Eka-citta Edisi XLIX/49 (2019)

Page 1

EDISI XLIX/APRIL/2019

ISSN 2089-4904

BUDDHISM FOR MILLENIALS

BERPIKIR BESAR KEMUDIAN BERTINDAKLAH



Salam Redaksi Buddhism for Millenial

Namo Buddhaya, Halo semuanya! Saat ini, kata milenial tentu sudah lazim kita dengar. Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang lahir di era kecanggihan teknologi. Semakin majunya teknologi di sekitar kita menyebabkan berbagai perubahan dalam segala aspek kehidupan, baik itu perubahan yang positif maupun negatif. Pada era milenial ini, semua menjadi semakin mudah, cepat, dan praktis mulai dari hal berkomunikasi, transportasi, dan lainnya. Penyebaran informasi juga menjadi sangat mudah dan cepat. Namun, kita tetap harus waspada terhadap informasi yang kita dapatkan atau berikan, apakah informasi tersebut benar atau tidak. Kita juga harus bijak dalam memanfaatkan kemudahan teknologi saat ini agar tetap sejalan dengan Buddhadhamma. Bagaimanakah caranya? Pada edisi kali ini, akan dibahas juga mengenai tips obrolan daring, praktis bisnis yang ada saat ini, kegiatan-kegiatan yang ada di Kamadhis UGM, dan masih banyak lagi. Temukan pembahasannya di Eka-citta Edisi XLIX! Terima kasih kami ucapkan kepada para kontributor, sponsor, donator, serta berbagai pihak yang turut mendukung penerbitan Eka-citta edisi ini. Sabbe sattā bhavantu sukhitattā, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sādhu sādhu, sādhu. Salam hangat, Tim Redaksi

PENANGGUNG JAWAB

KONTRIBUTOR

Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng

Vivin Purnamawati

Faustine Kachina

PEMBINA

PEMIMPIN UMUM

Julie Vidalia

Dr. Dr. Ir. Effendie Tanumihardja, S.U., M.M.

Cherla Safhira

Laura Haryo

PELINDUNG

Pratama Dharma Surya

Dr. Endang Soelistiyowati, S.Pd., M.Pd. REDAKSI

DESAIN DAN TATA LETAK

PEMASARAN DAN KEMITRAAN

Melia Lichwan (Pimpinan)

Danniel Yuwono (Koordinator)

Louis Wili Wijaya (Koordinator)

Adhitya Pratama Putra

Antoni Sudibjo

Julius Cipta Jaya

Novirene Tania

Chelsea Ciandry

Riadi

Sherine Devi Sutomo

Pratama Dharma Surya

Shania Angelina

William

Vincent Sinarta

1


Buddhism for Millenials

Daftar Isi Salam Redaksi

1

Dhamma Millenial ?

3

Dhammacamp

12

Praktik Bisnis Tidak Etis

17

Artikel Utama

Liputan Kegiatan

Serba-Serbi

Eka-citta Writing Workshop

22

4 Tips ObrolanSerba-Serbi Daring

26

Wawancara

31

Kisah Pertanyaan Yang Diajukan Sakka

33

Kontak Dhamma

40

Liputan Kegiatan

Dhammapada Atthakhata

2

Daftar Isi

9

Kesan dan Pesan

14

Scientific Scepticism and Buddhism

20

Galeri Foto

Untaian Dhamma

23

Transformasi Digital Pojok Kampus

30

Congraduation

34

Emoji Quiz

37

Hiburan

Musyawarah Anggota

Liputan Kegiatan

“Eka-citta.... mungkin kalian semua berpikir hanya sebuah buletin biasa, namun ketika kalian melihat proses pembuatan buletin ini maka kalian akan mengerti bahwa Eka-citta merupakan buletin yang berbeda dari lainnya. Pada buletin ini, tidak cuma kreativitas yang diasah namun juga pengetahuan dan pendalaman Dhamma dari sisi pembaca maupun penulis�.

-Danniel Yuwono

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

2


Artikel Utama NEW DHAMMA IS BORN? DHAMMA MILLENNIAL?

Serius? Apa maksudnya? Siapa yang menemukannya? Duhai para pembaca, pertanyaan seperti itukah yang terlintas di pikiran saat membaca judul itu? Jika kalian berpikir ada orang yang menemukan lalu menyebarkan Dhamma baru, bukan hal itulah maksud dari judul di atas. Maksud judul tersebut adalah bagaimana penyampaian Dhamma diterima oleh generasi m i l e n i a l d a n b a ga i m a n a ge n e ra s i m i l e n i a l m e nya m p a i ka n s e r ta mempraktikkan Dhamma. Lalu, kenapa menggunakan istilah “born�? Tentu penulis menggunakan istilah tersebut bukan tanpa sebab, penulis

Buddhism for Millenials

Oleh Pratama Dharma Surya

menggunakan istilah tersebut karena hal-hal yang berhubungan dengan generasi milenial saat ini jelas berbeda dengan hal-hal seperti saat masa Sang Buddha membabarkan Dhamma ataupun saat Buddhisme kembali berkembang di Indonesia setelah kemerdekaan, ketika generasi baby boom serta generasi X lahir dan menjalani kehidupan. Saat ini, istilah seperti generasi milenial, generasi baby boom, dan generasi X mungkin sudah lazim di telinga masyarakat, tetapi apakah kalian tahu apa maksud dari generasi milenial, bagaimana ciri-ciri mereka, dan apa itu Dhamma millennial? Mari kita pahami bersama. Oh iya, disini penulis juga tidak menekankan penjelasan tentang menyampaikan, menerima, dan mempraktikkan Dhamma oleh generasi baby boom dan generasi X. Fokus penulis adalah Dhamma dan Buddhisme bagi generasi milenial. Apa itu generasi milenial? Generasi milenial menurut Hasanuddin Ali dan Lilik Purwandi (2017) dalam bukunya Millennial Nusantara adalah mereka yang lahir antara tahun 1981 sampai dengan tahun 2000. Mereka pada umumnya memiliki ciri-ciri, seperti dekat dengan sosial media sebagai alat komunikasi dan pusat informasi, kreatif, efisien, punya passion, produktif, dinamis,

Sumber Gambar :juicyecumenism.com

3


cepat, open minded, kritis, berani, minat membaca secara konvensional kurang, lebih memilih ponsel daripada televisi, dan menjadikan keluarga

Buddhism for Millenials

sebagai pusat pertimbangan dan pengambilan keputusan mereka. Beberapa hal tersebutlah yang membedakan generasi milenial dengan generasi sebelumnya, yaitu generasi baby boom (mereka yang lahir antara tahun 1946-1960) dan generasi X (mereka yang lahir antara tahun 1960-1980). Nah, itu kan sedikit penjelasan tentang generasi milenial, lalu bagaimana dengan Dhamma millennial? Seperti yang penulis sampaikan di awal, Dhamma millennial adalah sebuah konsep dimana peran Dhamma dan generasi milenial saling berhubungan sehingga tercipta Buddhism for Millennials dan Millennials be Buddhism. Cara menerima penyampaian Dhamma oleh generasi milenial Generasi milenial yang pada umumnya berusia 18 – 38 tahun (terhitung saat artikel ini ditulis) memiliki cara menerima penyampaian Dhamma yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Saat ini, dengan teknologi yang terus berkembang telah mengubah cara pandang dan cara hidup generasi ini. Banyaknya generasi ini yang menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang wajar dikarenakan generasi ini lahir dan berkembang bersama teknologi. Teknologi tersebut menjadi penghubung dan menawarkan kemudahan dalam beraktivitas. Orang-orang yang terlahir sebagai generasi milenial memiliki tingkat penggunaan teknologi yang lebih tinggi daripada generasi sebelumnya. Mereka pada umumnya menggunakan teknologi, seperti telepon seluler, komputer, dan internet untuk berbagai kebutuhan. Generasi milenial dalam menerima penyampaian Dhamma oleh orang lain tentu berbeda dengan generasi sebelumnya, bahkan dengan sesama generasi saja berbeda. Pada umumnya, generasi milenial lebih mudah menerima penyampaian Dhamma yang melibatkan dirinya di dalam penyampaian tersebut dan dapat mengundang rasa keingintahuan generasi ini. Kemudian, Dhamma yang disampaikan dekat dengan kehidupan yang terjadi saat ini, menggunakan contoh-contoh yang terjadi dalam kehidupan saat ini, serta mendorong generasi ini untuk mau berpikir kritis. Sebagai

4


contoh, Dhammadesana yang disampaikan oleh pandita, Dhammaduta, ataupun umat awam di wihara yang dihadiri oleh berbagai generasi, generasi milenial ingin tahu lebih karena adanya perasaan canggung untuk mengulas Dhamma bersama orang yang jauh lebih dewasa. Penyampaian Dhamma yang “itu-itu saja” juga membuat generasi ini merasa jenuh karena dari dulu hingga sekarang hal itu sajalah yang mereka terima tanpa memberikan mereka kesempatan untuk berpikir kritis. Oleh karena itu, generasi ini tampaknya akan mudah menerima penyampaian Dhamma yang membuat mereka dapat membahas dan mengulas Dhamma dalam sebuah diskusi (dengan bimbingan seorang yang mengerti Dhamma) yang memberikan generasi ini kesempatan untuk berpikir kritis. Cara menyampaikan dan mempraktikkan Dhamma oleh generasi

Buddhism for Millenials

bukanlah suatu kondisi penyampaian Dhamma yang tepat untuk membuat

milenial Generasi milenial terbiasa menggunakan gawai. Bagi sebagian besar generasi ini tiada hari tanpa gawai, chatting di Line dan WhatsApp, serta posting di Instagram dan Facebook. Meskipun begitu, keberadaan gawai nyatanya sangatlah membantu perkembangan generasi ini. Keberadaan gawai inilah yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh generasi milenial tidak hanya untuk hal-hal seperti yang telah disebutkan tadi, melainkan dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan dan mempraktikkan Dhamma. Salah satu hal yang dapat Sumber Gambar :mysimpleshow.com

dilakukan adalah “dana milenial”. Ungkapan “dana

milenial” hanyalah sebuah ungkapan saja (sebuah ungkapan yang menunjukkan dana yang dilakukan melalui perangkat elektronik). Hal yang dapat dilakukan dengan melakukan “dana milenial”, diantaranya: l menulis dan berbagi status-status motivasi dan renungan, l melakukan, mem-posting, dan mengajak orang lain untuk melakukan kebajikan, l melakukan diskusi Dhamma melalui forum,

5


Buddhism for Millenials

l l l

melakukan diskusi Dhamma melalui forum, mengirimkan bantuan (transfer atau petisi), dan mendengarkan musik Buddhis untuk memperkuat keyakinan

terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha. Generasi milenial yang dikenal sebagai generasi produktif seharusnya juga dapat memberikan kontribusi di berbagai bidang, misalnya di bidang ekonomi dan pendidikan. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, diiringi tingkat pendidikan yang tinggi dan keterampilan generasi milenial dalam memanfaatkan teknologi, generasi ini dapat menciptakan lapangan kerja dan tidak membebani negara, serta membantu perkembangan Buddhadhamma secara aktif. Generasi yang biasa disebut juga sebagai generasi Y ini juga memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan kritis sehingga generasi ini di dalam dunia politik Indonesia dapat menjadi pedang bermata dua: penjaga kondusifitas atau pemantik yang berbahaya. Oleh karena itu, pentingnya keberadaan dan kesadaran terhadap hiri dan ottappa di era milenial ini hendaknya dipahami oleh generasi milenial sebagai dasar dari pembentuk latihan moral (sila). Hiri (rasa malu terhadap perbuatan buruk) dan ottappa (rasa takut akan akibat dari perbuatan buruk) yang disadari dan dikembangkan di dalam batin masing-masing ini dapat menghindari segala keburukan dan mengembangkan segala kebajikan sehingga dapat terhindarlah pedang bermata dua tersebut. Meskipun hari berganti hari, siang berganti malam, generasi berganti generasi, tetapi hiri dan ottappa tetaplah harus dipahami setiap waktu oleh siapapun dalam keadaan apapun. Generasi milenial yang juga disebut sebagai generasi yang melek teknologi merupakan generasi yang lahir dan berkembang bersama teknologi. Arus informasi dan globalisasi juga memberikan dampak yang besar kepada generasi ini. Perubahan zaman yang begitu cepat dan informasi yang tak terbatas menuntut generasi ini untuk selalu siap dalam berbagai situasi dan kondisi. Hal ini menjadi tantangan serius bagi generasi ini, terutama di Indonesia. Isu-isu seperti multikulturalisme dan politik yang semakin ramai dibicarakan dapat membuat generasi ini tidak tenang dan

6


tidak nyaman. Generasi milenial yang memahami Dhamma millennial yang dalam menanggapi berbagai hal buruk dan mengganggu tersebut. Berpikir tenang dan bijaksana adalah langkah awalnya. Tidak menerima segala hal begitu saja, seperti berita yang belum tentu benar adanya, melainkan mencari tahu kebenarannya dengan ehipassiko. Hal-hal seperti itulah yang hendaknya dilakukan generasi milenial. Ada juga salah satu kunci penting lainnya yang harus dipahami dan dipraktikkan oleh generasi milenial, kunci itu adalah meditasi. Meditasi merupakan kunci untuk mengembangkan ketenangan dan pengendalian diri akibat batin dan pikiran yang belum tenteram. “Pemusatan pikiran yang tekun pada masuk dan keluarnya nafas, bila

Buddhism for Millenials

telah disampaikan tadi hendaknya dapat mengambil sikap dengan tenang

dipupuk dan dikembangkan, adalah suatu kedamaian dan suatu cara hidup yang menyenangkan. Tidak hanya itu, juga akan menghalau pikiran-pikiran jahat tak terlatih yang telah timbul dan membuatnya hilang seketika. Bagaikan, ketika bulan terakhir dari musim panas, debu dan kotoran beterbangan, lalu hujan deras yang turun tiba-tiba menenangkan dan menurunkannya ke bumi seketika.� (SN 5.321)

Sumber Gambar : google.com

7


Generasi milenial dengan menerima, menyampaikan, dan mempraktikkan Dhamma di era milenial ini hendaklah dapat

Buddhism for Millenials

mengembangkan dirinya demi kepentingan dirinya sendiri, orang-orang di sekitarnya, serta semua makhluk. Manfaatkanlah perkembangan teknologi sebaik mungkin untuk menyebarkan Dhamma sehingga Dhamma bisa didengar, dibaca, dan dirasakan oleh setiap orang. Dhamma Millennial oleh, dari, dan untuk generasi milenial. Dhamma Millennial oleh, dari, dan untuk semua makhluk. Buddhism for Millennials. Millennials be Buddhism. Dhamma is the way. Referensi: Badan Pusat Statistik, 2018, Profil Generasi Milenial Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Chah, A., 2006, Meditation (Samadhi Bhavana), (Haryandi, Trans), Santoso, A. (Ed.), Yogyakarta: Vidyasena Production Vihara Vidyaloka. Kandaka, A., 2018, Teknologi, Millennials, dan Buddhisme Zaman Now, Majalah Hikmah Budhi, diakses pada tanggal 5 April 2019, dari https://majalah-hikmahbudhi.com/teknologi-millennials-danbuddhisme-zaman-now/ Purwandi, L. dkk., 2017, Millennial Nusantara, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Terbuka untuk Kontributor Suka menulis? Atau punya ide untuk rubrik Hiburan? Atau anda suka membuat komik? Kami membuka kesempatan untuk menjadi kontributor Eka-citta Edisi L nih! Syarat kontributor : anggota/alumni Kamadhis UGM. Untuk info lebih lanjut, hubungi Melia Lichwan. (WA 087881222099 / LINE ID melia.lichwan)

8

Sumber Gambar : ae01.alicdn.com


Kesan dan Pesan “The sun will shine again even though covered by the dark cloud.”

“Always be the real you, in whatever you do, whoever you meet, wherever and whenever you are .”

Sekretaris Umum: Shentarya Ketua Umum: Vivin Purnamawa Lex dura sed stamen scripta – hukum itu kejam, tapi begitulah bunyinya. Kamadhis itu keluarga, mainstream kedengarannya, namun begitulah sesungguhnya. Sejak awal, Kamadhis telah memberikan kesan yang sangat hangat dan itulah yang membuat saya mau menda arkan diri sebagai staf Pengurus Lengkap tahun 2018. Saya sangat senang berproses di Kamadhis meskipun banyak mengalami up and downs. Selain berhasil berkenalan dan bertemu banyak kalyanami a, saya juga berhasil menjadi pribadi yang lebih baik, yang lebih sadar akan potensi diri, serta semakin memahami mengenai komitmen dan tanggung jawab. Terima kasih kepada se ap Anda yang memiliki kontribusi untuk itu. Untuk kepengurusan tahun 2019, meskipun dengan jabatan yang berbeda, saya berharap semangat berproses di Kamadhis dak akan jauh berbeda. Semoga Kamadhis dapat berkembang ke arah yang lebih baik lagi dan tetap menjadi rumah yang nyaman bagi se ap anggota, layaknya yang saya rasakan pada saat mengenali Kamadhis untuk pertama kalinya. Saya dan teman-teman pengurus akan sangat terbuka untuk menerima segala kri k dan saran yang membangun terkait kepengurusan Kamadhis pada tahun ini. Kamadhis bukan hanya dimiliki pengurus, namun Kamadhis itu milik bersama seluruh anggota. Last but not least, special thanks for Shenta, Evelyn, Visco, Vincent, Cherla, Melia, Danyu dan Louis serta para staf Pengurus Lengkap dan Tim Eka-ci a 2019. Terima kasih ya sudah mau bekerja bersama selama tahun 2019 ini. Semoga selalu semangat, ceria, dan terbuka ya.♥

Dulu dalam pandangan saya, Kamadhis hanya sekadar tempat berkumpul tanpa ada makna lainnya. Setelah ikut berproses, ternyata Kamadhis telah menjadi wadah dimana saya dapat berani berkembang menjadi lebih baik. Harapannya, semoga nilai-nilai baik yang ada di Kamadhis tetap terjaga dan apa yang saya rasakan juga dirasakan oleh teman-teman yang nan nya bergabung di sini. Terima kasih Kamadhis!

“Success is not final, failure is not fatal. It’s the courage to continue that counts.”

Bendahara Umum: Evelyn Tania Kesan pertama saya saat mendengar tentang Kamadhis adalah isinya anak-anak yang religius. Tetapi, setelah mengiku Kamadhis selama beberapa waktu, saya menyadari bahwa Kamadhis bukan hanya menekankan kepen ngan Dhamma, tapi juga memegang kepen ngan pada bonding dengan sesama. Jujur sebelum saya mengenal Kamadhis, jumlah saya keluar bersama teman dapat dihitung dengan satu tangan ap tahunnya. Namun, sejak mengiku Kamadhis, saya menjadi sering keluar bersama teman, bahkan sampai witching hour. In nya, hidup saya di Yogyakarta akan sangat hambar dan dak berwarna kalau dak ada Kamadhis. Pesan untuk Kamadhis, semoga Kamadhis akan tetap berar bagi semua anggotanya seper halnya bagi hidup saya.


“Don't be afraid to try something new. You won't know what you can do about it until you do it.”

“Selagi memiliki tangan, janganlah berpangku tangan”

Ketua Bidang Dhamma & Pendidikan: Visco Ooi'nco Awal mula saya mengetahui Kamadhis UGM, saya kurang tertarik dengan organisasi kerohanian ini. Akan tetapi, setelah mengiku kegiatan serta kepani aan yang diselenggarakan oleh organisasi ini, saya merasa organisasi ini, meskipun kecil, tetapi sangat berharga dan bermanfaat karena organisasi ini lebih mengutamakan proses dan pembelajaran dibanding hasil akhir. Selain itu, di mana pun saya bertemu anggota Kamadhis, baik itu kakak ngkat maupun teman-teman seangkatan, saya selalu disambut dengan hangat. Oleh karena itu, saya merasa Kamadhis UGM merupakan keluarga kecil saya di Yogyakarta. Pesan saya kepada teman-teman Kamadhis yang baru adalah jangan takut salah di sini, manfaatkan Kamadhis ini untuk mengembangkan diri dan menjadi pribadi yang baik. Lalu, pesan saya kepada Kamadhis UGM adalah tetap jaga sistem yang mengutamakan proses dan pembelajaran dibandingkan hasil akhir, serta tetap pertahankan kekeluargaan yang begitu erat dan dak mengenal is lah angkatan atas dan bawah karena itulah kenapa sejak dulu organisasi kerohanian ini dinamakan Kamadhis: "Keluarga" Mahasiswa Buddhis.

Ketua Bidang Sosial & Pengabdian Masyarakat: Vincent Friando Saya masih ingat ke ka saya masih berstatus mahasiswa baru dan dikenalkan dengan Kamadhis UGM ini. Kala itu, saya dak terlalu peduli dengan Kamadhis. Namun setelah beberapa kali ikut program kerja dan ajakan keluar, saya merasa bahwa kakak ngkat di Kamadhis juga berusaha merangkul kami kami yang masih baru. Dari sana, saya mulai nyaman dengan Kamadhis karena saya merasa sudah mendapatkan keluarga di sini. Selain itu, saya juga s u ka d e n ga n s i s t e m ke p a n i a a n m a u p u n kepengurusan di Kamadhis, di mana kita juga punya kesempatan untuk sekaligus belajar hal-hal di luar bidang kita, melalui sistem dimana sebagai satu m kita juga perlu tahu apa yang dikerjakan bidang lain. Pesan saya untuk Kamadhis di tahun ini, semoga kekeluargaannya tetap terjaga sehingga Kamadhis bisa menjadi keluarga yang menyenangkan bagi seluruh anggotanya dan program kerja di tahun ini bisa membawa manfaat bagi kita semuanya.

Pemimpin Umum Eka-ci a: Cherla Sa ira Awalnya saat saya datang ke Yogyakarta, saya merasa dak punya teman. Lalu, di Kamadhis UGM ini saya banyak menemukan teman-teman baru dengan sifat dan pola pikir yang berbedabeda. Menurut saya, Kamadhis UGM ini adalah tempat untuk belajar dan tentu saja hal yang membuat nyaman adalah sifat kekeluargannya. Harapan saya adalah semoga di kepengurusan tahun ini, Kamadhis UGM dapat lebih maju lagi ke arah yang lebih baik dan menjadi rumah yang lebih nyaman untuk anggotanya.

“Jangan lupa bahagia :)”


“Tidak ada yang tidak mungkin. 99% belum tentu akan menjadi 100%.”

"A little is better than nothing"

Koordinator Pemasaran dan Kemitraan: Louis Wili Wijaya Pimpinan Redaksi: Melia Lichwan Pada awalnya, tidak terpikirkan oleh saya untuk aktif di Kamadhis UGM. Namun, setelah lebih mengenal para anggota Kamadhis dan acara-acaranya, saya merasa nyaman dan senang di Kamadhis. Menurut saya, Kamadhis ini berbeda dengan organisasi lain, baik itu dari rasa kekeluargaannya maupun cara bekerjanya. Di Kamadhis, kita selalu didukung untuk belajar dan berkembang bersama. Harapannya, semoga Kamadhis tetap bisa menjadi tempat yang nyaman, memberikan kebahagiaan, dan sebagai wadah berkembang untuk anggotaanggotanya, baik pengurus ataupun bukan.

Di Kamadhis UGM, saya menemukan banyak teman baru yang jarang―atau bahkan hampir tidak pernah―saya temukan di kampus. Kamadhis juga memberikan feel yang berbeda dibandingkan dengan lingkungan kampus. Tidak hanya itu, Kamadhis juga memiliki sistem kerja yang lebih sistematis dan profesional apabila dibandingkan dengan organisasi yang lain. Namun, di saat yang sama, Kamadhis juga memiliki rasa kekeluargaan yang kuat antar anggotanya serta menjadi wadah bagi para anggotanya untuk belajar. Maka dari itu, Kamadhis menjadi salah satu organisasi dimana kata keluarga dapat berjalan tanpa mengganggu jalannya roda operasional Kamadhis. Begitu juga sebaliknya. Profesionalitas juga ada tanpa menghilangkan rasa kekeluargaan dalam Kamadhis. Pesan saya, semoga Kamadhis dapat berjalan lebih baik lagi kedepannya serta semoga rasa kekeluargaan tetap ada dalam diri Kamadhis serta anggotanya karena kata “keluarga” dalam “Kamadhis” ada bukan tanpa alasan. Viva Kamadhis!

Koordinator Desain & Tata Letak: Danniel Yuwono

“Be a man for others”

Saya ingat pertama kali saya di UGM untuk mengambil jas almamater, saya disambut hangat oleh teman-teman dari Kamadhis, entah itu angkatan saya maupun angkatan atas. Di berberapa organisasi yang saya ikuti dan saya coba, saya menemukan Kamadhis sebagai sebuah rumah baru untuk saya. Organisasi bukanlah hal asing bagi saya dan saya menemukan berberapa hal unik dari organisasi ini yang tidak ada di organisasi lainnya. Pesan saya untuk teman-teman semua adalah untuk tetap menjalani hidup kalian yang bebas selama kalian berkuliah dan berorganisasi, tapi ingatlah tanggung jawab yang kalian terima ketika diamanahi menjadi pengurus maupun tujuan awal kalian berkuliah di Universitas Gadjah Mada ini.


Liputan Kegiatan Dhammacamp

Buddhism for Millenials

Oleh Novirene Tania Halo teman-teman Kamadhis, masih ingatkah kalian agenda besar pada Oktober 2018 yang lalu? Ya, pada 27 — 28 Oktober 2018 telah dilaksanakan Dhammacamp Kamadhis UGM 2018 dengan tema “Explore The Full World of Mysteries Together� di Wisma Sembada, Kaliurang. Acara Dhammacamp diisi oleh berbagai permainan seru yang ditujukan untuk meningkatkan keakraban anggota Kamadhis UGM antarangkatan. Acara yang memang secara khusus ditujukan untuk mengenalkan mahasiswa baru 2018 diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta. Pada hari pertama, seusai acara pembukaan, para peserta dikumpulkan di halaman belakang Balairung UGM. Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok yang dinamai sesuai nama penjelajah dunia yang terkenal. Peserta diminta untuk mempersiapkan yel-yel kelompok beserta gerakannya. Terdapat permainan seru untuk meningkatkan team building seperti menyusun kartu yang tertinggi dan mengurutkan anggota sesuai kategori.

Tidak hanya di Balairung, berbagai kegiatan menarik juga diadakan di lokasi kegiatan, Wisma Sembada. Berbagai games seru dan edukatif sangat bermanfaat dalam meningkatkan bonding antaranggota Kamadhis UGM. Selain itu, ada juga penampilan pentas seni mahasiswa baru yang membawakan drama yang dikemas dalam tarian dan bersama.

12

2018

nyanyian


Buddhism for Millenials

Pada keesokan harinya, tanggal 28 Oktober 2018, peserta melakukan senam pagi bersama di halaman wisma. Kegiatan dilanjutkan dengan puja bakti setelah peserta berkemas dan sarapan. Tidak lupa juga, Dhammacamp diisi dengan pemaparan materi tentang tata krama di Yogyakarta. Topik yang sangat relatable dibawakan oleh Sdr. Suryanto (Kamadhis 2015) dan disimak dengan baik oleh seluruh peserta. Sebagai penutup, rangkaian acara Dhammacamp mengadakan pemilihan King and Queen 2018! “I'm really happy to join in this camp. I feel like have my own family,� ujar Sara Okawa sebagai salah satu peserta Dhammacamp 2018 pada sesi kesan dan pesan peserta.

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

13


Untaian Dhamma Scientific Scepticism and Buddhism

Buddhism for Millenials

Oleh Faustine Kachina "Keyakinan dan keraguan yang kuat adalah dua ujung dari tongkat penumpu jalan bagi kehidupan spiritual kita. Kita memegang erat satu ujung karena tekad kita dan berjalan sambil menyodok semak belukar dalam perjalanan spiritual kita. Tindakan ini merupakan latihan spiritual yang sesungguhnya–memegang teguh keyakinan di satu sisi dan menyisir jalan dengan keraguan di sisi yang lain. Tanpa keyakinan, tidak akan ada keraguan. Tanpa ada tekad, kita bahkan tidak akan mengangkat tongkat jalan tersebut." – Sensei Sevan Ross

Sumber Gambar : https://www.pexels.com/photo/two-person-walking-on-pathway-between-plants-1246955/

Skeptisisime adalah hal yang menarik bagi saya dan selalu saya lakukan ketika menghadapi permasalahan apapun. Sebelum membahas lebih lanjut, saya akan membatasi istilah skeptisisme yang saya gunakan. Skeptisisme yang akan dibahas kedepannya adalah skeptisisme ilmiah yang secara sederhana bisa diartikan sebagai keraguan manusia terhadap sesuatu hal. Lalu ke pertanyaan utamanya, apakah kita harus skeptis? Sebelum menuju ke alasan mengapa harus skeptis terhadap sesuatu, saya akan membahas hal kontradiktif yang mungkin muncul di pikiran beberapa orang yaitu mengenai salah satu dari sepuluh belenggu batin dalam Buddhisme yaitu vicikicchā (keragu-raguan). Definisi vicikicchā menurut Herbert Guenther adalah kondisi mental saat seseorang selalu bergerak bolak-balik antara dua ekstrem pemikiran mengenai empat kebenaran mulia dan hubungan antara tindakan manusia dan akibatnya, yang mana keragu-raguan ini dapat menjadi rintangan bagi seseorang untuk menjadi lebih baik dan memahami kebenaran. Lalu apakah skeptisisme sama dengan vicikicchā? Tidak. Vicikicchā lebih menunjukkan bagaimana seseorang ragu untuk mengambil keputusan atau menganut suatu pandangan tertentu di dalam kehidupannya, sementara skeptisisme ilmiah merupakan suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai suatu argumen atau klaim yang kurang memiliki bukti.

14


Buddhism for Millenials

Lalu, apakah sebenarnya kita diizinkan untuk skeptis dalam Buddhisme? Di dalam Anguttara Nikaya, Buddha pernah menyampaikan kepada suku Kalama bahwa wajar bagi mereka untuk ragu dan tidak yakin pada sesuatu. Buddha juga mengatakan bahwa kita tidak seharusnya begitu saja mengikuti · apa yang telah diperoleh karena berulang kali didengar (anussava); · atau yang berdasarkan tradisi (paramparā); · atau yang berdasarkan desas-desus (itikirā); · atau yang ada di kitab suci (piṭaka-sampadāna); · atau yang berdasarkan dugaan (takka-hetu); · atau yang berdasarkan aksioma (naya-hetu); · atau yang berdasarkan penalaran yang tampaknya bagus (naya-hetu); · atau yang berdasarkan kecondongan ke arah dugaan yang telah dipertimbangkan berulang kali (diṭṭhi-nijjhān-akkh-antiyā); · atau yang kelihatannya berdasarkan kemampuan seseorang (bhabbarūpatāya); · atau yang berdasarkan pertimbangan, 'bhikkhu itu adalah guru kita' (samaṇo no garū) (AN 4.65). Instruksi tersebut membuka pandangan kita bahwa sesungguhnya Buddhisme memberikan kebebasan yang luas dalam berpikir, serta bebas dari fanatisme dan intoleransi. Namun, perlu digarisbawahi bahwa skeptisisme yang dipahami bukanlah pseudoscepticism (pseudo = palsu), yaitu yang menganggap bahwa dirinya sudah skeptis (bisa dibaca: kritis) dan memahami sesuatu secara jelas sehingga tidak peduli terhadap bukti, sudut pandang, dan fakta lain yang tidak sesuai dengan pemikiran atau kepercayaanya. Buddha sudah memberikan cara bagi kita untuk skeptis terhadap ajaran dan paham yang beredar, kapan saja dan dimana saja tanpa harus menjadi orang yang penuh keraguan dan kecurigaan. Ketika kita mengetahui sesuatu itu buruk, salah, dapat dicela oleh para bijaksana, dan yang bila dijalankan dapat menuju pada keburukan atau kerugian maka kita harus meninggalkan paham tersebut. Sebaliknya, apabila kita mengetahui sesuatu itu baik, benar, tidak dapat dicela oleh para bijaksana, dan yang bila dijalankan dapat menuju pada keuntungan dan kebahagiaan maka kita harus masuk dan berdiam di dalamnya (AN 4.65). Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu. Referensi: Guenther, Herbert V. & Leslie S. Kawamura, 1975, Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shesrgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding" Dharma Publishing. Kindle Edition. O'Brien, Barbara, 2018, Faith and Doubt in the Buddhist Tradition, diakses pada tanggal 7 April 2019, dari https://www.learnreligions.com/faith-doubt-and-buddhism-449721

15


Sabbe Sankhara Anicca

Harlim Liem Khe Chung 29 Januari 2019

Semoga jasa baik yang ditimbun beliau mengkondisikan mendiang menuju alam bahagia dan mencapai kebebasan (Nibbana)


ETC Serba-Serbi Oleh Julie Vidalia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang lebih dikenal dengan sebutan PBB merilis Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai cetak biru agar negara-negara di dunia dapat membangun masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Terdapat 17 tujuan beserta capaian yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2030 (United Nations n.d.). SDGs ini telah menjadi agenda baru untuk kita semua dimana kita berperan penting demi tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Lantas sebagai mahasiswa, apa yang bisa kita lakukan? Pernahkah kalian tahu bahwa perusahaan fesyen raksasa, H&M, masih gagal dalam memenuhi upah buruh di pabriknya serta memaksa buruhnya untuk bekerja melebihi jam kerja normal? Padahal, perusahaan tersebut memiliki lebih dari 4.800 toko di 69 negara (Guillbert 2018). Lalu, perusahaan teknologi Apple terjerat kasus penghindaran pajak untuk menyimpan keuntungan sebesar 252 miliar (Muthahhari 2017a). Beberapa produk kecantikan milik L'Oreal, Procter and Gamble, Unilever dan lainnya juga menggunakan hewan sebagai sarana untuk mengetes apakah produk mereka layak pakai (Rose 2018). Dan masih banyak lagi perusahaanperusahaan yang kita kenal terlibat dalam praktik bisnis tidak etis yang merugikan banyak pihak. Jika kita menganalisis contoh-contoh di atas, perusahaan tersebut bukannya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan buruhnya ataupun membayar pajak—mereka Sumber : qz.com mempunyai banyak toko dengan omzet per hari yang tinggi dan juga pelanggan yang banyak—tetapi mereka berusaha untuk memaksimalkan keuntungan yang mereka dapatkan. Keuntungan perusahaan dapat dimaksimalkan dengan cara mengurangi atau meniadakan beban-beban perusahaan, seperti upah buruh, pajak, dan lainlain. Perusahaan juga dapat meminimalkan harga jual barang sehingga produk-produknya dapat menggaet banyak pelanggan dengan harga yang terjangkau. Dengan ini, perusahaan dapat meningkatkan penjualan mereka. Tak hanya itu, banyak petinggi di perusahaan juga memilih melakukan praktik bisnis tidak etis untuk memaksimalkan keuntungan demi mencapai target penjualan. Jika target penjualan dapat tercapai, petinggi tersebut pada umumnya akan menerima bonus tambahan selain gaji. Oleh karena itu, tak jarang petinggi perusahaan terlibat dalam praktik bisnis tidak etis. Praktik bisnis tidak etis tentu merugikan banyak sekali pihak. Kita

Buddhism for Millenial

Praktik Bisnis Tidak Etis: Dukung atau tolak?

17


Buddhism for Millenials

18

bisa lihat, dalam kasus H&M, ratusan ribu buruh tidak diberi gaji dan kompensasi yang setimpal dengan kerja yang mereka kerjakan. Dilansir Muthahhari (2017b), pekerja pabrik di Bangladesh hanya menerima gaji 87 dolar AS per bulan dari 286 dolar AS gaji minimum Bangladesh. Tidak hanya pada sisi buruh, produk H&M juga dikhawatirkan akan menimbulkan eksploitasi karena bergerak di bidang fast fashion. Fast fashion meningkatkan produksi pakaian dengan memperpendek 50% siklus proses produksi. Dengan peningkatan produksi yang tinggi, kerusakan lingkungan juga dapat terjadi akibat limbah tekstil dan zat kimia beracun (Greenpeace 2016). K i ta s e b a ga i m a h a s i s wa s e ka l i g u s s e b a ga i konsumen juga memiliki peran besar dalam mengurangi praktik bisnis tidak etis. Kita memiliki pilihan yaitu pilihan untuk menolak produk-produk yang merupakan hasil dari praktik bisnis tidak etis. Mengutip dari Kalama Sutta: “bila kalian sendiri mengetahui: 'Hal-hal ini buruk; hal-hal ini salah; hal-hal ini dicela oleh para bijaksana; bila dilakukan Sumber : www.flaticon.com dan dijalankan, hal-hal ini akan mengarah pada keburukan dan kerugian,' tinggalkanlah hal-hal itu.� (AN 3.65), Sang Buddha sendiri menasihati para Kalama untuk melihat keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin yang mengakibatkan kerugian dan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain (ed. Wijaya 2010). Sang Buddha mengajarkan kita untuk membuktikan sendiri apa yang kita lihat, dengar, dan dapatkan. Dengan demikian, penting sekali bagi kita untuk tanggap dan mencari tahu isu-isu bisnis yang sudah ataupun sedang terjadi. Negara-negara maju, khususnya negara-negara Uni Eropa, sudah menerapkan standar untuk produk-produk dalam segi keamanan, kesehatan, keramahan lingkungan, dan lain-lain. Perusahaan yang tidak mematuhi dan memenuhi standar-standar tersebut dilarang untuk memasarkan produknya di kawasan Uni Eropa (European Commission n.d.). Bahkan di kalangan masyarakat Eropa, produk-produk yang berhasil mendaur ulang plastik ataupun menggunakan bahan ramah lingkungan seperti produk vegan menjadi tren konsumen tahun 2018 (Mintel 2018). Dengan menjadi pembeli yang bijak dan cerdas, kita, secara tidak langsung, dapat mendorong perusahaan-perusahaan untuk bertindak etis. Menjadi pembeli yang bijak dan cerdas bukanlah hal yang mudah. Perlu usaha dan waktu yang dikorbankan agar kita bisa menjadi pembeli yang bijak dan cerdas. Sekarang dengan genggaman teknologi di tangan, semakin mudah bagi kita untuk mencari dan membuktikan sendiri informasi yang kita dapatkan. Namun, ketika kita sudah tahu, apakah kita akan


Referensi: Cobbing, Madeleine and Yannick Vicaire, 2016, Timeout for Fast Fashion, Greenpeace, Jerman, d i a k s e s p a d a 1 7 M a r e t 2 0 1 9 , d a r i h t t p s : / / w w w. g r e e n p e a c e . o r g / a r c h i v e international/Global/international/briefings/toxics/2016/Fact-Sheet-Timeout-for-fastfashion.pdf European Commission, n.d., EU product requirements, diakses pada 17 Maret 2019, darihttps://ec.europa.eu/info/business-economy-euro/product-safety-and-requirements/euproduct-requirements_en Guilbert, Kieran, 2018, 'H&M accused of failing to ensure fair wages for global factory workers', dalamReuters, diakses pada 17 Maret 2019, darihttps://www.reuters.com/article/us-workersgarment-abuse/hm-accused-of-failing-to-ensure-fair-wages-for-global-factory-workersidUSKCN1M41GR Muthahhari, Terry, 2017a, 'Paradise Papers mengungkapkecuranganpajak Apple', dalamtirto.id, diakses pada 17 Maret 2019, darihttps://tirto.id/paradise-papers-mengungkapkecurangan-pajak-apple-czUd Muthahhari, Terry, 2017b, 'Kritikan di balikhargamurah fast fashion', dalamtirto.id, diakses pada 17 Maret 2019, darihttps://tirto.id/kritikan-di-balik-harga-murah-fast-fashion-cy9J Mintel, 2018, Europe consumer trends 2018, diakses 17 Maret 2019, darihttp://reports.mintel.com/static/trends/documents/European_Consumer_Trends.pdf Rose, Suzana, 2018, Companies that test on animals – 2018, diakses 17 Maret 2019, darihttps://www.crueltyfreekitty.com/companies-that-test-on-animals/ United Nations, n.d., About the sustainable development goals, diakses pada tanggal 17 Maret 2019, darihttps://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-development-goals/ Wijaya, Willy Yandi, 2010, Uraian Kalama Sutta, Vidyasena Production, Indonesia, diakses pada t a n g g a l 1 7 M a r e t 2 0 1 9 , darihttps://pustaka.dhammacitta.org/ebook/theravada/Kalama%20Sutta.pdf

Buddhism for Millenials

menolak produk dari perusahaan-perusahaan tersebut? Atau malah sebaliknya, akankah kita mengabaikannya? Akan menjadi sebuah ironi jika kita tetap membeli produk-produk perusahaan yang sudah terbukti melakukan praktik bisnis tidak etis karena seolah-olah kita secara tidak langsung mendukung perusahaan tersebut untuk melanjutkan praktik tidak etisnya. Bagi pembaca yang memiliki kritik dan saran ataupun ingin berdiskusi, silakan dikirimkan ke julievidalia98@gmail.com.

19


Dhammaclass : 29 Oktober 2018

GALERI FOTO Donor Darah : 17 November 2018

Gerakan Kamadhis Mengajar : 18 November 2018 Sumber Gambar: Dokumen Pribadi


Serah Terima Jabatan : 15 Desember 2018

Magha Puja : 22 Februari 2019

Latihan Kepemimpinan Pengurus 23-24 Februari 2019

Olahraga Bersama : 9 Maret 2019

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi


Liputan Kegiatan Eka-Citta Writing Workshop

Buddhism for Millenials

Oleh Adhitya Pratama P. Eka-citta Writing Workshop (EWW) adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh tim Eka-citta untuk membantu teman-teman yang ingin belajar menulis artikel dengan baik dan menarik. EWW pertama kali diadakan pada tahun 2017, dan pada tanggal 4 November 2018 kemarin, EWW kembali hadir dengan mengusung tema “Mengemas Dhamma dalam Bentuk Tulisan”, dengan konsep maskapai penerbangan. EWW 2.0 berlangsung di aula Purnama Mentari Hotel, Jalan Parangtritis KM 1 No.123, Yogyakarta. “Visi kita adalah meningkatkan eksistensi Ekacitta ke segala penjuru Indonesia. Oleh karena itu, diusung konsep maskapai penerbangan untuk tahun ini,” ujar Faustine Kachina selaku pemilik program kerja EWW. Selama “penerbangan” berlangsung, EWW 2.0 diisi oleh 2 pembicara, yaitu Sdr. Frengky dan Sdr. Handaka Vijjananda. Sesi pertama dibawakan oleh Frengky tentang motivasi menulis yang disajikan secara ringan. Sesi kedua dilanjutkan setelah makan siang dan dibawakan oleh Sdr. Handaka Vijjananda tentang cara menulis dengan tata cara penulisan yang benar. Di akhir acara, peserta EWW diberikan waktu selama 15 menit untuk membuat artikel semenarik mungkin. “Konsep acaranya oke sih, beda dari yang biasanya. Kalau dari pembicaranya juga bagus, tapi kedua pembicaranya punya alasan menulis yang berbeda. Pentingnya, supaya anak-anak Kamadhis yang ingin menulis jadi ada guide-nya, jadi ada tips-tipsnya gitu,” ujar Novera, salah satu peserta acara EWW 2.0. “Mungkin EWW bisa memperluas materinya lagi, lalu lebih fokus ke teknik menulisnya (bahasa, cara penyampaian yang benar), nggak cuma sharing-sharing gitu sih,” tambah Novera.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

22


Pojok Kampus Transformasi Digital

Saat ini, istilah yang dulu terdengar asing seperti Artificial Intelligence, Machine Learning, atau Big Data mulai sering muncul dalam kehidupan kita, mungkin dalam berita tentang robot yang dapat melakukan pekerjaan manusia, atau artikel mengenai komputer cerdas yang bisa mengenali tulisan tangan dan mengerti ucapan manusia, dan pada umumnya, istilah-istilah tersebut terselip dalam pembahasan mengenai kemajuan teknologi dan era Industri 4.0. Maka dari itu, untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi, dan terlebih untuk masuk dan bersaing dalam era Industri 4.0 ini, tidak dapat dipungkiri bahwa pengetahuan dasar mengenai beragam topik teknologi menjadi sangat penting. Tidak lagi hanya bagi

Buddhism for Millenials

Oleh Sherine Devi

mahasiswa dari jurusan tertentu saja, namun bagi mahasiswa dari berbagai jurusan. Maka, pada periode semester genap 2018/2019 ini, UGM mulai membuka satu mata kuliah baru lintas bidang ilmu yang dinamakan Transformasi Digital. Mata kuliah ini sudah dibuka untuk mahasiswa di 5 fakultas yang meliputi FMIPA, FKKMK, Fakultas Farmasi, Fakultas Filsafat, dan Fakultas Biologi, dengan fakultas lainnya akan menyusul pada periode semester gasal tahun 2019/2020. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa dibekali materi mengenai dasar-dasar pemrograman Python, Big Data, IoT (Internet of Things), AI (Artificial Intelligence), dan Machine Learning. Mata kuliah berbobot 2 SKS ini diikuti oleh 750 mahasiswa yang diampu oleh sebelas dosen dari lintas fakultas. Perkuliahan diselenggarakan seluruhnya secara daring melalui situs pembelajaran elok.ugm.ac.id. Pertemuan dengan dosen pengampu mata kuliah pun dilakukan dengan video conferencing. Pertemuan pertama telah dilakukan pada tanggal 15 Februari 2018 melalui situs online meeting Webex, untuk mengenalkan peserta kuliah mengenai mata kuliah Transformasi Digital, tata cara perkuliahannya, dan apa manfaat mengikuti perkuliahan Transformasi Digital ini. Sumber utama materi perkuliahan di setengah semester ini telah diberikan di awal, yaitu mengenai dasar-dasar pemrograman bahasa Python. Melalui perkuliahan Transformasi Digital, selain mendapat

23


Melalui perkuliahan Transformasi Digital, selain mendapat kemampuan akan dasar-dasar bahasa pemrograman Python, dan pengetahuan mengenai IoT, Big

Buddhism for Millenials

Data, AI, dan Machine Learning, peserta kuliah juga dapat meningkatkan kemampuan belajar mandiri dengan disiplin dan pandai-pandai mengatur waktu sendiri untuk menyelesaikan target-target pembelajaran materi tiap minggunya yang telah ditentukan sebelumnya, mengingat bahwa sesungguhnya belajar dan pembelajaran harus terus dilakukan sepanjang hayat. Seperti yang dituangkan dalam situs pembelajaran eLOK Transformasi Digital, UGM berharap dengan mengikuti perkuliahan Transformasi Digital, mahasiswa dapat mempunyai wawasan implementasi penggunaan teknologi, untuk kemudian mempunyai gagasan proyek multidisiplin. Maka dari itu, sebagai tugas akhir mata kuliah, peserta kuliah akan dibagi dalam kelompok-kelompok lintas fakultas untuk kemudian saling berkolaborasi membuat gagasan proyek yang dituangkan dalam bentuk video dan poster, mengenai pemecahan suatu masalah sekitar dengan menerapkan pengetahuan yang sudah dipelajari selama mengikuti kuliah Transformasi Digital. Tentunya semua ini bertujuan agar kedepannya, mahasiswa-mahasiswa UGM dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negara terutama dalam menghadapi era Industri 4.0. Bu Sri Suning Kusumawardani tengah mengadakan pertemuan daring Transformasi Digital dengan peserta kulaih melalui situs online meeting Webex

Sumber Gambar: https://www.instagram.com/pikaugm

Referensi:

Sumber Gambar: www.iconscout.com

PIKA UGM, 2019, Mata Kuliah Transformasi Digital, diakses pada tanggal 16 Maret 2019, dari https://www.youtube.com/watch?v=3gHjtvyH_Vg e LO K ,

K u r s u s : Tr a n a s fo r m a s i D i g i ta l , d i a k s e s p a d a ta n g ga l 1 6 M a re t 2 0 1 9 , d a r i

https://elok.ugm.ac.id/course/view.php?id=342

24


Laporan Keuangan Eka-citta Edisi ke-49/XLIX Saldo Awal

Rp

4.762.926,10

Sponsor Sebelas Coffee Donasi a.n Anonim Donasi a.n Mega Sakti Kemilau Donasi a.n Adi Purnamasidi Donasi a.n Ivan Ardhian Donasi a.n John Hendrick Halim Donasi a.n Agatha Lim Ke In Donasi a.n CV Pioner Donasi a.n Faustine Kachina Sub-Total Pendapatan

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

175.000 200.000 200.008 200.008 100.008 100.008 1.000.008 500.008 100.000 2.575.048,00

Cetak Buletin Eka-citta (44 hlm. 100 eksemplar full color , @14.200,00) Sub-Total Pengeluaran

Rp Rp

1.420.000 1.420.000,00

Saldo Akhir

Rp

5.917.974,10

25


ETC Serba-Serbi 4 Tips Obrolan Daring

Buddhism for Millenials

Oleh Laura Haryo Apa itu obrolan daring? Sebenarnya, saya sebagai penulis baru tahu artinya saat membuat tulisan ini. Hahaha ... Obrolan daring adalah terjemahan kata online chat, alias komunikasi dengan cara mengirim pesan teks menggunakan internet. Bagi mahasiswa di UGM, smartphone sudah menjadi kebutuhan primer, serta aplikasi LINE dan Whatsapp adalah suatu must-have. Kami, atau kita (kalau pembaca juga mahasiswa UGM), sangat memerlukan kedua aplikasi itu untuk mendapat info terkini seputar kampus, seperti perubahan jadwal atau tempat kuliah, untuk sering menghubungi keluarga terutama bagi anak rantau, sekadar mengobrol dengan teman, dll. Obrolan daring, atau dalam sehari-hari yang lebih sering disebut chatting, sudah menjadi bagian hidup banyak orang di sekitar saya. Oleh karena itu, saya mau berbagi beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukannya. 1.

26

Fokus Saat membaca pesan, fokuslah membacanya satu per satu. Saat mengetik pesan, fokuslah mengetik. Sadari apa yang muncul dalam pikiran kita, apa yang mau disampaikan, bagaimana proses pengetikkannya, bagaimana posisi duduk atau berdiri kita, dan bagaimana keadaan sekeliling kita secara bertahap. Banyak hal yang sebenarnya terjadi dan kita lakukan dalam mengirim setiap pesan. Apabila banyak kegiatan dilakukan sekaligus, hasil yang diperoleh menjadi kurang optimal. Misalnya, banyak typo, ada pesan yang tak sengaja di-read padahal belum dibaca dan tidak sadar ketika dipanggil teman sebelah. Berhati-hatilah ketika chatting sambil menyetir, sambil makan, sambil berjalan, atau melakukan sambilan lainnya. Semakin banyak pekerjaan yang dilakukan sekaligus, semakin buyar fokus kita. Akibatnya, hal yang tidak terduga bisa terjadi, seperti terjadi tabrakan, tersedak makanan, atau terjatuh. Meski dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, banyak keadaan mendesak yang membuat kita sulit untuk fokus, usahakan minimal cari waktu sebentar dan tempat cukup tenang supaya bisa kembali fokus. Jangan jadikan multitask ekstrem suatu kebiasaan.


Balas Pesan dikirim untuk dibalas, bukan untuk dibiarkan saja, kecuali pesan penutup (untuk mengakhiri percakapan), pesan berupa sekadar guyonan, spam, dan prank. Bahkan ketika seseorang marah melalui chat, kita sebaiknya tetap membalasnya pada waktu yang tepat. Usahakan untuk membalas pesan ASAP, as soon as possible. Hal ini agar kita tidak ketinggalan info penting dan mengurangi kemungkinan orang lain merasa jengkel atau khawatir saat menunggu balasan. Meskipun cepat, tetapi syarat dan ketentuan tetap berlaku. Cepat yang dimaksud bukan berarti harus mengecek pesan yang masuk setiap 10 menit atau segera membalas dan meninggalkan tugas yang lebih penting. Ketika memang waktu sudah lebih longgar, baca pesan masuk dan segeralah dijawab. Pada situasi kita sangat telat membalas, misalnya sudah 3 hari baru melihat pesan masuk, jangan terus didiamkan. Cara menghadapinya adalah awali pesan dengan kata maaf beserta alasan mengapa kita telat, barulah jawab pesan yang mereka itu. Kemudian, ada satu kata yang perlu sering kita ucapkan: terima kasih. Kirim pesan terima kasih setiap kali seseorang berbuat baik, contohnya ketika ia mengingatkan kita akan hal penting atau ketika ia membantu kita dalam mengerjakan suatu hal. Segala kata yang merupakan wujud apresiasi ini mungkin dianggap remeh oleh beberapa orang, tetapi cukup penting untuk sebagian orang. Bisa saja, ada orang yang selalu diejek ketika melakukan perbuatan baik sehingga menjadi malu dan ragu dalam melakukannya, hingga suatu saat berhenti. Jadi, terima kasih juga berguna untuk mendorong seseorang terus berbuat baik.

3.

Baik dan Benar Inilah inti dalam melakukan segala hal. Dua poin sebelumnya juga sebenarnya merupakan tips praktik baik dan benar. Namun, pada bagian ini akan lebih dijelaskan terkait bagaimana wujud teks yang mau kita kirim. Yang pertama, sesuai fakta. Kita seyogianya tidak berbohong, terutama ketika kita sudah diberi waktu berpikir yang lebih lama dibanding ketika ditelepon, yang

Buddhism for Millenials

2.

27


Buddhism for Millenials

biasa perlu dijawab lebih spontan. Yang pertama kali akan menerima dampak dari kebohongan adalah sang pelakunya sendiri. Sebaliknya juga sama. Yang pertamatama menerima dampak dari kejujuran adalah sang pelaku. Selain itu, kita juga harus mengecek kebenaran setiap pesan sebelum diteruskan, biasa disebut dengan istilah di-broadcast, kepada orang lain. Yang kedua, bermanfaat. Apabila pesan itu bisa mengembangkan atau mempertahankan perbuatan baik, atau penting untuk diketahui, maka kirimlah. Hal sebaliknya tidak perlu dikirim. Bukan berarti kita tidak boleh mengirim pesan berupa obrolan santai atau lelucon. Itu bisa bermanfaat untuk melepaskan kepenatan dan lebih mengenal lawan bicara kita. Lagi-lagi, syarat dan ketentuan berlaku. Yang ketiga, sopan. Kesopanan sebenarnya cukup subjektif, wujud kesopanan setiap daerah, etnis, agama, atau berbagai faktor lain mempunyai kriteria yang berbeda-beda. Oleh karena itu, adalah tugas kita untuk mempunyai pengetahuan umum tentang kriteria kesopanan setiap orang. Akan tetapi, jika kriteria mereka bertentangan dengan Buddhadhamma, kita tidak boleh mengikutinya. Terakhir, timing yang tepat, alias memperhatikan sikon (situasi dan kondisi). Selain pesan harus dikirim ASAP, kita juga perlu berusaha mengetahui sikon penerima pesan. Ini merupakan salah satu wujud rasa peduli. Kalau memang tidak bisa diketahui karena satu dan lain hal, maka tidak apa-apa untuk langsung saja mengirimnya. Jadi, pada intinya adalah pesan yang baik dan benar tidak merugikan baik diri sendiri mau pun orang lain. Ketika tidak sengaja mengirim pesan buruk dan salah serta baru mengetahuinya beberapa saat kemudian, segera akui sebelum menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Kita yang masih belum mencapai penerangan sempurna masih ternoda oleh kekotoran batin, sehingga wajar saja masih bisa membuat kesalahan. 4.

Rapikan Ini adalah tips pelengkap yaitu rapikan pesan dan kontak kita. Cari waktu untuk menghapus pesan yang tidak diperlukan dan menyembunyikan (hide/archieve) pesan yang tidak terlalu signifikan. Kemudian, block orang-orang asing yang selalu mengirim spam, prank, dan pesan negatif yang bisa

28


Demikian tulisan ini diakhiri. Terima kasih atas kesempatan untuk berbagi. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Semoga semuanya hidup bahagia.

Referensi: Blundo, A., n.d., 9 Mindful Social Media Practices That Will Make You a Happier Person, diakses pada tanggal 29 Maret 2019, dari https://tinybuddha.com/blog/9-mindful-social-media-practices-make-you-happierperson/.

Buddhism for Millenials

menurunkan moral kita. Hal ini dilakukan supaya kita bisa lebih berkonsentrasi dalam membalas pesan yang lebih penting. Akan tetapi, apabila kita mempunyai kemampuan batin yang cukup baik, sangat dibolehkan untuk berusaha mengedukasi para orang asing tersebut untuk ikut berbuat baik.

Read, A., 2016, The 21 Social Media Conversations You're Going to Face: How to Master Them All, diakses pada tanggal 29 Maret 2019, dari https://www.google.co.id/amp/s/buffer.com/resources/social-mediaconversations/amp.

29


Congratulations, Graduates! Boris Torentika, S.T. Budi Juarto, S.T. Cynthia Tanty, S.T. Delvita Denny Chung, S.H., M.Kn. dr. intan Hartandy dr. Natalia Christina Angsana dr. Toni Febriyanto dr. Susanti Mareta Anggraeni dr. Bella Indah sari Felicia Chandra, S.Ars. Frendy Tanoto Yoga, S.H. Harris Daniswara Kamal, S.Par. Harvando Malson, S.H. Heryanto Salim, S.Ars. Juwita, S.Gz. Leonardo Wigen, S.H. Sasannaditya Surya Wang, S.T. Tommy Suhartono Wijaya Tan, S.T Yansen Hadiputra, S.Ked.

S1 Teknik Kimia S1 Teknik Industri S1 Teknik Industri Magister Kenotariatan Profesi Dokter Profesi Dokter Profesi Dokter Profesi Dokter Profesi Dokter S1 Arsitektur S1 Ilmu Hukum S1 Pariwisata S1 Ilmu Hukum S1 Arsitektur S1 Gizi Kesehatan S1 Ilmu Hukum S1 Teknik Mesin S1 Teknik Nuklir S1 Pendidikan Dokter

Sumber Gambar: www.freepick.com

30


Wawancara Frengky

Angkatan Program Studi 1998 S1 Matematika UGM 2007 S2 Psikologi UGM Ketua Umum Kamadhis UGM tahun 2000-2001

Buddhism for Millenials

Oleh Melia Lichwan

Pada edisi kali ini, Tim Redaksi Eka-citta berkesempatan untuk mewawancarai salah seorang alumni Kamadhis UGM, yaitu ko Frengky. Ayo kita lebih mengenali ko Frengky beserta pandangan dan tips dalam menghadapi generasi milenial ini. -Tentang ko FrengkyKo Frengky saat kuliah dulu, pernah menjadi Ketua Umum Kamadhis UGM, lho. Sekarang, ko Frengky memiliki kesibukan sebagai bagian penelitian dan pengembangan (litbang) serta HRD di sekolah Budi Utama. Di sekolah ini, ko Frengky juga menjadi guru Matematika. Selain itu, ko Frengky telah menulis 10 buku saku yang dibagikan dengan sukarela. Ko Frengky kerap kali memberikan Dhammadesana di vihara-vihara, bergabung di komunitas Ehipassiko, dan menjadi trainer dan motivator di berbagai tempat. -Pandangan mengenai era milenialMenurut ko Frengky, sekarang ini disebut milenial adalah dikarenakan oleh teknologi yg berubah. Namun, Dhamma akan tetap sama meskipun semua berubah. Nah, untuk menghadapi era milenial

31


Buddhism for Millenials

ini, ko Frengky memberikan tips untuk kita, nih! Tipsnya adalah dengan AI, yaitu “Adaptif dan Inovatif�. Adaptif yang dimaksudkan adalah kita harus sadar bahwa dunia ini terus berkembang dan terus berubah. Oleh karena itu, kita harus menghadapinya dengan menyesuaikan diri kita. Misalnya ada dosen killer maka kita harus belajar agar nilai kita bisa tetap mendapatkan nilai yang memuaskan. Selain itu, hal yang menurut ko Frengky paling penting adalah kita harus membangun konsep diri serta terus semangat belajar. Sebagai contoh, di sekolah formal memang tidak pernah diajarkan cara belajar. Maka dari itu, kita harus mencari bacaan sendiri mengenai belajar efektif. Kita harus aktif mencari sumber belajar sendiri karena kita harus belajar terus, baik itu di bangku perkuliahaan, di dunia kerja, maupun di kehidupan kita sehari-hari.

-Pesan untuk pembaca Eka-cittaKo Frengky pada kesempatan ini juga memberikan pesan untuk pembaca Eka-citta, nih. “Untuk pembaca yg budiman, selain jadi pembaca pasif, jadilah pembaca aktif. Sehingga didapatkanlah Eka-citta dari kita, untuk kita, milik kita.�

32


Dhammapada Atthakhata Pada suatu pertemuan para dewa di surga Tavatimsa, empat pertanyaan diajukan, tetapi para dewa gagal memperoleh jawaban yang benar. Akhirnya, Sakka membawa para dewa tersebut menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana. Setelah menjelaskan kesulitan mereka, Sakka mengajukan empat pertanyaan berikut: a. Diantara semua pemberian, manakah yang terbaik? b. Diantara semua rasa, manakah yang terbaik? c. Diantara semua kegembiraan, manakah yang terbaik? d. Mengapa penghancuran nafsu dikatakan yang paling unggul? Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, “O, Sakka, Dhamma adalah termulia dari semua pemberian, terbaik dari semua rasa, dan terbaik dari semua kegembiraan. Penghancuran nafsu untuk mencapai tingkat kesucian arahat, oleh karena itu terunggul dari segala penaklukan.� Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 354 berikut: Pemberian 'Kebenaran' (Dhamma) mengalahkan semua pemberian lainnya; rasa 'Kebenaran' (Dhamma) mengalahkan semua rasa lainnya; kegembiraan dalam 'Kebenaran' (Dhamma) mengalahkan semua kegembiraan lainnya. Orang yang telah menghancurkan nafsu keinginan akan mengalahkan semua penderitaan. Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Sakka berkata kepada Sang Buddha, “Bhante, jika pemberian Dhamma mengungguli semua pemberian, mengapa kami tidak diundang untuk berbagi jasa ketika pemberian Dhamma dilakukan? Bhante, saya mohon, mulai sekarang, kami diberi pembagian jasa atas perbuatan baik yang telah dilakukan.� Kemudian Sang Buddha meminta semua bhikkhu untuk berkumpul dan menasihati mereka untuk membagi jasa kepada semua makhluk atas semua perbuatan baik mereka. Sejak saat itu, menjadi suatu kebiasaan untuk mengundang semua makhluk dari tiga puluh satu alam kehidupan (bhumi) untuk datang dan berbagi jasa kapan pun suatu perbuatan baik dilakukan.

Buddhism for Millenials

Kisah Pertanyaan Yang Diajukan Sakka

Referensi: Tim Penerjemah Vidyasena, 1997, Dhammapada Atthakatha, Vidyasena, Yogyakarta.

33


Hiburan Buddhism for Millenials

Emoji Quiz Terjemahkan rangkaian emoji ini menjadi kalimat! 1.

a. Televisi saya rusak karena saya menendangnya seperti bola. Saya harus menelepon teknisi nanti. b. Saya sedang menonton Piala Dunia. Telepon saya nanti. c. Bisakah kamu menonton Piala Dunia dan telepon nanti?

2.

a. Saya sedang membuat film tentang makanan dan minuman di komputer. b. Saya akan mengunggah foto makanan saya di Instagram. c. Film, makan, dan minum setelah bekerja.

3.

a. Periksa surelmu. Berita besar!!!! b. Jangan periksa surel. Ada virus!!!! c. Apakah kamu sudah membaca artikel eksplosif itu tentang memeriksa surel?

34


a. Hati-hati dengan radiasi telepon genggam. Apakah bisa mencabut pengisi dayanya? b. Telepon genggam saya akan segera mati. Apakah kamu memiliki pengisi daya? c. Saya mendapatkan telepon genggam baru karena telepon genggam saya rusak.

5.

a. Saya sedang menjaga seorang anak yang sedang berputar tidak bisa diam karena terlalu banyak makan makanan manis. b. Saya sedang membawa anak itu ke Candyland.

Buddhism for Millenials

4.

c. Saya sedang menjaga seorang bayi dan diupah dengan permen.

6. a. Sulit untuk memesan kapal pesiar, sebaiknya kami berenang saja. b. Keluarga saya akan melakukan perjalanan dengan kapal pesiar, tetapi saya takut air karena tidak bisa berenang. c. Keluarga kami sedang berkumpul di kapal pesiar, tetapi kami mabuk laut.

Referensi : Oliver, Simone S., 2014, Are You Fluent in Emoji?, diakses pada tanggal 16 April 2019, dari https://www.nytimes.com/interactive/2014/07/25/style/emoji-quiz.html

Jawaban : 1. b 2. c 3. a 4. b 5. a 6. b

35


Film Mendatang Buddhism for Millenials

Pokemon : Detec ve Pikachu Produser Sutradara Penulis Produksi Casts

: Mary Parent : Rob Le erman : Nicole Periman, Rob Le erman : Warner Bros : Ryan Reynolds, Jus ce Smith, Kathryn Newton, Ken Watanabe, Bill Nighty, Suki Waterhouse, Rita Ora

Sumber Gambar : cinema21

Pokemon: Detec ve Pikachu diadaptasi dari game spin-o dengan judul yang sama. Pikachu yang menjadi tokoh utama dan diperankan oleh aktor Deadpool, Ryan Reynolds.

Cerita dimulai ke ka seorang detek f ulung, Harry Goodman, hilang secara misterius dan mendorong putranya yang berusia 21 tahun, Tim, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Mantan mitra PokĂŠmon Harry, Detec ve Pikachu yang sangat bijak dan lucu, membantu penyelidikan tersebut. Menyadari bahwa Ia secara unik dapat berkomunikasi satu sama lain, Tim dan Pikachu bergabung dalam petualangan mendebarkan untuk mengungkap misteri.

36


Liputan Kegiatan Musyawarah Anggota

Musang (Musyawarah Anggota) merupakan acara tahunan Kamadhis UGM dengan agenda utama membahas laporan pertanggungjawaban kepengurusan selama 1 periode dan pergantian kepengurusan Kamadhis UGM. Musyawarah Anggota 2018 dengan tema “Leadership to the Future” dilaksanakan dua kali dengan Musang I membahas laporan pertanggungjawaban bulan Januari sampai Juni, sedangkan Musang II membahas laporan pertanggungjawaban bulan Juli sampai Desember. “Musyawarah anggota sebagai evaluasi dari tahun ini untuk tahun depan supaya kesalahan yang terjadi tidak terulang lagi, juga tentunya setiap kepengurusan harus ada regenerasi dimana Musang sebagai tempat untuk memilih pengurus yang baru,” jelas Juson, Ketua Umum Kamadhis UGM periode 2018.

Buddhism for Millenials

Oleh William

Musyawarah Anggota I Musyawarah Anggota I berlangsung pada tanggal 11 November 2018 pukul 07.30 WIB di Ruang Sidang Unit V Fakultas Farmasi UGM. Musang bermanfaat bagi mahasiswa untuk melatih kemampuan bermusyawarah. “Terutama untuk mahasiswa baru, musang dapat memberikan gambaran bagaimana musyawarah dan kepengurusan berjalan,” jelas Juson. Pada Musang I ini terdapat dua kegiatan utama, yaitu pembacaan laporan pertanggungjawaban setengah periode awal dan pemilihan Ketua Umum serta Dewan Pengurus Kamadhis UGM periode 2019.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

37


Buddhism for Millenials

Pembacaan laporan pertanggungjawaban (LPJ) diikuti sesi tanya jawab a nta ra fo r u m d e n ga n p e n a n g g u n g j a wa b . Pe m b a h a s a n l a p o ra n pertanggungjawaban merupakan pengalaman pertama bagi mahasiswa baru untuk ikut berpartisipasi di dalam forum. “Ini adalah musyawarah dan perkumpulan pertama saya yang bersuasana tegang. Jujur, saya kurang suka dengan suasana tersebut. Namun, saya mengerti itu penting bagi kemajuan suatu organisasi dengan banyaknya masukan dan kritikan yang ada. Pembahasan LPJ ini juga sangat luar biasa dan saya berterima kasih karena dengan adanya ini, saya lebih mengenal apa itu berorganisasi dan arti tanggung jawab yang sesungguhnya,” ujar Yogi Hendrawan, salah satu mahasiswa baru. Pada pemilihan Ketua Umum, terpilih Vivin Purnamawati sebagai Ketua Umum Kamadhis UGM periode 2019. Pada sesi pencalonan Dewan Pengurus, Ketua Umum dan beberapa Dewan Pengurus periode 2018 mencalonkan diri lagi. “Saya mengajukan diri lagi karena menurut saya menjadi pengurus Kamadhis itu merupakan suatu kehormatan besar dan Kamadhis itu keluarga saya. Ketika tidak ada yang mau naik, menurut saya orang-orang menyia-nyiakan kesempatan besar ini,” ujar Juson. Setelah itu banyak yang mencalonkan diri sebagai Dewan Pengurus dan akhirnya terpilihlah Evelyn Tania, Shentarya Fitriani, Vincent Friando, dan Visco Ooi'nco sebagai Dewan Pengurus Kamadhis UGM periode 2019. “Saya senang, menurut saya mereka sudah cukup dewasa untuk memilih pilihan mereka untuk satu tahun ke depan,” ujar Juson.

Sumber Gambar : Google Images

38


Musyawarah Anggota II berlangsung pada tanggal 25 November 2018, pukul 07.30 WIB di Ruang Kuliah 1 Fakultas Farmasi UGM. Pada Musang II ini dilakukan pembahasan mengenai laporan pertanggungjawaban kepengurusan Kamadhis UGM selama bulan Juli sampai Desember 2018, serta pengukuhan Ketua Umum dan Dewan Pengurus Kamadhis periode 2019. Pertama-tama, dilakukan pengukuhan Ketua Umum dan Dewan Pengurus periode 2019, baru dilanjutkan dengan pembahasan laporan pertanggungjawaban (LPJ). Pembacaan LPJ diikuti sesi tanya jawab antara forum dengan penanggung jawab. “Peserta sangat antusias dan sopan dalam menyampaikan pendapat,” ujar Yudho, salah satu Dewan Pengurus periode 2018. Acara dilanjutkan dengan pengutaraan kesan-pesan dari Pengurus Harian, Dewan Pengurus, Ketua Umum, dan Tim Eka-citta Kamadhis periode 2018. “Yang paling diingat adalah ketika para pengurus bidang saya memberikan bingkisan kenang-kenangan sebagai rasa terima kasih atas kerjasama yang baik selama setahun,” ujar Yudho.

Buddhism for Millenials

Musyawarah Anggota II

Acara kemudian ditutup dengan presentasi visi-misi pengurus Kamadhis UGM periode 2019 dan foto bersama. “Semoga Musang selanjutnya dapat berjalan dengan lancar dan peserta Musang lebih aktif serta kritis,” ujar Yudho.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

39


Buddhism For Millenials

Kontak Dhamma Apakah ada orang yang sudah tahu tentang apa yang baik dan konsekuensi perbuatan jahat, tetapi tetap suka berbuat jahat?

1

Pas ada. Orang yg belum merasakan akibat buruk dari perbuatan buruknya tetap melakukannya karena masih merasakan kegembiraan saat dia melakukannya. Mungkin dia membutuhkan perbuatan buruk itu, misalnya perbuatan seorang mahasiswa menyontek. Dia tahu menyontek itu dak boleh dilakukan, tetapi persiapan kurang membuatnya seper dak punya pilihan lain. Contoh lainnya adalah orang mencuri. Dia tahu dak boleh, tetapi dia butuh untuk membayar SPP anaknya atau keperluan mendesak lainnya. Alasan, niat, proses dan rasa penyesalan adalah faktor-faktor yang ikut mewarnai kammaphala yang akan dialami.

2

Adakah orang yang selama hidupnya, dak bisa diajarkan cara berbuat baik?

Rasanya kalau manusia dak mungkin ada karena seseorang dapat terlahir sebagai manusia karena mempunyai kusalakammaphala yang besar.

Semua pertanyaan beserta jawaban yang masuk di edisi ini dapat dilihat di ugm.id/KontakDhammaEkacittaEdisiXLIX Mau bertanya seputar Buddhadhamma? Kirim pertanyaanmu ke ec.kamadhisugm@gmail.com dengan subject: Kontak Dhamma.

40

Sumber Gambar : Google Image


Siapa sih Pono dan Kamad itu ? Pono (Sang Cerdas) Nama Pono diambil dari dua suku pertama kata Ponokawan (wayang Jawa). Pono mengenakan pakaian kesultanan Jogja menunjukkan Eka-citta berada di Jogja. Berperawakan tinggi dan langsing, Pono terinspirasi dari Petruk, salah satu tokoh Ponokawan Jawa. Pono merupakan tipe orang yang berpikir panjang, sabar, cerdas, pandai berbicara, dan humoris.

Kamad (Sang Bijaksana) Nama Kamad diambil dari dua suku terakhir kata Ponokawan yang dimodifikasi dan diambil dari singkatan Kamadhis UGM. Kamad yang mengenakan jaket Kamadhis UGM menjelaskan bahwa Eka-citta berada di bawah naungan Kamadhis UGM. Dia sipit, pendek, dan berpipi tembem, seperti Semar, salah satu tokoh Ponokawan Jawa. Karakteristiknya juga seperti Semar, yaitu tipe orang yang dihormati (role model), yakni rendah hati, jujur, teliti, serius, dan ambisius.


“Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself” -Leo Tolstoy

EDISI XLIX/APRIL/2019


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.