2 minute read

Lanskap Dan Kepengarangan

The spectrum of Black, White, and Grey

DOLO, as a feature documentary film, is produced in black and white. This artistic choice emphasized the play in the plane, volume, and texture, which dominates Dolorosa’s sculptures. Through her sculpture's texture, shaped by her fingers' salient marks, this film speaks about the texture of the socio-political activism journey in Indonesia, which is never a smooth. I choose a black and white approach to read this texture, literally, in her studio and sculptures, and figuratively. Along with footages of Dolorosa reflecting her artistic practice, we also see witnesses from her ‘spiritual children’ and friends, consisting of writers, activists, artists, related to her habitus and the path it reveals to criticize injustice. In the end, DOLO is not a biographical film an sich, but a testimony in which we can step in and reflect on the intersection of art and activism as well as how we navigate the complexity of issues on humanity in Indonesia.

Advertisement

DOLO

Country of production Indonesia Language Indonesian language Subtitles English 150 min, 5.1 Surround, 2K, BW, 2021

Ia adalah guru. Ia adalah seorang ibu bagi seniman-seniman muda, ibu bagi para aktivis pergerakan sosial dan kebudayaan. Indonesia memiliki luka sejarah yang panjang dan tak terselesaikan, mulai dari peristiwa 1965, pembungkaman para aktivis demokrasi dan hak asasi manusia, dan merebaknya politik identitas. Di tengah itu semua, DOLO, seorang pematung perempuan membuka lukaluka sejarah tersebut melalui karya-karya patungnya. She is a teacher. She is a mother to young artists, a mother to activists of social and cultural movements. Indonesia has a long and unresolved historical wound, starting from the events of 1965, the silence of democracy and human rights activists, and the spread of identity politics. In the midst of it all, DOLO, a female sculptor opens the wounds of history through her sculptures.

Hafiz Rancajale (Indonesia)

Hafiz Rancajale (Pekanbaru, 1971) adalah seniman, pembuat filem, kurator, dan salah satu pendiri Forum Lenteng. Menamatkan pendidikan Seni Murni di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan kini menjadi Ketua Forum Lenteng dan juga Direktur Artistik ARKIPEL. Tahun 2020, ia menjadi Juri untuk Tiger Award pada International Film Festival Rotterdam. Hafiz Rancajale (Pekanbaru, 1971) is an artist, filmmaker, curator, and co-founder of Forum Lenteng. He graduated from the Art Institute of Jakarta (IKJ) and is now the Chairman of Forum Lenteng and the ARKIPEL Artistic Director. In 2020, he is the juror for Tiger Award at International Film Festival Rotterdam.

CANDRAWALA

CANDRAWALA – LOCAL LANDSCAPE OF NOW

Lanskap dan Kepengarangan

Dhuha Ramadhani

Semenjak dari negeri asalnya, hingga tiba di tanah Hindia Belanda, filem selamanya terpengaruh oleh lanskap ekonomi, sosial, budaya, dan politik di mana ia berpijak. Ragam aliran estetika sinema dunia lahir atas respons akan tiaptiap perubahan yang terjadi. Untuk sebagian besarnya, apa yang dibekukan dalam filem dapat memengaruhi balik lanskap yang mahaluas itu. Kelahiran estetika itu hanya dimungkinkan oleh kepekaan dan kesadaran yang dimiliki para pembuat filem pada lanskap—termasuk lanskap sebagai ruang fisik—serta perubahannya.

Dalam sejarah seni lukis modern Eropa, kehadiran landscape paintings (dan self-portraits) bahkan mampu menggoyahkan kemapanan aliran seni lukis klasik. Hal ini terjadi karena kehadiran lanskap seperti mengungkapkan ketidakpastian makna. Hal mana, dalam aliran klasik, kepastian atau ketunggalan makna dan kesamaan cara pandang akan alam dan kenyataan ialah sesuatu yang diupayakan dan dijaga. Penjagaan itu didorong, umumnya, karena proses melukis dilatari