2 minute read

Hujan

Next Article
Mama

Mama

Hujan turun dengan derasnya pada pelajaran jam terakhir hari ini. Aku berusaha untuk tetap memperhatikan penjelasan bu Wulan walaupun rasanya mataku sudah akan lengket satu sama lain. Kulirik Vino yang duduk di sebelahku, anak itu sedang terdidur nyenyak, dengan posisi aman yang tak kelihatan bu Wulan. Suasana kelas yang hening, suara hujan, cuaca yang dingin dan ruang kelas yang gelap karna lampunya mati membuatku benar-benar ingin tidur juga.

“krekkkkk” suara seperti garukan pada meja yang berasal dari belakangku membuatku terkejut setengah mati. Aku tidak berani menoleh karena aku tau aku dan Vino berada pada bangku paling belakang dan tak ada meja rusak di belakang kami.

“krek… Krekkk.. Krekkk..” suara garukan itu semakin besar, namun setelah kuperhatikan, seluruh kelas yang tetap sama seperti sebelumnya, membuatku takut setengah mati. Apa hanya aku yang mendengar suara itu, aku bertanya-tanya. Suara tadi hilang untuk beberapa saat, namun di detik berikutnya kurasakan seperti ada sebuah tangan yang sangat dingin memegang pundakku, aku ingin berteriak tetapi mulutku seperti terkunci.

Aku mengucap syukur ketika Vito membuka matanya dan kemudian menatapku. Namun rasa syukur itu mulai menghilang ketika pupil mata Vito mulai berubah menjadi hitam seluruhnya. Vito mulai meringis secara perlahan seolah olah ingin membuatku merekam senyuman itu. Aku mulai berontak, berharap gerakanku menimbulkan perhatian teman temanku yang lain. Namun sekeras apapun aku berusaha, hasilnya nihil.

Tangan dingin tadi kemudian mengarah ke leherku dan mulai mencekikku, kuku kuku panjang itu mulai menusuk menembus kulit leherku. Aku panik, napasku mulai tersenggal senggal, kepalaku pusing dan mataku perlahan lahan mulai menutup. Suatu kutipa kemudian muncul di kepalaku. Hujan itu bukan hanya membawa ketenangan tetapi juga menyimpan misteri besar untukmu.

Tamat

https://playslots88won.app/

This article is from: