Bab I : Dasar Kastrat
1 Penjelasan Singkat Mengenai Kastrat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kajian merupakan hasil mengkaji; mengkaji memiliki arti sebagai kegiatan belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan (mempertimbangkan dsb); menguji; menelaah baik buruk suatu perkara
Strategis berarti berhubungan, bertalian, berdasar strategi; atau baik letaknya Strategi sendiri adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus Bila kedua kata ini diartikan secara satu kesatuan yang kerap disebut Kastrat, definisinya adalah “suatu aktivitas menelaah-menganalisis suatu hal dan menjadikannya sebagai landasan (basis gerakan-hasil kajian) untuk ditindak lanjuti dengan metode yang disebut strategi agar sasaran yang telah ditentukan tercapai”
Kastrat merupakan sebuah proses berfikir, bersikap dan bertindak yang kritis dan konstruktif berdasarkan atas sebuah permasalahan yang timbul Sedangkan Bidang Kajian Strategis adalah bagian dari organisasi kemahasiswaan yang turut berkontribusi kepada pergerakan mahasiswa dengan fungsi spesifik mengkaji dan menelaah permasalahan-permasalahan (isu) yang terdapat di masyarakat (ruang lingkup kampus maupun masyarakat umum)
Semua yang terlibat dalam usaha dan pemikiran berupa sikap peka dan peduli yang diwujudkan dalam sebuah bentuk kritik, penentangan serta usaha-usaha lain yang dapat mengubah sebuah harapan untuk lebih baik itu menjadi nyata adalah sebuah tindakan
Kastrat
Secara umum dalam ruang lingkup Kastrat terdapat empat tahap dasar yaitu pengolahan isu, kajian, aksi, dan evaluasi.
Dalam mengkaji tentunya harus sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang strategis, sehingga diperlukanlah suatu pengolahan isu atau masalah yang tepat agar kajian yang dibuat memiliki nilai nantinya
Diperlukan beberapa tahapan dalam menentukan isu yang strategis. Pertama adalah problem listing, yang dilakukan dengan cara terbuka menangkap berbagai isu yang berkembang Kemudian klasifikasi dan filterisasi isu, dimana isu yang topiknya sesuai dikelompokkan sekaligus diseleksi isu mana yang akan menjadi prioritas dengan memperhatikan relevansi, urgensi, dan signifikansi dari isu yang akan dikaji Isu yang didapat dari hasil filterisasi itu kemudian ditetapkan untuk kemudian dikaji
Tahap dasar yang kedua adalah kajian, disinilah proses inti dimana diskusi harus dikedepankan Dalam mengkaji suatu isu harus diawali dengan pengumpulan data yang diperlukan sebagai dasar melakukan kajian, baik itu data primer maupun sekunder Data tersebut akan menjadi dasar dalam membahas suatu isu Perlu ditekankan dalam mengkaji suatu isu haruslah berpendapat yang logis dan tentunya juga berdasar, selain itu konstruktif dan solutif serta tidak semata-mata hanya mengkritisi Dalam mengkaji juga terdapat istilah
“think out of the box and execute inside the box” yaitu dibutuhkan pemikiran kreatif dan inovatif agar didapatkan banyak alternatif solusi bagi isu tersebut.
Setelah mengkaji, selanjutnya dibuat kesimpulan dan penyikapan dari isu tersebut untuk dilanjutkan menjadi sebuah aksi
Aksi yang bisa dilakukan dari hasil suatu kajian tidaklah hanya demonstrasi saja, melainkan banyak alternatif aksi yang bisa disesuaikan dengan penyikapan isu yang dibuat Propaganda atau pencerdasan kepada publik diantaranya bisa dilakukan melalui tulisan di media massa, media sosial, dan lain-lain. Hasil kajian dapat diadvokasikan kepada stakeholder apabila penyikapan kajian bertujuan untuk merubah kebijakan Berbagai aksi juga dapat dikombinasikan dalam menyikapi suatu isu, seperti contohnya dapat dilakukan suatu propaganda terlebih dahulu, petisi, kemudian di advokasikan dengan disertai lobbying dan negosiasi. Semua aksi tersebut juga harus tetap mempertimbangkan posisi sebagai mahasiswa dan tidak boleh memaksakan kehendak diluar kewenangan ataupun sampai menempuh cara-cara kekerasan dan anarkisme
Tahapan terakhir dalam kajian strategis adalah evaluasi Evaluasi dapat berupa follow up dari aksi yang sudah dilakukan sebelumnya, bisa juga berupa menanggapi feedback dari stakeholder ataupun masyarakat dari hasil kajian yang dibuat
2. Fungsi dan Peran Kastrat di Suatu Organisasi
Kastrat bisa dikatakan sebagai 'dapur' bagi gerakan mahasiswa. Bagi organisasi pergerakan, Kastrat adalah semacam think tank yang akan memandu jalannya gerakan ke depan Kastrat akan sangat diperlukan bagi organisasi yang memiliki arahan untuk merespons kebijakan eksternal. Apapun bentuknya, setiap kebijakan eksternal perlu didasarkan oleh analisis kondisi dan perencanaan strategi yang tepat Untuk itu, Kastrat akan memainkan peran yang sangat vital, terutama ketika kondisi sosial-politik nasional berada dalam krisis, yang mengharuskan setiap gerakan massa untuk melakukan penyikapan dan memformat agenda perubahan sosial secara cepat.
Jika Kastrat tak bisa menjalankan fungsinya dengan baik, gerakan mahasiswa akan kehilangan arah. Keputusan gerakan yang diambil hanya akan bersifat pragmatis dan tidak akan merepresentasikan mahasiswa Bahkan, yang lebih parah, gerakan hanya akan disetir oleh kepentingan-kepentingan politik yang tidak bertanggung jawab Untuk meminimalisir hal demikian, Kastrat akan menjadi ujung tombak pergerakan
Adapun, pembentukan bidang Kastrat dalam suatu organisasi juga berperan untuk melatih kebebasan berpikir, berdiskusi dengan melakukan suatu pengkajian isu, menganalisis serta menyatukan pergerakan dalam sebuah aksi
Fungsi Kastrat
Kastrat memiliki beberapa fungsi mendasar yang akan menjadi kunci bagi aktivitas mereka di organisasi. Secara umum, ada empat fungsi utama yang harus dilakukan oleh Kajian Strategis:
(1) FungsiAnalisis Isu
Kastrat memiliki fungsi untuk menganalisis isu kebijakan yang beredar di masyarakat. Pada level ini, Kastrat harus memiliki kompetensi untuk memilah isu media dan isu kebijakan yang lebih substantif Setelah isu dipilah, kastrat perlu melakukan analisis terkait kebijakan tersebut Analisis ini akan menjadi dasar bagi penyikapan isu gerakan
(2) Fungsi Penyikapan Isu
Kastrat juga memiliki fungsi untuk memberikan sikap atas isu yang telah dianalisis Setelah isu kebijakan dianalisis, Kastrat harus memberikan sikap intelektual: apakah 'menerima', 'menolak', atau menunda penyikapan Sikap ini penting untuk memutuskan apa yang harus dilakukan oleh organisasi terkait dengan isu kebijakan tersebut
(3) Fungsi Perencanaan Strategi Gerakan
Selain analisis dan penyikapan, Kastrat juga diperlukan untuk merencanakan langkah strategis apa yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut dari sikap tersebut 'Strategi' berarti rumusan desain gerakan apa yang akan dilakukan untuk memperjuangkan kepentingan organisasi. Di sini, Kastrat perlu merumuskan posisi organisasi, momentum-momentum, hingga langkah taktis yang akan diambil ketika bergerak
(4) Fungsi Pengembangan Wacana Intelektual
Terakhir, Kastrat juga punya fungsi untuk mengembangkan wacana-wacana intelektual untuk memperkaya gerakan Pengembangan wacana ini dapat dilakukan dengan format pengayaan pengetahuan bagi organisasi, upgrading kapasitas intelektual, hingga pewacanaan isu gerakan secara publik dalam bentuk diskusi dan seminar. Di sini, Kastrat akan bertindak punya peran untuk menawarkan wacana baru sebagai alternatif dari kebijakan yang dikritik Proses pewacanaan tersebut dapat dilakukan melalui diskusi-diskusi publik, seminar, kertas kerja, media, hingga penerbitan buku yang merangkum gagasan-gagasan kritis mahasiswa.
Berdasarkan empat fungsi tersebut, Kastrat memiliki posisi penting dalam pembuatan keputusan gerakan. Normalnya, setiap keputusan gerakan dibuat atas dasar data yang valid, analisis yang tajam, serta sikap dan strategi yang tepat Keputusan gerakan yang dibuat dengan pertimbangan kuat akan memberikan kekuatan tersendiri pada gerakan dan tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh kepentingan lain
Bab II : Kajian
1. Definisi Kajian
Menurut KBBi sendiri definisi dari mengkaji artinya belajar, mempelajari, memeriksa, memikirkan, menguji, atau menelaah. Dapat dikatakan juga bahwa mengkaji artinya memikirkan sesuatu lebih lanjut yang diharapkan dapat menciptakan suatu kesimpulan yang selanjutnya mengarah untuk melakukan suatu perbuatan
2. Fungsi Kajian (Mengapa harus membuat kajian?)
- Pengembangan wacana intelektual
- Perencanaan strategi & pergerakan
- Kajian sebagai pengarah dan pelindung
- Berfungsi dalam proses pembentukan pola berpikir dalam menganalisis isu
- Nilai intelektual yang diimplementasikan melalui penyikapan isu (menerima / menolak)
3. Manajemen dan Pemetaan Isu
a. Pembagian jenis Isu
i Isu prioritas
Isu yang ditetapkan ingin dibahas secara mendalam
ii. Isu insidental
Isu yang muncul tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi
b. Memilah dan memilih Isu
Untuk memilah dan memilih dari suatu isu bisa menggunakan metode USG, yaitu:
- Urgency
Apakah masih ada waktu?Apakah topiknya mendesak
- Seriousness
Apa dampak dari isu ini?
- Growth
Apakah memburuk jika dibiarkan?
Memilih isu juga perlu diperhatikan relevansi dari suatu isu
4. Langkah-langkah pembuatan sebuah kajian
a. Manajemen isu
- Instrumen yang dapat digunakan perusahaan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengelola isu yang muncul dan respon terhadap isu sebelum terjadi
b. Pencarian sumber, audiensi
- Tahapan yang dilalui sebelum penulisan kajian, penyusun harus mencari referensi yang merujuk pada isu yang akan dikaji. Selama proses pencarian sumber penyusun harus memperhatikan relevansi, reliabilitas, dan kredibilitas
c. Penulisan kajian
- Suatu kajian harus dituliskan secara padat, jelas, dan argumentatif. Terutama pada kajian yang dibuat untuk kepentingan advokasi, intensi dan intonasi tulisan harus diarahkan untuk meyakinkan khalayak pembaca kajian itu
d. Brainstorming dan revisi
- Pada tahap ini, pengkaji dapat menganalisis masalah dengan perspektif keilmuan yang sesuai dengan bidangnya Jika pengkaji merasa mampu menganalisis suatu masalah berdasarkan perspektif disiplin ilmunya sendiri, tidak menjadi masalah. Selama proses brainstorming pengkaji harus mau menerima dan mempertimbangkan analisis dari pengkaji lain
e. Edukasi, propaganda, menentukan sikap, advokasi
- Penentuan perspektif analisis merupakan perdebatan klasik tentang hubungan kajian dan penyikapan masalah Penentuan sikap terhadap suatu masalah harus ditentukan berdasarkan kajian terlebih dahulu Namun, poin krusialnya terletak pada perspektif analisis yang dipilih oleh pengkaji Hasil akhir dari suatu kajian sudah dapat diperkirakan dengan melihat perspektif apa yang dipakai untuk menganalisis masalah tersebut.
- Setelah kajian rilis pembaca dapat menilai hasil kajian tersebut, isi dari kajian dengan argumentasi yang kuat dan logis dapat memberikan respon ketertarikan yang membuat pembaca menjadi satu pemikiran dengan pengkaji. Pada titik ini kajian memiliki nilai edukasi dan propaganda
5. Isi Kajian minimal
- Latar belakang
- Status quo vs kondisi ideal
- Landasan hukum
- Upaya yang sudah dilakukan
- Permasalahan
- Pro dan kontra suatu kebijakan
- Daftar masalah yang ada dalam situasi
- Analisis
- Situasi perlu untuk diubah, disesuaikan, atau sudah baik?
- Perbandingan regulasi
- Perbandingan dengan kondisi di tempat/waktu lain
- Kesimpulan
- Solusi dan/atau rekomendasi kebijakan
Bab III :Advokasi dan Lobbying
1 DefinisiAdvokasi, Negosiasi, Lobbying,Audiensi
1. Advokasi
Advokasi menurut Webster’s New Collegiate Dictionary berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Bidang kesehatan mulai mengadopsi konsep advokasi saat WHO pada tahun 1984 merumuskan salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan Pada rumusan tersebut terdapat 3 strategi pokok,yaitu advocacy, social support, dan empowerment Advokasi merujuk kepada dua pengertian, yaitu, pertama, pekerjaan atau profesi dari seorang advokat, dan kedua, perbuatan atau tindakan pembelaan untuk atau secara aktif mendukung suatu maksud Pengertian pertama berkaitan dengan pekerjaan seorang advokat dalam membela seorang kliennya dalam proses peradilan untuk mendapatkan keadilan. Pengertian advokasi yang pertama ini lebih bersifat khusus sedangkan pengertian kedua lebih bersifat umum karena berhubungan dengan pembelaan secara umum, memperjuangkan tujuan atau maksud tertentu. Dalam konteks advokasi untuk mempengaruhi kebijakan publik, pengertian advokasi yang kedua mungkin yang lebih tepat karena objek yang di advokasi adalah sebuah kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan publik atau kepentingan anggota masyarakat.
2 Negosiasi
Menurut KBBI, definisi negosiasi yaitu proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak yang lain; penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa
Dengan kata lain, negosiasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu mufakat yang dapat diterima oleh kedua belah pihak Negosiasi dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dalam dua hal yaitu kompromi dan kompetisi. Kompromi adalah situasi dimana kedua pihak saling memberikan kepercayaan dan menyesuaikan diri dan dapat dicapai situasi dimana kedua pihak sama-sama diuntungkan (win-win solution) Sementara pada kompetisi, hanya ada satu pihak yang akan mencapai tujuannya (i win and you lose).
Negosiasi diperlukan ketika kepentingan suatu pihak tergantung pada sikap pihak lain yang juga memiliki atau berhubungan dengan kepentingan-kepentingan tersebut dan harus dicapai dengan kerjasama kedua belah pihak. Contoh negosiasi di lingkungan kampus yaitu masalah penurunan atau keterlambatan pembayaran uang kuliah tunggal (UKT), jadwal ujian, pengadaan suatu event di kampus, dan sebagainya
Lobbying
Lobi bukan sebagai pertukaran (pembelian suara) atau persuasi (pensinyalan informatif) tetapi sebagai bentuk subsidi legislatif –hibah yang serasi dari informasi kebijakan, intelijen politik, dan kerja legislatif kepada perusahaan legislator yang dipilih secara strategis Tujuan politik terdekat dari strategi ini bukanlah untuk mengubah pikiran pembuat undang-undang tetapi untuk membantu sekutu alami dalam mencapai tujuan mereka sendiri yang kebetulan Teori ini bentuknya sederhana, realistis dalam asumsi utamanya, dan berlawanan dengan intuisi dalam implikasi utamanya Secara empiris, model tersebut membuat keteraturan anomali yang dapat dipahami dan diprediksi
4. Audiensi
Dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah “hearing” Dalam audiensi, dilakukan kunjungan resmi atau kehormatan terhadap suatu badan/tokoh tertentu (dalam hal ini, stakeholders, atau sekutu advokasi) dalam ranah Kastrat biasanya dilakukan untuk mulai dari menjadi ajang advokasi, sekedar berbagi informasi, sampai mendengar sharing ilmu dari pakarnya Audiensi biasa dijadikan ajang melakukan advokasi
2. Advokasi
a Prinsip DasarAdvokasi
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi
1 Realistis
- Bersandar pada isu dan agenda yang spesifik, jelas, dapat terukur
2 Sistematis
- Harus berlandaskan perencanaan yang akurat dan skala prioritas.
- Media harus dilibatkan secara efektif
3 Taktis
- Pembangunan koalisi dengan pihak lain berdasarkan kesamaan kepentingan & kepercayaan.
4 Strategis
- Melibatkan penggunaan kekuasaan
- Melibatkan pemetaan dan pengidentifikasian kekuatan kita dan “lawan”, serta pemetaan stakeholders
5 Berani
- Berlandaskan kepercayaan diri yang kuat.
b Strategi dan Persiapan, Pelaksanaan, dan EvaluasiAdvokasi
1 Strategi dan PersiapanAdvokasi
3
Penyusunan bahan yang didapat dari riset serta pembuatan strategi advokasi sesuai dengan prinsip dan metode advokasi.
2 PelaksanaanAdvokasi
Mengimplementasikan advokasi melalui audiensi
3 EvaluasiAdvokasi
Dalam mengevaluasi advokasi, kita dapat menilai keberhasilan advokasi melalui 2 faktor berikut:
1. Secara de Jure
Dikeluarkannya peraturan mengenai hal yang kita audiensikan
2 Secara de Facto
Adanya peningkatan anggaran dari yang kita audiensikan.
3 Lobbying
Lobbying adalah upaya advokasi dalam bentuk informal yang dilakukan pihak pertama untuk menarik dukungan atau mendorong pihak kedua yang memiliki kuasa sehingga kepentingan pihak pertama tersebut dapat tercapai Dikarenakan bersifat informal, lobbying juga bersifat fleksibel karena dapat dilakukan tidak terbatas tempat dan waktu serta sederhana bahkan dapat dilakukan hanya antar dua orang.
Sebelum lobbying
Untuk melakukan lobbying yang baik, pelobi perlu melakukan persiapan yang matang. Dibutuhkan riset mengenai siapa pihak yang perlu dilobi Apabila sudah didapatkan, perlu dicari personal interest dari lawan bicara agar membuat pembicaraan menjadi tidak kaku Kita juga perlu untuk mengetahui bagaimana pandangan atau stance pihak yang akan dilobi mengenai topik yang akan kita bawakan. Jangan sampai kita melobi pihak yang sangat keras berlawanan dengan pandangan kita karena kemungkinan gagalnya cukup besar Pesan lobi yang akan disampaikan harus singkat, padat, dan jelas Pesan harus mampu menggugah lawan bicara agar mereka tertarik untuk mendukung apa yang menjadi kepentingan kita. Pesan harus lengkap berisi pandangan, argumen pendukung, data pendukung, dan juga cerita pribadi yang relevan
Saat lobbying
Dikarenakan sifatnya yang informal, anggap saja lobbying seperti sedang ngobrol dengan seseorang yang lebih tua Lobbying dapat dilakukan dengan singkat dan to the point, tentunya setelah memperkenalkan diri dan menyebutkan maksud serta tujuan Setelah memaparkan mengenai isu yang kita ingin sampaikan, tanyakan pendapat dari pihak yang dilobi, mengenai apakah mereka akan membantu mendukung atau tidak Jika mereka ragu-ragu, tanyakan apa data yang perlu diberikan untuk meyakinkan Jika mereka tidak bersedia, ucapkan terima kasih karena sudah bersedia bertemu.
Setelah lobbying
Jika pihak yang dilobi bersedia membantu mendukung, lakukan follow-up dengan sopan dan tidak terkesan membuat terburu-buru.
Audiensi
TeknikAudiensi
1 SebelumAudiensi
Dalam merencanakan audiensi selain mempersiapkan materi yang akan dipaparkan pada saat pelaksanakan, juga harus menyiapkan surat permohonan audiensi kepada pihak terkait Isi surat permohonan harus jelas mengenai maksud dan tujuan kegiatan Setelah surat permohonan dikirimkan kepada pihak terkait, pemohon harus melakukan follow up agar tidak terbengkalai.
2 PelaksanaanAudiensi
Saat melaksanakan audiensi, paparkan materi yang sebelumnya telah dipersiapkan serta pernyataan sikap yang diambil. Jangan lupa untuk menuliskan notula selama audiensi berlangsung sebagai dokumentasi tertulis dan sebagai alat untuk meninjau hasil keputusan rapat
3 SetelahAudiensi
Setelah ada feedback dari stakeholder dan audiensi selesai, evaluasi kembali hasil audiensi
4
BAB IV. Publikasi dan Propaganda
1.Definisi Publikasi dan Propaganda
■ Publikasi
Menurut KBBI, publikasi memiliki arti yang sama dengan pengumuman dan/atau penerbitan. Dalam konteks kastrat, publikasi memiliki arti mengumumkan atau menerbitkan kajian isu ke ranah publik Publikasi kajian ini berbentuk infografis yang mencakup poin-poin penting dalam kajian isu dan/atau tulisan singkat berisi fakta dan opini yang merangkum substansi kajian isu terkait. Selain itu, publikasi dapat memiliki arti menerbitkan suatu hasil audiensi dan/atau advokasi kepada publik
■ Propaganda
Propaganda berasal dari kata latin “propagare” yang artinya menyebar, berkembang, atau mekar Kata ini muncul dari kalimat Congregatio de propaganda fide atau Congregation for the Propagandation of Faith tahun 1622 ketika Paus Gregorius ke-XV mendirikan organisasi yang bertujuan mengembangkan agama katolik Roma di Italia dan negara lain Menurut KBBI sendiri, propaganda memiliki arti sebagai penerangan suatu hal yang berprinsip pada mengubah keyakinan orang akan hal tersebut. Propaganda memiliki hubungan erat dengan pengaruh (memberikan pengaruh) Dalam konteks kastrat, propaganda adalah cara-cara yang dilakukan orang dan/atau kelompok orang untuk memberikan pengaruh kepada orang dan/atau kelompok orang lain agar persepsi orang dan/atau kelompok orang lain ini terhadap suatu isu dapat berubah
2.
Fungsi Publikasi dan Propaganda
■ Publikasi
Publikasi memiliki fungsi untuk memudahkan publik dalam mengakses suatu kajian/substansi kajian itu sendiri, sehingga publik tidak mengalami kesulitan dalam mengetahui suatu isu Selain itu, publikasi juga bertujuan sebagai bentuk transparansi suatu audiensi dan/atau advokasi Pada akhirnya, publik dapat mengetahui dan mengevaluasi hasil audiensi dan/atau advokasi suatu isu
■ Propaganda
Propaganda memiliki fungsi untuk mengubah persepsi orang dan/atau kelompok orang lain akan suatu status quo isu, yang diharapkan, persepsi baru ini sejalan dengan orang/kelompok orang yang memiliki kepentingan untuk mengubah suatu status quo. Sehingga, dalam proses mengubah status
quo yang dilakukan oleh orang/kelompok orang ini mendapatkan resistensi yang minimal atau bahkan tidak ada dari orang dan/atau kelompok orang lain ini.
Hal yang harus diperhatikan dalam propaganda adalah, propaganda ini hanyalah sebuah alat Kita belum bisa menentukan baik buruknya suatu propaganda tanpa informasi yang lengkap seperti tujuan propaganda sampai dengan tujuan dari suatu pergerakan tersebut, komunikator propaganda, audiens propaganda, media yang digunakan dalam propaganda, sampai dengan respon dari propaganda tersebut
3.Prinsip Propaganda
Propaganda memiliki prinsip bahwa, untuk mengubah persepsi orang dan/atau kelompok orang lain akan suatu isu membutuhkan teknik komunikasi publik yang sesuai dengan sosial budaya orang dan/atau kelompok orang lain, persuasif, berulang-ulang (konsisten), dan mudah untuk menarik atensi banyak orang Ketika kita memahami prinsip propaganda dengan matang, kita dapat melihat berbagai macam bentuk propaganda, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Hal yang harus diperhatikan dalam propaganda dapat dirumuskan dengan 5K sebagai berikut
■ Komunikator
Komunikator atau penyampai pesan, merupakan seorang pelaku dari sebuah propaganda Seorang komunikator yang baik haruslah menguasai teknik-teknik komunikasi publik, dan bergerak secara adaptif apapun kondisinya. Oleh karena itu, komunikator harus menguasai beberapa hal yang sangat berkaitan erat dengan propaganda Beberapa hal ini adalah bahasa-bahasan lebih lanjut mengenai Komunikan, Konteks, Konten, dan Kanal.
■ Komunikan
Ketika menyusun atau ingin mengenali suatu propaganda, kita harus mengenali siapa komunikan alias audiens propaganda secara mendalam. Mengenali audiens berarti kita harus menggali informasi mengenai audiens/potensi audiens propaganda terkait dengan ideologi yang dianut, keadaan politik audiens, dinamika sosial-budaya audiens, sampai dengan kekuatan audiens untuk mengagitasi orang dan/atau kelompok orang lain. Tujuan dari mengenali audiens ini adalah untuk memudahkan propaganda supaya dapat diterima dengan baik, bahkan disambut dengan suka cita oleh lubuk hati audiens yang mendalam, sehingga audiens memiliki resistensi yang minimal, bahkan tidak melawan sama sekali
Ketika propaganda sudah diluncurkan, hal yang harus diperhatikan juga adalah respon dari audiens Respon ini berguna sebagai evaluasi dari suatu propaganda, apakah audiens menanggapi propaganda tersebut dengan positif atau malah menjadi senjata makan tuan bagi komunikatornya
Sehingga, dalam propaganda selanjutnya, propaganda dapat diterima dengan lebih mudah lagi oleh audiens.
■ Konteks
Propaganda yang matang memiliki konteks yang sesuai dengan kepentingan pembuat propaganda itu sendiri. Konteks ini sangat berhubungan dengan status quo isu dan perubahan yang diinginkan oleh pembuat propaganda Kenali status quo-nya dan tujuan yang diinginkan Ketika status quo dan perubahan sudah dikenali, dan bahkan isunya sudah dikaji dengan mendalam, propaganda tersebut dapat dieksekusi dengan matang untuk pihak yang memiliki kepentingan atau dapat dikenali (dan dilawan) oleh audiens
■ Konten
Propaganda yang mampu menarik atensi biasanya berisi bahasa-bahasa yang… seksi! (kalau tidak mau disebut provokatif). Selain itu, propaganda yang menarik juga menggunakan ilustrasi-ilustrasi yang mampu diterima oleh audiens Oleh karena itu, konten ini juga berhubungan dengan audiens Untuk mengenali dan/atau menyusun propaganda, kita membutuhkan kecakapan berbahasa yang matang dan kemampuan untuk menilai ilustrasi dalam propaganda terkait dengan penerimaan secara sosial oleh audiens terhadap ilustrasi tersebut, sehingga kita mampu menyusun dan/atau mengenali propaganda di ruang publik dengan baik
■ Kanal
Pembuat propaganda membutuhkan kanal untuk menyampaikan pesannya. Untuk mengirimkan propaganda secara optimal, pembuat propaganda harus mempelajari bentuk-bentuk kanal yang tersedia, mempelajari panduan komunitasnya, mempelajari bagaimana kanal tersebut mempromosikan konten-konten populer, sampai dengan mempelajari bagaimana kanal tersebut dapat menghubungkan audiens dengan konten secara intens Dengan mempelajari seluk beluk kanal yang tersedia, propaganda yang dikirimkan melalui kanal tersebut dapat terhubung dengan audiens secara lokal hingga internasional. Dengan begitu, diharapkan, propaganda tersebut bisa mendapatkan penerimaan yang lebih luas lagi
4.Bentuk Propaganda
Propaganda memiliki beragam bentuk Ada yang bersifat, “memerlukan pemikiran lebih lanjut,”, ada juga yang bersifat, “langsung saja kita call-out namanya!” Bentuk-bentuk propaganda yang ada dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari pembuat propagandanya Selain itu, mungkin saja, kita dapat menciptakan bentuk baru dari propaganda itu
sendiri! Namun, sebelum kita mengenali bentuk-bentuk tersebut secara spesifik, mari kita bahas karakteristik propaganda secara umum.
■ Manipulasi
Beberapa ahli menilai bahwa, propaganda adalah salah satu teknik komunikasi publik yang berfokus pada manipulasi perspektif audiens. Manipulasi ini sangat berhubungan erat dengan bagaimana otak memproses suatu informasi, bagaimana prior knowledge memengaruhi bias informasi; bagaimana hal-hal seperti ini sangat berkaitan erat dengan ilmu kedokteran, terutama ilmu neurosains Oleh karena itu, untuk memahami propaganda, untuk memahami bagaimana suatu pesan, suatu rangsang dapat memengaruhi respon otak, kita juga perlu mendalami neurosains
■ Psikologis
Propaganda juga dinilai berperan dalam memainkan psikologi individu hingga massa. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa dan ilustrasi propaganda yang agitatif Aspek psikologis ini juga berhubungan dengan bahasan sebelumnya terkait dengan manipulasi perspektif, yakni terkait dengan bagaimana otak memengaruhi suatu informasi yang datangnya cepat dan terus menerus.
Jika otak mendapatkan stimulus yang sangat berhubungan dengan rasa takut (yang tentu saja dipengaruhi dengan prior knowledge), maka aktivitas amigdala dapat mengalami peningkatan yang dapat dideteksi melalui MRI. Peningkatan aktivitas ini sering disebut sebagai pembajakan amigdala (Morelli et al , 2020) Ketika pembajakan ini terjadi, respon yang dihasilkan manusia adalah ketakutan sampai dengan ketidakmampuan manusia untuk memproses informasi dengan lebih matang dan kritis (Horowitz, 2014)
■ Retorika dan Logika
Beberapa studi menyebut bahwa propaganda-propaganda yang selama ini ada di publik merupakan kesalahan dalam berlogika secara kompleks Akan tetapi, ketika karakteristik ini sudah dikenali, kesalahan dalam berlogika ini tetap saja dilakukan karena, mengagitasi massa; mengagitasi “insting kebinatangan” manusia lebih mudah jika dibandingkan dengan mendekonstruksi hal-hal kompleks. Hal ini memerlukan pembahasan di bab tersendiri mengenai rekayasa sosial politik, suatu materi ilmu sosial dan politik yang berhubungan erat dengan propaganda Oleh karena itu, kita dapat gali lebih dalam melalui antropologi manusia, dan mungkin, sampai dengan dihubungkan dengan ilmu kedokteran terkait neuroanatomi, terutama mengenai sifat-sifat manusia purba yang diturunkan kepada manusia modern.
Secara spesifik, bentuk propaganda yang ada di masyarakat saat ini dapat diidentifikasi melalui lampiran berikut
konsisten mampu mengamplifikasikan pesan-pesan dalam pergerakan Untuk melakukan publikasi kegiatan kastrat, kita dapat memanfaatkan platform-platform sebagai berikut
■ Kompasiana
■ Medium
■ Asumsi(dot)co
■ Twitter
■ Instagram
■ LINE OfficialAccount
■ Blog Pribadi Kastrat
■ Blog Milik Senat Mahasiswa/Badan Eksekutif Mahasiswa/Himpunan Mahasiswa
■ Mading Mahasiswa
■ Podcast
5
6.Cara Pembuatan Press Release
Rilis pers berkaitan erat dengan suatu kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan rilis pers biasanya berkaitan dengan kemaslahatan banyak orang Hal ini diperlukan agar publik dapat mengetahui secara pasti detail kegiatan yang sudah dilaksanakan, meskipun publik tidak mengikuti kegiatan tersebut
Secara garis besar, rilis pers dapat didekonstruksi dalam beberapa poin sebagai berikut
■ When; kapan kegiatan tersebut dilaksanakan
■ What; apa kegiatan/jenis kegiatan yang dilaksanakan
■ Who; siapa yang melaksanakan kegiatan tersebut, siapa saja yang hadir dalam kegiatan tersebut
■ Where; di mana kegiatan tersebut dilaksanakan
■ Why; mengapa kegiatan tersebut dilaksanakan
■ How; bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana jalannya kegiatan tersebut, bagaimana situasi dan kondisi ketika kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana kesimpulan dari kegiatan tersebut Rilis pers dapat dikonstruksikan dalam bentuk rangkuman paragraf, poin-poin, sampai dengan penjabaran kegiatan secara lengkap Rilis pers biasanya berisi empat sampai dengan maksimal lima paragraf. Selain itu, rilis pers juga biasanya mencakup 300 s d 800 kata Hal yang perlu diingat dalam pembuatan rilis pers adalah, rilis pers harus bersifat tepat sasaran, artinya, rilis pers harus menggambarkan sesuatu yang ingin disampaikan dengan jelas, objektif, dan terang
Secara umum, konstruksi sebuah rilis pers dapat dirumuskan dalam poin-poin sebagai berikut
■ Logo Organisasi/Kop
■ Kontak Organisasi; berhubungan dengan departemen relasi publik
■ Judul Rilis Pers
■ Subjudul
■ Tanggal perilisan
■ Pengenalan; paragraf pertama
■ Isi; detil-detil yang relevan dengan apa yang ingin disampaikan kepada publik
■ Penutup
BAB V:Aksi
Dalam KBBI Aksi diartikan sebagai Gerakan, Tindakan, ataupun Sikap. Menurut Max Weber, Semua tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang bisa
dianggap sebagai tindakan/aksi sosial jikalau perilaku tersebut mampu menjadi
pertimbangan/pengaruh kepada perilaku orang lain, serta berorientasi pada perilaku kepada kelompok masyarakat lainnya.
Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki 5 fungsi utama yaitu Iron stok, Social Control, Agent of change, Moral Force, dan Guardian of Value maka aksi adalah salah satu usaha mahasiswa untuk menjalankan fungsi dan perannya dimasyarakat. Selain itu mahasiswa sejatinya memiliki jati diri yang harus dipertahankan. Secara filosofis, kita adalah pemuda dengan semangat membara, hati nurani bersih, dan intelektualitas terasah. Kita memiliki kapasitas dan kapabilitas tertentu sebagai seorang mahasiswa, baik dari segi keilmuan, pengalaman, ataupun aspek-aspek lain yang harus menjadi bahan pertimbangan ketika kita melakukan sebuah aksi. Segala bentuk aksi yang kita lakukan jangan sampai ditunggangi oleh kepentingan yang tidak sesuai dengan idealisme dan jati diri mahasiswa.
Perlu digaris bawahi sebaiknya aksi mahasiswa turun kejalan ataupun melakukan demonstrasi merupakan langkah terakhir apabila usaha lain seperti advokasi dan negosiasi kepada pemangku kebijakan gagal mencapai kesepakatan bersama. Dalam pelaksanaanya, manajemen aksi bisa dirangkum dalam 3 tahap yaitu Pra-aksi, aksi, dan Pasca-aksi.
1. Pra-Aksi
Dalam tahapan pra-aksi ada 5 komponen yang harus diperhatikan yaitu 4M, Man, Material, Method, dan Money Kelima komponen ini harus diperhatikan serta dipersiapkan sedemikian rupa agar aksi bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan utama mahasiswa.
a. Man
Jumlah peserta atau massa aksi menjadi hal penting dalam menjalankan sebuah aksi. Massa yang banyak dapat mencerminkan keseriusan dan urgensi sebuah isu. Semakin banyak massa aksi maka semakin banyak pula mahasiswa yang resah dan paham akan sebuah masalah yang ada dimasyarakat saat itu. Selain itu jumlah massa yang banyak juga dapat memberikan tekanan yang lebih tinggi kepada stakeholder yang menjadi target aksi.
b. Material
Sebelum melakukan sebuah aksi tentunya perlu diperhatikan konteks dan tujuan dari aksi yang dilakukan. Tahap konsolidasi merupakan tahapan
penting sebelum melakukan aksi, pembuatan kajian dan propaganda merupakan hal yang harus dilakukan untuk menguraikan dan mencerdaskan masyarakat tentang isu yang sedang diangkat. Aksi mahasiswa harus didasari kajian yang kuat agar tuntuntan yang diminta sesuai dengan kondisi dan realita yang ada berlandaskan intelektualitas dan kepentingan bersama.
c. Method
Metode yang digunakan dalam melakukan aksi merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah aksi. Ada beberapa metode yang sering kali digunakan diatantaranya yaitu aksi sosial, Panggung aspirasi, Long march, aksi sosial media, bahkan anarkisme. Saat penulisan pedoman ini dibuat, aksi media sosial merupakan aksi yang lebih mudah untuk dijangkau serta memiliki dampak yang paling besar. Kuatnya peran media sosial untuk mengubah prespektif orang akan sebuah isu menjadi senjata kuat dalam menjalankan sebuah aksi dan propaganda. Apabila aksi akan dilakukan secara langsung(turun kejalan) maka teknis aksi perlu dipersiapkan mulai dari rundown acara, titik kumpul, dan segala bentuk atribut aksi lainnya.
d. Money
Tidak bisa dipungkiri bahwa uang merupakan hal penting dalam melaksanakan sebuah kegiatan apapun. Meskipun pergerakan dan aksi mahasiswa seyogyanya tidak dibiayai oleh pihak manapun melainkan aksi mahasiswa biasanya dilakukan secara sukarela demi memperjuangkan kepentingan bersama, namun faktor uang merupakan hal penting untuk membiayai mobilisasi massa dan logistik. Maka dari itu BEM atau HIMA tetap perlu mempersiapkan dana yang cukup untuk melakukan sebuah aksi.
2. Aksi
Dalam pelaksanaan aksi ada beberapa peran yang harus diisi diantaranya :
1. Koordinator lapangan (KORLAP)
Korlap bertugas menjadi komando tertinggi, mengkoordinir dan mengatur massa aksi dalam menjalankan rencana aksi yang sudah disepakati bersama.
2. Orator
Orator berperan dalam meningkatkan bara semangat aksi serta menyampaikan aspirasi mahasiswa didepan publik.
3. Tim Publikasi
Tim publikasi berperan dalam segala bentuk publikasi dan blow-out media terkait aksi tersebut.
4. TimAdvokasi
Tim Advokasi berperan sebagai tim yang akan melakukan advokasi kepada stakeholder bila mahasiswa bisa mendesak ataupun membuat stakeholder duduk bersama mahasiswa untuk membahas permasalahan yang ada.
5. Tim Medis
Tim medis berperan dalam mengangani segala bentuk kejadian yang bersangkutan dengan medis bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi saat aksi berlangsung.
6. Tim Logistik
Tim logistik berperan dalam mempersiapkan segala perlengkapan seperti banner, bendera, dan properti aksi lainnya sampai konsumsi untuk perserta aksi.
7. TimTransportasi
Tim transportasi bertanggung jawab atas mobilisasi massa aksi seperti kendaraan dan lain sebagainya.
8. Tim keamanan
Tim keamanan bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan peserta aksi. Tim keamanan harus memastikan jumlah peserta yang datang sama dengan jumlah peserta saat pulang.
3. Pasca-Aksi
Setelah aksi dilakukan, perlu dilakukan beberapa hal terkait kegiatan tersebut
1. Evaluasi
Setelah melakukan aksi tentunya diperlukan evaluasi terkait apa yang terjadi selama aksi agar dapat menjadi pembelajaran untuk aksi selanjutnya yang akan dilakukan.
- Berapa jumlah massa yang ikut dalam aksi ?
- Hal apa saja yang terjadi saat aksi ?
- Apakah aksi yang dilakukan membuahkan hasil yang diinginkan ?
- Apakah aksi yang dilakukan sudah efektif ?
2. Rekomendasi dan Pengawalan Isu
:
Setelah dilakukan evaluasi tentunya diperlukan rekomendasi agar segala pergerakan bisa diteruskan oleh generasi selanjutnya apabila aksi yang dilakukan masih belum membuahkan hasil yang diinginkan. Selain rekomendasi pengawalan isu juga harus terus dilakukan agar publik tetap paham dan ingat akan sebuah masalah yang ada serta isu tidak tenggelam atau tertutupi oleh isu-isu lainnya.
“MERAWAT INGAT MENOLAK LUPA, PANJANG UMUR PERJUANGAN, SALAM MAHASISWA!!!”
Referensi
Horowitz, S , 2014 Emotional Intelligence - Stop Amygdala Hijackings [ebook]
Massachusetts: Family Business Center Available at: <http://brahmanati weeblycom/uploads/4/2/8/5/42858979/family business ce nter -amygdala hijackings.pdf> [Accessed 5 February 2022].
Kbbi kemdikbud go id 2022 Hasil Pencarian - KBBI Daring [online] Available at: <https://kbbi kemdikbud go id/entri/propaganda> [Accessed 4 February 2022]
Kbbi.kemdikbud.go.id. 2022. Hasil Pencarian - KBBI Daring. [online] Available at: <https://kbbi kemdikbud go id/entri/Publikasi> [Accessed 4 February 2022]
Lock, I and Ludolph, R , 2019 Organizational propaganda on the Internet: A systematic review Public Relations Inquiry, 9(1), pp 103-127
Malhan, M. and Dewani, P., 2020. Propaganda as Communication Strategy: Historic and Contemporary Perspective Academy of Marketing Studies
Journal, [online] 24(4) Available at: <https://www.abacademies.org/articles/propaganda-as-communication-strate gy-historic-and-contemporary-perspective-9525.html> [Accessed 4 February 2022]
Morelli, N , Rota, E , Immovilli, P, Spallazzi, M , Colombi, D , Guidetti, D and Michieletti, E., 2020. The Hidden Face of Fear in the COVID-19 Era: The Amygdala Hijack European Neurology, 83(2), pp 220-221
PRWeb 2022 Editorial Guidelines for News Releases | PRWeb [online] Available at: <https://service prweb com/resources/article/editorial-guidelines/> [Accessed 5 February 2022].
Ressler, K , 2010 Amygdala Activity, Fear, and Anxiety: Modulation by Stress
Biological Psychiatry, 67(12), pp 1117-1119
Vlăduţescu, Ş., 2014. Communicational Types of Propaganda. International Letters of Social and Humanistic Sciences, 33, pp 41-49