4 minute read

Sinema Di Zona Temaram

PENYATAAN ARTISTIK

Hafiz Rancajale Direktur Artistik

Advertisement

Setelah hampir dua tahun pandemi melanda dunia, berbagai perubahan perilaku kita dalam berinteraksi mulai terjadi. Situasi ‘penjarakkan’ yang dipaksakan ini memicu berbagai respons impulsif dari kita yang telah nyaman dengan kebiasaan-kebiasaan sebelumnya. Berbagai perhelatan seni terhenti hampir sepanjang dua tahun ini, tidak terkecuali ARKIPEL. Pada tahun 2020, kami memutuskan untuk ‘pause’ atau jeda sementara, sambil melihat perkembangan situasi di masyarakat. Jeda setahun membuat kami merasa asing karena rutinitas yang sudah berlangsung hampir sepuluh tahun menyiapkan festival setiap tahun dipaksa ‘hilang’. Namun, jeda itu juga memberi ruang pada kami untuk menemukan metode atau cara baru dalam penyelenggaraan festival. Ada banyak eksperimentasi yang dilakukan berbagai festival dunia, baik festival besar maupun festival kecil. Penyelenggaraan festival secara daring yang mulai marak sejak pertengahan 2020 memberikan nuansa baru dalam berinteraksi dengan filem dan medan sosial sinema.

Tahun 2021, penyelenggaraan ARKIPEL Twilight Zone – 8th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival kembali dilaksanakan. Kami memutuskan festival diselenggarakan secara hibrida, yakni dengan menggabungkan penayangan secara daring dan luring. Tantangan utama dalam penyelenggaraan daring adalah menaklukkan teknologi media digital yang dapat memberikan kenyamanan kepada penonton dalam menonton karya-karya yang hadir di festival. Kemudian tantangan lainnya adalah masalah keamanan terhadap karya-karya yang ditayangkan secara daring, karena ada banyak platform streaming video secara daring yang masih sangat mudah diunduh oleh para pencari filem gratisan. Tentu saja tantangan berikutnya adalah membangun kepercayaan kepada para pembuat filem. Tidak semua pembuat filem setuju karyanya ditayangkan secara daring, dengan alasan utama soal keamanan tadi. Jadi, kami berusaha mencari platform yang kami anggap paling aman untuk menjamin karya-karya yang ditayangkan di ARKIPEL tidak diunduh oleh secara bebas. Untuk menjaga spirit ‘festival’ sebagai ruang pertemuan, kami tetap menyelenggarakan festival secara luring secara terbatas. Ruang yang kami gunakan adalah ruang sinema di Forum Lenteng—ruang yang baru selesai kami bangun dalam beberapa bulan terakhir. Penyelenggaraan secara luring terbatas ini, mungkin akan bisa menjaga spirit festival sebagai bangunan dalam menjalin relasi dengan kawan-kawan penonton dan para peminat filem eksperimental dan dokumenter di Jakarta.

Pada penyelenggaraan tahun ini, kami mengangkat tema Zona Temaram— yang merupakan tema yang telah kami putuskan sejak tahun 2019 untuk penyelenggaraan tahun 2020. Kami memutuskan untuk tidak mencari tema baru pada penyelenggaraan tahun 2021 karena kesesuaian dengan situasi yang kita hadapi sekarang. Zona Temaram adalah zona yang tak dapat kita duga. Ia bisa sangat gelap, abu-abu, berkilau, ataupun bercahaya. Tidak ada yang dapat menduga apa yang terjadi di ketemaraman situasi itu. Ketemaraman inilah yang menjadi tantangan besar dalam melihat persoalan sosio-kultural, sosio-politik kawasan, yang saling berkelindan dengan ruang-ruang yang mengitarinya. Sinema dalam hal ini mendapatkan celah untuk masuk dan menginterpretasikan ‘ketidakjelasan’ situasi tersebut. Sejak tahun 2020, kami telah memilih dan menyeleksi karyakarya filem dalam sesi Kompetisi Internasional yang berkesesuaian dengan tema yang kami tawarkan kepada para pendaftar. Jika merujuk pada pilihan-pilihan para selektor yang juga pemrogram dalam sesi kompetisi ini, terlihat sangat jelas tema-tema yang diangkat dalam filem-filem tersebut masih sangat relevan dengan situasi ketidakpastian kita saat ini. Ada karya-karya yang mengangkat temuan bersejarah yang masih gelap, namun ia memberi ruang interpretasi kepada kita tentang bagaimana sejarah itu bisa ber-relasi dengan bagaimana kehidupan kita sekarang bermula. Begitu juga karya-karya yang menghadirkan pukauan optik dalam sinema, dimana kebenaran realitas bisa berubah dalam tangkapan kamera dan suara. Meskipun sangat formalis dalam bahasa, karya-karya semacam ini tetap memberi pengalaman jelajah estetika yang tanpa batas dalam sinema.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada banyak karya yang mengangkat tematema pertarungan dan perebutan ruang kuasa, baik dalam konteks ‘kekuasaan’ ataupun ruang imajiner di dalam hubungan dengan masyarakat lainnya. Pertarungan ini tidak serta merta dapat kita artikan negative karena ia dapat menjadi ruang pertarungan yang sangat ‘konseptual’ dalam melihat kepandaian sinema membingkai persoalan yang nyata dalam masyarakat kontemporer.

Zona Temaram juga dapat dibaca sebagai penegasan kami atas keberpihakan pada persoalan keterpinggirkannya hal-hal yang ‘lokal’ dalam bingkai modernitas peradaban saat ini. Hal ini dapat kita lihat bagaimana konsep kebertahanan masyarakat lokal, suku-suku, ataupun masyarakat yang tinggal di daerah ‘remote’, yang bisa melalui masa berabad-abad mempertahankan kebudayaannya. Hal inilah yang sering diabaikan oleh para ‘pemikir modern’ dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terkait dengan persoalan masyarakat lokal, masyarakat adat, dan lain sebagaianya. Kelokalan adalah zona temaram yang menghidupi masyarakat kita (Indonesia) saat ini. Ia bisa hidup dalam berbagai situasi masyarakat di berbagai zaman. Terbukti bahwa pandemi saat ini tidak datang dari praktik-praktik kelokalan, namun kecerobohan peradaban modern dalam mengelola jaminan kesehatan masyarakat dunia. Pada karya-karya yang hadir dalam ARKIPEL Twilight Zone 2021, ada banyak rangkuman persoalan kelokalan ini yang diangkat dalam sinema. Karya-karya ini bukan ingin meratapi tentang keterpinggirkannya kelokalan tersebut, namun justru merayakan kelokalan itu dengan cara kritis. Rekaman-rekaman yang tergambar dalam berbagai program di festival ini dapat menjadi refleksi bagi kita dalam melihat bagaimana melalui berbagai zona temaram yang tidak pasti itu. Kita tidak dapat melaluinya dengan sendiri-sendiri, karena zona temaram dapat dilihat dengan jernih hanya dengan kebersamaan. Festival ARKIPEL hanyalah salah satu ruang kebersamaan itu dalam melihat zona temaram tersebut. Semoga saja ini dapat berkontribusi bagi sebagian dari kita dalam melewati situasi pandemi, yang kita tidak tahu pasti berakhirnya. Selamat merayakan sinema di zona temaram.

Selamat menonton.

Hafiz Rancajale Direktur Artistik ARKIPEL