PLANO NEWS RESILIENSI DESA SERIES: Edisi September

Page 1

plano news edisi september

RESILIENSI DESA DIVISI KEILMUAN & KEPROFESIAN HMP PL ITB KOMISARIAT



outline deďŹ nisi & paradigma resiliensi framework resiliensi resiliensi desa referensi

1


plano news

: resiliensi desa

Ada tiga pengartian resiliensi yang biasa digunakan (Martin & Sunley, 2015), sebagai berikut:

Definisi dan Paradigma Resiliensi Kata resiliensi/ketahanan sudah digunakan dari sejak lama dan digunakan bukan hanya di perencanaan wilayah dan kota, tetapi juga di ekologi, geografi, teknik, ekonomi, psikologi, dan sosiologi. Kata resiliensi pertama kali digunakan dalam menggambarkan kesehatan dan kualitas hidup manusia, tetapi seiring berjalannya waktu, kata resiliensi ini digunakan di berbagai bidang, sehingga menimbulkan kompleksitas definisi resiliensi itu sendiri. Resiliensi berasal dari Bahasa Latin “Resilire” yang artinya tangguh. Jika dicari di KBBI online [Diakses 26 September 2020], tidak ditemukan kata resiliensi karena di Indonesia diterjemahkan menjadi ketahanan. Walaupun tidak ada di dalam KBBI itu sendiri, tetapi kata resiliensi digunakan dalam journal-journal di Indonesia

2

Resilience as “bouncing back” Ini biasa disebut juga dengan “engineering resilience” atau resiliensi teknis, dimana digunakan untuk menggambarkan situasi setelah shock (secara komunitas ataupun keadaan fisik sebuah wilayah), sistem akan kembali ke keadannya seperti sebelum shock, atau tidak. Sehingga fokus dari definisi resiliensi disini adalah efisiensi, kekonstanan, dan predikitibilitas dari struktur, instrument/alat, dan sistem itu sendiri. Di dalam ekonomi, resiliensi ini digambarkan sebagai self-restoring equilibrium. Resilience as the “ability to absorb shocks” Resiliensi tentang kemampuan menyerap shock biasanya disebut juga dengan “ecological resilience” atau resiliensi lingkungan, yaitu kemampuan suatu sistem untuk tetap lanjut beroperasi setelah shock yang dihadapi, walaupun bisa terjadi perubahan dalam struktur dan organisasi itu sendiri. Resilience as “positive adaptability” Resiliensi sebagai kemampuan adaptasi secara terus-menerus dalam megantisipasi atau bereaksi terhadap shock atau biasa juga disebut “Evolutionary resilience”. Resiliensi ini melihat dari pengalaman dan sistem yang sudah digunakan untuk “bouncing forward” atau melakukan perubahan ke depan.


plano news

: resiliensi desa

Framework Resiliensi Seperti yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa dari pengertian resiliensi tersebut, dapat dibuat suatu skema atau framework yang telah dibentuk oleh Fran Norris dkk (Norris dkk, 2008), berikut adalah skema resiliensi.

Sumber skema: Norris dkk, 2008

3


plano news

: resiliensi desa

Dari skema tersebut dapat dilihat ada 5 komponen utama yaitu: Shock atau hal-hal, situasi, dan kondisi, atau pun permasalahan-permasalahan yang mengganggu dan merusak system Capacity adalah kapasitas sebuah sistem atau komunitas dalam menghadapi shock yang terjadi dengan sumber daya yang ada Impact adalah dampak yang dihadapi oleh sistem atau komunitas itu sendiri berdasarkan kapasitas yang dimiliki. Jika ternyata magnitude atau besaran shock yang dihadapi lebih besar dari kapasitas sistem atau komunitas, maka akan terjadi temporary dysfunction atau ketidakberjalanan sistem atau komunitas dalam selang waktu tertentu Trajectory atau proyeksi setelah shock itu sendiri, ada empat kemungkinan yang akan terjadi yaitu, resistance (ketahanan sistem atau komunitas), recovery (adanya kerusakan atau gangguan yang terjadi sehingga dibutuhkan waktu untuk memperbaiki beberapa hal), adjustment (terjadi penyesuaianpenyesuaian kembali), dan persistent dysfunction (terjadi disfungsi) Outcomes atau hasil setelah shock dapat kemungkinan • Kembali ke fungsi sebelum shock • “New normal” • Terjadi disfungsi

4

terjadi

3


plano news

: resiliensi desa

Dari komponen-komponen di atas, beberapa di antaranya dibutuhkan penjelasan yang lebih detail sebagai berikut:

Shock Shock disini dapat berbentuk bencana alam, aktivitas yang bersumber dari manusia (e.g. terrorisme), pandemic dan sejenisnya, atau goyahnya aktivitas vital ekonomi. Dalam suatu waktu, dapat terjadi lebih dari satu jenis shock yang terjadi. Magnitude atau besaran shock juga bervariasi, Tierney (2009) membagi jenis shock menjadi 3 jenis yaitu emergencies, disasters, dan catastrophes. Emergencies adalah suatu hal yang mengganggu atau merusak sistem atau komunitas, yang bisa diselesaikan secara local tanpa dibantu pihak eksternal. Disasters adalah bencana yang terjadi secara tersebar dan memiliki dampak yang membutuhkan bantuan pemerintah pusat atau bantuan dari luar wilayah kejadian. Catastrophes adalah bencana besar yang menyebabkan kerugian secara besar-besaran, untuk lebih jelasnya berikut adalah table oleh Tierney (2009):

Sumber: Tierney, 2009

Menurut Undang-Undang Nomor 2004 tahun 2007: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh factor alam dan/atau factor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dibagi menjadi tiga jenis: i.

ii.

iii.

Bencana alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non-alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain epidemic dan sebagainya Bencana social: adalah bencana yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik social antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror.

5


plano news

: resiliensi desa

Capacity Kapasitas sebuah sistem atau komunitas dalam menghadapi ancaman atau shock dapat dilihat dari 2 faktor yaitu, inherent vulnerability, atau kerentanan dari sistem atau komunitas itu sendiri, dan ketersediaan sumber daya dari komunitas atau sistem tersebut.

Ada tiga tipe utama kerentanan: i. Kerentanan fisik: dapat dilihat dari lokasi sistem atau komunitas tersebut secara spasial (e.g. wilayah rawan bencana) ii. Kerentanan ekonomi: dapat dilihat dari diversitas ekonomi dalam sistem atau wilayah tersebut, biasanya semakin beragam sektor ekonomi suatu wilayah, maka akan semakin baik dibandingkan wilayah yang ditopang hanya dengan satu sektor iii. Kerentanan sosial: berdasarkan Cutter dkk (2008), factor dari kerentanan social adalah inequality

Impact Berikut adalah Resilience Loss Recovery Curve yang biasa digunakan dalam meninjau respon dari komunitas atau sistem dalam menghadapi shock. Dapat dilihat disini bahwa area yang berwarna biru adalah kerugian yang dirasakan oleh semua komunitas atau sistem ketika terkena shock tetapi komunitas atau sistem dengan resilien yang kurang baik akan mengalami kerugian yang lebih banyak, yaitu ditambah dengan wilayah yang berwarna pink. Sedangkan sistem atau komunitas resilien sudah mengantisipasi kemungkinan ancaman dan menyiapkan mitigasi, dan memiliki recovery plan, sehingga lebih cepat beradaptasi ketika terjadi “New normal�.

6


plano news

: resiliensi desa

Sumber: M. E. Hynes, B. Ross, dan CARRI (2008)

Dari pemaparan di atas, dapat terlihat framework resiliensi secara urutan kejadian. Selain framework di atas, ada beberapa lagi framework resiliensi yang dapat membantu mempelajari resiliensi ini sendiri, salah satunya adalah skema resiliensi secara konseptual yaitu Marcy Corps Resilience Conceptual Framework (2016) yang diadaptasi dari TANGO Resilience Conceptual Framework (2014)

1. 2. 3.

4.

5.

Resilience for whom: focus resiliensi ini lebih difokuskan untuk siapa Resilience of what: konteks dan sistem berdasarkan masyarakat di dalamnya Resilience to what: resiliensi seperti apa dan rentang kapasitas yang dapat dicapai dalam menghadapi shock dan tekanan Resilience through what: kapasitas dan kekurangan dari sumber daya di dalam sistem atau komunitas Development outcomes: Seberapa jauh sistem atau komunitas itu mencoba untuk menghadapi shock dan tekanan

7


plano news

: resiliensi desa

Marcy Corps Resilience Conceptual Framework

Sumber: Marry Corps (2016)

Perbedaan Resiliensi dan Sustainability Penggunaan kata resiliensi sangat dekat dengan penggunaan kata sustainability, tetapi resiliensi berbeda dengan sustainability. Sustainability lebih berfokus kepada outcome ekonomi, lingkungan dan social, dengan fokus untuk merencanakan sebuah masa depan dengan tujuantujuan tertentu,

8

Sehingga dibuat strategi perencanaan dan pengembangan dengan memperhatikan harmony di ketiga aspek tersebut. Di sisi lain, konsep resiliensi lebih berfokus kepada pembangunan kapasitas sistem sehingga dapat bertahan dalam menghadapi ketidakpastian masa depan. Secara lebih simple, sustainability lebih memprioritaskan outcomes atau tujuan akhir, sedangkan resiliensi lebih memprioritas proses di dalam sistem itu sendiri. (Redman, 2014)


plano news

: resiliensi desa

Resiliensi Desa Dibandingkan dengan resiliensi kota, resiliensi desa belum banyak dibahas atau dikaji lebih jauh. Konsep resiliensi yang sudah dipaparkan dapat digunakan untuk kota dan rural, tetapi seperti konsep Mercy Corps, perlu ditinjau fokus resiliensi yang ingin dibawakan. Salah satu gambaran yang bisa menjadi fokus resiliensi desa adalah peninjauan desa sebagai supply bahan makanan dalam suatu negara, sehingga dibutuhkan ketahanan pangan negara yang baik.

Referensi Cutter, S. L., Barnes, L., Berry, M., Burton, C., Evans, E., Tate, E., & Webb, J. (2008). Community and Regional Resilience: Perspectives from Hazards, Disasters, and Emergency Management. Oak Ridge, TN: Community & Regional Research Initiative Gill Windle. (2011). What is Resilience? A Review and Concept Analysis. Cambridge: Cambridge University Press. Mercy Corps. (2017). Stress: Strategic Resilience Assessment: Guidelines Document. NADO Research Foundation. (2015). Planning for a More Resilient Future: A Guide to Regional Approaches. Washington DC: NADO Research Foundation. Redman, C. L. (2014). Should sustainability and resilience be combined or remain distinct pursuits? Ecology and Society, 19(2), 37-. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana

White, R. K., Edwards, W. C., Farrar, A., & Plodinec, M. J. (2015). A Practical Approach to Resilience in America’s Communities. American Behavioral Scientist, 59(2), 200-219

Building

9



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.