Ulasan pertunjukan

Page 4

Afri banyak menawarkan spektakelspe ktakel semiotik yang hambar dan jelas. Dimana signifikasi tanda bisa langsung dilesapkan kedalam konteks makna. Penawaran ini jelas banyak dilakukan lewat perilaku gestural dan pengucapan yang seolah dikoorkan secara dingin dan teknikal sehingga meninggalkan kekuatan yang dibangun aktor sebelumnya. Penawaran aksi laku yang dipresentasikan oleh Liz Besoes patut diberikan tabik, ia berhasil mewacanakan ‘perempuan’ dalam memandang stigma kultural patriarkis. Sebuah teks kritis yang hanya bisa lahir dari kecermatan melihat kebiasaankebiasaan sterotype. Pertunjukan ini tentu saja dapat bingar akibat kematangan dari dua belah pihak; sutradara yang paham betul atas konsep frakturalnya dan aktor yang bisa

sang anak membuat adegan klise ini menjadi semacam tragedi yang harus ditertawakan. Kepiawaian aktor dalam penawaran warna dialog adalah ujung tombak keberhasilan pertunjukan ini. Sayangnya kepiawaian aktor dalam membentuk teks tidak diimbangi dengan pendalaman jangkauan pikir mengenai kompleksitas Ken Arok sendiri, entah apakah Ken Arok disini diarahkan menjadi acuan narasi dirinya sendiri, atau sebagai indikator refleksi naratif perempuan dalam menyikapi stigma kultural patriarki? []

menerjemahkan teks ke sebuah bentuk representatif. Adegan stigmatis perceraian yang dimainkan dengan baik oleh aktor Mac Milan Amalo dan Liz Besoes ditambah capaian dialogdialog reduktif

3


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.