Tabloid delik riau edisi khusus desember

Page 1

delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

Tabloid

Delik

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013 Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

Riau

16 Halaman www.delikriau.com

Mengungkap Fakta dengan Investigasi

HUTAN LINDUNG TAHURA

DISULAP JADI

KEBUN SAWIT

Baca halaman......09

16 WARGA

SUNGAI MUNGK AL

MENJADI MUALAF

Baca halaman......14 Dr. Edi Kuswara

102 GURU SMK SE-KEC.KANDIS, IKUTI PELATIHAN

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Baca halaman......15

Risma


2

ALASAN MATI YANG TAK INDAH

delikriau

REDAKSI

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

Ungkap Fakta dengan Investigasi

BERTEMU DUA ODHA Sugiharto Pemimpin Redaksi

M

ATI, memang, menjadi urusan Tuhan an sich. Tapi, persoalan sebelum mati, jamaknya urusan orang. Kalau persoalan sebelum mati menyangkut orang banyak, urusannya bisa jadi tak mudah. Persoalan menyebarnya virus HIV – dan kemudian menjadi AIDS – yang akselerasinya tak bisa dibendung, bisa membuat kita bergidik membayangkan akibat yang akan terjadi. Anak-anak yatim piatu, ibu-ibu terinfeksi, anak-anak muda cepat mati, generasi pupus bahkan sebuah bangsa bisa mongsa, binasa. Sebaran virus yang masif, terus, terus dan terus – seperti jingle produk makanan di televisi – tidak bisa tidak, harus dihambat dengan memikirkan, kemudian melakukan dan berbuat. Bertindak dan bergerak. Bergerak lebih cepat beberapa langkah di depan dari gerakan sebaran virus itu. Karena jika sudah menjadi epidemi, rumah sakit-rumah sakit akan dijejali pasien dengan status sama, ODHA. Seperti yang sudah dialami negara sebenua – Thailand. Berjejal-jejal pasien antre. Kalau dipikir, masih untung negeri ini belum menambah jenis antrean yang sudah ada - BBM dan Sembako – dengan antrean para pesakitan HIV dan AIDS. Meski tidak suka dibilang pesakitan, faktanya, orang yang sudah terpapar HIV AIDS wajib minum obat sepanjang sisa hidupnya. Bukankah, orang sakit yang minum obat? Kita menjadi masgul saat para pemimpin negeri ini masih tak hirau karena berkutat dengan hiruk pikuk politik dan hukum yang anomali. Kita menjadi sedih saat masyarakat masih membuat stigma yang buruk atas mereka yang terpapar Human Immune deficiency Virus ini. Padahal, dibutuhkan contoh dan teladan dari para pemimpin untuk mencegah penyebaran dan mengubah stigma negatif publik yang salah. Maka, kita dukung tatkala ada para medis yang berharap agar pimpinan daerah ini terlebih dahulu memberi contoh memeriksakan diri, lalu mengumumkan hasilnya. Agar masyarakat pun tak enggan, tak sungkan dan tak takut ikut memeriksakan diri. Periksa diri adalah satu langkah baik untuk pencegahan. Mengapa? Karena ketika tahu dirinya positif terpapar, ia bisa membatasi diri untuk tidak menulari. Pun, saat tahu dirinya tidak terpapar, ia bisa menjaga diri agar jangan tertular. Sinergi yang cantik, sebenarnya, jika benar-benar well implemented. Meski pesimisme kita muncul saat ketidak pedulian masih menyandera. Tak dipungkiri, bagaimana HIV AIDS tak hanya menyuntikkan virus mematikan bagi yang terinfeksi, tetapi juga menyuntikkan stigma berat dalam masyarakat. Bahkan kalangan yang cukup informed dan teredukasi pun tak lepas didera sindrom paranoid saat berhadapan dengan kasus ini. HIV AIDS sudah di depan mata. Ibarat pasukan Fir’aun yang sudah di depan mata membawa ratusan gajah dan pelontar batu, tragedi ini – kalau bisa disebut tragedi – tidak bisa dihadapi dengan hanya duduk di belakang meja dengan membuat program seminar dan debat kusir. HIV AIDS adalah alasan untuk mati yang tidak indah. (**)

LENSA DELIK

Acara silaturahmi PWI Riau dengan PWI Tembilahan Redaksi Delik Riau akan memberikan kenang-kenangan kepada wajah yang dilingkari lensa Delik. Hadiah bisa diambil di kantor kami setiap jam kerja sampai dua pekan ke depan. Redaksi

DelikRiau Mengungkap Fakta dengan Investigasi

Pemimpin Umum : Sugiharto Pemimpin Perusahaan : A. Fasmilini Wapim. Perusahaan : Suyatno Pemimpin Redaksi : Sugiharto Wakil Pimpinan Redaksi :Parulian Sidabutar

Badan Hukum Pers : PT. Pena Lingga Media Riau

SATU senja yang basah. Pekanbaru diguyur hujan sejak sore. Di sebuah rumah mungil di seputaran jalan SumateraPenyengat, saya langkahkan kaki menuju ruang tamu. Dua anak muda sudah menunggu saya di sana. Saat bersalaman dengannya, tidak ada sedikitpun tanda-tanda bahwa ia mengidap penyakit yang sangat ditakuti itu. Sosoknya bersahaja seperti layaknya kebanyakan anak muda. Ia mengaku sudah berumur 26 tahun, namun wajahnya terlihat lebih muda dari usianya. Bahkan, kesan yang saya dapati, ia tampak energik dan bersemangat saat menjawab beberapa pertanyaan. “ Nama saya, Kaka (samaran). Saya adalah ODHA. Umur saya 26 tahun. Status saya, masih single,” ujarnya ketika memperkenalkan dirinya. Selanjutnya, cerita tentang dirinya mengalir begitu saja. Bahwa ketika ia memutuskan untuk memeriksakan diri dua tahun silam, karena kesadaran sendiri. Merasa gaya hidup yang dijalaninya selama ini tergolong beresiko tinggi terinfeksi HIV/Aids. Ia lugas mengaku sebagai pengguna narkoba jarum suntik, mentato lengan kanannya hingga bahu, serta sesekali melakukan hubungan badan dengan beberapa teman wanita. Suatu hari, dua tahun lalu, ia memeriksakan diri dengan sukarela di klinik VCT RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Hasilnya, ia didapuk positif mengidap virus HIV. Divonis terpapar virus HIV, awalnya ia sempat shock. “Tapi, mau bagaimana lagi? Memang itu adalah resiko yang harus saya terima karena perilaku saya sendiri. Sekarang saya hanya harus membangkitkan semangat saya untuk bertahan hidup dengan penyakit ini. Satu hal yang saya syukuri, ternyata saya tidak menularkan penyakit ini ke mantan pacar saya. Dan keluarga saya menerima kondisi saya yang seperti ini. Walaupun terkadang masih ada sedikit perlakuan mereka yang membedakan saya dengan yang lain. Misalnya, ketika menyediakan makanan untuk saya. Dan beberapa hal lain dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya. “Untungnya, masih ada yang mau menerima keadaan saya. Di sini, di komunitas ini, kami bisa saling berbagi senasib dan sepenanggungan.”

Komunitas yang dimaksud Kaka adalah sebuah lembaga yang bergiat mendampingi para ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). Di Yayasan Sebaya Lancang Kuning, Kaka memberikan waktu dan tenaganya untuk mendampingi orangorang yang senasib dengannya. Tugasnya memberikan support, memotivasi dan memberikan penerangan kepada ‘populasi kunci’ yakni populasi orang-orang yang beresiko tinggi terinfeksi HIV AIDS maupun orang yang baru mengetahui bahwa dirinya mengidap HIV AIDS.

kanbaru - ia menyebutkan suatu daerah di sebuah Kabupaten. Saat hamil, ada pemeriksaan test HIV di rumah sakit dan hasilnya ternyata saya positif mengidap HIV. Oleh pihak rumah sakit, saya dirujuk ke sini - Pekanbaru. Di Rumah Sakit Arifin Ahmad saya dirawat sampai melahirkan. Alhamdulilah, melalui operasi, anak saya lahir dan ketika diperiksa negatif. Sekarang ia dirawat oleh keluarga saya di kampung. Saya pulang menemui anak sebulan sekali untuk melepas rindu dengannya.”

Populasi kunci adalah mereka yang kesehariannya bekerja di area prostitusi, dunia malam dan remang-remang. Sore itu, sebelum bertemu dengan saya, Kaka baru saja pulang bertugas di sebuah tempat prostitusi di pinggiran kota. Ketika ditanya tentang harapannya? Sambil menarik nafas panjang, anak muda itu berujar, “Semoga, tidak ada lagi perlakuan yang mengucilkan kami di masyarakat. Dan, orang yang terinfeksi penyakit ini, tidak bertambah lagi jumlahnya.” Tertular Suami Si cantik itu, Meri (nama samaran). Tubuh mungilnya dibalut busana muslimah. Tertutup rapat dengan warna yang serasi.Terlihat modis. Sepintas, ia tak ubahnya seperti seorang mahasiswi. Wajahnya dipoles make up tipis dan selalu tersenyum sepanjang wawancara. Tidak terlihat garis kesedihan di wajahnya. Usianya, masih 22 tahun. “Menyesal? Ya... terkejut dan nyaris putus asa waktu dinyatakan positif mengidap HIV dua tahun lalu. Mau menyesal, bagaimana lagi? Saya tahu yang menularkan penyakit ini kepada saya adalah almarhum suami saya,” tuturnya membuka percakapan. “Ketika usia kandungan anak pertama 8 bulan, kesehatan saya merosot. Badan terasa sangat lemah. Saat itu saya tidak berdomisili di Pe-

Ia menceritakan riwayat pernikahannya dengan almarhum suami. Berkenalan dengan suami yang bekerja di sebuah Cafe di Pekanbaru, kemudian menikah dan mengandung. Ketika usia kehamilan menginjak 5 bulan, tiba-tiba sang suami yang sedang sakit-sakitan diambil oleh keluarganya untuk dibawa berobat ke Batam. Tak cukup di sana, suaminya dirujuk hingga ke Johor dan akhirnya meninggal dunia.Yang agak disesalinya, ia tidak bisa menjenguk dan melihat suaminya untuk terakhir kali karena sedang hamil dan sakit-sakitan. Sedikitpun tidak ada kesan menyalahkan siapapun, yang tertangkap di wajahnya. Dengan senyum simpul Meri berkata, “Saya ingin tetap melanjutkan hidup ini, mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan rajin minum obat. Dan ingin melihat perkembangan anak saya, walaupun dari jauh.” Ketika saya bertanya, apakah ingin berumahtangga lagi? Dengan senyum yang tak lepas, ia menjawab, “Iya, tentu saja. Tetapi yang terpenting sekarang, saya harus sehat dulu kan?” Saya tersenyum. Si cantik juga tersenyum. Meski senyum manis itu masih tak lepas sampai saat mengantar saya beranjak dan pulang, namun separuh sisi hati saya teriris. Separuhnya, menangis. Di luar, senja telah lenyap ditelan malam. (Lins)

Ilustrasi

Dewan Redaksi : Sugiharto, Adimir A Baluka, Parulian S, Lini. Redaktur :Achmad, Lini, Wartawan : Achmad, Safri, Ucok, Gie, Abel, Sarwan Kelana, Yoseph V, Audi, Amirsyam, Rusda, Koto. Biro Siak : Alf, Biro Kandis : Achmad, J. Tarigan, Nazardi, M. Semiring, Ramlan, Syarudin Singuringga, Biro Pinggir : Amri, Biro Duri : Edi Sinurat, Rosvita. Biro Dumai : Bambang, Biro Bengkalis/Muatafa: Mustafa, Abu Thalib. Biro Biro Meranti : M. Khosir, Biro Bagan Siapi-Api : Afrizal P., Sofyian Rh, Biro Pasir Pangaraian : Riop Adinata, Dispandery, Biro Tandun : Ronggur Gersang, Biro Ujung Batu : Ibnu Hiban, Yusri. Biro Kampar : Khaidir Yahya, Hafni, Jufri Zen, Musliadi. Biro Pelalawan : Leman, Ranto, Dedi, Biro Langgam : Mawan, Biro Rengat : Miswanto, Effendi, Biro Tembilahan : Riadi Dwi Ringgo, Yosef. Biro Kuantan Singingi: Taupik, Penasehat Hukum: Mayandri Suzarman, SH, Tomy Chandra, SH. Fahrizal Fauzi, SH., Patar Pangasian, SH, Sekretaris Redaksi : Yosi, Webmaster : AP Master Web, Manager Keuangan : Hj. Ir. Alarti, Kabag Iklan : Toman, Perwakilan Jakarta - Bandung: Tari, Meutia. Lay Out: Tim Delik Riau Alamat Redaksi : Jalan Nenas. Komplek Arengka Lestari, No. 7 Pekanbaru, Provinsi Riau, Telepon: 081371906089 no. Rek Bank Riau : 102.21.23781, website: www.delikriau.com email : redaksidelikriau@yahoo.com

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com


LAPORAN UTAMA

delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

3

HIV AIDS DI RIAU, SUDAH BENCANA? WAKTU menjelang Isha di pertengahan September 2003, sebuah minibus Daihatsu Zebra warna perak memasuki halaman kantor Telkom Riau Daratan di jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru. Kerumunan sekitar 50 orang yang hampir satu jam menunggu di seputaran tiang bendera, memalingkan wajah mereka ke minibus yang berhenti tak jauh dari pos Satpam. Tiga orang, satu laki-laki dan dua perempuan, berjalan menuju lapangan terbuka, tak jauh dari tiang bendera.

A

NDI dan Risma menyapa kerumunan di sana. Adik ipar Andi, Irin, tersenyum simpul di belakangnya. Malam itu, sejumlah karyawan Telkom berlatih ilmu pernafasan yang dipandu Andi. Risma, istri Andi dan Irin, bertindak sebagai asisten Andi saat melatih. Berbaju seragam, kaus putih dengan lengan dan kerah berwarna biru dongker, sekitar 50-an orang berdiri menirukan setiap gerakan yang dilakukan Andi. Andi, 48 tahun, lelaki gempal berkepala plontos itu melakukan gerakangerakan lambat dan teratur – terlatih – sambil mengumamkan aba-aba. Ia melatih ilmu

pernapasan dan tenaga dalam. Perguruannya, Tetada, berhasil merekrut hampir 200-an orang – termasuk yang berlatih di halaman kantor perusahaan telekomunikasi PT. Telkom di Jl. Jenderal Sudirman itu. “Mereka selalu berdua – Andi dan Risma. Kalau adik iparnya itu, setahu saya hanya sekali-sekali saja datang,” ucap Yana, pensiunan pegawai Telkom, pekan lalu saat Delik Riau menemuinya. Yana tidak tahu apa kegiatan Andi dan Risma setelah ia tak melatih ilmu tenaga dalam di Telkom. Saat Yana mengajukan pensiun muda dua tahun kemudian, ia nyaris tak pernah lagi datang ke kantor Tel-

kom. Lelaki yang kini membuka usaha angkutan kota itu agak terkejut saat Delik menceritakan kegiatan Andi dan Risma yang kini bergelut dengan para ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). Setelah menutup perguruan tenaga dalamnya akhir tahun 2005 silam, Andi dan Risma mendirikan Yayasan Sebaya Lancang Kuning. Kantornya di Jalan Sumatera, bisa disebut rumah singgah bagi para ODHA. Hampir setiap hari ada ODHA yang bertandang ke sana. Baik untuk konsultasi – bagi yang baru saja dinyatakan terinfeksi – maupun hanya sekedar kumpul dan berbagi cerita antara sesama ODHA. Yayasan

PIMPINAN DAN STAF DPRD KABUPATEN ROKAN HILIR

Tertanda,

Nasruddin Hasan Ketua DPRD Drs. Jamiluddin M. Ridwan, SIp Wakil Ketua DPRD Wakil Ketua DPRD H. Syamsuri A, S.Sos, M.Si Sekwan

ini bergiat mendampingi mereka yang dari awal diketahui terpapar virus HIV, hingga stadium AIDS. “Orang yang baru diketahui terinfeksi HIV berbeda dengan orang yang sudah stadium AIDS,” papar Risma, siang pekan lalu saat Delik berkunjung ke kantornya. “Orang yang sel darah putihnya sudah di bawah 200, dinamakan orang dengan AIDS. Sel darah putih atau disebut CD4 orang normal di atas 700. Dengan memakan obat tiap hari, orang yang sudah terdeteksi

HIV

Kab/Kota

Jumlah

Kota Pekanbaru Kab. Bengkalis Kota Dumai Kab. Rohil Kab. Pelalawan Kab. Kampar Kab. Inhil Kab. Siak Kab. Inhu Kab. Kep. Meranti Kab. Rohul Kab. Kaunsing Jumlah

482 199 144 85 88 55 39 33 13 13 11 1 1163

AIDS Jumlah 521 56 97 64 31 39 62 34 15 8 23 4 954

Sumber data KPA Riau per-Agusutus

Ilustrasi

HIV dapat meningkatkan CD 4-nya. Yang penting harus diketahui dan dijaga jumlah CD4 dalam tubuh, agar tetap sehat meski terinfeksi HIV.” Menurut Risma, orang yang masih berstatus HIV tetap bisa melakukan aktifitas layaknya orang sehat. “Bisa bekerja seperti biasa, berolahraga, bahkan melakukan hubungan suami istri. Jika suami yang terinfeksi, biasanya pencegah penularan ke istri saat hubungan intim harus menggunakan kondom. Begitu juga sebaliknya. Makanya, kondom hingga saat ini masih dianggap efektif bisa mengelakkan paparan virus HIV saat ada interaksi seksual. Setidaknya, itu bisa jadi antisipasi,” kata Risma. Selain komunitas yang dikelola Risma, di Pekanbaru ternyata ada beberapa komunitas yang hampir sama. Komunitas WARGA, misalnya. Komunitas ini menjadi tempat berkumpulnya para Waria dan Gay di Pekanbaru. Ada lembaga SIKLUS yang lebih mengkhususkan pendampingan pada para pengguna jarum suntik dan narkoba. Lalu ada DEKAP di PMI dan

Yayasan Utama, lembaga nirlaba pertama di Riau yang fokus terhadap pencegahan dan penyebaran virus HIV AIDS. Kendati masih belum ada penetapan status bencana terhadap kondisi penyebaran virus HIV AIDS yang makin hari kian meningkat, tapi sempat terlontar oleh Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids Riau, dr. Mursal Amir dua pekan lalu saat Delik Riau berkunjung ke kantornya. Memang, tidak tegas, ia mengatakan kondisi penyebaran HIV AIDS di Riau sebagai bencana. “Kalau dikatakan bencana, mungkin bisa kita katakan bencana. Karena itu berbahaya, dua ratus ribu!” ucap Mursal. Setali tiga uang dengan ucapan Mursal, Risma dan dokter penanggung jawab klinik VCT RSUD Arifin Achmad, Edi Kuswara, melihat kondisi penyebaran virus HIV AIDS di Riau saat ini sudah sangat mengerikan. Data jumlah kasus HIV AIDS hingga akhir bulan Agustus 2013 yang dirilis KPA Riau melalui Dinas Kesehatan ada 2.117 kasus. Dari 2.117 kasus tersebut, 1.163 adalah

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

kasus HIV dan sisanya, 954 AIDS. Berdasarkan perbandingan penyebarannya 1 banding 100, artinya 1 orang yang terinfeksi ada 100 orang yang tidak diketahui terinfeksi, patut diduga sudah ada 211. 700 kasus orang terinfeksi HIV AIDS yang menyebar di Propinsi Riau. “Sangat. Sangat mengerikan. Bayangkan saja, satu orang itu misalkan suami, menularkan ke anak, menularkan ke istri,” kata Edi Kuswara saat Delik mengujungi klinik VCT pekan lalu. “ Itu fenomena gunung es. 1 orang itu, setidaktidaknya ada 99 orang atau 100 orang lagi yang ada di bawahnya.’’ Meski bisa dibilang setali tiga uang dengan Mursal dan dokter Edi, Risma memberikan jawaban yang lebih soft saat Delik ingin tahu pendapatnya tentang kondisi HIV AIDS di Riau. “Kalau masalah bencana, itu sudah pasti. Saya tidak bisa ngomong ini bencana, kalau bagi kami yang memang sudah gerakannya di sini, itu sudah wajar. Sudah kita prediksi ini akan terjadi kalau kitanya tidak perduli. Bakal seperti itu.” (Soegi/lins).


4

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

LAPORAN UTAMA

delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

RISMA, KOORDINATOR YAYASAN SEBAYA LANCANG KUNING

TENTU SAJA, SANGAT MENGERIKAN INI BISA MENGHANCURKAN SATU BANGSA “I see skies of blue, and clouds of white The bright blessed day, dark sacred night And I think to myself What a wonderful world”

L

IRIH, alunan suara bariton Louis Armstrong mengalun dari sebuah pavilion mungil di ujung jalan Penyengat. Dua orang gadis tengah asyik ngobrol, saat Delik menyambangi pavilion itu. “Yayasan Sebaya Lancang Kuning? Ngak ada, rasanya baru dengar. Kami tidak tahu juga, mas” ucap salah seorang gadis yang berambut ikal. Gerimis sore awal pekan Desember masih luruh. Membasahi jalan-jalan sepanjang pemukiman yang terkenal dengan nama “komplek nyamuk” itu. Entah dari mana asal nama itu, tapi, pemukiman seputaran jalan Penyengat dan sekitarnya, dulunya adalah komplek rumah dinas para pejabat kota ini. Setelah mengontak lagi Risma, Koordinator Yayasan Sebaya Lancang Kuning, melalui handphone kami dipandu menemukan kantornya. Ditemani Andi, sang suami serta seorang staff, Risma panjang lebar menjawab wawancara Delik sore itu. Bagaimana awalnya Anda bisa mendirikan lembaga ini? Awalnya kita kelompok dukungan sebaya.

Kelompok yang mendampingi teman-teman sebaya, dalam arti senasib. Jadi, memang di kelompok kita ini yang sudah positif yang kita dampingi. Nah, beda dengan lembagalembaga lain, mereka lebih kepada penjangkauan. Seperti Yayasan Utama, dulunya juga fokus ke lokalisasi. Jadi, mereka yang mendekati orangorang yang beresiko, penjaja seks, begitu ketahuan positif kita yang mendampingi. Kegiatan Anda menjangkau Propinsi Riau? Awalnya kita di Pekanbaru saja. Namun, awal 2011 kita menjangkau seluruh Propinsi Riau karena kasus itu dari seluruh kabupaten kota. Kita setiap bulan mengunjungi daerah-daerah. Ke Dumai, Duri, Tembilahan, Pasir Pangaraian. Tapi karena keterbatasan dana dan capeknya luar biasa karena setiap bulan kami harus lakukan penguatan di luar daerah, di tahun 2011 kita mengusulkan kepada temanteman di daerah agar buat kelompok seperti kami. Jadi akhirnya sekarang

Risma

di daerah sudah ada 4 kelompok. Di Tembilahan, Duri, Dumai dan Pekanbaru sendiri. Jadi Lancang Kunig sudah jadi kelompok penggagas, menggagasi teman-teman di daerah untuk punya kelompok. Dan kita memang yang men-support teman-teman dari segi financial dan ilmunyalah.

Kelompok yang di daerah itu namanya apa? Di daerah, tergantung temanteman. Jadi kalau yang di Tembilahan itu namanya Family Support Group, kalau di Duri namanya Hangtuah Support Group, kalau di Dumai, Dumai Support Group. Kalau di Pekanbaru sendiri, namanya Pekanbaru Positif Support Group. Yayasan Anda berdiri tahun berapa? Kita berdiri sejak tahun 2005. Tapi, berbadan hukum resminya tahun 2011. Berapa orang yang bergabung dalam komunitas Anda? Saat ini kita sudah mendampingi seribuan orang. Banyak ya? (Tertawa) Ya, cukup banyak. Itu dari tahun 2005 ya. Dan itu belum semuanya yang kita dampingi. Bagaimana cara masuk anggota komunitas ini. Mendaftar, gitu? Oh, tidak mendaftar (tertawa). Kita membentuk kelompok ini karena kita tahu lah, HIV itu lebih ngetopnya karena stigma dan diskriminasi. Sebetulnya, HIV itu tidak ada masalah. Cuma stigmanya itu,

diskriminasi. Kita membangun teman-teman itu, ayo bangun. Tak perlu takut dengan diskriminasi. Dan itu kenyataan yang harus kita hadapi. Tadinya kita itu

Ilustrasi under ground, tidak pernah dilaporkan kegiatan kelompok kami ini. Kita juga du- lunya tidak daftarkan ke KPAD. Jadi benar-benar under ground banget. Tapi, seiring berjalannya waktu kita memang harus bekerja sama dengan KPA. Jadi setelah kita menguat, kita mengenalkan diri sama rumah sakit. Rumah sakit yang melayani HIV. Kan ngak semua rumah sakit. Cuma ada di RSUD, RSJ, Santa Maria, Puskesmas Senapelan dan, kalau sekarang malah ada empat puskesmas lagi. Simpang Tiga, Tenayan Raya, Lima Puluh dan Payung Sekaki. Jadi kita mengenalkan bahwa kita kelompok. Dan, kebetulan di Riau ini sekarang kan masuk dana Global Fund, Round 8. Kebetulan dari Global Fund menunjuk Lancang Kuning untuk kota Pekanbaru sebagai pendampingan orang dengan HIV AIDS. Jadi ada dua geraknya kalau di LSM, ada yang menjangkau dan pendampingan. Kita yang pendampingan. Kalau menjangkau itu bagaimana? Menjangkau itu, mereka (lembaga) mendatangi orang yang beresiko. Untuk Pekanbaru, untuk pendampingan itu Yayasan Utama. Tapi, Yayasan Utama menunjuk kita. Yayasan Siklus untuk penjangkauan, mereka mendatangi tempat-tempat hot spot yang memang orangnya beresiko. Seperti temanteman Waria Gay-nya, teman-teman pekerja seks-nya. Yah, seperti itulah. Untuk klien pekerja seksnya, mereka menjangkau teman-teman itu

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

untuk mau digiring kelayanan. Ke klinik VCT. Nah, kalau dites hasilnya positif, itu kerjaannya kami

lagi. Kerjaannya Lancang Kuning lagi. Mereka sudah putus. Siklus-nya sudah tidak sini lagi. Mereka cuma dari populasi kunci, menggiring ke layanan sampai di sini kalau positif kami yang damping. Nah, jadi kita sudah bekerja sama dengan layanan-layanan yang ada. Kalau ada temuan positif, mereka mengghubungi kami. Kalau di RSUD sendiri, karena itu sangat banyak kasus di RSUD, karena belum semua kabupaten ada klinik VCT. Baru ada 7 klinik VCT di kabupaten. Jadi seperti di Selat Panjang, Pasir Pangaraian kan ngak punya klinik, itu mereka merujuk ke RSUD Pekanbaru. Di RSUD kita stand by kan satu teman khusus untuk mendampingi. Di klinik itu, kita duduk. Tapi kalau di pelayanan lain, kita on call. Kalau ada temuan (positif HIV) mereka telepon, kita berangkat. Sekarang justru ada kendala di 5 layanan itu, saat masyarakat antusias mau memeriksa, reagennya habis. Itu bagaimana? (Tertawa) Kita cuma bisa mendengar saja. Kita memang langsung turun. Kita langsung ke orangnya kita dampingi. Nah, kita kaget kemarin ada program tes HIV namanya bulan tes HIV. Itu maksudnya mau memecah gunung es itu tadi. Lalu ada program bulan tes HIV. Saya tidak mengerti waktu mereka merancang program itu apa tidak duduk bersama dengan orang dinas kesehatan. Nah, kalau sudah merancang satu program, kalau sudah duduk bersama, mereka sudah harus siap. Di lingkungan kita sekarang sudah ada kader yang menyuruh ibu-ibu agar melakukan tes. Yang untuk populasi kunci, orang beresiko itu, Bersambung ke hal. ...........11


delikriau

LAPORAN UTAMA

Ungkap Fakta dengan Investigasi

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

5

DR. MURSAL AMIR, SEKRETARIS KPA PROPINSI RIAU

KALAU DIA DATANG, ALHAMDULILAH Ternyata, Kantor Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Propinsi Riau masih sedinding dengan kantor Yayasan Utama. Delik Riau baru tahu setelah sepekan sebelumnya menyambangi Yayasan Utama. Reporter kami, pekan lalu bertemu Sekretaris KPA, dr Mursal Amir, memenuhi janji wawancara. Meski menolak untuk difoto, pensiunan yang pernah bertugas 22 tahun di RSUD Arifin Achmad dan pernah menjabat Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau itu, lebih satu jam bertutur menjawab berbagai pertanyaan kami.

A

PA saja program KPA (Komisi Penanggulangan Aids) Riau? Programnya banyak. Bagaimana kita bisa menekan laju pertumbuhan HIV di Riau. Riau rangking ke 9 di Indonesia. Kita melakukan program mulai dari hulu hingga hilir. Pendidikan, pemahaman tentang HIV AIDS itu dengan benar. Sehingga, ketakutan-ketakutan terhadap HIV AIDS ini bisa kita hilangkan. Kenapa? Karena masih ada stigma di masyarakat. Sosialisasi, pendidikan, tidak hanya untuk sekelompok golongan saja. Tidak. Mulai dari pelajar sampai dengan orang dewasa. Tentu, dengan cara yang berbeda. Tapi tujuannya adalah bagaimana mereka paham dulu tentang HIV. Bagaimana virus, bagaimana kerja virus itu, bagaimana akibat dari virus itu kalau tidak kita tangani akan jatuh AIDS. Bagaimana kalau sudah AIDS, bagaimana efek obat, apa yang harus kita la-

kukan. Setelah itu baru kita lakukan terhadap programprogram lainnya. Pemberdayaan wanita pekerja seks. Pemberdayaan itu adalah supaya mereka juga bisa menjaga dirinya untuk tidak tertular HIV. Kita tahu wanita pekerja seks itu rangking tertinggi tertular HIV. Itu sumber penularan bagi lakilaki yang suka jajan. Cara memberdayakannya bagaimana? Dengan melakukan pendidikan, pemahaman, kemudian dengan kondom. Mereka harus pakai kondom. Walau ada kontroversial penggunaan kondom, saya juga tidak setuju dengan penggunaan kondom untuk pelajar, mahasiswa. Di KPA sendiri pola penanggulangannya seperti apa? Apa kongkritnya? Penyuluhan. KPA itu berfungsi sebagai koordinator penanggulangan HIV AIDS. Di dalam penanggulangan HIV AIDS itu tidak bisa ditangani oleh Dinas Kesehatan saja. KPA sebagai koordinator, mengkoordinatori apa saja? Mengkoordinatori lembaga-lembaga dan dinas yang ada hubungannya dengan penanggulangan HIV AIDS. Dinas Kesehatan, pendidikan, kemudian dinas tenaga kerja, pariwisata, pemberdayaan perempuan, kemudian BKKBN. Merekalah nanti yang harus melaksanakan kegiatan. Apa yang akan dilakukan, sudah ada dalam strategi rencana aksi nasional, dan juga dituangkan dalam strategi rencana aksi daerah, di dalam penanggulangan HIV AIDS itu. Nah, penanggulangan HIV AIDS itu, termasuk tadi pendidikan, kemudian di daerah resiko tinggi dibagikan kondom, kemudian ada program pemberian jarum suntik yang s t e r i l , digunakan sekali

Ilustrasi

Kotak obat pengingat

pakai. Tidak digunakan oleh bermacam-macam. Kemudian dilakukan juga penguatan terhadap WTS (wanita pekerja seks), termasuk kepada lelaki suka lelaki. Gay, waria, mereka ini adalah populasi kunci. Populasi kunci itu yang HIV AIDS-nya sangat tinggi. Nah, mereka ini punya pelanggan-pelanggan. WTS punya pelanggan, gay punya pelanggan, waria juga punya pelanggan. Lapas, itu masuk juga dalam program. Kita tahu lapas, laki-laki semua atau perempuan semua. Program juga masuk sampai ke situ, bagaimana di Lapas itu supaya orang tidak tertular. Kita buat penyuluhan langsung lakukan skrening di situ. Di samping itu, Dinas Kesehatan membentuk VCTVCT, Voluntery Conseling and Testing. Di situ, orang yang patut diduga atau merasa kuatir dia positif HIV, maka dianjurkan untuk melakukan

konsultasi klinik di VCT. Ada berapa VCT di Pekanbaru? Ada tiga. RSUD Arifin Achmad, Rumah Sakit Jiwa, kemudian Puskesmas Senapelan. Melalui ketiga tempat itu orang bisa tes HIV AIDS? Sebenarnya tidak melalui tempat itu pun orang tes tak masalah. Dengan kesadaran sendiri, dia bisa pergi ke laboratorium. Cuma dia bayar. Boleh, tidak dilarang. Malah itu yang kita harapkan, ada kesadaran orang yang berperilaku seks yang tidak benar atau dia pecandu narkoba suntik atau narkoba apa saja pun, punya kesadaran untuk tanpa diminta, tanpa disuruh, dia melakukan tes. Begitu dia diketahui negatif, bukan berarti dia bebas. Itu baru satu kali, karena harus tiga kali diperiksa dalam interval waktu. Setelah diketahui negatif, barulah dia negatif. Kenapa harus tiga kali? Ya, bisa saja pada tes pertama itu dia masih dalam perkembangan penyakitnya, virusnya. Tes kedua, juga belum terbentuk antibodinya. Tes ketiga, baru terbentuk antibodinya. Biasanya tes tiga bulan sampai enam bulan. Terhadap orang yang sudah terinfeksi HIV AIDS, apa yang dilakukan oleh KPA? Tentu kita bekerjasama

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Dalam hal ini KDS (Kelompok Dukungan Sebaya). Nah, mereka inilah yang memperkuat. Kenapa? Karena ada stigma di masyarakat. Karena stigma cap jelek kepada mereka, karena perilakunya mungkin, karena apa semua segala macam, dia sering ditolak. Maka terjadilah diskriminasi. Sehingga mereka itu sulit untuk berani tampil mengakui bahwa ini saya positif HIV AIDS. Ini merupakan suatu masalah mempersulit, hambatan terbesar di dalam penanggulangan HIV AIDS. Karena orang tidak berani tampil, tidak berani mengaku. Oleh karena itu, memang, kita harus menghilangkan stigma. Penyakit apapun, stigma itu harus dihilangkan. Ada yang sudah berani (tampil) atau tidak? Ada. Tapi masih banyak juga yang diam-diam. Dia tahu positif tapi diam-diam saja. Tapi, masih lumayan kalau dia tahu dia positif tapi dia punya prinsip tidak akan menularkan virus ini kepada orang lain. Ini suatu hal yang positif. Walaupun tidak dikemukakan secara terangterangan, tetapi ada satu sikap di dalam hatinya ; “walau saya positif, cukup saya yang terkena HIV AIDS.� Jangan ditularkan pada orang Bersambung ke hal..............6


6

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

LAPORAN UTAMA

Kalau Dia Datang, Alhamdulilah lain, siapapun dia orangnya. Kalau dilihat data Anda, di sini ada 2.117 kasus. Perbandingannya 1 banding 100, artinya bisa diasumsikan ada 211.700 kasus? Iya. Menurut Anda ini apa? Berbahaya, itu. Berbahaya. Suatu saat bisa meledak. Kenapa? Itu fenomena gunung es. Kelihatan sedikit di permukaan, tetapi yang di bawah… nah, itu yang menenggelamkan kapal Titanic kan? Ini menurut Anda, bencana atau tidak? Kalau dikatakan bencana, mungkin bisa kita katakan bencana. Karena itu berbahaya, dua ratus ribu! Dia tidak tahu, dia tidak sadar, sehingga ini jadi sumber penularan. Kalau di nasional sekarang jumlah HIV AIDS itu sudah 100 ribu lebih yang dilaporkan. Coba bayangkan, kalau 100 ribu kalilah 100. Bayangkan itu. Di dunia bagaimana? Saya tidak tahu. Tapi, sewaktu saya ke Australia tahun 1999 dan saya tanya kepada kepala Dinas Kesehatan di sana, “Apakah penyakit HIV AIDS ini menjadi a big problem in your country?” No. It is no a big problem, jawabnya. Karena masyarakatnya paham, tidak ada stigma, tidak ada diskriminasi. Ancamannya apa, kalau kasus HIV AIDS ini meledak? Ancamannya akan merusak generasi. Produkstifitas turun, dari sisi cost, tinggi. Peran serta pemerintah seperti apa? Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah. Lembaga non struktural, non departemen, untuk membantu pemerintah dalam rangka mengkoordinasikan penanggulangan HIV AIDS. Yang bertanggung jawab Menkokesra. Menteri kesehatan dibawahnya. Maka dibentuklah KPA itu. Selama ini kita mendapat bantuan dari Global Fund. Tapi, 2015, Global Fund akan menyetop bantuan ini. Dari pemerintah sudah ada, baik dari APBN maupun APBD dalam jumlah yang… masih dominan Global Fund. Kalau secara nasional, biaya penanggulangan HIV AIDS ini baru 40 persen dari pemerintah. Sisanya 60 persen masih bantuan Global Fund. 40 persen yang disediakan APBN itu baru hanya

delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

Sambungan dari hal...5

bisa untuk pengadaan obatobatan. Obatnya mahal. Orang kalau sudah positif HIV AIDS harus minum obat seumur hidup. Kalau tidak, kita khawatir virusnya makin berkembang melakukan copy dirinya makin banyak. Membuat orang jatuh ke dalam AIDS. Sebenarnya kalau orang yang sudah positif HIV, dia mengikuti anjuran untuk minum obat secara teratur, diharapkan dia tidak lagi jatuh ke dalam AIDS. Cukup di HIV positif saja. Virus tidak bisa dibunuh, dia tetap ada nanti. Dia baru mati, kalau orangnya mati. Untuk menjadi HIV ke AIDS itu butuh berapa lama? Itu butuh waktu lima tahun atau sepuluh tahun kalau dia tidak mengikuti program minum obat atau segala macam. Kalau sudah AIDS itu berat ya? Itu berat. Itu akibat kalau daya tahan tubuhnya sudah menurun atau sudah nol, penyakit lain datang. TBC datang, penyakit jamur, kistoplasmosis, kanker paru, pnomonia, jamur pada mulut, segala macam kanker. Beda antara HIV dan AIDS. Kematian orang itu bukan karena HIV-nya, tapi karena penyakit lain. Karena daya tahan tubuhnya kurang, ini yang harus dicegah, kematian itu. Karena, di dunia ada tiga zero yang harus kita capai dalam penanggulangan HIV AIDS itu. Yang pertama adalah zero stigma dan diskriminasi. Tidak boleh ada lagi stigma cap jelek, walaupun orang itu mungkin perilakunya yang jelek selama ini. Tetapi kalau dia sakit, kita tidak melihat perilaku itu. Kalau kita melihat perilakunya, kita tak mau menangani, membantu dia. Ya, biar saja dia mati. Kan tidak begitu. Kita orang kesehatan, tidak akan seperti itu. Yang kedua? Yang kedua adalah zero new infections, zero untuk infeksi baru HIV. Diharapkan kita mengobati yang lamalama sajalah, tidak ada yang baru. Yang ketiga, zero kematian akibat AIDS. Sekarang, untuk kematian AIDS sudah turun. Dulu tinggi, sekarang sudah turun. Tetapi untuk stigma, masih. New infection masih tinggi. Anggaran APBN untuk

Ilustrasi

KPA ada? Tadi saya katakan, dari APBN itu pengadaan obat dengan reagen. Yang melaksanakan itu Dinas Kesehatan. Dialah yang melakukan kegiatan-kegiatan VCT. VCT itu bisa mobile VCT, yang pergi ke lokalisasi, ke lapas dan lain sebagainya. Kalau APBD ada? Ada. Berapa? Tahun kemarin 450 juta. Tahun ini 1 miliar. Menurut Anda ini kecil atau besar? Ya, kalau kita melihat uangnya untuk ini kecil. Tapi bagi saya tidak melihat kecil itu, yang penting pemerintah sudah punya perhatian di dalam penanggulangan AIDS itu. Kenapa? Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Dan, bukan hanya di KPA. Kita tidak melihat di KPA saja indikator bahwa pemerintah itu peduli. Di dinas-dinas juga ada anggaran untuk itu. Dinas pendidikan, dinas pemuda olahraga, itu ada. Yang ada kaitannya dengan AIDS. Kan itu berpengaruh dengan kinerja di sini kalau dana itu kecil? Ya, karena kita ada dapat dana dari Global Fund juga. Berapa dapat dana dari Global Fund? Sampai 2015 ada 3,6 miliar. Cukup itu? Dibanding tidak ada sama sekali. Kita sebenarnya tidak memerlukan banyak. Hanya untuk operasional kantor, supervisi, pertemuan-pertemuan. Yang memerlukan itu,

Ilustrasi

orang-orang di dinas yang mengerjakan. KPA melihat bahwa HIV AIDS ini bencana? KPA hanya melihat, menentukan bencana itu pemerintah. Yang menetapkan epidemi itu pemerintah. Kalau Kementerian Kesehatan, Presiden, Gubernur tidak menyatakan ini bencana, tak bisa. KPA tidak punya hak untuk menyatakan ini bencana. Hanya memberikan data. Sama dengan Dinas Kesehatan, tidak bisa menyatakan ini wabah. Harus gubernur. Karena begitu dia menyatakan ada wabah, ada dampaknya. Segi anggarannya, segi ini, segi itu. KPA ini ketuanya Gubernur? Iya, Gubernur. Ketua pelaksananya Pak Mambang Mit, Wakil Gubernur. Apa kendala yang di hadapi KPA Riau? Kendala itu tadi, kadang keterlambatan anggaran turun. Kemudian, masalah ketenagaan. Sering bergantinya orang-orang di dinas satker. Orang-orang yang sudah paham masalahnya, tiba-tiba dimutasi. Itu problemnya. Ada pekan tes HIV nasional, ketika teman-teman di LSM berhasil mengajak masyarakat untuk tes, ternyata alat tesnya, reagennya di pelayanan VCT habis. Apa KPA pernah mendengar masalah reagen di Dinas Kesehatan, di VCT itu kekurangan? Kalau setiap rapat mereka mengeluh kekurangan terus, kog. Bukan pada saat ini saja. Setiap evaluasi, kita rapat koordinasi. Apa masalahnya? Kan dananya ada? Saya tidak mau komentar tentang hal itu. Kalau sediaan obat-obatan HIV AIDS tidak ada kendala? Obat, tidak ada kendala. Tempat pengambilan obat ada 2 di Pekanbaru, RSUD Arifin Achmad dan RS Santa Maria. Di Kampar, RSUD Bangkinang. Pelalawan di RSUD Selasih. Bengkalis, RSUD Mandau, kemudian RSUD Bengkalis. Dumai, RS Dumai. Inhil, RS

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

Puri Husada. Rokan Hilir, RS dr. RM Satam. Obatnya gratis. Bagaimana penanganan untuk orang AIDS yang meninggal ? Bagi orang yang memandikan mayat, tidak perlu takut. Dibawa dari rumah sakit dua jam, kadang lima jam. Sampai di rumah tidak langsung dimandikan, menunggu pula dulu. Jadi aman memandikan mayat orang HIV AIDS. Cuma kita menganjurkan dia tetap pakai sarung tangan, untuk menghindari penyakit-penyakit yang lain. Berdasarkan penelitian, kalau sudah dua jam pasien AIDS meninggal virusnya juga sudah mati. Ini sering kita sosialisasikan, supaya jangan ada ketakutan-ketakutan tadi. Sebetulnya lebih infeksius virus Hepatitis daripada virus HIV. Dua setengah kali lebih infeksius. Tapi kenapa orang tidak takut dengan virus Hepatitis? Padahal kalau kena, hati kita hancur, rusak. Kalau AIDS, kan karena hubungan seksual. Gubernur sebagai ketua KPA, apa pernah datang ke kantor ini? Jarang. Pertanyaannya, pernah apa tidak? Tak pernah. (Ia bertanya kepada karyawan di sana, “Pernah datang kemari?”) Pak Wan, pernah kemari. Tapi, sebenarnya kita tak ada masalah, apakah dengan dia datang kita baru bekerja? Kan, tidak. Yang penting kalau kita mau ketemu, mudah. Sewaktu pak Wan jadi Gubernur, pernah. Rusli Zainal tidak pernah. Kalau Mambang Mit, pernah datang kemari? (Dia bertanya lagi dengan karyawannya, “Mambang, pernah ya?” Tidak ada jawaban) Saya kan baru di sini, saya tidak tahu. Kalau saya pribadi, tak begitu. Kita tetap kerja. Kita harapkan pernyataanpertanyataan dia di media tentang HIV AIDS, itu yang penting. Apa artinya gubernur mengunjungi kantor KPA, kan lebih baik Gubernur mengunjungi SMA, (misalnya). Itu jauh lebih baik. Tapi, kalau dia datang, Alhamdulillah. (Soegi/lins).


delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

LAPORAN UTAMA

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

7

TARUJI, KETUA YAYASAN UTAMA

KALAU DIKATAKAN BENCANA, YA BENCANA HARI sudah jelang pukul sepuluh pagi, namun geliat aktifitas di Rumah Sakit Tentara Pekanbaru belum terlihat ramai. Halaman masih lenggang, meski jalanan di seberang rumah sakit itu tak henti dilintasi mobilmobil yang lalu-lalang. Setelah bertanya kepada seorang perawat perempuan di poly gigi, Delik akhirnya menemukan tempat Yayasan Utama berada. Nyempil di bangunan paling ujung, dinaungi sebatang pohon seri, Yayasan yang bergiat di bidang HIV AIDS pertama di Riau itu kami temukan. Ruangannya tak lebih seukuran tiga kali delapan meter persegi. Namun, dari sini, beragam kisah seputar HIV AIDS di Riau bisa ditemukan.

B

ERIKUT petikan wawancara kami dengan Taruji, Ketua Yayasan Utama yang siang itu telah menunggu kami di ruangan kerjanya. Sampai hari ini, berapa ODHA (Orang Dengan

Taruji

HIV AIDS) dan berapa yang sudah meninggal karena HIV AIDS di Propinsi Riau? Data dari yang sudah kita peroleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Riau melalui Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi Riau, sampai dengan akhir Agustus ini jumlah kasusnya untuk HIV mencapai 1.163 orang. Kemudian yang AIDS-nya itu 954 kasus. Orang yang sudah meninggal karena AIDS mencapai angka 600-an orang. Itu di seluruh Riau, sedangkan khusus untuk di Pekanbaru, kasus HIV 482, AIDS-nya ada 521 kasus. Apa beda HIV dengan AIDS. HIV itu virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan dia belum menampakkan gejala. Orangnya masih sehat, masih bugar tetapi virus itu ada dalam tubuh orang tersebut 5 sampai 10 tahun. Kemudian masuklah pada tahap AIDS, yaitu kumpulan gejala penyakit yang mulai muncul pada orang yang terinfeksi HIV. Beberapa gejala biasanya terkena TB Paru, penjamuran di mulut, kanker pada kulit dan sebagainya. Biasanya dua atau tiga gejala ini muncul secara bersamaan untuk orang yang mengidap AIDS. Kawan-kawan yang terinfeksi HIV inilah yang disebut ODHA (orang dengan HIV AIDS). Ketika orang baru terinfeksi HIV apa gejalanya? Secara umum, tidak ada gejalanya. Sama seperti orang sehat. Ketahuannya kalau dia melakukan tes darah. Jadi kalau orang yang sudah punya resiko, seperti orang yang suka melakuk-

an seks bebas, berganti-ganti pasangan, kemudian penggunaan jarum suntik, melakukan trasfusi darah atau transplantasi organ, itu punya resiko untuk tertulas HIV. Jadi, orang-orang seperti ini dianjurkan untuk melakukan tes HIV. Dimana saja orang bisa Tes HIV ? Di Pekanbaru sudah banyak tempat untuk bisa melakukan test HIV. Di rumah sakit umum Arifin Ahmad, di rumah sakit jiwa Tampan, dan di lima puskesmas yang sekarang jadi percontohan. Di Puskesmas Senapelan, Simpang Tiga, kemudian Tenayan Raya, Puskesmas Lima Puluh dan di Puskesmas Payung Sekaki. Semuanya sudah bisa diakses masyarakat. Dari pantauan Yayasan Utama, sejauhmana minat masyarakat untuk melakukan test? Cukup tinggi. Sekarang kita sedang melakukan pengorganisasian masyarakat untuk mengetahui secara dini status HIV seseorang. Dengan kita memberi informasi kepada masyarakat umum. Karena sekarang kan kasus ibu rumah tangga dan anak di Riau itu sudah peringkat tiga. Peringkat tiga apa? Peringkat tiga di Indonesia. Dari kalangan jenis pekerjaannya ibu rumah tangga, Riau peringkat tiga. Jadi kalangan ibu rumah tangga yang terkena HIV AIDS, Riau nomor tiga di Indonesia. Untuk HIV AIDS peringkat berapa ? Kasus HIV AIDS Riau masuk sepuluh besar di Indonesia. Yang tertinggi di DKI Jakarta. Apa maksudnya perbandingan kasus HIV AIDS itu 1 banding 100 ? Ya, itu maksudnya, 1 orang yang dilaporkan terinfeksi HIV, itu kemungkinan ada 100 orang yang tidak diketahui terinfeksi. Jadi fenomena gunung es begitu, 1 orang diketahui, 100 orang tidak diketahui. Nah, begitulah, sekarang kita menggerakkan masyarakat untuk melakukan deteksi dini dengan memeriksakan diri test HIV. Sudah banyak ibu-ibu rumah tangga yang mau memeriksakan diri. Sekarang tinggal belum siapnya layanan itu memberikan layanan karena keterbatasan, salah satunya reagen untuk tes HIV itu terbatas. Maksudnya ? Pemerintah kekurangan reagen

untuk tes HIV. Padahal kita sudah membentuk kelompokkelompok di masyarakat yang mendorong agar orang mau memeriksakan diri tes HIV. Sayangnya, dinas kesehatan Kota Pekanbaru kekurangan reagen. Reagen ini alat untuk tes HIV. Apa mahal alat tes itu? Saya rasa tidak begitu mahal. Fasilitas layanan itu harusnya memadai. Dengan keterbatasan reagen itu, mereka (klinik tes HIV) memprioritaskan test bagi mereka yang beresiko tinggi tertulas HIV. Anda melihat seperti apa ancaman bahaya HIV AIDS di Propinsi Riau? Terkait dengan epidemi HIV AIDS di Riau, sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan pengamatan kita di lapangan, faktor-faktor pemicu penyebaran itu sudah banyak sekali. Tempat hiburan, peredaran narkoba sangat tinggi, tempat-tempat prostitusi marak, itu yang menyebabkan epidemi kita menjadi tidak terkendali. Apa ancamannya ? Kita akan melahirkan generasi-generasi yang terinfeksi. Kalau ibu rumah tangga sudah terinfeksi, dan dia tidak tahu statusnya terinfeksi, dia melahirkan anaknya terinfeksi. Data Komisi Penanggulangan Aids Propinsi Riau hingga akhir Agustus 2012 menyatakan ada 2.117 orang terinfeksi HIV AIDS ? Ya, berarti bisa ada 211. 700 orang yang terinfeksi HIV AIDS. Karena berdasarkan estimasi nasional di tahun 2009, untuk Riau itu lebih kurang 200 ribu orang rawan terinfeksi HIV. Ini perkiraan para ahli kesehatan epidemitologi HIV AIDS. Apa ini bisa dikatakan bencana? Kalau dikatakan bencana, ya, bencana. Seperti apa itu dahsyatnya menurut Anda? Nanti akan banyak orang yang‌. (tersenyum, menarik nafas dalam) mati karena AIDS, kemudian rumah sakitrumah sakit akan terbatas untuk penampungannnya. Dan ini bisa terjadi seperti di Afrika Selatan. Akan banyak anak yatim piatu, siapa yang mengurus mereka. Dan ini sudah mulai kelihatan satusatu, orang tuanya meninggal karena AIDS, anaknya terinfeksi HIV AIDS. Kita berharap ini perlu menjadi perhatian pada pemimpin-pemimpin kita yang ada di propinsi dan kabupaten kota untuk peduli. Kita bandingkan skala 1 hingga 10, apakah program AIDS ini seharusnya masuk dalam skala nomor 1? Seharusnya itu masuk

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

dalam skala prioritas untuk pembangunan sumber daya manusia Riaunya. Itu investasi, ya. Karena ini bukan fisik. Ini adalah investasi kesehatan. Kalau dari 200 ribu orang itu yang rawan, saya katakan rawan tadi betul-betul ternyata dia terinfeksi HIV AIDS, kita akan berada pada sebuah generasi muda kita itu, ya, orangorang yang sudah terinfeksi HIV AIDS. Bagaimana Anda melihat pelayanan di sini, terhadap orang-orang yang sudah AIDS. Kawan-kawan yang sudah terinfeksi HIV AIDS ini, sampai sejauh ini, stigma sama diskriminasi itu sudah mulai menurun. Sudah mulai menurun di tempat layanan kesehatan. Satu dua masih ada, bahwa kalau ada orang yang terinfeksi HIV AIDS itu stigma dan diskriminasinya terjadi. Tapi sudah sangat jauh sekali turunnya. Apakah yayasan Anda ikut memantau kwalitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah? Ya, kita tetap memantau. Perawatannya ada di RS. Santa Maria, RS. Jiwa, RS. Bhayangkara dan RSUD Arifin Achmad. Ada ruangan khusus di rumah sakit untuk pasien HIV AIDS? Tidak, tidak ada ruangan khusus. Memang kita berharap tidak ada ruangan khusus. Karena itu sudah ada perbedaan, diskriminasi. Kita berharap bahwa semua pasien-pasien yang terinfeksi HIV itu bisa makan bersama dengan pasien-pasien yang lain. Tapi, beberapa tahun lalu, kami lihat di RSUD ada ruang khusus untuk perawatan pasien AIDS? Dulu, iya dibedakan. Sekarang tidak. Bangsal itu untuk penyakit dalam, juga diperuntukkan buat kawankawan AIDS. Apa pasien AIDS diberitahukan kepada pasienpasien yang lain? Tidak. Apa tidak takut nanti menular? Karena HIV AIDS itu tidak menular melalui berdekatan, bersentuhan. Itu tidak menular. Jadi tidak dipersoalkan ketika seorang pasien AIDS lalu sebelahnya pasien, katakanlah kanker atau pasien yang kena ginjal, itu tidak masalah. Tidak akan menularkan. Kecuali kalau dia mengidap TBC, itu yang perlu diisolasi. Karena TBC-nya yang menularkan, tapi HIVnya tidak menularkan. Yayasan Utama bekerja sama dengan siapa? Bersambung ke hal.............13


8

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

GALERI KAMPAR

delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

Juru bicara Fraksi sampaikan pandangannya

Rapat Paripurna Pandangan Fraksi Tentang APBD Kab. Kampar Tahun 2014

Bupati Kampar Jefri Noer

Para Pimpinan Satker ikuti rapat Paripurna


delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

PEKANBARU

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

9

Hutan Lindung Tahura Disulap Jadi Kebun Sawit Hutan Lindung Taman Hutan Rakyat yang berada di Kabupaten Siak, Pekanbaru dan Kabupaten Kampar, kini kondisinya semakin memprihatinkan. Pasalnya, kawasan lindung itu kini sebagian besar berubah fungsi menjadi kebun kelapa sawit. Hasil Pantauan di lapangan wartawan Delik dan data yang diterima, kebun kelapa sawit itu diduga milik perorangan. Antara lain adalah milik Hansen seluas 600 hektar, milik Acin 200 hektar dan milik dedi Handoko seluas 400 hektar. Laporan: Rusda Wartawan Delik Riau, Pekanbaru

Menurut Ali Husin Nasution SH, tim advokasi Jaringan Kerja Penyelamatan Hutan Riau (Jikalahari) ,” Memang bisa saja membuka lahan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan lindung, tapi kawasan

itu harus ada pelepasannya dari Menteri Kehutanan dengan rekomendasi DPRD Siak, DPRD Kampar, DPRD Pekanbaru kemudian rekomendasi DPRD Riau dan Gubernur Riau. Jika rekomendasi dari instansi berwenang itu belum dikantongi pengusaha yang akan membuka

perkebunan kelapa sawit dan belum ada pelepasan kawasan hutan, maka apa yang dilakukan oknum pengusaha tersebut adalah tindakan yang bertentangan dengan hukum dan merupakan tindakan melawan hukum.” “Untuk itu tim Advokasi Jikalahari ini

TERJERAT PENYALAGUNAAN DANA UED SP

minta instansi berwenang untuk sesegera mungkin mengambil tindakan tegas, demi menyelamatkan kawasan hutan lindung dari tangan oknum pengusaha yang tidak bertanggung jawab,” Ali menambahkan lagi. Sementara itu ketika

Delik turun ke lapangan Minggu (15/12) menemukan hamparan perkebunan kelapa sawit diduga milik

ketiga pengusaha itu. Ketika mereka coba dihubungi untuk konfirmasi mereka tidak bisa ditemui. Dan menurut stafnya, pimpinannya sedang tidak berada di tempat (rus)

Irmnan Mail Diseret Duduk di Kursi Pesakitan Laporan: Rusda Wartawan Delik Riau, Pekanbaru

Jaksa Penuntut Umum [JPU] Odit

Mangonondo, SH dan Edi Sugandi, SH dari Kejaksaan Negeri [Kejari] Bengkalis, pada sidang Senin 16/12] lalu

menyeret terdakwa Irman SE, bin Mail 44 tahun duduk dikursi pesakitan Pengadilan Tindak pidana korupsi

[Tipikor] Pekanbaru. Pasalnya warga Jalan Dorak gang Ampera Selatpanjang, selaku Pendamping Desa Sialang Pasung Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Bengkalis ini secara bersamasama dan berlanjut melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan/perekonomian negara sebagaimana diatur dan diancam pasal2 ayat [1] jo pasal 18 ayat [1] huruf-b, Undangundang No. 31 tahun 1999, sebagaimana

telah diubah dan ditambah dengan undang-undang No. 20 tahun 2001, tentang pemberantasan korupsi, jo pasal 55 ayat [1]ke-1, jo pasal 64 ayat [1] KUHP. Usai Jaksa membacakan dakwaannya, majelis hakim dipimpin ketuanya Mangapul Manalu, SH didampingi Masrizal, SH MH dan Agusyunianto, SH menanyakan kepada terdakwa tentang dakwaan Jaksa itu, dan apakah akan mengajukan nota keberatan atau tidak. Menjawab pertanyaan majelis hakim tersebut, ter-

dakwa mengaku dapat mengerti dakwaan jaksa itu dan tidak akan mengajukan nota keberatan. “ Apakah saudara mengerti Dakwaaan itu?” tanya ketua majelis hakim. “Mengerti pak hakim,” jawab terdakwa. “Saya tidak mengajukan nota keberatan, “ ujar terdakwa menjawab majelis hakim. Setelah itu, ketua majelis hakim menunda sidang hingga Senin [23] mendatang dengan agenda mendengarkan keterangan saksi. (rus)

UNTUK MENGANTISIPASI PRAKTEK PERCALOAN Profil Nama : Hj. Neneng Lasmita Susanti, SE Ttl : Kuansing, 31 Januari 1978 Pendidikan : Madrasah Diniyah A. Ribathu Sail Tahun 1989 : SDN No. 053 Baringin Jaya, Kec. Kuantan Tengah, Inhu : SMPN 1 Sumber Pacung, Sumber Pacung, Malang 1992 : Uversitas Islam 45 (Unisma) Bakasi Tahun 2011 : Magister Akutansi, Universitas Marcubuana, Jakarta tahun 2012 Pengalaman Organisasi: : Pengurus DPP PPP : Dep. Sumatera Bag. Utara, 2011

Imigrasi Pekanbaru Luncurkan Sitem Baru Pembayaran Biaya Paspor Langsung ke Bank Laporan: Koto Wartawan Delik Riau, Pekanbaru

Untuk mengantisipasi praktek percaloan dalam pengurusan paspor di imigrasi klas 1 Pekanbaru, lembaga yang menerbitkan paspor itu meluncurkan program baru bayar biaya paspor langsung ke Bank BNI 46 bila uang sudah disetor, maka dijamin dua hari kemudian yang bersangkutan langsung bisa difoto , setelah difoto empat hari kemudian paspor sudah bisa diambil, ujar Kurniadi, Kepala bagian Tata Usaha kantor imigrasi klas 1 Pekanbaru menjawab

Delik Riau, Rabu [18/12] via handphone ‘ betul kita sudah luncurkan program bayar ke bank, guna menganti sipasi praktek percaloan,” ujarnya diujung telepon. Sembari menyebutkan nama bank tempat oenyetoran itu, Menurutnya, selama ini pengurusan/pembuatan paspor di kantor Imigrasi Pekanbaru, di tengarai telah terjadi praktek percaloan. Selain itu, Kusnadi menghimbau kepada masyarakat yang hendak mengurus paspor untuk, supaya tidak menggunakan tangan calon dan

l;angsung ke pejabat imigrasi, dan pejabat bersangkutan akan melayani dengan sepenuh hati sesuai tugas dan fungsinya, dan bila melihat ada kegiatan percaloan dalam pengurusan paspor diminta untuk segera melaporkannya ke petugas imigrasi, dan bagi calon pengurus paspor yang menderita sakit, maka pihak imigrasi Pekanbaru akan membantu sepanjang ada surat keterangan sakit yang dikeluarkan pihak rumah sakit, maka pihak imigrasi Pekanbaru akan membantu sepenuhnya pengurusan paspor itu.* (koto)


10

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

LAPORAN UTAMA

delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

DR. EDI KUSWARA, MANAGER KLINIK VCT RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

PERGI BAWA SPPD, PULANG BAWA HIV RSUD Arifin Achmad selalu terlihat ramai sepanjang siang. Dua hari berturut-turut dalam dua pekan Delik Riau menemui staff Humas di sana. Suasana ramai meruap terlihat sejak dari sulitnya mencari tempat parkir hingga ke ruang loby yang luasnya hampir dua kali lapangan basket itu. Namun, tata ruang loby hingga bagian administrasi yang serba lux dan semewah hotel bintang lima itu, berbanding terbalik seribu derajat dengan kondisi ruangan klinik VCT yang kami sambangi pagi itu.

D

ITERIMA seorang dokter muda berkaca mata, Edi Kuswara, kami berhasil mewawancarainya di tengah lalu lalang kesibukan orang di sana. Dalam bilik yang sempit dan pengap bau obat, dokter muda itu melayani pertanyaanpertanyaan kami. Anda dokter di sini? Ya. Saya sebagai manajer klinik VCT. Sebagai penanggung jawab di sini. Ada berapa orang dokter yang bertugas di klinik VCT? Kami

Dr. Edi Kuswara

tim, sebagai manajer, saya. Lalu kita ada dokter Alex Baris, spesialis penyakit dalam. Ada dokter kandungan untuk anak dan ibunya, itu dokter Hamido. Kemudian dokter Tedy Satria sebagai dokter anak. Lalu dokter Yunaini dan dokter Silvy. Tapi masih banyak yang lain, ada psikolog dan perawat. Berapa orang rata-rata satu hari yang konseling HIV? Tidak bisa dipastikan, tergantung situasional. Kalau sifatnya menunggu, artinya menunggu konseling dari ruangan itu ada 2 atau 3 orang perhari. Tapi kami ada tindakan-tindakan yang kami lakukan supaya dapat meningkatkan cakupan. Kami melakukan sosialisasi dengan mobile VCT ke Lapas atau ke lokasi-lokasi hot spot (lokalisasi). Sosialisasi itu rutin dilakukan ? Tergantung kondisi. Ada tim dari LSM yang menjangkau terlebih dahulu, kita janjian dengan mereka. Mereka yang mengatur jadwalnya. Kalau mereka bilang, “Kami butuh tim,� baru kita turun. Ada bulan tes HIV, apakah yang datang memeriksakan diri itu banyak? Itukan gawenya orang Dinas Kesehatan. Kami di sini sifatnya menunggu. Namun kita melakukan kebijakan dengan melakukan sosialisasi ke seluruh perawatperawat di sini yang

jumlahnya ribuan. Selain sosialisasi, kita juga mengadakan test HIV pada internal kita. Kalau obat-obatan di sini lengkap? Lengkap. Kita memakai metode 3 reagen. Cukup persediaan reagen di sini? Cukup. Tapi ada informasi dari teman-teman di LSM, dalam rangka bulan tes HIV kemarin, masyarakat yang mau memeriksa ditolak di sini? Tidak. Itu untuk pemeriksaan CD4. Itupun baru bulan ini habisnya. Kalau orang datang tes HIV itu kan untuk menentukan positif atau negatif. Nah, kalau dia positif baru kita ukur berapa CD4-nya. CD4 itu kadar limposit sel darah putih. Kalau CD4 di bawah 200, langsung minum obat. Kenapa harus menunggu di bawah 200 dulu CD4-nya. Bukankah di dunia internasional, begitu orang dites positif HIV, langsung disuruh minum obat? Ngak, itu dulu. Sekarang, semenjak mungkin pertengahan tahun inilah, informasi dari Jakarta, semua pasien positif langsung diberikan ARV (obat). Ada berapa tempat untuk mengambil obat-obatan itu? Ada 3 tempat. Di sini, di RS Jiwa dan di RS Santa Maria. Kami dapat data dari KPA Riau, sampai hari ini ada 2.117 kasus HIV AIDS. Menurut Anda apa itu hal yang mengerikan? Sangat. Sangat mengerikan. Bayangkan saja, satu orang itu misalkan suami, menularkan ke anak, menularkan ke istri. Empat saja kali. Bayangkan, berapa itu. Kalau perilakunya beresiko, melakukan seksual dengan yang lain atau misalkan transfusi darah, atau apa, gitu. Itu resiko minimal kalau dia menularkan kepada empat orang terdekatnya. Tapi bukankah perbandingannya 1 banding 100? Iya, itu fenomena gunung es. 1 orang itu, setidak-tidaknya ada 99 orang atau 100

orang lagi yang ada di bawahnya. Yang muncul cuma 1. Jadi 2.117 orang di-

riksakan diri di sini. Ada program sosialisasi untuk PNS, misalnya? Ada. Itu yang kita lakukan sekarang ini, semua perawat kita, inter-

Klinik VCT RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

kali 100 ada 211.700 orang terinfeksi HIV AID di Riau sekarang ini? (Tertawa) Ya, begitu. Ada berapa orang yang terinfeksi setiap bulannya yang memeriksakan diri di sini? Ada, 1 atau 2 orang. Mengapa obat ARV tidak diberikan langsung begitu orang terdeteksi positif HIV? Sekarang langsung. Pelatihan terakhir itu, masih teori lama. Ada 2 versi sebenarnya, pengobatan HIV itu jangan ditunggu dulu. Tapi mengapa kita kasih obat ARV, obat itukan efek sampingnya banyak sekali. Badan masih sehat, seger, positif HIV tapi CD4-nya masih bagus, mengapa kita kasih obat? Sebenarnya begitu teorinya. Kalau kita kasih ARV-kan dia mun tah, dia halusinasi, mencret, mulut kering, keringatan, berdebar-debar. Namanya obat keras. Itu pertama-tama, setelah biasa juga mungkin masih ada. Apa harapan Anda ? Mohon disosialisasikan karena HIV itu stigmanya harus dirubah, jangan sampai masyarakat berpikir ini penyakit yang gimana. Sudah ada pengobatannya dan pencegahan supaya tidak jatuh ke AIDS. Sudah kita dampingi dengan obat, sudah ada obat anti supaya jangan muncul seperti stomagtitis, penyakit-penyakit tertentu. Tim kita di sini solid, tidak ada pernah berpikir untuk membuka rahasianya. Silahkan masyarakat yang percaya dengan kita untuk meme-

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

nal kita. Kita termasuk yang beresiko, lho. Tapi kita tahu, hanya dengan salaman atau bekas gelasnya pun tidak menular. Apa pesan Anda untuk pemerintah? Kalau untuk pemerintah, stake holder terutama mungkin gubernur yang baru nanti. Kita harapkan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Kan masyarakat takut juga untuk memeriksakan diri. Saya pikir, dimulai dari mereka dulu, stake holder, pimpinan tertinggi untuk memberikan contoh kepada masyarakat, “Aku mau, lho, periksa�, dan diharapkan semua yang PNSPNS di bawah itu ikut periksa. Kan di-sreening dulu, nanti kan ketahuan. Supaya kita bisa memberikan pengobatan dan supaya tidak menularkan kepada yang lain. Diharapkan dengan sosialisasi melalui media seperti ini, masyarakat tidak terstigma. Sekarang ini masyarakat masih terstigma. Kesan penyakit yang memalukan, aib. Ibu-ibu rumah tangga sekarang banyak yang terinfeksi? Ya, itulah. Ibu rumah tangga itu akibat bapaknya. Bukan ibunya yang nakal. Ya, pergi bawa SPPD, pulang bawa HIV (tertawa). Kalau diberi kesempatan, apa yang ingin Anda minta dari Pemerintah saat ini? Pertama, sarana dan prasarana. Kedua, ada dua orang tenaga kami yang masih kontrak dan belum pegawai negeri. Psikolog dan sarjana komunikasi. Obatanobatan ditambah lagi, jangan sampai putus. Itu saja.(Soegi/lins).


delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

LAPORAN UTAMA

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

Tentu Saja, Sangat Mengerikan Ini Bisa Menghancurkan Satu Bangsa juga sudah ada dari Siklus. Kita semua sudah bergerak mengumpulkan orang untuk tes, ternyata reagennya habis. Nah, ini kan antara dinas kesehatan tidak sinkron. Sejak kapan reagen itu habis? Sebenarnya bulan tes itu kan direncanakan bulan November dan puncaknya di 1 Desember (hari AIDS sedunia). Tapi kita dengar… Ya, berarti di November itu sudah habis. Sampai hari ini masih habis? Kalau saya tangkap itu ada miss understanding. Kalau Global Fund itu sekarang turunannya kan ada 3 penerima dana. Dinas Kesehatan, KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) dan satu lagi LSM. LSM itu dapatnya oleh PKBI. Apa itu PKBI? Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. LSM itu jatuhnya ke PKBI. Kami ini urusannya ke PKBI. Orang di pusat sana sudah merencanakan bulan tes ini. Kalau saya tangkap, Dinas Kesehatan itu maunya orangorang populasi kunci, orang yang beresiko tinggi. Sementara dari PKBI sudah mau memecah gunung es itu tidak hanya orang populasi kunci, masyarakat siapapun. Itu yang tidak klop. Sebenarnya reagen itu ada. Sekarang kalau pun kita ke VCT tes, ada. Karena mereka (klinik VCT) menseleksi. Menurut Anda logis tidak alasan kehabisan reagen itu sehingga Dinas Kesehatan membatasi orang yang boleh tes HIV? Tidak logis. Itu kan tinggal minta. Dananya kan sudah ada. Atau, ada sesuatu? (Tertawa) Susahnya di situ. Kita tidak tahu jadinya. Uangnya ada, kog tidak dipergunakan? Ada apa? Ya, itu. Makanya saya juga… apakah dari PKBI tidak kuat waktu mereka menset program ini, bahwa ini masyarakat yang mau tes HIV (bukan cuma populasi kunci). Apa di daerah juga persoalannya sama, reagennya habis? Iya, sama. Sama. Penanggung jawabnya Dinas Kesehatan Propinsi. Padahal dana itu ada, ya, dari Global Fund? Nah, itu. Logika kita, mereka di pusat membuat program, satu program besar untuk bulan tes HIV itu kan harusnya semua sudah siap. Itu disatu sisi begini, Dinas Kesehatan itu punya target untuk yang men-tes. Mereka punya target. KPA yang tak punya target. Enaknya KPA itu mereka tak punya target. Target KPA itu cuma kondom. Beredarnya kondom itu berapa. Kalau di kami, di target. Pendampingan satu bulan itu 90 ODHA yang harus kami

dampingi. ODHA baru? Iya ODHA baru. Target nasional itu 90 orang. Itu ketinggian. Kenyataannya di Pekanbaru paling banyak itu 20 sampai 30 (ODHA baru) yang didampingi tiap bulan. Siapa yang kasih target lembaga Anda? Funding, PKBI. Jadi kalau di kita, target 90 tapi kita ketemunya cuma 20, ya, ngak masalah. Memang ditemukan di rumah sakit cuma 20 orang. Estimasi mereka terlalu ketinggian. Ngak mungkin toh di rumah sakit itu yang mentes 30 terus kita dapat 90? Jadi sekarang, bagaimana kalau ada masyarakat yang mau tes HIV? Ya, ditunda. Yang saya dengar memang begitu, ditunda. Herannya, Dinas Kesehatan itu juga punya target, lho. Harusnya, dengan sebanyaknya orang mau tes itu kan, harusnya target mereka dapat. Tapi, ngak ngertilah. Sebenarnya Yayasan Utama itu yang sudah mengumpulkan kadernya, sekarang mereka agak lemaslah. Atau, mungkin ada alasan lain, kalau diajak masyarakat untuk tes, khawatir pemerintah takut justru angkanya (yang terkena HIV) banyak? Bisa jadi. Anda melihatnya seperti itu? Bisa jadi. Karena akhirnya ngak kesiapannya dengan obat. Obat kita kan gratis, subsidi penuh istilahnya. Mereka tak mau bilang gratis. Subsidi penuh. Pemerintah ngomongnya seperti itu. WHO sudah menentukan kalau dunia, begitu ketahuan positif HIV sudah harus minum obat. Tidak tergantung hasil CD4-nya. CD4 itu tingkat kekebalan tubuh. Jadi kalau di Indonesia, masih dengan pedoman CD4 di bawah 350, baru minum obat. Tapi kalau WHO, kapan ketemu, masih bagus CD4-nya atau sudah rendah itu langsung minum obat. Obatnya itu cukup mahal. Yang paling murah itu sekitar 700 ribu rupiah. Yang mahal itu 1 juta 200-an. Untuk satu bulan dan seumur hidup. Tiap hari. Ada efeknya makan obat itu?

Oh, ya, pasti. Kalau lamalama bisa ke ginjal, bisa ke lever. Menurut Anda, epidemi HIV AIDS di Riau apa merupakan sesuatu yang mengerikan? Iya. Apa ini bisa disebut bencana? Kalau masalah bencana, itu sudah pasti. Saya tidak bisa ngomong ini bencana, kalau bagi kami yang memang sudah gerakannya di sini, itu sudah wajar. Bakal. Bakal seperti itu. Bagi kami itu bukan suatu ben-

Kotak obat pengingat

cana. Karena pasti suatu saat kalau kita tidak peduli, kalau pemerintah tidak peduli. Yakin pasti akan terjadi yang begini. Bukan bencana, ya. Kalau bencana, kami kaget gitu ya. Tapi kalau ini kita sudah prediksi ini akan terjadi kalau kitanya tidak perduli. Perduli seperti apa? Kitanya semua harus siap. Dari stake holder juga harus siap. Jangan melihat, HIV ini tidak penting. Ini penting. Apakah kita mau seperti negara Thailand yang isi satu rumah sakit hanya itu saja (pasien HIV AIDS), sampai nunggu antrian hanya itu saja pasiennya? Kalau kita kondisinya begini terus, pasti terjadi itu. Tinggal nunggu… (Risma menjentikkan ibu jarinya) waktunya aja. Tapi, bagi kami, ngak bencana. Sudah beginilah bakal, kalau kita tidak perduli. Kita semuanya harus peduli. Kami yang dari langsung orangnya di sini, kita menguatkan teman-teman, harusnya kita sama. Dari atas juga ada kebijakan, ada perhatian. Kami juga dari bawah, ketemu. Jadi jangan kami saja yang mendorong-mendorong, ternyata dari atas juga kurang kepedulian.

11

Sambungan dari hal...4 Apa kepedulian pemerintah yang Anda harapkan? Saya juga ngak ngerti tugas KPA untuk sebagai pengambil kebijakan. Ketua Pelaksana kita untuk propinsi itu pak Mambang Mit, wakil gubernur. Ketuanya sendiri Gubernur. Tapi apakah sekarang pak Mambang Mit itu ngerti, apa sih permasalahan kita? Nah, itukan sebenarnya tugas KPA Propinsi memberitahu, ini lho Pak, masalah kita sekarang begini. Saya tidak tahu, di KPA itu seperti apa. Apakah Pak Mambang itu tahu betul sekarang situasi kita di sini? Sejauh ini adakah Pak Mambang itu komunikasi dengan Yayasan ini? Ngak pernah. Ini yang Anda lihat sebagai ketidak pedulian itu? Iya, ketidakpedulian ini pasti ada sebab. Kita tahu, Pak Mambang, dia juga pegang BNN, semua dia ketua. Kan ada sekretaris yang harus menyampaikan semuanya. Kalau ngak pernah sampai sama dia, kan dia pikir aman-aman saja. Sudah beres. Mungkin itu tidak sampai. Seperti tahun ini, APBD tidak keluar untuk KPA Propinsi. Di daerah malah keluar. Dana hanya dari Global Fund. Global Fund itu kan hanya stimulan saja, pemancing pemerintah. Donatur luar ini akan mengurangi bantuannya sedikit demi sedikit. Jadi selanjutnya APBD yang menutupi. Itu ada hitungannya, persentasenya, saya lupa. Siapa penanggung jawab pertama dalam penanggulangan HIV AIDS di Riau ini? Gubernur. Darimana Anda mendapat dana untuk kegiatan Anda? Ada beberapa donatur yang membantu. Tahun 2012, anggaran yang sudah kita kelola di empat daerah itu ada sekitar Rp 600 juta. Dari APBD hanya 3 juta. Lebih besar dana kas mandiri. Teman-teman selalu menyisihkan uang untuk dana mandiri, dan itu lebih besar dari dana bantuan APBD. (Telpon berdering, Risma menjawab panggilan tersebut) Barusan dari Puskesmas Senapelan, dokter di sana memberitahukan ada satu orang positif. Seperti inilah kegiatan kami. Begitu diberitahu ada yang positif di layanan pemeriksaan, kami kirim orang kita ke sana. Di

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

kelompok kita ini 90 persen positif dan 10 persennya orang yang terlibat langsung. Jadi kalau suaminya positif, istrinya yang ikut kumpul. Jadi kita sama-sama belajar di sini, biarpun dia negatif tapi karena keluarganya ada yang terlibat, positif, dia harus tahu juga. Dukungannya itu harus seperti apa. Jadi, seperti tadi, kita dipanggil (dokter Puskesmas layanan tes HIV) dan kita ke sana. Kita memberikan dukungan psiko sosialnya, bahwa jangan takut karena kita itu sama positif. Lalu kita mengarahkan, dia sebaiknya kemana, kita yang dampingi. Biasanya seperti apa reaksi orang yang baru selesai tes dan tahu dia positif? Pasti, ya, sewaktu dibuka statusnya positif, itu pasti drop habis. Nangis-nangis itu pasti. Tapi, begitu ketemu sama kami yang memang sama kesebayaannya, itu udah ngak ada masalah. Anggota kita kan sehat-sehat. Jadi begitu kita beritahu, “eh, aku juga positif, sama. Kamu juga sama seperti aku, oh ternyata bisa sehat.” Seperti itu lah. Kita sebulan sekali ada pertemuan. Kita terus belajar, apa obatnya. Apa efek sampingnya, hidup sehat itu seperti apa, berdaya itu apa, di sini kita belajar penguatan. Banyak di kami yang positif perempuan, lalu dia menikah dengan laki-laki yang negatif. Itu banyak. Dan sampai hari ini, pasangannya tetap negatif. Banyak. Kita mempunyai 5 pilar mutu hidup ODHA. Point ke 4 itu “HIV Stop di sini”. Jadi kalau HIV di saya, cukup di saya. Tidak perlu ke siapa-siapa lagi. Sebenarnya upaya kita dengan pemerintah sama. Pemerintah berupaya untuk pencegahan, kami juga mencegah jangan lagi bertambah. Kami mendukung upaya pemerintah, tapi pemerintah kurang melihat ke kami. Apa dunia malam di sini mendukung merebaknya HIV AIDS? Oh, iya banget. Kasus di Riau ini, angka nomor satunya kan pekerja seks. Pekerja seks itu pelanggannya siapa? Lelaki. Lelaki umumnya punya istri. Makanya, angka kasus ibu rumah tangga terinfeksi tinggi. Data HIV AIDS menurut KPA Riau ada 2.117 kasus. Menurut Anda berapa angka sebenarnya? Ya, itu angka valid. Bahkan bisa lebih. Terutama HIV, itu dikali 100. Hitungannya 1 orang itu akan ada 100 orang yang ikut dia. Jadi kemungkinan ada 200.000 orang terinfeksi HIV AIDS di Riau saat ini? Iya. Menurut Anda, ini satu hal yang mengerikan? Tentu saja, sangat mengerikan. Ini bisa menghancurkan satu bangsa.(Soegi/lins).


12

Laporan: Effendy Wartawan Delik Riau, Inhu

Ilustrasi

Buntut Sengketa Lahan,

Massa Bakar Mobil

Laporan: Ef Wartawan Delik Riau, Inhu

Dua unit mobil milik

perusahaan yang bermuatan sawit dibakar oleh warga yang marah karena perusahaan melanggar kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Menurut salah seorang warga, perselisihan ini bermula karena masalah sengketa lahan antara warga desa dengan perusahaan. Beberapa saat yang lalu telah ada kesepakatan antara kedua pihak yang berselisih yang disaksikan oleh Pemda dan Kepolisian. Kedua pihak sama-sama tidak

boleh memanen sawit di lahan sengketa. Akan tetapi PT TPP mengingkari janji. Ketika warga protes, PT TPP menyuruh karyawannya untuk mengusir warga desa. Seorang warga terluka dalam kejadian itu. Untuk mengamankan lokasi kejadian ini Kepolisian Daerah Riau telah mengirimkan pasukan Brimob demikian keterangan yang diberikan oleh Kabid Humas Polda Riau ketika dikonfirmasi wartawan. (Ef)

186 Mahasiswa STAI Madinatun Najah Rengat Diwisuda Laporan: Ef Wartawan Delik Riau, Inhu

WAKIL Bupati Indragiri Hulu (Inhu) H Harman Harmaini SH MM menegaskan proses untuk mencapai gelar sarjana pendidikan Islam (Spdi) cukup panjang dan melelahkan. Untuk itu, setiap mahasiswa yang sudah dapat meraih gelar tersebut hendaknya dapat menerapkannya pada kehidupan seharihari serta dapat diterapkan ditengahtengah masyarakat. Hal itu disampaikan Wabup pada acara wisuda bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Madinatun Najah Rengat di Gedung Kesenian Rengat, Sabtu (30/11). “Banyak rintangan dan halangan untuk meraih gelar sarjana itu. Untuk bahagialah bagi mahasiswa telah dapat mengikuti wisuda hari ini,” ujarnya.

Ungkap Fakta dengan Investigasi

Pelaksanaan MTQ ke 43 Berlangsung Meriah

Beberapa saat yang lalu telah ada kesepakatan antara kedua pihak yang berselisih yang disaksikan oleh Pemda dan Kepolisian

Akibat sengketa lahan yang berlarutlarut antara warga dengan perusahaan sawit PT Tunggal Perkasa Plantation(TPP) terjadi bentrokan di Kecamatan Sungai Lala, Indragiri Hulu, Senin (4/11).

delikriau

INHU

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

Dikatakannya, menjadi seorang yang bergelar Sarjana Pendidikan Islam merupakan sebuah kebanggaan. Karena banyak yang harus dilalui, mulai dari biaya hingga hal lainnya.Bahkan tidak semua orang yang dapat dan mampu meraih gelar itu, dan hari ini bagi mahasiswa yang diwisuda sudah tentu telah meraih mimpi menjadi sarjana Islam. “Ini merupakan puncak dari serangkaian kegiatan selama di STAI. Kedepan Pemkab Inhu akan tetap berupaya mengalokasikan anggaran untuk pendidikan,” ungkapnya. Untuk itu katanya, usai meraih gelar pendidikan agama Islam hendaknya membantu Pemkab Inhu untuk mewujudkan pembangunan. Bahkan bisa saja melalui peningkatan SDM pada bidang

keagamaan dan lainnya. STAI Madinatun Najah Rengat Angkatan XI Tahun 2013 ini mewisuda sebanyak 186 orang mahasiswa. Untuk Wisudawan yang berprestasi untuk peringkat pertama diraih oleh Erlis Amril anak dari pasangan Amril Anwar dan Aminah dengan IPK 3,61. Kemudian peringkat kedua yakni, Yurnalis anak dari pasangan Zamhuri dan Hadiah dengan IPK 3,59 dan peringkat ketiga yakni Edi Junaidi anak dari pasangan Hamdani S dan Rahyati dengan IPK 3,51. Madinatun Najah itu sendiri sudah berdiri sejak 13 tahun silam atau dari tahun 2000. Sedangkan jenjang pendidikan di STAI Madinatu Najah meliputi tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). (Ef)

BUPATI Indragiri Hulu (Inhu) H Yopi Arianto SE resmi membuka MTQ Tingkat Kabupaten Inhu Ke 43 di Desa Bukit Lingkar Kecamatan Batang Cenaku Sabtu (30/11). Meskipun suasana pembukaan MTQ kali ini sempat diguyur hujan, namun pelaksanaanya tetap semarak dan berjalan dengan lancar. Dalam kesempatan itu juga tampak hadir Ketua DPRD Inhu Drs Ahmad Arif Ramli Mpdi, Forkopimda Inhu, Kakan Kemenag Inhu Drs H Abdul Kadir, para asisten dilingkungan Pemkab Inhu, para kepala SKPD, camat di lingkungan Kabupaten Inhu, Ketua BKMT Inhu, Hj Juriah dan para undangan lainnya. Bupati Inhu H Yopi Arianto SE dalam sambutannya mengajak semua masyarakat untuk dapat menanamkan nilai-nilai kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan seharihari. “Setelah seni AlQur’an dilombakan, sudah seharusnya bagi kita

selaku umut muslim untuk menanamkan nilai-nilai kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan seharihari. Karena Al-Qur’an selain kitab suci bagi umat muslim juga sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadis Nabi hendaknya dapat menjadikan kita sebagai umat yang selalu bertaqwaNya,” Selain itu Bupati juga menambahkan, melalui pelaksanaan MTQ ini dapat mewujudkan Program Magrib Mengaji yang saat ini tengah digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Inhu. ”Hendaknya semua elemen dapat mendukung dan wujudkan program Magrib mengaji. Bahkan dari program Magrib mengaji sebagai salah satu untuk mencari dan membentuk bibit-bibit baru untuk qori dan qariah,” ungkapnya. Dalam acara tersebut Bupati juga mengumumkan kepada qori dan qariah yang berhasil meraih juara pada pelaksanaan MTQ kali ini, akan di umrahkan. Karena sejak beberapa

tahun ini, setiap qori dan qoriah yang berhasil meraih juara telah diumrahkan. Sementara itu Wakil Bupati Inhu H Harman Harmaini SH MM sebelum pembukaan MTQ juga melaksanakan pelantikan dewan hakim dan membuka bazar serta melepas peserta pawai takruf. “Kepada semua pihak yang mendukung kegiatan ini diucapkan terima kasih dan kegiatan pawai takruf ini dilaksanakan sebagai wujud memperkenalkan MTQ dari tiap-tiap kecamatan se Kabupaten Inhu,” kata Harman. Pada saat pelantikan Dewan Hakim, Wabup berharap kepada Dewan Hakim hendaknya dapat memberikan penilaian dengan berlaku adil, jujur, ikhlas, profesional dan istiqomah. Sebab, amanah yang diberikan selain dipertanggung jawabkan untuk diri sendiri, juga harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. “Semoga pelaksanaan MTQ kali ini berjalan dengan lancar dan pemenang dalam lomba ini betul-betul yang mampu dan berprestasi,” harapnya (effendy)

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR

Tertanda,

H. Annas Maamun Bupati

H. Suyatno Wakil Bupati

Drs. H. Wan Amir Firduas, M.Si Sekda

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com


delikriau

SAMBUNGAN

Ungkap Fakta dengan Investigasi

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

Kalau Dikatakan Bencana, Ya Bencana Kita bekerja sama dengan semua pihak. Sekarang kita fokus dengan program Global Fund untuk menjangkau, mendampingi orang-orang yang punya resiko tinggi, seperti penjaja seks, pengguna narkoba suntik. Kita jangkau saat ini di Pekanbaru. Apa saja yang sudah lembaga Anda lakukan? Kita memberikan informasi kepada mereka tentang bahaya HIV AIDS itu, cara penularannya bagaimana, yang jelas informasi yang lengkap. Kemudian, kita dorong mereka untuk memeriksakan diri. Ketika mereka sudah memeriksakan diri, dan kemudian dinyatakan positif, apa kemudian yang dilakukan? Kita akan melakukan pendampingan. Jadi tidak terputus sampai dia dilayanan. Ketika dia mendapatkan status positif, kita dampingi. Kita serahkan kepada kawan-kawan yang punya kelompok sendiri, khusus. Di sini ada. Jadi orang-orang yang positif dan keluarganya itu, ada lembaga sendiri, yayasan sendiri. Apa namanya? Yayasan Sebaya Lancang Kuning. Lalu, Yayasan Siklus. Itu menjadi mitra kita untuk penjangkauan kelompok

13

Sambungan dari hal...7

beresiko tinggi. Kita bekerjasama, berkolaborasi. Dia (Yayasan Siklus) lebih fokus kepada pengguna narkoba suntik, kita fokus kepada perilaku seperti tadi itu, kepada penjaja seks. Dan, sangat maju sekali di Pekanbaru ini, karena banyak sekarang komunitas-komunitas itu berorganisasi. Seperti gaynya sudah ada, warianya, kemudian dari ODHA-nya sendiri sudah membentuk organisasi. Jadi kita sudah bisa berkolaborasi dengan mereka. Ada temuan kasus positif di puskesmas A, misalnya, itu sudah bisa langsung ke kelompok dukungan ini. Mereka langsung melakukan dukungan psiko sosial. Lalu ada IPPI, Ikatan Perempuan Positif Indonesia Pekanbaru, kemudian ada DEKAP PMI mendampingi kawan-kawan yang positif. Ada IPAS, Ikatan Persaudaraan Sehati, itu khusus kawan-kawan yang menjangkau dan mendampingi orang-orang waria sama gay. Kemudian ada WARGA, komunitas Waria dan Gay. Apa saja kegiatan mereka? Kegiatan rutin mereka, mengadakan pertemuan. Internal mereka sesama positif itu kumpul, lalu membahas apa yang mereka hadapi

terhadap layanan. Apakah masih ada diskriminasi, mengingatkan mereka juga untuk tetap semangat menjalani kehidupan mereka. Jadi, mereka saling dukung, makanya dinamakan kelompok dukungan. Mengingatkan mereka bahwa bukan hanya anda sendiri yang terinfeksi, tetapi masih ada yang lain setelah mereka bersamasama. Dan itu mereka lakukan sejak mulai didiagnosa, sampai mereka meninggal. Ketika kita donor darah, darah itu diperiksa. Lalu, ketika ternyata darah itu terinfeksi HIV, apa kita diberitahu? Nah, ini yang sekarang prosedurnya belum ada. Jadi PMI sepertinya belum punya semacam SOP bagaimana ketika seseorang itu diskrening (di periksa laboratorium) darahnya itu ketika donor terinfeksi HIV. Ada semacam kebijakan, kayaknya ini, internasional atau Indonesia itu ada. Sebatas itu saja. Kita berharap dan mendorong mereka (PMI) agar membuka layanan VCT, Voluntery Consulling and Testing. Jadi, ketika ada orang mau diambil darahnya, mereka dikonseling dulu. Kalau nanti dalam skrening darahnya itu dia positif ada HIVnya, dia dikonseling. Jadi

Seluruh karyawan beserta Staff

bukan dibiarkan begitu saja, seperti selama ini. Apa ada peran pemerintah mendukung Yayasan Anda? Selama ini sifatnya dukungan politik. Artinya, apa yang kita lakukan di lapangan, di masyarakat, tidak ada hambatan. Jadi kalau kita ada kendala terkait dengan komunitas-komunitas atau tempat-tempat beresiko tapi kita tidak diijinkan masuk, nanti pemerintah yang akan membantu. Siapa yang membantu pendanaan kegiatan Anda? Sekarang ini kita didanai oleh Global Fund. Semacam kelompok di dunia internasional. Indonesia termasuk salah satu negara yang dibantu oleh mereka. Jadi bukan dari pemerintah? Bukan dari pemerintah. Dari APBN dan APBD belum ada dibantu. Sebenarnya kita berharap, karena ini persoalan kita seharusnya pemerintah yang membantu. Karena itu tadi, ini belum dianggap persoalan prioritas. Padahal, ini ancaman serius bagi masyarakat kita. Dari sekian banyak yang terinfeksi HIV itu dari golongan mana? Justru yang banyak terinfeksi itu adalah orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi

menengah. Dan banyak yang terjadi itu adalah masyarakat umum, dibanding dari orang yang punya perilaku resiko itu. Karena kan tadi, satu orang penjaja seks katakanlah menerima empat orang pelanggan dalam satu hari satu malam, pelanggannya ini punya pasangan, itu yang punya resikonya tinggi. Belum lagi dia selingkuh dengan orang lain. Itu yang kita khawatirkan sebenarnya. Kalau pekerja seks tidak sampai 30 persen dari penderita itu. Obat-obatan selama ini gratis? Iya, gratis. Bisa diambil di RSUD Pekanbaru atau RS Jiwa. Obatnya tidak dijual bebas. Kalau orang-orang yang berduit, kan malu melakukan test? Biasanya mereka melakukan tes di luar kota atau di luar negeri. Membeli obatnya juga di luar kota atau luar negeri. Apa pernah obat-obatnya putus disediakan rumah sakit? Itu yang harus dijaga, jangan sampai putus. Pernah terjadi obat putus di tahun 2007. Kalau putus begitu bagaimana, pada matilah? (Tertawa) Ya, itu dia yang terjadi. Kita tidak mengharapkan putus. Karena kalau obat putus, ada resiko meninggal. (Soegi/lins).

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Seluruh karyawan beserta Staff

Kabupaten Kepulauan Meranti Mengucapkan Selamat Atas Pelantikan

Kabupaten Kepulauan Meranti

DRS. IQARUDDIN M.Si (Sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti)

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi

Mengucapkan Selamat Atas Pelantikan

DRS. IQARUDDIN M.Si (Sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti)

Dilantik oleh:

Bupati Kepulauan Meranti Drs. Irwan Nasir M.Si Bertempat di Aula RSUD Kabupaten Kepulauan Meranti Jl. Dorak Selatpanjang pada tanggal 25 Oktober 2013. TTd,

Drs. Bakhtiar, MP KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Dilantik oleh:

Bupati Kepulauan Meranti Drs. Irwan Nasir M.Si Bertempat di Aula RSUD Kabupaten Kepulauan Meranti Jl. Dorak Selatpanjang pada tanggal 25 Oktober 2013.

TTd,

Azmi Ibrahim, S.IP, MS.I

Rismawardi, DJ

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Kepulauan Meranti

SEKRETARIS

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com


14

delikriau

SIAK

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

Ungkap Fakta dengan Investigasi

Vonis Mati Untuk Pembunuh Kadis Perikanan Kelautan Bengkalis Purwanto, terdakwa kasus pembunuhan di vonis hukuman mati oleh hakim. Oleh mejelis hakim Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura. Sidang pembacaan vonis yang berlangsung di ruang sidang Kartika, Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura, Rabu (11/12). Laporan: Alfredo Wartawan Delik Riau, Siak

Terdakwa lainnya, Abdul Kholik alias Cakdoel divonis hukuman penjara seumur hidup. Sidang dengan nomor perkara 343/PID.B/2013/PN. SIAK, diketuai oleh Hakim Sorta Ria Neva SH, M.Hum dan dibantu Hakim Rudy Wibowo, SH, MH dan M Iqbal Hutabarat, SH. Ruang sidang terlihat penuh sesak oleh pengunjung yang merupakan keluarga korban pembunuhan. Dalam amar putusannya, majelis hakim menyatakan kedua terdakwa secara sah

dan menyakinkan terbukti bersalah dan memenuhi unsur-unsur dalam pasal 340 KUHP junto pasal 55 ayat 1 KUHP. “Fakta-fakta persidangan membuktikan kedua terdakwa terbukti bersalah dan memenuhi unsur perencanaan, dan tidak ada yang meringankan terdakwa,” ujar Hakim Ketua, Sorta Ria Neva disaat membacakan vonis terhadap kedua terdakwa. Majelis Hakim, memberikan vonis yang berbeda terhadap kedua terdakwa itu

karena masing-masing memiliki peran yang berbeda. Terdakwa Cakdoel saat itu berperan sebagai orang yang turut membantu untuk melakukan pembunuhan itu. Sementara itu, terdakwa Purwanto merupakan pelaksana atau orang yang mengeksekusi dari pembunuhan sadis tersebut. Terpidana Cakdoel itu, tidak bersedia memberikan komentar terhadap vonis yang dijatuhkan kepadanya. Sementara itu, Purwanto yang divonis hukuman mati, saat itu terlihat masih berusaha tegar dengan tersenyum hambar. Kepada awak media saat dikonfirmasi oleh wartawan, Purwanto mengatakan vonis yang diberikan oleh hakim itu terlalu berat baginya. “Saya memiliki dua anak dan istri. Saya masih ingin membahagiakan anak istri saya,” ujar Purwanto. ( ALF)

16 Warga Sungai Mungkal Menjadi Mualaf

Laporan: Alfredo Wartawan Delik Riau, Siak

SEBANYAK 16 orang dari 3 Kepala Keluarga (KK), masing masing, Sugeng, Yudi dan Budi yang tinggal di Dusun Sungai Mungkal Desa Tanjung Pal Kecamatan Sungai Apit, Jumat (29/11) melafazkan dua kalimat syahadat sebagai pernyataan masuk Agama Islam. Prosesi masuk Islam tersebut difasilitasi oleh Ketua MUI Kabupaten Siak H.Syofuan Saleh. Dalam pantauan wartawan Delik Riau di lapangan turut hadir dalam upacara pembacaan Syahadat tersebut, Camat Sungai Apit Djoko Edy Imhar , Sekcam Suparni , Pengurus BAZ Kabupaten Siak Ustadz Rasyid, Ketua

BAZ Sungai Apit Zaini, Sekretaris LPTQ Sungai Apit Syafri , kaum ibu pengurus MUI Kabupaten Siak, Sekdes Tanjung Pal Abok Agustinus dan perangkat Desa Tanjung Pal Navid. Sebelum acara pengucapan dua kalimat syahadat, semua warga yang berkeinginan memeluk agama Islam ditanyakan satu persatu oleh Ketua MUI Kabupaten Siak H.Syofuan Saleh, apakah mereka masuk agama Islam ada paksaan dari pihak lain. Mereka menjawab bahwa mereka masuk agama Islam tidak ada paksaan melainkan keinginan dari hati nurani mereka sendiri. Ketua MUI Kabupaten Siak,H.Syofuan Saleh dalam sambutannya, menaruh harapan agar para mualaf

dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh. Pengamalan ajaran agama itu dapat dilaksanakan dengan baik, apabila para muallaf bisa merubah bentuk kehidupan sebelumnya dengan mengisi kegiatan sehari- hari dengan hal-hal yang positif. “Kami sangat terharu atas pernyataan ikhlas tanpa paksaan, warga ini untuk memeluk agama islam, untuk itu kami sangat berbangga hati dapat memfasilitasi upacara sakral ini,”ujar Syofuan. Sementara itu Camat Sungai Apit, Djoko Edy Imhar mengatakan untuk melanjutkan bimbingan agama Islam kepada para mualaf itu, pihaknya akan bekerjasama dengan Ustadz Mursyidi yang merupakan ustadz yang membimbing muallaf Desa Tanjung Pal. “Untuk memberikan bimbingan kepada saudara kita di Dusun Sungai Mungkal yang baru masuk Islam, kami akan bekerjasama dengan Ustadz Mursyidi supaya bisa datang ke Dusun tersebut, minimal dua kali dalam seminggu,” ujar Camat. Usai prosesi tersebut, rombongan dari Kabupaten Siak dan Sungai Apit serta para mualaf melaksanakan sholat Jumat di ruangan Kantor SD jarak jauh Sungai Mungkal. Setelah sholat Jumat, para mualaf mendapat bingkisan dari MUI dan BAZ Kabupaten Siak, berupa perlengkapan sholat, pakaian muslim, pakaian sehari hari dan sembako.(ALF)

Kajari Siak Gelar Perlombaan Karikatur tingkat Pelajar se-Kabupaten Siak Laporan: Alfredo Wartawan Delik Riau, Siak

KEJAKSAAN Negeri (Kajari) Siak menggelar Perlombaan Karikatur tingkat Pelajar seKabupaten Siak, dalam rangka hari Anti Korupsi. Acara ditutup dengan dilakukan pembagian hadiah perlombaan tersebut terhadap pemenang yang dilakukan di Ruangan Rapat Kejaksaan Negeri Siak, Senin (09/12). Dalam sambutannya, Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Siak, Zainul Arifin, mengungkapkan rasa terima kasih atas antusiasnya pelajar mengikuti perlombaan Karikartur tingkat pelajar seKabupaten Siak dalam rangka hari anti korupsi itu. “Saya mengucapkan terima kasih kepada Pelajar yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba yang diadakan Kejaksaan Negeri Siak ini dalam rangka memperingati hari anti korupsi,” jelas kajari siak. Lebih lanjut Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Siak, Zainul Arifin, SH, MH, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan ide dari Kasi Intelejen, Tri Mukti dan kasikasi yang juga ikut bekerjasama.

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

Perwakilan guru yang memberikan kata sambutan yaitu SMK Pariwisata Siak, Diana, mengungkapkan sangat menyambut baik perlombaan karikatur tingkat pelajar tersebut. Ini menunjukkan bahwa Kejari Siak mempunyai perhatian sangat tinggi terhadap pelajar yang ada di Kabupaten Siak. “Kami sebagai pihak guru, sangat menyambut baik kegiatan yang telah dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Siak. Kami berharap, kedepannya kegiatan seperti ini lebih baik lagi untuk dapat menumbuh kembangkan kreativitas anak dalam karya karikatur dalam rangka hari anti korupsi,” jelas Diana. ( ALF )

Saya mengucapkan terima kasih kepada Pelajar yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba yang diadakan Kejaksaan Negeri Siak ini dalam rangka memperingati hari anti korupsi. Kajari Siak, Zainul Arifin


delikriau Ungkap Fakta dengan Investigasi

LINTAS DAERAH

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

15

Polsek Tebing Tinggi Ringkus Pelaku Pencuri Uang Pemkab Polsek Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti tanggal 11 Desember 2013 kemarin jam 04.00 sore di Selatpanjang berhasil meringkus dua orang pelaku pencuri uang Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti sejumlah Rp. 168 juta yang telah raib dalam jok sepeda motor Yamaha Mio milik Fitri Bendahara Pemkab Kabupeten Kepulauan Meranti. Laporan: KSR Wartawan Delik Riau, Selatpanjang

Pada tanggal 4 Juli 2013 lalu Fitri mencairkan uang Rp. 168 Juta di Bank Riau jalan Diponegoro Selatpanjang, setelah itu Fitri menuju jalan Manggis Gelora membeli kue, Sepeda Motor di-

parkir Fitri di jalan tersebut dan tidak ada tanda-tanda curiga sedikitpun bahwa uang tersebut akan raib. Sesampainya dikantor uang akan diambil dalam jok sepeda motor ternyata uang sejumlah tersebut telah raib. Fitri pun mengadukan ke atasannya dan langsung

melaporkan kejadiannya kepihak Kepolisian setempat. Berkat upaya dan strategi polisi yang akhirnya polsek tebing tinggi berhasil meringkus dua pelaku pencurian uang tersebut. Pelakunya adalah Gunawan 33 Tahun alamat jalan Merdeka No.09 RT 02 Kota Raya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI Palembang), dan Muhammad Yamin 24 Tahun Alamat Desa Pering Palembang Sumsel. Pelaku dijerat pasal 363 Yunto 363 pasal 1 demikian diungkapkan oleh Kapolsek Tebing Tinggi Kompol JJ. Hutapea kepada sejumlah wartawan dikantor Polsek pada tanggal 13 Desember 2013 kemarin (KSR).

APMS CV. Usaha Sebeti Jual BBM Bersubsidi Sesuai Het Laporan: KSR Wartawan Delik Riau, Selatpanjang

Terkait persoalan Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama jenis primium (Bensin) bersubsidi di Kabupaten Kepulauan Meranti masih terjadi menimbulkan kontradiksi, sementara primium bersubsidi harga eceran tertinggi (HET) Kabupaten Kepulauan Meranti Rp. 6.500/ Liter, yang sebagaimana

pernah ditegaskan oleh H. M.ADIL.SH Sekretaris Komisi II DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti dalam hearing bersama pengusaha APMS digedung Dewan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, sesuai peraturan harga BBM jenis primium bersubsidi harus dijual sesuai HET yaitu Rp. 6.500/Liter, ungkap politikus partai Hanura tersebut. Tudingan masyarakat

konsumen muncul yang menerpa APMS CV.USAHA SEBETI di Teluk Belitung Kecamatan Merbau, bahwasanya APMS CV.USAHA SEBETI menjual BBM jenis primium bersubsidi mahal (diatas HET) dengan harga Rp. 1.430.000,-/Drum dan adalagi yang disebut uang Slip Rp. 200.000,-/Drum serta para pengecer BBM pelanggan APMS CV.USAHA SEBETI juga harus menyetorkan sejumlah

JJ. Hutapea

uang DP/persekot sebelum BBM tiba dari pertamina. Namun, Edi Musriadi Manager APMS CV.USAHA SEBETI ketika dikonfirmasi wartawan kemarin, terkait hal tersebut ia menjelaskan dan mengakui pihaknya menjual BBM bersubsidi jenis primium Rp. 1.430.000,-/ Drum akan tetapi isinya 220 Liter/Drum bukan 200 Liter/ Drum. Dan terkait uang slip

Rp. 200.000,- kata Edi, hal tersebut adalah ulah sepekulan. Sebab BBM tersebut harganya mencapai Rp. 2. 000.000,-/Drum. Namun hal itu diluar tanggung jawab APMS CV.USAHA SEBETI sebab ulah oknum spekulan BBM tersebut menjual sampai kepihak ketiga bahkan sampai kepihak ke tujuh. maka harganya mencapai Rp. 2. 000. 000,-/Drum jelasnya (KSR)

102 Guru SMK Se-Kec.Kandis, Ikuti Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 perdana yang dilaksanakan di kabupaten siak, dan memberikan penghargaan kepada para guru yang hadir, yang begitu semangatnya dalam menyimak paparan dari pemateri serta bertanya jawab. Zul berharap agar kiranya kedepannya apa yang telah diberikan ini menjadi pemicu bagi para guru untuk lebih siap dalam menghadapai persiapan tekhnis kurikulum 2014-2015. Zul juga menambhakan agar kegiatan ini menjadi rangsangan bagi kecamatan lain untuk menjadi tuan rumah dalam mendapatkan pengetahuan seperti ini, ungkapnya. Laporan:Achmad Wartawan Delik Riau, Kandis

Sebanyak 102 guru SMK se-Kec.Kandis mengikuti In House Training yang dilaksanakan di Aula Hotel Mutiara Kandis. Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 ini dilaksanakan selama sehari ini diikuti guru dari SMK Negeri 1Kandis,SMK Sultan Syarif Qasyim Kandis,

SMK Darushofa Kandis, SMK Baiturrahman Kandis, dan SMK Putra Bangsa Kandis. Acara tersebut dihadiri Zul Ikram, M.Pd dari dinas Pendidikan Kab. Siak serta LPMP propinsi Riau Drs, Alman. Dalam kata sambutannya dan sekaligus membuka acara pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, Zul Ikram menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang

Selengkapnya Kunjungi www.delikriau.com

Sementara itu Kasek SMK Negeri 1 Kandis Achmad Jabir, Spd selaku ketua panitia acara,ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan pelatihan persiapan seperti ini, maka pemerataan informasi tentang kurikulum 2013 akan sangat terbuka lebar. Dan menambah pengetahuan guru dalam mengimplementasikan serta penerapannya di sekolahnya masing masing. Achmad juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman kepala sekolah dari masing masing SMK se kec kandis yang ikut mensukseskan acara ini dari awal hingga akhir, dan juga awak media dalam pemberitaanya, tuturnya. Sementara itu Ari(29) salah seorang guru SMK SSQ menyambut baik kegiatan ini, yang mana bisa memberikan pengetahuan tambahan di bidang kurikulum, sehingga menjadi bekal dalam menghadapai kurikulum 2014 2015. Ari juga menambahkan mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah mensukseskan acara ini, pungkasnya. (Achmad)


16

Edisi 4 / Tahun I. Tanggal 16 - 31 Desember 2013

delikriau

PROFIL

Ungkap Fakta dengan Investigasi

H. MULYADI, WARTAWAN SENIOR

KITA BUKAN TEROMPET ATAU CORONG PEMERINTAH DAERAH Dheni Kurnia, Ketua PWI Riau, dalam satu perjalanan ke daerah Tembilahan dua pekan lalu, di tengah obrolannya berseloroh, “Di Riau, hanya ada dua orang yang memegang kartu anggota Jurnalis Asean. Satu Deni Kurnia dan satu lagi, H. Mulyadi.” Seloroh itu dibuktikan H. Mulyadi sepekan kemudian saat Delik Riau bertandang kekediamannya di jalan Merpati. Lelaki yang tak berhenti menulis diberbagai media meski usianya kian renta itu memperlihatkan tiga buah kartu pers yang ia miliki.

K

ETIGA kartu itu – Kartu Pers Nomor Satu dikeluarkan oleh Panitia Hari Pers Nasional, Kartu Wartawan Utama dikeluarkan oleh Dewan Pers, dan satu lagi, Asean Press No. Register 206 dikeluarkan oleh Confederation of Asean Journalists – ia jejerkan di meja kerjanya. Di ruang kerjanya yang sederhana dan penuh bukubuku koleksinya, ia menjawab beberapa pertanyaan Delik Riau, hampir, tanpa bisa disela. Bicaranya masih berapi-api. Ia juga memperlihatkan kumpulan tulisannya yang ia terbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Kritik Dibalik Humor”. Berikut petikannya. Sudah berapa tahun jadi wartawan? Empat puluh tiga tahun. Saya tidak pernah beralih profesi yang lain. Saya tidak tergiur untuk jadi pengusaha. Saya tidak mau juga terjun ke dunia politik, apalagi ikut-ikutan menjadi caleg. Profesi yang saya lakukan only one, wartawan. Makanya jangan heran, suatu saat ketika melihat saya mungkin sedang naik mobil sama orang, tapi suatu saat saya sedang jalan kaki meliput aksi unjuk rasa. Saya juga mungkin pergi ke rumah gubernur naik ojek. Semua merupakan sebuah perjalanan sebagai seorang jurnalis. Saya melihat akhir-akhir

ini, banyak wartawan yang muncul karena terpaksa. Dari pada tidak ada kerjaan, iseng-iseng jadi wartawan. Akibatnya apa ? Kerjanya pun tidak penuh. Karena dia berpikir, jadi wartawan hanya jadi batu loncatan. Mau jadi pengusaha, mau jadi di legislative atau mau cari pekerjaan lain yang dianggap lebih baik. Pekerjaan wartawan ini, tidak seluruhnya menjanjikan kan? Dari segi income, baru tiga puluh persen saja dari media-media di Indonesia yang kesejahteraan wartawan itu termasuk baik. Tujuh puluh persen masih kurang. Tapi apakah itu satu-satunya jalan untuk pengabdian? Saya, dalam keadaan dimanapun jalan kaki berpanas-panas, tetap cinta pada profesi wartawan. Saya tidak tergiur. Saya ingat, apa yang dikatakan Rosihan Anwar, bahwa seorang wartawan itu bukan good digger. Artinya, pemburu harta. Bahwa seorang wartawan itu tak mungkin menjadi wartawan supaya kere, tapi secukupnya saja. Wartawan tidak perlu berlebih-lebihan. Wartawan juga tidak hanyut dengan persoalan duniawi. Kenapa? Kita ini bergaul dengan bermacam elemen masyarakat. Hari ini kita bicara dengan pejabat pemerintah, tentang politik dan pembangunan. Besok kita bicara dengan pengusaha, cerita tentang uang triliunan, miliaran, paling sedikit. Tak ada, seratus ribu itu tak ada. Kemudian kita bicara dengan artis, yang bicara tentang hal-hal duniawi. Harga cincin 10 juta, kacamata 15 juta, jam tangan 20 juta, semua serba wah. Kemudian, kita pun masuk ke lingkungan politisi. Yang bicara menerawang tentang hal-hal yang dilakukan. Menerawang dia, seolah-olah tanpa kehidupan politik kita tidak bisa hidup. Bicaranya tinggi-tinggi. Saya menjadi wartawan ini mengalami hal-hal yang unik. Baru sekitar 5 hari yang lalu, misalnya. Saya nginap di hotel bintang 5 di Kuala Lumpur, 3 hari kemudian saya nginap di bangunan SD Inpres di perbatasan antara Riau Sumatera Utara. Mandinya, mandi air sungai. Makan ala kadarnya. Tidak ada hotel di situ. Padahal, baru tidak lebih dari seminggu saya nginap di hotel berbintang, fasilitas serba wah, makan serba enak, sekarang seperti ini. Nah, itukan tugas wartawan.

Saya pernah bilang waktu meliput acara seminar ekonomi di hotel yang intinya membicarakan masalah kesejahteraan bagi masyarakat menengah ke atas. Berbicara dengan professorprofesor. Selesai seminar, saya balik naik angkot, hujan gerimis, padahal yang dibicarakan tentang kesejahteraan (ketawa). Para pembicara dalam hotel berbintang itu, lewat naik mobil-mobil mewah. Seseorang jadi wartawan itu yang diperlukan ketahanan mental dan fisik. Kenapa gitu? Mental artinya kita tidak boleh mudah terganggu. Bukan artinya kita tidak perlu materi? Bohong. Kita juga perlu uang. Saya kalau tidak ada uang, banyak juga yang mentraktir saya makan. Itu normal, ya. Tapi kita jangan hanyut. Banyak sekarang wartawan sudah terlalu jauh. Karena menghadapi kehidupan yang serba wah, jadi bicaranya mengenai mobil mengkilap, mobil yang harganya ratusan juta atau miliar, gitu. Sementara sekeliling kita ini masih ada masyarakat yang miskin, masih banyak bangunanbangunan yang tidak sesuai, masih ada jembatan yang roboh, jalan berlubang. Masyarakat yang disakiti oleh pengusaha karena lahannya diambil. Penguasa tidak berpihak kepada rakyat. Pengalaman apa yang paling berkesan selama jadi wartawan? Waktu saya mewawancarai Lee Kwan Yeu di Singapura. Ketika selesai pemilihan umum Singapura tahun 1983. Malam itu, Lee Kwan Yeu mengadakan konferensi pers setelah penghitungan suara. Wartawan yang hadir sekitar 50. Waktu itu, sudah masuk era digitalisasi. Dari tempat konferensi pers mereka bisa melaporkan langsung. Kita cuma pakai perekam suara saja (tertawa). Saya berpikir, kalau bertanya dalam konferensi itu, nanti pertanyaan kita dilaporkan orang duluan karena mereka bisa melaporkan langsung ke kantornya. Kita tidak dapat apa-apa. Jadi, begitu Lee Kwan Yeu turun dari podium, saya kejar. Saya wawancarai. Walau hanya dapat kata-kata terbatas, tapi sebagai wartawan kita bisa menguraikan. Kalau tidak dapat menguraikan, kita kehilangan momen. Esok paginya, tulisan saya muncul di koran dengan judul besar.

Waktu itu Anda masih di Sinar Harapan? Saya sudah pindah ke Suara Pembaruan. Kan Sinar Harapan dibreidel. Saya tidak pernah berhenti menjadi wartawan. Sa-

H. Mulyadi

ya mengalami pasang surut. Gaji Anda sebagai wartawan waktu itu cukup apa tidak? Waktu saya jadi koresponden itu, lebih dari cukup. Waktu di Sinar Harapan, saya dapat penghasilan 200 ribu rupiah tiap bulan. Tiket pesawat Pekanbaru – Singapura tahun 74 itu 10 ribu. Hampir tiap bulan saya, istri dan anak bisa ke Singapura. Jadi, bukan sombong, saya lebih dari 100 kali ke Singapura. Dalam sebulan itu, bisa 7 sampai 8 kali. Ya, jalan-jalan saja (tertawa). Mengapa bisa besar gaji wartawan waktu itu? Waktu itu, kesejahteraan wartawan memang bagus. Bagaimana dengan kesejahteraan wartawan sekarang? Kalau sekarang saya lihat kurang. Sinar Harapan dibreidel tahun 86 oleh Soeharto karena memberitakan apa? Karena ada regulasi perdagangan yang mau dicabut, dibocorkan dulu, diberitakan. Kemudian itu dianggap mengacaukan. Setelah dibreidel Anda dan karyawan kemana? Karyawannya diinventarisasi, ditawarkan ke media yang baru, Suara Pembaruan. Sampai saya mendapat pensiun, ya, di Suara Pembaruan. Anda Mendapat Pensiun? Iya. Tapi saya sudah ambil semua sekalian. Saya dapat uang pesangon waktu itu. Lumayanlah, cukup banyak bagi saya. (H. Mulyadi mengajak saya ke ruang tamu. Beberapa bingkai foto dirinya dengan tokoh-tokoh nasional terlihat berjajar di rak dan meja. Diantaranya, fotonya dengan BJ. Habiebie) Anda berada di jaman

beberapa Gubernur yang pernah berkuasa di Riau, siapa yang paling dekat? Saya dekat dengan Gubernur Soeripto dan Rusli Zainal. Anda bilang dekat dengan Rusli Zainal, namun ketika ada beberapa wartawan membentuk forum dan memberikan penghargaan kepada Rusli Zainal, mengapa Anda justru punya pikiran yang berbeda? Iya, ngak etis dong. Orang sedang dalam penjara, kog, diberi penghargaan. Kasihan dia, kan. Itu kasihan buat yang bersangkutan, lho. Kedua, momennya tidak tepat. Ngak pas itu waktunya. Di saat begini, kayak ambil muka saja. Dan mereka berebut seolah-olah dalam kasus begini mereka merasa dekat semua dengan Rusli Zainal. Kalau dekat dengan Rusli Zainal, saya kenal sejak dia masih kuliah. Saya juga dulu sering datang ke rumah mertuanya, Ismail Suko. Apa pendapat Anda dengan media yang membuat kontrak dengan pemerintah daerah? Yang penting jangan kita jadi pendukung berlebihlebihan. Kita bukan alat pemerintah daerah. Kita boleh bekerja sama, tapi kita bukan terompet atau corong pemerintah daerah kan. Apa pesan Anda untuk para wartawan? Jadilah wartawan yang baik. Jangan nyambi-nyambi. Jangan setengah-setengah. Karena orang jadi wartawan hanya untuk batu loncatan, banyak. Jadilah wartawan yang professional. Hiduplah berdasarkan apa yang kita peroleh. Syukurilah, nikmatilah apa yang kita dapat. Sekecil apa pun itu, jangan berlebih-lebihan. ***


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.