Media Komunitas Kecamatan Pujut Lombok Tengah NTB

Page 1

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

2


Buku ini diterbitkan oleh GSC Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Bekerjasama dengan Satker GSC Kabupaten Lombok Tengah dengan menggunakan dana BLM DOK Peningkatan Kapasitas GSC Tahun Anggaran 2017

Penanggung Jawab

: Suherman (Fasilitator Kecamatan)

Tim Penyusun

: Lalu Ahmad Ripa’i (Pendamping Lokal) Suherman

Editor

: Ridwan

Kontributor

: Pelaku GSC se-Kec. Pujut Kabupaten Lombok Tengah

Desain/Layout

: Ridwan

Sekretariat GSC Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah: Kantor Camat Pujut Kabupaten Lombok Tengah Jl. Pujut Raya No. 1 Sengkol kode Pos 83573 Telp. 081 997 704 611, 081 803 610 570 Email: Suhermananjani@gmail.com

Edisi I, Desember 2017

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

3


PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

KECAMATAN PUJUT Alamat: Jalan Pujut Raya No. 1 Sengkol Kode Pos 83573

KATA SAMBUTAN Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang terpilih untuk melaksanakan Program Generasi Sehat dan Cerdas, dimana prrogram ini merupakan program pemerintah dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan guna mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s) , Program Generasi Sehat dan Cerdas juga merupakan program khusus yang menjadi bagian dalam sistem dan mekanisme kegiatannya terfokus pada penanggulangan masalah Kesehatan dan Pendidikan.Program Generasi Sehat dan Cerdas d i Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah telah dilaksanakan sejak tahun 2010. Hasil koordinasi pelaksanaan Program sejak awal menunjukkan bahwa keberadaan Program ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi peningkatan kuantitas dan kualitas Pendidikan wajib belajar 9 tahun serta peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, meskipun demikian pelaksanaan program dilapangan masih ada hal – hal yang perlu mendapat perhatian terutama peningkatan fasilitator dan masalah koordinasi dengan penyedia layanan. Beberapa ukuran keberhasilan pencapaian tujuan program masih belum mencapai target yang maksimal, sehingga dipandang perlu adanya peningkatan koordinasi yang lebih inten dengan pemangku kepentingan dalam upaya untuk menentukan rencana tindak lanjut program pada tahun – tahun yang akan datang untuk keberhasilan pelaksanaan program perlu ada langkah – langkah cerdas dari semua pelaku untuk dapat lebih bersinergi, karena pemerintah tidak akan maksimal dalam mendukung pelaksanaan program tanpa sinergitas semua fihak.

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

4


Oleh karena itu, saya berharap setelah terbitnya buku ”MELIHAT LEBIH DEKAT ADAT SASAK DAN KISAH INSPIRATIF PELAKU GSC” ini bisa dijadikan sebagai salah satu langkah awal kedepan untukmemberikan sesuatu yang terbaik yaitu adanya pemahaman dan tindakan yang menunjang pelaksanaan Program Generasi Sehat dan Cerdas, adanya koordinasi antara pemerintah, pelaku – pelaku program dan sektor – sektor terkait. Sebagai harapan kepada pelaku – pelaku Program Generasi Sehat dan Cerdas Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah dari semua jenjang/tingkatan terus berkarya untuk kita jadikan sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kita kepada Pemerintah dan Masyarakat. Demikian dan semoga bermanfa’at untuk kita semua. Amin Wabillahittaufiq walhidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sengkol, Desember 2017 Kasi. PMD Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah

N A I M, S.Sos. NIP. 196512311986021084

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

5


KATA SAMBUTAN

Assalamu Alaikum Wr. Wb. Kebahagian yang kami rasakan di saat mendapatkan informasi bahwa tim GSC Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah membuat buku ini. Kebahagian karena apa yang telah dilakukan oleh kawan-kawan tidak akan hilang begitu saja dan prektek-praktek baiknya juga dapat disebarluaskan serta dipelajari oleh banyak pihak sehingga dapat menjadi pengetahuan bersama. Selain rasa kebahagiaan maka rasa hormat dan kebanggaan saya sampaikan atas kiprah kawan-kawan pelaku GSC di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Para pelaku dari mulai tingkat desa sampai kabupaten telah mendedikasikan dirinya untuk melakukan pemberdayaan warga terutama kepada ibu-ibu hamil, perempuan dan anak. Dengan tujuan agar kesehatan ibu hamil, balita dan anak dapat terpantau dan terjamin hak-hak kesehatannya. Demikian juga di pendidikan agar anakanak mendapatkan layanan pendidikan dan terpenuhinya hak pendidikan mereka. Tentulah apa yang ditulis dalam buku ini masih banyak cerita yang terpendam, cerita-cerita menghadapi tantangan yang tentu saja tidak mudah selain juga cerita-cerita kebahagian yang masih ada berserakan. Namun langkah awal menerbitkan buku ini sebagai upaya apa yang berserakan dapat menjadi kumpulan yang bermanfaat terutama bagi generasi ke depan. Terimakasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada kawankawan pelaku GSC di tingkat desa, FK. Selain itu juga terimakasih kepad a Camat Pujut Kabupaten Lombok Tengah, BPMD, UPT Puskesmas Sengkol. UPT Puskesmas Teruwai, UPT Puskesmas Kuta dan UPT Dikpora

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

6


Kecmatan Pujut, Pemerintahan Desa dan semua pihak yang telah mendukung dan bekerjasama

dalam menjalankan dan mensukseskan

Program Generasi di Kabupaten Lombok Tengah. Akhir kata, kami ucapkan selamat atas terbitnya buku ini, teruslah berkarya, teruslah berjuang untuk masa depan generasi ke depan menjadi lebih baik karena terjamin hak-hak dasarnya. Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Praya, Desember 2017 Tim Faskab Kab. Lombok Tengah

Abd. Rahman (Faskab)Hidayatul Fatikiyah (Faskeu)

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

7


KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rampungnya penyusunan publikasi buku ini, yang diharapkan dapat menginspirasi berbagai pihak, dalam penyusunan publikasi ini telah melibatkan secara bersama-sama seluruh komponen pelaku GSC (Generasi Sehat dan Cerdas) di Bumi Tatas Tuhu Trasna. Judul yang dipilih dalam buku ini adalah ”MELIHAT LEBIH DEKAT ADAT SASAK DAN KISAH INSPIRATIF PELAKU GSC” yang intinya buku ini menceritakan tentang adat budaya lokal yang ada diwilayah Kecamatan Pujut serta kisah inspiratif pelaku program GSC d ar i lapangan. Buku ini merupakan edisi perdana dan kami siap meluncurkan karya berikutnya. Tidak lupa juga kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah beserta jajarannya dan berbagai pihak yang telah berkontribusi secara aktif dalam penyusunan buku ini, tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya. Akhirnya saran dan masukan untuk perbaikan sangat diharapkan, guna kesempurnaan publikasi di masa mendatang. Terima kasih.

Sengkol, Desember 2017 FK-GSC Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah

SUHERMAN, S.Si.

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

8


LEMBAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………………………………..i KATA SAMBUTAN .............………………………………………………………………………..……iii KATA PENGANTAR...……………………………………………………………………………………vii LEMBAR ISI..……………………………………………………………………………………………..viii JUDUL TULISAN Almanak Desa Sengkol .................................……………………….................……………………..1 Almanak Desa Rembitan..........……………………………………………………………………….. 22 Kacamata untuk Siska …………………….....…………………………………………………….... 45 Sosok Pemimpin Merakyat ......................................................................................................... 48 Karang Taruna Bhakti Karya Ketara Gelar Pengobatan Gratis …....................………..……… 51 Diskripsi Singkat tentang “PAUD SETUWI JATI”........................………………………………….. 53 Sekilas Cerita tentang Lembaga “PAUD RIANG” ....................................................................... 54 Ketika Keraguan Menjadi Kenyataan ......................................................................................... 58 Daftar Singkatan

..................................................................................................................... 61

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

9


SEJARAH DESA SENGKOL Desa Sengkol pada sebelum tahun 1952 termasuk Kedistrikan Jonggat Selatan, yang sekarang menjadi Kecamatan Pujut. Desa Sengkol pertama kalinya dipimpin oleh seorang Kepala Desa bernama MAREJE INDDRE. Mengingat

perkembangan penduduk semakin bertambah dengan

wilayahnya yang sangat luas, maka Desa Sengkol telah mengalami 3 kali (tiga kali) pemekaran, Pemekaran pertama pada tahun 1952, dimekarkan menjadi 3 (tiga) desa, yaitu Desa Sengkol (Desa Induk), Desa Kawo, dan Desa Teruwai. Pemekaran ke 2 (dua) Desa Sengkol menjadi 2 Desa (dua Desa), yaitu Desa Sengkol dan Desa Rembitan (Desa Rembitan dan Desa Kute) saat ini. Dan Pemekaran ke tiga pada tanggal 19 Desember 1995 yaitu menjadi 3 Desa (tiga Desa), yaitu Desa Sengkol (Desa Induk), Desa Segala Anyar bagian Timur, Desa Sukadana sebelah Selatan bagian Selatan dan sebagian lagi dibagian Barat Selatan masuk ke wilayag Desa Prabu (penyatuan dengan sebagian wilayah Ketare). Desa Sengkol adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, juga merupakan ibu kota Kecamatan Pujut. Keberadaan Desa Sengkol sangat strategis karena terletak di jalur utama menuju Bandara Internasionl Lombok (BIL) dan jalur Pariwisata Pantai Kute, Tanjung Aan, dan Pantai Mawun. Secara geografis wilayah Desa Sengkol Kecamatan Pujut, terletak disebelah Selatan dari ibu kota Kabupaten Lombok Tengah. Luas Desa Sengkol 2.242,74 Ha, dengan tapografi 82,45 % dataran dan perbukitan, merupakan lahan kering. Tinggi tempat Desa Sengkol 100 – 150 meter dari permukaan laut. Jenis tanah didominasi grumusol kelabu tua, kandungan liat yang tinggi dengan cirri-ciri becek dan melekat dimusim hujan dan keras pecah-pecah dimusim kemarau. Kondisi iklim di sebagian besar Desa Sengkol tidak jauh beda dengan kondisi iklim wilayah kecamatan yang lain di Lombok Tengah. Desa Sengkol secara umum mengalami dua musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung antara

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

10


bulan Juni hingga Nopember dan musim hujan antara bulan Desember hingga Mei dengan temperatur/suhu udara rata - rata berkisar antara 22 ºc sampai 32 ºc dan suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober dengan suhu 32,10 ºc serta suhu minimum 20,70 ºc terjadi pada bulan Juni. Kelembaban udara berkisar antara 81,58 %, kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Maret dan Nopember sebesar 86,00 % sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan September dan Agustus sebesar 77,00 %. Curah hujan rata-rata 1.000 – 1.225 mm/tahun tipe iklim tergolong tipe D (kering), Adapun batas –batas Desa Sengkol adalah sebagai berikut : ● Sebelah Utara : Desa Ketare ● Sebelah Timur : Desa Segala Anyar ● Sebelah Selatan: Desa Rembitan, Desa Sukadana, dan Laut Samudera ● Sebelah Barat : Desa Pengembur

PEMERINTAH DESA Kantor Kepala Desa berada di wilayah Dusun Sengkol I sekaligus sebagai pusat Pemerintahan, juga sebagai pusat Pendidikan karena sebagian besar gedung sekolah, yayasan-yayasan memang berpusat di Desa Sengkol. Pemerintahan Desa Sengkol terdiri dari seorang Kepala Desa Dan Badan Permusyawatan Desa (BPD). Struktur organisasi Pemerintahan Desa Sengkol terdiri dari seorang Kepala Desa beserta aparatnya dan Badan Permusyawaratan Desa (DPD). Dalam menjalankan pemerintahammya Kepala Desa dibantu oleh : ❖ 1 (satu) orang Sekretaris Desa yang bertugas selaku Kepala Administrasi di Desa dan membawahi 5 (lima) orang Kepala-Kepala Urusan, yaitu : - Kaur Pemerintahan - Kaur Pembangunan - Kaur Kesejahteraan Rakyat - Kaur Keuangan

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

11


- Kaur Umum â?– 20 (dua puluh) orang Kepala- Kepala Dusun (Kadus) sebagai pelaksana tugas Kepala Desa di tingkat Dusun. Masing-masing Dusun dikepalai oleh Kepala Dusun (Kadus) dan masingmasing Kadus dibantu oleh Ketua-Ketua RT yang ada dibawahnya yang bertanggungjawab

kepada

Kepala

Dusun.

Kepala

Dusun sendiri dalam

melaksanakan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Kepala Desa, karena tugas Kepala Dusun adalah perpanjangan tangan Kepala Desa (pembantu Kepala Desa) di masing-masing Dusun yang bersangkutan.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

12


STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa Sengkol tidak bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan pada level di atasnya. Selain itu peranan BPD yang sudah terbentuk sebagai mitra pemerintah desa cukup memegang peranan yang signifikan. Disamping itu juga dengan adanya Lembaga Masyarakat Desa yang terbentuk atas prakarsa masyarakat desa berdasarkan kebutuhan untuk penyelenggaraan pembangunan desa sangat bermanfaat. Sedangkan untuk struktur pemerintah desa dan nama-nama pengurus baik dari pemerintah desa, BPD, PKK dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) yang ada di Desa Sengkol dapat dilihat dalam bagan dan tabel berikut ini: BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA SENGKOL

BPD

KEPALA DESA

KAUR PEMERINTAHAN KAUR UMUM SEKDES

KAUR PEMBANGUNAN

KAUR KESSOS KAUR KEUANGAN

KEPALA DUSUN

KEPALA DUSUN

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

13


Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Sengkol kepada masyarakat cukup memuaskan dan kelembagaan yang ada berjalan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

TRADISI- ADAT -SOSIAL - BUDAYA Struktur Masyarakat Desa Sengkol Secara umum Masyarakat Sasak dipandang sebagai penduduk asli Pulau Lombok. Mereka mengenal suatu pelapisan atau penggolongan masyarakat. Secara sosial-politik, masyarakat Sasak dapat digolongkan ke dalam dua tingkatan utama, yaitu

golongan

bangsawan

yang lazim disebut perwangsa dan

golongan

masyarakat

kebanyakan yang disebut jajar

karang atau bangsa Ama. Golongan atas

perwangsa terbagi

dua

tingkatan,

yaitu

bangsawan

penguasa

dan

bangsawan

rendahan.

Para

bangsawan

penguasa

atau

perwangsa menggunakan gelar

datu. Penyebutan untuk kaum laki-laki

golongan

ini adalah

raden dan perempuan bangsawannya dipanggil denda. Jika kelompok raden telah mencapai usia cukup dewasa dan ditunjuk untuk menggantikan kedudukan ayahnya, mereka berhak memakai gelar datu. Perubahan gelar itu dilakukan setelah melalui upacara tertentu. Bangsawan rendahan atau

triwangsa menggunakan gelar lalu untuk para lelaki dan baiq untuk para perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajar karang , panggilan untuk laki-

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

14


laki adalah loq dan perempuannya adalah le. Golongan pertama dan kedua lazim disebut permenak. Sesuai dengan statusnya, golongan permenak di samping lebih tinggi daripada jajar karang, merupakan penguasa sekaligus pemilik sumber daya lahan pertanian yang luas. Ketika dinasti Karangasem Bali berkuasa di Lombok, golongan permenak hanya menduduki jabatan sebagai pembekel di daerah berpenduduk Sasak. Masyarakat Sasak memberikan penghormatan kepada golongan permenak berdasarkan ikatan tradisi turun-temurun dan berdasarkan ikatan budaya Islam. Landasan pelapisan

sosial masyarakat

Sasak

mengikuti garis keturunan

lelaki

(patrilineal). Harta warisan biasanya disebut pustaka yang mengandung nilainilai luhur dan berbentuk seperti tanah, rumah, dan benda-benda lainnya yang dianggap keramat. Benda-benda keramat itu, antara lain, berupa pakaian, keris, dan permata. Orang-orang Bali di Lombok juga memiliki pola kekerabatan yang serupa dan disebut purusa. Garis keturunan mereka berdasarkan pada garis ayah. Seperti pada masyarakat Sasak, pola pewarisan mereka disebut pusaka. SISTEM PENGGOLONGAN STRATA SOSIAL Sistem adat yang sangat kental di Suku Sasak di Desa Sengkol ini menerapkan

penggolongan

masyarakatnya,

khususnya

strata bagi

sosial

atau

keturunan

sistem

bangsawan

kasta

bagi

dan

non-

bangsawan. Terdapat tiga lapisan sosial masyarakat, yaitu golongan utama atau bangsawan keturunan langsung dari raja kerajaan yang disebut

menak, golongan madya atau pertengahan yang merupakan hasil perkawinan silang antarstrata, dan golongan orang biasa. Golongan menak memiliki gelar kebangsawanan “Lalu” atau “Raden” untuk laki-laki dan gelar “Baiq” dan “Denda” untuk wanita.Golongan non-bangsawan, yakni orang biasa tidak memiliki gelarapa pun. Seiring dengan majunya zaman, adanya sistem penggolongan ini tidak mempengaruhi perlakuan terhadap sesama

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

15


masyarakat di Desa. Hanya saja biasanya semakin tinggi kastanya, ia semakin mengetahui asal usulnya karena selalu diceritakan oleh leluhurnya secara turun temurun. Namun penggolongan berdasar lapisan sosial ini berpengaruh besar terhadap adat pernikahan karena adanya larangan bagi perempuan yang bergelar bangsawan untuk menikahi laki-laki yang kastanya lebih rendah dari bangsawan. Perempuan bergelar bangsawan setidaknya harus menikahi laki-laki yang setara denganny a atau lebih tinggi. Sementara untuk laki-laki bergelar bangsawan bebas memilih pasangannya dari golongan mana pun. Sinkretisme Budaya dan Agama Bentuk sinkretisme antara budaya dan ajaran agama Islam yang ada di Desa Sengkol Kecamatan Pujut adalah : (1) acara “Nelung, Mituk,

Nyiwak, Nyatus, dan nyeribu” (penyelenggaraan hari ke tiga, ke tujuh, ke sembilan, ke seratus, dan ke seribu setelah hari kematian), biasanya bagi keluarga yang mampu pada penyelenggaraan hari ke-sembilan akan memotong hewan ternak baik Sapi atau Kerbau. (2) Acara “Roah Bubur

Beak dan Bubur Putik” (penyelenggaraan acara ritual bubur merah dan bubur putih), (3) Membuat “Pesaji” (membawa makanan dan minuman pada acara ziarah kubur dan makanan tersebut akan dimakan secara ramai-ramai setelah melakukan dzikir kubur), (4) Membawa “Dupe” pada saat acara pemakanan jenazah (Dupe = kemenyan yang dibakar dalam

wadah tembikar tanah/Dulang ), (5) Acara “Ngurisan” yaitu memotong rambut bayi yang disertai dengan acara serakal (pembacaan barjanzi dan salawat), dan (6) Acara “lebaran Topat” , yang diselenggarakan setelah 7 hari hari raya Idul Fitri atau setelah puasa syawal. A.

Pemilihan Kepala Desa Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di

Indonesia

yang

lebih

demokratis,

memberikan

pengaruh

kepada

masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

16


lebih demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Sengkol, hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg, pilpres, pemillukada, dan pimilugub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum. Khusus untuk pemilihan kepala desa Sengkol, sebagaimana tradisi kepala desa di Kabupaten Lombok Tengah, biasanya para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan

keluarga-keluarga tersebut. Jabatan

kepala desa merupakan

jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilh karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-norma yang berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap. Karena demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, bisa mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan Desa Sengkol pada tahun 2013. Pada pilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi, yakni hampir 95%. Tercatat ada dua kandidat kepala desa pada waktu itu yang mengikuti pemilihan kepala desa. Pilihan kepala Desa bagi warga masyarakat Desa Sengkol seperti acara perayaan desa. Walaupun

pola kepemimpinan

ada di Kepala Desa namun

mekanisme pengambilan keputusan selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan Permusyawaratan Desa maupun lewat

masyarakat

kepemimpinan

di

langsung. Wilayah

Dengan Desa

demikian Sengkol

terlihat

bahwa pola

mengedepankan

pola

kepemimpinan yang demokratis.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

17


Berdasarkan deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami bahwa Desa Sengkol mempunyai dinamika politik lokal yang bagus. Hal ini terlihat

baik

dari

segi

pola

kepemimpinan,

mekanisme

pemilihan

kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sistem politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi terhadap minat politik daerah dan nasional terlihat masih kurang antusias. Hal ini dapat dimengerti dikarenakan dinamika politik nasional dalam kehidupan keseharian masyarakat Desa Sengkol kurang mempunyai greget, terutama yang

berkaitan

dengan

permasalahan, kebutuhan

dan

kepentingan

masyarakat secara langsung. Berkaitan dengan letaknya yang berada di bagian selatan Wilayah Lomboh Tengah suasana budaya masyarakat

sangat terasa di Desa

Sengkol. Dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Sasak. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Sasak Rowot, masih adanya budaya slametan, tahlilan,dan

lainnya,

yang

semuanya merefleksikan

sisi-sisi akulturasi

budaya Islam dan Sasak. Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap arus informasi, hal-hal lama ini mulai mendapat respon dan tafsir balik dari masyarakat. Hal ini menandai babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan

baru

bersama masyarakat Desa Sengkol. Dalam rangka

merespon tradisi lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama, dan budaya di Desa Sengkol. Tentunya hal ini membutuhkan

kearifan

tersendiri,

sebab

walaupun

secara

budaya

berlembaga dan berorganisasi adalah baik tetapi secara sosiologis ia akan beresiko menghadirkan kerawanan dan konflik sosial.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

18


B.

MASJID KUNO PUJUT Desa Sengkol memiliki salah satu

objek wisata religi yang terkenal, serta menjadi saksi bisu sejarah Islam di Lombok, yaitu Masjid Kuno Pujut. Masjid kuno yang terletak di Situs Gunung Pujut ini adalah masjid pertama di Lombok, yang menjadi penanda masuknya Islam di Lombok. Selain masjid, terdapat beberapa peninggalan arkeologi di Situs Gunung Pujut ini. Peninggalan tersebut meliputi tempat bertapa orang Islam zaman dahulu yang menganut Wetu Telu, yang disebut Pedewa. Terdapat tiga tempat pertapaan, yaitu Dewa Pujut, Dewa Dapur dan Dewa Peringga. Sebagai masjid pertama penanda masuknya Islam, terdapat satu bedug kuno yang dulu digunakan untuk mengumandangkan adzan. Dulunya sebagian besar masyarakat menganut ajaran Islam Wetu Telu atau Waktu Telu, yaitu menjalankan ibadah sholat sebanyak tiga kali dan masih menjalankan ritual-ritual agama agama Hindu, Buddha, bahkan animisme. Saat ini pun masih ada yang menganut ajaran Waktu Telu ini, namun hanya di sebagian kecil tempat di Lombok. Sekarang masjid ini sudah tidak digunakan lagi karena hampir tidak ada lagi yang menganut ajaran Islam Wetu Telu. Selain itu masjid ini jaraknya cukup jauh dan berada di atas bukit yang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki melewati anak tangga kira-kira sejauh 400 meter. Situs ini disebut Gunung Pujut tidak berarti terdapat di gunung, melainkan di atas bukit yang tingginya sekitar 500 mdpl. Di samping itu, di zaman dahulu merupakan kebiasaan untuk mendirikan bangunan yang bernilai sakral di atas bukit dengan maksud penghormatan. Arsitektur Masjid Kuno Pujut ini mirip dengan Masjid Demak karena diyakini bahwa para Wali dari Jawa berperan dalam membawa ajaran agama Islam di Lombok. Masjid ini sendiri diperkirakan berdiri sejak

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

19


abad ke-16, yang dibangun oleh para masyarakat dengan dipimpin oleh kerajaan di masa itu. Bangunan masjid ini tidak berdiri tanpa filosofi. Bangunan masjid ini atapnya dibuat rendah yang bermakna bahwa siapapun yang ingin menghadap pada Tuhan YME harus merendahkan diri. C.

ADAT PERKAWINAN DESA SENGKOL Perkawinan merupakan suatu peristiwa kehidupan Seseorang

penting

dalam

suku

Sasak.

baru

sebagai warga

dianggap penuh

dari

suatu masyarakat apabila ia telah

berkeluarga.

Dengan

demikian ia akan memperoleh hak-hak dan kewajiban baik sebagai warga kelompok kerabat atau pun sebagai warga masyarakat. Sebagaimana perkawinan menurut Islam dikonsepsikan sebagai jalan mendapatkan kehidupan berpasang-pasangan, tenteram dan damai (mawaddah wa

rahmat) sekaligus sebagai sarana pelanjutan generasi (mendapatkan keturunan), maka perkawinan bagi masyarakat Sasak juga memiliki makna yang sangat luas, bahkan menurut orang Sasak, perkawinan bukan hanya mempersatukan seorang laki-laki dengan seorang perempuan saja, tetapi sekaligus mengandung arti untuk mempersatukan hubungan dua keluarga besar, yaitu kerabat pihak laki-laki dan kerabat pihak perempuan. Berdasarkan tujuan besar tersebut, maka terdapat tiga macam perkawinan dalam masyarakat suku Sasak Lombok, yaitu: ➢ Perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan dalam satu kadang waris yang disebut perkawinan betempuh pisa’ (misan dengan misan/cross cousin); ➢ Perkawinan antara pria dan perempuan yang mempunyai hubungan

kadang jari (ikatan keluarga) disebut perkawinan sambung uwat benang (untuk memperkuat hubungan kekeluargaan); dan

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

20


➢ Perkawinan antara pihak laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan perkadangan (kekerabatan) disebut perkawinan pegaluh

gumi (memperluas daerah/wilayah). Dengan demikian, maka semakin jelas bahwa tujuan perkawinan menurut adat Sasak adalah untuk melanjutkan keturunan (penerus generasi), memperkokoh ikatan kekerabatan dan memperluas hubungan kekeluargaan. Selanjutnya, apabila membahas perkawinan suku Sasak, tidak bisa tidak membicarakan merari’, yaitu melarikan anak gadis untuk dijadikan

istri. Merari’ sebagai ritual memulai perkawinan merupakan

fenomena yang sangat unik, dan mungkin hanya dapat ditemui di masyarakat Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Begitu mendarah dagingnya tradisi ini dalam masyarakat, sehingga apabila ada orang yang ingin mengetahui status pernikahan seseorang, orang tersebut cukup bertanya apakah yang bersangkutan telah merari’ atau belum. Oleh karenanya tepat jika dikatakan bahwa merari’ merupakan hal yang sangat penting dalam perkawinan Sasak. Bahkan, meminta anak perempuan secara langsung kepada ayahnya untuk dinikahi tidak ada bedanya dengan meminta seekor ayam. Dalam adat Desa Sengkol, tradisi pernikahan dapat dikatakan unik karena istilahnya, yakni Kawin Lari. Disebut kawin Lari karena memang tidak ada prosesi lamaran seperti adat suku lainnya, melainkan calon mempelai perempuan diculik atau dilarikan ke suatu rumah oleh calon mempelai pria tanpa sepengetahuan orang tua si perempuan. Atau ada juga yang sebagian pura-pura tidak tahu orang tua si perempuan padahal dia tau anaknya akan dilarikan atau diculik oleh sik pria. Penculikan di sini tidak mengandung konotasi negatif. Karena setelah anak perempuan diculik, keesokan harinya akan ada pemberitahuan kepada pihak keluarga perempuan

bahwa

anaknya diculik

oleh

seorang

laki-laki. Biasanya

penculikan ini juga dilakukan atas dasar suka sama suka tanpa ada unsur paksaan, dan sudah ada perjanjian antara keduanya.

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

21


Pernikahan adat Sasak ini memiliki beberapa tahapan setelah anak perempuan

diculik,

yaitu

Sejati(memeberi

tau

kepala

dusun),

selabar/nyelabar, pucuk, sorong serah, dan nyongkolan. Selabar/nyelabar adalah tahapan di mana informasi bahwa anak perempuannya diculik disampaikan kepada pihak keluarga perempuan oleh pihak keluarga lakilaki. Kemudian pucuk adalah tahapan di mana pihak laki-laki meminta izin kepada pihak perempuan agar boleh dinikahkan. Biasanya karena antara calon mempelai sudah sama-sama suka, jarang sekali pihak laki-laki tidak mendapat izin. Bahkan pihak perempuan biasanya merasa terhormat jika anak perempuannya diculik. Lalu proses sorong serah atau aji krama adalah upacara yang dihadiri oleh kedua belah pihak keluarga setelah kedua mempelai dinikahkan secara sah. Proses terakhir dianggap sakral, yaitu nyongkolan, berupa arak-arakan atau iringa pengantin menuju rumah keluarga pihak wanita. Pasangan yang baru menikah ini biasanya dibuatkan sebuah rumah kecil yang disebut bale kodong untuk berbulan madu, sebelum pindah ke rumahnya sendiri. Tradisi pernikahan suku Sasak ini memang unik. Sebelum menikah, sang pria harus bekerja keras karena biaya “seserahan� untuk sang wanita tidak sedikit. Biaya dapat mencapai 2 ekor kerbau, atau ratusan keping uang kuno yang jika dirupiahkan mencapai angka enam juta rupiah. Di samping itu, jika ada pasangan yang ketahuan mendua atau berselingkuh, sanksi yang diberikan tidak tanggung-tanggung yaitu dipenggal kepalanya oleh keluarganya sendiri. Jika tidak mau dipenggal, maka pasangan yang berselingkuh tersebut harus keluar dari dusun atau desa dan tidak boleh kembali lagi.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

22


D.

Ngurisan “Ngurisan� yaitu memotong rambut bayi yang disertai dengan acara serakal (pembacaan barjanzi dan salawat). Tradisi ngurisan ala sasak, tentunya memiliki berbagai pola dalam setiap kegiatannya dan ada makna-makna tersendiri

yang

bisa

diambil

dari

kegiatan yang dilakukan. Di desa Sengkol, Kecamatan Pujut dikenal adanya suatu kebiasaan atau tradisi NGURISAN dalam bahasa disini disebut BEKEKAH. Tradisi ngurisan (bekekah) atau sering disebut potong rambut pertama pada anak pertama dan seterusnya merupakan salah satu tradisi yang dilakukan hampir diseluruh pelosok Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya yang beragama muslim. Ngurisan akan dilakukan pada anak laki-laki dan anak perempuan yang baru berumur 3 bulan, Tetapi ada juga yang kurang dari satu bulan atau lebih tergantung kemampuan dari keluarga. Bayi itu akan dicukur rambutnya di mushola, masjid, atau tempat tinggal (rumah) sang bayi. Untuk anak laki-laki mengorbankan kambing sebanyak 2 ekor, dan untuk perempuan 1 ekor kambing Sebelum prosesi ngurisan, ada yang unik untuk dipersiapkan. Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan bahan makanan. Persiapan ini dilakukan 4 hari sebelum acara puncak. Biasanya diisi dengan membuat jajan yang natinya akan disajikan ke tamu undangan. Membuat jajan ini dilakukan secara bersama-sama dengan tetangga dan kerabat. Jajan yang wajib ada ketika acara ini adalah RENGGI dan OPE-OPE. Mengapa renggi dan ope-ope ini harus ada, karena dengan adanya makanan wajib seperti ini masyarakat disamakan kedudukannya. Tidak ada yang namanya perbedaan kedudukan antara yang miskin ataupun kaya. Semua dianggap mampu dalam mengadakan acara ini. Adapun makanan-makanan lain bisa apa saja, semampu yang mengadakan acara. Makanan-makanan ini nanti akan dijadikan sebagai PESAJIQ (sajian) ditempatkan diatas nampan yang biasanya

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

23


disebut DULANG. Makanan-makanan seperti buah, jajan, kue, nasi, dan lauk pauknya di susun rapi menggunakan piring diatas nampan. Dulang ini nantinya dijadikan untuk ROAH (zikir). Sebelum hari H atau hari puncak dalam prosesi ngurisan, terlebih dahulu dilakukan MESILAQ (undangan). Dalam mesilaq biasanya orang yang diundang hanya sekedarnya saja, tidak banyak. Kurang lebih 50 orang untuk warga kampung dan ditambah dengan tetangga dan kerabat dekat. Ketika hari H datang, warga sekitar yang wanita datang berbondong bondong untuk BEGAWE membawa beras atau gula. Yang datang begawe ini hanya para tetangga, kerabat, dan tamu undangan, tidak semua warga. Tamu undangan yang datang ini langsung disajikan makanan dan minuman kopi atau teh ditemani dengan tuan rumah yang mengadakan acara. Untuk para tetangga yang turut membantu dalam menyiapkan makanan untuk acara ini, biasanya makan bersama (BEGIBUNG). Sebelum

prosesi,

dipersiapkan terlebih dahulu alat-alat

yang

digunakan nantinya dalam memotong rambut bayi. Seperti : ❖

Kolong kuningan, Kolong kuningan ini diisi dengan air (nantinya untuk mengusap rambut sang bayi), rampe (bunga-bungaan), uang logam. Kelong kuningan ini mengandung makna agar anak nantinya bisa menjadi seseorang yang berharga dan bermanfaat bagi orang lain.

Gunting

Kemaliq 2 helai (selendang panjang kecil) Setelah tamu undangan dan para kiai telah lengkap datang, maka

ngurisan pun dimulai. Bayi digendong oleh ayah atau pamannya memutar mengelilingi para tamu undangan dan ditemani oleh 2 orang kerabat, 1 orang membawa alat-alat yang telah disebutkan diatas, dan 1 orangnya lagi membawa uang pecahan 2 ribuan atau 5 ribuan biasanya disebut SELAWAT yang nantinya uang tersebut di masukkan ke kantong para tamu undangan yang ikut serta dalam memotong rambut sang bayi. Tradisi ngurisan dilakukan dengan cara memotong rambut bayi pada bagian ubun-ubun terlebih dahulu oleh para tokoh agama

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

24


sebagai simbol bahwa segala sesuatu yang tidak baik yang dibawa dari dalam rahim sudah dibuang atau diangkat. Satu-persatu tamu undangan memotong sedikit demi sedikit rambut sang bayi, rambut yang dipotong ini dimasukkan kedalam kolong kuningan yang telah disediakan sambil membaca selakar. Setelah usai prosesi memotong rambut bayi ini, dilanjutkan dengan memotong KEMALIQ (selendang panjang sebanyak 2 helai) lalu diikat dikepala sang bayi. Pemotongan dan pengikatan kemaliq ini sebagai tanda telah selesai bekuris (BEKEKAH). Maka dilanjutkan dengan ZIKIR Semua acara atau prosesi ngurisan telah selesai dilakukan maka tamu undangan disajikan dulang yang telah disediakan. 1 dulang untuk 3 sampai 4 orang. Dulang untuk penamat disiapkan 2 . Dulang penamat hanya berisikan buahbuahan dan segala jenis makanan, berbeda dengan dulang yang disantap oleh para tamu undangan usai zikiran. Dulang penamat ini nantinya akan dibagikan untuk orang-orang atau tamu undangan yang ikut ngurisan untuk dibawa pulang. Menurut tokoh adat dalam hal ini Sekdes Desa Sengkol, Jika di cermati, banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya, seperti : ➢

Nilai sosial Memperkuat tali silahturahmi diantara anggota masyarakat, mempererat

hubungan kasih sayang antar individu masyarakat dengan turut hadir menikmati sajian, membuat sanak kerabat, sahabat, tetangga dan keluarga berkumpul untuk sama-sama saling mendoakan sang bayi, sebagai bentuk pengenalan orang tua bahwa anaknya menjadi bagian dari masyarakat yang terikat, dan juga dalam tradisi ini juga terdapat nilai gotong royong, dimana tetangga atau kerabat saling membantu dalam mempersiapkan acara, dan mengurangi pengeluaran keluarga dengan datang membawa beras atau gula. ➢

Nilai Religi Dilakukan ngurisan merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada

Allah, sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang di anugerahkan Allah dengan lahirnya sang anak, sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

25


melaksanakan syariat islam, nilai kerohanian yang lain bisa terwujud dengan adanya zikir, dan pembacaan kitab suci al-quran ➢

Nilai Pendidikan Melalui akikah, anak diajarkan melalui pengenalan, pemahaman, dan

penanaman nilai-nilai keagamaan dalam tradisi akikah ini. Baik untuk pendidikan akhlak, pendidikan keimanan, serta pendidikan social, sebagai wujud atau proses pengenalan terhadap lingkungan masyarakat kepada anak sejak dini. ➢

Nilai Ekonomi Sebagai jaminan dalam menghapus kemiskinan di masyarakat, dimana dalam

aqiqah memerlukan binatang aqiqah yang harus dicari melalui jalan bekerja sama,meningkatkan gizi masyarakat karena hewan aqiqah yang telah disembelih dan dimasak selanjutnya akan di sedekahkan dagingnya kepada para tetangga dan masyarakat lainnya. E.

PENANGGALAN KALENDER SASAK Desa Sengkol masih merupakan bagian dari kesatuan Suku Sasak yang masih memelihara berbagai kekayaan budayanya. penanggalan

Suku

Sasak

kalender

memiliki berdasar

sistem kearifan

lokalnya yang kuat yang disebut Kalender Sasak, yang

penghitungannya

dilakukan

dengan

melihat gugusan bintang. Gugusan bintang ini disebut dengan istilah Bintang Rowot. Munculnya gugusan Bintang Rowot yang terdiri dari tujuh bintang, atau biasa disebut rasi bintang biduk ini menandakan dimulainya awal tahun baru Sasak. Tanggal 1 bulan 1 Kalender Sasak ini biasanya jatuh pada sekitar bulan Mei. Pergantian Tahun Baru Sasak ini dirayakan dengan serangkaian ritual, seperti berdzikir bersama dilengkapi dengan adanya nasi kuning dan jajanan tradisional. Selain itu juga terdapat pagelaran wayang dan atraksi presean, yaitu olahraga tradisional Sasak

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

26


yang dilakukan dua pemuda dengan beradu tongkat berbahan rotan yang dilengkapi perisai berbahan rotan juga. Terlepas dari modernisasi yang telah memasuki setiap penjuru negeri, sistem penanggalan tradisional ini masih dipertahankan hingga saat ini. Bagi masyarakat Sasak, termasuk di Desa Sengkol, masih memanfaatkan penanggalan Kalender Sasak ini untuk berbagai keperluan sehari-hari, khususnya untuk mengetahui pergantian musim. Dengan mengetahui pergantian musim ini dapat membantu khususnya para petani untuk menentukan hari baik untuk memulai penanaman hingga hari panen tiba. Perhitungan berdasar rasi bintang yang juga melihat tanda-tanda alam ini pun memiliki makna yang cukup dalam, bahwa masyarakat

menunjukkan penghargaan terhadap alam dengan berbagai

pertimbangannya sebelum melakukan kegiatan.Namun tidak semua warga Desa dapat memahami cara membaca rasi perbintangan ini, karena ilmu ini merupakan warisan turun temurun dari leluhur kepada para tokoh adat Desa.Oleh karena itu terdapat semacam tim ahli yang beranggotakan para tetua yang dihormati di Desa atau para ketua adat. Untuk menentukan perhitungan waktu mulai menanam dan panen, para petani harus mendatangi para ketua adat ini untuk meminta izin. Pada akhir bulan Oktober (ketika tim berkunjung) ini dikatakan sedang dalam bulan 6-7 berdasar Kalender Sasak, di mana sedang berada di puncak musim panas. Bulan 6-7 ini ditandai oleh pergeseran arah matahari, air laut yang surut, dan tanaman rambat yang bersemi. Puncaknya musim panas ini disebut dengan istilah “tumbuq�, yaitu ketika matahari pas di atas hingga tidak ada bayangan. Pada bulan ini belum dapat dilakukan penanaman, karena sedang dilakukan pengolahan lahan. Biasanya penanaman padi mulai dilakukan saat bulan 8 Kalender Sasak. Penanggalan Kalender Sasak ini juga menjadi patokan bagi masyarakat Desa yang ingin melangsungkan pernikahan. Di musim hujan yang biasanya bertepatan di bulan November hingga Januari, khususnya bulan 7 Kalender Sasak,dilarang melangsungkan pernikahan. Bagi yang melanggar terdapat sanksi adat dan denda yang diperhitungkan berdasar tingkat kesalahannya. Dulu orang

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

27


yang melanggar dan menikah di bulan ini, rumahnya ditandai dengan ditancapkan bambu di depan rumahnya.Bulan 7 Kalender Sasak, biasanya jatuh pada bulan November ini diyakini masyarakat sebagai bulan bala. Masyarakat dulu meyakini, anak yang lahir di bulan ini akan sakit-sakitan sehingga masyarakat akan mengasingkan anak itu untuk sementara. Walau pun sekarang sudah tidak ada lagi pengasingan untuk anak-anak yang lahir di bulan ini, masyarakat tetap memegang teguh larangan menikah di bulan ini. Selain itu bagi masyarakat yang bertani di bulan ini, pertumbuhan tanamannya biasanya kurang bagus. F.

DUSUN ENDE Desa Sengkol juga memiliki satu

dusun yang menjadi objek wisata seperti Dusun Sade di Desa Rembitan. Dusun tersebut adalah Dusun Ende. Di dusun ini terdapat 30 rumah

tradisional

Suku

Sasak.

Walau

jumlahnya lebih sedikit dari Dusun Sade, luas area Dusun Ende ini relatif lebih luas.Masih sama seperti Dusun Sade, di Dusun Ende ini berjejer rumah-rumah tradisional Suku Sasak yang beratapkan ilalang, berdinding anyaman bambu dan tradisi yang sama, yaitu mengepel lantai rumah menggunakan kotoran sapi. Rumah-rumah di dusun ini dibangun secara gotong royong dan menghadap timur. Letak rumah disusun berdasar usia pemiliknya. Semakin tua pemiliknya, rumahnya berada semakin atas atau sebelah barat. Sementara pemilik yang muda rumahnya terletak lebih ke bawah atau sebelah timur. Hal ini dimaksudkan yang muda perlu melindungi yang tua dari sengatan matahari pagi, dan sebaliknya, yang tua melindungi yang muda dari sengatan matahari sore. Tradisi pernikahannya pun menerapkan sistem kawin culik. Umumnya pernikahan di dusun ini masih dilakukan antar sepupu, dikarenakan mengambil pasangan dari luar dusun dikenakan biaya yang cukup tinggi. Dengan segala

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

28


ketentuan adat dan tradisi yang masih sangat kental, warga Desa mendukung program pemerintah daerah terkait pendidikan. Anak perempuan tidak boleh diculik untuk menikah jika masih di bawah umur atau masih menjalani pendidikan wajib. Usia minimal untuk menikah yaitu 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Hal ini juga bertujuan untuk menekan kejadian pernikahan dini. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT Keadaan ekonomi masyarakat Desa Sengkol

masih

lemah

diukur

tergolong dari

ekonomi

sumber

mata

pencaharian yang dominan hasil tani, ternak, dengan incam perkapita ratarata RP.180.000 / bulan, sehingga pemenuhan kebutuhan pokok berupa beras rata-rata 8-9 bulan setiap tahun dengan tingkat ekonomi sampai 11%, ekonomi sedang 30% dan miskin sekali 59% data pendukung perekonomian. (Suherman : FK-G)

Penulis : Suherman FK-G Kec. Pujut

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

29


SEJARAH DESA REMBITAN

Desa Rembitan pada sebelum tahun 1953 termasuk pembantu desa Pujut , yang mana Desa Pujut tersebut mekar menjadi tiga desa yaitu 1. Pembantu Desa Pujut Bagian selatan adalah Desa Rembitan 2. Pembantu Desa Pujut Bagian timur adalah Desa Teruwai 3. Pembantu desa Pujut Bagian Utara adalah Desa Kawo Pada waktu Desa Rembitan Sebagai pembantu Desa Sengkol bagian selatan. Desa Rembitan dipimpin oleh seorang tokoh dari sengkol yang bernama MAMIQ SUPARMI pada kepemimpinan

mamik Suparmi

Desa Rembitan menjadi desa depinitip pada tahun 1953 sampai sekarang. Pada Tahun 1953 Desa Rembitan dipimpin oleh salah seorang Tokoh dari Desa Rembitan yang bernama: LALU WIREBAKTI. Dimasa pemerintahan LALU WIREBAKTI Desa Rembitan mengalami Pemekaran menjadi dua Desa yaitu: Desa Rembitan itu sendiri dan Desa Kuta pada Tahun 1964. Desa Rembitan seiring dengan perkembangan jaman dan masa telah mengalami 8 kali kepemimpinan yaitu : 1.

Pada 1953 sampai tahun 1985 Desa Rembitan dipimpin oleh LALU WEREBAKTI

2.

Pada tahun 1985 sampai dengan tahun 1989 Desa rembitan dipimpin oleh seorang tokoh bernama LALU KOTAB

3.

Pada priode pemerintahan ke III Desa Rembitan dipimpin oleh LALU SEDEK dari tahun 1989 sampai tahun 1991.

4.

Dari tahun 1991 sampai dengan 1995 Desa Rembitan dipimpin oleh seorang kepala Desa bernama LALU ARIF WIDYAN HAKIM,SH

5.

Periode pemerintahan yang ke lima desa Rembitan dipimpin kembali oleh seorang kepala desa bernama H. LALU SEDIK dari tahun 1995 s/d 1997.

6.

Pada tahun 1997 s/d 2006 pemerintahan Desa Rembitan dipimpin oleh seorang kepala desa yang bernama LALU WACANA S,Sos

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

30


7.

Pada masa pemerintahan yang ke VII Desa Rembitan dipimpin oleh seorang kepala Desa bernama OLAM dari tahun 2007 s/d 2013

8.

Pada masa pemerintahan yang ke VIII Desa Rembitan dipimpin oleh kepala Desa yang bernama ARIFIN TOMI dari tahun 2013 sanpai sekarang. Desa Rembtan adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Pujut

Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, terletak di sebelah selatan Desa Sengkol di

Kecamatan Pujut. Keberadaan Desa Rembitan

sangat strategis karena terletak di jalur utama menuju Pariwisata Pantai Kute, Tanjung Aan, dan Pantai Mawun. Desa Rembitan adalah Desa yang banyak menyimpan peningalan kono yang seperti Makam nyatuk, masjid kono dan Balai adat tradisional yang sampai saat ini masih terus dilestarikan dan merupakan daya tarik dari wisatawan

yang berkunjung ke Desa Rembitan disanping it u juga

Desa Rembitan juga dikenal dengan hasil tenunya yang cukup bagus yang tersebar ke seluruh dunia. terbukti banyak nya wisatawan yang berkunjung ke Desa Rembitan setiap hari. Kondisi iklim di sebagian besar Desa Rembitan tidak jauh beda dengan kondisi iklim wilayah kecamatan yang lain di Lombok Tengah. Desa Rembitan secara umum mengalami dua musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung antara bulan Juni hingga Nopember dan musim hujan antara bulan Desember hingga Mei dengan temperatur/suhu udara rata - rata berkisar antara 22 ºc sampai 32 ºc dan suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober dengan suhu 32,10 ºc serta suhu minimum 20,70 ºc terjadi pada bulan Juni. Kelembaban udara berkisar antara 81,58 %, kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Maret dan Nopember sebesar 86,00 % sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan September dan Agustus sebesar 77,00 %. Curah hujan rata-rata 1.000 – 1.225 mm/tahun tipe iklim tergolong tipe D (kering), Adapun batas –batas Desa Rembitan adalah sebagai berikut :

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

31


● Sebelah Utara

: Desa Sengkol

● Sebelah Timur

: Desa Sukedane

● Sebelah Selatan

: Desa Kute

● Sebelah Barat

: Desa Prabu

PEMERINTAH DESA Kantor Kepala Desa berada di wilayah Dusun Rembitan sekaligus sebagai pusat Pemerintahan, juga sebagai pusat Pendidikan karena sebagian besar gedung sekolah, yayasan-yayasan memang berpusat di Desa Rembitan. Pemerintahan Desa Rembitan terdiri dari seorang Kepala Desa Dan Badan Permusyawatan Desa (BPD). Struktur organisasi Pemerintahan Desa Rembitan terdiri dari seorang Kepala Desa beserta aparatnya dan Badan Permusyawaratan Desa

(DPD). Dalam menjalankan pemerintahammya

Kepala Desa dibantu oleh : ❖ 1 (satu) orang Sekretaris Desa yang bertugas selaku Kepala Administrasi di Desa dan membawahi 5 (lima) orang Kepala-Kepala Urusan, yaitu : - Kaur Pemerintahan - Kaur Pembangunan - Kaur Kesejahteraan Rakyat - Kaur Keuangan - Kaur Umum ❖ 21 (dua puluh satu) orang Kepala- Kepala Dusun (Kadus) sebagai pelaksana tugas Kepala Desa di tingkat Dusun. Masing-masing Dusun dikepalai oleh Kepala Dusun (Kadus) dan masing-masing Kadus dibantu oleh Ketua-Ketua RT yang ada dibawahnya yang bertanggungjawab kepada Kepala Dusun. Kepala Dusun sendiri dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Kepala Desa,

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

32


karena tugas Kepala Dusun adalah perpanjangan tangan Kepala Desa (pembantu Kepala Desa) di masimg-masing Dusun yang bersangkutan. Adapun ke 21 (dua puluh satu) Dusun yang ada di Desa Rembitan adalah : STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa Rembitan tidak bisa lepas dari strukur administratif pemerintahan pada level di atasnya. Selain itu peranan BPD yang sudah terbentuk sebagai mitra pemerintah desa cukup memegang peranan yang signifikan. Disamping itu juga dengan adanya Lembaga Masyarakat Desa yang terbentuk atas prakarsa masyarakat desa berdasarkan kebutuhan untuk penyelenggaraan pembangunan desa sangat bermanfaat. Sedangkan untuk struktur pemerintah desa dan nama-nama pengurus baik dari pemerintah desa, BPD, PKK dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) yang ada di Desa Rembitan dapat dilihat dalam bagan dan tabel berikut ini: BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA REMBITAN

BPD

KEPALA DESA KAUR PEMERINTAHAN KAUR UMUM SEKDES

KAUR PEMBANGUNAN

KAUR KESSOS KAUR KEUANGAN

KEPALA DUSUN

KEPALA DUSUN

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

33


Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Rembitan kepada masyarakat cukup memuaskan dan kelembagaan yang ada berjalan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

TRADISI- ADAT -SOSIAL - BUDAYA Struktur Masyarakat Desa Rembitan Secara umum Masyarakat Sasak dipandang sebagai penduduk

asli

Pulau

Lombok. Mereka mengenal suatu

pelapisan

atau

penggolongan masyarakat. Secara masyarakat

sosial-politik, Sasak

dapat

digolongkan ke dalam dua tingkatan utama, yaitu golongan bangsawan yang lazim disebut perwangsa dan golongan masyarakat kebanyakan yang disebut jajar karang atau bangsa Ama. Golongan perwangsa terbagi atas dua tingkatan, yaitu bangsawan penguasa dan bangsawan rendahan. Para bangsawan penguasa atau perwangsa menggunakan gelar datu. Penyebutan untuk kaum laki-laki golongan ini adalah raden dan perempuan bangsawannya dipanggil denda. Jika kelompok raden telah mencapai usia cukup dewasa dan ditunjuk untuk menggantikan kedudukan ayahnya, mereka berhak memakai gelar datu. Perubahan gelar itu dilakukan setelah melalui upacara tertentu. Bangsawan rendahan atau triwangsa menggunakan gelar lalu untuk para lelaki dan

baiq untuk para perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajar karang , panggilan untuk laki-laki adalah loq dan perempuannya adalah le. Golongan pertama dan kedua lazim disebut permenak.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

34


Sesuai dengan statusnya, golongan permenak di samping lebih tinggi daripada jajar karang, merupakan penguasa sekaligus pemilik sumber daya lahan pertanian yang luas. Ketika dinasti Karangasem Bali berkuasa di Lombok, golongan permenak hanya menduduki jabatan sebagai pembekel di daerah berpenduduk Sasak. Masyarakat Sasak memberikan penghormatan kepada golongan permenak berdasarkan ikatan tradisi turun-temurun dan berdasarkan ikatan budaya Islam. Landasan pelapisan

sosial masyarakat

Sasak

mengikuti garis keturunan

lelaki

(patrilineal). Harta warisan biasanya disebut pustaka yang mengandung nilainilai luhur dan berbentuk seperti tanah, rumah, dan benda-benda lainnya yang dianggap keramat. Benda-benda keramat itu, antara lain, berupa pakaian, keris, dan permata. Orang-orang Bali di Lombok juga memiliki pola kekerabatan yang serupa dan disebut purusa. Garis keturunan mereka berdasarkan pada garis ayah. Seperti pada masyarakat Sasak, pola pewarisan mereka disebut pusaka. SISTEM PENGGOLONGAN STRATA SOSIAL Sistem adat yang sangat kental di Suku Sasak di Desa Sengkol ini menerapkan

penggolongan

masyarakatnya,

khususnya

strata bagi

sosial

atau

keturunan

sistem

bangsawan

kasta

bagi

dan

non-

bangsawan. Terdapat tiga lapisan sosial masyarakat, yaitu golongan utama atau bangsawan keturunan langsung dari raja kerajaan yang disebut

menak, golongan madya atau pertengahan yang merupakan hasil perkawinan silang antarstrata, dan golongan orang biasa. Golongan menak memiliki gelar kebangsawanan “Lalu” atau “Raden” untuk laki-laki dan gelar “Baiq” dan “Denda” untuk wanita.Golongan non-bangsawan, yakni orang biasa tidak memiliki gelarapa pun. Seiring dengan majunya zaman, adanya sistem penggolongan ini tidak mempengaruhi perlakuan terhadap sesama masyarakat di Desa. Hanya saja biasanya semakin tinggi kastanya, ia semakin mengetahui asal usulnya karena selalu diceritakan oleh leluhurnya

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

35


secara turun temurun. Namun penggolongan berdasar lapisan sosial ini berpengaruh besar terhadap adat pernikahan karena adanya larangan bagi perempuan yang bergelar bangsawan untuk menikahi laki-laki yang kastanya lebih rendah dari bangsawan. Perempuan bergelar bangsawan setidaknya harus menikahi laki-laki yang setara dengannya atau lebih tinggi. Sementara untuk laki-laki bergelar bangsawan bebas memilih pasangannya dari golongan mana pun. Sinkretisme Budaya dan Agama Bentuk sinkretisme antara budaya dan ajaran agama Islam yang ada di Desa Rembitan Kecamatan Pujut adalah : (1) acara “Nelung, Mituk,

Nyiwak, Nyatus, dan nyeribu” (penyelenggaraan hari ke tiga, ke tujuh, ke sembilan, ke seratus, dan ke seribu setelah hari kematian), biasanya bagi keluarga yang mampu pada penyelenggaraan hari ke-sembilan akan memotong hewan ternak baik Sapi atau Kerbau. (2) Acara “Roah Bubur

Beak dan Bubur Putik” (penyelenggaraan acara ritual bubur merah dan bubur putih), (3) Membuat “Pesaji” (membawa makanan dan minuman pada acara ziarah kubur dan makanan tersebut akan dimakan secara ramai-ramai setelah melakukan dzikir kubur), (4) Membawa “Dupe” pada saat acara pemakanan jenazah (Dupe = kemenyan yang dibakar dalam

wadah tembikar tanah/Dulang ), (5) Acara “Ngurisan” yaitu memotong rambut bayi yang disertai dengan acara serakal (pembacaan barjanzi dan salawat), dan (6) Acara “lebaran Topat” , yang diselenggarakan setelah 7 hari hari raya Idul Fitri atau setelah puasa syawal. B.

DUSUN SADE, DESA TRADISIONAL SASAK Nama dusun ini berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya obat.

Dusun Sade ini sudah berdiri sejak tahun 1079. Di dusun ini, terdapat 150 rumah tradisional yang masih berdiri dan dilestarikan keasliannya, serta dengan jumlah penduduk sekitar 250 KK atau 700 jiwa. Seluruh penduduk

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

36


di Dusun ini masih memegang teguh adat Suku Sasak yang sangat kuat terlepas dari kemajuan zaman.

Saat ini jabatan Kepala Dusun Sade dipegang oleh Bapak Kurdap Selake, yang juga merangkap sebagai Ketua Adat Sade. Sebagai Kepala Dusun, beliau memiliki peranan yang strategis baik di tingkat Dusun maupun tingkat Desa, yaitu sebagai birokrat, pengemban adat, dan pengayom masyarakat. Di Dusun Sade Desa Rembitan ini terdapat beberapa aspek yang dapat menarik wisatawan. Pertama adalah arsitektur bangunan tradisional yang terdapat di dusun ini. Bangunan tradisional Suku Sasak ini disebut Bale Tani, Lumbung, dan Berugak. Bale Tani adalah rumah adat digunakan sebagai tempat tinggal dan didalamnya Bale Tani terbagi menjadi dua bagian, yaitu Bale Dalam dan Bale Luar. Bale Dalam dipergunakan untuk anak perempuan, sekaligus sebagai dapur untuk memasak dan tempat melahirkan. Biasanya masyarakat Dusun Sade melahirkan di rumah masing-masing

dengan

didampingi

dukun

beranak,

dan

kemudian

mendatangkan bidan untuk diperiksa. Sementara itu Bale Luar terbagi lagi menjadi bagian kanan dan kiri, di mana bagian kanan untuk orang tua dan bagian kiri untuk anak laki-laki sekaligus sebagai ruang tamu. Di antara Bale Dalam dan Bale Luar dipisahkan oleh anak tangga yang biasanya

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

37


berjumlah tiga anak tangga. Filosofinya adalah anak tangga pertama yang paling atas diibaratkan sebagai Tuhan, yang kedua adalah ibu , dan yang ketiga adalah ayah. Ketiga anak tangga ini menggambarkan tiga unsur yang harus dihormati dalam hidup. Selain itu, bangunan tradisional di sini biasanya dibuat pendek dan terdapat batasan untuk kepala, yang m emiliki makna bahwa setiap tamu yang datang memberi hormat kepada sang pemilik rumah dengan menunduk saat masuk dan keluar rumah.Rumah adat ini dibangun dengan dinding berbahan bambu dan atap berbahan ilalang atau alang-alang. Alasan digunakannya alang-alang sebagai atap rumah adalah karena Masjid Kuno Rembitan yang sudah ada sejak lama juga menggunakan atap alang-alang.Selain itu juga diyakini bahwa atap alang-alang ini memberikan kesejukan dan kehangatan alami ketika musim panas dan musim hujan. Atap rumah diganti setiap 5-6 tahun sekali, tergantung dari rapatnya penyusunan alang-alang. Semakin rapat maka semakin awet pula atap rumahnya. Kemudian lantai rumah sama sekali tidak menggunakan campuran semen, melainkan campuran tanah liat dan sekam padi yang dibersihkan dengan kotoran kerbau. Konon kotoran kerbau berfungsi sebagai pengendap debu dan dapat menjadi pengusir nyamuk. Bangunan Lumbung digunakan sebagai tempat penyimpanan padi dan bahan makanan lain, biasanya terletak di depan rumah atau Bale Tani.Untuk mencapai ruang penyimpanan ini dibutuhkan tangga karena terletak di atas, sementara bagian bawahnya dapat digunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk berdagang. Karena di sepanjang jalan Dusun Sade ini selalu ditemukan kios-kios yang menjual cinderamata khas Lombok di setiap rumahnya.Kemudian Berugak merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat upacara pernikahan, khitanan, atau sekedar tempatberistirahat atau tempat menerima tamu. Biasanya Berugak terletak di bagian depan samping Bale Tani. Berugak berfungsi sebagai tempat

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

38


upacara pernikahan, tempat upacara khitanan, dan dapat juga digunakan sebagai tempat beristirahat. Aspek kedua yang menjadi daya tarik Dusun Sade ini adalah adanya tradisi upacara atau ritual tahunan dengan adat Sasak yang kental yang masih dilestarikan hingga saat ini.Tradisi ini merupakan warisan dari ajaran Waktu Telu yang dulunya banyak dianut oleh masyarakat Sasak. Waktu Telu adalah ajaran Islam yang menerapkan waktu ibadah sholat hanya tiga kali, yaitu pagi pada waktu subuh, siang pada waktu zuhur, dan sore pada waktu magrib. Tradisi tersebut meliputi perayaan hari-hari besar Islam, seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad yang diselenggarakan berdasarkan adat Sasak. Setiap menjelang bulan Ramadhan pun terdapat tradisi yang dilakukan di Bulan Syaban. Kemudian pada Bulan Ramadhan ada tradisi “Maleman�, yaitu setiap tanggal ganjil masyarakat mengadakan pengajian untuk menyambut malam 1000 bulan atau lailatul qadr. Walaupun saat ini mayoritas penduduk Desa sudah beragama Islam yang menjalankan ibadah sholat 5 waktu, tradisi Waktu Telu ini masih terus dijalankan hingga kini. Selain tradisi keagamaan, Suku Sasak juga masih menerapkan upacara-upacara khusus dalam rangka merayakan kelahiran bayi, khitanan, dan pernikahan. Aspek ketiga yang menjadi nilai jual Dusun Sade ini adalah keseniannya. terdapat kain tenun yang menjadi seni khas Lombok, yang juga merupakan hasil pekerjaan sehari-hari para wanita di Dusun Sade ini di samping membantu para suami di sawah.Kain tenun berasal dari benang yang dipintal dari kapas sebelum diwarnai oleh pewarna alami. Hasil tenunan ini dapat dijadikan sebagai kain songket, sarung, selendang, dan lain-lain. Untuk membuat satu selendang tenun yang berukuran kecil atau sedang dapat memakan waktu hingga satu minggu. Proses yang tidak sebentar ini membuat satu produk dari kain tenun berharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Sayangnya para perempuan penenun tidak serta merta meningkat drastic kesejahteraannya karena keuntungan yang

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

39


diperoleh tidak menentu. Ditambah lagi adanya sistem bagi hasil dengan koperasi kelompok penenun. Konon dulunya perempuan yang belum bisa menenun belum boleh menikah. Namun saat ini tradisi tersebut sudah tidak dilakukan seperti dahulu.Di samping itu terdapat seni sastra yang masih dipengaruhi oleh budaya Jawa yang dibuktikan dengan penggunaan aksara Jawa ‘honocoroko’. C.

MASJID KUNO REMBITAN Masjid

Kuno

diperkirakan

Rembitan

berdiri pada

abad 16 sebagai pertanda masuknya

Islam

di

Lombok. Arsitektur masjid ini

memiliki

kemiripan

dengan

Masjid

Demak

karena

memang

dibawa

oleh Wali dari Jawa. Masjid ini hanya memiliki satu pintu yang menghadap ke utara dengan filosofi agar manusia selalu ingat dengan kematian. Sekarang bangunan masjid

sudah

tidak

digunakan

dan

lebih

sering

menjadi tempat

berkumpulnya para tokoh agama untuk mengadakan musayawarah, biasanya untuk persiapan perayaan hari-hari besar Islam. Dulunya pun hanya tokoh agama yang dapat melaksanakan ibadah sesuai ajaran Waktu Telu, karena persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa hanya tokoh agama yang dapat menerapkan rukun Islam, khususnya sholat dan puasa dengan

anggapan

masyarakat

biasa secara spiritual belum mampu

menerapkannya.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

40


C.

MAKAM WALI NYATOK

Makam Wali Nyatoq merupakan salah satu objek wisata religi di Lombok yang terletak di Desa Rembitan. Wali Nyatoq dulunya merupakan

tokoh

agama

ternama karena diyakini berjasa dalam penyebaran agama Islam

di

Lombok. Berziarah dan berdoa di makam ini dipercaya oleh masyarakat setempat dapat mengabulkan permohonan lebih cepat. Namun terdapat ketentuan waktu untuk berkunjung dan berziarah, yaitu terbatas pada hari Selasa malam hingga hari Rabu menjelang waktu maghrib. Konon ini merupakan pesan dari Wali Nyatoq sendiri kepada masyarakat, bahwa barangsiapa yang ingin menemukan beliau, maka carilah beliau di hari Rabu. Saat berziarah biasanya masyarakat membawa air dari sumur yang katanya dulu pernah digali oleh Wali Nyatoq sendiri. Selain itu masyarakat juga membawa makanan sebagai sesaji, dan biasanya terdapat daun pare di makanan tersebut karena dipercaya daun pare adalah makanan kesukaan

sang

Wali. Jika ada yang melanggar ketentuan ini dan

berkunjung di luar hari Rabu, terdapat sanksi keras karena yang melanggar dianggap congah, atau tidak tahu aturan dan sopan santun. Sebagai tokoh agama yang turut berperan dalam menyebarkan agama Islam di Lombok, nama Wali Nyatoq sangat sakral dan sangat dijaga nilai spiritualnya. Wali Nyatoq datang dan pergi ke berbagai tempat dengan nama yang berbeda-beda. Konon beliau memiliki 33 nama, dan salah satunya yang terkenal di kalangan masyarakat setempat adalah Syekh Abdurrahman. Ada juga gelar yang diperoleh setelah beliau meninggal, yaitu Sayyid Abdullah. Sampai saat ini tidak ada yang mengetahui pasti nama asli Wali Nyatoq. Bagi yang tahu sekali pun, tidak

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

41


diperkenankan untuk menyebutkan nama asli beliau. Di samping itu pun, tidak ada warga yang berani mengaku sebagai keturunan Wali Nyatoq karena dipercaya Wali Nyatoq datang sendiri saat pertama kali ke Lombok. Beliau pun tak pernah diketahui pernah menikah. Di kompleks makam ini terdapat satu sumur kecil, yang konon katanya selalu kering bahkan pada saat musim hujan sekali pun. Yang membuatnya unik adalah air akan muncul pada seseorang yang bernasib baik. Tentunya peristiwa unik ini kembali pada kepercayaan masingmasing. Karena sebagian besar masyarakat Desa, termasuk penjaga makam tidak pernah melihat adanya air dalam sumur tersebut. Namun pada Kepala Desa Rembitan, Arifin Tomi, mengaku pernah menyaksikan sendiri munculnya air di sumur tersebut hingga ketinggian 1 meter. Hal itu terjadi pada tahun 2012 menjelang pemilihan kepala desa, saat Arifin masih menjadi calon kepala Desa dan disaksikan oleh beberapa warga Desa juga. Arifin bercerita bahwa setelah menyaksikan kemunculan air sumur tersebut, di jalan pulang ia merasakan kedamaian dan seperti mendapat penghormatan dari warga Desa. Rasanya sudah seperti menjadi kepala Desa, katanya. Dan ternyata keesokan harinya saat pemilihan kepala desa, dirinya yang terpilih. D.

TRADISI GARAP, Dipercaya untuk Mencari Pelaku Pencurian Air makam dan tanah dari bawah batu nisan Wali Nyatoq dianggap

keramat oleh warga setempat karena biasa digunakan untuk melakukan tradisi garap. Tradisi garap ini dilakukan jika ada laporan kehilangan dari warga setempat dengan tujuan untuk mencari pelakunya. Biasanya pelaporan kepada aparat desa ini juga disertai oleh kecurigaan terhadap warga yang mungkin adalah pelakunya. Kemudian akan diadakan rapat atau musyawarah untuk menentukan siapa saja warga yang akan digarap. Warga yang digarap akan dikumpulkan di Makam Wali Nyatoq dan diharuskan meminum campuran air dan tanah dari makam Wali Nyatoq

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

42


tersebut. Bagi warga yang digarap yang tidak berani meminum air tersebut, dapat dipastikan bahwa dia adalah pelakunya karena ia pasti takut akan mengalami hal-hal buruk. Salah satu yang dipercaya masyarakat Desa adalah pelaku yang meminum campuran air tanah tersebut perutnya akan membuncit dan mengalami kesialan hingga tujuh turunan. Agar dimaafkan, pelaku harus mengembalikan atau mengganti barang yang hilang. Jika pelaku tidak bersedia mengembalikan atau mengganti barang yang hilang, maka proses selanjutnya diserahkan kepada aparat keamanan. Prosesi garap ini dilakukan sebanyak tiga kali. Jika dalam tiga kali itu ada warga yang akan digarap tidak datang, hal itu juga mengerucutkan kemungkinan bahwa dia adalah pelakunya. Tradisi ini berfungsi untuk menghilangkan kecurigaan serta sebagai upaya sterilisasi desa dari tindak kriminal berupa khususnya pencurian. Tradisi ini juga memiliki nilai hukum yang kuat serta sanksi sosial yang memberi efek jera karena selama prosesi garap biasanya ditonton oleh warga desa. E.

ADAT PERKAWINAN DESA REMBITAN Perkawinan

merupakan

suatu

peristiwa

penting

dalam

suku

Sasak.

kehidupan Seseorang

baru

dianggap

sebagai warga penuh dari suatu masyarakat

apabila

ia

telah

berkeluarga. Dengan demikian ia akan memperoleh hak-hak dan kewajiban baik sebagai warga kelompok kerabat atau pun sebagai warga masyarakat. Sebagaimana perkawinan menurut Islam dikonsepsikan sebagai jalan mendapatkan kehidupan berpasang-pasangan, tenteram dan damai (mawaddah

wa rahmat) sekaligus sebagai sarana pelanjutan

generasi (mendapatkan keturunan), maka perkawinan bagi masyarakat Sasak juga memiliki makna yang sangat luas, bahkan menurut orang

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

43


Sasak, perkawinan bukan hanya mempersatukan seorang laki-laki dengan seorang

perempuan

saja, tetapi sekaligus mengandung

arti untuk

mempersatukan hubungan dua keluarga besar, yaitu kerabat pihak laki-laki dan kerabat pihak perempuan. Berdasarkan tujuan besar tersebut, maka terdapat tiga macam perkawinan dalam masyarakat suku Sasak Lombok, yaitu: ➢ Perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan dalam satu kadang waris yang disebut perkawinan betempuh pisa’ (misan dengan misan/cross cousin); ➢ Perkawinan antara pria dan perempuan yang mempunyai hubungan

kadang jari (ikatan keluarga) disebut perkawinan sambung uwat benang (untuk memperkuat hubungan kekeluargaan); dan ➢ Perkawinan antara pihak laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan perkadangan (kekerabatan) disebut perkawinan pegaluh

gumi (memperluas daerah/wilayah). Dengan demikian, maka semakin jelas bahwa tujuan perkawinan menurut adat Sasak adalah untuk melanjutkan keturunan (penerus generasi), memperkokoh ikatan kekerabatan dan memperluas hubungan kekeluargaan. Selanjutnya, apabila membahas perkawinan suku Sasak, tidak bisa tidak membicarakan merari’, yaitu melarikan anak gadis untuk dijadikan

istri. Merari’ sebagai ritual memulai perkawinan merupakan

fenomena yang sangat unik, dan mungkin hanya dapat ditemui di masyarakat Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Begitu mendarah dagingnya tradisi ini dalam masyarakat, sehingga apabila ada orang yang ingin mengetahui status pernikahan seseorang, orang tersebut cukup bertanya apakah yang bersangkutan telah merari’ atau belum. Oleh karenanya tepat jika dikatakan bahwa merari’ merupakan hal yang sangat penting dalam perkawinan Sasak. Bahkan, meminta anak perempuan secara langsung kepada ayahnya untuk dinikahi tidak ada bedanya dengan meminta seekor ayam.

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

44


Dalam adat Desa Rembitan, tradisi pernikahan dapat dikatakan unik karena istilahnya, yakni Kawin Lari. Disebut kawin Lari karena memang tidak ada prosesi lamaran seperti adat suku lainnya, melainkan calon mempelai perempuan diculik atau dilarikan ke suatu rumah oleh calon mempelai pria tanpa sepengetahuan orang tua si perempuan. Atau ada juga yang sebagian pura-pura tidak tahu orang tua si perempuan padahal dia tau anaknya akan dilarikan atau diculik oleh sik pria. Penculikan di sini tidak mengandung konotasi negatif. Karena setelah anak perempuan diculik, keesokan harinya akan ada pemberitahuan kepada pihak keluarga perempuan

bahwa

anaknya diculik

oleh

seorang

laki-laki. Biasanya

penculikan ini juga dilakukan atas dasar suka sama suka tanpa ada unsur paksaan, dan sudah ada perjanjian antara keduanya. Pernikahan adat Sasak ini memiliki beberapa tahapan setelah anak perempuan

diculik,

yaitu

Sejati(memeberi

tau

kepala

dusun),

selabar/nyelabar, pucuk, sorong serah, dan nyongkolan. Selabar/nyelabar adalah tahapan di mana informasi bahwa anak perempuannya diculik disampaikan kepada pihak keluarga perempuan oleh pihak keluarga lakilaki. Kemudian pucuk adalah tahapan di mana pihak laki-laki meminta izin kepada pihak perempuan agar boleh dinikahkan. Biasanya karena antara calon mempelai sudah sama-sama suka, jarang sekali pihak laki-laki tidak mendapat izin. Bahkan pihak perempuan biasanya merasa terhormat jika anak perempuannya diculik. Lalu proses sorong serah atau aji krama adalah upacara yang dihadiri oleh kedua belah pihak keluarga setelah kedua mempelai dinikahkan secara sah. Proses terakhir dianggap sakral, yaitu nyongkolan, berupa arak-arakan atau iringa pengantin menuju rumah keluarga pihak wanita. Pasangan yang baru menikah ini biasanya dibuatkan sebuah rumah kecil yang disebut bale kodong untuk berbulan madu, sebelum pindah ke rumahnya sendiri. Tradisi pernikahan suku Sasak ini memang unik. Sebelum menikah, sang pria harus bekerja keras karena biaya “seserahan� untuk sang wanita

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

45


tidak sedikit. Biaya dapat mencapai 2 ekor kerbau, atau ratusan keping uang kuno yang jika dirupiahkan mencapai angka enam juta rupiah. Di samping itu, jika ada pasangan yang ketahuan mendua atau berselingkuh, sanksi yang diberikan tidak tanggung-tanggung yaitu dipenggal kepalanya oleh keluarganya sendiri. Jika tidak mau dipenggal, maka pasangan yang berselingkuh tersebut harus keluar dari dusun atau desa dan tidak boleh kembali lagi. F.

Ngurisan

“Ngurisan� yaitu memotong rambut bayi yang disertai dengan acara serakal (pembacaan

barjanzi dan

salawat). Tradisi ngurisan ala sasak, tentunya

memiliki

berbagai

pola

dalam setiap kegiatannya dan ada makna-makna tersendiri yang bisa diambil dari kegiatan yang dilakukan. Di desa Rembitan, Kecamatan Pujut dikenal adanya suatu kebiasaan atau tradisi NGURISAN dalam bahasa disini disebut BEKEKAH. Tradisi ngurisan (bekekah) atau sering disebut potong rambut pertama pada anak pertama dan seterusnya merupakan salah satu tradisi yang dilakukan hampir diseluruh pelosok Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya yang beragama muslim. Ngurisan akan dilakukan pada anak laki-laki dan anak perempuan yang baru berumur 3 bulan, Tetapi ada juga yang kurang dari satu bulan atau lebih tergantung kemampuan dari keluarga. Bayi itu akan dicukur rambutnya di mushola, masjid, atau tempat tinggal (rumah) sang bayi. Untuk anak laki-laki mengorbankan kambing sebanyak 2 ekor, dan untuk perempuan 1 ekor kambing Sebelum prosesi ngurisan, ada yang unik untuk dipersiapkan. Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan bahan makanan. Persiapan ini

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

46


dilakukan 4 hari sebelum acara puncak. Biasanya diisi dengan membuat jajan yang natinya akan disajikan ke tamu undangan. Membuat jajan ini dilakukan secara bersama-sama dengan tetangga dan kerabat. Jajan yang wajib ada ketika acara ini adalah RENGGI dan OPE-OPE. Mengapa renggi dan ope-ope ini harus ada, karena dengan adanya makanan wajib seperti ini masyarakat disamakan kedudukannya. Tidak ada yang namanya perbedaan kedudukan antara yang miskin ataupun kaya. Semua dianggap mampu dalam mengadakan acara ini. Adapun makanan-makanan lain bisa apa saja, semampu yang mengadakan acara. Makanan-makanan ini nanti akan dijadikan sebagai PESAJIQ (sajian) ditempatkan diatas nampan yang biasanya disebut DULANG. Makanan-makanan seperti buah, jajan, kue, nasi, dan lauk pauknya di susun rapi menggunakan piring diatas nampan. Dulang ini nantinya dijadikan untuk ROAH (zikir). Sebelum hari H atau hari puncak dalam prosesi ngurisan, terlebih dahulu dilakukan MESILAQ (undangan). Dalam mesilaq biasanya orang yang diundang hanya sekedarnya saja, tidak banyak. Kurang lebih 50 orang untuk warga kampung dan ditambah dengan tetangga dan kerabat dekat. Ketika hari H datang, warga sekitar yang wanita datang berbondong-bondong untuk BEGAWE membawa beras atau gula. Yang datang begawe ini hanya para tetangga, kerabat, dan tamu undangan, tidak semua warga. Tamu undangan yang datang ini langsung disajikan makanan dan minuman kopi atau teh ditemani dengan tuan rumah yang mengadakan acara. Untuk para tetangga yang turut membantu dalam menyiapkan

makanan

untuk

acara

ini,

biasanya

makan

bersama

(BEGIBUNG). Sebelum prosesi, dipersiapkan terlebih dahulu alat-alat yang digunakan nantinya dalam memotong rambut bayi. Seperti : â?–

Kolong kuningan, Kolong kuningan ini diisi dengan air (nantinya untuk mengusap rambut sang bayi), rampe (bunga-bungaan), uang logam. Kelong kuningan ini mengandung makna agar anak nantinya

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

47


bisa menjadi seseorang yang berharga dan bermanfaat bagi orang lain. â?–

Gunting

â?–

Kemaliq 2 helai (selendang panjang kecil) Setelah tamu undangan dan para kiai telah lengkap datang,

maka ngurisan pun dimulai. Bayi digendong oleh ayah atau pamannya memutar mengelilingi para tamu undangan dan ditemani oleh 2 orang kerabat, 1 orang membawa alat-alat yang telah disebutkan diatas, dan 1 orangnya lagi membawa uang pecahan 2 ribuan atau 5 ribuan biasanya disebut SELAWAT yang nantinya uang tersebut di masukkan ke kantong para tamu undangan yang ikut serta dalam memotong rambut sang bayi. Tradisi ngurisan dilakukan dengan cara memotong rambut bayi pada bagian ubun-ubun terlebih dahulu oleh para tokoh agama sebagai simbol bahwa segala sesuatu yang tidak baik yang dibawa dari dalam rahim sudah dibuang atau diangkat. Satu-persatu tamu undangan memotong sedikit demi sedikit rambut sang bayi, rambut yang dipotong ini dimasukkan kedalam kolong kuningan yang telah disediakan sambil membaca selakar. Setelah usai prosesi memotong rambut bayi ini, dilanjutkan dengan memotong KEMALIQ (selendang panjang sebanyak 2 helai) lalu diikat dikepala sang bayi. Pemotongan dan pengikatan kemaliq ini sebagai tanda telah selesai bekuris (BEKEKAH). Maka dilanjutkan dengan ZIKIR Semua acara atau prosesi ngurisan telah selesai dilakukan maka tamu undangan disajikan dulang yang telah disediakan. 1 dulang untuk 3 sampai 4 orang. Dulang untuk penamat disiapkan 2 . Dulang penamat hanya berisikan buah-buahan dan segala jenis makanan, berbeda dengan dulang yang disantap oleh para tamu undangan usai zikiran. Dulang penamat ini nantinya akan dibagikan untuk orang-orang atau tamu undangan yang ikut ngurisan untuk dibawa pulang. Menurut tokoh adat dalam hal ini Sekdes Desa Rembitan, Jika di cermati, banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya, seperti :

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

48


Nilai sosial Memperkuat

tali

silahturahmi

diantara

anggota

masyarakat,

mempererat hubungan kasih sayang antar individu masyarakat dengan turut hadir menikmati sajian, membuat sanak kerabat, sahabat, tetangga dan keluarga berkumpul untuk sama-sama saling mendoakan sang bayi, sebagai bentuk pengenalan orang tua bahwa anaknya menjadi bagian dari masyarakat yang terikat, dan juga dalam tradisi ini juga terdapat nilai gotong royong, dimana tetangga atau kerabat saling membantu dalam mempersiapkan acara, dan mengurangi pengeluaran keluarga dengan datang membawa beras atau gula. ➢

Nilai Religi Dilakukan ngurisan merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri)

kepada Allah, sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang di anugerahkan Allah dengan lahirnya sang anak, sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syariat islam, nilai kerohanian yang lain bisa terwujud dengan adanya zikir, dan pembacaan kitab suci al-quran ➢

Nilai Pendidikan Melalui akikah, anak diajarkan melalui pengenalan, pemahaman, dan

penanaman nilai-nilai keagamaan dalam tradisi akikah ini. Baik untuk pendidikan akhlak, pendidikan keimanan, serta pendidikan social, sebagai wujud atau proses pengenalan terhadap lingkungan masyarakat kepada anak sejak dini. ➢

Nilai Ekonomi Sebagai jaminan dalam menghapus kemiskinan di masyarakat, dimana

dalam aqiqah memerlukan binatang aqiqah yang harus dicari melalui jalan bekerja sama,meningkatkan gizi masyarakat karena hewan aqiqah yang telah disembelih dan dimasak selanjutnya akan di sedekahkan dagingnya kepada para tetangga dan masyarakat lainnya.

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

49


G. TRADISI NGAPUNG Salah satu tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Desa Rembitan adalah Ngapung. Tradisi Ngapung ini merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur, yang tentunya memiliki filo sofi tersendiri. Tradisi Ngapung ini dilaksanakan setiap hari Senin tanggal 7 pada bulan ke-6 berdasar Kalender Sasak. Pada tradisi ini seluruh masyarakat desa tanpa terkecuali pergi ke Pantai Kuta untuk berenang dan mandi bersama di pantai yang dipimpin oleh Mangku atau tokoh adat desa. Filosofi

dari

dilaksanakannya

tradisi

Ngapung

ini

adalah

untuk

membersihkan diri dari segala penyakit. H.

TRADISI MADAK Tradisi ini juga merupakan salah satu tradisi unik yang dilakukan

masyarakat Desa Rembitan di Pantai Kuta, yaitu tradisi Madak. Tradisi ini dilakukan sekali dalam setahun, berlangsung selama 3 hari 3 malam saat ada bulan purnama dan dilaksanakan di sekitar bulan ke-4 atau ke-5 Kalender Sasak, atau sekitar bulan Agustus atau September. Tradisi ini seperti kegiatan piknik berkemah menginap di pantai. Selama menginap di Pantai Kuta ini, warga juga menangkap ikan. Biasanya tradisi Madak ini juga merupakan penanda penanggalan berdasar Kalender Sasak sebelum memulai pertanian I.

TRADISI BAU NYALE Tradisi Bau Nyale juga merupakan tradisi unik Suku Sasak. Nyale

adalah sejenis cacing laut yang hidup di dasar air laut, seperti lubang batu karang. Bau Nyale, sesuai dengan artinya dalam Bahasa Sasak yaitu menangkap (bau), merupakan tradisi mencari cacing laut yang hanya bisa diperoleh di waktu-waktu tertentu. Tradisi ini didasarkan pada legenda setempat, bahwa konon dulu ada seorang putri yang cantik sekali sehingga membuat banyak pangeran dari kerajaan lain yang ingin meminang sang putri. Karena kebijakannya, sang

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

50


putri tidak memilih satu pun dari para pangeran tersebut agar tidak terjadi peperangan. Akhirnya sang putri menenggelamkan dirinya ke laut dan menjelma menjadi nyale atau cacing laut tersebut dengan tujuan agar semua orang dapat “menikmati”. Legenda ini biasanya dipentaskan dalam rangkaian tradisi Bau Nyale ini. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT Keadaan ekonomi masyarakat Desa Rembitan masih tergolong ekonomi lemah diukur dari sumber mata pencaharian yang dominan hasil tani, ternak, pedagang, dengan incam

perkapita

rata-rata

RP.180.000 / bulan, sehingga pemenuhan kebutuhan pokok berupa beras rata-rata 8-9 bulan setiap tahun dengan tingkat ekonomi sampai 11%, ekonomi sedang 30% dan miskin sekali 59% data pendukung perekonomian .(L.Ahmad Ripa’i : PL)

Penulis : Lalu Ahmad Ripa’i ( PL )

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

51


Kacamata untuk Siska

D

i Desa Mertak Kecamatan Pujut, pada Tanggal 9 November 2005, telah lahir anak perempuan bernama Siska, Ia tinggal bersama kedua orangtuanya yang bernama Ibu Senang dan Bapak Lumin. Sejak lahir

Siska tidak dapat melihat dengan sempurna seperti teman-temannya yang lain, orang tuanya pun tidak tahu, mereka mengira anaknya tidak ada m asalah dengan penglihatannya, namun seiring dengan berjalannya waktu sejak Ia mulai masuk SDN Batu Pedang, ketika gurunya meminta dia membaca tulisan di papan tulis, setiap Ia diminta membaca oleh guru Siska mengatakan tidak jelas penglihatannya. Berawal dari itulah orangtua Siska sangat khawatir dengan keadaan anaknya, mau berobat atau operasi terkendala biaya, bahkan membeli kaca mata saja tidak mampu. Padahal sejak kecil Siska bercita-cita

ingin

menjadi Dokter. Menurut informasi dari H. Bangun ( Kepala Desa Mertak ) saat Tim GSC Kecamatan

Pujut

mengunjungi rumahnya, Penghan Kepala Desa sebelum menyerahkan bantuan Kacamataara, Seragam dan ATK, kepada anak ABK dan DO sekolah.

Kepala Desa mengatakan sesuai dengan data Desa keluarga

pak

Senang

termasuk katagori keluarga miskin, pekerjaan sehari-harinya adalah bertani dan berternak, bahkan penghasilnnya perhari tidak dapat mencukupi biaya hidup sehari-hari. Dari sejak kelas 1 sampai dengan kelas 2 SD, Siska belajar dengan semampunya sekalipun dia tidak terlalu jelas melihat, dikarenakan cita-

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

52


citanya yang sangat tinggi, bahkan sekalipun keadaanya demikian dia setiap hari sepulang sekolah Ia rajin membantu orang tuanya mencari rumput untuk makan ternak. Sebagaimana penuturan dari orang tuanya, Siska sering seka li ketika pergi mencari rumput jatuh di parit ketika membawa rumputnya pulang, ini dikarenakan penglihatannya yang tidak jelas.

Dengan cita-cita yang tinggi dan kegigihannya untuk belajar itu serta keadaan keluarganya, maka tim Generasi Sehat Dan Cerdas ( GSC ) Desa Mertak kecamatan Pujut beserta Pemerintah Desa bersepakat untuk membantu

keluarga

Siska

dengan

membelikan

kacamata

menggunakan dana Non Multi Tahun Anggaran 2016.

dengan

Siska menjadi

perioritas pertama dalam usulan kegiatan Tahun Anggaran 20 15, Siska diusulkan mendapatkan alat bantu penglihatan atau Kaca mata. Dengan penuh rasa syukur, Siska dan kedua orangtuanya menerima bantuan kacamata, mereka berharap dengan kacamata tersebut, Siska dapat mengejar cita-citanya kelak menjadi orang dokter. Dilain pihak Kepala Desa Mertak ( H. Bangun ) menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada tim GSC yang telah membantu masyarakat terutama masyarakat miskin, dengan kasus ini GSC telah membantu Siska mewujudkan impiannya.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

53


Diakhir pertemuan Fasilitator GSC Kecamatan menyampaikan bahwa GSC Tahun 2016 tidak ada BLM, sehingga diharapakan pemerintah desa akan membantu masyarakat, selanjutnya dengan tegas Kepala Desa siap melanjutkan Program GSC bahkan kades berjanji akan memasukkan seluruh usulan GSC di dalam RKPDes tahun 2017, dan kades langsung menunjukkan APBdes tahun 2016 yang disana sudah tertera Bantuan PMT dan kegiatan bidang kesehatan dan pendidikan sudah dianggarkan. Ditulis Oleh : Suherman ( Fk Generasi Kecamatan Pujut)

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

54


SOSOK PEMIMPIN MERAKYAT Desaku, desa Pengembur adalah salah satu dari 16 desa di Kecamatan Pujut. Desaku tergolong desa yang cukup luas dan gemuk penduduk. Ini dilihat dari jumlah dusun yang sudah mencapai 26 dusun dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000 jiwa dan jumlah KK hampir 6.000 KK. Anggota masyarakat juga tergolong majmuk, baik dari segi pendidikan, pekerjaan maupun tingkat sosial. Sehingga tidak heran heran desa Pengembur mungkin salah satu desa di kecamatan Pujut yang memiliki lembaga pendidikan yang cukup banyak. Adapun lembaga pendidikan itu terdiri atas : SD =6, MI = 10, SMP=4, MTs=6, SMA=2 dan MA=3. Desa yang demikian luas dengan jumlah penduduk yang begitu besar, siapa sangka dipimpin oleh seorang tokoh muda, Supardi Yusuf namanya. Dia sudah memimpin pemerintahan dan pembangunan desa Pengembur belasan tahun lamanya. Sejak tahun 2006 silam, beliau terpilih menjadi kepala desa dalam usia yang cukup muda dan ketika itu beliau baru saja menyelasikan pendidikan S1. Tahun 2012, beliau terpilih lagi menjadi kepala desa pengembur untuk periode ke- 2. Masyarakat Pengembur

desa

merasa

nyaman

dengan sosok pemimpin yang merakyat, muda dan energik. Sosok itu ada pada kepala desa Pengembur Beliau

dua

periode

ini.

telah banyak berbuat

untuk desa Pengembur sejak belum menjadi kepala desa. Terutama dibidang sosial dan pendidikan. Pendidikan yang memadai adalah salah satu misinya. Setelah menjadi kepala desa, beliau menggalakkan pendidikan mulai dari masyarakat pelosok yang paling awam.

Misi itu dicapai dengan mendirikan

lembaga – lembaga pendidkan swasta. Dengan lembaga pendidikan milik

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

55


masyarakat, anak – anak bisa menikmati pendidikan yang ramah lingkungan dan mudah dijangkau. Disamping itu, lembaga pendidkan yang dibangun juga dapat menyerap sarjana – sarjana muda yang belum mendapat pekerjaan. Hal ini berarti menciptakan

lapangan

pekerjaan

sebagai

sumber

kesejahtraan

tenaga

pendidiknya. Bidang sosial, Supardi Yusuf selalu aktif melakukan penyantunan kepada orang-orang

tua

jumpo,

anak yatim dan anak–anak dari

keluarga

mampu.

kurang

Hal ini sudah

menjadi rutinitas tahunan beliau di luar kapasitasnya sebagai

kepala

desa.

Karena memang dilakukan dari

sebelum

menjadi

kepala desa. Beliau juga tidak pernah absen menghadiri undangan–undangan masyarakat dalam berbagai acara, baik undangan formal maupun non formal. Di pemerintahan tingkat atas, beliau juga dikenal sebagai kepala desa yang sangat kritis dan berani menyuarakan kepentingan rakyat. Karena memang beliau berasal dari aktivis semasa menjadi mahasiswa. Bahkan beliau tidak jarang membawa masyarakat desa Pengembur dan desa–desa tetangga untuk menyuarakan dan menuntut hak–haknya pada pemerintah. Ketabahan dan keberanian menyuarakan aspirasi masyarakatnya sering membuahkan hasil. Mulai dari penerangan oleh PT. PLN Persero maupun dibidang–bidang lainnya. Untuk memudahkan masyarakat desa Pengembur, sudah banyak jalan baru yang dibuka maupun pengerasan jalan yang sudah ada selama masa kepemimpinan beliau. Sebagai contoh pembukaan jalan baru yaitu, jalan dari dusun Sepit – Bunut dan Seang. Jalan Munsun – Sandot, jalan Keramat – Bawak Kuluh dll. Selain itu kepala desa ini juga telah berhasil memperjuangkan perubahan status 3 KM jalan usaha tani menjadi jalan Kabupaten yang insya Allah

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

56


pemerintah kabupaten Lombok Tengah langsung menganggarkan hotmik pada tahun anggaran 2018 ini. Akhirnya mudah – mudahan perjuangan beliau akan terus meningkat dan membawa keberhasilan untuk kesejahtraan dan kejayaan desa Pengembur.

Penulis

Baharudin, S.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

57


Karang Taruna Bhakti Karya Ketara Gelar Pengobatan Gratis GCS KETARA- Karang Taruna Karya Bhakti Desa Ketara Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah mengadakan kegiatan yang perlu diapresiasi yaitu kegiatan pemeriksaan dan pengobatan gratis

bagi Masyarakat.

Minggu (10/12/2017) bertempat di SDN 2 Ketara. Menurut L. Vino Ardian selaku ketua panitia, setiap tahun Karang Taruna Bhakti Karya Ketara mengadakan berbagai macam kegiatan terutama yang berhubungan dengan kepemudaan seperti voly cup, Pertandingan Sepak bola dll. Namun untuk tahun ini dikemas dengan acara berbeda dan lebih bermanfaat untuk masyarakat banyak. KT Karya Bhakti juga menjalin kerjasama dengan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Kesatuan Tangan Tergerak (KTT) dan Tenaga Bantuan Medis (TBM) Rinjani yang menghadirkan Dokter muda dan relawan medis yang kompeten. Vino menambahkan Antusiasme masyarakat sangat tinggi terhadap kegiatan ini. “Target awal yang akan dilayani panitia yaitu sekitar 250 orang, namun karena besarnya antusiasme warga, ternyata jauh melampaui target, ‘’ ungkapnya. Selain memeriksa warga yang datang di lokasi acara, tim dokter juga berkenan mengunjungi beberapa rumah warga yang tidak bisa berjalan menuju lokasi pengobatan. Kades Ketara Lalu Buntaran dalam sambutannya sangat mengapresiasi kegiatan semacam ini karena sangat bermanfaat bagi masyarakat. Selama ini dalam pandangannya Karang Taruna Bhakti Karya Ketara cukup aktif menggelar acara terutama yang berhubungan dengan kepemudaan dan untuk kali ini mendukung sepenuhnya kegiatan pemeriksaan dan pengobata gratis di Desa Ketara, sehingga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) KT Bhakti Karya mendapat alokasi dana yang

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

58


cukup besar yang diperuntukkan untuk mendukung seluruh kegiatan yang diadakan Karang Taruna Ketara. Kades Ketara juga berharap dengan adanya kegiatan semacam ini bisa mengurangi beban asyarakat terutama yang berpenghasilan rendah untuk mendapatkan pengobatan yang layak mengingat saat ini sudah memasuki musim penghujan dan tentunya penyakit juga akan semakin mudah menyerang, sehingga kegiatan ini bisa membantu masyarakat kami, harapnya. (Ymni) PENULIS: YAMANI

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

59


NAMA : MUSLIHAN, A.Ma

DISKRIPSI SINGKAT TENTANG “PAUD SETUWI JATI� PAUD Setuwi Jati berdiri tanggal 10 oktober 2007. Lembaga PAUD tempat saya mengajar yang berlokasi pertama di tengah-tengah pemukiman penduduk. Waktu itu bangunan sekolah masih darurat berlantai tanah uruk, pagar bambu itupun bangunannya adalah kami bangun bersama-sama dengan anggunan sebesar Rp. 500.000,- per orang (ketua, dan 4 orang tutor) uang terkumpul s ebes ar Rp. 2.500.000,. bermodalkan uang tersebut kami memulai membangun, tempatnya masih numpang disalah satu halaman penduduk di dusun tego desa teruwai, kec. Pujut. Kurang lebih 1 tahun kami mmengajar disana. Pada tahun 2008 lembaga kami diprioritas oleh dea teruwai untuk mendapatkan bantuan dari program ECED/ bank dunia dengan berbagai macam persyaratan dan Alhamdulillah semunya berhasil. Berkat bantuan dan kerja sama kami dengan aparat dan pengurus terkait semua program yang diberikan oleh ECED terlaksana dengan baik. Kami yakin bahwa ketulusan dan keikhlasan untuk mengabdi kepada masyarakat bangsa dan negara adalah perjuangan sebagai warga negara indonesia itu adalah kalimat yang selalu diucapkan oleh pengelola PAUD setuwi jati di setiap momen saat kami rapat/musyawarah. Akhir tahun 2008 kami pindah lokasi ketempat sekarang yaitu bekas bangunan pasar desa teruwai. Kami mengajukan usulan mulai dari desa sampai bupati untuk mendapatkan rekomondasi tempat melaksanakan program belajar mengajar di bangunan pasar desa teruwai dan direstui oleh Bapak Bupati. Semangat perjuangan dan kekompakan selalu kami kedepankan, suka dan duka datang silih berganti. Kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya semakin bertambah terlihat dari bantuan dan partisipasi masyarakat dalam program layanan yang kami berikan. Bahkan pertengahan bulan agustus 2010 kami dipercaya oleh dinas kesehatan dan PPK kabupaten sebagai lembaga PAUD yang berintegrasi dengan posyandu bersaing (PAUD, posyandu, BKB, PIKR dan lansia) dan sebagai tempat berkunjung 7 negara asia untuk study banding, hasilnya memuaskan berangkat dari prestasi tersebut kami semakin percaya diri untuk berkembang dan maju terlihat

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

60


dari beberapa perlombaan dan pestifal kami ikut, mulai dari desa sampai provinsi kami ikut sbb: •

Tahun 2009 kami mendapat juara 1 tingkat kabupaten lombok tengah pada peringatan hari anak nasioanal di praya dengan mata lomba : sehat, bugar.

Kemudian tahun yang sama 2009 kami mendapat juara 1 tingkat provinsi NTB pada peringatan hari anak di mataram dengan mata lomba : sehat, bugar.

Tahun 2011 sampai tahun 2016 kami selalu aktif pada lomba HUT RI di kantor dsa selalu mendapat piagam penghargaan.

Demikian diskripsi singkat yang kami paparkan ini adalah histori kami dari mulai nol sampai dengan sekarang ini. Kami butuh uluran tangan para dermawan untuk membantu kami

di dalam pembiayaan lembaga kami. Tanpa bantuan

Bapak/ibi tak mungkin kami bisa berkembang sperti saat ini. Wassalam “I LOVE SETUWAI JATI”.......!

SEKILAS CERITA

TENTANG LEMBAGA “PAUD RIANG” Paud Riang terbentuk atas dasar keinginan kami sendiri sebagai warga dusun barelantan yang pada saat waktu itu kami melihat banyak anak-anak yang usia 2-6 tahun yang tidak bersekolah (masuk TK). Karena didusun kami memang tidak adanya layanan sekolah TK.

Layanan

sekolah TK bisa kami dapatkan di kampung tetangga sebelah, yaitu di TK tolot-tolot itupun jaraknya dari dusun kurang lebih 1 kilometer. Oleh karena itu, kami mencoba rembuk dengan temanteman kader posyandu untuk membuat lembaga karena kami sebagai seorang kader posyandusudah terbiasa dengan tidak adanya insentif kami. Suatu hari kami mengundang beberapa tokoh masyarakat dan bersamasama dengan pak Sekdes untuk membahas hal tersebut, dan mereka sangat antusias

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

61


dengan ide dari kami. Pada saat itu juga pada tanggal 1 0ktober 2011 tercapalah kata sepakat untuk membentuk pengurus dan memberi nama pada paud kami yang ada d dusun barelantan yaitu dengan nama PAUD RIANG dengan VISI dan MISI : VISI

: �menjadi teman bermain dan belajar dalam pembentukan sikap sejak dini

yang menyenangkan dan terpercaya� MISI : 1. Menciptakan kondisi bermain yang edukatif, kondusif, dan konstrukstif 2. Membekali anak dengan persiapan memasuki jenjang dasar 3. Membangun kerja sama dengan orang tua murid dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan tumbuh kembang anak. Kami kami di dusun barelantan belum memiliki bangunan posyandu yang bisa kami pakai sebagai tempat proses belajar mengajar maka kami numpang di BERUGAK salah seorang warga di dusun kami. Dalam hari kami berdo’a suatu saat nanti awalnya dari sebuah berugak, besok akan berubah menjadi sebuah gedung yang megah. Waktu itu siswa kami awalnya sebanyak 17 orang dan sekarang terus bertambah menjadi 43 orang dan Alhamdulillah ada juga yang dari dusun tetangga ikut sekolah di lembaga kami. Walaupun dengan segala keterbatasan baik dalam APE maupun fasilitas tempat yang belum memadai dan tidak memenuhi standar, tetapi kami tidak putus asa, kami terus menerus berusaha dengan kemampuan kami agar anak-anak didik kami bisa terus belajar. Lambat laun seiring dengan berjalannya waktu, selang 2 bulan, kami baru menyadari kalau ada sebuah bangunan (POLINDES) milik desa yang lokasinya ada dusun kami yang tidak terpakai, kami memberanikan diri untuk menanyakan kepada pihak desa, pak sekdes terutama tentang bangunan tersebut dan akhirnya kami mendapat persetujuan dari pihak desa untuk mempergunakan bangunan itu. Keesokan harinya kami bersama teman-teman pengurus membersihkan bangunan tersebut karena sudah 9 tahun bangunan itu tidak pernahdirawat. Awalnya untuk masuk kedalam ruangan saja kami tidak berani karena kelihatanya sangat angker, sampai-sampai kami memanggil seoran dukun untuk menjampijampi agar tidak terjadi apa-apa dikemudian hari. Kami membersihkan tempat tersebut selama 3 hari berturut-turut dan akhirnya semuanya beres. Walaupun semunya sudah selesai, proses belajar mengajar masih kami lakukan di berugak,

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

62


karena kami masih memikirkan apa yang akan di pakai untuk duduk bagi siswa kami. Kamipun berinisiatif untuk mengumpulkan uang sebanyak Rp. 50.000,- antar pengelola dan tenaga pengajar, dan waktu itu kami mengumpulkan uang sebanyak Rp. 300.000,-. Uang tersebut kami pakai untuk membeli karpet dan alat-alat pembelajaran. Setelah semuanya siap kamipun pindah, semuanya peralatan posyandu juga kami pindahkan kesana, jadinya bangunan itu kami gunakan sebagai tempat pelayanan posyandu dan tempat belajar anak usia dini. Dengan motivasi dan keinginan yang besar, kami terus melaksanakn proses

pembelajaran,

kami bersyukur sekali akhirnya

pihak

dikpora

melirik

lembaga kami dengan memasukkan

kami

sebagai penerima BOP dengan 3.000.000.

nilai

Rp. kami

berfikir

kembali

bagaimana

caranya

agar anak-anak didik kami akan merasa senang dengan alat bermain yang ada disekolah, kamipun bertekad untuk membeli 1 buah ayunan dan 1 uah tangga majemuk dengan menggunakan uang BOP yang ada. Selama ini kami tidak pernah meminta apa-apa dari wali murid, dengan rasa ikhlas kami melakukan pekerjaan ini demi anak-anak bangsa. Setelah 1 setahun berjalan, pihak dikpora mulai peduli dengan tenaga pendidik yang ada di lombok tengah dan Alhamdulillah lembaga kami pun kembali tersentuh untuk pengusulan insentif bagi guru paud, walaupun tidak semuanya guru yang ada di lembaga semuanya dapat. Lembaga kami mendapatkan jatah 2 orang dengan hitungan Rp. 600.000,- per 6 bulan, uang itulah yang kita bagi ke semua tempat pengajar. Menjadi seorang pendidik banyak suka dan duka yang kita hadapi, tetapi apapun itu kita harus terima dan harus bertanggung jawab dengan keputusan yang sudah kita ambil.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

63


Banyak juga yang juga pron dan kontra dengan lembaga yang kami bentuk, sampai kami pernah diusir dari tempat itu artinya kami tidak boleh menggunakan bangunan itu, (desa yang punya), karena orang tersebut berasumsi kalau lembaga paud itu adalah sebuah yayasan (milik seseorang). Kami tidak pernah beranggapan kalau lembaga yang kami bangun adalah milik kami sendiri tetapi milik kita semua. Tapi untung saja banyak pihak yang mendukung kami dan akhirnya sampai sekarang tetap bertahan dan tetap melakukan proses belajar dengan kemampun yang kami miliki. Pihak desa juga banyak andil di lembaga paud kami dengan memberikan bantuan rehab gedung, karena atab bangunan ambruk, begitu juga phak GSC juga memberikan bantuan APE kepada kami untuk mempelancar proses belajar mengajar. Kami berharap lembaga yang kami miliki sekarang akan menjadi sebuah lembaga pecontohan dan harapan kami juga agar kami lebih banyak di bekali dengan pelatihan-pelatihan agar strategi dalam proses pembelajaran lebih baik lagi. Kami mohon juga kepada pihak pemangku kebijakan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan bagi semua pendidik yang ada. Demikian cerita singkat kami tentang lembaga PAUD RIANG yang ada di dusun barelantan desa gapura kecamatan pujut kab. Lombok tengah.( By : Widyawati )

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

64


Ketika Keraguan Menjadi Kenyataan Namaku

Hj.

Yanti sari, S.Pd,

seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di salah satu desa yaitu desa kawo yang semula hanya

berpropisi

rumah

tangga

sebagai

namun

ibu

karena

keinginannya yang sangat tinggi untuk mengabdikan diri menjadi guru. Alhamdulillah, kalau Allah SWT

sudah berkehendak biar kita

hanya seorang ibu rumah tangga,

kita

juga bisa menjadi seorang tenaga pendidik. Awalnya saya sendiri ragu dengan keadaan saya yang hanya seorang ibu rumah tangga untuk membuat KB (Kelompok Bermain), tetapi setiap malam saya selalu kurang tidur karena terus memikirkan dan membayangkan serta saya selalu berdo’a pada-Nya untuk memohon petunjuk, karena setiap pagi anak-anak selalu datang untuk minta diajar sampai-sampai saya malu pada suami dan anak-anak saya karena anak-anak itu semua bilang “Bu,Guru... Bu, Guru” ajarin saya bernyanyi, berdo’a, padahal saya tidak bisa bernyanyi apalagi menjadi guru. Tetapi hati saya sangat tersentuh oleh anak-anak itu kemudian saya memberanikan diri untuk mencoba mengajar dan membimbing anak-anak itu. Setahun dua tahun anak itu anak-anak itu semakin bertambah banyak yang diantar oleh ibu bapak serta kakek neneknya. Itu sebabnya, semakiun kuat keyakinan saya kepada Allah SWT untuk membangun sebuah KB (Kelompok Bermain). Pada suatu hari ada Kepala Sekolah guru TK lewat didepan rumah kami, kemudian dia melihat-lihat anak-anak yang sedang bermain lalu dia menyuruh saya pergi kekantor untuk membuat syarat-syarat untuk mendirikan KB (Kelompok

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

65


Bermain). Kemudian besok paginya saya langsung pergi membuatnya. Nama Lembaga saya adalah RIDHO RAHMAH BALE MONTONG II DESA KAWO. Setelah lengkap syarat-syarat yang kami ajukan, alhamdulillah kami dipercaya oleh semua pihak kemudian kami melakukan berbagai pelatihan yang diadakan oleh Dikpora maupun GSC dan alhamdulillah tahun 2017 kami dapat BOP dan dana tersebut kami gunakan untuk membeli peralatan sekolah dan berbagai macam mainan, dan alhamdulillah dengan pelatihan itu kami bisa menjadi pendidik PAUD/KB (Kelompok Bermain). Waktu keraguan telah berlalu dan sekarang yang telah saya lakukan telah menjadi kenyataan, “Alhamdulillah”. Setiap waktu saya lewat didepan rumah anak didik saya dan saya selalu dipanggil oleh mereka “Bu guru...Bu Guru...:” salam Bu Guru.... dan saya sangat merasa bangga sekali dipanggil dengan sebutan tersebut. Dan yang saya tak akan pernah

lupakan

waktu

Pak

Presiden datang ke Kuta Lombok, saya

sangat

antusias

sekali

membawa anak didik saya dan saya membawa pelang sekolah yang

bertuliskan

“SUKSESKAN

PERS NASIONAL NTB 2016 PAUD RIDHO RAHMAH” dan waktu kami datang, kami disambut dengan hangat sama yang ber\jaga disana seperti polisi dan Anggota TNI, dia bilang “awas anak=-anak bangsa mau lewat dan kami pun diberi jalan untuk berbaris melihat Pak Presiden,.kami disana ditempat itu sampai Pak Presiden pulang dan kami bangga anak-anak didik kami bisa bersalaman langsung dengan Pak Presiden dan Ibu Presiden/Ibu Negara karena kami satu-satunya anak sekolah yang berada atau berbaris yang sedekat itu.

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

66


Pada tahun 2017 saya bersyukur pada GSC karena kami dipercaya ikut melaksanakan pelatihan dan sekarang kami memiliki banyak pengalaman cara mengajar kepada anak PAUD. Tetapi PAUD (KB) kamik belum punya gedung dan lokasinya masih berada di rumah kami sendiri.

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

67


DAFTAR SINGKATAN GSC : Generasi Sehat dan Cerdas BLM : Bantuan Langsung Masyarakat DOK : Dana Operasional Kecamatan Faskeu : Fasilitator Keuangan Faskab : Fasilitator Kabupaten FK : Fasilitator Kecamatan Korprov : Koordinator Provinsi PSD : Pelayanan Sosial Dasar Musrenbang : Musyawarah Rencana Pembangunan Bumil Resti : Ibu hamil Resiko Tinggi PK GSC : Pelaksana Kegiatan Generasi Sehat dan Cerdas Posyandu : Pos Pelayanan Posyandu TK : Taman Kanan-kanak Satker : Satuan Kerja PAP : Pembinaan Administrasi Proyek P3MD : Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa PKD : Pengkajian Keadaan Desa LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah PKK : Program Kesejahteraan Keluarga DD : Dana Desa ADD : Alokasi Dana Desa BPD : Badan Permusyawaratan Desa PLD : Pendamping Lokal Desa RPJMDes : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RKPDes : Rencana Kerja Pemerintah Desa Musdes : Musyawarah Desa LKMD : Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa PD : Pendamping Desa BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DINKES : Dinas Kesehatan BPBD : Badan Penanggulangan Daerah BPPKB : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana DIKPORA : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DINSOSTRANS : Dinas Sosial dan Transmigrasi RA : Raudatul Adfal PJOK : Penanggungjawab Operasional Kecamatan UPK : Unit Pengelola Kegiatan KEK : Kekurangan Energi Kronik PMT : Pemberian Makanan Tambahan KIA : Kesehatan Ibu dan Anak SLB : Sekolah Luar Biasa KPMD : Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa TPMD : Tim Pertimbangan Musyawarah Desa KUPT : Kepala Unit Pelaksana Teknis PL : Pendamping Lokal UPT : Unit Pelaksana Teknis BOP : Biaya perasional Program PL PAUD : Pendamping Lokal Pendidikan Anak Usia Dini BGM : Bawah garis Merah PL GSC : Pendamping Lokal Generasi Sehat dan Cerdas PKBM : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Tendik : Tenaga Pendidik PNPM MP : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan APE : Alat Peraga Eduksi Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah “Non User” (penjelasan): Penerima manfaat yang belum terlayani. RPD : Rencana Penggunaan Dana LPD : Laporan Penggunaan Dana RAB : Rencana Anggaran Biaya DO : Dana Operasional

”Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC”

68


APBDes ECED RPPM

: Anggaran Pendapatan Belanja Desa : Early Learning and Teacher Classes : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan

�Melihat Lebih Dekat Adat Sasak dan Kisah Inspiratif Pelaku GSC�

69


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.