17 modul pelatihan pembibitan, budidaya dan panen rotan

Page 1

MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M od ul Pe l a t i ha n

Pembibitan (Nursery), Budidaya dan Panen Rotan Training for Trainer

Bunyanun Marsus RS

M O D U L

Pe n u l i s : Hanifah Nuraeni Suteja

P E L A T I H A N

Muhamad Khais Prayoga

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

1


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

2

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Modul Pelatihan Pembibitan (nursery), Budidaya dan Panen Rotan

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

3


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Modul Pembibitan (nursery), Budidaya dan Panen Rotan REPUBLIK INDONESIA

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Isi dan materi yang ada dalam buku ini dapat direproduksi dan disebarluaskan dengan tidak mengurangi isi dan arti dari dokumen ini. Diperbolehkan untuk mengutip isi buku ini dengan menyebutkan sumbernya.

Koordinator Penyusun : Pius Widiyatmoko Penulis : Bunyanun Marsus RS, Hanifah Nuraeni Suteja, Muhamad Khais Prayoga Reviewer : Rizky A.B , Ari Nurman Penyunting bahasa: Dadan Saputra Desain dan tata letak: Suwendi Perpustakaan Nasional: Modul Pembibitan, Budidaya dan Panen Rotan Inisiatif - Bandung, 2017, 227 hal. ISBN : 978-602-17870-7-6 Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi manual ini tanpa seizin penerbit.

Kutipan Pasal 72, Ayat 1 dan 2, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. • Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). • Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

4

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


Kata Pengantar Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, Perkumpulan Inisiatif bersama Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM) Universitas Hasanudin, Serikat Perempuan Bonehau (SPB) dan Sande’ Institute membentuk sebuah wadah yang bernama Konsorsium Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat Mamuju (PSDABM‐M). Melalui Konsorsium PSDABM‐M ini, berbagai bentuk kerja sama dilakukan untuk menciptakan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, terutama diwujudkan dalam bentuk pengelolaan rotan yang tumbuh di hutan sekitar lingkungan masyarakat Desa Hinua, Bonehau dan Tamalea di Kabupaten Mamuju serta pengolahan rotan Agar masyarakat mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam hal pengelolaan rotan dan hutan yang berkelanjutan serta pengolahan rotan menjadi bahan baku atau barang jadi, maka upaya peningkatan kapasitas merupakan hal penting untuk dilakukan. Pengetahuan dan keterampilan mengelola tanaman rotan dan cara memanen yang baik serta mengolah hasilnya akan menjadi kontribusi yang positif terhadap keberlanjutan rotan dan hutan tersebut. Dalam konteks demikian, paket buku panduan dan modul ini dikembangkan oleh Konsorsium PSDABM‐M. Paket buku pelatihan ini diharapkan dapat menjadi navigasi bagi konsorsium sendiri dan masyarakat sekitar dalam upaya mewujudkan pengelolaan dan pengolahan rotan yang berkelanjutan. Buku panduan dan modul ini terbagi ke dalam 3 paket besar yaitu, pembibitan, budidaya dan panen, pabrik pengolahan rotan serta industri rumahan (home industry). Ketiganya merangkum proses penanaman rotan hingga pengolahan panennya menjadi bahan baku sampai barang jadi siap pakai. Penyusunan paket buku panduan dan modul ini telah dilaksanakan dengan proses dan tahapan yang penuh dengan kehati‐hatian dan sungguh‐ sungguh. Di awal proses penyusunan digelar lokakarya mini untuk menyamakan pemahaman dan persepsi mengenai pengelolaan rotan yang berkelanjutan antara penulis dengan pengelolaan program. Kedua, pasca lokakarya mini yang output‐nya adalah kisi‐kisi penulisan paket buku modul dan panduan, kegiatan dilanjutkan dengan penulisan draft paket panduan dan modul lalu di‐review melalui lokakarya pembahasan draft paket. Ketiga, agar penyusunan paket buku modul dan panduan ini tepat sasaran selanjutnya dilaksanakan pelatihan uji coba dengan peserta utama dari komunitas masyarakat di 3 desa tempat pelaksanaan program, pemerintah Kabupaten Mamuju serta reviewer proses pelatihan. Pasca ujicoba berbagai masukan diolah untuk menyempurnakan materi.


Dan akhirnya setelah melalui proses yang bertahap tadi, paket buku panduan dan modul ini berhasil diselesaikan dan siap menjadi bahan peningkatan kapasitas masyarakat di 3 desa dalam hal pengelolaan rotan yang berkelanjutan. Namun demikian, walaupun paket buku panduan dan modul ini telah dibuat dengan semaksimal mungkin, kekeliruan dalam beberapa hal masih mungkin terjadi. Berdasarkan hal itu, berbagai saran, kritikan dan masukan konstruktif untuk penyempurnaan akan selalu terbuka. Terakhir, sebagai sebuah dokumen yang disusun dengan melibatkan banyak pihak tentu saja ucapan terimakasih layak ditujukan kepada mereka yang telah bersedia untuk terlibat. Kepada para penulis, reviewer, penyunting bahasa, dan masyarakat di 3 desa serta perwakilan dari Pemerintahan Kabupaten Mamuju diucapkan terima kasih yang sebanyak‐banyaknya. Dan juga pihak MCA‐Indonesia yang memberikan dukungan pendanaan konsorsium. Semoga kehadiran paket buku panduan dan modul ini mampu menjadi sumbangsih yang berarti untuk menciptakan pengelolaan dan pengolahan rotan yang berkelanjutan di Indonesia. Bandung, Maret 2017 Konsorsium Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat ‐ Mamuju (PSDABM‐M) Perkumpulan Inisiatif, TLKM Universitas Hasanudin, Sande’ Institut, Serikat Perempuan Bonehau (SPB)


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Modul Pelatihan Pembibitan (nursery), Budidaya dan Panen Rotan Penulis : Bunyanun Marsus Hanifah Nuraeni Suteja Muhamad Khais Prayoga

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

5


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Kumpulan Modul

Pembibitan (Nursery) Rotan dan MPTS (Multi Purpose Trees Species) Ramah Lingkungan Penulis : Bunyanun Marsus RS 6

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODU L

1

Waktu pelaksanaan : 850 menit = 14 Jam 16 menit Metode : Presentasi,tanya jawab, diskusi kelompok, video dan praktik

Modul 1.1 : Pengantar, perkenalan dan kontrak belajar (60 menit)

12

Modul 1.2 : Pengenalan varietas rotan dan MPTS (70 menit)

18

Modul 1.3 : Pengenalan fasilitas rumah semai (60 menit)

31

Modul 1.4 : Manajemen pembibitan (90 menit)

39

Modul 1.5 : MPTS/Multipurpose Tree Spesies (30 menit)

49

Modul 1.6 : Persiapan penyemaian rotan dan MPTS (90 menit)

59

Modul 1.7 : Media penyemaian rotan dan MPTS (60 menit)

71

Modul 1.8 : Pemeliharaan (120 menit)

77

Modul 1.9 : Pindah tanam (40 menit)

84

Modul 1.10 : Manajemen rumah semai rotan dan MPTS (190 menit)

89

Modul 1.11 : Menghitung variabel biaya kegiatan rumah semai (45 menit)

103

Instrumen Evaluasi

114

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

7


MO D UL

1

MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Pelatihan Pembibitan (Nursery) MODUL PELATIHAN PEMBIBITAN ROTAN DAN MPTS Proses dan metode

Topik

Sub topik

Pengantar

Perkenalan dan kontrak belajar

• Tiap peserta mengenal satu sama lainnya dan terbentuknya kelompok belajar serta aturan dalam belajar. • Peserta memahami tujuan diadakannya kegiatan pelatihan pembibitan rotan dan MPTS

Pengundian nomor dan pembagian kelompok belajar

• • • •

Pengenalan Varietas rotan serta MPTS

• Mengenal daerah penghasil rotan. • Sumber bibit rotan dan MPTS

Peserta mengetahui : • daerah-daerah penghasil rotan; • jenis-jenis rotan dan MPTS; • buah rotan dan MPTS yang sudah siap diambil bijinya; • proses mengeluarkan biji rotan; • cara mengambil anakan rotan; • proses pemindahan anakan rotan ke rumah semai; dan • cara perbanyakan (multiplikasi) • benih MPTS.

Paparan Tanya jawab

• laptop,Infocus, • buah rotan, • benih MPTS, • wadah/polybag/potray, • PPT materi ajar.

8

M O D U L

P E L A T I H A N

Tujuan belajar

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

Materi/media kertas plano Spidol double tape balon

Durasi

(menit)

60 menit

70 Menit


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Tujuan belajar

Proses dan metode

Sub topik

Pengenalan fasilitas rumah semai

• Penentuan lokasi rumah semai • Bangunan rumah semai

• Peserta mengetahui berbagai peralatan yang digunakan. • Peserta mengetahui alat-alat penunjang persemaian

Paparan Diskusi

• PPT materi ajar • Laptop • Infokus

60 Menit

Manajemen pembibitan

• Pengumpulan bibit dari biji. • Pengumpulan bibit dari anakan. • Perbandingan biji dan anakan.

• Memahami proses pengambilan biji rotan. • Mengetahui cara menentukan biji yang baik untuk bibit. • Megetahui cara memproses biji agar terjaga dengan baik. • Memahami sumber bibit rotan yang bisa disemai. • Mmengetahui proses pengambilan dan perlakuan bibit dari anakan. • Peserta mampu menentukan pilihan sumber bibit rotan yang akan disemai.

Paparan Tanya jawab

• PPT Materi bahasan • Kertas Flano • Infocus • spidol

90 Menit

Multi purpose tree species / MPTS

Mengenal jenis tanaman non perkebunan

• Peserta memahami tentang MPTS. • Peserta mengetahui jenis MPTS

Paparan Tanya jawab

• PPT Materi bahasan • Kertas Flano • Infocus • spidol

30 menit

Persiapan persemaian rotan dan MPTS

• Pembuatan media tanam • Wadah atau kantong semai

• Para peserta bisa membuat kompos untuk media tanam penyemaian • Peserta memahami fungsi dan manfaat serta efek dari beragam kantong semai yang digunakan

Paparan Tanya jawab

PPT materi, Infocus,POC, bahan untuk kompos (Pohon pisang, hijauan dll), polybag,roockwool, potray tanah

90 Menit

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

Materi/media

Durasi

Topik

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

(menit)

R O T A N

9


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Topik

Proses dan metode

Tujuan belajar

Media tanam penyemaian

• Komposisi media tanam • Penanaman biji dan anakan

• Peserta bisa melakukan pembuatan media penyemaian dengan komposisi yang sesuai • Para peserta bisa melakukan kegiatan penyemaian baik dari biji maupun dari anakan

paparan tanya jawab praktik

• PPT materi paparan • Laptop • Infocus • Tanah,pasir,pupuk • Biji rotan dan anakan

60 Menit

Pemeliharaan

• Pemupukan pada penyemaian • Pengairan • Pengendalian hama dan penyakit • Penyiangan

• Peserta mengetahui komposisi penggunaan pupuk dasar dan pupuk susulan • Peserta mengetahui beberapa teknis penyiraman dalam rumah semai • Peserta mengetahui jenis hama dan penyakit pada rotan. • Peserta mengetahui cara mengendalikan serangan hama dan penyakit pada rotan • Peserta memahami dan bisa dalam menangani/pengendalian gulma

Paparan Tanya jawab

• PPT materi paparan • Laptop • Infocus • Contoh springkle

120 Menit

Pindah Tanam

Pemindahan kecambah dan anakan rotan

• Peserta memahami teknis dan waktu penyapihan kecambah • Peserta memahami teknis dan waktu pengambilan anakan • Peserta mengetahui waktu pemindahan bibit semai kelahan terbuka

Paparan Tanya jawab

• PPT materi paparan • Laptop • Infocus

40 Menit

10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

Materi/media

Durasi

Sub topik

(menit)


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Topik

Proses dan metode

Durasi

Sub topik

Tujuan belajar

Manajemen rumah semai (Rotan dan MPTS)

• Organisasi dan kebutuhan SDM. • Pembagian tugas dan rencana kerja. • Pengelolaan alat dan bahan (maintenance). • Pencatatan. • Pengelolaan limbah.

• Peserta mengetahui dan memahami tugas dan fungsi pengelola rumah semai. • Peserta bisa membuat perencanaan kerja rumah semai • Peserta memahami cara mengelola peralatan dan bahan. • Peserta mengetahui kegunaan alat dan cara menggunakan • Peserta memahami cara merawat peralatan dan bahan • Peserta memahami form-form yang ada dirumah semai • Peserta mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan limbah

Paparan Tanya jawab

• PPT materi paparan • Laptop • Infocus • Peralatan (PH meter dll) • Contoh form isian

190 menit

Variabel biaya rumah semai (rotan dan MPTS)

• Menghitung variabel biaya penyemaian rotan. • Menghitung variabel biaya penyemaian rotan.

1. Peserta bisa membuat kalkulasi biaya kegiatan rumah semai. 2. Peserta bisa menentukan harga pokok penjualan/HPP bibit.

• paparan • tanya jawab • diskusi kelompok

• PPT materi paparan, • laptop, • infocus, • kertas plano, dan • spidol.

45 menit

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

Materi/media

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

(menit)

R O T A N

11


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.1 PENGANTAR, PERKENALAN DAN KONTRAK BELAJAR (60 menit) Pengantar Penciptaan suasana belajar yang hidup; interaksi peserta dan tutor mencair. Pengungkapan pengalaman masingmasing peserta menjadi pengayaan terhadap materi yang disampaikan. Dinamika kelompok merupakan hal positif dalam proses belajar orang dewasa, sehingga pemahaman dari tujuan dilaksanakannya kegiatan belajar ini menjadi hidup, tidak kaku. Modul ini membahas tujuan belajar dan rencana belajar, perkenalan, pembahasan aturan dalam belajar, dan pengisian lembar tes awal (pretest). Subpokok bahasan : • Perkenalan dan pencairan suasana belajar • Tujuan kegiatan belajar TOT (training of trainer) • Membuat aturan dalam belajar yang disetujui bersama • Pretest (tes awal) Tujuan belajar : 1. Peserta memahami proses kegiatan perkenalan yang dilaksanakan. 2. Peserta memahami proses pelaksanaan kegiatan pelatihan. 3. Peserta memahami peraturan dalam belajar yang diputuskan bersama. Metode Belajar : Paparan. Media belajar : • PPT- Pengantar pelatihan dan tujuan pelatihan, 12

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

• • • • • •

laptop, infocus, kertas plano, spidol, double tape, dan lembar pretest.

Durasi waktu : 60 menit. Proses belajar 1.

Pembukaan kegiatan pelatihan oleh panitia.

5 menit

2.

Tutor membuka sesi perkenalan dengan menggunakan PPT 1 untuk memperjelas tujuan belajar, rencana belajar, serta hasil yang dicapai dari pelaksanaan kegiatan belajar.

10 menit

25 menit

4.

Tutor memandu perkenalan peserta melalui permainan sebagai berikut. • Mengajak peserta untuk berhitung (1 sampai 3) sambil mengangkat tangan dan jari sesuai hitungan yang disebutkan. hitungan diulang oleh peserta berikutnya hingga semua peserta mendapat bagian. Peserta harus mengingat nomornya masing-masing. • Tutor membagikan balon kepada semua peserta. • Tiap peserta meniup balon yang dibagikan. • Tiap peserta menuliskan nomor dan namanya pada balon. • Balon dikumpulkan kembali. • Peserta mengambil balon yang dikumpulkan secara acak. • Peserta menyebutkan nomor dan nama pemilik balon. • Peserta yang disebutkan nomor dan namanya berkumpul dengan peserta lain yang memiliki nomor sama. • Terbentuk tiga kelompok peserta yang diawali dengan pengelompokkan nomor. • Masing-masing kelompok berdiskusi untuk memilih ketua kelompoknya. Tutor memandu pembuatan tata tertib dan belajar.

5.

Tutor membagikan lembaran pretest kepada peserta untuk diisi.

10 menit

6.

Tutor mengumpulkan lembaran pretest dari masing-masing peserta.

5 menit

3.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

5 menit

R O T A N

13


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Le mb ar pretest N a m a : ............................ Perwakilan kelompok : ............................ Desa : ............................ Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar, untuk pertanyaan di bawah ini: I. Tanaman rotan dan penggunaannya 1. Tanaman rotan merupakan tanaman yang‌ . a. Dibudidayakan b. Tumbuh sendiri c. a dan b benar 2. Tanaman rotan digunanakan sebagai‌ . a. Kayu bakar b. Bahan baku kerajinan dan mebel c. Bahan kecantikan II. Daerah pertumbuhan rotan 1. Tanaman rotan dapat tumbuh subur di daerah... . a. Pesisir pantai b. Pegunungan c. a dan b benar 2. Sebutkan 3 (tiga) jenis rotan yang ada di daerah saudara? a. ...................................... b. ...................................... c. ...................................... III. Penyemaian rotan 1. Tanaman rotan dapat dibibitkan melalui‌ . a. Anakan

14

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

b. Biji c. a dan b benar 2. Tanaman rotan dapat disemai melalui cara… . a. Ditabur dalam tempat terbuka b. Ditabur dalam tempat yang diberi naungan c. Ditabur dalam tempat tertutup IV. Sumber daya alam hutan 1. Tanaman rotan termasuk kekayaan hutan jenis… . a. Kayu-kayuan b. Nonkayu c. Endemik 2. Guna menjaga pelestarian tanaman rotan, perlu dilakukan tindakan… . a. Menjaga hutan b. Menanam kembali c. a dan b benar V. Bentuk tanaman rotan 1. Tanaman rotan dapat dicirikan dengan… . a. Batang diselimuti oleh duri dan memanjat b. Batang memanjat mengikuti pohon panjatannya c. Batang dan daun tidak berduri dan tidak memanjat 2. Tanaman rotan merupakan tanaman yang berbuah dan berbiji dengan bentuk… . a. Lonjong b. Oval c. Bulat Jawaban : I. 1. c 2. b II. 1. b 2. ... .

III. 1. c 2. b IV. 1. b 2. c

M O D U L

V. 1. a 2. c

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

15


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

16

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

17


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.2 PENGENALAN VARIETAS ROTAN DAN MPTS (70 menit) Pengantar Menurut .Panduan Rotan & Laporan Pelatihan Furniture Rotan,Palembang. 201, terdapat 312 spesies rotan terhampar hampir di seluruh hutan yang ada di Indonesia. Namun, rotan paling dominan berada di pulau-pulau besar, seperti: Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatra. Di Indonesia terdapat 8 marga (genus) dari 13 marga (genus) rotan yang ada di dunia. Dari 312 jenis tersebut, sebagian telah dimanfaatkan untuk diperjualbelikan dalam industri kerajinan, maupun digunakan secara lokal. MPTS/Multipurpose tree Spesies merupakan aneka ragam tanaman yang bisa dibudidayakan, berfungsi sebagai naungan tanaman lain, dan pengganti tanaman yang sudah tidak ada. Modul ini membahas nama/istilah rotan secara umum maupun sebutan di masing-masing daerah, serta membahas mengenai sumber bibit rotan dan MPTS. Subpokok bahasan : • Mengenal daerah penghasil rotan (beragam jenis rotan dan MPTS) • Sumber bibit rotan dan MPTS Tujuan belajar : 1. Peserta mengetahui jenis dan istilah nama rotan secara umum maupun sebutan di daerahnya. 2. Peserta mengenali berbagai jenis rotan dari masing-masing daerah. 3. Peserta mengetahui sumber bibit rotan dan MPTS. 4. Peserta mengetahui ciri buah rotan dan MPTS yang sudah siap diambil bijinya. 5. Peserta mengetahui cara dalam proses mengeluarkan biji rotan dan MPTS 6. Peserta mengetahui teknik mengambil anakan rotan.

18

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

7. Peserta memahami proses pemindahan anakan rotan ke rumah semai. 8. Peserta bisa melakukan cara perbanyakan (multiplikasi) benih MPTS. Metode Belajar : Paparan, tanya jawab, diskusi kelompok, praktik. Media belajar : • PPT1: Pengantar dan materi pembahasan, • laptop, • infocus, • kertas plano, • spidol, dan • double tape. Durasi waktu : 70 menit. Proses belajar 1.

Tutor menjelaskan materi tentang beragam varietas/jenis rotan yang ada di dimasing-masing daerah.

2.

PPT 2, digunakan untuk memperjelas pemaparan materi beragam varietas rotan dengan pembagian materi pada slide paparan : Slide 1: mengenal rotan dan daerah penghasil. Slide 2: mengenal varietas/jenis rotan dan sebutan nama daerahnya. Slide 3: mengenal buah rotan dan anakan rotan. Slide 4: mengenal tanaman MPTS.

3.

Tutor mengundang peserta untuk tanya jawab/tukar pengalaman tentang rotan yang ada didarah peserta.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

5 menit

10 menit

10 menit

R O T A N

19


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

4.

5.

Tutor membagi tugas pada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tentang rotan di daerah peserta : • kelompok satu mendiskusikan ciri-ciri buah rotan yang sudah siap untuk dijadikan bibit serta cara mengambilnya.dan sumber bibit MPTS; • kelompok dua mendiskusikan ciri-ciri anakan rotan yang bisa dipindah ke rumah semai beserta cara pengambilannya; • kelompok tiga mendiskusikan tentang proses pengambilan biji rotan dari buah dan perbanyakan (multiplikasi) MPTS.

30 menit

• Tutor mengundang masing-masing perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. • Tutor mengundang peserta dari tiap kelompok untuk bertanya tentang hasil diskusi yang disampaikan kelompok lainnya.

15 menit

Tutor menutup sesi ini dengan apresiasi terhadap seluruh peserta.

Bahan bacaan :

Mengenal daerah penghasil rotan I. Pendahuluan Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Diperkirakan 80% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti : Philipina, Vietnam, dan negara-negara Asia lainnya. Daerah penghasil rotan yaitu Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua dengan potensi rotan Indonesia sekitar 622.000 ton/tahun. Rotan merupakan tumbuhan dari famili Arecaceae (Palem) yang memiliki kebiasaan memanjat. Rotan umumnya merambat, batangnya langsing, tidak berongga, dan berduri. Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 20

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

2–5 cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. . Duri rotan berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta diangkut. Orang-orang lebih suka memanen rotan daripada kayu. Oleh karena itu, kelebihan rotan ini dianggap sebagai hal yang dapat membantu menjaga kelestarian hutan. Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, produk rotan sudah banyak dikenal, terutama pada masyarakat bawah dan menengah. Selain kegiatan pengolahan rotan, maka perdagangan rotan juga telah banyak dilakukan. Terjalinnya hubungan dagang dengan pihak luar negeri memacu bertambahnya peran hasil rotan dalam meningkatkan kontribusi penerimaan negara.Rotan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pabrik atau home industry, bahan baku kerajinan, peralatan rumah tangga, peralatan perkantoran, bahan baku pembuatan mebel, dan kerajinan. Dengan demikian, rotan dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat, terutama masyarakat di sekitar hutan sebagai petani penghasil rotan. II. Tanaman Rotan Pembudidayaan rotan di Indonesia merupakan rangkaian pemanfaatan hasil hutan nonkayu yang cukup lama,. Usaha pembudidayaan ini telah lama dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan yang tinggal di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan daerah lainya. Kebun rotan yang pertama kali yang ditanam dan tercatat sebagai pionir dalam kegiatan pembudidayaan rotan di Indonesia, terletak dan berada di wilayah sekitar Desa Mengkatip dekat Kota Buntok, dan daerah sekitar Desa Dadahup, Kapuas. Kedua daerah ini berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan pembudidayaannya telah dilakukan sejak sekitar tahun 1850. Kegiatan pembudidayaan rotan yang pertama dilakukan dan umum dilakukan pada saat pertama kali kegiatan dimulai adalah dengan melakukan penanaman anakan rotan yang diambil dari alam, yang penanamannya dilakukan pada sela-sela pohon karet atau pohon hutan lainnya. Cara pembudidayaan rotan dengan hasil yang baik, dilakukan dengan cara membuat rintis (jalan di dalam hutan), yaitu dengan cara menebangi kayu-kayu kecil selebar 2 meter dari arah timur ke barat. Rintis yang telah dibuat M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

21


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

ditanami dengan bibit rotan kecil yang tumbuh di sekitar pohon rotan induk. Caranya, dengan mencabut dan memindahkannya langsung ke lokasi rintisan yang telah dibuat lubang tanam. Jarak tanamnya antara 6-8 meter. Selanjutnya anakan rotan tersebut dipelihara dengan rutin, dimana selama 6 sampai 12 bulan sekali dilakukan penyiangan terhadap tumbuhan pengganggu. Rotan yang terus dipelihara tersebut lambat laun akan bertunas dan berumpun. Tunas dan rumpun yang merambat pun dapat mencapai 50 – 100 batang dan dapat mencapai panjang 50 meter bahkan lebih. Di daerah Palembang, banyak penduduknya yang sangat tertarik untuk melakukan. Bahkan pembudidayaan rotan di sana telah berlangsung sejak tahun 1905. Pada saat itu banyak ladang bekas ladang berpindah, yaitu ladang yang telah panen lebih dari 2 – 3 kali dan tak produktip lagi. setelah ditinggalkan, lading tak produktif ditanami dengan tanaman karet dan tanaman rotan. Pada awalnya kegiatan pembudidayaan rotan di sana baru sebatas memelihara rotan dan anakannya yang tumbuh secara bebas di hutan-hutan. Ketika kegunaan rotan bukan hanya untuk kegunaan yang bersifat tradisional saja, tetapi juga untuk keperluan lainnya yang lebih luas dan maju, maka sejak itulah rotan menjadi salah satu sumber penghasilan yang cukup berarti bagi daerah-daerah tertentu, terutama diluar pulau Jawa. Setidaknya, manfaat ekonomis rotan ini telah dirasakan masyarakat setelah mulai diperdagangkan, baik antar pulau ataupun antar negara, yang dimulai sejak tahun 1918. Bagi rakyat sekitar hutan, kegiatan pemungutan hasil rotan selama ini dilakukan secara mandiri. Hal itu dilakukan tanpa upah karena dilakukan dan diambil dari hutan bebas. Kebutuhan akan rotan tidak hanya diambil secara bebas dari hutan alam. Rotan pun sudah sejak lama telah dibudidayakan. Ini terjadi, karena semakin terkurasnya rotan dari kawasan hutan yang mudah didatangi, serta makin sulitnya pengangkutan rotan alam dari pinggir-pinggir sungai. ketika penduduk mengalami kesulitan untuk mendapatkan totan dari alam, mereka beralih kepada pembudidayaan yang dekat dengan pinggir sungai dan tidak jauh dari lokasi desa. Jenis Tanaman Rotan

22

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Rotan dalam struktur dunia tumbuh-tumbuhan termasuk Divisio Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Ordo Spacadiciflorae dan Famili/Suku Palmae, dimana sampai saat ini sudah dikenal sebanyak 15 suku, yaitu : Calamus, Daemonorops, Khorthalsia, Plectocomia, Ceratolobus, Plectocomiopsis, Myrialepis, Calospatha, Bejaudia, Cornera, Schizospatha, Eremospatha, Ancitrophylum dan Oncocalamus. Dari jumlah suku yang telah ditemukan tersebut, telah diketahui sebanyak 9 suku dengan jumlah jenisnya, yaitu : Calamus (370 spp/jenis), Daemonorops (115 spp/jenis), halsia (31 spp/jenis), Plectocomia (14 spp/jenis), Ceratolobus (6 spp/jenis), Plectocomiopsis (5 spp/jenis), Myrialepis (2 spp/jenis), Calospatha (2 spp/jenis), dan Bejaudia (1 spp/ jenis). Di Indonesia sampai saat ini ditemukan sebanyak 8 jenis, yaitu Calamus, Daemonorops, Khorthalsia, Plectocomia, Ceratolobus, Plectocomiopsis, Myrialepis, dan Calospatha. Dari 8 suku tersebut, di Indonesia total jenisnya mencapai tidak kurang dari 306 jenis. Penyebarannya, di pulau Kalimantan sebanyak 137 jenis, Sumatera sebanyak 91 jenis, Sulawesi sebanyak 36 jenis, Jawa sebanyak 19 jenis, Irian sebanyak 48 jenis, Maluku sebanyak 11 jenis, Timor sebanyak 1 jenis dan Sumbawa sebanyak 1 jenis. Berikut ini adalah daftar jenis rotan yang tumbuh di Indonesia: 1. Rotan balubuk (Calamus burckianus Beccari); disebut juga sebagai howe balubuk (Sunda), rotan sepet, penjalin bakul (Jawa). Terdapat di Jawa. 2. Rotan taman (Calamus caesius Blume); Disebut juga sebagai sego (Aceh), segeu (Gayo), sego (Sumatera). Tersebar di Kalimantan dan Sumatera. 3. Rotan korod (Calamus heteroideus Blume); Disebut juga sebagai rotan lilin. Tumbuh di Jawa. 4. Rotan tohiti (Calamus inops Beccari); Disebut juga sebagai sambutan (Sulawesi, Maluku). Tersebar di Sulawesi dan Maluku. 5. Rotan lilin (Calamus javensis Blume); Tersebar di Kalimantan dan Sumatera. 6. Rotan manau (Calamus manan Miquel); Tumbuh di Sumatera dan Kalimantan. 7. Rotan buyung (Calamus optimus Becc.); Disebut juga sebagai buyung, selutup, sega bulu (Kalimantan). Daerah sebarannya meliputi Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

23


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

8.

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

18. 19.

20.

21. 24

Rotan seuti (Calamus ornatus Blume); Disebut juga sebagai howe seuti, rotan kasur (Jawa Barat), rotan kesup (Bengkulu), rotan lambang (Sulawesi Tengah), rotan buku dalam (Sulawesi Utara), minong atau munau (Kalimantan). Daerah sebarannya antara lain Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Rotan sigisi (Calamus orthostachyus Warburg ex Beccari); Disebut juga sebagai rotan popini, Tersebar di Sulawesi. Rotan sanjat (Calamus paspalanthus Beccari); Disebut juga sebagai rotan marau tunggal. Daerah sebaran: Kalimantan, Semenanjung Malaysia, dan Palawan. Rotan inun (Calamus scabridulus Becc); Tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Rotan dandan (Calamus schistoacanthus Blume); Tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Rotan semambu (Calamus scipionum Loureiro); Daerah sebarannya antara lain Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Rotan irit (Calamus trachycoleus Becc); Tumbuhan endemik Kalimantan. Rotan manau tikus (Calamus tumidus Furtado); Tumbuh di Sumatera. Rotan batang (Calamus zollingeri Beccari); Disebut juga sebagai batang putih, umul (Sulawesi), rotan air, halawaku malibat (Maluku). Tumbuh di Sulawesi dan Maluku. Rotan jernang besar (Daemonorops draco Blume); Disebut juga sebagai jernang, beruang (Sumatera Selatan), getik badag (Jawa Barat), getik warak (Jawa Tengah). Tersebar di Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Rotan seel (Daemonorops melanochaetes Blume); Disebut juga sebagai penjalin manis, dendek, rotan getah. Tersebar di Sumatera, Jawa, Malaysia, dan Thailand. Rotan batang susu (Daemonorops robusta Warburg); Disebut juga sebagai batang susu (Sulawesi Utara), batang merah (Sulawesi Tengah), rotan bulu rusa (Seram Ambon), noko (Sulawesi Tenggara). Tumbuh di Sulawesi dan Maluku. Rotan getah (Daemonorops rubra (Reinw. ex Blume) Mart.). Disebut juga sebagai rotan leules, rotan pelah, rotan selang, rotan teretes (Sunda), rotan penjalin sepet, rotan penjalin ayam (Jawa), rotan getah (Sumatera). Tersebar di Jawa dan Sumatera. Rotan udang (Korthalsia echinometra Beccari); Disebut juga sebagai rotan semut, rotan dahan, rotan meiya, M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

22. 23. 24. 25.

26. 27.

28.

29.

uwi hurang. Tersebar di Jawa, Sumatera, Bengkulu, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia. Rotan kapuas (Korthalsia ferox Beccari); Rotan endemik Kalimantan. Rotan dahanan (Korthalsia flagellaris Miq); Tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia. 24.Rotan sampang (Korthalsia junghuhnii Blume); Disebut juga Howe sampang, owe menceng. Tersebar di Jawa dan Sumatera. 25. Rotan cabang (Korthalsia rigida Blume); Disebut juga sebagai rotan dane (Aceh), rotan cabang dan rotan simpang (Berau, Kalimantan Timur), rotan marau (Sanggau, Kalimantan Barat). Tersebar di Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Palawan, dan Thailand. 26. Rotan bubuai (Plectocomia elongata Martius ex Blume); Disebut juga sebagai hoe bubuai (Sunda), menjalin warak (Jawa). Daerah sebarannya meliputi Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. 27. Rotan langgane (Plectocomia mulleri Blume); Disebut juga sebagai rotan langgane (Kalimantan Tengah); rotan sadak, sanggau (Kalimantan Barat); berau (Kalimantan Timur). Tersebar di Kalimantan dan Semenanjung Malaysia. 28.Rotan maldo jormal (Plectocomiopsis geminiflora (Griff.) Beccari); Disebut juga sebagai wi matar, rotan batu (Kalimantan), rotan gilang (Malaya), bungkulang, rotan buluh (Sumatera). Tersebar di Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaysia, dan Thailand Selatan. 29.Rotan samare (Plectocomiopsis mira J.Dransf.); Disebut juga sebagai rotan marak, wi matar, samare (Kalimantan). Tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia.

Disadur dari buku : Panduan Rotan & Laporan Pelatihan Furniture Rotan. 2016. Palembang. Halaman 5-7 untuk bahan bacaan.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

25


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

26

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

27


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

28

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

29


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

30

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.3 PENGENALAN FASILITAS RUMAH SEMAI (60 menit) Pengantar Guna menjaga ketersediaan bahan baku rotan, diperlukan langkah-langkah pelestarian rotan. salah satu cara yang digunakan adalah pengelolaan rotan berkelanjutan dari hulu hingga hilir. Pembibitan rotan dengan sistem rumah semai merupakan kegiatan yang sangat menunjang untuk dilakukannya kegiatan budidaya rotan. Dengan sistem rumah semai, akan dihasilkan bibit rotan maupun tanaman lainnya (MPTS) yang berkualitas. Modul ini membahas tentang teknik kegiatan pembibitan rotan dan MPTS dengan sistem rumah semai. Subpokok bahasan : • Penentuan lokasi rumah semai. • Agroclimate. • Bangunan rumah semai. Tujuan belajar : 1. Peserta mengetahui teknik penentuan lahan untuk penyemaian. 2. Peserta mengetahui berbagai peralatan yang digunakan. 3. Peserta mengetahui alat-alat penunjang penyemaian. Metode belajar : Paparan, tanya jawab,diskusi Media belajar : • PPT 3 : Pengantar dan materi paparan, M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

31


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

• laptop, • infocus, dan • alat ukur suhu, kelembaban, asam dan basa (PH meter,Thermometer, Hygrometer). Durasi waktu : 60 menit. Proses belajar : 1

Tutor memaparkan tentang proses menentukan lokasi rumah semai dan peralatan yang digunakan di rumah semai.

15 menit

2

Tutor memperjelas materi yang disampaikan tentang pengenalan fasilitas rumah semai dengan menggunakan PPT.3 meliputi : Slide 1: cara menentukan lahan, Slide 2: agroclimate (kesesuaian tumbuh), dan Slide 3: peralatan dan bahan dirumah semai.

15 menit

3

Tutor mendiskusikan dengan peserta tentang keadaan lokasi daerah peserta jika dijadikan kegiatan rumah semai.

20 menit

4

Tutor memperlihatkan alat ukur suhu, kelembaban, EC meter dan peralatan lainnya yang digunakan dirumah semai.

10 menit

Bahan bacaan :

Cara Menentukan Lahan Untuk Rumah Semai dan Pembibitan Rotan Dalam upaya meningkatkan produktifitas lahan, seperti bekas kebun karet yang sudah tua dan sudah tidak produktif, area ladang yang terlantar, dan area hutan rawang, dapat ditumpangsarikan dengan rotan. Dalam pemilihan

32

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

jenis rotan yang akan dibudidayakan, pertimbangan yang kiranya perlu diperhatikan adalah sifat dan kecepatan tumbuhnya dikaitkan dengan kecocokan lahan yang tersedia. 3.2 Pembibitan Rotan Bibit rotan dapat diperoleh baik dari biji yang disemaikan terlebih dahulu, maupun berasal dari anakan yang telah tumbuh secara alami di lantai hutan dan atau dari hasil pengambilan anakan rotan dengan cara memisahkan dari rumpunnya. 3.2.1 Bibit Rotan dari Penyemaian Tumbuhan rotan pada umumnya akan menghasilkan buah matang pada bulan Oktober dan November. Buah yang sudah matang ditandai dengan keluarnya semacarn lendir di sekelilingnya atau apabila warna buahnya telah menguning kecoklatan. Pengambilan buah rotan dapat dilakukan dengan menggunakan galah panjang yang ujungnya dilengkapi dengan pisau pengait. Untuk penanaman area seluas 1 (satu) hektar, rotan sega memerlukan buah sebanyak 200 kg; sedangkan rotan irit memerlukan 150 kg. Untuk membersihkan biji dari kulit dan daging buah serta kotorannya, buah rotan harus direndam terlebih dahulu dengan air dingin selama 1-2 malam. Kemudian buah diinjak-injak menggunakan kaki sampai bersih. Selanjutnya biji yang sudah bersih itu disimpan di tempat yang kering dan teduh. Untuk pengangkutan, biji rotan dibungkus menggunakan kertas koran dan daun pisang. Setelah itu, pembungkus dibasahi, lalu dimasukan ke dalam karung goni. Biji rotan tersebut akan tahan selama l0-14 hari jika kertas koran pembungkusnya tetap basah. Lokasi penyemaian diusahakan pada tanah yang datar dengan kemiringannya tidak lebih dari 10%. Tanahnya harus subur, gembur, kaya akan bahan organic, serta dekat dengan sumber air agar memudahkan dalam penyiramannya. Karena kecambah rotan tidak tahan terhadap cahaya penuh, maka tempat pembibitan harus berada di bawah pohon-

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

33


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

pohon peneduh, atau dapat juga dibuatkan naungan dengan atap alang-alang/daun kelapa yang dibuat sedemikian rupa sehingga cahaya matahari dapat tembus. Bedeng dibuat dengan ukuran 5 X 1 meter atau l0 X 1 meter, dengan jarak antara bedeng 60 cm. Biji rotan yang sudah dibersihkan (untuk biji rotan yang relatif besar ukuranya), ditaburkan di atas bedeng berbentuk barisan dengan jarak antarbaris 4 cm dan jarak antarbiji dalam barisan 2 cm. Biji rotan yang ukurannya kecil cukup dengan menghamburkannya di atas bedeng. Pemindahan kecambah rotan ke kantong plastik dapat dilakukan setelah kecambah berukuran 0,5-1,5 cm atau bila sudah berumur 2,5-3 bulan dan sudah memiliki 2 (dua) helai daun pertama. Jumlah kecambah untuk rotan sega dan rotan irit dalam setiap kantong plastik berisi 2 (dua) kecambah. Sedangkan Rotan manau dalam satu kantong plastik berisi satu kecambah yang panjangnya sudah mencapai 3-5 cm. Pemupukan sebaiknya memakai pupuk kandang yang dilarutkan dengan air terlebih dahulu. Penyiraman dilakukan setiap hari, yaitu pada waktu pagi dan sore hari. Untuk mencegah penyerangan oleh hama dan penyakit, perlu disemprotkan insektisida dan/atau fingisida. Bibit Rotan yang sudah berumur l-1,5 tahun atau sudah berdaun 5-7 helai, sudah siap untuk ditanam di lapangan. 3.2.2 Bibit Rotan dari Anakan Bibit rotan yang diambil dari alam harus dipilih berdasarkan ketinggiannya. Bibit rotan yang dipilih adalah yang tingginya sudah mencapai 20-30 cm. pengambilan bibit rotan dilakukan dengan cara dicungkil memakai parang. Usahakan agar tanahnya banyak yang terbawa terutama yang melekat dengan perakarannya. Bibit rotan ini dapat diperoleh baik dari rumpun tumbuhan rotan dan/atau dari anakan rotan yang tumbuh secara alami dari biji rotan yang bertebaran di lantai hutan. Anakan rotan tersebut kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik yang sebelumnya diisi tanah campur kompos. Daun-daunnya dipotong separuhnya untuk menjaga penguapan daun yang terlalu besar. Selanjutnya disimpan selama 2-3 bulan di tempat yang rindang. Bibit rotan harus disiram setiap pagi dan sore sebelum dipindahkan ke lapangan. 34

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Bila bibit rotan hasil penggalian ini tidak dimasukan ke dalam kantong plastic, maka bibit tersebut harus segera disimpan dalam air yang mengalir perlahan selama 2,5-3 bulan, untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas akar yang baru. Apabila telah muncul tunas-tunas akar baru, bibit tersebut sudah siap untuk dipindahkan ke lapangan. 3.3 Penanaman 1. Pengangkutan bibit rotan dilakukan dengan hati-hati, agar perakarannya tidak rusak atau terganggu. 2. Sebelum penanaman, bila bibitnya berjumlah cukup banyak terlebih dahulu disimpan di 3. tempat yang teduh, dan disiram tiap pagi dan sore hari. 4. Penanaman dilaksanakan pada awal musim penghujan. Bibit yang berkantong plastik sebelum ditanam harus dibuka lontongnya secara hati-hati. 5. Lobang tanam dibuat 2(dua) buah dengan ukuran masing-masing 30 X 30 X 20 cm di sekitar pohon yang akan menjadi tempat panjatannya. 6. Bibit ditanam dengan kedalaman 2-3 cm di atas leher akar, kemudian diurug dengan tanah gembur atau tanah bekas galian bagian atas. Bila tanahnya kurang subur, di setiap lobang tanaman diisi 3-5 kg pupuk kandang yang sudah dicampur tanah. 7. Penanaman bibit harus berdiri tegak lurus, kemudian diikatkan pada pohon panjatannya dengan tali yang mudah lapuk. 8. Rotan sega atau Rota Irit, jarakanya 10 x l0 meter dan tiap lobang berisi 2-4 bibit. untuk Rotan Manau, jarak tanamnya 6 x 6 meter dan tiap lobang tanam berisi I-2 bibit. 3.4 Pemeliharaan 1. Penyiangan tanaman dilakukan 3 4 kali dalam setahun, yaitu pada periode tanaman menghadapi masa kritis, sampai berumur 3 (tiga) tahun.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

35


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

2. Hama tanaman rotan adalah belalang yang memakan daun-daun yang masih muda, kemudian kera dan bajing yang biasanya memakan umbul atau pucuk daun muda. 3. Penyakit tanaman rotan biasanya disebabkan oleh sejenis jamur (Pestalosia sp.) yang menyerang daun dan pembusukan pada pangkal batang. Sejenis Virus menyerang tunas-tunas muda yang dapat mengakibatkan tumbuhan rotan menjadi kerdil. 4. Untuk mencegahnya, dapat dilakukan dengan cara penyemprotandengan insektiisida dan atau fungisida bilamana diperlukan. 5. Kebersihan antara rumpun rotan harus dijaga agar memudahkan perawatannya. 6. Pemupukan dilakukan selang 6 (enam) bulan selama 3 (tiga) tahun pertama. Disadur dari buku : Panduan Rotan & Laporan Pelatihan Furniture Rotan. 2016 Palembang. Halaman 9-10 sebagai bahan bacaan

36

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

37


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

38

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.4 MANAJEMEN PEMBIBITAN ROTAN (90 menit) Pengantar Untuk menjalankan kegiatan, suatu organisasi memerlukan penataan, pengaturan, dan pembagian tugas dari masing-masing pengelola kegiatan. Begitu pula di dalam melaksanakan kegiatan pembibitan rotan, diperlukan teknik dan manajemen agar pengelolaan pembibitan rotan sesuai dengan harapan. Modul ini membahas mengenai proses manajerial bibit rotan (pengumpulan bibit dari biji, pengumpulan bibit rotan dari anakan, pembibitan rotan dari biji, dan pembibitan rotan dari anakan). Subpokok bahasan : • Pengumpulan bibit dari biji • Pengumpulan bibit dari anakan • Perbandingan biji dan anakan Tujuan belajar : 1. Peserta memahami proses pengambilan biji rotan. 2. Peserta memahami cara menentukan biji rotan yang baik untuk bibit. 3. Peserta mengetahui cara memproses biji agar terjaga dengan baik. 4. Peserta mengetahui sumber bibit rotan yang bisa disemai. 5. Peserta memahami proses pengambilan dan perlakuan bibit dari anakan. 6. Peserta mampu menentukan pilihan bibit rotan yang akan disemai. Metode belajar : paparan dan tanya jawab. Media belajar : M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

39


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

• PPT 4 : Pengantar dan materi paparan, • laptop, dan • infocus. Durasi waktu : 90 menit. Proses belajar : 1.

Tutor memaparkan materi tentang manajemen pembibitan rotan, pengumpulan bibit dari biji rotan, pengumpulan bibit dari anakan rotan serta perbandingan bibit dari biji dan dari anakan.

2.

Tutor memperjelas paparannya dengan menggunakan PPT 4. Yang meliputi : Slide 1: proses pengumpulan bibit rotan dari biji. Slide 2: proses pengumpulan bibit rotan dari anakan. Slide 3: perbandingan bibit rotan dari biji dan dari anakan.

3.

Tutor membuka forum tanya jawab tentang pemaparan materi yang disampaikan dengan melibatkan peserta untuk ikut menjawab pertanyaan peserta lainnya, guna mengukur pemahaman materi yang telah disampaikan.

4

• Tutor mengundang peserta untuk melakukan diskusi di masing masing kelompoknya tentang cara pengambilan bibit rotan yang dilakukan oleh masyarakat dimana peserta tinggal : a. -kelompok 1 membahas jenis rotan dan ciri-cirinya yang ada di daerah dimana peserta tinggal; b. -kelompok 2 membahas cara masyarakat mengambil buah rotan; c. -kelompok 3 membahas cara mengambil biji rotan dari buahnya. • Tutor mengumpulkan hasil diskusi kelompok yang tertuang dalam kertas plano. • Tutor menutup sesi ini dengan apresiasi terhadap hasil diskusi kelompok.

40

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

30 menit

15 menit

R O T A N

15 menit

30 menit


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Bahan bacaan :

Cara Mendapatkan Sumber Benih dan Pengurusannya II. DIMANAKAH SEBAIKNYA BENIH DIKUMPULKAN? 1. Sumber benih Pohon atau tegakan yang digunakan sebagai tempat pengumpulan benih disebut sumber benih. Berdasarkan mutu benih yang dihasilkan, sumber benih dapat dibagi menjadi 4 kelas. Keempat sumber benih tersebut, secara berurutan berdasarkan mutu benih yang dihasilkan (dari yang terbaik sampai yang terendah), adalah sebagi berikut: • kebun benih, • area produksi benih (APB), • tegakan benih, dan • pohon benih. Kebun Benih. Kebun benih adalah tegakan yang ditanam khusus untuk produksi benih. Kebun benih memiliki famili/ klon yang sudah teridentifikasi. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam dan rancangan penanaman tertentu. Di setiap periode tertentu dilakukan penjarangan selektif untuk membuang pohon-pohon yang kurang baik. Kebun benih perlu diberi jalur isolasi untuk mengurangi kemungkinan penyerbukkan dari pohon-pohon di luar kebun benih yang mutunya tidak baik. Kebun benih yang baik memiliki sedikitnya 25 famili (lebih banyak famili lebih bagus). Kebun benih dapat berasal dari biji atau perbanyakan vegetatif. Selain menghasilkan benih, kebun benih juga dapat menghasilkan bahan perbanyakan vegetatif, seperti stek, pucuk, dan mata tunas. Area Produksi Benih (APB). Area produksi benih (APB) adalah tegakan benih yang telah ditingkatkan mutunya dengan penjarangan terhadap pohon-pohon yang tidak baik dan yang terserang hama dan penyakit. Penjarangan dilakukan hingga menyisakan pohon-pohon terbaik (kira-kira 100 pohon per hektar), dengan jarak tanam yang optimal untuk merangsang produksi benih. APB diberi jalur isolasi (semua pohon yang dapat kawin silang pada jarak 200 m dari

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

41


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

tepi area harus ditebang) untuk mengurangi resiko penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal dari pohon jelek di luar APB. Tegakan Benih.Tegakan benih adalah sekumpulan pohon yang telah diidentifikasi pada hutan alam atau tanam dengan fenotipe unggul sebagai sumber sifat-sifat penting (misalnya pohon lurus, percabangan ringan) dan digunakan untuk sumber benih. Tegakan benih harus cukup tua dan mampu memproduksi benih. Pohon Benih. Melihat kondisi pohon hutan yang ada saat ini, dalam jangka pendek, akan sulit untuk mendapatkan benih pohon dari sumber benih yang baik. Pada beberapa jenis pohon komersil seperti jati, akasia, dan eukaliptus, sumber benih bermutu sudah ada meskipun jumlahnya masih terbatas. Kebanyakan pohon hutan belum mengalami proses domestikasi atau pemuliaan yang lanjut. Oleh sebab itu, pengumpulan benih pohon tidak dapat dilakukan dari sumber benih yang baik. Jika tidak dapat mengumpulkan benih dari kebun benih, APB, atau tegakan benih, maka benih dapat dikumpulkan dari pohon benih yang baik. Pohon benih merupakan sumber benih yang utama bagi petani. Pohon benih adalah pohon-pohon yang baik yang terdapat di hutan alam, hutan tanam, dan di lahan petani yang benihnya dikumpulkan. Jumlah pohon benih di lahan petani sangat sedikit (biasanya kurang dari 10 pohon). Pohon tersebut biasanya ditanam sebagai pohon pelindung atau batas lahan. Umumnya asal usul benih tidak jelas. Mutu benih yang dihasilkan sebenarnya kurang baik, akan tetapi hanya itulah sumber benih yang tersedia. Oleh sebab itu, pemilihan pohon benih harus dilakukan sebaik mungkin untuk mendapatkan benih terbaik yang mungkin didapat yang akan menjadi pokok bahasan bab ini. 2. Pohon benih 2.1 Bagaimana sebaiknya menentukan pohon benih? Pemilihan pohon benih yang baik harus selalu dilakukan. Tujuannya untuk meningkatkan mutu benih yang dihasilkan. Berikut ini disajikan beberapa pedoman pemilihan pohon benih.

42

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

a. Pilih pohon benih pada tegakan terbaik dan lingkungan yang seragam. Penampilan pohon (fenotipe) ditentukan oleh sifat genetika (genotipe) dan faktor lingkungan, atau dapat dinyatakan dengan persamaan berikut. F=G+L F = fenotipe G = genotipe L = lingkungan Pohon dapat tumbuh dengan baik jika mempunyai sifat genetika yang baik, tumbuh pada lingkungan yang baik, atau sifat genetika dan lingkungan sama-sama baik. Akan tetapi, yang diwariskan dari induk ke turunannya hanyalah sifat genetika, sedangkan faktor lingkungan tidak diturunkan. Pohon benih yang digunakan untuk pengumpulan benih harus memiliki sifat genetika yang baik. Jangan memilih pohon benih yang baik hanya karena mendapat faktor lingkungan yang baik, bukan karena sifat genetikanya baik. Pemilihan pohon benih sebaiknya dilakukan pada lingkungan yang seragam. Pohon yang tumbuh baik pada lingkungan yang seragam akan memiliki sifat genetika yang baik, sehingga tidak akan sulit untuk memilih pohon. Pada lingkungan yang tidak seragam, sulit untuk memilih pohon yang mempunyai sifat genetika baik, karena pengaruh faktor lingkungan terlalu besar (A = pengaruh angin, B = pengaruh naungan, dan C = pengaruh genangan/drainase yang jelek). b. Pilihlah pohon terbaik dari tegakan tersebut dengan membandingkannya dengan pohon-pohon disekelilingnya. Untuk pemilihan pohon benih penghasil kayu misalnya, pilihlah pohon yang lurus dan tinggi, jangan pilih pohon yang pendek, bengkok, dan memiliki percabangan rendah. c. Jangan memilih pohon yang terasing (tidak ada pohon sejenis di dekatnya). Pohon dikatakan terasing bila tidak ada pohon yang sejenis pada radius 100 m. Bila pohon terasing dipilih, maka benih yang dikumpulkan merupakan hasil peyerbukan sendiri. Benih seperti ini tidak baik karena keturunan yang dihasilkan akan mengalami kemerosotan pertumbuhan. M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

43


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

1.2 Apakah kriteria pemilihan pohon benih? Kriteria pohon benih disesuaikan dengan tujuan penanaman. Kriteria untuk pohon penghasil kayu adalah • pertumbuhan tinggi dan diameter di atas rata-rata, • batang lurus, • batang bebas cabang yang tinggi, • tajuk normal sesuai dengan karakter jenis, • bebas hama dan penyakit, • sudah berbunga, • mutu kayu baik, dan • mukup tua. Kriteria untuk pohon penghasil makanan ternak, pupuk hijau, dan pagar hidup adalah • pertumbuhan cepat, • produksi daun tinggi, • daun cukup bergizi, • daya pangkas tinggi, • mudah diperbanyak secara vegetatif, • bebas hama penyakit, • pendek, • tahan kering, dan • cukup tua. Sedangkan kriteria untuk pohon penghasil buah adalah • pertumbuhan baik, • buah lebat, manis, besar, 44

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

• bebas hama dan penyakit, • percabangan pendek sehingga mudah dipanjat, • bebas hama penyakit, dan • cukup tua. 1.3 Berapakah sebaiknya jumlah pohon benih? Untuk menjaga keragaman genetika benih yang dihasilkan, pohon benih sebaiknya cukup banyak (sebaiknya lebih dari 30 pohon). Jumlah pohon benih yang banyak sangat penting untuk mempertahankan keragaman genetika benih yang dikumpulkan. Pohon umumnya bersifat menyerbuk luar. Keragaman genetika yang tinggi akan menghindari kemerosotan pertumbuhan akibat penyerbukan sendiri pada generasi selanjutnya dan akan menjamin daya adaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan di mana biji akan ditanam. Pohon benih yang terdapat pada lahan petani jumlahnya sangat terbatas, biasanya kurang dari 10 pohon. Kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan keragaman genetika benih yang dihasilkan. Benih yang dikumpulkan petani dikumpulkan dan dicampur lalu dibagi kembali. Setiap petani mendapatkan kembali benih yang telah tercampur sebanyak benih yang diberikannya. Meskipun jumlahnya sama akan tetapi masing-masing petani akan mendapat benih yang keragaman genetikanya lebih baik. 1.4 Berapakah sebaiknya jarak antar pohon benih ? Petimbangan jarak untuk pemilihan pohon benih sangat penting. Sebaiknya jarak antara pohon yang dipilih sebagai sumber benih melebihi jarak penyebaran benih. Pohon yang berada dalam jangkauan penyebaran benih, kemungkinan besar merupakan pohon yang berkerabat (berasal dari induk yang sama). Perkawinan antar pohon yang berkerabat menimbulkan pengaruh yang negatif. Jarak antar pohon yang cukup jauh (lebih dari 50 m) akan menjamin bahwa pohon benih tidak berkerabat. M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

45


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

1.5 Beberapa hal yang perlu disadari dalam pemilihan pohon benih Harus disadari bahwa benih yang dikumpulkan dari pohon benih pada hutan alam, hutan tanam, maupun tegakan di lahan petani, hanya sifat induk betinanya yang diketahui, sedangkan induk jantannya tidak diketahui, sehingga sifat tanaman dari benih yang dikumpulkan belum bisa dipastikan. Pohon sejenis di sekitar pohon benih yang dipilih sebagai sumber benih sangat menentukan mutu benih yang dikumpulkan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan benih yang lebih baik, pemilihan pohon benih harus dilakukan pada tegakan yang baik., sebagian besar pohon yang ada adalah pohon yang baik. Dengan demikian, besar kemungkinan untuk mendapatkan benih yang baik. Pada tegakan yang baik, Pohon benih akan mendapat serbuk sari dari pohon yang baik, sehingga keturunan yang dihasilkan sebagian besar akan baik. Meskipun pohon benih mendapat serbuk dari pohon yang kurang baik, keturunan dari benih yang dikumpulkan masih cukup baik. Sebaliknya, bila pohon benih dipilih pada tegakan sembarang, maka pohon benih dan pohon jantan di sekitarnya tidak baik. Benih yang dikumpulkan merupakan hasil perkawinan antara sesama pohon yang tidak baik, sehingga keturunan yang dihasilkan tidak baik. Serbuk sari baik + Biji baik = Keturunan baik Serbuk sari baik + Biji jelek = Keturunan cukup baik, meski tidak sebaik induknya Serbuk sari jelek + Biji jelek = Keturunan jelek Disadur dari buku : Pengelolaan Benih Pohon, Sumber Benih, Pengumpulan dan Penanganan Benih: Pedoman Lapang Untuk Petugas Lapang dan Petani. 2002. Penulis: Mulawarman, JM Roshetko, SM Sasongko dan D Irianto. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF). 2002. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan WinrockInternational. Bogor, Indonesia. 46 p. Halaman 6-11

46

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

47


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

48

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.5 MPTS/MULTIPURPOSE TREE SPESIES (30 menit) Pengantar Untuk mempercepat perbanyakan (multiplikasi), tidak semua tanaman diambil dari bijinya. Banyak tanaman buah-buahan yang teknik perbanyakannya menggunakan metoda stek, okulasi, dan cangkok. Pembibitan tanaman hutan pada rumah semai dapat menjaga kualitas tanaman, karena pengelolaan rumah semai menerapkan teknik pembibitan yang tepat dengan kualitas genetika yang baik, sehingga pembangunan hutan dengan aneka ragam tanaman yang memiliki kualitas bibit bergenetika baik akan menghasilkan tegakan tanaman yang baik pula.( Pengelolaan Benih Pohon. 2002. International Centre for Research in Agroforestry.) Modul ini membahas ragam tanaman hutan non perkebunan Subpokok bahasan : • Ragam tanaman tanaman hutan Tujuan belajar : 1. Peserta memahami tentang tanaman Multipurpose tree Spesies (MPTS). 2. Peserta mengetahui jenis MPTS non perkebunan. Metode belajar : paparan dan tanya jawab. Media belajar : • PPT 5 : Pengantar dan materi paparan, • laptop, • infocus.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

49


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Durasi waktu : 30 menit. Proses belajar : 1.

Tutor memaparkan materi tentang tanaman hutan non perkebunan yang ada di Indonesia.

10 menit

2.

Tutor menggunakan PPT 5, dalam menyampaikan paparan materi pelatihan.

5 menit

3.

• Tutor mengundang peserta untuk diskusi tentang beragam tanaman hutan non perkebunan yang sesuai dengan kondisi daerah masing-masing peserta, bersifat kelestarian alam, dan bisa menjadi sumber ekonomi masyarakat sekitar hutan. • Tutor mencatat hasil diskusi pada kertas plano.

Bahan bacaan :

15 menit

Hutan Sebagai Tanaman Pangan

IV. PENGEMBANGAN HUTAN TANAM PANGAN Konsep pengembangan pangan yang disusun berdasarkan pada kebijakan kehutanan, membuka kesempatan luas untuk membangun hutan tanam pangan atau membudidayakan tanaman pangan di area HTI, HTR, hutan desa, hutan kemasyarakatan, dan hutan tanam HHBK. Pengembangan pangan di hutan dibutuhkan bukan hanya untuk mendukung ketahanan pangan saja, namun juga untuk mendukung keberhasilan pengelolaan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta mengakomodasi kepentingan sebagian masyarakat yang sampai saat ini masih menggantungkan kebutuhan pangannya pada hutan. Yang perlu diperhatikan adalah budidaya tanaman pangan di hutan berbeda dengan budidaya tanaman pangan di lahan pertanian. Budidaya tanaman pangan di hutan adalah budidaya pepohonan dan tanaman selain pohon dengan penutupan tajuk pohon minimum 40%. Sedangkan budidaya tanaman pangan di lahan pertanian adalah budidaya tanaman pangan selain pohon atau dengan pepohonan yang terbatas. Oleh karena itu, tanaman pangan yang potensial dikembangkan di hutan adalah tanaman pangan yang berupa pohon maupun selain pohon yang tahan naungan. Tanaman pangan yang berupa pohon sebaiknya dibudidayakan secara campuran dan agroforestri, sedangkan tanaman pangan selain pohon hanya dapat dibudidayakan dengan pola agroforestri. 50

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Dalam Permenhut P.35/2007, tanaman pangan dikelompokkan menjadi 3 kelompok: (a) tanaman buah-buahan, (b) tanaman minyak lemak, dan (c) tanaman pati-patian. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan pangan di hutan dapat dilakukan dengan membangun hutan tanam buah-buahan, hutan tanam minyak lemak, dan hutan tanam pati-patian. Selain itu, beragam jenis tanaman pangan non-HHBK (tidak tercantum dalam Permenhut P.35/2007) juga telah lama dibudidayakan di hutan. Hutan yang ditumbuhi beragam jenis tanaman tersebut dikenal sebagai hutan tanam agroforestri (Puspitojati, 2011b;2011c). A. Hutan tanam Buah-Buahan Ada 36 jenis tanaman buah-buahan yang disarankan untuk dikembangkan dalam hutan tanam pangan. Tiga puluh lima jenis tanaman berupa pohon dan satu jenis tanaman berupa palem, yaitu: aren. Tanaman buah-buahan tersebut telah dibudidayakan oleh masyarakat dan perusahaan dalam skala terbatas sampai luas, baik untuk tujuan subsistem dan semikomersial maupun untuk tujuan komersial (Tabel 6). Tabel 6. Tiga puluh enam jenis pohon penghasil buah Nama-nama Latin Produk No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Nama Aren Asam Jawa Burahol Campedak Duku Durian Duwet Gandaria Jengkol Kecapi Kenari

M O D U L

Nama latin Arenga pinnata Tamarindus Stelechocarpus burahol Artocarpus cempeden Lansium domesticum Durio zibethinus Eugenia cumini Boucea macrophylla Phythe celobium sp. Sandoricum koecape Canarium commune

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

Produk Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

51


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

No. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.

Nama Kesemek Kemang Kesturi Kluwek Kluwih Kupa Lengkeng Makadima Mangga hutan Manggis Matoa Melinjo Mengkudu Menteng Nangka Pala Pala hutan Petai Rambutan Saga pohon Sawo Sawo duren Sirsak Srikaya Sukun

Nama latin Diospyros sp. Mangifera caesia Diospyros sp. Diospyros sp. Arthocarpus sp. Eugenia polycephala Dimocarpus longan Macadamia sp. Mangifera indica Garcia mangostana Pometia Pinnata Gnetum gnemon Morinda citrifolia Baccaurea racemosa Arthocarpus integra Myristica fragan Myristica fatua Parkia sp. Naphelium lapaceum Adenanthera pavonina Acras zapota Crysophyllum csinito Annona muricata Annona squamosa Artocarpus communis

Produk Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah

Sumber: Permenhut P.35/2007

Buah-buahan adalah pangan yang mengandung vitamin, mineral, dan bahan lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Sebagai contoh, buah rambutan bermanfaat untuk mengatasi gangguan diare dan obat penyakit jantung, sedangkan buah sawo mempunyai kasiat sebagai obat batuk dan melancarkan saluran pencernaan (Sunarjono, 2008). 52

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Dua dari 36 jenis tanaman tersebut tmenghasilkan karbohidrat, yaitu (a) aren yang menghasilkan nira sebagai bahan baku gula aren, dan (b) sukun yang menghasilkan buah berkarbohidrat tinggi. Uraian berikut akan membahas hutan tanam buah-buahan yang menghasilkan makanan sehat dan hutan tanam sukun yang menghasilkan makanan berkarbohidrat. 1. Buah-buahan Pengelolaan hutan tanam buah-buahan (HTB) yang bernilai komersial tinggi dilakukan secara intensif melalui kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran (Tim Penulis PS, 1993; Sunarjono, 2008; Paimin, 1998 dan Soedarya, 2009). Penanaman pohon dilakukan dengan jarak lebar bergantung pada ukuran tajuk pohon. Pohon bertajuk lebar seperti: lengkeng, rambutan, sawo, dan mangga ditanam dengan jarak 10 x 10 m. Pohon bertajuk sedang seperti duku ditanam dengan jarak 7 x 7 m. Sedangkan pohon dengan tajuk sempit seperti srikaya dan sirsak, ditanam dengan jarak 4 x 4 m. Dengan jarak tanam tersebut, hutan tanam memiliki penutupan tajuk sekitar 50%. Gambar 1, Pohon manggis, buahnya lezat dan ekstrak kulit buahnya bermanfaat bagi kesehatan, merupakan salah satu pohon buah-buahan yang potensial dikembangkan melalui hutan tanam. Sumber: Encep Rachman dan http:// agenacemakx.net

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

53


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Beragam kegiatan pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan, pemangkasan, penyiraman dan pencegahan hama penyakit, serta kegiatan pemanenan dilakukan setiap tahun. Kegiatan penyiangan dan pemupukan umumnya dilakukan 2 kali per tahun, sedangkan kegiatan penyiraman dan pencegahan hama penyakit dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pemangkasan bentuk dilakukan dua sampai tiga kali pada masa pertumbuhan vegetatif. Hasil pemangkasan bentuk adalah pohon yang mempunyai satu batang pokok, beberapa cabang pertama dan banyak cabang kedua. Untuk pohon mangga, sebagai contoh, hasil pemangkasan bentuk adalah pohon mangga yang mempunyai satu batang pokok, 3 cabang pertama dan 9 cabang kedua. Melalui pemangkasan bentuk tersebut, pohon akan tumbuh melebar dengan tinggi sekitar 5–10 m. Hal ini memudahkan pemeliharaan tanaman dan pemanenan buah. Pada pohon yang produktif, dilakukan pemangkasan pemeliharaan setiap tahun. Pemangkasan dilakukan sebelum pohon berbunga dan setelah panen. Tujuan pemangkasan sebelum pohon berbunga adalah menyediakan cadangan makanan untuk pertumbuhan buah. Sementara itu, tujuan pemangkasan setelah panen adalah memelihara tanaman agar dapat tumbuh dengan baik untuk musim buah berikutnya. Pohon yang sedang berbuah perlu dipelihara agar proses pembesaran buah berjalan dengan baik. Buah yang tumbuh berdekatan dijarangi, buah yang tumbuh di ranting kecil dipotong, dan buah yang tumbuh bergerombol dikurangi jumlahnya. Melalui penjarangan dapat diatur ukuran dan jumlah buah yang diproduksi. Kegiatan pengelolaan HTB yang paling akhir adalah pemanenan buah. Pemanenan berhubungan dengan sifat buah klimaterik dan nonklimaterik. Buah klimaterik seperti mangga, mengalami respirasi optimum setelah buah dipanen. Karena itu, buah klimaterik dipanen sebelum masak di pohon agar dapat dipasarkan ke tempat yang jauh. Sedangkan buah non-klimaterik mengalami fase respirasi optimum saat buah masih di pohon, atau buah harus dipanen setelah masak di pohon. Karena itu, buah nonklimaterik, seperti duku, lengkeng, dan manggis cenderung dipasarkan ke pasar terdekat. Dalam praktiknya, buah nonklimaterik sering dipanen sebelum buah mengalami respirasi optimum. Buah manggis untuk pasar ekspor, sebagai contoh, dipanen pada saat buah memiliki tingkat kematangan 4 sampai 54

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

5 (warna kulit buah merah keunguan). Sedangkan manggis untuk pasar dalam negeri dipanen pada saat buah memiliki tingkat kematangan 5 sampai 6 (warna kulit buah ungu kehitaman). Hal ini memerlukan keahlian tersendiri agar kelezatan buah tetap dapat dinikmati oleh konsumen. Secara finansial, pengusahaan HTB yang didukung saluran pemasaran yang baik adalah sangat menguntungkan. HTB, seperti mangga, duku, lengkeng, rambutan, dan durian yang dikelola secara intensif, pada usia 10 tahun dapat menghasilkan 6,5 ton buah/ha/tahun. Harga buah-buahan di supermarket berkisar Rp10.000,00–30.000,00/kg, harga buah ekspor sekitar US$ 1/kg dan harga buah di pasar tradisional sekitar Rp5.000,00/kg. Pada tingkat produksi dengan harga tersebut, perusahaan HTB dapat menghasilkan pendapatan kotor Rp 50 juta/ha/tahun (Puspitojati et al., 2012) 2. Sukun Tanaman sukun berasal dari Asia Tenggara. Saat ini sukun telah tersebar di seluruh negara tropis beriklim basah. Di Indonesia, sukun ditanam oleh masyarakat pedesaan di berbagai daerah. Propinsi yang menjadi sentra produksi sukun adalah Jawa Tengah (Cilacap, Sleman), Jawa Timur (Malang Selatan), NTT (Timor Tengah Selatan), dan Sulawesi Utara (Sangir Talaud) (Sunarjono, 2008). Sukun adalah tanaman hutan yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 30 m. Daun sukun lebar, menjari, dan berbulu kasar. Batangnya besar, agak lunak dan bergetah. Cabangnya banyak dan condong ke atas. Sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan baik pada dataran rendah hingga ketinggian 1200 m dpl, pada tanah alluvial yang banyak mengandung bahan organik, beriklim basah dengan curah hujan 2.000–3.000 mm/tahun dan pada pH tanah 6–7. Namun tanaman relatif tahan terhadap pH rendah, kekeringan, dan naungan. Di daerah dengan kadar garam agak tinggi dan sering tergenang air, tanaman sukun masih tumbuh dan berbuah. Varietas sukun yang disukai masyarakat adalah sukun lumut. varietas lumut dapat dibedakan menjadi 3 kultivar, yaitu berbuah kecil, sedang, dan besar. Varietas lumut disukai karena tekstur buahnya lunak namun padat. Perbanyakan tanaman umumnya dilakukan dengan stek akar. Perbanyakan dengan okulasi dan sambung pucuk tidak dianjurkan M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

55


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

karena keberhasilannya rendah dan lama berbuah. Perbanyakan dengan stek akar dilakukan dengan mengambil akar samping, memotongnya sepanjang 20–30 cm, dan menyemaikannya untuk dijadikan bibit. Akar samping yang tampak dipermukaan tanah sering mengeluarkan tunas. Tunas dapat dipotong beserta akar induknya untuk dijadikan bibit. Penanaman dilakukan pada bibit sukun yang mempunyai tinggi sekitar 75 cm, dengan jarak tanam 10 x 10 m, dalam lubang berukuran 40 x 40 x 30 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang sebanyak 10 kg. Sebelum berbuah, pemupukan diberikan 3 bulan sekali sebanyak 250–1000 gr NPK per pohon per tahun, sesuai dengan umurnya. Pada saat pohon mulai berbuah atau berumur 3–4 tahun, pemupukan dilakukan sebelum berbunga dan setelah panen raya. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman sukun adalah naungan. Bibit yang baru ditanam harus diberi naungan untuk melindungi tanaman muda dari sengatan sinar matahari dan pada musim kemarau perlu diberi air yang cukup. Pemangkasan pemeliharaan umumnya tidak dilakukan namun apabila percabangan kurang bagus maka batang utama dapat dipangkas agar bercabang banyak. Gambar 2. Pohon sukun, buahnya dapat diolah menjadi aneka makanan ringan dan tepungnya dapat menjadi substitusi tepung gandum, beras dan ketan, potensial dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Sumber : Encep.Rachman dan http: //uunhalimah.blogspot.com 52

56

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Hama yang menyerang tanaman sukun adalah penggerek batang Xyleberus sp. yang dapat mematikan batang dan lalat buah Docus sp. yang menyerang buah. Penggerek batang dapat diatasi dengan menutup lubang yang digerek dengan aspal atau menyiram batang dengan insektisida. Penyakit yang menyerang tanaman sukun antara lain adalah mati pucuk (Fusarium sp.) busuk buah (Phytophthora palmivora), dan busuk tangkai buah (Rizopus sp.). Penyakit ini tidak menjadi ancaman yang serius. Buah sukun dipanen setelah benar-benar tua. Tandanya, kulit buah merata dan berwarna kekuningan kusam, namun buah sukun yang dibungkus sejak pentil berwarna kuning cerah. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan galah berpisau dan perlu dijaga agar tidak jatuh ke tanah. Buah yang jatuh ke tanah dapat busuk dan berasa pahit. Hasil panen dapat mencapai 200–700 buah per pohon per tahun, dengan berat 1–6 kg per buah, tergantung kultivar. Dalam setiap hektar dapat dihasilkan buah sukun sebanyak 15 ton per tahun. Pemanfaatan sukun sebagai sumber pangan masih terbatas pada sukun goreng, sukun rebus, dan beberapa jenis makanan yang dibuat dari tepung sukun. Sebenarnya, tepung sukun adalah tepung serbaguna karena tidak mengandung gelatin, sehingga penggunaannya dapat dicampur dengan tepung lain seperti: tepung terigu, tepung beras, tepung beras ketan, dan tepung maizena (Suyanti et al., 2003). Secara umum, tepung sukun dapat mensubstitusi 25–75% tepung-tepung tersebut. Pencampuran tepung sukun dengan tepung yang lain memungkinkan campuran tepung tersebut diolah menjadi kue kering, cake, pancake, pastel, pie dan kue lapis. Dengan menggunakan tepung sukun sebagai tepung substitusi, penggunaan tepung terigu, maizena, beras, dan beras ketan dapat dihemat 25–75% (Suyanti et al., 2003). Disadur dari buku : Hutan tanam Pangan Realitas, Konsep, & Pengembangan. 2014. Penulis: Triyono Puspitojati, Encep Rachman, Kirsfianti L. Ginoga. Diterbitkan untuk : Kementrian Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. - PT Kanisius halaman 37-43. Disadur sebagai bahan bacaan semata.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

57


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

58

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.6 PERSIAPAN PENYEMAIAN ROTAN DAN MPTS (90 menit) Pengantar Media tanam dalam kegiatan pembibitan di rumah semai merupakan kunci didalam menghasilkan bibit yang berkualitas. Media tanam dengan komposisi unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman harus tersedia sejak awal hingga bibit siap untuk ditanam di lahan terbuka (open field). Modul ini membahas tentang teknik pembuatan media tanam serta wadah yang digunakan sebagai persiapan dalam melakukan kegiatan pembibitan di rumah semai. Subpokok bahasan : 1. Pembuatan media tanam 2. Wadah/ Kantong semai Tujuan belajar : 1. Para peserta bisa membuat kompos untuk media tanam penyemaian. 2. Peserta memahami fungsi dan manfaat serta efek dari beragam kantong semai yang digunakan. Metode belajar : Paparan, tanya jawab, video, dan praktik. Media belajar : • PPT 6 :Pengantar dan materi paparan, • video proses pembuatan pupuk organik, • laptop, • infocus, dan M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

59


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

• POC (pupuk organik cair), • bahan untuk kompos (pohon pisang, hijauan daun, dll.), • polybag, rockwool, potray tanah. Durasi waktu: 90 menit. Proses belajar : 1.

Tutor memaparkan materi tentang persiapan penyemaian rotan dan MPTS.

2.

Tutor menggunakan PPT 6 dan pemutaran video. Untuk memperjelas paparan materi yang meliputi : Slide 1: Cara membuat media tanam (seedbed/kantong semai). Slide 2: Cara membuat pupuk organik/kompos. Slide 3: Wadah/kantong semai yang digunakan.

3.

Tutor mengundang peserta melihat proses pengolahan media tanam dan pembuatan pupuk organik melalui tayangan video.

10 menit

4.

Tutor mengundang peserta untuk melakukan praktik pembuatan pupuk organik/kompos dengan bahan -bahan yang telah disiapkan. 1. Masing-masing kelompok mencatat bahan-bahan yang digunakan. 2. Salah satu kelompok mewakili praktik dengan membagi tugas, sebagian mencacah bahan yang disiapkan, sebagian menyiapkan tempat/wadah, dan sebagian mencampur bahan yang sudah dicacah dan dihancurkan. 3. Sebagian dari peserta yang mewakili dan peserta lainnya mencatat proses pelaksanaan praktik membuat kompos.

40 menit

5.

1. Tutor memperkenalkan berbagai wadah yang digunakan dalam penyemaian. 2. Sebelum menutup sesi ini, tutor mengundang perwakilan dari tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pembelajaran yang diterima dalam sesi ini. 3. Tutor menutup pertemuan sesi ini dengan tepuk tangan bersama, sebagai apresiasi atas semangat belajar yang dijalankan.

60

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

10 menit

R O T A N

15 menit

15 menit


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Bahan bacaan :

Cara Membuat Kompos Organik

Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan, yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman. Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda. Cara membuat kompos metode aerob Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50%, dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebog pisang, dan kotoran unggas. Apabila kekurangan bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam padi ke dalam adonan pupuk. Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari. Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala, tumpukan kompos harus dibalik untuk menstabilkan suhu dan kelembabannya. berikut cara membuat kompos metode aerob : • Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan. • Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan kayu yang memiliki lebar 30-40 cm.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

61


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Searah jarum jam: (1) Pemilihan lokasi pengomposan; (2) Membuat bak/kotak kayu; (3) Menyeleksi dan merajang bahan baku; (4) Memasukkan bahan baku baku kedalm bak kayu.

62

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organik tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil. Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik. Namun jangan sampai terlalu halus, agar aerasi bisa berlangsung sempurna saat pengomposan berlangsung. • Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak kayu, kemudidan padatkan. Isi seluruh bak kayu •

Gambar searah jarum jam: (1) penyiraman dan penambahan dekomposer, (2) proses penumpukkan kompos, (3) merapihkan tumpukan, (4) pembalikan kompos.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

63


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

hingga penuh. • Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk memberikan kelembaban. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan starter berupa mikroorganisme pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut. Setelah itu, naikkan bak papan ke atas, kemudian tambahkan lagi bahan-bahan lain. Lakukan terus hingga ketinggian kompos sekitar 1,5 meter. • Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga 65oC, biarkan keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur, dan gulma. Perlu diperhatikan bahwa proses pembiaran jangan sampai lebih dari 4 hari. jika lebih dari empat hari, maka berpotensi membunuh mikroorganisme pengurai kompos. Apabila mikroorganisme dekomposer ikut mati, kompos akan lebih lama matangnya. • Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian mikroorganisme dekomposer. Jaga suhu optimum pengomposan pada kisaran 45-60oC dan kelembaban pada 40-50%. Cara menjaga suhu adalah dengan membolak-balik kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban, siram kompos dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi. Untuk mencegahnya, kita bisa menutup tumpukan kompos dengan terpal plastik, sekaligus juga melindungi kompos dari siraman air hujan. • Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan dengan metode berikut: Angkat bak kayu; lepaskan dari tumpukan kompos; lalu letakan persis disamping tumpukan kompos; kemudian pindahkan bagian kompos yang paling atas kedalam bak kayu tersebut sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di tahap awal. Lakukan terus hingga seluruh tumpuka kompos berpindah kesampingnya. Dengan begitu, semua kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan selesai. Atau balik apabila suhu dan kelembaban melebihi batas yang ditentukan. • Apabila suhu sudah stabil dibawah 45oC, warna kompos menjadi hitam kecoklatan dan volume pun menyusut hingga 50%. Jika kondisi ini tercapai, hentikan proses pembalikan. Selanjutnya adalah proses pematangan selama 14 hari. 64

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

• Secara teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari. Namun kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat, tergantung dari keadaan dekomposer dan bahan baku kompos. Pupuk kompos yang telah matang dicirikan dengan warnanya yang hitam kecoklatan, teksturnya gembur, dan tidak berbau. • Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos hendak dijual) dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya kompos diayak dan di kemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di tempat kering dan teduh. Gambar searah jarum jam: (1) penyiraman dan penambahan dekomposer, (2) proses penumpukkan kompos, (3) merapihkan tumpukan, (4) pembalikan kompos.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

65


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Proses pembuatan kompos aerob cocok untuk produksi kompos dalam jumlah besar. Untuk melihat lebih jauh tentang cara membuat kompos dengan metode aerob, silahkan tonton video tutorial berikut ini: Cara membuat kompos metode an-aerob Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses pengomposannya. Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti Efektif Mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio, probio, dll.. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme. Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan. Suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-40%. Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob.  Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.  Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam.  Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab bisa disemprotkan air. 66

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

 Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah dicampur tadi. Kemudian tutup

rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC.  Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape. Disadur dari Internet : Cara Membuat Kompos Organik. di Unduh 17 Nop 2016. Tulisan tersebut disadur hanya sebagai bahan bacaan

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

67


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

68

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

69


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

70

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.7 MEDIA TANAM PENYEMAIAN ROTAN DAN MPTS (60 menit) Pengantar Selain dari unsur tanah dan pupuk, media tanam untuk penyemaian bibit bisa juga menggunakan arang sekam atau cocopeat yang dicampur pupuk kandang/kompos dengan komposisi yang baik. Selain pupuk dasar dari pupuk kandang atau kompos, diberikan pula pupuk tambahan berupa pupuk kimia yang berimbang. Modul ini membahas tentang proses pencampuran bahan-bahan untuk media tanam dengan komposisinya, pemberian pupuk susulan, dan teknik penanaman biji serta anakan pada media semai. Subpokok bahasan : • Komposisi media tanam • Penanaman biji dan anakan Tujuan belajar : 1. Peserta bisa melakukan pembuatan media penyemaian dengan komposisi yang sesuai. 2. Para peserta bisa melakukan kegiatan penyemaian baik dari biji maupun dari anakan. Metode belajar : Paparan, tanya jawab, dan praktik. Media belajar : • PPT 7: Pengantar, materi paparan, tanya jawab, dan praktik; • laptop; • infocus; • tanah, pasir, dan pupuk; • biji rotan dan MPTS. M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

71


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Durasi waktu: 60 menit. Proses belajar : 1. 2.

Tutor memaparkan materi tentang penggunaan tanah untuk media semai yang dikomposisikan dengan media lainnya, teknik semai biji dan anakan, dan cara penyapihan bibit rotan . Tutor menggunakan PPT 7, untuk menjelaskan paparan materi yang meliputi : Slide 1: cara membuat komposisi tanah, pupuk, dan pasir. Slide 2: cara menyimpan biji rotan pada media semai. Slide 3: cara penyapihan bibit di penyemaian. Slide 4: cara menyimpan benih anakan pada media semai.

10 menit 20 menit

3.

1. Tutor mengundang peserta untuk melakukan praktik membuat komposisi media tanam untuk masa perkecambahan dan media untuk masa pertumbuhan, penanaman benih dari biji dan penanaman benih dari anakan pada media semai. 2. Tutor meminta perwakilan peserta untuk melaksanakan praktik pencampuran media tanah,pupuk dan pasiryang sudah disiapkan. 3. Bahan yang sudah dicampur disimpan pada tempat berupa baki atau kantong plastik polybag.

15 menit

4.

Sebelum menutup sesi ini, tutor mengundang perwakilan dari tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pembelajaran dari praktik yang telah dilaksanakan.

15 menit

Bahan bacaan :

Cara membuat komposisi media semai

Tanah yang digunakan untuk media tanam penyemaian, diambil dari bagian atas (top soil) dengan kedalaman 20 sampai 30 cm. Selanjutnya tanah dicampur dengan pupuk organik (kotoran ayam, kambing, dan sapi), atau kompos hasil permentasi yang sudah matang, dengan komposisi 2 untuk tanah 1 untuk pupuk organik atau kompos. Selain dari unsur tanah dan pupuk, media untuk penyemaian bibit bisa juga menggunakan arang sekam atau cocopeat yang dicampur dengan pupuk kandang/kompos yang sudah matang, dengan komposisi: 1 arang sekam; 2 cocopeat; 2 pupuk kandang/kompos. Selain pupuk dasar dari pupuk kandang atau kompos, diberikan pula pupuk tambahan berupa pupuk kimia nitrogen dengan dosis sebanyak 10 sampai 20 gram per kantong semai. 72

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

(Rattan Plantation Establishment and Management. 2004. Wiyono dan Santos JR. Hal.24.) Bahan bacaan : Mengenal Rotan dan Komposisi Media Penyemaian. I. PENDAHULUAN Rotan merupakan salah satu jenis komoditi hasil hutan nonkayu Indonesia yang bernilai ekonomi cukup tinggi, baik sebagai sumber mata pencaharian rakyat, juga sebagai sumber devisa bagi negara (Ahmad, 1993), dengan nilai ekspor sebesar 71.804 ton pada tahun 1996/1997 (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1998). Indonesia merupakan penghasil 90% rotan dunia (Sinaga, 1997). Dewasa ini sumberdaya rotan sedang terancam serius karena hilangnya habitat hutan yang diubah menjadi lahan pertanian atau penggunaan tanah lainnya dan oleh eksploitasi yang berlebihan (Pudjaatmaka, 1996, dalam Info Hutan Vol. V No. 4: 347-354, 2008. 347). Rotan jenis manau (Calamus manan Miq.) kebanyakan dipungut dari hutan alam, dan hanya sedikit saja yang berasal dari hutan tanam. hal ini, apabila tidak diikuti dengan penanaman maka dikhawatirkan pasokan bahan baku industri, baik di dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri akan terus menurun (Panjaitan, 2003; Ahmad, 1993). Konsekuensi logis dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah diadakannya pembudidayaan rotan secara besarbesaran untuk memenuhi permintaan pasar dunia secara berkelanjutan (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1998). Namun demikian, dalam dalam mengatasi persoalan tersebut, usaha budidaya rotan masih menghadapi banyak masalah. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah informasi mengenai aspek-aspek silvikultur yang belum banyak dikuasai dan dikembangkan. Nainggolan (1986) menyatakan beberapa masalah yang dihadapi dalam usaha budidaya rotan meliputi penanganan benih, manajemen pembibitan, dan lingkungan pertumbuhan yang optimum untuk tanaman rotan.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

73


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan penelitian aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan rotan, antara lain: penanganan benih, perkecambahan benih, dan pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh berat benih dan jenis media tabur terhadap perkecambahan benih jenis rotan manau (Calamus manan Miq.). II. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2006 di Rumah Kaca Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah berat benih (B) dan faktor kedua adalah media semai (M). Setiap kombinasi perlakuan menggunakan 15 benih dengan empat kali ulangan, sehingga benih yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 2 x 3 x 4 x 15 = 360 benih. Tabel (Table) 1. Taraf perlakuan berat benih (B) dan jenis media tabur (M) (Treatment level of seed weight and germination medium) Berat benih (Seed weight) (B) Kode (Code)

Perlakuan (Treatment)

Jenis media tabur (Type of medium germination) (M) Kode (Code)

Perlakuan (Treatment)

B1

Benih Berat (> 1,27 g)

M1

Tanah olah + Serbuk gergaji (3 : 1)

B2

Benih Ringan (< 1,27 g)

M2

Tanah olah + Pupuk kandang (3 : 1)

M3

Tanah olah + Pasir (3 : 1)

Disadur dari : Perkecambahan Benih Rotan Manau (Calamus manan miq.) Berdasarkan Berat Benih Dan Jenis Media Tabur. Penulis: Kusdi dan Imam Muslimin. Balai Penelitian Kehutanan Palembang, Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu PO. BOX. 179 Telp./Fax. 414864 Palembang e-mail : tembesu@telkom.net. Halaman 347-348. Diterima : 21 September 2007; Disetujui : 20 September 2008 tulisan ini disadur sebagai bahan bacaan.

74

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

75


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

76

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.8 PEMELIHARAAN (120 menit) Pengantar Untuk mendapatkan tanaman sehat, dibutuhkan lingkungan yang sehat pula di sekitar tanaman. Keberadaan lingkungan yang sehat menjadi daya dukung utama dalam menghasilkan bibit yang berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan teknik penjagaan atau pengendalian hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman. Selain penjagaan atau pengendalian hama dan penyakit, dibutuhkan juga ketersediaan unsur hara yang berimbang dan selalu tersedia pada area di mana tanaman itu tumbuh. Modul ini membahas tentang teknik pemeliharan tanaman, pemupukan pada penyemaian, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, serta gulma. Subpokok bahasan : • Pemupukan pada penyemaian • Teknik penyiraman pada penyemaian • Pengendalian hama dan penyakit • Penyiangan Tujuan belajar : 1. Peserta mengetahui komposisi penggunaan pupuk dasar dan pupuk susulan. 2. Peserta mengetahui beberapa teknik penyiraman dalam rumah semai. 3. Peserta mengetahui jenis hama dan penyakit pada rotan. 4. Peserta mengetahui cara mengendalikan serangan hama dan penyakit pada rotan. 5. Peserta memahami dan bisa menangani/pengendalian gulma.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

77


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Metode belajar : paparan, tanya jawab, dan menonton video. Media belajar : • PPT 8 : Pengantar dan materi paparan, • laptop, • infocus, • video, • springkle, • perangkap serangga. Durasi waktu: 120 menit. Proses belajar : 1.

Tutor menyampaikan judul sesi ini tentang pemeliharaan, dengan mengajak peserta untuk memahami pengertian pemeliharaan tanaman secara umum dan secara khusus.

2.

Tutor menggunakan PPT 8 dan video untuk memperjelas materi belajar yang disampaikan, meliputi : 1. penggunaan pupuk dasar; 2. penggunaan pupuk susulan; 3. teknik penyiraman penyemaian; 4. hama dan penyakit rotan muda; 5. cara pengendalian hama,penyakit; dan 6. pengenalan jenis gulma dan cara pengendaliannya.

3.

78

Tutor mengundang peserta dengan kelompoknya untuk mendiskusikan pengalaman di daerahnya tentang pemeliharaan tanaman yang dilakukan masyarakat berkaitan dengan materi yang disampaikan. Pembagian bahasan meliputi : Kelompok 1: membahas cara pemeliharaan tanaman. Kelompok 2: membahas cara pengendalian hama dan penyakit. Kelompok 3: membahas tentang gulma dan penanggulangannya.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

30 menit

30 menit

40 menit


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

4.

Tutor mengundang perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Tutor mengundang peserta untuk bertanya atas hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok lainnya.

5.

Tutor menutup pertemuan belajar dengan memberi apresiasi kepada seluruh peserta.

20 menit

Bahan bacaan :

Pemberian Nutrisi dan Pengendalian Hama Nutrition- Depending on the soil nutrient status and the conditions/ requirements of the rattan species, 6.a Sufficient amount of organic and inorganic fertilizers should be applied to rattan plants to ensure better growth and development. 6.b Apply fertilizer during rainy season. Normally, the type and dosage of fertilizers are determined b ased on the results of soil analysis and the kind of growth of particular rattan species. 6.c In the Philippines, the following types and dosages of fertilizers were found to stimulate the growth and development of rattans: 6.c.1 10 grams of complete fertilizer (14-14-14) per hill a month after planting and with 6 grams of the same type of fertilizer per hill every 6 months for 3 years after establishment; 6.c.2 5 to 7 g of complete fertilizer (14-14-14) per hill once a year for three consecutive years with the first application to be done at the beginning of the 2nd weeding operation (PCARRD, 1991); Nutirsi – bergantung pada kondisi nutrisi dalam tanah dan keadaan/kebutuhan jenis rotan,6.a tercukupinya jumlah pupuk organik dan anorganik harus diberikan pada tanaman rotan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik. 6.b Berikan pupuk pada musim hujan. Umumnya, jenis dan jumlah pupuk ditentukan berdasarkan hasil analisis tanah dan jenis pertumbuhan jenis rotan yang bersifat khusus. 6.c 110 gram pupuk lengkap (14-14-14) per pohon satu bulan setelah penanaman dan ditambah dengan 6 gram jenis pupuk yang sama per pohon setiap 6 bulan selama 3 tahun setelah establishment. 6.c.2,5 sampai 7 gram pupuk lengkap per pohon sebanyak satu kali selama 3 tahun dengan pemberian yang pertama selesai dilakukan pada awal proses pemusnahan gulma ke dua (PCARRD, 1991).

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

79


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Integrated Pest Management (IPM) 8.a Not much information on the pest and diseases of rattans in plantation are available. 8.b One of the major pests that observed is the rhinoceros beetle, Oryctes rhinocerous(L.) (Coleoptera: Scarabaeidae) (Figure16). This beetle attacks the shoot of the rattan regardless of the growth stage of rattan. 8.c Application of systemic pesticide like Furadan at 20 to 50 g per hole before planting and during the subsequent life stages of rattan, as practiced in Indonesia (Wiyono and Santos, Jr., 2004) is recom- mended. Similarly, during the early growth and development of rattan, rats can be potential problem since these animals like to relish the shoot of the newly planted rattans. Trapping and/or application of ro- denticide (rat poison) around the base of the newly planted rattan is likewise necessary to minimize mortality. Integrated Pest Management (IPM)/pengendalian hama 8.a Tidak ada banyak informasi mengenai hama dan penyakit pada tanaman rotan. 8.b Hama yang paling banyak diobservasi adalah rhinoceros beetle, Oryctes rhinocerous (L.) (Coleoptera: Scarabaeidae) (Figure16. Kumbang menyerang tunas rotan yang akan memasuki masa pertumbuhan. 8.c Penggunaaan petisida yang umum seperti Furadan 20 hingga 50 gram per lubang tanaman sebelum penanaman dan selama masa pertumbuhan rotan sucessive seperti yang dipraktikan di Indonesia (Wiyono dan Santos, Jr., 2004) direkomedasikan. Begitu juga, selama masa awal pertumbuhan dan perkembangan tanaman rotan, tikus bisa menjadi masalah yang potensial selama hewan ini suka memakan tunas tanaman rotan yang baru ditanam. Jebakan tikus dan atau penggunaan rodentisida (racun tikus) di sekitar area tunas tanaman rotan yang baru ditanam juga dibutuhkan untuk meminimalisir kematian. Disadur dari buku : Rattan Plantation Establishment and Managemen:, Demonstration and Application of Production and Utilization Technologies for Rattan Sustainable Development in The Asean Member Countries [Itto-Philippines-Asean Rattan Project]. Penyaduran tulisan tersebut hanya untuk bahan bacaan

80

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

81


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

82

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

83


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.9 PINDAH TANAM (40 menit) Pengantar Fase pemindahan benih rotan meliputi : fase pertama, pemindahan benih berupa kecambah dari penyemaian awal ke fase berikutnya; fase dua, penyemaian penyapihan; fase tiga, penanaman dilahan terbuka. Untuk pemindahan benih dari anakan, hanya melalui dua fase, yaitu fase pemindahan dari lahan terbuka ke rumah semai dan fase penanaman di lapangan terbuka. Modul ini membahas tentang proses pemindahan benih dari kecambah, jika benih berasal dari biji; dan pemindahan benih dari lahan terbuka ke rumah semai, jika benih diambil dari anakan. Subpokok bahasan : Pemindahan kecambah dan anakan rotan Tujuan belajar : 1. Peserta memahami teknik dan waktu penyapihan kecambah. 2. Peserta memahami teknik dan waktu pengambilan anakan. 3. Peserta mengetahui waktu pemindahan bibit semai ke lahan terbuka. Metode belajar : paparan dan tanya jawab. Media belajar : • PPT 9 : Pengantar dan materi paparan, • laptop, • infocus. Durasi waktu: 40 menit.

84

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Proses belajar : 1. 2.

Tutor memaparkan materi tentang fase-fase pemindahan bibit dari biji dan dari anakan. Tutor menggunakan PPT 9 dalam memperjelas penyampaian materi belajar dengan menampilkan : Slide 1: teknik dan waktu penyapihan benih rotan. Slide 2: teknik dan waktu pengambilan anakan rotan.

3.

1. Tutor membuka ruang tanya jawab dan penyampaian pengalaman peserta tentang kegiatan penyemaian rotan yang dilakukan sendiri atau yang dilakukan orang lain. 2. Tutor menutup sesi ini dengan tepuk tangan bersama.

15 menit 10 menit

15 menit

Bahan bacaan :

Cara Mendapatkan Benih, Cara Pemindahan Bibit, dan PemeliharaanTanaman Rotan 3.0.1

Bibit Rotan dari Penyemaian

Tumbuhan rotan pada umumnya akan menghasilkan buah matang pada bulan Oktober dan November. Buah yang sudah matang ditandai dengan keluarnya semacam lendir di sekelilingnya, atau bila warna buahnya telah menguning kecoklatan. Pengambilan buah rotan dapat dilakukan dengan menggunakan galah panjang yang ujungnya dilengkapi dengan pisau pengait. Untuk penanaman area seluas 1 (satu) hektar, rotan sega memerlukan buah sebanyak 200 kg dan rotan irit memerlukan 150 kg. Untuk membersihkan biji dari kulit dan daging buah serta kotorannya, harus direndam terlebih dahulu dengan air dingin selama 1-2 malam. Kemudian diinjak berkali-kali sampai bersih. Selanjutnya biji yang sudah bersih itu disimpan di tempat yang kering dan teduh. Pengangkutan biji rotan dibungkus dengan kertas koran dan daun pisang. Setelah dibasahi, dimasukan ke dalam karung goni. Biji rotan tersebut akan tahan selama l0-14 hari, bila kertas koran pembungkusnya tetap basah. M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

85


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Lokasi penyemaian diusahakan pada tanah yang datar dengan kemiringannya tidak lebih dari 10%. Tanahnya harus subur, gembur, dan kaya akan bahan organik, serta dekat dengan sumber air agar memudahkan dalam penyiraman. Karena kecambah rotan tidak tahan terhadap cahaya penuh, maka tempat pembibitan harus berada di bawah pohon-pohon peneduh, atau dapat juga dibuatkan naungan dengan atap alang-alang/daun kelapa yang dibuat sedemikian rupa sehingga cahaya matahari dapat tembus. Bedeng dibuat dengan ukuran 5 X 1 meter atau l0 X 1 meter, dengan jarak antarbedeng 60 cm. Biji rotan yang sudah dibersihkan (untuk biji rotan yang relatif besar ukuranya), ditaburkan di atas bedeng berbentuk barisan, jarak antar baris 4 cm dan jarak antar biji dalam barisan 2 cm. Biji rotan yang ukurannya kecil cukup dengan menghamburkannya di atas bedeng. Pemindahan kecambah rotan ke kantong plastik dilakukan setelah berukuran 0,5-1,5 cm, atau bila sudah berumur 2,5-3 bulan dan sudah memiliki 2 (dua) helai daun pertama. Untuk rotan sega dan rotan irit, dalam setiap kantong plastik berisi 2 (dua) kecambah; sedangkan rotan manau, dalam satu kantong plastik berisi satu kecambah, yang panjangnya sudah mencapai 3-5 cm. Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk kandang yang dilarutkan dengan air terlebih dahulu. Penyiraman dilakukan setiap hari, pada waktu pagi dan sore hari. Untuk mencegah penyerangan oleh hama dan penyakit, perlu disemprot dengan insektisida dan/atau fingisida. Bibit rotan yang sudah berumur l-1,5 tahun atau sudah berdaun 5-7 helai, sudah siap untuk ditanam di lapangan. 3.2.2 Bibit Rotan dari Anakan Bibit rotan yang diambil dari alam, dipilih yang tingginya sudah mencapai 20-30 cm. Pengambilan dilakukan dengan cara mencungkil bibit memakai parang. Usahakan agar tanahnya banyak yang terbawa, terutama yang melekat dengan perakarannya. Bibit rotan ini dapat diperoleh baik dari rumpun tumbuhan rotan ataupun dari anakan rotan yang tumbuh secara alami dari biji rotan yang bertebaran di lantai hutan. Anakan rotan tersebut kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik yang sebelumnya diisi tanah campur kompos. Daun-daunnya dipotong separuhnya, untuk

86

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

menjaga penguapan daun supaya tidak terlalu besar. Selanjutnya bibit disimpan selama 2-3 bulan di tempat yang rindang. Bibit disiram setiap pagi dan sore, sebelum dipindahkan ke lapangan. Bila bibit rotan hasil penggalian ini tidak dimasukan ke dalam kantong plastik, maka bibit tersebut harus segera disimpan dalam air yang mengalir perlahan selama 2,5-3 bulan. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan tunastunas akar yang baru. Apabila telah muncul tunas-tunas akar baru, bibit tersebut sudah siap untuk dipindahkan ke lapangan. 3.3 Penanaman 1. Pengangkutan bibit rotan dilakukan dengan hati-hati, agar perakarannya tidak rusak atau terganggu. 2. Sebelum penanaman, bila bibitnya berjumlah cukup banyak, terlebih dahulu disimpan di tempat yang teduh dan disiram setiap pagi dan sore hari. 3. Penanaman dilaksanakan pada awal musim hujan. Bibit yang berkantong plastik, sebelum ditanam harus dibuka lontongnya secara hati-hati. 4. Lobang tanam dibuat 2 (dua) buah dengan ukuran masing-masing 30 X 30 X 20 cm di sekitar pohon yang akan menjadi tempat panjatannya. 5. Bibit ditanam dengan kedalaman 2-3 cm di atas leher akar, kemudian diurug dengan tanah gembur atau tanah bekas galian bagian atas. Bila tanahnya kurang subur, di setiap lobang tanaman diisi 3-5 kg pupuk kandang yang sudah dicampur tanah. 6. Penanaman bibit harus berdiri tegak lurus, kemudian diikatkan pada pohon panjatannya dengan tali yang mudah lapuk. 7. Untuk rotan sega dan rota irit, jarak tanamnya 10 x l0 meter dan tiap lobang berisi 2-4 bibit. Untuk rotan manau, jarak tanamnya 6 x 6 meter dan tiap lobang tanam berisi 1-2 bibit. Disadur dari buku Panduan Rotan & Laporan Pelatihan Furniture Rotan. 2016. Palembang. Halaman 9-10. Penyaduran hanya untuk bahan bacaan semata.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

87


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

88

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.10 MANAJEMEN RUMAH SEMAI ROTAN DAN MPTS (190 menit) Pengantar Pengorganisasian merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan sebuah kegiatan apapun. Dengan pengorganisasian, akan mempermudah dan mempercepat jalannya suatu kegiatan dalam menghadapi persoalan. Pengorganisasian tidak bisa terpisah dari administrasi sebagai basis data dalam melakukan tindakan-tindakan organisasi. Modul ini membahas tentang teknik mengatur pelaksanaan rumah semai, kebutuhan sumberdaya manusia, serta pengelolaan limbah kegiatan. Subpokok bahasan : • Organisasi dan kebutuhan SDM • Pembagian tugas dan rencana kerja • Pengelolaan alat dan bahan (penggunaan maintenance) • Pencatatan • Pengelolaan limbah Tujuan belajar : 1. Peserta memahami organisasi rumah semai. 2. Peserta mampu mengisi format pencatatan kegiatan rumah semai. 3. Peserta mampu melaksanakan SOP rumah semai. 4. Peserta memahami kapasitas SDM yang dibutuhkan di rumah semai. 5. Peserta mengetahui dan memahami tugas dan fungsi pengelola rumah semai. 6. Peserta bisa membuat perencanaan kerja rumah semai. 7. Peserta memahami cara mengelola peralatan dan bahan. M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

89


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

8. Peserta mengetahui kegunaan alat dan cara menggunakan . 9. Peserta memahami cara merawat peralatan dan bahan. 10. Peserta memahami form-form yang ada di rumah semai. 11. Peserta mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan limbah. Metode belajar : paparan, tanya jawab, dan diskusi kelompok (disko). Media belajar : • PPT 10 : Pengantar dan materi paparan, • laptop, • infocus, • kertas plano, • spidol, • double tape, • form-form contoh, dan • PH meter dan alat lainnya. Durasi waktu: 190 menit. Proses belajar : 1.

2.

90

Mengawali sesi ini, tutor memberikan pertanyaan kepada peserta mengenai pengertian manajemen. Setelah terjadi interaksi, tutor selanjutnya memaparkan materi tentang manajemen pengelolaan rumah semai rotan dan MPTS . Tutor menggunakan PPT 10 dalam memperjelas paparan materi belajar dengan menampilkan : Slide 1: membahas Organisasi dan kebutuhan SDM. Slide 2: tentang Pembagian tugas dan rencana kerja. Slide 3: Pengelolaan alat dan bahan (penggunaan maintenance). Slide 4: Pencatatan (pengisian format). Slide 5: Pengelolaan limbah.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

20 menit

50 menit


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

3.

Tutor mengundang peserta untuk bertanya dan mendiskusikan materi yang disampaikan berkaitan dengan kondisi yang ada di daerah peserta.

20 menit

4.

Tutor memberi tugas kapada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan pembuatan kegiatan rumah semai dengan pembahasan tiap kelompok : • Kelompok 1: membahas pembuatan SOP. • Kelompok 2: membahas pembuatan rencana kerja . • Kelompok 3: membahas tentang perawatan peralatan dan pengelolaan limbah.

60 menit

5.

1. Tutor mengundang perwakilan dari tiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya yang dirangkum dalam kertas plano. 2. Tutor mengumpulkan hasil diskusi kelompok yang tertuang dalam kertas plano.

20 menit

6.

1. Tutor mengundang perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyampaikan kesan dan pembelajaran yang diterima dalam sesi ini. 2. Tutor menutup pertemuan dengan tepuk tangan bersama.

20 menit

Bahan bacaan :

Manajemen dan Organisasi Definisi : manajemen adalah kemampuan untuk menggerakan orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan yang telah ditentukan tujuannya, sedangkan orang yang digerakan tidak merasa terpaksa untuk melakukannya. Dengan demikian, manajeman baru ada apabila wadahnya ada. Manajemen baru bisa dilaksanakan apabila ada organisasi yang menjadi tempatnya. Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan, dan mengendalikan aktivitas-aktivitas, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan, dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu. Agar proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur organisasi yang solid. Pada organisasi tersebut, seluruh aktivitasnya haruslah berorientasi pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

91


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

wadah untuk menuangkan konsep, ide-ide serta pemikiran dari individu-individu yang memikul tanggungjawab manajemen. Dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu rangkaian tanggungjawab yang berhubungan erat satu sama lainnya. Artinya, manajemen dan organisasi sangat terkait erat dan menjadi suatu sistem dalam sebuah pengorganisasian. Selain itu, dalam pencapaian tujuan terdapat beberapa fungsi manajerial lainnya yang di emban oleh pihak manajemen, yakni sebagai inspirator, motivator, fasilitator, auditor, aksesor, eksekutor, dan lain-lain. Penekanan pada aspek mana yang lebih penting dari fungsi-fungsi tersebut, tergantung pada permasalahan yang dihadapi para manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Manajemen merupakan sebuah proses, jadi dibutuhkan masukan terhadap proses tersebut. Sebagai masukannya adalah bermacam sumberdaya atau resources yang ada di dalamnya, yakni : manusia, material, metode, modal, mesin, dan market. Menurut George R Terry, suatu organisasi yang menjalankan manajemen harus melaksanakan azas-azas manajemen yang meliputi : 1. Planning/Perencanaan • Perencanaan harus masuk akal/logis. • Perencanaan harus berorientasi pada masa yang akan datang. • Perencanaan harus mengandung unsur progresif/untuk kemajuan. 2. Organizing/Organisasi • Organisasi harus membentuk struktur. • Organisasi harus menyusun tugas. • Organisasi harus membagi fungsi. • Organisasi harus meneruskan tujuan. 3. Actuating/Pelaksanaan kegiatan • Pelaksanaan kegiatan harus berdasarkan prosedur.

92

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

• Pelaksanaan kegiatan harus sesuai anggaran. • Pelaksanaan kegiatan harus melahirkan target yang lebih mudah dicapai (option). 4. Controling/Pengawasan • Melakukan penataan kegiatan sebelum dan sesudahnya. • Melakukan komparasi antara keduanya (sebelum dan sesudah). • Menemukan kelebihan dan kekurangan. • Menemukan input baru untuk planning berikutnya . Definisi : Organisasi adalah suatu kumpulan individu atau kelompok yang menyatukan diri untuk tercapainya suatu tujuan bersama. Keadaan suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu-individu atau kelompok yang menggerakannya. Maka dari itu, prilaku organisasi terbagi kepada dua keadaan : 1. Latar belakang pendirian dan sejarah perkembangannya. 2. Peluang dan tantangan yang dihadapi. Disadur dari buku : Nurhayati. Manajemen Proyek. 2010. Yogyakarta; Graha Ilmu. Halaman 3-4; Sondang P Siagian. Organisasi, Kepemimpinan danPerilaku Organisasi. Halaman 108-135; Miftah Thoha. Prilaku Individu Dalam Organisasi. Halaman 33-71. Disadur hanya sebagai bahan bacaan

Panduan membuat Standard Operation Prosedure (SOP) Pengertian : Standard Operation Prosedure/SOP adalah serangkaian intruksi kerja tertulis yang dibakukan (terdokumentasi), mengenai proses penyelenggaraan administrasi suatu organisasi, perusahaan, atau lainnya; bagaimana dan kapan harus dilakukan; dimana dan oleh siapa dilakukan. Standard Operation Prosedure /SOP merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja suatu organisasi, perusahaan, atau lainnya berdasarkan indikatorindikator teknik, administratif, dan prosedural. SOP harus disesuaikan dengan tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

93


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Manfaat SOP 1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pengelola dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya. 2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang pengelola/pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab individu kepada organisasi/ perusahaan atau lainnya. 4. Membantu pengelola/pegawai menjadi mandiri dan tidak bergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pemimpin dalam pelaksanaan tugasnya. 5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas. 6. Menciptakan ukuran/standarisasi kinerja, yang akan memberikan cara konkrit pengelola/pegawai untuk memperbaiki kinerja serta membantu, mengevaluasi usaha yang telah dilakukan. 7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan dalam berbagai situasi. 8. Memberikan informasi mengenai kualifikasi dan kompetensi yang harus dikuasai pengelola/pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 9. Memberikan informasi dalam upaya peningkatan kompetesi pegawai. 10. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pengelola/pegawai dalam melaksanakan tuganya. Tujuan SOP: 1. 2. 3. 4. 5.

94

Agar pengelola/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kerja dalam tim unit kerja/organisasi atau lainnya. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap posisi dalam organisasi, perusahaan, unit kerja, atau lainnya. Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggungjawab masing-masing pengelola/unit kerja. Melindungi organisasi, perusahaan, atau lainnya, dari malpraktik/kesalahan administrasi dan lainnya. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi, dan efisiensi.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Fungsi SOP: 1. 2. 3. 4. 5.

Memperlancar tugas masing-masing pengelola, pegawai, dan unit kerja Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatan dan mudah dilacak. Mengarahkan pengelola/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam kerja. Sebagai pedoman dalam melaksanakn pekerjaan rutin.

Prinsip-prinsip penyusunan SOP: 1. SOP harus ditulis secara jelas, sederhana, dan tidak berbelit-belit, sehingga mudah dimengerti dan diterapkan untuk suatu kegiatan tertentu. 2. SOP harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik mengenai norma waktu, hasil kerja yang tepat dan akurat, maupun rincian biaya pelaksanaan dan tata cara pembayaran bila diperlukan adanya biaya pelayanan. 3. SOP harus dapat memberikan kejelasan kapan dan siapa yang harus melaksanakan kegiatan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan sampai dimana tanggungjawab masing-masing pengelola/pegawai. 4. SOP harus sudah dirumuskan dan selalu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan kebijakan yang berlaku. 5. SOP harus menggambarkan alur kegiatan yang mudah ditelusuri jika terjadi hambatan. Manfaat prosedur tertulis : 1. Planning dan controling a. mempermudah dalam pencapaian tujuan; b. merencanakan besarnya beban kerja yang optimal bagimasing!masing pegawai; c. menghindari pemborosan atau memudahkan penghematan biaya; dan d. mepermudah pengawasan. M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

95


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

2. Organizing a. mendapatkan intruksi kerja yang dapat dimengerti oleh bawahan, dihubungkan dengan alat yang mendukung pekerjaankantor dan dokumen; dan b. menciptakan konsistensi kerja. 3. Staffing/leading a. membantu atasan dalam memberikan intruksi kerja bagi pegawai; b. konseling untuk bawahan agar memberikan kontribusi maksimal; dan c. mempermudah pemberian penilaian bagi bawahan. 4. Coordination menciptakan koordinasi yang baik antar unit kerja untuk menetapkan dan membedakan prosedur rutin dan independen. Teknik menyusun SOP Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat suatu prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada. ketujuh tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai. 2. Membuat rancangan awal. 3. Melakukan evaluasi internal. 4. Melakukan evaluasi eksternal. 5. Melakukan uji coba. 6. Menempatkan prosedur pada unit terkait. 7. Menjalankan prosedur yang sudah dibuat.

96

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Penerapan SOP Proses penerapan harus dapat memastikan bahwa output yang dikehendaki dapat diwujudkan, yaitu : setiap pelaksana mengetahui SOP yang baru disusun dan alasan perubahannya; salinan SOP disebarluaskan sesuai kebutuhan dan siap diakses oleh semua pengguna potensial. Setiap pelaksana mengetahui perannya dalam SOP dan dapat menggunakan semua pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki untuk menerapkannya secara aman dan efektif. Ada mekanisme untuk memonitor/memantau kinerja, mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin timbul, dan menyediakan dukungan dalam proses penerapan SOP. Contoh format kegiatan rumah semai 1. Format kas harian Tgl

No. Perkiraan

Uraian

M O D U L

P E L A T I H A N

Jumlah

Tgl

No. Perkiraan

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

Uraian

D A N

P A N E N

Jumlah

R O T A N

97


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

2. Format daftar inventaris No. 1.

Sarana Alat tulis kantor

Uraian

Kuantitas 1 buah 1 buah

2.

Alat rumah tangga

televisi meja tulis kasur lipat

1 buah 1 buah 1 buah

3.

Alat penunjang

cangkul parang gunting

1 buah 1 buah 1 buah

4.

Dst.

mesin tik white board ......

3. Format persediaan Tgl

98

Dibeli/Jual

M O D U L

No. faktur

P E L A T I H A N

Diterima (Kg)

No. tembusan

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

Dikeluarkan (Kg)

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

Persediaan (Kg)

R O T A N

keterangan


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

4. Format jurnal kegiatan harian

No.

tgl

Lokasi kegiatan

Jenis kerja

HOK Lk

Pengunaan kimia-kimia Pr

Jenis

Jumlah

BIBIT Rotan

keterangan

MPTS

5. Format pengamatan hama dan penyakit No.

Tanggal

Uraian

M O D U L

P E L A T I H A N

Hama

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

Penyakit

B U D I D A Y A

Populasi

D A N

P A N E N

R O T A N

99


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

100

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

101


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

102

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MODUL 1.11 MENGHITUNG VARIABEL BIAYA KEGIATAN RUMAH SEMAI ROTAN DAN MPTS (45 menit) Pengantar Biaya merupakan hal yang tidak bisa lepas dari suatu kegiatan yang bersifat usaha mencari laba maupun bersifat pengabdian. Untuk menentukan langkah efisiensi dalam pengelolaan biaya, dibutuhkan pemahaman dan pendalaman atas kegiatan yang dilaksanakan. Modul ini membahas tentang penghitungan variabel biaya pada pelaksanaan kegiatan rumah semai. Subpokok bahasan : • Menghitung Variabel biaya penyemaian rotan • Menghitung Variabel biaya penyemaian rotan • BEP (Break even point) titik impas modal Tujuan belajar : 1. Peserta memahami dan mendalami kebutuhan kegiatan rumah semai. 2. Peserta mampu menentukan Harga Pokok Penjualan/HPP. Metode belajar : Paparan, tanya jawab, dan diskusi kelompok (disko). Media belajar : • PPT 11 : Pengantar dan materi paparan, • laptop,

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

103


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

• • • •

infocus, kertas plano, spidol, dan double tape.

Durasi waktu: 45 menit. Proses belajar : 1.

Mengawali sesi ini, tutor memberikan pertanyaan kepada peserta mengenai cara menentukan laba usaha. Setelah terjadi interaksi, tutor selanjutnya memaparkan materi tentang menghitung variabel biaya kegiatan rumah semai rotan dan MPTS.

2.

Tutor menggunakan PPT 11 dalam memperjelas paparan materi belajar dengan menampilkan : Slide 1: variabel biaya kegiatan rumah semai rotan. Slide 2: variabel biaya kegiatan rumah semai MPTS. Slide 3: Break Even Point (BEP)/ titik impas.

3.

Tutor mengundang peserta untuk bertanya dan mendiskusikan materi yang disampaikan berkaitan dengan kondisi yang ada di daerah peserta.

4.

1. Tutor mengundang perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyampaikan kesan dan pembelajaran yang diterima dalam sesi ini. 2. Tutor menutup pertemuan dengan tepuk tangan bersama.

104

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

15 menit

15 menit

5 menit

10 menit


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Bahan bacaan :

Titik Impas Modal (Tidak Untung Tidak Rugi) Ukuran yang sering dipakai dalam menilai sukses tidaknya suatu manajemen perusahaan adalah tercapainya target penjualan dimana laba yang diperoleh maksimal. Untuk mencapai penilaian tersebu,t dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : biaya produksi, harga jual, dan volume penjualan. Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan akan mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi akan mempengaruhi biaya. Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus memiliki manajemen yang baik dan efisien. Manajemen yang baik dan efisien adalah manajemen yang dapat mengelola dan mengambil keputusan yang berguna bagi kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu fungsi manajemen adalah sebagai alat dalam membantu perencanaan (planning). Salah satu pendekatan yang digunakan manajemen dalam perencanaan laba adalah analisis titik impas (break even point). Break even point /BEP adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Break Even point atau BEP dapat diartikan sebagai suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit. Break Even Point/BEP dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan yang dinilai menggunakan total biaya). Analisis BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan dalam mencapai titik BEP. Analisis BEP pun mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan dalam mengetahui berbagai tingkat volume

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

105


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Fungsi Analisis BEP Rumus BEP/analisis break even point (analisis balik modal) digunakan untuk menentukan hal-hal seperti:  Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah

penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat.  Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut.  Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP.  Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok, dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi. oleh sebab itu, analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan penjualan dan sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya (Prawirasentono : 1997). Analisis break even point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan. Analisis tersebut mempelajari hubungan antara biaya-keuntungan-biaya kegiatan. Analisis tersebut sering pula disebut “Cost-Profit-Volume analysis”(C.P.V.analysis). Dalam perencanaan keuntungan, analisis BEP merupakan “profit planning approach” yang mendasarkan pada hubungan antara biaya (Cost) dan penghasilan penjualan (revenue). Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even dalam perusahaan tersebut. Masalah break even baru muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel, juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-rubah sesuai

106

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Dalam mengadakan analisis break even, digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut : a. Biaya di dalam perusahaan dapat dibagi kedalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap. b. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-rubah secara proposional dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap sama. c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-rubah karena adanya perubahan volume kegiatan. d. Harga jual perunit tidak berubah selama periode yang dianalisis. e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau”sales mix” nya adalah tetap konsisten. Dibawah ini rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point : Menghitung break even point, yang harus diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya variabel per unit atau total variabel, dan hasil penjualan total atau harga jual per unit. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: Break even point dalam unit. Keterangan : BEP : Break Even Point FC : Fixed Cost VC : Variabel Cost P : Price per unit S : Sales Volume

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

107


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Contoh perincian biaya untuk menentukan harga jual per pohon pada rotan adalah : 1.Populasi benih sebanyak

300.000,- pohon

Harga jual

Rp

2.500,00

1. Fixed Cost Biaya pegawai dan ongkos lain Over head

Rp 31.500.000,00 Rp 14.110.700,00 Total FC ......................................... Rp 45.610.700,00

2. Variable Cost Biaya bahan baku Biaya bahan baku penunjang

Rp283.550.000,00 Rp76.550.000,00 Total VC ........................................ Rp 360.185.000,00

VC/unit ( VC: Populasi) = 1.201 Penjualan ( Populasi x 2.500 ............................................................ Rp 750.000.000,00 FC .................................................................................... Rp 45.610.700,00 VC ................................................................................... Rp 360.185.000,00 Total biaya ( FC + VC) .................................................... Rp 405.795.700,00 Profit (total penjualan – total biaya) .......................... Rp 344.204.300,00 BEP = Fixed Cost/biaya tetap : Harga penjualan – Variabel per unit 108

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

45.610.700 : 2.500 – 1.201 = 18.253

Contoh perincian biaya untuk menentukan harga jual per pohon pada MPTS adalah : 1. Populasi benih sebanyak

200.000 pohon

Harga jual

Rp. 15.000,00

2. Fixed Cost Biaya pegawai dan ongkos lain Over head

Rp. 13.000.000,00 Rp. 48.395.000,00 Total FC .................................. Rp

3. Variable Cost Biaya bahan baku Biaya bahan baku penunjang

61.395.000,00

Rp 2.183.575.000,00 Rp 13.000.000,00 Total VC .................................. Rp 2.196.575.000,00

VC/unit ( VC: Populasi) =

10.983

Penjualan ( Populasi x 15.000 ) ................................. FC ............................................................................. VC ............................................................................

Rp 3.000.000.000,00 Rp 61.395.000,00 Rp 2.196.575.000,00

Total biaya ( FC + VC) ............................................... Rp

M O D U L

P E L A T I H A N

2.257.970.000,00

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

109


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

Profit (total penjualan – total biaya) ....................

Rp

742.030.000,00

BEP = Fixed Cost/biaya tetap : Harga penjualan – Variabel per unit 61.395.000 : 15.000 – 10.983 = 4.096

Disadur dari buku : Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. 1981. Oleh Drs. Bambang Riyanto, dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Diterbitkan oleh : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada Yogyakarta. Bab 21 Halaman 291-297. Tulisan tersebut disadur sebagai bahan bacaan.

110

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

111


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

112

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

113


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

INSTRUM E N E VA LUA SI FOKUS/ASPEK EVALUASI 1. Pendahuluan

INDIKATOR

SKOR

DESKRIPSI TEMUAN 1. Penyusunan kontrak belajar dan pembuatan kelompok belajar sudah terencana dan terorganisir sehingga hasilnya efektif

Penyusunan kontrak belajar dan pembuatan kelompok belajar

2. Penyusunan kontrak belajar dan pembuatan kelompok belajar sudah terencana dan terorganisir namun masih ada ketidakefektifan dalam beberapa hal 3. Penyusunan kontrak belajar dan pembuatan kelompok belajar terencana dan terorganisir sebagian saja sehingga ada banyak hal yang tidak efektif. 4. Desain kurikulu Penyusunan kontrak belajar dan pembuatan kelompok belajar m tidak terencana dan terorganisir sehingga secara keseluruhan banyak ketidakefektifan. 2. Pengenalan Varietas rotan dan MPTS

a. Mengenal daerah penghasil rotan. b. Sumber bibit rotan dan MPTS

1. Peserta sudah paham dan mengenal rotan dan MPTS 2. Peserta sudah mengerti dan mengenal rotan dan MPTS 3. Peserta cukup mengerti dan mengenal rotan dan MPTS 4. Peserta tidak mengerti dan tidak mengenal rotan dan MPTS

114

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

FOKUS/ASPEK EVALUASI 3. Pengenalan fasilitas rumah semai

INDIKATOR

SKOR

a. Peserta mengetahui berbagai peralatan yang digunakan. b. Peserta mengetahui alat-alat penunjang persemaian

DESKRIPSI TEMUAN 1. Peserta sudah mengetahui alat-alat dan peralatan penunjang yang digunakan 2. Peserta sudah mengetahui alat-alat dan peralatan penunjang yang digunakan namun masih ada beberapa peserta yang belum mengetahui 3. Peserta cukup mengetahui alat-alat dan peralatan penunjang yang digunakan 4. Peserta tidak mengetahui alat-alat dan peralatan penunjang yang digunakan

4. Manajemen pembibitan

a. Memahami Proses pengambilan biji rotan b. Mengetahui Cara menentukan biji yang baik untuk bibit c. Megetahui Cara memproses biji agar terjaga dengan baik d. Memahami Sumber bibit rotan yang bisa disemai. e. mengetahui Proses pengambilan dan perlakuan bibit dari anakan f. Peserta mampu menentukan pilihan sumber bibit rotan yang akan disemai

M O D U L

P E L A T I H A N

1. Peserta sudah paham dan mengenal manajemen pembibitan 2. Peserta mengerti dan mengenal manajemen pembibitan 3. Peserta cukup mengerti dan mengenal manajemen pembibitan 4. Peserta tidak paham dan mengenal manajemen pembibitan

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

115


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

FOKUS/ASPEK EVALUASI 5. Multi purpose tree species /MPTS

INDIKATOR

SKOR

a. Peserta memahami tentang MPTS. b. Peserta mengetahui jenis MPTS

DESKRIPSI TEMUAN 1. Peserta sudah paham dan mengenal apa itu MPTS dan jenisjenisnya 2. Peserta mengerti dan mengenal apa itu MPTS dan jenisjenisnya 3. Peserta cukup mengerti dan mengenal apa itu MPTS dan jenis-jenisnya 4. Peserta tidak paham dan mengenal apa itu MPTS dan jenisjenisnya

6. Persiapan persemaian rotan dan MPTS

a. Para peserta bisa membuat kompos untuk media tanam persemaian b. Peserta memahami fungsi dan manfaat serta efek dari beragam kantong semai yang digunakan c. Mengerti Cara membuat bedengan

1. Peserta sudah paham mengenai Persiapan persemaian rotan dan MPTS 2. Peserta mengerti mengenai Persiapan persemaian rotan dan MPTS 3. Peserta cukup mengerti mengenai Persiapan persemaian rotan dan MPTS 4. Peserta tidak paham mengenai Persiapan persemaian rotan dan MPTS

116

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

FOKUS/ASPEK EVALUASI 7. Media tanam persemaian

8. Pemeliharaan

INDIKATOR

SKOR

DESKRIPSI TEMUAN

a. Peserta bisa melakukan pembuatan media persemaian dengan komposisi yang sesuai b. Para peserta bisa melakukan kegiatan persemaian baik dari biji maupun dari anakan

1. Peserta sudah paham melakukan kegiatan persemaian

a. Peserta mengetahui komposisi penggunaan pupuk dasar dan pupuk susulan b. Peserta mengetahui beberapa teknis penyiraman dalam rumah semai c. Peserta mengetahui jenis hama dan penyakit pada rotan. d. Peserta mengetahui cara mengendalikan serangan hama dan penyakit pada rotan e. Peserta memahami dan bisa dalam menangani/pengendalian gulma

1. Peserta sudah paham melakukan kegiatan pemeliharaan

M O D U L

P E L A T I H A N

2. Peserta mengerti melakukan kegiatan persemaian 3. Peserta cukup mengerti melakukan kegiatan persemaian 4. Peserta tidak paham melakukan kegiatan persemaian

2. Peserta mengerti melakukan kegiatan pemeliharaan 3. Peserta cukup mengerti melakukan kegiatan pemeliharaan 4. Peserta tidak paham melakukan kegiatan pemeliharaan

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

117


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

FOKUS/ASPEK EVALUASI 9. Pindah Tanam

10.Manajemen rumah semai (Rotan dan MPTS)

INDIKATOR

SKOR

a. Peserta memahami teknis dan waktu penyapihan kecambah b. Peserta memahami teknis dan waktu pengambilan anakan c. Peserta mengetahui waktu pemindahan bibit semai kelahan terbuka

1. Peserta sudah paham melakukan kegiatan pindah tanam

a. Peserta mengetahui dan memahami tugas dan fungsi pengelola rumah semai. b. Peserta bisa membuat perencanaan kerja rumah semai c. Peserta memahami cara mengelola peralatan dan bahan. d. Peserta mengetahui kegunaan alat dan cara menggunakan e. Peserta memahami cara merawat peralatan dan bahan f. Peserta memahami form-form yang ada dirumah semai g. Peserta mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan limbah

1. Peserta sudah paham melakukan Manajemen rumah semai (Rotan dan MPTS)

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

2. Peserta mengerti melakukan kegiatan pindah tanam 3. Peserta cukup mengerti melakukan kegiatan pindah tanam 4. Peserta tidak paham melakukan kegiatan pindah tanam

2. Peserta mengerti melakukan Manajemen rumah semai (Rotan dan MPTS) 3. Peserta cukup mengerti melakukan Manajemen rumah semai (Rotan dan MPTS) 4. Peserta tidak paham melakukan Manajemen rumah semai (Rotan dan MPTS)

JUMLAH SKOR

118

DESKRIPSI TEMUAN

B U D I D A Y A

KRITERIA: ...........................................................

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

TABEL SKOR

M O D U L

P E L A T I H A N

RENTANG SKOR

KRITERIA

33 - 40

Sangat Baik

25 - 32

Baik

17 - 24

Cukup

9 - 16

Kurang

0-8

Sangat Kurang

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

119


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KISI – KISI SOAL MODUL TOT Nama Kelompok Jumlah soal Penyusun No 1.

2.

120

Standar kompetensi Perkenalan dan kontrak belajar

Beragam jenis rotan dan MPTS

M O D U L

: ...................................................... : ...................................................... : 37 : Rizky Aditia Budiman Kompetensi dasar

kel

Perkenalan membuat kontrak belajar antara peserta dan pemateri

1 -≈

pendahuluan

Tiap peserta mengenal satu sama lainnya dan membentuk aturan dalam belajar

Ice breaking (kapal-kapalan, lempar bola, posisi duduk. etc)

1. Mengenal daerah penghasil rotan Mengenal daerah penghasil rotan. 2. Sumber bibit rotan dan MPTS

1 -≈

Pengenalan Varietas rotan serta MPTS

Peserta mengetahui : • Daerah-daerah penghasil rotan • Jenis-jenis rotan dan MPTS • Buah rotan dan MPTS yang sudah siap diambil bijinya 1. Proses mengeluarkan biji rotan 2. Cara mengambil anakan rotan 3. Proses pemindahan anakan rotan ke rumah semai 4. Cara perbanyakan (multiplikasi) benih MPTS

PG

P E L A T I H A N

Materi

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

Indikator

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

Bentuk soal

Nomor soal 1

2


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

No 3.

Standar kompetensi Penentuan lokasi rumah semai

Indikator

Bentuk soal

Pengenalan fasilitas rumah semai

1. Peserta mengetahui berbagai peralatan yang digunakan. 2. Peserta mengetahui alat-alat penunjang penyemaian

PG

Nomor soal 6

Kompetensi dasar

kel

Materi

1. Penentuan lokasi rumah semai 2. Bangunan rumah semai

1 -≈

4.

Pengumpulan bibit dari biji dan anakan

• Pengumpulan bibit • dari biji • Pengumpulan bibit dari anakan Perbandingan biji dan anakan

1 -≈

Manajemen pembibitan

1. Memahami Proses pengambilan biji rotan 2. Mengetahui Cara menentukan biji yang baik untuk bibit 3. Megetahui Cara memproses biji agar terjaga dengan baik 4. Memahami Sumber bibit rotan yang bisa disemai. 5. mengetahui Proses pengambilan dan perlakuan bibit dari anakan 6. Peserta mampu menentukan pilihan sumber bibit rotan yang akan disemai

PG

10

5.

Ragam tanaman hutan

Mengenal jenis tanaman non perkebunan

1 -≈

Multipurpose tree species / MPTS

1. Peserta memahami tentang MPTS. 2. Peserta mengetahui jenis MPTS

PG

14

6.

Pembuatan media tanam

1. Pembuatan media tanam 2. Wadah atau kantong semai 3. bedeng

1 -≈

Persiapan penyemaian rotan dan MPTS

1. Para peserta mengerti cara pembuatan kompos untuk media tanam penyemaian 2. Peserta memahami fungsi dan manfaat serta efek dari beragam kantong semai yang digunakan

PG

18

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

121


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

No 7.

Standar kompetensi Komposisi media tanam dan penanaman biji dan anakan

Kompetensi dasar

kel

1. Komposisi media tanam 2. Penanaman biji dan anakan

1 -≈

Media tanam penyemaian

1. Peserta mengerti cara pembuatan media penyemaian dengan komposisi yang sesuai 2. Para peserta bisa mengerti melakukan kegiatan penyemaian baik dari biji maupun dari anakan

PG

Nomor soal 22

Materi

Indikator

Bentuk soal

8.

Pemupukan, pengairan, pengendalian hapen dan penyiangan

1. Pemupukan pada penyemaian 2. Pengairan 3. Pengendalian hama dan penyakit 4. Penyiangan

1 -≈

Pemeliharaan

1. Peserta mengerti komposisi penggunaan pupuk dasar dan pupuk susulan 2. Peserta mengerti beberapa teknik penyiraman dalam rumah semai 3. Peserta mengetahui jenis hama dan penyakit pada rotan. 4. Peserta mengetahui cara mengendalikan serangan hama dan penyakit pada rotan 5. Peserta memahami dan bisa dalam menangani/pengendalian gulma

PG

26

9.

Pemindahan kecambah dan anakan rotan

Pemindahan kecambah dan anakan rotan

1 -≈

Pindah Tanam

1. Peserta memahami teknik dan waktu penyapihan kecambah 2. Peserta memahami teknik dan waktu pengambilan anakan 3. Peserta mengetahui waktu pemindahan bibit semai kelahan terbuka

PG

30

122

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

No 10.

Standar kompetensi Struktur Organisasi, kebutuhan SDM dan pengolahan limbah

Kompetensi dasar

kel

Materi

1. Organisasi dan kebutuhan SDM 2. Pembagian tugas dan rencana kerja 3. Pengelolaan alat dan bahan (penggunaan maintenance) 4. Pencatatan 5. Pengelolaan limbah

1 -≈

Manajemen rumah semai (Rotan dan MPTS)

M O D U L

P E L A T I H A N

Indikator

Bentuk soal

1. Peserta mengetahui dan memahami tugas dan fungsi pengelola rumah semai. 2. Peserta mengerti cara membuat perencanaan kerja rumah semai 3. Peserta memahami cara mengelola peralatan dan bahan. 4. Peserta mengetahui kegunaan alat dan cara menggunakan 5. Peserta memahami cara merawat peralatan dan bahan 6. Peserta memahami form-form yang ada dirumah semai 7. Peserta mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan limbah

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

PG

D A N

P A N E N

Nomor soal 34

R O T A N

123


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Nama Materi Kelompok Bentuk Tes Penyusun

: ............................................. : Pengenalan Varietas Rotan serta MPTS : ............................................. : PG : Rizky Aditia Budiman

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal: 2-5 1. Mengenal daerah penghasil rotan. 2. Sumber bibit rotan dan MPTS.

Materi Pengenalan Varietas Rotan serta MPTS • Mengenal daerah penghasil rotan. • Sumber bibit rotan, dan MPTS

Kunci jawaban: 2. C 3. C 4. A 5. A

Buku sumber:

2. Gambar di atas merupakan gambar dari pohon ... . A. Palem B. Bambu C. Rotan D. A, B, dan C benar 2. Rotan merupakan kekayaan alam hutan nonkayu yang sangat besar dimiliki Indonesia. Dari jumlah sebesar itu, terdapat 312 spesies rotan terhampar hampir di seluruh hutan yang ada di Indonesia. Namun wilayah paling dominan berada di pulau-pulau besar seperti: Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. Rotan yang tumbuh subur di sulawesi adalah rotan..... A. Dandan B. Kertang C. Batang D. Jernang

124

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

3. MPTS merupakan aneka ragam pepohonan yang menghasilkan buah maupun kayu untuk dimanfaatkan manusia dalam menjaga serta mempertahankan fungsi hutan dan penanaman pohon. Apakah kepanjangan dari MPTS? A. Multy Purpose Tree Species B. Milky Pulpy Tropy Syrup C. Milky Purpose Tree Species D. Multy Pulpy Tropy Species 4. Sumber bibit rotan bisa didapat dari.... A. Biji dan anakan B. Batang dan anakan C. Stek dan anakan D. A, B, dan C benar Penilaian No. 2.

Indikator

Instrumen

Skor

C

2

C

2

4.

A

2

5.

A

2

3.

• •

Mengenal daerah penghasil rotan. Sumber bibit rotan dan MPTS.

Kunci

NILAI

(Jumlah skor+2 ) x 10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

100

D A N

P A N E N

R O T A N

125


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Nama Materi Kelompok Bentuk Tes Penyusun

: .............................................. : Pengenalan fasilitas rumah semai : .............................................. : PG : Rizky Aditia Budiman

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal: 6-9 1. Penentuan lokasi rumah semai. 2. Bangunan rumah semai.

Materi: Pengenalan fasilitas rumah semai.

Kunci jawaban: 6. A 7. B 8. B 9. C

Buku sumber:

6. Gambar di atas termasuk ke dalam jenis rumah semai... . A. Sederhana B. Sangat sederhana C. Semi sederhana D. Permanen

1. Peserta mengetahui berbagai peralatan yang digunakan. 2. Peserta mengetahui alat-alat penunjang penyemaian

7. Bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan rumah semai ramah lingkungan adalah … . A. Kawat, semen, dan pasir B. Injuk, bambu, dan daun kering C. Kawat, bambu, dan daun kering D. Injuk, bambu, dan pasir

126

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

8. Alat-alat penunjang di dalam rumah semai adalah.... A. Air, bensin, dan minyak tanah B. Cangkul, sepatu boots, dan sarung tangan C. Motor, mobil, dan truk D. TV, radio, dan komputer 9. Syarat yang perlu diperhatikan sebelum mendirikan rumah semai adalah .... A. Bahan dan alat B. Pakaian dan kesehatan C. Lokasi dan agroklimat D. Makanan dan minuman

Penilaian No. 6. 7.

Indikator 1. Peserta mengetahui berbagai peralatan yang digunakan. 2. Peserta mengetahui alat-alat penunjang penyemaian

Kunci A B

Skor 2 2

8.

B

2

9.

C

2

NILAI

Instrumen

(Jumlah skor+2 ) x 10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

100

D A N

P A N E N

R O T A N

127


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Nama Materi Kelompok Bentuk Tes Penyusun

: .............................................. : Manajemen pembibitan : .............................................. : PG : Rizky Aditia Budiman

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal: 10-13 1. Pengumpulan bibit dari biji. 2. Pengumpulan bibit dari anakan. 3. Perbandingan biji dan anakan Materi: Manajemen pembibitan 1. Memahami proses pengambilan biji rotan. 2. Mengetahui cara menentukan biji yang baik untuk bibit. 3. Mengetahui cara memproses biji agar terjaga dengan baik.

128

M O D U L

P E L A T I H A N

Kunci jawaban: 10. B 11. C 12. B 13. C

Buku sumber:

10. Kriteria biji yang baik untuk mendapatkan bibit yang unggul, yaitu biji diambil dari buah yang sudah matang yang dicirikan oleh adanya lendir di sekitar buah atau kulit buah sudah berwarna ... . A. Hijau kekuningan B. Kuning kecoklatan C. Kuning kehijauan D. Merah kuning hijau 11. Untuk menjaga biji agar menghasilkan pertumbuhan/perkecambahan yang baik dalam penyimpanan, perlu dilakukan perlakuan untuk menjaga serangan jamur dengan menggunakan… . A. Kapur sirih B. Garam C. Fungisida D. Gula

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

4. Memahami sumber bibit rotan yang bisa disemai. 5. Mengetahui proses pengambilan dan perlakuan bibit dari anakan. 6. Peserta mampu menentukan pilihan sumber bibit rotan yang akan disemai.

12. Sumber bibit rotan diperoleh dari ... . A. Batang dan umbi B. Biji dan anakan C. Buah dan batang D. Umbi dan anakan 13. Dari dua perbedaan biji dan anakan masing-masing, akan menentukan kualitas pertumbuhannya pada saat berada di rumah semai hingga waktu ‌ dan selanjutnya dipindahtanamkan ke lahan terbuka. A. 1 tahun B. 2-3 bulan C. 3-4 bulan D. 5-6 bulan Penilaian

No. 10. 11. 12. 13.

Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Instrumen

Kunci

Skor

B

2

C

2

B

2

C

2

Memahami proses pengambilan biji rotan. Mengetahui cara menentukan  biji yang baik untuk bibit. Megetahui cara memproses biji agar terjaga dengan baik. Memahami sumber bibit rotan yang bisa disemai. mengetahui proses pengambilan dan perlakuan bibit dari anakan. Peserta mampu menentukan pilihan sumber bibit rotan yang akan disemai.

NILAI

(Jumlah skor+2 ) x 10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

100

D A N

P A N E N

R O T A N

129


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Nama Materi Kelompok Bentuk Tes Penyusun

: .............................................. : Multi-Purpose Tree Species (MPTS) : .............................................. : PG : Rizky Aditia Budiman

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal: 14-17 Mengenal jenis tanaman non perkebunan

Materi Multipurpose tree species /MPTS 1. Peserta memahami tentang MPTS. 2. Peserta mengetahui jenis MPTS.

Kunci jawaban: 14. A 15. A 16. A 17. A

Buku sumber:

14. Termasuk ke dalam tanaman MPTS, yaitu … . A. Sengon dan jati B. Kacang kedelai dan kacang tanah C. Kangkung dan selada air D. Wortel dan tomat 15. Selain biji dan anakan tanaman, MPTS juga bisa diproses dengan cara … . A. Stek dan okulasi B. Reboisasi dan penanaman kembali C. Tebang tanam D. Pembakaan hutan 16. Multipurpose tree Species (MPTS) adalah jenis tanaman yang menghasilkan ... . A. Kayu dan bukan kayu B. kerajinan C. Anakan D. Oksigen

130

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

17. Tanaman MPTS selain harus bermanfaat untuk lingkungan dan hewan, manfaatnya harus juga di rasakan oleh ‌ . A. Manusia B. Tanah C. Tumbuhan D. Tanaman rambatan

Penilaian No.

Kunci

Skor

A

2

15.

A

2

16.

A

2

17.

A

2

14.

Indikator 1. Peserta memahami tentang MPTS. 2. Peserta mengetahui jenis MPTS

NILAI

Instrumen

(JJumlah skor+2 ) x 10

100

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

131


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Nama Materi Kelompok Bentuk Tes Penyusun

: ............................................. : Persiapan penyemaian rotan dan MPTS : ............................................. : PG : Rizky Aditia Budiman

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal : 18-21 1. Pembuatan media tanam. 2. Wadah atau kantong semai. 3. bedeng.

Materi: Persiapan penyemaian rotan dan MPTS 1. Para peserta mengerti cara pembuatan kompos untuk media tanam penyemaian. 2. Peserta memahami fungsi dan manfaat serta efek dari beragam kantong semai yang digunakan.

Kunci jawaban: 18. C 19. A 20. C 21. A

18. Termasuk ke dalam campuran media kompos adalah … . A. Semen dan batu B. Plastik dan air C. Tanah dan kotoran hewan D. A, B, dan C benar 19. Wadah/polybag ramah lingkungan adalah terbuat dari ... . A. Tanah B. Plastik C. Besi D. Semen 20. Termasuk ke dalam pupuk organik adalah ... . A. Plastik B. Tanah C. Kotoran hewan D. Pestisida

132

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

Buku sumber:


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

21. Tanah yang baik digunakan untuk campuran media adalah bagian ... . A. Atas B. Tengah C. Agak bawah D. Bawah

Penilaian No.

Kunci

Skor

C

2

A

2

20.

C

2

21.

A

2

18. 19.

Indikator 1. Para peserta mengerti cara pembuatan kompos untuk media tanam penyemaian. 2. Peserta memahami fungsi dan manfaat serta efek dari beragam kantong semai yang digunakan.

NILAI

Instrumen

(Jumlah skor+2 ) x 10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

100

D A N

P A N E N

R O T A N

133


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Nama  Materi Kelompok Bentuk Tes Penyusun

: ............................................ : Media tanam penyemaian : ............................................ : PG : Rizky Aditia Budiman

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal: Â 22-25 1. Komposisi media tanam. 2. Penanaman biji dan anakan.

Materi: Media tanam penyemaian 1. Peserta mengerti cara pembuatan media penyemaian dengan komposisi yang sesuai. 2. Para peserta bisa mengerti melakukan kegiatan penyemaian baik dari biji maupun dari anakan

Kunci jawaban: 22. B 23. D 24. A 25. A

22. Termasuk ke dalam pupuk kimia adalah ... . A. Cocopeat B. Urea C. Kompos D. Arang 23. Termasuk kedalam pupuk organik adalah ... . A. Urea B. Sianida C. Zn D. Kompos 24. Dosis pupuk kimia per kantong semai adalah... . A. 10-20 gr B. 10-20 kg C. 10-20 m D. 10-20 cm

134

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

Buku sumber:


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

25. Tanaman memerlukan air perharinya paling sedikit dilakukan penyiraman sebanyak ... . A. 1-2 kali B. 1-2 minggu C. 1-2 jam D. 1-2 bulan

Penilaian No. 22. 23. 24.

Indikator 1. Peserta mengerti cara pembuatan media penyemaian dengan komposisi yang sesuai. 2. Para peserta bisa mengerti melakukan kegiatan penyemaian baik dari biji maupun dari anakan.

Instrumen

Kunci

Skor

B

2

D

2

A

2

A

2

25. NILAI

(Jumlah skor+2 ) x 10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

100

P A N E N

R O T A N

135


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Nama Materi Kelompok Bentuk Tes Penyusun

: ............................................ : Pemeliharaan : ............................................ : PG : Rizky Aditia Budiman

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal: 26-29 1. Pemupukan pada penyemaian. 2. Pengairan. 3. Pengendalian hama dan penyakit. 4. Penyiangan. Materi: Pemeliharaan 1. Peserta mengerti komposisi penggunaan pupuk dasar dan pupuk susulan. 2. Peserta mengerti beberapa teknik penyiraman dalam rumah semai 3. Peserta mengetahui jenis hama dan penyakit pada rotan. 4. Peserta mengetahui cara mengendalikan serangan hama dan penyakit pada rotan. 5. Peserta memahami dan bisa dalam menangani/pengendalian gulma.

136

M O D U L

P E L A T I H A N

Kunci jawaban: 26. A 27. A 28. D 29. C

Buku sumber:

26. Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Salah satu metode pemeliharaan adalah … . A. Penyiangan B. Penyaingan C. Pengumpulan D. Perbaikan 27. Cara pengendalian hama dan penyakit berdasarkan pertanian hijau adalah menggunakan.. A. Pestisida alami B. Pestida kimia C. Pestisida organik D. Pestisida campuran

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

28. Organisme pengganggu tanaman  yang umum banyak menyerang tanaman adalah ‌ . A. Kucing B. Ular C. Kuda D. Ulat 29. Apa yang dimaksud dengan penyiangan? A. Pengendalian hama B. Pengendalian penyakit C. Pengendalian gulma/tanaman pengganngu D. A, B, dan C benar

Penilaian No. 26. 27. 28. 29.

Indikator 1. Peserta mengerti komposisi penggunaan pupuk dasar dan pupuk susulan.

Instrumen

Kunci

Skor

A

2

A

2

D C

2 2

2. Peserta mengerti beberapa teknik penyiraman dalam rumah semai. 3. Peserta mengetahui jenis hama dan penyakit pada rotan. 4. Peserta mengetahui cara mengendalikan serangan hama dan penyakit pada rotan. 5. Peserta memahami dan bisa dalam menangani/pengendalian gulma. NILAI

(Jumlah skor+2 ) x 10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

100

D A N

P A N E N

R O T A N

137


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Nama Materi Kelompok Bentuk Tes Penyusun

: ............................................ : Pemeliharaan : ............................................ : PG : Rizky Aditia Budiman

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal: 30-33 Pemindahan kecambah dan anakan rotan

Materi: Pindah Tanam 1. Peserta memahami teknik dan waktu penyapihan kecambah. 2. Peserta memahami teknik dan waktu pengambilan anakan. 3. Peserta mengetahui waktu pemindahan bibit semai kelahan terbuka.

Kunci jawaban: 30. A 31. C 32. A 33. D

30. Pemindahan tanaman dari biji ditandai dengan tumbuhnya daun yang berjumlah … . A. 2-3 helai B. 1 helai C. 5-7 helai D. Banyak 31. Pada umur berapakah tanaman ideal dapat dipindah ke lahan terbuka? A. 1 bulan B. 3-4 bulan C. 1-5 tahun D. 1 minggu 32. Tujuan pemotongan sebagian daun adalah? A. Menghindari penguapan daun yang lebih besar B. Terserang hama C. Indah dipandang D. Memanjangkan umur tanaman

138

M O D U L

P E L A T I H A N

Buku sumber:

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

33. Pindah tanam dari anakan ke lahan terbuka setelah tanaman berumur ... . A. 1 minggu B. 2 hari C. 1 bulan D. 3 bulan

Penilaian No. 30. 31. 32.

Indikator 1. Peserta memahami teknik dan waktu penyapihan kecambah. 2. Peserta memahami teknik dan waktu pengambilan anakan. 3. Peserta mengetahui waktu pemindahan bibit semai kelahan terbuka.

Instrumen

Kunci

Skor

A

2

C

2

A

2

D

2

33. NILAI

(Jumlah skor+2 ) x 10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

100

D A N

P A N E N

R O T A N

139


KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA M O DUL 1 Nama : ............................................ K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N Materi : Pindah Tanam Kelompok : ............................................ Bentuk Tes : PG Penyusun : Rizky Aditia Budiman

D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

MATERI INDIKATOR SOAL KOMPETENSI DASAR RUMUSAN BUTIR SOAL Kompetesi dasar: Nomor soal: 34-37 1. Organisasi dan kebutuhan SDM. 2. Pembagian tugas dan rencana kerja. 3. Pengelolaan alat dan bahan (penggunaan maintenance). 4. Pencatatan. 5. Pengelolaan limbah. Materi: Manajemen rumah semai (Rotan dan MPTS) 1. Peserta mengetahui dan memahami tugas dan fungsi pengelola rumah semai. 2. Peserta mengerti cara membuat perencanaan kerja rumah semai. 3. Peserta memahami cara mengelola peralatan dan bahan. 4. Peserta mengetahui kegunaan alat dan cara menggunakan .

140

M O D U L

P E L A T I H A N

Kunci jawaban: 34. A 35. C 36. C 37. B

Buku sumber:

34. Susunan pengorganisasian rumah semai sesuai dengan urutannya, yaitu … . A. Kepala; administrasi; penanggung jawab bidang B. Kepala; penanggung jawab bidang; administrasi C. Administrasi; kepala; penanggung jawab bidang D. Administrasi; penanggung jawab bidang; kepala 35. Dalam pembagian dan rencana kerja, yang bertugas memproteksi lahan dari gulma dan organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah bidang … . A. Pengairan B. Composting C. Proteksi tanaman D. Teknik 36. Salah satu tugas penanggung jawab pengairan adalah … . A. Mengontrol dan memperbaiki mesin dan alat B. Melakukan kontrol hama dan penyakit C. Membuat sistem irigasi dan penyiraman secara berkala D. Melakukan mixing media tanam

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 1 K U M P U L A N M O D U L P E M B I B I TA N ( N U R S E R Y ) R O TA N D A N M P T S ( M U LT I P U R P O S E T R E E S S P E C I E S ) R A M A H L I N G K U N G A N

5. Peserta memahami cara merawat peralatan dan bahan. 6. Peserta memahami form-form yang ada dirumah semai. 7. Peserta mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan limbah.

37. Dengan mengusung kegiatan ‘Go Green’ atau pertanian hijau, limbah yang mucul pada kegiatan rumah semai haruslah dapat diolah kembali, atau biasa disebut dengan istilah ramah A. Tamah B. Lingkungan C. Tetangga D. Pedesaan

Penilaian No. 34. 35. 36.

37.

Indikator 1. Peserta mengetahui dan memahami tugas dan fungsi pengelola rumah semai. 2. Peserta mengerti cara membuat perencanaan kerja rumah semai. 3. Peserta memahami cara mengelola peralatan dan bahan. 4. Peserta mengetahui kegunaan alat dan cara menggunakan . 5. Peserta memahami cara merawat peralatan dan bahan. 6. Peserta memahami form-form yang ada dirumah semai. 7. Peserta mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan limbah. NILAI

Instrumen

Kunci

Skor

A

2

C

2

C

2

B

2

(Jumlah skor+2 ) x 10

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

100

D A N

P A N E N

R O T A N

141


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

MODUL

2

142

M O D U L

Modul Budidaya Tanaman Rotan Penulis : Hanifah Nuraeni Suteja

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Modul Budidaya Tanaman Rotan

MODU L

2

DAFTAR ISI

Modul 2.1. Pengantar dan Kontrak Belajar (40 menit)

147

Modul 2.2. Persiapan Lahan (45 menit)

152

Modul 2.3. Proses Penanaman (150 menit)

155

Modul 2.4. Pemeliharaan Tanaman (120 menit)

164

Modul 2.5. Analisis Biaya Usaha Budidaya Rotan (90 menit)

171

Modul 2.6. Evaluasi dan Penutup (60 menit)

177

Waktu pelaksanaan : 550 menit = 8,5 Jam ( Total pelaksanaan 1 hari) Metode : Presentasi,tanya jawab, diskusi kelompok, video dan praktik

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

143


MOD UL

2

MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Modul Budidaya Tanaman Rotan

Modul Pelatihan Budidaya Tanaman Rotan No

Topik

Subtopik

Proses dan Metode

Tujuan Belajar

Materi/ Media

Waktu

1

Pengantar dan Kontrak Belajar

• Tujuan dan agenda pelatihan budidaya tanaman rotan • Perkenalan dan pencairan suasana dan • Penyepakatan pelaksanaan pelatihan budidaya rotan

• Peserta mengetahui dan memahami tujuan dan agenda pelatihan budidaya tanaman rotan • Peserta mengetahui dan mengenal tim pelatih dan narasumber, dan peserta pelatihan dan • Peserta mengetahui dan mendiskusikan pelaksanaan pelatihan budidaya tanaman rotan

• Pemaparan/ presentasi • Diskusi/curah pendapat • Tanya jawab dan • Permainan

Pengantar pelatihan budidaya tanaman rotan (PPT)

40 menit

2

Persiapan Lahan

• Pemilihan dan penentuan lahan dan • Pengolahan lahan

• Peserta mengetahui syarat tumbuh tanaman rotan dan jenis pola tanam yang sesuai untuk tanaman rotan • Peserta mengetahui langkahlangkah pengolahan lahan.

• Pemaparan/ presentasi • Diskusi dan • Tanya jawab

• PPT budidaya rotan topik persiapan lahan dan • Gambar/ foto sistem budidaya tanaman hutan dengan rotan

45 menit

144

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

No

Topik

Subtopik

Tujuan Belajar

Proses dan Metoda

Materi/ Media

Waktu

3

Proses Penanaman

• Pemilihan bibit yang baik • Pengaturan jarak tanam • Pembuatan lubang tanam • Pengisian pupuk dasar dan • Penanaman bibit di lahan

• Peserta dapat mengetahui: • bibit yang baik dan siap tanam di lahan • jarak tanam yang sesuai untuk rotan • ukuran lubang tanam yang dibuat untuk penanaman rotan • Manfaat pemupukan, pupuk yang dapat digunakan, dan cara pemupukan dan • Langkah-langkah penanaman bibit di lahan

• Pemaparan/ presentasi • Diskusi • Tanya jawab dan • Praktik

• PPT Budidaya rotan topik proses penanaman rotan dan • Poster

150 menit

4.

Pemeliharaan Tanaman Rotan

• Pemupukan • Penyiraman • Penyulaman atau penanaman kembali • Pengendalian hama dan penyakit • Penyiangan dan • Perlindungan terhadap kebakaran

Peserta dapat mengetahui: • waktu yang tepat untuk pemupukan dan jenis pupuk yang dapat digunakan. • Waktu yang tepat untuk penyiraman • Waktu untuk penyulaman yang tepat, manfaat penyulaman • Jenis hama penyakit yang dapat menyerang rotan beserta pengendaliannya • Cara penyiangan dan waktu yang tepat untuk penyiangan dan

• Pemaparan/ presentasi • Diskusi kelompok dan • Tanya jawab

• PPT budidaya rotan topik pemeliharaan rotan dan • Poster

120 menit

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

145


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

No

Topik

Subtopik

Proses dan Metoda

Tujuan Belajar

Materi/ Media

Waktu

• Pentingnya kegiatan perlindungan terhadap kebakaran dan cara yang dapat dilakukan untuk melindungi tanaman dari kebakaran hutan/lahan 5

Analisis Biaya Usaha Budidaya Rotan

Contoh analisis biaya usaha rotan

• Peserta dapat menganalisis biaya untuk usaha rotan; dan • Peserta dapat menyusun dan merinci kebutuhan sarana dan prasarana serta biaya untuk usaha rotan.

• Pemaparan/ presentasi, • Diskusi kelompok, dan • Tanya jawab

PPT budidaya rotan topik pemeliharaan rotan.

90 menit

6

Evaluasi dan Penutup

Evaluasi: penilaian dari peserta, posttest Penutupan

• Peserta melakukan penilaian kesesuaian materi palatihan dengan real-time di lahan • Peserta melakukan penilaian terhadap pengetahuan mereka pasca pelatihan dan secara umum.

• Diskusi • Tanya jawab • Mengisi posttest • Membuat/ menyusun RTL

• LBB Lembar Post-test • LBB Lembar Evaluasi dan • Lembar format penyusunan RTL

60 menit

146

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

MODUL 2.1 PENGANTAR DAN KONTRAK BELAJAR (20 MENIT) Perkembangan industri rotan yang semakin meningkat secara langsung maupun tidak langsung akan membutuhkan banyak bahan baku. Dengan demikian, diperkirakan pengambilan rotan di hutan-hutan akan meningkat. Maka dari itu, usaha pembudidayaan rotan sangat diperlukan sebagai upaya untuk memenuhi bahan baku industri rotan dan peningkatan ekspor nonmigas. Pemahaman proses budidaya rotan memerlukan proses belajar. Proses belajar akan tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan proses belajar. Untuk itu, dirancanglah modul pengantar dan kontrak belajar untuk memfasilitasi proses belajar dengan metode pembelajaran yang aktif dan partisipatif. Modul ini berisi tentang tujuan dan agenda pelatihan, perkenalan antara peserta dan pemateri, dan persepakatan pelaksanaan pelatihan. Subpokok bahasan • Tujuan dan agenda pelatihan budidaya tanaman rotan • Perkenalan dan pencairan suasana • Persepakatan pelaksanaan pelatihan budidaya rotan Tujuan Belajar • Peserta mengetahui dan memahami tujuan dan agenda pelatihan budidaya tanaman rotan. • Peserta mengetahui dan mengenal tim pelatih, narasumber, dan para peserta pelatihan. • Peserta mengetahui dan mendiskusikan pelaksanaan pelatihan budidaya tanaman rotan. Metode Belajar: Pemaparan/presentasi, diskusi/curah pendapat, dan permainan. Media Belajar: • PPT 1. Pengantar pelatihan budidaya tanaman rotan, dan • permainan.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

147


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Durasi waktu: 40 menit. Proses Belajar : 1.

Pelatih meminta ketua panitia penyelenggara untuk membuka peltihan.

5 menit

2.

Pelatih memaparkan PPT 1. Pengantar pelatihan budidaya tanaman rotan untuk menjelaskan kelebihan, manfaat, dan luaran pelatihan berdasarkan modul budidaya tanaman rotan

10 menit

3.

Pelatih mengajak peserta berdiri membentuk lingkaran untuk melakukan permainan perkenalan sebagai berikut: • Pelatih akan membagikan kertas kepada seluruh peserta. • Pesesrta mengisi satu hal unik tentang diri masing-masing yang mudah diperagakan kemudian dikumpulkan. • Setiap peserta mengambil satu kertas kemudian secara bergiliran memperagakan hal unik di kertas dan menebak siapa pemilik kertas, • Kemudian nanti sang pemilik akan berteriak “INILAH AKU” sambil bergaya sesuai dengan hal unik yang dituliskan. • Hal tersebut dilakukan sampai semua hal unik diperagakan dan saling mengenal.

20 menit

3.

Pelatih mengajak peserta mendiskusikan dan menyepakati tata tertib dan penggunaan modul budidaya rotan selama pelatihan

5 menit

Total waktu

Bahan Pelatihan: PPT 1. Pengantar Pelatihan (terlampir) dan kertas untuk permainan

148

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

40 menit


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

149


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

150

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

151


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

MODUL 2.2 PERSIAPAN LAHAN (45 MENIT) Pengantar Persiapan lahan menjadi hal penting sebelum melakukan kegiatan budidaya tanaman termasuk rotan. Kegiatan persiapan lahan ini akan menentukan kesesuaian habitat rotan yang akan dibudidayakan dan menentukan keberhasilan pertumbuhan dari rotan yang dibudidayakan. Modul ini membahas tentang proses persiapan lahan, mulai dari pemilihan, penentuan lahan, serta pengolahan lahan sebelum penanaman. Subpokok bahasan • Pemilihan dan penentuan lahan • Pengolahan lahan Tujuan Belajar • Peserta mengetahui syarat tumbuh tanaman rotan; • Peserta mengetahui jenis pola tanam yang sesuai untuk tanaman rotan; dan • Peserta mengetahui langkah-langkah pengolahan lahan sebelum penanaman rotan. Metode Belajar: Pemaparan/presentasi, diskusi/curah pendapat,dan tanya jawab. Media Belajar: • PPT 2. Budidaya rotan, topik: persiapan lahan; dan • gambar/foto sistem budidaya tanaman hutan dengan tanaman budidaya. Durasi waktu: 45 menit.

152

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Proses Belajar: 1.

Pelatih menyampaikan judul yang akan dipaparkan dan waktu yang diperlukan

5 menit

2.

Pelatih membahas dan menjelaskan tentang persiapan lahan untuk menanam rotan berdasarkan PPT 2. Budidaya rotan topik persiapan lahan • Slide 1: cover • Slide 2: pemilihan dan penentuan lahan • Slide 3: ilustrasi dan foto sistem tanam agroforestri • Slide 4: ilustrasi dan foto sistem tanam agroforestri • Slide 5: pengolahan lahan

15 menit

4.

Pelatih membuka sesi tanya jawab dan mendiskusikan materi yang telah dipaparkan, dengan peserta.

10 menit

5.

Penyegaran dan sedikit permainan spontan (pelatih menyebutkan angka, dan peserta harus berdiri sesuai dengan angka yang disebutkan, jika lebih maka peserta yang terakhir berdiri harus memisahkan diri untuk dihukum misalnya bernyanyi dan lain-lain)

8 menit

6.

Pelatih merangkum hasil tanya jawab dan diskusi

7 menit Total waktu

45 menit

Bahan Pelatihan : 1. PPT 2. Budidaya Rotan: Persiapan Lahan. 2. LBB 1. 2. 1. Persiapan Lahan. LBB 1. 2. 1. Persiapan Lahan Lahan adalah sumber daya yang sangat terbatas, sedangkan sumber daya alam yang didukung oleh tanah bervariasi sestiap waktu, tergantung pada kondisi pengelolaan dan penggunaan. Integrasi fisik, perencanaan tata guna, dan pengolahan lahan adalah cara terbaik untuk pemanfaatan penggunaan lahan. Lahan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan tata guna lahan dengan mempertimbangkan berbagai aspek sumber daya lahan yang mencakup aspek sumber daya tanah, sumber daya genetika, sumber daya air, dan lingkungan hidup. Semua hal tersebut harus berkesinambungan dengan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

153


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Perkembangan ekonomi meningkatkan permintaan terhadap komoditas dan sumber daya lahan. Hutan rakyat sudah berkembang sejak lama di kalangan masyarakat Indonesia, dan dikelola secara tradisional oleh pemiliknya. Pengelolaan hutan rakyat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri secara swadaya tanpa campur tangan pemerintah, baik secara monokultur maupun pola tanam campuran dengan sistem agroforestri. Pengolahan hutan rakyat diawali dengan penyiapan lahan. Skema penyiapan lahan dapat dilihat pada gambar berikut:

(Sumber: Hendramono et al.. 2007. Penyiapan Lahan Tanpa Bakar untuk Penanaman. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan). 154

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

MODUL 2.3 PROSES PENANAMAN (150 MENIT) Pengantar Proses penanaman bibit rotan di lahan atau pemindahan bibit rotan dari pembibitan ke lahan merupakan proses yang penting. Cara penanaman, pemilihan waktu menanam, dan keadaan lingkungan untuk menanam akan menentukan keberhasilan tumbuh tidaknya bibit rotan yang ditanam. Modul ini merinci kegiatan proses penanaman dimulai dari pemilihan bibit yang baik, pengaturan jarak tanam dari pohon penegak, pembuatan lubang tanam dengan ukuran yang sesuai, pengisian pupuk dasar sebelum penanaman bibit rotan, dan penanaman bibit rotan. Subpokok bahasan • Pemilihan bibit yang baik • Pengaturan jarak tanam • Pembuatan lubang tanam • Pengisian pupuk dasar • Penanaman bibit di lahan Tujuan Belajar Peserta dapat mengetahui: • bibit yang baik dan siap tanam di lahan; • jarak tanam yang sesuai untuk rotan; • ukuran lubang tanam yang dibuat untuk penanaman rotan; • manfaat pemupukan, pupuk yang dapat digunakan, dan cara pemupukan; dan • langkah-langkah penanaman bibit di lahan.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

155


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Metode Belajar: 1. Di dalam ruangan: pemaparan/presentasi, diskusi/curah pendapat, permainan, dan tanya jawab. (45 menit). 2. Di lahan: pemaparan poster, praktik langsung (105 menit). Media Belajar: • PPT 2: Budidaya Rotan,topik: proses penanaman rotan, • poster, • LBB Budidaya Rotan, dan • alat-alat untuk praktikum (cangkul, arit, meteran, ajir). Durasi waktu: 45 menit + 105 menit = 150 menit. Proses Belajar: 1. Di dalam ruangan: 1

Pelatih menyampaikan judul yang akan dipaparkan dan waktu yang diperlukan

3 menit

2

Pelatih membahas dan menjelaskan tentang proses atau tata cara menanam rotan berdasarkan PPT 2. Budidaya rotan, topik; proses penanaman rotan. • Slide 6: pemilihan bibit yang baik • Slide 7: gambar tahapan pertumbuhan biji-bibit rotan • Slide 8: pengaturan jarak tanam • Slide 9: pembuatan lubang tanam • Slide 10: gambar ilustrasi ukuran lubang tanam • Slide 11: pengisian pupuk dasar • Slide 12: pelaksanaan pemupukan dasar • Slide 13: foto pemulsaan dengan daun-daun kering • Slide 14: cara penanaman bibit sistem cemplongan (ilustrasi) • Slide 15: carapenanaman sistem jalur (ilustrasi) • Slide 16: langkah penanaman bibit rotan di lahan • Slide 17: ilustrasi penanaman bibit rotan

20 menit

156

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

3.

Pelatih membuka sesi tanya jawab dan mendiskusikan materi yang telah dipaparkan, dengan peserta.

10 menit

4.

Permainan ingatan (pelatih menyebutkan ciri unik yang ditulis dikertas (permainan pertama) dan peserta akan menunjuk orangnya pun menyebutkan namanya)

8 menit

5.

Pelatih merangkum hasil tanya jawab dan diskusi

4 menit Total waktu

B. Di lahan/lapangan

45 menit

1.

Fasilitator dan pelatih mengkondisikan peserta pelatihan

10 menit

2.

Pelatih membahas dan menjelaskan tentang proses atau tata cara menanam rotan berdasarkan Poster 1. Budidaya rotan topik proses penanaman rotan

15 menit

3.

Pelatih mengajak peserta untuk mempraktikkan (contoh) proses penanaman rotan sesuai pemaparan gambar poster

60 menit

4.

Fasilitator dan pelatih mengkondisikan peserta pelatihan

10 menit

5.

Fasilitator mereview kegiatan praktik

10 menit Total waktu

105 menit

Materi Pelatihan 1. PPT 2. Budidaya rotan, topik; proses penanaman rotan. 2. Poster Budidaya rotan. 3. LBB 1. 3. 1. Budidaya Rotan. LBB 1. 3. 1. BUDIDAYA ROTAN A. Budidaya Tidak semua jenis rotan disarankan untuk dibudidayakan. Salah satu faktor pertimbangan dalam pemilihan jenisM O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

157


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

jenis rotan untuk dibudidayakan adalah memiliki nilai ekonomi tinggi serta menghasilkan batang berkualitas tinggi (Anonim, 2003). Beberapa jenis rotan yang dianggap memenuhi persyaratan tersebut, serta layak dibudidayakan antara lain: rotan manau (C. manan), rotan sega (C. caesius), rotan irit (C. trachyvoleus), rotan semambu (C. scipionum), rotan tohiti (C. inop), dan rotan batang (C. zolingeri/Daemonorops robustus). Secara umum, budidaya tanaman dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Teknik budidaya tanaman secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji, sedangkan budidaya tanaman secara vegetatif umumnya dilakukan dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti pucuk daun, akar, serta batang yang kemudian dikembangkan dengan teknik-teknik khusus seperti stek, cangkok, okulasi, dan kultur jaringan. Sampai dengan saat ini, budidaya rotan yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan biji (teknik generatif). Langkah-langkah budidaya rotan dengan teknik ini adalah sebagai berikut: 1. Pengadaan biji Dalam proses pengadaan biji, diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pengumpulan buah Buah rotan masak pada umumnya memiliki warna hijau kekuning-kuningan, kemerah-merahan (rotan irit), dan coklat kehitaman (rotan manau). Biji yang sudah tua berwarna coklat kehitaman dan keras. Selain itu akan banyak dijumpai sisa kulit buah di bawah pohon induk. Musim buah rotan masak pada umumnya adalah di awal musim kemarau, akan tetapi berbeda-beda untuk setiap jenis rotan dan tempat tumbuh. b. Penanganan buah Buah yang telah dipetik dimasukkan ke dalam karung goni basah. Di lokasi pembibitan, buah kemudian direndam hingga kulit dan daging buah membusuk. Kulit dan daging buah ini kemudian dibuang. Biji/benih rotan umumnya tidak dapat disimpan lama sehingga biji yang sudah bersih sebaiknya langsung disemai di bedeng tabur atau ditanamkan pada kantong plastik yang telah diisi media tanam. 2. Persiapan persemaian Lokasi untuk persemaian disarankan berada di lapangan datar atau miring dengan derajat kemiringan maksimum 5 %. Lokasi harus bebas dari genangan air, hama penyakit, dan dekat dengan sumber air.

158

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

3. Pembuatan bibit Pembuatan bibit dapat dilakukan dalam tiga cara berikut: a. Biji rotan dapat dikecambahkan dalam keranjang, disimpan di tempat yang lembab dan disiram setiap hari. Setelah kecambah berumur 1 bulan, ditanam di bedeng pembibitan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. b. Biji rotan dikecambahkan di bedeng penaburan. Untuk biji besar (seperti rotan manau), biji ditanam dalam larikan dengan jarak 2 cm x 4 cm; sedangkan untuk biji kecil (seperti rotan sega/irit) dapat ditabur biasa. Setelah biji berkecambah, sebelum daun pertama mengembang, langsung dipindah ke kantong plastik yang telah dilubangi di bagian pinggir bawah dan medianya disiram terlebih dahulu. Kantong-kantong plastik ini kemudian diletakkan di pelataran bedeng sapih dan di bawah atap. Bibit dirawat di persemaian sampai dengan umur 8-12 bulan. c. Biji rotan langsung dikecambahkan dalam kantong plastik yang telah diberi lobang di bagian pinggir bawah dan diisi media tanam yang telah disiram terlebih dahulu. Bibit dirawat di persemaian sampai dengan umur 8-12 bulan. 4. Penanaman Penanaman dilakukan pada waktu pagi hari, sore hari atau saat cuaca mendung/berawan. Waktu penanaman sebaiknya pada saat curah hujan sudah cukup banyak dan merata. (Sumber: Prosiding Ekspose/Diskusi Hasil-Hasil Penelitian: Teknologi Budidaya dan Pengolahan Rotan dan Bambu. Penulis :Karnita Yuniarti)

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

159


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

160

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

161


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

162

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

163


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

MODUL 2.4 PEMELIHARAAN TANAMAN ROTAN (120 MENIT) Pengantar Pemeliharaan tanaman terdiri dari kegiatan pemeliharaan tahun berjalan. Kegiatan pemeliharaan ini menjadi penting karena menentukan baiknya pertumbuhan rotan hingga hasil panennya lebih berkualitas. Pemeliharaan rotan merupakan rangkaian kegiatan pasca penanaman yang harus dilakukan secara berkala. Modul ini menjelaskan kegiatan pemeliharaan yang terdiri dari pemupukan, penyiraman, penyulaman atau penanaman kembali, pengendalian hama penyakit, penyiangan, dan perlindungan terhadap kebakaran. Subpokok bahasan • Pemupukan • Penyiraman • Penyulaman atau penanaman kembali • Pengendalian hama dan penyakit • Penyiangan • Perlindungan terhadap kebakaran Tujuan Belajar Peserta dapat mengetahui: • waktu yang tepat untuk pemupukan dan jenis pupuk yang dapat digunakan; • waktu yang tepat untuk penyiraman; • waktu untuk penyulaman yang tepat, manfaat penyulaman; • jenis hama penyakit yang dapat menyerang rotan beserta pengendaliannya; • cara penyiangan dan waktu yang tepat untuk penyiangan; dan

164

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

• pentingnya kegiatan perlindungan terhadap kebakaran dan cara yang dapat dilakukan untuk melindungi tanaman dari kebakaran hutan/lahan. • Metode Belajar: Di dalam ruangan: Pemaparan/presentasi, diskusi/curah pendapat, dan tanya jawab. Media Belajar: • PPT 3. Pemeliharaan rotan, • poster, dan • LBB 1. 4. 1. Pemeliharaan Tanaman Rotan. Durasi waktu: 210 menit. Proses Belajar: 1. Di dalam ruangan 1. 2.

Pelatih menyampaikan judul yang akan dipaparkan dan waktu yang diperlukan Pelatih membahas dan menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan terkait pemeliharaan rotan berdasarkan PPT 3. Pemeliharaan rotan • Slide 2: pemupukan • Slide 3: penyiraman • Slide 4: penyulaman • Slide 5: pengendalian hama penyakit- hama pemakan daun (foto) • Slide 7: hama kera, babi, tupai-serangan dan pengendaliannya • Slide 8: penyakit yangdapat menyerang rotan • Slide 9: foto penyakit bercak daun • Slide 10: penyiangan • Slide 11-12: perlindungan terhadap kebakaran • Slide 6: gejala serangan dan pengendalian hama pemakan daun

5 menit 50 menit

3.

Pelatih membuka sesi tanya jawab dan mendiskusikan materi yang dipaparkan dengan pengalaman peserta.

30 menit

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

165


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

5.

Pelatih merangkum hasil tanya jawab dan diskusi

15 menit

Materi pelatihan: PPT 3. Pemeliharaan Rotan B. Di lahan/lapangan 1.

Pelatih mengkondisikan peserta pelatihan

10 menit

2.

Pelatih membahas dan menjelaskan tentang proses atau tata cara menanam rotan berdasarkan Poster

30 menit

3.

Pelatih mengajak peserta untuk mempraktikkan (contoh) proses penanaman rotan sesuai pemaparan gambar poster

70 menit

4.

Pelatih menilai hasil praktik

10 menit Total

210 menit

LBB 1. 4. 1. Pemeliharaan Tanaman Rotan Secara umum pemeliharaan tanaman terdiri dari penyulaman, penyiangan atau pengendalian gulma, pembumbunan, penjarangan, pemupukan susulan, pengendalian hama penyakit, dan pengendalian kebakaran. Namun untuk tanaman tahunan seperti rotan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan atau pengendalian gulma, pemupukan susulan, pengendalian hama penyakit, dan pengendalian kebakaran. Penyulaman adalah suatu kegiatan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati dengan cara menanam benih atau bibit baru. Kegiatan penyulaman harus dilakukan secepat mungkin. Tanaman yang tidak tumbuh harus disulam supaya memperoleh populasi tanaman yang diinginkan. Penyiangan atau pengendalian gulma adalah suatu kegiatan membuang atau membabad tumbuhan yang tidak 166

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

dikehendaki di areal pertanaman. Tumbuhan yang tidak dikehendaki ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman utama karena akan terjadi persaingan atau perebutan unsur hara. Kegiatan penyiangan dapat dilakuan secara manual maupun menggunakan bahan kimia. Pemupukan susulan adalah proses pemupukan kedua atau ketiga selama maasih masa pertumbuhan tanaman, baik dengan dosis yang sama maupun dosis setelah dikurangi dengan pupuk dasar. Pengendalian hama penyakit adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencegah serangan atau menekan tingkat serangan hama penyakit di pertanaman sampai pada batas tingkat serangan yang tidak merugikan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual, kimiawi (dengan fungisida, insektisida, dan lain-lain), maupun kombinasi dari cara-cara tersebut. Pengendalian kebakaran adalah kegiatan pencegahan yang dilakukan untuk menekan terjadinya kebakaran areal pertanaman. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya membuat sekat bakar di sekeliling areal pertanaman, dan membuat menara pemantau kebakaran. Sumber: Diktat Dasar-Dasar Agronomi 2009

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

167


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

168

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

169


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

170

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

MODUL 2.5 ANALISIS BIAYA USAHA BUDIDAYA ROTAN Pengantar Analisis biaya merupakan kegiatan perancangan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan proses produksidistribusi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengendalikan biaya, menentukan keputusan strategi harga, dan menghitung laba/ rugi. Modul ini menjelaskan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pembiayaan usaha budidaya rotan sesuai area tujuan budidaya. Subpokok bahasan • Informasi biaya budidaya rotan • Prediksi dan perencanaan biaya Tujuan Belajar • Peserta dapat mengetahui informasi biaya usaha budidaya rotan. • Peserta dapat memprediksi dan merencanakan biaya usaha budidaya rotan sesuai dengan areal tujuan pembudidayaan. Metode Belajar: Pemaparan/presentasi, diskusi kelompok dan curah pendapat, serta tanya jawab. Media Belajar: • PPT 4: Analisis Biaya Usaha Rotan, dan • lembar Analisis Biaya Usaha Rotan.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

171


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Durasi waktu: 90 menit. Proses Belajar: 1.

Pelatih menyampaikan judul yang akan dipaparkan dan waktu yang diperlukan.

5 menit

2.

Pelatih dan panitia membentuk kelompok yang terdiri dari 4 -5 orang.

10 menit

3.

Pelatih membahas dan menjelaskan tentang analisis biaya usaha budidaya rotan dan contoh RAB yang ada (PPT 4. Analisis Biaya Usaha Budidaya Rotan). Slide 2: pendahuluan Slide 3: proses penggunaan informasi biaya Slide 4: contoh analisis biaya usaha rotan jernang (tabel, 2011) Slide 5: contoh analisis biaya usaha rotan jernang (tabel, 2013)

10 menit

4.

Pelatih memberikan instruksi supaya setiap kelompok membuat rincian analisis biaya usaha budidaya rotan.

30 menit

5.

Peserta mempresentasikan dan mendiskusikan hasil kerja per kelompok.

25 menit

6.

Pelatih merangkum hasil tanya jawab dan diskusi.

10 menit Total waktu

90 menit

LBB Analisis Biaya Usaha Budidaya Rotan Analisis biaya merupakan kegiatan perancangan biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan proses produksi – distribusi. Tujuan analisis biaya: 1. merencanakan dan mengendalikan biaya; 2. menentukan keputusan strategi produksi – distribusi; 172

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

3. merencanakan laba; dan 4. menghitung laba dan rugi. Contoh analisis biaya usaha budidaya rotan:

Jarak tanam: ... m X ... m Lubang tanam: ... lubang

Uraian

Harga Satatuan (Rp)

Keterangan

Volume

Satuan

Jumlah (Rp)

SARANA PRODUKSI Pupuk urea (15 gr/lubang)* Pupuk KCL (15 gr/lubang)*

50 50

Kg Kg

3.900,3.900,-

195.000,195.000,-

Pupuk SP-36 (80 gr/lubang)*

267

Kg

3.600,-

961.200,-

Obat-obatan: Furadan (30 gr/lubang)* Benih atau bibit (2 pohon)

50

Kg

18.000,-

900.000,-

3.332

pohon

2.500,-

8.330.000,-

Bibit untuk menyulam 30%

1.000

pohon

2.500,-

2.500.000,-

5

HK

25.000,-

125.000,-

15

HK

25.000,-

375.000,-

Pemupukan+penanaman

15

HK

25.000,-

375.000,-

Penyiangan

12

kali

250.000,-

3.000.000,-

Penyiangan ini dilakukan untuk membersihkan areal tanam.

B U D I D A Y A

D A N

Tanda * = pilih salah satu.tidak semua pupuk ini digunakan. Aplikasi salah satu pupuk ini dilakukan dua kali yaitu sebelum tanam dan pada saat tanaman berumur 30 HST (hari setelah tanam). Namun akan lebih baik jika menggunakan pupuk organik (pupuk kandang atau dari daun-daun kering) selain ramah lingkungan juga dapat meminimalisir biaya pengeluaran. Aplikasi furadan ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan serangan hama. Kebutuhan bibit disesuaikan dengan lubang tanam.

TENAGA KERJA Survey lahan Pengolahan lahan + lubang tanam

HK = hari kerja. Disesuaikan dengan kemampuan kerja para pekerja.

PERALATAN

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

P A N E N

R O T A N

173


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Uraian

Volume

Jarak tanam: ... m X ... m Lubang tanam: ... lubang Harga Satuan Satuan (Rp)

Keterangan

Jumlah (Rp)

Cangkul

10

unit

100.000,-

1.000.000,-

Parang

10

unit

75.000,-

750.000,-

Meteran

10

unit

50.000,-

500.000,-

Ajir

3.332

turus

2.000,-

6.664.000,-

Tali pengikat (Âą 4m/pohon)

7.000

meter

2.500,-

17.500.000,-

Ember / wadah (kap. 10 kg)

10

unit

30.000,-

300.000,-

Jumlah peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan para pekerja.

Lembar Analisis biaya usaha rotan kelompok Uraian Sarana Produksi

Jarak tanam: ... m X ... m Lubang tanam: ... lubang Volume

Satuan

Harga Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Tenaga Kerja

Peralatan

174

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

Keterangan


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

175


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

176

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

MODUL 2.6 EVALUASI, RTL (RENCANA TINDAK LANJUT) DAN PENUTUP (30 MENIT) Pengantar Evaluasi pembelajaran/pelatihan merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran/pelatihan. Dalam kegiatan ini pihak-pihak yang terlibat, terutama pelatih dan peserta, akan menemukan kekurangan dan kelebihan dari proses pembelajaran/pelatihan yang telah dilakukan. Evaluasi pembelajaran/pelatihan mencakup:awal tahap perencanaan peembelajaran/pelatihan, pelaksanaan pembelajaran/pelatihan, dan penilaian hasil pembelajaran/pelatihan. Sedangkan RTL adalah langkah-langkah atau kegiatan yang harus dilakukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya sesuatu di luar rencana/ dugaan. Kegiatan ini merupakan suatu perencanaan yang dapat membuat “calon pelaku” usaha budidaya rotan membayangkan secara jelas apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kegiatan evaluasi akan melibatkan semua pihak, terutama peserta dan pelatih. Keterlibatan semua pihak akan membantu pelatih untuk dapat mengevaluasi diri terkait kekurangan pelatihan berdasarkan pemahaman para peserta. Kemudian para peserta akan dapat menilai kemampuan mereka sebelum dan setelah pelatihan, dan apa yang kurang dari kegiatan pembelajaran/pelatihan. Kegiatan evaluasi ini akan membantu proses pembelajaran supaya menjadi lebih baik. Subpokok bahasan • Evaluasi: penilaian dari peserta • Pembuatan RTL • Penutupan

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

177


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Tujuan Belajar • Peserta melakukan penilaian kesesuaian materi palatihan dengan real-time di lahan. • Peserta melakukan penilaian terhadap pengetahuan mereka pasca pelatihan dan secara umum. Metode Belajar: diskusi dan tanya jawab. Media Belajar: • LBB Lembar Evaluasi, dan • LBB RTL. Durasi waktu: 60 menit. Proses Belajar: 1. 2.

Pelatih menyampaikan judul yang akan dipaparkan dan waktu yang diperlukan

5 menit

Pelatih menjelaskan cara mengisi Lembar Evaluasi Pelatihan yang telah ditempelkan di papan/ dinding, lalu setiap peserta maju satu per satu mengisi tingkat pengetahuan/kemampuan yang dimiliki setelah pelatihan.

10 menit

3.

Pelatih mengajak peserta mengevaluasi sebelum dan setelah pelatihan: apakah ada perubahan? Apa yang berubah dan apa yang tidak berubah? Apa faktor yang mempengaruhinya?

10 menit

4.

Pelatih mengajak peserta membuat RTL berdasarkan pengetahuan dan diskusi selama pelatihan

20 menit

5.

Pelatih menyimpulkan hasil Evaluasi dan RTL, kemudian meminta Ketua Panitia menutup acara secara resmi dan memberikan pengumuman yang relevan.

15 menit

Total waktu

178

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

60 menit


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

LBB LEMBAR EVALUASI PEMBELAJARAN/PELATIHAN No

Belum Mengerti

Materi

1

Persiapan Lahan a. Pemilihan dan penentuan lahan b. Pengolahan lahan

2

Proses Penanaman a. Pemilihan bibit yang baik b. Pengaturan jarak tanam c. Pembuatan lubang tanam d. Pengisian pupuk dasar e. Penanaman bibit di lahan

3

Pemeliharaan Tanaman Rotan a. Pemupukan b. Penyiraman c. Penyulaman atau penanaman kembali d. Pengendalian hama dan penyakit e. Penyiangan f. Perlindungan terhadap kebakaran

M O D U L

P E L A T I H A N

Cukup mengerti

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

Mengerti

D A N

P A N E N

Total

R O T A N

179


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

TABEL SKOR RENTANG SKOR

KRITERIA

( 60 - 90 )

MENGERTI

( 30 - 60 )

CUKUP MENGERTI

( 1 - 30 )

BELUM MENGERTI

Cara pengisian: 1. Peserta mengisi lembar yang disediakan panitia dengan cara memberikan tanda ceklist/silang sesuai dengan pemahaman peserta didalam tabel pengisian. 2. Kriteria penilaian berbobot skor 1 pada tiap-tiap kolom pengisian. 3. Akumulasi perhitungan skor dengn rumus perhitungan (nx10)-10 = I n = jumlah skor I = total skor LBB Rencana Tidak Lanjut (RTL) Setelah peserta mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan budidaya rotan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan pelatihan memberikan kontribusi/masukan terhadap kegiatan budidaya rotan yang akan dilakukan di lokasi atau wilayah masing-masing. Disamping itu, RTL dapat digunakan sebagai panduan bagi peserta untuk menetapkan hal-hal pokok yang menjadi prioritas tugas dan tanggung jawab dalam menindaklanjuti pengalaman budidaya rotan di masyarakat, sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas serta aplikasi teori dalam situasi praktik di lapangan.

180

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

Melalui penyusunan RTL ini, diharapkan dapat menjembatani hal-hal yang telah dipelajari dalam proses pelatihan dengan kebutuhan pengembangan dan aktualisasi di masyarakat. Penyusunan RTL merupakan topik atau kegiatan belajar terakhir dari keseluruhan sesi pelatihan yang diikuti peserta. Tujuannya untuk menentukan tindak lanjut hasil pelatihan dalam situasi baru setelah mereka kembali ke lokasi atau wilayah masing-masing. Setiap peserta akan menentukan prioritas dan kebutuhan budidaya rotan dalam bentuk kerangka kerja yang realistis sebagai tindak lanjut dari hasil pelatihan yang diperoleh. Disamping itu, RTL sebagai panduan bagi peserta untuk menyusun rencana dalam meningkatkan kapasitas budidaya rotan yang dihadapi masyarakat berdasarkan pembelajaran yang telah dilaluinya. Membuat atau menyusun RTL merupakan salah satu future pacing, yaitu suatu langkah kegiatan untuk mengenali apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang. RTL merupakan suatu perencanaan yang membuat calon pelaku membayangkan secara jelas apa yang harus dilakukan. Penyusunan suatu rencana untuk mencapai tujuan biasanya digunakan pendekatan SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realistic, dan Time bound). Pendekatan ini sangat baik karena medorong pelaku membayangkan secara jelas apa yang harus dilakukannya. Saat merumuskan/menyusun RTL, kelompok akan mendiskusikan langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan, sehingga setiap anggota kelompok mampu memvisualisasikan apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai target beserta hasilnya. Fasilitator bertugas membantu mengarahkan proses diskusi kelompok dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau stimulan agar proses penyusunan RTL memenuhi pendekatan SMART. (sumber: Modul 22. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) – UNICEF Indonesia.)

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

181


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

FORMAT PENYUSUNAN RTL No

182

M O D U L

KEGIATAN

P E L A T I H A N

DIMANA

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

KAPAN

D A N

P A N E N

SIAPA PESERTA

R O T A N

SIAPA PENANGGUNG JAWAB


MODUL 2 M O D U L B U D I D AYA TA N A M A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

183


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

MODUL

3

184

M O D U L

Modul Pemanenan Rotan Penulis : Muhamad Khais Prayoga

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Modul Pemanenan Rotan

MODU L

3

DAFTAR ISI

Modul 3.1 Pengantar dan Tata Tertib Pelatihan (60 menit)

187

Modul 3.2 Cara Panen (120 menit)

191

Modul 3.3 Manajemen Panen Rotan (75 menit)

199

Modul 3.4 Evaluasi dan Penutupan (70 menit)

221

Waktu pelaksanaan : 325 menit = 5,4 Jam Metode : Presentasi,tanya jawab, diskusi kelompok, video dan praktik

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

185


MO D UL

3

MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Modul Pemanenan Rotan PELATIHAN PANEN ROTAN

Proses dan Metoda • Pemaparan • Curah Pendapat • Permainan • Diskusi Pleno • Penugasan

Topik

Sub Topik

1

Pengantar dan Kontrak Belajar

• Tujuan dan dan agenda Pelatihan • Perkenalan dan pencairan suasana • Penyepakatan Tata Tertib Pelatihan

• Peserta memahami tujuan dan agenda pelatihan • Peserta mengenal siapa tim pelatih dan narasumber, dan siapa saja para pesertanya. • Peserta merumuskan aturan main bersama bersama.

2

Cara Panen

Umur dan Kriteria panen Alat pemanenan Teknik Memanen

• Audiens mengetahui dan faham tentang: • Kapan usia rotan siap dipanen. • Cirri-ciri tanaman yang telah memasuki umur panen. • Kriteria rotan yang bisa dipanen. • Alat-alat panen yang dipergunakan. • Cara penggunaan alat panen

No

186

M O D U L

P E L A T I H A N

Tujuan Belajar

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

• Pemaparan • Peragaan conto rotan siap panen • Peragaan alat-alat panen • Diskusi dan tanya jawab

P A N E N

R O T A N

Materi/Media

Waktu

• PPT 1. Pengantar Pelatihan • Permainan • PPT 2. Penyepakatan aturan main selama pelatihan

60 menit

• PPT 3. Cara Panen • Contoh Rotan Siap Panen • Alat-alat panen yang digunakan • Poster cara panen

120 menit


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

No

Topik

Sub Topik

Tujuan Belajar

3.

Manajemen Panen Rotan

• Pola pemanenan rotan • Analisis biaya panen rotan • Perizinan panen rotan

• Peserta mengetahui dan paham tentang pola pemanenan rotan. • Peserta paham cara menghitung analisis biaya panen rotan. • Peserta mengerti tata cara mendapatkan izin pemungutan rotan.

4.

Evaluasi dan Penutupan

• Evaluasi belajar peserta • Kuisioner pelatihan • Penutupan

• Mengetahui seberapa jauh peserta memamhami materi yang telah diberikan. • Mengetahui respon peserta terhadap pelatihan.

M O D U L

P E L A T I H A N

Proses dan Metoda • Pemaparan • Simulasi perhitungan analisis biaya

• Pengisian lembar evaluasi oleh peserta • Pengisian kuisioner oleh peserta

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

Materi/Media

Waktu

• PPT 4: Manajemen panen rotan • Lembar bantu belajar analisis biaya panen rotan

75 menit

• Lembar evaluasi peserta • Lembar kuisioner pelatiahn

70 menit

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

187


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

MODUL 3.1 PENGANTAR DAN KONTRAK BELAJAR Pengantar 1. Suasana saling belajar dan saling mendukung di antara para peserta dan dengan pelatih sangat mempengaruhi efektivitas dari sebuah pelatihan yang menerapkan pendidikan orang dewasa. Oleh karena itu, modul bagian pengantar dan kontrak belajar ini dirancang untuk dapat menciptakan suasana belajar yang interaktif dan dinamis. 2. Modul ini membahas tujuan, agenda pelatihan, perkenalan antar peserta pelatihan dan pemateri, dan pembahasan aturan main selama kegiatan pelatihan berlangsung. Subpokok Bahasan 1. Tujuan dan agenda pelatihan 2. Perkenalan dan pencairan suasana. 3. Penyepakatan Tata tertib Pelatihan Tujuan Belajar 1. Peserta memahami tujuan dan agenda pelatihan 2. Peserta mengenal siapa tim pelatih dan narasumber, dan siapa saja para pesertanya. 3. Peserta merumuskan aturan main bersama bersama. Metoda Belajar 1. Pemaparan 2. Curah Pendapat 3. Permainan 4. Diskusi Pleno

188

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Media Belajar 1. PPT 1. Pengantar Pelatihan 2. Permainan 3. PPT 2. Penyepakatan Aturan Main Selama Pelatihan Durasi Waktu : 60 Menit Proses Belajar 1 2 3

4

Pelatih meminta ketua panitia penyelenggara untuk membuka pelatihan

5 menit

Pelatih menggunakan PPT.1. Pengantar Pelatihan untuk menjelaskan tujuan Pelatihan Panen dan PAsca PAnen Rotan Pelatih mengajak peserta berdiri membentuk lingkaran untuk melakukan permainan perkenalan sebagai berikut: a. Membagikan kartu metaplan kepada seluruh peserta b. Meminta peserta untuk menulis lima hal unik dan lucu tentang diri mereka (Misalnya ciri fisik, asal, hobi, kebiasaan, makanan kesukaan, dll) c. Setelah peserta selesai menuliskan pada kartu metaplan lima hal unik, minta mereka untuk melemparkan kartu tersebut ke tengah lingkaran. d. Setiap orang kemudian diminta untuk mengambil satu metaplan (tidak boleh mengambil punya sendiri) e. Secara bergiliran minta peserta untuk membacakan isinya f. Setiap metaplan dibacakan, minta pemiliknya untuk maju ke tengah lingkaran dan bergaya lucu diringi aba-aba serempak ari peserta yang lain : INILAH DIA g. Sementara bergaya, isi keterangan yang tertulis di metaplan dibacakan. h. Begitu seterusnya bergantian hingga seluruh kartu metaplan dibacakan. Pelatih mengajak peserta menyepakati tata tertib pelatihan

10 menit

25 menit

20 menit

Total waktu

60 menit

Bahan Pelatihan 1. PPT 1. Pengantar Pelatihan (terlampir) 2. PPT 2. Penyepakatan Aturan Main Selama Pelatihan (terlampir)

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

189


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

190

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

191


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

MODUL 3.2 CARA PANEN Pengantar 1. Di Indonesia pasokan rotan berkualitas masih cukup rendah. Hal itu berhubungan dengan ketersediaan rotan hasil panen yang berkualitas dari petani rotan. Kegiatan pemanenan menjadi kunci utama untuk menghasilkan rotan-otan berkualitas. 2. Modul ini mebahsa tentang cara panen rotan diamana didalamnya terdapat materi terkait: umur dan kriteria panen, alat-alat panen yang dipergunakan, serta. Subpokok Bahasan 1. Umur dan Kriteria panen 2. Alat Pemanenan 3. Teknik Memanen Tujuan Belajar Audiens mengetahui dan faham tentang : 1. Kapan usia rotan siap dipanen. 2. Ciri-ciri tanaman yang telah memasuki umur panen. 3. Kriteria rotan yang bisa dipanen. 4. Alat-alat panen yang dipergunakan. 5. Cara penggunaan alat panen. 6. Teknik memanen yang baik Metoda Belajar 1. Pemaparan Materi

192

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

2. 3. 4. 5.

Peragaan conto rotan siap panen Peragaan alat-alat panen Penayangan foto-foto pemanenan Diskusi dan tanya jawab

Media Belajar 1. 2. 3. 4.

PPT 3. Cara Panen Conto Rotan Siap Panen Alat-alat panen yang diguakan Poster cara panen

Durasi Waktu : 120 menit Proses Belajar Sesi 1. Umur dan Kriteria Panen

40 menit

1. Pelatih menyampaikan judul sesi dan waktu yang diperlukan 2. Pelatih menggunakan PPT 3. Cara Panen sub topik Umur dan Kriteria Panen untuk menjelaskan materi serta menunjukan conto-conto rotan siap panen. 3. Diskusi dan tanya jawab 4. Penyegaran (pelatih memberikan intermezo supaya audiens tidak bosan) Sesi 2. Alat Panen

1 menit 15 menit 20 menit 4 menit 35 menit

1. Pelatih menyampaikan judul sesi dan waktu yang diperlukan 2. Pelatih menggunakan PPT 3. Cara Panen sub topik Alat Pemanenan untuk menjelaskan materi serta menunjukan contoh-contoh alat pemanenan 3. Diskusi dan Tanya jawab 4. Penayangan video lucu sehingga audiens tidak kaku

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

1 menit 20 menit 10 menit 4 menit

P A N E N

R O T A N

193


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Sesi 3. Teknik Memanen

45 menit

1. Pelatih menyampaikan judul sesi dan waktu yang diperlukan 2. Pelatih menggunakan PPT 3. Cara Panen sub topik Teknik Memanen untuk menjelaskan materi serta menunjukan foto-foto kegiatan pemanenan 3. Diskusi dan Tanya jawab 4. Permainan (pelatih coba mengetes daya ingat audiens apakah masih ingat nama-nama audiens yang lain? Apabila masih belum ingat bisa diberikan hukuman untuk menyanyi/joget dan sebagaianya)

1 menit 20 menit 20 menit 4 menit

Total Waktu

120 menit

Materi Pelatihan 1. PPT 3. Cara Panen (terlampir) 2. Poster Cara Panen (terlampir) Bahan Bacaan: Buku Panduan Panen dan Pasca-Panen Rotan CARA PANEN A. Umur dan Kriteria Tanaman rotan pada umumnya tumbuh berumpun dan mengelompok. Oleh sebab itu, umur dan tingkat ketuaan rotan yang siap dipanen berbeda. Dengan demikian, pemungutan rotan dilakukan secara tebang pilih. Kriteria rotan yang siap dipanen adalah duri berwarna hitam, daun-daunnya kering sehingga mudah jatuh, sebagian batangnya sudah tidak dibalut oleh pelepah daun, dan warna tebu telah berubah dari kuning muda menjadi hijau tua. Selain itu, tebu memiliki bunga daun buah, serta panjang tebu lebih dari 5 meter (Januminro, 2000). Hal yang sangat penting sebelum pemanfaatan hasil rotan adalah proses cara pemungutan dan pascapanen. Sebagian besar rotan yang dipanen berasal dari hutan alam. Rotan merupakan tumbuhan merambat di pohon194

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

pohon penopang (turus) dengan bantuan duri-duri (cirus) pengait yang terdapat pada ujung tangkai daun pada pelepah daun. Rambatan rotan tidak saja hanya pada pohon penopangnya, akan tetapi juga pada pohon-pohon sekitarnya, dan kadang-kadang saling berjalin dengan cabang atau ranting pohon. Keadaan tersebut kadang-kadang mengakibatkan para penebang rotan akan mengalami kesulitan untuk menarik rotan secara keseluruhan, dimana sebagian rotan ada yang tertinggal di atas pohon. Dalam 6 sampai 12 tahun, rotan mencapai usia panen atau usia matang, hal tersebut bergantung pada jenis rotan (spesies), kualitas tanah, dan iklim. Usia panen rotan untuk keperluan komersial beraneka ragam tergantung pada spesies rotan (Abd. Latif 1992). Rotan dewasa dapat mencapai panjang 20 meter, atau bahkan 50 sampai 100 meter, namun dengan batang yang sangat ramping. Pemanenan biasanya dilakukan saat musim kemarau. Namun, masyarakat di Malaysia banyak yang memanen saat musim hujan. Memanen saat musim kemarau akan mempermudah kegiatan memproses rotan, seperti saat menggunakan fungisida dan saat pengeringan. Selain itu, pemanenan rotan saat musim kemarau memudahkan dalam pemungutan rotan. Pemungutan pada musim kemarau, rotan hasil pemungutan akan lebih cepat kering dan tunggak (stump) sisa tebangan tidak membusuk, sehingga tidak merusak anakan pada rumpun rotan (rotan yang tumbuh berumpun). Kalau sekiranya harus memanen pada musim hujan, tunggak dari batang yang ditebas ditutupi untuk mencegah masuknya air. Hal ini membantu usaha pelestarian rotan dengan cara menghindari kerusakan ekosistem rumpun rotan. Pemanenan rotan dilakukan dengan memotong batang 0.3 – 2 meter di atas tanah dengan menggunakan parang dan dilepaskan dari pepohonan dengan cara ditarik ke bawah. Memanen rotan merupakan pekerjaan yang berbahaya. Para pengumpul harus sangat berhati-hati saat batang jatuh, karena turut membawa berbagai macam puing seperti batang pohon yang mati, serangga seperti lebah dan semut, sarang hewan, dan gundukan epifit. Jika batang rotan tersangkut di pepohonan maka pengumpul harus memanjat pohon di dekatnya untuk melepaskannya. Jika hal tersebut tidak bisa dilakukan maka bagian rotan yang tidak bisa didapat akan ditinggalkan.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

195


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

B. Alat Pemanenan

Sumber: World Wide Fund for Nature (WWF) (2011)

Gambar 2. Alat-alat Pemanenan Rotan C. Teknik memanen Memanen rotan dapat dilakukan dengan mengikuti teknik yang disajikan dalam gambar 3. Keterangan: 1. Identifikasi rotan untuk menghindari pemotongan yang salah, kemudian potong batang dewasa pada 10 cm di atas akar, hindari benturan dengan batang lainnya. 2. Tarik batang dari akarnya, potong lapisan bagian luar dari akar, kemudian tarik kembali. Potong tangkai batang rotan sebelum menarik rotan. 3. Kelompokkan batang-batang rotan sesuai dengan ukurannya, kemudian diikat. 4. Kumpulkan daun-daun dan sampah bekas pemanenan rotan lainnya pada semak-semak untuk pemupukan rotan. 5. Daun-daun sampah sisa pemanenan dapat diolah untuk dijadikan kompos.

196

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Sumber: World Wide Fund for Nature (WWF) (2011)

Gambar 3. Langkah-langkah Teknik Pemanenan Rotan

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

197


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

198

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

199


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

MODUL 3.3 MANAJEMEN PANEN ROTAN Pengantar • Rotan merupakan hasil hutan bukan kayu yang tidak sembarangan dapat dipanen begitu saja. Perlu dijaga kelestariannya, serta dijaga pula ekosistem hutan tempat tumbuh rotan tersebut. Untuk itu manajemen panen rotan perlu dipelajari supaya tercipta keberlanjutan ekosistem rotan di hutan. • Modul ini membahas tentang pola panen yang menjelaskan pola pembagian lahan panen dan rotasi waktu panen, analisis biaya panen rotan, serta perizinan pemanenan rotan Sub-Pokok Bahasan 1. Pola Pemanenan Rotan 2. Analisis Biaya Panen Rotan 3. Perizinan Panen Rotan Tujuan Belajar 1. Peserta mengetahui dan paham tentang pola pemanenan rotan. 2. Peserta paham cara menghitung analisis biaya panen rotan. 3. Peserta mengerti tata cara mendapatkan izin pemungutan rotan. Metode Belajar 1. Pemaparan. 2. Simulasi perhitungan biaya panen.

200

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Media Belajar 1. PPT 4. Manajemen panen rotan. 2. Lembar bantu belajar analisis biaya panen rotan. Durasi Waktu: 75 menit. Proses Belajar: Sesi 1. Pola Pemanenan Rotan 1. Pelatih menyampaikan judul sesi dan waktu yang diperlukan.

20 menit 1 menit

2.

Pelatih menggunakan PPT 4: Manajemen Panen Rotan subtopik Pola pemanenan rotan untuk menjelaskan materi.

10 menit

3.

Diskusi dan tanya jawab.

14 menit

Sesi 2. Analisis Biaya Panen Rotan

35 menit

1.

Pelatih menyampaikan judul sesi dan waktu yang diperlukan.

1 menit

2.

Pelatih menggunakan PPT 4: Manajemen Panen Rotan, subtopik: Analisis Biaya Panen Rotan, untuk menjelaskan materi.

10 menit

3.

Diskusi dan Tanya jawab.

5 menit

4.

Simulasi analisis biaya panen rotan: • pemateri memberikan lembar simulasi analisis biaya panen rotan, • peserta dibiarkan untuk mengerjakan, namun tetap dalam pengawasan pemateri.

10 menit

5.

Pembahasan simulasi analisis biaya panen rotan

9 meniit

Sesi 3. Perizinan Panen Rotan

20 menit

1.

1 menit

Pelatih menyampaikan judul sesi dan waktu yang diperlukan.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

201


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

2.

Pelatih menggunakan PPT 4: Manajemen Panen Rotan, subtopik: Perizinan Panen Rotan, untuk menjelaskan materi.

10 menit

3.

Diskusi dan Tanya jawab.

9 menit

Total Waktu

75 menit

Bahan Pelatihan 1. PPT 4. Manajemen Panen Rotan (terlampir). 2. Lembar bantu belajar analisis biaya panen rotan. Bahan Bacaan 1. Buku Panduan Panen dan Pasca-Panen Rotan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008. 4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999. Lembar Bantu Belajar ANALISIS BIAYA PANEN ROTAN Soal: Narto, seorang pemanen rotan di Desa Legokhangseur, pergi mencari rotan selama satu minggu (7 hari). Dalam melakukan panen, Narto menggunakan satu buah parang dan satu buah kapak dengan biaya perawatan masing-masing Rp5.000,00 dan Rp10.000,00. Selama di hutan, Narto menghabiskan perbekalan senilai Rp10.000,00 per hari. Setelah satu minggu, Narto memperoleh 5 ton rotan. Apabila biaya tenaga kerja panen Rp1.000,00 per kg dan biaya angkut Rp500,00 per kg serta harga rotan Rp2.000,00 per kg, berapakah biaya total yang dikeluarkan

202

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Narto dalam sekali panen dan berapa keuntungan yang diperoleh Narto? Jawaban: Jawaban dimasukan ke dalam tabel sebagai berikut: Biaya tetap

Variable

Volume

1. Pemeliharaan peralatan 1

………..

2. Pemeliharaan peralatan 2 3. Perbekalan

……….. …… hari

Harga satuan (Rp)

Total (Rp)

Harga satuan (Rp)

Total (Rp)

Harga satuan (Rp)

Total (Rp)

Biaya tidak tetap Variable

Volume

1. Tenaga kerja panen

…….. kg

2. Tenaga kerja angkut/pikul Total biaya tidak tetap

…….. kg

Biaya produksi (Total biaya tetap+ Total biaya tidak tetap) Variable Pendapatan kotor

Volume …….. kg

Pendapatan bersih (pendaptan kotor – biaya total)

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

203


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Kunci Jawaban: Biaya tetap Variable 1. Pemeliharaan peralatan 1 2. Pemeliharaan peralatan 2 3. Perbekalan Biaya tidak tetap Variable 1. Tenaga Kerja Panen 2. Tenaga kerja angkut/pikul Total biaya tidak tetap

Volume 1 parang 1 kapak 7 hari

Harga satuan (Rp)

Volume 5000 kg 5000 kg

Harga satuan (Rp)

5.000 5.000 10.000 10.000 10.000 70.000

Volume 5000 kg

85.000

Total (Rp) 1.000 5.000.000 500 2.500.000 7.500.000

Biaya produksi (Total biaya tetap+ Total biaya tidak tetap) Variable Pendapatan kotor

Total (Rp)

7.585.000

Harga satuan (Rp)

Total (Rp) 10.000.000

2.000

Pendapatan bersih (pendapatan kotor – biaya total)

2.415.000

Bahan Bacaan 1: Panduan Panen dan Pasca-Panen Rotan. MANAJEMEN PANEN A. Pola Pemanenan Rotan Panen rotan dilakukan secara berkelompok, mengingat tempat panen yang cukup jauh serta berada di dalam hutan. Namun demikian, perlu digarisbawahi bahwa berkelompok pada konteks pemungutan rotan masyarakat biasa hanya terbatas pada istilah ’pergi’-nya saja. Hal ini mengandung arti bahwa secara fisik mereka pergi ke hutan beramai-ramai (berkelompok), namun dalam pelaksanaan kegiatannya di hutan ataupun hasil yang diperoleh, akan 204

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

sangat bergantung pada kemampuan individu masing-masing. Dalam pemungutan rotan masyarakat biasa, terlebih dahulu ditentukan titik kumpul. Titik kumpul merupakan tempat dimana satu kelompok mulai berpencar mencari rotan dan bertemu kembali setelah melakukan pemanenan rotan. Selain menjadi tempat berkumpul, titik kumpul juga dijadikan sebagai tempat penampungan sementara rotan hasil panen dari hutan. Pada waktu panen seringkali terdapat dua kelompok panen atau lebih dalam satu area. Oleh karena itu, apabila lokasi rotan yang ditemukan sudah ditemukan oleh pemanen lain, kita hendaknya mencari lokasi rotan yang lain. Berdasar pada kejadian tersebut alangkah baiknya apabila kelompok-kelompok pemanen rotan terorganisasikan dengan baik. Ada baiknya, dalam satu desa didirikan kelompok-kelompok pemanen rotan, sehingga pemungut rotan tercatat dengan baik dan pembagian area panen bisa dilakukan. Pemanen rotan mesti memperhatikan masa regenerasi rumpun rotan. Panen rotan dilakukan secara tebang pilih, yaitu rotan yang sudah masa tebang saja yang dipanen. Rotan yang masih muda disisakan antara 3 – 4 batang. Menurut Januminro (2000), hal tersebut dimaksudkan agar para pemanen dapat melakukan pemanenan pada periode berikutnya. Dalam kegiatan pemanenan kayu komersial, dikenal istilah daur tebang atau rotasi tebang, dimana penebangan pada petak tertentu akan terulang pada rentang waktu tertentu tergantung jenis pohon yang dipanen. Hal ini pun terjadi pada panen rotan. Rotasi pemanenan perlu dilakukan supaya kelestarian rotan tetap terjaga. Pemanen rotan di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi kembali ke tempat pemanenan rotan setelah lebih dari tiga tahun. Hal tersebut bertujuan untuk memberi waktu kepada rumpun sisa atau permudaan alam untuk beregenerasi dan kembali dipanen setelah terdapat kembali rotan yang cukup tua dalam area tersebut. B. Analisis Biaya Panen Rotan Terdapat tiga komponen biaya dalam kegiatan panen rotan, yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap, dan biaya produksi total. Biaya tetap adalah biaya yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan. Biaya tidak tetap adalah jenis-jenis biaya yang naik turun bersama-sama dengan volume kegiatan. Biaya produksi total adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mendapatkan rotan siap jual. Biaya produksi total diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

205


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah pemeliharaan peralatan dan perbekalan selama pemanenan. Sedangkan yang termasuk kedalam biaya tidak tetap adalah biaya tenaga kerja selama panen dan tenaga kerja pengangkutan. Biaya tenaga kerja tergolong pada biaya tidak tetap karena pembayaran tergantung dari jumlah atau berat rotan yang ada. Tenaga kerja panen dibayar sesuai dengan kemampuannya memperoleh rotan, sedangkan tenaga kerja pengangkutan dibayar sesuai dengan kemampuan dia mengangkut rotan dan jarak tempuhnya. Keuntungan dari kegiatan pemanenan diperoleh dari hasil perhitungan pendapatan kotor dikurangi biaya produksi. Pendapatan kotor adalah pendapatan hasil dari penjualan jumlah produksi rotan basah dengan harga yang ditetapkan dipasaran. Sebagai contoh, seorang petani akan memanen rotan dengan membawa satu parang dengan biaya pemeliharaan Rp10.000,00. Petani tersebut pergi selama tiga hari dengan biaya perbekalan Rp20.000,00 per hari. Selama tiga hari di hutan, petani tersebut menghasilkan 1 ton rotan dengan harga rotan saat itu Rp3000,00 per kg. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Analisis Biaya Panen Rotan

Variable

Volume

Haraga satuan (Rp)

Biaya tetap 4. Pemeliharaan peralatan 1 parang 5. Perbekalan 3 hari Total biaya tetap Biaya tidak tetap 3. Tenaga Kerja Panen 1000 kg 4. Tenaga kerja angkut/pikul 1000 kg Total biaya tidak tetap Biaya produksi (Total biaya tetap+ Total biaya tidak tetap) Pendapatan kotor 1000 kg Pendapatan bersih (pendaptan kotor – biaya total)

Total (Rp)

10.000 20.000 500 200

3000

C. Perizinan Panen Rotan

206

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

10.000 60.000 70.000 500.000 200.000 700.000 770.000 3.000.000 2.230.000


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Rotan merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang tumbuh di lahan-lahan hutan milik negara. Oleh karena itu, dalam kegiatan pemanen rotan diperlukan perizinan. Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu (IPHHBK) adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung dan/atau hutan produksi, antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan, dan tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu. Lokasi yang dapat digunakan untuk IPHHBK dalam Hutan Alam (IPHHBK-HA) atau IPHHBK dalam Hutan Tanaman (IPHHBK-HT) atau IPHHBK dalam Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi (IPHHBK-HTR) pada Hutan Produksi adalah: a. hutan produksi yang tidak dibebani izin; dan atau b. apabila lokasi yang dimohon telah dibebani izin, harus mendapat persetujuan tertulis dari pemegang izin yang bersangkutan; c. hutan tanaman hasil rehabilitasi; d. lokasi tersebut pada poin (b) dapat berada dalam kawasan lindung, dan hutan produksi dengan tujuan khusus (HPTK). Adapun dasar hukum yang mengatur IPHHBK adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan; dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lampiran). Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan IPHHBK adalah sebagai berikut: 1. Surat permohonan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sambas, sesuai dengan format blangko yang berlaku. 2. Rekomendasi dari kepala desa setempat atau pejabat yang disetarakan (pejabat yang ditunjuk untuk mewakili), yang diketahui oleh camat setempat. 3. Fotokopi KTP atau identitas lain yang diketahui kepala desa Setempat untuk pemohon perorangan atau akta pendirian beserta perubahan-perubahaannya untuk koperasi. 4. Sketsa lokasi area yang dimohonkan dan diketahui oleh kepala desa setempat dan ditandatangani oleh M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

207


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

pemohon. 5. Daftar nama, tipe, dan jenis peralatan yang akan dipergunakan dalam melakukan kegiatan pemungutan hasil hutan. 6. Pertimbangan teknis dari instansi terkait. Sebagai mana surat izin lainnya, IPHHBK memiliki jangka waktu selama 1 tahun dan dapat diperpanjang. IPHHBK diperuntukkan untuk satu kepala keluarga. Setiap kepala keluarga yang memiliki IPHHBK, maksimal memanen rotan sebanyak 20 ton dan dapat diperdagangkan. Jangka waktu penyelesaian pelayanan perizinan ditetapkan paling lama 12 (dua belas) hari kerja, terhitung sejak diterimanya berkas permohonan dengan lengkap dan benar. Setiap permohonan IPHHBK tidak dikenakan retribusi. Bahan Bacaan 2: Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2007. Pasal 17 1) Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan secara optimal, adil, dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat. 2) Pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kegiatan: a. pemanfaatan kawasan; b. pemanfaatan jasa lingkungan; c. pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu; dan d. pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. 3) Pemanfaatan hutan dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16. 4) Pasal 18

208

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), yaitu kawasan; a. hutan konservasi, kecuali pada cagar alam, zona rimba, dan zona inti pada taman nasional; b. hutan lindung; dan c. hutan produksi. Pasal 19 Dalam setiap kegiatan pemanfaatan hutan yang dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), wajib disertai dengan izin pemanfaatan hutan yang meliputi : a. IUPK; b. IUPJL; c. IUPHHK; d. IUPHHBK; e. IPHHK ; dan f. IPHHBK. Pasal 20 1) Izin pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dapat dipindahtangankan setelah mendapat persetujuan tertulis dari pemberi izin. 2) Area izin pemanfaatan hutan tidak dapat dijadikan jaminan, agunan, atau dijaminkan kepada pihak lain. Pasal 21 1) Untuk wilayah tertentu, menteri dapat menugaskan Kepala KPH untuk menyelenggarakan pemanfaatan hutan, termasuk melakukan penjualan tegakan. 2) Penyelenggaraan pemanfaatan hutan, termasuk melakukan penjualan tegakan dalam wilayah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada pedoman, kriteria, dan standar pemanfaatan hutan

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

209


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

wilayah tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman, kriteria, dan standar pemanfaatan hutan wilayah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri.

1)

2)

3) 4)

5)

Pasal 26 Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c, antara lain berupa : a. rotan; b. madu; c. getah; d. buah; e. jamur; atau f. sarang burung walet. Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung dilakukan dengan ketentuan: a. hasil hutan bukan kayu yang dipungut harus sudah tersedia secara alami; b. tidak merusak lingkungan; dan c. tidak mengurangi, mengubah, atau menghilangkan fungsi utamanya. Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung hanya boleh dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan. Pada hutan lindung, dilarang; a. memungut hasil hutan bukan kayu yang banyaknya melebihi kemampuan produktifitas lestarinya; b. memungut beberapa jenis hasil hutan yang dilindungi oleh undang-undang. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan peraturan menteri. Pasal 28

210

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

1) Jangka waktu IUPK pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, sesuai dengan jenis usahanya, diberikan paling lama 10 (sepuluh) tahun. 2) IUPK pada hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang, berdasarkan evaluasi yang dilakukan secara berkala setiap 1 (satu) tahun oleh pemberi izin. 3) IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan: a. paling luas 50 (lima puluh) hektar untuk setiap izin; b. paling banyak 2 (dua) izin untuk setiap perorangan atau koperasi dalam setiap kabupaten/kota. Bahan Bacaan 3: Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2008. Ketentuan Pasal 26 ayat (2) huruf a diubah, sehingga keseluruhan Pasal 26 berbunyi sebagai berikut: Pasal 26 1) Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c, antara lain berupa: a. rotan; b. madu; c. getah; d. buah; e. jamur; atau f. sarang burung walet. 2) Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung dilakukan dengan ketentuan: a. hasil hutan bukan kayu yang merupakan hasil reboisasi dan/atau tersedia secara alami; b. tidak merusak lingkungan; dan c. tidak mengurangi, mengubah, atau menghilangkan fungsi utamanya. 3) Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung hanya boleh dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

211


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Bahan Bacaan 4: Undang-undang nomor 41 tahun 1999. Bagian Ketiga: Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 23 Pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. Pasal 24 Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional. Pasal 25 Pemanfaatan kawasan hutan pelestarian alam dan kawasan hutan suaka alam serta taman buru diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 26 1) Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. 2) Pemanfaatan hutan lindung dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pasal 27 1) Izin usaha pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dapat diberikan kepada: a. perorangan, b. koperasi

212

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

2) Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), dapat diberikan kepada: a. Perorangan b. Koperasi c. badan usaha milik swasta Indonesia d. badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah 3) Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), dapat diberikan kepada: a. perorangan, b. koperasi Pasal 28 1) Pemanfaatan hutan produksi dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. 2) Pemanfaatan hutan produksi dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pasal 29 1) Izin usaha pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada a. perorangan, b. koperasi 2) Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: a. perorangan b. koperasi c. badan usaha milik swasta Indonesia

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

213


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

d. badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah 3) Izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: a. perorangan b. koperasi c. badan usaha milik swasta Indonesia d. badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah 4) Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: a. perorangan b. koperasi c. badan usaha milik swasta Indonesia d. badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah 5) Izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: a. perorangan, b. koperasi Pasal 30 Dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat, setiap badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik swasta Indonesia yang memperoleh izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, diwajibkan bekerjasama dengan koperasi masyarakat setempat. Pasal 31 1) Untuk menjamin asas keadilan, pemerataan, dan lestari maka izin usaha pemanfaatan hutan dibatasi dengan mempertimbangkan aspek kelestarian hutan dan aspek kepastian usaha. 2) Pembatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 214

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Pasal 32 Pemegang izin sebagaimana diatur dalam pasal 27 dan pasal 29 berkewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan hutan tempat usahanya. Pasal 33 1) Usaha pemanfaatan hasil hutan meliputi kegiatan penanaman, pemeli-haraan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran hasil hutan. 2) Pemanenan dan pengolahan hasil hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh melebihi daya dukung hutan secara lestari. 3) Pengaturan, pembinaan dan pengembangan pengolahan hasil hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Menteri. Pasal 34 Pengelolaan kawasan hutan untuk tujuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat diberikan kepada : a. masyarakat hukum adat, b. lembaga pendidikan, c. lembaga penelitian, d. lembaga sosial dan keagamaan. Pasal 35 1) Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 29, dikenakan iuran izin usaha, provisi, dana reboisasi, dan dana jaminan kinerja. 2) Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 29 wajib menyediakan dana investasi untuk biaya pelestarian hutan. 3) Setiap pemegang izin pemungutan hasil hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 29 hanya dikenakan provisi.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

215


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

4) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 36 1) Pemanfaatan hutan hak dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, sesuai dengan fungsinya. 2) Pemanfaatan hutan hak yang berfungsi lindung dan konservasi dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsinya. Pasal 37 1) Pemanfaatan hutan adat dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan, sesuai dengan fungsinya. 2) Pemanfaatan hutan adat yang berfungsi lindung dan konservasi dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsinya.

1) 2) 3) 4) 5)

Pasal 38 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertim-bangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilaku-kan oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 39 Ketentuan pelaksanaan tentang pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 29, Pasal 34, Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 38 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 216

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

217


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

218

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

219


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

220

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

MODUL 3.4 EVALUASI DAN PENUTUPAN Pengantar • Setelah melakukan pelatihan, perlu dievaluasi bagaimana tingkat penyerapan peserta terhadap materi yang telah diberikan. Tak hanya itu, modul ini juga sebagai evaluasi untuk pemateri kuisioner berupa tanggapan peserta perlu ditampung untuk perbaikan pelatihan selanjutnya. • Pada modul ini dilakukan evaluasi terhadap peserta untuk memperoleh informasi seberapa jauh pengetahuan peserta tentang materi pelatihan. Selain itu pada modul ini juga diharapkan suasana ramah tamah antar peserta tetap terjalin. Sub-Pokok Bahasan 1. Evaluasi Belajar Peserta 2. Kuisioner Pelatihan 3. Penutupan Tujuan Belajar 1. Mengetahui seberapa jauh peserta memamhami materi yang telah diberikan. 2. Mengetahui respon peserta terhadap pelatihan. Metode Belajar 1. Pengisian lembar evaluasi oleh peserta. 2. Pengisian kuisioner oleh peserta.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

221


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Media Belajar 1. Lembar evaluasi peserta. 2. Lembar kuisioner pelatihan. Durasi Waktu: 70 menit. Proses Belajar

Sesi 1. Evaluasi Belajar Peserta

30 menit

Pemateri menjelaskan maksud dan tujuan dari evaluasi belajar.

4 menit

Pemateri membagikan lembar evaluasi kepada peserta.

6 menit

Peserta menjawab soal-soal yang telah dibagikan.

15 menit

Pemateri mengumpulkan lembar evaluasi yang telah diisi oleh peserta. Sesi 2. Kuisioner pelatihan

5 menit 20 menit

1. 2. 3.

4 menit 6 menit 5 menit

Pemateri menjelaskan maksud dan tujuan dari kuisioner pelatihan. Pemateri membagikan lembar evaluasi kepada peserta. Peserta menjawab kuisioner yang telah dibagikan.

4. Pemateri mengumpulkan lembar evaluasi yang telah diisi oleh peserta. Sesi 3. Penutupan

5 menit 20 menit

1.

Pelatih meminta ketua panitia penyelenggara untuk menutup pelatihan.

2 menit

2.

Pembacaan doa penutup pelatihan.

3 menit

3.

Ramah tamah dan foto bersama.

15 menit

Total waktu

70 menit

Bahan Pelatihan 1. Lembar evaluasi peserta. 2. Lembar kuisioner pelatihan.

222

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

LEMBAR EVALUASI PELATIHAN Beri tanda X pada jawaban yang anda anggap benar: 1. Ciri-ciri rotan siap panen, yaitu ‌ . a. Daun-daun mengering b. Batang tidak dibalut pelepah c. Duri berwarna hitam d. Semua jawaban benar 2. Pada musim apa sebaiknya rotan dipanen? a. Musim kemarau b. Musim salju c. Musim rambutan d. Musim hujan 3. Apa alat yang biasa dipergunakan dalam memanen rotan? a. Parang b. Arit c. Kampak d. Semua benar

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

223


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

4. Gambar di bawah ini adalah kegiatan … . a. b. c. d.

Memanjat pohon Memanen rotan Mengambil mangga Meluruskan rotan

5. Dalam memanen rotan sebaiknya disisakan 3-4 batang rotan supaya … . a. Mudah panennya b. Rotan kuat c. Pemanen bisa melakukan panen di periode berikutnya d. Semua salah 6. Rumus biaya total panen rotan adalah … . a. Biaya tenaga kerja panen + biaya tenaga kerja pikul b. Biaya tetap + biaya tidak tetap c. Biaya perbekalan + biaya peemeliharaan alat d. Semua salah 7. dasar hukum yang mengatur IPHHBK adalah … . a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 d. Semua benar 224

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

Kunci Jawaban 1. 2. 3. 4.

D A D B

5. 6. 7.

C B D

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

225


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

LEMBAR EVALUASI HASIL PELATIHAN Materi Pelatihan : Panen dan Pasca-Panen Rotan Tanggal : ………………………………… Fasilitator : ………………………………… Waktu : ………………………………… Tempat : ………………………………… Berilah tanda silang ( √ ) pada kolom-kolom di bawah ini yang menurut anda sesuai dengan skala sebagai berikut: 1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Kurang setuju 4. Tidak setuju No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

226

Pertanyaan Materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan saya.

1

Materi yang diberikan bermanfaat bagi saya. Materi yang diberikan sangat lengkap. Saya memahami materi yang disampaikan. Fasilitator menguasi semua materi. Cara penyampaian fasilitator mudah dimengerti. Cara penyampaian fasilitator sistematis. Interaksi fasilitator dengan peserta baik. Penampilan fasilitator baik.

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

2

3

4


MODUL 3 M O D U L P E M A N E N A N R O TA N

No. 10. 11.

Pertanyaan

1

2

3

4

Fasilitator mampu menjawab pertanyaan dari peserta. Alat bantu yang dipergunakan menunjang materi pelatihan.

12. 13.

Peserta antusias mengikuti pelatihan. Menurut saya yang aktif dalam pelatihan ini adalah

14.

a. Fasilitator b. Peserta c. Fasilitator dan peserta Saran: ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ...............................................................................................................................

15.

Rencana setelah mengikuti pelatihan: ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ...............................................................................................................................

M O D U L

P E L A T I H A N

P E M B I B I T A N ( N U R S E R Y ) ,

B U D I D A Y A

D A N

P A N E N

R O T A N

227


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.