Buletin SLiLit Arena Agustus 2016

Page 1

SLiLiT

EDISI AGUSTUS 2016

ARENA

diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa ARENA sejak 1975

Daftar Isi i r

Mahasiswa dan UKT; Tak Pernah Sejalan ...................................05 iv sit i

LELET DI ERA INTERNET

...................................08

MIMPI MERAIH RESEARCH UNIVERSITY

...................................10 i

Pendidikan Inklusif, Masalah Atau Solusi

...................................12 h

KOMUNITAS RIMBUN: TUMBUH DARI GEJOLAK

...................................17 s

Di balik Layar Penghancuran PKI

...................................20 t

UIN: Selalu Baik-Baik Saja

...................................24

J E LAS & M E N G GAN JAL

W lpmarena.com

@PersMaArena

Lpm Arena

LPM ARENA

UIN SUKA KIKIR TRANSPARANSI DATA Pemohon informasi data sering dipersulit, UIN Sunan Kalijaga belum mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dengan baik. oleh AGUS TERIYANA

P

ADA SENIN 16 Mei 2016 lalu, Dewan Mahasiswa (Dema,) Senat Mahasiswa (Sema), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) melakukan audiensi beruntun kepada pihak rektorat terkait permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Salah satu tuntutannya tentang transparansi dana BOPTN bagi UKM. Namun mereka tidak mendapatkan penjelasan dari pihak Rektorat saat audiensi. Persoalan serupa juga dialami Adam, mantan ketua BOM-F LPM Rethor. Ketika ia, LKM, dan BOM-F fakultas Dakwah mengikuti rapat di fakultas Dakwah dan Komunikasi membahas program kerja dan maksimalisasi ruangan. Namun, rapat menemui kebuntuan karena pihak birokrasi tidak memberikan data anggaran. “Hal itu sampai sekarang masih menjadi polemik di bidang keuangan,” ungkap Adam. Menurut Adam, meski ahirnya anggaran sudah dibagikan pihak birokasi Fakultas, belum ada informasi kejelasan mekanisme pembagian anggaran, sumber dana, dan jumlah dana. Selain itu absennya partisipasi mahasiswa dalam proses penyesuaian kebutuhan di masing-masing LKM dan

BOM-F. “Ini yang terkadang sering disembunyikan,” tandasnya. Adam menegaskan bahwa persoalannya bukan pada wilayah polemik anggaran. Menurutnya penyebaran informasi kepada semua khalayak Kampus, baik itu tentang polemik ataupun mekanisme anggarannya yang sangat penting. “Agar setidaknya mahasiswa tidak gelap informasi tentang kampusnya sendiri”. Sebagai mantan ketua Lembaga Pers Rethor, Adam menegaskan bahwa penyebaran dan penggalian informasi

lpmarena.com

01


iv sit i

menjadi tugas pokok yang wajib diemban. Namun, dalam proses pengalamannya menggali informasi dengan mewawancarai para birokrat Kampus, ia sering mendapat kendala. “Salah satunya narsum (Narasumber) menolak untuk diwawancarai,” lanjutnya. Kendala serupa juga dirasakan Imron Pimpinan Umum BOM-F Tarbiyah LPM Paradigma. Ia mendapat

02

penolakan dari Waryono selaku Wakil Rektor II sebelum digantikan Sahiron, ketika ia mempertanyakan dan meminta data 12 persen UKT mahasiswa golongan satu. “Dua belas persen itu siapa aja? Tapi kami tidak dikasih tahu Waryono”. Menurut Imron, saat ini persma tidak bisa hanya mengandalkan kartu pers saja untuk melakukan proses peliputan. Tapi harus melalui

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

prosedur, dengan mengirim surat terebih dahulu. “Seolaholah birokrat itu merasa takut, kalau kita itu tahu.”

SEKILAS TENTANG KIP PADA KAMIS, pukul lima sore Arena mengikuti diskusi dengan Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH,) terkait Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik


iv sit i

(KIP). Waktu itu, Ja'far salah satu anggota PSKH maju sebagai pemantik diskusi. Pasca reformasi, terjadi perubahan yang cepat dalam sistem Pemerintah Indonesia. Salah satunya, pemerintah mulai membuka kran keterbukaan informasi bagi masyarakat. Pemerintah, pada 30 April 2010 menetapkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(UU KIP). Sudah sewindu lebih sejak awal 2000, 42 koalisi LSM mendorong UU KIP. Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), sebuah LSM yang bergerak di bidang kebijakan lingkungan, mengawali gagasan perlunya mendorong sebuah kebijakan yang mengadopsi prinsip-prinsip freedom of information. Masyarakat memiliki ruang lebih terbuka untuk memperoleh informasi dari Badan Publik Pemerintah maupun Badan Publik nonPemerintah dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya. Salah satunya adalah Universitas. Universitas sebagai lembaga badan publik seperti yang tertuang dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Anggaran bagi pelaksanaan universitas juga ditopang oleh APBN dan pembayaran biaya pendidikan oleh mahasiswa. Tentunya jika merujuk pada pengertian badan publik dalam UU KIP, Universitas merupakan salah satu badan publik yang wajib membuka informasi bagi masyarakat. Dalam UU KIP nomor 14 tahun 2008 bab 3 bagian keempat menerangkan tentang kewajiban badan publik. Ja'far menjelaskan bahwa pihak kampus seharusnya membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi secara baik dan efisien. Agar pemohon informasi, dalam hal ini adalah mahasiswa dapat dengan mudah mengaksesnya. Hak mendapatkan informasi juga diatur dalam UUD 1945 pasal 28F yang berbunyi, ”Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.” Selain itu, Ja'far juga menyebut Peraturan Pemerintah nomor 61 tahun 2010 tentang pelaksanaan UU nomor 14 tahun 2008 juga menjadi acuan. UU tersebut menjelaskan tentang pembentukkan dan fungsi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Dan Mengenai ringkasan laporan keuangan, dalam tahap perencanaan anggaran. Seperti perencanaan gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang akan menggusur Panggung Demokrasi (PangDem) itu seharusnya sudah ada transparansai. “Bahkan perencanapun seharusnya sudah, tapi saya tidak dapat kabar”. Pada 2015 lalu, KIP mengadakan penilaian hasil partisipasi kuesioner yang diberikan dalam kurun waktu tiga dimulai pada 2014. Dalam kategori Perguruan tinggi Negeri (PTN,) dari 65 PTN menurut data KIP tercatat 26 persen PTN ikut berpartisipasi, dan tahun 2015 meningkat menjadi 40 persen. KIP melansir 10 PTN, dimana UIN Sunan Kalijaga tidak termasuk di dalamnya. Ja'far melanjutkan perlu adanya transparansi neraca perbandingan. Jumlah anggaran yang didapat atau income dalam setahun, dan penggunaannya atau outcome harus transparan. Ia melihat selama ini, Kampus belum sepenuhnya mengimplementasikan KIP. MENURUT HANDARLIN selaku biro Administrasi Umum dan Keuangan (AUK) pada waktu itu, mengaatakan semua data yang bersifat umum bisa diakses oleh semua masyarakat melalui website Kampus. “Seperti perkembangan UIN dan data-data informasi yang bersifat

lpmarena.com

03


iv sit i umum”. Namun, ia juga menegaskan ada data yang tidak dapat dipublis. “Seperti sanksisanksi pegawai, kebijakankebijakan terkait, kebijakan Rektor itu sulit”. Menaggapi polemik permohonan informasi data-data UKT, ia sudah menyampaikan kepada mahasiswa, dana UKT yang berasal dari dua sumber, yaitu Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tetapi perihal rincian UKT yang diminta mahasiswa, ia tidak memiliki wewenang. “Silakan saja minta ke bidang keuangan,” tandasnya. Selain itu, Handarlin mengatakan data audit anggaran tidak perlu di publis. Ia khawatir jika data tersebut akan disalahgunakan dan kekhawatiran mahasiswa tidak paham dalam prosesi perencanaan. Ia menjelaskan partisipasi mahasiswa dalam perancangan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian dan Lembaga (RKAKL), berbenturan dengan pedoman kebijakan di Kampus. “Saya takutnya tidak paham, karena merancang anggaran itu juga sulit”. Perihal keuangan lanjutnya, “tidak semua data keuangan itu tidak bisa di publis karena semua data yang dikeluarkan dari rektorat”. Data tersebut akan diperiksa oleh inspektorat BPK, dan akan dilaporkan pada Kementrian Agama pusat. Prosesnya, dari biro AUK melapor pada Rektor, kemudian Rektor akan mempertanggungjawabkan pada pusat. Untuk mekanisme prosedural permohonan informasi data harus melalui Tata Usaha (TU) terlebih dahulu. Kemudian dari TU ke biro AUK, dan biro AUK akan melapor ke Rektor. Dari Rektor kalau mendapat legalisir dari biro AUK akan

04

mengintruksikan pada bidang yang berwenang terhadap data tersebut. Handarlin juga menyerukan sebaiknya bagi mahasiswa yang meminta data di rektorat itu secara administratif melalui surat, “karena denga surat itu, kita akan mempersiapkan datanya”. Wadah informasi yang dapat diakses saat ini baru hanya ada dua, manual dan website. “Tapi lebih diutamakan pada website, walaupun belum maksimal,” kata Maharani. Tidak adanya Pusat PPID di Kampus menyebabkan semua informasi tidak terkoordinir dengan baik. Hal tersebut Menurut Maharani selaku Humas kampus, menyebabkan pihak Humas sendiri merasa kesulitan dalam mengumpulkan semua data dan informasi di Kampus. Saat ini, ia sedang mengusahakan adanya PPID. Yang menjadi permasalahan dalam pendirian PPID terkait pejabat yang siap masuk dalam pembentukan struktur. Selama ini, Maharani hanya bisa mempublikasikan informasi-informasi yang bersifat umum. Seperti pengumuman-penguman kampus, lowongan kerja dan berita-berita. Informasi didapat dari bidang bersangkutan di Kampus, kemudian pihak Humas akan mempublisnya. Pihak Humas hanya menerima informasi yang sudah diberikan. “Jadi kita itu hanya menerima apa yang harus disampaikan pada publik”. Sedangkan informasi yang bersifat khusus, Maharani hanya bisa mengembalikan pada pimpinan, dengan alasan mereka yang berwenang. Menurutnya selama dalam perjalannya menjadi kepala Humas, belum pernah mempublis informasiinformasi terkait anggaran baik itu sudah ataupun belum diaudit.

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

DISKUSI SORE itu menghasilkan tiga poin. Pertama, pada dasarnya semua informasi boleh dikonsumsi oleh masyarakat luas. Kedua, ada pengecualian jika data menyangkut intelegen, keamanan, profesi, dan yang bisa mengganggu keamanan. Ketiga, tidak ada mekanisme yang konkrit perihal wadah penyebaran informasi. Di ahir diskusi Ja'far menceritakan pengalamannya sebagai korban dari informasi tentang pendaftaran Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang menurutnya lamban. Ia menemukan selebaran pengumuman KKN angkatan 89 dan 90 berwarna hijau menempel di papan informasi fakultas Syari'ah dan Hukum. Selebaran itu mengumumkan dibukanya pendaftaran KKN secara online. Namun, ketika ia mendaftar online tetap masih belum bisa dan tidak ada informasi lanjutan. “Tidak ada kejelasan, di selebaran hanya tertulis 'sudah bisa melayani pendaftaran secara online' saja,” katanya. Ja'far menyatakan bahwa masih minimnya keterbukaan informasi data di Kampus. Ia kembali menceritakan persoalan PSKH yang semula merupakan Badan Otonomi Mahasiswa Fakultas (BOM-F) Syari'ah dan Hukum sebagai organisasi milik Fakultas, diubah namanya menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F). Perubahan dari BOM-F menjadi UKM-F dari birokasi kampus tidak ada informasi sama sekali. Seperti Surat Keterangan (SK), pemberitahuan atau sosialisasi perubahan tersebut. “Tahu-tahu langsung diubah dari BOM menjadi UKMF Di situpun tidak ada informasi yang jelas,” kata Ja'far.[]


i r

Mahasiswa dan UKT; Tak Pernah Sejalan MAHASISWA BARU datang lagi, selamat datang! Kawan-kawan adalah bagian dari kerja rutin kampus untuk menerima pendatang baru. Yang teramat baru di tahun 2016 adalah biaya kuliah UIN Sunan Kalijaga bertambah gendut. Harga termahal meroket sampai tujuh juta. Memang, sejak Uang Kuliah Tunggal (UKT) diberlakukan akhir tahun 2013, UIN tak boleh lagi berkelakar kampusnya adalah yang termurah sedunia akhirat. Mahasiswa tak boleh, dosen juga, amtenaramtenar pembuat kebijakan apalagi. Mahar Enam ratus ribu rupiah untuk satu semester kini dirasakan mahasiswa semester tujuh dan angkatan atasnya saja. Tahun ini pula, puluhan calon mahasiswa baru batal kuliah di UIN. Mereka terpaksa mengundurkan diri karena tak mampu membayar biaya kuliah. Harga UKT yang mesti dibayar bertolak belakang dengan kondisi ekonomi keluarga, terlampau mahal. Ini perkara yang buat geger. Bukan juga berarti bahwa mahasiswa yang bisa membayar sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga. Banyak yang memaksakan diri, sudah banyak permintaan turun golongan sejak periode 2014/2015. Selama ini, penggolongan UKT lebih dititik beratkan pada pengisian anggaran Biaya Kuliah Tunggal (BKT). Mahasiswa baru digolongkan seturut anggaran belanja kampus. Tiap mahasiswa mesti mengisi kantong belanja UIN yang besar. Padahal syarat pertama yang diminta UKT adalah nominal penghasilan orang tua dan aset keluarga. Syarat seperti itu untuk pembuktian kondisi ekonomi di kampung halaman sana. Tapi sudah dibuktikan, biayanya berbanding terbalik dengan kondisi rumah. Mengeluhlah orang di rumah, dan memang seharusnya begitu. Kuota golongan satu sedikit saja, minimal lima persen menurut aturan pemerintah. Boleh saja kampus melebihkan nominal lima persen itu, tapi tak mungkinlah akan besar. Tahun lalu golongan satu hanya berkisar 12%. Meski seandainya terdapat lima puluh persen layak golongan satu, sulitlah jumlah itu digolongkan sebagaimana semestinya, belanja tahunan UIN besar. Surat pernyataan kesanggupan membayar UKT dibuat, mahasiswa wajib menandatangani. Kalau sudah ditandatangani, tak bolehlah menawar turun golongan besok hari. Kalau memang tidak mampu, pilihan tersisa adalah mundur. Tahun ajaran 2015/2016, pendaftar jalur regular secara otomatis dimasukkan golongan dua atau tiga.

Golongan satu diperuntukkan bagi pendaftar jalur lain sebelumnya. Meski datang dari keluarga tidak mampu, pendaftar jalur reguler dianggap mampu secara sepihak oleh UIN. Yang demikian itu, kemudian membantah anggapan bahwa UKT adalah subsidi silang seperti yang sempat dipromosikan awal penetapanya. Mahasiswa yang mampu secara ekonomi membayar lebih tinggi agar kawanya yang berkekurangan bisa kuliah. Ideal itu belum pernah terjadi. UKT tetap mahal bagi mayoritas mahasiswa lintas golongan. Ia justru menjadi sistem yang memungkinkan UIN meraup uang lebih besar dari sistem sebelumnya. Dengan memberlakukanya, tiap tahun BKT boleh naik, BOPTN dari Negara tak mencukupi, lalu nominal UKT makin gendut. Karena memang, BKT dan UKT selain golongan satu ditentukan angkanya oleh kampus sendiri. Konsekuensi selanjutnya dari UKT gendut adalah reorganisasi kelas mahasiswa. Mahasiswa baru mundur membuat kosong bangku kuliah dari kelas yang tak mampu. Kini bertambah banyak saja yang tersingkir dari kampus, tersisa sedikit kursi bagi masyarakat miskin. Sebelum terjadi, ada baiknya mahasiswa berkumpul menuntut kejelasan pada kampus yang memberlakukan UKT tanpa mempertimbangkan kondisi mahasiswa sama sekali. Toh mendapat Pendidikan murah masih jadi hak rakyat. Mahasiswa pembayar UKT sendirilah kelas yang paling berhak menuntutnya, karena pada dirinya terdapat kondisi materiil yang memuat kesusahan- kesusahan untuk dapat melunasi tagihan semester kampus. Kini kelas itu makin besar dan makin dibikin susah. Tiadalah perasaan lain saat dibikin susah selain keinginan untuk memperbaikinya. Gelombang aksi memprotes UKT terjadi di manamana. Universitas Gadjah Mada, Universitas Soedirman, Universitas Negeri Jakarta, UIN Maliki Malang dan UIN Sunan Kalijaga sendiri. Di mana-mana, ia tak kunjung menampakkan gelagat baik, enggan berpihak pada mahasiswa. Sementara mahasiswa merasa keberatan, angka UKT selain golongan satu terus saja dinaikkan. Keinginan dapat biaya murah tak sejalan dengan pilihan tersedia. Padahal harga mahal bukan untuk mahasiswa, itu buat pejabat. Dan ternyata, ya, kepentingan mahasiswa berbeda dengan kepentingan pejabat kampusnya.[] REDAKSI

lpmarena.com

05


r

m

Mahasiswa dan Toilet Assalamualaikum teman-teman seperjuangan dan seperantauan. Kalau kita berbicara tentang kampus kita, UIN Sunan Kalijaga, sebenernya saya sangat bangga bisa kuliah di sini. Selain karena ini di Jogja Istimewa yang notabene sangat ramah dengan perantau dari mana-mana, nama UIN juga telah memberikan dan mengajarkan saya banyak pengalaman dan teman baru. Namun ternyata hal-hal positif tersebut tetap saja dibumbui dengan ganjalan-ganjalan yang itu terasa seharisehari ketika ngampus. Yang ingin saya bahas di sini adalah tentang toilet yang sering pelit memberikan air kepada mahasiswanya. Kendala ini sangat terasa bagi mahasiswa yang metabolisme tubuhnya lebih cepat dan sering ingin pergi ke toilet. Kadang sampai bingung harus pergi kemana karena dari lantai 1 sampai lantai 4 sudah didatangi tetap saja hasilnya nihil, dan hanya membaca “maaf, air habis”. Selain itu, sering tidak tersedianya air juga menghambat mahasiswa untuk melaksanakan shalat. Terkadang dengan waktu keluar kelas yang menghimpit waktu shalat, kita tidak sempat lagi kalo harus pergi ke maskam dan pilihan satu-satunya adalah shalat di mushala fakultas. Namun dalam kondisi ini, jika air untuk wudhu tidak ada. Kita harus bagaimana? Sebenarnya semuanya bisa selesai jika manajemen pemeliharaan fasilitas dijalankan dengan rapih. Dan pihak Universitas juga harus sering-sering mengontrol kondisi fasilitas tiap fakultas agar tetap terjaga dan dirasakan bersama oleh semua civitas akademika. Terimakasih, semoga lebih baik lagi. NENENG ELA FAUZIYYAH, MAHASISWI SEMESTER VI, EKONOMI SYARIAH. FEBI.

KKN Mengundang Galau KKN yang biasa dipelesetkan dengan sebutan Kisah Kasih Nyata sempat menjadi perbincangan panas di kalangan mahasiswa semester VI UIN Sunan Klaijaga Yogyakarta. Pembagian dua kloter KKN pada tahun ini mengundang polemik. Realisasi program KKN pada tahun ini memang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini KKN dibagi menjadi dua angkatan, dimana setiap angkatan diberikan jatah KKN selama satu bulan. Selain itu kuota per angkatan KKN dibatasi hanya untuk 1500 mahasiswa. Sedangkan kuota tersebut diprioritaskan untuk angkatan 2012. Dengan adanya pembatasan kuota dan prioritas yang diberikan bagi angkatan 2012 tentu mengundang kekhwatiran bagi para mahasiswa semester VI atau angkatan 2013. Mahasiswa yang idealis untuk lulus kilat dan telah memenuhi teori sebanyak 110 SKS tentu sangat dibuat galau dengan adanya kabar sistem pembatasan kuota ini Teknis KKN di UIN Sunan Kalijaga membuat saya berpikir ulang tentang makna dari KKN itu sendiri. KKN kurang lebih bertujuan untuk mengabdikan diri pada masyarakat dan mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan. Namun terdapat hal penting yang perlu direnungkan kembali, benarkah praktik KKN selama ini telah berkontribusi secara nyata bagi perkembangan masyarakat? Ataukah hanya praktik ritual dari tahun ke tahun sebagai salah satu syarat kelulusan seorang sarjana saja? Maka sudah seharusnya ada perubahan konsep dalam menyelenggarakan KKN. Perubahan yang mengarah pada dampak nyata bagi masayarakat. Semoga coretan ini dapat memberikan sedikit perubahan yang lebih maslahat bagi kampus kita tercinta. Aamiin. ANNISA NUR SALAM, MAHASISWA JURUSAN EKONOMI SYARIAH, FEBI. DITERBITKAN OLEH:

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) ARENA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta PELINDUNG Rektor UIN Sunan Kalijaga | PEMBINA Dr. Abdur Rozaki | DEWAN REDAKSI Ahmad Jamaludin, Ulfatul Fikriyah | PEMIMPIN UMUM Sabiq Ghidafian Hafidz | WK. PEMIMPIN UMUM M. Faksi Fahlevi | SEKRETARIS UMUM Alifah Amalia | BENDAHARA Anis Nur Nadhiroh | PEMIMPIN REDAKSI Rifai Asyhari | REDAKTUR ONLINE Isma Swastiningrum, Lugas Subarkah | REDAKTUR SLiLiT Robandi | REDAKTUR BAHASA Nurul Ilmi | STAF REDAKSI Ajid Fuad Muzaki, Dewi Anggraeni, Asvariyanti H.M, Lailatus Sa'adah, Rodiyanto, Mar'atus Sholihah, Ratna Sari, Wulan Agustina

Pamungkas, Ilham Habibi, Chaerizanisazi Bas’ad, Ulfa Nur Azizah, Abdul Rohim, Afin Nur Fariha, Mujaeni, Syakirun Ni'am, Ilham M.R, Rohmad Aditiya Utama | ARTISTIK Doel R & Sabiq GHz | KOOR. PERUSAHAAN & PRODUKSI Agus Teriyana | KOOR. PUSAT DATA & ANALISIS Imroatus Sa'adah | KOOR. JARINGAN & KOMUNIKASI Ahmad Najib | KOOR. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Khairul Amri Kantor Redaksi/Tata Usaha: Student Center Lantai 1 No. 1/14, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl. Laksda Adisucipto Yogyakarta 55281 Telp.: +6285 878 806 711 a/n Agus | E-mail: lpm_arena@yahoo.com | Website: www.lpmarena.com

06

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016


Lembaga Pers Mahasiswa

ARENA

anggota baru 22 AGUSTUS – 20 OKTOBER 2016 PERSYARATAN UMUM

◌ ESAI TENTANG UKT ◌ BERITA DALAM KAMPUS ◌ RESENSI BUKU JURNALISTIK ◌ MAHASISWA UIN SMT 1 & 3 ◌ FOTOKOPI KTM ◌ FOTO UKURAN 4X6 ◌ REGISTRASI IDR 13 K PERSYARATAN KHUSUS

◌ REPORTER (BERITA LUAR KAMPUS)

◌ LAYOUTER (KARYA LAYOUT UKURAN A4)

◌ FOTOGRAFER (2 FOTO JURNALISTIK UKURAN 3R)

◌ ILUSTRATOR (2 KARYA ILUSTRASI) GELOMBANG I 22 AGUSTUS – 18 SEPTEMBER | PENGUMPULAN BERKAS 20 SEPTEMBER TES WAWANCARA 21-23 SEPTEMBER | PENGUMUMAN 27 SEPTEMBER GELOMBANG II 1 OKTOBER – 20 OKTOBER | PENGUMPULAN BERKAS 20 OKTOBER TES WAWANCARA 23-25 OKTOBER | PENGUMUMAN 29 OKTOBER SILAH KUNJUNGI STAND PENDAFTARAN KAMI DI KAMPUS TIMUR DEPAN KANTIN DAKWAH & KAMPUS BARAT DEPAN POLIKLINIK INFORMASI:

@PersMaArena

Lpm Arena

+62819 0465 3948

LPM ARENA W lpmarena.com


iv sit i

LELET DI ERA INTERNET Dari hasil perhitungan persentase survei ARENA, 77.11 persen mahasiswa yang mengakses Sistem Informasi Akademik (SIA) masih sering mengalami error. Hal tersebut karena leletnya birokrasi menangani SIA. oleh LAILATUS SA’ADAH

S

EJAK PERTAMA kali, Sistem Informasi Akademik (SIA) berbasis IT UIN Sunan Kalijaga beroperasi pada 2010. SIA tidak pernah lepas dari permasalahan. Hal itu biasanya terjadi saat menginput mata kuliah. Mahasiswa tidak dapat mengakses SIA dikarenakan akses yang sangat buruk. Di semester genap tahun 2016, jadwal masuk kuliah terpaksa mundur satu minggu lantaran SIA tidak bisa diakses hingga menyebabkan mahasiswa gagal menginput mata kuliah. Dampak SIA saat itu berimbas hingga waktu perkuliahan tidak sesuai jadwal perkuliahan. Khoiro Ummatin, Kepala prodi Komunikasi Penyiaran Islam menjelaskan, beberapa mahasiswa jurusanya menjadi korban. “Sampe perkuliahan sudah jalan itu masih ada beberapa mahasiswa yang KRS-nya kosong”. Hartanto Adi Saputro, mahasiswa jurusan KPI semester XII menceritakan pengalamanya selama enam tahun kuliah. “SIA masih sering mengalami gangguan, apalagi setiap kali mau input KRS,” ujarnya yang kerap disapa Rimba. Evi, wisudawati tahun 2015 juga mengalami persoalan serupa jelang wisuda. "Sebelum wisuda sistem menyatakan saya tidak cumlaude, padahal perhitungan manual itu cumlaude”. Tidak hanya dialami mahasiswa, beberapa dosen UIN

08

juga merasakan dampak SIA yang bobrok. Dalam beberapa kali akses akun SIA setiap bulannya, Sadyu mengaku sering mengalami error. “Ya lemot, bahkan malah kadang-kadang logout sendiri,” jelas Sadyu, dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah fakultas Tarbiyah dan Pendidikan. Agung menimpali bahwa dirinya juga pernah mengalami masalah ketika mengunggah nilai mahasiswa ke SIA. Nilai yang sudah ia unggah ke system, tidak bisa dilihat oleh mahasiswa. “Waktu itu input nilai sudah sukses semua, tapi ternyata ada mahasiswa yang komplain kalau nilainya belum keluar,” jelas Agung, dosen PGMI yang kebetulan ikut nimbrung. Dari hasil survei Pusat Data dan Analisis LPM Arena terkait SIA terhadap 118 mahasiswa berbagai Fakultas. Sebanyak 62.71% mahasiswa mengaku mengakses SIA lebih dari sepuluh kali dalam satu bulan. 77.11% mahasiswa sering mengalami SIA error saat diakses. Sementara hampir semua peserta, sebanyak 99.15% menuntut pejabat kampus segera menyelesaikan masalah SIA. Dari pihak Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) selaku pengelola SIA tidak bisa menjanjikan adanya perbaikan. Agung Fatwanto, ketua PTIPD periode 2011-2015 menjelaskan bahwa pihaknya

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

hanya mampu berusaha dengan mencoba memberikan peningkatan kualitas layanan yang buruk. “Kendala itu kan mesti ada, tapi kita berusaha untuk memberikan yang terbaik,” ujar Agung. Di antara langkah yang dilakukan PTIPD dengan menambah fitur akademik. Sementara untuk mengatasi persoalan input mata kuliah, PTIPD akan menambah jadwal input lebih panjang. “Kita akan perpanjang menjadi dua minggu,” tambah Agung.

UIN BERBASIS IT BELUM SIAP TRANSFORMASI SIA TELAH melalui perjalanan panjang mulai dari sistem manual hingga IT. Pada periode 2006/2007, Kampus menggunakan intranet untuk menunjang SIA. Awalnya SIA berbasis intranet hanya bisa diakses melalui alat bernama godam yang tersedia di kampus. Empat tahun berselang Kampus mengubah SIA menjadi berbasis IT dengan fitur perkuliahan. Fitur yang tersedia dengan beberapa sub menu pendukungnya, seperti akses melihat dan menginput nilai, pengisian KRS secara online, yang menunjang akademik mahasiswa maupun dosen. Pada 2011 pihak PTIPD menambah beberapa fitur SIA sehingga tersedia fitur perkuliahan hingga wisuda.


iv sit i

99.15 % 77.11 % 62.71 % 55.93 % 81.35 %

mahasiswa menuntut problem SIA segera diselesaikan

SIA error saat diakses

\\caution// :P :P :P :P you’re trapped //in sia\\

akses SIA lebih dari 10 kali per bulan

SIA menunjang akademik informasi SIA sesuai kebutuhan

SUMBER: PUSDA ARENA (HASIL SURVEI TERKAIT SIA TERHADAP 118 MAHASISWA DARI BERBAGAI FAKULTAS)

Penyedia layanan SIA berpusat di PTIPD sebagai super admin. Super admin yang bertugas, bergerak dengan adanya kebijakan dari pusat akademik di PAU sebagai admin. Sementara operasional SIA yang dikelola setiap Fakultas diketuai Kepala sub.bagian (Kasubag) akademik Fakultas dibantu admin tiap Jurusan. Terdapat sembilan pegawai PTIPD yang berstatus PNS yang bertugas dalam pelayanan akademik. Pada ajaran 2015/2016, terdapat sekira 15.000 ribu lebih mahasiswa pengguna SIA. Sutrisno dalam acara dari web jumlah keseluruhan mahasiswa UIN terdiri dari 14.741 mahasiswa S1, 386 mahasiswa S2, dan 1 mahasiswa S3. Dengan demikian, rasio unit layanan IT pegawai PTIPD kepada mahasiswa dalam masa aktif perkuliahan adalah 1 : 1700 mahasiswa. Agung juga mengakui bahwa kemampuan pegawai PTIPD belum mumpuni. “Memang pegawai kita ini bisa disebut kompetensinya kurang,” kata Agung. Hal ini mengacu pada kriteria kepegawaian PTIPD, minimal harus mempunyai kompetensi IT, “tidak harus bagus, kalo bagus ya sudah tidak kerja di sisni,” tambah Agung. Sampai saat ini UIN hanya menyediakan 150 item akses poin di dalam kampus yang

tersebar di titik-titik tertentu. Akses poin atau yang sering disebut jaringan wifi ini berfungsi seperti alat pemancar radio yang menyebarkan gelombang untuk pemanfaatan akses internet tanpa kabel. Selain tersebar di tempat-tempat vital, di setiap fakultas terdapat 10 akses poin dengan kapasitas maksimal 300 pengguna. “Kita menyediakan 10 akses poin di tiap Fakultas dengan maksimal user login itu 300 per-Fakultas,” terangnya. Agung mengakui selama jam aktif kuliah pukul 09.00-15.00 WIB, terdapat lebih dari 500 mahasiswa yang datang ke kampus. Hampir keseluruhanya memanfaatkan wifi kampus. Proporsi akses poin yang tidak ideal ini menyebabkan banyak mahasiswa gagal login dan jaringan internet menjadi lambat. Waryono menjelaskan bahwa sebenarnya pihak rektorat memang harus bertanggungjawab dalam pengadaan internet yang dibutuhkan PTIPD. Menanggapi akses poin dan bandwidth yang tidak ideal, ia mengungkapkan bahwa tiap tahun Kampus melakukan investasi pengadaan server. “Tahun 2016 ini secara keseluruhan kita mengusulkan anggaran itu kurang lebih 600 milyar. Tapi kenyataanya yang turun hanya 50 persen dan itu untuk sarprasnya (Red: sarana

dan prasarana) hanya 1,2 persen,” jelas Waryono, wakil rektor III. Ali Sodik, Kepala Bagian Rumah Tangga menambahkan bahwa tahun ini anggaran untuk server sebanyak 1 milyar 182 juta dan untuk internet 1 milyar. Dalam kurun waktu enam tahun sejak penerapan sistem akademik berbasis IT, permasalahan SIA tak kunjung mengalami perbaikan signifikan. “Seharusnya itu kan ada evaluasi dari pihak PTIPD. Aku berharap rektorat itu bertindak tegas terhadap ketua SIA itu,” ujar Rimba. Agus Mulyanto, kepala laboratorium terpadu fakultas Saintek dan Teknologi (FST) menyarankan agar kapasitas server Kampus ditingkatkan. “Ketersediaan bandwidth itu perlu diadakan sesuai dengan kebutuhan,” kata Agus. Persoalan SIA bukan saja berada di tataran Fakultas maupun PTIPD. Suharyanto, kepala bagian akademik TU fakultas Tarbiyah, mengatakan bahwa persoalan SIA menyangkut infrastruktur kampus yang merupakan tanggung jawab Rektor. “Kendala-kendala ini telah menyalahi semangat kita di era teknologi, seharusnya stabilitas infrastruktur ini sudah dipikirkan oleh Rektor,” katanya.[]

lpmarena.com

09


iv sit i

MIMPI MERAIH RESEARCH UNIVERSITY Target jangka panjang UIN Sunan Kalijaga untuk meraih gelar Research University nampaknya hanya sebatas mimpi. Pasalnya, Dosen menuai kendala dalam memproduksi penelitian. oleh ABDUL ROHIM

P

ADA 2015 Kementeri Riset dan Teknologi, dan pendidikan tinggi mengeluarkan peraturan nomer 26 tentang Registrasi Pendidikan Pada Perguruan Tinggi. Di pasal 1 ayat 1 tertulis bahwa Dosen adalah ilmuwan yang bertugas mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Melalui peraturan itu, posisi dosen di dalam perguruan tinggi sangat jelas sebagai ilmuan. Namun, di banyak Perguruan Tinggi, dosen belum dianggap sebagai ilmuwan melainkan dianggap pegawai adminstrasi belaka. ”Dosen itu dianggap pegawai administrasi, bukan sebagai ilmuan,” lanjut Al Makin ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Kalijaga. Dalam praktiknya, dosen wajib mendidik, meneliti dan mengabdi pada masyarakat. Sampai saat ini satu dari tiga poin, yakni poin penelitian yang tertera dalam peraturan nomor 26 tersebut belum terlaksana dengan baik, khususnya di UIN Sunan Kalijaga. Hal tersebut ditegaskan Al-Makin, bahwa Kampus belum mampu mendorong dosen melakukan penelitian secara maksimal. Di Kampus, penelitian dosen belum sampai taraf yang ideal,

10

dengan minimnya ataupun kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah. “Sehingga penelitian Indonesia itu ketinggalan dari tetangga kita, karena publikasi ilmiah kita masih lemah,” ungkap Al Makin. Rendahnya angka penelitian di Kampus, menjadi faktor penting ketertinggalan Indonesia dari negara-negara tetangga. Seperti dilansir situs web olahan pemerintahan publikasi ilmiah SCImago Lab, mencatat jumlah publikasi ilmiah dari tahun 19962013 berdasarkan data dari SCOPUS. Indonesia berada pada urutan ke-61 dengan jumlah publikasi sebanyak 25.481 buah. Indonesia tertinggal dari Singapura yang berada di peringkat ke-32 dengan jumlah publikasi karya ilmiah sebanyak 171.037, Malaysia menempati urutan ke37 dengan jumlah publikasi 125.084, dan Thailand pada peringkat ke-43 dengan jumlah publikasi 95.690 buah. Jika menilik catatan data yang dirilis Webometric pada pertengahan Maret 2016 lalu, dari 11.000 dosen peneliti, terjaring 272 dosen atau peneliti yang mempunyai H-indeks Googgle Scholar Citation (GSC) minimal 10. Dari 272 deretan nama dosen, tidak satupun Dosen UIN Sunan Kalijaga yang namanya tercantum. Justru Kampus kalah bersaing dengan dua rivalnya yaitu, UIN Syarif Hidayatullah yang mampu

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

menorehkan tiga nama, M Qurais Shihab dengan H-Indeks sebanyak 21, Abuddin Nata dengan H-Indeks 18, dan Flori R Sari dengan jumlah H-Indeks 15. Sedangkan UIN Alauddin Makassar mampu mencatatkan nama Muhammad Nur Hidayat dengan besar H-Indeks 13. LPPM melalui Al Makin, baru akan mengubah total sistem penelitian untuk menaikkan HIndeks dari sistem tahun sebelumnya, dengan mengarahkan semua penelitian pada publikasi ilmiah. Sebelumnya penelitian dosen tidak berbeda dengan penelitian mahasiswa. Penelitian hanya berhenti sampai pada tahap laporan ke kampus tanpa ada publikasi yang jelas. Pada 2015 jumlah penelitian yang dilakukan oleh dosen UIN SuKa sebanyak 237. Penelitian individu sekira 144, penelitian kelompok 61, penelitian potensi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) 11 penelitian, yang dilakukan profesor 11, dan 10 yang bersifat kelembagaan. Pada 2016, Kampus hanya mampu menghasilkan 8 penelitian unggulan Internasional. Pada 2016 Kementrian Riset dan Tekhnologi (Kemenristek Dikti) mengucurkan banyak dana untuk penelitian Dosen. Hampir 100 persen dana riset naik dari Rp. 800 milyar menjadi Rp. 1.53 triliun. Hal ini juga diperkuat dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2012


iv sit i

tentang Pendidikan Tinggi, pada Pasal 89 mempertegas bahwa Perguruan Tinggi mendapatkan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dimana paling sedikit 30 persen dialokasikan untuk kegiatan penelitian. Sujadi dosen fakultas Adab dan Ilmu Budaya menjelaskan bahwa penelitian merupakan tugas yang harus dilakukan dosen. Melalui penelitian dosen akan bisa memperbaharui kajian keilmuanya dan memberi bekal pengalaman bagi penelitian mahasiswa. Meski begitu, Sujadi juga menyayangkan sistem prosedural penelitian di UIN yang ia anggap tidak adil. Saat ini, lembaga penelitian menerapkan sistem seleksi pada proposal penelitian dosen. Penelitian hanya bisa dilakukan oleh dosen yang lolos seleksi sehingga hanya segelintir dosen yang mendapat kesempatan meneliti. ”Kalau sekarang sifatnya lebih ke kompetisi. Kalo

kompetisi di lain sisi bagus, tetapi di sisi lain bagi orang yang tidak kompetitif, tidak jadi melakukan peneletian,” pungkas Sujadi. Sementara itu, berpaku pada pola penelitian yang baru diterbitkan oleh LPPM tahun 2016. Beberapa jenis penelitian mempunyai standar publikasi jurnal Nasional maupun International. Penelitian tersebut adalah penelitian rintisan, penelitian Madya, penelitian unggulan Nasional, penelitian ungulan International dan penelitian HAKI. Maharsi mantan ketua LPPM periode 2014-2015 menjelaskan bahwa selama ini penelitian untuk dosen belum maksimal karena belum dipublikasikan secara optimal. Salah satu kendalanya, Dosen sering kebingungan dalam menentukan objek penelitiannya, pasalnya sering terjadi kesamaan objek penelitian dengan hasil penelitian yang sudah ada, “jadi ya seadanya saja,” katanya. Di era tekhnologi, banyak

jalan yang ditawarkan untuk mensiasati hal tersebut. Seperti salah satu aplikasi yang dimiliki Google yang diberi nama Google Cendikia atau Google Scholar yang diluncurkan sejak tahun 2004 silam. Selain untuk mencatat jumlah publikasi, aplikasi tersebut juga menyediakan layanan bagi pengguna untuk melakukan pencarian informasi berupa teks di dunia maya. Dosen dapat melakukan pencarian literatur akademis, yang berupa publikasi ilmiah, skripsi, thesis, disertasi, buku, abstrak, dan artikel dalam website ataupun media online lainnya. Maharsi mengungkapkan kendala lain, bahwa dosen lebih disibukan oleh kerja administratif. Sehingga dosen tidak mempunyai waktu untuk meneliti. “Seperti saya dulu, ketika di LPPM dua tahun saya nggak nulis, jadi memang sulit”. Sebagaimana yang telah dicanangkan bahwa UIN Sunan Kalijaga berusaha untuk meraih status research university.[]

lpmarena.com

11


i

Pendidikan Inklusif, Masalah Atau Solusi oleh RAHMAN AGUS PRIANA* ISTILAH PENDIDIKAN inklusif mulai populer di Indonesia baru sekitar 1 dekade ini. Sebelum menjadi pendidikan inklusif, ada beberapa model pendidikan yang telah dilaksanakan di Indonesia, yaitu pendidikan segregasi (pendidikan khusus/pendidikan luar biasa), pendidikan integrasi (pendidikan terpadu), dan pendidikan inklusif (pendidikan terbuka untuk semua). Semua model pendidikan tersebut merupakan model pendidikan yang diterapkan untuk mengakomodasi pendidikan bagi para difabel. Sebagai sebuah model pendidikan yang baru, kemunculan pendidikan inklusif menuai pro dan kontra. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan mengupas tentang kemunculan model pendidikan inklusif sebagai suatu masalah atau solusi bagi pendidikan para difabel di Indonesia. Artikel ini dibuat dengan menggunakan kajian regulasi yang telah dibuat oleh pemerintah, baik Undang-Undang maupun peraturan-peraturan lain di bawahnya. Hal ini karena penulis menilai bahwa sudah sangat banyak kajian-kajian tentang pendidikan inklusif, namun masih lemah dalam implementasinya. Sebelum mengetahui apa itu pendidikan inklusif, kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa itu difabel. Hal ini sangat penting karena keberadaan pendidikan inklusif tidak lepas dari pendidikan bagi difabel. Secara etimologi, difabel merupakan akronim dari differen ability yang berarti orang dengan kemampuan berbeda. Istilah ini biasa digunakan oleh para aktivis LSM dan organisasi pergerakan difabel, khususnya yang ada di wilayah DIY dan Jawa Tengah. Sementara istilah baku yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia adalah disabilitas. Istilah ini lebih manusiawi daripada istilah penyandang cacat sebagaimana yang digunakan dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 46 tahun 2014 tentang pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus dan/atau pembelajaran layanan khusus pada pendidikan tinggi, yang dimaksud dengan disabilitas adalah kondisi ketunaan yang mengakibatkan seseorang membutuhkan alat bantu khusus, modifikasi lingkungan atau teknik-teknik alternatif untuk dapat berpartisipasi secara penuh dan efektif

12

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

dalam kegiatan di masyarakat atas dasar kesetaraan. Sedangkan yang disebut sebagai pendidikan inklusif adalah sebuah model pendidikan yang dapat mengakomodasi semua siswa tanpa melihat latar belakang kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan difabilitas. Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa pada hakekatnya model pendidikan inklusif sebenarnya bukan hanya diperuntukan untuk siswa difabel semata namun sebuah model pendidikan yang mampu mengakomodasi seluruh siswanya dalam sebuah sistem pendidikan yang utuh. Pendidikan ibarat sebuah komunitas masyarakat. Anggota masyarakat terdiri dari berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Difabel sebagai warga Negara juga memiliki hak dan kewajiban sebagaimana warga Negara yang lain. Jadi pemberlakuan model pendidikan inklusif merupakan sebuah keniscayaan bagi Negara sebagai konsekwensi untuk memenuhi hak-hak semua warga negaranya. Namun pada kenyataannya, implementasi pendidikan inklusif di lapangan seringkali tidak sesuai peraturan dan harapan para difabel. Negara melalui Undang-Undang nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 6, pasal 11 dan pasal 12, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 5 dan pasal 32; dan tata perundang-undangan lainnya telah menjamin hakhak para difabel untuk mendapatkan pendidikan yang layak tanpa diskriminasi. Tapi sayangnya peraturanperaturan tersebut belum dapat berjalan secara baik. Masih ada lembaga pendidikan yang menolak para siswa difabel untuk menempuh pendidikan di lembaga bersangkutan. Sebagai contoh pada tahun 2014 di kabupaten Pandeglang ada seorang difabel daksa (tidak memiliki kedua kaki) ditolak masuk sekolah pada sebuah Sekolah Dasar Seruni yang ada di kabupaten setempat. Sebagaimana yang telah dilansir oleh media online Viva New pada Rabu, 13 Agustus 2014 memberitakan bahwa alasan pihak sekolah menilai kondisi fisik Rizki yang saat itu berusia 7 tahun dapat mengganggu proses pembelajaran. Ironisnya, sudah berkali-kali pihak keluarga berupaya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut, namun


i LUGAS SUBARKAH/LPM ARENA

Suasana kelas waktu pelajaran kesenian pada murid kelas V di SLB Negeri Pembina Yogyakarta

usahanya selalu sia-sia. Contoh lain adalah penolakan terhadap siswa difabel yang dilakukan oleh SD Blunyah Rejo 1 Yogyakarta dan SD Bangun Rejo 2 Yogyakarta. Seperti yang telah diberitakan oleh media online Jogjakarta News pada Jumat, 29 Mei 2015. Sebenarnya kedua sekolah tersebut merupakan sekolah inklusi, bahkan kedua sekolah tersebut merupakan sekolah yang direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota Jogja. Tidak ada alasan yang pasti mengapa kedua sekolah tersebut menolak siswa difabel, namun yang jelas bahwa label inklusi tidak serta-merta menjadikan lembaga pendidikan tersebut ramah terhadap difabel. Kedua kasus di atas merupakan potret bahwa bagi pihak-pihak tertentu, pendidikan inklusif masih menjadi sebuah kendala. Keberadaan siswa difabel dianggap sebagai “masalah” yang dapat merepotkan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tidak semestinya lembaga pendidikan menjadikan keberadaan siswa difabel sebagai sebuah masalah karena mereka tidak sendiri dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif (Pensif) bagi Peserta Didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa pasal 6 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa: Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya sumber daya pendidikan inklusif pada satuan pendidikan yang ditunjuk. Pada umumnya, alasan lembaga pendidikan yang menolak siswa difabel karena tidak ada sumber daya manusia yang memadai untuk menangani siswa difabel. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi apabila ada komitmen yang kuat antara pihak sekolah dengan pemerintah daerah setempat. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 70 tahun 2009 dapat menjadi landasan hukum bagi sekolah untuk memberikan layanan bagi siswa difabel. Jadi, tidak ada lagi alasan bagi lembaga pendidikan

untuk menolak siswa difabel yang hendak menempuh pendidikan di lembaga tersebut. SELAIN ITU, keberadaan model pendidikan inklusif adalah sangat penting dalam rangka untuk memenuhi rasa keadilan bagi semua masyarakat. Menurut Andayani dkk (2012) dalam bukunya “Pembelajaran Kampus Inklusif dalam Model Pembelajaran Kampus Inklusif” keberadaan pendidikan inklusi bertujuan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan memenuhi rasa keadilan dan kesetaraan di masyarakat. Untuk menyelenggarakan model pendidikan seperti ini, institusi pendidikan harus menyediakan kebijakan dan fasilitas yang mendukung proses pembelajaran inklusif. Model pendidikan inklusif merupakan suatu solusi bagi pendidikan difabel di Indonesia. pada dasarnya siswa difabel tidak menginginkan adanya perlakuan khusus dalam segala hal. Yang mereka butuhkan adalah adanya affirmative axtion, adalah sebuah kebijakan pemberian peluang yang sama kepada kelompok-kelompok tertentu untuk memperoleh hak yang sama. Sebagai contoh dari penerapan kebijakan ini adalah apabila para siswa diberi tugas untuk berlari sejauh 2 km, maka untuk siswa difabel berikanlah kegiatan lain yang senilai dengan berlari 2 km. kebijakan ini dirasa lebih adil dan manusiawi daripada memberikan kekhususan kepada siswa difabel yang dalam beberapa hal justru “merugikan” siswa difabel itu sendiri. Dengan demikian, keberadaan model pendidikan inklusif merupakan sebuah keniscayaan dalam sistem pendidikan di Indonesia. pendidikan inklusif bukan hanya model pendidikan yang melayani difabel semata namun sebuah model pendidikan yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua peserta didik tanpa melihat dari latar belakangnya. Pelaksanaan pendidikan inklusif di Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan semata namun perlu adanya kerja sama secara sinergis antara masyarakat, sekolah, dan pemerintah.[] *MAHASISWA PASCA SARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA, JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

lpmarena.com

13


s a

Pikiran Terdalam PADA SORE bergerimis kami menguburkan Badar. Kecuali di daerah lubang kubur hujan hanya rintik, dan liang Badar dibanjiri air dari langit sehingga aku dan paman Badar menceburkan diri dan mengurasnya. Hujan reda sekitar jam lima. Segalanya siap dilaksanakan. Hari itu aku menangis untuk Badar, walau aku tahu kalau Badar tahu aku menangisinya ia akan mengeluarkanku dari geng. Aku berkali-kali turun ke lubang kubur memperlebar galian karena selalu menyempit ketika Badar mau dibaringkan. Aku lega setelah susah payah jasad Badar berhasil ditimbun. Tetapi saat pembacaan talqin, dari langit ada gemuruh dan tubuh Badar terlempar ke atas sampai kain kafannya terlepas. Badar telanjang tak berdaya di tanah becek. Kuburan menolaknya. Keluarganya bingung menghadapi peristiwa gaib ini. Semua orang yang hadir di pemakaman Badar berembuk dengan cara apa Badar harus dipulangkan. Akhirnya setelah melalui perdebatan sengit dengan pihak keluarga dan tokoh agama, paman Badar menghubungi pihak rumah sakit dan universitas kedokteran. Marzuki Mahmud, kakak Badar, yang mengusulkan supaya jasad Badar jadi bahan praktik calon dokter-dokter muda. “Biarkan tubuhnya menyerah pada ilmu pengetahuan, bukan hanya pikiran-pikirannya yang kita tahu selama ini,� kata Marzuki Mahmud kepada keluarganya. Hari sudah malam ketika ambulan meraung-raung membawa jazad Badar. Tahun 2013, setelah kembali dari Bekasi, aku bertemu Badar di tempat persembunyian. Aku tahu Badar meninggal beberapa minggu lalu. Tapi kenyataan bahwa aku bertemu dengannya, membuatku sangsi siapa yang kukuburkan dan kutangisi pada hari menyeramkan itu. Selamet Bengkok mengajakku ke Bekasi. Banyak teman-teman seumuranku, lulus sekolah menengah, menganggur, jadi berandal di kota bergabung dengan Badar yang hanya sebulan sekali pulang dari Surabaya. Badar kuliah di Surabaya (aku tidak tahu kenapa tidak kuliah di universitas kota kami), sebabnya keluarganya ingin dia jadi dokter seperti kebanyakan keluarga berada di desaku. Kata Selamet Bengkok di Bekasi aku bisa kerja di toko. Pemudapemuda sepertiku berbondong-bondong ke Jakarta, Tanggerang, Depok, dan Bekasi buat kerja, dan

14

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

cerpen oleh RACHMAN HABIB* pekerjaan yang sama, jaga toko. Tapi aku hanya bertahan dua minggu di Bekasi, pacarku selalu bilang kangen, dan takut kutinggalkan. Aku bisa tidak pulang dan meninggalkan pacarku, mencari perempuan lain di Bekasi, kalau dia tidak mengatakan Badar hidup lagi. Badar kabur dari kampus ketika mahasiswa praktikum lengah. Setelah kabar dari pacarku, telepon dari teman-teman satu geng bertubi-tubi menyibukkanku. Anggota geng yang merantau janji untuk ketemu di terminal Bungor, dan pulang ke desa bareng-bareng. Akulah yang pertama tiba di Bungor, sepuluh jam sebelum waktu yang disepakati. Kugunakan sepuluh jam itu untuk melihat-lihat Surabaya tempat dulu ketua kami kuliah. Sebelumnya aku tidak pernah ke luar kota, bahkan perjalanan jauh pertamaku adalah ke Bekasi. Ketika aku mampir di kedai makan, seseorang memanggilku. Dialah Jim teman Badar yang pernah ikut ke rumah Badar dan nongkrong bersama kami. Pertemuan inilah yang membuatku mengerti kenapa Marzuki Mahmud berkata, “Biarkan tubuhnya menyerah pada ilmu pengetahuan, bukan hanya pikiran-pikirannya yang kita tahu selama ini.� Jim bercerita kalau Marzuki Mahmud bukan saudara yang baik. Meski kakak beradik itu satu jurusan di kampus yang sama, tak pernah akur. Marzuki Mahmud kakak yang kikir, culas, dan sering mengurangi kiriman Badar. Badar selalu menemui Jim setiap tengkar dengan kakaknya. Namun hubungan Badar dan Jim memburuk ketika Jim lulus kuliah lebih dulu dari Badar padahal mereka sudah janji lulus pada tahun yang sama. Jim jurusan bahasa dan sastra Indonesia di kampus berbeda. Jim juga mengatakan kalau Badar lelaki pandai. Tugas-tugas Jim, Badarlah yang mengerjakan, termasuk tugas akhirnya (inilah yang membuat hubungan mereka berantakan). Ketika mendengar kabar bahwa Badar meninggal, Jim sebenarnya ingin hadir saat pemakaman tapi malu kepada Marzuki Mahmud dan lagi pula ia masih merasa bersalah kepada Badar, dan rasa bersalah ini akan tetap bertahan sampai kapan pun. Tugas akhir Jim tidak dikerjakan Badar tapi dikerjakan sendiri dengan sebuah trik. Jim tidak gemar baca buku, dan Badar sebaliknya, senakal apa pun dia. Meminta bantuan Badar, tentu Badar tidak mau, dan mereka akan adu jotos kalau Jim memaksa. Jim cuma butuh Badar menjelaskan Ronggeng Dukuh Paruk. Tugas


s a

akhirnya mengenai novel itu. Kalau Badar sudah menjelaskan dan direkam oleh Jim, Jim tinggal mencatat poin-poin tertentu kemudian menyusunnya. Tinggal mencantumkan beberapa buku rujukan yang tentu tidak pernah dibaca. Jim menggunakan satu cara, menurutku cerdas tapi busuk. Ia membelikan Badar arak bali, kemudian, seperti biasa, juga mengajak pacar masing-masing, dan pesta kecilkecilan di kos Jim. Momen yang ditunngu Jim ialah saat Badar mabuk. Sengaja Jim minum lebih sedikit dan menjebak Badar minum sebanyak mungkin. Saat Badar ekstase dia ngomong apa saja tanpa terkendali, dan saat itulah Jim berhasil memancing Badar membicarakan Ronggeng Dukuh Paruk dalam keadaan mabuk. Jim melakukan ini kepada teman-teman lainnya di kampus sampai tugas akhirnya selesai. Ia hanya bermodalkan recorder dan arak bali, dan tidak semua usahnya berhasil atau lancar. Kekeliruan Jim, ia melupakan pacar Badar dan pacarnya sendiri. Dua perempuan itu hanya minum sedikit dan menyimak dengan baik apa yang dikatakan Badar dan yang diperbuat Jim. Sebab itulah ia bertengkar dengan Badar. Marzuki Mahmud berkata kepada Badar, “Sudah kukatakan untuk tidak berteman dengan dia, tapi kamu seperti lelaki bodoh saja.� Kuceritakan juga bahwa Badar meninggal keracunan minuman keras. Dia dua dari satu geng kami yang meninggal. Jujur saja Badar memang lelaki pandai meski perempuan tidak akan mudah tertarik melihat wajahnya. Namun ini cukup aneh ketika aku berhadapan dengan Badar setelah kembali dari Bekasi, sekilas sosok di depanku bukan Badar secara keseluruhan. Badar lebih bersih, jerawat di mukanya luntur, bibir sumbingnya diperbaiki. Ia terlihat seperti calon suami yang sangat bijak, tidak memiliki riwayat

masa lalu yang jelek, dan tidak pernah melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan ia terlempar dari dalam kubur. Badar tidak bisa bicara tapi ia hanya bisa mengawasi kami yang bergantian melihat Badar penuh takjub dan ngeri. Mulanya aku curiga dia hanya hantu dan kubogem hidugnya sampai keluar darah dan sedikit erangan. Benarlah bahwa ia Badar. Kami dalam masalah ketika mendengar kabar bahwa polisi sedang memburu komplotan berandal yang mencuri jasad Badar di rumah sakit laboratorium universitas. Aku tidak punya kesempatan menginterogasi teman-teman gengku mengenai peristiwa yang sebenarnya. Aku meminta mereka menyebar cerita kalau Badar hidup lagi dan berkata minta segera dikuburkan karena ia tersiksa menyerah pada ilmu pengetahuan dalam ruang praktik dokter-dokter muda. Beberapa hari kemudian polisi menemukan Badar di semak-semak dekat kuburan. Kami sengaja meletakkan Badar disitu untuk memperkuat cerita kami, bahwa Badar ingin kembali ke kuburan yang sempat menolaknya. Ketika pemakaman kedua Badar akan dilaksanakan hari Rabu, aku memberi saran Marzuki Mahmud, mintalah Jim datang dan meng-adzani Badar supaya Badar dapat dikubur dengan tenang. Sebab Marzuki Mahmud menolak saranku, tanpa menunggu penguburan Badar aku kembali ke Bekasi dengan pacarku. Ia sangat keras kepala, bahkan dengan congkak berkata bahwa kehadiran Jim tidak akan membuat Badar bisa dikubur sedalam pikirannya. Setelah itu aku tidak peduli apa yang akan terjadi terhadap Badar. [] Sanggar, 08 Februari 2016 *ANGGOTA TEATER ESKA YOGYAKARTA ANGKATAN 2014, DAN KULIAH JURUSAN FILSAFAT UIN SUNAN KALIJAGA

lpmarena.com

15


s a alienation This is the story in factory: when days spread out anathemaly laborer be a machine, souls buy by money the silent more crowded than their morose they save their fear in shoes in a way sleepy doze come and go on loss boss said to them: work! work with your heart, with all your strength work like tomorrow never sounds work and don't confuse the sorrows haunt work, present the perfect to self work, all your homage in back, machine playing more glory and words consume the worry Jogja, April 2016

broken world From thousand sea plait the sin. And from sun drip water,

poetry

rain falling from sun eyes. World broken be a haze. Someone says: “Now, my brain whiff by technology. My communication stow in gadget. My heart untouchtable. My parent straggler, my land be stone.�

Isma Swastiningrum just a populace. Studies in Physics Department UIN Sunan Kalijaga. Loves wild life, poems, and stories. isma.swastiningrum@gmail.com

People forget how to desire. Want stout legend, pseudo motivation. Book was gloom with lazy song. Jogja, April 2016

glee of solitude I. In weep that I never knew. In dark or in deep, my hollered saving on your silent. You will not see me grasp your solitude. To watch your shadow fiil up with glow. II. I am the girl that waiting you in lea. That will built home in your hair, with trees downy dews, and wren singing rhapsody. I will dance in your eyes. Making repertoire in your nose. Playing a good orchestra in your ears. III. In all your misery, I am your loyal. You is my festival and I will be your eternity. Jogja, April 2016

16

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016


h

KOMUNITAS RIMBUN: TUMBUH DARI GEJOLAK Berawal dari dihapusnya konsentrasi budaya di jurusan SKI, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Rintisan Mahasiswa Budaya Nusantara atau biasa disebut Komunitas Rimbun lahir. oleh ANISATUL UMAH

S

ABTU PUKUL tiga sore itu bumi menampakkan wajah teduhnya. Hujan turun deras. Aroma bau tanah basah mengudara. Aku berdiri tak jauh dari Gedung Pusat Bahasa, tepatnya di ruang parkir barat Convention Hall menghindari hujan. Beberapa mahasiswa terlihat duduk di motor, mengutuk hujan yang tak kunjung reda. Di belakang gedung PB sebelah timur, segerombolan mahasiswa terlihat sibuk makan bersama. Mereka menamakan dirinya Komunitas Rimbun. Menu makan sore itu sederhana. Nasi yang masih ditaruh di ketel, disiram kuah mie instan. Lebih tepatnya kuah sisa makan mie instan yang dimanfaatkan untuk sedikit menambah rasa. Ditambah beberapa gorengan, mereka mulai bersantap. Usai makan, mereka melinting rokok sendiri, kertas sigeret yang digunakan untuk merokok dan tembakau. Tembakau ditata sejajar di atas kertas sigeret, kemudian dilinting, dihisap, mengasap. Mereka mulai bernyanyi dengan iringan alat musik. Gitar satu-satunya alat musik modern yang dipakai, selebihnya menggunakan alat seadanya. “Pakai botol-botol, dan perabot dapur,” sahut Bumi Rozikin. Asep memetik gitar dan meyanyikan beberapa lagu. Selang beberpa waktu Asep pamit dan gitar diserahkan ke Fadil. Sari salah satu anggota UKM Gita Savana sore itu datang menyambangi Rimbun. Ia vokalis di komunitas Rimbun. Dalam hal sumber daya, Rimbun biasa kerjasama dengan Sanggar Nuun dan UKM Gita Savana. Sambil mengatur volume gitar listriknya Fadil menawarkan lagu apa yang mau dinyanyikan. Sari memilih menyanyikan beberapa lagu beraliran Bossanova jawa sore itu. Pukulan telapak tangan melawan pantat galon yang datar memunculkan suara dug..dug..dug dengan irama yang disesuaikan dengan petikan gitar, mengiri lengkingan suara Sari yang merdu. Basecamp Rimbun dibuat seperti layaknya kebun dengan beberapa tanaman bunga sebagai

hiasan. Di bagian tengah ada kursi yang dibuat dari ban bekas menancap di tanah, dan meja yang dibuat dari semacam sisa-sisa semen bekas bongkaran, berbentuk lempeng memanjang dan ditumpuk menjadi selayaknya meja. Dua kayu ukiran menyerupa ikan digantung di pohon bambu bertuliskan pasanggrahan Rimbun. Di sudut timur basecamp terdapat kotak besar semacam tempat penyimpanan barang dengan berbalut plastik bekas pamplet. Ada dapur, mereka menyebutnya “dapur darurat” tempat memasak. Niatan awal Rimbun adalah memilih taman Adab sebagai lokasi basecamp. Dengan alasan Fakultas tutup di setiap akhir pekan, Rimbun mencari lokasi lain sampai akhirnya menetap di belakang Gedung PB. Dekat dengan masjid, kamar mandi, dan kantin menjadi alasan lain. AGUSTUS 2014 adalah tahun kelahiran Rimbun. Rimbun lahir ketika polemik dihapuskannya konsentrasi budaya di jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Ia muncul dari kegelisahan akan hilangnya wadah untuk belajar budaya. Dipelopori sepuluh orang dari angkatan 2012 dan 2014 mereka berinisiatif membentuk Rimbun. Tidak ada aturan struktural dalam komunitas ini. Bumi Rozikin menjelaskan anggota Rimbun yang tercatat 30 orang, yang sering muncul 10 orang. Angkatan 2012 dan 2014. Keanggotaan Rimbun tidak melalui perekrutan, “jika ada yang mau masuk, tinggal masuk saja secara kultural, apabila bertahan maka mereka anggap sebagai anggota.” Rimbun memiliki tiga kegiatan rutin, yang pertama musik. Kedua, diskusi, “dan terakhir jalanjalan sejarah,” turur Rozikin. Feri Taufik, yang duduk di sebelahnya membantah ucapan jalanjalan sejarah yang menganggap diksi berkunjung lebih bagus daripada jalan-jalan. “Bukan jalan-jalan lah tapi berkunjung,” sergahnya. Genre musik yang dipilih dalam komunitas Rimbun adalah musik lagu-lagu tempo dulu untuk

lpmarena.com

17


h

DOKUMEN PRIBADI

Rimbun mementaskan drama pada acara festival dolanan anak yang diselenggarakan di Pleret, Bantul, Kamis (05/05).

tetap nguri-uri (Red. eksistensi) kebudayaan. Jika ada anggota yang lebih tertarik ke lagu-lagu pop akan diproses di luar Rimbun. Rimbun pernah pentas dalam acara Dolanan Anak di Fakultas Adab, Pemkab Bantul dan Magelang. Islam Nusantra adalah tema diskusi yang mereka pilih saat itu. Bagaimana Islam bernegosiasi dengan adat istiadat, menjadi dialektika menarik bagi mereka. Mereka melihat teman-teman di kelas sering mempertentangkan, apakah syariat yang akan di pegang atau nusantara. Padahal dari sejarahnya memang melebur. Rozikin menceritakan hal terkonyol dari Rimbun adalah beberapa kali dianggap sebagai Teater Eska atau Sanggar Nuun oleh mahasiswa yang lewat atau hanya sekedar lihat. “Belum ada yang ngira anak Pramuka,” kata Rozikin dengan nada bercanda sambil tertawa. Keberadaan Rimbun di belakang Gedung PB pernah terusik dengan permintaan Tata Usaha

18

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

Pusat Bahasa yang menginginkan mereka pindah pada bulan Februari 2016. Rimbun urung pindah, mereka melakukan negosiasi bahwa mereka siap pindah apabila di lokasi yang Rimbun tempati akan dibangun sesuatu. “Jadi mungkin karena hal ini mereka mentoleransi dan ini baru sekali,” kata Rozikin, mengenang. Selain keluhan dari TU Pusat Bahasa, ada juga dosen yang menyindir keberadaannya, beranggapan bahwa keberadaan Komunitas Rimbun di sana memalukan. “Aku juga nggak tahu malu-maluin ke siapa?,” kata Rozikin. Meskipun ada dosen yang menganggap keberadaanya memalukan, tetapi masih ada juga dosen yang mendukung keberadaan Rimbun sebagai komunitas yang belajar tentang budaya. Rimbun lahir, sebagai bentuk upaya mempertahankan tradisi berbudaya melalui pengetahuan dan seni. Tidak berniat menyaingi komunitas lain, ia hanyalah riak hujan sore itu yang meneduhkan.[]


karikatur oleh DOEL R, mahasiswa Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fak. Adab & Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga


s

G30S DAN KEJAHATAN NEGARA PENULIS Siauw Giok Tjhan PENERBIT Ultimus | HALAMAN xxx+229 | ISBN 978-602-8331-68-5

Di balik Layar Penghancuran PKI oleh Nurul Ilmi el-Bana* KETIKA PERTAMA kali membaca buku G30S dan Kejahatan Negara, yang tebersit dalam pikiran saya cukup dua kata “dosa sejarah�. Selepas tragedi 65 siswa sekolah menjadi korban pemelintiran sejarah oleh rezim Orde Baru, rezim Soeharto yang diktator. Sejarah yang disajikan dalam pelajaran di sekolah dibuat untuk kepentingan dan demi kestabilan pemerintahan rezim yang berkuasa saat itu. Tak puas dengan memaksa generasi muda menelan sejarah palsu, film G30S/PKI pun dibuat untuk kepentingan politik Orde Baru. Stigma hebatnya Orde Baru yang berhasil memberangus PKI dimunculkan dan ditanamkan ke dalam masyarakat. Di bangku sekolah PKI disajikan sebagai organisasi yang bengis dengan membunuh para jenderal, seolah-olah PKI ini memang pantas dihancurkan. Rezim Soeharto juga telah mencuci otak masyarakat Indonesia, sehingga ketika mendengar nama PKI atau komunis, masyarakat hanya mengingatnya sebagai kelompok tak bertuhan dan pembunuh yang kejam. Cerita masa kecil hingga dewasa yang saya dapatkan dari lingkungan pun demikian adanya. Orang-orang PKI dan Komunis adalah orang-orang kejam dan anti tuhan. Sedangkan rezim Orde Baru dan Soeharto dikenang sebagai rezim dimana harga sembako stabil dan

20

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

pembangunan tumbuh di mana-mana. Kenyataanya, rezim Orba dibangun diatas tumpahan darah bangsa Indonesia dan hutang dimana-mana. Berdiri atas dasar kekejaman manusia pada manusia lainnya. Kekejaman rezim Orde Baru merupakan ironi dari perjuangan rakyat Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan pada 1945. Demi membangun rezim Orde Baru, Soeharto melakukan kejahatan besar dengan dalih menumpas G30S/PKI. Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang berada di bawah kendali Soeharto menjadi sebuah badan Militer yang mengganyang seluruh kekuatan kiri hingga ke akarakarnya. Bukan pemulihan ketertiban yang mereka ciptakan, melainkan kekacauan dan pembunuhan massal. Kejahatan tersebut dilakukan atas nama negara dengan menggunakan militer sebagai basis kekuatan, sehingga pantas disebut sebagai kejahatan negara. Membaca buku ini seolah menikmati patahanpatahan catatan perjalanan hidup Siauw Giok dalam masa tahanan. Ia menulis informasi-informasi penting dari obrolan dengan sesama tapol dan pengalamannya selama di penjara. Siauw memulai rentetan peristiwa tragedi 65 dengan sejumlah pertanyaan penting. Salah duanya adalah, siapa


s sebenarnya yang mendalangi G30S? Apa peran Soeharto dan CIA? Namun sejumlah pertanyaan itu tidaklah tuntas terjawab. Dalam penjara Siauw pernah berbicara langsung dengan pelaku G30S, tetapi banyak dari mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya direncanakan oleh G30S. Kemungkinan besar yang mengetahui seluruh rencana adalah ketua PKI D.N. Aidit yang pada saat itu telah terbunuh.

tidak dicantumkan dalam susunan Dewan Revolusi. Muncul pula pernyataan mengenai akan didemisionerkannya susunan kabinet Soekarno. Dalam pengadilan pernyataan ini dijadikan bukti bahwa G30S merupakan gerakan kudeta, dan tidak dicantumkannya nama Soekarno dalam Dewan Revolusi menimbulkan kecurigaan bahwa G30S merupakan gerakan menyingkirkan Soekarno.

Hal yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rezim Soeharto bisa menghancurkan PKI hingga ke akar-akarnya. Dalam kesempatan berbicara dengan anggota CC dan Politbiro PKI yang sama-sama dipenjara, Siauw mengetahui jika ada sebuah biro khusus yang dibentuk sebagai biro intel lapisan PKI. Biro khusus inilah yang kemudian banyak bertindak dalam kejadian G30S.

Dalam pengadilan, Sjam menjadi pembocor utama semua rahasia partai PKI. Menurut Siauw Sjam merupakan double agent yang menyusup ke PKI dan berhasil menjadi kepercayaan Aidit. Semua jaringan dan infrastruktur PKI dibongkar dengan jelas oleh Sjam ketika ia dipenjara, sehingga militer dapat dengan mudah menghancurkan PKI hingga ke akarnya. Bahkan demi kelangsungan hidupnya sendiri Sjam sengaja memberi kesaksian sedikit demi sedikit.

Pada waktu itu muncul desasdesus jika akan ada kudeta militer pada sekitar tanggal 5 Oktober. Biro khusus ingin bertindak untuk menyelamatkan Seokarno dan RI. Biro khusus ini dipimpin langsung oleh Aidit dengan diwakili oleh Sjam, Supono, dan Subono. Anehnya, yang banyak berperan dalam G30S justru adalah Sjam, seorang yang tidak banyak dikenal oleh anggota PKI yang lain. Beberapa keanehan muncul sejak Sjam mulai bekerja di biro khusus. Sjam membuat susunan Sentral Komando (Senko) G30S dengan cukup ganjil. Senko dikepalai oleh Letnan Kolonel Untung, diwakili oleh Kolonel Latif dan wakil kedua merupakan Brigadir Jendral Supardjo. Bagi Siauw susunan ini tidak logis, sebab yang pangkatnya terendah menjadi atasan dan berposisi paling tinggi, sementara yang pangkatnya lebih tinggi justru menjadi bawahan. Sjam melakukan hal tersebut untuk membuat kerancuan di tubuh Senko G30S. Hal seperti di atas pun terjadi di tubuh Dewan Revolusi. Sebagai pimpinan tertinggi negara, Soekarno

Soeharto dikenang sebagai rezim di mana harga Setiap hukuman mati akan dijatuhkan kepadanya, Sjam selalu sembako stabil & membongkar kembali informasi rahasia terkait hubungan antara PKI pembangunan dan Perwira Angkata Bersenjata. Hal itu dilakukan agar ia terus dibutuhkan tumbuh sebagai saksi dan gagal dijatuhi hukuman mati. Dalam pandangan Siauw tidak ada jiwa komunisme di mana-mana. sama sekali dalam diri seorang Sjam. Banyak orang menuduh Sjam sebagai antek CIA yang sengaja diselundupkan ke dalam PKI. Tetapi Sjam dengan tegas mengelak tuduhan tersebut walaupaun perbuatannya jelas-jelas merugikan PKI dan menguntungkan militer dan kekuatan CIA. Lalu, apa peran Soeharto dalam sekitar kejadian G30S? Dan mengapa ia tidak termasuk dalam daftar jenderal yang harus diculik? Sebelum peristiwa G30S ternyata Soeharto telah mengetahui perihal akan adanya penculikan para jenderal dari Latief. Namun Seoharto tidak melaporkan hal itu kepada Ahmad Yani selaku

lpmarena.com

21


s KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat) waktu itu, bahkan Soeharto berjanji akan mendukung gerakan penculikan tersebut. Aturannya, jika Soeharto mengetahui mengenai rencana penculikan para jenderal, ia seharusnya wajib melaporkan kepada Ahmad Yani sebagai KSAD. Soeharto juga dikabarkan mempunyai hubungan dekat dengan Sjam. Sebab saat itu Sjam yang menjadi jembatan antara Aidit dan ABRI. Soeharto menggunakan banyak peluang untuk kepentingannya sendiri. Sehingga ia tidak masuk dalam daftar jenderal yang harus di culik dalam G30S.

Presiden Nixon pada tahun 1967 menyatakan kemenangan Soeharto sebagai the geratest prize in the Southeast Asian area

22

Pasca G30S yakni pada 1 Oktober ketika Soekarno memerintahkan untuk menghentikan seluruh operasi militer, Soeharto tidak mematuhi perintah Soekarno dan terus bergerak menangkap dan melakukan pembunuhan massal terhadap orangorang PKI. Ini merupakan pelanggaran-pelanggran yang dilakukan oleh Soeharto. Tetapi dia tidak sedikitpun merasakan pahitnya diadili dan masuk bui. Bahkan terus bergerak untuk memperoleh kekuasaan di atas darah bangsanya sendiri. Ada kesimpangsiuran informasi yang secara sengaja diciptakan oleh pihak Soeharto sebelum kejadian G30S. Orang-orang yang terlibat dalam G30S dalam pengadilan mengaku jika gerakan G30S justru ingin menggagalkan rencana kudeta yang akan dilakukan oleh Dewan Jenderal terhadap Soekarno. Nyono dan Sudisman yang diadili mengaku mendapatkan informasi mengenai rencana kudeta jenderal pada perayaan Angkatan Bersenjata tanggal 5 Oktober. Sehingga mereka merasa perlu mengambil tindakan lebih cepat agar bisa menyelamatkan RI dan Soekarno. G30S bukanlah gerakan yang merencanakan kudeta dan ingin menggulingkan Soekarno. G30S justru ingin melindungi dan menangkap jenderal yang dianggap membangkang terhadap kebijakan Bung Karno.

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

Isu mengenai kudeta Dewan Jenderal sengaja disebarkan untuk memanatik G30S bergerak terlebih dahulu, sehingga ada alasan Soeharto untuk menghancurkan PKI. G30S telah dimanfaatkan oleh Soeharto dan dijadikan korban sebagai aksi kudeta di atas kudeta Soeharto yang secara lambat laun dengan kekuatan militer menjatuhkan Seokarno dan membuatnya menjadi tahanan rumah. Soeharto mengubah kebijakan politik haluan negara, kebijakan pembangunan ekonomi dan kebijakan politik luar negeri yang telah ditetapkan. Jelas yang melakukan kudeta politik adalah Jenderal Soeharto, bukan G30S maupun PKI. Siauw memaparkan sebuah alasan jika PKI secara organisasi memang tidak terlibat langsung dalam G30S. Dalam susunan anggota Dewan Revolusi tidak ada seorangpun tokoh PKI, bahkan D.N. Aidit juga tidak termasuk dalam Dewan Revolusi. Sehingga tidak pantas jika PKI secara organisasi dituduh mendalangi G30S sebab tidak ada bukti yang menyatakan jika PKI secara organisasi mendalangi G30S. Dalam anggaran dasar PKI disebutkan bahwa seorang ketua tidak bisa mengambil keputusan dan melakukan tindakan atas nama PKI tanpa adanya keputusan Kongres PKI atau rapat Sidang Pleno CC atau Politbiro. Sementara itu biro khusus yang dipimpin Sjam bertugas menjembatani PKI dengan Angkatan Bersenjata untuk dijadikan simpatisan PKI. Biro khusus tidak boleh mengambil keputusan dan bertindak atas nama PKI tanpa keputusan Kongres/CC PKI atau sedikitnya sidang Politbiro. Sementara itu pada sekitar tanggal 1 Oktober Sjam membuat keputusan dan bertindak sendiri, bahkan pada saat itu tidak seorang pun bisa menemui Aidit. Segala sesuatu yang berkenaan dengan G30S tentu saja diputuskan oleh Sjam. Pasca peristwa G30S hukum dan


s hak asasai manusia (HAM) secara terang-terangan dilawan oleh rezim Soeharto. Sejumlah orang ditahan dan disiksa tanpa penjelasan mengenai kesalahan yang dilakukan. Setiap orang yang dicurigai PKI ditahan tanpa bukti nyata dan jelas. Setelah ditangkap mereka diinterogasi dan dicari alasan kenapa harus dihukum. Pembunuhan massal terjadi di berbagai daerah di Solo, Sumatera Utara dan daerah lainnya tanpa diketahui terlebih dahulu kesalahan yang mereka perbuat. Banyak tapol yang mengalami cacat karena disiksa dengan kejam. Bahkan penyiksaan terhadap tapol perempuan jauh lebih kejam, mereka diperkosa oleh tentara. Para tahanan tidak diberi makanan dan pengobatan yang layak. Sehingga mereka berinisiatif untuk bercocok tanam di lahan-lahan penjara. Hasilnya cukup baik dan dapat memperbaiki gizi mereka. Namun penguasa banyak menyalahgunakan inisiatif para tahanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Para tahanan lalu dimanfaatkan untuk kepentingan dan keuntungan militer. Mereka dipaksa bekerja dan hasilnya digunakan untuk memperkaya diri penguasa penjara. Hal-hal tidak berperikemanusiaan menjadi sajian untuk para tapol setiap harinya. Dalam prosesnya, tidak hanya orang-orang PKI yang dikejar, ditangkap, dan dibunuh. Organisasi yang dianggap berafiliasi dengan PKI seperti Lekra dan Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki) juga mendapat perlakuan yang sama. Banyak pula keluarga atau kerabat orang-orang PKI serta orang yang dianggap pro-Seokarno dibunuh atau dipenjara tanpa ada putusan hukum yang jelas. Karena memiliki hubungan keluarga dengan orang PKI nasib mereka pun terdampar di bui. Contoh nyata yang masih hidup sampai saat ini adalah Sri Sulistiawati, seorang wartawan mantan tapol yang beberapa waktu lalu tampil di Mata Najwa dalam episode Jalan Penyelesaian 65. Sri mengaku ditahan selama sebelas tahun setengah kerena waktu itu koran tempat ia bekerja memuat berita mengenai Dewan Revolusi. Ini menjadi bukti bahwa orang-orang yang ditahan bukan sepenuhnya anggota PKI atau organisasi yang berafiliasi dengan PKI, tetapi seluruh hal yang bersentuhan dengan PKI pun turut menjadi korban. Kejahatan sistemik rezim Orde Baru yang bahkan lebih kejam dari kejahatan penjajah pada masa kolonial. Penderitaan para tapol tidak berakhir di balik jaruji besi. Setelah mereka dibebaskan, tahanan sesungguhnya harus mereka alami. Dalam Tahanan sosial mereka dikucilkan dan tidak mendapatkan hakhak dasar sebagai warga negara. Mereka tidak bisa

mendapatkan pekerjaan, kehilangan keluarga, tidak berhak memilih dan dipilih dalam pemilu. Anak-anak dan saudara para tapol ini pun menanggung nasib yang sama. Begitulah Soeharto membangun kekuasaannya dengan melakukan kudeta di balik tuduhan kudeta. Menikmati puncak kakuasaan di atas darah bangsanya sendiri. Rezim yang ia pimpin mencuci otak masyarakat Indonesia dengan menggelontorkan isu PKI sebagai organisasi kejam dan pembunuh sehingga harus dimusnahkan dari Indonesia. Padahal, di era pemerintahan Soekarno, PKI merupakan salah satu partai resmi di Indonesia dan menjadi salah satu pilar kebijakan politik negara (Nasakom). Kekuatan Orde Baru dibangun oleh Soeharto atas dukungan dari blok Barat atau Amerika Serikat. Amerika berkepentingan untuk memusnahkan komunisme dari Indonesia. Siauw mencoba membuktikan pernyataannya tersebut dengan mengutip pernyataan Presiden Nixon pada tahun 1967. Nixon menyatakan kemenangan Soeharto sebagai the geratest prize in the Southeast Asian area. Komunisme dihancurkan dengan mengorbankan hidup bangsa Indonesia demi masuknya kepentingan multnasional ke Indonesia. Setelah G30S para pemodal dan kapitalis serakah berbondong-bondong masuk ke Indonesia dan mengeruk kekayaan kita. Pemerintah Orde Baru menjadi pelindungnya. Sejak Orde Baru memasang kekuatan di Indonesia sejak itu pula demokrasi lenyap di Indonesia. Kekuatan politik Soekarno yang berdasarkan pada Nasakom berubah haluan menjadi kekuatan politik militerisme. Koptamtib hadir untuk keuntungan posisi Soeharto dan menyeragamkan semua partai-partai politik sesuai kepentingan politik Soeharto. Tidak ada kebebasan berorganisasi dan berpendapat. Semua pimpinan partai, DPR, dan MPRS yang tidak selangkah dengan kepentingan politik Soeharto segera diganti. Tetapi, Siauw pun menyadari kelemahan PKI di internal organisasinya. Saat itu banyak orang masuk menjadi anggota PKI bukan untuk menjunjung tinggi Marxisme melainkan untuk memperbaiki karier dan kedudukan ekonomi keluarganya. Mereka yang menjadi anggota PKI bukanlah dari kelas Buruh. Banyak pula anggota PKI yang menjadi tapol tidak tahan uji dan siksaan selama di penjara oleh rezim Orde Baru, sehingga mereka membocorkan rahasia PKI dan mengorbankan rekan-rekannya sendiri. Diantara mereka bahkan ada yang ikut menjadi interogator demi menghindari siksaan dan hukuman.[] *PEMBACA &PENULIS SERABUTAN, SEKOLAH DI JURUSAN KPI, FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI

lpmarena.com

23


t

UIN: Selalu Baik-Baik Saja KABAR GEMBIRA selalu menjadi suguhan pertama setiba di beranda kampus. Disambut deretan putriputra kampus dengan mengepal prestasi yang telah diraih. Kedatangan Luis H. Martinez dan Muhsin Sierra dari Andalusia yang berkunjung di pertengahan Mei, sekadar mengobrol tentang pengembangan Islam. Di 13 Mei, UKM Pramuka adakan upacara pelepasan duta kontingen Perkemahan Wirakarya (PW) PTKI XIII se-Indonesia. Sembilas belas hari sebelumnya, Susiknan Azhari membincang perempuan, tentang partisipasinya terhadap pengembangan studi astronomi Islam. Ah yah…, tiga bulan kemarin, tiba-tiba Rektor baru berkabar menduduki kursi kosong yang sebelumnya ditinggal seperempat jalan oleh Minhaji. Dan Rasida FM, juga Suka TV selalu saja stay tune turut menghiasi beranda kampus. Sejak tahun 2010, akses kunjungan ke kampus kian meruak, mungkin hingga 28.000—jumlah total dari penghuni kampus—pengunjung pada tahun 2016. Puluhan ribu orang menerima sajian yang sama dari UIN. Kunjungan mulai dari masyarakat Minang, Bugis, Sunda, Betawi, Jawa, terutama Madura, umumnya Indonesia. Belahan Negara lain pun tak sungkan untuk berkunjung bahkan sampai ada yang menetap bersekolah di sini, dari Pakistan, Turki, Malaysia, Canada, Serbia, juga dari Pathani, meskipun dari Korea Utara masih belum. Meruaknya pengunjung kampus ini, kiranya tidak lepas dari pikat yang ditawarkan. Seperti maksud segelas kopi yang akan meruang-lingkar mengundang orang untuk berkumpul. Juga serupa Ka'bah yang dikunjungi Abrahah bersama pasukan bergajahnya. Pun begitu dengan UIN Sunan Kaijaga ini, pasti ada hal yang menarik, menjanjikan hal sebagai tempat destinasi. Kembali ke beranda awal kampus, dilihat dari menu yang disajikan: tentang prestasi; tentang kunjungan luar negeri; tentang perkembangan dunia sains; tentang kegiatan prestisius; tentang politik pemilihan rektor baru; tentang media publikasi. Sajian yang diangkat menunjuk pada respon positif dari canangan program kebijakan kampus. Dengan kata lain meminggirkan apa yang tidak positif bagi kampus, yah…, dalam setiap perjalanan program pasti selalu ada yang menyisakan hal atau tidak berjalan, atau juga melenceng, atau juga menyimpang sehingga merugikan pihak lain.

24

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

Selalu dalam keadaan baik-baik saja, mungkin atmosfer ini yang ingin diciptakan kampus. Sehingga hal-hal yang berada di luar itu—maaf-maaf saja—tidak layak kabar kepada khalayak. Melihat UIN mengharuskan pada ada apanya, bukan apa adanya. Bisa repot UIN nanti kalau harus apa adanya, mesti serba transparan kepada public. Setiap kurun yang menyimpan peristiwa, di April ada FEBI yang berencana membangun ruang kuliah di kampus timur, menggusur wall climbing Mapalaska dan fasilitas ruang publik Panggung Demokrasi. Sedang di beranda UIN mengabarkan tentang kerjasama bilateral dengan Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, membincang-siapkan program mahasiswa untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Beranjak ke bulan Mei, ada hari buruh yang dirayakan se-dunia, sebagai momentum menyuarakan cerita yang sebenarnya di balik suksesnya perusahaan mengelabui buruh-buruhnya. Sedang di beranda UIN sibuk dengan agenda sosialisasi beasiswa LPDP yang akan menunjangkan mahasiswa pada kesadaran percepatan pembangunan di Indonesia. Juga ada Hardiknas yang ternyata ikut diramaikan ormas, aparat, juga pihak kampus sendiri untuk merepresi kegiatan akademis—tidak diizinkannya kajian Syi'ah di UIN oleh pihak kampus sendiri, dibubarkannya sekolah Marx di LPM Daun Jati STSI Bandung, pembekuan aktivitas jurnalis di LPM Poros oleh rektor UAD, pembubaran nonton film Pulau Buru di UGM oleh kampus, aparat, ormas dan antek-anteknya. Sedang di beranda UIN…!?..., harus selalu dalam keadaan baik-baik saja. Bulan Juni merupakan tahun baru bagi dunia pendidikan, periode 2016/2017. Setiap tahun baru ini UIN menyelenggarakan penerimaan mahasiswa baru. Dalam siaran persnya saat Launching Program PMB di Convention Hall Kampus UIN Suka, Senin (1/2/2016) Wakil Rektor I UIN Suka, Sutrisno bertutur menyediakan 3.390 kursi untuk program S1 dengan perhitungan dari SNMPTN 536 kursi, SBMPTN 405 kursi, STAN-PTKIN 1.028 kursi, UM-PTKIN 618 kursi, seleksi mandiri 803 kursi. UIN berkabar kisaran 2.615 peserta yang mengikuti ujian tulis UM-PTKIN, sedang kuota kursi hanya 618. Seleksi yang dilakukan UIN tentunya bukan hanya berkadar pada kemampuan calon mahasiswa mengisi lembar ujian seleksi. Proporsi besar ditentukan pada


t

seleksi seberapa besar calon mahasiswa sanggup membayar biaya kuliah. Pada 2013 ditetapkannya kebijakan UKT, hanya memberikan kuota kursi 12 % untuk golongan satu bagi calon mahasiswa yang kurang mampu, dengan rincian tanggungan biaya kuliah sebesar Rp 400.000 per semester. Penggolongan ini dilakukan berdasar pada kemampuan ekonomi mahasiswa yang terangkum dalam program UKT. Kiranya UIN kali ini lebih

memprioritaskan calon mahasiswa yang kaya dan mengecilkan kesempatan bagi yang miskin. Pada bulan Juni, UIN mengabar perihal formasi baru struktur kepengurusannya di bawah pimpinan baru Yudian. Nampak deretan nama yang sebenarnya bukan pemain baru di kancah strukturasi. Waryono sebelumnya menjabat WR II sekarang hanya bergeser-ganti Ruhaeni sebagai WR III yang mengurus segala hal tentang kemahasiswaan.

lpmarena.com

25


t Sutrisno masih pada posisi sebelumnya, memegang WR I. Sahiron yang dikenal sebagai ahli bahasa sekarang menjabat WR II yang akan berkutat pada bidang administrasi umum, perencanaan dan keuangan kampus. Pun begitu dengan dekan dan wakilnya dan semua unit pelayanan teknis. Mengacu pada peran posisi yang pada kapasitasnya mumpuni, perombakan ini sepertinya punya maksud yang menarik. Awal Agustus ini FEBI—setelah memiliki empat angkatan—baru membangun gedung perkuliahannya, menggusur fasilitas ruang publik Panggung Demokrasi dan wall climbing MAPALASKA di kampus timur. Sedari dulu UIN memang selalu penuh kejutan, terutama untuk FEBI pada tahun ini. Mungkin harus menunggu empat angkatan lagi sampai gedung ini layak pakai untuk kuliah. Yah…, mungkin kurang beruntung mahasiswa baru yang masuk FEBI tahun ini. SEDEMIKIAN RIUH ritme kenyataan yang menggerubungi kampus, mengharus-pastikan dalam keadaan baik-baik saja. Alternatifnya dengan mengalih, kepada siapa harus berbaikan? Setelahnya, dirasa harus ada semacam formula untuk meredam kepanikan antar oposisi—hasil imbas dari keberpihakan yang dipilih. Pencitraan yang dilakukan pihak kampus kiranya nyata sebagai obat untuk mengatasi tekanan dari pihak oposisi yang memungkin-mampukan mengacaukan atmosfer kampus, baik itu untuk pengunjung maupun penghuni yang bersekolah di sini. Pokoknya mah tidak akan sampai membuat kecil hati telah menginjakkan di kampus ini. Seperti imaji surga yang diidamkan, dihuni oleh orang-orang yang harus tunduk kepada tuan tanahNya. Begitupun UIN mereflektifkan surga, mengharustunduk-berbaik-baikan dengan yang empunya tanah—Rektor selanjutnya kepada Sultan DI. Yogyakarta, merangkap ke Indonesia tanah air beta yang ternyata kepemilikannya beralih ke tangan pemodal. Yah…, yang namanya di tangan pemodal, begini-begitu lah kiranya UIN Sunan Kalijaga sebagai tempat destinasi wisatawan kelas pelajar juga sebagai kampus. Perubahan atas dasar pencitraan canangan UIN menawarkan jalan keluar yang bekerja lebih baik dari pada jalan tradisional—berusaha mengatasi masalah berdasarkan idealisme kampus yang akan melahirkan agen-agen perubahan sosial. Dari pada berusaha mencari jalan alternatif atas idealisme kampus, justru lebih baik untuk tidak mempedulikannya. Jalan idealisme kampus pun sebenarnya secara substansial tidak diperlukan mahasiswa sebagai being, melainkan bisa dipelintirkan menjadi suplemen sampingan.

26

SLiLiT ARENA AGUSTUS 2016

Tergantung seberapa kuat jalan versi UIN diwacanakan kepada pengunjung dan penghuninya. Seribu kebohongan yang terus-menerus akan melahirkan satu kebenaran, kata Hitler. Zizek melihat pencitraan sebagai fetis yang hadir dalam ideologi. Kesadaran akan kebenaran yang hadir-nyata—begitu menyakitkan—mampu dihalau dengan kebohongan ideologi. Fetis di sini hadir sebagai bentuk upaya pendangkalan kesadaran. Mewujud sebagai kebohongan yang dapat mengatasi dari kenyataan yang tidak tertahankan. Zizek menganalogikan terhadap kasus seseorang yang ditinggal mati ayahnya—orang yang disayangi—, jika pada simptom—kesadaran palsu dapat tertutup melalui simptom—, rasa kehilangan akan ditahan dengan tidak memikirkannya, namun trauma yang telah ditahan akan muncul kembali sebagai bentuk simptom. Fetisisme hadir menerima kematian tetapi tetap berpegang pada fetis yang secara alurnya mengajak kesadaran untuk menyangkal adanya kematian. Seorang fetis memampukan dirinya menghadapi kenyataan terburuk. Seorang fetis dapat lebih tegar karena memiliki pegangan berupa ajimat yang membuatnya siap menjalani kemungkinankemungkinan. Fetis merupa pengalih kesadaran yang mampu membenamkan kenyataan. Pembaharuan atas kesadaran ini akan selalu terjaga atas bentukan oleh yang berkepentingan. Pencitraan UIN dalam prosesnya mencoba mengkolonialisasi kesadaran dengan kesadaran versi UIN. Sebagaimana arti fetis yang membentuk semacam jimat, UIN mengajarkan jampi-jampi yang menjanjikan kepastian dan kebahagiaan meskipun kehidupan di luar sana hadir dengan brutal. Dengan mengamini sajiannya, pandangan yang menyatakan bahwa sebenarnya kampus sedang menjalankan praktik pabrikasi pendidikkan akan tidak benarbenar disadari. Titik keberhasilan atas citra ini sampai pada pengaminan, penerimaan secara mutlak atas UIN. Sehingga melahirkan pernyataan “yang penting sekolah di UIN, apapun itu...,.” Tidak ada kebohongan sedikitpun dari UIN, just manipulate the truth, may be. Kita dapat menyadari akan semua hal itu, tapi kita juga dapat berpura-pura untuk tidak menyadarinya sama sekali—akan terasa menyakitkan justru kalau saja kita tidak mampu untuk berpura-pura. Applause buat website Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.[]

SABIQ GHIDAFIAN HAFIDZ ghidafian@gmail.crot


v t

l

teater eska segera menerima anggota baru

TEATER ESKA

+62857 887 091 63 @ESKAteater

Teater Eska @teater.eska

lpmarena.com

27


14 semester lulus sesuai umur akademik .......................... .......................... ngelmu sak kuate sak isone, sak modare, sak jero-jerone .......................... .......................... menunda ledakan pengangguran

8 semester lulus prematur .......................... .......................... .......................... ngelmu sak karepe, syak-syake, ing tempo sesingkat-singkate .......................... .......................... .......................... cepet nganggur

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT INI DIPERSEMBAHKAN OLEH Lembaga Pers Mahasiswa ARENA


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.