Buletin KOPI Ponorogo Edisi November 2020

Page 1

EDISI NOVEMBER 2020 Buletin KOPI PONOROGO merupakan media informasi yang dibuat oleh Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Ponorogo sebagai ruang untuk saling belajar dan berbagi informasi antar sesama pekerja migran Indonesia. Informasi versi online bisa diakses di www.buruhmigran.or.id.

▶ Barno, Kepala Desa Bringinan bersama Tim Penilai Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Awards 2020, (7/11). [Foto: Siswanto]

KABAR UTAMA

Desa Bringinan Masuk Nominasi Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Awards 2020 Oleh: Siswanto

D

esa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Po­ no­rogo menjadi satu dari dua desa di Jawa Timur yang men­ jadi calon penerima Hassan Wi­ ra­juda Pelindungan WNI Awards (HWPA) 2020. Sabtu (7/11) lalu, tim juri HWPA dari Kementerian

Luar Negeri melakukan kunjungan lapang untuk memperoleh in­for­ masi tambahan dan bukti konkret dari berkas yang telah dikirim pa­ da tahap seleksi. Desa Bringinan masuk nominasi pe­n erima penghargaan HWPA

2020 karena telah memiliki Per­ aturan Desa (Perdes) ten­tang pe­ lindungan pekerja mi­g ran Indo­ nesia (PMI). Perdes ini di­do­rong oleh Komunitas Pe­kerja Migran Indonesia (KOPI) yang terbentuk ▶ Bersambung ke halaman 3


SALAM REDAKSI

T

SUSUNAN REDAKSI

ak terasa, usia Komunitas Pekerja Mi­g ran Indonesia (KOPI) menjelang tiga tahun. Sudah ba­nyak pengetahuan dan pembelajaran yang te­lah didapat dan dibagi. Tahun ini, telah “lahir” pu­ la KOPI dari Desa Gelanglor, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Seperti juga proses awal yang dilalui oleh KOPI dari desa lain, KOPI Desa Gelanglor juga belajar berbagai materi tentang pentingnya pelindungan pekerja migran Indonesia (PMI) dari desa.

Penanggungjawab Muhammad Irsyadul Ibad

Kabar gembira lainnya datang dari Desa Bringinan. Akhir tahun ini, Desa Bringinan masuk dalam no­ minasi Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Awards 2020. Penghargaan ini diberikan kepada institusi atau kelompok atau perorangan tertentu yang ber­ kontribusi pada pelindungan warga negara Indo­ne­ sia (WNI). Desa Bringinan menjadi calon penerima penghargaan ini karena telah memiliki Peraturan Desa Pelindungan PMI yang didorong oleh temanteman KOPI.

Tata Letak Azka Maula

Sementara itu, teman-teman KOPI dari Desa Pondok turut mengajak masyarakat untuk lebih peduli tentang pentingnya dokumen diri. Hal tersebut be­rang­kat dari pengalaman pengurus KOPI Desa Pondok dalam membantu PMI maupun keluarganya dalam mengurus dokumen diri. Sebab, masih ada masyarakat yang tidak mempunyai akta kelahiran hingga kesalahan data pada Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk.

Pemimpin Redaksi Anny Hidayati Tim Redaksi Arif Yulianto, M. Abdul Hadi, Sarni, Fitri Lestari, Langgeng Hartono, Nonik Iswarani, Ani Dewi Nuryani, Sumarni, Sri Widayati, Siswanto, Wiwit Oktariana, Wardatul Hasanah Editor Sofwan Hadi

Alamat Redaksi Infest Yogyakarta Jl. Veteran UH IV/734 Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta 55164. Telp./fax 0274-417004 —— BULETIN KOPI PONOROGO diterbitkan oleh Komunitas Pekerja Migran Indonesia dan Pusat Sumber Daya Buruh Migran, INFEST Yogyakarta dengan dukungan AWO International melalui pendanaan dari Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) Pemerintah Jerman. Isi, pandangan, dan pernyataan dari terbitan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab KOPI dan INFEST Yogyakarta sebagai mitra lokal dan tidak mencerminkan pandangan AWO international dan/ atau BMZ.

Pada buletin edisi kali ini, tim redaksi juga ingin berbagi inspirasi dari Desa Gelanglor dan Pondok. Dari Desa Gelanglor ada sosok purna PMI yang men­ jadi pengusaha tahu. Sementara dari Desa Pondok ada purna PMI yang menekuni kerajinan tas dari tali kur. Di masa pandemi Covid-19 ini, mereka tetap berjuang dan produktif. Kita semua berharap, se­ moga masa-masa sulit karena pandemi ini segera berakhir. Akhir kata, redaksi mengucapkan terima kasih ke­ pada seluruh kontributor yang turut memperkaya kha­zanah pengetahuan untuk mencerdaskan ma­ sya­rakat. Selamat membaca.

2

Buletin KOPI Ponorogo | Edisi November 2020

Siapapun bisa mengutip, menyalin dan me­nye­ barluaskan sebagian atau ke­seluruhan tulis­an dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.


LAPORAN UTAMA sejak tahun 2018. Organisasi inilah yang ber­kon­ tri­b usi besar dalam mendorong dan mendukung pemerintahan Desa Bringinan untuk mewujudkan Per­des Pelindungan PMI. Perdes Pelindungan PMI di­bu­tuhkan karena masih banyaknya warga Bringinan yang bekerja di luar negeri. Oleh sebab itu, dengan adanya perdes ini diharapkan mam­p u memberikan manfaat dan pelindungan bagi PMI asal Bringin­an sejak pra be­ kerja hingga pasca bekerja yang dihadirkan oleh desa. “Mengingat masih banyaknya warga Bringinan yang bekerja men­jadi PMI dan masih banyaknya ka­s us tentang PMI, kami berusaha memberikan kontribusi, salah satu­nya melalui Perdes ini. Se­ hingga, pemerintah desa bisa mem­berikan pelayanan dan per­lindungan maksimal bagi warga yang akan atau telah bekerja men­jadi PMI,” ujar Barno selaku Kepala Desa Bringinan.

yakni 1) kepala perwakilan RI, 2) staf perwakilan RI, 3) mitra kerja perwakilan RI, 4) mitra kerja ke­ menterian luar negeri, 5) masyarakat madani, 6) pemerintah daerah, 7) jurnalis/media, dan 8) pe­ la­yanan publik perwakilan RI. Selain memberikan pengakuan terhadap kontribusi berbagai pihak dalam pelindungan WNI, penghargaan ini juga ditujukan untuk mengembangkan kepedulian terhadap isu-isu perlindungan WNI. “Kami harapkan Bringinan kelak mampu menjadi salah satu desa percontohan. Bukan hanya di wilayah kabupaten tetapi mampu menjadi desa percontohan di kancah nasional dalam memberikan perhatian dan perlindungan terhadap pekerja migran,” tutur Rafrendi salah satu juri HWPA seusai acara. Sumber: https://buruhmigran. or.id/2020/11/13/desa-bringinan-masuknominasi-hasan-wirajuda-perlindungan-wniawards-2020/

HWPA merupakan suatu penghargaan yang di­be­ rikan kepada suatu institusi atau kelompok atau perorangan yang memberikan perlindungan ke­ pada WNI. Ada delapan kategori penerima HWPA,

KABAR KOPI BRINGINAN

Hadapi Era Kenormalan Baru, Desa Bringinan Bentuk Satgas “New Normal” Oleh: Langgeng Hartono

M

erebaknya pandemi Covid-19 pada tahun ini berpengaruh terhadap pola hidup ma­syarakat di dunia. Tidak terkecuali di Indo­n esia, seluruh aktivitas masyarakat sempat ter­h enti dan berubah, baik di bidang ekonomi, perkantoran, budaya bahkan sampai keagamaan. Pembatasan aktivitas menjadi salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19.

Penyebaran virus Covid-19 yang berlarut dan be­ lum tahu kapan akan berakhir, mengharuskan pe­ merintah untuk segera mengambil kebijakan untuk melindungi keberlangsungan kehidupan ma­­sya­ rakat di segala bidang. Hal inilah yang men­dorong

kebijakan tentang era kebiasaan baru atau “new normal”. Skenario kenormalan baru dijalankan de­ ngan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait. Memperhatikan hal tersebut, Pemerintah Desa B r i n g i n a n , Ke c a m a t a n J a m b o n , Ka b u p a te n Ponorogo telah menunjuk enam kader aktifnya sebagai Satgas “New Normal” yang bertugas untuk mengawal kegiatan masyarakat di era kenormalan baru ini. Keenamnya ialah Langgeng Hartono, Siswanto, Sarni, Amroni, Jarot Sugeng Setiaji dan Atik Suryani, yang berlatar belakang aktivis Karang Taruna dan LPMD. Edisi November 2020 | Buletin KOPI Ponorogo

3


KABAR KOPI BRINGINAN

▶ Satgas “New Normal” Desa Bringinan melakukan cek suhu tamu undangan di salah satu resepsi warga. [Foto: Langgeng Hartono]

“Terbitnya Surat Edaran Bupati Ponorogo Nomor: 188.45/1168/405.09/2020 tentang Protokol Ke­ sehatan pada Penyelenggaraan Event dalam Rang­ ka Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 Tatanan Normal Baru Di Kabupaten Ponorogo menjadi dasar pemerintah desa untuk membentuk Satgas New Normal. Satgas ini ber­ tugas untuk mengawal kegiatan masyarakat ser­ta mensukseskan program Pemerintah dalam me­ mutus mata rantai penyebaran virus Covid-19,” ujar Barno selaku Kepala Desa Bringinan. Sejak terbitnya Surat Keputusan (SK) pada Juli 2020, satgas ini langsung melaksanakan tugasnya, antara lain: mensosialisasikan Surat Edaran Bupati Ponorogo mengenai pelaksanaan kegiatan masyarakat di era “new normal” serta membantu pemerintah desa dalam kegiatan pembagian mas­ ker untuk seluruh masyarakat Desa Bringinan. “Satgas New normal kini merupakan ujung tombak dalam pengawalan seluruh kegiatan masyarakat. Kami selaku jembatan antara pemerintah de­ngan masyarakat akan selalu menyampaikan bagai­ mana peraturan yang harus ditaati oleh se­luruh masyarakat dalam proses memutus rantai pe­ nyebaran Covid-19. Selain itu, kami pun me­nyam­ paikan aspirasi masyarakat, khususnya ten­t ang aturan kegiatan hajatan” ujar Langgeng. Di dalam proses pengawalan kegiatan hajatan masyarakat, Satgas “New Normal” Desa Bringinan 4

Buletin KOPI Ponorogo | Edisi November 2020

melaksanakan tugasnya dengan beberapa tahapan. Pertama, berkoordinasi dengan pemangku hajatan, minimal tiga minggu sebelum hari pelaksanaan. Dengan demikian, pelaksanaan hajatan terlaksana sesuai dengan aturan protokol kesehatan dan ha­ rapan pemangku hajatan. Kemudian, satgas juga melakukan pendampingan kepada pemangku hajatan untuk mengurus per­ mohonan izin di tingkat kecamatan. Termasuk me­ nyiapkan berkas-berkas yang harus dilengkapi. Terakhir, pada pelaksanaan hajatan, satgas dibantu oleh satgas mandiri turut mengawal pelaksanaan hajatan sesuai dengan aturan protokol kesehatan. Selain mengawal kegiatan hajatan masyarakat, satgas juga melakukan pengawasan dan edukasi kepada masyarakat yang baru pulang dari luar kota maupun luar negeri untuk senantiasa mematuhi protokol kesehatan. Melalui langkah-langkah ter­s ebut, terbukti seluruh kegiatan masyarakat di era “new normal” ini mampu berjalan lancar dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerjasama an­ tara masyarakat, pemerintah desa, dan Satgas “New Normal” level desa dan kecamatan. Sumber: https://buruhmigran. or.id/2020/11/09/hadapi-era-kenormalanbaru-desa-bringinan-bentuk-satgas-newnormal/


KABAR KOPI BRINGINAN

Kiat Warga Bringinan Bertahan di Masa Pandemi Oleh: Sumarni dan Sri Widayati

M

asa pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum juga menemukan titik terang kapan akan berakhir. Peristiwa yang sudah ber­ langsung lama ini banyak memengaruhi sektor ke­h i­d upan masyarakat, terutama perekonomian. Seperti halnya yang dialami oleh Mesinah (53 ta­ hun), warga Dukuh Ngasem, Desa Bringinan, Ke­ camatan Jambon, Kabupaten Ponorogo.

Mesinah merupakan seorang pedagang sayur ma­ yur. Profesi ini ia geluti sejak tahun 1984. Awal­nya ia biasa menjual barang dagangannya di Pasar Sumoroto. Namun kini, lokasi berjualannya ber­ pin­d ah ke Pasar Dangkrang, Purwantoro. Setiap hari­nya, Mesinah dibantu oleh tiga orang anaknya mem­bawa sayur mayur segar dengan mobil pick up. Sayur mayur yang dijual Mesinah meliputi bayam, kangkung, kenikir, terong, dan lainnya. Menurut Mesinah, sebelum adanya Covid-19, ia biasa mem­ bawa sayur dalam jumlah yang banyak dan mudah menjualnya. Namun, sejak adanya Covid, sayur mayur yang dijualnya berkurang drastis. “Dulu sayur skalanya besar. Sekarang hanya sepertiga dari yang dulu. Contohnya terong, dulu berkarungkarung yang dibawa pasti laku. Sekarang harus di­paket-paket per 10 kilogram,” ujar Mesinah saat ditemui di rumahnya, (3/11). Karena kondisi tersebut, omzet yang ia dapatkan pun sangat jauh berbeda dengan sebelum pandemi. Se­belumnya, dalam satu hari ia bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar 200 ribu rupiah. Namun, kini, keuntungannya bisa turun hingga separuhnya, antara 50 ribu sampai 100 ribu rupiah. “Karena jumlah yang dibawa juga menurun,” ungkapnya. Hal yang sama juga dialami oleh Heri, pedagang bi­natang ternak dari Desa Bringinan. Karena pan­de­ mi, omzetnya juga menurun drastis. Bahkan, selama

▶ Mesinah sedang memilah sayur segar di halaman rumahnya. [Foto: Sumarni & Sri Widayati]

tiga bulan, Heri tidak bisa jualan binatang ternak di pa­sar. “Beda jauh sebelum Corona dan sekarang. Agak prihatin dulu,” ujar Heri. Kendati kondisi sedang sulit, mereka tetap senang berdagang. Dengan usia yang sudah tak lagi muda, mereka mengajarkan hidup yang pantang menyerah dan tidak mudah putus asa. Mereka dan kita semua berharap, pandemi Covid-19 segera berlalu. Sumber: https://buruhmigran. or.id/2020/11/13/kiat-warga-bringinanbertahan-di-masa-pandemi/

Edisi November 2020 | Buletin KOPI Ponorogo

5


KABAR KOPI PONDOK alat dan bahan-bahan pembuatan kue. Menurut Suharto selaku Kepala Desa Pondok, pelatihan ini ber­ tujuan untuk pemberdayaan dan meningkatkan kapasitas kaum pe­rempuan. “Pelatihan ini untuk pem­b erdayaan perempuan se­ hingga ibu-ibu di Desa Pon­d ok harapannya bisa turut me­n ing­ katkan kesejahteraan. Apalagi se­ te­lah pelatihan ini ada yang bisa mem­buka usaha,” kata Suharto. Pelatihan ini menghadirkan nara­ sumber dari LPP Mandiri. Pe­ latihan kue kering dimulai pukul 09.00 sampai dengan 12.00 WIB. Dalam pelatihan ini, pe­s er ta dibagi ke dalam tiga ke­lompok dan masing-masing mem­p e­ ragakan pembuatan empat jenis kue kering.

▶ Pelatihan kue kering di Balai Desa Pondok. [Foto: Abdul Hadi]

Pemberdayaan Perempuan melalui Pelatihan Pembuatan Kue Oleh: Abdul Hadi

T

im Penggerak PKK Desa Po n d o k d a n b e b e r a p a p u r n a p e ke r j a m i g r a n Indo­n esia (PMI) mengikuti pe­ latihan pembuatan kue kering di Balai Desa Pondok, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo, pada Selasa (27/10). Pelatihan ini merupakan kelanjutan dari pe­l atihan yang per nah di­s e­ leng­g arakan sebelumnya yaitu pelatihan pembuatan kue basah. 6

Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang peserta yang merupakan per­ wakilan dari tiga pedukuhan di Desa Pondok. Kegiatan diawali dengan pe­nge­ nalan materi mengenai langkah cara pembuatan kue yang be­ nar, bahan-bahan dan takaran yang tepat serta alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kue. Di­lanjutkan dengan pengenalan

Buletin KOPI Ponorogo | Edisi November 2020

“Kami sangat senang dengan pelatihan ini karena dapat me­ nambah wawasan dan kami ber­­ harap ke depan kami bisa men­ ciptakan usaha sendiri,” kata Darwati salah seorang peserta dari Dukuh Kajang. Lebih jauh, Tim Penggerak PKK Desa Pondok berencana akan menyelenggarakan lom­b a kue ke r i n g a n t a r d u k u h d i D e s a Pondok. “Ke depan kita me­ ren­c anakan untuk menga­d akan lomba pembuatan kue an ­t ar du­k uh,“ kata Binti anggota Tim Penggerak PKK Desa Pon­dok. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2020/11/18/ pemberdayaanperempuan-melaluipelatihan-pembuatankue/


KABAR KOPI PONDOK

KOPI Desa Pondok Menggugah Kesadaran Masyarakat tentang Pentingnya Dokumen Diri Oleh: Nonik Iswarani

D

okumen diri merupakan do­­k u­m en yang wajib di­ miliki oleh setiap warga ne­gara. Dalam do­kumen diri ter­ dapat informasi lengkap menge­ nai identitas seorang warga ne­ gara. Namun, sebagian besar ma­syarakat masih abai terhadap dokumen ini. Mereka mengang­ gap dokumen diri hanyalah do­ kumen biasa.

▶ Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri, salah satu dokumen diri yang dimiliki oleh PMI. [Foto: Nonik Iswarani]

rakat tentang pentingnya do­ku­ men diri. Caranya dengan men­ sosialisasikan kepada seluruh ang­g ota KOPI Desa Pondok. Masing-masing anggota ke­m u­ dian meneruskannya kepada ke­ luar­g a sebagai satuan terdekat dan terkecil, teman, tetangga, dan masyarakat melalui pertemuan RT, PKK, dukuh, dan lain sebagainya.

Hal tersebut juga terjadi di Desa Pon­d ok. Masih ada masyarakat yang sampai sekarang belum me­ ngurus akta kelahiran putra putri­ nya. Ada pula yang ke­h i­langan kar­tu tanda penduduk (KTP), ke­ sa­lahan identitas pada KTP, kartu ke­luarga, buku nikah, dan lain se­ bagai­nya.

KOPI menyampaikan akibat da­ri tidak adanya dokumen diri mau­ pun kesalahan penulisan pa­ da dokumen diri. Seperti kasus yang pernah menimpa beberapa anak pekerja migran Indonesia (PMI) di mana datanya tidak bisa sinkron karena tidak memiliki ak­­ta kelahiran dan Nomor In­ duk Kependudukan (NIK). Ka­sus lainnya seperti kesulitan mengu­ rus akta kematian PMI ka­rena per­ bedaan identitas, sulitnya meng­ u­r us akta kelahiran anak PMI ka­rena orang tuanya bergontagan­ti identitas, hingga gagalnya penga­juan bantuan pemerintah karena NIK yang tidak sesuai.

Belajar dari pengalaman me­n a­ ngani kasus dan berbekal penge­ tahuan yang didapat dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, KOPI Desa Pondok berusaha un­ tuk berbagi pengetahuan dan menggugah kesadaran ma­sya­

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Suharto selaku Kepala Desa Pondok yang menyatakan bahwa dokumen diri sangat penting ba­ gi setiap warga. “Dokumen diri seper ti KTP, akta dan KK itu sangat penting. Kalau tidak se­

gera diurus akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari,” ujarnya di sela-sela perbincangan dengan pegiat KOPI Desa Pondok. Setelah melalui berbagai pen­ de­katan dan kerja sama dengan pemerintah desa, akhirnya usa­ha KOPI Desa Pondok mulai mem­ buahkan hasil. Masyarakat mulai memahami pentingnya dokumen diri. Mereka mulai mengurus akta kelahiran anggota keluarganya, memperbaiki dan memperbaharui dokumen, mengurus akta ke­ma­ tian dan dokumen lain. Bahkan ada masyarakat mulai ter­­ buka kepada pengurus KOPI dan mau bertanya ketika terjadi per­ masalahan dalam pembuatan do­ kumen. “Harapan kami, KOPI bisa kontribusi besar kepada masya­rakat Desa Pondok,” kata Arif Yulianto selaku ketua KOPI Desa Pondok. Dengan kegiatan ini, menurut Arif, diharapkan masyarakat Desa Pondok lebih memahami pen­ting­ nya dokumen diri. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2020/11/23/ kopi-desa-pondokmenggugah-kesadaranmasyarakat-tentangpentingnya-dokumen-diri/

Edisi November 2020 | Buletin KOPI Ponorogo

7


SOSOK

Produktif di Masa Pandemi melalui Kerajinan Tas Tali Kur Oleh: Wardatul Hasanah

R

ukanah, seorang purna pekerja migran Indonesia (PMI) asal Desa Pondok, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Di tengah masa pan­ demi yang belum kunjung usai, ia mencoba sebuah usaha baru. Saat ini, Rukanah sedang meng­ geluti usaha kerajinan tas dari tali kur. Tas dari tali kur memang sedang booming di Indo­n esia. Siapapun bisa meng­g unakan tas ini, mulai anak-anak, remaja, dewasa atau kalangan ibu-ibu. Tas dari tali kur memang cocok dikenakan dalam berbagai acara, baik acara formal maupun santai. Selain itu, karena bahan tas dibuat dari tali kur yang dirangkai, maka tas ini awet digunakan. Sebelumnya, Rukanah sama se­ kali belum mengetahui cara dan teknik pembuatan tas. Tetapi, se­ te­lah mengikuti pelatihan pem­­ buatan tas dari tali kur yang diadakan di Balai Desa Pondok beberapa bulan lalu, ia berinisiatif untuk menekuni ilmu yang telah didapatkannya itu. Kegiatan pe­ latihan ini diikuti oleh sekitar 30 warga Desa Pondok. Rukanah mengaku bahwa ia memperoleh 8

▶ Rukanah, purna PMI dari Desa Pondok dengan tas tali kur hasil karyanya. [Foto: Wardatul Hasanah]

banyak sekali manfaat dari ke­ giatan tersebut, salah satunya teknik dasar dalam proses pem­ buatan tas dari tali kur. “Awalnya belum pernah sama se­ kali belajar membuat kerajinan tas dari tali kur. Tapi setelah meng­ ikuti pelatihan di balai desa, sa­ ya berinisiatif untuk mencoba hal baru melalui pembuatan ke­rajinan tas itu,” ujar Rukanah sa­at ditemui Redaksi KOPI Desa Pondok di rumahnya, (17/11/2020). Mempunyai jiwa kreativitas me­ mang menjadi suatu hal yang pa­ tut dibanggakan. Berbekal kre­ a­t ivitas dan keuletan, Rukanah mampu menerapkan ilmunya. Saat ini, ia memiliki kesibukan membuat kerajinan tas dari tali kur. Wanita ini bercerita bahwa banyak tetangga, teman, maupun saudara yang tertarik pada kerajinan tas dari tali kur dan ada beberapa yang sudah memesan tas buatannya. Dalam wawancaranya dengan Re­ daksi KOPI Desa Pondok, Ru­kanah juga menjelaskan cara pem­ buatan tas dari tali kur. Per­tama yaitu dengan menyiap­k an alat

Buletin KOPI Ponorogo | Edisi November 2020

dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan tas. Alat dan bahan itu meliputi tali kur, kain untuk bagian dalam tas, gunting/cutter, jarum dan benang, dan manik-manik yang digunakan se­bagai hiasan. Setelah semua bahan siap, langkah selanjutnya ialah dengan membuat dasar kepala tas. Caranya, se­ja­ jarkan empat tali kur dengan pan­ jang masing-masing dua meter. Kemudian, ambil tali nomor 4 atau yang paling kanan untuk ditarik ke belakang ke arah kiri di tali nomor 1. Lakukan juga pada tali nomor 1 dan tarik ke belakang tali nomor 4. Lalu, tali nomor 1 tadi dimasukkan ke lubang antara nomor 3 dan 4. Teknik ini membuat tali nomor 1 terkunci. Setelah itu, kita bisa menarik tali dengan kuat menjadi satu kepala. Dengan begitu, dasar kepala tas sudah berhasil dibuat. Selanjutnya, teknik pembuatan tas itu dapat ditambahkan inovasiinovasi berupa bentuk, warna, motif, dan lain-lain. Dalam proses pembuatan tas dari tali kur, Rukanah memerlukan waktu berkisar dua sampai tiga hari. Lama waktu pembuatan tas


tersebut bergantung pada ting­ kat kesulitan dan ukuran tas yang akan dibuat. Rukanah mengaku sangat senang me­n ger­­j akan kerajinan tas ini. Ia me­yakini bah­ wa apabila sebuah ke­te­ram­pilan diasah secara mak­s imal, maka tentu akan mem­bawa suatu pe­ luang untuk ber­bisnis. Rukanah telah berhasil men­ jual beberapa tas hasil karya­nya. Untuk menghasilkan tas ber­ ukur­a n standar, ia mem­b u­t uh­ kan modal sekitar Rp 60.000 dan menjualnya dengan harga sekitar Rp 100.000. Sedangkan untuk

meng­hasilkan tas berukuran be­ sar, ia memerlukan modal se­kitar Rp 150.000 kemudian men­jualnya dengan kisaran harga Rp 200.000. “Dalam membuat kerajinan tas sa­n gat diperlukan ketelatenan, dan kita juga harus kreatif. Karena kalau kita tidak mempunyai ide baru pasti hasil kerajinan itu mo­ no­t on dan jarang diminati oleh masyarakat,” ucap Rukanah di akhir wawancara. Dalam berwirausaha, yang men­ jadi aspek utama bukanlah besar atau kecilnya modal. Tetapi ke­

kuatan tekad seseorang dan ke­ mau­a n untuk menciptakan pe­ luang usaha. Selain itu, un­t uk meng­hasilkan produk beru­pa ke­ rajinan, seseorang mem­bu­tuhkan ketelatenan, kesabaran dalam proses pembuatannya, serta daya kreativitas. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2020/11/23/ produktif-di-masapandemi-melaluikerajinan-tas-tali-kur/

KABAR KOPI GELANGLOR

Desa Gelanglor Bentuk Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Oleh: Anny Hidayati

D

esa menjadi bagian pen­ ting dan tak ter­pisahkan dari upaya pelindungan pekerja migran Indonesia (PMI). Hal ini tak terlepas dari fakta bahwa sebagian besar PMI me­ru­ pakan masyarakat desa. Dengan demikian, pengetahuan tentang pelindungan PMI sangat penting dipahami oleh seluruh entitas di

▶ Pengurus dan anggota KOPI Desa Gelanglor. [Foto: Anny Hidayati]

desa baik aparat pemerintahan maupun masyarakat.

kepengurusan KOPI yang diwakili dari setiap pedusunan.

Untuk itulah, Infest Yogyakarta be­kerja sama dengan Pemerintah D e s a G e l a n g l o r, Ke c a m a t a n Sukorejo, Kabupaten Ponorogo mem­fasilitasi pembentukan Ko­ munitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Gelanglor. Per­ temuan yang digelar pada Selasa (15/9) ini dihadiri oleh purna PMI dan keluarga PMI di Desa Gelanglor. Pada pertemuan ini, telah disepakati pula susunan

Kepala Desa Gelanglor, Budianto menyatakan komitmen dan du­ kungan pemerintah desa terha­dap pembentukan KOPI dan rencanarencana aktivitasnya ke depan. S e b a g a i p u r n a P M I d i Ko re a Se­l atan, Budianto menyadari bahwa upaya pelindungan PMI, khususnya warga Gelanglor, sa­ ngat penting dilakukan ber­samasama oleh pemerintah desa dan masyarakat.

Edisi November 2020 | Buletin KOPI Ponorogo

9


KABAR KOPI GELANGLOR “Sebagai mantan PMI yang per­nah merasakan susahnya bekerja di negeri orang, saya sangat men­ dukung pembentukan KOPI. Mim­pi saya, ke depan, masyarakat Desa Gelanglor bisa mempunyai pilihan untuk bekerja dan punya usaha di kampung halaman,” ujar Budianto. Menurut Ridwan Wahyudi, Ma­ najer Program Infest Yog­yakarta, pekerja migran masih menghadapi berbagai tantangan mulai dari sebelum berangkat, bekerja di negara penempatan, hingga saat kembali ke tanah air. Desa harus menjadi aktor utama pelindungan PMI dengan berbagai peran se­ perti pusat informasi, sosialisasi bekerja secara aman di negara

penempatan, hingga mendorong usaha ekonomi produktif di desa. Kendala bekerja di luar negeri dan tidak adanya dukungan dari agen penempatan dialami oleh Tukirin, purna PMI di Taiwan. Menurutnya, kecelakaan kerja merupakan kondisi yang sering dialami oleh PMI. Terlebih bagi Tukirin yang pernah bekerja di bidang konstruksi. Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, pe­ lindungan bagi PMI sangat pen­ ting, mengingat peran agen pe­ nempatan yang tidak mem­be­rikan dukungan maksimal. Di sinilah, menurut Ridwan Wah­ yudi, pentingnya diseminasi pe­

nge­tahuan tentang hak-hak pe­ kerja yang harus dipahami oleh PMI. Pengetahuan itu seharusnya sudah diketahui sejak sebelum berangkat. “KOPI bisa menjadi mitra strategis pemerintah desa untuk bersama-sama melakukan pelindungan PMI sejak dari desa. Selain itu, KOPI juga bisa menjadi aktor pembaharu desa yang aktif dalam mendorong inovasi di desa,” terang Ridwan. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2020/09/24/ desa-gelanglorbentuk-komunitaspekerja-migranindonesia-kopi/

Desa Gelanglor Bentuk Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Oleh: Anny Hidayati

D

esa menjadi bagian pen­ ting dan tak ter­pisahkan dari upaya pelindungan pekerja migran Indonesia (PMI). Hal ini tak terlepas dari fakta bah­ wa sebagian besar PMI me­ru­pa­ kan masyarakat desa. Dengan de­mikian, pengetahuan tentang pelindungan PMI sangat penting dipahami oleh seluruh entitas di desa baik aparat pemerintahan maupun masyarakat. Untuk itulah, Infest Yogyakarta bekerja sama dengan Pemerintah Desa Gelanglor, Kecamatan Su­ korejo, Kabupaten Ponorogo mem­­­fasilitasi pembentukan Ko­ mu­nitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Gelanglor. Per­te­

10

muan yang digelar pada Selasa (15/9) ini dihadiri oleh purna PMI dan keluarga PMI di Desa Gelanglor. Pada pertemuan ini, telah disepakati pula susunan kepengurusan KOPI yang diwakili dari setiap pedusunan. Kepala Desa Gelanglor, Budianto menyatakan komitmen dan du­ kungan pemerintah desa ter­ ha­­dap pembentukan KOPI dan ren­­c ana-rencana aktivitasnya ke depan. Sebagai purna PMI di Korea Selatan, Budianto me­ nyadari bahwa upaya pe­lin­dungan PMI, khususnya warga Gelanglor, sangat penting dilakukan ber­ sama-sama oleh pemerintah desa dan masyarakat.

Buletin KOPI Ponorogo | Edisi November 2020

“Sebagai mantan PMI yang per­nah merasakan susahnya bekerja di negeri orang, saya sangat men­ dukung pembentukan KOPI. Mim­pi saya, ke depan, masyarakat De­sa Gelanglor bisa mempunyai pilihan untuk bekerja dan punya usaha di kampung halaman,” ujar Budianto. Menurut Ridwan Wahyudi, Ma­ najer Program Infest Yogyakarta, pekerja migran masih menghadapi berbagai tantangan mulai dari sebelum berangkat, bekerja di negara penempatan, hingga saat kembali ke tanah air. Desa harus menjadi aktor utama pelindungan PMI dengan berbagai peran se­ perti pusat informasi, sosialisasi bekerja secara aman di negara


KABAR KOPI GELANGLOR

▶ Para anggota KOPI Desa Gelanglor mendiskusikan konsep Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga komunitas. [Foto: Anny Hidayati]

penempatan, hingga mendorong usaha ekonomi produktif di desa. Kendala bekerja di luar negeri dan tidak adanya dukungan dari agen penempatan dialami oleh Tukirin, purna PMI di Taiwan. Me­ nurutnya, kecelakaan kerja me­ rupakan kondisi yang sering di­ alami oleh PMI. Terlebih bagi Tukirin yang pernah bekerja di bi­dang konstruksi. Menurutnya, da­lam kondisi seperti ini, pe­lin­ dungan bagi PMI sangat pen­ting, mengingat peran agen pe­n em­ patan yang tidak mem­berikan du­ kungan maksimal. Di sinilah, menurut Ridwan Wah­ yudi, pentingnya diseminasi pe­

nge­­tahuan tentang hak-hak pe­­­ ker­ja yang harus dipahami oleh PMI. Pengetahuan itu seharusnya sudah diketahui sejak sebelum berangkat. “KOPI bisa menjadi mitra strategis pemerintah desa untuk bersama-sama melakukan pelindungan PMI sejak dari desa. Selain itu, KOPI juga bisa menjadi aktor pembaharu desa yang aktif dalam mendorong inovasi di desa,” terang Ridwan. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2020/09/24/ desa-gelanglorbentuk-komunitaspekerja-migranindonesia-kopi/

Edisi November 2020 | Buletin KOPI Ponorogo

11


KABAR KOPI GELANGLOR

Pelatihan Paralegal KOPI Desa Gelanglor Oleh: Anny Hidayati

▶ Pelatihan Paralegal KOPI Desa Gelanglor yang dipandu oleh Nisrina Muthahari dari Infest Yogyakarta, (5/10). [Foto: Anny Hidayati]

M

eskipun masih terbilang baru, Komunitas pekerja migran Indonesia (KOPI) Desa Gelanglor tetap semangat dan solid. Hal ini dapat terlihat dari ke­aktifan mereka dalam mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diberikan oleh Infest Yogyakarta. Seminggu sekali anggota KOPI Desa Gelanglor mendapat ruang untuk belajar dan meningkatkan kapasitasnya, antara lain melalui pelatihan keroganisasian, pe­nyu­ sunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan standar ope­ rasional prosedur. Kemudian, pada Senin - Selasa (5-6/10) anggota KOPI Gelanglor

12

masih semangat mengikuti pe­ latihan tentang paralegal. Pe­la­ tihan dipandu oleh Nisrina Mutha­ hari dan Ridwan Wahyudi dari Infest Yogyakarta. Hari pertama, anggota KOPI Gelanglor belajar mengenai hak-hak pekerja mi­ gran, hak atas bantuan hukum, sistem hukum di Indonesia, dan proses penempatan pekerja mi­ gran. Kemudian, pada hari kedua, pa­ ra peserta mulai belajar meng­ identifikasi kasus PMI baik pi­ da­­na maupun perdata seperti b i­a­ya p e n e m p a t a n b e r l e b i h (over­­charging), upah di bawah stan­­dar (underpayment), pe­ker­

Buletin KOPI Ponorogo | Edisi November 2020

jaan tidak sesuai dengan kon­ trak, tidak mendapatkan hari li­ bur, penahanan dokumen oleh per­u ­s ahaan, pungutan liar oleh petugas bandara maupun ke­se­ hatan, dan lainnya. Peserta juga belajar menganalisa jenis-jenis kasus dan cara penyelesaiannya. Marsudi, anggota KOPI Gelanglor dan juga purna PMI dari Taiwan ber­c erita pengalamannya ke­t i­ ka bekerja di Taiwan. Ketika akan berangkat ke Taiwan, Mar­s u­d i dijanjikan akan bekerja se­b agai sopir forklift. Namun, se­s am­ painya di Taiwan, ia justru di­suruh untuk mengecat pabrik dari pagi hingga jam satu malam.


POTENSI DESA BRINGINAN Antusiasme anggota KOPI dalam mengikuti pelatihan dua hari ini terlihat dari harapan-harapan me­reka yang ingin mendapatkan penge­t ahuan mengenai aturan hu­k um yang berkaitan dengan PMI. Dengan pengetahuan itu bisa menjadi bekal bagi anggota KOPI Gelanglor untuk bisa mem­ bantu masyarakat, tetangga, dan saudara yang mendapatkan ma­ salah.

KOPI Desa Gelanglor Ikuti Pelatihan Bedah Kasus Oleh: Anny Hidayati

“Pelatihan ini sangat bermanfaat karena dapat menambah penge­ ta­huan kami tentang hukum. Se­ bagian besar masyarakat mi­nim pengetahuan tentang hukum, Mereka juga tidak tahu harus ke­m ana mengadu ketika men­ dapat masalah sedangkan untuk membayar pengacara biayanya mahal. Sehingga, keberadaan paralegal di masyarakat sangat membantu,“ tutur Roni, anggota KOPI Gelanglor. Budianto, Kepala Desa Gelanglor berharap anggota KOPI tetap kon­sisten dan mendapat pe­nge­ tahuan tentang hukum dan tata cara mendampingi kasus PMI. “Saya berharap agar anggota KOPI tetap konsisten dan ke de­ pan dapat lebih maju lagi. De­ ngan pelatihan paralegal ini da­ pat menambah pengetahuan ten­­tang hukum terutama tentang PMI sehingga dapat membantu PMI yang bermasalah,“ ungkap Budianto. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2020/10/08/ pelatihan-paralegalkopi-desa-gelanglor/

▶ KOPI Desa Gelanglor mengikuti Pelatihan Bedah Kasus yang dipandu oleh M. Kholili dari Migran Aid (26/10). [Foto: Anny Hidayati]

B

anyaknya warga Desa Ge­ langlor yang bekerja ke luar negeri menjadikan de­s a ini sebagai salah satu de­ sa kantong pekerja migran Indo­ nesia (PMI) di Kabupaten Po­ no­rogo. Dari sekian banyak PMI asal Desa Gelanglor, tidak se­ muanya sukses. Ada pula yang mendapat masalah, baik sebelum keberangkatan, saat masa be­ kerja, dan setelah pulang ke kam­ pung halaman.

Tidak banyak PMI yang sadar akan dirinya mendapat masalah karena semua yang terjadi pada dirinya sudah dianggap biasa se­perti biaya penempatan yang berlebih dengan potong gaji be­ berapa bulan. Namun, mereka ti­­ dak menyadari bahwa potongan ga­ji tersebut melebihi biaya pe­ nem­patan sesuai peraturan yang ber­laku. Ada pula PMI yang sadar bahwa dia mendapat masalah na­ mun cenderung diam karena malu.

Edisi November 2020 | Buletin KOPI Ponorogo

13


KISAH Berbagai fakta yang ada di ma­ syarakat ini perlu menjadi per­ hatian dari pemerintah desa mau­ pun lembaga yang peduli tentang nasib para PMI. Komunitas pe­ ker­j a migran Indonesia (KOPI) De­s a Gelanglor merupakan sa­ lah satu organisasi yang men­ dermakan dirinya pada isu PMI. Meskipun baru berdiri pada Sep­ tem­b er 2020, KOPI Gelanglor terus berupaya meningkatkan ka­ pa­sitasnya. Salah satunya da­lam hal penanganan kasus PMI melalui pelatihan bedah kasus pada Senin dan Selasa, (26-27/10). Pelatihan bedah kasus kali ini di­ dampingi oleh M. Kholili ke­t ua Migran Aid Jember. Pada hari per­­tama, peserta belajar me­nge­ nai jenis-jenis kasus yang se­ ring menimpa PMI baik se­be­lum berangkat, pada masa be­ker­ja dan setelah pulang. Pe­serta yang dibagi menjadi tiga ke­lompok dan saling berdiskusi serta berbagi pengalaman saat bekerja di luar negeri. “Berbagi pengalaman ketika me­ reka bekerja di luar negeri se­ benarnya untuk membuka pi­ kir­a n mereka, bahwa mereka se­b enarnya mereka mendapat ma­salah namun tidak me­nya­da­ rinya karena dianggap sudah bia­ sa terjadi. Sebagai contoh, bia­ya penempatan berlebih atau over charge dengan sistem po­t ong gaji,” tutur Kholili.

14

Pada hari kedua, peserta belajar membuat data kasus, menyusun kronologi, hingga menganalisa kasus sesuai dengan undangundang (UU) yang berlaku. Ada tiga peraturan perundangan yang menjadi dasar advokasi kasus PMI yaitu UU Nomor 18 tahun 2017 tentang pelindungan pe­k erja migran Indonesia, UU No­m or 21 tahun 2007 tentang t i n­­d a k p i d a n a p e rd a g a n g a n orang (TPPO), dan kitab un­ dan g-un­d ang hukum p id ana (KUHP). Anik, salah satu peserta dan pur­ na PMI Hong Kong meng­u ng­ kapkan bahwa ia pernah meng­ alami kasus gaji rendah atau under­p ayment. Menurut Anik, saat akan berangkat ke Hong Kong, pihak perusahaan pe­n e­ m ­p a t a n m e n g a t a k a n b a hw a bagi PMI baru, besaran gajinya separuh dari gaji umumnya. Anik pun setuju karena dia mem­b u­ tuhkan pekerjaan. Menurut Anik hal tersebut bukanlah masalah ka re n a a t a s d a s a r s u ka re l a . Namun, menurut Kholili hal ter­ sebut merupakan sebuah pe­ lang­g aran hukum. “Tidak boleh ada perbuatan atau kesepakatan untuk melanggar hukum dan hal ini dapat dipidanakan,” ujarnya. Anik tidak sendirian. Masih ba­ nyak PMI lain yang mengalami nasib serupa. Oleh karena itu, pe­latihan ini bertujuan untuk me­ nambah wawasan anggota KOPI

Buletin KOPI Ponorogo | Edisi November 2020

dan purna PMI tentang hal-hal yang dianggap biasa na­m un sebenarnya melanggar hukum dan merugikan PMI. KOPI mem­ punyai peran penting untuk me­ nyebarluaskan informasi dan pengetahuan ini kepada ma­sya­ rakat. Harapannya, tidak ada lagi warga dan PMI dari Desa Gelanglor yang dirugikan. Setelah pelatihan, seluruh be­ serta didampingi Kepala Desa Gelanglor bertemu Kepala Di­ nas Tenaga Kerja Kabupaten Po­n orogo untuk beraudiensi. Be­d ianto selaku kepala dinas meng­­­a presiasi berdirinya KOPI Gelanglor dan berharap bisa sa­ ling bersinergi, termasuk dalam penanganan kasus. “Saya ucapkan terimakasih atas berdirinya KOPI Gelanglor, ke depan mari kita saling bersinergi bahu membahu dalam berbagai hal termasuk dalam penanganan kasus PMI,” ungkap Bedianto. Lebih lanjut Bedianto mengatakan bahwa dalam penanganan kasus PMI diperlukan kesabaran dan kehati-hatian. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2020/11/04/ kopi-desa-gelanglorikuti-pelatihan-bedahkasus/


KISAH

Sosok Purna PMI yang Sukses menjadi Pengusaha Tahu

membuat tahu ia peroleh dari orang tuanya. “Dulu sebelum bekerja di Korea Selatan, saya juga ikut membantu produksi tahu. Dulu, produksinya belum sebanyak seperti sekarang,” ujar­ nya.

Oleh: Tim Redaksi KOPI Gelanglor

Sugiono mulai menjelaskan pro­ ses-proses pembuatan tahu. Per­tama-tama kedelai direndam selama tiga sampai empat jam. Selanjutnya, kedelai disiram dengan air bersih lalu digiling dan direbus. Setelah masak, re­ busan kemudian disaring dan di­ pisahkan dengan ampasnya. Air perasan sari kedelai kemudian diberi bumbu cuka lalu didiamkan beberapa menit. Setelah meng­ endap, buang airnya lalu sari-sari ke­delai siap dicetak menjadi tahu. ▶ Proses pembuatan tahu di rumah Sugiono purna PMI dari Desa Gelanglor. (Foto: KOPI Desa Gelanglor)

Di Dukuh Taji, Desa Gelanglor, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo ada seorang mantan atau purna pekerja migran In­ donesia (PMI) yang berhasil meng­ em­bangkan industri tahu. Dia­lah, Sugiono (42 tahun) yang mulai mengembangkan usaha tahu milik orang tuanya sejak pulang dari Korea Selatan tahun 2010. Sugiono bekerja di Korea Selatan sejak 2005. Waktu itu, dia bekerja di sebuah pabrik pelapisan kro­ mium di wilayah Sanoksu. Waktu lima tahun bukan waktu yang singkat bagi Sugiono. Pe­nga­laman susah dan senang ia lalui meskipun jauh dari keluarga. “Bekerja tidak ada yang mudah. Meskipun berat harus kita jalani,” ujar Sugiono, saat ditemui di rumahnya, (4/11). Sepulang dari Korea Selatan, Sugiono mulai mengembangkan

usaha tahu keluarga. “Orang tua sudah kesulitan meneruskan usa­ ha tahu karena faktor usia. De­ ngan pertimbangan lebih de­kat dengan orang tua, saya pu­tuskan untuk meneruskan usa­h a ini,” ujarnya. Sugiono penuh semangat meng­ ge­luti usaha tahunya hingga se­ karang. Dalam mengelola usaha tersebut, dia turut melibatkan istri dan saudaranya. Dalam se­ hari, Sugiono membutuhkan se­ kitar setengah kuintal kedelai un­t uk diolah menjadi tahu. Da­ lam sebulan, ia bisa meraup ke­ untungan kurang lebih sebesar tujuh juta rupiah. Setiap harinya, Sugiono biasa be­kerja sejak pukul 06.00 sam­ pai 12.00. Semua proses di­l a­ kukan mulai dari produksi hing­ ga pemasaran. Keterampilan

Sugiono menjual produksi ta­hu­ nya ke pasar stasiun Ponorogo. Ia mengaku, sebagai wirausaha ada proses senang dan duka. Se­n angnya, menurut Sugiono, ada pemasukan setiap hari. Se­ men­tara, kendala yang dihadapi Sugiono adalah ketika ada ke­ naik­an harga bahan baku. Sebab, ongkos produksi turut mem­beng­ kak, sementara harga jual tidak bisa serta merta ikut naik. Selain itu, kendala lainnya saat musim hujan tiba. “Kalau harga bahan baku naik, keuntungan jadi menurun. Susah bagi kita untuk ikut menaikkan harga jual tahu. Selain itu, pada musim penghujan, hasil penjual­ an juga menurun,” tutur Sugiono. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2020/11/11/ sosok-purna-pmiyang-sukses-menjadipengusaha-tahu/

Edisi November 2020 | Buletin KOPI Ponorogo

15


PUISI

â–ś Sumber gambar: Pixabay.com

Langkah Baru Puisi oleh: Wardatul Hasanah | KOPI Desa Pondok

Beberapa purnama beriring pandemi Kegelisahan barangkali memenuhi suasana hati Tetapi aktifitas harusnya dieksekusi Meski begini, doa kan menyertai Sorak sorai dan dentuman bunyi Sempat terhenti karena wabah ini Hingga akhirnya virtual menjadi-jadi Digitalisasi, penyambung silaturahmi Belanja tatap muka tak lagi trendi Lebih efisien memakai aplikasi Gadget dan koneksi ibarat nyawa bumi Media maya menjadi rumah ekspresi Ratusan hari telah terlewati Manusia semakin dituntut agar memperkuat proteksi Keimanan harus terbentengi Agar tak goyah dan lupa kesehatan jasmani Semakin kesini Kita semakin diperintah mawas diri

Menjalani kegiatan baru, meski gerak masih dibatasi Dan menyiapkan mental atas peraturan yang semakin bervariasi Di tengah langkah baru, kita berkompromi Pun juga memperbaiki roda ekonomi Membuka lembaran dengan berbagai inovasi Berkontribusi pada negeri dengan skill yang dimiliki Semoga pandemi lekaslah usai Biar tak menggunung pekerjaan yang tak sampai Berdoalah, jangan lekas lalai Agar ketenteraman segera tercapai Pondok, 11 November 2020 Sumber: https://buruhmigran. or.id/2020/11/11/langkah-baru/


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.