi praktik ini di rumah mereka sendiri, mengembangkan tradisi pohon Natal dan menggunakan warna merah dan hijau sebagai warna Natal.

Tradisi memasangkan kurma merah dan hijau berlanjut hingga abad ke-14 ketika warna tersebut digunakan untuk mengecat layar rood abad pertengahan, yaitu partisi yang dipasang di gereja untuk memisahkan jemaat dari imam dan altar. Spike Bucklow, seorang ilmuwan peneliti di University of Cambridge, berspekulasi bahwa batas fisik ini dapat memengaruhi orang Victoria untuk mengasosiasikan warna dengan batas yang berbeda, menandai akhir tahun lama dan awal tahun baru saat Natal.

Sekarang Anda mungkin berasumsi b ahwa satusatunya jawaban adalah Yesus dan Celtics kuno, tetapi pahami ini: Alasan besar lainnya mengapa merah dan hijau menjadi bagian utama dari liburan adalah berkat –tunggu dulu – Coca-Cola

Siapa yang membuat warna Natal merah dan hijau dalam sejarah modern? Beberapa orang percaya bahwa warna tersebut berasal dari pengaruh komersial.

Sebuah poster iklan oleh Haddon Sundblom memperlihatkan seorang anak laki-laki mengejutkan Sinterklas

Terlepas dari tradisi keagamaan yang bermakna ini, ada satu orang yang patut kita syukuri karena telah mengukuhkan warna merah dan hijau sebagai warna Natal: Haddon Sundblom. Tidak pernah mendengar tentang dia? Dia adalah orang yang disewa Coca -Cola untuk menggambar Sinterklas untuk iklan perusahaan. Hingga saat itu, penggambaran artistik Sinterklas tidak pernah konsisten. Dia biasanya pria yang tampak kurus, dan jubahnya bervariasi antara biru, hijau, dan merah.

Baru pada tahun 1931 ketika Natal mulai menjadi hari libur komersial dan saat itulah hijau dan merah menjadi warna yang menentukan Pada tahun 1931 iklan CocaCola menjadi lebih populer di majalah-majalah terutama menjelang hari raya. Mereka menyewa Haddon Sundblom, seorang ilustrator kelahiran Michigan, untuk menghidupkan Sinterklas (bukan seseorang yang berpakaian seperti Sinterklas) dalam iklan majalah. Hasilnya adalah gambar asli seorang pria berjanggut periang yang mengenakan pakaian merah dan putih

Bob Richter, pakar gaya hidup vintage dan penulis A Very Vintage Christmas (dan A Very Vintage Holiday yang akan diterbitkan pada tahun 2023), mengatakan sulit untuk memisahkan merah dan hijau karena "benarbenar merupakan kombinasi warna N atal yang klasik". “Contoh terbaik dari ini adalah daun holly dan ivy, yang tetap cemerlang dan berlimpah selama musim dingin, ketika semak dan pohon lain merontokkan daunnya,” katanya. “Ada yang mengatakan holly adalah bayi Yesus dan ivy adalah Bunda Maria." Tambahnya. Asal-usul membawa holly dan ivy ke dalam ruangan dapat ditelusuri kembali sampai orang -orang Kelt (Celtic), yang menurut Richter digunakan untuk mengusir roh jahat. "Demikian pula orang Kelt dan, mungkin atau kaum pagan yang mulai membawa sayuran hijau sebagai cara untuk menghormati perubahan musim dan menghidupkan rumah mereka selama bulanbulan musim dingin." Orang Kristen akhirnya mengadopsi tradisi ini dengan menampilkan warna hijau pada karangan bunga dan pohon cemara. Adapun daun holly menurut Sawaya melambangkan keberuntungan, perlindungan, dan kemakmuran untuk tahun baru.

Emas yang berkilauan dikaitkan dengan Natal karena, menurut ceritanya, tiga orang Majus membawa emas, kemenyan, dan mur kepada bayi Yesus “Karena kaitannya dengan nilai finansial yang tinggi, emas adalah warna kemakmuran dan kelimpahan,” kata Richter. “Menambahkan emas ke rumah Anda di hari Natal adalah cara untuk merayakan hadiah ini dan lebih banyak lagi.” Mungkin warna yang paling mewah ini, sering muncul pada ornamen, kandil, dan dekorasi berkilauan lainnya. “Emas juga bisa menjadi metafora untuk bintang Bethlehem,” tambah Richter. Emas memang memiliki cara untuk membuat kebersamaan saat Natal terlihat meriah secara instan. Seperti yang ditunjukkan Sawaya, "Emas memperkuat rasa perayaan dan kemewahan yang dirasakan banyak orang selama waktu khusus tahun itu saat liburan memasuki tahun baru."

“Natal adalah tentang kelahiran Yesus, dan warna putih selaras dengan janji Tuhan tentang kehidupan abadi dan kemurnian, harapan dan kebaikan yang diwakili oleh kehidupan dan kematian Yesus,” kata Sawaya. Selain berlatar belakang agama, putih adalah warna yang secara alami terkait dengan salju yang baru turun di musim dingin. Oleh karena itu, Richter menambahkan bahwa dekorasi putih dapat dibiarkan sepanjang musim, mulai dari untaian kapas yang menyerupai suasana bersalju hingga lampu putih untuk bintang di atas kandang Natal. “Bahkan jika salju musim dingin yang putih tidak menyelimuti tempat Anda tinggal, itu ada di mana-mana dalam dekorasi dan karya seni kartu ucapan,” kata Sawaya. “Lagipula, memimpikan Natal putih bisa dilakukan dari mana saja.” Dan tentu saja warna putih melambangkan kesucian Yesus sendiri.

pakaian merahnya sangat cocok dengan warna merah Coca-Cola), dikelilingi oleh kata-kata yang dibatasi dengan warna hijau.

Sundblom memilih membuatnya gemuk dan periang, mengenakan jubah merah (dan, yang cukup menariknya, warnanya sama dengan logo Coke). Seperti yang dikatakan Arielle Eckstut, salah satu penulis Secret Language of Color, bahwa keputusan kreatif membuat perbedaan. Tentu saja, iklan tersebut semakin populer, dan orang-orang mengenal Sinterklas Sundblom sebagai "yang asli". “Itu memadat dalam imajinasi kolektif kita tentang merah jubah Santa dengan hijau pohon cemara dan holly dan kastuba yang sudah ada dalam pikiran kita,” katanya.

Iklan Sundblom – yang menampilkan Sinterklas minum Coke, mengantarkan hadiah, dan berinteraksi dengan anak-anak berlangsung dari tahun 1931 hingga 1964. Ini adalah titik balik dalam sejarah karena ilustrasi Sinterklas begitu hidup sehingga menjadi representasi gambar dari Bapa Natal (Papa Noël) yang sebenarnya: Sinterklas memakai warna merah dan sejak saat itu, Coca-Cola terus beriklan dengan branding merahnya dan karenanya menjadi warna terkait Natal.

Gambar Sinterklas yang akan turun dari cerobong asap dengan sekantong mainan merah, oleh Thomas Nast untuk Harper's Weekly, 3 Januari 1874.

Dan meskipun ada banyak ilustrator dan k artunis yang menggambar Sinterklas sebelum iklan ini tayang (seperti Thomas Nast dari Harper's Weekly), ini adalah gambar yang mengubah cara orang Amerika membayangkan Santa dan Natal secara keseluruhan . “Imajinasi kolektif kami memadatkan warna merah

merah

jubah Sinterklas dengan hijau pohon cemara dan holly dan kastuba yang sudah ada dalam pikiran kami... [Akibatnya] warna merah dan hijau khusus ini datang untuk menandakan Natal,” kata Arielle Eckstut

Apa warna Natal lainnya yang memiliki simbolisme religius? Sementara merah dan hijau berada di puncak tangga lagu selama waktu paling menyenangkan dalam setahun, emas, biru, dan putih sering membuntutinya. Biru melambangkan Bunda Maria dan jubah biru orang kaya yang sering terlihat sebagai lambang kekayaannya Adakah warna lain yang digunakan saat Natal? Kartu Natal zaman Ratu Victoria menggunakan kombinasi warna merah dan hijau, merah dan biru, biru dan hijau, biru dan putih.

“Tidak ada yang tahu pasti bagaimana merah dan hijau menjadi skema warna Natal yang ikonik,” demikian pendapat Lori Sawaya, pakar warna The Land of Color dan pakar kolorimetri alias seni dan ilmu warna Menurut Sawaya, kebanyakan orang Kristen percaya warna merah melambangkan darah penyaliban Kristus.

Bob Richter menjelaskan, “Ungu adalah warna kerajaan, dan banyak orang (Kristen) mengasosiasikannya dengan Raja segala Raja, Yesus Kristus.” Itu cukup memberikan pencerahan mengapa warna ungu digunakan selama masa Adven, yaitu empat minggu menjelang Natal. “Lilin ungu dinyalakan setiap minggu untuk menandakan kedatangan Kristus,” lanjut Richter. “Tentu saja, menambahkan warna ungu menambah kekayaan dekorasi dan juga menciptakan perasaan perayaan dan kemewahan.” Ungu telah lama dianggap sebagai warna agung dan kerajaan karena, seperti yang dijelaskan Sawaya, sebelum tahun 1856, pewarna dan pigmen ungu langka dan hanya orang kaya yang mampu membelinya. Itu semua berubah ketika mahasiswa kimia William Perkin menemukan cara untuk menghasilkan pewarna berwarna ungu muda saat mengerjakan pengobatan malaria di Royal College of London. Sejak itu “Dunia dan warna ungu tidak akan pernah sama lagi,” kata Sawaya. “Meskipun penemuan Perkin mendemokratisasi warna ungu, mengasosiasikannya dengan kekayaan, royalti dan misteri tetap ada. Tidak ada warna lain yang menyampaikan keistimewaan dan esensi kesucian seperti ungu.”

Dan untuk kombinasi warna klasik, hijau mewakili pembaruan dan kehidupan abadi melalui Yesus, yang kelahirannya dirayakan pada 25 Desember.

Dari perspektif psikologi warna sendiri, merah menuntut perhatian visual dan mengomunikasikan perasaan yang dinamis, kuat, dan percaya diri Lihatlah kampanye iklan ikonik Coca-Cola pada tahun 1930-an: setelan merah cerah Sinterklas hanyalah salah satu contoh pemanfaatan warna Natal untuk menarik perhatian semua orang selama musim liburan yang kacau-balau. terang. Komersialisme modern memantapkan merah dan hijau sebagai palet warna Natal klasik. “Bagian dari keajaiban merah dan hijau adalah memperkuat satu sama lain karena mereka duduk di sisi berlawanan dari roda warna, menjadikannya warna yang saling melengkapi,” kata Sawaya.

Tampaknya sejarah bagaimana merah dan hijau melambangkan Natal sangat mirip dengan hari raya itu sendiri: berakar pada tradisi keagamaan, dimodernisasi oleh komersialisme, dan dilanjutkan dengan semangat kegembiraan dan keceriaan. Pikirkan hal itu lain kali saat Anda melihat lampu berkedip merah dan hijau Ho Ho Ho, Merry Christmas, everybody!

Daun holly hijau dan buah berry

kepada seluruh umat

paroki kosambi baru

Sudama dan keluarga

C6 / 12 , Taman Semanan Indah

MERRY MERRY AND HAPPY NEW YEAR! DRG IENA SUSTIAWATI & KELUARGA
ERIC & KELUARGA
DAN TAHUN
GEORGE
SELAMAT NATAL 2022
BARU 2023
RPHU-3201250-005 Holly Jolly Christmas! ealti iken H C K AN I G A R A P A N G I N D O A R U T A L A KANIGARA BEKASI - GREEN LAKE CITY 087 7373 1688 9 NON Residu Hormon dan Antibiotika Bebas Flu Burung Sertifikat Halal & Nomor Kontrol Veteriner NKV LEVEL 1 (HIGIENIS) Pakan Ayam Organik & Probiotik Seluruh Proses dipantau langsung oleh DOKTER HEWAN Christmas Merry AND HAPPY NEW YEAR! KELUARGA DRG LUSIANA

Tradisi Sinterklas (atau Santa Klaus) yang memberikan hadiah kepada anak-anak yang baik dan menghukum yang nakal sudah ada sejak lama. Pada awal tahun 1800-an, anak-anak yang nakal bahkan akan mendapat hukuman dipecut ringan – lebih cocok disebut mainmain – dengan batang birch yaitu “tongkat kayu hitam panjang” (sejenis rotan yang di Indonesia diganti dengan sapu lidi).

Namun tradisi berikut ini mungkin tidak dikenal di Indonesia: jika kamu tidak berperilaku baik, Sinterklas tidak akan memberimu hadiah ap a pun untuk Natal kecuali sebongkah batu bara sebagai pengganti mainan atau cokelat. “Hadiah” batu bara untuk anak-anak nakal dari Sinterklas masih merupakan hal yang relatif baru pada awal 1800-an tersebut, jadi wajar bahan bakar fosil itu tidak akan menjadi cerita rakyat.

Jadi mengapa batu bara?

Jawaban sederhana: kami tidak tahu!

Tapi dari mana sebenarnya gagasan ini berasal? Itu tidak mungkin unik, karena sahabat masa kecilku mengatakan ibunya juga mengatakan itu padanya. Sejujurnya, cukup sulit untuk dijabarkan dan tampaknya berasal dari banyak tempat berbeda.

Beberapa orang berpikir bahwa gagasan tentang anak nakal mendapatkan batu bara berasal dari Belanda abad ke -16, ketika anak-anak akan meletakkan bakiak mereka di dekat perapian pada malam Natal Anakanak yang baik akan mengisinya dengan permen atau mainan kecil, tetapi anak -anak nakal akan mengisi bakiak mereka dengan batu bara. Sementara dalam cerita rakyat Italia, anak-anak dikunjungi oleh seorang

penyihir dengan sapu terbangnya yang membagikan hadiah dan permen untuk anak-anak yang baik dan batu bara untuk anak-anak nakal.

Sedangkan di Inggris dalam masa pemerintahan Ratu Victoria, Sinterklas hanya akan memberikan batu bara kepada anak-anak miskin sebagai bentuk hukuman atas perbuatan buruk yang membuat keluarga mereka miskin. Namun, ini terbukti bermanfaat bagi keluarga miskin karena mereka dapat menggunakannya untuk dibakar, karena batu bara biasanya tidak mampu mereka beli.

Yang bisa kita lakukan hanyalah berspekulasi tentang mengapa Sinterklas mengirimkan batu bara. Satu hal yang dipercaya banyak orang bermuara pada cerobong asap dan perapian. Sinterklas dan para asistennya sering digambarkan memasuki rumah dari cerobong asap untuk meletakkan hadiah di dekat perapian. Oleh karena itu masuk akal jika batu bara untuk anak nakal adalah sesuatu yang berhubungan dengan perapian. Dalam cerita rakyat Jerman “Ye Olde Santa”, Sinterklas malah mengirimkan sekantong abu kepada anak-anak nakal, daripada memberikan sebongkah batu bara. Mungkin lebih mudah baginya – barangkali.

Jadi, meskipun kami mungkin tidak tahu mengapa Sinterklas memberikan batu bara kepada anak -anak nakal, ada baiknya Anda bersikap manis – kecuali jika Anda ingin menemukan sebongkah batu bara d alam kaus kaki Anda.

RISAL WIRATANYA

Sebongkah Batu Bara dari Sinterklas untuk Anak Nakal
LINGKUNGAN ST.ALFONSUS DE LIGUORI DIOLAH DARI today.com, countryliving.com, thefactsite.com

Talk Show Perdana

tentang Pemberian Hak Atas Tanah Secara Umum

Pada tanggal 11 Desember 2022, Sub. Seksi Advokasi mengadakan Gelar Wicara

atau Talk Show secara luring atau offline perdananya setelah 2 tahun menunda

berbagai acara, tidak hanya untuk Sub. Seksi

Advokasi tapi juga bagi seluruh Seksi yang

ada di Paroki, dalam kesempatan ini kami telah menghadirkan 3 narasumber dimana salah satunya juga merangkap sebagai

pemandu acara atau Moderator yaitu, Ibu Stephanie Hwang, S.H., M.Kn. yang merupakan seorang Notaris dan PPAT dari Aktainaja.com, ada juga Bapak Marcellinus

Wiendarto, S.H., M.H. atau biasa dipanggil

dengan Endo yang merupakan Kepala Seksi

Pengendalian dan Penanganan Sengketa di Kantor ATR/BPN (Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional) Jakarta selatan

serta Bapak C. Suhadi, S.H., M.H. yang merupakan Ketua 1 Sub. Seksi Advokasi

Gereja Santo Matias Rasul saat ini dan juga

Pengacara dari kantor S.E.S & Partners.

ramai pembahasan mengenai “mafia tanah”, sehingga Sub. Seksi Advokasi menggunakan kesempatan ini untuk mengedukasi para peserta agar dapat terhindar dari hal-hal tersebut, terutama kepada warga Paroki Kosambi Baru, yang dalam hal ini dengan memiliki tanah berstatus tertinggi atau maksimal yaitu SHM.

Tidak banyak peserta yang hadir, hanya 1/3 peserta yang hadir dari tempat yang disediakan, namun ternyata semua peserta yang hadir memiliki antusias yang sangat tinggi mengenai topik ini dan ada juga beberapa peserta yang hadir adalah pribadi yang memiliki permasalahan mengenai tanah mereka masing-masing, yang mendasari kami mengadakan acara ini adalah, mengingat pada saat ini sedang

Sehingga dalam pembahasannya, pertamatama Ibu Stephanie selaku Narasumber dan juga Moderator menjelaskan mengenai jenisjenis Hak yang dapat diperoleh atas sebidang tanah. Yang dimana dalam perjalanannya status tanah tersebut dapat diperbaharui atau di tingkatkan dari yang semula SHGB (Sertifikat Hak Guna Bangunan) atau SHGU (Sertifikat Hak Guna Usaha) menjadi SHM (Sertifikat Hak Milik) secara gratis dengan syarat-syarat tertentu. Namun HGB dan HGU ini memiliki titik kelemahan berupa, pemegang hak harus melakukan perpanjangan atas HGB dan HGU tersebut secara berulang atau biasanya per 20 tahun sampai dengan 30 tahun sekali. Sehingga dalam acara ini kita diajak untuk sama-sama memaami dengan memiliki tanah dengan Sertifikat Hak Milik sehingga kita tidak perlu memikirkan kapan haruss melakukan perpanjangan dan lain sebagainya, seperti yang disampaikan oleh Pak Suhadi. Kemudian agar sesuai dengan acara,

Sub. Seksi Advokasi mengenai Surat Edaran Menteri No. 1339/SK-HK.02/X/2022

yaitu talkshow, selanjutnya moderator melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada para narasumber mengenai implementasi atau penerapan serta kendala yang tengah sering terjadi dengan adanya peraturan tersebut.

Setelah masuk dalam sesi tanya jawab, seluruh peserta yang hadir sangat antusias dan menanyakan mengenai polemikpolemik dan implementasi dari peraturan serta ada juga yang menanyakan mengenai permasalahan yang sedang mereka hadapi mengnai tanah yang mereka miliki, adapun konklusi atau kesimpulan yang dapat ditarik dalam acara ini adalah, kita diingatkan untuk selalu mengamankan aset-aset yang kita miliki baik secara fisik maupun administrasi

sebagaimana yang disampaikan oleh

Pak Suhadi dan juga Pak Endo, yang

kemudian oleh Pak Endo mengutip apa yang disampaikan dari Menteri ATR/BPN, “kalau saya boleh mengutip analogi dari

Mentri saya, sertifikat itu ssama dengan

seperti buku nikah kita, jadi kalau bapak/ibu punya Sertifikat tanah terus menanyakan ke

BPN lokasi tanah saya dimana, itu menjadi hal yang lucu. Sama kaya halnya, bapak/ ibu punya buku nikah terus menanyakan pasangan saya di mana. Oleh karena itu bapak/ibu harus menjaga tanah yang bapak/ibu punya (surat dan fisik) dan itu penting sekali”, yang kemudian dilanjutkan dengan cara untuk mendaftarkan tanah agar memperoleh SHM oleh Pak Endo sebagai perwakilan dari kantor ATR/BPN.

Mungkin bapak/ibu yang membaca artikel ini menjadi penasaran seperti apa acaranya, oleh karena itu, bapak/ibu dapat menyaksikan acara ini melalui kanal YouTube dengan kalimat pencarian “Talk Show Sub. Seksi Advokasi Gereja Santo Matias Rasul”

Meskipun seminar yang diadakan kali ini mendadak sehingga dalam perjalanannya juga masih minim peminat atau mungkin masih banyak yang tidak berkenan untuk hadir, karena dianggap terlalu serius mungkin juga memusingkan dan juga tidak mudah di mengerti, namun kami dari Sub. Seksi Advokasi tetap berharap agar para umat Paroki Kosambi Baru memiliki perhatian lebih terhadap permasalahan hukum yang ada serta senantiasa pro-aktif untuk terlibat dan turut serta dalam hal serupa agar kita sama-sama dapat “melek hukum”. Bukan hanya secara teoritis tetapi juga secara implementatif atau pelaksanaannya ketika masing-masing dari kita sedang menghadapi permasalahan. Sehingga kita dapat menangani permasalahan tersebut dengan lebih baik dan juga lebih tenang.

Bumi Maria Sareng Para Rasul

Tidak perlu jauh-jauh ke Efesus, Turki untuk melihat rumah Maria, karena rumah Maria ada di Ciluar, walaupun agak di luar ibu kota – yang statusnya tinggal dua tahun – Jakarta, tepatnya di Jalan Raya Bogor. Namanya Bumi Maria Sareng Para Rasul. Banyak sebutan untuk tempat ini, dari Gua Maria, taman doa, jalan salib, dan macam-macam lagi, tetapi nama resminya adalah “tempat ziarah jalan salib”.

Tempat ziarah ini adalah hasil karya Romo Christophorus Oferus Lamen Sani – Romo Christo, panggilannya – dan masuk Paroki Santo Andreas Sukaraja, Keuskupan Bogor. Paroki ini cukup unik karena terpencar di luar: sekretariat terletak di samping taman ziarah; pastoran di seberang tempat ziarah; sedangkan bangunan gerejanya sendiri berada di “luar” sana, di seberang Jala n Raya Bogor dan masuknya harus memutar melalui jalan perumahan.

Tapi marilah kita sambangi lebih dekat Bumi Maria Sareng Para Para Rasul atau disingkat BMSPR.

Pembangunan Taman Doa Bumi Maria Sareng Para Rasul ini diawali dengan penanaman pondasi berupa lima batu dan dua pipa (ibarat lima roti dan dua ikan, yang memiliki arti khusus. Kelima batu itu adalah: batu bumi (batu mahkota) yang melambangkan batu yang yang telah dibuang oleh para tukang bangunan dan tidak terpakai lagi namun menjadi batu pondasi pembangunan, sekaligus menjadi batu mahkota yang di atasnya akan berdiri patung Bunda Maria; batu perorangan ditanam di pojok barat; batu keluarga sebagai simbol Keluarga Kudus Nazaret, ditanam di pojok timur; 21 batu lingkungan (sesuai dengan jumlah lingkungan yang ada), ditanam di pojok utara; dan tujuh batu wilayah (karena ada tujuh wilayah di paroki( ditanam di pojok selatan. Seluruh batu itu diberkati dan dilelang kepada umat paroki, lalu hasilnya dijadikan modal dasar pembangunan tempat ziarah ini.

Sedangkan dua pipa pondasi itu bermakna sebagai berikut: pipa pertama untuk kabel listrik sebagai saluran pancaran cahaya kehidupan manusia (cahaya Kristus) yang menerangi tempat ziarah dan mahkota di kepala Bunda Maria; sedangkan pipa kedua menyalurkan air sumber kehidupan yang diambil dari sumber air Cijujung, dan keluar dari tujuh keran – sesuai dengan jumlah wilayah di Paroki Santo Andreas – yang ditampung dalam tujuh kendi Untuk menjaga kelestarian dan ketersediaan air tanah yang berkesinambungan, setiap lingkungan diwajibkan menanam pohon gayam di areal tersebut.

Sumber air ini telah diberkati sebagai “sumber air hidup” sebagaimana perkataan Yesus dalam Yoh 4:13-14, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama -lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus -menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”

Patung Bunda Maria dan altar terletak “ruang atas” bangunan yang dilengkapi tujuh lingkaran pijakan yang disebut Romo Christo sebagai sebuah “kesempurnaan” dan 14 anak tangga simbol stasi jalan salib. Selain itu tentu saja telah dilengkapi dengan patung-patung malaikat, orang kudus, Golgota, dan makam Yesus. Walaupun sudah ditanami pepohonan, pada siang hari suasana di sini cukup lembap.

Rumah Maria ada di Ciluar, Agak di Luar Jakarta Penuh Makna Alkitab RISAL WIRATANYA LINGKUNGAN ST.ALFONSUS DE LIGUORI FOTO-FOTO DARI KOLEKSI PRIBADI

Kata “bumi” memiliki dua

makna yaitu, bumi dalam arti planet dan bumi dalam arti rumah (bahasa Sunda). Hal ini terlihat dari bentuk

bangunan: bagian bawah

memperlihatkan rumah dalam bahasa Sunda, sedangkan bagunan bagian atas memperlihatkan bumi dalam arti planet.

Tempat ziarah ini diresmikan dan diberkati tanggal 11 Mei

2018 oleh Vikjen Keuskupan

Bogor waktu itu, Romo

Christopohorus Tri Harsono (yang kemudian diangkat menjadi Uskup Purwokerto).

Pada akhir Agustus 2022 lalu telah dilakukan renovasi, antara lain dilengkap dengan lampu taman dan diperindah dengan tulisan “Bumi Maria” di depan bangunan.

Ketearngan gambar, dari kiri bawah searah jarum jam: tujuh kendi penampung air dari keran pada dinding di balik altar bangunan, gerbang Yerusalem menuju

Via Dolorosa (jalan salib), stasi jalan salib, makam Yesus, Getsemani dengan

ikon salib Malta, patung

Santo Petrus, pelataran depan rumah Maria yang sering dipakai untuk misa.

Koq Rumah Maria?

Dalam Yoh 19:26-27 dikisahkan Yesus dari atas kayu salib melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya ada di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya itu, “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di rumah di mana mereka menumpang. Ayat ini mengawali kebersamaan Bunda Maria dan para rasul seperti tertulis dalam Kis 1:13-14: “setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus dan Simon orang Zelot, dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.”

Kisah–kisah yang menjadi latar belakang kelahiran Gereja tersebut mengilhami Romo Christo, pastor paroki Santo Andreas untuk membangun sebuah rumah Maria

Awalnya tempat ini sering disebut “Andreas Farm”, namun bagi umat lebih populer dengan nama “Taman Doa Santo Andreas”, walaupun ada juga yang menyebutnya “Taman Getsemani”, ada juga “tempat jalan salib dan makam Yesus”. Ya, sah-sah saja sih. Namun masalah timbul ketika orang bertanya, “Gua Marianya di mana?”

Ternyata memang tidak ada gua Maria, yang ada di sini adalah rumah Maria. Maka paroki memberikan jawaban berupa pernyataan resmi, “Kami tidak membuat gua Maria, akan tetapi membangun Rumah Maria. Mengapa? Karena diinspirasikan oleh peristiwa Bunda Maria berada dan berdoa bersama para rasul di ruang atas menantikan kedatangan Roh Kudus.”

Oleh karena itu, lalu ditetapkanlah fasilitas baru tempat ziarah jalan salib bernama

Bumi Maria Sareng Para Rasul di area kompleks taman doa Santo Andreas. Awalnya tempat ini hendak diberi nama

“Bumina Maria Sareng Para Rasul”, Kemudian dimodifikasi menjadi “Bumi Maria Sareng Para Rasul” atas masukan

Romo Alfonsus Sutarno, imam Keuskupan Bogor asal Kuningan, Jawa Barat. Kata

“bumi” bisa berarti planet tempat di mana kita berpijak dan juga bisa berarti “rumah” di mana kita tinggal, “sareng” dalam bahasa

Sunda dan Jawa (e dilafalkan seperti ‘e’ dalam kata “dengan”) berarti “bersama–sama”. Jadi “Bumi Maria Sareng Para Rasul berarti “rumah di mana Maria tinggal bersama-sama para rasul”

Gua Maria Desa Putera

Small Is Beautiful In Jagakarsa

Melanjutkan perjalanan dari Bogor menuju Jakarta, ada baiknya singgah sebentar di kompleks Desa Putera, Srengseng Sawah, Jagakarsa. Tempat doa ini berada di kompleks Desa Putera yang dikelola para bruder Budi Mulia.

Desa Putera adalah kompleks yang luas dan asri. Di sini terletak Paroki Ratu Rosari Jagakarsa, sebuah gereja yang sederhana dan original (karena tidak menggunakan aircon alias pendingin ruangan) dan panti asuhan Perhimpunan Vincentius. Selain itu ada juga SMK Grafika yang mengajarkan keterampilan cetak-mencetak dan gedung serbaguna bernama Destra Graha..

Di belakang gereja ada sebuah tempat ziarah kecil bernama Goa Maria Desa Putera. Jalan masuknya berada tepat di samping gereja. Tidak terlalu luas namun asri karena banyak pepohonan, tempat doa ini diperindah dengan deretan patung para rasul yang “dikawal” oleh para malaikat cilik. Gua Marianya sendiri ada di pojok, terlihat sederhana sekali.

Di dalam taman doa itu ada beberapa diorama kisah Injil,misalnya Yesus sedang mengajar di Bait Allah, Yesus dipersembahkan di Bait Allah, Yesus gembala baik, dan sebuah patung Pieta.

Pengunjung dapat memanfaatkan tempat di pinggiran ibukota ini untuk berdoa dan sejenak merasakan keheningan,

Dari kiri atas searah jarum jam: pintu masuk Goa Maria Desa Putera, deretan patung para rasul dan malaikat, malaikat cilik pengawal para rasul, salah satu stasi jalan salib, gua Maria berada di sudut taman doa yang asri.

Atas: kerimbunan tanaman menghiasi Gua Maria, patung Yesus gembala baik.

Tengah: diorama Yesus dipersembahkan di Bait Allah dan Yesus ditemukan di Bait Allah, diorama dari dekat. Bawah: patung Pieta, gedung panti asuhan Desa Putera dengan patung Santo Vincentius A Paulo berdiri di depannya.

Sebelum pulang tak lupa menyapa Santo Matias Rasul yang sedang memegang kapak untuk menebang pohon Bisa jadi sudah alih profesi Bro Matias kirim salam buat para follower setianya di paroki Kosambi, jangan lupa mampir ke sini, katanya. Salam.

Tak jauh dari Goa Maria Desa Putera terletak Panti Asuhan Si Boncel yang diperuntukkan bagi anak -anak yatim piatu yang berusia kurang dari 7 tahun. Mereka didampingi para suster Dominikanes (OP) dan diberikan pendidikan di TKK Boncel Kanak. Di dalam sekolah ada sebuah gua Maria kecil yang cantik dengan kolam ikan dan patung malaikat penjaga mereka yang menyeberangi “sungai” itu. Singgahlah di sana untuk berbagi kasih kepada para yatim sesuai sabda Yesus dalam Mat 22:39 'Kasihilah sesamamu sama seperti kamu mengasihi dirimu sendiri

2017 oleh Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko, taman doa seluas 1,4 hektare ini merupakan kawasan kegiatan rohani yang dibangun dan ditata oleh umat Katolik Paroki Sragen.

Asale Taman Doa Ngrawoh Sragen:

Ziarah untuk Ngarah Uwoh

Tempat doa tersebut lebih dikenal sebagai Taman Doa Ngrawoh, namun tidak ada yang paham makna Ngrawoh, yang merupakan nama dukuh dan nama salah satu lingkungan di Paroki Sragen. Namun, Uskup

Keuskupan Agung Semarang waktu itu, almarhum Mgr.

Johanes Maria Pujasumarta ketika melantik panitia pembangunan taman doa memunculkan bahasa kiasan ngarah uwoh yang disangkut pautkan dengan dukuh Ngrawoh

“Ngarah uwoh” adalah bahasa kiasan untuk meyakinkan umat supaya berduyun-duyun berdoa hingga mengarah ke satu titik atau mengarah ke satu “buah”. Buahnya di sana untuk setiap orang masingmasing, bisa kesaksian-kesaksian, misalkan sakit bisa sembuh, keinginan mendaftar bisa lulus, atau yang lain

Sejarah Pembangunan

Perkembangan tempat ziarah tersebut dimulai tahun 1967 dengan pemberian sebidang tanah desa oleh pemerintah desa untuk pendirian kapel/gereja dengan luas sekitar 7.500 meter persegi2. Tahun 1975 pemerintah desa memberikan bantuan dana sebesar Rp 75.000 untuk mendirikan sebuah kapel di Ngrawoh. Kapel Ngrawoh sendiri berdiri 21 Juni 1976 dan diberkati oleh Romo St. Suhartono.

Pada tahun 2010 digagaslah rencana pembuatan tempat ziarah di Ngrawoh. Hal itu direalisasikan tahun 2011 dengan peletakan batu pertama oleh Mgr. Johanes Maria Pujasumarta untuk memulai pembangunan tahap I yang menghabiskan biaya sekitar 385 juta Rupiah selama tahun 2013-2014. Pembangunan berhenti sejenak untuk melengkapi perencanaan, IMB, serta pengesahan dari Keuskupan Agung Semarang , dan dilanjutkan dengan biaya sekitar 2,9 milyar Rupiah Sebanyak 60% dari dana yang digunakan adalah partisipasi umat Katolik Sragen.

Taman doa Ngrawoh mengedepankan konsep peziarahan melalui pertobatan untuk mendapatkan pengampunan dari Allah melalui Yesus Kristus , dalam wujud tiga bagian. Yang pertama adalah peziarahan di dunia dalam mengikuti Yesus berupa kapel St Maria, St Yusuf, taman Getsemani, dan stasi jalan salib. Kedua,

Taman Doa Ngrawoh Fatima Rasa Lokal
Taman Doa Santa Perawan Maria Di Fatima yang berlokasi di Dusun Ngrawoh, Desa Pilangsari, Kecamatan Gesi, berjarak 12 km dari kota Sragen, 15 km dari alun-alun kota Sragen, atau sekitar 17 km dari gereja paroki. Diresmikan dan diberkati pada tahun

peziarahan iman bersama Bunda Maria berupa kolam pertobatan, lingkaran tak berujung Bunda Maria, dan salib milenium. Sedangkan yang ketiga menggambarkan persatuan dengan Kristus, dalam kapel adorasi St Aloysius, bangunan yang panjang dan lebarnya sama, menghadap empat sisi, dengan masingmasing tiga gerbang pada tiap sisi.

Pembangunan taman doa ini memiliki tipikal Fatima sehingga dinamakan “Taman Doa Santa Perawan Maria di Fatima Ngrawoh”, di mana Bunda Maria menyampaikan pesan kepada tiga anak gembala agar umat manusia sungguh-sungguh bertobat. Selain itu penamaan Santa Perawan Maria di Fatima juga selaras dengan nama paroki Sragen. Sampai tahun 2010, taman doa ini masih disebut gua Maria, kemudian diubah menjadi “taman doa”. Meskipun demikian, gua pada taman tidak dihilangkan, tetap ada d alam bentuk gua makam Yesus yang disesuaikan dengan jalan salib.

Taman Doa

Untuk memasuki taman doa ini, pengunjung harus meniti beberapa anak tangga dengan medan berkelok yang menghubungkan lokasi Gereja Yang Berjuang. Dari sini, pengunjung bisa melanju tkan perjalanan menuju kolam pertobatan sebelum tiba di taman tempat patung Bunda Maria berdiri. Makna dari kolam pertobatan ini adalah peziarah membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menerima keselamatan dari Allah melalui Tuhan Yesus. Selanjutnya untuk menjangkau lokasi berdoa, peziarah harus melewati jalan melingkar tak berujung yang mengelilingi taman. Artinya setelah kita menyadari dosa dan dibersihkan dari dosa, barulah kita diperkenankan menghadap Bunda Maria, memohon pertolongannya agar tidak jatuh lagi ke dalam dosa.

Tak jauh dari taman doa ada kapel adorasi yang melambangkan surga. Desain kapel ini menyerupai mushola dengan kubah berwarna kuning keemasan. Di situlah kita diajak bersembah sujud melambungkan pujipujian dan syukur di hadapan Allah Bapa melalui Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus

Romo Patrick Slamet Widodo adalah imam kelahiran Sragen tahun 1976 dan berasal Paroki St Maria Fatima Sragen. Imam yang ditahbiskan tahun 2020 pada masa pandemi ini sekarang menjadi pastor rekan di Paroki St Nikodemus Ciputat (mantan paroki Romo Yus Noron).

Romo Patrick ngetop sejak

tampil di panggung Opera Komedi Samadi (OKS) karena sering membawakan lagu-lagu genre dangdut. Maka romo yang sempat berkarier cemerlang ini sering dijuluki romo dangdut, romo Nazar, romo pantura, atau romo mati lampu.

Keterangan gambar, dari atas: pintu masuk taman doa, jalan salib, kapel, interior kapel yang diapit patung Bunda Maria dan Santo Yosef.

Dalam rangka menunjang potensi wisata Taman Doa Santa Perawan Maria di Fatima Kota Sragen, Desa Pilangsari mengalokasikan sebagian besar anggaran dari dana desa untuk perbaikan infastruktur , menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti pelatihan membuat pupuk cair .

Pengunjung taman doa tidak hanya berasal dari Sragen. Mereka dari berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Bahkan, wisatawan dari Kalimantan dan Sumatra juga pernah

singgah ke sana Bukan saja dari umat Katolik, tetapi juga dari non-Katolik. Semoga kerukunan antar umat beragama di negeri ini selalu terjaga.

Harus diakui, keberadaan taman doa itu mampu menggairahkan perekonomian warga sekitar. Sekarang banyak berdiri warung makan dan pertokoan di sekitar taman doa. Warga sekitar juga punya pendapatan dari hasil mengelola parkir kendaraan pengunjung taman doa. Selain itu juga ada warga yang membuka layanan homestay bagi wisatawan yang ingin beristirahat.

Cukup mudah untuk bisa sampai di taman doa ini. Dari Semarang melalui tol Semarang-Solo keluar pada pintu tol Sragen/Gemolong/Purwodadi, lalu ke kiri ambil arah Gemolong/Purwodadi. Ikuti jalan yang sudah dibeton hingga perempatan Pasar Gabugan, lalu belok kanan ke arah Tanon. Lanjutkan perjalanan hingga Pasar Kedawung Mondokan dan belok kanan di pertigaan jalan arah Sukodono. Terus melalui jalan raya Gesi sampai perempatan SMP Negeri 1 Gesi, lalu belok kanan sampai perempatan dukuh Ngrawoh. Di situ akan ada penunjuk arah ke Taman Doa Goa SP Maria di Fatima di seberang kanan. Ambil jalan kecil ke kanan hingga gapura dukuh dan sebuah penunjuk arah lagi “Taman Doa Santa Perawan Maria di Fatima Ngrawoh -Sragen”. Belok kanan lagi memasuki gang sampai di depan kompleks. Pengunjung dapat memarkir kendaraan dengan mudah di situ dan cukup melapor kepada petugas yang ada. Memang taman doa ini lumayan jauh dari keluaran tol (sekitar 27 km dengan waktu tempuh 45 menitan), akan tetapi rute inilah yang paling optimal, relatif lancar, dan mudah diikuti, daripada ambil jalur pintas melalui jalan desa yang lebih kecil. Tentu saja jangan lupa minta petunjuk mama google agar selamat sampai tujuan di Fatima rasa lokal ini!

Dari kiri atas searah jarum jam: lingkaran tak berujung menuju lokasi doa dengan latar belakang kapel adorasi berkubah emas seperti masjid, kolam pertobatan sebelum memasuki taman doa; salib millenium, Taman Getsemani, pohon bodhi yang ditanam bupati Sragen saat peresmian, dan ruang adorasi.
& 2022 WE W I S H Y O U A H A P P Y NEW Y E A R 2 023 kinderhouseid www.kinderhouse.id

Taman Rohani Jati Segara Wening

Berdoa di Bawah Naungan Pohon Jati

Tegal bukan hanya terkenal karena warteg atau satenya. Di Tegal kini ada destinasi religius “Taman Rohani Jati Segara Wening” di kompleks Gereja Katolik St Yosef Mejasem yang berada di bawah yurisdiksi Keuskupan Purwokerto. Inilah tempat ziarah Katolik terbaru di Tegal yang terletak hanya sekitar tiga kilometer dari Stasiun KA Tegal atau dari alun-alun sehingga mudah dicapai Tempat ziarah ini telah diresmikan tanggal 8 Desember 2018 oleh Uskup Purwokerto, Mgr Christophorus Tri Harsono.

Taman rohani ini dibangun di lahan yang ditanami jati. Berawal dari sekedar kebun jati "nganggur ", pastor paroki St Yosef, Romo Ignatius Sani Saliwardaya MSC memunyai ide untuk "menyulap" lahan ini menjadi taman doa yang asri dengan deretan pohon jati yang terawat dan berdiri rapi untuk “mengawal” para peziarah yang ingin menimba inspirasi iman dalam doa Oleh karena itu pula tempat wisata rohani Katolik ini dinamai

Taman Rohani Jati Segara Wening

Keunikan tempat ziarah rohani ini adalah terdapat dua pilihan rute jalan salib: di sebelah kiri setelah pintu masuk ada stasi jalan salib kecil yang berujung pada patung Bunda Maria, untuk memudahkan para lansia yang berziarah; sementara di sisi lain ada jalan salib panjang di antara pepohonan jati yang memutari taman.

Selain itu ada patung para malaikat agung, diorama Keluarga Kudus Nazaret, diorama Yesus memberkati anak-anak, dan altar untuk misa. Gua Maria tidak berbentuk gua sebagaimana umumnya, tetapi dalam sebuah lingkaran besar sesuai dengan gambaran yang ada dalam kitab Wahyu 12:1:

“maka tampaklah suatu tanda besar di langit, seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya”

Maklumlah, kota Tegal di daerah Pantura memang mempunyai udara panas, tetapi adanya pohon-pohon jati di taman rohani akan membuat peziarah merasakan suasana teduh terasa di tengah terik matahari yang membakar kulit setelah memasuki area Taman Rohani Jati Segara Wening

Semoga keberadaan taman rohani ini menjadi sarana untuk memberikan keteduhan hati dan semakin meneguhkan iman para peziarah yang datang Selamat berziarah.

RISAL
WIRATANYA LINGKUNGAN ST.ALFONSUS DE LIGUORI FOTO-FOTO DARI KOLEKSI PRIBADI

Dari tol Pejagan-Pemalang keluar di pintu tol Slawi/Guci/Tegal, ambil arah kanan menuju kota Tegal Lanjutkan perjalanan hingga melewati gapura “Selamat Datang di Kota Tegal” dan belok kanan pada perempatan setelahnya Ikuti jalan terus sampai perempatan Pasar Langon, kemudian belok kiri menuju GOR Wisanggeni sampai Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PTKJ) Belok kanan pada perempatan menuju Jalan Hanoman. Setelah melewati jembatan Anda akan tiba di Gereja St Yosef Mejasem yang berada di sebelah kanan jalan Dalam kondisi lalu lintas normal, total waktu yang dibutuhkan untuk tiba di lokasi sekitar 20 menitan. Jika turun di Stasiun KA Tegal, taman rohani ini dapat dicapai dalam waktu kurang dari 10 menit karena berjarak hanya sekitar tiga kilometer.

KABAR VATIKANA EKSTRA :: Vatikan telah mengeluarkan jadwal resmi kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Republik Demokratik Kongo (31 Januari – 3 Februari 2023) dan Sudan Selatan (3-5 Februari 2023) yang seharusnya dilakukan bulan Juli 2022 lalu namun ditunda dengan alasan kesehatan. Di kedua negara itu Bapa Suci akan bertemu dengan para pejabat negara, kaum religius, para Yesuit, menyerukan rekonsiliasi untuk perdamaian, serta merayakan ekaristi bersama umat Katolik setempat

Atas: gerbang masuk taman rohani, gereja St Yosef Mejasem, kerindangan pohon jati di kompleks tama n rohani, Gua Maria berbentuk lingkaran; tengah: jalan salib kecil, stasi jalan salib panjang, pahatan jalan salib, Golgota; bawah: patung St Mikael, diorama Keluarga Kudus, diorama Yesus memberkati anak-anak.

Jejak Pendekar Shaolin di Parakan

Louw Tjeng Tie atau Louw Tjeng Tie lahir di kampung Khee Thao Kee dekat kota Hayteng ( Haiting), Provinsi Hokkian, Tiongkok, pada tahun 1855 sebagai anak ke-2 dari tiga bersaudara. Sejak kecil, Tjeng Tie sudah dikenal sebagai sosok anak nakal, keras dan pemberani. Dia sering – hampir tiap hari – terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya.

Beranjak dewasa, ia mulai berlatih kungfu pada salah satu perguruan di desanya. Ketertarikannya pada kungfu Shaolin bermula saat umurnya sembilan tahun. Ketika itu Tjeng Tie iseng melempar batu ke seorang biksu pengembara bernama Thi Tjeng, yang dikenal suka mengemis dengan memaksa dan mengancam. Saat lemparan batu yang ketiga, Thi Tjeng baru menyadari bahwa hal itu tidak main-main. Biksu itu pun panas dan langsung mengejar Tjeng Tie. Tentu saja Tjeng Tie kabur dan bersembunyi di sebuah warung kecil yang dijaga oleh seorang kakek. Untuk bersembunyi di situ, Tjeng Tie menceritakan kejadiannya kepada si kakek. Untung saja sang kakek mengizinkan dan dialah yang akhirnya menghadapi serangan biksu tadi. Alih-alih terluka, si kakek malah mendahului serangan biksu tersebut dengan pukulan lima jari dan dan membuat Thi Tjeng mundur.

Kung Fu Shaolin adalah seni bela diri tertua di Tiongkok. Pertama kali dikembangkan di Kuil Budha Shaolin di Provinsi Henan. Kendati berpusat di Tiongkok, nyatanya kungfu Shaolin telah merambah hampir ke seluruh penjuru dunia. Menariknya salah satu pendekar kungfu Shaolin legendaris dari Tiongkok ada ya ng datang dan menetap di Indonesia. Di Tanah Jawa, dia menjadi pendekar yang cukup disegani dan mendirikan sebuah perguruan kungfu. Lantas bagaimana sepak terjang Louw Tjeng Tie sebagai pendekar kungfu Tanah Jawa?

Jika Anda melewati jalur tengah dari Purwokerto menuju Semarang, singgahlah di kota Parakan, sebuah kota adem di Kabupaten Temanggung. Di pusat kota ada sebuah rumah tua yang sudah direnovasi. Di dalamnya terdapat berbagai macam senjata ala film silat: toya, golok, tombak, pedang, dan lain-lain. Pada dinding rumah itu terpampang banyak foto. Salah satu yang paling mencolok adalah foto seorang pria tua bertopi baret sedang duduk memegang tongkat.

Siapakah dia? Tak lain adalah pemilik senjata yang dipajang itu. Namanya Louw Tjeng Tie atau Louw Tjeng Tie (1855-1921), pendekar kungfu Shaolin (ya, benar, ini bukan rekaan film silat) asal negeri Tiongkok yang mengembara ke Tanah Jawa pada abad ke -19. Pria yang dijuluki Garuda Emas itu memiliki kemampuan bela diri yang tinggai namun tetap rendah hati.

Selama kejadian itu, rupanya Tjeng Tie memperhatikan si kakek beraksi. Dari situlah kekagumannya muncul terhadap kungfu Shaolin dan mulai mempelajarinya di salah satu perguruan yang ada di desanya. Sayangnya baru setahun belajar, kedua orang tuanya meninggal secara berturut-turut. Hal itu membuat Tjeng Tie mesti pindah dan bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kisah Louw Tjeng Tie, Sang Pendekar Kungfu Legendaris
RISAL WIRATANYA LINGKUNGAN ST.ALFONSUS DE LIGUORI FOTO-FOTO KOLEKSI PRIBADI

Sekembalinya Tjeng Lian, kakak perempuan, dari perjalanan, Tjeng Tie yang suka berkelahi dan hidup susah ini mengirimnya ke Biara Shaolin di Songshan untuk belajar ilmu bela diri Shaolin. Pada tahun pertama di Biara Shaolin, tugas Tjeng Tie hanya menggotong dua ember air dari gunung dengan tujuan memperkuat otot-ototnya. Di perguruan inilah, kemampuan kungfu Tjeng Tie menjadi luar biasa. Bahkan ia sanggup mengalahkan dan membunuh seekor macan. Setelah 67 tahun berguru di Shaolin, dia pulang dengan mengantongi keahlian silat, tenaga dalam, dan ilmu pengobatan meramu obat

Merasa masih kurang ilmunya, Tjeng Tie melanjutkan berguru pada Biauw Tjin, seorang biksu tua lulusan Shaolin yang tinggal di Bukit Kouw Shan. Selama enam tahun di sana, ia diajari cara menggunakan tenaga dalam dan tenaga luar, serta belajar cara menggunakan benda-benda di sekitar menjadi senjata rahasia yang mematikan seperti melempar uang logam dan jangka, meniup jarum besi dan kacang hijau hingga menancap di sasaran, hingga tipu muslihat menggunakan selendang yang jika dibanting akan memunculkan hewan berbisa dari tanah seperti kalajengking Di samping itu Tjeng Tie masih mendalami ilmu menyumpit, teknik mengalirkan chi (tenaga murni) ke seluruh tubuh, dan totok jalan darah, serta ilmu pengobatan yang berhubungan dengan tulang pada Kang Too Soe.

Setelah 15 tahun keluar-masuk padepokan, Tjeng Tie muda dan adik seperguruannya, Lie Wan mencari penghidupan di Hok Ciu, ibukota Hokkian. Saat itu, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru kungfu untuk dijadikan pelatih tentara dengan syarat mampu mengalahkan jawara mereka. Tjeng Tie dan Lie Wan mengikuti seleksi tersebut. Lie Wan mendapat giliran menantang seorang guru kungfu dari Shantung yang sudah mengalahkan lima orang lawan Ketika naik ke panggung pertarungan, Lie Wan terdesak oleh serangan berbahaya Demi melindungi adik seperguruan, Tjeng Tie segera masuk arena dan menendang kemaluan si guru kungfu hingga tewas.

Ia sadar tindakannya sangatlah fatal dan bisa dijatuhi hukuman berat, maka Tjeng Tie memutuskan kabur dari Tiongkok bersama kakaknya Tjeng Lian dan Lie Wan. Tjeng Lian berpisah menuju Thailand, sedangkan Tjeng Tie dan Lie Wan melarikan diri ke Singapura.

Kedatangan di Tanah Jawa

Tjeng Tie melarikan diri dari Tiongkok ke Singapura. Di sana ia tinggal di sebuah toko obat dan mengajari kungfu para pegawai toko. Hanya beberapa bulan tinggal di Singapura, ia memutuskan untuk pergi ke Jawa. Lie Wan menetap di negeri ini dan menjadi tabib. Awalnya Tjeng Tie menjadi pedang keliling di Toko Tiga, Glodok, Batavia, namun karena kurang berhasil, ia pindah ke Kendal, Semarang, hingga akhirnya ke Ambarawa.

Tjeng Tie kabur ke Singapura, tak lama setelah itu ia mengembara dan menetap di Indonesia. Awalnya Tjeng Tie tinggal di Jakarta, namun karena kurang berhasil, ia pun pindah ke Ambarawa. Di sana Tjeng Tie mendirikan

perguruan kungfu secara diam-diam karena perguruan bela diri dilarang pemerintah Belanda. Walaupun begitu jumlah muridnya semakin hari semakin bertambah dan membuat namanya semakin tenar. Tak jarang ia mengobati warga yang terkilir atau terpukul. Salah satu kisah yang menarik adalah ketik a dua serdadu yang sedang mabuk berbuat onar di toko obat yang sedang didatangi Tjeng Tie. Dengan tangan kosong Tjeng Tie menghajar mereka dan sebagai balasannya belasan serdadu datang dan menghancurkan toko obat Tjeng Tie. Mereka membawa senjata tajam seperti golok atau tongkat besi untuk menyerang Tjeng Tie dengan ganas. Ia langsung bergerak cepat dengan mengambil tongkat besi dari salah satu serdadu dan menyerang mereka satu per satu. Akhirnya para serdadu pun kocar-kacir karena tak sanggup menandingi kehebatan Tjeng Tie!

Pertarungan Dua Jagoan Kungfu

Dari Ambarawa, Tjeng Tie pindah ke Wonosobo, lalu ke Parakan. Selama masa-masa itu, ia sering kali terlibat pertarungan dengan para jagoan bela diri asal Tionghoa lainnya. Di Parakan misalnya, ia ditantang seorang guru kungfu yang disegani, The Soei, yang dikenal sangat kuat, memiliki tubuh tinggi besar, dan tenaga dalam yang hebat. Tjeng Tie menerima tantangan The Soei.

Dalam pertarungan itu, mereka sepakat tidak menggunakan senjata tajam untuk menghindar i diri dari cedera. Mereka pun menggunakan kuas yang ujungnya diberi tinta untuk menandakan bagian tubuh mana saja yang berhasil diserang. Kedua jagoan kungfu ini saling menyerang dengan sangat cepat. Beberapa kali ujung kuas Tjeng Tie berhasil mengenai daerah berbahaya di tubuh The Soei. Namun demi menjaga harga diri The Soei, Tjeng Tie sengaja tidak membuat tanda tinta di tubuh musuhnya. Justru ia membiarkan The Soei membuat tanda tinta di tubuhnya. The Soei yang merasakan sendiri keahlian kungfu Tjeng Tie kagum terhadap kerendahan hatinya. Pertandingan dinyatakan imbang. Namun The Soei menjadi sangat hormat pada kehebatan Louw Tjeng Tie.

Membuka Perguruan Kungfu

Di Parakan itulah Louw Tjeng Tie membuka perguruan kungfu bernama Garuda Mas. Banyak orang yang berbondong-bondong tertarik menjadi muridnya.

Serambi rumah Louw Tjeng Tie dari arah dapur produksi bolu kering

Namun setelah Tjeng Tie meninggal tahun 1921 dalam usia yang ke-66, perguruan itu bubar. Murid-murid Tjeng Tie lalu tersebar di seluruh Jawa dan mendirikan perguruan kungfu-nya sendiri-sendiri, salah satunya Perguruan Kungfu Garuda Emas Semarang

Dia diberi tempat tinggal oleh pedagang tembakau bernama Hoo Tiang Bie di Jalan Demangan 16 Parakan, Tjeng Tie menempati rumah kecil di sudut halaman. Di halaman rumah ini Tjeng Tie membuka perguruan kungfu Garuda Mas. Salah satu dari muridnya adalah Hoo Tik Tjay, putra Hoo Tiang Bie yang nama panggilannya Suthur

Sebagai bentuk rasa hormat kepada sang guru , Hoo Tiang Bie memberikan tempat tinggal di situ kepada Louw Djieng Tie hingga akhir hayatnya. Oleh sebab itu, sampai sekarang rumah ini lebih dikenal dengan sebutan Rumah Louw Tjeng Tie, menurut Eko Wardojo, cicit dari Suthur (anak perempuan Suthur yang bernama Hoo Kiong Nio menikah dengan Go Ping Koei. Anak dari perkawinan mereka adalah Go Kiem Tong, ayah Eko). Pada tahun 1990-an keluarga Go membeli rumah ini setelah keluarga Hoo pindah ke Jakarta. Itulah sebabnya foto-foto lama keluarga Hoo dan keluarga Go dipasang pada dua dinding yang terpisah.

Foto Louw Tjeng Tie bertopi baret hitam duduk memegang tongkat dipasang di dinding ruang dalam. Juga ada foto Tan Tik Sioe Sian alias Romo Moortie van Java (1884-1929), sang pertapa di gunung Wilis, Jawa Timur yang pernah singgah ke rumah ini dalam perjalanan ke Dieng karena mendengar ada jago silat tersohor di Parakan. Romo Moerti memberi Tjeng Tie kenang-kenangan tongkat kayu cendana yang sekarang dipajang di lemari kaca.

Di rumah itu ada dua rak berisi senjata peninggalan Tjeng Tie yang digunakan untuk berlatih, yakni tombak, trisula, dan toya; serta tongkat rotan yang dulu selalu dibawa Tjeng Tie. Juga ada golok bern ama “13 Pengawal” yang memiliki 13 lubang – uniknya tak boleh dihitung, menyimbolkan 13 pengawal yang melarikan diri dari Dinasti Song (960 – 1279) di Tiongkok. Lubang terbesarnya melambangkan kepala pengawal. “Senjata ini aslinya memiliki cincin-cincin di tiap lubang, sehingga tiap kali digerakkan akan menimbulkan bunyi gemerincing. Sekarang, cincin-cincin itu sudah hilang semua,” demikian penjelasan Eko. Sedangkan di halaman masih

Senjakala Sang Pendekar

Alkisah, Louw Tjeng Tie telah bersumpah untuk berumur pendek, hidup miskin tapi tetap bisa makan, dan tidak berkeluarga. Namun di masa tua, Tjeng Tie terpaksa melanggar sumpah untuk tidak menikah. “Murid-muridnya yang mendesak Tjeng Tie menikah agar ada yang ‘ngurus’,” ujar Eko. Tjeng Tie pun menikahi seorang janda dari Wonosobo. Setelah sang istri meninggal, Tjeng Tie menikah lagi namun kemudian istri kedua ini berselingkuh. Istri ketiga nya pun sakit jiwa. Semantara usaha membuat obat-obatan Cina bermerek Garuda tidak prospektif di pasaran. Dia pun mengalami rabun setelah jadi pemadat. Tjeng Tie menganggap kesialan demi kesialan tersebut adalah

karma dan hukuman Tuhan atas kesalahannya di arena pertarungan di Hokkian dahulu dan dia tak henti menyesali perbuatan yang dianggapny a tak satria.

Suthur merawat Tjeng Tie di akhir masa hidupnya hingga wafat di Parakan pada 1921 dalam usia 66 tahun tidak punya keturunan. Konon, ilmu yang mampu menyembunyikan kemaluannya saat bertarung telah membuat Tjeng Tie mandul. Dia dikubur bersama tongkat dan selendang ikat pinggang kesayangannya, di kaki gunung Manden, di pinggir Parakan. Sewaktu makam Tjeng Tie dipindahkan dari kaki ke puncak bukit pada tahun 1980, konon, kerangka dan tongkatnya masih utuh. Banyak kalajengking besar berwarna merah keluar dari kuburan, yang diyakini merupakan pertanda ilmu ikat pinggangnya sudah mulai punah.

Sepeninggal sang guru, Garuda Mas bubar. Suthur mengajarkan ilmu yang didapat dari Tjeng Tie kepada dua anaknya, Hoo Kiong Nio dan Hoo Han Bien. Sekarang, ilmu bela diri Louw Tjeng Tie diteruskan kepada Eko (cicit Suthur) dan dua sepupunya.

Menurut Eko, dahulu senjata untuk berlatih kun gfu jauh lebih banyak dari yang sekarang dipajang. Sebabnya adalah tiap kali selesai berlatih, murid -murid Tjeng Tie dan Suthur meminjam senjata untuk dibawa pulang dan tidak dikembalikan. Penyebab kedua pada zaman Jepang, Suthur mengubur senjata itu di halaman karena Jepang melarang penduduk menyimpan senjata tajam. Seorang karyawan tetangga yang sedang membetulkan atap melihat Suthur menggali tanah dan membenamkan senjata. Dia melaporkan peristiwa itu ke pejabat Jepang yang membuat Suthur diinterogasi dan senjatasenjatanya dirampas.

Rumah Louw Tjeng Tie di Jalan Demangan atau Gambiran nomor 16 ini dulunya milik seorang bekel atau penguasa di tingkat desa. Tidak diketahui kapan rumahnya dibangun. Rumah ini dibeli oleh Mas Kertoatmodjo tahun 1894 lalu oleh Mas Kertosemito

putra Kertoatmodjo – dijual kepada seorang opzichter atau pengawas proyek jalur kereta api Secang-Parakan bernama FH Stout. Pada akhirnya tahun 1900 rumah ini berpindah tangan kepada Hoo Tiang Bie, yang memberikan fasilitas tempat tingga l bagi Louw Djieng Tie hingga akhir hayatnya. Dilakukan perubahan pada rumah itu sesuai aturan hongsui, seturut Tjiong Hoo Tian, menantunya yang juga pakar hongsui.

Omah Tjandie Gotong Royong

Renovasi rumah kembali dilakukan p ada 1980 untuk memperbaiki langit-langit, mengecat dinding, pintu, dan jendela. Lalu pada tahun 2013 keluarga Go membuat renovasi besar-besaran tanpa mengubah bentuk rumah. Lantai semen dilapisi keramik; pada kamarkamar ditambahkan jendela dengan bukaan ke samping; serta mencopot tripleks dinding membentuk kamar depan sehingga menjadi luas dan lapang.

Setelah renovasi rampung pada tanggal 12 Juni 2015

Eko memberinya nama “Omah Tjandie Gotong Rojong”

Omah Tjandie berarti rumah utama tempat berkumpul keluarga besar, sedangkan Gotong Rojong diambil dari penggalan nama dua bersaudara yang membeli rumah ini, yakni Go Kiem Tong dan Go Kiem Jong.

Sebagai kenang-kenangan bahwa pernah ada obatobatan merek Garuda, di lemari kaca dipajang minyak gosok, pastiles, dan parem produksi terakhir tahun 2015. Di sana disimpan pula perangkat pembuat jamu serta botol-botol untuk menyimpan bahan jamu. Buku resep asli tulisan Suthur yang berasal dari ucapan Tjeng Tie juga masih tersimpan

Atas: koleksi senjata Louw Tjeng Tie dari trisula, toya, tongkat, pentung, dan foto -foto, serta interior rumah Tengah: “pintu depan” rumah dan serambi depan. Bawah: memorabilia Louw Tjeng Tie, “golok 13” yang legendaris, minyak gosok dengan bungkus foto Louw Tjeng Tie yang dijual kepada pengunjung.

Parem dan minyak gosok bermer ek Garuda dengan foto Louw Tjeng Tie sudah berhenti diproduksi sejak tahun 2015. Akibat kesulitan mendapatkan bahan – banyak yang tidak lagi tersedia atau terlarang, misalnya tulang macan, yang terpaksa diganti minyak cengkih – maka menjadi tidak lagi seasli resep Tjeng Tie.

Di halaman belakang yang tadinya digunakan untuk produksi Jamu Garuda, pada 1930 dibangun rumah menghadap Jalan Gambiran. Di rumah ini, ibunda Eko memproduksi bolu kering cap Tomat yang masih diproduksi sampai sekarang walau beliau telah berpulang.

Omah Tjandie Gotong Rojong atau Rumah Louw Tjeng Tie masih berdiri kokoh dan terjaga dengan baik. Bangunan rumah sebagian besar masih asli. Tembok, pintu, lantai masih tampak bagus dan terawat. Rumah tersebut menjadi salah satu bangunan peninggalan sejarah di Parakan sebagai Salah satu saksi bisu perubahan Parakan.

Lokasi Omah Tjandie Gotong Royong

Dari arah Wonosobo setelah memasuki kota Parakan, ikuti arus lalu lintas hingga Pasar Legi, di mana semua kendaraan harus berbelok ke kiri. Setelah itu akan ada jalan bercabang, ambillah yang mengarah ke kanan. Pada perempatan belok kiri ke arah jalan Brigjen Katamso dan setelah Toko Liana, beloklah ke kanan ke Jalan Gambiran (yang sekarang telah berganti nama menjadi Jalan Tejo Sunaryo ) Pintu masuk Rumah Louw Tjeng Tie adalah Toko Orion (nomor 10) di sebelah kanan jalan yang menjual bolu cap Tomat dan bahan-bahan pembuat kue. Pengunjung dapat melihat dapur produksi pembuatan bolu , berkeliling rumah Louw Tjeng Tie, dan bertemu dengan Danny Budi Wijaya, saudara sepupu Eko Wardojo yang biasanya in charge di produksi bolu Jangan lupa membeli bolu kering Cap Tomat yang renyah

TOKO SUMBER BERKAT 0813-8675-7788 / 0812-8048-8678 Rukan Wallstreet A 38 / Rukan Fresh Market A/11, Green Lake City
HP. 0816 181 0561 Jl. Taman Sari X No. 62C, Jakarta Pusat (021) 22680050, 26075709, Fax. (021) 22680080 Jl. Raya Serang No. 32-33, Kel. Sumur Bandung Kec. Jayanti, Tangerang - Banten Telp. 021-59574684 SELAMAT NATAL 2022 & TAHUN BARU 2023 MENGUCAPKAN GREEN LAKE CITY RUKAN CORDOBA BLOK D #23 TANGERANG, BANTEN DELIVERY ORDER VISIT OUR STORE

Hanya 20 menit berkendara ke selatan dari kota Kilkenny, Irlandia, ada sebuah desa abad pertengahan yang telah lama ditinggalkan dikabarkan menyimpan legenda Natal yang misterius.

Di tengah padang rumput berbukit hijau yang dipenuhi dengan domba yang sedang merumput dan pemakaman dengan kuburan yang berasal dari abad ke-13, reruntuhan Gereja St Nicholas menjulang di atas rumah keluarga Maeve dan Joe O'Connell. Di antara mereka yang beristirahat selamanya di sini adalah penghuni awal pemukiman, umat paroki gereja danmenurut legenda setempat - St Nicholas dari Myra. Ya, St Nick, sumber inspirasi Sinterklas (Santa Klaus).

Saat ini, keluarga O'Connell adalah pemilik dan satusatunya penghuni manusia (yang masih hidup) di Jerpoint Park , sebuah kota abad pertengahan abad ke12 yang terbengkalai seluas 120 hektar, yang terletak 20 km di selatan kota Kilkenny, Irlandia. Terletak di sepanjang titik persimpangan Sungai Nore dan Sungai

Little Arrigle, pemukiman ini (sebelumnya disebut Newtown Jerpoint) diperkirakan didirikan oleh orang

Normandia, yang tiba di Irlandia sekitar tahun 1160

Masehi. Menurut rencana konservasi yang disusun oleh

Dewan Heritage Irlandia, kota ini berkembang hingga abad ke-15. Bukti arkeologi mengungkapkan adanya rumah, pasar, menara, jembatan, jalan, pabrik, sistem pengelolaan air, dan Biara Jerpoint di dekatnya, yang masih berdiri sampai sekarang. Tetapi pada abad ke17, penduduk kota itu lenyap, kemungkinan karena kombinasi serangan musuh dan wabah penyakit.

Bagaimana gosip tempat peristirahatan St Nicholas berakhir di sebuah kota hantu yang berubah menjadi lahan pertanian pribadi masih misterius. Tetapi beberapa – termasuk O'Connells – percaya bahwa pengetahuan lokal dapat menjelaskan klaim yang luar biasa tersebut. "Legenda mengatakan bahwa itu selalu ada di sini," kata Maeve saat dia membawaku keliling properti, ditemani oleh Tim, anjing Labrador cokelatnya yang “ramah”

Dia melihat ke arah patung batu berornamen di kuburan gereja. Digambarkan pada batu nisan datar itu sosok seorang pria berdiri dengan kedua tangan di depan ibu jari, telapak tangan menghadap ke luar, merujuk pada sifat dermawan orang yang dikebumikan. "Dia sedang memberi," katanya.

Simbolisme, tentu saja, membutuhkan sedikit penjelasan bagi siapa pun yang tumbuh dewasa menerima hadiah dari Sinterklas alias Kris Kringle alias Bapak Natal, dan banyak julukan St Nick yang lainnya. Meskipun Sinterklas masih hidup dan sehat di hati

Sinterklas Dimakamkan di Irlandia?
Apakah
RISAL
WIRATANYA LINGKUNGAN ST.ALFONSUS DE LIGUORI JUDUL ASLI : IS SANTA CLAUS BURIED IN IRELAND? (S.J. VELASQUEZ, BBC)
Menurut legenda setempat, St Nick dimakamkan di luar bekas pemukiman Newtown Jerpoint

orang-orang yang percaya, orang yang mengilhami tokoh-tokoh legendaris itu adalah manusia fana, Santo Nikolas dari Myra.

Sebelum menjadi orang suci, Nicholas adalah seorang anak laki-laki yatim piatu yang lahir di kota Romawi kuno Patara yang memberikan warisannya kepada "yang membutuhkan, yang sakit dan yang miskin", menurut Berita Vatikan . Ia menjadi Uskup Myra, yang kini menjadi bagian dari Turki modern; menghadiri Konsili Nicea pada tahun 325 yang menyatakan Yesus sebagai anak Allah; meninggal di Myra pada tanggal 6 Desember 343 dan dimakamkan di Myra. Namun, lokasi yang tepat dari tubuh St Nicholas saat ini terus menjadi teka-teki bagi para sarjana.

Beberapa percaya makamnya masih utuh di bawah lantai Gereja St Nicholas di Antalya, Turki. Yang lain mengklaim tubuhnya dicuri dan dipindahkan ke Bari, Italia, di mana ia berada di ruang bawah tanah di bawah Basilica di San Nicola. Lebih jauh lagi, banyak yang berpendapat bahwa relikui tubuh St Nick diambil, dan kemudian dijual, diperdagangkan atau dihadiahkan kepada orang-orang dan gereja di seluruh dunia.

Maeve mencondongkan tubuhnya, menunjuk ke gambar dua sosok laki-laki yang mengintip dari balik bahu St Nicholas di patung itu. Merek a mewakili dua satria tentara salib yang diduga bertanggung jawab untuk membawa jenazah St Nicholas dari tempat pemakamannya di Turki ke Italia "untuk diamankan", jelasnya.

Selama menjalankan misi mereka, legenda mengatakan bahwa para satria membawa relikui dari santo itu bersama mereka ke Irlandia, di mana relik ui itu berakhir di Gereja St Nicholas di Newtown Jerpoint dan akhirnya dimakamkan di pemakaman halaman gereja.

Saat Tim berjalan melewati halaman kuburan, Maeve menceritakan bagaimana dia dan Joe mem beli Jerpoint Park 16 tahun yang lalu. "Itu adalah hari yang luar biasa, jujur saja denganmu," kenangnya. "Kami telah membeli contoh terbaik dari kota yang ditinggalkan, tidak hanya di Irlandia, tetapi juga di Kepulauan Inggris."

Jerpoint Park saat ini adalah pertanian yang berfungsi dan apa yang disebut Maeve sebagai "situs perawan" yang masih belum digali. Tetapi beberapa sarjana menunjuk pada sebuah “gangguan” yang terdokumentasi secara signifikan. "Situs itu tempat kuburan itu sekarang berada bahkan bukan lokasi aslinya. Itu dipindahkan pada tahun 1839," kata Nathan Mannion, kepala pameran dan program di EPIC, museum emigrasi Irlandia. "Jadi, di mana Anda melihat nisan di Newtown Jerpoint sekarang bukanlah lokasi aslinya."

Mannion, yang berasal dari County Kilkenny, mengenang tumbuh besar dengan desas-desus tentang makam St Nick di Jerpoint Park, yang memicu keingintahuannya dan rasa lapar akan fakta. "Saya selalu tertarik pada sejarah, tentu saja," katanya, "dan itu membawa saya ke tempat saya sekarang." Mengenai isi makam Jerpoint Park, Mannion mengakui bahwa tanpa bukti fisik apa pun, "tidak mungkin mengatakan apa pun dengan pasti tentang cerita ini". Sementara beberapa orang percaya relikui St Nicholas dimakamkan di sana, dia mengatakan bahwa yang lain mengira kuburan itu salah tanda, dan itu sebenarnya berisi sisa jenazah imam setempat. "Anda akan berpikir bahwa ketika dipindahkan pada tahun 1839, mereka mungkin mengambil kesempatan itu untuk melihat apa yang sebenarnya ada di dalamnya," dia bertanya-tanya dengan suara keras.

Legenda Sinterklas didasarkan pada St Nikolas dari Myra Pahatan batu makam yang menggambarkan dua esatria yang menjaga St Nick di pemakaman Jerpoint

Menurut Maeve tidak ada rencana untuk menggali makam tersebut. Dia yakin ada relikui orang suci yang terkubur di dalam tanah itu. "Fakta bahwa ada patungbanyak pekerjaan telah dilakukan untuk menghadirkan relik, jadi jelas orang cukup peduli untuk menandai situs ini," katanya. "Anda tidak akan hanya membuat patung pahatan besar menjadi kosong. Anda tahu, sepertinya pasti ada sesuatu."

Mannion mengakui tidak ada yang bisa benar -benar mengetahui apa yang terkubur di bawah patung batu tanpa menggali makamnya. Dia mencatat bahwa perdagangan peninggalan suci telah menjadi pasar yang bermasalah selama orang dan artefak dianggap suci. Relikui orang suci ditemukan di seluruh dunia, tetapi satu-satunya cara untuk memastikan keasliannya adalah dengan membandingkan sampel DNA dengan peninggalan lain yang dikonfirmasi.

"Jadi, saya tidak tahu apakah saya dapat membuktikan secara meyakinkan apakah Santa itu nyata atau tidak di Irlandia. Dan saya tidak mau," demikian Mannion. Maeve, untuk menggemakan semangat Natal, memilih untuk percaya.

Begitu pula banyak dari sekitar 10.000 wisatawan yang mengunjungi makam St Nicholas di Jerpoint Park setiap tahunnya.

Meski begitu, Jerpoint Park jelas bukan tujuan Natal yang besar – secara teknis tidak terbuka untuk umum pada waktu itu – tetapi Maeve mengatakan pengunjung dipersilakan untuk menghubungi Jerpoint Park secara langsung untuk memesan tur pribadi jika tersedia. Sebagian besar, bulan Desember sepi di Jerpoint Park. Maeve mengatakan dia, Joe, dan kedua anak mereka merayakan orang suci itu dengan pertemuan keluarga yang tenang pada hari raya St Nicholas, 6 Desember, lengkap dengan biskuit bumbu St Nicholas yang "enak". Saat Natal, mereka berkumpul dengan orang tersayang dan menikmati waktu bersama sebagai satu keluarga. "Aku suka Natal," kata Maeve. "Ini sangat ajaib, bukan?"

Sehari setelah ulang tahun ke-86, Paus Fransiskus bertemu dengan para sukarelawan, anggota keluarga dan anakanak yang menerima perawatan dari klinik pediatrik Vatikan. Sekelompok anak-anak yang menerima bantuan dari Apotek St. Martha Vatikan, sebuah klinik ibu dan anak, disuguhi pertunjukan oleh pemain sirkus di aula Paulus VI Vatikan pada 18 Desember, dan kue lembaran putih besar yang dihiasi dengan satu lilin tinggi. Paus berterima kasih kepada tamunya atas kunjungan mereka dan untuk “hari sukacita yang membantu kita mempersiapkan Natal.” Dia juga mengingatkan semua orang untuk tidak lupa berdoa bagi anak-anak Ukraina – “begitu banyak anak yang menderita karena perang dan mereka juga menderita di tempat lain karena ketidakadilan.” (vaticannews)

18 Desember 2022 (vaticannews)

Paus Fransiskus menerima kue ulang tahun ke-86 dan menyaksikan para seniman tampil, bahkan turut berpartisipasi dalam pertunjukan seni dalam audiensi dengan anak -anak dan relawan Apotek St. Martha Vatikan, sebuah klinik ibu dan anak, di Vatikan, Keluarga O'Connell yakin relikui St Nick terkubur di tanah mereka
Christmas Merry MEDIKA BINA SEJAHTERA JL Kosambi Utara Raya Blok E 1 No 11 A Kel Duri Kosambi, Kec Cengkareng, Jakarta Barat 11750 Telp: 021 5447897, WA: 0811 1490 119 Email : klinikmbs@gmail com Melayani : Pasien Umum Pasien Asuransi Pasien Asuransi Pasien BPJS Kesehatan Pasien BPJS Tenaga Kerja

Semarak Carnaval Day Rayakan HUT Paroki ke-17

Hari itu, Minggu, 13 November 2022, perayaan ekaristi pukul 08.30 pagi baru akan usai. Dari pintu gerbang gereja, terlihat sejumlah orang berkaus kerah lengan pendek dengan warna menyala, mengunci tatapannya di orang-orang sekitar mereka. Cukup mencolok untuk dapat melihat mereka bersiap, hendak mengajak beberapa anak-anak dan remaja yang baru saja keluar dari gedung gereja.

Dari titik-titik itulah, antusiasme mulai terlihat menyala. Seiring dengan para pengajak yang ternyata puluhan jumlahnya. Mereka menyambut siapa saja yang mulai melangkah masuk ke aula lantai 2 Gedung Serbaguna Maria Ratu Rosari, dengan penuh senyuman dan sapaan hangat.

Halaman gereja mulai ramai, tanda misa sudah benar-benar berakhir. Begitu pula aula yang biasa disebut GSG itu. Satu per satu yang datang mulai menundukkan kepalanya di meja registrasi, berfokus mencari nama yang telah mereka daftarkan beberapa minggu sebelumnya melalui formulir daring.

Beberapa kali, mereka memang sudah mendengar dan melihat pengumuman acara yang akhirnya mereka datangi itu, baik di pengumuman gereja pada bagian akhir misa maupun media sosial atas nama paroki.

Carnaval Day HUT Paroki Kosambi Baru ke-17.

Begitu yang tertulis pada spanduk di panggung aula, terapit dua layar proyektor yang tampak sudah menyala beberapa saat. Spanduk tersebut seakan mengucapkan selamat datang dan memberikan briefing singkat sekali lagi tentang apa yang bisa ditunggu dalam acara. Tidak jauh berbeda dengan yang ada di pengumuman. Mereka hanya diingatkan.

“Selamat datang di acara Carnaval Day HUT

Paroki Kosambi Baru yang ke-17!” kata kedua pembawa acara yang sebelumnya sudah banyak memberikan petunjuk kepada peserta yang datang, tentang apa yang bisa dilakukan dalam ruangan penuh susunan bangku itu. Mereka yang akhirnya memandu jalannya acara dari atas panggung hingga selesai.

Jarum jam memang sudah menunjukkan angka sebelas. Tanda acara siap dimulai dengan resmi. Secara umum, hari itu memang ditujukan untuk merayakan ulang tahun Paroki Santo Matias

Layaknya remaja yang merayakan hari jadinya yang ketujuh belas. Ramai. Menyenangkan.

Rasul, Kosambi Baru ke-17, yang sebetulnya jatuh pada tanggal 8 Desember 2022 atau nyaris sebulan setelah acara. Acara pun diawali dengan doa oleh salah seorang panitia dari Orang Muda Katolik (OMK) Wilayah 6. Memang mereka yang bertugas sejak awal untuk membuat 17 tahun resminya Paroki Santo Matias Rasul membekas di hati para umat.

Tidak lama berselang, RD Albertus Monang Rianto Sidabutar atau yang kerap disapa Romo Almo dipanggil untuk naik ke panggung untuk memberikan sambutan seru khasnya. Kata-kata yang sesekali diselingi lelucon juga ditambah oleh pastor rekan Paroki Santo Matias Rasul ini demi membakar semangat para peserta yang bersiap mengikuti pertandingan.

Alasan itu pula yang membuat Mobile Legends terpilih untuk menjadi salah satu peran utama dalam acara Carnaval Day Paroki Kosambi Baru ke-17.

Minggu, 6 November 2022 menandakan pertama kalinya perlombaan e-sport diadakan di Paroki Kosambi Baru. Acara ini merupakan babak penyisihan dari pertandingan Mobile Legends. Ramainya pendaftar yang berasal dari kalangan OMK paroki membuat babak ini jelas perlu diadakan.

Bukan olahraga. Pertandingan yang dimaksud adalah pertandingan Mobile Legends. Sebuah permainan di ponsel pintar berjenis Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) yang merupakan turunan dari gim bergenre strategi. Inti dari permainan ini adalah untuk mengontrol karakter dengan kemampuan tertentu dan menghancurkan bangunan tim lawan hingga memenangkan permainan. Mobile Legends sempat menjadi gim bergenre MOBA terpopuler di Indonesia karena banyaknya kalangan muda yang mengisi waktu luang dengan memainkan gim ini. Bahkan, piala internasional juga banyak diraih sebagai tanda keseriusan tim e-sport bangsa yang memang profesional dalam permainan ini.

Sengitnya 10 tim yang bertanding begitu menambah keseruan pertandingan, meski harus diadakan secara daring. Dalam beberapa jam, dua tim akhirnya keluar secara resmi sebagai peserta babak final, tim 10A dari Wilayah 10 dan G2 yang merupakan gabungan dari Wilayah 4, 11, 13, 14, dan 15.

Berhadapan secara langsung–yang tadinya hanya melalui layar gawai–membuat kedua tim begitu antusias untuk memenangkan pertandingan. Dengan tangan yang berfokus pada ponsel dan kaki yang menapak di panggung, mereka disaksikan puluhan pasang mata yang sedang penasaran, tentang siapa yang akan keluar jadi pemenang.

Sesekali, keseluruhan acara juga diselingi dengan kuis-kuis tentang fakta menarik paroki, misalnya tentang siapa pastor paroki yang pernah bertugas. Pembawa acara juga dengan

sering mengingatkan yang datang untuk menuliskan kesan dan pesan terhadap gereja. Kertas persegi berwarna-warni itu ditempelkan di tembok belakang dekat pintu masuk. Ada hadiah bagi yang tulisannya paling menarik katanya.

Pertandingan yang berlangsung selama 15-30 menit setiap babaknya juga dibarengi dengan berbagai mini games di samping kanan dan kiri ruangan. Para pendatang yang hadir dapat memainkan permainan sederhana yakni puzzle, lempar ring, target ball, dan jumping pirate. Permainan dibuat begitu sederhana sehingga dapat dimainkan berulang kali dan dimainkan oleh semua kalangan yang ingin turut meramaikan. Tidak lupa, hadiah kecil berupa makanan ringan juga dibagikan bagi siapa saja yang berani mencoba peruntungannya di booth mini games.

Sorakan dan riuhnya penonton dari pertandingan utama yakni Mobile Legends sesekali kembali terdengar dari area tengah aula. Mereka mendukung tim jagoannya masing-masing. Setelah melewati babak begitu menegangkan, tim 10A dari Wilayah 10 akhirnya memenangkan pertandingan.

Hari semakin siang. Meski demikian, semangat para peserta pertandingan, pendukung, dan yang sekadar datang untuk mencoba mini games berhadiah tidak ikut melemah. Meriahnya acara Carnaval Day HUT Paroki Kosambi Baru

ke-17 kembali dibangunkan oleh penampilan dari Matias Dance Crew dengan tarian modernnya dan Persekutuan Doa Orang Muda Pembaharuan Karismatik Katolik (PDOMPKK) yang mempersembahkan nyanyian pujiannya.

Penampilan mereka sekaligus menutup ramainya acara hari itu. Hari yang penuh rasa bahagia dan syukur. Perjalanan 17 tahun pun bukan hanya dirasakan panitia maupun peserta acara, tetapi oleh seluruh umat di Paroki Santo Matias Rasul, Kosambi Baru. ***

Eolia Pratama
Our G reen House is open every Monday - Saturday 09:00-17:00 Jl. Tandon Ciater D No. 50, BSD, Ciater, Serpong Sub-D istrict South Tangerang Cit y, Banten Japan Nishikigoi Specialist onelitokoi.id Follow Us Onelito Koi Subscribe for Latest Update @onelito_koi Nishikigoi Auction Group Onelito Koi Shop online your Koi needs Green Lake City Rukan Colosseum No. 59 Petir, Cipondoh, Tangerang Mon - Sun : 10.30 am - 9 pm 021 - 29725612 081280500828 thenoodlejet 100% HALAL Nikmati makan sensasi dalam kabin pesawat

Melacak Bintang Natal

Bertemu desa hangus

Ternyata mengurus desa hangus ini tidak mudah. Raja 9 dan 2 raja lain kesulitan mengurus desa ini. Tidak terasa satu tahun dua bulan berlalu. Setelah dirasa cukup bantuan datang, dan rumah mulai dibangun, Si Raja 9 dan yang lain pun merasa sudah cukup. Sistem sosial lokal sudah cukup kuat untuk hidup normal.

Mereka berangkat di Bulan Terang. Di Bulan Terang yang sama ketika mereka memulai perjalanan. Si Raja 9 mulai berjalan. “Ah, bintang masih kelihatan, cuma agak redup. Ayolah cepat.” Begitu si Raja 9 tersenyum. Kain Hanren Sizhou-nya masih disimpan rapi.

Bertemu desa diserang hama belalang

Inilah kisahnya - mungkin sudah pernah ada yang dengar atau baca kisah ini. Kisah ini sering dihubungkan dengan Natal, atau hari-hari sesudah Natal. Ini sebuah kisah rakyat – semacam folklor – yang sangat populer di Suriah dan kemudian dikisahkan berulang -ulang. Saya sendiri sudah mendengar kisah ini beberapa kali di masa lalu. Mungkin penceritaannya lebih kuat daripada kejadian sebenarnya.

Melihat bintang

“Ayo kita lihat apa itu. Kalau perlu kita bawa sutera dari Hanren (Tiongkok).”

Satu dari raja-raja lokal di Syria tergopoh-gopoh menyiapkan bekal untuk melihat bintang. Sebut saja Raja 9. Hobinya mengamati dan melihat bintang. Suatu kali ia tertegun melihat satu bintang yang antik. Rajaraja lokal yang punya hobi yang sama pun melihat itu. Mereka lalu “janjian” pergi bersama-sama.

Mereka membawa bekal penting dari Oman seperti mur. Yang lain membawa bekal kemenyan dari Negeri Atap Langit, dan emas sekedarnya dari sungai -sungai di Armenia. Bekal ini sekedar bekal saja. Untuk ditukarkan dengan kekaguman mereka pada bintang ini.

Si Raja 9 pergi bersama dengan raja-raja lokal lain. Senang ia mengikuti arah bintang. Bintang itu masih bersinar, enak untuk dilihat. Setelah beberapa hari, bertemulah mereka dengan desa yang habis diserang dan dibakar. Sangat mungkin baru saja terjadi perang lokal. Mengapa ini bisa terjadi, padahal di penanggalan semitik, Bulan Terang biasanya tidak ada perang. Bulan terang terjadi di akhir November sampai pertengahan Januari. Ibu dan anak-anak sampai terlantar dan tidak punya makanan. Sumber air pun “ditablek’, ditutup paksa. Ini perang di bulan terang? Entah dari mana.

Si Raja 9 berkata pada raja-raja yang lain, “Silahkan, kalian pergi dulu. Aku urus dulu desa ini.” Ada dua raja yang ikut mengurus desa. Raja yang lain bergegas menuju bintang.

Baru berjalan satu hari, mereka bertemu dengan desa yang diserang hama belalang. “Aneh, kenapa ada belalang di bulan terang. Ah sudahlah, ini mungkin ada sebab lain.”

Si Raja 9 kasihan dengan desa ini. Ia berkata ke Raja yang lain “Sudahlah, silahkan kalian pergi dulu. Aku akan mengurus desa ini”. Kali ini, raja lain sudah tidak tahan, ingin ketemu bintang. Si Raja 9 tidak merasa kecil hati. Kain suteranya cukup tahan, sedangkan kemenyan atau mur bisa aus. Teman raja yang lain berjalan.

Si Raja 9 berpikir keras bagaimana mengurus desa ini. Ia mulai menanam di tanah yang tipis humusnya tanaman semak, yang dapat menahan pasir. Tanaman ini dapat dipakai untuk melindungi ladang dari hama belalang. “Okelah, aku pakai cara ini.”

Desa ini pulih lebih lama dari desa sebelumnya yang butuh waktu 1,2 tahun. Si Raja 9 agak kepayahan, tapi ia berhasil mengajak tokoh-tokoh lokal yang lain membuat sistem yang sama. Seluruh bekal dihabiskan untuk mengurus desa ini. Tinggal beberapa dinar saja, disimpan, siapa tahu ketemu bintang, dan ia perlu menginap. Setelah 1,6 tahun, ia berjalan lagi, dengan rasa puas karena desa sudah pulih dan sudah tahu cara melindungi ladang dan panen mereka.

Bertemu seorang ibu yang terdampar dekat sumur Bintang sudah sangat redup, sudah sulit dilihat. Tapi ia tetap berjalan. Baru dua hari, ia ketemu ibu yang melahirkan dengan terpaksa (dampak diperkosa beberapa waktu sebelumnya). Ibu ini terdampar di pinggir sumur. Si Raja 9 melihat dan merawat ibu ini. Karena cukup parah, dan si ibu ini tidak punya apa-apa, si Raja 9 ini menggunakan hanren sichou-nya untuk melapis si ibu dan melampin si anak.

Agak kecewa sebetulnya Si Raja 9 ini, karena kain yang hendak diberikan ke siapa pun yang berada di bawah bintang itu sekarang sudah kotor dan sudah tidak layak menjadi hadiah. “Okelah, tak mengapa”. Masih ada beberapa dinar. Tidak mungkin ia memberikan dinar ini, karena ia masih harus berjalan. Tapi beberapa dinar bolehlah. “Toh aku raja, bisa minta raja yang lain kalau ketemu raja”. Dinar pun berpindah dari kantong Si Raja 9 pada si ibu.

RISAL
LINGKUNGAN
JUDUL
WIRATANYA
ST.ALFONSUS DE LIGUORI
ASLI : MELACAK BINTANG NATAL, CERITA RAKYAT DARI SYRIA (SESAWI.NET)

Ibu-ibu yang lain dipanggil, tentu dengan tidak mudah karena jarak, dan karena rasa takut. Si Raja 9 memasang logo kerajaannya untuk melindungi ibu-ibu ini. Empat bulan berlalu. Lumayan. Sudah ada cara untuk merawat dan melindungi.

“Kali ini aku harus jalan,” kata si Raja 9. Bintang masih ada, cuma ini tinggal titik saja. “Kegilaannya” pada perbintangan membuat si Raja 9 tidak menyerah. “Ini bintang unik.” Ia lanjut berjalan.

Setelah beberapa hari, ia tiba di tempat di mana ada kerumunan besar. Heboh. Ribut. Ada orang yang dimaki-maki di tengah kerumuman itu. “Tidak mungkin ini tempat bintang itu. Kenapa banyak orang beringas dan ribut sekali?”

Ia masih punya satu logo kerajaan. Karenanya, ia berani mendesak dan melihat. Di tengah kerumunan itu ada orang yang berdarah dan ditendang. Kali ini ia juga mau menolong, hanya masalahnya massa sudah tampak

menggila. Prajurit Romawi-pun hanya berjaga dan tidak melakukan apa pun.

Yang ini mirip dengan kejadian sebelumnya. Ini kejadian yang tidak sanggup ia tangani. Sangat, sangat kecewa, ia keluar dari kerumunan itu. Semangatnya untuk melihat bintang sudah musnah. Ia pergi dari kerumunan itu. Ia gunakan dinar yang masih tersisa untuk menginap, melepas lelah; juga melepas kecewa.

Setelah beberapa hari, ia hendak kembali ke Suriah Sesudah membeli ini dan itu, sekadar cukup untuk kembali, ia berjalan. Kali ini juga saat terang bulan. Ia mulai bergegas. Ia mampir ke tempat doa yang berada di tempat itu. Banyak orang berdoa di situ. Ia ikut berdoa, meski ia bukan dari kalangan mereka. Tidak sengaja ia membaca perkamen (pengganti kertas yang dibuat dari kulit binatang), “Saat kamu menolong mereka yang paling tersingkir dan hina, itu saat kamu bertemu Aku.”

Ia lalu pulang dan selamat tiba di tempat asalnya.

untuk meninggalkan kehangatan duniawi yang nyaman untuk merangkul keindahan yang mencolok dari gua Bethlehem, tetapi marilah kita ingat bahwa ini bukanlah Natal yang sesungguhnya tanpa orang miskin.”

“Tidaklah

Paus Fransiskus (misa malam Natal, 24 Desember 2022)

mudah
PT BUKIT SURYA MAS Masterbatch Manufacturer Christmas M E R R Y A n d a h a p p y n e w y e a r 2 0 2 3 W e w i s h y o u a

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.