Buletin diantara 2016

Page 1


Lux Est Vita : Terang adalah Kehidupan Dengan semangat Santa Clara dan Inesian, SMP Katolik Santa Clara Surabaya mewartakan kabar gembira melalui kegiatan yang bermutu dan berkarakter sesuai dengan perkembangan zaman.

Foto : diantara/dok sekolah


EDITOR’S NOTE

Sampul depan

MEMBACA adalah suatu cara mendapatkan informasi tertulis. Sekarang semakin mudah dengan adanya teknologi. Misalnya, ebook yang dapat disimpan di ponsel dan bisa dibawa ke manamana. Tidak harus dalam bentuk cetakan berlembar-lembar. Sayangnya, semakin mudah mengaksesnya, budaya membaca di kalangan pelajar, setidaknya melihat data di perpustakaan SMP Katolik Santa Clara Surabaya, kerap dilupakan anak-anak zaman sekarang. Mereka masih lebih memilih bermain, hangout bersama teman, dan tidur. TERIMA kasih untuk Sheryn Cantika dan Janice Jashinta yang bersedia menjadi cover atau sampul buletin. Tidak mudah membujuk keduanya untuk berpose. Dua tempat menjadi setting foto, pertama di dekat lift sekolah dan kedua di ruang perpustakaan. Pose yang di dekat lift menjadi pilihan redaksi sebagai sampul buletin.

Tim Redaksi Pelindung Sr Benedicta Suhananti MC

Padahal, sejak dua tahun ini, di sekolah juga, setiap harinya anak-anak mendapat waktu untuk membaca. Rutinitas ini juga belum mampu membuat budaya membaca tumbuh dan berkembang. Apakah mungkin karena waktu membacanya hanya 10 menit sebelum kelas dimulai? Salah satu tandanya, tingkat kunjungan perpustakaan kurang ramai. Anak-anak lebih memilih bersenda gurau bersama teman daripada membaca buku. Padahal, banyak orang sudah meyakinkan, buku itu „jendela dunia'. Budaya membaca ini, kami ambil sebagai laporan utama (Focus) bulletin kali ini. Kami berharap, laporan ini dapat menjadi renungan kita semua. Salah satu kegiatan terpenting dalam belajar, yakni membaca masih sangat kurang. Bandingkan dengan negara lain, yang warganya selalu membaca, ketika di kereta api, pesawat, atau saat naik bus. Begitu juga ketika sedang menunggu di kantor pos atau antre di bank. Jadi, perlukah menambah waktu rutinitasmembaca di sekolah? Di Jepang, juga sudah ada tradisi 10 menit membaca setiap hari di sekolah. Para guru mewajibkan siswa-siswanya sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun. Sesuatu memang harus selalu dimulai dari hal kecil. Tinggal disiplinkah kita. (tim redaksi)

Pemimpin Redaksi Eric Christopher Tim Redaksi Eric Christopher Evan Leonard Wahyuning Tyas Fotografer Agatha Eugenia Alamat Redaksi Jl Ngagel Madya 1

Tim Redaksi Buletin DIAN TARA

Surabaya Telp : 031-5032171 Faks : 031-5049435 Website Sekolah www.sanclar-mc.sch.id Email Sekolah info-smp@sanclar-mc.sch.id

Daftar Isi

Temukan Novel di Gudang ……………..2 Bangga Keluarga…………………………...4 Kampanyekan Kejujuran ………………..6 SCC Goes to Bali…………………………...8 Foto-foto : diantara/dok sekolah

Media Anak Santa Clara

1


FOCUS

ASYIK—Monica Antonio sedang asyik membaca di perpustakaan sekolah SMP Katolik Santa Clara. diantara/agatha eugenia

T

AK selamanya membaca itu membosankan. Bisa jadi itu yang paling menarik perhatian. Karena selain membunuh waktu luang, membaca membuat si penikmatnya seperti memasuki dunia yang diciptakan sang penulis. Seperti kisah Vanessa Jeane Ananthalia, yang akrab dipanggil VJ, awal mula suka membaca ketika tidak sengaja menemukan novel di gudang rumahnya. Setelah dibaca, kok keren. Sejak itu, VJ menggandrungi novel, apalagi yang bergenre fantasi dan berbau perang. Kini sekitar 30 novel telah dikoleksinya dari berbagai toko buku di Surabaya.

“Biasakan baca buku yang pendek atau yang disukai. Lama-lama pasti dapat menikmati membaca.” Anya

“Aku biasanya baca tiap pulang les. Sekali baca, bisa 30 halaman,” ujar VJ saat diwawancara di sekolah. Lain halnya dengan Elizabeth Adhika Bramarsikanya, siswi Kelas 7E yang sering disapa Anya, yang suka membaca di mana saja dan kapan saja asal ada kesempatan. Di sekolah, Anya termasuk rajin mengunjungi perpustakaan, sekadar membaca di tempat atau meminjam buku. Baginya, membaca itu banyak manfaat, tambah pengetahuan, menggugah imajinasi, makin memahami etika, dan menambah kosa kata bahasa.

Anya memberikan tip untuk anak -anak yang kurang suka membaca. “Biasakan baca buku yang pendek atau yang disukai. Lama-lama pasti dapat menikmati membaca,” jelas Anya. Selain novel, komik mempunyai pembaca tersendiri. Salah satunya Stephanja Char Ayu Lestari. Siswi berambut panjang itu mengoleksi beberapa komik roman seperti When The Wolf Boy Meet The Lamb Girl dan It’s Tough For Kobayashi For Being So Cute. “Aku suka baca komik, bisa jadi inspirasi kalau mau bikin komik,” katanya. Tidak hanya murid-murid saja yang menyenangi kegiatan membaca. Bahkan guru-guru juga menyukainya. Salah satunya, Margaretha Priza, guru Matematika Kelas 8 SMP Katolik Santa Clara, yang menyenangi buku-buku psikologi dan novel yang memotivasi. Ketika stres melanda dan sedang tidak sibuk, guru yang biasa disapa Bu Priza oleh anak-anak ini, pergi ke toko buku untuk membeli buku karangan penulis favorit seperti Dewi Lestari dan IkaNatassa. “Dengan membaca, kita mendapat ilmu dan pengalaman baru. Membaca dapat menghilangkan stres,” ucap guru berkacamata ini. (wahyuning tyas)

diantara/agatha eugenia

2

Media Anak Santa Clara


S

EPI dan kurang diminati para siswa-siswi, itulah perpustakaan SMP Katolik Santa Clara Surabaya. Harus diakui, walaupun koleksi bukunya terus bertambah setiap semester, para murid masih merasa buku di perpustakaan kurang „kekinian‟. Kurang update-nya buku membuat perpustakaan sekolah ini menjadi kurang diminati sebagai tempat menambah ilmau, atau sekadar menghilangkan rasa jenuh. Selain itu, ruangan yang kurang luas juga menjadi kendala. Pengunjung di perpustakaan ini sebulannya kurang lebih mencapai 300 pelajar tetapi terkadang angka tersebut hanya berada di bawah 100. ”Banyaknya pengunjung yang datang kesini ya tergantung kegiatan sekolah kalau kegiatannya padat ya perpustakaanya sepi,” ujar Laurensius Lamto, pustakawan SMPK Santa Clara. Sebanyak 9.934 buku tertata rapi di 4 baris rak yang terdapat di dalam perpustakaan ini. Koleksi terbanyak adalah buku ilmu-

FOCUS

"Saya senang ke perpustakaan ini karena koleksi novel dan komiknya bisa menghilangkan rasa jenuh dan membuat otak lebih segar." diantara/agatha eugenia

Rico Widi

ilmu murni/pasti dengan 1962 buku. Walupun begitu, komik dan novel tetap menjadi buku yang paling diminati anak-anak Sanclar. Bersifat seru dan menghibur itulah yang menjadi alasan para pelajar untuk meminati buku novel dan komik. “Saya senang ke perpustakaan ini karena koleksi novel dan komiknya bisa menghilangkan rasa jenuh dan membuat otak lebih segar” ucap Rico Widi, salah satu pengunjung perpustakaan saat ditemui. Jam istirahat menjadi waktu yang tepat bagi para pelajar untuk membaca buku di perpustakaan tetapi tak sedikit pula yang memanfaatkan ruangan ber-AC ini

untuk wifi-an, bikin tugas dan ada pula yang ngadem. Kartu pelajar menjadi satu-satunya syarat mutlak untuk meminjam buku. Kendatipun cara meminjam yang mudah, jumlah peminjam masih tergolong rendah. Salah satu faktornya adalah koleksi buku yang sudah lama-lama. Selain menghilangkan rasa jenuh, perpustakaan merupakan wadah menambah wawasan dan pengetahuan. ”Saya senang melihat anak yang suka baca buku, di zaman media elektronik ini, hal itu merupakan sesuatu yang langka,” tegas pustakawan kelahiran Karanganyar, 8 Juli 1976 ini. (eric christopher)

diantara/agatha eugenia

Kunjungan dan Pinjam Buku di Perpustakaan SMP Katolik Santa Clara Surabaya

Mei 2016 Kunjungan : 229 Peminjam : 17

April 2016 Kunjungan : 378 Peminjang : 62

Maret 2016 diantara/agatha eugenia

Kunjungan : 355 Peminjam : 81

Februari 2016 Kunjungan :337 Peminjam : 43

Januari 2016 Kunjungan :483 Peminjam : 79

Desember 2015 Pengunjung : 92 Peminjam : 7

Media Anak Santa Clara

3


OUR ACTIVITIES

P

UKULAN gong oleh Suster Maria Lordes MC menjadi tanda dibukanya Bazar Tutup Tahun Ajaran 2015/2016. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ini digelar di lapangan sekolah dan sekitarnya. Peresmian dilanjutkan dengan dilepasnya balon bertuliskan 'SANTA CLARA' oleh ketua panitia, Djoko Soegiharto. Sebelumnya, ada lomba basket, gobak sodor, merias wajah ibu, dan menghias kue, serta menghias gerbang sekolah sebagai agenda bazar. Hebatnya Keluargaku itulah yang menjadi tema bazar kali ini. "Tujuan kami mengambil tema ini untuk mengingatkan anak-anak supaya bangga dengan keluarga yang mereka miliki," ucap Djoko Soegiharto saat diwawancarai seusai memberikan pidato pembukaan.

CERIA—Kegiatan bazaar yang menampung talenta para siswa di Sekolah Santa Clara menjadi penutup tahun ajaran 2015/2016. Semua tampil ceria dengan gayanya, 10 Juni 2016. Foto-foto : diantara/dok sekolah

4

Media Anak Santa Clara


OUR ACTIVITIES

Foto-foto : diantara/dok sekolah

Sebanyak 60 stan turut meramaikan agenda tahunan ini. Tak hanya para siswa, orang tua murid dari PG, TK, SD dan SMP terus berdatangan memenuhi seluruh sudut komplek SMP Katolik Santa Clara. Berbagai penampilan apik seperti band, dance, dan tari tradisional mendapatkan apresiasi tinggi dari penonton. Tepuk tangan berkali-kali terdengar bergemuruh usai penampilan. Lagu Keluarga Cemara yang ditampilkan Blue Band, sebutan band Kelas 8 menjadi penutup bazar pada 10 Juni 2016 ini. (eric christopher)

Media Anak Santa Clara

L

AGU yang dipopulerkan Isyana Syaraswati „Tetap Dalam Jiwa‟, pelan tapi pasti kemudian membahana memenuhi seluruh sudut Sekolah Santa Clara. Suara Cornelia Laksmi dan Victoria Agatha lantang dengan artikulasi vokal yang jelas. Walau hanya berlatih selama dua minggu penampilan Blue Band, sebutan band Kelas 8 dapat dikatakan sempurna. Grup band asuhan David Krisnantoro kembali memukai penonton usai menampilkan lagu She Looks So Perfect dan Keluarga Cemara. “Awalnya, kami sempat gugup tapi kami berusaha untuk tampil lepas,” ucap Cornelia Laksmi, vokalis Blue Band. Band hanya salah satu pengisi acara. Ada lagi tari tradisional yang menampilkan Tarian Daun Pulus, yang tak kalah bagus dari penampilan Blue Band. Alhasil, aksi mereka di panggung mendapat apresiasi dari penonton. Latihan selama seminggu cukup bagi mereka untuk menampilkan kemampuan terbaik. “Badan yang harus meliuk-liuk, itu kesulitan yang harus kita hadapi, namun dengan kesabaran Kak Lika Arweti, kami bisa tampil baik,” ujar Maria Angela, salah satu penari tari tradisional. (evan leonard)

5


PROFILE

Foto-foto : dok pribadi

B

ERHASIL meraih first place JRBL Dance Competition 2015 membuat Saint-Ex semakin dikenal seluruh warga Sanclar, julukan SMP Katolik Santa Clara Surabaya. Tapi, tidak hanya berhenti di situ prestasinya lho. Saint-Ex kembali menyabet gelar juara pertama di SMAK Stanislaus Surabaya dan Kosayu Dance Competition. Sayangnya, mereka hanya mendapat tempat ketiga di Surabaya Carnival Dance Competition. Membawakan konsep Pinocchio menjadi pertanyaan berbagai pihak. Selain sudah lama, Pinocchio kurang dikenal anak-anak sekarang. “Kami memilih konsep ini karena Pinocchio mempunyai pesan positif yang mengajak untuk berbuat jujur, “ ungkap Justin Ohoiulun, pelatih Saint-Ex. Kekompakan dan kerja sama tim yang baik serta latihan intensif selama 3 bulan membuat tim dance asuhan Justin Ohoiulun mampu berbicara banyak di berbagai event perlombaan. Tak hanya itu, tampil total dengan hidung panjang dari kayu dan kostum mirip aslinya juga menjadi kunci keberhasilan Saint-Ex. Harus menjadi seperti boneka adalah kesulitan yang harus diadapi.“ Awalnya kami sempat kaku, tetapi berkat bimbingan Kak Justin kami dapat melewatinya,” ucap Alexandra Grace, kapten Saint-Ex.

Kostum yang baru jadi dua hari sebelum terselenggaranya JRBL Dance Competition tidak menurunkan semangat Saint-Ex.” Ada juga properti yang kami buat sendiri seperti hidung,topi dan sepatu,” ungkap Grace. Berbagai catatan prestasi telah ditorehkan Saint-Ex sejak 2013. Di tahun itulah nama Saint-Ex dicetuskan oleh Priscilia Primadona dan langsung menyabet gelar First Place JRBL Dance Competition untuk pertama kalinya. Monyet-monyet lucu menjadi konsep yang menghantarkan Saint-ex menuju puncak kejayaan. (evan leonard)

APIK—Aksi apik tim dance Saint-Ex saat Pentas Seni sekolah di Graha ITS, 30 Januari 2016.

6

Media Anak Santa Clara


PROFILE Foto-foto : dok pribadi

S

EKITAR dua minggu lalu, tepatnya 23-27 Mei 2016, siswi SMP Katolik Santa Clara Clara berlaga di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (OOSN) tingkat provinsi di Batu. Walau tidak berhasil menyabet kesempatan mewakili Provinsi JawaTimur, Ellen Andrea tetap pulang dengan membawa kebanggaan besar bagi keluarga, dirinya, dan juga sekolah. Dengan persiapan hampir sebulan sebelum OOSN, Ellen mematenkan peringkat keempat sebagai miliknya. “Biasa aja sih rasanya waktu tahu gak bisa mewakili Jawa Timur di tingkat nasional. Sebelumnya, sudah diprediksi, soalnya lawannya merupakanperenang-perenang Jatim terbaik di kelasnya,” ungkap cewek yang saat ini tergabung di klub renang Hiu. Setiap hari setelah pulang sekolah, pukul 14.30-18.00, Ellen mengasah kemampuan berenangnya di GOR KONI Kertajaya. Porsi makannya relatif teratur dengan asupan gizi sebagaimana seorang atlet seperti memperbanyak makan sayur dan buah, serta tidur sebelum pukul 21.00 WIB. Dara berkacamata itu telah mengenal dunia renang sejak TK B. “Saya ikut OOSN karena keinginan sendiri,” tutur Ellen yang mendapat bimbingan langsung dari tante sekaligus pelatihnya, Nanik Suryatmadja. Hasilnya? Selain mendapat juara 4 OOSN tingkat provinsi, Ellen juga pernah meraih juara 1 OOSN tingkat kota, merebut medali emas dan perak di kejuaraan renang se-Indonesia PialaPresiden, serta merebut medali emas dan perak di kejuaraan renang Piala KONI Kota Surabaya. (wahyuning tyas)

G

URU bahasa Indonesia Kelas 8, Ibu Amelda memiliki cita-cita menjadi guru sejak kecil. Motivasinya makin kuat sejak SMP setelah melihat cara mengajar guru agamanya, Ibu Nur Diana SPak. “Guru adalah jendela kepintaran dunia,” tutur Ibu Amel, kelahiran Pontianak, yang akhirnya lulus dari Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, saat diwawancarai. Awal kariernya dimulai di SMAK Bonaventura lalu berhenti. Ibu Amel ingin melanjutkan S2 tapi pupus karena masalah waktu dan biaya. Tapi jiwa mengajarnya memanggil dan masuklah dia ke SMP Katolik Santa Clara.

Foto : diantara/dok sekolah

Media Anak Santa Clara

“Pernah sedih lihat nilai UTS anak-anak. Saya sampai meneteskan air mata,” jelas guru yang bekerja sejak 1 Juli 2015 ini. (eric christopher)

7


SPECIAL

Foto-foto : diantara/dok sekolah

YAKIN— Santa Clara Choir (SCC) berfoto usai tampil di Fespa Ubaya 2016, 7 Juni 2016.

J Fespa Ubaya 2016 Kategori SMP 1. Cor Jesu Teens Choir (Gold/80,08) 2. Canticum Mariae Virginis (Silver/78,54) 3. Santa Clara Choir (Silver/77,29) 4. The One Voice (Silver/76,92) 5. Suara Rholas (Silver/75,33) 6. Swara Dua Choir (Silver/74,63) 7. Spendupan (Silver/71,00)

8

EDA setahun, Santa Clara Choir (SCC) memastikan tampil kembali di ajang Bali International Choir Festival (BICF) ke-5 pada 25-31 Juli 2016 di Denpasar, Bali. Festival menyanyi ini, menurut informasi terakhir, diikuti tiga benua, delapan negara, dan 30 provinsi.

Untuk BICF ke-3, SCC berhasil melewati babak penyisihan di kategori Teenager. SCC berhak melaju ke babak Championship, dan berhak membawa pulang medali perak dan gold. Sebuah prestasi membanggakan mengingat keikutsertaan yang pertama kali. Acara yang terbuka untuk seluruh paduan suara itu, tahun ini mengambil tagline "More FUN More FRIENDS in BALI!". Para juri merupakan ahli paduan suara dari berbagai negara seperti Amerika, Prancis, Korea, Singapura, dan lainnya. Sebelum ke Bali, SCC melakukan pemanasan di Fespa Ubaya 2016 pada 7-8 Mei 2016. Hasilnya, merebut tempat ketiga (Silver). Kompetitor terkuatnya, Cor Jesu Teen Choir, yang selama tiga tahun berturut-turut menjadi nomor satu di gelar Sinlui Hot. Untuk Sinlui Hot 2015, Cor Jesu di peringkat kedua, SCC nomor satu termauk predikat penyaji lagu wajib terbaik. Tapi, di Fespa Ubaya 2016, SCC harus mengakui kepiawaian mereka. (evan leonard/eric christopher)

Media Anak Santa Clara


RASA kekeluargaan di Sanclar itu tinggi, jadi berasa memiliki keluarga di sekolah. Buat adik kelas, belajar yang rajin, jangan malas, jangan main games terus. (Isabela Sophie) GURU-gurunya serasa teman sendiri, kenal banyak orang, punya teman yang bakal ngangenin kalau pisah. Untuk adik kelas, ayo, bikin kenangan sebanyak-banyaknya, karena masa SMP tidak bisa diulang lagi. (Sandra)

Foto-foto : diantara/dok sekolah


WARNA mera mendominasi lingkungan sekolah Santa Clara, Sabtu (4/6/2016). Yayasan Puspita Kencana selaku pengelola sekolah menggelar jalan sehat untuk orangtua, wali murid, para siswa dan semua karyawan. diantara/agatha eugenia


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.