Vol iii 01 aug 2013

Page 1

Tahun ke III, Vol. III‐01, Agustus 2013 . . . . menebar & berbagi sejumput sisi‐sisi menarik tentang HAM RADIO kepada siapapun yang berminat . . . . Kalawarti elektronik e-QSP ini diterbitkan secara swadaya —- sebagai kenangan dan ungkapan rasa mongkok atas kebersamaan dengan rekans yang selama +/- 7 (tujuh) tahun bareng-bareng mengelola penerbitan BeON (Buletin elektronik ORARI News): Ferry Farianto YB7UE (SK), Handoko Prasodjo YC2RK (SK), Arman Yusuf YBØKLI - dan menyusul Dhismas YCØNHO yang pasca gelaran MURNAJATI - I (2006) menyusul masuk jajaran Redaksi. Terlepas dari keanggotaan YBØKO di jajaran DPP ORARI Pusat Masa Bakti 2011-2016, konten kalawarti ini SAMA SEKALI tidak menyiratkan kebijakan (policy) dan regulasi ORARI Pusat serta penjabarannya, dan SEMATA merupakan “rekaman sewaktu/snapshots” YBØKO dalam menyikapi berbagai issues yang tersirat dalam dan/atau dikembangkan dari postings/threads di milis ORARI-news dan berbagai komunitas amatir radio di FB; serta tentang berbagai subjects of interest YBØKO, baik sebagai seorang Amatir Radio maupun sebagai pribadi. Edisi lawas (back numbers) e-QSP dapat diunduh sendiri dari http://www.issuu.com/e-qsp, sedang bagi mereka yang berminat untuk mendapatkan e-QSP secara reguler, ada pertanyaan, komentar, masukan dll. silah tulis surel pendek ke japri unclebam@gmail.com ■

Curiosity ‐ wahana penjelajah permukaan Mars ‐ sepan‐ jang tahun pertama misinya. Masih terkait Mars, di halaman 6 diulas proyek Inspi‐ Dear e‐QSP readers, ration MARS, yang oleh Dennis A. Tito — penggagasnya Sesudah lewat 6 bulan lebih vakum (edisi terakhir Vol. II‐ — diwacanakan sebagai “jawaban Amerika” bagi MARS 04 terbit sebagai edisi akhir tahun 2012), semula ga‐ mang juga untuk mengawali proses penyuntingan bagi One (lihat e‐QSP edisi II‐03 dan 04) yang ditengarai seba‐ edisi pertama di tahun 2013 ini; terutama karena dalam gai proyek yang “Eropa banget”. Tito menyasar 5 Januari kurun waktu 6 bulan terakhir ini terasa sekali cepatnya 2018 (lebih cepat 5 tahun ketimbang MARS One) untuk waktu berjalan, sehingga untuk sekedar memulainya pun memberangkatkan sepasang (astronot dan astronita) Amerika ke orbit Mars sudah terjebak pertanyaan: mulainya mesti dari mana ? Sebelumnya, tentang 16 Juni 2013 yang merupakan Khawatir tak terkejar kelaikan tayangnya, akhirnya HUT ke 50 penerbangan kosmonot wanita pertama bisa diniatkan saja untuk menjadikan edisi 01‐2013 ini — yang diikuti di halaman 5, sedangkan tentang satelit LAPAN‐ Alhamdulillah, juga merupakan edisi pertama di Tahun ke ORARI silah simak di halaman 7. III — sebagai edisi yang KHUSUS meliput hal‐hal berkaitan dengan EKSPLORASI ANTARIKSA ( = angkasa lepas, termi‐ Selamat membaca, nologi negeri jiran bagi sebutan “outer space”) saja, teru‐ and as always: pse ENJOY .. !!! tama di mana ada keterlibatan Amatir Radio dan Radio Amatir di dalamnya. Di halaman‐halaman awal bisa diikuti ringkasan kiprah

lapak pakDé bam ....

Curiosity Passes Kilometer of Driving Pengingat: Robot penjelajah (rover) Curi‐ osity (gambar kiri) dilun‐ curkan dari Tanjung Cana‐ veral, pada jam 10:02 EST, 26 November 2011, dengan menggunakan roket pen‐ dorong ATLAS V541/AV‐028 — dan mendarat dengan mu‐ lus di titik Aeolis Palus di dasar kawah Gale di permu‐ kaan Mars pada jam 05:17 UTC, 6 Agustus 2012. Sesudah menempuh jarak 563,000,000 km dalam waktu +/‐ 8 bulan, ketepatan men‐ darat Curiosity bisa diukur dari posisi titik pendaratan yang hanya terpaut < 2.4 km dari titik tengah Bradbury Landing site ‐ titik pendaratan yang direncakan semula (lihat peta di halaman berikut). Missi Curiosity meliputi (tapi tidak terbatas pada) investigasi iklim dan geologi planit Mars, dan apakah Mars pernah (dapat) mendukung bentuk kehidupan, termasuk juga investigasi tentang peranan air dan ke‐laik huni‐an (habitability) ‐nya, serta serangkaian persiapan bagi ekplorasi (oleh manusia Bumi) di masa depan. JPL/Jet Propulsion Laboratory, sebuah Divisi dari the California Institute of Technology (Caltech), Pasadena, mengelola proyek MSL/Mars Science Laboratory untuk Direktorat Misi Ilmiah dari NASA yang berpusat di Washington. DC. Para engineers di JPL (banyak diantaranya yang bergabung dalam Kelab Amatir Radio W6VIO, the JPL Amateur Radio Club (lihat e‐QSP Vol. II.01, Agustus 2012) merancang dan membangun (designed and built) wahana penjelajah (rover) Curios‐ ity sejak pertengahan 2011.

[e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

halaman 1


Eksplorasi antariksa ... 1 Km pertama July 17, 2013 Dengan sosok seperti terpampang pada gambar rekaan di halaman depan (berat nyaris 1 ton, tinggi +/‐ 2.1 mtr), tentunya Curiosity tidak bisa dipacu dengan kecepatan tinggi di dataran permukaan Mars yang berbatu‐batu itu, apalagi “misi”nya memang sering mengharuskannya un‐ tuk menghabiskan waktu berjam‐jam bahkan berhari‐hari di satu titik. Dengan demikian — melewati kurun waktu setahun sejak pendaratannya di Mars — odometer penje‐ lajahannya baru menunjukkan angka diseputaran 1.029 meter saja. Seperti bisa di amati pada peta di bawah, penjelajahan Curiosity bisa direkam dan diikuti meter‐demi‐meter di setasiun pengendali di Bumi. Dari lokasi pendaratan di Bradbury Landing, Curiosity bergerak ke kawasan Glenelg, kira‐kira 500 meter ke arah timur dari Aeolis Palus, tempat pendaratannya setahun yang lalu. Di kawasan Glenelg Curiosity menemukan bukti‐bukti awal keberadaan lingkungan purba yang basah (ancient wet environment), dengan kondisi yang cukup layak un‐ tuk menunjang tahapan kehidupan mikroba (microbial life). Pada foto insert yang diperbesar dari kawasan Gle‐ nelg terlihat titik yang dinamai Rocknest, yang menjadi lahan jelajahan Curiosity dalam melakukan serentetan “tugas ilmiah”nya: menembak — dengan sinar laser — untuk kemudian memotret, merekam dan menganalisa hasil “tembakan”nya (lihat hal. 2, e‐QSP Vol. II/04)

Dari Rocknest Curiosity bergerak 19 mtr ke arah timur laut, ke kawasan Yellowknife Bay yang sedikit lebih ren‐ dah (seperti lembah) untuk melakukan serangkaian pengeboran bongkahan bebatuan/karang untuk dianalisa lebih lanjut. Sebelumnya Curiosity sudah menjelajah sepanjang 79 mtr melintasi dua outcrops (= singkapan, bagian dari formasi batuan/karang yang menonjol keluar di permu‐ kaan tanah) yang dinamai “Shaler” dan "Point Lake". Di "Shaler," para peneliti mengaktipkan instrumen Chem‐ Cam dan MastCam (Chemistry dan Mast Camera) untuk meneliti dan mengumpulkan informasi terkait komposisi kimia bebatuan dan mengamati formasi serta lapisan‐ lapisan (layers)‐nya. Sebelum meninggalkan Point Lake, perangkat SAM (Sample Analysis at Mars) diaktipkan untuk menganalisa sample/contoh debu pasir yang terbawa roda‐roda Curi‐ osity selama perjalanannya dari Rocknest. Pada tanggal 17 Juli 2013 yang merupakan hari ke 335 “operasi” Curiosity di permukaan Mars odometer menunjukkan angka 1.029 mtr seperti disebut di depan. Bulan‐bulan mendatang Curiosity akan bergerak ke arah target penelitian di kaki Gunung Sharp yang terletak di tengah Kawah Gale, sekitar 8 Km ke arah barat daya dari Glenelg. Pada lapisan bebatuan di kaki Gng. Sharp ini para ilmu‐ wan berharap akan mendapatkan temuan‐temuan yang dapat “menceritakan” bagaimana lingkungan dan iklim di Mars purba berubah dan berkembang lewat berbagai tahapan evolusi sampai mendapatkan struktur, kom‐ posisi dan formasinya seperti sekarang ini ■

Menjejaki 1 KM pertama penjelajahan Cuirosity selama setahun keberadaannya (di dasar kawah Gale) di permukaan Mars. [e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

halaman 2


Amatir Radio di antariksa ..... ISS update: Expeditions 34-35-36 (akhir Desember 2012 s/d paruh pertama 2013) Expedition 34: [dari atas ke bawah] Flight Engineer Chris Hadfield VA3OOG (CSA), Flight Engineer Tom Marshburn KE5HOC (NASA) dan Komandan Roman Roma‐ nenko (Roscosmos) beberapa saat sebelum peluncuran roket Soyuz TMA‐07M pada jam 07:12 a.m. EST hari Rabu, 19 Desem‐ ber 2012.

(NASA) dan Luca Parmitano KF5KDP (ESA, Itali) menyusul pada penerbangan Mei 2013). Expedition 36 akan berada di ISS sampai September 2013.

Dengan suhu sekitar di bawah titik beku, pada hari Rabu 19 Desember 2012 jam 18:12 waktu setempat wahana Soyus TMA‐07M dengan awak Tom Marshburn KE5HOC (NASA), Roman Romanenko (Roscosmos) and Chris Had‐ field VA3OOG (Canadian Space Agency/CSA) lepas landas dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan. Diperlukan sekitar 2 hari penerbangan sampai mereka bisa docking (bergabung) dengan modul laboratorium Rassvet di ISS pada jam 08:12 UTC Jum’at 21 Desember 2012. Sekitar 3 jam kemudian hatch (pintu penghubung) Rass‐ vet terbuka, dan ketiga awak baru tersebut disambut oleh Komandan Expedition 34 Kevin Ford KF5GPP (NASA) serta Flight Engineers Oleg Novitskiy and Evgeny Tarelkin (Roscosmos) yang sudah berada di ISS sejak Oktober 2012. Riset yang dilakukan Ekspedisi 34 a.l. melanjutkan berba‐ gai pengujian fisiologi — terutama dampak kehidupan tanpa bobot (near Zero‐G) pada tulang — dengan men‐ jadikan para awak sebagai subyek riset. Para awak juga melakukan serangkaian penelitian di bidang pengamatan Bumi, dimana para pelajar di Bumi mengambil foto‐foto planet Bumi dengan menggunakan kamera yang di‐set para awak di ISS. Juga dilakukan pengamatan atas “kelakuan” api di angkasa lepas, yang diharapkan dapat membuahkan tehnologi baru terkait efisiensi bahan bakar dan penanggulangan dampak kebakaran, baik di Bumi maupun di angkasa. Riset lain adalah pada perubahan karakter fisik fluid/ cairan saat didekati magnet, yang hasilnya diharapkan dapat diaplikasikan pada perancangan bangunan dan jembatan yang lebih tahan gempa. Sesudah melewatkan 143 hari di ISS, pada jam 00:30 UTC, Jum’at 15 Maret 2013 Ford, Novitskiy dan Tarelkin mengakhiri missi Expedition 34 di ISS dan kembali ke Bumi. Mereka mendarat di Arkalyk, Kazakhstan empat jam kemudian pada 03:57 UTC hari yang sama. Posisi Ford sebagai Komandan ISS digantikan oleh Chris Hadfield — yang lantas menjadi orang Canada pertama yang menjadi Komandan di ISS, yang sekaligus menjadi Komandan Expedition 35*) sampai Mei 2013, saat terjadi pergantian Komandan ISS dan aktivasi Expedition 36. Tiga tambahan awak Expedition 35 yang terdiri dari Pavel Vinogradov RV3BS (Roscosmos), Chris Cassidy KF5KDR (NASA) dan Alexander Misurkin (Roscosmos) menyusul pada penerbangan di bulan Maret 2013, sedangkan awak Expedition 36 Maxim Suraev (Roscosmos), Karen Nyberg [e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

Depan, ki‐ka: Kevin Ford KF5GPP, Komandan Expedition 34 dan penggantinya Chris Hadfield VA3OOG, Komandan Expedition 35. Belakang, ki‐ka: kosmonot Roscosmos Oleg Novitskiy, Evgeny Tarelkin, Roman Romanenko dan astronaut NASA Tom Marsh‐ burn KE5HOC

*) Yang unik dari Expedition 35 adalah untuk pertama kalinya Komandan Ekspedisi kembali dipegang oleh Kolonel Chris Hadfield yang dari Canada (BUKAN dari AS atau Russia seperti biasanya). Kali terakhir situasi seper‐ ti ini terjadi pada Expedition 21 di tahun 2009, dengan astronot ESA (European Space Agency) Frank De Winne sebagai Komandan.■

Saat‐saat rehat Karen Nyberg (NASA), awak Expedition 36/37 dilewatkan di gym di ISS. Credit: NASA halaman 3


Pengingat: Yayasan Mars One adalah organisai nir‐laba yang untuk mengirimkan 4 orang “pionir” ke Planit Mars pada tahun 2023, untuk merintis pembangunan pemukiman tetap (permanent settlement) pertama di luar Bumi (lihat gambar rekaan di bawah). Sebelum pemukim pertama menjejakkan kaki di Mars, sebuah lingkungan yang mandiri (self‐sustaining habitat) akan di‐ bangun dengan bantuan berjenis robot yang memang diran‐ cang untuk tugas‐tugas konstrusi seperti itu. Jejak‐jejak kaki manusia pertama di Mars diharapkan akan menginspirasi dan memotivasi generasi muda mendatang, dan ketertarikan publik inilah yang secara tidak langsung akan mendanai misi migrasi ke Mars ini di masa depan. Seperti di”klaim” Bas Landorp, CEO & co‐founder Mars One, proyek ini didukung oleh para pakar eksplorasi antariksa dari seluruh dunia, Di tahun 2012 Dr. Sheikh Muszaphar 9W2MUS, astronot per‐ tama ASEAN ditunjuk sebagai Duta MARS One di kawasan ini ■

Dari pelamar pada Tahap (Round) 1, akan dipilih 50‐100 calon yang akan maju ke Ronde 2. Seluruhnya akan ada 4 tahap seleksi sampai akhir 2015, untuk menjaring 28‐40 calon yang akan mengikuti proses pelatihan selama setidaknya 7 tahun. Terakhir, akan dila‐ kukan pemilihan terbuka (audience vote) bagi salah satu group dalam pelatihan itu yang nantinya terpilih untuk menjadi perwakilan (envoys) “warga Bumi (earthlings)” di Planit Mars. Perkembangan di AS Sayang, sepertinya kiprah Mars One di tanggapi skeptis di AS, seperti tersirat dalam laporan koresponden Marc Boucher di SpaceRef Newsletter tgl. 5 Agustus 2013, yang dengan sinis memberi judul “Mars One holds mil‐ lion Martians meeting with few Earthlings in attendance” Seperti dilaporkan, pada pertemuan bertajuk the Million Martians Meeting yang diadakan pada Sabtu 03/08 di George Washington University itu nyatanya memang hanya sedikit warga Bumi (few Earthlings) yang hadir. Walaupun sebelum ini Mars One sempat mendaur sukses dalam segi pemberitaan di kalangan pers, sepertinya kekurangan sumber pendanaan (dan dukungan politis) yang solid akan menjadi kendala utama bagi keberhasilan rencana ambisus ini, seperti juga proyek Mars Direct dari Robert Zubrin di tahun 90‐an (Zubrin hadir pada perte‐ muan ini lebih karena dia tetap menginginkan kelanjutan bagi proyeknya).

Tahapan‐tahapan misi 2013: seleksi pendahuluan dan rekruitmen bagi 40 orang calon ”antariksawan Mars” dimulai. Pada tahap ini repli‐ ka shelter hunian bagi para pendatang pertama di Planet Mars tersebut harus sudah dibuat dan bisa digunakan sebagai bagian dari sarana pelatihan [lihat hal. 7, e‐QSP Vol. II.04, edisi akhir tahun 2012] Update May 7, 2013 11:27 AM Hanya dalam dua minggu (dari 19 minggu yang direnca‐ nakan bagi proses pendaftaran dan seleksi tahap awal), lebih dari 78.000 orang sudah mendaftar sebagai calon astronaut/pemukim di Mars . Mars One menerima lamaran dari > 120 negara, dengan 10 negara pada urutan teratas (dalam jumlah pelamar): AS (17.324 pelamar), Cina (10.241), UK (3.581) Russia, Mexico, Brazil, Canada, Colombia, Argentina dan India. Bas Lansdorp, pendiri dan CEO Mars One mengatakan: "Dengan 78.000 pelamar dalam 2 minggu, tak pelak ini adalah lowongan kerja yang paling diinginkan dalam sejarah. Angka ini sejalan dengan angka setengah juta pelamar yang kami sasar” "Mars One adalah sebuah missi yang mewakili kemanu‐ siaan (humanity) dan semangatnya baru akan “diperhitungkan” kalau saja manusia dari seluruh planit Bumi ini terwakili. Saya bangga bahwa inilah yang se‐ benarnya terjadi saat ini” tambahnya. Sebagai bagian dari proses lamaran tiap pelamar diminta mempresentasikan (dalam bentuk video berdurasi 1 menit) motivasi apa yang melatari niatan mereka untuk pergi ke Mars. Banyak di antara pelamar yang kemudian memilih untuk menayangkan video mereka di laman Mars One, yang bisa diakses di applicants.mars‐one.com. Aplikasi dan pendaftaran online ini dibuka sampai 31 Agustus 2013. [e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

Banyak kalangan (di AS) yang berpendapat bahwa kecuali didukung hitung‐hitungan pengembalian investasi (ROI, return of investment) yang nalar (logis), serta dari awal diniatkan sebagai sebuah missi ulang‐alik (return mis‐ sion/round trip — dan BUKAN sekedar one‐way seperti Mars One), impian untuk mengirim manusia ke Mars sepertinya tidak lebih dari cerita‐cerita khayal bagi kon‐ sumsi fiksi ilmiah (sci‐fi = science fiction) belaka. Memang benar NASA — serta agensi eksplorasi angkasa lepas lainnya seperti ESA (Eropa) dan Roscosmos (Russia) — merencanakan pengiriman manusia ke Mars, tetapi belum ada timetable (penjadwalan) yang definitip. Sam‐ pai saat ini semuanya baru dalam tahap melanjutkan berbagai eksperimen dengan pengiriman missi‐missi ro‐ botik pendahulu (forerunner/predeseccor) saja. Elon Musk — wiraswastawan milyarder dan pendiri SpaceX (lihat hal. 9, e‐QSP Vol. II‐04) — sudah menegas‐ kan bahwa sasaran akhirnya memang untuk menjadikan manusia (Bumi) sebagai multi‐planetary species, yang diawali dengan pengiriman manusia ke Mars dan men‐ jadikannya sebagai koloni/pemukiman bagi pemukim masa depan (dari Bumi). Musk memahami sepenuhnya tantangan dan kendala yang harus dihadapinya, dan inilah yang melatar be‐ lakangi tekadnya untuk mendirikan SpaceX, yang berawal dari niatnya untuk mengembangkan teknologi yang da‐ pat membuat akses ke angkasa luar jadi lebih murah. (dia sudah bekerja keras selama lebih dari 10 ta‐ hun dan menghabiskan ratusan juta dollar untuk membangun SpaceX, yang suatu saat diharapkan bisa menjadi bagian ‐ atau bahkan memimpin ‐ dalam pencapaian sasaran akhirnya tersebut) Para pengamat (terutama di AS) melihat di sinilah letak celah (gap) antara IMPIAN para pemimpi ‐ seperti mereka yang di Mars One ‐ dan DUNIA NYATA (reality) yang digarap Elon Musk dan SpaceX‐nya).■ halaman 4


MARS, or bust . . . . . . men ilmiah yang (menurutnya) banyak berguna bagi pe‐ rusahaan dan bisnisnya. Inspiration Mars, sebuah JAWABAN AMERIKA Banyak pengamat yang menyebutkan proyek ini meru‐ pakan JAWABAN Dennis Tito — baik sebagai pribadi maupun sebagai warga bangsa dan negara Amerika — atas ”tantangan” Mars One dari Bas Landorp yang Pada 27 Februari 2013 Dennis A. Tito (lahir 8 Augustus (dianggap) teramat Eropa‐centris (!), atau dengan kata 1940) — multimillionaire dari Wilshire Associates Inc., lain Tito tidak rela kalau supremasi Amerika dikalahkan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan sa‐ (didahului) bangsa dan negara lain. ham, konsultasi managemen dan kiat‐kiat investasi — Tahun 2018, Bumi dan Mars (+ Venus) akan berada pada mengumumkan berdirinya yayasan (foundation) Inspira‐ satu bidang (aligned) yang memungkinkan penerbangan tion Mars, yang merencanakan pengiriman sepasang ulang alik ke Mars hanya dalam 501 hari (lihat Gambar). (angkasawan dan angkasawati) ke orbit Planit Mars pada tahun 2018. Menurut Tito teknologi pendukung bagi misi tersebut secara tehnis bisa dikembangkan dari yang sekarang su‐ dah ada (antara lain teknologi yang digunakan NASA di ISS/International Space Station), sehingga masalah yang tinggal untuk diatasi hanyalah kesanggupan (dan ke‐PD‐ an) para (calon) awak untuk memenuhi persyaratan fisik dan psikis bagi sebuah penerbangan “keras” selama 501 hari ke dan di orbit Mars, serta kembali ke bumi. Tito sebelumnya dikenal sebagai pelancong angkasa (space tourist) pertama yang membeayai penerbang‐ annya dari kantong pribadi. Pada 28 April 2001 ia meng‐ angkasa selama 7 hari, 22 jam dan 4 menit (= 128x meng‐ orbit Bumi) sebagai awak misi penerbangan EP (Visiting Crew)‐1 ke ISS (the International Space Station). Misi ini diberangkatkan dengan wahana (Russia) Soyuz TM‐32, dan kembali (ke Bumi) dengan Soyuz TM‐31. Sebelum keberangkatannya, sejak 9 Oktober 2000 Tito menjalani pelatihan di Yuri Gagarin Cosmonaut Training Center di Star City (dekat Moscow, Russia). Bagi Tito, ini bak momentum “it’s now, or NEVER”, karena fenomena alam yang sama (yang memungkinkan adanya “slot” bagi waktu terbang p.p. 501 hari) diprediksi hanya akan terjadi lagi pada tahun 2031, di mana justru — kalau semua berjalan sesuai rencana — Mars One (pesaingnya) sudah menempatkan +/‐ 20 pemukim warga Bumi di kawasan pemukiman/settlement yang mereka rambah di planit Mars (lihat kembali Jadwal Kro‐ nologis Mars One di hal. 7, e‐QSP Vol. II/04). Pada tanggal 5 Januari 2018 Inspiration Mars dijadwalkan akan menerbangkan wahana angkasa yang membawa sepasang suami‐isteri ke orbit setinggi +/‐ 100 mil di atas permukaan Mars, dan membawa mereka kembali ke Bumi TANPA ada rencana untuk mendarat (walaupun sekedar untuk singgah) di permukaan Mars. Penerbangan yang “sekedar lewat” (flyby) dengan sedikit Awak misi Soyuz TM‐32 di tahun 2001 (ki‐ka: Dennis manuver, tidak sampai masuk ke atmosfir Mars, tanpa Tito, Talgat Musabayev, dan Yuri Baturin) ada rendez vous (pertemuan) atau docking dengan wa‐ Semula Tito menunjuk biro perjalanan MirCorp untuk hana angkasa lain, waktu terbang yang relatip pendek mengurus keikutsertaannya sebagai (calon) penumpang (501 hari p.p.), dan ditambah lagi periode penerbangan komersiil di misi penerbangan RKK Energia, agensi ang‐ dari Januari 2018 sampai Mei 2019 yang bertepatan de‐ kasa lepas yang NASA‐nya Russia itu. ngan periode solar minimum pada siklus bintik matahari Keterkaitan dengan MirCorp yang perusahaan Russia (sun spot cycle) 11 tahunan ‐ yang akan mengurangi re‐ membuat niatan Tito untuk menjadi “turis angkasa siko keterdadahan pada radiasi UV yang berasal dari lepas” pertama itu menuai tentangan di negerinya Matahari ‐ akan sangat mengurangi resiko (kecelakaan sendiri, sehingga akhirnya Tito beralih ke biro perjalanan dan kegagalan) misi ini. Space Adventures, Ltd. yang berbasis di Virginia, AS un‐ [BTW, slot waktu di tahun 2031 TIDAK akan didukung tuk “mengurusi”nya. fenomena solar minimum tersebut.] Selama penerbangannya, Tito yang disebut‐sebut mem‐ bayar US Dllrs 20 juta itu melakukan beberapa eksperi‐ [ke hal. 10] ►

[e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

halaman 5


Eksplorasi antariksa (oleh para perempuan) ... PEREMPUAN‐PEREMPUAN Perkasa Mengenang 50 tahun penerbangan angkasawati pertama ke antariksa. Pengantar : Sampai saat penulisan artikel ini (Agustus 2013), dari total 534 orang pejalan antariksa/space travelers, 57 di antaranya adalah PEREMPUAN (penyunting lebih demen dengan sebutan “perempuan” — yang lebih manusiawi, dari akar kata “empu” — ketimbang sebutan“wanita” yang tertaut kata “betina”, yang — maaf — berkonotasi hewani) Dari jumlah tersebut masing‐masing seorang dari Peran‐ cis, Inggris dan Korea Selatan; 2 orang dari Kanada, Cina dan Jepang, 3 orang dari Russia/Uni Soviet dan 45 orang dari Amerika. Di fihak Russia (masih di era Uni Soviet), rentang waktu antara penerbangan Yuri Gagarin (12 April 1961) dan mitra perempuannya Valentina Tereshkova (16 Juni 1963) adalah 2 tahun ( = rentang waktu antara pener‐ bangan Vostok 1 dan Vostok 6), sedangkan bagi pejalan antariksa Amerika rentang waktu ini adalah 22 tahun kalau dihitung dari penerbangan Alan B Shepard (5 Mei, 1961) dengan wahana Freedom 7 dengan astronita per‐ tama Sally Ride (18 Juni 1983) dengan Space Shuttle

Challenger STS‐7. Bagi Cina, rentang waktunya adalah sekitar 8 tahun, yaitu antara missi Shenzhou 5 (October 15, 2003 dengan awak Yang Liwei) dan Shenzhou 9 (16 Juni 2012, dengan taikonita Liu Yang). Patut dicatat, para astronot pertama dari Inggris, Korea Selatan dan Iran semuanya adalah PEREMPUAN. Sebagai negara yang mengirimkan 2 orang kosmonita pertama mereka ke angkasa lepas, hanya tiga (dari 57) kosmonita yang berasal dari Russia/Unie Soviet, walau‐ pun SEMUA astronita Perancis, Inggris, Korea Selatan dan Iran meng‐orbit sebagai bagian dari program‐program angkasa lepas (space program) Unie Soviet (dan ke‐ mudian Russia). Karen LuJean Nyberg (kelahiran 7 Oktober 1969) dari AS tercatat sebagai astronita yang ke 50, dan pada saat pe‐ nulisan ini masih meng‐angkasa sebagai awak dari Expe‐ dition 36/37 di ISS, setelah jauh sebelumnya (31 Mei s/d 14 Juni 2008) sempat selama 13 hari‐18 jam‐13 menit‐ dan 7 detik mengawaki missi ulang‐alik STS‐124 ■

Valentina Tereshkova, “kosmonita” pertama ...

dengan wahana Vostok 6 di bulan Juni 1963. 2 hari sesudah menyaksikan parade peluncuran Vostok 5 di Kosmodrom Baikonur (14 Juni 1963), pagi‐pagi tanggal 16 Juni Tereshkova (dan Solovyova sebagai backup) yang sudah mengenakan baju angkasa (space‐suits) dibawa dengan bis ke landasan peluncuran, dan sesudah mele‐ Valentina lahir pada 6 Ma‐ ret 1937 di Maslennikovo, wati prosedur hitungan mundur (count‐down) selama 2 desa kecil dekat Yaroslavl, jam Vostok 6 lepas landas dengan Tereshkova on board. Russia, dari ayah yang supir Beberapa jam kemudian Tereshkova sudah bisa menjalin komunikasi dengan Bykovsky di Vostok 5, menandai un‐ traktor dan ibu yang peker‐‐ tuk kedua kalinya Unie Soviet berhasil menempatkan 2 ja di pabrik tekstil. wahana angkasa berawak untuk meng‐angkasa pada saat yang sama. Dengan call sign ‘Chaika’ (= si burung camar) Sesudah penerbangan antariksa pertama oleh Yuri Ga‐ garin (1934‐1968) ‐ kosmonot (dan manusia) pertama Tereshkova yang saat itu berusia 26 tahun mencatatkan diri sebagai perempuan pertama (dan kosmonot ter‐ yang terbang mengorbit bumi pada 12 April 1961 ‐ pe‐ muda) di angkasa lepas. merintah Uni Soviet kenceng berambisi untuk menjadi‐ kan perempuan warganya sebagai perempuan pertama Dalam penerbangannya Tereshkova sempat melakukan di antariksa — suatu destinasi yang lumrah adanya di era komunikasi radio dengan PM Khrushchev, melakukan Perang Dingin yang ditengarai dengan persaingan untuk test atas reaksi tubuhnya terhadap penerbangan (di) menjadi “yang nomor satu” antara Blok Timur dan Barat angkasa lepas serta mencatatnya di log sheet (ingat, di era 60‐an itu semuanya masih harus dilakukan secara saat itu. Pada 16 Februari 1962, dari +/‐ 400 pelamar, lima orang manual). Foto‐foto Bumi dan cakrawala yang dibuatnya terpilih sebagai calon kosmonita: Tatyana Kuznetsova, kemudian digunakan untuk mengamati keberadaan Irina Solovyova, Zhanna Yorkina, Valentina Ponomaryova aerosol di atmosfir dan dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan. and Valentina Tereshkova. Kelompok ini menjalani be‐ berapa bulan proses pelatihan yang meliputi ketahanan Dalam jumlah “jam terbang”, misi Valentina selama (terhadap) isolasi, terbang (dalam keadaan) tanpa bobot, (hanya) 2 hari‐23 jam‐12 menit pada awal 60‐an itu su‐ ketahanan terhadap gaya sentrifugal, pelatihan bagi pilot dah mengalahkan jumlah jam terbang SEMUA astronot proyek Mercury (Amerika) yang dijadikan satu. pesawat jet (termasuk 120x terjun payung) Tereshkova dan Bykovsky — dengan 5 hari terbang — Empat kandidat dinyatakan lulus ujian pada akhir No‐ vember 1962, dimana mereka mendapatkan pangkat merupakan pemegang rekor pada masanya ■ Letnan (honorer) di AU Unie Soviet. Semula direncanakan untuk menerbangkan 2 orang ang‐ kasawati pada 2 misi Vostok yang berbeda di bulan‐ bulan Maret dan April 1963. Tereshkova, Solovyova dan Ponomaryova adalah calon utama untuk misi tersebut, dengan pertama meluncurkan Tereshkova (Vostok 5), dan disusul Ponomaryova (Vostok 6). Namun rencana ini dirubah pada Maret 1963: Vostok 5 membawa kosmonot (pria)Valeri Bykovsky, yang kemudian disusul Tereshkova [e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

Sally Ride, “astronita” pertama AS.

Dari enam perempuan “terpilih” di Pusat Pelatihan Astro‐ naut NASA di tahun 1978, Sally Ride adalah yang pertama terpilih untuk terbang. Sally Ride lahir di Los Angeles, CA, pada 26 May 1951. Tertarik dengan bidang iptek sejak usia dini, Ride mene‐ kuni fisika sebagai bidang utama studinya . [ke hal. 8] ►

halaman 6


Merah-putih di antariksa ..... Satelit LAPAN A2/LAPAN ORARI siap diluncurkan. “Satelit buatan dalam negeri LAPAN‐A2 atau LAPAN‐ ORARI telah selesai dibangun dan siap diluncurkan pada pertengahan 2013 dengan menggunakan roket PSLV‐C23, dari Sriharikorta, India” demikian diumumkan oleh Ka PusTek Satelit LAPAN, Ir Suhermanto MSc. "Muatan utama PSLV‐23 itu adalah satelit Aerosat yang berbobot lebih dari 600 kilogram," kata Suhermanto. “Dalam roket itu, terdapat ruang untuk satelit‐satelit kecil berbobot kurang dari 100 kilogram yang biasa dise‐ but piggybag” "(Peluncuran satelit) kita menunggu (kesiapan) muatan utama. Jadi, kita sudah harus siap sebelum satelit utama itu," imbuhnya. Suhermanto mengatakan biaya peluncuran satelit Lapan A2 sekitar separuh dari harga normal peluncuran satelit utama yang mencapai 10,000.00 dolar AS per kilogram, belum termasuk asuransi. Pembangunan satelit pemantau (surveilance) ini meru‐ pakan pengembangan satelit LAPAN‐A1 atau LAPAN‐ TUBSAT yang juga diluncurkan dari India pada tahun 2007 lalu dan masih beroperasi hingga saat ini, padahal semula diperkirakan usia LAPAN‐A1 hanya mencapai dua tahun. Pembuatan satelit LAPAN‐A1 dilakukan bekerja sama dengan Technische Universitat Berlin (TUB) di Jerman dan dikerjakan langsung oleh para peneliti dan pereka‐ yasa LAPAN. Sedangkan satelit LAPAN‐A2 dari perancang‐ an hingga pembuatannya dilakukan di Pusat Teknologi Satelit LAPAN di Rancabungur, Bogor. Lapan A2 merupakan satelit yang sama dengan Lapan‐ Tubsat, namun, memiliki sensor yang lebih ditingkatkan dibandingkan satelit pendahulunya. Satelit LAPAN‐A2 dirancang untuk tiga misi yaitu  pengamatan bumi,  pemantauan kapal, dan  komunikasi radio amatir. "Satelit ini memiliki sensor Automatic Identification Sys‐ tem (AIS) yang dapat mengidentifikasi kapal‐kapal yang berayar yang melintas pada wilayah yang dilewati oleh satelit LAPAN‐A2. Dengan demikian, LAPAN‐A2 bisa digunakan untuk memantau lalu lintas wilayah laut Indo‐ nesia," Satelit yang memiliki bobot 78 kilogram ini direncanakan mengorbit pada ketinggian 650 kilometer. Pada orbit tersebut, satelit pemantauan bumi pertama di dunia yang memiliki orbit ekuatorial ini akan melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari dengan durasi melintas sekitar 20 menit. "Pada orbit tersebut, AIS LAPAN‐A2 mampu mendeteksi dengan radius lebih dari 100 kilometer dan mampu untuk menerima sinyal dari maksimal 2.000 kapal dalam satu daerah cakupan," ujar Suhermanto. Dengan kecanggihannya, satelit ini akan mampu menyuguhkan foto daratan Indonesia sekelas foto warna resolusi tinggi hingga 6 meter. “Foto‐foto ini khususnya untuk daerah‐daerah bencana. Jadi satelit ini lebih ber‐ fungsi untuk mitigasi bencana,” ujar Soewarto Hardhienata, Deputi Bidang Teknologi Dirgantara LAPAN. LAPAN‐ORARI juga bisa difungsikan untuk membantu pertahanan TNI Angkatan Laut dalam melakukan peng‐ awasan lalu lintas dan data‐data penting kapal‐kapal yang berlayar di perairan Indonesia. Satelit yang menghabis‐ kan dana sedikitnya Rp. 30 Miliar ini juga akan difungsi‐ kan untuk membantu mencarikan solusi bagi masalah [e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

ketahanan pangan, ka‐ rena juga dirancang agar mampu mempre‐ diksi musim produksi padi. Keunggulan lain adalah kemampuannya menjadi penghubung sekitar 700 ribu peng‐ guna Radio amatir atau ORARI. Kemampuan ini diharapkan membantu perkembangan ORARI agar nantinya bisa menggantikan telekomunikasi kabel atau seluler yang biasanya akan padam pada saat bencana. Tugas LAPAN selanjutnya adalah mempersiapkan roket peluncur bagi satelit karena hingga saat ini roket‐roket yang ada di Indonesia masih sebatas roket untuk keper‐ luan militer. Satelit ini sekarang telah selesai dirakit dan juga telah selesai melewati serangkaian uji coba, yang meliputi uji coba Automatic Position Reporting System (APRS), sel surya, uji pusat gravitasi, uji gaya magnetik, uji air bear‐ ing, uji transportasi dan uji getar. Suhermanto mengatakan misi pertama satelit berdimensi 50 x 47 x 38 cm yang dibangun sejak tahun 2009 itu adalah memantau permukaan bumi dengan kamera video analog dan kamera digital beresolusi tinggi dengan cakupan area gambar 12 kilometer persegi. Misi lainnya adalah membantu komunikasi teks dan suara untuk mitigasi bencana dengan aplikasi Automatic Position Reporting System (APRS) lewat frekuensi S‐Band UHF; juga untuk mendukung pengawasan wilayah mari‐ tim Indonesia dengan memanfaatkan data Automatic Identification System (AIS), terutama pemantauan lalu lintas kapal laut yang mempu‐nyai perangkat transmisi data. Banyaknya pelanggaran hukum di laut Indonesia dan rendahnya tingkat keamanan serta keselamatan moda transportasi laut di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kemampuan pihak ototritas laut yang masih sangat terbatas. Sementara itu teknologi pemantauan lalu‐lintas kapal yang saat ini ada mengandalkan sensor yang berada di pantai dan kapal patroli, dimana cakupan dari sen‐ sor ini sekitar 30 nm (56 km) karena terbatas oleh jarak pandang cakrawala bumi. Salah satu sensor yang digunakan untuk memantau kapal adalah Auto‐ matic Identification System (AIS), sistim pemantauan kapal laut yang berbasis komunikasi digital VHF dan GPS. Berdasarkan aturan IMO, sistem ini harus dipasang pada kapal dengan bobot minimal 300 ton. Secara prinsip semakin tinggi sensor tersebut ditempatkan akan semakin luas cakupannya, sehingga sangat po‐ tensial untuk ditempatkan di satelit. Selain itu untuk misi pengamatan bumi akan mengguna‐ kan kamera digital 4 megapixel, yang dilengkapi lensa dengan panjang fokus l000 mm. "Kapal‐kapal niaga dengan bobot lebih dari 100 ton diwa‐ jibkan mengirim identitas mereka," kata KaBid Tek. Bus Satelit PusTekSat LAPAN, Robertus Heru Triharjanto. Heru memperkirakan satelit berbobot 78 kilogram itu halaman 7


dapat digunakan selama tiga tahun dengan lintasan orbit berinklinasi 6‐8 derajat dekat garis ekuator. Sesuai namanya, LAPAN‐ORARI juga dilengkapi dengan perangkat untuk mendukung komunikasi dalam penanga‐ nan bencana. "Kami bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indo‐ nesia (ORARI) bagi penempatan komponen muatan yang dapat dipakai untuk komunikasi radio," kembali ditegas‐ kan Ka PusTek Satelit LAPAN, Ir Suhermanto MSc. Menurut dia, perangkat Automatic Position Reporting System (APRS) dalam Satelit LAPAN‐ORARI dapat diguna‐ kan jika jaringan operator melalui Base Transceiver Sta‐ tion (BTS) terputus karena ketiadaan daya. "Melalui satelit ini anggota ORARI dapat berkoordinasi dengan tim SAR untuk mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan," ujar KaBid Tek Bus Satelit, Robertinus Heru Triharjanto menegaskan. Heru menambahkan APRS juga mendukung pengiriman pesan singkat melalui gelombang radio yang dapat dila‐ kukan menggunakan perangkat‐perangkat penerima ko‐ munikasi radio modern. "Satelit ini juga mempunyai komponen voice re‐ peater (pengulang suara) tapi terbatas hanya untuk satu pengguna pada satu waktu," kata Heru ■ Dirangkum dari berbagai laman dan tautan, seperti http://lapanrb.org/artikel/186; www.lapan.go.id/annual/file_ pdf/bab_02_2010.pdf; www.lapan.go.id/pers/siaran/sp_orari 17610.pdf; www.lapan.go.id/doc_news/SA17‐1‐11.htm www.mrgostuquwh.blogspot.com/.../satelit‐lapan‐a2‐siap‐ diluncur‐kan.html; www.ciricara.com/tag/satelit‐lapan‐orari/...

◄ [dari hal. 6]

Fisikawan Sally Kristen Ride (26 Mei, 1951 – 23 Juli, 2012) ber‐ gabung ke NASA pada tahun 1978, untuk kemudian menjadi perempuan AS pertama yang merambah angkasa lepas (pada usia 32 tahun, dan karenanya dikenang sebagai the youngest American astronaut ) Credit: NASA

Tidak lama sesudah wisuda Ph. D (in Physics) di Stanford University — setelah menyelesaikan serangkaian riset di bidang astrophysics dan free electron laser physics — Ride membaca iklan NASA yang sedang melakukan re‐ kruitmen bagi calon‐calon astronotnya. Ia mendaftar, untuk kemudian berhasil menjadi salah satu dari HANYA 35 orang yang diterima dari sekitar 8.000 pelamar, dan kemudian bergabung sebagai siswa Angkatan 1978 di Pusat Pelatihan Astronot NASA. (Patut dicatat bahwa dalam daftar alumni “the astronaut class of 1978” ini termasuk juga tiga orang astronaut Afro [e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

‐American dan seorang Asian‐American pertama yang kemudian bergabung dalam korps astronaut NASA). Tentang rekan‐rekan seangkatannya di “class of 1978” ini, Sally dengan bangga menyebutkan "We're all people who are dedicated to the space program and who really want to fly in the space shuttle. That's a common charac‐ teristic that we all have that transcends the different backgrounds." Astronaut Bob Crippen — komandannya di misi STS‐7 — menegaskan bahwa Sally tidak hanya sekedar cakap (capable) untuk mengangkasa: "I wanted a competent engineer who was cool under stress. Sally had demon‐ strated that talent.” Di awal penugasannya di NASA Ride bertugas sebagai Capcom (Capsule communicator) di setasiun pengendali di Houston, untuk melayani komunikasi antara para as‐ tronot di “kapsul” mereka di angkasa lepas dengan seta‐ siun pengendali di Bumi. Selama bertugas sebagai Cap‐ com ia sempat menangani komunikasi bagi dua misi ulang‐alik (STS‐2 dan STS‐3), sebelum kemudian ia terli‐ bat aktip dalam perancangan dan pengembangan tangan robot yang kemudian digunakan pada berbagai misi STS. Pada 18 Juni 1983, ketika Sally Ride diluncurkan dari Ken‐ nedy Space Center untuk mengangkasa dengan space shuttle STS‐7, publik AS khususnya dan dunia “Barat” umumnya meng‐elu‐elu‐kannya sebagai perempuan “Barat” pertama di angkasa lepas, yang mematahkan dominasi Unie Soviet yang ditengarai dengan penerbang‐ an solo Valentina Tereshkova 22 tahun sebelumnya. Sebagai salah satu dari tiga orang mission specialists pada misi tersebut, Ride memainkan peran utama dalam membantu dua rekannya untuk mengaktipkan (deploy‐ ing) beberapa buah satelit komunikasi, melakukan berba‐ gai eksperimen dan menggunakan Shuttle Pallet Satellite untuk pertama kalinya. Tentang dirinya sendiri Sally selalu menyebutkan bahwa dirinya tidak lebih dari sekedar seorang ilmuwan (yang kemudian jadi) astronaut biasa, dan merasa bahwa "satu‐ satunya yang saya dapat berbagi dengan rekan‐rekan lain di lingkungan sesama astronaut adalah bagaimana saya mengendalikan emosi [composure = calm and steady control over the emotions] di saat‐saat kritis“ 9 tahun bertugas di NASA, pada tahun 1987 Ride kembali ke Stanford University, alma maternya, dan ditempatkan pada Pusat Pengendalian Keamanan dan Persenjataan Antarbangsa (Center for International Security and Arms Control) yang antara lain melibatkannya dalam Komisi Penyelidikan bagi musibah meledaknya space shuttle Challenger (dan belakangan termassuk juga Columbia). Tahun 1989 ia bergabung dengan the University of Cali‐ fornia—San Diego sebagai Professor di bidang Fisika, serta menjadi Direktur the California Space Institute. Pada tahun 2001 ia mendirikan perusahaannya sendiri Sally Ride Science, untuk menyalurkan obsesinya dalam memotivasi generasi muda‐mudi untuk lebih giat belajar di bidang pendidikan yang berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Maths) — lihat juga obsesi Dennis Tito di halaman 10). Perusahaan ini mengembangkan dan membuat berbagai perangkat per‐ lengkapan kelas yang inovatip, serta program dan materi pelatihan pengembangan diri dan ke‐profesi‐an untuk para guru. Untuk ini ia juga menulis sejumlah buku ilmiah untuk anak‐anak, termasuk enam serie yang ditulisnya bersama Tam O'Shaughnessy, mitra hidup‐nya selama 27 tahun*). The Third Planet, buku lain yang ditulisnya me‐ halaman 8


Eksplorasi antariksa (oleh para perempuan) ... menangkan the American Institute of Physics Children’s Science Writing Award in 1995. Sally Ride meninggal diusia 61 tahun pada 23 Juli 2012, 17 bulan sesudah dinyatakan menderita kanker pan‐ kreas. Sesudah dikremasi, abunya disimpan di dekat penyimpanan abu ayahnya di pemakaman Woodlawn, Santa Monica, CA. Mengenang Sally Ride, Presiden Barack Obama dalam sambutannya memuji peran Sally dalam “inspires ge‐ nerations of young girls to reach for the stars” seperti yang telah dilakukan Sally sendiri untuk menunjukkan ... "there are no limits to what we can achieve” (tidak ada batasan apapun bagi apa yang BISA kita capai …) ■ *) [sesudah kematiannya, baru publik menyadari bahwa Sally Ride adalah seorang gay, seperti yang selama ini di”syaki” banyak orang yang mencermati hubungannya selama 27 tahun dengan Tam O'Shaughnessy tersebut]

Bagaimana dengan astronita dari INDONESIA? Sebenarnya Indonesia sudah sempat mengirimkan ke (dan menempatkan di) Pusat Pelatihan Astronaut NASA dua orang calon astronaut anak bangsa, yaitu Dr. Pratiwi Sudarmono (lahir di Bandung, 31 Juli 1952) dan Ir. Taufik Akbar (Medan, 8 Januari 1951). Pratiwi menyabet S2‐nya di Universitas Indonesia (1977), dan mendapatkan Ph.D. (in Molecular Biology)‐nya di ri University of Osaka, Jepang (1984). Di tahun 1985, Pratiwi terpilih untuk mengambil bagian sebagai Payload Specialist pada penerbangan pesawat ulang‐alik (Space Shuttle) STS‐61‐H, dengan Taufik Ak‐ bar sebagai backup (cadangan) pada misi tersebut.

membatalkan semua program yang berkaitan dengan kerjasama dengan NASA tersebut bersamaan dengan terjadinya krismon (krisis moneter) yang memporakpo‐ randakan perekonomian Indonesia — padahal dalam kurun waktu 12 tahun itu Pratiwi masih harus tetap men‐ jalani cek kesehatan dan mengikuti beberapa pelatihan lanjutan tentang keantariksaan di Amerika, yang se‐ muanya jadi terkesan sebagai penghamburan (cadangan) Dollar belaka. Lepas dari hiruk pikuk keikutsertaannya di program kean‐ tariksaan yang aborted itu, Pratiwi kembali ke dunia kam‐ pus, dan sempat mendapatkan grant dari WHO untuk risetnya dengan bakteri Salmonella typhi yang dikenal sebagai penyebab sakit tipus. Karir akademiknya berjalan mulus, antara tahun 1994 ‐ 2000 Pratiwi dipercaya menjadi Ketua Jurusan Mikrobi‐ ologi di Fakultas Kedokteran UI, disusul di tahun 2001 ‐ 2002 ia mendapatkan beasiswa lanjutan dari Ful‐ bright New Century Scholars Program, dan sejak Februari 2008 Pratiwi meraih gelar profesor di bidang biologi molekuler dari kampusnya. Pada saat penulisan ini Pratiwi tetap menenuki bidang penelitian dan riset dalam kedudukannya sebagai Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI. Selain tugas “kantoran” di FK UI, waktunya banyak did‐ edikasikannya bagi penelitian penyakit TBC dan tipus. ”Saya gemas banget dengan dua bakteri itu. Dari dulu sampai sekarang tak pernah ada obatnya yang manjur,” ungkapnya. Selain menjadi astronot pertama di Indonesia, Pratiwi sedianya juga merupakan astronot ilmuwan pertama dari Asia. Kegagalannya kemudian digantikan oleh Mamoru Mohri, astronot ilmuwan (di bidang Kimia) asal Jepang. Mohri, kelahiran Yoichi, Hokkaidō, 29/01/148 meraih S1 (in chemistry) di Hokkaido University dan gelar Doktor dari Flinders University di Adelaide, South Australia (1976). Bidang kimia yang ditekuni Mohri adalah bidang materials engineering dan vacuum sciences. 1975 ‐ 1985, Mohri terdaftar di jurusan fusi nuklir di Fakul‐ tas nuclear engineering, Hokkaido University Mohri terpilih untuk mengikuti pelatihan sebagai payload specialist bagi muatan berupa materi materials engineering dari Jepang sendiri, yang kemudian membawanya sebagai Chief Payload specialist pada misi angkasa lepas pertama‐ nya di atas Spacelab‐J yang dibawa STS‐47 (1992). Pener‐ bangan berikutnya adalah sebagai awak pada STS‐ 99 (2000).

Sejak 2007, Mohri diangkat menjadi Direktur Eksekutip Miraikan (National Museum of Emerging Science and Innovation) di Tokyo.■ Keberangkatan Pratiwi (saat itu berusia 33 tahun) dan Taufik merupakan bagian dari “paket” kerja sama peme‐ rintah Indonesia dengan NASA dalam rangka peluncuran satelit komunikasi Palapa B‐3. Mereka berdua adalah hasil saringan dari sekitar 200 orang pelamar yang dise‐ leksi langsung oleh NASA. Sayang, misi ke luar angkasa yang semula dijadwalkan pada bulan Oktober 1985 itu gagal dilaksanakan karena terjadinya musibah meledaknya wahana Challenger yang yang sedianya akan dinaiki Pratiwi. Karena batal untuk diluncurkan bersama Challenger, Palapa B‐3 akhirnya dibawa sebagai payload pada wahana nir‐awak Delta. Kesempatan bagi Pratiwi untuk menjadi astronaut Indo‐ nesia partama benar‐benar pupus 12 tahun pasca musi‐ bah Challenger, saat pemerintah Indonesia di tahun 1997 [e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

Pratiwi sempat bertemu dengan Mamoru Mohri, penggantinya sebagai astronot ilmuwan PERTAMA dari Asia sewaktu mereka berdua diundang untuk menjadi pembicara pada Kalbe Junior Science Fair, September 2012.

halaman 9


MERDEKA ATAU TIDAK terserah KITA ... KITA ini manusia MERDEKA Sering kita mendengarnya tapi LUPA maknanya Kalau percaya darah manusia sama merahnya, kita unggul atau tidak BUKAN takdir Tuhan semata Melainkan bagaimana kita me-MERDEKA-kan diri, untuk raih kesempatan yang ada MERDEKA dari rendah diri MERDEKA dari beban yang kita buat sendiri ...

KITA PASTI BISA Karena kita ORANG MERDEKA !!! Dikutip TANPA pretensi ke‐ber‐PIHAK‐an (politis) ke PIHAK manapun, dari iklan menyambut HUT Kemerdekaan RI ke 68 di halam‐ an 32, KOMPAS 16 Agustus 2013.

◄ [dari hal. 5] Seperti disebut di depan, misi ini akan menggunakan teknologi yang saat ini sudah digunakan dalam pelun‐ curan berjenis wahana low‐Earth‐orbit — yang nantinya tentu harus disesuaikan dengan kondisi penerbangan berjangka waktu lama (long duration) ke Mars. Kompartemen bagi awak misi nantinya dikemas dalam bentuk kapsul ukuran 17 m3 dengan berat 10 ton — yang dirancang untuk dapat mengatasi panas berlebihan saat memasuki atmosfir Bumi pada proses reentry, dapat mengapung dan cukup kokoh (untuk menyesuaikan de‐ ngan lingkungan/habitat setempat saat pendaratan kem‐ bali di Bumi) — akan “dijejali” dengan perangkat sistim pengendali lingkungan dan pendukung kehidupan (ECLSS/environmental control and life support system) serta perangkat lain yang diperlukan para awak untuk bertahan hidup, termasuk 1,400 kg makanan kering (dehydrated food), perangkat gym dan fitness untuk mengatasi dampak penerbangan lama dalam kondisi nir‐ bobot (weightlessness), serta peralatan pendaur ulang air dan pengontrol udara di dalam kapsul yang juga dikem‐ bangkan dari yang sekarang digunakan di ISS. Fokus ilmiah misi ini adalah aspek ketahanan dan keji‐ waan manusia (human endurance and psychology), yang diharapkan dapat menjadi preseden baru dalam tekno‐ logi eksplorasi angkasa lepas. Tito berniat untuk menjadi‐ kan ini semua sebagai landasan yang unik (a unique plat‐ form) di bidang pendidikan yang berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Maths). Termasuk juga pi‐ lihan untuk menjadikan sepasang suami isteri (a married couple) sebagai awak, yang dimaksudkan untuk mengil‐ hami (inspire) generasi muda‐mudi (young persons of both sexes) untuk bermimpi BESAR (to dream BIG) dalam menuntut ilmu (dan teknologi) selama menapaki jenjang pendidikan mereka. Seleksi bagi awak misi Inspiration Mars mengharapkan sejumlah besar pelamar bagi lowongan untuk menjadi awak misi yang akan mencetak rekor baru bagi penerbangan terjauh dan ter‐ lama tersebut. Pasangan suami isteri yang nantinya ter‐ pilih harus bisa bersikap luwes (resilient), stabil secara [e-QSP – kalawarti elektronik milis ORARI-news]

kejiwaan (even‐keel = in stable & steady condition) dan bisa bertahan untuk tetap ceria (happy) dalam mengha‐ dapi berbagai aspek tantangan semisal kondisi yang “keras”, terisolir (jutaan kilometer dan hanya terhubung — dengan siapapun — lewat radio), resiko celaka serta berbagai ancaman terhadap kesehatan mereka (seperti kondisi microgravity selama satu setengah tahun pener‐ bangan yang beresiko memperlemah tulang‐tulang mereka). Belum lagi resiko keterdadahan pada radiasi dosis tinggi yang diharapkan tidak akan menambahkan lebih dari 3% resiko terhadap kanker, yang mau‐tidak‐ mau harus mereka hadapi dengan sukarela (voluntarily). Banyak yang masih harus dipersiapkan, antara lain ter‐ kait bidang kedokteran (di) angkasa lepas (space medi‐ cine), perangkat pendukung kehidupan serta perlin‐ dungan terhadap panas dan sebagainya, sehingga proses rekruitmen dan seleksi belum akan diumumkan sampai setidaknya awal 2014. Sumber Pendanaan Misi ini diproyeksikan akan menghabiskan dana sekitar 1‐2 milyar USDllrs — bandingkan dengan 2.5 milyar USDllrs yang dianggarkan NASA bagi pengiriman dan pengoperasian selama 2 tahun robot Curiousity ke dan di permukaan Mars. Dana sebesar itu diharapkan akan terkumpul a.l. dari berbagai Yayasan (termasuk yang nir‐ laba) di AS, fihak industri dan para penderma perorangan (philanthropic donators) — termasuk dari the National Geographic Society — sedangkan Tito sendiri me‐ nyediakan sekitar 100 juta USDllrs bagi 2 tahun pertama operasi Yayasan dari koceknya pribadi. Betapapun, KRITIK datang a.l. dari majalah The Econo‐ mist, yang mempertanyakan segi keselamatan terhadap dampak radiasi (UV dan kosmis) serta jaminan bagi kem‐ balinya kedua astronaut “dengan selamat” mengingat tingginya kecepatan pada saat re‐entry (masuk kembali ke atmosfir Bumi). Merujuk pengalamannya sendiri, Robert Zubrin (the Mars Society/proyek MARS Direct — lihat hal. 4) walaupun meng‐ya‐kan pendapat bahwa misi ini "do‐able" [bisa dikerjakan] dengan tehnologi yang ada, namun ia meragukan aspek pen‐DANA‐annya: "I give them a 1‐in‐3 chance, but not for the technical reasons. It's a question of can they raise the money?" ■ halaman 10


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.