Suara Baptis Vol 3 2024

Page 1


ALKITAB ALKITAB TTERJEMAHAN ERJEMAHAN BARU BARU eedisi disi 22

Dapatkan Alkitab TB2 dalam banyak

Dapatkan Alkitab TB2 dalam banyak

versi hanya di Toko Buku Baptis

versi hanya di Toko Buku Baptis

TOKO BUKU BAPTIS

Kisah yang DinantiKan

Ada kisah yang begitu melekat ketika saya membaca biografi Hudson Taylor. Setelah berkhotbah tentang Injil, Hudson didatangi seorang pengusaha muda di Tiongkok yang begitu marah. Pengusaha muda ini marah bukan karena tersinggung atau menentang Injil, tetapi karena dia mengingat almarhum ayahnya. Pengusaha muda itu berkata, “Mengapa kalian baru datang, Ayah saya selama hidupnya mencari jalan keselamatan ini. Sekarang dia sudah tiada dan harus menghadapi neraka. Kalian sudah memiliki Injil ini berabad-abad, betapa egoisnya kalian tidak segera membagikan kabar baik ini kepada kami!” sambil

Kisah di atas adalah salah satu contoh bahwa banyak orang dari berbagai suku bangsa sesungguhnya menantikan Injil (kabar baik) ini. Kabar baik di mana mereka dapat terlepas dari hukuman dosa. Tanpa Kristus, orang tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Mereka hidup dalam penghakiman dan kematian. Sayangnya beberapa orang Kristen memilih untuk diam dan menyimpan Injil ini untuk diri mereka sendiri. Injil menjadi sekedar buku tua yang berharga yang tersimpan dalam perpustakaan pribadi dan tidak pernah dibawa

Ketika kita menemukan sebuah restoran yang sangat enak tetapi harganya murah kita akan merasa bahwa itu adalah kabar baik. Biasanya kita dengan penuh semangat akan menceritakan dan memberitakan penemuan ini kepada teman dan kerabat kita. Mengapa demikian? Karena kita merasa bahwa ini adalah kabar yang baik. Sebuah kabar baik seharusnya sangatlah mudah diberitakan karena orang senang untuk mendengar sebuah kabar baik, dan Injil adalah kabar baik itu sendiri.

Dalam momen Natal ini, mari kita mengingat kembali sebuah kisah mengenai kelahiran seorang anak yang membawa kesukaan besar bagi seluruh Dunia. Kesukaan yang timbul dari Injil dan keselamatan yang terkandung di dalamnya. Mari kita dengan penuh semangat memberitakan Kisah Injil ini melebihi kisah mengenai penemuan sebuah restoran murah meriah. Jangan biarkan Injil hanya menjadi sebuah kisah yang dipajang, tapi biarlah

“Lalu Ia berkata kepada mereka, ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Markus 16:15-16)

Salam, Redaksi

Liputan Khusus:

Natal di Mata Penata “AKU DAN NATALKU”

16

8

Liputan Khusus: Mobilisasi Gereja-Gereja Baptis di BPD DKI Jaya Banten “SEMANGAT BARU DALAM MISI PENGINJILAN”

Penulisan Kembali

Nyanyian Pujian “Nyanyi dan Bersoraklah bagi Tuhan!”

22

34 Ada DINASTI di dalam

PEMIMPIN UMUM

Ir. John H.L. Serworwora, Ph.D

PEMIMPIN REDAKSI

Eliezer Kristian Firmano

REDAKSI

Eliezer K. F. | Aris Santoso | Romy V. Ursia

KONTRIBUTOR

Grace Amin | Arseindy Jushabana | Novian Wibowo | Lucky Sarjono Buranda | Noel Lantang | Iwan | Zion Tjendana

DESAIN SAMPUL & ISI

Yosua Agustian | Baptista Abshalom Budiono | Adua Angelita

SB ONLINE & SB TV

Aris Santoso | Tim Redaksi

PEMASARAN, IKLAN & DISTRIBUSI

Inung Suprayogi | Sri Rezeki | Tukran Adir

ADMINISTRASI & KEUANGAN

Hanna Nursanto | Ima Apriliyani

Umat Baptis!

REKENING

Bank Mandiri KCP Bandung Cibeunying No. Rekening 131-05-8000181-8 atas nama Lembaga Literatur Baptis atau melalui GiroPos No. 4000 004 235 atas nama Lembaga Literatur Baptis

Jl. Tamansari 16 Bandung 40116 Indonesia (mohon dilengkapi berita pengiriman & mengirimkan bukti pengiriman melalui WA 0812 1212 5116)

PENERBIT

Lembaga Literatur Baptis

ALAMAT/KONTAK

Jl. Tamansari 16 Bandung 40116 Indonesia

Telephone: (022) 420 3484

WA Hotline: 0812 1212 5116

Email: suarabaptis@gmail.com

FB: majalah suara baptis

IG: suarabaptis

Web: www.kabaria.id

SURAT TANDA TERDAFTAR (STT)

29 Maret 1988

No.1307/SK/DITJENPPG/STT/1988 ISSN 1410-2439

ADA KISAH UNTUK BANGSA BANGSA Jendela Teologi

Mungkin Henry Ernest Nichol (1862-1926) tidak pernah menyangka bahwa salah satu dari ratusan lagu yang dikarangnya akan menjadi himne yang menggugah banyak orang untuk terjun ke ladang penginjilan. Walaupun kebanyakan lagu rohani yang dikarangnya adalah lagu anak-anak, lagu yang ditulis oleh seorang yang berlatar belakang Teknik Sipil ini memiliki lirik yang padat dengan pesan Amanat Agung yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus bagi kita. Judul asli dari lagu tersebut adalah, “We’ve a Story to Tell to the Nations,” atau dalam terjemahan bebas bahasa Indonesianya berarti, “Kami Memiliki Kisah untuk Bangsa-Bangsa.” Judul yang terdapat di dalam Nyanyian Pujian adalah “Ada Kisah untuk Bangsa-Bangsa” (No. 331).

Lagu yang didasarkan pada Matius 24:14 ini memiliki empat penekanan yang diberikan pada masing-masing ayat dari lagu ini: Ada kisah, ada lagu, ada kabar (message), dan ada Juru Selamat. Jendela Teologi edisi ini bukan sekadar berbicara tentang pentingnya pengabaran Injil, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa ada pesan misiologis penting yang terdapat di dalam lagu-lagu pujian kita yang perlu diperhatikan oleh jemaat. Paling tidak ada tiga pelajaran penting yang perlu direnungkan dari keempat ayat yang ada di dalam lagu ini.

Sumber : canva.com

Sumber: https://freepik.com

Bangsa-Bangsa yang Perlu Dijangkau

Pada usianya yang ke-27 tahun, John Eliot memiliki beban yang luar biasa untuk menjangkau suku-suku Indian di Amerika Serikat. Dia rela untuk mempelajari bahasa Algonquin agar dapat menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa tersebut. Pada usianya yang ke-84 tahun, banyak gereja Indian yang sudah berdiri yang dilayani oleh hambahamba Tuhan mereka sendiri. Belas kasihan akan bangsa-bangsa yang belum dimenangkan ini juga yang mendorong Stan Dale dan Phil Masters masuk ke pedalaman Papua New Guinea untuk menjangkau suku Yali, sekalipun nyawa mereka adalah taruhannya.

Daftar ini akan terlalu panjang jika semua namanama utusan Injil di dunia ini ditulis. Mereka semua memiliki keyakinan akan apa yang dijanjikan oleh Allah ketika Dia memanggil Abram keluar dari Ur dengan mengatakan, “ … dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej. 12:3). Janji ini ditegaskan pula oleh pemazmur yang menyatakan bahwa, “Segala bangsa … akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu” (Mzm. 86:9). Hal yang sama ditulis oleh Rasul Yohanes ketika berada dalam pembuangan di Pulau Patmos, “ … Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku, bahasa, umat, dan bangsa (Why. 5:9).

Kenyataan yang tidak dapat diabaikan oleh semua pengikut Kristus adalah bahwa Allah memiliki sukusuku bangsa (panta ta ethne) di dalam hati-Nya dan pengorbanan Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus, adalah untuk menebus dosa semua bangsa tersebut. Adalah hal yang mustahil untuk menyanyikan lagu ini tanpa berpikir tentang keselamatan bangsa-bangsa yang belum mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka.

Kisah yang Dinantikan Bangsa-Bangsa Tersebut

Pada 2020, aktor terkenal Tom Hanks membintangi sebuah film yang berjudul News of the World dan berperan sebagai Kapten Jefferson Kyle Kidd. Film ini mengisahkan seorang veteran tentara Angkatan Darat Amerika yang bepergian dari satu kota ke kota lain untuk membawa berita bagi para penduduk kota tersebut. Para penduduk kota begitu antusias menyambut kedatangan Kapten Kidd dan rela membayar 10 sen agar dapat menghadiri pertemuan di balai kota, di mana sang kapten akan membacakan berita dari berbagai surat kabar yang ada. Film yang mengisahkan situasi Amerika pada 1870-an ini menunjukkan betapa hausnya para penduduk kota terhadap berita yang dibawa oleh Kapten Kidd. Sadar akan betapa pentingnya berita yang dibawanya dan betapa pentingnya

Sumber: https://freepik.com

kisah tersebut bagi penduduk kota, Kidd rela untuk menempuh perjalanan yang berbahaya.

Lebih dari berita tentang politik dan perang yang dibawa oleh Kapten Kidd, setiap pengikut Kristus memiliki Kisah yang Agung yang dinantinantikan oleh mereka yang sedang berjalan menuju penghakiman kekal. Kisah Agung “yang mengubah hati cemar” dan “mengusir kuasa jahat.” Kisah bahwa “Allah Mahabesar mengutus Anak-Nya Yesus” dan “supaya segala bangsa beroleh hidup kekal.”

Kita yang Memiliki Kisah Agung

Walaupun tidak pernah mendengar lagu ini, tetapi pesan yang sama inilah yang mendorong Samuel Munson dan Henry Lyman, utusan Injil dari American Board of Commissioners for Foreign Missions, untuk meninggalkan Amerika pada 1833 dan masuk ke pedalaman Sumatra demi membawa kisah untuk suku bangsa Batak yang kemudian membunuh mereka. Andaikan saja Munson dan Lyman tidak dibunuh mungkin ribuan gereja Baptis sudah berdiri di Tanah Batak saat ini. Kerinduan yang sama dimiliki juga oleh Stan Dale dan Phil Masters yang rela meninggalkan zona kenyamanan mereka untuk mati di Tanah Papua New Guinea demi Kabar Baik. Kisah Agung untuk bangsa-bangsa ini ada di tangan kita yang sudah pernah menerima dan menikmati Kisah Agung tersebut, bahwa Yesus sudah mati bagi umat manusia.

Natal adalah tentang Kisah Agung tersebut walaupun sering kali keagungan dari kisah itu terlupakan dan tertutupi oleh kisah tentang Sinterklas, pohon terang, dan hadiah-hadiah yang tidak menceritakan makna asli dari Kisah untuk Bangsa-Bangsa. Tidak sedikit dari mereka yang tinggal jauh dari peradaban tidak pernah sekalipun mendengar nama Yesus Kristus. Perdebatan tentang bagaimana keselamatan mereka yang belum pernah mendengar nama Yesus tidak seharusnya memenuhi ruang-ruang kuliah. Pembicaraan yang seharusnya terjadi adalah bagaimana kita dapat membawa Injil untuk dapat didengar oleh mereka. Beban yang mendalam yang dirasakan oleh Samuel Mills dan rekan-rekannya di William College pada 1806 yang rindu untuk melihat keselamatan mereka yang berada di luar Amerika menyebabkan terbentuknya American Board of Commissioners for Foreign Missions. Beban inilah yang harus terlihat membakar orang-orang muda pada era ini untuk membawa kisah Natal pertama di Betlehem, sehingga kita semua dapat menaiki puncak gunung untuk kemudian bersorak, “Kabarkan dari gunung, lahirnya Almasih!” Sehingga apa yang dirindukan oleh Rasul Paulus dalam Roma 15:11 “Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia” dapat nyata terjadi.

Penulis: Ir. John H. L. Serworwora, Ph. D. Editor: Trisanti Karolina Napitu

“Hi, bagaimana persiapan Natal kamu dan keluarga?”

Natalku

Pertanyaan ini sudah mulai terdengar di telinga sebagian dari kita. Beberapa orang mulai dengan antusias menceritakan rencana perayaan Natal bersama keluarga besar di luar kota atau bahkan luar negeri, makanan favorit keluarga di saat Natal, suasana malam Natal bersama orang terkasih atau berbagai rencana menarik lainnya. Sebagian orang sudah mulai merancang baju yang akan digunakan, berlatih tarian, drama atau nyanyian yang akan ditampilkan saat ibadah Natal.

Pernahkah terlintas di pikiran kita bagaimana respons anak pendeta jika diberikan pertanyaan yang sama? Berdasarkan pre-survey terhadap beberapa orang anak pendeta didapati respons yang beragam. Sekitar lebih dari 40% responden menyatakan bahwa suasana Natal adalah sesuatu yang mereka nantikan karena dapat berkumpul bersama keluarga. Responden yang telah memiliki keluarga sendiri sering kali menggunakan momen ini untuk pulang ke daerah masing–masing dan

Sumber : canva.com

berkumpul dengan keluarga besar. Di saat keluarga besar berkumpul bersama, mereka dapat menikmati nuansa Natal yang dirindukan seperti beribadah bersama, maupun bertemu dengan rekan atau jemaat di kampung halaman.

Walaupun suasana Natal dihayati secara positif oleh sebagian responden namun hampir sekitar 50% responden merasa cukup lelah selama mempersiapkan Natal. Banyaknya kegiatan ibadah Natal internal maupun eksternal yang harus dihadiri serta persiapan kepanitiaan dan penampilan yang akan disuguhkan sering kali menguras waktu dan tenaga. Ekspektasi akan kemampuan anak pendeta untuk mengelola serta terlibat dalam seluruh kegiatan Natal acap kali dirasa terlalu membebani. Sebagian responden menyampaikan kelelahan mereka sebagai panitia saat mempersiapkan musik, paduan suara, dekorasi ataupun rangkaian acara untuk beberapa ibadah Natal seperti sekolah minggu, pemuda, rayon dan sebagainya. Jadwal

kegiatan yang padat membuat mereka akhirnya kelelahan dan kurang menikmati esensi Natal.

Adakah suara hati yang ingin disampaikan sebagian besar anak pendeta? Sebagai seorang anak, mereka berharap mendapatkan pengertian serta dukungan dari orang tua di saat mereka merasa lelah secara fisik maupun mental. Ekspektasi yang cukup besar terhadap keberadaan dan peran mereka di gereja maupun masyarakat sering kali dirasa sangat membebani serta kurang mendapat dukungan dari orang terdekat. Kesempatan untuk mengungkapkan kerisauan hati mereka terkadang dirasa kurang karena kepadatan rutinitas. Hal yang diharapkan anak pada umumnya, maupun anak pendeta pada khususnya, adalah dukungan psikologis dari orang tua. Waktu serta perhatian untuk saling berbicara, mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan menjadi kunci.

Sebagai bagian dari lingkungan masyarakat dan jemaat, anak pendeta juga berharap agar mereka dapat dipandang sebagai individu yang memiliki keunikan masing–masing. Harapan besar yang diletakkan di pundak mereka, terkadang dirasa membebani karena tidak sesuai dengan karakteristik maupun kepribadiannya. Harapan untuk tidak hanya meletakkan tanggung jawab penuh kepada sebagian besar dari mereka juga diungkapkan oleh para responden. Mereka berharap adanya gotong royong untuk mendukung pelayanan gereja dengan memperhatikan dan menghormati keberagaman kapabilitas dan karakteristik.

Suasana Natal memang selalu kita nantikan setiap tahunnya. Kesempatan untuk berkumpul dengan orang terkasih dan menikmati indahnya Natal menjadi nilai positif yang dirindukan. Biarlah kelahiran Tuhan Yesus tidak hanya dimaknai dengan “kelelahan” persiapan ibadah Natal tetapi damai yang dirasakan semua orang.

Kami mengasihimu, Salam PENATA

Penulis : Grace Amin

Editor : Fajar Supriono

Kasih Terhadap Sesama Artikel

Transformed Life Community

AWAL MULA

Pada akhir 2017, tiga pemuda eks LGBT, yaitu Bastian, Sihol, dan Zion, diminta oleh sebuah pelayanan anak muda untuk membantu memuridkan beberapa eks waria yang bertobat di Retreat Waria. Kelompok kecil ini kemudian berkembang dan mulai melayani non-waria yang juga bergumul dengan ketertarikan sesama jenis (KSJ).

Setelah berjalan selama dua tahun, disadari bahwa pemuridan ini tidak cukup hanya menjadi bagian dari program saja. Akhirnya, Tuhan menuntun tim pendiri yang terdiri dari beberapa eks LGBT dan beberapa pendoa untuk memulai pelayanan khusus bagi mereka yang bergumul dengan ketertarikan sesama jenis dan disforia gender.

Persekutuan Doa pertama pada hari Senin, 11 Februari 2019, di Rumah Doa Jalan Kelapa Molek, Jakarta Utara, menandai berdirinya Transformed Life Community.

VISI & MISI

Visi komunitas TLC adalah: Orang-orang yang bergumul dengan LGBT mendapatkan pembaruan dalam kasih Kristus dan mengalami pemulihan sehingga menjadi kesukaan hati Bapa.

Visi ini dituangkan dalam empat misi utama sebagai berikut:

1. Menjangkau mereka yang bergumul dengan ketertarikan sesama jenis dan/atau disforia gender untuk mendapatkan informasi yang benar tentang LGBT secara holistik dan alkitabiah.

2. Mendampingi mereka yang bergumul dengan ketertarikan sesama jenis dan/atau disforia gender dan membimbing mereka untuk keluar dari gaya hidup LGBT dan menjadi murid Kristus yang bertumbuh dalam suatu komunitas yang sehat dan membangun.

3. Membantu keluarga dan sahabat kaum LGBT untuk mendapatkan keterampilan dalam memberikan dukungan bagi orang yang mereka kasihi dalam proses pemulihan mereka.

4. Memperlengkapi gereja/tubuh Kristus untuk dapat melayani orang yang bergumul dengan ketertarikan sesama jenis dan/atau disforia gender.

PERJALANAN

Di tahun pertamanya, TLC berkembang hingga memiliki tiga titik lokasi pemuridan langsung (Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat) untuk memuridkan anggota TLC. Namun, pandemi Covid-19 yang menyebar secara global dan melanda

Indonesia pada bulan Maret 2020 membuat TLC terpaksa harus menutup pertemuan-pertemuan langsung tersebut.

TLC kemudian memulai pertemuan secara virtual sejak bulan April 2020 dengan menggunakan Zoom sebagai platform virtual meeting. Pertemuan dilakukan secara rutin dua kali seminggu (Senin –Persekutuan Doa; Kamis – Kelompok Dukungan). Ini adalah berkat di tengah masalah; karena melalui pertemuan virtual ini, TLC dapat menjangkau orangorang yang tinggal di luar Jakarta yang selama ini menghubungi TLC, tetapi tidak bisa dilayani secara langsung.

Pelayanan TLC diperkaya dengan membentuk beberapa divisi: Divisi Pemuda, untuk melayani murid yang berusia 18–25 tahun; Divisi Wanita, untuk melayani murid wanita yang bergumul dengan KSJ; Divisi Pasangan, untuk melayani suami istri atau calon suami-istri yang salah satu pasangannya bergumul dengan KSJ; dan TLC Pemerhati, untuk melayani orang tua dan keluarga yang memiliki anak yang bergumul dengan KSJ.

Sumber: https://freepik.com

Dalam dua tahun terakhir, Tuhan membuka kesempatan bagi TLC untuk memenuhi misi keempat. TLC berkesempatan menjadi narasumber bagi beberapa gereja dari berbagai denominasi dan sekolah-sekolah, membantu memberikan edukasi tentang bagaimana memahami isu LGBT dan melayani mereka yang bergumul. Selain itu, Tuhan juga membukakan kesempatan kemitraan dalam pelayanan dengan berbagai lembaga seperti @ideclare.id, The Cornerstone, Lembaga Literatur Baptis, dan Radio Maestro Bandung.

TANTANGAN DAN IMPIAN MASA DEPAN

Di tahun kelima pelayanan Transformed Life Community, jumlah anggota yang dimuridkan berkembang pesat hingga mencapai lebih dari 200 orang di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, TLC juga berusaha untuk mengembangkan jumlah dan keterampilan para pelayan (mentor, pengurus, relawan), terutama menghasilkan mentor-mentor baru dari dalam tubuh TLC sendiri.

Keinginan TLC untuk dapat mengadakan pertemuan tatap muka dengan murid-murid yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia juga merupakan suatu tantangan. Hal ini mendorong TLC bercita-cita untuk memiliki pusat-pusat pelayanan (TLC Center) di berbagai kota di Indonesia, dan juga program pemuridan guna mencapai visi dan misi: menjadikan mereka yang bergumul dengan KSJ menjadi murid Kristus yang menyenangkan hati Bapa.

Penulis: TLC (Transformed Life Community)

ALKITAB KITA TIDAK ASLI?

(Seminar “Tantangan Dalam Penerjemahan Alkitab” Bagian 1)

Pernahkah Anda melihat di sosial media beberapa video atau konten yang mengatakan bahwa Alkitab keluaran Lembaga Alkitab Indonesia itu tidak sama dengan aslinya? Dengan penyajian yang begitu meyakinkan dari video atau konten tersebut, kita mungkin saja dibuat ragu atas Alkitab yang dipakai selama ini. Tapi apakah hal itu benar? Apakah Alkitab yang ada tidak dapat diandalkan dan sama sekali tidak sama dengan tulisan aslinya? Lembaga Literatur Baptis (LLB) menggandeng Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dan The Master’s Academy International (TMAI) untuk menjawab pertanyaanpertanyaan ini.

Hari Rabu, 16 Oktober 2024 di Gedung Gereja Isa Almasih Pegangsaan Jakarta, LLB mengadakan seminar mengenai penerjemahan Alkitab dan penerapannya dalam pelayanan sehari-hari dengan tema, “Tantangan Dalam Penerjemahan Alkitab”. Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 40 orang dari berbagai denominasi. Sesi pertama dibawakan oleh Hortensius F. Mandaru, SSL (Pembina Penerjemah LAI) dengan tema, “Mengapa Terjemahan Baru 2 (TB 2) Tidak Selalu Mengikuti Kitab Masoret”.

Dalam pemaparannya, pembicara menjelaskan bahwa tulisan langsung dari para penulis memang sudah tidak ada, tetapi bukan berarti tulisan asli (yang biasa disebut saksi) sudah tidak ada. Berdasarkan hukum alam, kertas papirus memang tidak dapat bertahan lama. Tulisan pada kertas papirus itu mudah pudar dan kertasnya akan menjadi lapuk seiring dengan waktu. Oleh karena itu, orang-orang zaman dahulu sudah sangat terbiasa untuk menyalin kembali tulisan-tulisan yang ada ke dalam kertas papirus baru ketika tulisan-tulisan lama mulai memudar. Dengan serangkaian aturan ketat yang ada dalam penyalinannya, keabsahan dan ketepatan tidak diragukan lagi. Kertas salinan ini dipandang sebagai tulisan asli (saksi langsung) dan sama dengan tulisan yang ditulis langsung oleh penulisnya. Hal ini telah menjadi kebiasaan yang lumrah pada masa itu.

Untuk kitab-kitab Perjanjian Lama (PL), kita banyak bergantung pada Teks Masoret yang mulai ditulis pada Abad ke-5 M. Dalam membuat salinan kitab-kitab PL, orang-orang Masoret sangat berhatihati. Mereka menghitung jumlah huruf setiap salinan agar sama dengan aslinya. Ketika terjadi kesalahan pada salinannya, mereka membakar salinan tersebut. Mereka juga menambahkan huruf-huruf vokal agar dapat dibaca oleh orang Ibrani masa itu - yang bahasa utamanya adalah bahasa Yunani dan Aram. Karena banyak pula orang Ibrani yang sudah tidak dapat membaca tulisan Ibrani kuno yang tidak memiliki huruf vokal. Selain Teks Masoret, kita juga memiliki Teks Pentateukh Samaria, dan Septuaginta.

Sedangkan untuk kitab-kitab Perjanjian Baru (PB), kita bergantung pada kodeks-kodeks (buku kuno

yang terdiri dari kumpulan halaman yang dilipat dan dijilid) Yunani dengan naskah lengkap seperti, Kodeks Sinaitikus (abad 4 M), Vatikanus (abad 4 M), Aleksandria (abad 5 M), dan Beza (abad 5 M). Selain kodeks-kodeks tersebut, Teks Septuaginta pun memiliki tulisan-tulisan PB. Kodeks-kodeks ini pun adalah kumpulan tulisan asli para penulis yang telah disalin ulang dan disusun menjadi sebuah kesatuan.

Semua salinan kuno ini - baik PB maupun PLdibandingkan dan dipelajari dengan saksama oleh para ahli. Menurut pembicara jika tulisan dalam Teks Masoret kurang jelas, para ahli akan melihat teks lain untuk mencari sebuah perbandingan atau keterangan lainnya. Begitupun dengan PB, para ahli akan membandingkan semua kodeks yang ada. Dari proses ini terciptalah Teks Edisi Kritis dari masingmasing bagian, baik PL maupun PB. Teks Edisi Kritis inilah yang menjadi dasar penerjemahan Alkitab Modern di seluruh dunia - begitupun dengan Alkitab Indonesia.

Ketika ada oknum-oknum yang hanya memakai Teks Masoret saja atau satu Kodeks Yunani saja (biasanya adalah Kodeks Bizantin) untuk dibandingkan dengan Alkitab terbitan LAI,

mereka akan menemukan perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah yang sering dijadikan alasan untuk menyalahkan atau mempertanyakan keabsahan Alkitab terjemahan LAI. Mereka lupa bahwa ada salinan lain yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Belum lagi ketika ada kitab-kitab baru yang ditemukan, seperti “Gulungan-Gulungan Qumran” yang ditemukan pada 1948 jauh setelah Teks Edisi Kritis dibuat.

Jadi masih samakah Alkitab yang kita miliki dengan teks aslinya? Tentu saja masih sama. Hanya saja tidak seratus persen Masoret maupun seratus persen Kodeks Bezantin. Penambahan dan pengurangan informasi atau penjelasan dari semua teks yang kita miliki tidaklah merubah peristiwa yang telah dicatat dalam teks-teks ini, melainkan saling melengkapi dan saling menyempurnakan.

Penulis : Eliezer Kristian Firmano Editor: Ribka Giyati Wijaya

TEMBOK BAHASA DALAM PENGABARAN INJIL

(Seminar “Tantangan Dalam Penerjemahan Alkitab” Bagian 2)

Pelaksanaan Amanat Agung tidak boleh terpisah dari penerjemahan Alkitab, karena salah satu bagian dari Amanat Agung adalah mengajarkan apa yang telah diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya. Ajaran-ajaran ini ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani, bahasa yang hanya dimengerti oleh sebagian kecil orang di dunia. Agar dapat menjangkau segala bangsa tentunya diperlukan penerjemahan Alkitab ini ke dalam bahasa-bahasa lain.

Perbedaan bahasa ini dimulai dari peristiwa Menara Babel (Kej. 11), ketika manusia berusaha membangun menara yang puncaknya sampai ke langit. Masalahnya bukan pada menara itu, tetapi pada motivasi mereka yang menentang rencana Allah agar manusia tersebar dan memenuhi seluruh bumi. Allah kemudian mengacaukan bahasa mereka agar mereka tersebar. Allah menciptakan berbagai bahasa yang menyebabkan manusia terbagi menjadi banyak bangsa dan bahasa.

Peristiwa ini kontras dengan kejadian Pentakosta ketika para rasul dan orang-orang percaya di Yerusalem dipenuhi Roh Kudus dan mulai berbicara

dalam bahasa-bahasa asing (Kis. 2). Allah tidak mengembalikan manusia pada satu bahasa, tetapi menggunakan berbagai bahasa untuk menyampaikan karya besar-Nya dalam Injil Yesus Kristus. Sejak semula Allah memaksudkan gerejaNya untuk segala bangsa, bukan hanya untuk Israel. Pada masa awal gereja, Allah memberikan karunia bahasa lidah untuk mengatasi hambatan bahasa antara bangsa-bangsa non-Yahudi agar bangsabangsa tersebut menjadi bagian dari gereja Allah.

Setelah Firman Allah selesai dicatat dalam bentuk Alkitab, Allah tidak lagi menggunakan bahasa lidah untuk mengatasi hambatan bahasa yang ada. Ia menggunakan Alkitab dan terjemahannya dalam bahasa bangsa-bangsa lain untuk menjangkau mereka. Penerjemahan kitab-kitab Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani ke Aram atau Yunani (Septuaginta) adalah langkah awal Allah untuk melaksanakan rencana-Nya, karena bahasa tersebut lebih umum digunakan di wilayah gereja mula-mula.

Proses penerjemahan Alkitab yang akurat sangatlah penting. Demi memperkenalkan Kristus, kita tidak dapat bergantung pada otoritas manusia,

melainkan pada otoritas Allah. Otoritas Allah itu terwujud dalam Firman-Nya. Kepercayaan diri kita dalam memberitakan Injil Kristus dengan penuh otoritas sangat bergantung pada keyakinan terhadap hasil penerjemahan Firman Allah yang tepat dan akurat seperti teks aslinya. Selain itu, proses ini tentunya penuh dengan tantangan, mengingat perbedaan struktur kata, kekayaan kosakata, dan frasa dalam setiap bahasa. Dikarenakan semuanya itu, penerjemahan tidak mungkin dilakukan kata per kata tetapi di sisi lain juga penerjemahan harus setia pada teks aslinya.

Dr. Mark Tatlock - pembicara sesi kedua dalam seminar “Tantangan Dalam Penerjemahan Alkitab” - menjelaskan bahwa untuk menjaga keautentikan Alkitab, Martin Luther menerjemahkan Alkitab langsung dari bahasa Ibrani dan Yunani. John Calvin dan Theodore Beza mengikuti langkah ini dengan menambahkan penjelasan sesuai konteks bahasa dan pengertian waktu itu. Mereka berusaha tetap setia pada teks asli sambil menyampaikan tujuan Firman Tuhan dengan akurat. Alkitab terjemahan mereka dikenal sebagai Alkitab Studi Jenewa.

Dengan semangat yang sama, Lembaga Literatur Baptis bekerja sama dengan Lembaga Alkitab Indonesia untuk menerbitkan Alkitab Studi MacArthur yang setia pada teks dan memiliki penjelasan yang akurat. Alkitab Studi ini menggunakan Alkitab Terjemahan Baru 2 untuk ayat-ayatnya dan diberikan penjelasan yang diterjemahkan dari MacArthur Study Bible. Terjemahan yang akurat dan penjelasan yang tepat akan membuat Firman Tuhan dimengerti dengan lebih jelas oleh berbagai suku bangsa. Sejarah mencatat bahwa pengabaran Injil berkembang pesat saat Alkitab berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lokal. Pelayanan William Carey di India adalah salah satu contohnya. Banyak orang India datang kepada Kristus bukan karena mendengar khotbahnya, melainkan karena membaca Alkitab yang diterjemahkan. Kisah ini menjadi bukti, pentingnya untuk mengatasi hambatan bahasa yang membatasi suku-suku bangsa dari Injil Tuhan. Gereja perlu terus mengusahakan dan mendukung penerjemahan

Liputan Khusus

Mobilisasi Gereja-Gereja Baptis di BPD DKI Jaya Banten

“SEMANGAT BARU DALAM MISI PENGINJILAN”

Pernahkah terlintas dalam pikiran Anda seberapa besar pengaruh gereja dalam mengubah dunia? Jawabannya terletak pada seberapa aktif gereja dalam bermisi untuk menjangkau lebih banyak jiwa bagi kemulian Tuhan. Semakin banyak orang yang menerima Injil semakin banyak gereja yang hidup berdasarkan ajaran Firman Tuhan. Dengan demikian semakin besar juga pengaruh gereja untuk mengubah dunia.

Gereja-gereja Baptis di bawah naungan Badan Pengurus Daerah (BPD) DKI Jaya Banten kini semakin serius dalam menjalankan misi penginjilan (PI). Langkah ini terlihat dari pelaksanaan “Retreat Workshop Buku Delapan Langkah Misi yang Berkelanjutan” yang diadakan dari 30 September –2 Oktober 2024, di Hotel Aviary, Bintaro, Tangerang Selatan. Dihadiri 41 peserta dari 18 gereja di wilayah DKI Jaya Banten, termasuk para gembala sidang, hamba Tuhan, dan jemaat. Para peserta dilatih untuk memahami dan menerapkan langkah-langkah misi yang lebih efektif dan berkesinambungan.

Acara yang berlangsung selama tiga hari ini bertujuan untuk memotivasi dan memperlengkapi gereja-gereja Baptis dalam memberitakan Injil secara efektif dan berkelanjutan. Ini sangat mendesak untuk dilakukan di tengah tantangan era globalisasi yang semakin kompleks.

Pada era modern ini, gereja-gereja dihadapkan kepada berbagai tantangan baru, mulai dari apatisme spiritual hingga perubahan gaya hidup yang semakin individualistis. Ditambah lagi, arus informasi yang begitu cepat sering kali membuat jemaat teralihkan dari misi utama penginjilan. Hal ini disoroti oleh para pemimpin gereja Baptis yang hadir dalam acara tersebut. Menurut Ketua Seksi Penginjilan (PI) BPD DKI Jaya Banten, Pdt. Suryawan Surna, “Mereka mengajarkan bahwa gereja-gereja Tuhan harus memobilisasi seluruh bagian yang ada di gereja untuk memberitakan Injil dan merintis gereja baru, yang mana utusan-utusan Injilnya berasal dari gereja-gereja lokal itu sendiri.”

Melalui gagasan itu para ketua seksi PI merasa perlu membawa pengajaran itu kepada BPD masing-

masing. Dalam hal ini, gereja perlu beradaptasi, tidak hanya dalam hal pengajaran, tetapi juga dalam metode penginjilan dan pemuridan, sehingga jemaat bisa lebih efektif dalam menyampaikan Injil dan melayani sesama.

Acara pelatihan ini didasarkan pada panduan yang diambil dari buku “Delapan Langkah Misi yang Berkelanjutan” karya Hal Cunnyngham dan Amanda Dimperio Davis. Buku ini memberikan arahan alkitabiah yang sangat relevan bagi gereja-gereja lokal untuk bekerja sama memperluas pengaruh Injil. Dari acara ini diharapkan para gembala sidang dan hamba Tuhan lainnya disegarkan kembali akan pentingnya semangat untuk terus melakukan pengabaran Injil. Hasilnya para gembala sidang dapat menularkan semangat ini dengan memobilisasi jemaat dan setiap bagian gerejanya untuk ikut serta secara aktif dalam pekerjaan misi secara mandiri maupun bersama-sama sebagai mitra dengan gereja lainnya.

Selain pelatihan, acara ini juga menjadi kesempatan berdiskusi bagi para peserta untuk

merumuskan strategi penginjilan bersama di tingkat regional. Salah satu inisiatif yang dibahas adalah pembentukan sekretariat bersama untuk mengoordinasikan pengutusan utusan Injil antar gereja di BPD DKI Jaya Banten. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap gereja, baik besar maupun kecil, dapat berpartisipasi dalam pengabaran Injil, meskipun mungkin tidak semua memiliki sumber daya untuk melakukannya secara mandiri.

Ketika diwawancara, Steven Arely, Asisten Gembala Gereja Baptis Pertama Bandung, sebagai salah satu fasilitator menyampaikan bahwa salah satu kunci sukses penginjilan adalah khotbah yang alkitabiah. “Khotbah yang berdasarkan Alkitab akan selalu berhubungan dengan pengabaran Injil. Oleh karena itu, gereja-gereja harus memastikan bahwa pengajaran yang disampaikan tetap berpusat pada Firman Tuhan dan misinya untuk menjangkau jiwajiwa,” jelasnya.

Antusiasme para peserta terhadap acara ini sangat terasa. Yohanes Tan, salah satu jemaat yang hadir menyatakan bahwa acara ini memberikan wawasan baru baginya dalam penjangkauan lintas budaya. “Acaranya sangat menarik, menjadi bekal pribadi untuk menjangkau orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Saya berharap acara seperti ini bisa diadakan lebih luas lagi agar lebih banyak gereja Baptis bisa terlibat,” ungkapnya.

Sementara itu, Pdt. Agus Panrimo dari Kebayoran menyampaikan bahwa pelatihan ini memberikan langkah-langkah praktis yang bisa langsung diterapkan dalam misi lintas budaya. “Ada delapan langkah bermisi yang tidak hanya teori, tapi juga praktik. Kami di Kebayoran berusaha mengembangkan misi lintas budaya di daerah yang belum terjangkau. Saya berharap buku ini bisa terus diajarkan di gereja-gereja lain,” ujarnya.

Salah satu tujuan utama dari pelatihan ini adalah memperkuat kemitraan antar gereja. Retno Kusuma Astuti dari Gereja Golden Boulevard BSD

pelayanan penginjilan. “Acara ini sangat bagus karena mengajarkan kita untuk membina kemitraan antar gereja, baik yang besar maupun kecil, untuk melanjutkan pelayanan penginjilan di Indonesia. Saya berharap setelah acara ini selesai, kemitraan antar gereja dapat terus berlanjut untuk membantu perintisan gereja-gereja baru yang membutuhkan dukungan,” katanya.

Selain itu, Lambok Simanungkalit dari Sekolah Tinggi Teologi Baptis Jakarta (STTBJ) juga berharap agar materi pelatihan ini bisa dibagikan ke lebih banyak jemaat di gereja-gereja. “Ada langkahlangkah yang jelas dalam pengabaran Injil, dan saya berharap semua jemaat bisa terlibat secara bersamasama dalam misi ini. Saya mengajak umat Baptis untuk terus bersemangat dalam melaksanakan pengabaran Injil,” tuturnya.

Dengan berakhirnya pelatihan ini, para peserta pulang dengan semangat baru untuk melaksanakan misi penginjilan di gereja masing-masing. Harapannya, melalui inisiatif seperti pembentukan sekretariat bersama dan pengutusan utusan Injil, gereja-gereja Baptis di BPD DKI Jaya Banten dapat bekerja sama lebih erat, memperluas jangkauan pelayanannya, dan menjadi agen perubahan yang signifikan dalam masyarakat.

Para peserta setuju bahwa kerja sama yang kuat antar gereja diperlukan untuk memastikan bahwa penginjilan dapat terus berjalan dengan baik, tidak hanya di wilayah lokal tetapi juga di daerah-daerah yang lebih luas. Mereka percaya bahwa gerejagereja di Indonesia memiliki potensi untuk lebih berkembang dan berpengaruh dalam penyebaran Injil dibandingkan dengan gereja-gereja di negara lain.

Penulis: Eliezer Kristian Firmano Editor: Juniati Tasik Lola

Sumber: https://freepik.com

Mengenal, Mencegah dan Menolong Orang Stroke:

Panduan Kesehatan dalam

Perspektif Iman Kristen

*)dr. Novian Wibowo Sp.N, FMIN, FNK.

Stroke adalah salah satu penyebab kematian dan kecacatan terbesar di dunia. Di Indonesia, penyakit ini kerap menyerang secara mendadak. Namun stroke sebenarnya bisa dicegah jika kita memahami gejalanya dan menjalankan gaya hidup sehat. Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu stroke, faktor risiko yang memicunya, cara pencegahan, dan bagaimana kita sebagai orang percaya dapat merespons tantangan kesehatan ini dengan bijaksana dalam terang iman Kristen.

Apa Itu Stroke?

Stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu, baik karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Otak membutuhkan suplai darah yang terus-menerus untuk membawa oksigen dan nutrisi. Ketika suplai darah terhenti, sel-sel otak mulai mati hanya dalam hitungan menit, menimbulkan kerusakan yang bisa mengakibatkan gangguan pada kemampuan bicara, gerak, memori, bahkan kematian.

Dua Jenis Utama Stroke

Ada dua jenis utama stroke, yaitu:

1. Stroke Iskemik – Penyebab paling umum (sekitar 85% kasus stroke), disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah akibat gumpalan darah atau penumpukan plak.

2. Stroke Hemoragik – Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak yang menyebabkan pendarahan. Ini sering kali dikaitkan dengan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

Gejala Stroke: Kenali Sebelum Terlambat

Mengetahui gejala stroke dapat menyelamatkan nyawa. Beberapa gejala utama yang sering muncul mendadak meliputi:

• Kelemahan mendadak di satu sisi tubuh, terutama di wajah, lengan, atau kaki.

• Kesulitan bicara atau memahami percakapan.

• Penglihatan kabur atau hilang di salah satu mata, penglihatan dobel yang mendadak.

• Kehilangan keseimbangan, pusing berputar atau koordinasi secara tiba-tiba.

• Sakit kepala yang parah tanpa sebab yang jelas, bisa disertai mual, muntah.

• Penurunan kesadaran mendadak, bisa disertai penderita ngorok.

Kunci untuk menangani stroke adalah segera mencari pertolongan medis. Jika Anda melihat seseorang menunjukkan gejala-gejala di atas, segera bawa ke rumah sakit terdekat atau hubungi layanan darurat. Waktu merupakan faktor utama. Penanganan yang cepat dapat membatasi kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan.

Faktor Risiko: Apa yang Memicu Stroke?

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Sebagian dari faktor ini dapat kita kendalikan, sementara yang lain perlu dikelola dengan baik. Berikut adalah beberapa faktor utama dengan risiko utamanya masing-masing:

1. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) – Inilah faktor risiko terbesar untuk stroke, terutama stroke hemoragik. Tekanan darah yang tinggi dapat melemahkan pembuluh darah di otak dan

Sumber: canva.com

memicu pecahnya pembuluh darah.

2. Merokok – Zat-zat berbahaya dalam rokok dapat merusak dinding pembuluh darah serta meningkatkan risiko pembentukan plak dan penggumpalan darah.

3. Kolesterol Tinggi – Kolesterol berlebih dalam darah dapat menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah, sehingga mempersempit aliran darah ke otak.

4. Diabetes – Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko stroke.

5. Kurang Aktivitas Fisik – Gaya hidup yang kurang aktif dapat menyebabkan obesitas, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi. Semuanya itu berkontribusi pada risiko stroke

6. Penyakit Jantung – Penyakit seperti atrial fibrillation (gangguan irama jantung) dapat menyebabkan gumpalan darah yang bisa bergerak ke otak dan menyebabkan stroke

Pencegahan Stroke: Tindakan Nyata untuk Hidup Sehat

Meskipun stroke adalah kondisi yang serius, banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang direkomendasikan:

1. Menjaga Tekanan Darah – Kontrol tekanan darah Anda secara teratur. Jika Anda memiliki hipertensi, patuhi rekomendasi dokter untuk

mengendalikan tekanan darah melalui diet rendah garam, olahraga, dan obat-obatan jika diperlukan.

2. Hindari Rokok dan Alkohol Berlebihan –Berhenti merokok secara signifikan mengurangi risiko stroke, begitu pula membatasi konsumsi alkohol.

3. Pola Makan Sehat – Diet yang kaya buahbuahan, sayuran, gandum utuh, dan rendah lemak jenuh dapat membantu menjaga berat badan, kadar kolesterol, dan tekanan darah tetap dalam batas normal.

4. Aktivitas Fisik Teratur – Berolahraga minimal 30 menit setiap hari membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah serta menurunkan risiko stroke.

5. Mengelola Stres – Stres kronis dapat mempengaruhi tekanan darah dan kesehatan jantung. Praktikkan teknik relaksasi seperti doa, meditasi, atau berjalan-jalan di alam untuk menenangkan pikiran.

6. Cek Kesehatan Rutin – Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama jika Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi.

Pandangan Iman: Merespons Stroke dengan Pengharapan dalam Tuhan

Sebagai orang Kristen, kesehatan adalah anugerah Tuhan yang harus kita syukuri dan pelihara. Dalam 1 Korintus 6:19-20, Paulus mengingatkan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus, yang seharusnya kita jaga dan rawat. Kesehatan bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga cara kita menghormati Tuhan melalui kehidupan yang sehat.

Namun, ketika penyakit seperti stroke menyerang, kita juga diingatkan akan kasih Tuhan yang selalu hadir. Di tengah penderitaan, kita dapat menemukan pengharapan melalui doa, dukungan komunitas gereja, dan kasih Tuhan yang tak pernah meninggalkan kita. Mazmur 46:2 menguatkan bahwa “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan yang sangat terbukti.”

Pertolongan Pertama

Jika ada keluarga atau teman yang menunjukkan gejala stroke, pertolongan pertama yang cepat sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerusakan otak. Sebagai orang Kristen, kita juga dipanggil untuk bertindak dengan kasih dan kepedulian. Berikut langkah-langkah pertolongan pertama:

1. Kenali Gejala Stroke: Lihat apakah orang tersebut mengalami kelemahan tiba-tiba di

wajah, lengan, atau kaki, sulit bicara, penglihatan kabur, atau sakit kepala hebat. Ingat singkatan FAST: Face (wajah terkulai), Arms (lemah satu sisi tubuh), Speech (bicara tidak jelas), dan Time (segera bertindak).

2. Hubungi Bantuan Medis: Segera panggil layanan darurat atau bawa ke rumah sakit terdekat. Waktu adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa.

3. Jaga Posisi Nyaman: Baringkan orang tersebut dengan kepala sedikit ditinggikan dan pastikan saluran napasnya tetap terbuka.

4. Berdoa dan Berikan Dukungan: Sambil menunggu bantuan medis, berdoa bagi kesembuhan dan kekuatan bagi mereka yang terkena stroke, serta berikan ketenangan melalui kehadiran Anda.

5. Mengambil tindakan cepat adalah bentuk kasih kita sebagai orang percaya, yang mencerminkan kepedulian terhadap sesama dalam keadaan darurat.

Kesimpulan: Hidup Sehat dan Berpengharapan dalam Tuhan

Stroke adalah penyakit yang mematikan. Namun dengan kesadaran, perubahan gaya hidup, dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, kita dapat mengurangi risiko dan menjalani hidup yang lebih sehat. Pencegahan stroke bukan hanya tentang menghindari penyakit, tetapi juga cara kita menghidupi mandat Alkitab untuk merawat tubuh sebagai anugerah dari Tuhan.

Di tengah segala upaya kita untuk menjaga kesehatan, ingatlah selalu bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan kita. Baik dalam pencegahan maupun pemulihan dari penyakit, kita dapat bersandar pada-Nya, yang memegang setiap detik hidup kita di dalam tangan-Nya. Semoga artikel ini menjadi berkat dan pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga kesehatan dan hidup dalam pengharapan kepada Tuhan yang setia.

Artikel ini merupakan hasil kerja sama antar LLB dengan Rumah Sakit Baptis Kediri

Editor: Fajar Supriono

Gedung RS Baptis Kediri

Nyanyi dan Bersoraklah bagi Tuhan!

(Penulisan Kembali Nyanyian Pujian)

Satu dekade yang lalu, ketika ditanyakan kepada umat Baptis mengenai ciri dari umat Baptis, jawaban yang sering mengemuka adalah “Buku Merah” atau yang kita kenal sebagai buku Nyanyian Pujian (NP). Seperti yang kita tahu, NP adalah buku himne yang dipakai di gereja-gereja Baptis. Dari segi notasi dan melodi tidak ada perbedaan dengan buku himne lainnya, akan tetapi dari segi terjemahan atau lirik, NP memiliki ciri khas tersendiri.

Buku NP sesungguhnya produk terakhir dari proses berpuluh-puluh tahun pembuatan buku puji-pujian. Produk pertama yang dihasilkan oleh Lembaga Literatur Baptis (LLB) adalah “Nyanyian Pengharapan” pada 1958. Tak lama setelah itu, LLB memulai suatu upaya untuk memperbaiki dan memperbesarnya. Upaya ini memakan waktu hampir 15 tahun untuk menghasilkan produk buku puji-pujian yang kedua. Hasil kedua ini diberi nama, “Pujian Hidup Baru”, diterbitkan pada 1977. Lima tahun kemudian (1982) barulah terbit cetakan pertama dari “Buku Merah” yang kita kenal dengan “Nyanyian Pujian” sebagai produk akhir dari seri buku puji-pujian.

Penerbit dan para penyusun buku ini ingin agar jemaat dapat menyanyikan pujian-pujian yang ada di dalamnya dengan sungguh-sungguh dan yakin bahwa isinya sesuai dengan Firman Tuhan. Hal ini terungkap dalam prakata pada halaman awal dari buku NP itu sendiri. Pemilihan kata dalam proses penerjemahannya disesuaikan dengan asas keyakinan Baptis dan berdasarkan Firman Tuhan. Pujian yang sejalan dengan asas kepercayaan Baptis inilah yang menjadikan buku NP berbeda dari buku himne lainnya. Liriknya bukan hanya sekadar diterjemahkan, akan tetapi diselaraskan dengan kebenaran Firman Tuhan yang dipercaya oleh umat Baptis. Lirik-liriknya banyak mengandung pengajaran teologi dan dikutip dari ayat-ayat Alkitab itu sendiri. Buku NP diharapkan dapat menolong jemaat untuk tetap dalam pengajaran yang alkitabiah selagi memuji Tuhan.

Sebuah buku yang berumur 42 tahun tentu memerlukan suatu penyegaran agar tidak tertelan oleh perkembangan zaman. Karena itu, pada 2022 lalu, LLB memutuskan untuk memperbarui dan melakukan pengetikan ulang buku NP. Dalam perjalanannya, buku ini telah mengalami perbaikan dari segi ejaan dan penulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan masa kini. Selain itu, LLB melakukan pengetikan ulang dikarenakan tidak ada file atau soft copy-nya. Pada awalnya, buku NP dibuat oleh para utusan Injil dengan cara diketik manual lalu diperbanyak dengan cara difotokopi, sehingga yang

kita miliki sekarang hanyalah hard copy-nya saja. Demi memiliki file soft copy, LLB perlu melakukan pengetikan ulang halaman demi halaman, dan menyusun setiap partitur dengan saksama.

Penulisan dan penyusunan kembali buku NP meliputi pengetikan ulang syairnya satu per satu, penyusunan not, dan sampai perbaikan pada catatan kaki. Proses ini telah memakan waktu sekitar dua tahun dan melibatkan 29 orang, yang terdiri dari: Satu orang pimpinan proyek, dua orang yang mengetik ulang, dua orang desainer, lima orang editor, dan 19 orang proofreader (orang yang memeriksa dan memastikan tidak ada kesalahan pada sebuah naskah sebelum diterbitkan). Begitu banyak waktu yang dicurahkan dan orang yang terlibat adalah bukti komitmen LLB untuk memastikan buku hasil penulisan ulang ini akan sama baiknya dengan buku aslinya, bahkan diharapkan dapat lebih baik.

Ada beberapa hal yang menarik dan menjadi tantangan tersendiri dalam proyek ini. Contohnya pada NP. No. 338 ada satu kata yang saking tuanya (sudah tidak dipakai dalam percakapan masa kini) sehingga menimbulkan kebingungan, yaitu kata “terbabar”. Jika tidak ada mesin pencari seperti Google, sangatlah pasti kata ini tidak akan dimengerti oleh generasi sekarang. Bahkan dalam Alkitab elektronik yang memiliki fitur buku pujian “Nyanyian Pujian”, kata ini telah diganti (secara sepihak) dengan arti yang jauh dari makna aslinya. Tentu untuk menemukan padanan katanya, para editor harus mencari kata yang dapat diterima pada masa kini dan memiliki jumlah suku kata yang sama sehingga selaras dengan notasinya.

Penyusunan partitur menggunakan komputer juga tidaklah mudah. Dalam sebuah partitur kita sering menjumpai tanda-tanda birama atau tandatanda dinamika, seperti accelerando, a tempo, atau cresendo, forte, dsb. Dalam penulisan menggunakan komputer, tanda-tanda ini sangat sulit ditempatkan dan ukurannya pun harus sesuai, karena jika terlalu besar akan mengubah susunan kata dan notasi di bawahnya.

Kesamaan akan jumlah halaman juga merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan, karena buku “Nyanyian Pujian” sudah begitu melekat pada umat Baptis. Banyak yang sudah sangat terbiasa membaca buku ini dengan susunan yang sudah ada. Perubahan jumlah halaman akan membuat kecanggungan pada pembaca. Diperlukan ketelitian dan banyak penyesuaian agar jumlah halaman dari penulisan manual dan penulisan komputer memiliki jumlah yang sama. Ini tentulah bukan hal yang mudah.

Buku “Nyanyian Pujian” yang baru telah memasuki tahap akhir dalam penyusunannya. Ada beberapa hal yang masih harus disesuaikan karena keterbatasan penulisan dalam aplikasi yang dipakai dan dalam penulisan tanda-tanda birama pada buku ini. Pemeriksaan ulang notasi angka yang ada terhadap notasi balok juga sedang dilakukan karena dalam cetakan pertama buku “Nyanyian Pujian” pun terdapat kesalahan. Upaya terbaik telah dicurahkan dalam proyek ini agar umat Baptis dapat kembali menikmati “Buku Merah” yang telah menjadi bagian sejarah dari gereja-gereja Baptis Indonesia. Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya! (Mazmur 150:6)

Penulis: Eliezer Kristian Firmano Editor: Fajar Supriono

Penjangkauan Natal melalui Sound of Christmas Liputan Khusus

Merayakan Natal tidak harus di bulan Desember. Itulah yang menjadi kesan dari jemaat GBI Jatinegara, untuk salah satu program yang selalu dilaksanakan setiap tahun, yaitu Sound of Christmas (SOC). Dimulai pada tahun 2007, ketika diawali dengan sebuah kerinduan untuk dapat membuat kegiatan perayaan Natal khusus pemuda, tanpa harus mengganggu rangkaian kegiatan Natal gereja yang padat, seperti Natal Dewasa Senior, Natal Sekolah Minggu, Christmas Carol, Perayaan Natal, Ibadah Natal, Ibadah Tutup Tahun dan Ibadah Tahun Baru. Oleh karena itu SOC selalu diadakan sebelum rangkaian kegiatan Natal, dan selalu memilih di akhir pekan terakhir di bulan November. SOC dianggap sebagai acara pembuka sebelum rangkaian acara Natal di bulan Desember dimulai. Program seperti ini jarang dilakukan oleh gereja-gereja lain, karena sudah cukup sibuk mempersiapkan rangkaian Natal itu sendiri. Tahun 2024 adalah tahun ke-17 dari program Sound of Christmas di Gereja Baptis Indonesia Jatinegara, Jakarta.

Salah satu keuntungan dari program SOC bagi gereja adalah dapat melibatkan kreativitas anakanak muda untuk mendekorasi gereja sebelum memasuki rangkaian Natal, sehingga panitia Natal tidak perlu memikirkan lagi secara detail mengenai dekorasi gereja. Keuntungan lainnya adalah, anakanak muda juga mau terlibat dalam pencarian dana untuk rangkaian kegiatan Natal melalui berjualan di kantin atau merchandise Natal yang hanya dijual di GBI Jatinegara, seperti kaos SOC, aksesoris SOC, dsb.

“Hal yang istimewa dari SOC itu adalah selain ibadah Praise & Worship dengan lagu-lagu Natal, tetapi juga merupakan momen Kebaktian Kebangunan Rohani untuk anak-anak muda,” ujar Ratna Andriani dari GBI Jatinegara kepada Tim SB. Kegiatan ini juga merupakan ajang recruitment bagi anak muda dan remaja yang rindu untuk melayani di kegiatan gereja. Mulai dari penyambut tamu, pengumpul persembahan, sampai pelayan altar, setiap tahun pasti selalu dihiasi beberapa wajah baru. Cara seperti ini pun kerap digunakan sebagai sarana penjangkauan ke dalam bagi anak muda dan remaja yang masih malu-malu agar bisa di-mentoring bersama dengan kakak-kakak mereka yang sudah lebih dahulu terjun di dalam pelayanan.

Bagi gereja, momen untuk menjangkau ke dalam seperti ini adalah hal yang sangat berharga, karena SOC sendiri dapat menjadi ajang untuk regenerasi, ungkap Gusti Adinda Puspita Dewi atau yang akrab disapa Dinda, kepada Tim SB. Dinda sendiri tahun 2024 ini dipercaya untuk menjadi ketua pelaksana dari SOC dan sudah menyiapkan komposisi tim yang terbaik untuk melayani, termasuk kolaborasi pelayanan dengan teman-teman yang baru pertama kali melayani. “Kita pingin melalui SOC ini, anak muda (di gereja) bisa belajar terlibat dalam dunia pelayanan, supaya di tahun-tahun berikutnya mereka bisa lebih aktif di gereja, menjadi atau WL (Worship Leader), atau malah bisa masuk ke dalam perancang,” tambah Dinda.

COMING SOON atau Akan Segera Datang, menjadi ayat tema yang diusung pada SOC tahun 2024 ini. Yesaya 7:14, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel,” menjadi ayat tema dari SOC tahun ini. Karena kalimat COMING SOON ini sering dilihat di bioskop-bioskop, maka tema dan dekorasi SOC dan Natal nanti akan seputar Gala Premiere Film dan Red Carpet Moment. Kebebasan berkreasi seperti ini membuat anak-anak muda dan remaja menjadi lebih terbuka dalam kreativitas, tentunya dengan arahan dan pengawasan oleh Gembala Sidang GBI Jatinegara, Pdt. Sophian Immanuel Hutagalung atau yang akrab disapa Pdt. Oky.

Hal menarik yang kerap dilakukan oleh SOC adalah menggunakan Media Sosial Instagram sebagai landing page mereka dalam menyebarkan informasi seputar acara SOC kepada jemaat GBI Jatinegara maupun kepada publik, sehingga tidak heran jika SOC ini juga kerap kali dihadiri oleh anak-anak muda dari gereja lain. Selain karena menikmati berkat rohani yang didapatkan, mereka juga menantikan penampilan istimewa dari bintang tamu yang sering didatangkan untuk membagikan berkat di SOC. Citra Scholastika, Yeshua Abraham,

Key B, Joka Tatarang, Margareth Siagian, ABODA Music dan Judika Sihotang adalah sederetan nama yang pernah memberikan pujian istimewa dalam acara Sound of Christmas di GBI Jatinegara. Dan pada tahun ini, SOC akan diberkati oleh suara merdu dari Audrey Tapiheru, personil dari GAC (Gamaliel Audrey Cantika) dan juga beberapa penampilan istimewa dari pemuda dan remaja GBI Jatinegara. Hana Gracia yang dipercayakan untuk menjadi Koordinator Sie Acara SOC 2024 juga berkomentar dalam Instagram, ”SOC tahun ini pastinya akan seru banget! Kita punya guest star yang sangat WOW!” Mendatangkan bintang tamu memang bukanlah sebagai tujuan utama SOC, tetapi merupakan bentuk apresiasi atas kerja keras anak-anak muda dalam membuka gerbang rangkaian Natal di gerejanya. Tidak hanya membakar semangat untuk menyambut hari Natal yang dimulai oleh anakanak muda, tetapi kegiatan seperti ini juga dapat membakar gairah sesama anak muda untuk mulai menjangkau ke dalam dan melibatkan teman-teman

Liputan Khusus

Malam Misi Menyambut HUT

Ibarat sekelompok orang yang menjalankan mesin demi terus berputar 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu, begitulah upaya gereja melakukan misi Amanat Agung Tuhan Yesus. Gereja terus mengupayakan estafet pekerjaan dari waktu ke waktu, agar penerapan Amanat Agung tidak terputus.

Namun, laju yang tinggi bisa berdampak pada turunnya animo jemaat. Hal ini akibat terlalu cepatnya perputaran informasi yang diterima panitia atau komisi Pengabaran Injil, sehingga tidak jarang jemaat ketinggalan informasi terbaru. Setelah ketinggalan, keputusan mendukung misi dalam Musyawarah Urusan Gereja (MUG) menjadi kurang solid. Akhirnya, bisa saja jemaat kecewa terhadap prioritas anggaran gereja.

Jadi, dengan semangat menghadirkan informasi misi secara luas kepada seluruh jemaat, Gereja Baptis Indonesia Batu Zaman menyelenggarakan Malam Misi pada 2 November 2024 lalu. Harapannya, jemaat bisa mendengar langsung perkembangan, pertumbuhan dan perintisan gereja dari cabangcabang dan gereja-gereja mitra. Pada kegiatan yang dihelat sejak pukul 16.00 hingga19.00 WIB tersebut, hadir para pemimpin dan wakil jemaat dari gerejagereja cabang dan seorang pemimpin dari salah satu mitra. Mitra yang lain hadir secara daring.

Tantangan Misi

Diberi tajuk “Bersama Mengabarkan Kabar Baik”, kegiatan Malam Misi ini didasarkan pada Kisah Para Rasul 8:4-25. Sebagai pembuka dari tuan rumah, Pdt. Ralph Raymond Latupeirissa menyampaikan pentingnya jemaat mendukung misi. Seperti salah satu slogan misi, “Pray Together, Proclaim Together, Pay Together” (berdoa, menyatakan, dan membiayai bersama), demikian juga Batu Zaman mendukung upaya misi yang dapat dilakukan. Tak lupa, Pdt. Raymond juga kembali mendengungkan “Misi 1-1-1” agar jemaat terus “mendoakan satu orang, menyatakan Injil kepada satu orang, dalam satu tahun.” Dalam jemaat induk, tantangan keluar dari zona nyaman memang harus diatasi dengan semangat yang terus dikobarkan.

Dari cabang Ciparay, Pdm. Abraham Barlian Sigalingging menyampaikan bahwa tantangan utama cabang adalah mencapai gereja yang mandiri. Di hadapan para wakil jemaat cabang Ciparay, gembala bertubuh jangkung itu menyatakan semangat jemaat menuju kemandirian. Tantangan lain seperti kemampuan finansial, diimani akan dicukupkan Tuhan. Pernyataan ini langsung terbukti benar, karena pada akhir acara, 102 hadirin berhasil mengumpulkan persembahan sebesar dua juta lima ratus ribu rupiah yang seluruhnya disalurkan kepada cabang Ciparay untuk digunakan merenovasi pastori.

Sedang dari cabang Ujungberung, Pdt. Paulus Sardjimin menyampaikan tantangan pelengkapan pelayanan. Bukan hal mudah menghadapi minimnya generasi muda di tengah gereja. Puji Tuhan, sudah setahun terakhir ada lebih banyak orang muda yang bergabung dengan gereja ini, mengokohkan kesiapan menjadi gereja mandiri suatu hari kelak. Tidak kurang menantang adalah kesaksian dan presentasi berupa video yang dikirimkan Pdm. Marnix Sairmosa dari GBI Eli Cabang Pengharapan Kisar, Maluku Barat Daya. Mitra terjauh dari Batu Zaman ini sedang menghadapi kebutuhan pembangunan gedung gereja. Puji Tuhan, pengerjaan tahap satu sudah selesai, sehingga jemaat mulai bisa menikmati beribadah dalam gedung gereja yang baru.

Di kawasan Banyumas, Pdm. Yohanes Eko Abdi Saputro yang hadir secara langsung, menyampaikan tantangan penerimaan Injil dari jiwa-jiwa yang mendengar pemberitaan Kabar Baik. Menurut ayah satu putri ini, GBI Golgota BPW Adisana terus memerlukan dukungan doa dari mitra agar lebih banyak jiwa dapat dilayani gereja. Sebab cukup banyak orang yang sudah mendengar Injil, tetapi menolak secara halus untuk hadir beribadah bersama.

Serupa dengan hal itu, Bpk. Dwiyono yang hadir secara daring, menyampaikan tantangan GBI Kalam BPW Tiara, Purwokerto. Mereka berhasil membuka bimbingan belajar untuk anak-anak, sebagai bagian dari upaya menabur Berita Sukacita sejak dini. Namun masih perlu lebih banyak doa untuk menghadirkan lebih banyak jiwa dalam ibadah Minggu.

Sedang dari mitra terdekat Batu Zaman, Lembaga Penerapan Bahasa dan Budaya Sunda (LPPBS), menyampaikan tantangan penerimaan Injil sebagai warisan kolonial. Direktur LPPBS, Bpk. Anton Adrianus Maukar, menyatakan bahwa paradigma tersebut hanyalah salah satu tantangan penginjilan di tanah Sunda. Tetapi bersama Tuhan mereka akan terus melangkah, karena begitu besarnya suku Sunda sebagai ladang tuaian—sebagai suku kedua terbesar di dunia yang belum mendengar Injil, setelah India.

Upaya Jemaat

Walau hujan membayangi kegiatan Malam Misi 2024 dari awal hingga usai, tetapi animo jemaat untuk hadir tetap tinggi. Tidak terkecuali kehadiran para anggota Mokjang atau kelompok penjangkauan jemaat dari Batu Zaman. Dari tiga mokjang yang ada, masing-masing menyampaikan kesaksian mereka sejak dibentuk pada awal 2021.

Bpk. Yan Berman menyampaikan potensi kekuatan doa dan penjangkauan yang dialami dalam mokjang Damai-Sejahtera. Sedang Ibu Jumirah memaparkan dampak peneguhan sesama anggota mokjang Sukacita, manakala menghadapi seluruh anggota keluarga yang berkeyakinan berbeda. Serupa dengan keduanya, Bpk. Sukardjo bersyukur dapat bergabung dalam mokjang Pengharapan, karena dia dan keluarganya merasa lebih siap menjangkau orang sekitar setelah mendoakan orang lain dan diri mereka sendiri.

Kegiatan Malam Misi ini sendiri diadakan sebagai bagian dari HUT Batu Zaman yang ke56. Oleh karena itu, peringatan HUT bukan hanya untuk mensyukuri berkat-berkat Tuhan, melainkan juga sebagai tubuh yang terus mengingat akan kesempatan melaksanakan Amanat Agung-Nya. Soli Deo Gloria!

Penulis: Pdm. Arseindy Jushabana, S.Th. Editor: Trisanti Karolina Napitu

Sumber: https://freepik.com

Bagian 1

DOSA TIDAK AKAN PERNAH MEMBUAT ANDA BAHAGIA

*)John Piper

akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:24). Tiga kata yang sudah tertanam dalam kodrat kedagingan setiap orang Kristen, yaitu: ‘’Kamu…telah…mati‘’ (Kol. 3:3). Dan pengakuan sepenuh hati dari setiap orang percaya adalah: ‘’Aku telah disalibkan dengan Kristus‘’ (Gal. 2:19).

Namun, apa artinya pernyataan di atas? Siapa yang mati ketika saya menjadi seorang Kristen? Jawabannya: “Kedagingan” saya yang mati. “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya“ (Gal. 5:24). Tetapi apa yang dimaksudkan dengan “daging” itu? Bukan kulit saya. Bukan tubuh saya. Bukan, bukan tubuh yang menjadi senjata kebenaran (Rm. 6:13).

“Perbuatan daging” itu antara lain penyembahan berhala, perseteruan, amarah, dan iri hati (Gal. 5:19-21). Semuanya ini adalah bentuk sikap, bukan semata-mata perbuatan asusila dari tubuh.

Apakah Keinginan Daging Itu?

“Perjuangan untuk melenyapkan dosa itu sangat sulit. Kitaa tidak sedang bermain perang-perangan. Taruhannya adalah surga atau neraka.”

Definisi Alkitab yang paling tepat untuk keinginan daging, terdapat dalam Roma 8:7-8: ’’Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka

yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.” Keinginan daging itu adalah manusia lama saya yang terbiasa memberontak terhadap Allah. Dalam daging, saya memusuhi dan menentang Allah. Saya benci memikirkan bahwa saya harus mengakui kalau saya sakit karena dosa. Saya menolak gagasan bahwa kebutuhan terbesar saya adalah seorang Dokter yang Baik, yang akan menyembuhkan saya. Secara daging saya lebih percaya hikmat saya, bukan hikmat Allah. Jadi, apa pun yang saya lakukan dalam daging tidak dapat menyenangkan hati Allah, sebab “tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6).

Daging tidak melakukan apa pun berdasarkan iman. Jadi, “si daging” ini adalah manusia lama saya yang mengandalkan diri sendiri, diri saya yang tanpa iman. Inilah yang mati ketika Allah menyelamatkan saya. Allah mencengkeram pembuluh darah dari hati lama saya, yang keras dan tidak percaya. Ketika hati yang keras itu mati, Allah mengeluarkannya dan memberi saya hati yang baru (Yeh. 36:26).

Apa perbedaan antara hati yang baru ini, yang hidup, dan hati yang lama yang mati itu?

Jawabannya terdapat dalam Galatia 2:19b-20: ‘’ Aku telah disalibkan dengan Kristus…Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Hati yang lama, yang telah mati itu, menaruh keyakinan pada dirinya sendiri; hati yang baru menaruh pengharapan kepada Kristus setiap hari.

Melawan Dosa dengan Menaruh Kepercayaan pada Yesus

Bagaimana orang-orang yang sudah mati bisa memerangi dosa? Mereka melawannya dengan percaya kepada Anak Allah. Mereka mematikan dusta Iblis. Dusta itu seperti ini: Anda lebih berbahagia jika Anda memercayai gagasan Anda sendiri bagaimana membuat Anda bahagia daripada memercayai nasihat dan janji Kristus. Orang Kristen harus sudah mati atas segala dusta itu. Cara mereka melawan Iblis haruslah dengan memercayai petunjuk dan janji Kristus yang lebih baik daripada Iblis. Cara melawan dosa ini disebut dengan “iman yang benar” (1Tim. 6:12; 2Tim. 4:7). Kemenangan atas perlawanan ini disebut “pekerjaan imanmu“ (1Tes. 1:3; 2Tes. 1:11).

Dalam peperangan ini orang Kristen “menjadi orangorang kudus oleh iman“ (Kis. 26:18).

“Kuasa dari segala pencobaan adalah memberikan Anda harapan bahwa jika Anda mengikutinya, akan membuat Anda lebih bahagia. Tetapi dosa tidak akan pernah membuat Anda lebih bahagia“.

Marilah kita merenungkan tentang peperangan iman ini. Ini bukan seperti bermain perang-perangan dengan peluru karet. Kekekalanlah yang menjadi taruhannya. Roma 8:13 menjadi ayat kuncinya:

“Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.“ Ayat ini ditulis untuk orang-orang yang mengaku sebagai Kristen, dan poinnya adalah kehidupan kekal kita bergantung kepada perlawanan kita atas dosa. Itu bukan berarti bahwa kita akan memiliki hidup kekal dengan mematikan dosa. Tetapi kita melawannya oleh Roh untuk kemuliaan-Nya, bukan untuk kemuliaan kita.

Demikian juga Roma 8:13 menegaskan bahwa kita tidak perlu melawannya dengan hati yang bimbang dan tidak menentu untuk berkemenangan. Sebaliknya kita melawannya dengan yakin bahwa “Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kita akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus“ (Flp. 1:6). Demikian juga Roma 8:13 menegaskan bahwa kita sesungguhnya harus menang atas dosa. Rasul Paulus tidak menganggap dirinya telah menjadi sempurna: “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Flp. 3:12).

Allah Menuntut Perlawanan

Tuntutan dalam Roma 8:13 bukanlah ketidakberdosaan. Tetapi perlawanan gigih atas dosa. Inilah yang terpenting dalam kehidupan Kristen. Sebaliknya kita belum menyalibkan kedagingan kita. Dan jika kedagingan kita belum disalibkan, kita ini bukan milik Kristus (Gal. 5:24). Tuntutan peperangan ini sangatlah besar. Kita ini bukan sedang bermain perang-perangan sebab tujuannya adalah surga atau neraka. Jadi, bagaimana orang yang mati dapat “mematikan kodrat dosa dari tubuh kita ini?” Ya, “dengan iman“. Tetapi bagaimana maksudnya itu? Bagaimana Anda melawan dosa dengan iman?

Misalkan saya dicobai untuk berbuat asusila. Beberapa gambar porno muncul di pikiran saya dan seperti memberi isyarat agar saya mengikutinya. Cara dari godaan ini mendapatkan kekuatannya, yaitu dengan membujuk saya untuk meyakini

bahwa saya akan lebih bahagia jika menurutinya. Kuasa dari segala pencobaan adalah memberikan Anda harapan bahwa jika Anda mengikutinya, akan membuat Anda lebih bahagia. Tidak ada seorang pun yang berdosa karena rasa tanggung jawab ketika apa yang benar-benar diinginkannya adalah melakukan hal yang benar.

“Iman bukan sekadar memercayai bahwa Yesus mati untuk menebus dosa kita, tetapi juga memercayai bahwa Ia sangat jauh lebih baik dari dosa.”

Jadi apa yang harus saya perbuat? Sebagian orang akan berkata, “Ingatlah akan perintah Allah agar kita hidup kudus (1Ptr. 1:16) dan latihlah keinginan Anda untuk senantiasa taat karena Dia Allah.“ Tetapi ada hal penting yang tidak disebutkan dalam nasihat ini, yaitu iman. Banyak orang yang bergumul untuk peningkatan secara moral tidak dapat berkata, “Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman“ (Gal. 2:20. Banyak orang juga yang berusaha untuk mengasihi tetapi tidak menyadari bahwa “iman itu harus bekerja oleh kasih“ (Gal. 5:6). Perjuangan melawan hawa nafsu (atau ketamakan atau rasa takut atau godaan lainnya) merupakan perjuangan iman. Jika tidak, hasilnya hanyalah legalisme, yaitu ketaatan pada hukum semata.

John Piper (@JohnPiper) adalah pendiri dan pengajar desiringGod.org juga kanselir Bethlehem College & Seminary. Selama 33 tahun, ia melayani sebagai gembala sidang di Bethlehem Baptist Church, Minneapolis, Minnesota. Dia menulis lebih dari 50 buku, termasuk Desiring God: Meditations of a Christian dan yang terbaru adalah Foundations for Lifelong Learning: Education in Serious Joy.

Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara LLB dengan Desiring God International

Penerjemah: Deni Yusuf

Editor: Trisanti Karolina Napitu

Artikel

KARANG DAN OMBAK - SIL 2025 -

Batu pemecah ombak atau breaker rock adalah penemuan penting dalam sejarah manusia. Fungsinya selain menolong manusia untuk melindungi daratan dari pengikisan yang disebabkan oleh ombak, juga dapat memecah gelombang besar menjadi gelombang kecil sehingga daya

geraknya berkurang sebelum mencapai pantai. Dengan demikian, ombak tidak lagi mempunyai kekuatan yang cukup untuk menggerus pantai atau daratan. Batu pemecah ombak juga sering dipakai di pelabuhan untuk menjaga kedalaman dan ketenangan air, sehingga perahu-perahu dapat

bersandar dengan lebih tenang dan tidak terganggu oleh dorongan ombak.

Ada dua jenis batu pemecah ombak, yaitu batu karang alami yang terbentuk di sepanjang pantai atau berada di tengah laut dan batu yang diletakkan di sepanjang pantai hingga membentuk sebuah dinding. Tinggi dinding pemecah ombak ini sangat beragam, mulai dari yang terendah kurang lebih empat meter hingga belasan meter di atas permukaan laut.

Pada 1970, Desa Fundai di Jepang membangun dinding seperti ini dengan ketinggian 15,5 meter. Banyak penduduk yang mempertanyakan dan mencemooh keputusan wali kota mereka mengenai pembangunan ini. Para penduduk merasa tidak perlu dinding setinggi itu. Mereka merasa pembangunan ini hanya pemborosan waktu dan sumber daya. Akan tetapi pada 2011, semua warga desa ini mengucapkan terima kasih kepada Walikota Kotaku Wamura yang tetap gigih membangun dinding ini walaupun ditentang oleh banyak orang. Pasalnya, pada 11 Maret 2011 terjadi tsunami di Jepang yang memakan kurang lebih 22.000 korban jiwa. Namun, berkat dinding yang dibangun wali kota, Desa Fundai sama sekali tidak mengalami kerusakan. Bahkan sebagian besar daerahnya benar-benar kering dan hanya sedikit sekali daerah yang terkena air. “Biayanya sangat besar. Tapi tanpa itu, kami (Desa Fundai) pasti tidak akan ada lagi,” kata Satoshi Kaneko, 55 tahun, seorang nelayan rumput laut.

menemukan bahwa kebenaran Allah tidak pernah berubah, tidak seperti tren yang cepat berubah! Kebenaran itu berdiri teguh seperti batu karang yang menjulang tinggi, bagaikan sebuah mercusuar yang mengingatkan kita untuk berpegang teguh kepada-Nya agar kita tidak terombangambing oleh setiap ombak yang menerjang. Karang yang kuat untuk menahan dan memecahkan ombak pengajaran sesat agar kita aman dari pengikisan atas kerohanian kita.

Ayat temanya, yaitu Roma 12:2 TB2, “Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna.” Dalam SIL ini, anak-anak akan belajar bahwa Allah tidak ingin mereka menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubah oleh pembaruan budi mereka sehingga dapat membedakan manakah kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Pembaruan budi yang dilakukan oleh Firman Tuhan membuat kita memiliki kepastian akan hal apa yang merupakan kebenaran dan apa yang bukan, sehingga kita tidak diombang-ambingkan oleh gelombang pengajaran yang berseliweran di media sosial maupun kehidupan kita sehari-hari.

Firman Tuhan itu seperti batu pemecah ombak yang melindungi kita dari kuatnya gelombanggelombang pengajaran sesat. Firman Tuhan membentengi kita akan ajaran-ajaran yang dianggap utama (mainstream) akan tetapi membawa kita pada ketidakbenaran. Firman Tuhan ini harus disampaikan secara benar sebagai pengajaran yang mendasari kehidupan orang-orang percaya. Tanpa pengajaran yang benar dan teguh, kita tidak akan dapat bertahan dalam terjangan zaman. Mungkin dibutuhkan tenaga dan usaha yang besar, tetapi tanpanya kita mungkin tidak akan ada lagi.

Tergerak dari kenyataan ini, Lembaga Literatur Baptis (LLB) mengambil tema “Karang dan Ombak” untuk Sekolah Injil Liburan (SIL) tahun depan. Tema ini dipilih untuk menjawab tantangan dari munculnya pengajaran-pengajaran duniawi yang mudah diakses oleh anak-anak. Bahkan tidak sedikit pengajaran yang mirip pengajaran Kristen akan tetapi sangat bertentangan dengan Alkitab. Dalam “SIL “Karang dan Ombak”, anak-anak akan belajar untuk mengenali perbedaan antara apa yang dikatakan orang-orang sebagai kebenaran dan apa yang dikatakan Allah sebagai kebenaran. Mereka akan

LLB mengajak gereja-gereja untuk aktif terlibat dalam SIL tahun depan. Keterlibatan itu dimulai dengan mendoakan penyusunan materi dan media pengajaran agar dapat dipakai sesuai rencana Allah dalam melindungi gereja dan generasi penerusnya. Kami berharap setiap anak-anak akan memiliki batu pemecah ombak yang kuat, yang terbentuk dan didasari oleh kebenaran Firman Tuhan.

Penulis: Eliezer Kristian Firmano Editor: Fajar Supriono

Dies Natalis

ke-70 STBI: Growing in Unity Liputan

Dies Natalis STBI (Sekolah Tinggi Teologi Baptis) Semarang kembali digelar. Rangkaian Dies Natalis ke-70 ini dimulai 14 Oktober 2024 dengan mengusung tema “Growing in Unity” sebagai wujud komitmen seluruh civitas akademika STBI untuk terus bertumbuh dalam Kristus dalam ikatan kesatuan yang erat. Pada hari pertama, acara dibuka dengan Konser Menilik Klasik. Konser ini melibatkan talentatalenta profesional di bidangnya masing-masing, seperti Genta Kurnia, Michelle Audrey, dan Krishna Pramudya. Ruangan dengan cahaya temaram dibalut dengan alunan musik klasik membuat penonton merasa tenang dan nyaman menikmati konser tersebut. Hal menarik dari konser ini adalah pada bagian akhir, soprano Michelle Audrey mengajak semua penonton untuk menyanyikan lagu lawas “Somewhere Over the Rainbow” yang diciptakan oleh Harold Arlen.

Pada hari kedua dan ketiga, acara dilanjutkan dengan “Simposium Khotbahkan Firman” yang mengundang pembicara dari Singapura dengan latar belakang misionaris dan pendeta. Pembicarapembicara tersebut tidak hanya memberitakan kebenaran Firman Tuhan, tetapi juga membagikan kesaksian pelayanan mereka yang menjadi berkat bagi para hadirin. Para penerjemah dalam simposium antara lain Dr. Robinson Rimun, Dr. Sari Saptorini, dan Yesaya Bangun. Selain simposium, juga digelar pameran 1100 alat pelayanan anak yang merupakan hasil karya para mahasiswa Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang menambah semarak acara Dies Natalis. Kemudian pada sore hari pukul 17.00 WIB, acara dilanjutkan dengan pameran dari beberapa lembaga misi yang terkenal di Indonesia, salah satunya dari Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) yang memiliki metode penginjilan Empat Hukum Rohani dan penginjilan secara digital. Selanjutnya adalah ibadah pembukaan Reuni Ikatan Keluarga Alumni (IKA) dan khotbah yang disampaikan oleh Pdt. Eko Kurniadhi. Reuni IKA merupakan

salah satu acara yang paling ditunggu oleh para alumnus STBI dan pada tahun ini mengusung tema yang tidak jauh berbeda dari tema besar, yaitu “Growing in Together”. Acara ini diikuti oleh alumnus

STBI dari angkatan 1968 hingga angkatan 2023. Tentunya acara temu kangen menjadi acara yang paling menarik karena sebagai kesempatan untuk dapat melepas rindu bagi alumnus STBI bersama rekan-rekan sejawat. Selain mengadakan reuni, IKA juga turut berkontribusi penting bagi STBI dengan memberikan persembahan khusus untuk pengaspalan jalan STBI sebesar Rp154.000.000,00. Pdt. Lukas selaku Ketua Panitia mengatakan bahwa “Reuni adalah sikap kepedulian IKA terhadap STBI serta mengembangkan persaudaraan dan kekeluargaan untuk saling menguatkan.”

Hari keempat yang merupakan puncak acara, diawali dengan ibadah syukur diiringi dengan pujian pembuka, dari buku Nyanyian Pujian No.13 “Allah Bapa, Sumber Kurnia”. Kemudian paduan suara STT Baptis Indonesia membawakan pujian istimewa yang dilanjutkan dengan orasi ilmiah oleh Prof. Dr. Wilson Rajagukguk, M.Si., M.A. Ministry. Selain itu, pada kesempatan berbahagia ini, dilakukan peluncuran buku “Bukit Penatar Saksi Injil” yang ditulis oleh Dr. Dwi Ariefin, yang menceritakan sejarah perjalanan STBI dalam memperlengkapi hamba Tuhan selama 70 tahun.

Akhirnya acara Dies Natalis ditutup dengan manis dengan Wisuda ke-65 STBI. Pada wisuda kali ini, terdapat 32 wisudawan dari jenjang Sarjana, Magister, dan Doktoral. Proses wisuda berlangsung khidmat dan dihadiri oleh para tamu undangan yang menemani para wisudawan. Demikian liputan acara Dies Natalis STBI ke-70, sampai jumpa di Dies Natalis berikutnya.

Penulis: Noel Lanang (Mahasiswa Pascasarjana STBI)

Editor: Eliezer Kristian Firmano

PENGARUH HIDUPMU DALAM 1400 TAHUN Artikel Teologi

*)John Piper

Menurut Anda, apakah Allah memiliki tujuan dalam hidup Anda yang akan dinyatakan dalam 1.400 tahun ?

Ya betul. Tujuan yang ada di dalam hidup Anda dan saya.

Ya, langit dan bumi yang baru mungkin sudah ada saat itu. Saya harap begitu. Jika demikian, ada beberapa hal yang akan terjadi pada Anda sekarang yang akan bergema kemudian untuk kebaikanmu.

Saya mengatakan demikian karena Paulus berkata, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” (2Kor. 4 : 17). Ketika Paulus berbicara tentang “penderitaan ringan yang sekarang ini,“ ia mengacu kepada segala pengalaman menyakitkan dalam hidup kita -- sama seperti yang ia maksudkan dalam “penderitaan zaman sekarang ini“ dalam Roma 8 :18 . Semua yang terjadi pada saat sekarang ini,

“Dalam pemerintahan Allah atas dunia ini, segala sesuatu berhubungan dengan segala sesuatu juga .”

Ketika Paulus berkata bahwa pengalamanpengalaman seumur hidup ini “mempersiapkan bagi kita beban kemuliaan yang kekal,” ia bermaksud bahwa ada korelasi antara pengalaman-pengalaman itu sekarang dan pengalaman kemuliaan kita nanti. Korelasi itu lebih dari sekadar berurutan, dan lebih dari sekadar bukti bahwa kita akan mengalami kemuliaan.

Mungkin ini tidaklah terlalu menghibur Paulus jika saya mengatakan bahwa intinya adalah: “Bagaimana saya mengatasi sakit punggung saya dan bagaimana Anda mengatasi pemenggalan kepala Anda adalah bukti bahwa kita berdua akan menuju kemuliaan.” Itu benar adanya. Tetapi bukan itu inti dari kata “mempersiapkan” (katergazetai). Pemenggalan kepalanya akan memiliki efek yang berbeda pada kemuliaannya daripada sakit punggung saya pada saya. Saya akan menjadi lebih bahagia karena hadiah-Nya.

SEGALA SESUATU BERHUBUNGAN

DENGAN SEGALA SESUATU LAINNYA

Tetapi bagaimana jika dalam 1400 tahun itu Kristus tidak datang kembali ? Apakah hidup Anda akan berbeda? Saya kira begitu. Dalam pemerintahan

Allah atas dunia ini, segala sesuatu berhubungan dengan segala sesuatu juga.

Mari kita renungkan ilustrasi ini.

Ketika saya di Etiopia bulan November lalu, saya diberitahu tentang seorang misionaris Etiopia yang pergi ke Pakistan. Dia masuk ke sebuah kota dengan maksud untuk menginjili dan mendirikan sebuah gereja meskipun Pakistan itu tidak terbuka untuk pekerjaan misionaris semacam ini.

Namun ketika ia menghadap para pemimpin kota itu dan mereka mengetahui bahwa ia berasal dari Etiopia, mereka berkata “Anda boleh melakukan pekerjaan Anda di sini. Kami berhutang budi kepada Anda atas keterbukaan dan keramahan Anda, karena bangsa Anda telah memberikan suaka bagi keluarga Muhammad 1.400 tahun yang lalu.”

NEGERI YANG ADIL

Sejak saat itu saya berusaha mencari tahu sejarah di balik pernyataan yang luar biasa ini. Pada tahun 2008 ada sebuah simposium tentang tradisi ini. Para cendekiawan dari Princeton, Cornel, Rutgers dan Museum Nasional Ethiopia berkumpul untuk mendiskusikan temuan-temuan sejarah yang baru.

Dalam sejarah dan tradisi Islam, Ethiopia (Abbesinia) dikenal sebagai “Tempat Hijrah Pertama” bagi umat Islam. Selama masa hidup Muhammad (570 – 632M), para pengikutnya dianiaya oleh sukusuku pagan di sekitar Mekah.

“Apa yang kita lakukan dalam ketaatan kepada Kristus dalam hidup ini tidak pernah sia-sia.”

Dr. Said Samatar, Profesor Sejarah Afrika di Rutgers menerangkan bahwa “Raja Armah (Najashi) dan perintahnya telah memberikan perlindungan kepada keluarga Nabi Muhammad yang tiba di Aksum ketika mereka melarikan diri dari para penganiaya kafir.” Raja Armah itu seorang Kristen dan memiliki reputasi baik karena memperlakukan orang-orang dengan murah hati. Dr. Samatar menjelaskan bagaimana “seorang raja Kristen menolak suap dan memberikan suaka bagi orangorang Islam yang melarikan diri ke Aksum.”

Dr. Said mengatakan, “Muhammad tidak melupakan kemurahan hati Raja Najashi. Dalam hadis tentang Nabi Muhammad pun tertulis dan tersebar secara turun temurun. Dari situlah ‘Abbesinia (Etiopia) itu adalah sebuah negeri yang adil di mana tidak ada seorang pun yang ditindas. “

Oleh karena itu, bagi banyak Muslim bahkan hingga saat ini, 1.400 tahun kemudian, “Ethiopia identik dengan negeri yang bebas dari penganiayaan dan emansipasi dari rasa takut.”

PERTIMBANGKAN DAMPAKMU

Apakah Anda berpikir bahwa orang-orang Kristen Abbesinia pada 1.400 tahun lalu itu berpikir bahwa apa yang mereka lakukan akan memiliki suatu dampak bagi kemuliaan Kristus dan kebaikan dunia 14 abad kemudian, ketika seorang walikota Pakistan membuka kotanya bagi seorang misionaris Kristen Etiopia?

Karena itu saya menyimpulkan bahwa apa yang kita taati dengan setia dalam Kristus di dalam kehidupan ini tidak akan pernah sia-sia. Perbuatan kita itu bagaikan kerikil yang dijatuhkan dalam kolam sejarah. Sekecil apa pun kerikil kita itu, Allah yang mengatur riaknya. Allahlah yang membuat rancangan di atas permukaan air tersebut menjadi seperti kehendak-Nya.

Jadi kerikil Anda itu sangat berarti. Jatuhkanlah kerikil-kerikil itu setiap hari dengan setia, dan biarkanlah riak airnya Allah yang gerakkan.

John Piper (@JohnPiper) adalah pendiri dan pengajar desiringGod.org juga kanselir Bethlehem College & Seminary. Selama 33 tahun, ia melayani sebagai gembala sidang di Bethlehem Baptist Church, Minneapolis, Minnesota. Dia menulis lebih dari 50 buku, termasuk Desiring God: Meditations of a Christian dan yang terbaru adalah Foundations for Lifelong Learning: Education in Serious Joy.

Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara LLB dengan Desiring God International

Penerjemah: Deni Yusuf Editor: Fajar Supriono

Injil Tanpa BaTas WakTu dan TempaT Artikel

Di era digital ini, teknologi informasi dan komunikasi menjadi bagian integral dari kehidupan manusia, termasuk gereja. Sayangnya, tidak semua gereja sigap mengikuti perkembangan teknologi, sehingga sering kali kesulitan menyebarkan pesan Injil dengan cara yang relevan. Padahal, masih banyak yang membutuhkan akses kepada pesan ini, khususnya melalui media sosial yang kini menjadi salah satu alat penyebaran yang efektif.

Hasil riset dari Bilangan Research Center (BRC) menunjukkan bahwa perkembangan digital sangat berpengaruh, terutama di kalangan generasi Y dan Z. Generasi muda ini merasa gereja kurang menarik dan tidak relevan dengan kebutuhan mereka. Seiring waktu, minat mereka terhadap Injil atau kebenaran Firman Tuhan pun mulai memudar. Bahkan, menurut data Barna, 59% dari generasi Y dan Z yang tadinya rutin ke gereja akhirnya berhenti, dan menjadi bagian dari “generasi terhilang” (unchurched).

Namun, masih ada peluang untuk memenangkan mereka kembali. Ternyata, banyak anak muda yang terbuka terhadap pesan moral dan spiritual di media sosial. Survei BRC menunjukkan bahwa satu dari dua anak muda yakin, media sosial bisa menjadi alat efektif untuk menyebarkan Injil. Meski sering merasa ragu dan bingung soal spiritualitas, mereka tetap mencari jawaban. Maka, jawaban dan solusi tepat menjadi sangat penting untuk mendukung generasi ini membangun gambar diri dan rohani yang sehat.

Dari peluang ini, ideclare.id hadir sebagai parachurch yang fokus menjangkau generasi Y dan Z. Ideclare.id dibentuk pada 2017 oleh Martin Wijaya, dan mulai dikelola tim secara bertahap sejak 2018. Pada 2021, saya dipercaya untuk memimpin ideclare.id dan menyatakan visi kami sebagai parachurch adalah sebagai berikut, “Menghadirkan kebangunan rohani bagi anak-anak muda Indonesia melalui media sosial—menghadirkan pesan tanpa terbatas waktu dan tempat”.

Untuk mencapai visi ini, ideclare.id mempunyai tiga misi utama:

Engage – menyampaikan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan melalui konten yang relevan dan menarik;

Counsel – menjadi teman yang siap mendengarkan dan mendoakan, menyediakan ruang aman untuk anak-anak muda; dan

Connect – menghubungkan anak-anak muda yang membutuhkan ke gereja atau komunitas rohani Kristen.

Ketiga misi ini bertujuan untuk membawa “generasi terhilang” kembali ke pemuridan. Sebagai parachurch, ideclare.id mendukung gereja dalam menjangkau generasi Y dan Z. Dengan memaksimalkan fitur-fitur Instagram, kami membangun engagement dan menyediakan tempat yang aman dengan penerimaan tanpa penghakiman bagi konseling yang mungkin sulit mereka temukan di gereja. Hampir setiap hari ada puluhan Direct Message yang kami terima dari anak-anak muda yang mengalami berbagai macam pergumulan. Dari sana, kami melayani konseling dasar dengan dibantu oleh beberapa tim konselor yang bersertifikasi serta membantu mengarahkan mereka ke komunitas atau gereja untuk pemuridan lebih lanjut.

Saat ini, ideclare.id berjalan secara interdenominasi, artinya independen dan tidak

berafiliasi dengan sinode atau gereja tertentu. Justru dengan independensi ini, kami terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai gereja, sinode, parachurch, dan institusi akademik. Hingga kini, ideclare.id sudah berkolaborasi dengan lima gereja, sembilan sinode, empat sekolah teologi, dua sekolah Kristen, sebelas parachurch, termasuk Lembaga Literatur Baptis.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip pernyataan seperti yang diungkapkan Ed Stetzer dari Dewan Kehormatan Gereja, Misi, dan Penginjilan Billy Graham, “Sejak dulu, gereja menemukan cara menyampaikan Injil melalui berbagai alat yang tersedia.” Rasul Paulus menggunakan pena dan papirus, Martin Luther menggunakan mesin cetak, dan Billy Graham menggunakan televisi. Kini, giliran kita memanfaatkan media sosial untuk menjadi alat dalam menyebarkan Kabar Baik.

Amin – Soli Deo Gloria

Penulis: Iwan ideclare Editor: Eliezer Kristian Firmano

Sumber : canva.com

Dari Gutenberg sampai Zuckerberg

65 Tahun Lembaga Literatur Baptis

Sejak mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg (1398-1468), maka kebudayaan dan peradaban modern berubah secara radikal dan cepat. Mesin cetak Gutenberg bukan saja mencetak Alkitab, tetapi juga ilmu pengetahuan dapat terekam, tersimpan dan tersebar dalam bentuk buku yang bisa diakses secara luas.

Jasa Gutenberg, yang hanya seorang pandai besi pencipta mesin cetak abad ke-15 berdampak terhadap terjadinya reformasi Protestan dan Renaisans (kelahiran kembali) masyarakat Eropa dan akhirnya mempengaruhi seluruh dunia. Ilmu pengetahuan menjadi maju pesat, begitu juga gereja yang penyebarannya mengalami lompatan juga tantangan sejak Alkitab dicetak dan tersebar. Sekitar 1450, ketika Gutenberg mulai menjalankan percetakannya, dia kekurangan dana. Kemudian Gutenberg meminjam 800 Gulden dari pemodal bernama Johann Fust untuk inovasi alat khusus bagi metode tipografi. Pada akhir 1952 hutangnya pada Fust tak terbayar, dan investor (nama lain rentenir) menggugat Gutenberg melalui proses pengadilan. Gutenberg kalah dan percetakannya menjadi milik jaringan pemodal (oligarki).

Barangkali kisah mesin cetak dan buku seperti di atas bagi generasi sekarang seperti kisah dongeng. Hari ini ketika dunia beralih ke suatu masa di mana

produk cetak dan analog semakin terseok tertinggal oleh revolusi digital-algoritma, kita bertanya: Untuk apalagi buku cetak? Hanya demi mempertahankan romantika masa lalu?

Hari ini kita hidup pada masa di mana revolusi digital makin nyata mengganti hampir semua perangkat analog. Demikian pula paradigma analog yang akan dimakamkan dalam ibadah duka oleh kedigdayaan AI (Artificial Intelligence), ChatGPT yang demikian cerdas, efisien dan murah. Apakah demikian?

Tata nilai yang tumbuh dalam paradigma digital di mana kecepatan, pilihan dan individualistik hampir menguasai sikap hidup khalayak. Pertama, nilai kecepatan dan keterhubungan yang efisienefektif menggeser nilai kesabaran dan keuletan. Kita seperti kehilangan cara pandang membaca Injil, bumi dengan sendirinya mengeluarkan tunas (Mrk. 4:27), proses yang lama, lambat, perlu kegigihan, seperti terhempas dalam nilai kecepatan.

Kedua, melimpahnya pilihan yang mudah-murah dapat diakses lewat ponsel pintar kita. Semua tutorial, petunjuk praktis, ceramah, khotbah, debat, tersaji dengan demikian mudah. Kemudahan pilihan akses berakibat pada kedangkalan berpikir. Orang setiap hari membaca permukaan informasi dan tak berminat berpikir lebih dalam, tenang, dan kritis. Pilihan melimpah berpotensi menggerus kesukaan membaca, belajar lebih serius dan juga tekad merubah sikap atau sifat yang harus diperbaiki.

Johannes Gutenberg Penemu Mesin Cetak
Mark Zuckerberg Penemu Facebook

Ketiga, gejala masyarakat yang semakin individualis membuat seseorang terisolasi. Jika semua hal demikian mandiri, maka orang nyaman mengisolasi diri dari lingkungannya. Hampir semua keperluan dapat dibeli lewat ponsel, lalu tiba dengan cepat di rumah. Jari kita bisa menulis berita, opini, sekadar gosip dan menyebarkannya tanpa sensor. Kita jadi jurnalis, editor, sekaligus kepala kantor berita. Hal yang tak terbayangkan 15 tahun yang lalu. Dan gejala manusia yang puas sendiri dan terisolasi sedang menuju kesempurnaan.

Dalam era yang demikian disruptif, apakah manusia memerlukan penulis, buku cetak, lembaga penerbitan? Apakah warisan Gutenberg akan punah? Kontestasi dan konstelasi gagasan, pikiran dan ide sejak Johannes Gutenberg sampai Mark Zuckerberg memerlukan hikmat, kejelian, sikap yang tajam oleh semua pemangku kepentingan baik penyelenggara pendidikan, para cendekia, masyarakat luas dan tentu Lembaga Literatur Baptis yang 4 November 2024 persis berusia matang 65 tahun!

Saya bangga lembaga kita masih melanjutkan warisan Gutenberg, di mana ada penulisan, penerjemahan, serta penerbitan buku dengan berbagai topik, terutama Alkitab studi dan penerbitan kembali buku Nyanyian Pujian (NP). “Tentu yang terakhir boleh jadi proyek rugi”. Apakah masih ada gereja yang bersedia membeli buku NP? Namun toh LLB tetap menerbitkan buku NP! Tentu kita tidak ingin satu-satunya lembaga literatur yang kita miliki jatuh ke tangan Johann Fust, bukan? Maka, yang mampu membantu yang belum mampu, adalah panggilan istimewa.

Menutup tulisan ini, saya mengutip pemeo di kalangan penulis, “Paradigma digital memberi informasi cepat, paradigma analog mentransformasi kehidupan”. Selamat HUT ke-65 LLB, salam hangat dari Johannes Gutenberg.

Tete Manis Sayang Katong Samua

Penulis : Pdt. Martinus Ursia, S. Th. Editor: Trisanti Karolina Napitu

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.