
7 minute read
Revenge
from ARTIKEL HOROR
by Nath Zalina

Caramel gadis tomboy itu melangkah kaki masuk ruangan loker di sekolah. Setelah tadi masih tampak ramai oleh beberapa teman yang juga masih berada didalam. Cara membereskan pakaian seseorang memanggil Cara.
“Hai Cara…!” ucap salah seorang teman Cara.
“Ada apa ya Melova?”
“Gak papa aku cuma pengen bilang kamu beruntung dapetin Navin, anak basket yang digilai para cewek-cewek.”
“Ah nggak kali! Ini bukan sebuah keberuntungan gue tapi ini takdir dari tuhan buat gue sama dia.” jawab Cara menjelaskan.
Semua teman aku sudah keluar, tinggal aku sendiri. Cara mendengar hentakan kaki. Rasa penasaran muncul dibenak Cara. Tiba-tiba buluk kuduk Cara merinding saat melihat bayangan sekilas lewat. Hentakan kaki berdegung di telinga Cara. Setelah ganti baju Cara membereskan barang-barang tepat saat itu ketakutan Cara buyar. Navin tengah menunggu diluar.
“Yuk!”
“Udah selesai ujianya sayang.”
“Udahlah tadi kan baru selesai belajar.”
“Tadi aku kayak ngeliat bayangan eh ternyata kamu…!”
“Masa sih ada hantu sore-sore gini.” Cara mencoba melupakan pikiran tentang sosok aneh menghantui Cara.
“Gak mungkin cuma perasaan aku aja kali.” Cara keluar dari ruangan loker menu kafe untuk makan sebentar. Karna Cara butuh energi. Habis olahraga basket capek. Saat selesai memesan makanan Cara berbincang sebentar dengan Navin kekasihnya. Namun Cara melihat sosok bayangan itu kembali melintas cepat kilat menghilang. Kemudian Cara ketakutan lagi, dan berkeringat.
“Ada apa Car? Kenapa kamu pucat begitu.”
“Nggak cuma kecapekan habis olahraga,”
“Mau pesan minum gak air putih? Kamu tadi cuma pesan jus doang.”
“Gak usah.”
Cara merasakan kepalanya pening. Setelah melihat bayangan tadi. Seperti melihat sosok orang yang Cara kenal. Tapi tak tahu itu sebenarnya siapa? Apa ada hubungannya dengan dimasa lalu Cara saat sma. Entahlah Cara masih bingung memikirkan. Cara jadi teringat akan Erland. Kejadian dua tahun silam saat sahabat Cara Erland meninggal secara mendadak. Karna kecelakaan motor saat pergi ke minimarket. Sosoknya takkan terganti dihati.
“Kamu kenapa sayang? Kamu minum air dulu aku pesanin ya.” Kepala Cara sakit dan memutuskan pulang.
Cara teringat kejadian saat berada di jalan Casablanca untuk membuat filem horror. Erland memegang hendicam sedang merekam video untuk film. Lamunan Cara berhenti. “Ada apa ini kok aku ngeliat Erland?”
“Kamu masih sakit sayang? Mending kamu minum aku bawa air mineral buat kamu.” Cara meminum air putih. Perasaan Cara mulai enakan.
Setiba di rumah Cara langsung beristirahat. Tanpa menyapa sang Mami yang membuat kue bolu pesanan tetangga. Malam harinya Cara tidak bisa tidur, Cara ke kamar mandi untuk cuci muka. Tiba-tiba kran air mati Cara tidak tahu pertanda apa ini? Cara mematikan lalu menyalahkan lagi kran airnya dan ternyata kran tersebut mengeluarkan darah.
Cara berteriak dan keluar dari toilet. Perasaan Cara mulai tak enak. Banyak pertanyaan membingkai di hati Caramel.
Cara langsung berbaring di kasur. Keesokan harinya badan Cara terasa panas. Cara memilih berbaring di kasur, badannya panas mengigil. “Caramel…!’
“Iya Mi!”
Shinta membuka pintu. Menemukan Cara putrinya tengah menahan rasa sakit. Cara terlihat lesu gara-gara kejadian semalam. Tidak dapat berkata-kata Shinta langsung keluar menemui Navin.
“Caramel mana Tante?”
“Dia sakit jadi gak sekolah.”
“Kamu minta izinin Caramel aja ya Vin! Tante gak bisa masih banyak pesanan soalnya.” Jawab Shinta memberitahu Navin.
“Iya Tante.” Navin pun berciuman tangan dan pamit dengan mobil Honda jazz birunya. Navin menghilang, dari luar pagar. Navin sudah pergi ingatan masih tertuju pada kejadian semalam. Navin jadi teringat sahabat karibnya Erland. Mereka bertiga bersahabat tapi Erland telah mengenal Cara sejak sd.
Mereka bertemu di smp yang sama lalu menjalin persahabatan. Sampai Erland meninggal.
“Kamu kenapa sayang? Tadi mama dengar suara kamu teriak-teriak.”
“Mami aku… aku ngeliat Erland Ma.”
“Bukannya Erland udah mati kamu ngaco kali besok Mami bawa kamu ke dokter ya?”
“Tapi lampu mati dan Erland ajak aku mati bareng dia dan hidup bersama, aku gak mau ninggalin semuanya.” jawab Cara kembali berkeringat dingin.
“Kamu butuh istirahat aja mami tinggal ya.”
“Jangan berburuk sangka musyrik tadi lampu memang mati sayang karna kerusakan listrik…!”
“Mami gak pernah nonton film horror kalah hantu bisa menghilang kalau ada orang biar pemeran utamanya dibilang gak percaya.”
“Kamu tuh kebanyakan nonton film horror sayang sini Mami temenin kamu tidur.” Shinta terpaksa menemani Cara tidur. Jadi malam ini Cara tidur bareng Shinta. Lampu kran dimatikan tidak ada apa-apa namun saat di cermin toilet ada sesuatu bertuliskan. “Kamu Harus Mati…!”
Lagi-lagi Cara tak bisa tenang Cara harus bisa mengungkap fakta misteri ini. Memutuskan tidur.
Cara terbangun jam sudah pulang 08.00 hari Minggu Navin Sani Melova sedang menjenguk Cara. Cara kaget masih merasa takut. Badan Cara lemas, rasanya mau muntah. Makan tidak enak tidur pun tak enak.
“Kamu kenapa lagi sayang?” Navin menaruh buah-buahan dimeja.
“Kata mamamu kamu ngingau ngeliat Erland dia kan udah mati.” jawab Navin menatap wajah Cara.
“Erland itu siapa?”
“Waktu smp kamu gak sekolah bareng kita.”
“Dia sahabat karib aku juga Sani, dulu kita bestfriend forever udah kayak saudara.” Navin menceritakan tentang sosok Erland. Sani cuma bisa mengangguk.
Walaupun Sani baru tahu, Sani masih penasaran akan Erland. Bisa jadi bahan tulisannya di Mading. Karna Sani senang menulis cerita misteri.
“Tapi kamu yakin itu Erland? Apa kamu cuma rindu sama dia kita udah gak ketemu dia, apalagi jenguk dia ke makam.” jawab Navin.
“Dia datang sayang pengen ngebunuh aku.”
“Wah kayak di film-film akut…!”
“Sani jangan nakutin ah.”
Navin terdiam karna penasaran Melova menemani Cara menginap sampai pagi. Dan terpaksa pulang mengambil perlengkapan sekolah. Untung saja Melova membawa kamera handycam. Cara mencoba menghubungi Navin.
“Sayang kayaknya omongan aku gak benar aku gak yakin nih.” Angin semakin kencang lalu Cara berbalik. Di jendela ada seorang cowok tersenyum. Cara mengambil handycam. Tangan Cara bergetar.
Navin mematikan ponsel. Berpikir bahwa Cara sudah tertidur lelap. Bulukkuduk Cara merinding lagi. “Aku suka sama kamu Cara walaupun kamu tomboy, itu sejak ospek namun saat kelas tiga kamu memilih jadian dengan Navin.” ucap Erland dibalik jendela gorden, sementara Melova tengah tertidur.
“Maafin aku Erland!”
“Jangan minta maaf padaku karna aku sudah tidak membutuhkan itu aku memotret kamu secara diam-diam aku menyimpan seratus lebih di kamarku.” Erland bercerita panjang lebar.
“Kenapa kamu gak bilang? Jadi malu aku.” Cara berusaha menahan rasa takut yang menjalar. Suasana panas berubah menjadi dingin karna angin begitu kencang.
“Sekarang aku dendam sama kamu dan juga Navin, dulu aku berniat untuk membunuh kamu dan membuang mayatmu di sungai namun gagal tuhan malah mencabut nyawaku.”
“Jadi karna itu…?” Erland melanjutkan perkataannya lagi. Erland terus mengatakan beberapa hal membuat Caramel merasa semakin bersalah.
“Kamu ingat aku rela nabung kasih kamu hadiah ayahku cuma punya restoran martabak kecil, tapi kenapa kamu gak sedikit pun hargai aku waktu aku ngasih hadiah itu kamu malah naruh di meja dan cuma bilang makasih…!”
“Iya aku tau aku banyak salah sama kamu maafin aku.”
“Tapi sorry aku udah dikasih sama Navin gakpapa kan,” kalimat itu tergiang di otak Cara.
Erland pergi. Meninggalkan Cara. Rasa perih mulai menghantui Cara. Memang cinta membuat kita sulit mengerti, tapi gak sepenuhnya semua orang salah mereka berhak memilih walau harus menerima kenyataan pahit. Karna sesungguhnya cinta tak bisa dipaksa.
Keesokan paginya Cara melihat rumah sepi ternyata Mama dan Papanya sudah tak bernyawa. Mereka meninggal. Cara tidak tahu penyebab pastinya? Tapi keduanya mati secara mengenaskan. Cara menangis histeris.
“Mama…!”
“Papa…!”
Semenjak kedua orangtua Cara meninggal. Cara memilih tinggal di rumah Kak Mada di Surabaya. Meninggalkan Navin memutuskan LDR. Cara mau mencari suasana baru.
Saat malam tiba Cara tidak dapat tidur. Hanya ketakutan yang datang. Cara melihat Erland. Erland mencekik Cara dengan tangannya. Cara seakan sulit tuk bernafas. Ternyata uztadz Rahmat datang. Ustadz Rahmat memberi dia dan membuat Erland kebakar. Semenjak itu Cara sering menyekar ke makam kedua orangtuanya termaksud Erland.
“Erland sekali lagi maafin aku cinta gak bisa dipaksakan ini yang terbaik buat kita.”
“Kamu tetap sahabat terbaikku…!” ucap Navin.
“Walaupun aku gak bakalan bisa membalas cintamu.”
“Makasih Erland udah jadi teman kita jasamu akan selalu aku kenang.” Cara dan Navin meninggalkan kuburan Erland. Erland tampak tersenyum dan pergi menuju ke sebuah cahaya putih.
Selesai