Herpetosiana edisi 1

Page 1

Edisi 1 | Agustus 2016

HERPET SIANA

Crocodile Parental Care Bioflorescence pada Penyu (Eretmochelys imbricata) Basilisk Lizard : Running on Water Wawancara : Kiat Sukses Amir Hamidy, Kepala Lab. Herpetologi LIPI


Herpetosiana Pembimbing

Donan Satria Yudha M.Sc

Pimpinan Umum

Abdul Fattah

Pimpinan Redaksi

Ketut Arte Widane

Editor

Anisa Parazulfa

Arnita Prasintaningrum Reporter Isna Mustafiatul Ummah Lathifatul Faliha Desainer R.M. Farchan Fathoni Laili Mufli Zusrina Fotografer & Illustrator Ikhsan Jaya Alamat Redaksi Kelompok Studi Herpetologi Fakultas Biologi UGM Foto Cover Luar

1

Herpetosiana |I| AGUSTUS 2016

Abdul Fattah


Salam Redaksi 1

DAFTAR ISI 2

Shedding in Snake 3

Crocodile Parental Care 5

Rhacophorus indonesiensis

6

Basilisk Lizard : Running on the

Water 7

BIOFLUORESCENCE PADA Eretmochelys imbricata

Shedding in Snake 8

Wawancara dengan Amir Hamidy

Oleh: Isna Mustafiatul Ummah Kelompok Studi Herpetologi Fakultas Biologi UGM

10

Konservasi Penyu di Pantai Pelangi 13

AGUSTUS 2016 |I| Herpetosiana

2

Shedding adalah proses pergantian sisik yang terjadi selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Shedding biasa disebut ecdysis. Shedding pada ular berlangsung pada seluruh badan dan terlepas dalam bentuk yang utuh, layaknya melepas kaos kaki. Hasil shedding akan terlihat terbalik. pada umumnya, ular akan melakukan shedding setidaknya sebulan sekali. Ecdysis terdiri dari pertumbuhan awal epidermal dan pematangan epider 3

mal, pre-ecdysis dan ecdysis. Stratum germinativum menghasilkan sel-sel baru yang bergerak keluar.

Pre-ecdysis ditandai dengan adanya mucus antara sel yang matang dengan stratum korneum. Lama kelamaan secara eksternal, kulit akan terbagi secara middosal diatas kepala dan dilanjutkan ke bagian belakang. Selama fase pre-ecdysis, sel-sel epidermis bawah akan mengalami kematian. Setelah tiga sampai empat Gambar 1.Hasil shedding pada ular hari selama shedding, saat Setelah sel baru berlepasan sisik bagian mata telah terdengan membran dasar, lepas, ular mulai mencari sel ini akan berhenti ter- permukaan yang kasar sepbagi dan mulai matang. erti cabang pohon atau batu

Herpetosiana |I| AGUSTUS 2016


Crocodile Parental Care Oleh : Divisi Crocodylia Kelompok Studi Herpetologi fakultas Biologi UGM

Lihat lebih dekat Ular yang mengalami shedding melepaskan kulit dari tubuhnya dengan cara menggesekkan tubuhnya ke benda yang bersifat kasar seperti ranting atau bebatuan. Bagi ular terrestrial dan arboreal hal ini dapat dilakukan dengan mudah. Namun tidak halnya bagi ular akuatik seperti Pelamis platurus yang hidup di lautan lepas. Untuk mengatasi tidak adanya Pelamis platurus sedang melakkan knotting. buhnya hingga membentuk simpul sehingsubstrat , ular ini mengembangkan perga lapisan kullit yang lama dapat terlepas. ilaku knotting dengan cara melilitkan tukemudian shedding akan berlanjut hingga ekor. Poses tersebut terjadi sekitar 7 hingga 14 hari. Selama shedding, ular tidak makan. Ular menunjukkan perubahan perilaku dan fisik yang berbeda sebelum shedding. Perubahan perilaku termasuk bersembunyi, penurunan aktivitas dan nafsu makan serta peningkatan perilaku defensif. Perubahan fisik yaitu sisik menjadi kusam, mata berubah keruh atau kebiruan. Selama periode ini, pandangan ular terganggu dan per-

ilakunya dapat menjadi tak terduga/ agresif.

Gambar 3. Dysecdysis dapat diakibatkan berbagai faktor seperti trauma, malnutrisi, dan lingkungan

Parental care adalah segala bentuk perilaku induk yang bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup keturunannya (Vitt and Cadwell, 2014). Perilaku ini umum dilakukan oleh hewan, termasuk reptil khususnya dari ordo Crocodylia (buaya). Penjagaan keturunan oleh induk berlangsung hingga keturunannya mencapai tahap juvenile atau selama beberapa minggu hingga beberapa bulan (Ross and Garnett, 1989). Perilaku parental care pada buaya dimulai ketika induk bertelur kemudian melakukan penjagaan terhadap telur di dalam sarang yang disebut dengan nest or egg attendance. Induk buaya tidak setiap saat berada di sekitar sarang dan ancaman terhadap sarang jarang terjadi. Perilaku lain yang dilakukan saat anakan masih dalam telur adalah nest or egg guarding, yakni perilaku induk yang berjaga di sekitar sarang setiap saat dan melakukan pertahanan ketika terdapat ancaman (Vitt and Cadwell, 2014).

yang tidak cocok Daftar Pustaka :

Gambar 2. Perilaku feeding of young

Davies, Robert; Davies, Valerie. 1997. The Reptile &

Aphibian Problem Solver. Tetra Press.

Blacksburg. Lilywhite H.B.2014. How Snakes Work : Structure, Fun

tion, and Behavior of the World’s Snakes. Ox

ford University Press.New York. p 124

Mader, Douglas R. 1996. Reptile Medicine and Surgery.

W.B. Saunders. Philadelphia.

Gambar 1. Perilaku nest or egg guarding

Vitt, Laurie J. and Janalee P. Caldwell. 2014. Herpetol

Gambar 2. Perubahan fisik ular saat shedding

buat induk buaya menghampiri sarang kemudian menggali agar sang anak dapat keluar lebih mudah dari gundukan sarang. Hatchling dibawa oleh induknya menuju ke perairan mengunakan mulutnya. Hal ini sering disalahartikan oleh orang awam karena induk buaya terlihat seperti hendak memakan anaknya. Perilaku induk buaya ini juga merupakan salah satu jenis parental care yakni hatchling transport. Selain itu, perilaku parental care ditunjukkan oleh induk buaya dengan membawakan dan memberikan mangsa yang didapat untuk anaknya (feeding of young).

ogy An Introductory Biology of Amphibians and

Reptiles Fourth Edition. Elsevier inc. USA Pg :

Ketika telur menetas, bayi buaya mengeluarkan suara panggilan yang mem-

52-53

AGUSTUS 2016 |I| Herpetosiana

4

5

Herpetosiana |I| AGUSTUS 2016

Sumber : Ross, C.A dan S. Garnett. 1989. Crocodiles and Alligators, Kyodo-Shing Loong Printing Industries Pty Ltd, Singa pore Vitt, L.J. and Caldwell, J.P. 2014. Herpetol ogy : An Introductory Biology of Am phibian and Reptiles, 3rd Ed. Else vier.


Rhacophorus indonesiensis Spesies Baru Katak Pohon Genus Rhacophorus dari Pulau Sumatera Oleh : Divisi Amphibia Kelompok Studi Herpetologi Fakultas Biologi UGM

Pada tahun 2003 di Teluk Nauli, Sumatera Selatan, ditemukan katak familia Rhacophoridae yang berukuran kecil dengan bintik hitam di bagian ventral selaput tungkai depan dan tungkai belakangnya. Dua tahun setelah itu, ditemukan kembali spesimen dengan ciri yang sama di Sungai Durian, Sumatera Barat. Pada tahun 2011, spesimen tersebut kembali ditemukan di lokasi yang berbeda yaitu di Jambi, sekitar 50 km dari Sungai Durian. Spesimen dengan selaput berbintik tersebut kemudian diteliti dan disebut sebagai spesies baru. Spesies baru ini disebut dengan Rhacophorus indonesiensis. Etimologi nama tersebut mengacu pada negara Indonesia yaitu tempat ditemukannya spesies ini. Spesies baru ini dikelompokkan pada genus Rhacophorus karena terdapatnya kartilago interkalar di antara tulang jari paling dalam dan dua dari pangkal digiti, tulang jari berbentuk huruf Y, jari yang berselaput, dan pupil berbentuk horizontal. Ciri – ciri khusus spesies Rhacophorus indonesiensis ini adalah memiliki ukuran yang kecil (individu dewasa jantan memiliki SVL/ Snout to Vent Length 28,8 mm – 31,2 mm dan individu dewasa betina memiliki SVL 37,8 mm), tidak terdapat gigi vomer, dan memiliki bintik hitam di ventral tungkai depan dan tungkai belakangnya, bagian dorsal bewarna cokelat kemerahan dengan benjolan cokelat ge-

lap yang tidak teratur, terdapat bintik hitam yang tersebar di tubuh dan tungkai ba gian dorsal, pada bagian dada dan perutnya terdapat tanda layang–layang yang berwarna putih, terdapat bintik putih di dorsal atau bagian kepala, dan permukaan dorsal jari berwarna oranye hingga kekuningan.

Gambar 1. Rhacophorus indonesiensis sedang melakukan amplexus Rhacophorus indonesiensis hidup di hutan primer Pulau Sumatera dan ditemukan di daerah yang dilindungi. Akibat mudah terancamnya populasi amphia karena perubahan habitat, maka perlu dilakukan perlindungan untuk habitatnya agar ekosistem senantiasa terjaga. Sumber : Hamidy, A., Kurniati, H. 2015. A new species of

tree frog genus Rhacophorus from Suma

tra, Indonesia (Amphibia, Anura). Zootaxa

3947 (1): 049 – 066.

AGUSTUS 2016 |I| Herpetosiana

6

Basilisk Lizard : Running on the Water Oleh : Divisi Lacertilia Kelompok Studi Herpetologi Fakultas Biologi UGM

B

asilisk, atau disebut juga kadal Jesus (Jesus Christ Lizard) adalah sekelompok kadal yang termasuk dalam genus Basiliscus. Spesies-spesies dalam genus tersebut memiliki strategi yang unik dalam menghindari predator. Dalam keadaan normal, kadal ini merupakan hewan terrestrial, namun ketika dalam keadaan terancam kadal ini akan melompat ke permukaan air dan berlari dengan menggunakan tungkai Gambar 1. Kadal Basilisk ‘berlari’ di atas air belakang mereka di atas permukaan air ke bawah dan menyebabkan air terdorong (Hutchins et al., 2005). turun sementara kantong udara terbentuk Nama basilisk berasal dari kata dan mengelilingi tungkai belakang tersedalam bahasa Yunani, basiliskos, yang but (Roach, 2004). Gaya yang terbentuk artinya raja kecil (Spinner, 2015) dan juga akibat slap penting dalam fase selanjutnya. dari nama makhluk dalam mitologi Yunani, Pada fase stroke tubuh basilisk terdorong basilisk. Dalam mitologi Yunani, basilisk ke arah depan karena gaya dari slap memadalah makhluk menyerupai naga dengan buat titik berat tubuh berpindah ke depan. kepala bermahkota dan dapat membunuh Selain itu dalam setiap ayunan tungkai bedengan tatapan mata (Rolnick, 2015). Tu- lakang juga terbentuk gaya lateral yang buhnya yang memanjang dan crest di ba- membantu mengurangi gaya berat tubuhgian kepalanya yang membuat peneliti nya sendiri. Tahap ini disebut recovery memberikan nama genus Basiliscus terse- (Roach, 2004). but.

Referensi:

Kemampuan kadal ini untuk “berlari” di atas permukaan air didukung oleh “flap” atau pelebaran sisik yang terdapat di sisi dalam tungkai belakang. Flap berfungsi meningkatkan luas permukaan tungkai agar dapat memerangkap gelembung udara yang membantu mencegah tubuhnya tenggelam (Factzoo, 2015). Namun sebenarnya mekanisme gerak kadal adalah hal yang paling berperan dalam kemampuan uniknya ini.

Hutchins, M., J.B. Murphy, N. Schlager, J.E. Trumpey. 2003. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia 2nd ed, vol 07. Gale Group, Inc. Farmington Hills, MI.

Terdapat tiga tahap gerakan dalam satu ayunan tungkai belakang kadal basilisk: slap, stroke, dan recovery. Pada tahap slap, tungkai belakang bergerak vertikal 7

Herpetosiana |I| AGUSTUS 2016

Spinner, L. 2015. Plumed basilisk lizard. http://www.reptilesmagazine.com/Lizards/Plumed-Basilisk-LizardCare-Tips/ diakses 5 Juli 2015. 21:10 Rolnick, D. 2015. Basiliscus basiliscus. http://eol.org/pages/795614/details/ diakses 5 Juli 2016, pukul 21:26 Roach, J. 2004. How “Jesus Lizards” Walk on Water. http://news.nationalgeographic.com/ news/2004/11/1116_041116_jesus_lizard_2.html/ diakses 5 Juli 2016. Pukul 22:34


BIOFLUORESCENCE PADA Eretmochelys imbricata

disebabkan oleh biofluorescence algae yang berada di tubuh penyu. Penelitian lebih lanjut belum dilakukan, mengingat habitat penyu di laut dalam dengan kondisi yang cukup berbahaya serta status konservasi Endangered pada spesies penyu di seluruh dunia.

Oleh : Divisi Testudinata Kelompok Studi Herpetologi Fakultas Biologi UGM Cahaya tidak hanya muncul pada benda-benda yang tidak bernyawa seperti matahari, bintang, atau benda-benda buatan manusia misalnya lampu, senter, dan benda-benda lain. Cahaya juga dapat berasal dari makhluk hidup. Berdasarkan asal mulanya, cahaya dibedakan menjadi bioluminescence dan biofluorescence. Bioluminescence adalah peristiwa munculnya cahaya dari makhluk hidup karena terjadi reaksi kimia, sedangkan biofluorescence adalah peristiwa munculnya cahaya yang disebabkan oleh adanya cahaya yang diserap oleh bagian tubuh kemudian dipancarkan. Di dalam tubuh terdapat protein Fluorescence yang dapat memancarkan warna cahaya yang berbeda, umumnya cahaya merah, hijau, dan oranye.

Referensi: Lee, Jane J.2015. Exclusive Video: First “Glowing” Sea Turtle Found. National Geographic. Washington. http:// news.nationalgeographic .com /2015/09/150928-sea-turtles-hawksbill-glowing-biofluor escence-coral-reefocean-animals-science150928-sea-turtles-hawksbill-glowing-biofluorescence-coral-reef-ocean-animalsscience (diakses: 25 Juni 2016 pukul 10.00 WIB) AMNH.2014. Researchers Reveal Covert World of Fish Biofluorescence.American Museum of Natural History. America. http://www.amnh.org/explore/news-blogs/research-posts/researchers-reveal-covert-world-of-fishbiofluorescence (diakses: 25 Juni 2016 pukul 11.00 WIB) http://www.luminescentlabs.org/science.html (diakses: 25 Juni 2016 pukul 13.00 WIB)

Gambar 2. Penampakan penyu pada ca haya filter biru

Pada tahun 2015, David Gruber seorang ahli Biologi Laut datang ke pulau Solomon dan menyelam untuk membuat film tentang biofluorescence pada karang dan hiu kecil. Pada proses pemPada malam hari, makhluk hidup buatan film tersebut, David Gruber tertertentu di laut secara alami dapat men- kejut karena dia dan timnya melihat galami peristiwa biofluorescence karena penyu Eretmochelys imbricata juga memakhluk hidup tersebut menyerap ca- mancarkan cahaya setelah disorot cahahaya biru. Cahaya biru berasal dari ca- ya senter filter biru. Cahaya yang dipanhaya yang melewati air laut dalam. Bio- carkan adalah merah, hijau dan oranye. fluorescence dapat ditemui pada karang, Sungguh penemuan yang sangat ubur-ubur, dan sebagian besar ikan yang hidup di laut dalam. Biofluorescence ber- menakjubkan bagi Gruber dan timnya. tujuan untuk mencari makanan, melind- Dengan peralatan yang cukup sederhana, ungi diri dari pemangsa atau menakuti mereka mendapatkan penemuan yang mangsa dan terkadang untuk komunikasi. sangat berharga. Cahaya biru yang digunakan berasal dari senter dengan filter biru, untuk merekam fluorescence digunakan kamera dengan filter kuning. “Mengapa Eretmochelys imbricata memiliki kemampuan biofluorescence? Apakah pada spesies penyu yang lain juga memiliki kemampuan tersebut?” Gambar 1. Penampakan penyu pada ca haya putih

Pertanyaan- pertanyaan tersebut masih belum dapat dijawab. Dewasa ini, para peneliti hanya menduga bahwa hal tersebut bisa AGUSTUS 2016 |I| Herpetosiana

8

9

Herpetosiana |I| AGUSTUS 2016


Wawancara dengan Amir Hamidy Kepala Laboratorium Herpetologi LIPI Oleh: Isna Mustafiatul Ummah Kali ini Herpetosiana berkesempatan untuk wawancara dengan salah satu peneliti amfibi Indonesia sekaligus alumni KSH, Pak Amir Hamidy. Beliau adalah Kepala Laboratorium Herpetologi Pusat Penelitian Biologi Bidang Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Berikut

adalah

hasil

wawancaranya

:

Isna : Assalamualaikum, Selamat sore Bapak Amir. Seperti yang kita ketahui, Bapak dulu merupakan salah satu pendiri KSH hingga KSH bisa maju seperti sekarang. Apakah pengalaman Bapak yang paling berkesan selama menjadi anggota KSH?

Pak Amir : Pengalaman yang paling berkesan sebenarnya banyak, KSH dengan anggota yang sedikit dapat lebih solid dan sangat terasa kekeluargaannya. Saya punya pengalaman yang mengajarkan bahwa akibat dari gigitan ular dapat sangat membahayakan, karena saya menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada seorang anggota KSH angkatan 1998, Zacky. Dia pernah menggigitkan dirinya sendiri pada Ular Kobra dan digigit dua kali. kemudian setelah digigit dia langsung melapor kesana dan mengatakan bahwa dirinya baru saja digigit ular kobra dengan bangganya. Lima menit kemudian, wajahnya mulai berubah dan mulai pusing. Lalu saya langsung membawanya ke Sardjito, pada awalnya Zacky menolak tapi saya memaksanya. Dia dirawat di Sardjito selama hampir 6 bulan dengan keadaan seluruh badannya membengkak. Dia hanya diberikan 5 bisa ampul selama hampir 6 bulan, padahal penangan gigitan kobra seharusnya paling tidak diberi 1 bisa ampul setiap 1 jam. Sehingga dengan kejadian itu, saya melihat sendiri bagaimana Zacky ini berjuang untuk hidup, seluruh tangannya melepuh

karena nekrosis dan waktu itu keadaannya memang Zacky ini hampir “lewat�. Tapi dengan keadaan yang seperti itu, dengan enaknya Pak Pawang mengatakan bahwa jika dibawa ke saya akan sembuh tapi jika diberi penanganan medis tidak akan sembuh. Nah itu pelajaran yang saya ambil, nah saya tahu bahwa penanganan medis saat ini juga belum tentu ada penangan untuk kasus gigitan ular, ada pun belum tentu benar cara penanganan medis yang baik dan benar. Nah hal itu membuat saya sangat lebih berhati-hati dan memastikan bahwa semua safety sebelum ke lapangan. Jiwa muda yang heroic dan ingin pamer bahwa dirinya dapat menghandling ular dengan tidak safety itu sangat tidak baik.

Gambar 1. wawancara dengan Amir Hamidy

AGUSTUS 2016 |I| Herpetosiana

10

Isna : Luar biasa sekali pak, pelajaran yang sangat berharga memang. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Bapak sekarang merupakan Kepala Laboratorium Herpetologi Puslit Biologi Bidang Zoologi. Bagaimana peran KSH yang menunjang Bapak untuk menjadi seperti sekarang?

Pak Amir : Baik. Peran KSH yang sangat terasa adalah proses pembelajarannya selama di KSH yang sangat menunjang saya di Bidang Herpetologi. Dahulu saya bukan merupakan orang yang mempunyai IP cumlaude tetapi saya sangat mengeksplor kemampuan lapangan. Waktu saya mendaftar sebagai peneliti di LIPI, skill lapangan dan pengalaman di lapanganlah yang sangat mendukung untuk masuk kesana. Nah proses pembelajaran dan skill lapangan ini yang sangat kuat dan mendukung karena pada saat saya masuk di Lab Herpetologi saya sudah mempunyai basic tentang ilmu tersebut sehingga pada saat upgrading pengembangan sumber daya manusia disini saya termasuk yang mampu sekolah dengan cepat saat itu karena saya punya basic dalam ilmu tersebut.

terbentuklah kepengurusan periode pertama dengan Bu Miki dan periode berikutnya saya sebagai ketua hingga 2017. Isna : PHI itu

Fokus sendiri

dan apa

Visi ya

Misi Pak?

Pak Amir : PHI merupakan forum diskusi dan bertukar fikiran seputar Herpetologi dengan fokus ilmiah dan konservasi serta konservasi yang menyangkut dengan kebijakan, karena kita tahu bawa sebenarnya Negara kita adalah produsen ekploitasi herpeofauna terbanyak, sehingga kita harus mengawal hal ini menjaga kelesterarian herpetofauna dari tangan tangan nakal karena sudahlebih dari 20 tahun Negara kita telah memanfaatkannya Isna : Baik pak. Pertanyaan selanjutnya mengenai keanggotaan. Sebenarnya bagaimana sistem keanggotaan di PHI pak? Apakah ada syarat masuk sebagai anggota PHI?

Pak Amir : Oke sebenarnya syarat saklek tidak ada tetapi biasanya kita langsung ke forum. Jadi ada forum mailing list dan FB sehingga bila telah dimasukkan oleh admin ke mailing list tersebut dan FB maka Isna : Oke pertanyaan ketiga mengenai PHI. Seperti yang kita ketahui PHI atau Perhimpu- sudah menjadi anggota PHI. Tetapi dekat nan Herpetologi Indonesia merupakan forum dekat ini, saya akan mendaftarkan PHI sebagi para pecinta herpetofauna untuk berdis- bagai Forum pofesional yaitu forum reskusi dan belajar mengenai ilmu Herpetologi. mi jadi kita akan memformalkan forum Saat ini, Bapak merupakan ketua kedua setelah ini dibawah LIPI. Forum ini terbuka untuk periode Bu Mirza Kusrini. Yang ingin saya tanyakan adalah apa alasan pendirian PHI pak? umum baik hobbies, eksportir, breeder dan yang lainnya jika ingin bergabung bisa, jusPak Amir : Oke, jadi penggagas PHI ada tru diskusi herpetology. Semakin banyak 3 orang yaitu Bu Miki, saya sendiri dan orang maka akan semakin banyak masuBu Evi. Dahulu pernah ada penggagasan kan dan ilmu yang diperoleh dan dibahas. oleh Pak Djoko Iskandar. Tetapi karena Isna : Jadi forum tersebut terbuka bagi siaPak Djoko Iskandar sudah terlalu senior papun yang ingin mempelajari herpetologi. dan masih ada beberapa orang lagi tetapi Selanjutnya, apa kiat kiat sukses Bapak? Bagaimana untuk bisa menjadi seperti Bapak? pada saat itu regenerasinya masih sangat lambat sehingga kami bertiga yang men- Pak Amir : Sebenarnya untuk dicoba melanjutkannya. Kemudian setelah katakan sukses, saya masih sangat jauh Kongres tenyata Bu Miki dapat mengger- dari kata sukses. Tetapi ada kiat sukakkan mahasiswanya sementara saya dan ses yang saya suka, yaitu yang perBu Evi juga dapat aktif disana sehingga tama fokus, bila belum bisa membagi 11

Herpetosiana |I| AGUSTUS 2016


waktu lebih baik jangan membagi waktu. Yang kedua adalah intensif dan yang ketiga adalah kerja keras. Masalah hasil jangan dipikirkan, hasil itu bisa jelek dan bisa baik, yang penting pada saat prosesnya benar benar berusaha maksimal

Konservasi Penyu di Pantai Pelangi

Isna : Super sekali Pak. Pertanyaan terakhir, sekarang KSH sudah memiliki 27 angkatan Anggota Muda, nah pesan dari Bapak untuk anggota KSH yang sedang meneruskan tongkat estafet perjuangan?

Pak Amir : Belajar. Belajar itu bukan dari bangku kuliah saja, belajar itu dimanapun. Justru Kelompok Studi membantu kita dalam membantu skill dalam ilmu tersebut. Saya tahu bahwa anak anak yang masuk KSH pasti mempunyai latar belakang yang berbeda beda, ada yang suka herpetofauna, ada yang mau sok jadi pahlawan, ada yang suka hal hal heroic, ada yang pacarnya ada di KSH, ada yang suka ke lapangan dan ada yang mau serius belajar, pasti bermacam macam. Tetapi sepanjang bisa eksis dan kerja keras biasanya akan sukses. Ada akan kelihatan, siapa saja yang mampu eksis di organisasi kemahasiswaan pasti akan sukses di dunia kerja dan mempunyai karir yang cemerlang. Organisasi mengajarkan kita tentang tanggung jawab, apabila kalian bila diberi tanggung jawab tidak bisa melakukannya saat di organisasi maka akan terbawa di iklim kerja. Jadi apabila kalian sukses di organisasi maka di dunia kerja pasti akan sukse, saya yakin itu 90% bahkan dengan IP yang tidak terlalu tinggi dengan skill lapangan yang bagus maka akan lebih sukses dari IP tinggi tetapi skill lapangannya pasif dan tidak eksis di organisasi. Pesan saya itu, sungguh sungguh, bertanggung janwab dan safety procedure apabila bermain dengan segala hal yang berkaitan dengan ular dan lain sebagainya Isna : Wah keren sekali. Baik Pak, Herpetosiana mengucapkan terima kasih sebesar besarnya atas waktu yang diberikan. Selamat sore Pak

Gambar 1. KSH bersama peserta konservasi penyu di Pantai Pelangi

Keberadaan penyu di alam mulai terancam punah, hal tersebut dikarenakan kerusakan habitat penyu oleh tindakan manusia, pemanfaatan telur penyu sebagai makanan, dan berbagai faktor lain. Untuk menjaga kelestarian penyu perlu dilakukan konservasi penyu. Konservasi penyu dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Kelompok Studi Herpetologi UGM (KSH UGM) yang melakukan kegiatan dengan memberikan pendidikan mengenai konservasi penyu. Pendidikan konservasi penyu tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian penyu di Indonesia. Acara tersebut dilakukan di Pantai Pelangi pada tanggal 20 Agustus 2016 dan diikuti oleh 27 orang mahasiswa. Pendidikan konservasi penyu dilakukan dengan memberikan materi tentang keanekaragaman penyu di Indonesia, staAGUSTUS 2016 |I| Herpetosiana

12

13

Herpetosiana |I| AGUSTUS 2016

tus konservasi, serta siklus hidup penyu. Pematerian tersebut diberikan oleh dewan senior (DS) divisi Testudinata KSH. Selain dilakukan pematerian, seluruh mahasiswa tersebut diajak untuk melihat penyu secara langsung dan diajarkan cara perawatan penyu. Dengan mengenal penyu secara langsung diharapkan masyarakat terutama generasi muda dapat lebih mencintai dan turut serta dalam pelestarian penyu, terutama di Indonesia. Mari kita selalu menjaga kelestarian habitat penyu agar kelak anak cucu kita dapat melihat mereka tetap hidup di alam bebas, tak hanya sebatas awetan di museum.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.