
1 minute read
Berkaca Pada Realitas
Pastinya kita semua sudah familiar dengan fakta bahwa Indonesia memiliki tingkat literasi yang sangat rendah. Dilansir dari Whiteboard Journal, menurut Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh OECD, tingkat literasi Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara. Ditambah lagi pasca COVID-19 yang menutup banyak sekolah, sehingga anakanak yang sekolah di tempat terpencil tanpa akses buku dan internet tidak memiliki fasilitas untuk membaca. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang cukup kompleks. Mulai dari fasilitas dan penyebaran buku yang minim di daerah terpencil atau perpustakaan yang kurang memadai di setiap daerah. Akan tetapi, bukan hanya itu yang menjadi masalah di Indonesia bahkan, di tingkat pendidikan tinggi hal serupa masih tetap terjadi.
Berdasarkan artikel dari theconversation.com kurang lebih sepertiga dosen di Indonesia masih belum pernah menerbitkan riset. Berdasarkan data dari Kementerian Riset dan Teknologi jumlah dosen yang mempublikasi karya ilmiah di Indonesia baru mencapai
Advertisement
200 ribu orang dengan jumlah dosen dan peneliti yang di data
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebanyak 305 ribu orang. Data tersebut juga menyatakan bahwa di Asia Pasifik, jumlah publikasi riset Indonesia masih kalah dengan Vietnam dan Thailand dengan jumlah dosen kedua negara tersebut yang sangat sedikit. Publikasi riset yang sudah melewati proses peer-review oleh para peneliti Indonesia juga masih relatif sedikit. Di situs Google Scholar, hanya sekitar 100 ribu dokumen ilmiah Indonesia yang tercatat melalui peer-review dari 2,8 juta dokumen yang tersedia. Berbagai macam faktor juga dapat menyebabkan fenomena tersebut.
Kurangnya insentif dosen untuk mempublikasi riset, beban kerja yang terlalu menyita waktu, sistem evaluasi yang rumit, kurangnya akses, dan juga sulitnya mendapatkan pendanaan untuk melakukan riset di Indonesia. Padahal, riset dan penelitian sangatlah penting untuk pembangunan negara.
Maka dari itu, tiga tahun terakhir ini Eka-citta Writing Workshop sebagai seminar kepenulisan Kamadhis UGM bertujuan untuk meningkatkan minat kepenulisan dan mengajarkan soft skills kepenulisan tersebut. Dengan mengikuti seminar bertema karya ilmiah ini peserta diharapkan dapat menjadi seorang peneliti yang mampu mempublikasi karya yang bermanfaat bagi masyarakat luas serta membentuk masa depan penelitian dan pembangunan Indonesia yang lebih cerah.
Referensi:


Anam, K, 2023, Paling Rendah di Asean, Tingkat Literasi Digital RI Cuma 62%, diakses pada 17 April 2023, melalui www.cnbcindonesia.com/tech/20230214171553-37-413790/palingrendah-di-asean-tingkat-literasi-digital-ri-cuma-62.
Pratama, A. A., 2020, Lebih dari Sepertiga Dosen Indonesia Tidak Menerbitkan Riset: 3 Solusi Memperbaikinya, diakses pada 17 April 2023, melalui theconversation.com/lebih-dari-sepertiga-dosenindonesia-tidak-menerbitkan-riset-3-solusi-memperbaikinya140248.
Satria, 2014, Minat Menulis Jurnal Ilmiah di Indonesia Rendah, diakses pada 17 April 2023, melalui www.ugm.ac.id/id/berita/8905minat-menulis-jurnal-ilmiah-di-indonesia-rendah.