panduan_skill_lab_tumbuh_kembang_anak

Page 1

Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

BUKU PANDUAN SKILL LAB

TUMBUH KEMBANG, GERIATRI DAN DEGENERATIF

Semester VI

PENYUSUN : Dr. M. Arief Faisal

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena rahmat dan inayahNyalah Buku Panduan Skill Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif ini dapat disusun untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh berdasarkan Satuan Acara Perkuliahan yang berlaku. Isi dan buku ini meliputi : Pemeriksaan Fisik Neonatus, Pemeriksaan Fisik Pada Anak dan Pengukuran Berat Badan, buku ini sebagai peganggan wajib bagi mahasiswa yang sedang menjalankan Skill Lab, dengan harapan agar setiap mahasiswa mengerti teori yang mendasari setiap Skill Lab yang sedang dilakukannya serta mampu melakukan setiap praktikum dengan benar. Buku ini diharapkan dapat berguna dalam pemeriksaan laboratorium sederhan pada praktek dokter ataupun di puskesmas. Kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini, walaupun tuntunan Skill Lab ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian kami tidak menutup segala kriitik dan masukan demi sempurnanya buku ini dan berharap sepenuhnya agar buku ini dapat berhasil mencapai sasarannya. Wassalamualaikum Wr. Wb Lampoh Keude, Maret 2012 Penyusun,

Dr. M. Arief Faisal

i


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................

i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

ii

PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................... iii

PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS ..................................................................................

1

a. Pemeriksaan Pada Saat Lahir .......................................................................................

1

b. Pemeriksaan Lanjutan ..................................................................................................

4

c. Pemeriksaan Neurologis Neonatus ...............................................................................

14

d. Pemeriksaan Pada Waktu Memulangkan ...................................................................... 19 PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK .................................................................................

21

1. Pendahuluan ................................................................................................................

21

2. Pemeriksaan Umum ..................................................................................................... 22 Pemeriksaan Fisik Paru (Geriatri) ............................................................................................. 53 Pemeriksaan Fisik Jantung (Geriatri) ........................................................................................ 61 Pemeriksaan Fisik Abdomen (Geriatri) ..................................................................................... 70 PENGUKURAN BERAT BADAN......................................................................................... 85 1. Berat Badan ................................................................................................................ 85 2. Cara Menimbang/Mengukur Berat Badan..................................................................... 87 3. Menimbang Bayi ......................................................................................................... 88 4. Menimbang Anak ........................................................................................................ 89

Skill Lab 1 Neonatal Exam............................................................................................ 91 Skill Lab 2 Pemeriksaan Fisik Anak .............................................................................. 97 Skill Lab 3 Pemeriksaan Fisik Dada dan Abdomen Geriatri .......................................... 99 Skill Lab 4 Pemeriksaan Antropometri .......................................................................... 101 Postest 1 ....................................................................................................................... 104 Postest 2 ....................................................................................................................... 105 Postest 3........................................................................................................................ 106 Prestest 1....................................................................................................................... 107 Prestest 2....................................................................................................................... 108 Prestest 3....................................................................................................................... 109 LEMBARAN PENILAIAN ........................................................................................ 110

ii


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

PERATURAN DAN TATA TERTIB SKIL LAB 1. Mahasiswa yang mengikuti Skill Lab adalah mereka yang telah mendaftar terlebih dahulu dan terdaftar dalam salah satu grup skill lab. 2. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, bila terlambat lebih dan 20 menit dan tidak mengikuti pretest tidak diizinkan mengikuti skill lab. Mahasiswa tidak dapat meninggalkan ruangan sebelum waktu yang ditetapkan, kecuali atas izin asisten yang bertugas. 3. Presentasi skill lab adalah 100% (seratus persen), bila tidak/berhalangan hadir makna harus menggantinya sewaktu inhall. Praktikan yang persentasinya kurang dari 100% secar otomatis tidak lulus Skill lab dari awal. 4. Apabila nilai pretest 20 tidak diperkenakan mengikuti skill lab dan diwajibkan mengikuti inhal. 5. Bila mahasiswa berhalangan hadir, harus ada pemberitahuan dari yang berwenang memberikannya. 6. Selama skill lab, mahasiswa diharuskan berpakaian rapi (tidak memakai kaos dan sandal jepit) serta mengenakan jas pratikum dan papan nama. 7. Dilarang membuang sampah kedalam bak pencuci, buanglah ketempat yang disediakan. 8. Sebelum dan sesudah pratikum meja harus dibersihkan. 9. Sebelum dan sesudah skill lab alat-alat diperiksa terlebih dahulu, jika ada alat yang rusak atau hilang segera laporkan kepada petugas yang ada di laboratorium. 10. Alat yang rusak atau hilang karena kelalaian praktikan menjadi tanggung jawab praktikan, dan harus diganti dalam 1 minggu dan waktu kehilangan / rusak. 11. Selama praktikum dilarang makan/minum, ribut-ribut dan merokok. Handphone dimatikan atau dimatikan nada deringnya, serta dilarang menggunakan handphone berlebihan saat pratikum. 12. Saat memasuki laburatorium praktikan harus melepas sepatu, dan menggunakan sendal sudah disiapkan. (akan diatur tersendiri) 13. Bagi yang melanggar tata tertib ini akan dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai ujian praktikum atau mengulang praktikum.

iii


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS (NEONATAL EXAMINATION) Tujuan belajar:  Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan fisik pada neonatus secara sistematis dan benar. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus harus dilakukan anamnesis yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut:  Riwayat terdapatnya penyakit keturunan  Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya  Riwayat kehamilan sekarang  Riwayat persalinan sekarang

Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan pada pemerlksaan fisik. Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu yang terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan paling kurang 3 kali, yaitu : 1. Pada saat lahir 2. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam 3. Pemeriksaan pada waktu pulang

I. Pemeriksaan Pada Saat Lahir Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah : 1. Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine 2. Untuk mencari kelainan kongenital terutama yang memerlukan penanganan segera.

1


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Penilaian adaptasi neonatus. Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara menghitung nilai Apgar (Apgar Score). Cara ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Kriteria yang dinilai adalah: 1. Laju jantung 2. Usaha bernafas 3. Tonus otot 4. Refleks terhadap rangsangan, 5. Warna Kulit

Setiap kriteria dlberi nilai 0,1 atau 2 sehingga neonatus dapat memperoleh nilai 0 sampai 10. Cara-cara penilaian Apgar dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1: Nilai Apgar Tanda

0

1

2

Laju Jantung

Tidak ada

<100

>100

Usaha Bernafas

Tidak ada

Lambat

Tonus Otot

Lumpuh

Ekstremitas fleksi Gerakan aktif

Menangis kuat

sedikit Refleks

Tidak bereaksi

Warna Kulit

Seluruh biru/pucat

Gerakan sedikit

tubuh Tubuh kemerahan,

Reaksi melawan Seluruh

tubuh

kemerahan

ekstremitas biru

Nilai ini disebut nilai Apgar, sesuai dengan nama orang yang untuk pertama kali memperkenalkan system penilaian ini yakni Dr.Virginia Apgar. Penilaian ini dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan 2


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

petunjuk adaptasi neonatal. Neonatus yang beradaptasi dengan baik mempunyai nilai Apgar antara 7 sampai 10. Nilai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan sampai sedang, sedangkan nilai 0-3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat. Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostik oleh karena berhubungan dengan morbiditas neonatal, nilai Apgar tidak menentukan untuk resusitasi.

Cairan amnion Normal : 1. Volume (kehamilan aterm) : 1000 - 1500 ml 2. Bau : (-), agak amis 3. Warna : jernih 4. Mikroorganisme (bakteri / virus) : (-) 5. Terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan selsel epitel. 6. Sirkulasi : 500 cc/jam Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila volumenya lebih dari 2000 ml disebut polihidramnion atau hidramnion saja, apabila kurang dari 500 ml disebut sebagai oligohidremnion. Polihidramnion biasa terdapat pada bayi dengan obstruksi pada traktus intestinal bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklampsia. Oligohidramnion berhubungan dengan agenesis renal bilateral atau sindrom potter. Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas bawah akan kemungkinan adanya pes equinovarus atau valgus kongenital.

3


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Plasenta Normal : 1. Berat (kehamilan aterm) : > 500 mg 2. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. 3. Bentuk : bundar / oval 4. Diameter : 15-25 cm, tebal 3-5 cm. Abnormal : Jika

lepasnya

plasenta

terjadi sebelum bayi

lahir,

disebut

solusio/abruptio placentae (keadaan gawat darurat obstetric).

Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran, nekrosis, dsb. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat 1 atau 2 korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis vaskuler antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi transfusi feto-fetal.

Tali pusat Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada potongan tali pusat diperhatikan apakah ada 1 vena: dan 2 arteri. Kurang lebih 1% dari neonatus hanya mempunyai 1 arteri umbilikalis dan 15% dari padanya mempunyai 1 atau lebih kelainan kongenital terutama pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik, atau kardiovaskular.

II. Pemeriksaan Lanjutan 1. Pemeriksaan Umum a. Pemeriksaan tanda vital Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan 4


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Frekuensi denyut jantung / frekuensi denyut nadi dengan nilai normalnya yaitu : 100-160 x/menit (dalam keadaan istirahat) dan 120-160x/menit (dalam keadaan aktif)  Frekuensi napas neonatus, dengan nilai normalnya yaitu : 40- 60x/menit  Suhu tubuh, yang diukur melalui aksiter. Suhu neonatus normal adalah 36,5 - 37,50 C

b. Keaktifan Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris. Bila ada asimetri pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonatus diam saja, mungkin terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat akan tetapi masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.

c. Tangisan Bayi Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi, misalnya tangisan yang melengking menunjukkan bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesukaran pernafasan.

2. Pemeriksaan secara rinci a. Kulit Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama, tebal jaringan subkutan : 0,25 sampai 0,5 cm. Bila terdapat sianosis pada seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan jantung bawaan sianotik atau methemoglobinemia. Warna kulit yang pucat terdapat pada anemia berat atau asfiksia palida. Pletora tampak pada polisitemia. 5


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar bilirubin indirek memberi warna kuning-jingga sedang penumpukan bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang berkulit gelap, ikterus sebaiknya diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Mongolian spots. Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang bersifat seperti lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai pelumas serta sebagai isolasi panas. Lanugo, yaitu rambut halus yang terdapat pada punggung bayi, lebih banyak terdapat pada bayi kurang bulan dan makin berkurang sampai hilang pada bayi cukup bulan. Perhatikan terdapatnya petekie, atau ekimosis yang disebabkan oleh trauma lahir atau oleh sepsis, penyakit perdarahan atau trombositopenia.

b. Wajah Sering kalia wajah neonatus tampak asimetris oleh karena posisi janin intrauterine. Kelainan wajah yang khas terdapat pada beberapa sindrom seperti Sindrom Down atau Sindrom Pierre Robin, yang mudah dikenal. Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lehir seperti laserasi, paresis N. fasialis atau patah tulang zigomatikus.

Gambar : Sindrom Down 6


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

c. Kepala Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih karena molding. Keadaan ini akan normal setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah diraba. Pada pemeriksaan ubunubun perlu diperhatikan ukuran dan ketegangannya. Perhatikan terdapatnya kelainan yang disebabkan trauma lahir, seperti caput suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak.

 Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak tidak berfluktuasi batasnya tidak tegas dan menyeberangi sutura, dan akan hilang dalam beberapa hari.  Sefal hematom tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput suksedaneum. Konsistensi sefal hematoma ini lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, jadi tidak menyeberangi sutura. Bila sefal hematom menyeberangi sutura berarti terdapat fraktur tulang tengkorak. Sefal hematom akan mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari, dan akan menghilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.  Perdarahan subaponeurotik terjadi oleh karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus dalam tengkorak. Perdarahan ini dapat terjadi pada tiap persalinan yagn diakhiri dengan alat. Biasanya batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala dapat tampak asimetris. Pada perabaan sering ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema. Bila berat, kelainan ini dapat mengakibatkan renjatan/kejang, anemia atau hiperbilirubinemia.  Molding adalah tumpang tindihnya tulang kepala yang disebabkan oleh tekanan jalan lahir yang menyebabkan bentuk kepala menjadi lonjong, biasanya hilang dalam beberapa waktu.

7


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Perhatikan pula terdapatnya kelainan congenital seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya. Untuk memastikan apakah terdapat perdarahan intracranial atau hidrosefalus diperlukan pemeriksaan USG (atau transiluminasi bila USG tidak ada, tetapi ini hanya dapat melihat adanya hidrosefalus).

Tabel. Ukuran Lingkar Kepala Anak Laki-laki Aterm Usia

Lingkar Kepala (cm)

Saat Lahir

35

3 bulan

40

9 bulan

45

4 bulan

50

Gambar: Caput Suksedenum

Koreksi : LK anak perempuan usia lebih dari 3 bulan lebih kecil 1cm dari anak lakilaki 2 SD = 1 inci (2,5 cm)

Gambar: Caput Molding

d. Leher Normal : terlihat pendek namun pergerakannya baik. Perhatikan adanya : 1. Kelainan tulang leher → pergerakan terbatas 2. Trauma leher → kerusakan plexus brachialis → tangan lumpuh. 3. Tumor leher → trachea tertekan → obstruksi jalan napas

8


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

4. Perdarahan m. sternocleidomastoideus → tortikolis (kaku leher hingga leher terpelintir). 5. Webbed neck (leher berselaput) / pterygium colli deformity → lipatan kulit bawaan yang berjalan sepanjang sisi leher sampai ke bahu. e. Mata Teknik :  Secara inspeksi dan palpasi Perhatikan adanya : 1. Mikroftalmia congenital → dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi. 2. Glaukoma congenital → mulanya terlihat sebagai pembesaran, kemudian sebagai kekeruhan kornea. 3. Katarak congenital → dapat mudah terlihat sebagai pupil yang berwarna putih. 4. Trauma pada mata terlihat sebagai edema palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina. 5. Sekret mata → konjungtivitis oleh kuman gonokok → panoftalmia → buta. f. Mulut  Secara inspeksi perhatikan simetris atau tidaknya. Apakah terdapat kelainan kongenital seperti: 1. Labiognato-palatoskisis → bibir sumbing 2. Mikrognatia → bibir yang kecil 3. Ranula → kista lunak yang berasal dari dasar mulut 4. Lidah membesar → sindrom beckwith 5. Lidah selalu bergerak → sindrom down 6. Foote’s sign → lidah keluar masuk → akibat TIK ↑ atau edema cerebral.

9


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

g. Telinga  Lakukan lnspeksi letak daun telinga dan liang telinga  Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital, seperti daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) yang dapat dijumpai pada neonatus dengan sindrom tertentu antara lain sindrom Pierre-Robin, Mikrotia → daun telinga yang kecil, Anotia → tidak adanya daun telinga, Bat’s ear → telinga caplang

h. Hidung  Inspeksi pernapasan, apakah melalui hidung atau tidak.  Bila neonatus bernapas melalui mulut, pikirkan kemungkinan obstruksi jalan napas oleh karena atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.  Perhatikan apakah terdapat pernapasan cuping hidung.

i. Dada 1. Inspeksi  lnspeksi bentuk dada, bentuk dada neonatus adalah seperti tong, apakah terdapat pektus ekskavatum, atau karinatum.  Perhatikan laju napas, laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali Permenit  Gerakan dinding dada, harus simetris bila tidak harus dipikirkan kemungkinan adanya pneumothoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.  Tipe pernapasan  Kelenjar payudara neonatus, dapat ditemukan kelainan puting susu berlebih (supemumary nipples).

10


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

2. Palpasi  Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta meraba iktus kordis untuk menentukan posisi jantung (adanya dekstrokardia atau osteosporosis). 3. Perkusi  Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada. 4. Auskultasi  Menghitung laju jantung selama 1 menit penuh dengan menggunakan stetoskop.  Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi  Mendengar bunyi napas neonatus yaitu vesikuler  Terdengarnya bising usus di daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.

j. Abdomen l. lnspeksi  Perhatikan dinding abdomen, pada neonatus dinding abdomen lebih datar dari pada dada.  Perhatikan apakah terdapat kelainan kongenital seperti: omfalokel (penonjolan usus via akar pusar yang dilapisi peritoneum dan tidak dilapisi kulit), gastroekisis (usus berada diluar rongga perut) dll.

2. Palpasi  Meraba hepar dan limpa  Hepar biasanya teraba 2 sampai 3 cm dibawah arkus aorta kanan, limpa juga sering teraba l cm dibawah arkus aorta kiri.

11


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila posisi bayi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi.

k. Genitalia eksterna inspeksi Normal (Bayi laki-laki) : 1. Ukuran penis → panjang 3-4 cm; lebar 1-1,3 cm. 2. Skrotum bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae. 3. Testis sudah turun ke dalam skrotum.  Parhatikan organ genetalia baik pada bayi laki-laki maupun perempuan  Pada bayi laki-laki perhatikan ukuran penis, skrotum, testis, apakah terdapat hipospadia, epispadia, fimosis, hidrokel taupun kriptorkismus. Normal (Bayi perempuan) : 1. Labia minora terturup oleh labia mayora. 2. Lubang uretra terpisah dari lubang vagina → bila hanya terdapatsatu lubang berarti ada kelainan. 3. Terkadang tampak sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawal bleeding).

l. Tulang belakang dan ekstremitas  Neonatus diletakkan dalam posisi tengkurap  Tangan pemeriksa meraba meraba sepanjang tulang untuk mencari terdapatnya scoliosis, meningokel, spina bifida, sinus pilonidalis atau kelainan kongenital lainnya.  Perhatikan pergerakan ekstremitas, apakah simetris atau tidak dan apakah terdapat paralisis atau tidak, Perhatikan tonus ekstremitas, apakah terdapat hipotonia umum. 12


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Pemeriksaan dislokasi panggul, menggunakan cara: Ortholani (lutut ditekuk sama tinggi atau tidak).

Gambar: pemeriksaan dislokasi panggul m. Anus  Menilai apakah terdapat atresia ani dan posisi anus  Perhatikan adanya anus imperforate dengan memasukkan thermometer ke dalam anus. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal. n. Ukuran antropometrik  Melakukan pemeriksaan berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar kepala.  Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai ukuran badan sebagai berikut: o Berat badan lahir antara 2500 sampai 4000 gram o Panjang badan lahir 45 sampai 54 cm o Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm

o Pemeriksaan usia kehamilan / Penilaian usia gestasi Usia gestasi dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan menghitungnya dari hari pertama haid terakhir sampai saat kelahiran, atau dengan cara ultrasonografi. Yang sering dipakai sekarang adalah pemeriksaan

13


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

menurut New Ballard Score for Gestational Age Assessment yaitu dengan hanya menilai 6 kriteria neurologis. Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus sangat penting untuk dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih besar untuk usia kehamilannya.

III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS NEONATUS Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada semua bayi, baik yang sehat maupun yang sakit. Pada bayi sehat dilakukan pemeriksaan neurologis untuk meyakinkan orang tua, bahwa bayinya benarbenar tidak menderita kelainan neurologis. Pada bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis.

Inspeksi Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma fisis dan kejang. Pada bayi dengan riwayat kejang, harus diperhatikan dengan lebih teliti dan lama. Pada keadaan normal, bayi cukup bulan lebih sering tidur, rata-rata pada hari pertama tidur selama 17 jam. Pada waktu istirahat pada neonatus normal dengan masa kehamilan 32-40 minggu terlihat abduksi pada paha, dan fleksi pada sendi anggota gerak (siku, panggul dan kaki), simetris kanan dan kiri. Pada neonatus dengan masa kehamilan 25-30 minggu lengan dalam keadaan fleksi, dan tungkai dalam keadaan fleksi atau eketensi. Pada neonatus dengan masa kehamilan 25 minggu atau lebih, apabila dalam keadaan istirahat semua anggota geraknya berada dalam posisi ekstensi berarti tidak normal. Pada penilaian kesadaran, pasien dapat dibangunkan dengan memegang dadanya dengan ibu jari dan telunjuk sambil digoyang-goyang secara lembut. Pasien yang sadar akan bangun membuka mata, mengerenyutkan muka, menangis dan menggerakkan anggota geraknya. Bila bayi tidak dapat 14


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

dibangunkan, dan tidak ada kerutan muka dan gerakan ekstremitas berarti Abnormal yakni kesadaran menurun. Tingkat kesadaran terdiri atas sadar, apatis/letargi, somnolen, sopor dan koma.

Pemeriksaan saraf otak pemeriksaan saraf otak pada neonatus berbeda dengan pemeriksaan pada anak:  Pada waktu pasien bangun, mengerenyutkan muka dan menangis, perhatikan mata dan sudut mulutnya untuk memeriksa saraf otak VII (saraf fasialis). Pada paresis saraf fasialis akan terlihat mulut mencong ke sisi sehat, mata tidak dapat menutup dan lipatan nasolabialis hilang pada sisi yang paresis.  Pada waktu menangis dan membuka mulut perhatikan lidah dan langitlangit untuk memeriksa saraf XII dan IX. Pada lidah perhatikan ukurannya dan gerakan simetris atau asimetris, apakah ada fasikulasi (saraf XII). Pada langit-langit perhatikan gerakan arkus faring dan uvula. Pada paresi saraf IX akan terlihat arkus sisi paresis tertinggal.  Refleks rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut pasien, maka pasien akan berpaling kearah rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya, kalau ujung jari dimasukkan kedalam mulutnya 3 cm akah diisap dan disebut sucking reflex (refleks menghisap). Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kelainan saraf V, VII, XII.  Pemeriksaan refleks menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX dan X.  Pada waktu mengisap mata pasien biasanya terbuka secara spontan, saat inilah kesempatan untuk memeriksa pergerakan bola mata untuk menilai saraf III, IV dan VI.

15


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Doll's eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan kanan untuk menilai gerakan bola mata ke lateral. Pada waktu kepala diputar ke satu sisi, maka akan terjadi deviasi mata ke kontralateral. Manuver ini digunakan untuk memeriksa saraf VIII bagian vestibular,  Refleks pupil sebenarya sudah ada pada neonatus, tetapi sukar dinilai, karena kalau ada cahaya neonatus segera akan menutup mata dan sukar dibuka kembali. Pada waktu mata terbuka segera pematikan apakah pupilnya isokor atau anisokor.

Pemeriksaan refleks neonatal primer 1. Moro reflex Teknik:  Bayi dalam posisi telentang, kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa cm dengan hati-hati ke tangan pemeriksa.  Reaksi : bayi akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi, tangan terbuka dan disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi.  Nilai abnormal : apabila tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali ataupun apabila rentangan lengan asimetri.

16


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

2. Tonic neck reflex Teknik:  Bayi dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan anggota gerak dalam Posisifleksi  Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak sebelah kiri.  Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, sedangkan tungkai tidak selalu ekstensi, dan fleksi anggota gerak kontralateral juga tidak selalu terjadi.  Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri.  Tonus ekstensor meninggi pada anggota gerak arah muka berpaling.  Tonus fleksor meninggi pada anggota gerak kontralateral,

3. Palmar grasp reflex (rafleks menggenggam) : Teknik:  Meletakkan telunjuk pemeriksaan di telapak tangan pasien  Nilai: telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan adanya refleks memegang (grasp reflex)  Agar pegangan lebih kuat pegangannya tangan pemeriksa juga memegang tangan pasien, kemudian ditarik perlahan-lahan kearah duduk.  Pada bayi normal, kepala segera mengikuti dan hanya tertinggal sedikit.

17


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

4. Babinski reflex Teknik:  Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing.  Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain.  Refleks ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan, bila masih terdapat pada umur 2 sampai 2,5 tahun mungkin terdapat lesi piramidal.

18


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

5. Stepping reflex ( refleks melangkah ) Teknik:  Bila BBL ( bayi baru lahir) dipegang pada bagian bawah lengannya dalam posisi tegak dan kakinya menyentuh permukaan datar, maka secara otomatis bayi akan meluruskan tungkainya seolah hendak berdiri  Bila posisi bayi dimiringkan kedepan, bayi akan meletakkan satu kakinya di depan kaki yang lain  Refleks ini akan menghilang, dan akan muncul setelah bayi sudah siap untuk berjalan.

IV. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewatkan.

Perlu diperhatikan: o SSP

: aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun

o Kulit

: adanya ikterus, pioderma

o Jantung

: adanya bising yang timbul kemudian

o Abdomen

: adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya

o Tali pusat : adanya infeksi.

19


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.

Penting untuk diperhatikan :  Pemeriksaan pada neonatus harus : didahului dengan anamnesis yang lengkap tentang riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat kehamilan sekarang, dan riwayat kelahiran bayi.  Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir tediri dan pemeriksaan cepat segera setelah lahir, pemeriksaan lanjutan yang dilakukan 24 jam pasca lahir, dan pemeriksaan saat bayi akan dibawa pulang.  Sebelum dan setelah memeriksa neonatus tangan pemeriksa harus dicuci dengan sabun atau larutan antiseptik.  Semua hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan dengan orang tua bayi, demikian pula rencana pemeriksaan selanjutnya.

20


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK Tujuan : Mampu melakukan pemeriksaan fisik secara benar dan sistematis. 1. Pendahuluan Berbeda dengan pemeriksaan fisik pada orang dewasa, pemeriksaan fisik pada anak memerlukan pendekatan yang berbeda. Pendekatan tersebut dimaksudkan agar anak tidak merasa takut, tidak menangis, dan tidak menolak untuk diperiksa. Pendekatan tersebut bergantung pada umur dan keadaan anak. Pada umumnya bayi dan anak merasa lebih aman dan tenang dengan kehadiran orang tuanya, terutama ibu. Pada bayi yang masih kecil pendekatan lebih mudah diiakukan karena bayi tersebut belum dapat membedakan orang di sekitarnya. Pada bayi atau anak yang sudah mulai takut pada orang yang belum dikenalnya, pemeriksaan menjadi lebih sulit. Dalam hal ini pemeriksa sebaiknya bersikap informal, sedikit santai. Pemeriksaan dapat dimulai pada waktu bayi masih dalam pangkuan ibu. Lambat laun ia dipindahkan ke meja periksa sambil dipegang-pegang dagunya, pipinya, atau diajak bicara dengan kata-kata manis, sedangkan ibunya memegang tungkainya. Pada anak yang lebih besar, pendekatan dapat dimulai dengan memberi salam, menanyakan namanya, umur nya, sekolahnya, kelasnya, atau memuji penampilannya. Pada waktu pemeriksaan dapat diberitakan hal-hal yang menenangkan sesuai umur anak. Pada anak yang sakit berat, lebih-lebih bila kesadarannya menurun, pendekatan di atas tidak perlu dilakukan. Cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak pada umur nya sama dengan pada orang dewasa, yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada keadaan tertentu urutannya dapat berubah. Pada bayi dan anak kecil, setelah inspeksi umum, dianjurkan untuk melakukan auskultasi abdomen dan jantung. Hal ini disebabkan karena apabila anak menangis maka bising usus dapat meningkat dan bising jantung sulit dinilai. 21


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pemeriksaan dilakukan dengan menidurkan pasien pada meja periksa atau tempat tidur yang cukup tinggi agar dokter dapat memeriksa tanpa cepat lelah. Bayi atau anak kecil dapat langsung diperiksa tanpa pakaian. Pasien yang lebih besar mungkin merasa malu: bila pakaiannya dibuka sekaligus, sebaiknya pakaian dibuka sebagian demi sebagian sesuai daerah yang diperiksa. Pemeriksaan palpasi abdomen dilakukan dengan fleksi pada sendi panggul dan lutut pasien untuk mengurangi ketagangan dinding abdomen. Perkusi dilakukan pada pemeriksaan dada, abdomen dan kepala, perkusi dada bayi dan anak tidak boleh dilakukan terlalu keras. Karena dinding toraks pasien yang masih tipis, maka ketukan yang keras dapat menyebabkan vibrasi serta resonansi daerah lain, sehingga daerah redup dan pekak setempat tidak terdeteksi. Auskultasi dianjurkan menggunakan stetoskop bimanual dengan pipa yang pendek (25-30 cm), dinding pipa tebalnya ¹ 3 mm, dan diameter lumen pipa 3 mm. Umumnya stetoskop pediatrik cukup memadai untuk digunakan pada bayi dan anak; diameter membran ¹ 3-3,5 cm dan diameter mangkuk 3 cm, 2. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang mencakup:  kesan keadaan sakit, termasuk fasies dan posisi pasien  kesadaran  kesan status gizi

Kesan Keadaan Sakit Hal pertama yang harus dinilai adalah kesan keadaan sakit apakah pasien tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang ataukah sakit berat. Kesan keadaan sakit ini sedikit banyak bersifat subyektif. 22


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Perlu ditekankan bahwa kesan keadaan sakit tidak selalu identik dengan serius atau tidaknya penyakit yang diderita. Seorang pasien leukemia dalam pengobatan, misalnya, dapat saja tampak sehat, bergizi baik serta tampak aktif, padahal ia menderita penyakit yang potensial fatal. Di lain sisi anak dengan infeksi saluran napas bagian atas akibat virus yang relatif ringan, dapat tampak 'toksik' atau sakit berat. Perhatikan pula fasies pasien. Fasies adalah istilah yang menunjukkan ekspresi wajah pasien, dan kadang-kadang dapat memberikan informasi tentang keadaan klinisnya. Anak yang sedikit bergerak, pasif, dan melamun biasanya dalam keadaan sakit yang cukup berat. Fasies pasien dengandehidrasi berat (khususnya kolera) disebut fasies kolerika yang ditandai oleh mata cekung dan kering serta muka yang layu. Fasies pasien tetanus adalah Khas : wajah tampak kaku dengan mulut trismus yang disebut risus sardonikus. Pada tetanus neonatorum fasies yang khas ialah mulut yang mencucu seperti mulut ikan (karpermond).

Kesadaran  Karakteristik tangisan pasien kadang-kadang dapat memberi petunjuk umum ke arah diagnosis tertentu.  Tangisan bernada tinggi (high pitched cry) menunjukkan terdapatnya tekanan intrakranial meninggi atau lesi susunan saraf pusat lainnya. Status gizi/Nutrisi Tanda Vital Nadi a. Laju nadi Laju nadi paling baik dihitung dengan pasien dalam keadaan tidur. b. Irama c. Kualitas nadi d. Ekualitas nadi 23


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Tekanan darah ldealnya, pada tiap pasien harus diukur tekanan darah pada keempat ekstremitas. Pemeriksaan pada satu ekstremitas dapat dibenarkan, apabila pada palpasi teraba denyut nadi yang normal pada keempat ekstremitas. Apabila pengukuran tekanan darah dilakukan pada satu ekstremitas, yang biasa dipergunakan ialah lengan atas kanan, untuk menghindarkan kesalahan akibat terdapatnya koarktasio aorta sebelah proksimal dari a. subklavia kiri yang menyebabkan tekanan darah di lengan kanan tinggi dan ditempat lain rendah. Pada pengukuran tekanan darah hendaknya dicatat keadaan pasien pada waktu tekanan darah diukur (duduk, berbaring tenang, tidur, menangis), karena keadaan pasien dapat mempengaruhi hasil dari penilaiannya.

Pernapasan  Pemeriksaan harus mencakup (a) laju pernapasan, (b) irama atau keteraturan, (c) kedalaman dan (d) tipe atau pola pernapasan.  Dalam keadaan normal, tipe pernapasan bayi ialah abdominal atau diafragmatik. Terdapatnya pernapasan torakal pada bayi dan anak kecil menunjukkan adanya kelainan paru, kecuali bila pasien sangat kembung.  Pada bayi baru lahir, terutama premature, kadang-kadang terdapat pernapasan tipe Cheyne-stokes yang ditandai oleh pernapasan yang cepat dan dalam, diikuti oleh periode pernapasan yang lambat dan dangkal, serta akhirnya periode apnu beberapa saat. Pola ini biasanya hilang setelah bayi berumur beberapa minggu.

24


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Suhu tubuh Lingkar lengan atas (LILA) Pada anak berumur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status gizi interprestasi : <12,5cm

: gizi buruk (merah)

12,5-13,5 cm

: gizi kurang (kuning)

> 13,5 cm

: gizi baik (hijau)

Kulit Hal-hal yang harus diperhatikan sbb:  Warna 1. Pigmentasi kulit normal disebabkan oleh melanin pada kulit. Daerah kulit yang mengalami depigmentasi disebut sebagai vitiligo. 2. Deptgmentasi umum misalnya terdapat pada albinisme, kelainan bawaan metabolisme tirosin, dan pada sindrom Chediak-Higashi. 3. Bercak-bercak cafe au lait dapat merupakan keadaan yang normal atau dapat pula merupakan tanda suatu keadaan abnormal. Pada bayi dan anak di bawah umur 5 tahun, bercak cafe au lait sejumlah sampai 6 buah dengan diameter 1-1,5 cm mungkin masih merupakan keadaan yang normal. 4. Daerah

hiperpigmentasi

yang

menetap

disebut

sebagai

nevus

pigmentosus. Perhatikan bentuk, ukuran, terdapatnya rambut, nyeri, dan ulserasi pada nevus.  Sianosis  Sianosis adalah wama kebiruan pada kulit dan mukosa. Sianosis tampak bila kadar haemoglobin reduksi >5 g/dl  Ikterus  Penilaian ikterus sebaiknya dilakukan dengan sinar alamiah. Ikterus harus dibedakan dengan karotenemia (akibat makan vitamin A berlebih atau 25


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

makan terlalu banyak wortel) dalam keadaan ini warna kuning tampak di telapak tangan, telapak kaki serta lipatan nasolabialis, tetapi tidak pada sklera.  Hemangioma  Hemangioma kapilaris sering terdapat disetiap tempat di kulit akan tetapi paling sering di pangkal hidung, kelopak mata atas, bibir atas, serta leher,  Hemangioma kavernosa juga dapat ada sejak lahir atau timbul pada masa bayi.  Ekzema  Pucat  Purpura  Eritema  Makula  Papula  Vesikula  Pustule  Ulkus  Nodul subkutan  Turgor kulit  Turgor kulit biaeanya diperiksa pada kulit abdomen, dengan mencubit kulit secara ringan dan mambiarkannya kembali.  Kelembaban kulit  Bayi mulai berkeringat setelah berumur 1 bulan,  Teikstur kulit  Dema  Miliaria  Lain-lain

26


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Rambut Dinilai warna, kelebatan, distribusi, serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein dapat mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien. Pada bayi baru lahir sering terlihat rambut yang tumbuh cukup lebat di bahu dan punggung, yang akan menghilang spontan dalam 3 bulan. Rambut kemaluan pada umumnya mulai tumbuh pada umur 8- 12 tahun, diikut oleh rambut ketiak lebih kurang 6 bulan kemudian. Rambut pada muka (kumis, janggut) pada anak lelaki biasanya tumbuh 6 bulan setelah pertumbuhan rambut ketiak. Pertumbuhan rambut merupakan petunjuk fungsi adrenal dan testis yang normal.

Kelenjar Getah Bening Pemeriksaan

kelenjar

getah

bening

dilakukan

bersama

dengan

pemeriksaan organ tubuh setempat. Yang diperiksa ialah kelenjar getah bening di daerah oksipital, retroaurikular, servikal anterior, dan inguinal. Harus selalu dirinci ukuran, bentuk, mobilitas, serta tanda-tanda radang. Kelenjar yang teraba sampai 3 mm di semua tempat yang disebutkan tadi adalah masih dalam batas normal, sedangkan di daerah servikal dan inguinal kelenjar yang besarnya tidak melebihi 1 cm masih normal untuk anak dibawah umur 12 tahun.

Kapala Dan Lehar Kepala Hal-hal yang harus diperhatikan sbb: Bentuk dan ukuran kepala  Lingkaran kepala hendaknya diperiksa rutin sampai anak umur 2 tahun. Pengukuran dilakukan pada diameter oksipitofrontal terbesar.

27


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Makrosefali (lingkaran kepala yang lebih besar dari normal) disebabkan oleh beberapa hal, yang paling sering ialah hidrosefalus.  Mikrosefali (lingkaran kepala kurang darl normal) biasanya menyertai kelainan bawaan yang disertai retardasi motorik dan mental.

Kontrol kepala Bayi baru lahir sampai umur 1 bulan bila lehernya diangkat maka kepalanya akan terjatuh ke belakang, dan bila bayi didudukan kepalanya akan terjatuh kedepan. Pada akhir bulan kadua, bila ditengkurapkan bayi dapat mengangkat kepalanya sejenak. Pada umur 3 bulan kemampuan mengangkat kepala ini leblh baik dan ia dapat menjaga kepalanya tetap tegak untuk beberapa saat meskipun belum stabil. Pada umur 5 bulan bayi normal dapat menegakkan kepalanya dalam posisi duduk. Antara umur 2 minggu sampai 2 bulan, timbul fenomena yang disebut sebagai asymmetric tonic neck reflex (TNR) : bila kepala dihadapkan ke satu sisi, maka lengan sisi ipsilateral akan ekstensi sedangkan sisi kontralateral akan fleksi. TNR akan berangsur-angsur menghilang pada umur 4-6 bulan. Control kepala yang abnormal serta menetapnya TNR sampai lebih dari 6 bulan mungkin merupakan tanda awam retardasi motorik atau palsi serebral.

Kraniotabes Kraniotabes adalah pelunakan tabula eksterna tulang tengkorak, diperiksa dengan menekan tengkorak di belakang dan diatas telinga dengan cukup keras. Bila posisi akan teraba seperti kita menekan bola pingpong. Hal ini mungkin masih normal pada bayi sampai umur 6 bulan. Tanda macewen atau cracked-pot sign diperiksa dengan mengetukkan jari pada tulang tengkorak, bila positif akan terdengar sepefti suara pot retak.

28


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Rambut dan kulit kepala Ubun-ubun (fontanel) Ubun-ubun sering sulit diraba pada bayi baru lahir, karena molding tulangtulang kepala. Setelah beberapa hari, ubun-ubun besar mudah diraba, dengan diameter transversal rata-rata 2,5 cm, kadang-kadang sampai 4 atau 5 cm. Ubun-ubun kecil teraba sampai 4-8 minggu. Ukuran ubun-ubun besar sangat bervariasi, demikian pula saat penutupannya. Seringkali ubun-ubun tampak membesar dalam beberapa bulan pertama, pada umur 6 bulan sebagian kecil (3%) bayi normal tertutup ubun-ubunnya; pada umur 1 bulan lebih kurang 15% dan umur 1 tahun 40%. Pada umumnya 19 bulan 90% bayi normal sudah tertutup ubun-ubunnya. Dalam keadaan normal ubun-ubun besar rata atau sedikit cekung.

wajah Asimetris wajah pada neonatus biasanya disebabkan oteh posisi janin intrauterine. Beberapa penyakit atau sindrom tertentu memper lihatkan wajah yang tidak normal (dismorfik).

Mata (Visus) Ketajaman penglihatan perlu dilihat secara kasar. Neonatus sudah bereaksi terhadap cahaya, pada umur 1 bulan mungkin sudah melihat bendabenda dan umur 2 bulan dapat mengikuti gerakan jari. Pada umur 6 bulan bayi sudah dapat memfokuskan pandangannya terhadap obyek tertentu, meskipun tidak lama. Bayi yang lebih besar dan anak kecil dapat dinilai kesan penglihatannya dengan melihat reaksinya terhadap mainan atau keadaan sekitar.

Palpebra Alis dan bulu mata Glandula lekrimalis dan duktus nasolakrimalis 29


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Duktus nasolakrimalis kadang masih belum paten sampai umur baberapa bulan.

Konjungtiva Sclera Kornea Pupil Lensa Eksoftalmos dan enoftalmos Strabismus Nistagmus Telinga Daun telinga dan Liang telinga Membran timpani Mastoid

Ketajaman pendengaran Ketajaman pendengaran dinilai secara kasar. Neonatus sudah bereaksi terhadap suara. Pada bayi yang : lebih besar, kesan ketajaman pendengaran dapat diambil dari reaksinya terhadap suara pada saat pemeriksaan.

Hidung Mulut Trismus Halitosis Bibir Labioskisis lebih sering ditemukan di sebelah kiri; perhatikanlah ekstensi skisis ini. 30


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Mukosa pipi Gusi (gingiva) Palatum Lidah Perhatikanlah apakah terdapat kelainan congenital yang jelas seperti bifurkasio lidah.

Gigi-geligi Gigi susu Pada bayi baru lahir kadang-kadang sudah terdapat 1 atau 2 gigi yang mudah sekali dilepas. Gigi susu mulai tumbuh pada umur 5 bulan, tetapi kadangkadang baru mulai tumbuh pada umur 1 tahun. Pada umur 3 tahun ke 20 gigi susu harus sudah tumbuh. Rata-rata tumbuhnya gigi susu adalah sebegai berikut: 2 insisor sentral bawah

: 5-10 bulan

2 insisor sentral atas

: 8-12 bulan

2 insisor lateral atas

: 9-13 bulan

2 insisor lateral bawah

: 10-14 bulan

2 molar pertama bawah

: 13-16 bulan

2 molar pertama atas

: 13-17 bulan

4 kuspid

: 12-22bulan

4 molar kedua

: 24-30 bulan

V

IV III II I

I II III IV V

V

IV III II I

I II III IV V

31


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Gigi tetap Waktu erupsi gigi tetap biasanya sebagai berikut (lihat gambar) Molar pertama

: 6-7 tahun

Incisor

: 7-9 tahun

Premolar

: 9-11 tahun

Kaninus

: 10-12 tahun

Molar Kedua

: 12-16 tahun

Molar Ketiga

: 17-25 tahun

8 7 6 5 4 3 2 1

8 7 6 5 4 3 2 1

8 7 6 5 4 3 2 1

8 7 6 5 4 3 2 1

Kelainan gigi Salivasi o Pengeluaran saliva yang berlebihan pada neonatus mencurigakan adanya atresia esophagus. Untuk ini perlu disingkirkan dengan memasukkan kateter nomor 8 etau 9F melalui egophagus ke dalam lambung. o Hipersalivasi pada anak besar dapat terjadi bila gigi akan tumbuh, stomatis, defistensi mental, epiglotitis akut, abses peritonsilar dan palsi serebral. Faring Laring

Lehar Pada bayi leher tampak pendek, baru pada umur 3-4 tahun tampak memanjang. Hal-hal yang harus diperhatikan sbb:

32


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

ďƒ˜ Tortikolis Tortikolis adalah kelainan posisi kepala yang miring ke satu sisi dan terputar ke sisi yeng lain akibat pemendekan pada m. sternokleidomastoideus. Kelainan ini dapat bawaan atau didapat.

Kaku kuduk Massa di leher Kelenjar getah bening servikal merupakan massa yang paling sering ditemukan bila lebih dari 1 cm diameternya berarti abnormal, periksalah kamudian apakah kelenjar tiroid membesar. Pada bayi dan anak kecil pemeriksaan dilakukan dengan pasien telentang, dan keleniar tiroid diraba dari keduan sisinya dengan jari-jari telunjuk dan tengah.

Dada Untuk dapat diperoleh informasi yang akurat, pemeriksaan dada harus dilakukan dengan cermat dan sistematis, yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Bentuk dada pada bayi hampir bulat dan dalam pertumbuhannya dada akan membesar pada diameter transversal. Lingkaran dada pada bayi kurang dari 2 tahun lebih kecil atau sama dengan lingkaran kepala. Perlu diperhatikan pengembangan dada dan gerakan sela iga pada pernapasan; demikian pula kecepatan, kedalaman, simetri, serta pola gerakan pernapasan.

Payudara Pada bayi premature dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu, aerola payudara hampir tidak terlihat. Pada bayi cukup bulan jaringan payudara teraba 5-6 mm. Setelah umur 2-4 hari dapat terlihat pembesaran kelenjar payudara,

33


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

yang kemudian berangsur-angsur akan menghilang dalam beberapa minggu. Kelebihan jumlah puting susu (supemumary nipples) dapat terlihat, ini tidak mempunyai arti klinis penting. Pertumbuhan payudara pada anak perempuan disebut telars (telarche) biasanya merupakan manifestasi paling dini tanda kelamin sekunder, rata-rata terjadi pada umur 10 tahun (8 sampai 14 tahun), dan mencapai bentuk dewasa dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun. Menars (menarche) biasanya terjadi dalam 3 tahun setelah awal telars (telarche). Pada masa prapubertas, baik pada anak perempuan maupun anak lelaki tidak jarang terjadi pembesaran kelenjar payudara, mungkin unilateral atau bilateral yang kadang-kadang disertai sekresi serupa kolostrum. Keadaan ini akan hilang dengan sendirinya tanpa terapi. Ginekomastia pubertas pada anak lelaki dapat terjadi pada umur 13-14 tahun, yang juga akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan sampai 2-3 tahun.

Genitalia Genitalia Wanita perhatikan perkembangan bagian-bagian genitalia eksterna.

Genitalia lelaki Pada anak lelaki perhatikanlah ukuran dan bentuk penis, testis dan terdapatnya kelainan perkembangan misalnya hipospadia, epispadia, atau fimosis serta kelainan lainnya seperti infeksi, ulserasi, dan lain-lainnya.

Penis Panjang penis bayi cukup bulan ialah 3,9 Âą 0,8 cm.

34


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pembesaran penis, skrotum, dan prostat pada hiperplasia korteks adrenal mungkin sudah terlihat sejak lahir atau mungkin baru tampak beberapa bulan bahkan beberapa tahun kemudian.

Skrotum dan testis Datam keadaan normal, pada bayi cukup bulan testis sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada bayi kurang bulan testis

seringkali masih berada di dalam kanalis inguinalis. Kadang-kadang pada bayi cukup bulan salah satu atau kedua testis masih berada di dalam kanalis inguinalis, tetapi biasanya dapat dengan mudah didorong kedalaam skrotum.

Anggota Gerak dan Tulang Belakang Anggota Gerak Pada pemeriksaan anggota gerak sekaligus dinilai pula keadaan tulang, otot, serta, sendi-sendi. Urutan pemeriksaan anggota gerak ini bergantung kepada umur serta koperasi anak. Pada anak yang sudah berjalan, penilaian keadaan anggota gerak dapat dilakukan sambil menilai bentuk tubuh, caranya berjalan, serta caranya mengambil mainan atau barang lainnya. Pada bayi, pemeriksaan anggota gerak dimulai dengan memperhatikan sikap kedua lengannya. Bayi normal sampai umur 6 bulan sering tampak terpaku melihat ke salah satu sisinya atau dengan tangan saling berpegangan pada posisi yang tidak biasa. Berbagai kelainan kongenital dapat terjadi pada ekstremitas superior maupun inferior, di antaranya amelia (tidak terdapatnya semua anggot gerak), ekstromelia (tidak ada salah satu anggota garak), fokomelia (anggota gerak bagian proksimal yang pendek), sindaktili (bergabungnya jari-jari), atau polidaktili (jumlah jari lebih dari normal). 35


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

o Perhatikanlah panjang serta bentuk anggota gerak, yang sangat dipengaruhi oleh keadaan nutrisi atau faktor genetik. o Perhatikan terdapatnya nyeri tekan pada anggota gerak, yang sering disebabkan oleh trauma atau infeksi. o Pada beberapa keadaan neurologis atau vaskular suhu anggota gerak kanan dan kiri tidak sama. o Perhatikanlah apakah terdapat gangren atau nekrosis jaringan akibat sumbatan pembuluh darah. o Bentuk tulang perlu dinilai. Seringkali sampai lebih kurang 1 tahun setelah anak dapat berjalan, bentuk tibia melengkung ke luar (disebut sebagai genu varum). o Pada genu valgum (knock-knees) tungkai terbentuk X, sehingga bila anak berdiri dengan kedua lutut dirapatkan, kedua maleolus medialis berjarak lebih dari 21/2 % cm, keadaan ini dapat normal pada anak umur 2-3,5 tahun. Penting diperhatikan terdapatnya kelainan posisi kaki.

Selanjutnya diperiksa sikap badan serta cara berjalan pasien. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan di depan cermin, sehingga aspek anterior dan posterior dapat dinilai sekaligus. Dalam keadaan normal anak yang baru belajar berjalan akan berjalan dengan kedua kaki agak membuka. Pada umur 34 tahun kedua kaki merapat dengan jari-jari lurus ke depan.

Tulang Belakang Pemerikeaan tulang belakang merupakan bagian integral pemeriksaan pediatrik. Pada anak besar evaluasi.

Paru ďƒ˜ Inspeksi

36


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Gambar: Pectus excavatum ďƒ˜ Palpasi Dengan palpasi dicari dan ditentukan hal-hal sebagai berikut: o Simetris atau asimetris toraks, kelainan tasbih (rosary) pada rakitis, setiap benjolan abnormal, bagian-bagian yang nyeri, pembesaran kelenjar limfe pada aksila, fosa supraklavikularis, fosa infraklavikularis. o Fremitus suara o Krepitasi subkutis yang menunjukkan terdapatnya udara di bawah jaringan kulit. ďƒ˜ Perkusi perkusi paru dapat dilakukan dengan 2 cara, ialah perkusi langsung dan perkusi tidak langsung. Perkusi langsung dilakukan dengan mengetukkan ujung jari tengah atau jari telunjuk langsung ke dinding dada. Cara ini cepat, lembut, akan tetapi agak sulit dan memerlukan banyak latihan. Yang lebih sering dikerjakan adalah perkusi tidak langsung, yang dilakukan dengan meletakkan 1 jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan yang lain. Peranjakan sulit diperiksa pada anak di bawah 2 tahun.

37


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

ďƒ˜ Auskultasi Perlu diingat, karena tipisnya dinding dada, maka suara napas pada bayi dan anak cenderung lebih keras dibanding pada orang dewasa.

Jantung ďƒ˜ Inspeksi dan palpasi Denyut apeks dan aktivitas ventrikel Denyut apeks atau iktus kordis, biasanya sulit dilihat pada bayi dan anak kecil kecuali pada anak yang sangat kurus atau bila terdapat kardiomegali. Dengar palpasi, iktus kordis dapat ditentukan, meskipun biasanya batasnya tidak sejelas pada anak besar. Pada bayi dan anak kecil, oleh karena posisi jantung yang lebih horizontal, iktus kordis dalam keadaan normal terdapat di sela iga ke-4 pada garis mid-klavikularis kiri atau sedikit laterat. Pada anak berusia 3 tahun ke atas, iktus kordis terdapat pada sela iga ke-5, sedikit medial dari garis midklavikularis kiri iktus kordis paling baik diraba dengan anak duduk, atau sedikit membungkuk. Aktivitas ventrikel kanan masih teraba pada neonatus dan bayi kecil normal, bila aktivitas ventrikel kanan teraba pada anak umur 1 tahun atau lebih, berarti terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan. Detak pulmonal Getaran bising ďƒ˜ Perkusi Saat ini memang perkusi untuk menentukan besar dan bentuk jantung pada bayi dan kecil cenderung untuk ditinggalkan.

38


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

ďƒ˜ Auskultasi Hal-hal yang harus dlperhatikan sbb: Bunyi jantung Bising jantung Fase bising Kontur / bentuk bising Derajat bising Pungtum maksimum bising Penjalaran bising Kualitas bising Frekuensi atau nada bising Perubahan intensitas bising dengan perubahan posisi dan respirasi

Abdomen Pada bayi dan anak kecil pemeriksaan abdomen seringkali didahulukan dari pada pemeriksaan bagian tubuh lainnya. Pemeriksaannya pun harus bertahap, terutama pada keluhan kegawatan perut pemeriksaan harus berhatihati. ďƒ˜ lnspeksi Ukuran dan bentuk perut Karena otot abdomen anak masih tipis dan waktu berdiri anak kecil cenderung menunjukkan posisi lordosis, maka perut anak kecil tampak agak membuncit kedepan (pot belly). Bentuk perut yang cekung (skafoid) pada posisi telentang tampak pada bayi baru lahir dengan hernia diafragmatika yang besar sehingga sebagian besar isi rongga perutnya berada di dalam rongga dada.

39


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Dinding perut Pada bayi dan anak normal umbilikus tampak tertutup dan berkerut. Hernia umbilikalis dapat ditemukan pada anak sampai umur 2 tahun.

Gambaran vena Diastesis rekti Omfalokel adalah kantong peritoneum dan selaput amnion yang berisikan organ intraabdominal misalnya hati dan usus.

Gerakan dinding perut ďƒ˜ Auskultasi Dalam keadaan normal suara peristaltik terdengar sebagai suara yang lntensitasnya rendah dan terdengar tiap 10-30 detik. ďƒ˜ Perkusi Cara perkusi abdomen sama saja dengan perkusi dada, hanya penekenan jari lebih ringan dan ketukan juga lebih perlahan. ďƒ˜ Palpasi Pemeriksaan palpasi merupakan bagian terpenting pemerikeaan abdomen. Palpasi dapat dilakukan secara monomanual atau bimanual. Pada palpasi monomanual biasanya digunakan tangan kanan saja, sedangkan pada palpasi bimanual digunakan 2 tangan, tangan kanan pemeriksa diletakkan pada permukaan perut dan tangan kiri diletakkan dibawah pinggang kanan atau kiri pasien. Tangan kiri pemeriksa agak mengangkat pinggang pasien agar alat di dalam rongga abdomen lebih mudah diraba.

40


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Palpasi dilakukan dengan seluruh jari tangan dimulai dari kuadran kiri bawah, dilanjutkan secara sistematis ke kuadran kiri atas, lalu ke kanan atas, dan terakhir ke kanan bawah. Pada anak yang sudah cukup besar yang dapat menunjukkan lokasi nyeri, palpasi dilakukan pada bagian yang tidak sakit lebih dahulu bagian yang sakit dipalpasi paling akhir.

Ketagangan dinding parut dan nyeri tekan Palpasi organ lntra abominal Hati Hati dapat dipalpasi secara monomanual atau bimanual. Dalam melakukan palpasi hati ini lebih banyak digunakan ujung jari. Untuk melakukan pengukuran besarnya hati, digunakan patokan 2 garis, yakni: garis yang menghubungkan pusat dengan titik potong garie mid-klavikularis kanan dengan arukus kosta garis yang menghubungkan pusat dengan prosesus xifoideus. Disamping ukuran hati, harus pula dicatat konsitensi, tepi, permukaan, dan terdapatnya nyeri tekan. Dalam keadaan normal pada anak lndonesia sampai umur 5-6 tahun hati masih dapat teraba sampai berukuran 1/3-1/3 dengan tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, dan tidak terdapat nyeri tekan.

Limpa Cara palpasi limpa mirip dengan palpasi hati, dapat dilakukan monomanual atau bimanual. Pada neonatus, limpa mungkin masih teraba sampai 1-2 cm di bawah arkus kosta oleh karena proses hematopoesis ekstramedular yang masih berlangsung sampai anak umur 3 bulan.

Kandung kencing Pada bayi dan anak kecil, kandung kencing yang penuh mungkin dapat diketahui dan inspeksi, palpasi atau perkusi.

41


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Massa intra abdominal Dalam melakukan palpasi massa intraabdominal, di samping ukuran serta letak massa tersebut, harus pula perinci konsistensi, tepi atau konfigurasi, permukaan, pulsasi, fluktuasi, nyeri tekan, mobilitas serta hubungannya dengan alat sekitarnya. Bila massa intraabdominal tersebut dicurigai suatu keganasan, maka palpasi harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Anus dan rectum Pemeriksaan anus pada bayi dan anak tidak dilakukan secara rutin.

Daerah Perfanal Daerah anus Kelainan kongenital di daerah anus yang terpenting ialah tidak terbentuknya anus (anus imperforata, atresia ani), yang pada 50% kasus disertai fistula rektovesikal, rektoperineal atau rektovaginal.

Pemeriksaan colok dubur Bila terdapat indikasi, pemeriksaan colok dubur dilakukan dengan anak dalam posisi tengkurap dan fleksi, dimulai dengan melihat postur tubuh serta posisi anak pada waktu berjalan, berdiri, serta duduk. Pada bayi dan anak kecil observasi dilakukan pada posisi telentang, tengkurap, serta duduk. Pertama dinilai postur pasien dengan memperhatikan adanya lordosis, kifosis, dan skoliosis. Gerakan tulang belakang perlu diperhatikan. Adanya massa di daerah tulang belakang memerlukan pemeriksaan palpasl dan transiluminasi. Nyeri tekan pada daerah tulang belakang biasanya disebabkan oleh ruda paksa tulang belakang atau jaringan sekitarnya.

42


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pemeriksaan Neurologis Hal-hal yang harus diperhatikan sbb: - Kejang Pada setiap kejang harus diperhatikan jenisnya (klonik atau tonik), bagian tubuh yang terkena (fokal atau umum), lamanya kejang berlangsung, frekuensinya, selang atau interval antara serangan, keadaan saat kejang dan setelah kejang (post-iktal), apakah kejang disertai demam atau tidak, dan apakah anak telah pernah kejang sebelumnya. - Tremor Tremor atau gemetaren ialah gerakan halus yang konstan. - Twitching Twitching adalah gerakan spasmodik yang berlangsung singkat, dapat tertihat pada otot yang lelah, nyeri setempat, atau menyertai korea. - Korea

Paresis dan paralysis Refleks superflsial Refleks dinding abdomen diperiksa dengan cara menggores kulit abdomen dengan 4 goresan yang membentuk segi empat dengan titik-titik sudut di bawah xifoid, di atas simfisis, dan di kanan kiri umbilikus. Umbilikus akan bergerak pada setiap goresan. Pada bayi Kurang dari 1 tahun refleks ini belum ada, pada anak dengan poliomielitis atau anak dengan lesi sentral atau piramidal refleks ini negatif. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores kulit paha bagian dalam. Dalam keadaan normal testis akan naik. Refleks kremaster yang negatif terdapat pada lesi medula spinalis misalnya poliomielitis. Pada bayi normal di bawah 6 bulan dan anak di atas 12 tahun refleks ini dapat negatif.

43


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Refleks tendon dalam Refleks tendon dalam biasanya diperiksa pada tendon biseps, triseps, patela dan Achilles.

Refleks patotogis Refleks Babinski dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing. Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain. Refleks ini normal pada bayi sampai umur 18 bulan; bila masih terdapat pada umur 2 sampai 2,5 tahun, mungkin terdapat lesi piramidal. Refleks Oppenheim dilakukan dengan menekan sisi medial pergelangan kaki; reaksi yang terjadi adalah seperti pada refleks Babinski. Pada pemeriksaan rafleks Hoffmann dilakukan ketukan pada falang terakhir jari kedua; apabila positif akan terjadi fleksi jari pertama dan ketiga. Klonus pergelangan kaki diperiksa dengan cara melakukan dorsofleksi kaki pasien dengan cepat dan kuat sementara sendi lutut diluruskan dengan tangan lain pemeriksa yang diletakkan pada fosa poplitea. Tanda rangsang meningeal Kaku kuduk (nuchal rigidity)

Perasat Budzinski I (Brudzinki's neck sign) Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien yang telentang, dan tangan lain diletakkan di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak terangkat, kemudian kepala pasien difleksiksn ke dada secara pasif (jangan dipaksa). Bila terdapat rangsang meningeal maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi penggul dan sendi lutut.

44


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Perasat Brudzinki II (Brudzinski's contralateral leg sign) Pada pasien yang telentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut hasil lebih jelas bila waktu fleksi ke panggul sendi lutut dalam keadaan ekstensi.

Perasat Kernig : Pemeriksaan Kernig ini ada bermacam-macam cara; yang biasa dipergunakan ialah pada pasien dalam posisi telentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Dalam keadaan normal tungkai bawah dapat membentuk sudut tebih dan 1350 terhadap tungkai atas. Pemeriksaan ini sukar dilakukan pada bayi di bawah umur 6 bulan. Tanda tetani (tanda Chvovsteck) Terdapatnya tetani dapat diperiksa dengan melakukan ketukan di depan telinga, daerah keluarnya N. fasialis, dengan jari atau pengetuk refleks. Uji disebut positif apabila terdapat kontraksi sebagian atau seluruh otot yang dipersarafi oleh N. fasialis ipsilateral. Dapat pula dibuat derajat positifnya; positif ringan apabila ada getaran ringan sudut mulut atau bibir atas, positif sedang bila ada gerakan cuping hidung dan seluruh sudut mulut, positif kuat (maksimal) apabila ada kontraksi seluruh otot dahi, kelopak mata dan pipi.

Uji kekuatan dan tonus otot Uji ini hanya dapat dilakukan pada anak yang sudah dapat mengerjakan instruksi pemeriksa dan koperatif. Pada bayi dan anak yang tidak koperatif hanya dapat dinilai kesan keseluruhan saja. Anak yang diperiksa dalam posisi duduk dengan tungkai bawah, tergantung la diminta untuk menggerakkan anggota badan yang diuji dan pemeriksa menahan anggota badan yang diuji dan pameriksa menahan gerakan-gerakannya (kekuatan kinetik), dan setelah itu 45


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

disuruh menahan anggota badan yang dites tetap di tempatnya dengan kekuatan terhadap gerakan-gerakan yang dilakukan pemeriksa (kekuatan statik). Penilaian derajat kekuatan otot ini bermacam-macam. Ada yang menggunakan nilai 100% sampai 0%, ada yang menggunakan kode huruf: N:

normal

G:

good

F:

fair

P:

poor

T:

trace

O:

zero

Ada pula yang menilai dengan angka 5 sampai 0: 5

: normal

4

: dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan melawan tekanan secara simultan

3

: dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat, tetapi tidak dapat menggerakan anggota badan untuk melawan tekanan pemeriksa

2

: dapat menggerakkan anggota gerak tetapi tidak kuat menahan berat dan tidak dapat melawan tekanan pasca periksa

1

: terlihat atau teraba getaran kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan anggota gerak sama sekali

0

: paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali

Uji sensibilitas Uji sentuhan Sepotong kain atau kapas disentuhkan pada kulit yang diperiksa dan anak disuruh menjawab apakah terasa tersentuh.

46


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Uji rasa nyeri Pemeriksaan ini dilakukan dengan mempergunakan jarum yang tajam dan tumpul. Ditunjukkan lebih dahulu caranya dengan mata pasien terbuka dan anak diminta membedakan ujung jarum tajam dan tumpul. Setelah itu anak disuruh menutup mata, kemudian uji dilakukan di kulit tangan, kaki, pipi, rahang, dan anak kembali disuruh membedakan ujung jarum yang tajam dan tumpul.

Uji perasaan vibrasi Uji dilakukan dengan garpu tala yang bergetar yang dltempelkan pada sendi jari, ibu jari kaki, serta maleolus lateral dan medial. Pasien boleh membuka mata, tetapi tidak boleh melihat, kemudian ditanyakan apakah terasa ada getaran.

Uji posisi Sambil menutup mata, anak disuruh mengatakan apakah jari tangan atau kakinya digerakkan ke atas atau ke bawah.

Uji koordinasi Terdapatnya gangguan koordinasi sebenarnya sudah terlihat pada waktu anak meraih mainan, merobek kertas, mangikat tali sepatu, atau mengancingkan baju. Untuk anak yang sudah mengerti, uji koordinasi dapat dilakukan dengan uji jari-ke-hidung atau tumit-ke-tulang kering.

Pemeriksaan saraf otak Saraf otak I (N. olfaktarius) Uji penciuman (sensasi bau) dilakukan pada anak yang sudah berumur lebih dari 5-6 tahun, dengan jalan melakukan uji pada setiap lobang hidung secara terpisah (salah satu lobang hidung tertutup), dengan mata tertutup.

47


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Saraf otak II (N.optikus) Uji saraf otak II terdiri dari uji ketajaman penglihatan, perimetri dan pemeriksaan fundus (funduskopi).

Saraf otak III, IV, VI (Nn. Okulomotarius, troklearis, dan abdusen) Uji yang cukup saderhana dan mudah, dilakukan ialah uji gerakan kedua mata, uji akomodasi, dan refleks cahaya. Uji garakan bola mata dilaksanakan dengan cara menggerakkan mainan, baterai atau pengukur lingkaran kepala yang digoyang- goyangkan ke samping, atas, dan bawah di garis tengah, kemudian juga diagonal. Pemeriksaan ini dilakukan pada masing-masing mata dengan menutup mata yang lain. Uji akomodasi dilakukan dengan meminta pasien melihat benda yang digerakkan mendekat dan menjauh; perhatikanlah pupil pasien apakah mengecil bila melihat dekat serta membesar bila melihat jauh. Uji diplopia dilakukan dengan menanyakan kepada pasien ke atas kiri, atas kanan, bawah kiri dan bawah kanan.

Saraf otak V (N. trigeminus) Pemeriksaan untuk kelainan saraf ini adalah uji perasaan (sensasi) dengan cara mengusapkan kapas, menggoreskan jarum, atau benda-benda hangat atau dingin di daerah wajah; uji lain ialah terhadap refleks kornea dan rahang. Uji refleks kornea dilakukan dengan kain kasa atau kapas yang bersih yang disentuhkan pada kornea pasien, bila saraf otak B intak maka mata akan berkedip. Refleks rahang (jaw jerk) dilakukan dengan menyuruh pasien membuka mulut sedikit, kemudian letakkan jari di tengah-tengah dagu pasien. Ketuklah jari tersebut dengan jari tangan lainnya atau dengan pengetuk refleks, dalam keadaan normal dagu akan terangkat.

48


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Saraf otak VII (N.fasialis): Pemeriksaan untuk saraf otak VII dilakukan dengan menyuruh pasien tersenyum, meringis, bersiul, membuka dan menutup mata, serta uji refleks kornea serta uji pengecap (sensasi pengecap). Bila terdapat paresis unilateral N. VII, akan terlihat mulut pasien mencong ke sisi sehat, dan mata pada sisi lesi tidak dapat menutup dengan rapat (lagoftalmos). Uji pengecap dilakukan dengan cara meminta pasien menyebut bahan uji yang digunakan dengan mata tertutup (bahan yang dipakai berupa gula, garam, asam sitrat, dan kinan.

Saraf otak VIII (N. akustikus) Saraf otak ini tediri dari N. koklearis untuk pendengaran dan N. vestibularis untuk keseimbangan. Uji ketajaman pendengaran dilakukan dengan menutup satu telinga kemudian memperdengarkan suara detik arloji atau suara bisikan di telinga yang diuji; ini dikerjakan bergantian pada kedua telinga.

Saraf otak IX (N. glosofaringeus) Pemeriksaan saraf otak ini ditujukan untuk menilai kelainan-kelainan yang timbul, berupa: Hilangya refleks muntah, Disfagia ringan, Hilangnya sensasi mengecap (dengan uji pengecap), Deviasi uvula ke sisi yang baik, Hilangnya sensasi pada faring, tonsil, tenggorokan bagian atas dan lidah bagian belakang, Hilangnya konstriksi dinding posterior faring ketika mengeluarkan suara "ah" Hipersalivasi.

Saraf otak X (N. vagus) Gangguan; saraf otak ini dapat berupai gangguan motorik; sensorik dan vegetatif. Gangguan morik berupa afonia (suara menghilang), diefonia (gangguan suara), disfagia (kesukaran menelan, biasanya bila anak minum muntah kembali melalui hidung), Spasme esofagus, dan paralisis palatum mole (refleksi muntah negatif), Gangguan sensorik berupa nyeri dan parestesis pada 49


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

faring dan laring, batuk dan sesak napas. Gangguan vegetatif terdiri dari bradikardi, takikardi dan dilatasi lambung.

Saraf otak XI (N. Aksesorius) Pemeriksaan untuk kelainan saraf aksesorius ini berupa uji kemampuan untuk mengangkat bahu dan memutar kepala melawan tahanan. Perhatikan bahwa bahu yang tekena berada dalam posisi lebih rendah dari pada yang sehat, serta terdapat atrofi m. sternokleidomastoideus.

Saraf otak XII (N. hipoglosus) Pemeriksaan untuk kelainan saraf ini ialah uji menilai kekuatan lidah dengan menyuruh pasien menyorongkan ujung lidah ke tepi pipi kanan dan kiri melawan tahanan jari tangan pemeriksa.

Pubertas (Akil-balik) Perubahan fisis pria pada masa pubertas Pertumbuhan testis Masa pubertas pria bermula dengan mulai bertambah besar testis, ratarata pada umur 11,5 tahun, dengan rentang antara 9,5-13,5 tahun. Pengukuran testis dilakukan dengan orkidometer Prader, suatu rentetan ukuran testis yang diberi angka 1 sampai 25. Pada bayi ukurannya 1, pada awal pubertas, dan pada masa dewasa pada umumnya diatas 10, jadi ukuran testis di atas 4 dapat dianggap sudah masuk dalam masa pubertas (Angka-angka tersebut menyatakan volume testis dalam ml).

Pacu tumbuh Pacu tumbuh tinggi badan (growth spurt) rata-rata berakhir sekitar umur 16 tahun (antara 13,5-17,5 tahun), walaupun sesudah itu masih tumbuh, namun

50


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

tidak secepat sebelumnya). Pertumbuhan tinggi badan pada pria pada umumnya sudah berakhir pada umur 19-20 tahun.

Pertumbuhan penis, rambut pubik, rambuk ketiak, dan janggut Hampir bersamaan dengan pacu tumbuh, penis dan rambut pubik mulai tumbuh. Bentuk penis berubah dari bentuk infantil ke bentuk dewasa dalam waktu lebih-kurang 2 tahun. Rambut pubik tumbuh bertahap yang dinyatakan dalam 5 tahap : P1 belum ada rambut sama sekali; P2 mulai tampak rambut halus; P3 rambut makin kasar dan lebar; P4 sudah hampir penuh; P5 bentuk dawasa sampai di pusar (diamond shape), biasanya tercapai pada umur 15-16 tahun. Rambut ketiak biasanya baru tumbuh kalau rambut pubik sudah mencapai P5. kumis dan janggut biasanya baru tumbuh setelah rambut di tempat-tempat lainnya tumbuh.

Perubahan suara Perubahan suara pada pria remaja terjadi sebagai akibat bertambah panjangnya pita suara yang mengikuti pacu tumbuh laring. Perubahan fisik wanita pada masa pubertas Pacu tumbuh Pacu tumbuh adalah petanda mula masa pubertas pada anak wanita. Pacu tumbuh pada umumnya dimulai sekitar umur 9,5 tahun, dan akan berakhir waktu mendekati usia 15 tahun.

Pertambahan Payudara Pertumbuhan payudara ini berlangsung dalam 5 tahap (Taanner). Tahap pertama ialah masa pra-pubertas (infantil), Tahap II mulai tampak penonjolan payudara, Tahap III pertumbuhan payudara dan areacia, Tahap IV payudara

51


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

hampir bentuk dewasa dengan areola cambung dan, Tahap V payudara dewasa dengan adanya haid teratur. Di klinik dipakai kode Ml, M2, M3, M4, dan M5.

Rambut Pubik dan rambut ketiak Rambut pubik mulai tumbuh sekitar umur 11 tahun. Pertumbuhan ini dinyatkan dalam 5 tahap (Tanner) dengan kode P. P1 masih lnfantil, P2 mulai tumbuh tetapi masih halus, P3 rambut tebal dan keriting, P4 makin lebat dan P5 bentuk dewasa segitiga. Hampir bersamaan dengan rambut pubik tumbuh rambut ketiak. Juga dalam I tahap dan dinyatakan dengan kode A1, A2, A3.

Ganitalia eksterna Vulva, labia mayora dan minora berangsur-angsur berkembang menuju ke bentuk dewasa sejak tahap pertumbuhan payudara.

52


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

PEMERIKSAAN FISIK PARU (GERIATRI)

1. INSPEKSI  lnspeksi Ekspresi Wajah Pasien Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti: pasien dalam keadaan akut, cuping hidung mengembang, bernapas dengan bibir dikerutkan, tanda-tanda sianosis, tanda-tanda pemapasan yang dapat didengar seperti stridor atau wheezing (berhubungan dengan obstruksi aliran udara).

 lnspeksi Sikap Tubuh Pasien Pasien dengan obstruksi saluran pernapasan cenderung memilih posisi dimana mereka dapat menyokong lengan mereka dan memfiksasi otototot bahu dan leher untuk membantu respirasi. Suatu teknik yang lazim dipakai pasien dengan obstruksi bronkus adalah memegang sisi-sisi tempat tidur dan memakai muskulus latissimus dorsi untuk membantu mengatasi meningkatnya tahanan terhadap aliran keluar selama ekspirasi. Pasien dengan orthopneu duduk atau berbaring diatas beberapa buah bantal.  lnspeksi Leher Pemakaian otot-otot tambahan merupakan suatu tanda paling dini adanya obstruksi saluran pernapasan. Pada distress pernapasan, muskulus trapezius dan sternocleidomastoideus berkontraksi selama inspirasi. Otototot tambahan membantu dalam ventilasi, karena mereka mengangkat klavikula dan dada anterior untuk meningkatkan volume paru-paru dan memperbesar tekanan negatif di dalam toraks. mi menyebabkan retraksi fossa supnaklavikular dan otot-otot interkostal. Gerakan keatas klavikula lebih dari 5 mm selama pernapasan berkaitan dengan penyakit obstruktif paru-paru yang berat. 53


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Inspeksi Konfigurasi Dada Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang memadai, dan konfigurasi dada mungkin menunjukkan penyakit paru. Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dijumpai pada COPD tingkat lanjut Diameter AP cenderung mendekati diameter lateral sehingga terbentuk dada berbentuk tong. lga-iga kehilangan sudut 450 dan menjadi lebih horizontal. Suafu flail chest adalah konfigurasi dada dimana suatu sisi dada bergerak paradoksal ke dalam selama inspirasi. Keadaan ini dijumpai pada fraktur iga multipel. Kifoskoliosis adalah deformitas tulang punggung dimana terdapat lengkungan tulang punggung abnormal AP dan lateral sehingga pengembangan dada dan paru-paru menjadi sangat terbatas. Pectus excavatum atau dada corong adalah cekungan pada sternum, akan menimbulkan masalah restriktif pada paru-paru hanya jika cekungannya jelas. Pecfus carinatum atau dada burung merpati adalah suatu deformitas yang lazim ditemukan, tetapi tidak mengganggu ventilasi.

Gambar: kyphosis 54


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Gambar: skoliasis

Gambar: lordosis Menilai Laju dan Pola Respirasi Pada saat menilai laju respirasi, jangan meminta pasien untuk benapas "secara normal". Orang secara volunter akan mengubah pola dan laju pernapasannya bila mereka menyadarinya. Cara yang lebih baik adalah, setelah menghitung denyut radial, arahkan mata anda ke dada dan mengevaluasi pernapasan pasien sementara masih memegang pergelangan tangannya. Pasien tidak menyadari bahwa anda sudah tidak menghitung denyut nadi lagi, dan perubahan pernapasan secara volunter tidak akan terjadi. Hitunglah jumlah pernapasan dalam periode 30 detik dan kalikanlah angkanya dengan 2 untuk mendapatkan laju pernapasan per menit.

55


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Orang dewasa bernapas kira-kira 10-14 kali per menit. Bradipneu adalah perlambatan respirasi secara abnormal; Takipneu adalah peningkatan abnormal. Apneu adalah berhentinya pernapasan untuk sementara. Lstilah hiperpneu adalah peningkatan dalamnya pernapasan, biasanya berkaitan dengan asidosis metabolik. Dikenal pula sebagai pernapasan Kussmaul. Ada banyak macam pola pernapasan abnormal.

 lnspeksi Tangan Penemuan untuk clubbing adalah hilangnya sudut antara kuku dengan falang terminal. Clubbing berkaitan dengan sejumlah gangguan klinis, seperti: 1. Tumor intra thoraks 2. Jalan pintas campuran vena ke arteri (AV shunt) 3. Penyakit kronis paru 4. Fibrosis hati kronis

Dengan memperhatikan bentuk rongga torak pada waktu diam dan bergerak. Perubahan bentuk torak dapat diakibatkan oleh perubahan sangkar torak, ataupun oleh karena perubahan isi torak. Apabila

56


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

adakelainan pada salah satu sisi hemithoraks akan memberikan kesan yang tidak simetris pada waktu diam atau pada waktu bergerak. Kelainan dapat berupa efusi pleura, pneumothorak maupun massa dalam rongga torak. Beberapa hal lain seperti atelektasis dan fibrotik menyebabkan penarikan pada rongga antar iga yang memberikan kesan tidak simetris pada waktu inspeksi. Setiap kelainan pada paru, pleura maupun dinding dada akan mengakibatkan gangguan distensibilitas yang dapat diamati dari adanya gangguan pada pergerakan dada. Pada inspeksi juga diamati pola dan nafas.

2. PALPASI Palpasi Untuk Nyeri Tekan Semua daerah dada harus diperiksa untuk mengetahui adanya daerahdaerah nyeri tekan. Pukul perlahan punggung pasien dengan kepalan tangan anda. Keluhan "nyeri dada" mungkin hanya berkaitan dengan penyakit muskuloskeletal setempat dan titlak berkaitan dengan penyakit jantung atau paru-paru. Berlakulah dengan sangat cermat dalam memeriksa daerah-daerah nyeri tekan didada.

Pemeriksaan Pergerakan Dada Posterior Derajat simetri pergrerakan dada dapat ditentukan dengan meletakkan tangan anda secara mendatar pada punggung pasien dengan ibu jari sejajar dengan garis tengah kira-kira setinggi iga ke-10 dan menarik kulit dibawahnya sedikit kearah garis tengah. Pasien diminta untuk menarik napas dalam, dan perhatikan gerakan tangan. Perhatikan simetris gerakan tangan. Penyakit paru setempat dapat menyebabkan satu sisi dada bergerak lebih sedikit dari pada sisi lainnya.

57


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pemeriksaan Fremitus Taktil Dapat diperiksa dengan salah satu dari 2 cara. Pada teknik pertama pemeriksa meletakkan sisi ulnar tangan pada dinding dada, dan meminta pasien untuk mengatakan "tujuh puluh tujuh". Fremitus taktil dinilai, dan tangan pemeriksa diletakkan ke posisi yang sama pada sisi yang berlawanan. Fremitus taktil kemudian dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Dengan menggerakkan tangan dari sisi ke sisi, dari atas ke bawah, pemeriksa dapat mendeteksi perbedaan penghantaran suara ke dinding dada. "Tujuh puluh tujuh" adalah salah satu frasa yang dipakai karena menimbulkan bunyi fibrasi yang baik. Fremitus taktil sebaiknya diperiksa pada lima atau enam lokasi.

3. PERKUSI Perkusi adalah mengetuk pada permukaan untuk menentukan struktur dibawalinya. Pengetukan pada dinding dada dihantarkan ke jaringan dibawahnya, dipantulkan kembali, di indera oleh indera taktil dan pendengaran pemeriksa. Bunyi yang terdengar dan sensasi taktil yang dirasakan tergantung pada rasio udara jaringan. Getaran yang ditimbulkan dengan perkusi hanya dapat menilai paru sampai sedalam 5-6 cm, tetapi perkusi berguna karena banyak perubahan rasio udara-jaringan segera dapat diketahui. Pada dada normal, redup diatas jantung dan sonor diatas lapangan paru dapat terdengar dan dirasakan. Ketika paru-paru berisi cairan dan menjadi lebih padat, seperti pada pneumonia, sonor digantikan oleh redup. lstilah hipersonor dipakai untuk bunyi perkusi pada paru-paru yang kepadatannya berkurang, seperti pada emfisema. Hipersonor adalah bunyi resonansi dengan tinggi nada rendah, bergaung dan terus-menerus mendekati bunyi timpani.

58


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Memeriksa Gerakan Diafragma Perkusi dipakai pula untuk mendeteksi gerakan diafragma. Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan menahannya. Perkusi pada basis paru-paru kanan menentukan daerah sonor terendah, yang mencerminkan batas diafragma terendah. Dibawah batas ini ada redup hati. Pasien kemudian disuruh untuk mengeluarkan napas sebanyak mungkin, dan perkusi diulangi. Pada ekspirasi, paru-paru akan mengecil, hati akan bergerak ke atas dan daerah yang sama akan menjadi redup batas pekak telah bergerak keatas. Perbedaan antara batas pada waktu inspirasi dengan batas pada waktu ekspirasi merupakan gerakan diafagma, biasanya sebesar 4 -5 cm. Pasien dengan emfisema mempunyai gerakan diafragma yang berkurang. Pasien dengan kelumpuhan nervus frenikus,tidak mempunyai gerakan diafragma.

4. AUSKULTASI Auskultasi adalah teknik mendengarkan bunyi yang dihasilkan di dalam tubuh. Auskultasi dada dipakai untuk mengenali bunyi paru-paru. Stetoskop biasanya mempunyai dua kepala : bel dan diafragma. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi dengan tinggi nada rendah, sedangkan diafragma lebih baik untuk mendeteksi bunyi dengan tinggi nada yang lebih tinggi. Bel harus ditempelkan secara longgar di kulit, karena jika ditekan kuat: kulit akan berlaku sebagai diafragma dan bunyi tinggi nada rendah akan tersaring. Sedangkan diafragma ditempelkan secara kuat pada kulit. Jangan mendengarkan melalui pakaian. Bel atau diafragma stetoskop harus selalu berhubungan dengan kulit.

Auskultasi Dada Auskultasi harus dilakukan dalam lingkungan yang tenang. Pasien diminta menarik dan mengeluarkan napas melalui mulutnya. Pemeriksa mulamula harus memusatkan perhatian pada panjang inspirasi kemudian pada 59


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

panjang ekspirasi. Bila bunyi pernapasan sangat lemah, dipakai istilah jauh. Bunyi pernapasan yang jauh lazim ditemukan pada pasien dengan paru-paru hiperinflasi, seperti pada emfisema.

Evaluasi Posisi Trakea Posisi trakea dapat ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan di incisura suprasternal dan menggerakkannya sedikit ke lateral untuk meraba lokasi trakea. Teknik ini diulangi, dengan menggerakkan jari dari incisura suprasternal ke sisi lain. Ruang antara trakea dan klavikula harus sama. Pergeseran mediastinum dapat memindahkan trakea ke satu sisi.

Pemeriksaan Mobilitas Trakea Gerakan trakea ke atas di pakai untuk menentukan apakah trakea terfiksasi pada mediastinum, ini disebut teknik tarikan trakea. Kepala pasien harus agak difleksikan, dan tangan kiri pemeriksa harus menyokong bagian belakang kepala pasien. Tangan kanan pemeriksa harus diletakkan sejajar dengan trakea dengan telapak tangan menghadap keluar. Jari tengah dimasukkan kedalam ruang krikotiroid, dan laring di dorong keatas. Laring dan trakea biasanya bergerak kira-kira 1-2 cm, setelah menggerakkan laring keatas,

secara perlahan-lahan turunkan sebelum

melepaskan jari-jari anda. Jangan melepaskannya seeara tiba-tiba dari posisinya dibagian atas. Trakea yang terfiksasi menunjukkan fiksasi mediastinal, dapat terjadi pada pasien neoplasma atau tuberkulosis. 60


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Kemudian, mintalah pasien untuk berbaring pada punggungnya untuk pemeriksaan dada anterior. Lengan pasien diletakkkan pada sisi tubuhnya. Pemeriksaan tidak boleh dilakukan diatas jaringan payudara.

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG (GERIATRI)

A.INSPEKSI Inspeksl Ekspresi Wajah Pasien Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti: pasien dalam keadaan sakit (ringan s/d berat), pucat, berkeringat, sesak saat istirahat, tanda-tanda sianosis sentral atau anemia di konjungtiva, dan ikterus di sklera.

Inspeksi Anggota Gerak Adanya jari tabuh (clubbing finger), perdarahan splinter, kulit lengan, kuku dan sianosis perifer.

Inspeksi Leher Di samping pelebaran kelenjar tiroid pemeriksa juga melihat adanya distensi vena jugularis, dimana pasien diminta berada pada posisi semifowler dengan kepala sedikit miring menjauh dan sisi yang sedang diperiksa. Penerangan dengan menggunakan cahaya tangensial (cahaya dan samping) 61


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

untuk mernbentuk bayangan kecil di sepanjang leher, hal ini untuk memungkinkan pengamatan gerakan gelombang nadi dengan baik.

Inspeksi Dada Pasien terlebih dahulu berada dalam posisi nyaman yaitu telentang semifowler. Penerangan harus cukup baik pada dinding dada depan agar inspeksi prekordium dapat dilakukan secara adekuat. Di samping adanya jaringan parut pada dinding dada, pemeriksa mencari pulsasi yang terlihat pada keenam area prekordium: sternoklavikular, aortik, pulmonik, ventrikular dekstra, ventrikular sinistra dan epigastrik, serta memperkirakan titik impuls maksimum khususnya di dalam area ventrikular sinistra. Pemeriksa juga mengamati gerakan dinding dada yang berhubungan dengan peristiwa siklus jantung.

B. PALPASI Melanjutkan pemeriksaan fisik palpasi nadi perifer dan prekordium. Pasien dipastikan dalam posisi yang nyaman, diselimuti dengan tepat dan tetap hangat. Pastikan tangan pemeriksa juga hangat dan menggunakan tekanan yang ringan sampai sedang untuk palpasi.

Palpasi Nadi Palpasi nadi karotis, brakhialis, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior. Arteri-arteri tersebut dekat dengan permukaan tubuh dan terdapat diatas tulang sehingga mudah untuk dipalpasi. Palpasi harus dilakukan secara bilateral (setara dan sinkron) di kedua pergelangan tangan dan dinilai: kecepatan, irama, isi dan karakter. Gelombang nadi normal mempunyai dua komponen sistol dan diastole dengan regularitas tertentu. Denyut radialis biasanya dinilai dalam 15 detik untuk menghitung frekuensinya (kali/menit) bila denyutnya reguler. Isi denyut harus diperiksa apakah amplitudonya terasa kecil 62


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

atau besar. Isi denyut yang kecil menunjukkan isi sekuncup yang kecil dan curah jantung berkurang, isi denyut yang besar menunjukkan lsi sekuncup ventrikel kiri yang besar. Karakter nadi mengacu pada bentuk gelombang nadi. Karakter tersebut paling baik dinilai di arteri brakhialis atau karotis karena ukuran dan letraknya yang dekat dengan jantung. Gelombang nadi sangat dipengaruhi oleh transmisi melalui percabangan arteri dan kelainan tertentu lebih mudah dideteksi di satu tempat daripada tempat lain. Cara memeriksa nadi femoralis yang paling baik adalah dengan pasien membuka baju dan berbaring datar. Pemeriksa harus menggunakan ibu jari untuk menekan kuat pada titik mid-inguinal dan ditentukan apakah nadi radialis sinkron dengan femoralis. Denyut nadi poplitea terletak di dalam fossa poplitea dan paling baik dipalpasi dengan menekan arteri tersebut ke permukaan posterior ujung distal femur dengan ujung jari kedua tangan. Pasien diminta berbaring terlentang dengan lutut menekuk. Posisi perabaan nadi dorsalis pedis dan tibialis adalah terletak pada lokasi anatomi pembuluh darah tersebut (Gambar 4.)

Gambar 4. 63


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Palpasi Tekanan Vena Jugularis Kemampuan menilai fungsi jantung dan volume darah yang dipompakan dapat tergambar melalui penilaian tekanan vena jugularis/jungular venous pressure (JVP). Vena-vena servikalis membentuk suatu manometer berisi darah yang berhubungan dengan atrium kanan dan dapat digunakan untuk mengukur tekanan rata-rata atrium kanan (Gambar 5). Selain itu, vena-vena servikalis tersebut dapat memberikan informasi mengenai bentuk gelombang pada atrium kanan. Tinggi tekanan vena rata-rata harus diukur dengan patokan sudut sternum. Umumnya tekanan tersebut setinggi sudut sternum, bila tinggi tekanan di 2 cm di atas sudut stemum pada pasien yang berbaring pada sudut 450, tekanannya dianggap normal

Gambar 6. Teknik pengukuran tekanan vena jugular berhubungan dengan ragam posisi pasien 64


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Palpasi Prekordium Iktus kordis adalah titik terjauh ke arah kiri dan bawah, tempat impuls jantung (Gambar 7). Ditentukan melalui palpasi menggunakan telapak tangan dan ujung jari dengan pasien berbaring 450. Iktus kordis normal terletak di sela antar iga ke-5 dan garis midklavikula. Bila teraba jauh keluar, berarti ada pembesaran 1 atau 2 ventrikel atau pergeseran jantung ke kiri akibat deformitas thoraks atau penyakit paru. Penilaian dilanjutkan kepada kualitas denyut, iktus kordis yang kuat menunjukkan adanya peningkatan curah jantung. Denyut yang teraba perlu dikonfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan bimanual, yaitu meletakkan telapak tangan kiri di batas sternum dengan tangan kanan meraba iktus kordis.

C. PERKUSI Tindakan perkusi biasanya tidak bermanfaat kecuali dalam menentukan posisi mediastinum pada kasus pergeseran mediastinum akibat hambatan aliran udara atau kolaps paru kanan yang dicurigai melalui anamnesa penyakit paru kronik atau ditemukan bukti melalui pemeriksaan fisik thoraks atau paru.

65


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pada perkusi biasanya bunyi hasil ketukan dapat berupa redup jantung dengan membandingkan terhadap lingkungan atau area disekitarnya.

Pemeriksaan perkusi jantung sebagai berikut Mencari batas jantung relatif dan absolut: 1. Perkusi batas atas dan Jantung Normal di ICR III. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek 2. Perkusi batas kiri dari Jantung (lateral ke medial) Normal di ICR V, satu jari didalam linea mid clavicula. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek. 3. Perkusi batas jantung kanan (laterale medial) Normal di Linea Pars Sternalis kanan, atau satu-dua jari sebelah kanan Mid Sternal Line. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek, harus diperkusi perlahan-lahan.

 Sesudah itu dicari Batas Jantung Absolut, yang letaknya kira-kira 2 jari didalam batas jantung relatif. Perkusi dengan perlahan-lahan. Perubahan nada perkusi dari Sonor memendek menjadi Beda.  Diperhatikan apakah jantung membesar ke kanan atau ke kiri.

D. AUSKULTASI Stetoskop berfungsi menyalurkan suara dari dinding dada disertai eksklusi bising lain dan memperkuat bunyi berfrekuensi tertentu. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi bernada rendah, sedangkan diafragma memperkuat bunyi bernada yang lebih tinggi. Pada awalnya, pemeriksa perlu mendengarkan bunyi di apek dengan menggunakan bel dan diafragma untuk mencari bising nada rendah stenosis mitral dan bising pansistolik regurgitasi mitral. Lalu mendengarkan daerah-daerah klasik dengan menggunakan diafragma.

66


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Daerah-daerah ini adalah: Tepi sternum kiri

: bising trikuspid

Sela antara iga kedua kiri

: bising pulmonal

Sela antar iga kedua kanan

: bising aorta

Bunyi jantung dibedakan menjadi: a. Bunyi Jantung Utama Terdiri dari : Bunyi jantung (BJ) I, II, III dan IV. Bunyi Jantung I  Ditimbulkan karena getaran menutupnya katup atrioventrikuler terutama katup mitral. Pada keadaan normal terdengar tunggal.  Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I:  Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya.  Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup, makin kecil kesempatan akseterasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I. Sebaliknya, makin lebar terbu kanya katup atrioventrikular sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup lebih cepat.

67


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus, BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum, BJ akan terdengar lebih lemah.  Untuk membedakan BJ I dengan BJ II, pemeriksaan auskultasi dapat disertai dengan pemeriksaan nadi. BJ I akan terdengar bersamaan dengan denyutan nadi.

2. Bunyi jantung II Timbul karena getaran menutupnya katup semilunar Aorta maupun Pulmonal. Pada keadaan normal, terdengar pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang bervariasi dengan pernapasan pada anak-anak atau orang muda. Bunyi jantung II terdiri dari komponen aorta dan pulmonal (BJ II = A2 + P2). Komponen A2 lebih keras terdengar pada area aorta sekitar ruang intercostal II kanan. Komponen P2 hanya dapat terdengar keras di sekitar area pulmonal.

3. Bunyi jantung III Disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak atau orang dewasa muda atau keadaan dimana compliance otot ventrikel menurun (hipertrofi atau dilatasi).

4. Bunyi jantung IV Disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel yang compliance menurun. Jika atrium tidak berkontraksi dengan efisien, misalnya pada atrial fibrilasi, maka bunyi jantung IV tidak terdengar. Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup dimana bunyi tersebut didengar. Ml berarti bunyi jantung I di daerah mitral. P2 berarti bunyi jantung II di daerah pulmonal. Bunyi jantung I normal akan terdengar jelas di daerah apeks,

68


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

sedangkan bunyi jantung II dikatakan mengeras jika intensitasnya terdengar sama keras dengan bunyi jantung I di apeks.

b. Bunyi Jantung Tambahan  Merupakan bunyi yang terdengar akibat adanya kelainan anatomis atau aliran darah yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan bunyi atau getaran  Terdiri dari:  Klik Ejeksi (Ejection click) : adalah bunyi yang disebabkan karena pembukaan katup semilunar pada stenosis/menyempit.  Ketukan Perikardial : bunyi ekstrakardial yang terdengar akibat getaran/gerakan perikardial pada perikarditis/efusi perikard.

c. Bising Jantung (Murmur)  Merupakan bunyi akibat getaran yang timbul dalam masa lebih lama. Jadi, perbedaan antara bunyi dan bising terutama berkaitan dengan lamanya bunyi/getaran berlangsung.  Terdiri-dari:  Bising holosistolik : mengisi seluruh fase siklus jantung. Ditemukan pada mitral insufisiensi atau ventricular septal defect (VSD). Bising sistolik diastolik: mengisi baik fase sistolik maupun diastolik siklus jantung.  Bising sistolik : terdengar pada fase sistolik, ditemukan pada : Atrial Stenosis (AS), Pulmonal Stenosis (PS), Ventrikular Septal Defect (VSD), Mitral lnsufisiensi (MI).  Bising diastolik : terdengar pada fase diastolik, misalnya pada lnsufisiensi Aorta (AI).  Terdengar terus menerus (continous murmur), misalnya pada Patent Ductus Arteriosus (PDA). 69


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

ďƒ˜ Bising yang tedengar pada sebagian dari suatu fase siklus jantung : ďƒź Late systolic murmur, misalnya pada prolaps katup mitral. ďƒź Early diastolic murmur, misalnya pada aorta insufisiensi (Al) atau pulmonal insufisiensi (Pl). ďƒź Late diastolic murmur, misalnya pada mitral stenosis.

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN (GERIATRI) Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kepala rata atau dengan satu bantal, dengan kedua tangan disisi kanan-kirinya. Usahakan semua bagian abdomen dapat diperiksa termasuk xiphoideus sternum dan mulut hernia. Sebaliknya kandung kemih dikosongkan dulu sebelum pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4 tahap yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

1. Pemeriksaan Inspeksi a. Evaluasi Penampilan Umum Penampilan umum pasien sering memberikan informasi berharga mengenai sifat penyakitnya. Pasien dbngan kolik ginjal atau empedu benarbenat terlihat menggeliat di tempat tidur mencoba mencari posisi yang nyaman. Pasien dengan peritonitis yang menderita nyeri hebat jika bergerak secara klias tetap berdiam diri di tempat tidur karena setiap gerakan sekecil apapun akan memperberat rasa sakitnya. Mereka mungkin berbaring di tempat tidur dengan lutut di tarik ke atas untuk membantu merelaksasikan otot-otot perut dan mengurangi tekanan intra-abdominal. Pasien dengan pucat dan berkeringat mungkin menderita syok awal karena pankreatitis atau perforasi tukak lambung. b. lnspeksi Kulit Periksalah kulit untuk melihat adanya ikterus (kuning). Jika mungkin, periksalah adanya ikterus dengan menggunakan cahaya alamiah, karena lampu 70


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

pijar akan menutupi adanya ikterus. Periksa pula ada tidaknya spider angioma, yang dapat ditemukan pada pasien dengan sirosis alkholik, namun tidak spesifik, karena dapat ditemukan pula pada kehamilan dan penyakit vaskular kolagen. c. Inspeksi Ektremitas Apakah otot-otot kecil ditangan mengecil ini berkaitan dengan wasting, warna kulit. Kuku diperiksa dengan melihat adanya perubahan didasar kuku, terutama peningkatan ukuran lunula, misal pada jari-jari pasien dengan sirosis hati. d. Inspeksi Wajah Apakah matanya cekung, apakah ada daerah temporal cekung, ini merupakan tanda-tanda kelemahan dan nutrisi buruk. Sklera ikterus atau tidak. Kulit disekitar mulut dan mukosa oral dapat memberikan petunjuk mengenai gangguan saluran cerna, Telangiektesis (pelebaran pembuluh darah kapileryang menetap di kulit dan mukosa) pada bibir dan lidah mengarah pada sindrom Osier-Weber-Rendu. e. Inspeksi Abdomen Pemeriksaan inspeksi yaitu melihat perut baik bagian depan atau pun belakang (pinggang). Inspeksi ini dilakukan dengan penerangan cahay yang cukup sehingga di dapatkan keadaan abdomen seperti simetris atau tidak, bentuk atau kontur, ukuran, kondisi dinding perut (kulit, vena, umbilikus, striae alba) dan pergerakan dinding perut. Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara inspeksi kelainankelainan yang terlihat pada perut seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetris perut yang menunjukkan adanya masa tumor, stria, vena yang berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari umbilikus) atau obstruksi vena kava inferior, peristaltik usus, distensi dan hernia. Pada keadaan normal terlentang, dinding perut terlihat simetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat perut terlihat tidak simetris. Pada 71


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

keadaan normal dan fisiologis, pergerakan dinding usus akibat peristaltik usus tidak terlihat. Bila terlihat gerakan peristaltik usus maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat obstruksi lumen usus. Obstruksi lumen usus ini dapat disebabkan macam-macam kelainan antara lain tumor, perlengketan, strangulasi dan skibala. Bentuk dan ukuran perut dalam keadaan normal bervariasi tergantung habitus, jaringan lemak subkutan atau intra abdomen dan kondisi otot dinding perut, Pada keadaan starvasi bentuk dinding perut cekung dan tipis, disebut bentuk skopoid. Pada keadaan ini dapat terlihat gerakan peristaltik usus. Abdomen yang membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi pada pasien gemuk. Pada keadaan patologis, perut membuncit disebabkan oleh ileus paralitik, ileus obstruktif, meteorismus, asites, kistoma ovarii, dan kehamilan. Tonjolan setempat menunjukkan adanya kelainan organ dibawahnya, misalnya tonjolan regio suprapubis terjadi karena pembesaran uterus pada perempuan atau terjadi karena retensi urin pada pria tua dengan hipertrofi prostat atau prostat atau perempuan dengan kehamilan muda. Pada stenosis pilorus, lambung dapat menjadi besar sekali sehingga pada abdomen terlihat pembesaran setempat. Pada kulit perut perlu diperhatikan adanya sikatriks akibat ulserasi pada kulit atau akibat operasi atau luka tusuk. Adanya garis-garis putih sering disebut setria alba yang dapat terjadi setelah kehamilan atau pada pasien yang mulanya gemuk atau bekas asites. Striae kemerahan dapat terlihat pada sindrom dishing. Pulsasi arteri pada dinding perut dapat terlihat pada pasien aneurisme aorta atau kadang-kadang pada pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi pada epigastrium pada pasien insufiensi katup trikuspidalis. Kulit perut menjadi kuning pada berbagai macam ikterus. Adakala ditemukan garis-garis bekas garukan yang menandakan pruritus karena ikterus atau diabetes melitus. Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal. Pelebaran disekitar umbilikus disebut kaput medusa yang terdapat pada sindrom banti. Pelebaran 72


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

vena akibat obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah inguinal ke umbilikus, sedang akibat obstruksi vena kava superior aliran vena ke distal. Darm steffung/maag sreefung : pergerakan peristaltik dinding perut menyerupai gelembung pada permukaan air yang berjalan dari kiri kekanan. Dapat terjadi pada pilorus stenosis.

4. Pemeriksaan Auskultasi Pemeriksaan ini untuk memeriksa :  Suara bunyi usus : frekuensi dan pitch meningkat pada obstruksi, menghilang pada ileus paralitik  Succussion splash – untuk mendektesi obstruksi pada tingkat lambung  Bruit arterial  Venos hum pada kaput medusa. Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang-kadang dapat didengar walaupun tanpa menggunakan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan lapar. Dalam keadaan normal bising usus terdengar lebih kurang 3 kali permenit. Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik usus ini akan meningkat, lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus ini disebut borborigmi. Pada keadaan kelumpuhan usus 73


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

(paralisis) misal pada pasien pasca operasi atau pada keadaan peritonitis umum, suara ini sangat melemah dan jarang balikan kadang-kadang menghilang. Keadaan ini juga bisa. terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi usus dimana usus sangat melebar dan atoni. Pada ileus obstruksi kaclang terdengar suara peristaltik dengan nada yang tinggi dan suara logam (metallic sound). Suara murmur sistolik atau diastolik mungkin dapat didengar pada auskultasi abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena (venom hum) yang kadang-kadang disertai dengan terabanya gerakan (thrill), dapat didengar di antara umbilikus dan epigastrium. Pada keadaan fistula arteriovenosa intra abdominal kadang-kadang dapat didengar suara murmur. 2. Pemeriksaan Palpasi Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya kelainan dalam rongga abdomen. Palpasi dilakukan secara sisteniatis dengan seksama. Pertama kali tanyakan apakah ada daerah-daerah yang nyeri tekan. Perhatikan ekspresi wajah pasien selama pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin seluruh dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran masa tumor, apakah hati, limpa dan kandung empedu membesar atau teraba. Periksa ginjal apakah ballottemen positif atau negatif. Palpasi dilakukan dalam 2 tahap yaitu palpasi permukaan (superficial) dan palpasi dalam (deeppalpation). Palpasi dapat dilakukan dengan satu tangan dapat pula dua tangan (bimanual) terutama pada pasien gemuk. Biasakan palpasi dengan seksama meskipun tidak ada keluhan yang bersangkutan dengan penyakit traktus gastrointestinal. Pasien diusahakan dalam posisi telentang dengan bantal secukupnya, kecuali bila pasien sesak nafas. Pemeriksa berdiri pada sebelah kanan pasien, kecuali pada dokter yang kidal. Palpasi superfisial

: posisi tangan menempel

pada dinding perut. Umumnya penekanan dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas tengah jari-jari bukao dengan ujung jari. Sistematika palpasi dilakukan dengan 74


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

hati-hati pada daerah yang nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Palpasi superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi awal untuk orientasi sekaligus memperkenalkan prosedur palpasi pada pasien. Palpasi dalam : palpasi dalam dipakai untuk identifikasi kelainan rasa nyeri yang tidak didapat pada palpasi superfisial dan untuk lebih menegaskan kelainan yang didapat pada palpasi superfisial dan yang terpenting yaitu untuk palpasi organ secara spesifik misalnya palpasi hati, limpa, ginjal. Palpasi dalam juga penting pada pasien yang gemuk atau pasien dengan otot dinding yang tebal.

Perinci nyeri tekan abdomen antara lain berat ringannya, lokasi nyeri yang maksimal, apakah ada tahanan (defans), apakah ada nyeri rebound bila tak ada tahanan. Perinci masa tumor yang ditemukan antara lain lokasi, ukuran (diukur dalam cm), bentuk, permukaan (rata atau ireguler), konsistensi (lunak atau keres) pinggir (halus atau ireguler), nyeri tekan, melekat pada kulit atau tidak, melekat pada jaringan dasar atau tidak, dapat di indent (tinja indentable), berpulsasi/expansile (misal aneurisma aorta), lesi-lesi satelit yang berhubungan (misal metastase ), transiluminasi (misal kista berisi cairan) dan adanya bruit. Pada palpasi hati, mulai dari fosa iliaka kanan dan bergerak keatas pada tiap respirasi, jari-jari harus mengarah pada dada pasien. Pada palpasi kandung empedu, kandung empedu yang teraba biasanya selalu abnormal, pada keadaan ikterus, kandung empedu yang teraba berarti bahwa penyebabnya bukan hanya batu kandung empedu tapi juga harus dipikirkan karsinoma pankreas. Pada 75


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

palpasi limpa, mulai dekat umbilikus, raba limpa pada tiap inspirasi, bergerak secara bertahap keatas dan kiri setelah tiap inspirasi dan jika tidak teraba, baringkan pasien pada posisi left lateral, dengan pinggul kiri dan lutut kiri ditekuk, dan ulangi, Pada posisi ginjal, palpasi bimanual dan pastikan apakah ada ballotement. Usahakan dapat membedakan limpa dengan ginjal, Bila limpa tidak dapat mencapai bagian atasnya, bergerak dengan respirasi, redup-pekak pada perkusi, ada notch atau insisura limpa, ballottement negatif sedangkan pada ginjal : dapat mencapai bagian atasnya, tidak dapat digerakkan (atau bergerak lambat), beresonarsi pada perkusi, tidak ada notch atau insisura, dan bisa ballotement positif. Pemeriksaan Palpasi Organ Abdomen 1. Hati Pada inspeksi harus diperhatikan apakah terdapat penonjolan pada regio hipokondrium kanan. Pada keadaan pembesaran hati yang ekstrim (misal pada tumor hati) akan terlihat permukaan abdomen yang asimetris antara daerah hipokondrium kanan dan kiri. Untuk emudahkan perabaan hati diperlukan: a. Dinding usus yang lemas dengan cara kaki ditekuk sehingga membentuk sudut 45-600 b. Pasien dimintak untuk menarik napas panjang c. Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah parabolik. d. Diharapkan, bila nanti membesar akan terjadi sentuhan antara jari pemeriksa dengan hati pada saat inspirasi maksimal. Posisi pasien berbaring dengan kedua tungkai kanan dilipat agar dinding abdomen lebih lentur. Palpasi dikerjakan dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan, bukan ujung jari. Lebih tegas lagi bila arah jari membentuk sudut 450 dengan garis median. Ujung jari terletak pada bagian

76


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

lateral muskulus rekctus abdominalis dan kemudian pada garis median untuk memeriksa hati lobus kiri Palpasi dimulai dari regio illiaka kanan menuju tepi lengkung iga kanan. Dinding abdomen ditekan kebawah dengan arah dorsal dan kranial sehingga akan dapat menyentuh tepi anterior hati. Gerakan ini dilakukan berulang pada posisi digeser 1-2 jari ke arah lengkung iga. Penekanan dilakukan pada saat pasien sedang inspirasi. Bila pada palpasi kita dapat meraba adanya pembesaran hati, maka harus dilakukan deskripsi sebagai berikut:  Beberapa lebar jari tangan cm dibawah lengkung iga kanan  Bagaimana keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada hepatitis akut atau tumpul pada tumor hati.  Bagaimana konsistensinya. Apakah kenyal (konsistensi normal) atau keras (pada tumor hati)  Bagaimana permukaannya. Pada tumor hati permukaannya teraba berbenjol.  Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi pada kelainan antara lain abses hati, tumor hati. Selain itu pada abses hati dapat dirasakan adanya iluktuasi.

Pada keadaan normal hati tidak teraba pada palpasi kecuali pada beberapa kasus dengan tubuh yang kurus (sekitar satu jari) dan pada bayi. Terabanya hati 1-2 jari dibawah lengkung iga harus di komfirmasikan apakah hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau adanya perubahan bentuk diafragma (misal emfisema paru). Untuk menilai adanya pembesaran lobus kiri hati dapat dilakukan palpasi pada daerah garis tengah abdomen ke arah epigastrium. Batas atas hati sesuai dengan pemeriksaan perkusi batas paru hati (normal pada sela iga 6). Pada beberapa keadaan patologis misalnya emlisema pani, batas ini akan lebih rendah sehingga besar hati yang normal dapat teraba tepinya pada waktu 77


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

palpasi. Perkusi batas atas dan bawah hati (perubahan suara dari redup ke timpani) berguna untuk menilai adanya pengecilan hati (misal sirosis hati). Pekak hati menghilang bila terjadi udara bebas di bawah diafragrna karena perforasi. Suara bruit dapat terdengar pada pembesaran hati akibat tumor hati yang besar.

2. Limpa Teknik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan nonnal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari bawah lengkiing iga kiri, melewati umbilikus sampai regie iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai inspirasi. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati unibilikus digaris tengah abdomen. menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran 78


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner, yaitu garis yang dimulai dari titik dilengkung iga kiri menuju ke umbilicus dan dibruskan sampai di spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi bagian yang sama. Palpasi limpa juga dapat dipermudah dengan memiringkan pasien 45 derajat kearah kanan (kearah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi sebagai benikut:  Berapa jauh berada dan lengkung iga kin path ganis Schuf/her (S-l sampai dengan S-Vlll)  Bagaiinana

konsistensinya.

Apakah kenyal (splenomegali karena

hipertensi portal) atau keras sepenti pada malaria.

Untuk meyakinkan bahwa yang tenaba itu adalah limpa, harus diusahakan meraba incisuranya.

3. Ginjal Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga pemeriksaan harus dengan cara bimanual. Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan pada dinding abdomen diventralnya. Pembesaran ginjal (akibat tumor atau hidronefrosis) akan teraba diantara kedua tangan tersebut, 79


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

dan bila salah satu tangan digerakkan akan teraba benturannya ditangan lain. Fenomena ini dinamakan ballotement positif. Pada keadaan normal ballotement negatif.

Menyingkirkan Komungkinan Nyeri Tekan Ginjal Untuk mslakukan pemeriksaan ini, pasien harus dalam posisi duduk. Pemeriksa mengepalkan tinjunya dan dengan lembut memukul daerah sudut kostovertebral di kedua sisi. Pasien dengan pielonefritis biasanya merasakan nyeri hebat bahkan pada perkusi ringan di daerah ini. Jika mencurigai adanya pielonefritis, pakailah tekanan dengan jari-jari saja.

3. pemeriksaan Perkusi Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, sama seperti pada perkusi di rongga toraks tetapi dengan penekanan yang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan. Pemeriksaan ini digunakan untuk:  Mendeteksi kandung empedu atau vesika urinaria, dimana suaranya redup/pekak  Menetukan ukuran hati dan limpa secara kasar 80


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

 Menetukan penyebab distensi abdomen: penuh gas (timpani), massa tumor (redup-pekak) dan asites. 1. pekak pada pinggir dan timpani resonant pada bagian tengah/sentral 2. shifting dullnes menentukan letak pekak pada perkusi, miringkan pasien pada posisi kanan/kiri, asites di demontrasikan dengan adanya timpani pada perkusi setelah dimiringkan kembali 3. demontrasikan thrill cairan atau pemeriksaan gelombang.

Dengan perkusi abdomen dapat diketahui  Pembesaran organ  Adanya udara bebas  Cairan bebas didalam rongga abdomen Perkusi abdomen sangat membantu dalam menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih banyak cairan atau udara. dalam keadaan normal suara perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali didaerah hati suara perkusinya adalah pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambah bunyi timpani diseluruh abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan adanya udara bebas didalam rongga perut, misalnya pada perforasi usus.

Cara pemeriksaan batas paru - hati: Pada linea mid clavicula kanan 1. Menentukan batas paru-hati relative Diperkusi dari atas kebawah, nada sonor berubah monjadi sonor memendek. Normal didapati pada sela iga ke V atau costa ke V (pada tinggi ini didapati cupula hati). 2. Menantukan batas paru-hati absolute Diperkusi kebawah lagi, nada sonor memendek berubah menjadi pekak (Beda). Normal disela iga ke Vl atau costa ke Vl. 3. Menentukan benarnya peranjakan batas paru-hati abeolut 81


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pasien disuruh menarik napas yang panjang dan menahan dahulu. Jari yang tadi ditempat batas paru-hati absolut, jangan digeser-geser lagi. Waktu pasien rnenahan napasnya diperkusi kembali. Normal : yang mula-mula pekak menjadi sonor memendek lagi, kira-kira dua jari kebawah, Disebutkan batas paru-hati absolut sebesar dua jari.

Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen, perkusi diatas dinding perut mungkin timpani dan di samping nya pekak. Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini akan berpindah-pindah (shifting dullnes). Pemeriksaan shifting dullnes sangat patognomonis dan dapat lebih dipercaya dari pada memeriksa adanya gelombang cairan. Suatu keadaan yang disebut tenomena papan catur (chessboard phenomen) dimana pada perkusi dinding perut ditemukan bunyi timpani dan redup yang berpindahpindah, sering ditemukan pada peritonitis tuberkulosa.

Beberapa cara pemeriksaan asites : Cara pemeriksaan gelombang cairan. Cara ini dilakukan pada pasien dengan asites yang cukup banyak dan perut yang agak tegang. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang dan tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi sedangkan tangan lainnya mengetuk-ngetuk dinding perut pada sisi lainnya. Sementara itu mencegah gerakan yang

82


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

diteruskan melalui dinding abdomen sendiri, maka tangan pemeriksa lainnya (dapat pula dengan pertolongan tangan pasien sendiri) diletakkan ditengahtengah perut dengan sedikit menekan.

Pemeriksaan menentukan adanya redup yang berpindah (shifting dullness):  Pasien berbaring telentang, cairan akan berkumpul pada tempat yang terendah yaitu pada kedua sisi perut (cairan akan menghasilkan suara redup).  Jika perkusi redup disebabkan oleh cairan maka dengan memiringkan pasien kesisi yang lain bunyi perkusi menjadi timpani, ini terjadi oleh karena berpindahnya cairan ke tempat yang lain yang lebih rendah.  Bunyi perkusi redup yang hilang dengan merubah posisi pasien disebut shifting dullness.

83


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Untuk cairan yang lebih sedikit dan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi pasien tengkurap dan menungging (knee-chest position). Setelah beberapa saat, pada perkusi daerah perut yang terendah jika terdapat cairan akan didengar bunyi redup. Pemeriksaan Puddle Sign. Seperti pada posisi knee-chest dan dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan pada bagian perut terbawah didengar perbedaan suara yang ditimbulkan karena ketukan jari-jari pada sisi perut sedangkan stetoskop digeserkan melalui perut tersebut ke sisi lainnya. Pasien pada posisi tegak maka suara perkusi redup didengar dibagian bawah.

84


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

PENGUKURAN BERAT BADAN

A. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain: a. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena

perubahan-perubahan

konsumsi

makanan

dengan

kesehatan. b. memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang penumbuhan. c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara Meluas. d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.

85


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

e. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya. f. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur. g. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang, Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan: a. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain. b. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya. c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg. d. Skalanya mudah dibaca. e. Cukup aman untuk menimbang anak balita. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.

Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain: a. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan. b. Dibuat di lndonesia, bukan impor, dan mudah didapat. c. Ketelitian dan ketepatan cukup baik.

Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg. 86


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Jenis timbangan lain yang digunakan adalah detecto yang terdapat di Puskesmas, Timbangan kamar mandi (bath room scale) tidak dapat dipakai menimbang anak Balita, karena menggunakan per, sehingga hasilnya dapat berubah-ubah menurut kepekaan per-nya. Alat lain yang diperlukan adalah kantong celana timbang atau kain sarung, kotak atau keranjang yang tidak membahayakan anak terjatuh pada waktu ditimbang. Diperlukan pula tali atau sejenisnya yang cukup kuat untuk menggantungkan dacin.

B. Cara Menimbang/Mengukur Berat Badan Periksalah dacin dengan seksama, apakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Setelah alat timbang lainnya (celana atau sarung timbang) dipasang pada dacin, lakukan peneraan yaitu dengan cara menambah beban pada ujung tangkai dacin, misalnya plastik berisi pasir. Dalam Buku Kader (1995), diberikan petunjuk bagaimana menimbang balita dengan menggunakan dacin. Langkah-langkah tersebut dikenal dengan 9 langkah penimbangan, yaitu: 1. Langkah 1 Gantungkan dacin pada: a. Dahan pohon b. Palang rumah, atau c. Penyangga kaki tiga 2. Langkah 2 Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat.

87


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

3. Langkah 3 Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman. 4. Langkah 4 Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol). 5. Langkah 5 Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik. 6. Langkah 6 Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin. 7. Langkah 7 Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung bandul geser. 8. Langkah 8 Catat hasil penimbangan diatas dengan selembar kertas. 9. Langkah 9 Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan. Untuk lebih jelasnya, tentang langkah-langkah penimbangan dapat dilihat pada Buku Kader UPGK edisi XV tahun 1995 pada hal 44-45.

C. Menimbang Bayi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang bayi adalah: ďƒ˜ Pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang cukup tebal harus ditinggalkan. ďƒ˜ Kantong celana timbang tidak dapat digunakan. ďƒ˜ Bayi ditidurkan dalam kain sarung. ďƒ˜ Geserlah anak timbang sampai tercapai keadaan setimbang, kedua ujung jarum terdapat pada satu titik. 88


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

ďƒ˜ Lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukkan berat badan bayi. Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka desimal. Misalnya 7,5 kg.

D. Menimbang Anak Dengan cara yang sama tetapi dapat digunakan kantong celana timbang, kain sarung atau keranjang. Harus selalu diingat bahwa sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 (nol) setelah ditambahkan kain sarung atau keranjang. Kesulitan dalam menimbang: ďƒ˜ Anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala. ďƒ˜ Anak biasanya menangis.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak: 1. Pemeriksaan alat timbang Sebelum digunakan, dacin harus diperiksa secara seksama, apakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang, Disamping itu keadaan bandul geser tidak longgar terhadap tangkai dacin, oleh karena itu perlu pula dilakukan peneraan terhadap timbangan yang sudah dipakai agak lama. Untuk penelitian, peneraan alat timbang ini sangat penting untuk mendapatkan data dengan validitas yang tinggi.

2. Anak balita yang ditimbang Pengalaman dilapangan cukup banyak anak balita yang takut ditimbang, oleh karena itu dilakukan terlebih dahulu penimbangan pada balita yang tidak merasa takut. Apabila anak yang ditimbang pertama takut dan menangis, maka akan mempengaruhi anak yang akan ditimbang berikutnya. Kadang-kadang anak yang belum ditimbang sudah menangis terlebih dahulu, karena melihat 89


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

pengalaman sebelumnya. Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian yang seminim dan seringan mungkin. Sepatu, baju dan topi sebaiknya dilepaskan. Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka hasil penimbangan harus dikoreksi dengan berat kain balita yang ikut tertimbang. Bila keadaan ini memaksa dimana anak balita tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang menyertainya, maka timbangan dapat dilakukan dengan mengunakan timbangan injak dengan cara pertama, timbang balita beserta ibunya. Kedua, timbang ibunya saja, Ketiga, hasil timbangan dihitung dengan mengurangi berat ibu dan anak, dengan berat ibu sendiri.

3. Keamanan Faktor keamanan penimbangan sangat perlu diperhatikan. Tidak jarang petugas di lapangan kurang memperhatikan keamanan itu. Misalnya langkah ke2 dari 9 langkah penimbangan tidak dilakukan, maka kemungkinan dacin dan anak yang ditimbang bisa jatuh, karena dacin tidak tergantung kuat, Oleh karena itu, segala sesuatu menyangkut keamanan harus diperhatikan termasuk lantai di mana dilakukan penimbangan. Lantai tidak boleh terlalu licin, berkerikil atau bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi keamanan, baik yang ditimbang, maupun petugas.

4. Pengetahuan dasar Petugas Untuk rnemperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan untuk mengetahui berat badan anak secara umum pada umur-umur tertentu. Hal ini sangat penting diketahui untuk dapat memperkirakan posisi bandul geser yang mendekati skala berat pada dacin sesuai dengan umur anak yang di timbang. Cara ini dapat menghemat waktu, jika penimbangan dilakukan dengan memindah-mindahkan bandul geser secara tidak menentu.

90


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

SKILL I NEONATAL EXAM No.

Aspek Yang Dinilai

Nilai 0

1.

1

2

Mempersiapkan bayi yang akan diperiksa yaitu dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang terang yang dapat berfungsi sebagai penghangat.

2.

Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan tangan serta alat yang bersih dan hangat

3.

Pemeriksaan saat lahir:

a.

Menilai Apgar Score yaitu:

-

Laju jantung

-

Usaha bernafas

-

Tonus otot

-

Refleks

-

Warna kulit

b.

Menilai cairan amnion (warna,bau)

c.

Menilai plasenta (kelengkapan bagian-bagiannya, tandatanda klasifikasi dan nekrosis)

d.

Menilai tali pusat (kesegarannya, ada tidaknya simpul, arteri dan vena)

4.

Pemeriksaan lanjutan

a.

Pemeriksaan umum

-

Pemeriksaan tanda vital (denyut jantung/denyut nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh)

-

Pemeriksaan keaktifan (melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan, pada neonatus cukup bulan dan sehat posisi tungkai refleksi dengan gerakan yang aktif dan simetris

91


Buku Panduan Skill Lab

-

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pemeriksaan tangisan bayi (melengking, melemah, atau merintih)

b.

Pemeriksaan secara rinci

-

Pemeriksaan kulit, (warna kulit, kelainan-kelainan yang ditemukan, seperti petekie ekimosis dll)

-

Pemeriksaan wajah, (simetris atau tidak, apakah terdapat kelainan yang khas seperti Sindrom Down, Sindrom Pierrerobin, ataupun tanda-tanda trauma

-

Pemeriksaan kepala, apakah terdapat: molding, kaput suksedenum, hematoma sefal, perdarahan sub aponeurotik atau fraktur tulang tengkorak, serta kelainan konginital seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes, dsb

-

Pemeriksaan leher, apakah tampak pendek, kelainan pada tulang leher, tumor, trauma leher, dan webbed neck (yang terdapat pada beberapa kelainan konginital)

-

Pemeriksaan

mata,

perhatikan

apakah

terdapat

mikroftalmia konginital, katarak konginital, trauma pada mata, sekret pada mata, dll. -

Pemeriksaan mulut, perhatikan simetris atau tidak, apakah terdapat kelainan konginital seperti labiognato-palatokisis, dll.

-

Pemeriksaan hidung, perhatikan pernafasan, apakah terdapat atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensafalokel yang menonjol ke nasofaring, pernafasan cuping hidung, serta adanya sekret pada luba hidung.

-

Pemeriksaan telinga, perhatikan letak daun telinga dan liang telinga, serta kelainan konginital

-

Pemeriksaan Dada:

92


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Inspeksi : bentuk dada (pektus eksavatum atau karinatum) gerakan dinding dada, laju nafas, tipe pernafasan dan kelenjar payudara neonatus. Palpasi : gerakan dinding dada (simetris atau tidak) -

Pemeriksaan abdomen : Inspeksi : bentuk dinding dada perut, kelainan konginital, tali pusat (kesegaran, adakah simpul, arteri dan vena umbilikalis) Palpasi : hepar, limpa dan ginjal

-

Pemeriksaan genitalia eksterna : Bayi perempuan : labia minor dan labia mayor, lubang uretra dan vagina yang terpisah Bayi laki-laki : ukuran penis, hipospadia, epispadia, fimosis, skrotom, hidrokel, testis, kriptorkismus serta trauma pada alat kelamin

-

Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas (pasien dibaringkan dalam posisi tengkurap)  Tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapatnya skoliosis, meningokel, spina bifida, spina bifida okulta, atau sinus pilonidalis  Perhatikan asimetris

pergerakan (patah

ekstremitas

tulang,

apakah

osteogenesis

terdapat

imperfakta),

kelumpuhan pada tangan atau paralisis pada kedua tungkai.  Memperhatikan

tonus

ekstremitas

apakah

terdapat

hipotonia -

Pemeriksaan anus, menilai apakah terdapat atresia ani, 93


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

poisi anus dan anus imferforata -

Melakukan pemeriksaan antropometrik (berat badan, panjang badan, lingkar kepala)

5.

Pemeriksaan usia kehamilan/penilaian usia gestasi (ballard score)

6.

Pemeriksaan neurologis neonatus

a.

Pemeriksaan saraf otak

1.

Inspeksi: (menilai kesadaran, malformasi, trauma fisis, kejang, dan posisi ekstremitas)

2.

Rooting refleks

-

Menyentuh ujung jari disudut mulut pasien

-

Pasien akan melihat kearah rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut kedalam mulutnya

3.

Sucking refleks (melihat kelainan N.V, VII, XII)

-

Jika ujung jari dimasukkan ke dalam mulut bayi dan di isap, maka disebut sucking refleks

4.

Pemeriksaan N. VII

-

Memperhatikan mata dan sudut mulut pasien pada saat pasien bangun, mengerunyutkan muka dan menangis, nilai simetris atau tidak.

5.

Pemeriksaan N. XII dan IX

-

Perhatikan ukuran dan gerakan lidah pada saat pasien menangis dan membuka mulut (NXII)

6.

Pemeriksaan N. III, IV dan VI

-

Memeriksa pergerakan bola mata

7.

Pemeriksaan

N.VIII

bagian

vestibular

(Doll’s

eye

maneuver) -

Memutar kepala pasien ke kiri dan ke kanan untuk menilai

94


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

gerakan bola mata ke lateral -

Perhatikan gerakan arkus faring dan uvula pada langitlangit (N. IX)

8.

Pemeriksaan pupil

-

Lakukan penilain apakah pupil isokor atau anisokor

b.

Pemeriksaan refleks neonatal primer Moro refleks

-

Bayi dalam posisi telentang kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa cm dengan hati-hati ke tangan pemeriksa

-

Nilai reaksi yang timbul : bayi akan kaget, lengan-lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi, tangan terbuka dan disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi. Tonic neck refleks

-

Bayi dalam posisi terlentang, kepala digaris tengah dan anggota gerak dalam posisi fleksi

-

Kemudian kepala dipalingkan ke kanan, nilai reaksi yang timbul (akan terjadi ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak sebelah kiri)

-

Setelah selesai, ganti kepala dipalingkan ke kiri. Palmar grasp reflek

-

Meletakkan telunjuk pemeriksa di telapak tangan pasien

-

Nilai: telunjuk akan dipegang oleh pasien dengan adanya rileks memegang (grasp reflek) Refleks babinski

-

Mengores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing

-

Menilai hasil (bila positif reaksinya berupa ekstensi ibu jari

95


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain) Stepping refleks -

Memegang bayi pada bagian bawah lengannya dalam posisi tegak dan kakinya menyentuh permukaan datar

-

Nilai reaksinya : normalnya secara otomatis bayi akan meluruskan tungkainya seolah hendak berdiri

7.

Pemeriksaan pada waktu memulangkan

-

SSP : Aktifitas bayi ketegangan ubun-ubun

-

Kulit : adanya ikteru, pioderma

-

Jantung : adanya bising yang timbul kemudian

-

Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya

-

Tali pusat : adanya infeksi

8.

Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut

Keterangan : 0 : Tidak Dilakukan 1 : Dilakukan, tetapi kurang benar 2 : Dilakukan dengan benar % cakupan penguasaan keterampilan: skor total/......x......% =......% Lampoh Keude,..............................2012

(........................................)

96


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

SKILL II PEMERIKSAAN FISIK ANAK

No.

Aspek Yang Dinilai

Nilai 0

1.

1

2

Mempersiapkan perasaan pasien (anak) untuk menghindari rasa takut dan stres sebelum melakukan pemeriksaan fisik

2.

Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan kepada orang tua pasien

3.

Memberikan penjelasan pada orang tua pasien tentang kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang timbul selama pemeriksaan dilakukan

4.

Pemeriksaan data antropometrik : TB, BB, LK

5.

Pemeriksaan kulit : warna, sianosis, ikterik, exzema, edema, pucat dll.

6.

Pemeriksaan

rambut

:

warna,

ketebalan,

distribusi,

karakteristik 7.

Pemeriksaan kelenjar getah bening

8.

Pemeriksaan

kepala

:

bentuk

dan

ukuran

kepala,

kraniotabes, ubun-ubun, wajah 9.

Pemeriksaan mata : kemampuan melihat, palpebra, alis dan bulu mata, konjungtiva, sclera, pupil, dll

10. Pemeriksaan telinga : daun telinga, membran timpani, kemampuan mendengar, sekret, dll 11. Pemeriksaan hidung : mukosa hidung, epistaksis, NCH, sekret, dll 12. Pemeriksaan mulut : trismus, halitosis, bibir, mukosa pipi,

97


Buku Panduan Skill Lab

gusi,

gigi

geligi,

Fakultas Kedokteran Abulyatama

faring,

laring,

sianosis,

kelainan

kongenital, dll 13. Pemeriksaan leher : tortikolisis, kaku kuduk, masa dileher, pembesaran kelenjar getah bening (KGB) 14. Pemeriksaan dada : Payudara, paru (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), jantung (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), dll 15. Pemeriksaan

abdomen

:

inspeksi,

palpasi,

perkusi,

auskultasi 16. Pemeriksaan anus dan rektum 17. Pemeriksaan genitalia 18. Pemeriksaan anggota gerak dan tulang belakang 19. Pemeriksaan neurologis anak : kejang, tanda rangsan meningeal, refleks, nervus kranial, dll 20. Melaporkan hasil

Keterangan : 0 : Tidak Dilakukan 1 : Dilakukan, tetapi kurang benar 2 : Dilakukan dengan benar % cakupan penguasaan keterampilan: skor total/......x......% =......% Lampoh Keude,..............................2012

(........................................)

98


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

SKILL III PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN ABDOMEN GERIATRI No.

Aspek Yang Dinilai

A.

Persiapan

1.

Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa

Nilai 0

1

2

takut dan stres sebelum melakukan pemeriksaan fisik 2.

Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan

3.

Memberikan penjelasan pada orang tua pasien tentang kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang timbul selama pemeriksaan dilakukan

4.

Pemeriksaan umum : keadaan umum, kesan keadaan sakit, kesadaran, status gizi, tanda vital, status fungsional, gangguan kognitif, pola miksi-defekasi

5.

Pemeriksaan fungsi : penglihatan dan pendengaran, gigi geligi (hubungan dengan diit), riwayat jatuh.

6.

Wajah : ekspresi wajah, sikap tubuh, gelisah, pucat, ikterik, sianosis, sesak, tampak kesakitan, teleangiektasis, dll

7.

Leher : kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, trakea, pembesaran kelnjar getah bening, bising a. carotis

B.

Pemeriksaan Fisik Paru

8.

Inspeksi: konfigurasi dada (dada anterior dan posterior), spider nervi, pemakaian otot nafas tambahan, retraksi dinding dada dll

9.

Palpasi: kesimetrisan dada, nyeri tekan, fremitus (dada anterior dan posterior)

10. Perkusi: dada anterior dan posterior 11. Auskultasi: dada anterior dan posterior

99


Buku Panduan Skill Lab

C.

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pemeriksaan Fisik Jantung

12. Inspeksi: pulsasi pada dinding dada 13. Palpasi: nadi, tekanan vena jugularis, ictus cordis 14. Perkusi: batas-batas jantung 15. Auskultasi: bunyi jantung utama, tambahan bising B.

Pemeriksaan Fisik Abdomen

16. Inspeksi: keadaan dinding perut, gerakan dinding perut, pulsasi pada abdomen, caput medusae, sicatrik, pelebaran vena dll 17. Auskultasi: peristaltik, bising pembuluh darah 18. Palpasi: hepar, lien, ginjal, pembesaran organ abdomen, nyeri tekan/tidak 19. Perkusi: batas paru hepar, pemeriksaan asites 20. Ekstremitas

superior/inferior: palmar

eritema,

pucat,

edama, kuku, clubing finger, sianosis, atrofi/hipotrofi otot 21. Melaporkan hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut.

Keterangan : 0 : Tidak Dilakukan 1 : Dilakukan, tetapi kurang benar 2 : Dilakukan dengan benar % cakupan penguasaan keterampilan: skor total/......x......% =......% Lampoh Keude,..............................2012

(........................................)

100


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

SKILL IV ANTROPOMETRI No.

Aspek Yang Dinilai

Nilai

A.

PENGUKURAN BB PADA BAYI (BABY SCALE)

1.

Periksalah baby scale dengan seksama, apakah masih

0

1

2

dalam kondisi baik atau tidak dan lakukan peneraan yaitu dengan mengembalikan jarum ke angka 0 (nol). Kemudian letakkan baby scale di atas meja 2.

Lapisi timbangan tersebut dengan kain tipis

3.

Letakkan bayi di atas timbangan tersebut dalam posisi tidur dengan kepala di sebelah kiri

4.

Interprestasikan hasil pengukuran BB bayi (bila perlu ada salah seorang teman melihat jarum yang bergerak setelah bayi diletakkan dan bayi tersebut dalam posisi diam tidak bergerak). Turunkan bayi atau anak dan periksa jarum ke angka 0 (nol)

B.

PENGUKURAN

BB

PADA

BAYI

DAN

ANAK

(DACIN) 5.

Periksalah dacin dengan seksama, apakah masih dalam kondisi baik atau tidak (dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang). Dan pastikan dacin tergantung kuat (caranya dengan menarik batang dacin ke bawah kuat-kuat)

6.

Setelah alat timbang lainnya (celena atau sarung timbang) dipasang pada dacin, lakukan peneraan yaitu dengan cara menambah beban pada ujung tangkai dacin, misalnya plastik berisi pasir 101


Buku Panduan Skill Lab

7.

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik

8.

Letakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum dipakai

9.

Timbanglah bayi atau anak menyeimbangkan dacin

10. Tentukan berat badan bayi atau anak dengan membaca angka di ujung bandul geser 11. Interprestasikan hasil pengukuran BB bayi. Turunkan bayi atau anak, kemudian geser bandul ke angka 0 (nol) dan meletakkan batang dacin dalam tali pengaman C.

PENGUKURAN TB PADA BAYI (INFATOMETER)

12. Letakkan infatometer di atas meja atau tempat yang datar 13. Tidurkan bayi lurus didalam alat pengukur, kepala diletakkan secara hati-hati sampai menyinggung bagian atas alat pengukur 14. Geser bagian alat pengukur sebelah bawah kaki sehingga tepat menyinggung telapak kaki bayi, dan membaca skala pada sisi alat pengukur D.

PENGUKURAN TB PADA ANAK (MICROTOICE)

15. Tempelkan dengan paku microtoice tersebut pada dinding yang lurus dan datar setinggi tepat 2 meter dan angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata 16. Sewaktu di ukur, anak tidak boleh memakai alas kaki (sepatu, sandal dsb) dan penutup kepala (topi atau kerudung) 17. Anak berdiri membelakangi dinding dengan pita meteran berada di tengah bagian kepala 18. Posisi anak tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris-

102


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

berbaris, kaki lurus. Kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel ke dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan kedepan 19. Turunkan microtoice sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding 20. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan microtoice. Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang di ukur

Keterangan : 0 : Tidak Dilakukan 1 : Dilakukan, tetapi kurang benar 2 : Dilakukan dengan benar % cakupan penguasaan keterampilan: skor total/......x......% =......% Lampoh Keude,..............................2012

(........................................)

103


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Postest I:

104


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Postest II:

105


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Postest III:

106


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pretest I:

107


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pretest II:

108


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

Pretest III:

109


Buku Panduan Skill Lab

Fakultas Kedokteran Abulyatama

BIODATA MAHASISWA/I

2 x 2²/1

Nama Mahasiswa : ……………………………. Nomor Induk

: …………………………….

Alamat

: …………………………….

Hp/Telp

: …………………………….

(KTP)

LEMBARAN PENILAIAN : NILAI : 1. SKILL LAB 1

:

2. SKILL LAB 2

:

3. SKILL LAB 3

:

REMEDIAL : 1. SKILL LAB 1

:

2. SKILL LAB 2

:

3. SKILL LAB 3

:

Maka dengan ini dinyatakan bahwa mahasiswa/i LULUS / TIDAK LULUS Lampoh Keudee, ……………………..2012 Mengatahui Koordinator SKILL LAB

Dr. M. Arief Faisal

110


Buku Panduan Skill Lab

Catatan:

Fakultas Kedokteran Abulyatama


Buku Panduan Skill Lab

Catatan:

Fakultas Kedokteran Abulyatama


Buku Panduan Skill Lab

Catatan:

Fakultas Kedokteran Abulyatama


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.