WKC (Warta Keluarga Chevalier) Mei 2014

Page 1

TAHUN XII • NO. 5 • MEI 2014

Chevalier W A R TA

K E L U A R G A

Membangun cinta persaudaraan

SINGA, DOMBA, DAN TERANG KANONISASI DAN WARISAN ST. YOHANES PAULUS II

AGGIORNAMENTO “PACEM IN TERRIS” DUA PAUS DARI DUA MASA BERBEDA, KONSISTEN MEMPERJUANGKAN DAMAI DAN MARTABAT MANUSIA

KANONISASI DUA PAUS DUA PAUS DIGELLARI KUDUS MEREKA ADALAH PARA PRIA PEMBERANI DEMI YESUS YANG DIABDI

AMETUR UBIQUE TERRARUM COR IESU SACRATISSIMUM, IN AETERNUM MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 1


04 AGGIORNAMENTO “PACEM IN TERRIS�

DAFTAR ISI

Dua Paus yang memerintah pada masa berbeda digelari kudus. Mereka peduli untuk menciptakan dunia yang damai.

KANONISASI DUA PAUS

Dua paus yang memerintah pada dua masa yang berbeda digelari kudus. Mereka adalah para pria pemberani, yang tiada takut memandang Kristus yang terluka, dengan segala konsekuensinya.

07 14 PROSES BEATIFIKASI SINGA, P. JULES CHEVALIER DOMBA, DAN TERANG

Pater Raymond Dossmann, postulator utama, menyampaikan kepada kita tahap-tahap yang dituntut oleh Gereja untuk beatifikasi dan kanonisasi seseorang yang dibaptis.

10

Kanonisasi dan warisan St. Yohanes Paulus II

16

venerabilis alain guynot de boismenu 2 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


18

LUKA YANG MENGALIRKAN RAHMAT MISIONARIS SEGALA CUACA

hanya pendidikan 40 BISA mengubah manusia papua

Tanggal 21 April 2014 adalah hari istimewa bagi P Lambertus Somar MSC. Ia merayakan 50 tahun imamat. Perayaan diadakan 26 April 2014 di gereja Stella Maris Pluit, Jakarta.

P. Hendrikus Kariwop MSC, Putra Papua yang sekarang menjadi ketua Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Merauke mengungkapkan cita-cita dan keyakinannya.

30

MENCINTA DENGAN HATI MANUSIAWI

HAL. 20

HOSTI MADE IN PURWOREJO

HAL. 22

MANUSIA BUKAN BARANG DAGANGAN

HAL. 42

PERLINDUNGAN SOSIAL DAN KEPEMIMPINAN BARU PASCA PEMILU 2014

HAL. 44

EDITORIAL

Diterbitkan oleh: Ametur Indonesia Redaktur: Joni Astanto MSC Keuangan: Sr. M. Rosina Angwarmase PBHK Grafis & Tata Letak : Joni Astanto MSC Team Redaksi:  P. Joni Astanto MSC  Sr. M. Violetha Kereh PBHK  Fr. Vincensius BHK  P. Patris Jeujanan MSC  Sr. M. Evarina PBHK  Sr. M. Fransina Ulmasembun TMM Distribusi : Keluarga Chevalier Kontributor:  P. Joseph Harbelubun MSC  P. Jimmy Balubun MSC  P. Antonius Dedian MSC  P. Lexy Sarkol MSC  P. Aris Angwarmase MSC  P. Gregorius Hertanto MSC  Sr. M. Margaretha PBHK  Sr. M. Cornelia PBHK  Sr. M. Agusta PBHK  Fr. Kardinus BHK  Fr. Patrik BHK  Sr. M. Paskalina Fun TMM  Bp. Yan Pontoan  Drg. Petrus Sidharta Maringka Koresponden Luar Negeri:  P. Hermas Asumbi MSC (Jepang)  P. Angky Welliken MSC (Ekuador)  P. Adrianus Budhi MSC (US)  P. Alfin Buarlele (Australia)  P. Anton Kaseger (Australia)  Sr. M. Valentine PBHK (Afrika)  Sr. M. Virginia PBHK (Afrika)  P. Timoteus Ata MSC (Philippines).

AMETUR INDONESIA Lantai 1 Gedung Pax, Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23 JAKARTA 10130 Tlp : (021) 6326737, 63857105. Fax : (021) 6326778. Email: ameturindonesia@gmail.com; wartakeluargachevalier@gmail.com

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 3


BUDAYA CINTA Oleh: P. Johanis Mangkey MSC

AGGIORNAMENTO “PACEM IN TERRIS” Dua Paus yang memerintah pada masa berbeda digelari kudus. Mereka peduli untuk menciptakan dunia yang damai.

Pada hari Minggu, 27 April 2014, Hari Minggu Kerahiman Ilahi, Paus Fransiskus menggelar Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II menjadi Santo. Suatu peristiwa iman yang penuh rahmat! Mereka adalah dua Paus di saat dunia moderen semakin berkembang dalam pelbagai aspek kehidupan dan sekaligus berhadapan dengan pelbagai masalah kemanusiaan. Mereka memerintah sebagai Paus pada masa berbeda: Yohanes XXIII (1958 – 1963) dan Yohanes Paulus II (1978 – 2005). Namun, mereka antara lain dipersatukan oleh kepedulian untuk menciptakan dunia yang diliputi oleh perdamaian serta penghargaan terhadap martabat setiap pribadi manusia dan hak-hak asasi manusia. Semasa pontifikatnya Paus Yohanes Paulus II tak henti-hentinya menyuarakan penghargaan terhadap setiap pribadi manusia, penghormatan dan pembelaan atas martabat manusia,

hak-hak asasi manusia, perlawanan terhadap perang, diskriminasi, kemiskinan, dsb. Di samping memaklumkan dan membuka Konsili Vatikan II (1962 – 1965), yang menghantar Gereja pada era pembaruan dan pengkinian (aggiornamento) di dunia moderen, pada 11 April 1963 Paus Yohanes XXIII merilis ensiklik Pacem in Terris (Damai di Bumi), yang tidak hanya ditujukan kepada umat Katolik, tetapi kepada setiap warga dunia yang berkehendak baik. “Perdamaian di bumi sangat dirindukan oleh setiap orang di sepanjang zaman” adalah kata-kata yang mengawali ensiklik ini. Ketika itu dunia menjadi sangat tegang karena Perang Dingin yang terutama melibatkan dua negara adidaya yakni Amerika Serikat dan Federasi Rusia. Juga tembok Berlin belum lama didirikan dan krisis senjata misil Kuba serta proliferasi senjata nuklir sedang

4 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

mengancam perdamaian dan keamanan dunia. Situasi itu menimbulkan ketakutan akan kemungkinan pecahnya perang dunia ketiga. Maka Paus Yohanes XXIII memilih “perdamaian” sebagai tema ensikliknya. Baginya, konsolidasi perdamaian merupakan aspirasi semua orang yang berkehendak baik dan umat manusia masih menghadapi tantangan besar untuk mewujudkan perdamaian yang sejati sebagaimana ditetapkan oleh Allah. Paus ingin meyakinkan dunia dan semua orang bahwa perdamaian di atas muka bumi ini adalah mungkin karena itulah yang ditetapkan oleh Allah. Pada hakekatnya manusia diciptakan menurut gambar dan citra Allah (Kel 1:26) dan dianugerahi akal budi dan kebebasan serta kuasa atas bumi ini untuk hidup dalam damai. Ia juga dianugerahi hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup dengan sarana-sarana yang


Menjadi idola karena perjuangan demi kemanusiaan universal. dibutuhkan: makanan, tempat tinggal, perawatan medis, istirahat, pelayanan-pelayanan sosial, dsb. Setiap orang mempunyai kewajiban untuk memelihara kehidupan, menghargai hak-hak orang-orang lain, bekerja sama dan bertanggungjawab untuk kebaikan bersama. Hak-haknya haruslah dihormati, seperti hak untuk menyembah Allah, untuk hidup sesuai pilihannya, untuk bekerja dan memelihara keluarga, membentuk asosiasi-asosiasi, beremigrasi dan mengambil peran dalam kehidupan publik. Pemerintah, negara atau pemegang otoritas sipil ada demi mencapai kesejahteraan umum dan serentak berkewajiban untuk menciptakan perdamaian. Hal ini akan terpenuhi apabila hak-hak dan kewajiban-kewajiban setiap orang dilindungi. Juga, setiap negara mempunyai hak eksistensi dan berkembang serta sarana-sarana untuk mencapainya. Kerja sama antar negara perlu digalakkan dan setiap negara mempunyai kewajiban untuk membantu perkembangan ekonomi negara lain. Relasi antar negara harus dicirikhaskan oleh kebenaran, keadilan, kerjasama dan kebebasan. Sementara itu, nega-

ra-negara yang sudah maju harus ikut serta meningkatkan kesejahteraan bersama. Selain itu, perlombaan senjata harus diakhiri dan senjata nuklir harus dilarang. Semuanya itu perlu agar perdamaian dapat terwujud. Demikianlah, perang, yang merusak kepentingan umum, harus dihindarkan dan harus ada niat untuk membangun perdamaian dalam suatu dunia yang saling bergantung. Paus Yohanes XXIII juga mengutip ucapan dari Paus Pius XII: “Nothing is lost by peace; everything may be lost by war - Tidak ada sesuatu pun yang hilang oleh perdamaian; segala sesuatu bisa hilang oleh perang”. Paus Yohanes Paulus II menyatakan: “Perang selalu dapat dihindarkan; perang selalu merupakan kekalahan bagi umat manusia” (Sambutan pada Korps Diplomatik pada Takhta Suci, 13 Januari 2003). Apa yang digambarkan dan menjadi kepedulian serta keprihatinan Paus dalam ensiklik Pacem in Terris masih relevan dengan situasi dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Seruan dan suara lantang untuk perdamaian di atas muka bumi ini masih sangat dibutuhkan, seperti di Suriah yang masih dilanda perang sauda-

ra, di Palestina yang masih merindukan kemerdekaan, di Ukraina yang masih dilanda perpecahan, senjata kimia masih menjadi ancaman serius, dsb. Di tanah air Indonesia perdamaian dan hidup berdampingan secara damai masih digerogoti dan diancam oleh intoleransi, kekerasan, konflik, pemasungan hak-hak untuk hidup layak, ketidakadilan, dsb. Perdamaian tetap merupakan hasrat terdalam dari hati setiap orang dan setiap bangsa yang berkehendak baik. Perdamaian yang sejati memang seyogianya terpateri dalam hati setiap manusia. Ajaran ensiklik tersebut masih terus memberikan inspirasi bahwa perdamaian sesungguhnya adalah kerinduan setiap manusia sepanjang masa, yang tetap perlu diperjuangkan. Segala sesuatu yang bertentangan dengan perdamaian haruslah ditolak; segala upaya perdamaian haruslah dipromosikan dan didukung. Kita belajar menciptakan perdamaian dan bukannya perang. Ya, perang selalu merupakan kekalahan bagi umat manusia. Perang merusak kemanusiaan, sedangkan perdamaian membangun peradaban manusia. Benarlah “Nothing is lost by peace; everything may be lost by war”. 

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 5


SAPAAN

Dikasihilah Hati Kudus Yesus di seluruh dunia, Selama-lamanya. Amin. Saudara-saudari sidang pembaca Warta Keluarga Chevalier yang terkasih, selamat bersua kembali dalam sarana pemersatu kita dalam Spiritualitas HATI. Mari kita sejenak meluangkan waktu untuk menimba kekuatan melalui refleksi dan berita aktual yang termuat dalam media kita yang terkasih ini; suatu sarana yang memperkaya sekaligus mengakrabkan tali persaudaraan di antara kita. Awal bulan Mei, tepatnya tanggal 2 Mei, kita peringat sebagai Hari pendidikan Nasional. Mari sejenak merenungkan hakekat yang mendalam tentang ada dan keberadaan kita,manusia. Seorang filsuf Yunani pernah berkata: ”Jika seorang manusia tidak dididik, ia akan menjadi lebih liar dari pada seekor binatang.” Pernyataan ini mau menegaskan betapa pentingnya pendidikan dalam keseluruhan eksistensi manusia. Untuk kita, pendidikan adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus dari saat kita lahir hingga pada saat sang ajal menjemput kita. Sistem dan bentuk pendidikan apapun bertujuan untuk menciptakan seorang individu yang berbudaya, berpengetahuan dan beradab. Maka, pendidikan harus memfasilitasi proses tumbuh dan berkembangnya seseorang menjadi makhluk yang holistic, seseorang berkembang dalam seluruh dimensi kemanusiawiannya. UNESCO menggarisbawahi empat elemen dasar dalam pendidikan sebagai “learning to know, learning to do, learning to live together and learning to be”. Tujuan akhir pendidikan menurut lembaga inter-

Fr. M. Dominikus BHK Provinsial Frater Bunda Hati Kudus nasional ini adalah pengembangan seluruh potensi/kemampuan manusia menuju proses aktualisasi diri yang utuh. Karenannya, pendidikan yang hanya menekankan aspek intelektual seseorang bukanlah suatu pendidikan yang utuh. Kita, Keluarga Chevalier, diajak untuk sejenak merenungkan sejauh mana kehadiran kita dalam dunia pendidikan sungguh menumbuhkan pribadi lain dalam seluruh dimensinya. Keterlibatan kita secara perorangan maupun lembaga dalam proses pembentukan manusia entah secara formal ataupun non-formal melalui pendidikan di sekolah-sekolah, kursus-kursus ketrampilan ataupun pendampingan pribadi dalam keluarga-keluarga hendaknya mempunyai warna khas tersendi-

ri. Kita yang menghidupi spritualitas hati diajak untuk mendidik dengan “HATI” artinya pemberian diri dan pelayanan kita dalam dunia pendidikan dijiwai oleh kesatuan yang erat dengan semangat Yesus sendiri. Ia adalah seorang guru sejati yang mengajarkan kebenaran, cintakasih, persahabatan, keadilan, harmoni serta keutamaan lainnya bahkan memberikan hidupNya sendiri sebagai contoh kepada yang lain. Ketergerakkan hati Yesus ini terwujud nyata dalam sikap-Nya yang selalu menghargai tiap pribadi sebagai makhluk yang bermartabat. Semoga kita pengikut Hati Kudus-Nya sungguh dijiwai oleh keutamaan-keutaman hidup Kristus sendiri dalam seluruh proses pendidikan. Inilah suatu harapan agung sekaligus suatu tantangan yang berat dalam dunia pendidikan dewasa ini. Kebijakan Pemerintah yang timpang dan moderat dalam dunia pendidikan menjadi suatu batu sandungan tersendiri untuk lembaga-lembaga pendidikan Katolik pada umumnya dan lembaga-lembaga persekolahan yang dikelola oleh anggota Keluarga Chevalier pada khususnya. Ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk menjadi terang dan garam di tengah kekacauan dunia zaman ini. Kita yang diinspirasikan oleh spiritualitas Hati hendaknya memberikan warna lain atau nilai lebih dalam pelayanan karitatif khususnya dalam dunia pendidikan dimanapun kita berkarya. Nilai lebih inilah yang kita tawarkan kepada masyarakat. 

Warta Keluarga Chevalier membuka kesempatan untuk siapa saja, baik Imam, Biarawan, Biarawati maupun awam angggota Keluarga Chevalier untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan. Tulisan dikirim ke Redaksi melalui email: ameturindonesia@gmail.com atau wartakeluargachevalier@gmail.com, disertai dengan ilustrasi atau foto. Tulisan yang tidak dimuat tidak dikembalikan. 6 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


SAJIAN UTAMA

KANONISASI DUA PAUS Dua paus yang memerintah pada dua masa yang berbeda digelari kudus. Mereka adalah para pria pemberani, yang tiada takut memandang Kristus yang terluka, dengan segala konsekuensinya.

Para suster dengan banner kedua santo di antara para peziarah yang hadir di Lapangan St Petrus

Paus Fransiskus mengangkat dua pendahulunya, Yohanes XXIII (1958 – 1963) dan Yohanes Paulus II (1978 – 2005) sebagai orang-orang kudus (Santo) dalam misa di Lapangan St. Petrus, Roma, Minggu 27 April 2014. Menurut laporan berbagai media, kurang lebih 800.000 orang peziarah hadir di Roma untuk menghadiri misa kanonisasi tersebut. Tepat sebelum kanonisasi, umat beriman diundang untuk menyanyikan dan mendaraskan kaplet Kerahiman Ilahi. Hadir juga dalam misa kanonisasi, Paus Emeritus Benediktus XVI, bersama dengan 150 kardinal, 1.000 uskup, dan para utusan sekurang-kurangnya dari 90 negara di segala penjuru dunia. Ritus kanonisasi ditempatkan pada awal Misa, sesudah Litani para kudus dan madah pembuka dinyanyikan. Kemudian Kardinal Angelo Amato, Prefek Kongregasi Penganugerahan gelar Santo-Santa, membaca tiga permohonan, dan yang terakhir berbunyi: “Bapa Suci, Gereja Yang Kudus, dengan mempercayakan diri pada janji Tuhan untuk mengutus Roh Kebenaran atasnya, yang dari setiap jaman menjaga Magisterium terbebas dari keMEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 7


salahan, memohon dengan sangat agar Bapa Suci memasukkan mereka, pilihannya, di antara para Kudus.” Kemudian Paus Fransiskus mengucapkan formula kanonisasi: “Untuk menghormati Tritunggal Mahakudus, peninggian iman Katolik dan peningkatan kehidupan Kristen, oleh otoritas Tuhan kita Yesus Kristus, dan Rasul-rasul Kudus Petrus dan Paulus, dan kita sendiri, setelah musyawarah yang sepantasnya dan doa-doa memohon bantuan ilahi, dan setelah memohon nasihat dari banyak saudara Uskup-Uskup, kami menyatakan dan menetapkan Beato Yohanes XXIII dan Yohanes Paulus II menjadi Santo dan kami memasukkan diri mereka di antara para Orang Suci, menetapkan bahwa mereka harus dihormati sedemikian rupa oleh seluruh Gereja. Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus.” Kemudian, anggota keluarga St. Yohanes XXIII dan seorang wanita yang disembuhkan melalui perantaraan St. Yohanes Paulus II membawa reli-

kui-relikui mereka kepada Paus Fransiskus. Kedua santo ini “tidak takut untuk memandang luka-luka Yesus, menyentuh tangan-tangan-Nya yang terluka serta lambungnya yang tertikam tombak,” kata Paus Fransiskus dalam kotbahnya. “Mereka tak pernah malu akan daging-Nya, mereka tidak pernah dibuat malu oleh-Nya, oleh salib-Nya; mereka tidak memandang rendah kedagingan saudara-saudara mereka, karena mereka memandang Yesus dalam setiap pribadi yang menderita dan berjuang. Mereka adalah para pemberani, dipenuhi dengan parrhesia [keberanian] Roh Kudus, dan mereka menjadi saksi di hadapan Gereja dan dunia akan kebaikan dan belas kasih Allah.” “Mereka berdua adalah para imam, uskup, dan Paus di abad XX,” lanjut Paus Fransiskus. “Mereka mengalami peristiwa-peristiwa tragis di abad tersebut, namun mereka tak kewalahan karenanya. Bagi mereka, Allah lebih berkuasa; iman lebih berkuasa – iman

8 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

kepada Yesus Kristus sang Penebus dan Tuhan atas sejarah; kerahiman Allah, yang dinyatakan dengan kelima luka-luka-Nya, lebih berkuasa; dan juga lebih berkuasa adalah kedekatan dengan Maria Bunda kita.” “Dalam diri kedua orang ini, yang memandang luka-luka Kristus dan menjadi saksi kerahiman-Nya, tinggal harapan yang hidup dan suka cita yang tak terlukiskan,” tegas Paus Fransiskus. “Harapan dan suka cita yang dikaruniakan oleh Kristus yang bangkit kepada murid-murid-Nya, harapan dan sukacita yang tak dapat diambil dari mereka oleh siapapun dan oleh apapun. Harapan dan suka cita Paskah, yang tertempa dalam ujian penyangkalan diri, pengosongan diri, penempatan diri sebagai orang-orang yang berdosa, bahkan hingga pada titik kemuakan dan kepahitan piala itu. Itulah harapan dan suka cita yang telah diterima oleh kedua Paus sebagai anugerah dari Tuhan yang bangkit dan yang pada gilirannya mereka limpahkan dalam kelimpahan atas Umat Allah, dan patut


mendapat ucapan syukur kita yang kekal.” Paus Fransiskus menghormati St. Yohanes XXIII sebagai “Paus keterbukaan terhadap Roh Kudus” dan St. Yohanes Paulus II sebagai “Paus Keluarga”. “Yohanes XXIII dan Yohanes Paulus II bekerjasama dengan Roh Kudus dalam membaharui dan mengkinikan Gereja dalam menjaga ciri-ciri kemurniannya, ciri-ciri yang diberikan oleh para kudus dari abad ke abad. Marilah kita tidak melupakan bahwa para kuduslah yang memberikan arah dan pertumbuhan kepada Gereja.” “Dalam mengundang Konsili, St. Yohanes XXIII memperlihatkan suatu keterbukaan yang sempurna terhadap Roh Kudus. Ia membiarkan diri dipimpin dan bagi Gereja ia adalah seorang Gembala, seorang pemimpin-pelayan, yang dibimbing oleh Roh Kudus. Itu adalah pelayanan agungnya terhadap Gereja. Karena alasan itulah saya menyebutnya “Paus Keterbukaan terhadap Roh Kudus.”

“Dalam pelayanannya terhadap Umat Allah, St Yohanes Paulus II adalah paus bagi keluarga. Ia sendiri pernah mengatakan bahwa ia ingin dikenang sebagai seorang paus keluarga. Saya dengan gembira menunjuk hal ini sebab kita sedang ada dalam proses perjalanan bersama keluarga-kelaurga menuju Sinode tentang kelaurga. Tentu saja ini sebuah perjalanan yang, dituntun dan ditopangnya dari dari surga.” “Semoga kedua santo baru dan gembala-gembala umat Allah ini menjadi perantara Gereja, sehingga selama dua tahun perjalanan menuju Sinode Gereja terbuka bagi roh Kudus dalam pelayanan pastoral bagi keluarga,” tutup Paus Fransiskus. “Semoga mereka berdua mengajar kita untuk tidak malu karena luka-luka Kristus dan masuk lebih dalam lagi ke dalam misteri kerahiman ilahi, yang selalu berharap dan selalu mengampuni, karena selalu mengasihi.”  Jonast MSC, Dihimpun dari pelbagai sumber.

Paus Fransiskus mencium relikui St Yohanes Paulus II yang dibawa oleh Floribeth Mora Diaz. Kesembuhan Mora Diaz dari aneurysm pada tahun 2011 adalah mujizat kedua dalam proses kanonisasi St. Johanes Paulus II.

Dua Paus bertemu: Paus Emeritus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus bertemu di Lapangan St Petrus pada saat misa Kanonisasi (atas). Seorang pengunjung dengan gambar St Yohanes Paulus II (bawah).

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 9


SAJIAN UTAMA

SINGA, DOMBA, DAN TERANG KANONISASI DAN WARISAN HIDUP ST. YOHANES PAULUS II

Banyak orang menyaksikan sambil menitikkan air mata, ketika sang hamba para hamba Allah, Paus orang Polandia itu mengawali sejarah kepausannya seperti seekor Singa, namun pada akhir hidupnya, kembali kepada Bapa di surga bagai seekor domba. Sepanjang masa itu, dari 16 Oktober 1978 hingga 2 April 2005, Yohanes Paulus II dengan indah dan atas cara kenabian menunjukkan jalan kepada Sang Penyelamat dan Harapan dunia, Yesus Kristus. Kini ia telah tinggal bersama dengan “banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita� (Ibrani 12: 1). Bersama dengan persekutuan orang kudus itu ia kini memancarkan terang Kristus Cahaya Dunia, untuk suatu era yang sungguh memerlukan pembebasan sejati. Dalam sebuah wawancara dengan seorang jurnalis Polandia bernama Wlodzimierz Redzioch, 7 Maret 2014, Paus Emeritus Benediktus XVI dengan kasih yang tulus dan dalam, menceriterakan, pengaruh dan dampak dari Yohanes Paulus II terhadap hidupnya sendiri dan terhadap pelayanannya bagi Gereja. Ia menegaskan, betapa indahnya ketika jenazah St 10 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


“Santo Subito! Santo Subito!” Santo sekarang juga! Seruan yang mengaskan bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang santo! Yohanes Paulus II diarak di jalan-jalan Roma, umat berseru: Santo Subito! “Dalam kerjasama selama bertahun-tahun dengannya, memang menjadi semakin jelas bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang Santo,” tegas Benediktus. Mengenai keputusan untuk proses beatifikasi yang lebih cepat dari biasanya, Benediktus XVI mengatakan bahwa ia melakukannya karena ia yakin akan kekudusan Yohanes Paulus II. “Ia mempunyai relasi yang sangat kuat dengan Tuhan,” tegasnya. Hal itu nampak kasat mata. St. Yohanes Paulus II mengejawantahkan kata-kata Paulus, “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku,” (Gal 2: 20). Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa “Kalau Gereja menggelari kudus orang-orang beriman tertentu, artinya mengumumkan dengan resmi bahwa mereka telah menjalankan kebajikan-kebajikan dengan ksatria dan telah hidup dengan setia

kepada rahmat Allah, Gereja mengakui kekuasaan Roh kekudusan yang ada di dalamnya. Ia memperkuat harapan umat beriman, karena ia memberi orang kudus kepada mereka sebagai contoh dan perantara. "Dalam situasi sejarah Gereja yang paling sulit, selalu terdapat orang-orang kudus pada awal pembaharuan" (CL 16,3). "Sumber rahasia dan ukuran yang tidak dapat salah dari kekuatan misioner Gereja adalah kekudusannya" (CL 17,3).” Dalam sebuah wawancara dengan Radio Vatikan, Kardinal Jose Saravia Martins, Prefek Kongregasi untuk Penggelaran para Kudus, pada tahun 2008, diangkat kembali peristiwa yang nampak di Lapangan St Petrus, pada saat pemakaman Yohanes Paulus II: “Kita ingat seruan umat “Santo Subito”. “Santo sekarang juga!” Seruan tersebut, menyatakan apa yang orang pikirkan. Itu berarti bahwa Yohanes Paulus II benar-benar memiliki reputasi yang sejati akan kekudusan di antara para umat beriman. Dan kita tahu bahwa itu adalah sangat mendasar dalam proses beatifikasi.” Wawancara tersebut menjawab cita rasa umat, dan kita mempunyai

seorang Santo di tengah-tengah kita. Tuhan tahu, kita membutuhkan teladan hidupnya dan doa-doanya di sepanjang abad baru Gereja missioner ini. Berjuta-juta umat di seluruh dunia berdoa bagi Yohanes Paulus II. Ia telah menunjukkan kepada kita bagaimana kita hidup, dengan mempersembahkan seluruh keseharian kepada Yesus Kristus. Ia telah menunjukkan kepada kita bahwa penderitaan, disatukan dengan Sang Penyelamat, akan menjadi tanda belas kasih Allah yang tiada henti dan menjadi suatu kesempatan rahmat ketika digabungkan dengan penderitaan-Nya, dalam suatu kurban Cinta yang total. Kesaksiannya melampaui kata-kata. Kemudian, ia menunjukkan kepada kita bagaimana memeluk kematian, tanpa takut, namun dengan iman. Ia mengetahui saatnya untuk pergi, seperti yang ia katakan dalam bahasa Polandia, enam jam sebelum kematiannya, kepada teman dekatnya di pembaringannya, “Biarlah saya pergi ke rumah Bapa.” Kita sungguh mendapat kesempatan istimewa untuk mengalami kepemimpinan, baik dalam kata-ka-

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 11


ta maupun perbuatan, dari Pengganti Petrus, yang sekarang telah menjadi Santo Yohanes Paulus II. Rasanya proses penggelaran kudus yang dipercepat ini tepat. Hal itu menjadi tanda dimulainya masa kenabian Gereja. Kita masih ingat dalam bulan Oktober 1978, ketika ia melangkah ke balkon Basilika St. Petrus dan berkata: “Jangan takut! Bukalah, ya, buka lebarlebar gerbang-gerbang bagi Kristus. Bukalah bagi kuasa penyelamatan-Nya batas-batas Negara-negara, bukalah sistem-sistem ekonomi dan politik, kerajaan-kerajaan budaya, peradaban dan perkembangan…. Jangan takut!” Diyakini banyak orang bahwa ia adalah salah satu “arsitek” Konsili Vatikan II dengan dokumennya tentang Gereja dalam dunia modern, Gaudium et Spes. imam dan Uskup yang kuat, energik, kharismatis ini menduduki tahta Petrus dengan rahmat dan martabat yang menunjukkan kepada semua yang berjumpa dengannya, Tuhan yang ia abdi. Pada masa kritis sejarah Gereja dan dunia modern, ia melangkah maju seperti seekor singa, dengan auman kenabiannya. Ia melangkah ke dalam panggung itu dengan kekuatan dan vitalitas dan seluruh dunia mengetahui bahwa Allah sedang melakukan sesuatu yang luar biasa. Paus yang gemar mendaki gunung ini dipenuhi dengan kasih Allah dan kasihnya itu “menular”. Ia adalah seorang yang berbakat dalam menyurat, seorang dramawan, seorang filsuf, seorang intelektual besar, seorang penulis puisi, tapi yang lebih penting lagi, ia adalah seorang manusia tulen dengan hati yang besar yang merangkul seluruh dunia, seperti Hati Dia yang dihadirkannya dengan amat indah sebagai wakil-Nya di bumi, yakni hati sang Raja Diraja, Yesus Tuhan kita. Seperti seekor singa di tahta Petrus, ia konsisten dan tanpa lelah menghidupi apa yang dikatakannya dengan berani. Tiada takut, ia berkeliling dunia, mewartakan kebebasan kepada para tawanan dan kebenaran kepada para korban ideologi palsu yang telah merusak manusia abad 20, masa paling berdarah dalam sejarah manusia. Ia tak pernah berhenti dengan penuh kesungguhan menghadirkan warta Kristiani yang tak pernah beru-

bah dengan kemendasakan profetis, namun dengan jelas dan relevan sesuai jamannya. Komunisme, atheism, sekularisme, humanisme palsu, semuanya terbongkar janji-janji kosongnya. St. Yohanes Paulus II menyatakan bahwa “Sang Penebus Umat Manusia”, Yesus Kristus, adalah jalan menuju kebebasan pribadi, sosial, universal yang autentik. Ia menulis lebih banyak ensiklik, ekshortasi apostolik, konstitusi dan surat-surat dibandingkan Paus lainnya dalam sejarah Gereja. Dalamnya ia mengembangkan topik-topik yang kaya selama pelayanannya bagi Gereja dan dunia yang masih berada dalam “kandungan”. Banyak istilah-istilah yang dalam proses kelahiran dan semuanya mengandung potensi pembaharuan. Frase-frase seperti Budaya Kehidupan, Peradaban Kasih, Evangelisasi Baru, Musim Semi Misi Dunia, Panggilan universal kepada kekudusan; Perkawinan Kristiani dan Hidup berkeluarga sebagai Gereja Domestik; Spiritualitas Persatuan, Theologi Tubuh, Kebaikan Umum, Kesatuan Hidup, Humanisme Baru, Feminisme Baru dan Feminin Jenius, Dua paru-paru Timur dan Barat, Aksi Katolik Baru, Antropologi Teologis Rahmat, dan Advent baru umat manusia dalam Yesus Kristus, adalah contoh-contoh frase tersebut. Ajarannya memberikan suatu cetak biru bagi pembangunan kembali Gereja masa kini. Misi dan warta ini dengan amat terampil dan cemerlang dikembangkan oleh penerusnya, Paus Emeritus Benediktus XVI dan dilanjutkan dalam tindakan-tindakan kenabian Paus Fransiskus. Kita semua hidup dalam tuntunan Roh Kudus yang mengemudikan bahtera Gereja. St. Yohanes Paulus II menegaskan bahwa tiada ruang dalam pengalaman hidup manusia yang tak terjangkau oleh pengaruh Injil dan Gereja. Gereja adalah, dalam kata-kata para Bapa Konsili Vatikan II, “ahli dalam kemanusiaan”. Ia sungguh-sungguh seorang Paus Penginjil, memanggil seluruh umat manusia, pria dan wanita untuk menjumpai Injil, Kabar Gembira, Yesus Kristus yang bangkit. Ia memanggil semua kepada Satu Penebus, Yesus Kristus. Dalam Dia, mereka diundang,

12 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

untuk menemukan tujuan dan pemenuhan hidup itu sendiri. Ia mewartakan kebenaran bahwa eksistensi manusia adalah sebuah undangan untuk bersatu dengan Allah dan sesama. Ia berbicara kepada suatu masa yang dipenuhi dengan “pemenuhan diri” bahwa kita hanya dapat menemukan pemenuhan kemanusiaan kita dalam pemberian diri dalam kasih, kepada Allah dan kepada sesama, sebagai anugerah. Ia memanggil kita semua untuk menghidupi iman Kristiani dan gaya hidup yang dinamis namun terintegrasi secara penuh, menunjukkan apa yang disebutnya sebagai “kesatuan hidup”. Dengan kata lain, meyakinkan bahwa kita melaksanakan apa yang kita katakan, bahwa implikasi iman Kristiani nampak dalam keseluruhan hidup kita, tanpa kontradiksi dan pemisahan. Ia menghadapkan dan menunjukkan apa yang ia sebut sebagai budaya kematian, dalam mana pribadi manusia diperlakukan sebagai sebuah sarana saja dan bukan sebagai anugerah. Ia mengusulkan cara yang berbeda, yakni membangun sebuah budaya kehidupan, di mana setiap pribadi manusia memiliki martabat dan hak untuk hidup, kemerdekaan dan cinta. Ia selalu mendorong kita untuk membangun Peradaban Cinta, baik melalui kata-kata maupun kesaksian hidup. Ia membangun jalan menuju damai dan solidaritas otentik, dengan mencanangkan kepada bangsa-bangsa bahwa kita adalah “our brothers’ keeper” dan bahwa kita punya kewajiban untuk solider satu dengan yang lainnya, dan secara lebih khusus, terhadap mereka yang miskin dalam segala bentuknya. Ia menegaskan bahwa kebebasan manusia yang sejati adalah “kebebasan untuk” dan bukan hanya “kebebasan dari”. Apa yang kita pilih benar-benar berarti. Itu (pilihan kita itu) tidak hanya mengubah dunia, tetapi mengubah kita. Ia senantiasa mengingatkan kita akan esensi ajaran moral baik Hukum Alam maupun penyingkapan bahwa penerapan kebebasan manusia harus diarahkan kepada pilihan yang benar, baik dan indah. Ia menunjukkan apa yang disebutnya sebagai arti palsu kebebasan, seperti ketika kebebasan secara salah diarahkan dan menggu-


nakan pribadi-pribadi sebagai “property.” Karena semuanya itu ia disebut sebagai “Guru Ajaran Sosial Gereja Katolik.” Sesungguhnya Kompendium Ajaran Sosial Gereja dipersembahkan baginya. Ia berpegang bahwa khasanah Ajaran Sosial Gereja Katolik ditujukan bagi dunia. Ajaran-ajaran sosial tersebut memberikan prinsip-prinsip yang dapat membantu membangun masyarakat yang sungguh-sungguh adil dan damai yang memajukan kebaikan bersama. Ia percaya bahwa prinsip-prinsip tersebut, bila diterapkan dalam kebijakan umum, akan menghantar kepada hubungan-hubungan yang adil baik secara nasional maupun internasional. Masalahnya adalah bahwa Ajaran Sosial Katolik sebagian besar belum dibaca dan belum dicoba. Tulisan-tulisannya, dalam kelanjutan dengan Tradisi dan dilanjutkan dalam kebijaksanaan penerusnya, Benediktus dan Fransiskus, memberikan sarana yang kita perlukan untuk membangun budaya kehidupan dan peradaban kasih. St Yohanes Paulus II dapat disebut sebagai seorang nabi. Dalam ensikliknya yang pertama “Redemptor Hominis” hingga yang terakhir, ia dengan fasih menyatakan Kebenaran. Ia juga seorang rasul bagi kesatuan Umat Kristen. Ia menyerukan rekonsilasi antar umat Kristiani yang terpecah-pecah dan dalam sebuah ensiklik yang paling berani, “Ut Unum Sint” ia menawarkan model persatuan yang dibangun oleh Paus Emeritus Benediktus dan dinyatakan secara luar biasa oleh Paus Fransiskus. Dengan cinta yang dalam, respek dan dedikasi bagi apa yang disebutnya “Orientale Lumen”, St Yohanes Paulus II menyerukan agar Umat Kristiani Barat dan Timur menemukan kembali keterkaitan satu terhadap yang lain agar seluruh Tubuh Kristus dapat bangkit kembali dan bernafas dengan dua paru-paru sehingga dapat menghadirkan Yesus Kristus kepada dunia yang perlu dibebaskan. Tema-tema transformasional dari kepausah St Yohanes Paulus II masih memberi jalan bagi pembaharuan Gereja terus-menerus, dan melalui Gereja, pembaharuan budaya umat manusia terus menerus. Gaudium et Spes no 22, yang dipercaya bahwa dialah penu-

lisnya, adalah kunci utama untuk memahami pemikirannya yang mendalam, iman dan harapannya yang dalam: “Sesungguhnya hanya dalam misteri Sabda yang menjelamalah misteri manusia benar-benar menjadi jelas. Sebab Adam, manusia pertama, menggambarkan Dia yang akan datang yakni Kristus Tuhan. Kristus, Adam yang Baru, dalam perwahyuan misteri Bapa serta cinta kasih-Nya sendiri, sepenuhnya menampilkan manusia bagi manusia, dan membeberkan kepadanya penggilannya yang amat luhur. Maka tidak mengherankan pula, bahwa dalam Dia kebenaran-kebenaran yang diuraikan diatas mendapatkan sumbernya dan mencapai puncaknya.”

Iman Kristiani kita tidak hanya berbicara tentang kehidupan pribadi kita. Itu bukanlah hal yang pribadi saja. Iman Kristiani berbicara kepada seluruh kehidupan dan dimaksudkan untuk memberitahukan serta mengubah seluruh cara kita melihat dan menghidupi hidup kita di dunia nyata. St. Yohanes Paulus II telah menunjukkan jalannya. Ia mengawali masa kepausannya bagaikan seekor Singa yang mengaum. Ia mengakhirinya sebagai Domba yang memeluk kematian dengan cinta. Pengaruhnya kini berlanjut sebagai terang bagi millennium Kristiani yang ketiga. St. Yohanes Paulus II, doakanlah kami, doakanlah seluruh Gereja, doakanlah seluruh dunia!  Deacon Keith Fournier/www.chatolic.org/Jonast MSC

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 13


PROSES BEATIFIKASI P. JULES CHEVALIER

Pater Raymond Dossmann, postulator utama, menyampaikan kepada kita tahap-tahap yang dituntut oleh Gereja untuk beatifikasi dan kanonisasi seseorang yang dibaptis. Kita ingat bahwa Pater Jules Chevalier lahir pada tanggal 15 Maret 1824 di Touraine, Richelieu. Ibunya, yang sungguh saleh, menanamkan kepada Jules kecil nilai-nilai kristiani tradisional. Hampir setiap sore ia menghantar Jules ke gereja paroki. Tidaklah mengherankan Jules mendapatkan ‘selera akan hal-hal Gerejawi’, sebagaimana ia sendiri suka mengatakannya. Juga tidaklah mengherankan ketika kelak ia menyatakan keinginannya untuk masuk seminari menengah. Namun, keluarganya terlalu miskin untuk dapat mewujudkan keinginannya, sehingga ia pun mengambil keputusan untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan ekonomi guna mencapai tujuannya. Tujuannya ini terpenuhi, bukannya tanpa kesulitan-kesulitan, pada 14 Juni 1851. “Oh hari yang tak terlupakan!,” ia mengakuinya. “Pada saat konsekrasi, keagungan misteri dan pikiran akan ketidaklayakanku meresapi diriku sedemikian rupa sehingga aku meneteskan air mata. Aku membutuhkan dorongan dari imam yang mendampingiku untuk menyelesaikan korban Suci.” Dalam perjalanan studi teologinya ia memperoleh rahmat khusus yang mengarahkan seluruh hidupnya. “Ketika sedang mempelajari bahasan tentang Inkarnasi”, tulisnya, “pengajar kami menambahkan satu tesis tentang devosi kepada Hati Kudus. Seluruhnya menarik minat saya. Ajaran ini

Kanonisasi Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II mengingatkan kita akan proses beatifikasi dan kanonisasi P. Jules Chevalier. Berikut ini, berita tentang perkembangan proses tersebut, diterjemahkan oleh J. Mangkey, msc, dari “La cause de béatification et canonisation du père Jules Chevalier”, dalam “Annales”, février 2014, halaman 26-27

Mgr. Maiilard, Uskup Agung Bourges ditugaskan untuk membuka dan menutup langkah tingkat Keuskupan dari proses beatifikasi dan kanonisasi Pastor Chevalier. Nampak hadir pula Pemimpin Umum Tarekat MSC P Mark McDonald MSC. (foto: Annales d’Issoudun, Fevrier 2014, p. 27). meresapi hati saya. Pelajaran tentang kehidupan Beata Margaretha Maria menimbulkan dalam diri saya suatu keinginan besar untuk menjadi rasul devosi ini, yang telah diberikan oleh Tuhan kita kepada dunia sebagai sarana kuat untuk pengudusan.” Proses beatifikasi berlangsung da-

14 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

lam dua tahap: tahap diosesan/keuskupan yang diikuti tahap Romawi. Tahap pertama disebut tahap ‘diosesan’ karena berlangsung di keuskupan di mana Hamba Tuhan meninggal dunia pada 21 Oktober 1907. Tahap ini diikuti dengan tahap ‘Romawi’ pada Kongregasi untuk Penggelaran para


Penyerahan seluruh akta proses ke kantor Kongregasi untuk Penggelaran Para Kudus.

Kudus di Roma. Pada 25 Mei 2012, vigili perayaan pesta Bunda Hati Kudus, Mgr Maillard, uskup agung Bourges, membuka ‘tahap diosesan’ dari proses beatifikasi dan kanonisasi Pater Jules Chevalier, pendiri Kongregasi Misionaris Hati Kudus dan Putri-Putri Bunda Hati Kudus, di basilika Hati Kudus, Issoudun. Dua komisi yakni ‘para ahli teologi’ dan ‘ahli sejarah’ telah memeriksa dokumen-dokumen menyangkut proses ini, dan para saksi tentang ketenaran kekudusannya didengarkan. Pada 8 Desember lalu Mgr Maillard mengumpulkan kembali tribunal di basilika Issoudun untuk melanjutkan dengan

kesimpulan definitif dari tahap pertama ini. Semua akta proses dikirimkan ke Kongregasi untuk Penggelaran para Kudus untuk sekali lagi dianalisa oleh para ahli teologi dan para ahli sejarah. Apabila pendapat mereka positif maka aktanya akan diserahkan pada suatu komisi para Kardinal. Dan pada akhirnya berkasnya akan diserahkan kepada Bapa Suci, yang akan mengeluarkan suatu dekrit pengakuan akan keutamaan-keutamaan heroik dari Hamba Allah, dan sejak itu ia akan disebut “Venerabilis” (yang patut dihormati). Hanya setelah pengakuan tersebut oleh Sri Paus maka, apabila ada

suatu mukjizat yang terjadi atas pengantaraannya, Hamba Allah itu akan dinyatakan “Beato”. Akan diperlukan mukjizat kedua agar ia dimaklumkan sebagai “Santo”. Yohanes Paulus II mengatakan bahwa “untuk mukjizat-mukjizat harus mendengarkan suara Allah melalui pemilah-milahan Roh oleh Gereja.” Mukjizat-mukjizat itu menerangi dan meneguhkan pertimbangan yang melibatkan otoritas Petrus dan Gereja. Perlulah kita mengintensifkan doadoa kita untuk memperoleh rahmat mukjizat melalui pengantaraan Hamba Allah, Pater Jules Chevalier. 

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 15


SAJIAN UTAMA

VENERABILIS

ALAIN de BOISMENU

Gereja mengeluarkan Dekrit menggelari Hamba Allah Alain Guynot de Boismenu sebagai “venerabilis”. Dibutuhkan sebuah mukjizat yang diatributkan kepadanya agar ia digelari “Beato”.

Hamba Allah Alain Guynot de Boismenu (Saint Malo, Prancis, 27 Desember 1870 - Kubuna, 5 November 1953)

Pada hari Selasa, 15 April 2014, Bapa Suci Fransiskus menerima dalam audiensi pribadi Yang Mulia Angelo Kardinal Amato, SDB, Kepala Kongregasi untuk Penggelaran Para Kudus, dan mengotorisasikan promulgasi Dekrit tentang pengakuan akan kebajikan-kebajikan heroik (heroic virtues) dari Hamba Allah Alain Guynot de Bo-

ismenu dari Kongregasi Misionaris Hati Kudus Yesus, Vikaris Apostolik Niugini, pendiri Kongregasi Hamba-Hamba Tuhan, yang meninggal pada tanggal 5 Nopember 1953 di Kubuna. Dengan Dekrit ini Gereja memberikan kepada Hamba Allah Alain Guynot de Boismenu gelar “Venerabilis” (yang patut dihormati). Sekarang hal yang

16 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

dibutuhkan adalah pengakuan akan suatu mukjizat yang diatributkan pada pengantaraan Venerabilis Alain Guynot de Boismenu agar Gereja memaklumkan beliau sebagai “Beato”. Kewajiban kita ialah untuk terus menerus berdoa agar Tuhan memberikan kepada kita rahmat melalui pengantaraannya.  Jean Jules Chassem, msc, Postulator Umum.


MUKJIZAT-MUKJIZAT UNTUK PENGGELARAN PARA KUDUS Sebagai tambahan pada panggilan umum pada kekudusan, yang kita semua terima, ada suatu kekudusan yang dapat membuat kita dikanonisasi (canonizable), dengannya Gereja mengucap syukur kepada Allah atas anugerah bahwa para anggotanya mampu menanggapi dengan murah hati rahmat Allah, yakni dengan menghormati mereka dan memohonkan doa-doa mereka sebagai pengantara kita. Sesuai dengan praktek Gereja, kekudusan ini diakui melalui dua tahap: beatifikasi dan kanonisasi. Syarat-syarat utama untuk proses tersebut adalah: reputasi/nama masyur dalam hal kekudusan, praktek kebajikan-kebajikan heroik dan pengakuan akan suatu mukjizat melalui pengantaraan Beato/a atau Santo/a masa depan. Dalam tulisan ini saya ingin berbicara tentang syarat terakhir ini yakni tentang mukjizat. Sebagaimana mukjizat-mukjizat yang dilaporkan dalam Injil-Injil mengundang kita untuk mengakui dalam pribadi Yesus dari Nasaret sang Mesias

Allah dan kuasa Putera Allah, demikian juga mukjizat-mukjizat dalam proses penggelaran para Kudus meyakinkan kita bahwa Hamba Allah berada di surga dalam persekutuan dengan Allah. Atas cara ini mereka menegaskan tentang peneguhan ilahi atas pertimbangan yang dibuat oleh otoritas Gereja menyangkut kehidupan penuh kebajikan dari pribadi yang bersangkutan. Pentinglah untuk menambahkan bahwa mukjizat yang dituntut dalam proses penggelaran para kudus adalah suatu mukjizat yang terjadi sesudah kematian (post mortem). Tambahan pula bahwa itu bukan sembarang mukjizat. Biasanya, itu harus merupakan suatu mukjizat dalam hal penyembuhan fisik, yang langsung, total (menyeluruh), berlangsung terus dan penyakit tersebut tidak berulang kembali, dan mukjizat ini diperoleh melalui pengantaraan Hamba Allah. Dalam bukunya berjudul “Beatifikasi Hamba-Hamba Allah dan Kanonisasi Para Beato” Prospero Kardinal Lamber-

DOA MEMOHON RAHMAT MELALUI PENGANTARAAN HAMBA ALLAH USKUP ALAIN GUYNOT DE BOISMENU MSC Kami memuji Engkau, ya Tuhan, atas kehidupan dari Alain de Boismenu, yang dibaktikannya demi melayani Injil dan umat Papua Niugini. Kami bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, atas imannya yang sederhana dan mendalam, yang dihayati dalam setiap saat keseharian hidupnya, atas penyerahan dirinya pada kehendak-Mu, atas kebaikannya menyambut semua orang yang membutuhkannya dan atas kebijaksanaan dan kebesaran hatinya untuk melayani mereka. Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, demi kemuliaan-Mu yang lebih besar, dengan kanonisasi permuliakanlah dia di bumi ini sebagai rasul cintakasih-Mu yang berbelaskasih. Melalui teladan dan pengantaraannya, semoga Roh Kudus-Mu mempersatukan kami secara lebih erat dengan Dikau dalam Hati Putra-Mu, agar melalui kami juga cinta-Mu dapat mengubah dunia. Kami panjatkan doa ini dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

tini (kelak Paus Benedictus XIV) mendefinisikan dan memformalkan norma-norma mengenai pengakuan akan mukjizat-mukjizat, yakni: • Diagnosis seharusnya merujuk pada kondisi patologis yang serius dan tidak dapat disembuhkan. Hanyalah penyakit fisik (dan bukan psikologois atau neurologis) yang dipertimbangkan. • Prognosis adalah keadaan tanpa harapan: orang sakit berada dalam keadaan hampir meninggal. • Penyembuhan tidak diatributkan pada pengobatan medis atau sesuatu terapi. Penyembuhan terjadi karena doa langsung dari si penderita atau karena permohonan tidak langsung (misalnya: novena doa oleh kaum keluarga dari si penderita atau dari suatu komunitas) melalui pengantaraan Hamba Allah atau Beato. • Bukti penyembuhan: dalam mengakui penyembuhan para dokter haruslah setepat mungkin sesuai situasi, khususnya bahwa penyembuhan itu terjadi secara langsung. Mereka harus yakin bahwa penyembuhan itu total (menyeluruh), berlangsung terus dan penyakit tersebut tidak berulang kembali. Menjadi kewenangan dari para dokter untuk menyatakan bahwa penyembuhan tersebut tidak dapat dijelaskan, namun tergantung pada Gereja untuk menyatakannya sebagai mukjizat. Secara konkrit, mukjizat tidak dapat diakui begitu saja kecuali melalui suatu Dekrit dari Bapa Suci setelah melakukan evaluasi atas keajaiban tersebut, yang menyerupai keajaiban dalam hal kebajikan-kebajikan heroik dan reputasi kekudusan, dalam dua tahap: tahap diosesan/keuskupan di mana suatu tribunal dibentuk oleh Uskup di mana keajaiban itu terjadi dan tahap Romawi pada Kongregasi untuk Penggelaran Para Kudus.  Jean Jules Chassem, msc

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 17


OLEH: Fr Sandro Pinangkaan

LUKA YANG MENGALIRKAN RAHMAT Sebuah Kontemplasi Baik juga rasanya membagikan pengalaman kontemplasi pengalaman hati kepada keluarga Chevalier. Sejenak tulisan ini mengajak anda untuk masuk ke dalam pengalaman hati masing-masing dalam memandang curahan rahmat dari Hati Kudus Yesus. Suatu kali usai menerima absolusi, saya menuju ke Kapel. Saya diminta untuk merenungkan Hati Yesus yang tertikam. Mendengar penitensi seperti ini, saya merasa kaget serentak juga terbangkitkan semangat yang membara dalam hati saya. Saya sangat tertarik dengan misteri “Hati Yesus”, terlebih untuk merenungkan Hati-Nya yang ter-

tikam dengan tombak itu. Sementara berjalan, saya menundukkan kepala. Dalam angan bangkit lagi “aura Hati Kudus” – saya sebut “aura Hati Kudus” sebab pengalaman ketertarikan saya terhadap Hati Kudus berawal dari rumah. Ketertarikan saya akan Hati Kudus berawal di rumah tempat saya dibesarkan. Kakek saya ialah seorang pemuka umat. Saya diajarkan banyak hal tentang “Hati Kudus Yesus”, terlebih dalam lagu yang samar-samar saya ingat, “Lihatlah, hai anak-Ku, akan Hati Yesusmu … Salam … bagi-Mu, hai Raja kami dalam bulan Juni ini / pada hari Jumat ini.” Sebuah lagu yang sangat se-

18 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

derhana. Mungkin orang akan tertawa mendengarnya. Tapi saya merasakan betapa simpel-nya Hati Kudus Yesus dalam lagu ini. Saya juga sadar bahwa bulan kelahiran saya, Juni, adalah bulan penghormatan untuk Hati Kudus Yesus. Sungguh, saya sangat merasa tersentuh dan terbangkitkan suatu semangat lain dalam diri saya. Suatu rasa yang untuk sekarang ini sulit diungkapkan dengan untaian kata-kata. Inilah yang secara sederhana saya sebut “aura Hati Kudus.” Dalam kontemplasi, saya dibawa oleh Tuhan ke suatu pemandangan yang membentang di kaki gunung batu.


Kini saya dibawa ke puncak gunung batu itu. Di sana Sang Kristus tergantung pada sebuah salib. Ia tertunduk kaku. Antara saya dan salib itu nampak ada batas. Saya berdiri di tempat yang gelap pijakkannya. Saya lihat diri saya berpakaian jubah hitam dengan kerudung perkabungan. Batas itu sungguh kentara memisahkan saya dengan Salib itu. Dihantar oleh nyanyian Taizè, saya berseru, ‘Kyrie eleison, Christe eleison’. Saya melihat sebilah tombak perlahan bersandar di lambung Yesus, yang kemudian membenam masuk dan merobek kulit-Nya. Keluarlah darah serta air menembus batas itu, memancar ke wajah dan lalu ke seluruh tubuh saya. Mula-mula darah merah segar membasahi wajah dan seluruh tubuh saya, baru kemudian air putih yang keluar dari Sumber yang sama itu menyapu bersih darah itu. Kembali animasi ini terputar. Ya, tombak itu ialah keberdosaan saya sebagai manusia. Dosa-dosa merobek lambung Kristus. Tapi, kerahiman-Nya sungguh luar biasa: meski dosa-dosa saya melukai-Nya, namun justru dari luka-Nyalah rahmat kehidupan keluar dan melimpah membasahi seluruh kehidupan saya. Ketika darah lalu kemudian air kehidupan itu keluar dan memancar mengena wajah, saya merasa seperti disirami oleh suatu “kesegaran” yang luar biasa. Saya diperhadapkan dengan apa yang menjadi realitá kehidupan saya dalam menapaki jalan panggilan ini. Setelah mengalir turun dari sekujur tubuh, aliran darah dan air itu saya ikuti. Ke mana hendak pergi? Entahlah. Saya tidak mau diganggu pikiran-pikiran yang merusak permenungan saya. Saya hanya membiarkan diri saja dibawa oleh aliran rahmat itu. Aliran itu berjalan mengikuti celah-celah batu. Lama kelamaan menjadi besar dan mulai deras. Aliran itu ternyata membawa saya singgah di Novisiat MSC Karanganyar, di rumah saya sekarang ini. Saya merasakan situasi rumah saya yang real, di mana kehadiran saya harus menjadi suatu cahaya lilin kecil, bukan suatu benalu. Saya sadari hal ini sangat perlu. Di sini saya membangun niat untuk maju dan berkembang dalam hal-hal kecil yang berguna, sebagaimana cahaya lilin kecil yang berguna dalam kegelapan besar. Saya perhatikan teman-teman

saya yang lain hadir dalam doa saya ini. Nampaknya sedang ada pertandingan. Beberapa teman turun dalam satu tim sepak bola berseragam putih dengan bis merah – persis seragam sepak bola pranovisiat. Saya duduk di bangku penonton, dan dengan semangat, aku menjadi supporter. Celoteh dan kelakar tawa mewarnai pemandangan ini. Alangkah indah hidup bersama sebagai saudara – Ecce quam bonum et quam iucundum habitare fratres in unum (Mzm 133). Kuperhatikan kembali aliran rahmat darah dan air suci tadi. Setelah membawaku ke rumah saya di novisiat, saya dibawa kepada keluarga saya. Sepintas saja, saya melihat mama dan papa serta adik. Mereka melempar senyuman khas mereka masing-masing. Saya seakan di-transfer sebuah spirit yang menggembirakan lewat senyuman itu; seakan mereka hendak berkata, “semangat… kami selalu ada”. Air itu membawa saya ke sebuah lautan luas – samudera raya yang cerah. Saya berada dalam sebuah pera-

hu bersama dengan Yesus. Yesus hadir dengan jubah putih cerah. Ia tersenyum manis memandang dan menyapak dengan namaku. “Anakku, mendekatlah…” Sambil tersenyum Ia menunjukkan kepadaku dada-Nya: di situ dengan jelas nampak Hati-Nya yang bernyala-nyala. Dalam Hati-Nya itu, nampak bola dunia. Saya mendekat kepada-Nya. Saya perhatikan dengan seksama Hati Yesus. Perlahan tampaklah juga wajah saya dengan jubah putih tersenyum. Kupandang Yesus. Kami berdua saling tertawa. Begitu gembiranya saya melihat itu. Ia berkata “Engkau tetap ada dalam Hati-Ku, anak-Ku!” Saudaraku, Hati Ilahi bukan suatu konsep yang jauh. Ia adalah Cinta yang sungguh hidup dan melekat dalam hati kita sendiri, yang melayakkan kita menjadi anak-anak-Nya dan kita menyebutnya Bapa. Meski kita berdosa dan melukai Hati-Nya, kita tetap dikasihi oleh-Nya. Menjadi permenungan yang kiranya masih relevan, “Sungguhkah kita setia berada dalam Cinta itu?”. 

Sang Sabda, yang datang dari Hati Bapa-Nya menciptakan dunia muncul dari ketiadaan dan dari Hati Sang Sabda yang menjadi manusia, yang tertikam di Kalvari, saya melihat sebuah dunia baru lahir; dunia dari mereka yang dipilih-Nya. Dari ciptaan ini, yang begitu subur, penuh dengan kemegahan dan yang terinspirasikan oleh cinta dan pengampunan, adalah Gereja, tubuh mistik Kristus, yang membuat ciptaan baru ini hadir di dunia sampai akhir zaman.

Jules Chevalier 1900

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 19


SPIRITUALITAS

MENCINTA DENGAN HATI MANUSIAWI Mencinta dengan hati yang terluka namun terbuka

Pada tanggal 21-24 April 2014, para frater novis MSC menjalani Proses Spiritualitas Hati yang dibawakan oleh Romo P. J. Budi Santoso MSC, setelah mengalami pekan suci. Proses dilaksanakan di Komunitas Novisiat MSC Karanganyar Kebumen. Sebagai masa penuh rahmat (Tahun kanonik), para novis dihantar untuk mengenal, memahami, dan mendalami Spiritualitas Hati yang menjadi kekhasan dari Terekat MSC sendiri. Proses ini diikuti oleh semua novis yang terdiri dari 17 frater dan 2 bruder. Tema dari Proses ini ialah Perjalanan Menurut Hati. Bertolak dari Konstitusi MSC no. 10,

Romo Budi Santoso mengajak para novis untuk mengenal makna kalimat dari konstitusi itu yang menyentuh bagi masing-masing pribadi kemudian mensharingkannya kepada novis yang lain. Dari sharing atas konstitusi MSC no. 10, ada 8 orang yang tertarik pada kalimat ‘hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah’, 8 orang lagi tertarik pada kalimat ‘mencinta dengan hati manusiawi’, 2 orang tertarik pada kalimat ‘mencinta melalui Dia dan bersama Dia’, serta satu orang tertarik pada kalimat ‘mewartakan cinta-Nya kepada manusia’. Berdasarkan ketertarikan para no-

20 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

vis terhadap konstitusi MSC no. 10 itu, poin-poin ditarik menjadi pokok-pokok permenungan dalam Proses ini. Pokokpokok tersebut bukan dilihat secara teoretis tapi secara lebih mendalam dan konkrit berdasarkan pengalaman masing-masing pribadi. Karena itu, di awal proses Romo Budi mengajak para novis, pertama-tama mencoba mengenal Siapakah Allah bagiku, Siapakah Yesus bagiku dan Siapakah aku, untuk masuk pada point pertama, yakni hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah Bapa. Dalam kesempatan sharing salah seorang frater mengatakan, “Bagi


Para Novis MSC bersama P. Petrus Joseph Budi Santoso MSC sesudah proses Spiritualitas Hati saya Allah itu adalah telinga, kadang ia mendengarkanku tapi kadang tidak”. Ada juga yang berkata “bagiku Allah seperti tempat sampah, di mana aku dapat mengungkapkan kesalahanku, kemarahanku, ketidaksenanganku, dan segala kebusukanku”. Kemudian ada yang melihat Yesus sebagai sahabat yang baik dan sebagai kakak. Kebanyakan pengenalan akan Yesus para novis itu bertolak dari pengalaman Retret Agung. Misalnya, ada seorang frater yang berkata bahwa Yesus adalah kakak baginya yang mengajarkan dan menunjukkan banyak hal tentang kehidupan padanya. Kemudian para novis mulai diajak mencoba mengenal diri sendiri. Dalam mengenal diri, pada novis dibantu dengan sebuah garis yang ditarik dari angka 0 hingga 100, lalu para novis mulai melihat dan menyadari di mana titik kepercayaan pada dirinya sendiri dan penerimaan pada dirinya sendiri. Setelah melihat dan mengenal siapa Allah, siapa Yesus bagiku, juga siapa aku, para novis diajak untuk melihat gambaran dunia ini. Pertanyaan penting yang diberikan oleh Romo Budi kepada para novis ialah ‘Apa-

kah anda memandang perkembangan masyarakat dunia dewasa ini penuh harapan atau penuh kecemasan?’ Dari beberapa sharing para novis, banyak yang melihat dan memandang dunia dewasa ini masih punya harapan. Setelah para novis diajak memahami hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah Bapa melalui pengenalan akan gambaran Allah, Yesus, diri sendiri, dan dunia, para novis kemudian dihantar untuk mengenal Yesus yang mencinta dengan hati manusiawi. Pertama-tama Romo mengajak para novis untuk terlebih dahulu mencoba masuk ke dalam hati sendiri, supaya menyadari akan kekayaan dan kerapuhan hati yang dimiliki. Point-point penting yang diberikan untuk membantu para novis ialah menyadari siapa aku di dalam Allah yang mencintaiku, menyadari kelekatan dalam diri, menyadari akan kemarahan dan kebencian dalam diri, dan menyadari kaitan antara kelekatan/kemarahan dengan luka batin. Baru kemudian para novis diajak untuk mencoba masuk dalam Hati Yesus sendiri. Dalam mencoba memasuki Hati Yesus, para novis dibimbing dengan

meditasi dan kontemplasi mulai dari misteri penjelmaan, Yesus di Nazareth, Yesus dan keluarga-Nya, godaan di padang gurun, Visi perutusan Yesus, hingga pergumulan dan penyerahan Yesus di kebun Zaitun, dan wafat-Nya di salib. Menanggapi situasi ini salah seorang frater berkata “Proses ini mengingatkan dan menghidupkan kembali pengalaman retret agung” Kemudian setelah diajak masuk ke dalam hati sendiri dan hati Yesus untuk belajar mencintai dengan hati manusiawi, pada point terakhir para novis dihantar untuk memahami bagaimana mencintai melalui Dia dan Besama Dia. Tujuan dari point ini yakni mempersatukan diri dengan Yesus yang mencinta dengan hati manusiawi yang terluka namun terbuka. Romo Budi coba menghantar para novis untuk melihat dan menyadari apa yang masih kurang dari diri masing-masing pribadi untuk bersatu dengan Yesus. Mulai dari rencana Allah pada manusia, penolakan manusia, kehadiran Yesus, makna kehadiran-Nya, syarat-syarat mengikutinya dan ditutup dengan melihat kesemuanya itu dengan diri pribadi masing-masing.  Fr. Devid Abram

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 21


ANTAR KITA

HOSTI MADE IN PURWOREJO Lokakarya para Suster PBHK untuk meningkatkan pelayanan kepada Gereja mencetuskan beberapa gagasan. Salah satu perwujudannya adalah usaha pembuatan hosti dan Lenan Liturgi di Purworejo.

Sejak 4 Juni 1928, Para Suster PBHK untuk pertama kalinya menjejakkan kaki di Indonesia, tepatnya di Purworejo - Keuskupan Purwokerto Jawa Tengah. Mereka adalah Sr. Patricia Leemijer, Sr. Marianna Dieckmann, Sr. Valeria Schneiders dan Sr. Crescentia van Hasselt. Sejak saat itu pula mereka berupaya untuk membagikan karya cinta kasih Allah kepada umat beriman melalui berbagai bidang karya. Baik itu bidang pendidikan, kesehatan maupun pastoral kerohanian dan sosial, yang makin berkembang ke berbagai daerah di Indonesia. Untuk meningkatkan pelayanan di tengah Gereja, maka pada tg. 25 - 28 Februari 2012 diadakan Lokakarya

22 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

bagi para Suster PBHK di Rumah Retret BHK Parakan. Dalam Lokakarya itu tercetus beberapa ide, di antaranya ide membuat pelayanan alternatif demi pelayanan kepada Gereja. Di antaranya adalah rencara pembuatan hosti di Purworejo & pembuatan Lenan Liturgi. Atas ide tersebut, tarekat memberikan tawaran kepada Sr. M. Margaretha Retno, PBHK untuk mewujudkan ide tersebut. Sejak tanggal 2 September mulai dilakukan orientasi seperlunya, di antaranya mencari informasi tentang pembuatan hosti. Setelah masa orientasi, maka dibuat perencanaan langkah kerja dan pembuatan anggaran belanja.


Unit pembuatan hosti di Purworejo kini sudah beroperasi. Usaha ini sangat membantu pelayanan Gereja khususnya untuk Keuskupan Purwokerto dan sekitarnya.

Sebelumnya pada tanggal 23 Januari 2013, dalam kesempatan perjumpaan dengan Bapa Uskup, Suster Superior Daerah telah membicarakan rencana proyek kecil ini kepada Bapa Uskup untuk mohon restu. Bapa Uskup mendukung Proyek ini, mengingat di Keuskupan Purwokerto selama ini belum ada Unit yang menangani Pembuatan Hosti. Dalam pelaksanaannya Sr. Margaretha akan bekerja sama dengan beberapa orang (umat) paroki Purworejo, di bawah arahan Suster Superior Daerah Jawa. Setelah melampaui beberapa tahap langkah kerja, di antaranya pemesanan mesin pencetak hosti dari ATMI (Akademi Tekhnik Mesin Indonesia) di Solo,

pengadaan perlengkapan kerja, orientasi pasar, dan mencari beberapa partner kerja, maka segera dilakukan beberapa langkah persiapan. Pada hari Sabtu 7 September 2013 mesin pencetak hosti tiba dari ATMI Solo. Tanggal 19 dari ATMI mengirimkan mekanik untuk memberikan pelatihan bagi Sr. Margaretha cara pengoperasian mesin pencetak & pemotong Hosti. Pelatihan berlangsung selama 2 hari Pada Sabtu, 27 September 2013, Rm Firmus Batyol, MSC berkenan memberkati Unit Produksi disaksikan juga oleh Rm. F. Miranto, Suster Superior Daerah Jawa, perwakilan Suster komunitas Karya, Postulan dan Novi-

siat. Dengan demikian, Unit Produksi siap melayani Gereja. “Semoga Unit ini dapat menjadi sarana yang indah bagi para Suster PBHK untuk melayani Gerejaâ€? demikian doa dan harapan Rm Firmus, menutup serangkaian upacara pemberkatan. Walaupun masih dalam tahap awal, namun Unit Pembutan Hosti ini mulai bergerak untuk melayani Gereja dengan mulai memproduksi hosti bagi paroki - paroki. Disampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dan memberikan kemudahan demi terwujudnya proyek kecil ini. ď Ž Sr. Margaretha Retno PBHK

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 23


ONE NIGHT WITH THE KING Putra-Putri Altar Paroki Santa Perawan Maria Purworejo menyelenggarakan Rekoleksi sehari pada tanggal 30-31 Maret 2014 dengan tema 'One Night with The King' di Novisiat MSC Sananta Sela - Karanganyar. Peserta berjumlah 130 anak yang terdiri dari PPA MAFITA Purworejo (98 anak), PPA Purwosari (10 Anak) dan PPA Karanganyar (20 anak), ditambah dengan tim pendukung yakni OMK Purworejo, OMK Purwosari,OMK Karanganyar, Novis MSC serta pembina dari Purworejo dan Karanganyar. Dengan demikian jumlah yang berproses iman selama semalam ini adalah 160 orang. Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) persiapan iman menjelang pelayanan paskah; 2) aksi kenal dan aksi panggilan Misionaris Hati Kudus (MSC) dengan metode live-in; dan 3) menyambut ajakan Paus Fransiskus untuk 24 jam bersama Yesus dengan

'pendekatan yang berbeda�.

Joy with The King

One Night with The King

Hari kedua, 31 Maret 2014 dimulai dengan Laudes Mulia yang difasilitasi oleh para Novis MSC. Walaupun banyak yang bingung karena cara doa yang 'tidak biasa' bagi mereka namun memancing rasa ingin tahu tentang hidup doa para biarawan. Setelah laudes diadakan proses Outbond yang sepenuhnya dikelola oleh para Novis MSC yang bekerjasama dengan OMK. Seluruh kegiatan rekoleksi ini kemudian ditutup dengan Perayaan Ekaristi oleh RP. Dwi Rahadi MSC sebagai selebran utama, didampingi oleh RP. AE. Wignyoseputra MSC. Kiranya kegiatan ini semakin memupuk semangat guyub sebagai anggota PPA yang cinta akan Tuhan dan sesama serta memupuk panggilan sebagai rohaniwan/biarawan-biarawati. ď Ž Liem MSC

Dalam seluruh hari 30 Maret 2014, para peserta mengikuti proses hari pertama yakni fellowship and worship. Kegiatan fellowship yakni usaha pengakraban seluruh peserta malalui permainan-permainan yang dibawakan oleh panitia (pengurus PPA Mafita). sedangkan proses 'worship' melalui dua hal yakni Adorasi Sakramen Maha Kudus a la Taize yang dipandu oleh Frater Novis MSC kemudian dilanjutkan dengan permenungan pra-paskah dengan metode olah batin-olah rasa yang dibawakan oleh Firman dan kawan-kawan (OMK Purworejo bekerjasama dengan OMK Purwosari dan OMK Karanganyar). Kegiatan worship ini ditutup dengan doa 'sembah' oleh Fr. Adri MSC.

24 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


I WANT TO BE WITH YOU

Sejak dini anak-anak perlu diajak menyadari cinta Allah kepada mereka yang dinyatakan atas pelbagai cara.

SD Katolik Sta Theresia Manado termasuk salah satu sekolah yang dikenal lewat berbagai prestasi yang telah dicapai. Setiap tahun sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Yoseph ini mengadakan retret. Retret tahun ini diadakan di Rumah Retret Sta Clara Lotta dan diadakan pada tanggal 3-12 April 2014. Retret yang dibuka langsung oleh Kepala Sekolah, Sr. Elisabeth Ray JMJ, S.Ag, M.Pd ini diikuti oleh semua siswa dari kelas 1-6, dan dibagi dalam enam gelombang berdasarkan kelas masing-masing. Retret dibimbing oleh Pst Bram Tulusan MSC dengan tema I Want To Be With You (Aku ingin bersamaMu). Para siswa diajak untuk menyadari betapa Allah sangat mencintai manusia. Allah mengungkapkan cintaNya kepada manusia dengan sangat jelas. Jelas karena sangat dekat dengan kehidupan harian mereka. Allah menyatakan cintaNya lewat kehadiran orang tua yang selalu setia menjaga dan mengasihi mereka di

rumah; Kasih Allah dinyatakan juga lewat perhatian dan bimbingan guru-guru dan teman di sekolah. Akan tetapi akibat dosa-dosa manusia sehingga keberadaan kasih Allah ini kurang disadari. Inilah yang menyebabkan munculnya perilaku tidak hormat pada orang tua, tidak menghargai guru di sekolah serta bersikap sombong kepada teman. Oleh karena itu para siswa diajak untuk makin menyadari dan mulai mensyukuri akan rahmat kasih Allah ini, dengan membangun perilaku hormat kepada orang tua dan guru serta menghargai teman. Sehingga lewat pembaharuan perilaku ini para siswa diharapkan semakin memiliki karakter yang kuat. Karakter yang dibangun atas dasar kepercayaan diri bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang unik dan berharga di mata Tuhan. Inilah langkah awal positif yang meyakinkan, menuju masa depan yang sangat menjanjikan. ď Ž BT MSC

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 25


ANTAR KITA

PERTEMUAN EKONOM KELUARGA CHEVALIER Pertemuan tahunan yang diadakan oleh para ekonom tarekat-tarekat Keluarga Chevalier kali ini diselenggarakan di aula Propinsialat MSC-Jakarta dari tanggal 23-25 April 2014. Peserta yang hadir adalah para ekonom tarekat MSC, BHK, PBHK dan TMM, berjumlah 13 orang. Dalam sapaan hati sebagai pembina; Pastor Benedictus Estephanus Untu, MSC menguatkan peserta agar tetap bersemangat dalam gerak hidup bersama sebagai Keluarga Chevalier. Semua didorong untuk kembali pada spiritualitas pendiri dalam bentuk yang konkret berupa karya apostolik, atau karya perutusan lainya. Kita mempunyai rupa-rupa visi pelayanan namun kita tetap satu spiritualitas, tegas Propinsial MSC ini. P. Benny Laisina MSC sebagai pengurus EKC menyampaikan bahwa tujuan kegiatan pertemuan kali ini adalah untuk belajar bersama dalam wadah persaudaraan Keluarga Chevalier, mengenai hal-hal atau bidang pengelolaan keuangan tarekat, pengelolaan asset dan investasi. Diskusi dan sharing dengan tema-tema yang aktual membuat peserta terus semangat dan antusias sampai akhir pertemuan. Setiap ekonom dari masing-masing Tarekat mensharingkan pengalamannya mengelola Dana

dan Asset. Dihadirkan pula nara sumber dari pihak luar yang membantu untuk memberikan pemahaman tentang pengelolaan dana dan asset. Pada sesi pendalaman Undang-Undang Yayasan dan Perkumpulan dihadirkan Ibu Liliana Arif, seorang pakar hukum dan notaris. Tentang Perencanaan Keuangan dan Fundraising dihardirkan Bpk. Bismarck sebagai narasumber. Peserta juga dihantar untuk mengetahui kondisi ekonomi global dan domestik, Investasi Pasar Modal, perbankan dan koperasi oleh beberapa narasumber yang berbeda-beda. Pertemuan ini merupakan pertemuan EKC ke-4 kalinya. Dalam pertemuan ini juga diadakan pemilihan pengurus EKC yang baru untuk periode 2014 – 2018. Semoga persaudaraan ini terus ditingkatkan dan semakin menjadi wadah untuk saling belajar dalam mengelola keuangan dan asset tarekat, saling mendorong untuk menghidupi semangat Tarekat, bekerja dalam tim dan membangun rasa memiliki. Output yang diharapkan adalah pengelolaan dana dan asset yang prima, efisien, efektif dan akuntabel. ď Ž Fr. Kardinus Nong BHK

Para peserta pertemuan berfoto bersama para narasumber di Aula Provinsialat MSC, Kamis, 25/04/2014. 26 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


Para Novis mendaki Bukit Condong

BERJALAN SAMBIL MELAYANI Salah satu program yang ditunggu-tunggu oleh para novis MSC di bulan April ini adalah hiking ke Bukit Condong. Tanggal 2 April 2014 menjadi hari bersejarah bagi kami yang untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke puncak Bukit Condong. Bukan semata-mata itulah yang hendak kami cari dalam program ini, melainkan makna apa yang terkandung di balik program ini, apa yang kami peroleh sebagai calon MSC lewat program mendaki ke Bukit Condong ini. Tepat jam 5 subuh, kami berangkat dari Novisiat. Kami bersembilan belas, bersama ibu Kartila dan Romo Dwi Rahadi berangkat dengan semangat. Di tengah jalan kami berjumpa dengan Romo Berry Parera, Pak Awen dan Mas Paulus yang juga akan ikut bersama kami mendaki. Makin bahagialah kami karena makin banyak yang ikut bersama kami dalam program ini. Di puncak Bukit Condong, kami mengadakan perayaan Ekaristi dan membuat permainan-permainan yang dituntun oleh Fr. Devid. Setelah itu, kami makan siang, berfoto-foto lalu pulang. Kira-kira pukul 12 siang kami turun dari Bukit. Namun, pemandangan dari puncak bukit Condong masih sangat membekas di pikiran kami, karena kami banyak melakukan pemotretan di sana. Pelayanan Tiada Habis-habisnya Dalam perjalanan kurang lebih

3 jam kami tidak lupa untuk menebarkan Hati Tuhan dengan memberikan sapaan-sapaan kepada orang-orang yang kami jumpai: tua-muda, besar-kecil, mendapat perhatian dari kami. Walaupun lelah dengan berbagai kegiatan pada hari-hari sebelumnya yang menguras tenaga, tetapi tidak membuat kami kehilangan semangat dalam mendaki dan memberi perhatian kepada mereka yang kami jumpai. Dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Berry di puncak Bukit Condong, romo menggarisbawahi dimensi pelayanan yang tiada habis-habisnya sebagai pengikut Kristus. Inilah konsekuensi dari pilihan mengkhususkan diri untuk membaktikan hidup kita kepada Kristus. Karena itu, walau lelah, penat, letih, tetap semangat dalam menyebarkan Kasih Tuhan. Aku untuk alam dan Alam untuk Aku Salah satu tema yang hendak diangkat oleh komisi kepribadian melalui kegiatan ini adalah “Aku untuk alam dan Alam untuk Aku”. Karena itu, salah satu bentuk kegiatan yang kami lakukan adalah memungut sampah dari puncak bukit sampai di Novisiat. Sebelum berangkat mendaki, kami sudah menyiapkan tas kresek untuk dijadikan sebagai tempat ‘penyimpanan’ sementara bagi sampah-sampah yang kami pungut nanti di jalan. Salah satu

hal yang mendasari gerakan ini adalah kesadaran akan lingkungan hidup yang mulai tumbuh di dalam diri kami. Ini juga sangat dibantu oleh proses JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) yang dibawakan oleh Romo John Mitakda MSC dan Bapak Stef Tokan. Kesadaran yang makin tumbuh itu membuat kami semakin menaruh perhatian kepada keseimbangan lingkungan hidup. Kita, bukan saja hidup untuk orang lain, tetapi juga untuk lingkungan di mana kita berada. Akhirnya…… Pengalaman mendaki Bukit Condong membuat kami semakin sadar arti dari pelayanan yang tiada habis-habisnya sebagai pengikut Kristus. Dalam hal ini, semangat untuk pantang menyerah menjadi hal yang perlu kami perhatikan terus-menerus dalam membina diri. Kesadaran akan lingkungan hidup juga mulai menjadi perhatian tersendiri bagi kami dalam rangka membina hidup yang semakin membuka diri pada dunia. Pembinaan kami di Novisiat ini telah memasuki bulan yang ke-8. Karena itu kami berharap sisa waktu yang ada dapat kami gunakan secara maksimal untuk terus membina diri dan membina diri dan membina diri. Pantang menyerah dalam membina diri menjadi langkah awal untuk menjadi pelayan yang pantang menyerah. Ametur!  Red. Cordis

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 27


GELIAT SMP PIUS - TEGAL Selama bulan April 2014 ini nampak geliat pelbagai kegiatan SMP Pius, Tegal. Dalam kepramukaan, telah terlaksana perkemahan pelantikan Penggalang Ramu, dan dalam menyambut Paskah, diadakan pula pelbagai kegiatan. Pada tanggal 5-6 April 2014 yang lalu telah berlangsung perkemahan dalam rangka pelantikan Penggalang Ramu di SMP Pius Tegal. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin sekolah yang terletak di jalan Dr. Sutomo tersebut. Perkemahan diikuti oleh 112 siswa kelas VII, 31 dewan penggalang didampingi oleh 10 pembina. Ada beberapa dasar pemikiran yang melatar belakangi pelaksanaan kegiatan tersebut, yakni: meningkatkan kemandirian, kedisiplinan, kecakapan, ketrampilan serta pembinaan karakter dasar kepramukaan. Lebih lanjut menurut Pak Sarwono ada beberapa tujuan kegiatan tersebut dibuat antara lain: mempersiapkan agar para peserta memiliki pribadi yang matang, meningkatkan kedisiplinan, kerjasama serta kemandirian. Acara dibuka pada Sabtu sore pukul 14.30 wib, di halaman SMP Pius. Bertindak selaku pembina apel Kagudep SMP Pius Bapak S. Sarwono, S.Pd. Apel berlangsung selama 30 menit. Sesudah

acara pembukaan tiap regu mulai sibuk mendirikan kemahnya masing-masing. Pada pukul 16.00 diadakan kegiatan uji TKK (memasak). Pada malam hari diadakan wisata malam yaitu kunjungan ke makam Hadad pada pukul. 00.00 wib. Sebelumnya dipersiapkan dengan renungan malam yang diberikan oleh Sr.M.Bernadette PBHK. Seluruh peserta terlihat gembira dan bersemangat karena seluruh acara berlangsung dengan aman, tertib dan lancar. Akhirnya perkemahan Pelantikan Penggalang Ramu ditutup pada hari Minggu pagi sekitar pukul 08.00 wib. Sayonara. Paskah Membangkitkan Semangat Baru Sementara itu, pada tanggal 26 April 2014 yang lalu, Keluarga SMP Pius Tegal mengadakan Paskah bersama, setelah hampir satu dekade tidak ada perayaan tersebut. Sebagai sebuah lembaga pendidikan Katolik, perayaan tersebut digelar walaupun waktu persiapannya sangat singkat. Kepercayaan sebagai penggerak uta-

28 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

ma perayaan Paskah diserahkan kepada OSIS SMP PIUS. Berbagai macam lomba diadakan antara lain; menghias telur paskah, bercerita tentang kisah kebangkitan Yesus dan mencari telur paskah. Diantaranya yang paling seru adalah lomba mencari telur paskah. Ada 300 butir telur puyuh yang disebar untuk lomba tersebut. Pak Krisna dan Lukas bersama anak-anak OSIS diserahi untuk mengatur jalannya acara yang berlangsung pada Sabtu tersebut. Dalam apel bersama untuk mengawali acara rohani ini Pak Bimo selaku kepala sekolah menerangkan makna telur paskah dalam hubungannya dengan peristiwa kebangkitan Tuhan. Seluruh acara berlangsung dengan lancar lagipula didukung dengan cuaca yang cerah. Puji Tuhan atas berkat yang diterima keluarga besar SMP Pius Tegal. Semoga perayaan paskah ini semakin mempererat satu sama lain dalam semangat pelayanan kepada sesama. ď Ž Sr. Bernadette PBHK


NOVICIATE GOT TALENT

Pada tanggal 30 April 2014, di Novisiat MSC Sanantasela, Karanganyar diselenggarakan kegiatan Noviciate Got Talent. Dalam kegiatan ini, para frater menunjukkan talenta – talenta yang terpendam dalam diri mereka. Malam itu, para frater berusaha untuk menampilkan talenta-talenta mereka. Mulai dengan penampilan dari Fr Devid, Fr Ichal, Fr Beni, dan Br Very yang membawakan lagu Imagine dengan iringan band. Kemudian diikuti penampilan duet The Prayer oleh Fr Sandro dan Fr Bill yang diiringi oleh instrument biola dan piano oleh Fr Ayong dan Fr Valen. Setelah itu, Group Band ‘The Baby’ (Fr Vino, Fr Ichal, Fr Beni dan Br Very) tampil membawakan lagu “Mama Bakar Sagu”. Yang terakhir adalah penampilan The Diva (Fr Ayong dan Fr Devid) yang membawakan sebuah pertunjukkan modern dance. Selain itu, di sela-sela acara, ada juga yang rela menunjukkan kebolehan spontannya, yaitu Fr. Tosman dan Fr. Ichal yang membawakan lagu Kisah Cintaku dengan Fr. Tosman sebagai rapper. Bertindak sebagai juri adalah Rm Antonius Dwi Rahadi MSC dan Fr. Reza. Dalam acara ini, para peserta berusaha menarik hati para juri dan penonton dengan menunjukkan kebolehan ma-

sing–masing, karena dalam sistim penilaian bukan saja juri tetapi penonton juga terlibat dalam memberikan suara kepada peserta yang menjadi favoritnya. Dengan diadakannya Noviciate Got Talent ini, para frater dapat menumbuhkembangkan rasa percaya diri dan talenta-talenta yang dimiliki. Bukan sekedar ajang unjuk kebolehan Lewat acara Noviciate Got Talent ini, para novis juga diajak untuk melihat secara lebih mendalam “Tugas Perutusan” seperti yang terdapat dalam konstitusi MSC yang berbunyi: “Melalui tarekat kita menerima penugasan kita sebagai misioanaris. Isi penugasan ditentukan oleh keputusan masyarakat, tugas perutusan Gereja, tradisi tarekat dan bakat – kemampuan dari masing-masing orang”. Bakat-kemampuan dari masing-masing orang juga menjadi hal yang penting dalam tugas perutusan. Sebagai Misionaris Hati Kudus Yesus kita diajak untuk bukan saja

menumbuhkan cinta akan doa di dalam diri, tetapi kita juga untuk mengembangkan talenta-talenta yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing sebagai sarana untuk mengabdi Tuhan dalam sesama. Misalnya kalau kita mempunyai talenta dalam bermain gitar, kita dapat menggunakannya untuk mengajak orang-orang muda dalam berbagai acara atau rekoleksi dan itu akan membuat suasana semakin hidup dan bersemangat. Lewat cara itu pula, hendaknya talenta menjadi sarana pendukung dalam Tugas Perutusan. Di samping itu, pengembangan tersebut perlu dibarengi dengan optimisme dan percaya diri, serta mensyukuri segala talenta yang dimiliki. Lewat ajang ini, kita diajak untuk semakin percaya dan yakin akan organisme diri lalu menatap ke depan ke arah pelayanan bahwa ‘semua yang ada pada kita akan diberikan demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia’.  Fr. Teofilus Manunwembun

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 29


MISIONARIS SEGALA CUACA

PESTA EMAS IMAMAT P. LAMBERTUS SOMAR MSC Perayaan Ekaristi 50 tahun Imamat P Lambertus Somar di Gereja Stella Maris, Pluit, Jakarta, dipimpin oleh Provinsial MSC, didampingi oleh Mgr. Joseph Theodorus Suwatan MSC, Mgr. Nikolaus Adiseputra MSC, dan para imam yang berasal dari Merauke.

Tanggal 21 April 2014 adalah hari istimewa untuk P Lambertus Somar MSC. Genap 50 tahun yang lalu, ia menerima tahbisan imamat di Seminari Menengah Kakaskasen, Tomohon, Sulawesi Utara oleh Mgr. Andreas Sol MSC. Perayaan 50 tahun imamat itu baru dirayakan pada tanggal 26 April 2014 yang lalu di gereja Stella Maris Pluit, Jakarta Utara. Kurang lebih pukul 9 pagi sudah banyak tamu dan umat berdatangan. Di antara para tamu, hadir cukup banyak imam, biarawan dan biarawati. Tepat pukul 10.30 Perayaan Ekaristi dimulai. Dari pintu gerbang gereja berarak putera altar, diikuti oleh para imam baik diosesan maupun dari pelbagai kongregasi. Kurang lebih 50 imam berarak di tengah gedung gereja menuju altar. Di bagian belakang terdapat 4 imam yang berasal dari Merauke, berarak bersama dengan Uskup Keuskupan Manado Mgr Joseph Theodorus Suwatan MSC, Uskup Keuskupan Agung Merauke Mgr Nikolaus Adiseputra MSC, Pater Provinsial MSC

30 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


Indonesia P Benediktus Estephanus Untu MSC dan sang jubilaris P Lambertus Somar MSC. Perayaan Ekaristi meriah ini dipimpin oleh Provinsial MSC sebagai selebran utama. Mengomentari bacaan Injil (Mrk 10: 28 – 31) tentang upah mengikuti Yesus, P Johanes Mitakda MSC dalam homilinya mengatakan bahwa apa yang dikatakan Injil hari ini sungguh nyata dalam hidup P. Lambert Somar. Ia sangat percaya akan kuasa Allah dalam hidupnya. Ia senantiasa terpesona untuk mewartakan Injil. “Barangsiapa menaruh kepercayaan kokoh kepada Allah, ia akan menghasilkan banyak buah,” kata P John. Upah mengikuti Yesus yang diberikan kepada P Lambert Somar itu tidak berhenti pada dirinya tetapi mengalir kembali kepada banyak orang dalam usahanya menghidupi passion for Christ and passion for humanity. Passion tersebut nyata dalam pelbagai bentuk karya dan pelayanan P Lambert Somar. Sebagian besar orang mengenal P Lambert sebagai seorang penyembuh. Kemampuannya itu terkuak oleh Fr Jaime Bulatao SJ, Phd., ketika ia menjalani kursus pelayanan pastoral selama enam bulan dia East Asian Pastoral Institute (EAPI) di Ateneo University, Manila, pada tahun 1982 – 1983. Perjumpaannya dengan Fr Bulatao itu membuka suatu babak baru dalam kehidupannya. Dengan kemampuan itu ia mampu membantu begitu banyak orang. Ia menghayati bahwa kekuatan yang memampukannya itu adalah kekuatan dari Tuhan sendiri. Ia menghayati bahwa seorang imam diberi karunia untuk menyembuhkan melalui sakramen-sakramen. Tuhan sendiri yang menyembuhkan bukan seorang Lambert Somar MSC. Karena passion-nya kepada humanity yang membara, maka lahirlah pelayanan-pelayanan yang berhubungan dengan orang sakit, antara lain Panti Rehabilitasi Kedhaton Parahita yang menjadi pusat penyembuhan bagi para pengguna narkoba, di Sentul, Jawa Barat. Selain itu ada

banyak proyek lainnya demi pelayanan dan pemberdayaan orang-orang kecil di pelbagai penjuru Indonesia. Bahkan passion P Lambert menembus batas-batas negara, ras, dan agama. Pada tanggal 3 Desember 2011 yang lalu diresmikan Fr Lambertus Somar Hall di Barangay Miranda, Talisai, Batangas, Philippines. Gedung tersebut menjadi tanda kerjasama antara Yayasan Kasih Mulia dan Self Enhancement for Life Foundation, Inc untuk bersama menciptakan masyarakat yang bebas dari penyalahgunaan obat-obat terlarang. Hingga kini P Lambert masih menjabat Vice President of Word Federation Therapeutic Community (WTFC) New York dan anggota Badan Pengurus Asian Federation Therapeutic community (AFTC). Tentu tidak pernah dilupakan bahwa P Lambert adalah anggota MSC Indonesia pertama yang diutus untuk misi luar negeri. Tahun 1984 – 1994 P Lambert berkarya sebagai misionaris di Fiji. Dalam sambutannya Provinsial MSC, P Benedictus Estephanus Untu MSC menyebut P Lambert bukan hanya sebagai MSC dalam arti Misionaris Hati Kudus, tetapi juga MSC dalam arti Misionaris Segala Cuaca. “Perjalanan hidupnya berawal dari Papua, menjadi imam MSC pertama dari Kepulauan Tanimbar – Maluku Tenggara Barat, menjadi MSC Indonesia pertama berkarya di luar negeri, merintis pelbagai bentuk karya pemberdayaan baik di dalam dan luar negeri, menjadi bukti P Lambert sebagai seorang misionaris yang tahan banting menghadapi segala cuaca,” tandas P Rolly. Kreatifitas dan pandangannya yang visioner rupanya sudah nampak sejak P Lambert masih frater. Mgr. Jos Suwatan MSC dalam sambutannya mengisahkan bagaimana Frater Lambert “banyak akal” dalam pelbagai kegiatan di seminari. Sedangkan Mgr Nikolaus Adiseputra MSC menandaskan bahwa P Lambert bukan hanya milik Gereja Indonesia tetapi juga milik Gereja seluruh dunia. Secara khusus P Lambert dekat dengan orang-orang

kecil. Selain itu Mgr Niko berterima kasih atas bantuan P Lambert untuk mengusahakan tanah untuk Seminari di Jayapura, yang bermanfaat bukan hanya untuk para frater tetapi juga untuk orang-orang kecil. Kehadiran P Lambert selalu memberi inspirasi. Secara khusus sebagai seorang Rohaniwan ia mengajarkan bagaimana menerapkan ajaran gereja secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Itulah yang diungkapkan oleh Dr Gunawan Jusuf, President Director Sugar Group Companies. “Romo Somar adalah teladan yang baik. Beliau menunjukkan secara nyata apa arti Sabda Tuhan dan bagaimana caranya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya. “Pertemuan dengan P Lambert adalah berkat bagi banyak orang.” Semangat yang melandasi pelayanan P Lambert dapat dirangkum dalam kata ini: altar kehidupan. Selama 50 tahun berkarya sebagai anggota MSC, ia meyakini semangat cinta kasih, solidaritas, bela rasa dan keadilan yang dirangkum dalam Ajaran Sosial Gereja tak boleh berhenti di mimbar (Maria Hartiningsih & Agnes Aristiarini, Meniti Jalan Cinta-Nya, Penerbit Buku Kompas, 2014, hal. 6). Secara nyata, hidupnya mengejawantahkan kata-kata Kosntitusi Tarekat: “Dalam diri mereka yang miskin dan hina-dina, dan dalam setiap orang yang menjadi korban ketidakadilan dan kekerasan, kita hendaknya melihat wajah Kristus. Ia meminta agar kita membawa cinta kasih-Nya ke dalam hidup mereka. Dalam menanggapi seruan-Nya, kita hendak menunjukkan belas-kasih terhadap mereka dengan bekerja penuh keberanian agar supaya hak-hak mereka sebagai manusia dijamin dan hati para penindasnya berubah,” (Konstitusi MSC no. 22). Untuk itu semua, memang perlu para MSC, Misionaris Segala Cuaca, seperti P Lambertus Somar!  Jonast MSC

CINTA MILIK TUHAN DI DALAM HATI YESUS. DARI HATI-NYA AKAN MENJADI HATI KITA, UNTUK DIBAGIKAN KEPADA ORANG LAIN AGAR MEMILIKI HATI YANG SAMA. MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 31


P. LAMBERTUS SOMAR MSC

Foto: Robert Hasanudin

TUHAN MEMPUNYAI GRAND DESIGN UNTUK SETIAP ORANG. BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENEMUKAN JALAN-NYA.

32 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


SAKSI CINTA ALLAH

“Perjalanan panjang menjadi Imam selama 50 tahun sesungguhnya merupakan anugerah yang turut merubah dirinya. Ia mengalami selama 50 tahun, pangilan itu menjadi nyata dalam pelayanan,� demikian ungkapan Pastor Lambertus Somar MSC menjelang perayaan 50 Tahun sebagai Imam MSC. Bagaimana Pater mengalami awal panggilan untuk menjadi Imam ? Panggilan tidak nyata sejak awal. Yang nyata adalah saya hidup di tengah lingkungan di mana pengabdian kepada Allah itu sesuatu yang luar biasa. Ayah yang mengabdi sebagai Katekis, yang mendidik orang-orang pada masa itu, yang menghabiskan seluruh bagian besar dari hidupnya. Benih panggilan bertumbuh pertama lewat kehidupan, khususnya lewat orangtua, Ayah dan Ibu. Saya melihat apa yang dilakukan mereka. Juga Pengalaman dengan beberapa misionaris yang bekerja di daerah pedalaman Papua, khususnya para Pastor Paroki, yang kehadiran mereka dinantikan oleh orang-orang pada masa itu, termasuk ayah dan Ibu saya. Kehadiran mereka membuat ayah dan Ibu serta orang-orang pada masa itu diteguhkan dan diberi semangat. Mereka melayani dengan setia dan mendidik orang-orang yang menjadi penggerak utama dalam kehidupan menggereja. Pengalaman ini menimbulkan dalam diri saya keinginan untuk menjadi seperti ayah dan seperti Pastor Paroki, yang mengajar orang dan

Penampilan Lambertus Somar kecil dan ketika menjadi seorang imam MSC muda yang bersemangat.

bermakna bagi orang lain. Pengalaman ini terbawa terus, dan kemudian saya mengikuti pelajaran di Sekolah Guru desa. Sesudah itu, tatkala berada di Sekolah-sekolah Lanjutan pendidikan Seminari ini, perjumpaan dengan Para Imam dan Suster yang menangani sekolah-sekolah, yang telah menunjukkan dedikasi, disiplin dan pengabdian yang luar biasa. Semuanya ini membuat saya ingin mengabdi seperti itu. Dari sanalah, saya yakin bahwa benar-benar ingin menjadi Imam. Pastor-pastor MSC menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang pada masa itu, apalagi saya sebagai seorang muda yang penuh semangat. Tahun pertama di Seminari Tinggi, panggilan itu semakin kuat dan saya sungguh-sungguh mau menekuni panggilan sebagai Frater. Bagaimana perjalanan awal Pater sebagai seorang Imam di tengah pelayanan? Sejak tahun pertama sebagai imam, saya merasakan penuh sukacita. Saya ditahbiskan Imam tanpa kehadiran orangtua, pada tahun terakhir kuliah di Manado. Hal ini sungguh berkesan bagi saya. Sebagai imam, saya bahagia dan senang. Menjadi MSC turut mengubah arah perjalanan sebagai imam. Kehidupan sebagai imam merupakan jawaban cinta Allah kepada manusia, termasuk mencintai diri sendiri. Saya melihat langkah-langkah yang panjang dan saya menyadari bahwa Tuhan mencintai saya untuk mencintai orang lain. Saya mulai memahami ketekunan, disiplin dan penyerahan diri para misionaris, yang berkorban di Papua dengan fasilitas yang terbatas. Yang

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 33


Passion P Lambertus Sommar terhadap kemanusian antara lain melahirkan Panti Rehabilitasi korban narkoba Kedhaton Parahita, yang terletak di Sentul Selatan, Bogor, Jawa Barat (kiri). P. Lambert memberikan sambutan pada Perayaan 50 Tahun Imamat di greja Stella Maris Pluit (kanan).

sungguh lebih berkesan adalah tatkala sebagai Imam baru yang diterima di Papua dan di daerah-daerah terpencil. Saya melihat para suster, imam dan umat yang sederhana, berpindah-pindah dari perahu, motor laut yang satu dengan yang lain. Mereka mengangkat barang-barang dengan sukacita dan kegembiraan. Saya berjuang untuk turut mengangkat barang-barang bersama para suster. Inilah yang semakin meneguhkan panggilan untuk berbuat sesuatu bagi orang lain, khususnya di daerah-daerah yang sangat membutuhkan. Kesan awal ini begitu kuat sehingga saya sadar bahwa menjadi imam itu bukan hanya merayakan ekatisti tetapi juga menjadi bagian dari hidup orang. Menjadi saksi cinta kasih Allah kepada orang lain, khususnya penyalur berkat Tuhan bagi setiap orang yang dijumpai. Bagaimana Pater menghayati kehidupan sebagai seorang MSC dengan Spiritualitas Hati? Sesudah perjalanan yang begitu lama, saya mengalami bahwa tantangan-tantangan dan pengorbanan, serta apapun yang dialami menjadi sumber sukacita pada akhirnya. Tantang-

34 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

an-tantangan menjadi bagian dari perkembangan. Saya berjumpa dengan para misionaris di Papua, Langgur dan berbagai daerah yang rela meninggalkan kampung halaman, dan membangun komunitas. Juga bertemu dengan teman-teman yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda selama di Seminari, menjadi kesempatan terindah untuk membangun kerjasama dengan semua orang. Pengalaman dalam komunitas-komunitas ini meneguhkan dan menyemangati saya untuk bertumbuh dalam Spiritualitas Hati

CINTA SELALU BERSIFAT TIMBAL BALIK. CINTA-NYA YANG MELIMPAHI HIDUP KITA HARUS DIBAGIKAN. Kudus. Karena itu, saya berani untuk diutus kemana saja, termasuk menjadi imam MSC Pertama dari Indonesia yang diutus untuk misi Luar Negeri. Saya berjuang untuk bertahan sebagai seorang MSC di Fiji, Asia Pasifik. Juga dalam berbagai tugas yang dipercayakan kepada saya. Saya yakin bahwa orang melihat saya, orang melihat MSC, dalam semangat yang sama dan selalu


ANTAR KITA

dihidupkan kembali. Sejauh mana Spiritualitas Hati itu menggerakkan untuk hadir bagi orang lain dalam pelayanan di tengah masyarakat? Khususnya nampak dalam perhatian pada pemberdayaan Komunitas dan kelompok-kelompok di tengah masyarakat? Saya sungguh menemukan bahwa sejak awal saya bertumbuh dan berkembang dalam perhatian untuk pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat. Sejak menjadi Imam muda di Kepulaan Kei dan mulai menjalani pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dengan berbagai pelatihan-pelatihan serta keterlibatan dalam bidang sosial kemasyarakatan, saya menemukan bahwa orang-orang kampung membutuhkan kehadiran kita secara baru. Mereka bukan hanya membutuhkan hidup rohani tetapi juga aspek pemberdayaan. Pelatihan-pelatihan yang teratur untuk orang-orang Kampung. Semua ini dilakukan dalam kerjasama dengan Para Imam dan Para Suster serta semua umat awam, yang membutuhkan perhatian. Berbagai

kegiatan ini dilakukan terus-menerus hingga saat ini. Saya berjuang untuk menggerakkan di berbagai tempat. Berbagai komunitas Suster, Bruder, Frater dan kelompok kategorial ingin diberdayakan. Tentu saja, hal utama adalah perhatian saya kepada Pusat Rehabilitasi Para Korban Narkoba. Saya sungguh melihat mereka sangat membutuhkan pendampingan. Semuanya ini dilakukan dalam kerjasama kemitraan dengan begitu banyak orang, pemerintah, tokoh masyarakat, pengusaha dan semua yang lain Sesudah 50 tahun sebagai Imam, apa sesungguhnya penghayatan Imamat yang ditemukan? Apa yang hendaknya menjadi kualitas utama dari seorang Imam? Sesudah 50 tahun, saya akhirnya lebih mengerti apa yang hendaknya menjadi kualitas seorang Imam. Satu yang utama adalah Ekaristi. Imam itu tidak mungkin ada tanpa Ekaristi. Ekaristi adalah pusat dan puncak saya sebagai imam. Begitu dekat terasa dalam kata-kata konsekrasi: “inilah tubuh-Ku, Inilah darah-Ku”, begitu dekat dengan Yesus, dengan Bapa dan Roh Kudus,

yang membuat saya memahami hidup saya lain dari yang lain. Saya lebih mengerti siapakah saya ini. Ini perjalanan saya sebagai penyembuh, pelayan, dan juga memperhatikan bidang sosial. Semuanya itu berhasil karena Ekaristi. Kedekatan dengan Yesus adalah segala-galanya. Kalau jauh dari Yesus kita akan menjadi lemas. Saya merasa gembira sebagai imam karena Ekaristi. Karena saya merasa sebagai bagian dari Yesus sendiri. Saya berubah banyak dari Ekaristi. Setiap kali saya bertanya: apakah “tubuh-Ku dan darah-Ku”, jadi saya atau jadi Yesus. Kualitas seorang Imam adalah dekat dengan Tuhan dan dengan Yesus. Dia menghadirkan Yesus. Inilah kualitas yang paling tinggi. Selain itu, apapun yang saya lakukan adalah saya selalu ingat akan ekaristi itu. Yang Yesus lakukan seakan-akan hidup kembali. Saya berjuang untuk menghadirkan Yesus sebagai kekuatan bagi saya. Saya sadar bahwa tidak selalu bersemangat sekali. Tetapi, saya sungguh sadar bahwa saya tengelam dalam peristiwa Yesus. Inilah yang membuat saya penuh sukacita. Juga menjadi seorang religious. Disamping itu, saya merasa kedekatan dengan Imam dan teladan dari Imam-Imam yang sungguh-sungguh luar biasa. Mereka meninggalkan segala-galanya dan mereka bisa hidup dengan segala keterbatasan. Saya sebagai MSC mengalami Yesus yang tanpa syarat, dan cinta-Nya yang tidak bisa diukur. Semuanya ini membuat saya berubah tatkala berhadapan dengan teman-teman, dan setiap orang, saya berjuang memahami bahwa hidup bersama merupakan kekuatan yang luar biasa. Disamping itu, saya berjuang untuk menjadi saksi sebagai seorang MSC. Orang melihat saya, orang melihat cinta Hati Kudus Yesus. Ada Imam-imam yang istimewa dalam kehidupan saya, diantaranya Mgr. Andreas Sol MSC yang mentahbiskan saya, dialah yang membimbing saya. Saya berjuang membawa berkat keselamatan kepada setiap orang dimana saja berada. Dekat dengan Yesus dan spiritualitas membuat kita memahami Yesus lebih mendalam dari aspek-aspek tertentu sebagai seorang MSC.  Patris MSC

WRITE HERE SOMETHIN YOU MAY NEED

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 35


MEMBERIKAN

ANTAR KITA

PELAYANAN TERBAIK UNTUK MASYARAKAT Bekerja di bidang kesehatan di daerah terpencil membutuhkan kesabaran. Apalagi, sering kali mengalami keterbatasan obat, dan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal inilah yang mendorong Suster Ida Jeujanan TMM untuk berupaya mencari jalan keluar agar mampu menghidupkan pelayanan yang sudah lama di tutup. Ia bersyukur sebab ada para pastor yang mau membantu. Diutus Untuk “Membuka Kembali� Balai Pengobatan

Saya diutus oleh Pimpinan Tarekat TMM untuk menjalani tugas di Rumah Sakit Santa Melania – Larat. Saya tiba di sana sejak tahun 2011. Apa yang saya temukan ? Saya senang untuk memberikan pelayanan kepada orang kecil. Tatkala saya tiba di Rumah Sakit, saya menemukan berbagai keterbatasan. Yang ada dalam diri saya adalah niat dan komitmen untuk bekerja untuk masyarakat Larat. Rumah Sakit ini sudah kurang dikunjungi oleh pasien. Kepercayaan masyarakat kepada Rumah Sakit Misi ini merosot. Mereka beranggapan,

Rumah Sakit Misi sudah mati di Larat. Selain, berhadapan dengan kepercayaan masyarakat, saya juga berhadapan dengan keprihatinan terhadap sarana dan prasarana serta obat yang terbatas. Di samping itu, ada keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Saya berjuang di tengah keterbatasan-keterbatasan ini. Komitmen untuk Pembaharuan: Kerjasama dengan berbagai pihak

Saya ingin bekerja dan memberikan yang terbaik. Karena itu, saya mulai dengan pembaharuan manajemen Rumah Sakit. Manajemen yang baik akan membantu

Pimpinan Tarekat TMM kini bersama-sama menata manajemen yang bagus dengan mendirikan Yayasan khusus untuk Rumah Sakit pertama milik Tarekat TMM. 36 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Sesudah itu, saya memutuskan langkah konkrit untuk pembaharuan terutama meningkatkan kepercayaan masyarakat. Langkah konkrit dilakukan dengan membuat kegiatan-kegiatan dan pelayanan-pelayanan baik di dalam kota Larat maupun kunjungankunjungan ke kampung-kampung sekitarnya. Langkah lain yang juga dilakukan adalah membangun kerjasama dengan Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah yang ada di Kota Larat dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Saya berjuang untuk membangun kerjasama


BERUSAHA MEMBERIKAN PELAYANAN YANG TERBAIK UNTUK MASYARAKAT

Sr. Ida JEUJANAN TMM

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 37


dengan mereka. Hal ini dilakukan karena kesadaran bahwa ada keterbatasan dan membutuhkan kerjasama dengan semua pihak. Saya bekerjasama dengan para dokter dan bidan. Diusahakan juga kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten untuk bantuan tenaga dokter dan perawat. Hingga kini, kerjasama tersebut terus berkembang. Bangunan Baru Rumah Sakit dengan Manajemen Baru

Satu hal yang sedang berkembang dalam pembaharuan ini adalah pembangunan kembali Rumah Sakit ini. Saya berterima kasih atas bantuan dari Pastor Lambertus Somar MSC, yang sungguh menunjukkan kepedulian besar terhadap kondisi Rumah Sakit ini. Dengan bantuan, Pastor Lambert Somar MSC, Rumah Sakit sedang membangun gedung yang bagus untuk pelayanan di tengah masyarkat Larat dan kampung-kampung sekitarnya yang sungguh sangat membutuhkan sarana ini. Selain itu, Pastor Lambert Somar juga memberikan motivasi yang sangat besar agar kami terus berjuang dan bertahan demi pelayanan kepada masyarakat. Hal ini juga ditunjukkan oleh para Pastor lainnya. Sejalan dengan bangunan yang

sudah bagus, Pimpinan Tarekat TMM kini bersama-sama menata manajemen yang bagus dengan mendirikan Yayasan khusus untuk Rumah Sakit pertama milik Tarekat TMM tersebut. Berbagai hal sedang dilakukan oleh Pimpinan Tarekat TMM. Lagi pula, Pimpinan tarekat juga mulai mengirimkan tenaga-tenaga anggota tarekat yang bekerja di Komunitas dan Rumah Sakit. Inilah bukti konkrit perhatian tarekat terhadap Karya Pelayanan ini. Masyarakat Percaya terhadap Rumah Sakit

Berangkat dari pergumulan dan keterbatasan, ternyata Tuhan menunjukkan jalan kepada Tarekat TMM. Perkembangan yang bagus ini, sesungguhnya mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit ini. Saya mengalami bahwa Masyarakat dan Pemerintah mengungkapkan syukurnya karena ada Rumah Sakit yang bagus untuk pelayanan bagi masyarakat. Tentu dengan gedung yang baru, perhatian kepada kebersihan dan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, menjadikan Rumah Sakit ini sebagai bagian dari mereka. Pengakuan ini secara khusus diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Maluku Tenggara Barat yang mengakui pelayanan di Rumah Sakit ini. Bahkan, kerjasama yang semakin meningkat antara Rumah Sakit dengan pihak Pemerintah menjadi bukti nyata bahwa Rumah Sakit sudah mendapatkan kepercayaan. Di samping itu, masyarakat terus-menerus memanfaatkan pelayanan di Rumah Sakit Santa Melania ini. Mereka mulai berkunjung dan mendapatkan pelayanan di rumah sakit ini. Tentu saja, tantangan bagi kami adalah meningkatkan terus-menerus pelayanan di Rumah Sakit ini, juga mendapatkan tenaga-tenaga yang bisa membantu dalam pelayanan sebagai Perawat dan lain sebagainya. Saya percaya bahwa Tuhan terus bekerja dalam pelayanan dan membuat saya terus berjuang bagi orang-orang yang membutuhkan. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu, secara khusus kepada Pastor Lambertus Somar MSC yang sungguh sangat berjasa dalam penataan rumah Sakit ini. Semuanya ini mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan misi di Larat. ď Ž Patris MSC

Sekarang ini sedang dibangun gedung Rumah Sakit yang baru demi peningkatan pelayanan yang lebih bermutu kepada masyarakat. 38 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


OMK MASUK BIARA Jumlah kaum muda yang tertarik pada panggilan hidup bakti, khususnya di Jawa, semakin menurun. Usaha kerjasama sinergis bersama kaum muda untuk promosi panggilan perlu digalakkan. Berdasarkan Program Kegiatan Tim Kerja Promosi Panggilan Gereja Katholik Paroki St. Ignatius Magelang Tahun 2014 tentang Safari Panggilan, yaitu Kunjungan ke Biara Aktif, maka pada tanggal 31 Maret 2014 OMK Paroki Magelang mengadakan kunjungan ke biara-biara yang ada di Purworejo. Bruderan Karitas & Susteran PBHK. Hal ini berdasar kesadaran bahwa salah satu pilihan terpromosikannya Panggilan Hidup bakti adalah dengan bekerjasama secara sinergis dengan orang Muda Katholik (OMK, PIA & PIR). Tujuan kunjungan adalah untuk melihat secara dekat karya pelayanan kasih para biarawan biarawati. Rombongan yang didampingi oleh Rm. AR. Yudono Suwondo, Pr (Romo

Paroki Magelang) tiba di Purworejo lansung menuju ke Bruderan Karitas. Di sana mereka mengunjungi PSK (Panti Sahabat Kita) yang menangani orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Kunjungan ke dua ke biara Suster PBHK. Rombongan diterima oleh para Suster PBHK di Aula Susteran. Acara dipandu oleh Sr. M. Vianney PBHK. Acara meliputi perkenalan tarekat yang dikemas dalam sesi Tanya jawab langsung. Ada beberapa pertanyaan yang muncul dari OMK. Acara dimeriahkan juga dengan Quis menarik oleh Sr. Vianney & Rm Suwondo. Doorprice kecil menambah suasana menarik dan akrab diantara kaum muda dan para Suster. Acara dialanjutkan dengan kunjung-

an ke Novisiat, Postulan dan Panti Asuhan Panti Rini. Di Panti Asuhan Panti Rini para OMK yang berjumlah sekitar 60 orang tersebut, sengaja telah mempersiapkan acara menarik bagi adik-adik Panti. Ada nyanyian dan permainan menarik. Di akhir kunjungan mereka memberikan bingkisan kecil bagi anak-anak Panti Rini.Kunjungan selanjutnya adalah ke SLB yang dikelola oleh Bruder Karitas. “Semoga kunjungan ini membawa berkah bagi semua dan melalui perkenalan ini kelak menumbuhkan benih-benih panggilan dalam hati kaum muda.â€? demikian pesan pastor Paroki St Ignatius Magelang bagi para OMK pada siang hari itu. ď Ž Sr Retna PBHK

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 39


P. HENDRIKUS KARIWOP MSC

“BUTUH PROSES UNTUK MENGUBAH MENTALITAS.”

40 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


“HANYA PENDIDIKAN BISA MENGUBAH MANUSIA PAPUA� Ungkapan di atas sudah sering diutarakan. Namun, kali ini diutarakan oleh seorang Imam MSC yang berasal dari Papua, yang berjuang untuk sungguh-sungguh terlibat dalam pendidikan di Papua, khususnya di Keuskupan Agung Merauke. Berikut penuturannya kepada Warta Keluarga Chevalier. Keprihatinan terhadap Pendidikan Yang menggerakkan Pastor Hengki untuk peduli terhadap pendidikan Papua adalah situasi pendidikan yang sungguh memprihatinkan. Kualitas Sumber Daya Manusia Papua sangat rendah karena minimnya pendidikan. Sekolah-sekolah tidak berjalan baik karena tenaga pendidik kurang memperhatikannya. Banyak anak yang melek huruf dan putus sekolah. Sebagai anak negeri, ia merasa berdosa kalau tidak berbuat apa-apa. Kondisi inilah, yang menggerakkannya untuk terus-menerus menyuarakan kepada pihak Gereja dan Pemerintah. Selain menyuarakan, dia berjuang untuk memperhatikan secara serius. Apalagi, di kampung-kampung yang jauh di pedalaman dengan mayoritas penduduknya adalah orang Papua dan Katolik. Ia membayangkan bagaimana anak-anak Papua yang berada dalam kondisi ini bertahan 10 hingga 20 tahun ke depan. Apa yang bisa diharapkan? Para Misionaris era tahun 1960an dan 1970-an sudah bekerja secara penuh bagi pendidikan di Papua. Bahkan mereka dipercaya oleh Pemerintah untuk mengelola pendidikan dengan baik. Mereka menunjukkan dedikasi yang sangat tinggi terhadap pendidikan Papua, juga bekerjasama dengan para katekis, para guru serta semua pihak sehingga pendidikan pada masa itu sungguh-sungguh sangat bermutu. Inilah yang menjadi tantangan untuk dikembangkan pada saat ini. Terlibat langsung P. Hengki ditahbiskan pada tahun 2000. Dua tahun kemudian ia dipercaya oleh Uskup Jacobus Duivenvoorde

MSC untuk memperhatikan pendidikan sekaligus sebagai Pastor Paroki. Baginya, hanya melalui pendidikan, cara hidup anak-anak Papua dapat diubah. Kemudian, tahun 2009, Mgr. Nikolaus Adiseputra MSC mempercayakannya tugas sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Merauke. Tanggung jawab ini menjadi tantangan baginya untuk terus-menerus membangun kerjasama dengan Pemerintah dan berbagai lembaga demi pendidikan anak-anak Papua. Ia berjuang untuk kunjungan ke sekolah-sekolah dan berbicara dengan para guru untuk terlibat aktif dalam pengembangan pendidikan. Kerjasama yang Konkrit Saat ini, menurut Pastor Hengki, pemerintah sungguh-sungguh memperhatikan pendidikan di Papua. Hal ini nampak secara konkrit dengan memberikan subsidi penuh kepada sekolah-sekolah. Subsidi tersebut dalam bentuk sarana dan prasarana, tenaga pengajar dan juga pendanaan. Subsidi ini bahkan telah dituangkan dalam Peraturan Daerah. Walaupun demikian, baginya Yayasan Pendidikan harus mempersiapkan diri agar mampu mandiri. Karena itu, ia berjuang agar Yayasan dan Sekolah-Sekolah memiliki dana abadi. Bantuan dari Pemerintah dikelola untuk keberlangsungan Sekolah. Diupayakan juga pengelolaan yang baik agar sekolah dapat mandiri. Ia berjuang untuk mengembangkan kesadaran bahwa bantuan bukan hanya untuk dihabiskan. Disamping itu, tenaga-tenaga disiapkan oleh Yayasan. Kendala yang dihadapi yakni kebanyakan tenaga pengajar adalah pegawai negeri sehingga mereka lebih

taat kepada pemerintah dibandingkan Yayasan. Tantangan dan Optimisme Sejak melayani sebagai imam Misionaris Hati Kudus (MSC) dan Ketua Yayasan selama 5 tahun, Pastor Hengki mengakui bahwa tantangan yang dihadapi adalah mengembangkan mentalitas pegawai yang siap terus-menerus melayani. Hal ini tidak mudah. Ia mengakui bahwa ada pergumulan dalam bidang ini. Walaupun demikian, ia optimis bahwa karya ini sesungguhnya adalah karya Tuhan. Umat yang dilayani adalah Umat Allah, maka Tuhan pasti menyertai dan memberkati. Karena itu, setiap orang yang diutus untuk melayani di daerah ini akan diberkati oleh Tuhan dan Tuhan menyertai pekerjaan ini. Hal inilah yang menyebabkan ia percaya bahwa apa yang sudah ditaburkan akan berkembang, bukan sekarang tetapi 10 tahun dan di masa yang akan datang. Tuhan akan mengatur dan memberikan pencerahan bagi kita. Hal ini juga yang terjadi pada Pendidikan Katolik. Untuk membentuk manusia, dibutuhkan proses. Kenyataan ini membuat ia tetap optimis. Ada berbagai pihak yang setia membantu dalam upaya menata pendidikan di Keuskupan Agung Merauke. Karena itu, ia juga terus-menerus berjuang untuk mengembangkan diri, mengembangkan pendidikan dan akhirnya mengembangkan Yayasan Pendidikan yang bermutu. Ia mengakui bahwa untuk mengubah mentalitas sebagai pelayan dalam lingkungan kerjanya, tidak segera berhasil. Dibutuhkan proses untuk mengembangkan hal ini di tengah kecenderungan materialistik. ď Ž Patris MSC

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 41


JPIC

“Kami bukan untuk dijual...”

MANUSIA BUKAN BARANG DAGANGAN

Kasus perdagangan orang/manusia (human trafficking) di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Menurut data International Organization for Migration (IOM), Indonesia menempati peringkat teratas perdagangan manusia di dunia, sebesar 3.943 orang. Bahkan untuk 2013, jumlah kasus meningkat drastis. Dari Januari sampai Juli 2013, IOM sudah menerima laporan sebanyak 1.045 kasus pelaporan tindak pidana perdangangan orang. Perdagangan orang merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, serta melanggar hak-hak asasi manusia, sehingga harus diberantas. Diakui bahwa, Indonesia merupakan daerah sumber, transit dan tujuan perdagangan orang. Modus trafficking di Indonesia 70 persen berawal dari pengiriman tenaga kerja ilegal ke dalam dan luar negeri. Berdasarkan data IOM, setidaknya

90,3 persen dari korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) terdiri dari perempuan dan 23,6 persen terdiri dari anak-anak. Para perempuan korban itu, kebanyakan berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi Utara. Mereka berasal dari kantong-kantong kemiskinan di Jawa. Namun, fenomena yang menarik perhatian adalah semakin banyak ditemukan kasus perdagangan orang yang menimpa para perempuan asal Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kasus terakhir yang menghebohkan masyarakat adalah kasus “sarang burung walet” Medan, yang menimpa 18 perempuan asal NTT (Flores dan Timor). Mereka direkrut dari kampung halaman mereka dengan iming-iming menggiurkan, dengan kedok tenaga kerja wanita (TKW) diberangkatkan ke Medan (tempat tujuan yang semula tak diberitahukan kepada mereka), dipekerjakan di

42 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

perusahaan sarang burung walet tanpa diberi upah, dikurung dalam rumah tanpa boleh keluar dan diperlakukan secara kasar, bahkan hingga menelan dua korban meninggal dunia. Menanggapi fenomena kian meningkatnya kasus perdagangan manusia, IOM Indonesia mengundang beberapa pihak terkait untuk berdiskusi dan mencari solusi terhadap fenomena ini. Pertemuan digelar pada 27 Maret lalu, di Kantor International Organization for Migration (IOM), Sampoerna Strategic Square, North Tower, Lantai 12A, Jl. Jend. Sudirman Kav.45-46, Jakarta 12390. Para peserta terdiri dari: Sekretariat Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) Pusat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA); Direktorat Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran (KTKPM), Kemen-


terian Sosial Republika Indonesia; Unit Trafficking, MABES POLRI; Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK); Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC); KOMNAS Perempuan; Aliansi Melawan Perdagangan Orang (AMPERA); Konferensi Waligereja Indonesia (KWI); Kesusteran Gembala Baik; dan JPIC MSC Indonesia. Ikut hadir juga 2 korban, yakni Nona J. Abuk (17) dan Ibu Tobe (36). Kepedulian Gereja P. John Giscard dari JPIC MSC Indonesia bertanya mengapa dari NTT muncul banyak kasus korban perdagangan orang, padahal di sana suara Gereja cukup kuat. Sementara di Papua dan Maluku, kurang terdengar kasus seperti ini. Tak tertutup kemungkinan, ada faktor kultural yang turut mendukung. Sebuah sharing memperlihatkan ada pastor paroki yang ikut mendorong umatnya untuk merantau jadi TKW dan TKI karena prihatin dengan kemiskinan, tanpa sang pastor sadar bahwa ia sedang dijebak dalam sindikat human trafficking. Kita perlu putuskan “faktor penyebab” dari jaringan ini dengan memberi seruan kepada para uskup dan imam yang bekerja di sana, dan mengubah mindset kultural yang keliru terhadap manusia. Perdangan orang kini dipandang sebagai bentuk dari perbudakan modern (modern day slavery) yang memandang manusia tidak sebagai pribadi manusia yang utuh tetapi sekedar komoditas ekonomi belaka. Tubuh manusia lebih dihargai ketimbang aspek keseluruhan manusia. John Mitakda mengutip kata-kata dari Andrew Forrest, pendiri Walk Free Foundation yang mengatakan, "There is no beter way to make the economy grow than valuing a human being for all their abilities not just their bodies" (Tak ada cara yang lebih baik untuk membuat ekonomi berkembang dari pada menilai pribadi manusia atas keseluruhan kemampuannya dan bukan tubuh semata-mata). Menurut Romo Siswantoko, KKPPMP KWI telah membangun jaringan penyadaran di kalangan Gereja Katolik, terutama antara Keuskupan-keuskupan di NTT sebagai daerah asal korban perdagangan orang dan Keuskupan-keuskupan tempat transit (Ka-

limatan) serta Keuskupan-keuskupan di Kinabalu, Malaysia, yang menjadi tempat tujuan dari para calon korban ini. Kita sedang melakukan “pertobatan” ke dalam, terhadap Gereja dan tokoh agama, agar tidak terlibat (tanpa sadar) dalam jaringan perdagangan orang ini. Kita butuh kesadaran dan kerja sama dengan birokrasi maupun tokoh agama di NTT,” tuturnya. Melihat kasus-kasus seperti ini, Ibu Chandra dari Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) Pusat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA), mengatakan, kita harus melakukan proses penyadaran dan kesadaran. “Karena, masalah kita adalah ketidaktahuan. Tanpa komunikasi, pemerintah juga tak tahu, demikian juga pemimpin agama tak tahu bila kita tidak saling berkomunikasi. Ada kesan, kita masih jalan sendiri-sendiri,” tegasnya. Ia mengingatkan, eksploitasi seksual adalah sebuah “area diam” yang belum banyak dituntaskan. Koordinator IOM Indonesia, Nurul Qoirah, mengatakan, respons dari Gereja Katolik sudah sangat baik, namun ia belum melihat sikap dari Gereja Protestan. “Ketika menangani masalah migran di Ambon, Uskup Amboina amat disegani sehingga masalah migran di sana bisa selesai. Pada kasus migran di Ambon, Nurul merasa amat dibantu dibantu oleh P. John Giscard dari JPIC MSC Indonesia, yang memberi informasi jaringan demi penyelesaian kasus ini,” tuturnya. Bentuk Forum Anti Trafficking Menindaklanjuti pertemuan di Kantor IOM Indonesia, Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral-Migran Perantau KWI (KKP-PMP KWI) mengundang beberapa Kongregasi/Tarekat Religius yang selama ini telah bekerja di bidang terkait untuk bersama-sama memberikan kontribusi bagi pencegahan dan penanganan korban perdagangan orang, antara lain PBHK, FMM, RGS, PK, HK, RSCJ, BKK, JPIC MSC, Vivat Internasional, dan Caritas Indonesia (Karina). “Ada harapan bagaimana kita yang di Jakarta dapat menyatukan kekuatan untuk atasi korban perdagangan orang,” kata Sekretaris KKP-

PMP KWI, Romo P.C. Siswantoko. Pada bagian pertama pertemuan ini, peserta diminta memberi input berdasarkan pengalaman mereka di lapangan. Menanggapi kasus terakhir perdagangan 23 orang di Batam, yang sedang didampingi oleh Pastor Pascal dari Paroki St. Petrus, Batam, dengan segala bentuk teror dari sindikat (orang NTT sendiri), Sr. Theresia dari Vivat International, mengatakan, mendapatkan intimidasi itu hal biasa ketika kita mau membela kemanusiaan. Intimidasi tak perlu mengendurkan keprihatinan kita. “Yang perlu kita buat adalah sosialisasi tentang hak-hak para pembantu di rumah-rumah orang Katolik. Sosialisasi lewat paroki dan sekolah,” tutur biarawati asal NTT ini. Direktur Eksekutif Karitas Indonesia, Rm Adrianus Suyadi SJ, mengatakan, trafficking telah menjadi isu nasional maka perlu dijadikan isu dalam Gereja Katolik. Kesulitan kita adalah bagaimana mengidentifikasi agen bila aparat kita juga terlibat. “Maka, kita harus perkuat jaringan di antara kita,” tegasnya. Sementara Wensislaus dari JPIC MSC Indonesia mengingatkan pentingnya melihat human trafficking dalam kaitan dengan tenaga-tenaga kerja di perusahaan-perusahaan, yang sedang mengeksplotasi sumber daya alam di daerah dan mengancam kehidupan penduduk asli. P. John Giscard MSC mengingatkan adanya “jaringan terputus-putus” yang dibangun para sindikat human trafficking. “Ini menyulitkan kita dalam mengungkap tuntas kasus-kasus ini,” tuturnya berdasarkan pengalaman pendampingan rohani terhadap pelaku perdagangan orang yang menjalani masa tahanan di Bareskrim POLRI, di Jakarta. Peserta rapat memutuskan membentuk sebuah Forum sebagai wadah untuk mewujudkan dan mengekspresikan kepedulian kepada para korban perdagangan orang. Sr. Anna dari Gembala yang Baik terpilih sebagai Ketua Forum ini. Walau, nama dari Forum ini belum ada, namun seluruh peserta sepakat untuk mengadakan pertemuan berikut pada Agustus nanti.  Stef Tokan

MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 43


PERLINDUNGAN SOSIAL DAN KEPEMIMPINAN BARU PASCA PEMILU 2014 SEMINAR NASIONAL KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

Sejak didirikan, negara kita telah memilih model welfare state, dengan mengusahakan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

Niat baik pemerintah memberikan perlindungan sosial yang kita kenal dengan sebutan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) untuk warga negaranya menimbulkan persoalan baru. Temuan KPI (Koalisi Perempuan Indonesia) mengungkapkan bahwa perlindungan sosial yang dibuat pemerintah tidak melibatkan pemerintah daerah dan sangat sentralistik, top down tanpa mempertimbangkan kebutuhan kepentingan masyarakat desa. Raskin (beras miskin) tidak sesuai dengan standar mutu misalnya ketika beras yang didapat tidak layak dikonsumsi maka menimbulkan persoalan baru bagi perempuan misalnya KDRT. Perempuan sebagai penyelenggara kebutuhan keluarga harus mengeluarkan dana tambahan supaya raskin layak dikonsumsi keluarga. Sosialisasi tidak diberikan secara jelas se-

44 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

hingga perempuan tidak mampu mengadvokasi dirinya untuk mendapatkan haknya atas perlindungan sosial. ‘Perlindungan Sosial dan Kepemimpinan Baru pasca Pemilu 2014’ menjadi tema seminar Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) dalam rangka memperingati Hari Kartini pada tanggal 25 April 2014 lalu. “Negara sejak awal didirikan telah memilih model kesejahteraan rakyat dalam menyelenggarakan pemerintahannya. Negara Kesejahteraan rakyat (welfare state) bertujuan mengusahakan sebesar besarnya kesejahteraan rakyat dengan itu ada 2 hal yang mesti dipahami yakni hak warganegara dan kewajiban negara.” Demikian Wiwik Afifah, MH (Koalisi Perempuan Indonesia wilayah Jawa Timur) salah satu narasumber kepada 125 peserta seminar utusan dari 13 propinsi di Gedung Nyi Ageng Serang


Kuningan Jakarta. Lebih jauh ia mengatakan bahwa kewajiban negara adalah memenuhi, menjamin, melindungi, memajukan dan menegakkan hak-hak dasar warga negara sebagaimana tercantum dalam konstitusi (hak-hak konstitusonal). Dalam memenuhi 4 kewajiban negara tersebut salah satunya adalah melalui program perlindungan sosial oleh Bapenas. Dalam penelitiannya di beberapa wilayah, cakupan dan distribusi penerima bantuan yang berbasis data justru memunculkan adanya kelas-kelas sosial tentang yang mampu dan tidak mampu. Layanan sosial ini tidak banyak melibatkan perempuan sebagai penyelenggara kelangsungan rumah tangga. Kualitas layanan kurang baik terutama dalam menjawab kebutuhan kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Layanan tidak memberi perhatian kepada perempuan yang mengalami KDRT seperti yang diceraikan. Perempuan juga tidak memperoleh cukup informasi tentang kebijakan dan prosedur distribusi perlindungan sosial sehingga tidak dapat menuntut haknya atas layanan sosial. Realitas yang terjadi mendapati bahwa bantuan tidak segera datang saat dibutuhkan. Negara baru hadir ketika sudah jatuh korban.

Ibu Rukmini seorang nelayan pemilik perahu tidak mendapat layanan sosial seperti jamkesmas atau bantuan modal ketika terlilit hutang. Berharap dapat sedikit modal ia pergi menjadi TKW di Malaysia. Sampai kembali ke tanah air Ibu Rukmini tidak juga mendapatkan bantuan. Ketika ia jatuh sakit dan terkena stroke bantuan itu baru turun. “Niat baik saja tidak cukup untuk menjawab persoalan masyarakat. Tetapi ada prinsip etika lain yang mesti dipenuhi negara dalam menerapkan kebijakannya”, kata Robertus Robert narasumber kedua seminar ini. Suatu kebijakan mesti memuat 3 prinsip etika yaitu prinsip niat baik, prinsip keadilan dan prinsip otonomi. Niat baik akan suatu kebijakan mestinya juga bisa berlaku adil bagi seluruh warganegara dan tidak mengekang kebebasan warga negara, lanjut dosen Universitas Negeri Jakarta itu. “Kebijakan dan penyelenggaraan Perlindungan Sosial harus mendasarkan pada realitas bahwa dalam masyarakat ini terdapat kelompok-kelompok sosial dan ekonomi yang berbeda-beda yang berhierarkhi dan tidak merata (plural dan inequal), adanya Sistem Pasar yang mengandung

ketaksetaraan dan ketidakpastian dan memiliki kemungkinan besar menimbulkan krisis.” Maka diperlukan reformasi birokrasi yang dibuat berbasis pada keadilan, tepat sasaran dan tepat waktu. Utusan BAPPENAS yang juga hadir sebagai narasumber dalam seminar tersebut Ibu Utin Kiswanti menyatakan bahwa untuk mengentaskan kemiskinan dan menyelenggarakan layanan sosial kepada warganegara, ada program jangka pendek menengah dan panjang. BAPPENAS terus menyempurnakan program layanan dengan membuka kesempatan kepada masyarakat luas seperti LSM untuk memberikan masukannya. Sehingga program layanan sosial ini dapat terus berkelanjutan walaupun presidennya berganti. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dan belum terpenuhinya hakhak warga negara khususnya perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia menuntut beberapa hal kepada Calon Presiden periode 2014-1019 sebagai berikut: 1. Menunjukkan komitmennya terhadap penyelenggaraan Program Perlindungan sosial yang inklusif, adil gender, transformatif dan berkelanjutan 2. Komitmen terhadap penyelenggaraan Program Perlindungan Sosial tersebut harus diwujudkan dalam platform dan visi-misi calon presiden, yang disampaikan kepada publik, pada masa kampanye. Agar dapat dijadikan alat tagih bagi masyarakat, apabila telah terpilih menjadi presiden 3. Sebagai wujud dari pelaksanaan demokrasi dan otonomi pemerintahan di daerah, dalam proses perencanaan, implementasi dan monitoring penyelenggaraan Program Perlindungan sosial harus dilaksanakan dengan melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat luas.  Lucia Wenehen/ICRP/ Patris MSC

KEBIJAKAN DAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN SOSIAL HARUS BERDASARKAN PADA REALITAS MASYARAKAT YANG TERDIRI DARI KELOMPOK - KELOMPOK SOSIAL EKONOMI YANG BERBEDA-BEDA. MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 45


Oleh: ALBERTUS SUJOKO

RENUNGAN PASKAH DARI SAWAH Trihari Suci yang lalu saya rayakan bersama dengan umat di kampung halaman saya. Meminjam istilah Paskah dari Yesus, “Katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea dan di sanalah mereka akan melihat Aku” (Mat. 28: 10). Galilea adalah kampung halaman Yesus. Di sana ada Nazaret dan Kapernaum. Kebetulan umat di paroki memberikan pinjaman mobil supaya saya dapat pergi ke stasi-stasi. Saya misa Kamis Putih dan Malam Paskah di Gereja Paroki bersama dua romo di Paroki; Jumat Agung di gereja stasi tempat saya dibaptis; Minggu Paskah dua kali di stasi tempat adik saya berada dan satun lagi di stasi tempat ibu saya berada. Saya benar-benar merasakan di Galilea dan melihat Yesus dalam pengalaman-pengalaman itu. Selama turne dengan mobil pinjaman itu ibu dan adik serta dua orang lain yang masih bersaudara ikut menemani saya ke stasi-stasi. Tidak ada pengalaman lebih membahagiakan daripada pergi melayani umat ditemani oleh ibu dan adik. Mereka juga gembira mempunyai Romo yang bisa melayani Tri Hari Suci. Setiap kali sampai di stasi ibu saya juga menikmati penerimaan umat yang ramah untuk Romo, anaknya. Betapa Paskah yang membahagiakan. Tetapi yang ingin saya ceriterakan di sini ialah permenungan saya tentang Paskah dari tengah sawah. Kebetulan saat itu sedang musim menaman padi di sawah. Beberapa pria dan wanita desa yang masih tersisa, karena yang lainnya merantau ke kota, dan masih kuat, karena yang lainnya sudah tua, bekerja di sawah sepanjang hari. Hamparan sawah begitu luas dan ditanami secara manual (dengan tangan) satu per satu benih padi ditancapkan ke dalam lumpur tanah. Ibu-ibu yang hebat itu membungkuk hampir sepanjang hari dengan bergerak mun-

dur. Betapa pegal-pegal punggungnya karena harus membungkuk terus dan betapa sakit jempol tangan yang selalu bergesekan dengan tanah lumpur dalam jumlah tanpa batas. Saya bertanya, “Dapat uang berapa sehari?” mereka menjawab: “50 ribu.” Saya bertanya; “Tidak sampai 100 ribu?” Mereka bilang: “Tidak dapat.” Ada pekerjaan yang lebih gila lagi karena harus dilakukan pada malam hari; yaitu mencabut benih padi dari tempat persemaian untuk kemudian ditanam di lahan sawah. Karena pekerja sedikit dan sudah sanggup, maka mereka harus lembur: kerja dari jam 8 malam sampai jam 12 tengah malam dengan kaki direndam dalam tanah sawah berair yang dingin. Perut mereka dihangatkan hanya dengan air teh hangat saja, bukan kopi panas; karena harus menghemat. Mengapa harus kerja pada malam hari saat orang-orang lain tidur? Karena siang hari masih kerja untuk pemilik sawah yang lainnya lagi. Percakapan dengan para petani sawah pekerja keras yang miskin itu menggoreskan rasa pilu di hati saya. Saya menerawang jauh dan mengingat banyak orang di kota-kota yang hidupnya jauh lebih nyaman. Saya ingat apa yang dikatakan oleh Sofyan Wanan-

46 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014

di di TV, bahwa Indonesia ini negara agraris dan kita semua diberi makan oleh para petani. Tetapi kebijakan pertanian pemerintah Indonesia tidak pernah jelas. Di Amerika saja pertanian diberi subsidi yang besar sehingga bisa berkembang. Indonesia negara pertanian dan perikanan, tetapi para petani dan nelayan adalah kelompok yang paling miskin. Kebijakan ekonomi Indonesia sebagai negara agraris dan kelautan tidak pernah memihak pada rakyat kecil yang menjadi mayoritas anak bangsa dan yang bekerja keras memberi makan dari hasil-hasil pertanian mereka. Pada hari Paskah itu dari tengah sawah saya bertanya kepada Tuhan Yesus: “Tuhan... apa pendapatmu tentang orang-orang miskin yang baik, jujur, pekerja keras, makan dari hasil keringatnya sendiri dan tidak mengerti arti kata “korupsi” itu?” Pertanyaan itu saya jawab sendiri: mereka adalah orang-orang suci; meskipun mereka tidak dibaptis, bukan orang Kristiani dan tidak ke Gereja, tetapi saya melihat mereka sebagai orang-orang yang suci; Tuhan Yesus yang bangkit ada di dalam hidup mereka; Salib Kristus terpancar dalam tubuh-tubuh mereka yang kurus dan kotor. Berhadapan dengan realitas yang sederhana itu tiba-tiba saya merasa bahwa semaraknya liturgi Gereja dan khusuknya doa tidak terlalu bermakna. Formalisme iman dan agama juga terasa menjadi sandiwara saja. Apalagi kalau kelakuan para orang beragama itu hanya berpura-pura karena melakukan korupsi dan kecurangan-kecurangan dalam hidup. Formalisme, kepura-puraan dan sandiwara itu seolah-olah akan luluh, pudar dan meredup kalau dihadapkan pada cermin kehidupan orang-orang menderita dan susah payah mencari nafkah. Tetapi sepertinya justeru itulah artinya Paskah! 


A D M U LTO S A N N O S 01 01 01 02 02 03 04 05 05 05 05 05 05 06 06 07 07 08 08 08 09 09 09 09 10 10 10 10 10 11 11 12 12 14 14 15 15 16 17 18 18 18 18 19 19 20 20 20 21 22 22 22 22 23 24 24 24 24 24 25 25 26 27 27 27 27 28 29 29 29 30 31

Mei 2014

P. JOSEPH NARCANSIUS WELLIKEN MSC P. SALFINUS BUARLELE MSC FR. ANDREW MIKEL S. WOHON MSC SR. M. ATANASIA TMM SR. M. SELESTINA TMM SR. M. REGINA PRATIWI PBHK FR. MIKAEL JEKSEN WAROUW MSC P. IZAAK RESUBUN MSC SR. M. ANTONETTA KAMAN PBHK SR. M. SYLVIA PATANDEAN PBHK SR. M. MATILDA KAMAMAS PBHK SR. M. DIONISIA TMM SR. M. BERNADETTA TMM SR. M. YOSEFITA SUKATINEM PBHK FR. KRISTOFORUS BHK SR. M. LUDGARDIS LAIAN PBHK FR. RUDOLF DAYU WICAHYO MSC SR. M. STEPHANIE SUMINI PBHK SR. M. PAULA WUARMANUK PBHK SR. M. CHRISTELLA KILU HAYON PBHK SR. M. FERDINANDA W. PERMANASARI PBHK SR. M. FELISIA KANDRUNMAS PBHK SR. M. CAROLA HARBELUBUN PBHK FR BRANDO CORNELIUS ANLO MSC P. GERARDUS ESSEREY MSC P. TARCISIUS WIGNYOSOEMARTO MSC P. ALFRITS MANUS MSC P. ROBERTUS BELLARMINUS S. WIDI HARGONO MSC SR. M. REINALDA LILI PBHK P. YOHANES LASONO WIBOWO MSC SR. M. FLORENTIA SUDARMINI PBHK SR. M. IMELDA RUMYAAN PBHK SR. M. IRENE BANNE PBHK P. JOHANNES van PAASSEN MSC P. YOHANES MELKI TORE MSC P. HENDRIKUS KARIWOP MSC FR. KARDINUS BHK P. FRANSISCUS XAVERIUS WAHYUDI MSC SR. M. CHRISTIANA TMM P. JOHANIS MANGKEY MSC P. IGNATIUS SARKOL MSC P. YOSEPH KALISTUS JOROLAN MSC FR. TITUS BHK FR. YOHANES MAU BHK SR. M. ANASTASIA TMM P. LAMBERTUS SOMAR MSC P. LEONARDUS SUGIYONO MSC P. THEODORUS LA EDI MSC FR. FERDINANDUS TARAN MSC P. HIRONIMUS RONNY DAHUA MSC SR. M. MECHTILDIS SUKINI PBHK SR. M. PETRONELLA KENJAPLUAN PBHK SR. M. DOROTHEA MERLIANA SAMUDIA PBHK SR. M. YOHANETTA ANI DWI ASTUTI PBHK SR. M. MARCELLA ENDAH TRI MUKARTI PBHK P. TIMOTEUS ATA LEU EHAQ MSC SR. M. ANSELMA NANIK WARDANI PBHK FR. RENATUS HANAFI BHK FR. AGUSTINUS BHK SR. M. WENDELINA WARAT PBHK SR. M. ROBERTHA TMM FR. CHRISTIAN MARSELINO RUOH MSC P. BARNABAS OHOIWUTUN MSC FR. NORBERTUS BHK FR. VENANSIUS BHK FR. ANGELUS BHK SR. M. ADRIANA NGUTRA PBHK P. PETRUS JOSEPH BUDI SANTOSO MSC P. GERARDUS OHODUAN MSC P. STENLY VIANY PONDAAG MSC FR. IGNATIUS BHK BR. PETRUS NARIS LIOTAN PUTALAN MSC

Masih tersedia buku: SPIRITUALITAS HATI UNTUK MASA KINI MENURUT KHARISMA PATER JULES CHEVALIER Sebuah buku karya P. Hans Kwakman MSC yang hendak menunjukkan jangkauan dan relevansi Spiritualitas Hati. Sambil bercermin pada Yesus yang hadir di tengah-tengah kita sebagai Putera Allah yang mencinta dengan hati manusiawi, Spiritualitas Hati memberi arti dan arah kepada hidup priba-di, keluarga, kemasyarakatan dan bidang-bidang hidup lainnya.

Hubungi AMETUR INDONESIA, Lantai Dasar Gedung Pax, Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23. Tlp: (021) 6326737; 63857105. email: ameturindonesia@gmail.com wartakeluargachevalier@gmail.com

Terima Kasih

Kepada para donatur bulan April 2014: 1. Ibu Milly Karmila Sareal Rp. 250.000,00 2. Kel. Bpk. Stef Gunadi Rp. 500.000,00 3. Kel. Haryanto Santoso Rp. 50.000,00 4. Kel. Paulus - Etty Rp. 50.000,00 5. Kel. Susilo Santoso Rp. 50.000,00 6. Kel. Andrianto Santoso Rp. 50.000,00 7. NHC XIV Rp. 350.000,00 8. Nio Cen Se Rp. 20.000,00 9. Ree Nee Rp. 20.000,00 10. Ibu Irene Rp. 100.000,00 Dukungan anda untuk majalah ini dapat disalurkan melalui:

KCP Hasyim Ashari, Jakarta No. Rek. 2620172963

A.N. Sulvisius Joni Astanto atau Rosina Angwarmase MEI 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 47


APA DAN SIAPA

In Memoriam

SR. M. VALERIA, PBHK

Sore itu, Rabu 18 April 20 14 para Suster PBHK Purworejo mendapatkan berita bahwa Sr. M. Valeria PBHK di panggil Tuhan pada pukul 15.00 WIB. Tanpa menunda para Suster segera saling kontak untuk mengadakan pembentukan “panitia kilat” untuk acara pemakaman. Seperti yang sudah berjalan selama ini, Komunitas Purworejo adalah “Panitia” tetap setiap kali ada Suster PBHK yang kembali ke rumah Bapa, karena Komunitas Purworejo adalah Komunitas terdekat dengan “Komunitas Angelus” (Red : makam para Suster PBHK). Sr. M. Valeria PBHK terlahir di Tegal dengan nama Indriyati pada tanggal 7 Maret 1934. Beliau adalah putri ke dua dari pasangan Yosep Liong Moi dan Yosepha Tien Fin Nio. Menjalani masa Postulan tahun 1956 di Purworejo. Masa Novisiat 1957 dan mengikrarkan Prasetya pertama pada tanggal 25 Agustus 1959. Tugas demi tugas pelayanan sebagai seorang kepala sekolah TK di berbagai kota dijalaninya. Diantaranya di Kramat, Cilacap, Wonosobo, Grogol, Purworejo dan Pemalang semakin memantapkan panggilannya. Hingga beliau berani mengikrarkan prasetya abadi pada tanggal 25 Agustus 1965. Pesta emas dan perak hidup membiara yang telah boleh dirayakan adalah bukti kesetiaan beliau dalam menanggapi panggilan Tuhan, hingga masa pensiun 2002. Sejak masa pensiun itu, atas permohonanya sendiri beliau tinggal di Komunitas Wisma Bunda Hati Kudus Pemalang (tempat para Suster Lansia) hingga saat Tuhan menganggap cukup segala pelayanan dan pengabdian hidupnya di dunia, yaitu pada hari Rabu, 18 April 2014 pukul 15.00 WIB. Ada banyak hal yang pantas dikagumi dari pribadi Sr Valeria. Ia mampu bergaul dan memberikan kepercayaan kepada yang muda. Itulah kekhasan beliau dalam pelayanan di tengah Komunitas dan karya. Bahkan saat sakitnya, beliau tetap menjadi penghibur bagi yang datang mengunjungi Suster yang lembut, sabar dan ramah ini. Selamat jalan Sr. Valeria terkasih. Doakan kami yang masih berjuang di dunia ini.  Sr. Retna

PBHK.

48 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | MEI 2014


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.