Jalan Tongkol Dalam, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Terletak di bantaran Sungai Ciliwung.
Berdiri pada Tahun: 2015.
Ciri Kampung:
Permukiman padat di bantaran sungai.
Warga aktif menata ulang kampung untuk menghindari penggusuran.
Dikenal sebagai kampung yang menjalankan penataan mandiri berbasis komunitas.
Bagian dari program Community Action Plan (CAP) Pemprov DKI Jakarta.
Deskripsi Singkat Kampung Tongkol: Kampung Tongkol adalah permukiman padat yang terletak di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta Utara. Dahulu dikenal sebagai kawasan kumuh yang rawan penggusuran, kampung ini berhasil melakukan transformasi mandiri melalui inisiatif warga. Dengan bantuan arsitek dan komunitas, warga memperbaiki lingkungan, membangun rumah vertikal ramah lingkungan, dan menjadi contoh penataan kampung berbasis partisipasi. Kampung Tongkol kini dikenal sebagai simbol keberhasilan kolaborasi masyarakat dalam menciptakan hunian yang layak tanpa harus direlokasi.
01 SejarahKampungTongkol
Kampung Tongkol, yang berada di tepi Sungai
Ciliwung, Ancol, Jakarta Utara, dulunya dikenal sebagai salah satu kawasan kumuh yang padat dan semrawut. Bangunan berdiri rapat di sepanjang bantaran sungai, tanpa memperhatikan aliran air atau kondisi lingkungan sekitar.
Pada tahun 2015, kampung ini menjadi target penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta karena dianggap berkontribusi terhadap banjir ibu kota. Namun, warga menolak untuk dipindahkan begitu saja. Mereka justru menawarkan solusi—memundurkan rumah mereka lima meter dari tepian sungai untuk membuka ruang jalur inspeksi, tanpa harus kehilangan tempat tinggal.
Usaha ini sempat diuji ketika aturan baru menuntut jarak 15 meter dari sungai. Tapi semangat warga tak padam. Mereka mulai membenahi kampung secara mandiri: mengubah bentuk bangunan, menata ulang lingkungan, hingga belajar mengelola sampah dan membuat kompos.
Sedikit demi sedikit, wajah kampung berubah. Sungai yang dulu terabaikan kini menjadi ruang depan kampung—dijaga, dimanfaatkan, dan dihargai sebagai bagian penting dari kehidupan warga. Perahu bukan sekadar alat transportasi, tapi juga simbol semangat bertahan dan bergerak maju bersama.
Kondisi Kampung Tongkol Sebelum Penataan dan Pembersihan, Kompas
Kondisi Kampung Tongkol Setelah Penataan dan Sebelum Pembersihan, Kompas
Kisah perjuangan warga Kampung Tongkol untuk mempertahankan dan menata tempat tinggal mereka menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan partisipatif mampu menghasilkan perubahan yang berkelanjutan. Meskipun program ini sempat terhenti seiring berakhirnya masa jabatan Gubernur Anies Baswedan, semangat kolaborasi yang telah tumbuh tetap hidup di tengah warga. Kini, melalui program Community Action Plan (CAP) dan Collaborative Implementation Program (CIP), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk melanjutkan penataan kawasan kumuh secara menyeluruh dan berbasis komunitas.
Target yang ingin dicapai adalah penurunan kawasan kumuh sebesar 2,26% pada periode 2023–2026, termasuk mempertahankan kampungkampung yang telah melakukan penataan mandiri seperti Kampung Tongkol. Di tengah aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan perahu untuk mengarungi sungai atau sekadar berinteraksi di tepian air, warga tetap menjaga semangat gotong royong dan rasa memiliki terhadap kampung mereka. Kampung Tongkol hari ini bukan hanya sebuah kawasan yang berhasil bertahan dari penggusuran, tetapi juga menjadi simbol keberhasilan komunitas dalam membentuk ruang hidup yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan di tengah kota metropolitan.
Kondisi Kali Ciliwung sebagai sarana di Kampung Tongkol, Kompas
PLACEMAKING? di Kampung Tongkol
Placemaking
Placemaking di Kampung Tongkol berasal dari masyarakat dalam membentuk ruang hidup mereka secara kolektif. Ruang di kampung ini tidak hanya dipahami sebagai elemen fisik, melainkan sebagai bagian dari kehidupan sosial.
Dalam konteks keterbatasan lahan, ruang luar rumah sering dimanfaatkan sebagai perpanjangan fungsi domestik, seperti untuk memasak, mencuci, atau menerima tamu. Identitas kampung diperkuat melalui kesepakatan bersama, seperti penyeragaman fasad rumah, yang tidak hanya menciptakan tampilan visual yang rapi tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan kepemilikan terhadap lingkungan.
Peta Placemaking di Kampung Tongkol, Dokumentasi Pribadi ( Google Earth @2024)
IDENTIFICATION, Public Space
03Identification
Identifikasi placemaking pada kampung ini akan dimulai dengan menganalisis empat aspek penting dari placemaking, yaitu: Sociability, Uses & Activity, Accsses & Lingkage, dan Comfort & Image.
Keempat aspek ini menjadi landasan untuk memahami potensi dan permasalahan yang ada, sehingga arah perancangan masa depan dapat sesuai dengan sasaran dan berkelanjutan.
Kodisi Kampung Tongkol 2025, Dokumentasi pribadi
Sociability
DESKRIPSI
kehidupan mayarakat Kampung Tongkol memiliki karakter yang terbuka dan kekeluargaan. interaksi yang terjadi antar warga telah menciptakan ruang-ruang komunal baru seperti teras rumah, jalur pejalan kaki, maupun tepian sungai. Lingkungan yang padat membuat masyarakat terbentuknya solidaritas yang tinggi. Pengaruh lingkungan sekitar, seperti keberadaan sungai dan jalur sempit antarbangunan, menjadikan masyarakat terbiasa hidup berdampingan dengan ruang terbuka yang dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul, bermain anak-anak, maupun berjualan. Situasi ini memperlihatkan bagaimana kondisi fisik kampung membentuk pola hidup yang adaptif dan saling bergantung antarindividu, yang pada akhirnya memperkuat rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap lingkungan tempat tinggal mereka.
ANALISIS
Ruang antar bangunan yang terbentuk karena interaksi dan koneksi antar warga. ruang yang telah tercipta dengan alami, Ruang-ruang ini tidak hanya berfungsi sebagai akses sirkulasi, melainkan juga menjadi tempat berkumpul, bersantai, bekerja, hingga bermain. Aktivitas warga yang terlihat duduk-duduk di teras, berdiskusi, atau sekadar bersenda gurau menunjukkan bahwa terdapat rasa aman dan kenyamanan dalam berinteraksi di ruang publik. Bagi Masyarakat kampujng tingkol, lingkungan sekitar bukan hanya tempat tinggal namun juga sebagai wadah mereka untuk bersosialisasi dan kedekatan secara emosional.
TANTANGAN
Tantangan utama dalam memperbaiki dan melakukan pengembangan pada kawasan kampung tongkol adalah masyarakat harus bisa beradptasi dengan pola hidup dan kebiasaan yang baru. Masyarakat Kampung Tongkol memiliki hubungan yang kuat dengan ruang sosial mereka, baik secara fisik maupun emosional.
Human-Scale Resilient Framework
Pembangunan pada kawasan Kampung Tongkol akan berusaha mempertahankan skala manusia. pendekatan perancangan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari sistem ruang, dengan menekankan keterhubungan sosial.
Micro-Interaction Nodes
Mendesain titik interaktif pada jalur sirkulasi dengan memberikan ruang komunal yang lebih baik sebagai titik kumpul atau tempat untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Eco-Terrace System
menciptakan harmoni antara kebutuhan komunitas akan ruang hidup yang layak seperti memberikan area teras untuk memperluar area untuk berinteraksi.
Uses And Activity
DESKRIPSI
Masyarakat Kampung Tongkol menjalani aktivitas sehari-hari dengan pemanfaatan ruang yang efisien dan multifungsi, menyesuaikan dengan kondisi lahan yang terbatas serta kebutuhan sosial yang tinggi. Aktivitas warga berlangsung dinamis, didominasi oleh pekerjaan seperti berdagang, menjadi nelayan, atau buruh harian, sementara ruang-ruang seperti teras, lorong sempit, dan halaman depan rumah dimanfaatkan sebagai area interaksi, berjualan, maupun ruang bermain anak. Meski fasilitas dan infrastruktur belum ideal, masyarakat menunjukkan semangat yang kuat melalui budaya gotong royong dan keterlibatan dalam kegiatan komunitas.
ANALISIS
Kehidupan di Kampung Tongkol mencerminkan pola permukiman urban yang adaptif, partisipatif, dan memiliki solidaritas sosial yang tinggi dalam menghadapi keterbatasan lingkungan fisik maupun tekanan sosial. Adaptivitas masyarakat terlihat dari cara mereka mengelola ruang secara fleksibel, merespons kondisi lingkungan yang terbatas tanpa kehilangan fungsi-fungsi dasar kehidupan. Solidaritas sosial yang tinggi menjadi fondasi dalam mempertahankan keberlangsungan hidup. Hal ini menandakan bahwa meskipun secara fisik Kampung Tongkol berada dalam keterbatasan, kampung ini mampu memanfaatkan dan memaksimalkan kegiatan aktivitas sehari-hari untuk hidup.
Tantangan aktivitas masyarakat Kampung Tongkol terutama berkaitan dengan keterbatasan ruang, infrastruktur yang belum memadai, serta tekanan dari lingkungan sekitar.
TANTANGAN
Kampung Tongkol, Dokumentasi Pribadi
Aktivitas Sehari-hari Masyarakat, Irfansyah 2022 Masyarakat Kampung Tongkol, Kompas 2021 Aktivitas Sehari-hari Masyarakat, Irfansyah 2022
Uses and Zoning
Penggunaan ruang di Kampung Tongkol terbentuk secara organik berdasarkan kebutuhan sehari-hari, seperti area hunian, usaha rumahan, ibadah, dan ruang interaksi. Zonasi ini mencerminkan kebutuhan fungsional masyarakat.
Active Social Corridor
Koridor jalan dari kampung tongkol berfungsi ganda sebagai jalur sirkulasi dan ruang sosial aktif tempat warga berinteraksi, berdagang, atau anak-anak bermain. Koridor ini berperan penting sebagai ruang publik skala mikro yang menjaga kehidupan sosial komunitas tetap hidup.
Adaptive Multifunction Space
Warga memanfaatkan ruang secara fleksibel—satu ruang bisa menjadi tempat tinggal, tempat usaha, dan ruang produksi dalam satu waktu. Adaptivitas ini menunjukkan kemampuan masyarakat berkreasi dengan ruang terbatas untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.
Access And Linkage
Aspek Access and Linkage yang akan dibahas pada bagian ini adalah seberapa mudah dan nyaman Kampung Tongkol dapat dijangkau serta terhubung dengan lingkungan sekitarnya, kenyamanan jalur pejalan kaki, kejelasan arah serta kenyamanan saat melewati atau melintas jalan. Analisis ini dilakukan untuk melihat sejauh mana Kampung Tongkol telah mendukung mobilitas dan keterbukaan ruang bagi warga maupun pengunjung.
ANALISIS
Kampung Tongkol menunjukkan kondisi yang lebih tertata dan nyaman dibandingkan dengan perkampungan lain di sekitarnya, terutama dari segi kebersihan dan penataan ruang. Perkampungan tersusun rapi dengan jarak dua meter dari tepi Sungai Ciliwung. Jalan di dalam kampung cukup untuk motor atau sepeda, dan tersedia jembatan sebagai akses penyeberangan ke kampung sekitar.
TANTANGAN
Beberapa tantangan yang dihadapi Kampung Tongkol, Jalur masuk utama harus melewati kampung tetangga atau jalan bawah tol dan parkiran truk yang tidak terawat, menciptakan kesan terisolasi. Tidak adanya gang penghubung membatasi konektivitas internal, sementara ruang sirkulasi 2 meter di tepi sungai sering terpakai untuk aktivitas warga, sehingga mengganggu lalu lintas kendaraan ringan. Jalan yang sempit juga membuat mobil tidak dapat masuk, berisiko dalam situasi darurat. Selain itu, perkampungan ini juga masih kurang terhubung dengan transportasi umum sehingga sulit untuk dijangkau
Gang Utama Kampung Tongkol, Dokumentasi Pribadi
Kondisi Jembatan Penyebrangan, Dokumentasi Pribadi Kondisi Jalur Pejalan Kaki, Dokumentasi Pribadi Kondisi Penataan Kampung, Dokumentasi Pribadi
Defined Gateaway Experience
Menciptakan pintu masuk utama yang jelas, aman, dan ramah bagi seluruh warga serta pengunjung. Saat ini, akses ke kampung Tongkol masi terkesan tersebunyi dan melewati jalur yang tidak nyaman. dengan merencanakan sebuah gateway ini akan membantu memberikan identitas visual yang kuat dan penunjuk arah yang jelas sehingga menjadi titik orientasi utama.
Connected Green Paths
Konektivitas didalam kampung juga dapat ditingkatkan melalui jalur penghubung atau gang kecil yang sekaligus dapat dibuat menjadi koridor hijau yang hidup. Jalur ini tidak hanya membuka akses antarbagian kampung tetapi juga menghadirkan shading alami sehingga memperkuat kualitas udara atau suasana pada kampung.
Safety Nodes
Menciptakan titik-titik aman di sepanjang jalur masuk kampung, seperti penerangan jalan, pos jaga, dan area tunggu semi tertutup yang dapat juga berfungsi sebagai ruang interaksi warga. Hal ini cukup penting terutama pada area bawah tol dan parkiran truk yang saat ini gelap dan minim pengawasan.
Comfort And Image
DESKRIPSI
KKampung Tongkol sebagai hunian padat pada tepian sungai yang sudah mengalami banyak perubahan besar sejak adanya penataan ulang. meskipun kampung ini memiliki keterbatasan ruang, warga Kampung Tongkol tetap dapat menciptakan suasana lingkungan sekitar menjadi lebih nyaman untuk mereka tinggal. Kampung ini mulai memberikan identitas yang khas melalui nilai-nilai kebersamaan menciptakan lingkungan menjadi lebih hidup.
ANALISIS
Seiring perkembangan Kampung Tongkol, kampung ini menunjukan adanya peningkatan melalui adanya area sirkulasi, pencahayaan alami dan area hijau yang dapat menciptakan suasana yang hangat dan ramah. Meskipun masih terdapat tantangan seperti jalan yang sempit, tidak rata, serta minimnya ruang publik untuk berkegiatan, kenyamanan sosial yang terbangun menjadi kekuatan utama kampung ini. Dari sisi citra, Kampung Tongkol telah berhasil membangun identitas baru sebagai kampung yang ramah dan aman.
Kampung Tongkol masih menghadapi beberapa tantangan dalam pengembangannya, terutama terkait keterbatasan ruang fisik akibat padatnya bangunan dan kepemilikan lahan yang terbatas, sehingga ruang terbuka publik sulit untuk dikembangkan. Untuk menjawab tantangan tersebut, dibutuhkan perencanaan untuk meningkatkan kualitas ruang secara signifikan namun tetap mempertahankan karakter lokal.
TANTANGAN
Identitas Utama Perkampungan Dekat Kali Ciliwung, Google 2025
Penghijauan di Tepi Kali Ciliwung, Dokumentasi Pribadi Riverwalk Kampung Tongkol, Google 2025
Rumah Contoh Kampung Tongkol, Google 2025
Shared Space
Konsep ini efektif untuk Kampung Tongkol karena menyesuaikan dengan kepadatan tanpa butuh lahan besar, serta mendorong kolaborasi warga lewat ruang bersama yang fleksibel dan murah.
Waterside Community
Mengembangkan koridor sepanjang bantaran sungai sebagai tulang punggung sosial dengan jalur pedestrian aktif, dermaga kecil, dan area duduk bersama. Spine ini menjadi pusat aktivitas harian dan memperkuat hubungan warga dengan sungai secara produktif dan rekreatif.
Cultural Interface
Mengintegrasikan ekspresi budaya lokal ke dalam desain ruang melalui instalasi partisipatif, dan elemen arsitektur yang menceritakan nilai sejarah, perjuangan, dan kebersamaan warga untuk memperkuat identitas tempat dan menciptakan koneksi emosional bagi pengunjung.
Findings & Conclusions
Conclusions
WATERFRONT COMMUNITY Kampung Tongkol as
Menjadi konsep pengembangan kawasan permukiman yang memanfaatkan potensi tepi air (dalam hal ini sungai) sebagai bagian integral dari kehidupan sosial, ekonomi, dan ekologis masyarakat.
Konsep ini menekankan pada terciptanya lingkungan yang layak huni, sehat, terhubung, dan berkelanjutan, dengan menjadikan sungai bukan lagi sebagai batas atau area belakang, melainkan sebagai ruang depan yang aktif dan hidup.
Proposal Kesimpulan Placemaking Kampung Tongkol, Dokumentasi Pribadi
Placemaking di Kampung Tongkol mencerminkan bagaimana ruang kota dapat tumbuh secara organik melalui keterlibatan aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang layak huni dan bermakna. Sebagai kampung kota yang berada di tepi sungai, Kampung Tongkol mengembangkan karakter waterfront community. Hal ini menjadikan kawasan ini hidup dan berkarakter meskipun dalam keterbatasan infrastruktur.
Perancangan ruang yang mengedepankan fungsi adaptif, multifungsi, dan kontekstual terhadap lingkungan perairan. Kampung Tongkol membuktikan bahwa placemaking berbasis komunitas mampu menghadirkan ruang hidup yang layak, inklusif, dan berdaya.
"Kampung bukan sekadar tempat tinggal, tapi ruang hidup yang tumbuh dari gotong royong dan rasa memiliki." KampungTongkol