Konsep Pendekatan Scientific dan Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013

Page 1

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC PPT - 1.3a

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


Langkah-Langkah Pembelajaran Scientific

Observing (mengamati)

Questioning (menanya)

Associating (menalar)

Experimenting (mencoba)

Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

Networking (membentuk Jejaring)


1

2

Observing (mengamati)

Questioning (menanya)

- Mengumpulkan Data/Informasi yang teramati dari fakta. - Melihat karakteristik obyek /fenomena kajian. - Mengumpulkan informasi dari aneka sumber ilmiah, berupa Buku, Jurnal, Majalah, Koran, Internet. - Menyusun pertanyaan berbasis fakta /fenomena kajian - Apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan obyek kajian?

3


3

Associating (menalar)

- Melihat hubungan-hubungan variabel atau ukuran-ukuran. - Mencermati pola - Menganalisis, membandingkan, mensintesis atas hubunganhubungan - Membuat dugaan (Hipotesis)


4

5

Experimenting (mencoba)

- Membuat rancangan percobaan. - Menerapkan perlakuan - Melakukan pengukuran variabelvariabel - Menguji Hipotesis

Networking (membentuk Jejaring)

- Membuat generalisasi (kesimpulan) yaitu penerimaan atau penolakan hipotesis - Interpretasi hasil pemecahan masalah - Membangun jejaring baru


LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PERSIAPAN

PELAKSANAAN

TUJUAN

STIMULATION

MATERI PELAJARAN

STATEMENT (HIPOTESIS)

KARAKTERISTIK SISWA

DATA COLLECTION

SITUASI DAN KONDISI

DATA PROCESSING VARIFICATION CLARIFICATION

PENILAIAN TES DAN NON TES


Langkah-Langkah Operasional Project Based Learning


PROBLEM BASED LEARNING

KONSEP DASAR / BASIC CONSEPT /PROBLEM

PENDIFINISIAN MASALAH

PEMBELAJARAN MANDIRI/GROUP

PENILAIAN

PERTUKARAN PENGETAHUAN


KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR PPT – 1.3b

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


LEMBAR PENGAMATAN DISKUSI KELOMPOK Nama siswa yang diamati :

No

Kelas :

Hari/Tanggal

Perilaku / sikap

Muncul/ dilakukan Ya

1 2

Memberi kesempatan teman untuk menyampaikan pendapat Memotong pembicaraan teman lain

3 4 5 6 7

Menyampaikan pendapat dengan jelas Mau menerima pendapat teman Mau menerima kritik dari teman Memaksa teman untuk menerima pendapatnya Menyanggah pendapat teman dengan sopan

8 Mau mengakui kalau pendapatnya salah 9 Menerima kesepakatan hasil diskusi 10 Dst

Tidak


CONTOH PENERAPAN DAN INSTRUMEN PENILAIAN DALAM PROSES DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN

Lembar Pengamatan Proses kegiatan Diskusi Aspek Pengamatan No.

Nama Siswa

Keterangan Skor : Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Kerja sama

Mengkomunika Toleransi -sikan pen-dapat

Menghargai Jumlah Skor pendapat teman

Keaktifan

∑ Skor perolehan Nilai =

X 100 Skor Maksimal Kriteria Nilai A = 80 – 100 B = 70 – 79 C = 60 – 69 D = ‹ 60

: : : :

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Nilai

Ket.


LEMBAR PENGAMATAN Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada skor yang sesuai dengan aspek. Nama peserta didik :

kelas:

Hari/tanggal Skor

Nomor

Aspek

Butir

5

4

3

2

1

01 02 03 04 05 Keterangan

SKOR 5 Sangat Tepat

SKOR 4 Tepat

SKOR 3 Agak Tepat

SKOR 2

SKOR 1

Tidak Tepat

Sangat Tidak Tepat


Lembar Penilaian Presentasi

As pek Penilaian No.

Nama Siswa

Komuni kasi

Keterangan Skor : Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Sistemati ka penyam paian

Wawa san

Gesture Kebera dan Antusias nian penampi lan

∑ Skor perolehan Nilai =

X 100 Skor Maksimal Kriteria Nilai A = 80 – 100 B = 70 – 79 C = 60 – 69 D = ‹ 60

: : : :

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Jumlah Skor

Nilai

Ket.


Format Penilaian Hasil Karya

Struktur Hasil Karya Tampilan

Indikator •Keterbacaan •Kebersihan •Kerapian •Menarik

Isi

Sesuai materi

Ketepatan pemilihan gambar

Orisinalitas makalah

Ringkas dan padat Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:

Sangat sesuai Sesuai Cukup Kurang

4 3 2 1

Nilai


Lembar Pengamatan Perilaku No

ASPEK PERILAKU

1.

Ikut dalam siskamling

2.

Bertegur sapa dengan sopan

3.

Bertamu dengan sopan

4.

Menerima tamu dengan sopan

5..

Ikut kerja bakti

6.

Ikut gotong royong

7.

Tolong menolong

8.

Menghormati orang yang lebih tua

9.

Tidak meludah di sembarang tempat

10.

Tidak makan sambil berbicara

11.

Berbuat baik terhadap sesama manusia

12.

Berperilaku jujur

13.

Menjaga kebersihan lingkungan Keterangan

14.

4 = Sangat Baik/Sering Membantu warga yang terkena musibah

15.

Menjaga

3 = Baik/Sering 2 = Cukup/Kadang-kadang kerukunan dengan tetangga 1 = Kurang/Tidak Pernah

KATEGORI 4 3 2 1

KET


PENILAIAN DIRI Petunjuk : Isilah dengan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan kenyataan No 1

7

Pernyataan TP Saya menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan matapelajaran kepada teman-teman Saya bertanya kepada guru hal-hal yang berhubungan dengan matapelajaran Saya menyempatkan diri membaca artikel yang berkaitan dengan matapelajaran di majalah/koran Saya mendengarkan informasi yang berhubungan dengan matapelajaran dari radio Saya menonton tayangan di televisi yang berkaitan dengan matapelajaran, misalnya Siaran Berita Saya hadir setiap ada jam pelajaran matapelajaran di sekolah Saya membuat catatan yang rapi untuk matapelajaran

8

Saya menyerahkan tugas matapelajaran tepat waktu

9

Saya menerapkan pengetahuan matapelajaran dalam kehidupan sehari-hari Dst

2 3 4 5 6

10

JR

KD

SR

SL


SKALA LIKERT Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan pendapat kalian. No

Pernyataan

1

Saya senang melakukan penelitian matapelajaran

2

Pelajaran matapelajaran membosankan

3

Saya senang mengikuti acara televisi yang berhubungan dengan matapelajaran

4

Saya tidak menyukai karir di bidang matapelajaran Saya suka berkunjung ke museum untuk menambah pengetahuan di bidang matapelajaran

5 6

7

8

Saya senang jika ada kesempatan untuk bekerja di bidang yang ada hubungannya dengan matapelajaran Saya benci jika ada tugas untuk membuat ringkasan dari artikel yang berkaitan dengan matapelajaran dari koran Saya suka membaca rubrik tentang matapelajaran

SS

S

TS

STS


SKALA BEDA (DIFFERENSI) SEMANTIK PEMBELAJARAN matapelajaran DI KELAS Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom yang tersedia bila sesuai dengan pilihan kalian

Kiri Membosankan Bermanfaat Menyenangkan Menantang Tidak memberatkan Membuang-buang waktu

a b c d

e

f

g

Kanan Menarik Tidak bermanfaat Merepotkan Tidak menantang Memberatkan Menguntungkan


PENILAIAN TUGAS : PROJEK Kriteria : (1) Kemampuan Pengelolaan; (2) Relevansi; (3) Keaslian PEDOMAN PENSKORAN No Aspek yang dinilai 1 Persiapan Rumusan masalah (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1) 2 Pelaksanaan a. Pengumpulan informasi (tepat = 3; kurang tepat = 2, tidak tepat = 1) b. Keakuratan data/informasi (akurat = 3; kurang = 2; tidak akurat = 1) c. Kelengkapan data (lengkap = 3; kurang = 2; tidak lengkap = 1) d. Analisis data (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1) e. Kesimpulan (tepat = 2; kurang tepat = 1) 3 Pelaporan hasil Sistematika laporan (baik = 2; tidak baik = 1) Penggunaan bahasa (komunikatif = 2; kurang komunikatif = 1) Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat/banyak kesalahan =1) Tampilan (menarik = 2; kurang menarik = 1) Skor maksimal

Skor 3 1-3 14 1–3 1–3 1–3 1–3 1-2 9 1–2 1–2 1–3 1-2 26


PENILAIAN AUTENTIK 

= Hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Assessment = Penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.

Autentik = Asli, data, nyata, valid, atau reliabel.


Jenis-jenis Penilaian autentik 1.

Penilaian Kinerja

2.

Penilaian Proyek

3.

Penilaian Portofolio

4.

Penilaian Tertulis


1. Penilaian Kinerja Penilaian melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur tugas yang akan mereka kerjakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja : 1.

Daftar cek (checklist).

2.

Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).

3.

Skala penilaian (rating scale).

4.

Memori atau ingatan (memory approach), dan sebagainya.


2. Penilaian Projek Kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.

Tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian projek: 1.

Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.

2.

Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

3.

Keaslian sebuah projek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.


3. Portofolio

Penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.


lanjutan ‌ Langkah-langkah : 1.

Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian.

2.

Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

3.

Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.

4.

Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.

5.

Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

6.

Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.

7.

Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.


4. Penilaian Tertulis ď‚—

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai

ď‚—

Menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.

ď‚—

Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.


Langkah-Langkah Pembelajaran Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Sikap (Tahu Mengapa) Produktif Inovatif Kreatif Afektif

Keterampilan (Tahu Bagaimana)

Pengetahuan (Tahu Apa)

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi


Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)    

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.


Terima Kasih


KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


Esensi Pendekatan Ilmiah  Pembelajaran merupakan proses Ilmiah  Pendekatan ilmiah diyakini sebagai

titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik

 Penalaran dalam Pendekatan ilmiah

◦ Penalaran Induktif ◦ Penalaran deduktif


Penalaran Induktif dan Deduktif ď‚—

ď‚— ď‚— ď‚—

Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum


Penalaran Induktif dan Deduktif


Metode Ilmiah ď‚—

ď‚—

ď‚—

Teknik-teknik investigasi tas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya Kriteria Ilmiah â—Ś Metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik Metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis


Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran ď‚—

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional â—Ś Pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. â—Ś Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.


Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah ď‚— ď‚— ď‚—

ď‚—

Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidahkaidah pendekatan ilmiah Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah â—Ś Proses pembelajaran semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis


Kriteria 1.

Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata

2.

Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

5.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran


Kriteria 4.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran

5.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran

6.

Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan

7.

Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya


Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Ilmiah

dengan

Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan


Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Ilmiah    

dengan

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan


Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Ilmiah

dengan

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah ď‚— Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran ď‚—


Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Ilmiah

dengan


LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ILMIAH 1. Mengamati  

 

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning) Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya Memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru


Langkah-Langkah Mengamati 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Menentukan objek apa yang akan diobservasi Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya


Jenis Jenis Observasi 1. 2. 3. 4. 5.

6.

Observasi biasa (common observation). Observasi terkendali (controlled observation). Observasi partisipatif (participant observation). Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya


Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut. 1. Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.


2. Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa, pada observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.


3. Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim� langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.


Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini. 1. Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru. 2. Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.


Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini. 1. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

yang

2. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan. 3. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.


2. MENANYA Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Istilah “pertanyaan� tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya�, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri norma hukum? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri norma hukum!


FUNGSI BERTANYA 1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

peserta didik

2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. 4. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

kepada

5. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.


ď‚—

6. Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

ď‚—

7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

ď‚—

8. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

ď‚—

9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.


Kriteria Pertanyaan yang Baik 1. Singkat dan jelas. Contoh: a. Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktorfaktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? b. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua (b) lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.


2. Menginspirasi jawaban. Contoh: ď‚—

Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan.

ď‚—

Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?

Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta didik menjawab pertanyaan


3. Memiliki fokus. Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.


4. Bersifat probing atau divergen. Contoh: a. Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar? b. Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.


5. Bersifat validatif atau penguatan. Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.


Contoh: 

Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?

Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”

Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”

Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif ”

Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”

Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”

Dan seterusnya


6. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang. Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu. Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: Apa faktor picu utama Belanda menjajah Indonesia?; Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.


7. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.


8. Merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.


Tingkatan Pertanyaan Kognitif yang lebih rendah Pengetahuan (knowledge) Apa... Siapa... Kapan... Di mana... Sebutkan... Jodohkan atau pasangkan... Persamaan kata... Golongkan... Berilah nama... Dll.


Pemahaman (comprehension) Terangkahlah... Bedakanlah... Terjemahkanlah... Simpulkan... Bandingkan... Ubahlah... Berikanlah interpretasi... Penerapan (application) Gunakanlah... Tunjukkanlah... Buatlah... Demonstrasikanlah... Carilah hubungan... Tulislah contoh... Siapkanlah... Klasifikasikanlah...


Kognitif yang lebih tinggi Analisis (analysis) Analisislah... Kemukakan bukti-bukti… Mengapa… Identifikasikan… Tunjukkanlah sebabnya… Berilah alasan-alasan…


Sintesis (synthesis) Ramalkanlah… Bentuk… Ciptakanlah… Susunlah… Rancanglah... Tulislah… Bagaimana kita dapat memecahkan… Apa yang terjadi seaindainya… Bagaimana kita dapat memperbaiki… Kembangkan… Evaluasi (evaluation) Berilah pendapat… Alternatif mana yang lebih baik… Setujukah anda… Kritiklah… Berilah alasan… Nilailah… Bandingkan… Bedakanlah…


5. Mengevaluasi Temukan inkonsistensi atau kesalahan… Tentukan apakah suatu proses/produk memiliki konsistensi… Temukan efektivitas suatu prosedur… 6. Mencipta Buatlah hipotesis berdasarkan kriteria … Rencanakan (proposal) penelitian Ciptakan/buat suatu produk…

tentang…


3. Menalar Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata emiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.


Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara 1. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. 2. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. 3. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).


4. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati 5. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki 6. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman. 7. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. 8. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.


4. Mencoba ď‚—

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.

ď‚—

Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

ď‚—

Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.


Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: 1. menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi menurut tuntutan kurikulum; 2. mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan dan harus disediakan;

dasar

yang tersedia

3. mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil sebelumnya;

eksperimen

4. melakukan dan mengamati percobaan; 5. mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan

menyajikan data;

6. menarik simpulan atas hasil percobaan; 7. membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil

percobaan.


Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: 1. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang dilaksanakan murid 2. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan dipergunakan

akan

yang

3. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu 4. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid 5. Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan eksperimen

dijadikan

6. Membagi kertas kerja kepada murid 7. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan 8. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

guru, dan

mengevaluasinya, bila


4. JEJARING PEMBELAJARAN ATAU PEMBELAJARAN KOLABORATIF Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.


Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi Berbagi tugas dan kewenangan Guru sebagai mediator Kelompok peserta didik yang heterogen


CONTOH PEMBELAJARAN KOLABORATIF Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu ( card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut ini. 1. Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih katagori. 2. Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori

yang sama.

3. Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada rekanhya. 4. Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.


CARD SORT (SORTIR KATA)

Motivasi

Membagi kertas berisi tulisan secara acak

Menempelkan induk tulisan di papan tulis

Mengelompokkan siswa sesuai kelompok

Menyesuaikan dengan induk kata

Presentasi

Kartu disimpan di atas meja, siswa di suruh ke depan satu persatu, dan mencocokkan anak kata dengan kuncinya


MODEL PEMBELAJARAN TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS/STAD)

1. Menyajikan pelajaran (presentasi). 2. Belajar dalam tim:

3.

a.

Bagi siswa dalam kelompok (terbagi habis).

b.

Tugaskan untuk menguasai materi yang telah dipresentasikan.

c.

Bagikan LKS aatu materi lain.

d.

Anjurkan pada tiap tim bekerja dalam duaan atau tigaan (anjurkan saling mengecek)

e.

Beri penekanan, mereka tidak boleh mengakhiri sebelum yakin seluruh anggota

f.

Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar – bukan hanya untuk diisi dan dikumpulkan.

g.

Berikan lembar kunci jawaban LKS.

h.

Berikan kesempatan saling menjelaskan jawaban, tidak hanya mencocokkan.

i.

Bila ada pertanyaan, mintalah dulu kepada teman, baru ke guru.

j.

Pada saat siswa bekerja dalam tim, berikan penguatan.

Berikan kuis: a.

Beri waktu cukup.

b.

Jangan biarkan bekerjasama.

c.

Kumpulkan hasil atau mintalah bertukar jawaban (memeriksa hasil).

4.

Buatlah skor individu dan skor tim.

5.

Pengakuan kepada prestasi tim.

paham/menjawab benar 100%.


SKRIP KOOPERATIF 1. Siswa belajar/bekerja berpasangan. 2. Bergantian peran sebagai pembicara atau pendengar: a. Undilah siapa yang pertama kali berperan sebagai “pembicara” dan berperan sebagai “pendengar”. b. Pada akhir sub bab utama (500 s.d. 600 kata) berhenti membaca. c. Pembicara mengucapkan keras-keras ringkaan yang dibaca, selengkap mungkin, tanpa melihat bacaan (pembicara harus mencoba memasukkan seluruh ide dan fakta penting diringkasannya). d. Pendengar melakukan: 1) Koreksi ringkasan pembicara. 2) Diskusikan informasi penting yang tidak disampaikan. 3) Tunjukkan setiap ide atau fakta yang kurang benar. 4) Membantu diri sendiri dan mitra kalian mengingat materi. 5) Menghubungkan dengan materi sebelumnya, materi lain yang diketahui (bisa juga gambar). e. Pembicara dapat membantu pendengar mengoreksi dan mengingat ringkasan. f. Bertukar peran.


MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW (MODEL TIM AHLI) ď‚—

Langkah-langkah pembelajaran: 1. Siswa dikelompokkan (4 orang). 2. Setiap siswa diberi materi yang berbeda. 3. Setiap siswa membaca tugas bagiannya.

4.Siswa yang memiliki nomor sama berkumpul dalam satu kelompok (tim ahli). 5. Siswa kembali ke kelompok semula. 6. Secara bergantian mempresentasikan hasil jawaban tim ahli kepada teman lainnya, semua anggota kelompok mencatat hasil. 7. Kesimpulan – penguatan dari guru


Pelaksanaan teknik Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran: 1. Menginformasikan kompetensi dasar secara jelas. 2. Menginformasikan tema/topik ………………. disertai penjelasan singkat atau meminta membaca, dan lain-lain, yang sama sesuai tema/ topik …………………… 3. Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok kecil (kelompok

siswa mengamati,

koopratif):

a. Kelas dibagi menjadi ……….. kelompok. b.Tiap kelompok terdiri dari ………. siswa. 4. Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa: a. Tugas individu sebanyak …….. tugas (sesuai jumlah siswa tiap kelompok). b. Tugas kelompok sebanyak ……… tugas (sesuai jumlah kelompok). 5. Meminta siswa menemui anggota kelompok lain yang mempunyai tugas individu yang

sama untuk:

a. Belajar bersama. b. Menjadi ahli informasi. c. Merencanakan cara meberikan informasi. 6. Meminta siswa untuk kembali ke kelompok kooperatif (………. serangkai): a. Berbagai informasi (sesuai tugas individu). b. Mengerjakan tugas kelompok. 7. Meminta kelompok menginformasikan hasil tugas kelompok dilanjutkan tanggapan dari 8. Pembenaran/pelurusan hasil kerja kelompok.

kelompok lain.


GROUP INVESTIGATION

(SHARAN, 1992)

Langkah-langkah : 1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain 4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan 5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok 6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan 7. Evaluasi 8. Penutup


COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS (STEVEN & SLAVIN, 1995) Langkah-langkah : 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen 2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran 3. Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada selembar kertas 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok 5. Guru membuat kesimpulan bersama 6. Penutup


MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DASAR Â Langkah-langkah pembelajaran: 1. Pengalaman awal -.Kegiatan eksplorasi. 2. Pertanyaan -.Mengajukan pertanyaan dan pembelajaran dikembangkan seputar pertanyaan. 3. Alternatif -.Mengusulkan sejumlah alternatif yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan (alternatif jawaban yang lain juga mungkin muncul pada tahap pengumpulan data selanjutnya. 4. Data -.Mengumpulkan data setiap alternatif jawaban yang diajukan. 5. Sintesis -.Menarik kesimpulan dengan memilih alternatif jawaban terbaik atas pertanyaan yang dikaji. 6. Menilai kesimpulan -.Menilai/mengukur apakah kesimpulan itu bisa menjawab pertanyaan dengan pas. 7. Mengemukakan kesimpulan -.Menyusun laporan dan presentasi kesimpulan


Terima Kasih


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.