WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

Page 1

TAHUN XII • NO. 7 • SEPTEMBER 2014

Chevalier W A R TA

K E L U A R G A

Membangun cinta persaudaraan

REPARASI: KEMBALI KE POROS UTAMA REPARASI SEBAGAI THE WAY OF THE HEART MENEMPATKAN HATI KUDUS YESUS SEBAGAI POROS

KEMARTIRAN DAN PERUTUSAN KEMARTIRAN ADALAH BAGIAN INTEGRAL DARI TUGAS PERUTUSAN

KESAKSIAN HIDUP SEBAGAI MISTIKUS DAN NABI PARA RELIGIUS DIUTUS SEBAGAI MISTIKUS DAN NABI PADA ZAMAN INI

AMETUR UBIQUE TERRARUM COR IESU SACRATISSIMUM, IN AETERNUM SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 1


04 KEMARTIRAN DAN PERUTUSAN

DAFTAR ISI

Kemartiran adalah bagian integral dari tugas perutusan. Setiap situasi dan jaman menuntut semangat kemartiran.

KESAKSIAN SEBAGAI NABI DAN MISTIKUS PADA ZAMAN INI Tanggal 1 - 5 September 2014 terselenggara Sidang KOPTARI 2014 di Malino, Sulawesi Selatan. Kesaksian hidup sebagai mistikus dan nabi di zaman ini menjadi tema utama.

07

18 MEMBANGUN RUMAH HATI Membangun hidup komunitas adalah membangun rumah hati. Sudahkah rumah hatiku terbuka bagi saudara-saudariku yang membutuhkan perhatian?

12 MISTIK SEHARI-HARI Religius dipanggil untuk menjadi mistikus dan nabi pada jaman ini. Apa maknanya menjadi mistikus dalam hidup sehari-hari?

22

REPARASI: KEMBALI KE POROS UTAMA 2 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014


28

60 TAHUN SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG KONFERENSI UMUM MISIONARIS HATI KUDUS

enam tahun msc berkarya di palembang

Tanggal 15 - 26 September 2014 telah terselenggara Konferensi Umum XXIII Tarekat MSC di Guatemala.

42

Sejak Juni 2008 Tarekat MSC telah berkarya di Keuskupan Agung Palembang. Apa yang telah dicapai dan apa tantangannya?

40 PERTEMUAN PIMPINAN KELUARGA CHEVALIER

HAL. 26

PASTORAL PERJUMPAAN

HAL. 32

SELAMAT JALAN GIS...

HAL. 36

NEW HEART COMMUNITY ANGKATAN XV

HAL. 38

EDITORIAL

Diterbitkan oleh: Ametur Indonesia Redaktur: Joni Astanto MSC Keuangan: Sr. M. Rosina Angwarmase PBHK Grafis & Tata Letak : Joni Astanto MSC Team Redaksi:  P. Joni Astanto MSC  Sr. M. Violetha Kereh PBHK  Fr. Vincensius BHK  P. Patris Jeujanan MSC  Sr. M. Evarina PBHK  Sr. M. Fransina Ulmasembun TMM Distribusi : Keluarga Chevalier Kontributor:  P. Joseph Harbelubun MSC  P. Jimmy Balubun MSC  P. Antonius Dedian MSC  P. Lexy Sarkol MSC  P. Aris Angwarmase MSC  P. Gregorius Hertanto MSC  Sr. M. Margaretha PBHK  Sr. M. Cornelia PBHK  Sr. M. Agusta PBHK  Fr. Kardinus BHK  Fr. Patrik BHK  Sr. M. Paskalina Fun TMM  Bp. Yan Pontoan  Drg. Petrus Sidharta Maringka Koresponden Luar Negeri:  P. Hermas Asumbi MSC (Jepang)  P. Angky Welliken MSC (Ekuador)  P. Adrianus Budhi MSC (US)  P. Alfin Buarlele (Australia)  P. Anton Kaseger (Australia)  Sr. M. Valentine PBHK (Afrika)  Sr. M. Virginia PBHK (Afrika)  P. Timoteus Ata MSC (Philippines).

AMETUR INDONESIA Lantai 1 Gedung Pax, Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23 JAKARTA 10130 Tlp : (021) 6326737, 63857105. Fax : (021) 6326778. Email: ameturindonesia@gmail.com; wartakeluargachevalier@gmail.com

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 3


BUDAYA CINTA Oleh: P. Johanis Mangkey MSC

KEMARTIRAN DAN PERUTUSAN Kemartiran adalah bagian integral dari tugas perutusan. Setiap situasi dan jaman menuntut semangat kemartiran. Ada hal khusus yang ditemui oleh Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Albania pada hari Minggu, 21 September 2014. Buah-buah kemartiran yang dialami oleh Gereja semasa rezim komunis berkuasa, antara tahun 1941 – 1991, masih segar dalam ingatan dan kalbu umat. Keterkejutan dan kekaguman Paus diungkapkannya ketika dalam perjalanan dari bandara menuju lapangan Ibu Teresa beliau melihat begitu banyak foto para martir, yakni mereka yang telah banyak menderita demi iman mereka akan Kristus. Kata Sri Paus: “Saya tidak tahu bahwa umat kalian telah begitu banyak menderita. Pada hari ini, dalam perjalanan dari bandara menuju lapangan saya melihat foto-foto para martir. Dapatlah dikatakan bahwa rakyat masih mengingat mereka yang telah begitu banyak menderita. Suatu bangsa para martir! Pada hari ini, di awal perayaan ini, kita mendengarkan kisah dari dua di antara mereka. Apa yang dapat saya katakan kepada kalian ialah mereka mengatakannya dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka mengatakan hal ini dengan kata-kata sederhana namun begitu memedihkan.” Kedua saksi kemartiran itu adalah Pater Ernest Troshani Simon (84) dan Suster Marije Kaleta (85), dua orang yang selamat dari penganiayaan keji oleh rezim komunis Albania, Sambil berlinang air mata Paus Fransiskus merangkul mereka seusai mengisahkan pengalaman-

nya yang begitu mengharukan dalam perayaan jumpa bersama dengan para imam, biarawan/wati, para seminaris serta gerakan-gerakan eklesial kaum awam di Gereja Katedral St Paulus Tirana. Pater Ernest Troshani Simon, yang ditahbiskan imam pada 1956, mengisahkan bagaimana ia dipenjarakan dalam kondisi tidak manusiawi karena kesetiaannya kepada Gereja dan Pengganti Petrus. Ia kemudian terluput dari hukuman mati. Dikisahkannya bahwa pada Desember 1944 rezim komunis-ateis mengambil alih kekuasaan di Albania dan berupaya menghapus iman dan kaum klerus dengan cara menangkap, menyiksa dan membunuh para imam serta kaum awam yang setia selama tujuh tahun berturut-turut. Darah dari banyak di antara mereka tercurah dan ketika akan ditembak mati beberapa dari antara mereka berseru: “Hidup Kristus sang Raja!”. Pada 1952 para pemimpin Komunis mengumpulkan para imam yang bertahan hidup dan menawarkan kebebasan dengan syarat menjauhkan diri dari Sri Paus dan Vatikan, tetapi mereka menolak. Pada 24 Desember 1963, ketika merayakan Misa Malam Natal, empat petugas menyerahkan surat penahanan dan dekrit eksekusi mati. Ia diborgol dan ditahan. Ia disiksa dan ditempatkan di tempat terisolasi selama tiga bulan dalam kondisi tidak manusiawi. Walaupun sangat menderita ia punya suatu keyakinan,

4 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

ia berucap: “Allah menghendaki agar saya tetap hidup. Penyelenggaraan Ilahi menghendaki bahwa hukuman mati saya tidak akan segera dilaksanakan. Mereka membawa seorang tahanan lain di ruangan saya, seorang sahabat dekat saya, untuk memata-matai saya. Ia mulai berbicara melawan partai (komunis). Saya menjawab bahwa Kristus telah mengajarkan saya untuk mencintai musuh-musuh kita dan untuk mengampuni mereka dan bahwa kita harus berusaha untuk mencari kebaikan orang-orang lain. Kata-kata itu sampai di telinga penguasa, yang beberapa hari kemudian, membebaskan saya dari hukuman mati.” Dan selama interogasi dikatakan bahwa ia akan digantung sebagai musuh karena mengatakan kepada umat: “Bilamana perlu, kita semua akan mati demi Kristus.” Sebagai ganti hukuman mati pater Ernest dikirim untuk kerja paksa di suatu tambang selama 18 tahun dan di terowongan pembuangan kotoran selama 10 tahun. Selama itu ia merayakan Misa, mendengarkan pengakuan dosa dan membagikan komuni secara rahasia/diam-diam. Ia kemudian dibebaskan ketika rezim komunis runtuh dan kebebasan beragama diakui. Setelah bebas ia kembali ke pelayanan aktif khususnya di kampung-kampung pegunungan yang terisolasi dan mengajak umat kristiani yang masih terbelit lingkaran balas dendam untuk lepas dari ke-


Pada saat kunjungan Paus Fransiskus di Albania, Minggu 21 September 2014, jalan-jalan dipenuhi dengan foto-foto para martir yang menderita demi iman akan Kristus di Albania. bencian dan merangkul cintakasih Allah. Suster Marije Kaleta berbicara tentang pengalamannya ikut menderita, termasuk kerja paksa. Ia berani mengambil risiko dengan membaptis secara sembunyi “setiap orang yang datang di pintu rumahnya�, sambil merasa was-was tentang kemungkinan dimata-matai oleh kaki tangan rezim. Salah satu contoh ialah ketika Suster didatangi oleh seorang ibu yang minta agar bayinya dibaptis. Pada awalnya Suster ragu-ragu karena suami sang ibu adalah seorang komunis dan khawatir ia sedang dijebak. Namun, kesungguhan dan iman sang ibu, yang mendesakkan keinginannya, meyakinkan si Suster untuk menerimakan baptisan. Sang ibu menunjuk ke sebuah parit di mana ada air, lalu anaknya dibaptis. Selain itu, Suster tersebut juga menyimpan hosti yang sudah dikonsakrir di tempat tidurnya dan diam-diam memberikan sambut kepada orang-orang sakit atau yang hampir meninggal. Imam dan suster tersebut ada-

lah contoh heroisme iman dan cintakasih serta keteguhan dalam pengharapan. Mereka membawa misi Kristus, yang mengandung risiko, bahaya, bahkan kehilangan nyawa. Sepanjang sejarah Gereja, dari awal sampai sekarang, ada banyak saksi iman dan misionaris, baik imam, biarawan/wati dan kaum awam, yang diutus untuk menjalankan misi yang penuh pengorbanan dan risiko. Mereka menjalankannya sebagai partisipasi dalam misi Kristus, yang sendiri harus menghadapi kemartiran dengan mengorbankan dan memberi diri seutuhnya bagi keselamatan semua orang. Mereka mengajarkan bahwa kemartiran adalah bagian integral dari tugas perutusan. Situasi dan kondisi setiap zaman dan tempat-tempat yang berlainan, yang menuntut semangat kemartiran, bisa berbeda dalam menjalankan amanat perutusan Kristus, namun cintakasih Kristus, yang membebaskan serta penuh pengampunan, kerahiman, kepedulian tetap sama. Bagi mereka penghiburan satu-

satunya adalah Allah, yang memanggil dan mengutus. Tentang heroisme iman umat, khususnya kedua saksi iman Albania, Paus berkata: “Bagaimana mungkin kalian bertahan dalam kesusahan sedemikian berat? Mereka mengatakan kepada kita bahwa Allahlah, sang Bapa yang maharahim, Allah setiap penghiburan, yang menghibur kita. Khususnya, Allah mengibur kedua saksi ini. Banyak orang baik, termasuk para rubiah, berdoa untuk mereka ... Merupakan suatu misteri bahwa Allah mendengarkan permohonan akan penghiburan dari umat-Nya. Allah menghibur dengan rendah hati dan kuat. Ia menghibur dalam keakraban hati dan kekuatan. Mereka tidak membanggakan apa yang telah mereka alami karena Allahlah yang memberikan kekuatan kepada mereka untuk berjalan terus. Tetapi mereka mengatakan kepada kita sesuatu, yang bagi kita yang dipanggil oleh Allah untuk mengikuti-Nya secara dekat, bahwa satu-satunya penghiburan berasal dari Dia.â€? ď Ž

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 5


SAPAAN

Semoga Hati Kudus Yesus dikasihi di mana-mana. Selama-lamanya. Amin. Saudara-saudari yang terkasih, salam jumpa dalam Warta Keluarga Chevalier edisi terbaru ini. Semoga WKC ini tetap menjadi salah satu andalan untuk media komunikasi dan informasi antar Keluarga Chevalier di manapun berada. Saya sebagai Koordinator Ametur Indonesia, sangat bersyukur sebab keberadaan WKC telah membantu pewartaan Spiritualitas Hati, baik untuk awam maupun religius. Saya berterima kasih pada para narasumber yang selama ini telah mengirimkan atikel maupun berita-berita kegiatan yang telah dilakukan oleh para anggota Keluarga Chevalier di daerahnya masing-masing. Saya berharap semakin banyak anggota Keluarga Chevalier yang bisa mengirimkan berita-berita dan artikelnya ke redaksi. Hal itu tentu sangat memperkaya dan membantu kelancaran penerbitan majalah WKC. Pembaca yang terkasih, kalau ada orang yang selama ini sangat berperan dan selalu bekerja keras untuk menerbitkan majalah WKC, itu adalah Pastor Joni Astanto MSC. Sebagai anggota Tim Ametur, Pastor Joni sangat bertanggung jawab dan concern pada tugasnya sebagai penanggung jawab majalah WKC. Saya salut dan sangat mengagumi

P. Petrus Joseph Budi Santoso MSC

ketekunan dan kesetiaan serta ketahanan fisiknya ketika sedang merampungkan majalah WKC dalam tiap penerbitannya. Matur nuwun Pastor Joni. “Ada yang datang dan ada yang pergi�, itulah peribahasa yang sering kita dengarkan dalam kehidupan kita. Kali ini Pastor Joni Astanto yang akan pergi dan meninggalkan kita yang ada di Jakarta, Pastor Joni akan pindah tugas Ke Keuskupan

Agung Merauke. Kami Tim Ametur Indonesia yang ada di Jakarta merasa sangat kehilangan sosok pekerja keras yang rendah hati dan tidak banyak bicara seperti Pastor Joni, namun kami juga menyadari bahwa tugas dari Tarekat yang baru ini juga penting dan harus lebih diutamakan. Selamat jalan, kami doakan semoga di tempat tugas yang baru Pastor Joni akan tetap mewartakan Hati Kudus Yesus dengan penuh sukacita. Siapa yang akan datang menggantikan Pastor Joni? Dia adalah Pastor Berty Tijow MSC. Selamat datang dan bergabung dengan kami pastor Berty. Kami percaya ada banyak talenta dan ide yang bisa disumbangkan untuk perkembangan Ametur Indonesia dan khususnya untuk penerbitan WKC. Akhirnya, kita semua akan memasuki bulan Oktober yang juga merupakan bulan Rosario. Marilah kita semakin memperdalam devosi kita kepada Bunda Maria sebagai Bunda Hati Kudus. Semoga kita diterangi oleh sinar keibuannya dan dibawa lebih dekat kepada Hati Kudus Yesus, Puteranya. ď Ž P. Petrus Joseph Budi Santoso MSC Ketua Ametur Indonesia

WKC membuka kesempatan untuk siapa saja, baik Imam, Biarawan, Biarawati maupun awam angggota Keluarga Chevalier untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan. Tulisan dikirim ke Redaksi melalui email: ameturindonesia@gmail.com atau wartakeluargachevalier@gmail.com, disertai dengan ilustrasi atau foto. Tulisan yang tidak dimuat tidak dikembalikan.

6 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014


SAJIAN UTAMA

KESAKSIAN HIDUP SEBAGAI MISTIKUS DAN NABI PADA ZAMAN INI Pada tanggal 1 - 5 September 2014 yang lalu diselenggarakan Sidang Konferensi Pemimpin Tertinggi Antar Religius Indonesia (KOPTARI) di Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sidang KOPTARI 2014 mengambil tema: Kesaksian Hidup sebagai Mistikus dan Nabi Zaman Ini. Berikut laporan Sidang KOPTARI di Malino oleh Sr M Evarina PBHK.

Elia dan Elisha menyuarakan kebenaran pada jamannya. Kita semua, para religius pun dipanggil untuk menjadi nabi-nabi masa kini.

Judul di atas adalah tema yang menjadi bahan pendalaman bersama dalam sidang pleno Konferensi Pemimpin Tertinggi Antar Religius Indonesia (KOPTARI) yang dilaksanakan di Malino – Sulawesi Selatan, pada tanggal 1 – 5 September 2014. Peristiwa bersejarah ini dihadiri oleh anggota MASI (Musyawarah Antar Serikat Imam) IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia) dan MABRI (Musyawarah Antar Bruder Indonesia) yang menurut Sr. Petronella, sekretaris Eksekutif KOPTARI, berjumlah 181, namun yang hadir di Malino hanya 105. Suatu jumlah yang sangat besar dengan kekuatan para anggota tarekat di dalamnya yang luar biasa bagi Gereja Katolik Indonesia. Di belakang 181 Provinsial TarekatTarekat tersebut terdapat para anggota dengan pelbagai karya mereka, di dalam dan luar negeri, di bidang pastoral, bidang pendidikan dan kesehatan, panti asuhan, karya sosial, dan lingkungan hidup, setiap hari bekerja dengan tekun dan setia di bidangnya masing-masing.

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 7


Misa Pembukaan Sidang KOPTARI dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agung Makassar Mgr. John Liku Ada, didampingi oleh P RB riyo Mursanto SJ dan P Andreas Madya Srijanto SCJ.

Teologi Sukses Sidang hari pertama dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. John Liku Ada Pr (Uskup Keuskupan Agung Makassar) dan P RB Riyo Mursanto SJ (Ketua KOPTARI) dan P Andreas Madya Srijanto SCJ (Sekretaris KOPTARI). Perayaan Ekaristi didahului dengan ucapan selamat datang yang disampaikan oleh Sr Justien Tiwow JMJ, Wakil Ketua KOPTARI sekaligus Penanggung jawab panitia lokal pelaksanaan Sidang Pleno ini. Sr Justien mengharapkan para peserta Konferensi mengalami suasana yang menggembirakan dan menyenangkan, sehingga rahmat yang ditimba selama sidang sungguh berguna dalam kelanjutan kesaksian sebagai nabi dan mistikus. Dalam kotbahnya Bapak Uskup Keuskupan Agung Makassar itu

mengungkapkan bahwa kita berkarya karena dorongan pengalaman kehadiran Allah dalam diri dan hidup kita. Lebih lanjut Bapak Uskup mengatakan perlunya mencermati apa yang tumbuh dalam lingkungan agama Kristen denominasi–denominasi baru, yakni Teologi Sukses atau Teologi Kesejahteraan, seperti ditulis dalam buku Ir Herlianto MTh, Teologi Sukses antara Allah dan Mammon. Beberapa nama yang dikenal sebagai nabi modern seperti Norman Vincent, Robert Kenneth, berdasarkan studi Ir. Herlianto ini, menekankan teologi sukses, yang sesungguhnya ternyata adalah sinkretisme antara kekristenan dan mammon. Dalam pengajaran mereka yang berkobarkobar dan berapi-api Allah sering dieksploitasi bagaikan mesin ATM. Ketika dicermati, yang menjadi ilah baru adalah mammon. Allah dimanipulasi menjadi sarana untuk

8 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

mendapatkan ilah baru itu. Hal itu berbahaya sehingga Ir. Herlianto menutup bukunya dengan mengutip kata-kata Kitab Suci: “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kamu tidak dapat mengabdi Allah dan kepada mammon sekaligus .” Ketika mamon menjadi tujuan, maka Allah menjadi sarana dan ini sungguh-sungguh menjadi pembalikan Injil Yesus Kristus. “Mudah-mudahan selama sidang KOPTARI berlangsung, kita mengalami keheningan, kebeningan dan kedamaian. Semoga tema yang akan kita gumuli dalam persidangan ini sungguh membawa manfaat dan semangat baru untuk melanjutkan karya pelayanan kita kepada Gereja Indonesia, sebagai para religius yang melayani Gereja dan masyarakat,” tandas Bapak Uskup. Setelah misa pembukaan, para peserta sidang diajak untuk menyimak profil tarekat-tarekat religius


yang berkarya di Keuskupan Agung Makassar antara lain imam Projo, MSC, CICM, JMJ, HHK, CMM, BKK, SFIC, RMI, MC dan sharing dari perwakilan awam oleh Bapak Julius Yunus Tedja. Bapak Julius sebagai perwakilan umat mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraan karena bisa berbagi pengalaman dengan Para Pimpinan Tarekat. Di tengah kesibukan dalam keluarga dan pekerjaan, ia selalu aktif dalam kegiatan Gereja. Itu menjadi kekuatan dan selalu memberi kegembiraan batin. “Semoga kehadiran Tarekat-tarekat religius selalu memberi kesejukan dan pelayanan kepada siapapun terutama yang miskin dan menderita,� katanya. Pada sore harinya para peserta sidang mendengarkan laporan Badan pengurus KOPTAR, serta laporan Fraksi IBSI, MASI dan MABRI. Sidang hari kedua, diisi dengan mendengarkan masukan dan berefleksi bersama tentang tema kesaksian hidup sebagai mistikus dan nabi pada zaman ini yang

dibawakan oleh Pastor Albertus Sujoko Hadiwardaya MSC. Setelah mendengarkan input dari P Sujoko, para peserta sidang dibagi dalam beberapa kelompok dan bersharing untuk mendalami tema yang sudah diterima bersama. Sesudah makan siang panitia memberi kesempatan kepada para peserta sidang untuk mengagumi karya Allah dengan jalan-jalan ke Taman bunga, air terjun dan perkebunan teh. Pemilihan Badan Pengurus Hari ketiga, merupakan hari untuk pemilihan Badan Pengurus KOPTARI dan badan pengurus tiap-tiap fraksi periode 2014-2017, sekaligus penyusunan program kerja dari tiap-tiap fraksi. Berkat bimbingan dan terang Roh kudus, terpilih ketua Badan Pengurus KOPTARI yaitu Pastor Adrianus Sunarko OFM; Ketua MASI: Pastor Petrus Hardiyanto SJ; Ketua IBSI: Sr. Carolina CB; dan Ketua MABRI: Br. Dwiyatno FIC. Program-pro-

Para religius masa kini dipanggil bersama untuk menjadi mistikus dan nabi

gram dari masing-masing fraksi yang telah disepakati bersama disahkan pada sidang hari keempat. Di samping penyusunan program bagi tiap-tiap fraksi juga dirumuskan pernyataan bersama yang akan direkomendasikan kepada Badan Pengurus KOPTARI dan juga rekomendasi untuk mengisi Tahun Hidup Bakti yang akan dimulai pada 30 November 2014 dan akan ditutup pada 30 November 2015. Rekomendasi untuk mengisi Tahun Hidup Bakti 2015 antara lain: membentuk tim untuk mengadakan penelitian mengenai Profil Religius Indonesia, Mendorong para provinsial untuk membuat refleksi tertulis tentang hidup bakti dalam terang Perfectae Caritatis dan Evangelii Gaudium untuk dipublikasikan. Wake-up Call for the Church Sore hari setelah pengesahan program dari masing-masing fraksi, diadakan pertemuan bersama Mgr. Sudarso SCJ, sebagai penghubung dengan KWI. Dalam pertemuan ini beliau atas nama para Uskup yang tergabung dalam KWI menyampaikan salam dan hormat serta selamat memanfaatkan Sidang Pleno KOPTARI ini dengan kesatuan hati dan iman agar sidang ini menghasilkan semangat baru sebagai religius, warga Umat Allah yang terus berpikir bersama Gereja, sentire cum ecclesia. Mengomentari tema Sidang yang menekankan Kesaksian Hidup sebagai Mistikus dan Nabi, Mgr Sudarso mengatakan bahwa kesaksian adalah kebutuhan yang mendesak dan paling sulit dihadapi oleh para religius dan Gereja jaman ini. Itulah Kesaksian Injili. “Sudah sejak Konsili Vatikan II hal itu dimintakan perhatiannya. Tema Sidang KOPTARI 2014 yang ingin menekankan kesaksian hidup sebagai mistikus dan nabi kami sambut dengan baik. Apalagi refleksi tentang mistikus dan nabi ini sudah menjadi bahan refleksi wajib untuk semakin dipahami dan diresapi dalam komunitas-komunitas. Kami mengajak untuk menyadari pen-

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 9


tingnya dimensi tersebut, karena itulah dimensi penting dalam Gereja. Mistikus dan kenabian merupakan dua dimensi yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Kita dapat melihat itu dalam diri pribadi para pendiri Tarekat dimana pengalaman iman akan Allah memampukan mereka untuk menanggapi tanda-tanda kehadiran Tuhan pada jamannya. Seorang teolog besar mengingatkan kita bahwa Gereja harus semakin menjadi mistik atau akan kehilangan garam dan terang pengaruhnya pada dunia. Para religius sebagai communio yang hidup dan ingin memberi kesaksian secara padat kehadiran Gereja haruslah menunjuk pada dua hal yaitu pengalaman iman yang dekat dengan Allah dan mewartakannya dalam gaya hidup dan setiap pelayanan yang diembannya. Dengan semakin memberikan kesaksian kedua dimensi itu para religius akan dapat lebih memancarkan perutusan gereja sesuai dengan maksud Tuhan. Dan semoga dengan kesaksian itu terjawablah pertanyaan besar mengapa Gereja kurang diminati kendati segala perjuangannya.” “Harapan saya, dengan kesaksian itu Tarekat religius dapat men-

jadi “wake-up call for the Church” atau alarm bagi Gereja. Seorang rahib mengatakan: ”We must teach again that religious are meant to be wake up call for the church.” Selanjutnya Mgr Sudarso mengatakan bahwa telah dicoba mengidentifikasi halangan-halangan yang bisa membuat pewartaan atau evangelisasi Gereja kurang bergema: • Gereja masih tetap dipandang “asing” terutama oleh orang-orang Asia, itulah sebabnya inkulturasi pernah mendapat perhatian besar. Keasingan juga harus dianalisa secara kritis karena kata itu juga dikaitkan dengan strategi politis, entah karena masuknya lewat bangsa penjajah ke tengah-tengah masyarakat yang sudah beragama lain terutama muslim atau karena sebab lain. Namun asing juga karena struktur dalam Gereja atau lembaganya yang semakin kurang mengakomodasi pembaharuan. Akibat dari itu, Gereja dan lembaga-lembaganya berhadapan dengan reaksi ektrim dari sekularisasi yang bertentangan dengan

10 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

kelembagaan Gereja sendiri. • Halangan lain evangelisasi adalah lifestyle kita para religius yang dipengaruhi oleh semangat konsumeristis, individualis dan sekaligus menjadi halangan berhadapan dengan mentalitas anak-anak jaman. Selain itu sering perbedaan-perbedaan sudut pandang dalam refleksi teologi tentang misi dan evangelisasi dapat memperlambat jalannya pewartaan kabar sukacita iman kita. Memasuki hari kelima, seluruh peserta Sidang KOPTARI dan Panitia mengadakan perjalanan menuju ke Katedral Makassar untuk menutup keseluruhan Sidang dengan Misa yang dipimpin oleh Duta Vatikan Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Setelah misa dilanjutkan dengan makan bersama dan ramah tamah di Aula Katedral sambil menikmati berbagai macam tarian dan lagulagu yang sudah dipersiapkan oleh panitia.  Sr M Evarina PBHK


KABAR DARI MALINO Malino adalah kota sejuk dan bersejarah. Dalam kata pengantar Misa Pembukaan Sidang KOPTARI 2014, Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada, Pr antara lain mengatakan: “Tahun 1946 diadakan Konferensi Malino yang diprakarsai oleh H.J. van Mook, sebagai wakil Gubernur Jendral Belanda untuk membicarakan pembentukan Negara Indonesia Timur. Bulan Desember tahun 2001, Ketika Negara Indonesia mengalami disintegrasi sosial yang semakin meluas akibat kerusuhan di Ambon, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengambil prakarsa untuk mengadakan Konferensi Malino untuk mengatasi kerusuhan di Ambon. Tiga bulan kemudian, Februari 2002, Jusuf Kalla mengadakan konferensi di Malino lagi untuk mengatasi kerusuhan di Poso.” Dan pada tgl 1 – 5 September 2014, terjadi lagi peristiwa yang sangat bersejarah, di mana Konferensi Pemimpin Tinggi Tarekat Religius Indonesia (KOPTARI) mengadakan Konferensi Nasional. KOPTARI yang beranggotakan MASI (untuk kongregasi Imam Religius) IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia) dan MABRI (untuk kongregasi para bruder se-Indonesia) yang menurut Sr. Petronella, sekretaris Eksekutif, jumlahnya 181, dan yang hadir di Malino hanya 105. Jumlah yang sangat besar dengan kekuatan para anggota tarekat di dalamnya yang luar biasa bagi Gereja Katolik Indonesia. Di belakang 181 Provinsial Tarekat itu terdapat para anggota tarekat dengan pelbagai karya mereka, di dalam dan luar negeri, di bidang pastoral, bidang pendidikan dan kesehatan, panti

SAJIAN UTAMA

asuhan, karya sosial, dan lingkungan hidup, yang setiap hari bekerja dengan tekun dan setia di bidangnya masing-masing, tanpa kata dan tanpa suara, bagaikan himpunan semut-semut yang bekerja, untuk menghadirkan misteri Kerajaan Allah di tengah masyarakat. Sidang KOPTARI 2014 telah terlaksana dengan baik dan akan tercatat dalam sejarah kota Malino sejajar dengan Koferensi H.J. van Mook tahun 1946; Perdamaian Ambon 2001 dan Perdamaian Poso tahun 2001. Panitia Lokal yang terdiri dari para Suster JMJ Provinsi Makasaar, Tarekat CICM yang hanya 9 orang jumlahnya di Makassar, Para Frater HHK dan CMM, serta para MSC yang terlibat secara penuh: P. Ronny Dahua sebagai Master of Ceremony (MC); P. Joseph Pontoan sebagai Penghimpun dokumen di Sekretariat, dan P Albertus Sujoko MSC sebagai Teolog Pendamping, dan P. Rolly Untu MSC sebagai Provinsial. Misa Pembukaan dilakukan di ruang konferensi Panti Semadi JMJ di Malino oleh Uskup Agung Makassar; Pesan-pesan Penutup dilakukan oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Palembang, sebagai Uskup Penghubung antara KWI dan KOPTARI. Misa Penutupan dilakukan di Katedral Makassar pada hari Jumat, 5 Sept 2014 oleh Nuncio, Duta Vatikan, Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Dalam kesempatan itu Pengurus KOPTARI yang baru menanyakan kepada Nuncio tentang kapan persisnya pembukaan Tahun Hidup Bakti yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus akan dimulai. Saat itu juga Duta menelpon ke Roma dan mendapatkan jawaban bahwa

pembukaannya akan dilakukan tgl 30 November 2014 atau sekitar Minggu Pertama Adven; dan Penutupannya bulan November 2015, peringatan 50 tahun dekrit Konsili Vatikan II Perfectae Caritatis tentang Hidup Bakti. Tema yang diangkat dalam SIDANG KOPTARI itu adalah: Kesaksian Hidup Sebagai Mistikus dan Nabi pada Zaman Ini. Banyak refleksi yang bagus telah didokumentasikan dengan cermat oleh bagian sekretariat. Semua peserta membawa pulang semua hasilnya hanya dalam bentuk flash disk 8 GB. Tidak ada kertas yang dipakai, karena dengan sengaja dilakukan tindakan simbolik untuk peduli pada lingkungan hidup, mengurangi penggunaan kertas berarti mengurangi penebangan pohon dan kerusakan lingkungan. Selama konferensi hanya dipakai laptop untuk menulis dan LCD untuk membaca bersama. Minggu pertama bulan November 2014 akan dilaksanakan Sidang KWI dan kita tunggu bagaimana Gereja Katolik Indonesia akan mengisi Tahun Hidup Bakti 30 November 2014 – November 2015 dalam kerjasama dengan Pengurus KOPTARI yang baru. Sebagai ketua KOPTARI yang baru, terpilih Romo Adrianus Sunarko OFM, untuk Periode 2014 – 2017. Suara terbanyak kedua yang tidak terlalu banyak beda adalah: Sr. Anna Marie OP. Namun 7 Nama yang mendapatkan suara dalam nominasi itu, termasuk Suster, Frater dan Bruder di dalamnya, menjadi Pengurus KOPTARI secara bersama-sama. Dan para pengurus KOPTARI itu diundang untuk hadir dalam sidang-sidang KWI.  Albertus Sujoko

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 11


P. ALBERTUS SUJOKO HADIWARDAYA MSC

MISTIK SEHARI-HARI

Sidang Konferensi Pemimpin Tinggi Tarekat Religius Indonesia (KOPTARI) 2014 di Malino, Sulawesi Selatan dilaksanakan pada tanggal 1 - 5 September yang lalu. Sidang KOPTARI 2014 ini mengambil tema: Kesaksian Hidup sebagai Mistikus dan Nabi pada Zaman Ini. Dalam kesempatan tersebut P Albertus Sujoko MSC memberikan input tentang Mistik dalam Kehidupan Sehari-hari. Mistik – Mysterion – Sacramentum Kata mistik dan mistikus berasal dari kata Yunani mysterion atau mysterium (Latin). Kata mystagogy (pendalaman iman) dan mystic (pengalaman iman) juga berkaitan dengan mysterion itu. Kata mysterion sendiri tidak bisa dilepaskan dari pasangannya yaitu sacramentum atau sakramen. Dalam teologi hal tersebut menjelaskan Ef 1: 9: “Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya (sacramentum voluntatis) kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam

Kristus.” Mysterion adalah rencana keselamatan yang tersembunyi di dalam kehendak Allah dan sacramentum adalah pernyataan dari rencana keselamatan Allah itu sejauh dinyatakan kepada kita melalui penciptaan dunia ini dan inkarnasi Yesus Kristus. Jadi pengalaman mistik berkaitan dengan kesadaran untuk memahami atau menangkap misteri karya penyelamatan Allah di tengah-tengah manusia. Mistik dalam kehidupan Sehari-hari Karl Rahner SJ memperkenalkan istilah “mistik kehidupan se-

12 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

hari-hari” (the mysticism of everyday life). Ia adalah seorang teolog besar pada masa sebelum, selama, dan sesudah Konsili Vatikan II (1962 – 1965). Mistik adalah sebuah pengalaman nyata dan sederhana tentang kehadiran Allah. Kehadiran Allah berarti rahmat. Dalam refleksi Karl Rahner, pengalaman mistik tidak bisa dilepaskan dari pengalaman rahmat. Rahmat itu pada akhirnya juga sama dengan Sacramentum, yaitu tanda nyata bahwa Allah sedang bekerja menyelamatkan manusia. Apa itu rahmat? Menurut Rahner, rahmat adalah komunikasi diri Allah atau


pernyataan diri Allah atau pemberian diri Allah secara universal. Allah mengkomunikasikan diri-Nya atau menyatakan diri-Nya kepada semua orang. Rahmat itu bukanlah semacam berkat atau anugerah ilahi yang dicurahkan kepada orang ini atau orang itu, pada suatu saat dan bukan pada saat lain. Rahmat tidak bercorak sporadis dan parsial, melainkan total dan universal. Menurut Rahner, semua orang tidak peduli agamanya, bahkan beragama atau tidak, dilingkupi oleh rahmat yang sama. Oleh karena itu, semua pengalaman yang manusiawi, semua pengamalan hidup yang positif atau negatif, yang baik atau buruk, tidak terlepas dari rahmat Allah. Rahmat Allah ada di dalam inti keberadaan manusia itu sendiri. Karena Allah tidak bisa memberikan hal lain kecuali diri-Nya sendiri sepenuh-Nya, maka setiap pribadi manusia pada dasarnya adalah “manusia mistik” (homo mysticus). Hubungan eksistensial antara setiap pribadi manusia dengan Allah menjadi landasan bahwa setiap pengalaman, biarpun secara implisit dan tersirat saja, namun secara asali (primordial) atau kodrati adalah pengalaman akan Allah. Rahner menyatakan, “... di dalam diri setiap orang... ada semacam pengalaman yang samar, tak ber-

nama, tak bisa dirumuskan juga, bahkan mungkin sengaja ditekan, tidak mau diperhatikan atau mau diabaikan... dan pengalaman itu mengarah kepada Allah. Pengalaman keterarahan kepada Allah itu dapat ditekan, tetapi tidak bisa dihancurkan, dan itulah pengalaman mistik... atau pengalaman yang disebut oleh para mistikus klasik sebagai “kontemplasi tercurah/ terberi” (infused contemplation/contemplatio infusa). Dalam pengertian rahmat dan mistik seperti itu, Rahner menuntun kita untuk berani memegang sebagai kebenaran atau menghayati secara sadar dan sungguh-sungguh bahwa pengalaman mistik itu adalah pengalaman keseharian biasa, bukan pengalaman rohani yang langka, yang harus diperoleh melalui latihan meditasi yang sulit dan lama. Pengalaman mistik adalah pengalaman rahmat. Rahmat adalah komunikasi diri Allah sepenuhnya kepada setiap manusia. Pengalaman yang seperti itulah yang menjadi landasan hidup iman harian setiap orang dalam iman, pengharapan dan cinta kasih. Pengertian Mistik dalam Kehidupan Sehari-hari Rahner berkeyakinan bahwa setiap orang – bahkan orang yang

mengaku diri tidak percaya kepada Tuhan sekalipun – yang hidup sederhana, tidak egois, jujur dan tulus, melayani sesama tanpa banyak bicara, rela berkorban dan berani menanggung penderitaan akibat melayani orang lain... itulah mistisisme dalam hidup keseharian. Di dalamnya terdapat pertalian bukan hanya antara kesatuan cinta Allah dan cinta sesama, melainkan juga dengan ajaran Kristus bahwa apa saja yang kamu lakukan untuk saudara-Ku yang paling hina ini kamu lakukan untuk Aku (Mat 25: 40). Setiap orang yang melakukan hal-hal itu, biarpun ia bukan orang Kristen, bahkan tidak mengenal Kristus, ia menghidupi mistik dalam hidup keseharian. (Hal ini sejalan dengan teologi Karl Rahner yang disebut Kristen anonim (anonymous Christians) atau semangat Kristen tanpa nama Kristen. (Saya menjelaskan teologi Kristen anonim Karl Rahner ini dalam buku saya: Militansi dan Toleransi, Refleksi Teologis atas Rahmat Sakramen Baptis, Kanisius 2012, hlm. 46 – 49). Demikianlah, bentuk terdalam dari pengalaman mistik hidup harian menurut Rahner adalah: cinta tanpa pamrih bagi sesama. Jika seseorang, tidak peduli beragama apapun atau tidak beragama sama sekali, kalau ia dengan berani me-

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 13


nerima dirinya dan hidupnya secara total dan penuh, meskipun semuanya nampak sia-sia dan tanpa makna atau hanya menuju kematian dan kehancuran, maka di situlah, sekurang-kurangnya secara implisit, Sang Misteri Agung itu akan mengisi kekosongan dirinya dan kehampaan hidupnya. Dengan menerima kerapuhan kemanusiaan apa adanya, ia menerima Sang Misteri kehidupan itu sendiri. Pengalaman Mistik Sehari-hari dalam Kehidupan Yesus Apa yang paling mengagumkan (mujizat dan pengajaran-Nya) dan juga yang paling menyedihkan (sengsara dan kematian-Nya di kayu salib) dalam kehidupan Yesus semuanya tetap terjadi di dalam bingkai pengalaman hidup harian. Kita bahkan dapat mengatakan bahwa di dalam diri Yesus itu semua pengalaman yang sangat manusiawi mendapatkan bentuknya yang paling mendasar dan paling radikal. Kita harus belajar dari Yesus sendiri untuk menjadi manusiawi. (We have to learn from Jesus to be fully human). Di dalam diri Yesus, Allah telah merengkuh (mengenakan; merasakan; mengalami) pengalaman keseharian kita. Ber-

kat keberadaan Yesus Putera Allah di antara manusia itu, maka mistik keseharian hidup kita menjadi sukacita dalam hidup di dunia dalam cahaya iman paskah untuk mengasihi secara penuh. Partisipasi dalam kematian Kristus, meskipun hanya secara implisit sekalipun – karena tidak ada iman kepada-Nya – memampukan seseorang untuk mati bagi dirinya sendiri dan bagi dunia supaya menyerahkan diri kepada Sang Misteri Agung yang menyatakan diri-Nya dalam keseharian hidup kita. Dengan mengalami kematian-kematian semacam itu maka seseorang dapat mengambil bagian dalam kebangkitan Kristus. Inilah landasan Kristologis dari mistik kehidupan sehari-hari. Rahner membantu kita untuk “mengais dari sampah pengalaman yang amat biasa� (banalitas keseharian kita) untuk menemukan pengalaman rahmat dalam bentuk misalnya: merasakan pengharapan yang tumbuh dari pengalaman kesendirian dan kesepian; bertahan dalam kesetiaan doa-doa harian yang sudah membosankan dan tanpa makna lagi; berusaha untuk mengikuti bisikan hati nurani yang selalu menegur dan mengingatkan kita; tetap mengusahakan iman,

pengharapan dan kasih, sekalipun di tengah-tengah tiadanya alasan untuk beriman, berharap dan mengasihi; menerima kenyataan adanya jurang perbedaan antara yang kita harapkan dan kenyataannya; dan akhirnya semua orang di dalam diam harus berhadapan dengan kematian. Rahner menyatakan bahwa di dalam itu semua, Sang Misteri itu tetap melingkupi semua pengalaman manusiawi kita. Di mana ada ruang kosong yang menganga, misalnya akibat adanya sebuah perpisahan, atau oleh penyangkalan dan penolakan, dan bahkan oleh kematian; di mana ada perasaan hampa yang tidak dapat dipenuhi oleh realitas dunia ini atau kejenuhan yang tidak bisa dihibur oleh kesibukan dan kegiatan apapun; atau oleh renungan dan santapan rohani yang paling bermakna sekalipun...di dalam keadaan-keadaan hampa itu pun.... di sana Tuhan ada. Rahner menyebutkan sebagai contoh pengalaman teman setarekatnya Alfred Delp SJ dan beberapa temannya yang menandatangani kaul-kaul kekalnya dengan tangan yang diborgol untuk selanjutnya di bawa ke penjara Nazi Jerman kemudian mereka dihukum mati di Berlin karena menentang

Dalam diri Yesus pengalaman yang sangat manusiawi mendapatkan bentuknya yang paling mendasar dan paling radikal. Kita harus belajar dari Yesus sendiri untuk menjadi manusiawi. 14 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014


Hitler. Atau seorang Jesuit lainnya yang menjadi pastor di penjara dan disambut dengan senang oleh narapidana bukan karena khotbahnya tentang Injil yang meneguhkan, melainkan terlebih karena tembakau yang dibawanya. Rahner berusaha untuk menjelaskan bahwa dalam pengalaman manusiawi yang begitu remeh dan biasa atau pengalaman yang begitu sial dan tragis, dalam segala kefanaan dan banalitasnya... di situ Tuhan ada. Kita tidak mungkin berkata bahwa di sana Tuhan tidak hadir. Kesaksian Kenabian Di Indonesia ada pengertian khas tentang nabi karena pengaruh Islam. Dalam Islam disebutkan nabi Adam, nabi Musa, nabi Daud, nabi Sulaiman (Salomo), Nabi Isa dan nabi penutup: Mohammad. Dalam agama Kristiani, Adam bukan nabi, ia manusia pertama. Musa bukan nabi, ia pemimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Daud dan Salomo, bukan nabi, mereka adalah raja-raja Israel. Yang disebut nabi dalam Kitab Suci Kristiani adalah gerakan kenabian dalam bangsa Israel pada periode tertentu, khususnya sebelum, selama dan sesudah pembuangan

Babilon. Pada masa itulah tampil nabi-nabi yang berbicara atas nama Yahwe. Dalam Ilmu Kitab Suci dibedakan nabi-nabi kecil dan nabi-nabi besar, bukan karena perannya, melainkan karena banyak sedikitnya tulisannya dalam Kitab Suci. Nabi-nabi kecil adalah: Amos; Hosea, Yunus, Mikha, Zefanya, dll; nabi-nabi besar adalah: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel. Para nabi itu berbicara atas nama Tuhan atau bernubuat tentang apa yang akan terjadi pada bangsa Israel kalau mereka tidak bertobat dan kembali kepada YAHWE, Allah mereka. Pengalaman St. Paulus akan Allah dan Kristus Tuhan kita. Di antara para murid Yesus, saya sangat mengagumi St. Paulus. Sejak pengalaman mistik bertemu Yesus di pintu gerbang kota Damsyik itu, seluruh hidup Paulus sesudahnya diwarnai oleh pengalaman perjumpaan dengan Yesus itu. Seperti Yesus Sang Guru, Paulus juga mampu melihat tanda-tanda Allah bekerja; ia mampu memahami kehendak Allah baginya dan ia berusaha untuk hidup dituntun oleh Roh Allah. Salah satu kutipan yang paling jelas ten-

tang kemampuan mistik Paulus terbaca dalam surat kepada umat di Roma. Setelah melewati pelbagai macam pengalaman hidup, suka dan duka dalam pewartaan ketika ia berkeliling dari kota ke kota (PB mencatat 3 perjalanan Paulus: pertama, paling pendek; kedua, sangat panjang mengelilingi 16 kota di Asia, Yunani bahkan Makedonia di Eropa Timur; dan ketiga, perjalaannya ke Roma, yang terakhir dan ia menemui ajalnya), Paulus menyatakan: “Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.� (Rom. 8: 27-28). Masih dalam ayat-ayat selanjutnya St. Paulus menyatakan keyakinan imannya, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan, atau ketelanjangan, atau bahaya atau pedang? (ay. 35) ...Tidak ada yang dapat memisahkan

Pengalaman mistik Paulus berawal dari perjumpaannya dengan Yesus di gerbang kota Damsyik. Sesudah itu seluruh hidupnya diwaranai oleh perjumpaannya dengan Yesus itu.

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 15


kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (ayat. 39). Semangat Kegembiraan Paus Fransiskus Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ yang menjadi Paus Fransiskus benar-benar membawa suasana baru dalam Gereja Katolik. Caranya menjadi Paus dan kata-katanya memberikan inspirasi baru. Ensiklik pertama yang ditulisnya sendiri adalah Evangelii Gaudium; karena Ensiklik sebelumnya: Lumen Fidei ditulis oleh Paus Benedictus dan diselesaikan oleh Paus Fransiskus : “Kegembiraan Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang berjumpa dengan Yesus. Mereka yang menerima tawaran keselamatan-Nya dibebaskan dari dosa, kesedihan, kokosongan batin dan kesepian. Oleh Kristus kegembiraan selalu diperbarui. Dalam himbauan ini saya ingin menyemangati umat kristiani supaya membuang sauh berlayar mengarungi lembaran baru tahap evangelisasi yang ditandai oleh kegembiraan ini, sambil menunjukkan jalan-jalan

baru bagi perjalanan Gereja pada tahun-tahun mendatang. Kegembiraan yang selalu baru, Sukacita yang dibagikan,” (No.1). “Bahaya besar dalam dunia sekarang, yang dikuasai oleh konsumerisme, adalah kesedihan dan kegelisahan yang disebabkan oleh hati yang rakus dan puas diri, mabuk oleh keinginan untuk mencari kesenangan, dan suara hati yang tumpul. Ketika hidup batin kita menjadi sibuk dengan kepentingan dan keinginan sendiri, maka tidak ada ruang lagi untuk orang lain, dan tidak ada tempat bagi orang miskin. Suara Tuhan juga tidak terdengar lagi, sukacita yang dibawa oleh kasih-Nya juga tidak dirasakan lagi, dan keinginan untuk berbuat baik pun lenyap. Bahaya ini sungguh nyata juga bagi orang-orang beriman. Banyak orang menjadi korbannya, dan berujung pada rasa tak bersemangat, marah dan tidak bergairah. Tidak ada lagi cara untuk hidup secara bermartabat dan bermakna; Itu bukanlah kehendak Tuhan bagi kita, juga bukan itulah kehidupan di dalam Roh yang bersumber pada hati Kristus yang bangkit,” (No. 2).

16 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

“Saya mengajak semua orang Kristiani, di manapun berada, pada saat ini juga, untuk pemperbarui perjumpaan pribadi kita dengan Yesus Kristus, atau sekurang-kurangnya membuka diri untuk membiarkan Dia menjumpai mereka; Saya meminta anda semua untuk melakukannya setiap hari tanpa putus. Jangan ada orang yang berfikir bahwa undangan ini tidak dimaksudkan untuknya, karena “tidak seorangpun dikecualikan dari kegembiraan yang dibawa oleh Tuhan. (1) Tuhan tidak akan mengecewakan mereka yang berani mengambil langkah itu; kapanpun kita mengambil langkah untuk menemui Yesus, kita akan menyadari bahwa Ia sudah ada di sana, menunggu kita dengan tangan terbuka. Sekaranglah saatnya untuk mengatakan kepada Yesus: “Tuhan, aku telah membiarkan diriku ditipu; dalam seribu cara aku telah menghindari cinta-Mu, namun inilah aku sekarang, sekali lagi aku ingin membarui perjanjian dengan-Mu. Aku butuh Engkau. Selamatkanlah aku sekali lagi, Tuhan, masukkanlah aku sekali lagi ke dalam pelukan penyelamatan-Mu.” Betapa


indahnya merasakan kembali kepada-Nya lagi ketika kita tersesat! Biarlah saya mengatakan hal ini sekali lagi: “Tuhan tidak pernah lelah untuk mengampuni kita, kitalah yang merasa lelah untuk mohon ampun kepada-Nya”. Kristus, yang mengatakan kepada kita untuk mengampuni satu sama lain “tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat. 18:22) telah memberikan contoh: Ia telah mengampuni kita tujuh puluh kali tujuh kali. Lagi dan lagi Ia memanggul kita pada pundak-Nya. Tidak seorangpun dapat menghapus kita dari martabat yang dicurahkan kepada kita oleh kasih-Nya yang tak terbatas dan tak pernah gagal itu. Dengan kelembutan yang tak pernah mengecewakan, sebaliknya yang selalu mampu untuk memulihkan kegembiraan kita, Ia membuat kita menjadi mampu untuk menegakkan kepala dan mulai baru lagi. Janganlah kita melarikan diri dari kebangkitan Yesus, janganlah pernah kita menyerah, biarlah terjadi apa yang akan terjadi. Janganlah ada hal lain yang menginspirasi kita lebih dari hidup-Nya, yang mendorong kita ke depan!” (No. 3). Beberapa pesan Paus Fransiskus kepada para Superior General

Tarekat Religius seperti dilaporkan oleh P. Antonio Spardaro, SJ. “Gereja berkembang berkat kesaksian, bukan karena proselitisme. Kesaksian yang memiliki daya pikat itu berkaitan dengan sikap dan tingkah laku yang tidak biasa: jujur, rendah hati, sederhana, bermurah hati, lepas bebas, rela berkorban, berani melupakan diri untuk melayani sesama. Itulah “kemartiran” hidup religius. Kesaksian semacam itu akan “berdering” bagaikan alarm yang membangunkan masyarakat. Kaum religius hendaknya membuat orang-orang bertanya: “Apa ini? Sesuatu yang baru? Hal yang seperti ini belum pernah kita lihat. Orang-orang itu hidup di dunia ini namun sepertinya melampaui hal-hal yang duniawi.” Paus melanjutkan: “Saya yakin akan satu hal: perubahan besar hanya bisa terjadi jika kita memulainya dari pinggiran, bukan dari pusat. (seperti Jokowi yang ingin membangun Indonesia dari pinggiran, dari desa-desa, dari pesisir pantai, dan dari daerah-daerah perbatasan). Ini adalah masalah hermeneutika atau metode mengenali realitas. Untuk dapat memahami realitas dengan baik, maka kita harus bergeser dari

posisi pusat yang serba tenang, aman dan damai, menuju daerah-daerah pinggiran yang serba tidak aman dan belum mapan. Selalu berada di pusat untuk melihat persoalan-persoalan bukanlah strategi yang baik; untuk mengalami realitas dengan tepat, kita harus berjalan keliling (blusukan). Kita harus mengenali realitas dengan cara mengalaminya bersama umat, kita harus menghabiskan waktu bersama mereka supaya bisa masuk ke dalam pengalaman-pengalaman mereka. (Ungkapan Paus yang terkenal adalah: Gembala harus berbau domba: Il Pastore che ha una sapore delle peccore). Kalau hal itu tidak terjadi, maka kita ada dalam bahaya jatuh pada ideologi abstrak dan fundamentalisme, dan itu adalah tidak sehat. Akhirnya, Paus menegaskan: “Hidup religius itu adalah kesaksian kenabian. Menjadi nabi artinya menunjukkan bagaimana Yesus telah hidup di dunia ini dan untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah akan mencapai kepenuhan-Nya. Seorang religius tidak pernah boleh berhenti “bernabi” atau “menabi” (menjadi nabi). A religious must never give up prophesizing. 

SEPTEMBER SEPTEMBER 2014 2014 || WARTA WARTA KELUARGA KELUARGA CHEVALIER CHEVALIER || 17 17


SPIRITUALITAS

MEMBANGUN RUMAH HATI FR. SANDRO PINANGKAAN MSC

Pada Rabu, 10 September 2014, Unit Amboina – Skolastikat MSC Pineleng membuka program Communal Discernment tentang Kaul Kemiskinan. Permenungan tentang Kaul Kemiskinan menjadi topik dasar pembinaan sepanjang tahun pembinaan 20142015 di Skolastikat MSC Pineleng. Tema besarnya, “Penguatan Semangat Kaul Kemiskinan Injili Demi Misi.” Unit Amboina dalam bimbingan P. Gregorius Hertanto, MSC merenungkan makna Kaul Kemiskinan dengan cara eksekusi lapangan: mengadakan eksposure sederhana dan memetik makna mendalam di balik realitas kemiskinan yang ada di sekitar Skolastikat. Para frater diutus berdua-dua untuk berjalan dan menggali pengalaman tentang realitas kemiskinan di Pineleng. 18 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014


Seusai makan siang, saya dan konfrater Kemilius Lowihan bergegas keluar kompleks Skolastikat MSC sambil masing-masing membawa sebuah payung lipat. Maklumlah, saat itu gerimis turun mengguyur Skolastikat dan sekitarnya. Setelah menyelesaikan beberapa transaksi yang perlu dengan seorang tukang sol sepatu, kami turun menyusur jalan utama. Saya lalu bertanya, “Kita hendak kemana?” Demikianlah kami sebenarnya tidak tahu arah mana yang hendak kami tuju. Berikan kami sebuah cerita Itulah sebuah doa yang terungkap dalam hati saya ketika hendak melangkahkan kaki lebih lanjut untuk melaksanakan program ini: “Tuhan, berikanlah kami sebuah cerita, atau paling tidak sebuah makna.” Saya lebih suka menyebut

program ini sebagai eksposure, untuk mengenang masa di Novisiat ketika melaksanakan program yang kurang lebih sama nadanya dengan Communal Discernment ini. Konfrater saya meminta supaya kami berjalan masuk ke dalam perumahan ‘x’ di seberang jalan utama. Dengan pikiran blank, kami berjalan menyusuri perumahan itu. Yang jelas, kami harus tiba di rumah pkl. 14.00. Saat itu, gerimis sudah reda. Matahari sore sudah menyapa desa Pineleng. Nampaklah rumah-rumah besar dan megah. Terkesan bagi kami bahwa para penghuninya merupakan orangorang kaya. Rumah-rumahnya bertingkat, pagarnya agak tinggi dan megah. Keadaannya sepi. Bentangan jalan, yang cukup lebar itu, nampak kosong. Rumah-rumah tertutup. Dalam keadaan seperti ini kami berseru satu sama lain, “Di

sini orang kaya semua, pengalaman apa yang akan kita timba?” Mau cari kos-kosan? Kami terus berjalan menuruni alur Bukit Bantik itu, di mana jalan menjadi semakin sempit dan rumah-rumah mulai jarang letaknya. Semakin menurun, jalannya semakin rusak, dan keadaan semakin sepi. Di ujung jalan nampaklah sebuah rumah yang sangat sederhana, menyerupai gubuk. Kami semakin mendekatinya. Sesampainya di area itu, keadaannya berubah drastis dari perumahan yang tadi kami amati di atas. Rumah-rumahnya sangat sederhana, dihiasi pagar-pagar bambu pendek dan tertata rapi. Banyak bocah lalu-lalang sambil bermain layang-layang, sembari gadis-gadis kecil bermain kelereng di pelataran rumah beralaskan tanah itu. Ada kumpulan orang tua

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 19


sedang bercakap penuh santai di sebuah rumah, kami sapa dengan ramah dan dijawab dengan ramah pula. Satu ketika kami melewati sebuah warung, di mana ibu-ibu berkumpul dan bercengkerama bersama. “Selamat siang…” sapa kami hangat. “Siang nyong, dari mana? Mau cari kos-kosan?” (Nyong adalah sebutan hangat untuk seorang pemuda Manado). Kami berdua terhenti dan saling senyum, lalu akhirnya menjawab, “Eee… nda’ bu. Kami dari Skolastikat, sedang jalan saja.” Lalu kami minta diri penuh hormat. Ya, aura kami sebagai seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat – Seminari Pineleng (STF-SP) tidak dapat disembunyikan. Selanjutnya kami terus berjalan sambil mengamati. Perbandingan dua kompleks yang sungguh menarik mata dan menyentuh batin. Perumahan yang sebelumnya kami lewati itu dihiasi dengan rumah-rumah yang cukup bagus dan disertai pagar pelindung yang cukup tinggi dan megah. Namun di sana, komunikasi antarwarga nampak kurang. Berbeda dengan

di tempat yang sederhana ini. Rumah-rumah yang sederhana tanpa pagar-pagar tinggi dan besar seakan menjadi sebuah siatuasi yang memungkinkan untuk terbangunnya suasana kekeluargaan yang kental di antara para warga. Tentang Kaul Kemiskinan Kita boleh miskin dalam harta-benda/materi, tapi jangan dalam komunikasi dan kekeluargaan dengan sesama. Baiklah kita para anggota Keluarga Chevalier menjadi pribadi yang sungguh bersikap lepas bebas dari jeratan materi. Banyaknya harta-benda dapat membuat relasi kita terkotak-kotak. Sepenggal kalimat dalam Konstitusi MSC no. 48 menegaskan: “Sesuai dengan semangat Tarekat, di dalam Kaul kita ini termasuk suatu pilihan mengutamakan kaum miskin; maka agar bertumbuh dalam menjalani kaul ini, gaya hidup kita baik sebagai perseorangan maupun sebagai komunitas haruslah senantiasa mencerminkan kesederhanaan yang besar dengan mempertimbangkan keadaan waktu dan

20 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014 20 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

tempat…” Dengan kata lain, Pater Chevalier bermaksud menyampaikan pesan agar janganlah materi menjadi penghalang hubungan sosial kita dengan saudara-saudara kita yang perlu perhatian. Realita yang ada sekarang, yakni kebutuhan materi menjadi hal yang cukup mendesak. Harga bahan bakar minyak (BBM) perlahan merangkak naik, dan hal ini memengaruhi sektor perekonomian negara, dan serentak juga memengaruhi aspek-aspek kehidupan yang lain, misalnya, politik dan sosial. Di tengah keadaan seperti itu, tugas utama seorang pewarta Hati Kudus, yakni untuk membawa hati itu ke dunia terlebih untuk mereka yang berkekurangan, kadang dikesampingkan. “Semangat yang menjiwai tarekat kita adalah semangat cinta kasih dan kebaikan hati, kerendahan hati dan kesederhanaan; dan terutama semangat cinta akan keadilan dan keprihatinan bagi semua orang, teristimewa mereka yang amat miskin.” (Konstitusi dan Statuta MSC [K.St.] No. 13)


Terkadang, kebutuhan pribadi mengekang kita, bahkan untuk melirik mereka yang kecil dan membutuhkan. Tugas perutusan kita ini menuntut perhatian lebih. Kita sering kali merasa diri boss berhadapan dengan orang-orang kecil. Sering kali kita menganggap mereka aneh. Banyak cerita di lapangan yang mengungkapkan hal ini. Dalam konsep, kita memandang kaum miskin dan marginal sebagai “sesama”. Ya, barangkali memang hanya konsep belaka. Maka, pertanyaan seorang ahli taurat kepada Yesus menjadi relevan bagi kita, “Siapakah sesamaku?” (Luk. 10:29) Kita sulit menyadari keberadaan saudara kita, konfrater kita, sebagai “sesama” pun sebagai orang kecil dan membutuhkan kita, pada jarak yang paling dekat. Bisa jadi hal ini sungguh nyata. Orang serumah seakan menjadi orang asing. Orang sekomunitas seakan menjadi benalu yang perlu disingkirkan. Pater Chevalier mengungkapkan, “Di dalam Tarekat tak seorangpun adalah orang asing, tak seorangpun adalah pendatang,

tetapi semuanya adalah saudara di dalam Hati Kristus.” Rumah Hati Hati adalah pusat keutamaankeutamaan pribadi kita, dan dari sanalah jati diri kita bersemayam. Kita dapat membandingkan keadaan hidup keluarga atau komunitas yang kering, tanpa tegur sapa, dan tanpa relasi yang hangat dengan situasi perumahan yang cukup elit tadi. Diri kita dipagari tembok yang tinggi dan megah, tembok egoisme kita. Tembok itu menghalangi kita untuk berkomunikasi dan berelasi, bahkan dengan sesama anggota keluarga atau konfrater di sekitar kita. Masih banyak kali kita memperjuangkan keinginan diri sendiri dan olehnya bergembira di atas kesusahan saudara terdekat kita yang sesungguhnya butuh uluran tangan kita. Kita diundang untuk mulai membangun rumah hati kita yang sederhana, tanpa pagar yang tinggi-tinggi. Cukuplah pagar-pagar bambu yang sederhana, yang tidak terlalu tinggi, sebagai penanda batas-batas penting dalam

relasi kita, tapi tidak menutup diri untuk sebuah relasi yang terbuka dan merakyat. Kita diundang untuk bersikap fleksibel dengan keadaan dunia tempat kita hidup, dan berani terjun ke dalam keadaannya yang sebenarnya. Kompleksitas dunia modern memberi tantangan tersendiri bagi tugas perutusan kita, “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala” (Mat. 10:16). Penghayatan kaul kemiskinan tidak terbatas pada soal materi belaka, tapi juga berkenaan dengan realitas kehidupan dan misi perutusan kita. Misi kita terarah pada mereka yang sungguh memerlukan perhatian dan uluran tangan kita. Berkenaan dengan ini, perlulah kita menyadari siapa yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan kita. Barangkali saudara atau konfrater kita, barangkali orang tua atau anak kita, barangkali orang terdekat dari kita. Dan di atas semuanya itu, pentinglah kita bertanya pada diri kita, “Sudahkah rumah hatiku cukup terbuka untuk saudara yang membutuhkan perhatianku?” 

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 21 SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 21


REPARASI:

KEMBALI KE POROS UTAMA JOHN GISCARD MITAKDA MSC “Belaskasih Allah bekerja secara luar biasa, sebab ketika murid yang ragu-ragu itu menjamah lambung Gurunya yang terluka, Ia menyembuhkan ketidakpercayaan kita,” (Paus St. Gregorius Agung, Homily 16, 7 – 9).

Kepada St. Gertruda, Yesus berkata, “Tujuan utama yang saya pikirkan ketika lambung-Ku ditikam adalah untuk mengungkapkan kepada dunia rahasia hati-Ku, dengan demikian seluruh dunia memahami bahwa cinta-Ku lebih besar dari semua tanda-tanda lahiriah yang Kuberikan. Karena derita-derita-Ku akan berakhir, tetapi cinta-Ku tak berkesudahan.” (Jules Chevalier, Le Sacre-Coeur de Jesu, p. 33).

22 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Sentri-petal dan Sentri-fugal Dalam Reuni Alumni Novisiat MSC Sananta Sela bulan Juli 2014 yang lalu, peserta menyadari bahwa kebanyakan MSC yang hidup, terpanggil, dibina dan melayani dalam era digital modern cenderung bergerak centri-fugal (bergerak menjauh dari sumbu interioritas) ketimbang centri-petal (bergerak menuju poros/pusat/sumbu utama). Media komunikasi yang bertujuan membuka, membina ko-


munikasi dan memperkuat hidup communio, justru kian melemah karena inti dari communio itu yakni hati, interior life semakin jarang dimasuki, diakrabi, dinikmati dan akhirnya bahagia tinggal di dalam “interior castle” itu. Sesuatu yang dipandang “contradictio in terminis“ dan “contradictio in actu”. Padahal dewasa ini kita diajak untuk mengadakan revolusi mental, suatu upaya untuk kembali kepada hati manusia dan tentunya Hati Allah. “Peziarahan dan perjalanan yang paling panjang adalah perjalanan menuju hati,” demikian ungkap St. Augustinus. Reparasi adalah the way of the heart yang mengajak kita untuk return love for love, tetapi terlebih dan terutama adalah kembali ke dalam dan mengakrabi “foum internum” kita, kembali kepada poros hidup kita sebagai MSC. Patut diakui bahwa mistik kristiani telah memandang hati Yesus yang tertikam sebagai gerbang yang terbuka lebar untuk mengajar kaum Kristen berinisiasi ke dalam hidup batiniah. Kita telah akui bahwa Hati Kudus Yesus adalah pusat dan poros gravitasi keselamatan sekaligus pusat dari misteri Allah menjadi manusia. Sebagimana Paulus menulis madah Kolose 1:15-20 yang terkenal itu, Pater Chevalier merenung dan menulis,

“Ketika Allah memandang Kristus, Ia melihat seluruh dunia seutuhnya; ketika kita memandang Kristus, kita melihat-Nya secara utuh dan menyeluruh dalam Hati Kudus-Nya.” Adalah tepat apa yang diungkapkan oleh Pater Alfred Bour ketika beliau menulis, “Reparasi, lahir sebagai anugerah paling berharga dari penampakan di Paray-le-Monial, mengundang kita untuk memperbaharui cara kita memandang devosi ini, dengan menempatkan diri kita kembali sebagai MSC ke dalam pusat gravitasi kita, Hati Kristus yang tertikam.” Fokus pada Cinta Bapa dan bukan penderitaan Kristus Pencinta dan penyebar cinta Hati Kudus Yesus dalam devosinya tidak pernah terfokus pada penderitaan fisik Yesus, tetapi semata-mata memusatkan diri pada “disposisi serta reaksi-reaksi internal” yang keluar dari Hati Yesus. Corak yang menyelamatkan dari kematian Yesus bukanlah penderitaan fisik tetapi keseluruhan cinta Bapa-Nya serta proyek keselamatan Allah yang tentunya menuntut penderitaan. Di atas segala-galanya itu, sengsara yang amat mendalam dan pahit tentunya bukan kesakitan fisik, tetapi pengalaman bahwa cinta ditolak

dan dengan demikian seluruh proyek keselamatan juga ditolak. Almarhum Pater Dennis Murphy cukup jeli ketika menulis, “Dan penolakan ini tidak hanya tertuju kepada hati manusiawi Yesus, tetapi jauh melampaui itu, yakni kepada cinta tak terbatas Allah yang terjelma dalam diri-Nya. Dimensi yang menyedihkan dari misi Yesus lebih luas dari wafat-Nya di salib; yakni mencakup seluruh kodrat-Nya, baik ilahi maupun insani,” (Dennis Murphy, msc, The Heart of the Word Incarnate, Asia Trading Corporation, Bangalore 2003, pg. 111). Walau yang insani dan ilahi secara riil berbeda, keduanya membentuk satu kesatuan being dalam diri Yesus. Hal ini merupakan dasar ortodoksi Gereja Katolik dan sekaligus unsur paling dasariah dalam tradisi devosi kepada Hati Kudus Yesus. Hati Yesus yang tertikam di salib yang dalam lagu Hati Kudus kita nyanyikan “Oh Hati Berduri Berdarah ditembusi tombak bengis,” lagu yang telah hilang dari khasanah lagu pada buku Puji Syukur Gereja Katolik di Indonesia. Hati yang berduri dan berdarah itu bukan hanya simbol dari suatu cinta tulus yang diberikan dan ditolak, tetapi seluruh pribadi yang mengungkapkannya ditolak. Kedua aspek cinta dan penolakan atas cinta adalah

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 23


unsur utama dari devosi khususnya yang berasal dari tradisi St. Margaretha Maria Alaqocue. Santa Margaretha Maria amat terpesona atas betapa besar dan dalamnya kasih Allah akan dunia, tetapi pada saat yang sama beliau terpaku kaget dan tergoncang akan ketakpedulian manusia. Pengalaman Margaretha Maria adalah suatu pengalaman mistik silih yang terjadi di tahun 1675 yang dipandang sebagai suatu bentuk “keluhan kenabian Kristus kepada Gereja.” Keluhan itu tentu saja suatu pendekatan baru dan undangan. Pater Alfred Bour mencatat bahwa sejak semula, hati Penebus senantiasa mengeluh pada Gereja yang dicintaiNya dan kepadanya telah diserahkan seluruh diri-Nya. Yesus mendekati Maria Alacoque dan Gereja atas sikap dingin dan penghinaan atas darah yang ditumpahkan untuk Gereja. Oleh karena itu Maria Alacoque senantiasa diundang untuk memperbaiki sikap tak-tahu berterima kasih dari anggota Gereja dengan jalan “mengembalikan cinta dengan cinta, khususnya cinta Ilahi. Teolog Karl Rahner mengomentari pandangan tradisional tentang Reparasi sebagai suatu tindakan menghibur Yesus Kristus. Bagi Rahner Reparasi bukanlah suatu bentuk keinginan simpatik untuk menghibur tetapi sebagai suatu kehendak yang tanpa pamrih dan murah hati untuk menerima hukum hidup Kristus, hukum penyerahan diri. Pandangan demikian ini membebaskan kita dari sekedar melihat Reparasi sebagai suatu gaya sentimental dari devosi dan karenanya kita terus menerus menyerupai hati Yesus. Tindakan apapun dari manusia tidaklah melucuti derita atau melemahkan kualitas Hati Kudus Yesus. Bagi Rahner, kekuatan yang menghibur dalam Reparasi terjadi dalam konteks penyejajaran dengan cara hidup Yesus dan limpahan rahmat yang mengalir dari komitment kita menyerupai Dia. Dengan demikian

Reparasi menggabungkan unsur menghibur dan menantang, dan kedua unsur ini merupakan semangat spiritual yang benar. Galatia 2:20 Devosi kepada Hati Kudus Yesus sejatinya adalah relasi dengan Yesus Kristus yang “mencintaku dan menyerahkan diri-Nya kepadaku,” (Gal. 2:20). Kita memahami reparasi dalam cahaya relasi timbal-balik ini. Dengan kata lain, pemahaman reparasi ini tidak memandang dosa manusia semata-mata dari kacamata psikologi manusiawi atau dari kacamata akibat pada manusia. Kalau dosa dipandang semata-mata sebagai kegagalan manusiawi dalam menanggapi relasi Allah, maka pemahaman dan pengalaman akan kekuatan cinta Allah akan dilemahkan. Reparasi mengajak kita memandang dosa dari kaca mata seorang Allah yang kekal, kudus, dan abadi cinta-Nya dan yang berinkarnasi dalam Yesus Kristus. Dosa dan kejahatan dalam pandangan ini dipahami sebagai suatu bentuk kegagalan untuk menanggapi cinta dengan cinta. Pengalaman ini mengajak kita untuk melakukan atau membalas kerugian bukan pertama-tama mendinginkan kemarahan Allah. Parce Domine Doa ini telah hilang dari buku doa harian MSC Indonesia. Memang tampak agak aneh dan terkesan amat melankolik melagukan “Parce Domine, parce populo tuo: ne in aeternum irascaris nobis.” Doa ini bersumber dari kitab Joel 2:17: “… baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan menangis di antara balai depan dan mezbah dan berkata. Sayangilah ya Tuhan umatMu, dan janganlah biarkan milikmu sendiri menjadi cela.” Konteksnya memang Allah yang marah karena dosa manusia. Namun ayat-ayat ini sendiri berbicara tentang jiwa-jiwa yang bertobat dan memohon kemurahan Ilahi. “Even if you don’t sing it, meditating on the verses

24 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

is very powerful,” tulis Jeffrey Pinyan dalam blog-nya Suffering with Joy: conforming ourselves to the will of God. Blog ini melanjutkan bahwa Parce Domine dinyanyikan oleh banyak orang kudus sepanjang sejarah Gereja, di mana lagu ini diatributkan juga kepada Paus Gregorius Agung (540-620). “Tatkala kita menyanyikan musik demikian ini, kita menggabungkan suara kita dengan suara para kudus dalam satu untaian panjang pertobatan dan keyakinan akan belaskasih Allah.” Kita seakan dituntut untuk menghibur Allah, berbuat sesuatu agar kemarahan Allah diredakan, demikian pesan dalam Parce Domine. Namun sebenarnya ungkapan ini menyimpulkan sebagian kandungan kaya dari Mazmur yang senantiasa kita daraskan. Ketika kita menyadari bagaimana “kejijikan” Allah atas kejahatan (yang diungkapkan dalam ungkapan Allah yang marah), sekaligus kita menyadari akibat langsung dari sikap “jijik” Allah atas kejahatan itu dengan melihat betapa mendalamnya kepedulian-Nya pada manusia (terungkap dalam gambaran cinta). Salah satu madah yang saya sukai dalam ibadat pagi hari Kamis diambil dari Yesaya 12:1-6 yang berisi pujian atas manusia yang ditebus Allah yang “marah”. “Aku mau bersyukur kepadaMu, ya Tuhan, karena sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku; tetapi murka-Mu telah surut, dan Engkau menghibur aku. Sungguh Allah itu keselamatanku, aku percaya dengan tidak gementar, sebab Tuhan Allah kekuatan dan mazmurku. Ia telah menjadi keselamatanku. Maka kamu akan menimbah air dengan kegirangan dari mata air keselamatan (Haurietis aquas).” Hal ini mengingatkan kita akan betapa indah dan mendalam ensiklik Paus Pius XII yang berjudul Haurietis Aquas yang dipromulgasi pada tgl 15 Mei 1956 dan menandai perayaan 100 tahun Pesta Hati Kudus Yesus yang ditetapkan oleh


Paus Pius IX. Aliran air kasih yang mengalir itulah yang menghidupkan Gereja lewat sakramen-sakramennya dan dari sumur Hati Kudus Yesus itulah keselamatan mengalir bagi dunia. Pius XII menggariskan dua alasan mengapa Gereja memandang devosi pada Hati Kudus Yesus sebagai devosi tertinggi. Alasan pertama bersumber pada prinsip bahwa kaum beriman mengakui Hati Yesus secara hypostatic bersatu dengan pribadi Yesus sebagai Putra Allah sendiri yang menjadi manusia. Alasan kedua bersumber dari kenyataan bahwa Hati adalah tanda alamiah dan simbol dari cinta Yesus yang tak berkesudahan pada manusia. Dalam konteks reparasi, Ensiklik ini mengajak kita semua untuk menyadari bahwa bagi jiwa-jiwa manusia, luka dalam hati Yesus dan tanda-tanda yang ditorehkan oleh paku-paku serdadu Romawi telah menjadi “tanda dan simbol utama dari cinta itu” dan dengan demikian mengasah dan membentuk hidup manusia dari dalam. Dimensi ini amat relevan dan mendapat contoh konkrit dalam perayaan Pesta St. Thomas Rasul. Dengan indah St. Gregorius Agung merenungkan iman dari St.Thomas. Dalam renungannya St. Gregorius menulis, “God’s mercy worked wonderfully, for when that doubting disciple touched his Master’s wounded flesh, he cured the wound of our disbelief. Belaskasih Allah bekerja secara luar biasa, sebab ketika murid yang ragu-ragu itu menjamah daging Gurunya yang terluka, Ia menyembuhkan ketidakpercayaan kita,” (Homili Paus St. Gregorius Agung 16, 7-9). Bila kita membaca dengan teliti Ensiklik Haurietis Aquas, kita akan menyadari bahwa Reparasi merupakan bagian integral dari devosi hati Kudus Yesus. Devosi ini

tidaklah semata-mata menuntun pertobatan, penebusan dosa yang menempatkan manusia sebagai obyek yang pasif belaka. Tindakan Reparasi bukan seperti orang yang hanya menyesali dengan memukul-mukul dada tanpa tenaga untuk bekerja. Paus Pius XII juga mengingatkan kata-kata dari Pius XI bahwa, “Penghormatan terhadap Hati Kudus adalah rangkuman dari agama kita, dan terlebih lagi, suatu tuntunan menuju hidup lebih sempurna. Devosi ini dengan lebih mudah menuntun pikiran kita untuk mengenal Kristus Tuhan secara lebih intim dan secara lebih efektif mengarahkan hati kita untuk mencintai Dia dengan lebih bersemangat dan meneladan Dia secara lebih sempurna.” Haurietis Aquas berpendapat bahwa Hati Kudus Yesus tak pernah bisa dihentikan, tak pernah akan berhenti sendiri, bahkan manusia yang adem-ayem pun tak bisa menidurkannya. Hati Kudus tak pernah berhenti menjadi simbol cinta Yesus yang tertaut mesra kepada Bapa-Nya dan kepada umat manusia. St. Bonaventura berdoa sambil memandang hati yang tertikam, ”Oh air kekal dan tak berkesudahan, jernih dan manis, mengalir keluar dari sumber yang tersembunyi dari mata manusia yang fana, mengalir dari kedalaman yang tak dapat ditimba habis, yang kedalamannya tak dapat diukur, yang tepiannya tak dapat dipetakan dan yang kemurniannya tak dapat dicemarkan……” dan dari sumber itulah Bonaventura melanjutkan, ”Dari sumber itu mengalir sungai yang menggembirakan kota Allah, sehingga dengan gembira seruan dan kidung syukur kami nyanyikan bagi-Mu kidung pujian, dan dengan pengalaman membuktikan, pada-Mulah sumber kehidupan; dalam terang-Mu kami

akan melihat cahaya,”(Bonaventura, Opuscula 3:29). Ketika kita memandang kegagalan manusia dan dunia untuk mencintai, juga ketika kita menyadari betapa kita tak berdaya untuk menghadapinya, maka dalam devosi ini dan dalam reparasi sebagai the way of the heart, tanggapan spontan alami kita adalah kemendesakan untuk berseru kepada Tuhan agar menyelamatkan kita dari kesulitan ini. Kerahiman Ilahi adalah inti dari devosi pada Hati Kudus Yesus dan telah menjadi aspek yang paling menawan. Kendatipun demikian, kita tidak boleh berpikir bahwa cinta dan kerahiman itu semata-mata sebagai bentuk sikap acuh-tak acuh pada kejahatan. Justru sebaliknya kejahatan itu akan diperangi dengan kekuatan kasih. Dalam suratnya tertanggal 15 Mei 2006, Paus Emeritus Benedictus XVI menulis, “Dengan menganjurkan Devosi kepada Hati Kudus Yesus, Ensiklik Haurietis Aquas mendesak umat beriman untuk membuka diri mereka terhadap misteri Allah dan cinta-Nya dan membiarkan diri mereka diubah olehg-Nya. Setelah 50 tahun, masih merupakan suatu tugas yang wajar bagi umat Kristiani untuk terus memperdalam relasi mereka dengan Hati Kudus Yesus, atas cara sedemikian untuk menghidupkan kembali iman akan cinta Allah yang menyelamatkan dan dengan lebih baik menyambut-Nya dalam hidup mereka.” Di akhir permenungan ini, saya ajak anda untuk mengumandangkan sebuah lagu yang pernah saya dengar di Australia, untuk menjadikan reparasi sebagai the way of the heart, “Jesus, give me a heart of steel toward myself, a heart of flesh toward others, and a heart of fire for God.” 

"O Sacred Heart of Jesus, fountain of eternal life, Your Heart is a glowing furnace of Love. You are my refuge and my sanctuary," (St. Gertrude) SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 25


ANTAR KITA

RAPAT PIMPINAN

KELUARGA CHEVALIER

Para peserta Rapat Pimpinan Keluarga Chevalier: Fr. Dominikus BHK, P. Johanis Mangkey MSC, P. Benedictus Estephanus Untu MSC, Sr. M. Margarethis TMM, Ibu Milly Karmila Sareal, dan Sr. M. Evarina PBHK.

Para Pimpinan Keluarga Chevalier Indonesia, setelah mengikuti Sidang KOPTARI di Malino – Sulawesi Selatan, mengadakan rapat pada tanggal 6 September 2014. Rapat dihadiri oleh Pastor Bededictus Estephanus Untu MSC, Fr. Dominikus BHK, Sr. Margarethis TMM, Pastor Johanis Mangkey MSC sebagai sekretaris Pimpinan Keluarga Chevalier, Ibu Milly Karmila Sareal sebagai Pimpinan Awam Keluarga Chevalier dan Sr. M Evarina PBHK mewakili Sr. M Immaculae PBHK yang berhalangan hadir. Pastor Benny Pangkey MSC, kepala Paroki Mamajang,

dan Pastor Rony Dahua MSC, telah mempersiapkan dan memperkenalkan para pimpinan Keluarga Chevalier dengan keluarga Joni dan Sandra, salah satu keluarga yang sangat aktif dalam kegiatan menggereja. Mereka berkenan menerima Pimpinan Keluarga Chevalier untuk mengadakan rapat di salah satu rumah keluarga tersebut. Penerimaan dan rasa persaudaraan sungguh dialami dan menjadi bukti nyata kebaikan dan cinta kasih Allah kepada kami semua. Dalam rapat yang dipimpin oleh Pastor Rolly MSC, dibahas tentang pengesahan notulen

26 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

pertemuan terakhir tanggal 29 Januari 2014 di Provinsialat Frater BHK (Malang) dan progress report notulen tersebut. Pastor Rolly juga membagikan hasil pertemuan Sidang KOPTARI di Malino, yang bertema “Menjadi Mistikus dan Nabi pada Zaman Ini”. Disepakati bahwa keluarga Chevalier akan terlibat aktif dalam mengisi tahun hidup bakti yang akan dibuka pada tanggal 30 November 2014 dan akan ditutup pada 30 November 2015. Pimpinan Keluarga Chevalier, bekerjasama dengan Tim Ametur Indonesia akan mulai menyusun profile tarekat dan


membuat refleksi tertulis tentang hidup bakti dalam terang Perfectae Caritatis dan Evangelii Gaudium untuk dipublikasikan. Sebagai bahan panduan, Pimpinan Keluarga Chevalier meminta agar Tim Ametur Indonesia mulai membuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa membantu penulisan. Pada bagian selanjutnya, diberikan kesempatan kepada Sr. Evarina untuk melaporkan program kegiatan Ametur Indonesia 2014 yang sudah berjalan dan yang belum berjalan. Dalam laporannya, Sr. Evarina pertama-tama menyampaikan limpah terima kasih atas dukungan dan perhatian dari Pimpinan keluarga Chevalier. Seperti telah disepakati bersama bahwa tahun 2014, Ametur Indonesia akan lebih berfokus untuk memperhatikan Awam Keluarga Chevalier (AKC). Kebutuhan dasar untuk memperkenalkan dan memperdalam penghayatan Spiritualitas Hati coba ditanggapi oleh Tim Ametur Indonesia dengan mengadakan kegiatan/sarasehan/ rekoleksi tentang Spiritualitas Hati bagi Awam Keluarga Chevalier di Kapencar-Jawa Tengah, Labuan Bajo-Flores, rekoleksi bagi Tim Dana Ametur Indonesia, Seminar Spiritualitas Hati Untuk Komunitas Hati Kudus Yesus, Weekend

Guru dan karyawan Yayasan BHK, Pendampingan terhadap kelompok New Heart Community (NHC) dan Komunitas Hati, Retret Spiritualitas Hati bagi para Frater BHK dan Suster TMM, penyusunan modul pendalaman Spiritualitas Hati dalam terang antropologi Kristiani “Manusia Siapakah Engkau� bersama Fr. Frans BHK, penerbitan majalan Warta Keluarga Chevalier (WKC) dan pendataan anggota AKC. Selain itu, Tim Ametur Indonesia mulai bekerjasama dengan Tim yang ada di daerah-daerah dalam pendampingan Awam Keluarga Chevalier. Ada beberapa program yang belum selesai dan terlaksana antara lain penyusunan Statuta bagi Awam Keluarga Chevalier, pelatihan public speaking untuk tim Ametur, animator dan animatrix, pelatian media jurnalistik untuk penulis dan kontributor, membuat profil masing-masing tarekat yang akan diterbitkan dalam bentuk buku, menerbitkan buku-buku yang telah diterjemahkan dan program jangka panjang. Pengurus Ametur Indonesia juga mengalami beberapa perubahan, yaitu: Ketua: P. Petrus Joseph Budi Santoso MSC,Wakil Ketua: Bapak Yan Pontoan, Sekretaris 1: Sr. Evarina PBHK, Sekretaris 2: Sr. Felicia TMM, Bendahara 1: Sr.

Rosina PBHK, Bendahara 2: Sr. Vianney TMM, Komisi Pembinaan: P. Samuel Maranresy MSC, Fr. Irenius BHK, Komisi Komunikasi dan Publikasi: P.Berty Tijow MSC, P. Philipus Seno MSC, Sr. Violetha PBHK, Fr. Vincensius BHK, P. Patris Jeujanan MSC. Komisi Penerjemah: P. Johanis Mangkey MSC, Fr. Fransiskus BHK, Sr. Luciani PBHK, Komisi Pendanaan: Sr. Rosina PBHK, P. Wensy Wowor MSC. Para Pimpinan Keluarga Chevalier menyampaikan penghargaan atas kerja keras dari Tim Ametur Indonesia, dan terus mendukung kegiatan-kegiatan yang belum dan akan telaksana. Dalam sharing bersama, terungkap kebutuhan dan kerinduan bagi AKC yang masih banyak membutuhkan pendampingan dan masukan-masukan. Hal ini menjadi tantangan dan sekaligus kesempatan bagi Keluarga Chevalier dan Ametur Indonesia untuk terus berjuang membagikan dan mewartakan cinta Kasih Allah di tengah dunia, terlebih bagi yang miskin dan menderita. Dalam pertemuan ini telah disetujui bahwa Pimpinan Keluarga Chevalier akan bertemu kembali pada bulan Januari di Ambon. ď Ž Sr M Evarina PBHK

Para peserta Rapat Pimpinan Keluarga Chevalier bersama dengan keluarga Joni dan Sandra SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 27


Resepsi Perayaan Hari Ulang Tahun Sekolah Tinggi Filsafat - Seminari Pineleng di Aula Seminari Hati Kudus Pineleng

60 TAHUN

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT

SEMINARI PINELENG Benih kecil yang ditabur 60 tahun lalu kini telah berdiri kokoh dan menghasilkan banyak buah. Namun kemapanan tak boleh menghalangi pentingnya berubah menjadi lebih baik.

Benih kecil Seminari Pineleng kokoh berdiri sampai 60 Tahun. Pada hari Jumat, 15 Agustus 2014 bertepatan dengan perayaan Gerejawi Maria diangkat ke Surga, Sekolah Tinggi Filsafat - Seminari Pineleng (STF-SP) merayakan hari ulang tahun yang ke-60. Sungguh merupakan moment penuh suka cita bagi Gereja lokal Keuskupan Manado, Amboina, dan Tarekat MSC karena tempat persemaian bibit-bibit calon imam diosesan dan Tarekat MSC tersebut boleh tetap eksis sampai dengan 60 tahun. Dengan mengambil tema:

28 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

“Dalam Cahaya Iman, Kita Berani Berubah�, STF-SP menggelar acara-acara menjelang dan acara puncak perayaan hari ulang tahun. Menjelang HUT STF-SP telah dilaksanakan berbagai kegiatan lomba olah raga antar sekolah menengah di Manado, Lomba kesenian berupa Tari Jajar dan Selendang Biru, serta lomba koor antar paroki di keuskupan Manado. Juga digelar seminar ilmiah dan peluncurun buku-buku yang ditulis oleh para dosen, alumni, serta para frater mayor Seminari Pineleng.


Temu Alumni Dua hari sebelum acara puncak, yakni pada tanggal 13 Agustus 2014 mulai pukul 16.00 hingga selesai dibuat acara temu reuni. Acara temu reuni diawali dengan misa bersama yang dipimpin oleh ketua STF-SP, Pst. Amri Wuritimur, Pr dan dihadiri oleh para imam, suster, awam, serta para frater Skolastikat MSC Pineleng. Para alumni yang hadir antara lain Pater Provinsial MSC Indonesia P. Benedictus E Untu MSC, Pemimpin Daerah MSC Sulawesi – Kalimantan Timur P. Johny Luntungan MSC, para pastor pembina dan pendidik di Skolastikat MSC Pineleng dan di Diosesan. Hadir pula para pastor dari Keuskupan Amboina antara lain P. Berry Rahawarin, Pr dan P. Yoppy Seruli, Pr dan beberapa imam lainnya. Tampak juga para Suster DSY yang menjadi alumnae (Sr. Gerarda Untu; Sr. Thresila; Sr.

Coletha, Sr. Regina). Mereka yang senior juga tampak hadir yakni P. Jan van Paassen, MSC dan P. Sjaak Wagey, Pr; Mgr. Jos Suwatan, MSC; P. Silvester Rarun, MSC; P. Anton Moningka, MSC; P. John Tinggogoy, MSC; P. Herry Merung, MSC dan para imam biarawan MSC serta diosesan Manado yang berkarya di paroki-paroki di wilayah Keuskupan Manado. Tak lupa ada alumni awam yang hadir, diantaranya bapak Ferdinand Dumais dan bapak Fanny Najoan. Acara setelah misa dibagi dalam beberapa babak. Babak pertama berupa sharing dari: Rektor Seminari; Ketua STF; Superior Skolastikat; Pastor Berce Karundeng Pr mewakili para pastor dan Dr. Valen Lumowa, mewakili alumni awam. Babak kedua dalam kelompok dan babak ketiga dalam pleno. Setelah makan malam peserta reuni masuk dalam kelompok sharing. Ada 6 kelompok dan

setiap kelompok terdiri dari 8 – 10 orang. Jadi semua yang hadir kurang lebih 50 – 60 orang alumni. Dalam kelompok diungkapkan harapan-harapan demi perbaikan ke depan dan dibentuk Pengurus Ikatan Alumni. Ada 6 atau 7 nama yang duduk dalam Pengurus tersebut, yakni: Valen Lumowa (dosen Universitas de la Salle Manado; Youla Makarawung (Ketua bimas katolik Provinsi Sulut); Iwan Lalamentik (Komkat Manado); Ketua STF (ex officio); P. Johny Luntungan MSC; P. Lexi Nagoy Pr dan P. Berry Rahawarin Pr (perwakilan Indonesia Timur). Valen Lumowa dalam sharingnya mengambil inspirasi dari John Henry Newman ketika harus mendirikan universitas katolik di Irlandia yang harus menjadi “Catholic and excellent University”. Hal yang tidak mudah karena untuk menjadi Catholic University harus memegang teguh

Perayaan Ekaristi HUT Sekolah Tinggi Filsafat - Seminari Pineleng ke-60 di Kapel Seminari dipimpin oleh Nuncio Duta Vatikan Mgr Antonio Guido Filipazzi didampingi oleh para uskup dan imam alumni STF-SP.

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 29


Pagelaran Teater Musikal dan Konser Musik di Gedung Mapalus Kantor Gubernur Sulawesi Utara. dogma dari Roma; dan untuk menjadi excellent university harus menjadi research university yang harus kreatif, inovatif, bebas dan ilmiah. Masukan lain dari Ferdinand Dumais yang kini bekerja di Jakarta yang mengambil inspirasi dari Universitas Surya di Sentul milik Yohanse Surya, ahli matematika Indonesia, dan pencetus olimpiade matematika Indonesia. Bapak Ferdinand mengusulkan perlulah STF mengembangkan dan menawarkan research di bidang ilmunya yakni filsafat dan teologi kepada masyarakat supaya bisa disumbangkan dan bermanfaat, maka STF akan bisa lebih maju. Pagelaran Teater Musikal Dan Konser Musik Pada tanggal 14 Agustus 2014 pukul 20.00-23.00 WITA diadakan Pagelaran Teater Musikal dan Konser Musik di Gedung Mapalus Kantor Gubernur Sulut. Selain umat Katolik Keuskupan Manado, hadir juga dalam acara tersebut Gubernur Sulut, Duta Vatikan, Uskup Manado, Uskup Amboina, Uskup Agung Merauke, para imam, para frater, para suster, para bruder. Dalam pagelaran tersebut ditampilkan teater dengan judul “Stambul di Kabut Bantik� hasil karya Fr Aba Susanto MSC, koorkoor terbaik Keuskupan Manado, orkestra yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ferry Rumengan, M.Sn serta

tari jajar dan selendang biru yang menjadi juara dalam lomba-lomba menjelang acara puncak. Dalam acara pagelaran seni tersebut juga diadakan penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba olah raga dan lomba seni serta penghargaan kepada semua pihak yang berjasa dalam acara akbar perayaan hari ulang tahun STF-SP yang ke-60, diantaranya kepada Ketua Panita P Berty Ohoiwutun MSC yang telah mengkoordinir pelaksanaan perayaan dengan baik. Bapak Gubernur Sulut memberi apresiasi kepada STF-SP yang kokoh berdiri sebagai sebuah lembaga tinggi yang berkualitas. Gubernur Sulut sempat menyebut seorang dosen tersohor dari STF-SP yang pernah mengajarnya, yakni P. Jan van Paassen MSC yang pernah memintanya her berkali-kali. Dia juga menyebut Uskup Amboina sebagai rekan yang baik dalam menegakkan perdamain di tanah Maluku saat konflik. Acara pagelaran seni ditutup dengan berkat oleh Duta Vatikan. Perayaan Puncak 60 Tahun STF-SP Acara puncak perayaan hari ulang tahun STF-SP yang ke60 pada hari Jumat, 15 Agustus 2014 diawali dengan misa syukur pukul 09.00 WITA yang dipimpin oleh Duta Vatikan Mgr. Antonio Guido Filipazzi, didampingi oleh

30 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Para Uskup (Manado, Amboina, Merauke), serta puluhan imam tamatan STF-SP. Misa syukur dimeriahkan oleh koor dari para mahasiswa-mahasiswi STF-SP. Dalam khotbahnya, Duta Vatikan mengambil inspirasi dari perayaan gerejawi pada hari itu yakni Maria diangkat ke Surga. Iman Maria menjadi model bagi iman para calon dan para imam. Para imam hendaknya mampu menghantar umat beriman untuk memiliki iman seperti maria untuk memperoleh kekekalan. Itulah yang yang menurutnya harus menjadi target atau tujuan. Setelah misa, dilanjutkan dengan acara ramah tamah di aula Seminari Pineleng. Dalam Acara ramah tamah di antaranya disuguhkan lagu dari para frater diosesan Manado dan Amboina, persembahan tarian dari para frater yang mewakili Skolastikat MSC Pineleng, persembahan dari salah satu kelompok Sekami berupa lagu dan gerak, serta sambutan-sambutan. Yang tampil memberikan kata sambutan di antaranya ketua STF-SP P. Amri Wuritimur, Pr, Uskup Amboina Mgr. P.C Mandagi, MSC, Duta Vatikan Mgr. Antonio Guido Filipazzi, dan yang mewakili Dirjen Bimas Katolik. Ketua STFSP mengibarakatkan STF-SP 60 tahun lalu sebagai biji sesawi. Biji yang sangat kecil namun kini telah bertumbuh dan menghasilkan buah yang baik bagi Gereja dan masyarakat. Menurutnya STF-SP bisa bertahan sampai titik ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak secara istimewa tiga kekuatan besar yakni Keuskupan Manado, Keuskupan Amboina, serta Tarekat MSC Provinsi Indonesia. Tenaga dan dana dari ketiga kekuatan ini tak ternilai harganya. Para dosen baik para imam diosesan maupun dari tarekat MSC telah dengan penuh pengorbanan memberikan tenaga dengan tidak mengharapkan upah. Selanjutnya, Bapak Uskup Amboina menyatakan bahwa dia senantiasa mendukung perkembangan STF-SP dengan selalu mengirim para frater diosis


Amboina. Bahkan dia juga tetap mengirim para dosen yang mengajar di STF-SP. Sementara itu, Duta Vatikan menggarisbawahi harmoni atau keseimbangan dalam dimensi-dimensi pembinaan sebagai seorang calon imam, yakni intelektual, spiritual, kemanusiaan, serta pastoral. Bapak Duta membawakan sambutan dalam bahasa Italia dan diterjemahkan oleh P. Albertus Sujoko, MSC. Sementara itu pihak Dirjen Bimas dalam kesempatan ramah tamah menyerahkan bantuan kepada STF-SP sebesar Rp. 45.000.000,00 untuk rehab Kapel Seminari, Komunitas Diosesan dan Komunitas Skolastikat MSC Pineleng masing-masing sebesar Rp. 20.000.000,00 untuk berbagai kegiatan Kerohanian di masing-masing komunitas. Acara ramah tamah di aula seminari ditutup dengan makan siang bersama. Pada pukul 14.00 WITA diadakan dialog antara Duta Vatikan dan para pendidik dan pembina di STFSP serta para frater diosesan dan MSC di ruang rekreasi para frater diosesan. Hal yang menarik dari dialog itu adalah adanya sharing pasutri dari paroki Manembonembo-Bitung, yakni Bapak Anis dan Ibu Selvy. Mereka mangatakan bahwa para imam dan para frater adalah selebriti rohani. Apapun yang dilakukan oleh para imam dan calon imam disoroti oleh umat. Menurut mereka hal penting yang perlu dihidupi oleh imam dan calon imam adalah kualitas hidup doa. Dalam kesempatan dialog juga dibuka kesempatan untuk para frater dan para pastor pembina untuk berdialog dengan Duta Vatikan. Menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari peserta dialog, bapak Duta Vatikan yang dilahirkan di Melzo, Milan, Italia, 8 Oktober 1963 silam itu menguraikan secara spesifik dimensi-dimensi pembinaan sebagai seorang calon imam. Dalam aspek intelektual misalnya dia menekankan pentingnya penguasaan secara holistik ajaran iman sebagaimana termuat dalam Katekismus Gereja

Katolik dan belajar filsafat secara baik. Dalam biadng kerohanian dia menekankan pentingnya kualitas doa pribadi. Doa bersama memang penting tetapi jika tanpa didasari oleh semangat doa pribadi maka akan terasa kering. Para imam adalah pendoa bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi umat beriman. Hal lain yang penting adalah perlunya penerimaan sakramen pengakuan secara rutin. Hal ini sangat jarang di Indonesia karena menurut pengamatannya hanya dilakukan menjelang natal dan paskah. Mengenai aspek kemanusiaan perlulah mengembangkan kualitas kepribadian yang baik. Dan mengenai aspek pastoral, kata kunci untuk para calon imam adalah wait, wait, and wait. Kata itu mengingatkan para calon imam agar bersabar selama dalam pembinaan agar pada akhirnya bisa melayani secara maksimal kepada umat. Kunjungan Duta Vatikan Ke Skolastikat Dan Pranovisiat MSC Pineleng Setelah acara diaolog di Seminari Pineleng, Duta Vatikan berkunjung ke Skolastikat MSC Pineleng. Para frater MSC setelah mengikuti dialog di Seminari Pineleng

langsung mempersiapakan diri di Skolastikat MSC untuk menyambut kunjungan bapak Duta Vatikan. Semua frater mengenakan jubah dan menunggu di ruang tamu yang baru dibangun. Ketika sampai di Skolastikat MSC Pineleng, bapak Duta disambut oleh para frater MSC dan para pembina serta Pater Provinsial MSC. Pastor Berty Tijow, MSC menyambut Duta Vatikan dengan menggunakan bahasa Italia. Kemudian bapak Duta Vatikan serta bapak Uskup Manado menerima kalungan kain adat Kei dan Toraja dari Pater Superior Skolastikat MSC Pineleng. Bapak Duta Vatikan, Uskup Manado, Pater Provinsial MSC, Pater Superior MSC Pineleng, juga Magister Pranovisiat MSC Pineleng serta para frater MSC melihat-lihat bangunan-bangunan di Skolastikat dan Pranovisiat MSC Pineleng. Setelah selesai melihat keadaan di kedua komunitas tersebut, para frater MSC serta para pembina MSC mendapat berkat dari bapak Duta Vatikan di Kapel Skolastikat MSC Pineleng. Setelah itu, bapak Duta Vatikan meneruskan perjalanan ke biara Susteran JMJ Paniki-Manado dan selanjutnya menuju bandara udara Sam Ratulangi untuk terbang ke Jakarta. ď Ž Yongky Wawo, MSC

Kunjungan Duta Vatikan Mgr Antonio Guido Filipazzi ke Skolastikat MSC Pineleng. Nampak Duta Vatikan bersama Staf Skolastikat MSC. SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 31


ANTAR KITA

PASTORAL PERJUMPAAN Geliat MSC Komunitas Basis Misioner Wilayah Timur Keuskupan Purwokerto

“Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari...� (Kis. 2:46).

K

euskupan Purwokerto menyerahkan secara khusus paroki-paroki di Wilayah Timur kepada Tarekat MSC. Paroki-paroki tersebut adalah Paroki Sta. Perawan Maria- Purworejo, Paroki St. Yohanes Rasul - Kutoarjo, Paroki St. Stefanus - Purwosari, Paroki St. Paulus - Wonosobo, dan Paroki St. Filipus - Kapencar. Dalam reksa pastoral tentu saja paroki-paroki tersebut bersinergi dengan visi-misi Keuskupan Purwokerto, yang pada tahun-tahun ini menggulirkan 'pemberdayaan paguyuban'. Tools yang dipakai adalah 'Komunitas Basis Gerejani' dengan senjata utama 'metode tujuh langkah'. Fokus dari pemberdayaan gerejani adalah KBG (ada yang menyebutnya lingkungan, Wilayah Rohani atau Wilayah Diakonia).

Selain komunitas itu, dalam tingkat Dekanat paguyuban-paguyuban kategorial (khususnya PIA, PPA/ Remaja dan OMK) juga hidup dan direkatkan sebagai satu keluarga dalam corak misi yang sama. Pada tahun 2014 ini dilaksanakan beberapa Temu Raya untuk komunitas-komuntias kategorial dan Temu Tim untuk KBG. Temu Raya OMK se-Dekanat Timur Temu Raya dilaksanakan dalam bentuk Bible Camp (BC), berkemah di alam dengan tools utama adalah Kitab Suci dan sharing. Metode utama yang dipakai dalam peretemuan-pertemuan adalah Metode Tujuh Langkah dan bibliodrama atau dramatisasi Kitab Suci sambil berkontemplasi dan kemudian ber-sharing. Setiap sessi terdiri dari pemaparan materi

32 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

kemudian dilanjutkan dengan sharing kelompok yang difasilitasi oleh para bruder, frater atau suster. Biasanya dalam pelaksanaan BC peserta dibagi per jenjang walaupun mendalami tema yang sama. Dalam BC Purwosari ini, OMK usia SMP, SMA dan Mahasiswa digabung. Hal ini menjadi rahmat namun sekaligus kendala yang 'menegangkan'. Para peserta tidur dalam kemah dan para bruder, suster atau frater 'menyisip' di tenda-tenda peserta. "Hai Orang Muda Masa Depan Gereja...bawa semangat bernyala!" Demikian bunyi Theme Song Indonesian Youth Day 2012 Sanggau yang menjadi penyambut teman-teman di camping ground agar spirit IYD 2012 tetap berkelanjutan. Hari pertama, walaupun agak berat karena perbedaan usia, wawasan berpikir dan jenjang pendi-


dikan, sessi I mengenai "Mukjizat menurut Kitab Suci" yang dibawakan oleh P. Phillips Dewantoro MSC, berhasil dilaksanakan dengan baik. Sessi ini menghantar temanteman OMK untuk berkenalan dan tahu ke arah mana BC ini berjalan. Hari pertama ditutup dengan Adorasi Sakramen Mahakudus. "Enyong kowe jadi siji..." (bdk. Hymne OMK Keuskupan Purwokerto). Hari kedua dimulai dengan sessi II mengenai "Mukjizat utama dan sehari-hari" yang dibawakan oleh Fr. Adri MSC kemudian dilanjutkan dengan permainan-permainan berdasar teks Kitab Suci antar paroki. Sessi III mengenai "Kasih: Mukjizat istimewa" dibawakan oleh P Bram Tulusan MSC dan sessi IV "Tobat sebagai Mukjizat" dibawakan oleh Fr. Adri MSC yang menghantar para peserta pada intimitas rohani. Pada saat

ini para Romo membuka saat-saat pengakuan dosa bagi yang membutuhkan dan para frater/bruder/ suster siap menjadi konselor bagi para OMK yang ingin berbagi secara 'mendalam dan pribadi'. Sungguh mengejutkan bahwa para sahabat OMK dengan kesadaran pribadi berlomba-lomba menuju ke tempat pengakuan (di tempat terbuka) dan tempat-tempat konseling. Di aula, para penggerak OMK bersimpuh dibawah salib dan lilin yang bernyala, menyatakan kesediaan memberikan hidupnya untuk pelayanan kepada OMK di paroki masing-masing. sungguh malam yang istimewa. Setelah sessi tobat maka suasana menjadi lebih ringan, karena para anak SMP sudah mulai bisa mengikuti suasana yang terbangun. Malam ini adalah malam terakhir BC yang ditutup dengan pentas seni. Harus

Orang-orang Muda Katolik dari Paroki-Paroki Dekanat Timur Keuskupan Purwokerto mengobarkan semangat mereka sebagai masa depan Gereja dengan mengadakan Bible Camp yang dilaksanakan di Purwosari.

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 33


diakui bahwa semua peserta memiliki kreatifitas berlimpah dan membuncah! "...Sukacitaku kan kusebarkan" (Theme Song Bible Camp Purwosari 2014). Hari ketiga, Minggu 29 Juni 2014 dimulai dengan doa pagi dan dilanjutkan dengan sessi V yang mendalami 'apa yang harus kami perbuat untuk hidup yang kekal?' Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan seorang muda dalam Injil kepada Yesus. Pada sessi ini diharapkan agar OMK membangun persaudaraan, sukacita dan iman yang bertumbuh kokoh. Ke depan diharapkan agar program OMK bukan sekedar 'ramai', 'gempita' namun kehilangan 'pengenalan akan Allah'. Pemahaman dan pengenalan akan Allah diharapkan mendorong mereka untuk mewartakan sukacita iman. Kegiatan BC ini dipuncaki dengan Perayaan Ekaristi di sebuah rumah joglo yang mampu menampung para peserta BC dan umat stasi Bagelen. Grup keroncong OMK Lingkungan Isidorus-Paroki Purworejo menyemarakkan Ekaristi dengan menjadi koor penggerak. Misa kali ini sangat istimewa karena ada tiga khotbah yang dibawakan Romo Phillips, Romo Bram dan kesaksian pang-

gilan dari Fr. Vianey OAD dari Filipina tapi asli Purwosari. Kegiatan ini juga dimaksudkan menjadi ajang aksi panggilan bagi OMK. Karena itu sejak awal kegiatan para biarawan-biarawati turut berkemah dan berbagi dengan para peserta. Pada Temu Raya kali ini juga dilahirkan beberapa keputusan, yakni: Persiapan OMK Paroki sedekanat Timur menyambut PDYD (Purwokerto Diocese Youth Day) 2015, Sdr Andrie dari Purwosari menjadi koordinator pendamping Dekanat Timur dan Paroki Kutoarjo diputuskan menjadi tuan rumah Temu Mini Januari 2015. Temu Raya PPA Dekanat Timur 5 Paroki, 200 Peserta, 15 anggota Panitia, 20 Back Up Team yang terdiri dari OMK dan para bapak, 6 kongregasi. Itulah angka-angka yang muncul dalam data tim sekretariat Panitia Temu Raya PPA se-Dekanat Timur di Paroki Sta. Perawan Maria Purworejo. Kegiatan tersebut dilaksanakan di SMA Bruderan Purworejo dan berlangsung tgl 9-10 Agustus 2014. Temu Raya PPA ini dilaksanakan dalam rangka perayaan pelindung PPA St. Tarsisius (15 Agustus) dan pesta Sta. Perawan Maria diangkat ke surga. Oleh sebab itu panitia

mengangkat tema 'shine like stars'. Kegiatan ini mengacu pada tiga dasar pelaksanaan kegiatan SEKAMI yakni edukasi, animasi dan selebrasi. Untuk edukasi, kegiatan dibagi dalam dua sessi, yakni sessi I mengenai “Ekaristi: menjadi Kudus” dan Sessi II tentang “Pelayanan”. Bagi para pembina diadakan sessi khusus mengenai “Sharing: edukasi, animasi dan selebrasi remaja/PPA di masing2 paroki”. Untuk animasi, diusahakan penggeloraan semangat dengan fellowship, api unggun - kembang api serta lomba olahraga serta lomba cerdas cermat (10 Agustus). Sedangkan selebrasi berpuncak pada Perayaan Ekaristi yang didalamnya dilaksanakan pengikraran janji pelayanan di hadapan Sakramen Maha Kudus. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. Aloysius Endro Wignyoseputra, MSC, didampingi Rm. Matius SDB. Kegiatan ini diharapkan dapat membangun persaudaraan sepelayanan; penggeloraan semangat dan cinta akan pelayanan, khususnya pelayanan di altar; memotivasi dan menginspirasi panggilan hidup bakti bagi teman-teman PPA seDekanat Timur karena kehadiran 6 anggota kongregasi: ADM, PMY, PBHK, CICM, SDB dan MSC.

Kehadiran biarawan-biarawati dalam Bible Camp dimaksudkan untuk menumbuhkan panggilan di tengah-tengah kaum muda Dekenat Timur Keuskupan Purwokerto. 34 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014


Melalui proses edukasi, animasi dan selebrasi dalam Temu Raya Putera Puteri Altar Dekanat Timur, diharapkan kaum remaja Katolik semakin bersinar bagai bintang dan semakin bersemangat dalam pelayanan.

Tim Pemberdayaan Paguyuban dan Temu Raya PIA Ujung tombak Pemberdayaan Paguyuban ialah paguyuban-paguyuban di tingkat lingkungan (KBG) yang masih dibagi lagi dalam sel-sel (atau di Paroki Sta. Perawan Maria Purworejo disebut Komunitas Sel/Komsel). Setiap dwi bulan dalam rapat DPH se-dekanat Timur dilaporkan perkembangan KBG di masing-masing paroki. Pun demi kelancaran dan perhatian yang lebih intensif, dekanat ini dibagi menjadi dua regio yakni regio utara (Paroki Wonosobo dan Paroki Kapencar) dan regio selatan (Paroki Purworejo, Paroki Kutoarjo dan Paroki Purwosari). Setiap regio mempunyai pertemuan sendiri. Adapun di regio selatan setiap bulan diadakan pertemuan untuk membahas modul-modul sharing serta mengontrol perkembangan KBG di masing-masing paroki. Kegiatan lain yang akan dilaksanakan ialah temu raya PIA. Kegiatan akan dilaksanakan pada tgl

2 November 2014 di Museum Misi Muntilan yang juga merupakan sentra animasi kegiatan SEKAMI di Keuskupan Agung Semarang Pastoral Perjumpaan Membaca reportase diatas, nampak jelas bahwa di wilayah Dekanat Timur KP, terdapat banyak ragam kegiatan: temu raya, rapat (rapat Dekanat setiap dwibulanan, rapat komunitas MSC wilayah timur setiap bulan) dan penggalakan tim paguyuban. Inti dari kegiatan tersebut adalah pastoral perjumpaan. Para imam dan pelayan pastoral berjumpa dengan umatnya dan para umat saling berjumpa untuk saling mengenal dan menguatkan. Ada fakta menarik bahwa jumlah umat di Keuskupan Purwokerto berkurang pada sensus terakhir dibandingkan sensus sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh faktor migrasi (pindah daerah, pindah keuskupan) dari desa/kota kecil ke kota besar (Yogyakarta, Semarang, Solo, Jakarta, Surabaya) dan disertai

juga dengan penyebab lain (pindah agama, pindah gereja). Tentu saja hal-hal ini masih harus diperdalam lagi. Apapun itu, Mgr. Julianus Sunarko sering mengatakan, “Keuskupan Purwokerto adalah keuskupan kecamatan, kawanan kecil di daerahnya” (hanya 0,05 % dari total penduduk). Akan tetapi, walaupun kecil, kita tetap bangga dan bisa menjadi terang dan garam di tengah masyarakat untuk menghadirkan Kerajaan Allah di bumi belahan barat provinsi Jawa Tengah. Semuanya itu demi kemuliaan nama Tuhan. Karenanya, kunci utama dari reksa pastoral adalah katekese, pemberdayaan paguyuban dan perjumpaan yang intens. Kegiatan-kegiatan temu raya, rapat-rapat dan sarasehan-sarasehan adalah implementasi dari semuanya. Namun seperti Paulus, kami tetap yakin bahwa, “Kami telah menanam, kami telah menyiram dan kami percaya Allah yang memberi pertumbuhan”.  Fr Adri, MSC

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 35


SELAMAT JALAN GIS...

H

idup adalah sebuah pilihan. Ada gelap ada terang. Ada bahagia ada duka. Ada tawa ada pula tangisan. Namun kala Sang pemilik kehidupan menawarkan untuk kembali ke dalam pangkuan-Nya, pilihan itu hanya satu, mau menyambut tangan-Nya dan mengikuti dimana kita akan ditempatkan. Rabu, 03 September 2014 saudari kita Sr. M. Gisella Ani Sri Rejeki PBHK telah mengisi saat-saat terakhirnya dangan sempurna. Dia sang pemilik kehidupan mengganggap cukup segala pelayanan dan pengabdiannya. Sr. M. Gisella menyambut uluran tangan Tuhan dengan damai. Suatu kabar yang mengejutkan semua orang. Ia berpulang setelah menyelesaikan tugasnya di SD Pius Tegal. Tak ada yang menyangka. Suster yang hoby menari dan pekerja keras itu berpulang secepat itu. Kenangan demi kenangan kembali terlintas di benak semua orang yang pernah hidup bersama dia. Terlahir di Wonosobo pada tanggal 23 Agustus 1969 dengan nama Ani Sri Rejeki, Sr Gisella adalah anak ke delapan dari delapan bersaudara, dari Bapak Sastro Sumarto dan Ibu Anastasia Sumini. Setelah menyelesaikan sekolahnya di SPG Negeri Wonosobo tahun 1989, ia menikuti jejak sang kakak yaitu Sr.

36 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

M. Christiana Sri Wiyati PBHK untuk masuk biara. Setelah menjalani masa Postulan dan Novisiat, ia mengikrarkan prasetya pertama 30 Agustus 1993. Ia mengikrarkan prasetya kekal 15 Agustus 2000. Tugas demi tugas diembannya dengan penuh sukacita. Di antaranya, ia pernah bertugas di Cilacap, Grogol, Kota Wisata, Mejasem, Purworejo dan terakhir di Tegal hingga saat Tuhan mengganggap cukup pengabdian dan pelayananya. Kerja keras, kejujuran, sukacita, kepolosan, kesederhanaan adalah kesan yang tertanam di hati rekanrekan Susternya. Hingga 3 tahun terakhir kesehatannya semakin menurun. Namun situasi dan kondisi sakitnya itu tidak menyurutkan semangatnya untuk melayani hingga akhir. Jenasahnya disemayamkan di kapel Bunda Hati Kudus Susteran Purworejo. Misa pemberkatan jenasah dipersembahkan oleh Rm Aloysius Endro Wignyoseputra MSC di dampingi beberapa Romo. Kotbah disampaikan Rm Tarsisius Wignyosoemarto MSC yang selama ini mendampingi dan memberikan pengobatan bagi Sr. Gisella. Selamat jalan Gis‌‌. Terimakasih untuk kehadiranmu yang penuh kesederhanaan. Doakan kami yang masih harus menyelesaikan tugas kami di dunia ini. ď Ž Sr. Marga PBHK


SENYUM SUSTER LAETITIA

B

elum genap dua minggu kepergian Sr. Gisella PBHK, para suster PBHK kembali berduka karena kepergian Sr. M. Leitia PBHK. Suster yang ceria dan sederhana itu berpulang setelah mempersembahkan Pesta Emas membiara pada tg 2 Juli 2014. Dikelilingi oleh para Suster yang sangat mengasihinya, ia menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 09.00 WIB di RS. Carolus – Jakarta. “Dua bulan yang lalu kita dikumpulkan oleh Sr. Leitiia di tempat ini dalam suasana penuh sukacita. Ia bersama teman seangkatan boleh merayakan pesta Emas membiara. Pada hari ini (16 September 2014) di tempat yang sama kita kembali dikumpulkan oleh Sr. Leititia dalam suasana yang lain. Sr. Leititia adalah pribadi yang gembira, sederhana dan polos. Ia selalu menjadi orang pertama yang menyapa para tamu yang datang. Tugas demi tugas ia laksanakan dengan penuh sukacita. Pun saat menjalani masa senjanya di Komunitas Kramat……..” Demikian kutipan sambutan Suster Provinsial. Senada yang diungkapkan oleh sang adik, dr. Tina, bahwa Sr. Leititia adalah pembawa damai dan sukacita di tengah keluarga. Ia pula yang membawa keluarga untuk mengenal Kristus. Perjuangannya untuk menanggapi panggilan Tuhan menjadi bukti kesetiaan dan ketulusan hatinya untuk melayani. Kotbah yang disampaikan oleh Rm Firmus

Batlyol MSC menjadi penghiburan bagi sanak saudara dan para Suster PBHK. “Kematian dan kehidupan adalah bagai saudara kembar. Bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Dua sisi antara kehidupan dan kematian yang di dalamnya Tuhan telah mengatur dan memberikan rahmat-Nya”. Senin, 15 September 2014 malam, jenasah Sr. Leitia tiba di kapel Bunda Hati Kudus pada pukul 01.30 disambut dengan ibadat dan doa bersama. Wajahnya tampak damai dalam penyerahan kepada Dia Sang pemilik kehidupan. Pukul 10.00 WIB Misa Requiem dipersembahkan oleh Rm. Firmus didampingi beberapa Romo. Selanjutnya beliau diantar ke tempat peristirahatan terakhir di samping pembaringan Suster mudanya, Sr. Gisella. Doa pemakaman dipimpin Rm Firmus di ikuti oleh para Suster PBHK dan sanak saudara serta umat sekitar. Semua proses berjalan lancar dan hikmat. Hal ini tidak terlepas dari bantuan sie Kematian Paroki & umat yang dikoordinir oleh Bp. Ig Budi Waluyo yang senantiasa siap sedia membantu para Suster PBHK dalam upacara pemakaman. Selamat jalan Susterku yang ceria. Terimaksih atas kehadiran dalam kesederhanaan dan kejenakaanmu di tengah kami. Senyum sapamu akan kami kenang selalu. Doakan kami yang masih berjuang di tengah dunia ini.  Sr. Marga PBHK SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 37


NEW HEART COMMUNITY ANGKATAN XV Salah satu kelompok awam dalam Keluarga Chevalier adalah New Heart Community (NHC). NHC adalah komunitas orang muda dewasa lajang yang memiliki dinamika, semangat dan antusias yang tinggi dalam usaha membangkitkan kesadaran diri untuk menghargai hidup dan dirinya sebagai Anugerah Allah dengan mengembangkan intimitas persahabatan melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. New Heart Community lahir sejak tahun 2007 atas prakasa Pastor Eduardus Besembun, MSC bersama beberapa pasutri yang mempunyai kepedulian terhadap misi Gereja terutama untuk mempromosikan pesan moral dan so-

sial terhadap kaum muda generasi penerus bangsa. Visi dan Misi New Heart Community New Heart Community memiliki visi: “Mengembangkan jejaring manusia terutama kaum muda dewasa lajang untuk menjadi manusia yang mempunyai kesadaran menghargai hidup dan dirinya sebagai Anugerah Allah.” Hal ini berarti bahwa kaum muda dewasa tersebut dapat menyadari potensi, bakat dan talenta yang dimilikinya dan kesejatiannya sebagai Gambar Allah (Imago Dei). Pemberian itu bukanlah semata-mata untuk diri mereka sendiri namun terutama

38 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

untuk dipergunakan sesuai dengan maksud Allah. Landasan New Heart Community adalah “Spiritualitas Hati” yang membangun budaya CINTA. Salah satu wujud dari usaha membangun budaya cinta adalah membangun relasi persahabatan dengan sesama. Sedangkan misi New Heart Community adalah: “Menjaring kaum muda dewasa lajang untuk melibatkan diri dalam gerakan Hati Baru yang mengutamakan “intimitas persahabatan” melalui berbagai kegiatan yang dapat menjadi berkat bagi orang lain dan juga diri sendiri dengan berlandaskan spiritualitas hati.”


Siapa saja yang dapat menjadi anggota New Heart Community? • Orang muda dewasa yang belum atau tidak menikah yang telah mengikuti rekoleksi reguler NHC yang diselenggarakan oleh team New Heart Community, (usia minimal 27 tahun). • Pasutri yang ingin mendampingi New Heart Community dengan mengikuti rekoleksi reguler NHC dan coaching yang diselenggarakan oleh team New Heart Community. • Biarawan (Pastor, Bruder dan Frater) dan biarawati (Suster dan Para Novisnya) serta Sekuler dan Selibater yang ingin mendampingi New Heart Community dengan mengikuti rekoleksi (weekend) reguler NHC dan coaching yang diselenggarakan oleh team New Heart Community. Weekend Reguler ke XV Pada tanggal 29 – 31 Agustus 2014 yang lalu, bertempat

di Wisma Puspanita, Bitung Sari, Ciawi, Bogor, telah dilaksanakan Weekend New Heart Community angkatan XIV. Weekend NHC XIV ini diikuti oleh 33 orang peserta dari pelbagai paroki di Jakarta, bahkan ada peserta yang berasal dari kota-kota lain seperti Bogor dan Pontianak. Seluruh rangkaian acara diawali dengan Misa Pembukaan oleh P Joni Astanto MSC. Sebagian besar acara Weekend yang terdiri dari 8 sesi itu diisi dengan presentasi/ sharing dari kaum muda dewasa, para pasutri dengan pelbagai tingkat usia perkawinan, serta sharing dari imam, biarawan dan biarawati. Melalaui sharing-sharing team dan sharing kelompok tersebut, nilainilai yang hendak digali adalah persahabatan yang dihidupi dalam pelbagai bentuk pilihan hidup. Nilai-nilai persahabatan juga ditemukan melalui dinamika kelompok. Rekoleksi dipuncaki pada malam terakhir dengan acara pertobatan yang didahului dengan meniru “eksodus” bangsa Israel dari Mesir menuju tanah terjanji.

Widyono Chandra dan Indri Hapsari yang terpilih sebagai Ketua dan Wakil Ketua NHC angkatan XV

Seperti bangsa Israel meninggalkan penjajahan dan perbudakan di Mesir para peserta juga mengadakan peziarahan meninggalkan diri yang lama menuju pada pembaharuan melalui pertobatan. Pada hari terakhir, setelah penegasan mengenai pilihan-pilihan hidup, diadakan penyambutan oleh angkatan-angkatan sebelumnya serta pemilihan ketua dan wakil ketua angkatan. Dalam Weekend NHC XV terpilih Widyono Chandra (Widy) sebagai ketua angkatan dan Indri Hapsari (Indro) sebagai wakil ketua angkatan. Sesudah penyambutan, seluruh rangkaian kegiatan weekend diakhiri dengan misa pengutusan yang dipimpin oleh P PJ Budi Santoso MSC. Apa yang dibuat sesudah rekoleksi reguler? Setelah mengikuti rekoleksi reguler, setiap anggota NHC dapat dengan bebas mengikuti pembinaan lanjutan yang dirancang bersama maupun yang telah diagendakan pendamping bersama anggota NHC angkatan sebelumnya. Kegiatan tersebut biasanya berupa rekoleksi khusus, mempersiapkan Rekoleksi Reguler NHC untuk angkatan berikutnya dan renewal untuk beberapa angkatan. Kegiatan-kegiatan lainnya juga dirancang bersama sebagai sarana pengolahan diri dan pengasahan diri sesuai dengan visi dan misi NHC yang antara lain: pelatihanpelatihan, menyelenggarakan seminar yang bermanfaat untuk masyarakat, melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan diri seperti outbond, melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai tempat doa dan ziarah, mengadakan bakti sosial, dan terlibat langsung untuk membantu siapa saja yang membutuhkan serta rekreasi dengan pesan moral dan sosial. Oleh sebab itu keterlibatan dalam suatu proses kegiatan menjadi sangat penting bagi pengembangan pribadi setiap anggota NHC.  Jonast MSC

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 39


K

onferensi Umum XXIII Misionaris Hati Kudus dimulai pada tanggal 15 September yang lalu di Guatemala, dan berlangsung hingga tanggal 26 September. Provinsi muda di Amerika Tengah yang menjadi tuan rumah ini dipimpin oleh P Abzalon Alvarado Tovar MSC. Para peserta konferensi tinggal di La Salle Residence, sebuah convention center di tengah-tengah alam yang asri. Konferensi yang diselenggarakan setiap tiga tahun ini diikuti oleh para Pemimpin Provinsi dan Uni bersama dengan Pimpinan Umum. Konferensi Umum mempu-

KONFERENSI UMUM XXIII TAREKAT MISIONARIS HATI KUDUS GUATEMALA 15 - 26 SEPTEMBER 2014

nyai kekuatan untuk mengusulkan, menganalisa dan memutuskan hal-hal tentang hidup dan karya Kongregasi di seluruh dunia. Konferensi kali ini dihadiri oleh 35 peserta yang datang dari 3 Uni dan 19 Provinsi: Philippines, Indonesia, India, Australia, Uni Pasifik, Papua New Guinea, Amerika Serikat, Irlandia, Kanada, Roma, Belanda, Belgia, Prancis, Jerman Selatan -Austria, Jerman Utara, Brazil, Republik Dominica, Spanyol, Amerika Tengah, Uni Afrika berbahasa Perancis. Tidak dapat hadir dalam Konferensi XXIII ini para delegasi dari Provinsi Indonesia dan Papua New Guinea karena kesulitan untuk mendapatkan visa. Dari Generalat Roma hadir Pater Jenderal Mark McDonald, para Asisten General P Rafael Rodriguez, P FX

Wahyudi, P Carl Tranter dan P Chris McPhee; Bendahara P Hans Ngala serta Sekretaris General Br Gerald Warbrooke. Hadir pula para petugas sekretariat dan para penerjemah. R. Marvin Sotelo bertindak sebagai moderator sidang. Setiap hari, Konferensi diawali dengan doa mohon pencurahan Roh Kudus bagi para peserta. Doa diawali dengan permenungan teks Kitab Suci dan saat-saat hening. Pater General memimpin doa pada hari pertama dengan mengajak seluruh peserta merenungkan kelemah-lembutan dan belas kasih Allah dengan merenungkan Yohanes 21, 15 – 17. Dalam perikop tersebut Yesus bertanya kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Yesus

40 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

melanjutkan dengan perintah: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Dalam dialog ini Petrus merasa cemas namun Yesus membebaskannya dari rasa cemas tersebut. Atas cara yang sama, dengan doa di awal Konferensi ini kita diundang untuk memohon agar Roh Kudus memasuki hati kita dan membebaskan kita dari kecemasan agar dapat mendengarkan apa yang diminta oleh Allah kepada kita saat ini. Minggu pertama Konferensi diagendakan untuk membicarakan ongoing formation dengan tema Kepemimpinan. Pater General dan anggota Pimpinan Umum mengarahkan sidang, menerangkan apa kepemimpinan masa kini menurut kharisma kita. Secara dasariah, kepemimpinan berarti berusaha


dengan para awam kita. Ditegaskan bahwa kita perlu meninggalkan mental “provinsi� dan menjadi lebih universal, tanpa melupakan kekayaaan-kekayaan yang terdapat di provinsi masing-masing. Selama Konferensi Umum, para peserta mendapatkan kesempatan istimewa pula untuk mengunjungi Antigua Guatemala, kota tua Guatemala yang merupakan sebuah kota kolonial, didirikan tahun 1543 dan ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan pada tahun 1979. Para peserta berkesempatan mengunjungi gereja-gereja, museum dan pelbagai tempat yang menarik. Peserta konferensi juga berke-

sempatan mengunjungi paroki Bunda Hati Kudus di Koloni Molino de Flores. Di sana mereka dijamu dengan pelbagai macam santapan menu setempat, menikmati sajian nyanyian, tarian Kaqchikel, dan suguhan Marimba, musik nasional Guatemala. Tanggal 20 September peserta konferensi mengunjungi Katedral Guatemala di mana disemayamkan Mgr Juan Gerardi Conedera yang wafat sebagai martir tanggal 26 April 1998. Beberapa jam kemudian para peserta disambut di paroki Bunda Hati Kudus bersama dengan para frater dan suster MSC. Di sana dirayakan Ekaristi bersama

mengkonkretkan misi yang diberikan Pater Chevalier kepada kita – Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum. Pada hari pertama Pimpinan Umum juga menyampaikan laporan yang menunjukkan tanda-tanda pengharapan dan antusiasme bagi misi dan tantangan-tantangan di masa depan. Laporan tersebut diterima dengan baik sebab mencakup poin-poin yang secara umum terdapat di provinsi-provinsi dan Uni. Namun dicatat bahwa belum disebut pengharapan yang timbul dari apa yang telah dilaksanakan dengan para MSC dari Guatemala. Ekaristi dirayakan dalam nuansa budaya setempat dalam semangat Keluarga Chevalier. Mengakhiri kunjungan tersebut, seluruh peserta berziarah ke tempat P. Faustino Villanueva MSC, salah seorang imam di sana dibunuh pada tahun 1980, karena tetap memilih untuk tinggal bersama dengan orang-orang asli dan tidak terintimidasi oleh rezim militer untuk meninggalkan orangorang suku asli yang menderita. ď Ž Jonast MSC

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 41


PASTORALIA

ENAM TAHUN MSC BERKARYA DI KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG

Dalam suatu rapat di Dekenat II Palembang, Bapak Uskup Keuskupan Agung Palembang Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ mengatakan “Saya senang bahwa Tarekat MSC yang berkarya di Keuskupan Agung bertahan dan berkarya dengan baik di Keuskupan Agung Palembang. Dulu ada beberapa Tarekat yang mencoba berkarya disini namun tidak bertahan karena medan yang berat.” 42 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014


Tampak depan Gereja Paroki Tugumulyo - Ogan Kmoering Ilir, Keuskupan Agung Palembang (kiri). Sejak enam tahun lalu Tarekat Misionaris Hati Kudus berkarya di Paroki tersebut. P Innocentius Renwarin MSC (kanan atas) dan P Yosef Donny Srisadono MSC menjadi yang pertama diutus oleh Tarekat MSC untuk berkarya di Tugumulyo. Bulan Juni 2008 menjadi moment yang sangat indah bagi tarekat MSC. Saat itu Tarekat MSC mulai berkarya di Keuskupan Agung Palembang. Tiga anggota MSC diutus untuk berkarya di Keuskupan Agung Palembang. Mereka adalah P. Innocentius Renwarin MSC, P. Tarsisius Leisubun, MSC, dan P. Yosef Dony Srisadono, MSC. Dalam perjalanan waktu [bulan Juli 2008] Fr. Marcelus Koa, MSC diutus untuk melanjutkan tahun khusus di Keuskupan Agung Palembang. Setelah P. Inno Renwarin pindah tugas ke Ambon dan P. Dony pindah ke Makassar, tarekat MSC mengutus P. Yohanes Wahyu Hersanto MSC dan P. Markus Reponata, MSC, [2010]. Tahun 2011 tarekat MSC mengutus Fr. Fransiskus Melky MSC untuk

bertahun diakonal dan Fr. James Billiarcarlos, MSC untuk tahun pastoral di paroki Kristus Raja Tugumulyo OKI. Di tahun 2013, P. Servi Fangohoi, MSC diutus oleh tarekat untuk berkarya di kelompok kategorial Mahasiswa dan Kaum Muda Katolik KA Palembang, melanjutkan apa yang telah dirintis oleh P. Markus Reponata, MSC. Walau datang dan pergi silih berganti karena tugas perutusan, kehadiran MSC di Keuskupan Agung Palembang telah memperkuat basis pelayanan dan memperkaya spiritualitas sehingga umat mengalami kasih Tuhan. Pelayanan Parokial Prioritas utama pelayanan MSC di KA Palembang adalah karya parokial, walaupun ada pelayanan

kategorial seperti pengembangan devosi Kerahiman Ilahi, pendampingan terhadap imam-imam Diosesan, dan pendampingan Mahasiswa. Paroki yang dipercayakan kepada tarekat MSC adalah Paroki Kristus Raja Tugumulyo OKI. MSC menerima paroki Kristus Raja Tugumulyo dengan penuh keterbatasan; terbatas sarana-prasarana dan keuangan. Pernah suatu kali umat dari Jakarta mengunjungi pastoran dan kaget ketika melihat laporan keuangan dan saldonya begitu kecil. Secara spontan umat itu mengatakan, “Romo bisa melaksanakan pelayanan pastoral dengan jumlah uang seperti ini?� Secara spontan kami menjawab, “Kita serahkan pada Tuhan yang mempunyai kuasa untuk memberi. Yang penting setiap

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 43


P Yohanes Wahyu Hersanto MSC yang menjadi Pastor Paroki Tugumulyo dalam beberapa tahun terakhir.

hari kita bersyukur dan mohon berkat dari Tuhan.� Buktinya, kami mendapat bantuan, bisa menata pastoran, mengadakan sarana-prasarana dan air bersih. Tugumulyo adalah salah-satu desa di Kabupaten OGAN KOMERING ILIR (OKI). Mayoritas penduduknya berasal dari Jawa, Bali dan sebagian berasal dari Sumatera Barat (Padang), Sumatera Utara (Batak). Pada masa pemerintahan Soeharto terjadi transmigrasi besar-besaran antara lain dari Nusa Tenggara Timur (NTT) menuju ke Kalimantan dan dari Jawa menuju Sumatera (Lampung dan Sumatera Selatan). Wilayah OKI terkenal dengan daerah perampok [bandit, gerandong] dan daerah kriminal. Pemakaian senjata api yang bebas dan perampokan yang sering terjadi membuat orang merasa was-was ketika bepergian sendirian. Situasi yang demikian terkadang membuat orang merasa takut tetapi tidak jarang juga membuat orang berani menghadapi segala resiko dan tantangan dalam karya dan pelayanan pastoral. Mata pencaharian masyarakat dan juga umat Katolik di Tugumulyo OKI adalah petani sawah, petani karet dan petani sawit dan hanya sedikit yang berwiraswasta serta bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Memang patut

diakui bahwa hidup di daerah Sumatera butuh kreatifitas dan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Umat begitu ulet dalam bekerja selama bertahun-tahun sehingga dapat membangun rumah-rumah yang bagus, membeli kendaraan dan juga menyekolahkan anak-anaknya. Orang mulai berlomba-lomba untuk mencari harta sebanyak-banyak, ingin punya kebun di mana-mana dan kalau sudah punya kebun yang banyak akan menjadi orang terkenal karena kekayaannya. Di Tugumulyo orang terbiasa berbicara tentang penghasilan per bulan dan target yang mau dicapai dalam meraih harapan dan impian. Perkebunan telah mengubah hidup umat Katolik di tanah Sumatera bagian Selatan. Sayang bahwa kehidupan yang demikian kurang dibarengi dengan rasa syukur kepada Sang Pemberi hidup dan pemberi rejeki. Umat Katolik yang adalah transmigran dari Jawa Tengah ini telah menorehkan perkembangan sejarah Gereja Katolik di Sumatera bagian Selatan. Dalam sejarah paroki dikatakan bahwa paroki Kristus Raja Tugumulyo OKI dirintis sejak bulan Januari 1994 dan sekarang telah berusia 20 tahun. Berdasarkan data statistik tahun 2013 jumlah umat Katolik di OKI adalah 2030 jiwa

44 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

dan 516 kepala keluarga. Kita bisa membayangkan satu kabupaten yang hanya memiliki satu paroki. Di wilayah Indonesia Timur, satu kabupaten bisa memiliki 5-10 paroki. Paroki Kristus Raja Tugumulyo OKI memiliki 13 stasi dan 27 tempat misa. Wilayah-wilayah pelayanan berjauhan dan membutuhkan waktu 2-4 jam untuk sampai wilayah tersebut. Setiap dua minggu sekali para romo dan katekis mengunjugi umat di stasi yang terjauh untuk merayakan Perayaan Ekaristi dan Perayaan Sabda. Sesudah merayakan Perayaan ekaristi dilaksanakan kunjungan umat. Kunjungan di rumah umat membantu usaha untuk lebih dekat dan mengenal umat. Bahasa sehari-hari adalah bahasa Jawa, maka ketika ada kunjungan umat kami diajak untuk bicara bahasa Jawa..sekedhik-sekedhik ngertos [sedikit-sedikit mengerti]. Paroki Tugumulyo memiliki Dewan Pastoral Inti, Dewan Harian, Pemimpin Akar Rumput dan Katekis Akar Rumput, serta Tim Pastoral. Ada program pemberdayaan umat, pembinaan dan pendampingan bagi dewan pastoral, pemimpin akar rumput dan juga tim pastoral. Tujuannya, supaya tugas pelayanan sebagai kaum awam lebih dipahami dan dihayati. Selain itu diharapkan ada tekad dan kerjasama yang baik dalam pelayanan rohani bagi umat. Berbagai perayaan dilakukan dalam rangka membangun iman umat, antara lain perayaan penerimaan sakramen Krisma dan perayaan ulang tahun paroki. “Kita mesti bersyukur kepada Tuhan karena kehadiran romo-romo MSC membantu karya pelayanan di Keuskupan


Agung Palembang,” begitulah kata-kata peneguhan dari Bapak Uskup Agung Palembang. Katolisitas, Kemandirian Umat dan Semangat Berbagi Sering terjadi bahwa orang dengan gampang meninggalkan Gereja Katolik karena kurang memiliki pengetahuan akan iman Katolik. Maka katekese umat penting untuk mendidik dan membina umat agar sungguh paham dengan ajaran iman. Untuk Keuskupan Agung Palembang katekese umat masih berbicara tentang Katolisitas. Orang masih berbicara tentang dasar-dasar iman Katolik. Tujuannya, supaya umat semakin tangguh, mendalam, mandiri dan missioner. Visi-misi Keuskupan dan paroki adalah cermin yang membantu umat untuk berkaca melihat hidup dan imannya. Visi-misi dapat diterjemahkan melalui program-program yang dilaksanakan oleh dewan pastoral paroki. Dalam 4 tahun ini ada kemajuan dalam hal kemandirian finansial, kemandirian sarana prasarana liturgi [tempat ibadah, buku-buku ibadah, pakaian liturgi] syukur. Umat telah memiliki tempat ibadah yang layak, memiliki buku-buku dan pakaian liturgi. Semangat berbagi, memberi dari apa yang dimiliki, bagi penghidupan

dan pelayanan pastoral senantiasa didengungkan baik dalam kotbah saat misa maupun dalam pertemuan-pertemuan bersama umat. Semangat “berbagi” dan meminta doa (intensi) pada saat perayaan Ekaristi kurang dihidupi oleh umat. Maka diusahakan katekese seputar pribadi Yesus yang membagi hidup-Nya untuk umat manusia dan demikian pula manusia harus saling berbagi. Tantangan dan peluang Keberadaan Gereja Katolik di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Palembang belum diakui secara sah oleh Pemerintah Daerah. Beberapa kali diadakan pertemuan namun inti pertemuan itu hanya mengajak Gereja Katolik di Kabupaten OKI untuk mendukung bupati setempat. Artinya umat Katolik hanya dimanfaatkan atau dipolitisir ketika ada pemilihan kepala daerah dan pemilihan calon legislatif. Suatu ketika, dalam forum bersama bupati mengatakan daerah OKI adalah daerah “santri”. Kata “santri” menunjuk bahwa daerah ini adalah daerah muslim. Tidak ada golongan lain selain yang beragama Islam. Sering kali para romo mendapat teror dari oknum yang tidak dikenal soal pembangunan kapel. Pernah ada seorang pemimpin agama mengatakan seperti ini: “Kalian tahu bahwa di Indonesia

Timur bangun tempat ibadah untuk umat Islam itu susah kenapa kalian berani-beraninya membangun gereja di sini?” Namun kami yakin bahwa Gusti mboten sare (Tuhan tidak tidur). Tuhan mendengarkan doa kaum lemah. Selain itu sampai saat ini ada upaya untuk membangun relasi dengan pemerintah setempat, mulai dari tingkat RT, Desa, Camat dan sampai tingkat Pemerintah Daerah. Paroki memiliki Seksi Kerawam yang salah-satu tugasnya membantu menjembatani Gereja dan pemerintah. Selain hubungan Gereja dengan masyarakat setempat, hidup komunitas juga menjadi tantangan tersendiri. Hidup komunitas sangat penting bagi pertumbuhan bersama dan pelayanan. Komunitas Basis Missioner mesti dibangun dengan baik agar terjadi pertumbuhan, persaudaraan, sikap saling memberi dan menerima satu sama lain. Kesibukan masing-masing anggota KBM dengan tugas-tugas dan pelayanan menjadi tantangan tersendiri. Kurangnya pertemuan bersama dan rekoleksi membuat setiap pribadi merasa bekerja sendirian dan seolah-seolah tidak didukung oleh yang lain. Ke depan, tetap diusahakan untuk menata kehidupan komunitas yang lebih baik. Ametur.  P. Marsel Koa, MSC

P Marselus Koa bersama dengan beberapa tokoh umat dan masyarakat. P Marsel yang berasal dari Timor telah berusaha beradaptasi dengan umat yang kebanyakan berasal dari Jawa. SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 45


OPINI Oleh: Markus Marlon MSC

BELAJAR Pepatah Latin, non scholae sed vitae discimus, kalau diterjemahkan secara bebas berarti: belajar di sekolah itu bukan untuk mengejar ijazah, tetapi agar orang dapat hidup dengan baik dan benar. Pepatah di atas diucapkan Seneca (4 seb. M – 65) dalam suratnya kepada Lucius (Epistolae 106, 11). Ia lahir di Spanyol dan menjelang dewasa, ia mutasi ke Roma. Ia disegani karena memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang dunia politik, kritis dalam menilai situasi yang terjadi dan mampu merumuskan gagasan-gagasannya secara sistimatis. (Bdk. Pius Pandor dalam Ex Latina Claritas, Dari Bahasa Latin Muncul Kejernihan). Apa yang diungkapkan Seneca pada abad I ini ternyata masih relevan bila diterapkan pada abad XXI. Zaman sekarang ini orang berlomba-lomba mendapatkan gelar sebagai syarat sebagai pegawai. Maka tidak mengherankan jika ada Sarjana Pertanian bekerja pada sebuah kantor Bank. Orang tidak lagi melihat kompetensi seseorang, tetapi melihat ijazahnya. Padahal dalam belajar sebenarnya ada semacam link and match (keterpautan dan keterpaduan) antara dunia sekolah dengan dunia kehidupan. Dari teori yang diajarkan kemudian dipraktekkan dan akan menghasilkan sesuatu yang produktif. Mengenai ilmu ini, filosofi Jawa pernah menulis, “Ngèlmu iku kêlakóné kanthi laku, sênajan akèh ngèlmuné lamún ora ditangkaraké lan ora digunakaké, ngèlmu iku tanpå gunå.” Artinya: Ilmu itu diperoleh dengan usaha yang giat. Walaupun banyak ilmu, tetapi jika tidak disebarluaskan dan tidak dimanfaatkan, ilmu tersebut tidak akan berguna apa-apa. Karena ijazah sebagai pencapaian, maka setelah diwisuda kelar (selesai) pula belajarnya. Prof. Dr. Henry Alex Tilaar (lahir 16 Juni 1932), yang kini berusia 80 tahun masih giat belajar. Sebagai profesor emeritus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), ia berkata, “Saya tidak ingin menjadi profesor ‘pohon pisang’ yang sekali berbuah dan dimakan orang. Tetapi saya ingin men-

46 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

jadi profesor ‘pohon ara”’ yang bertumbuh dan berguna sampai berabad-abad.” (Kompas, Kamis 16 Juni 2012). Bagi profesor ini, gelar bukan sebagai puncak karier, melainkan sebagai awal kehidupannya sebagai pencinta pengetahuan. Paul Engrand pada tahun 1970 sebenarnya telah mengemukakan konsep pendidikan sepanjang hayat, lifelong education. Namun, sebenarnya sekitar 1.500 tahun yang lalu, junjungan kita, Nabi Muhammad SAW (570 – 632) pernah menyampaikan piwulang bahwa belajar memang seharusnya sejak dalam buaian sampai ke liang lahat, from cradle to the grave. Kata bijak dari Cina juga menyatakan, “Jika engkau ingin berinvestasi sepanjang hayat tanamlah manusia” (didiklah manusia). Sang Nabi dalam hadits-nya juga bersabda, “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China.” Dalam dunia pewayangan, tokoh yang suka mengejar ilmu terdapat dalam diri Arjuna. Arjuna, dalam bahasa Sanskerta berarti putih bersih atau bening. Ia juga menjadii simbol pribadi yang suka belajar. Dalam pewayangan ia memiliki istri sakethi kurang siji yang artinya satu juta kurang satu (999.999 istri). Para istri Arjuna adalah anak-anak pendeta atau guru. Ini melambangkan Arjuna “menikahi” ilmu pengetahuan. Dalam Bhagavad Gita, ketika Krishna menanyakan kepentingan kedatangannya dalam menjelang perang Bharatayudha, Arjuna memilih Krishna sebagai “kusir”-nya, sedangkan Doryudhana memilih balatentara kerajaan Dwarkawati. Arjuna melihat sisi kedalaman ilmu Krishna, sedangkan Doryudhana melihat permukaan saja yakni bala tentara. Non scholae sed vitae discimus memberikan sebuah pembelajaran bagi kita bahwa yang namanya belajar itu memang untuk kehidupan. Untuk itulah, dalam menghidupi ilmu pengetahuan, dibutuhkan sebuah proses yang kadang kala harus berdarah-darah, bercucuran keringat dan membanting tulang dan bukan mentalitas instant. 


JUBILEA

Proficiat atas Prasetya Kekal: Sr. Sr. Sr. Sr. Sr.

Anselma Nanik Eko Wardani PBHK Dorothea Merliana Samudia PBHK Matilda Kamamas PBHK Germana Rahabav PBHK Patrisiana Mustika Dewi PBHK

Purworejo, 30 Agustus 2014

Proficiat atas

Prasetya Pertama: Sr. Sr. Sr. Sr.

Renata Ervin Ristanti PBHK Hilda Mahuse PBHK Amelia Tola PBHK Chiara Womu PBHK

Purworejo, 30 Agustus 2014

Proficiat atas:

25 Tahun Hidup Membiara Fr. M. Gregorius BHK Fr. M. Monfort BHK

Malang, 12 Juli 2014 50 Tahun Hidup Membiara

Sr. M. Xaveria Takerubun PBHK

Merauke, 30 Agustus 2014

Terima Kasih Kepada para donatur bulan Agustus 2014: 1. MKS 2. Kel. Bpk. Stef Gunadi 3. Kel. Haryanto Santoso 4. Kel. Paulus - Etty 5. Kel. Susilo Santoso 6. Kel. Andrianto Santoso 7. Ibu Irene 8. NN 9. NN

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

300.000,00 500.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 50.000,00 100.000,00 20.000,00 100.000,00

Dukungan anda untuk majalah ini dapat disalurkan melalui:

KCP Hasyim Ashari, Jakarta No. Rek. 2620172963 A.N. Sulvisius Joni Astanto atau Rosina Angwarmase

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 47


APA DAN SIAPA

8 PILAR KESADARAN FR. M. GREGORIUS BHK FR. M. MONFORT BHK

Ada suasana berbeda di Komunitas Frater Bunda Hati Kudus Celaket 24 Juli yang lalu. Pelbagai tempat dihias indah. Ada apa gerangan? Ternyata 2 orang Frater merayakan 25 tahun hidup membiara. Mereka adalah Frater M. Gregorius BHK dan Frater M. Monfort BHK. Ada yang menarik dalam renungan yang disampaikan dalam Perayaan Ekaristi 25 tahun hidup membiara, yakni 8 pilar kesadaran yang perlu dibangun dalam menjalani hidup bakti: Sadar Tujuan: Orang hanya akan belajar setia dan akan terus setia kalau dia menyadari apa tujuan pilihan dan panggilan hidupnya. Panggilan Tuhan kepada manusia untuk menjadi religius atau hidup berkeluarga adalah panggilan untuk tujuan tertentu Sadar Cinta: Orang terpanggil hendaknya menyadari bahwa modal utama kesetiaan adalah cinta. Kesetiaan itu terasa menyenangkan kalau ada cinta. Mencintai Tuhan, pasangan, pekerjaan, pelayanan menumbuhkan kesetiaan. Ada ungkapan “cinta bisa tumbuh karena kebiasaan.” Sadar Komitmen: Kesetiaan berkorelasi dengan komitmen, ketekunan, dan tanggung jawab. Komitmen membutuhkan tekad dan tanggung jawab atas kepercayaan. Sadar Waktu: Waktu adalah rahmat dan kehidupan karena itu kesetiaan juga ditentukan dalam kecermatan pemanfaatan waktu. Sadar Emosi. Hidup kita merupakan campuran emosi positif dan negatif. Untuk sebuah kesetiaan seseorang diharapkan untuk memiliki tabung energi positif lebih banyak untuk menyeimbangkan hal-hal negatif yang dijumpai dalam hidup. Sadar Komunikasi: Kesetiaan membutuhkan kerja sama dengan pihak lain. “Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia” (2 Sam. 22:26). Kesetiaan tak cukup menjadi tugas atau kewajiban salah satu anggota tarekat dalam komunitas atau pasangan dalam keluarga, melainkan tanggung jawab bersama. Untuk itu perlu komunikasi yang berkualitas sebagai perekat Sadar Perkara Kecil: Kesetiaan bertahan jika didasarkan pada nilai-nilai kehidupan. Belajarlah setia dari hal-hal kecil karena kecil itu indah. Sadar Hikmat Tuhan. Kesetiaan merupakan hasil pilihan yang tidak terpengaruh perasaan atau situasi sesaat yang mudah berubah. Ayub memilih setia meski keadaannya makin memburuk (Ayb. 2:9-10). Untuk itu perlu kedewasaan, hikmat, dan pimpinan Tuhan.

48 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.