Laporan Tahunan CRI 2016

Page 1

LAPORAN TAHUNAN ANNUAL REPORT

2016

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

i



LAPORAN TAHUNAN ANNUAL REPORT

2016


LAPORAN TAHUNAN 2016 ANNUAL REPORT 2016 COMBINE RESOURCE INSTITUTION Penulis / Writer

Elanto Wijoyono Ferdhi F. Putra Imung Yuniardi Irman Ariadi Maryani Muhammad Amrun Penyunting / Editor

Apriliana Susanti Aris Haryanto Idha Saraswati Imung Yuniardi

Penerjemah / Translator

Rosa Vania Setowati

Desain Visual / Visual Designer

Apriliana Susanti Randy Fachri Prabowo Aris Haryanto Foto / Photo

Dokumentasi CRI

Combine Resource Institution

Jalan KH Ali Maksum 183 Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, 55188 Telp/ Fax: 0274-411123 Email: office@combine.or.id Website: http://combine.or.id @combineresourceinstitution @combineRI @combine_ri @combineresourceinstitution +6282242016606


Daftar Isi

Table of Contents PENGANTAR/FOREWORD

4

PENGUATAN KAPASITAS Capacity Building

6

ADVOKASI Advocacy

29

PENGEMBANGAN INSTRUMEN Instrument Development

41

CAPAIAN PARA MITRA Achievements of Our Partners

51

JAGONGAN MEDIA RAKYAT 2016 Jagongan Media Rakyat 2016

56

Lampiran/ Appendix Laporan Keuangan/ Financial Report Dewan Pembina dan Staf/ Boards and Staffs Mitra dan Jejaring/ Partners and Networks

64 65 66 67


Pengantar Foreword

T

ransformasi digital telah mengubah seluruh aspek kehidupan, di seluruh bagian dunia, secara besar-besaran dengan begitu cepat, murah lagi mudah. Pada konteks negara bangsa, digitalisasi memperbesar kemungkinan terwujudnya transparansi dan partisipasi publik. Namun tentu digitalisasi tidak lantas hanya tentang mata air kesempatan dan peluang yang semata jernih dan baik. Risiko selalu ada, salah satunya adalah justru ketika bergantung semata pada teknologi digital dan menabalkannya sebagai tujuan, bukan alat. Pengelolaan informasi berbasis komunitas misalnya, mendapatkan peluang luar biasa ketika perkembangan teknologi memungkinkan konvergensi media. Media komunitas misalnya, mendapatkan kesempatan luar biasa saat tidak lagi harus tunduk pada batas konvensional suatu wilayah. Bahkan melalui media sosial, siapapun bisa mendaku diri sebagai aktivis media komunitas melalui rentetan informasi yang disebarluaskan tanpa batas ruang dan waktu. Maka tantangan mendasarnya adalah bagaimana memastikan komunikasi, relasi dan dampak media komunitas tersebut dengan komunitasnya sendiri. Demikian pula dengan pengelolaan sumber daya berbasis komunitas, salah satunya melalui pengelolaan data. Secara khusus pada konteks Indonesia, melalui sistem informasi desa maupun sistem

4 COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

D

igital transformation has changed every aspect of life, in all parts of the world, in a quick, massive, cheap and easy way. In the context of nation state, digitalization expands the chance of transparency and public participation manifestation. Yet digitalization not simply appears as a spring with the clear and calm stream of chances and opportunities. The risks are, however, inevitable. One of which is when we only rely on digital technology and set it as a goal, instead of a tool. Community-based information management for example, gets greater opportunity when technology development enables media convergence. Community media for example, are benefited when they were no longer subject to the conventional or regional rules. Even, with social media, information are shared without any time and regional border, thus anyone can call themselves community media activist. Hence, the basic challenge we encounter is to ensure that the communication, relation and impact of community media reaches their local community. Similarly, community-based resource management utilizes data management. Specifically in Indonesia context, by using village information system or other information systems, local communities has a greater chance to participate in development planning and its


informasi lain warga memiliki kesempatan lebih besar untuk berperan dalam proses perencanaan dan implementasi pembangunan. Peluang bisa berbalik menjadi bumerang saat gairahnya semata pada aplikasi, baik dengan dalih percepatan, perluasan dsb. Maka tantangannya adalah bagaimana memastikan fokusnya kembali pada tujuan utama yaitu peningkatan kualitas hidup seluruh warga yang berdaya dan mandiri dengan teknologi sebagai salah satu alatnya. Tantangan-tantangan itulah yang pada 2016 ini coba mulai dikelola oleh CRI. Mulai dari merintis pemetaan kondisi terkini media komunitas melalui riset sederhana, terus berusaha memperbaiki pola pelatihan sistem informasi sebagai upaya membagikan pemahaman yang utuh tentang pengelolaan data, hingga menyegarkan kembali komitmen melalui Jagongan Media Rakyat yang menginjak penyelenggaraan keempat. Capaian yang didapat mitra dan komunitas tahun ini menjadi penyegar yang membuat semangat terus terpompa. Bersama jejaring mitra baik lembaga dan komunitas, CRI ingin mulai memastikan tidak ada yang tertinggal gerbong kemajuan dengan digitalisasi sebagai lokomotifnya.

implementation process. The chance can turn into a boomerang when the spirit is focused on the application, with the pretext on the acceleration, expansion, etc. Thus, the challenge is how to ensure the focus is shifted to the main goal which is improving the quality of life of every empowered and independent society with technology as one of its tools. These challenges are what CRI tried to managed in 2016. Starting from mapping community media current condition through simple research, continued fixing information system training scheme as an endeavor to share a whole understanding about data management, to refreshing our commitment through Jagongan Media Rakyat, which have been held for the fourth times. Our partner and community’s accomplishments gathered this year revitalize and pump our spirit. Along with our community and organization network, CRI starts to ensure that there is no one left behind the development wagon with digitalization as its locomotive.

Imung Yuniardi Direktur

Imung Yuniardi Director of CRI

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

5


PENGUATAN KAPASITAS Capacity Building

Pelatihan dan Pendampingan/ Training and Assistance •Pelatihan dan pendampingan pemanfaatan SID di tingkat desa/ Training and assistance of SID utilization in village level •Sekolah Sistem Informasi Desa (SSID) Tingkat Dasar/ Basic Village Information System School (SSID) •SSID Tingkat Lanjut/ Advanced SSID •Mendorong Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan SID/ Encouraging Disaster Risk Reduction with SID •Pelatihan menulis dan foto jurnalistik/ Writing and Journalism Photography Workshop

Penguatan Kapasitas Staf/ Staff Capacity Building Penguatan Jejaring/ Staff Capacity Building •Koordinasi dan kolaborasi dengan jejaring inisiatif penerapan SID/ Coordination and collaboration with SID implementation initiative network •Kopi Darat SID/ SID Meet Up •Membuka jejaring internasional melalui program magang dan relawan/ Initiate international networking through internship and volunteer program •Kolaborasi dengan Jejaring Right2City/ Collaboration with Right2City network

K

emampuan teknis mengoperasikan perangkat informasi dan komunikasi hanyalah satu aspek dari kapasitas yang diperlukan warga untuk menjadi berdaya. Lebih dari itu, tersedianya ruang belajar yang memungkinkan warga saling berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait upaya-upaya untuk mengelola sumber dayanya secara mandiri merupakan pondasi bagi pemberdayaan warga. Oleh karena itu, sepanjang 2016, Combine Resource Institution (CRI) fokus menginisiasi ruang-ruang belajar itu sebagai bagian dari agenda peningkatan kapasitas lembaga. Dengan cara itu, kami berharap supaya para peserta kegiatan peningkatan kapasitas tidak hanya mempelajari hal teknis namun juga bisa mendapatkan pemahaman utuh tentang seluk beluk pengelolaan informasi dan sumber daya berbasis komunitas di wilayah tempat tinggalnya masing-masing.

T

he skill of operating information and communication devices is one of the capacity needed by the local communities to be empowered. More than that, the room which enables citizen to share experience and knowledge in managing the resource independently is a foundation of citizen empowerment. For that reason, throughout 2016, Combine Resource Institution (CRI) focused on initiating various rooms for local communities to learn these skills as a part of our institution capacity building agenda. In this way, we hope the participants of these capacity building activities would not only learn about technical aspects, but acquire the whole comprehension of community-based information and resource management in their own communities and region.

6 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

t

Suasana pembelajaran SSID di kantor CRI


COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

7


8 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN 1. Pelatihan dan pendampingan pemanfaatan SID di tingkat desa

Digagas mulai 2009, Sistem Informasi Desa (SID) kini telah berkembang menjadi salah satu fokus CRI. Hingga kini, penerapannya semakin meluas baik dari sisi jumlah wilayah maupun ragam pemanfaatan. Menarik mencermati bahwa sejak berlakunya UU No. 14/2014 tentang Desa yang mewajibkan desa memiliki sistem informasi, justru banyak hal dasar yang dilupakan. Salah satunya adalah cara pandang teknis yang melihat SID sebagai sekadar aplikasi belaka. Padahal berdasarkan pengalaman kami, ada sejumlah catatan pembelajaran penting dalam proses penerapan SID oleh desa. Salah satunya tentang faktor-faktor dasar yang membuat suatu desa siap menerapkan SID. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa adanya visi yang tertuang dalam rencana yang jelas, tim kerja yang solid, dukungan kebijakan, hingga konsistensi proses olah data dan informasi oleh desa. Tanpa dukungan faktor-faktor tersebut, SID akan sulit dipahami sebagai sistem yang utuh dan cenderung dilihat sebagai aplikasi belaka. Akibatnya, penerapan SID tidak berhasil mewujudkan prinsip terbuka, terlibat, inklusif dan berkelanjutan dalam proses pembangunan di desa. Padahal ujung dari penerapan SID adalah pemanfaatan data dan informasi oleh seluruh elemen di desa dengan berpijak pada prinsip terbuka, terlibat, inklusif dan berkelanjutan. Berangkat dari catatan-catatan tersebut, penguatan kapasitas adalah hal yang mutlak. Penguatan kapasitas itu tidak hanya berisi pelatihan teknis, melainkan tersedianya ruang belajar bersama guna menyiapkan faktorfaktor dasar yang membuat desa menjadi siap menerapkan SID. Itulah sebabnya, kemampuan

TRAINING AND ASSISTANCE

1. Training and assistance of SID utilization in village level

Initiated in 2009, the Village Information System (SID) is now becoming one of CRI focuses. Up until now, the application of the SID has expanded based on the region’s quantity level as well as the variety of applications. It is interesting to take a close look that since the Law No. 14, 2014 on Village obliges every village to have their own information system, the essential points are, in fact, ignored. One of the missing essential points is a technical point of view in seeing SID as mere application. However, based on our view, there are some important notes on the SID application process by the villages. One of which is the basic factors which enables a village ready to apply the SID. Those factors include a vision embodied in a clear plan, solid teamwork, regulatory support, to consistency of data and information processing by the village. Without any support from these factors, the SID will be difficult to be perceived as a whole system and tend to be seen merely as an application. As a result, SID application fails to manifest the principle of transparency, involvement, inclusivity and sustainability in the development process of the village. Meanwhile, the goal of SID implementation is utilization of information and data of the whole element in a village based on the principle of transparency, involvement, inclusivity and sustainability. Departing from those notes, capacity building is a crucial matter. Capacity building is not only including technical trainings but also availability of learning room to prepare for the basic factors needed by a village to apply SID. That is the reason why technical skills

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

9


Augush Harry, pengelola SID Desa Tambaharjo, Kendal, Jawa Tengah.

teknis mengoperasikan komputer maupun aplikasi bukanlah syarat utama bagi peserta. Meski tentu saja kemampuan teknis semacam itu harus dikuasai oleh peserta yang memang ditugaskan menjadi operator di desanya. Sebelum 2016, penguatan kapasitas terkait SID sudah menjadi bagian dari rutinitas kami. Perbedaannya adalah, mulai 2016 kami menggunakan konsep penguatan kapasitas dengan materi yang telah dan akan terus dikembangkan. Selain itu, agenda peningkatan kapasitas SID mulai disinergikan dengan agenda pemerintah kabupaten sesuai dengan amanat regulasi dengan tetap mengutamakan kondisi dan kebutuhan desa. Gunungkidul menjadi kabupaten pertama di 2016 yang memulai rangkaian penguatan kapasitas tersebut. Fokusnya mempersiapkan desa dalam melakukan verifikasi dan validasi data kemiskinan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Fokus ini disesuaikan dengan rencana 10 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

Besides village officers, SID should invite the local community to participate as well. Through the SID, village members are able to exchange information about village potencies and local news while village officers fulfill their duty and responsibility as a government. The point is generating information transparency using SID.

Selain melibatkan perangkat desa, SID juga harus melibatkan masyarakat desa. Melalui SID, warga bisa berbagi informasi potensi-potensi dan kabar desa sementara pemerintah desa bisa mempertanggungjawabkan kaitannya dengan pemerintahan. Intinya adalah menciptakan transparansi informasi dengan SID.

Augush Harry, SID administrator in Tambaharjo Village, Kendal, Central Java.

in operating computer or application is not the main requirement for the participants. However, those technical skills are needed to be mastered by the participants, which are assigned to be an operator in their village. Before 2016, SID-related capacity building was a part of our routine. The differences are, starting from 2016 we have applied capacity building concept with the more developed materials from time to time. Furthermore, the SID capacity building agenda has started to be synergized with a district administrative agenda in accordance with the regulations mandate which prioritize village’s condition and needs. Gunungkidul district leads as the first district to enroll the capacity building series in 2016. The focus was to prepare the villages to verify and validate poverty data from the Central Bureau of Statistics (BPS) This focus is adapting the Provincial Development Planning Agency (Bappeda) of Gunungkidul as a coordinator of


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunungkidul yang menjadi semacam koordinator penerapan SID di tingkat pemerintah kabupaten. Menyusul Gunungkidul adalah Kabupaten Lombok Utara. Meski fokusnya mirip, namun titik masuknya berbeda. Bila Gunungkidul langsung menggarap pengelolaan data kemiskinan, Lombok Utara mulai masuk dari isu keterbukaan informasi publik melalui website desa. Perbedaan ini dimungkinkan terjadi mengingat perbedaan karakter, kondisi dan kesiapan masing-masing. Oleh karena itu, pola penguatan kapasitas yang kami lakukan menjadi berbeda sesuai kebutuhan masing-masing wilayah. Pada 2016, agenda pemanfaatan SID untuk jangka menengah dan jangka panjang telah masuk dalam perencanaan pembangunan di kedua kabupaten tersebut. Pemkab Kabupaten Gunungkidul melalui Bappeda lebih fokus pada upaya pemanfaatan SID untuk verifikasi dan validasi Basis Data Terpadu (BDT) 2015

SID implementation in the district government level. Following Gunungkidul was Lombok Utara district. With a similar focus, but different entry point. In Gunungkidul the participants were directly working on the poverty data, while in Lombok Utara the capacity building workshop started with the discussion of public information transparency issues using village website. This difference was possibly due to different character, condition and readiness of each region. Thus, capacity building method we applied would be different based on each region needs. In 2016, the midterm and long-term SID application agenda have been embodied in the development plan in both districts. The government of Gunungkidul district through Bappeda focused on SID utilization to verify and validate the 2015 Integrated Database (BDT) in every village. The 2015 BDT features the data of 40 percent of the poorest citizens released

Pelatihan manajemen informasi publik dan website desa di Kabupaten Lombok Utara.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

11

t


di seluruh desa. BDT 2015 memuat data 40 persen warga termiskin yang dirilis oleh BPS berkoordinasi dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Kementerian Sosial. Bapedda Gunungkidul berencana mengintegrasikan hasil verifikasi dan validasi BDT 2015 oleh 144 desa tersebut ke tingkat kabupaten, sehingga nantinya bisa menjadi rujukan data bagi desa hingga kabupaten. Satu data untuk semua. Itulah istilah yang Bappeda Gunungkidul sering nyatakan terkait proses ini. Adapun di Kabupaten Lombok Utara, seri lokakarya penguatan kapasitas bertujuan mempersiapkan desa mengelola data dan informasi tentang potensi desa untuk menguatkan perencanaan pembangunan desa dan kabupaten di tahun 2017. Ada 33 desa yang mengikuti seri lokakarya di Kabupaten Lombok Utara pada Oktober hingga Desember 2016. Selain melalui sesi belajar resmi, kami juga mendampingi langsung proses belajar sejumlah desa di desanya masing-masing. Ini untuk memastikan SID yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal, baik untuk perencanaan pembangunan hingga pengelolaan potensi yang dimiliki. Kian banyaknya jumlah desa yang menerapkan SID, dan di sisi lain terbatasnya sumber daya yang kami miliki, membuat pendampingan secara langsung tidak mungkin bisa diterapkan di banyak desa. Oleh karena itu, proses saling belajar tentang SID melalui sistem layanan informasi online terus kami kuatkan. Sejauh ini, media yang paling kami andalkan adalah akun grup Facebook Sistem Informasi Desa. Secara berkala, kami mempublikasikan catatan-catatan pembelajaran melalui akun tersebut. Selain bisa mempelajarinya secara 12 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

by BPS coordinated with the National Team for Accelerating Poverty Reduction (TNP2K) and Social Ministries. Gunungkidul Bappeda planned to integrate the 2015 BDT verification and validation outcome from the 144 villages to the district level, thus the data will serve as a reference for the villages and the district as well. One data for all. That is the tagline Gunungkidul Bappeda frequently stated related to this process. As for Lombok Utara District, the capacity building workshop series was aimed to prepare the villages in managing data and information related to villages’ potency to strengthen the village and district’s development plan in 2017. Thirty three Villages were participating in workshop series, which took place in North Lombok district from October until December, 2016. Besides through the official learning sessions, we also accompanied the learning process in each several villages directly. This was done to ensure the existing SID can be utilized optimally, both in the development plan and management of the region’s potency. The growing number of villages implementing SID, and in the other hand, our lack of sources, makes direct assistance could not be implemented in many villages. Thus, we continued to empower SID learning process using an online information service system. So far, the media we rely on the most is the Village Information System Facebook group. Periodically, we publish several notes on the learning process on this account. Besides able to learn independently, SID organizers in the villages or the village assistance organization can share stories, post questions or answers in this group.


t Ruang belajar online para pengguna SID melalui media sosial grup Facebook Sistem Informasi Desa. mandiri, para pengelola SID di desa maupun lembaga pendamping desa juga bisa saling berbagi cerita, bertanya maupun memberi jawaban melalui grup tersebut. Pola berbagi pengetahuan antarsesama pengguna SID semacam ini kami anggap sangat penting mengingat CRI bukanlah lembaga produsen aplikasi yang hanya fokus pada aplikasi, melainkan lembaga pengembang teknologi informasi yang melihat teknologi sebagai alat untuk mendukung kemandirian dan keberdayaan warga. Proses saling mengawal dan belajar antardesa hingga antarkabupaten akan berdampak pada kualitas pemanfaatan SID yang optimal bagi pembangunan di desa, kawasan dan kabupaten.

We consider this kind of knowledgesharing pattern among SID user a great tool, considering CRI is not an application company which mainly focusing on application development, but a developer of information technology which perceives technology as a tool to support citizens’ autonomy and empowerment. The process of learning and assessment among villages and districts will create optimum impacts on the SID implementation quality for villages, region and district development.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

13


2. Sekolah Sistem Informasi Desa (SSID) Tingkat Dasar

Melanjutkan prakarsa yang sudah kami mulai sejak 2015 lalu, Sekolah Sistem Informasi Desa (SSID) kembali mewadahi kebutuhan desa atau komunitas untuk belajar bersama tentang pemanfaatan SID. Pada 2016 ini, ada empat angkatan SSID yang kami selenggarakan. Dalam SSID Tingkat Dasar, kami mengajak peserta untuk mempelajari aspek-aspek pemanfaatan SID. Durasi belajar formal di SSID adalah empat hari. Pembelajaran tersebut kami kemas dengan beragam aktivitas baik di dalam maupun di luar ruangan. Salah satu aktivitasnya adalah dengan mengajak peserta belajar langsung ke desa-desa yang telah terlebih dulu menerapkan SID. Tentu Proses saling belajar tersebut tidak hanya berhenti saat momen SSID. Justru usai SSID, konteks belajar akan dapat berkembang lebih luas, mendalam dan kaya sesuai situasi di

Pelaksanaan SSID tahun 2016

14 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

2. Basic Village Information System School (SSID)

Continuing our initiative, which has started from 2015, Village Information System School (SSID) returned to cater the needs of villages and community to learn about SID implementation together. In 2016, we organized the 4 batch of the SSID. In Basic SSID, we invite the participants to take a closer look of SID implementation facet. Formal SSID duration was four days. We packed the learning process with various indoor and outdoor activities. One of the activities was encouraging the participants to grab real experiences in the villages which has implemented SID earlier. This learning process will not cease to grow after SSID. After SSID was completed, the learning context will be expanded, rooted, and enriched based on each village situation. It is because following the SSID process, the


masing-masing desa. Sebab seusai SSID, para peserta akan masuk dalam jejaring pengguna SID yang terhubung dengan desa-desa dan lembaga lainnya. Ruang belajarpun menjadi lebih luas, baik itu ruang belajar online melalui media sosial maupun website, maupun ruang pertemuan fisik yang salah satunya direalisasikan dalam ajang kopi darat pada rangkaian acara Jagongan Media Rakyat 2016 di Yogyakarta.

participants will enter into a SID participant network which is connected to other villages and organizations. The learning space will grow at a significant rate, including the e-meeting on social media or websites, and physical meeting in Jagongan Media Rakyat 2016 held in Yogyakarta.

Sekolah Sistem Informasi Desa (SSID) mewadahi kebutuhan desa atau komunitas untuk belajar bersama tentang pemanfaatan SID.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

15

t


3. SSID Tingkat Lanjut

3. Advanced SSID

4. Mendorong Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan SID

4. Encouraging Disaster Risk Reduction with SID

Ini merupakan tahap lanjutan dari Sekolah Sistem Informasi Desa (SSID) Dasar. Mengingat salah satu tujuannya menyiapkan peserta menjadi fasilitator SID, maka beberapa materi pun ditambahkan di tahap ini. Mulai dari penguatan kapasitas fasilitasi kelas hingga analisis dengan menggunakan SID sebagai alat. Seperti halnya SSID Dasar, kunjungan lapangan juga ada di tingkat lanjut namun dengan tujuan studi kasus. Pada angkatan pertama SSID tingkat lanjut, desa yang dikunjungi adalah Balerante di Kabupaten Klaten.

16 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

From the beginning of Tangguh Merapi act in 2013, six villages in four districts surround Merapi Mountain which became the program target has been introduced to SID. Despite of several problems in SID implementation and utilization, most of the villages are determined to implement SID. A number of villages have a special budget to manage SID on their own. Merapi Tangguh program ended in May, 2016. In the final year, our focus was to ensure that SID can be implemented to better mitigate disaster. We started with forming SID management teams in every village. This team consisted of representatives from three branches which has been Pertemuan warga di Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten untuk melihat dan mengetahui perkembangan, penerapan, pengelolaan serta pemanfaatan SID untuk PRB.

t

Sejak awal kegiatan Tangguh Merapi pada 2013, enam desa di empat kabupaten di sekitar Gunung Merapi yang menjadi target program sudah dikenalkan dengan SID. Walaupun ada kendala dalam implementasi dan pemanfaatan SID, sebagian besar desa-desa tersebut memiliki komitmen untuk menerapkan SID secara sungguh-sungguh. Sejumlah desa bahkan telah memiliki pos anggaran khusus untuk mengelola SID di desanya masing-masing. Program Tangguh Merapi berakhir pada Maret 2016. Pada tahun terakhir ini, fokus kami adalah memastikan bahwa SID bisa dimanfaatkan dalam upaya mitigasi bencana. Kami memulainya dengan membentuk tim pengelola SID di setiap desa. Tim ini berisi perwakilan dari tiga pilar yang telah dipetakan yakni pemerintah desa, penggiat radio komunitas dan tim siaga bencana desa. Adanya tim pengelola SID diharapkan bisa memaksimalkan pengelolaan SID dan website desa untuk tujuan mitigasi bencana. Guna memantapkan peran tim pengelola SID, maka kami mengadakan pertemuan yang

It is the following stage of Basic Village Information System School (SSID). Considering its goal to prepare the participants to be SID facilitator, we added several materials at this stage. Ranging from facilitating the class for capacity building to analysis with SID as a tool. Similar to Basic SSID, the field trip is corporated in advanced SSID with the aim to conduct case studies. In the first batch of advanced SSID, the visited village was Balerante in Klaten District.


melibatkan perwakilan desa-desa yang menjadi target program Tangguh Merapi. Pertemuan itu bertujuan mengajak mereka untuk kembali melihat dan mengetahui perkembangan, penerapan, pengelolaan serta pemanfaatan SID untuk pengurangan risiko bencana. Untuk semakin memotivasi tim pengelola SID dalam memaksimalkan pemanfaatan SID, khususnya dalam mitigasi bencana, kami menggandeng dua narasumber, yakni Bahrun (Kepala Desa Dlingo) dari Kabupaten Bantul dan Jaenu (Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat) dari

mapped, namely village government, radio community, and village disaster preparedness and response team. The SID management team was expected to maximize the implementation of the SID and the village website for disaster mitigation progress. To strengthen the role of the SID management team, we conducted a dialogue with the representatives from targeted-villages of the Tangguh Merapi program. The dialogue was aimed to involve them to take a closer look and to discover the progress, implementation,

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

17


Desa target program Tangguh Merapi

Desa Balerante, Kabupaten Klaten. Keduanya membagikan pengalaman dan keberhasilan mereka dalam menerapkan SID bagi kemajuan desanya sekaligus sebagai sistem informasi untuk pengurangan risiko bencana. Dampak rangkaian diskusi tersebut adalah adanya upaya memutakhirkan data dan informasi di website desa masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada tampilan informasi terbaru di website desa. Ada yang memperbarui informasi dengan melaporkan agenda rutin desa, ada pula yang melaporkan aktivitas mitigasi bencana. Selain itu, data kependudukan juga terus diperbarui.

18 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

management and utilization of SID to mitigate disaster. To motivate SID management teams in maximizing SID utilization, especially in the disaster mitigation endeavor, we invited two speakers, Dlingo Village Head of Bantul District, Bahrun and Head of People’s Welfare Affairs from Balerante Village, Klaten District, Jaenu. Both of the speakers gave out their experience and success stories in implementing SID for their village development as well as how SID became an effective information system to help mitigate disaster. The impact of these series of discussion was some updates on data and information in their village websites. This attempt could be found in the latest information preview of their village website page. Some villages updated their information and added village’s routine agenda, while the others reported their disaster mitigation activities. Not to mention, the population data were regularly updated.


t

t Pelatihan fotografi di Dusun Barepan, Desa Wanurejo, Borobudur melibatkan warga setempat khususnya anak-anak muda untuk mengenalkan potensi wisata selain Candi Borobudur. 5. Pelatihan menulis dan foto jurnalistik

Kedaulatan informasi adalah hak setiap warga negara, termasuk masyarakat akar rumput. Dalam program Suara Warga, kami mendorong terwujudnya kedaulatan informasi masyarakat akar rumput melalui penguatan kapasitas dengan pembuatan informasi. Pada 2016, kami fokus dalam pengembangan kapasitas warga akar rumput melalui pelatihan penulisan dan fotografi. Dua kegiatan tersebut kami lakukan dalam berbagai kesempatan, seperti Sekolah Sistem Informasi Desa (SSID) dan pelatihan

5. Writing and Journalism Photography Workshop

Information sovereignty is the right of every citizen, including grass-root society. In Suara Warga (citizen’s voice) program, we encourage the realization of information sovereignty of grass-root society through capacity building with information management. In 2016, we focused on grass-root society capacity building by conducting writing and photography workshops. We organized both activities on

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

19


mandiri di sejumlah tempat. Melalui SSID, kami mendorong agar para operator SID dapat mengemas informasi publik dengan baik. Dengan begitu, harapannya warga dapat mengakses informasi terkait desa/ komunitasnya dengan mudah. Kemudahan dalam mengakses informasi inilah yang akan membuka partisipasi warga lebih luas. Selain tulisan, foto juga telah menjadi medium yang penting dewasa ini. Banyaknya fitur yang terkait dengan foto dalam berbagai saluran, baik media massa maupun media sosial membuat warga harus mulai beradaptasi. Namun, tidak semua foto dapat bercerita. Oleh karena itu, pelatihan foto, terutama foto jurnalistik, menjadi relevan dilakukan.

several occasions, including Village Information System School (SSID) and independent workshop in many locations. By conducting SSID we aim to help encourage SID operators to disseminate public information effectively. Thus, we hope the society will be able to access information related to their village/ community with ease. The ease of accessing information, we believe, is the starting point of wider participation of society. Besides writings, photographs have been a powerful medium nowadays. A myriad of features related to photograph in various channels, either in mass media or social media has prompted the society to adjust. However, not all photographs tell stories. Thus, photography

t 20 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

Salah satu kegiatan pelatihan fotografi di Dusun Barepan


Melanjutkan pendampingan kami di tahun sebelumnya, pada 2016 ini, kami memberikan pelatihan foto jurnalistik di radio komunitas (rakom) MGM FM, di Dusun Barepan, Desa Wanurejo Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dusun Barepan adalah salah satu dari banyak potensi wisata di Candi Borobudur yang belum dikelola secara optimal. Padahal, dusun itu hanya berjarak 600 meter dari kawasan destinasi wisata dunia Borobudur. Dengan fotografi, warga Barepan dapat dengan sederhana memperlihatkan kepada publik keelokan alam maupun potensi kebudayaan yang ada selain candi. PENGUATAN KAPASITAS STAF Sebagai institusi yang mengelola sumber daya informasi dan pengetahuan, penguatan kapasitas sumber daya manusia menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi. Untuk menunjang kebutuhan tersebut, kami mendorong staf kami untuk belajar beragam pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada September 2016, salah satu staf kami untuk mengikuti pelatihan bertajuk MyCamp2016 di Myanmar. Pelatihan yang diikuti oleh 30 peserta dari delapan negara di Asia itu membekali pesertanya dengan pengetahuan tentang politik data dan privasi. Selama sepekan, pelatihan itu menjadi ruang berbagi baik mengenai pengalaman, strategi data, privasi maupun perlindungan keamanan terkait data. Pengetahuan tentang analisis sosial menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki staf kami. Karena itulah kami mendukung ruang belajar yang lebih luas pada mereka untuk belajar pengetahuan tersebut. Dukungan salah satunya kami berikan dengan mendorong dua staf kami mengikuti pelatihan analisis sosial yang

workshop, particularly photojournalism, is relevant to be held. Continuing our assistance from preceding years, in 2016, we arrange photo journalism workshop in MGM FM community radio (rakom) in Barepan, Wanurejo Borobudur Village, Magelang District, Central Java. Barepan is one of tourism potencies in Borobudur Temple which is not optimally managed yet. Specifically, this village is located only 600 meters from world tourism destination Borobudur. Photography helps Barepan society easily promote outstanding beauty of their nature and cultural potency to a wider range society. STAFF CAPACITY BUILDING As an institution which focus on information and knowledge resource management, capacity building is an essential part of our agenda. To support those needs, we encourage our staff to learn various knowledge, inside our country or abroad. In September 2016, one of our staff joined a workshop named MyCamp2016 in Myanmar. The workshop in which 30 participants joined from eight countries throughout Asia equipped the participants with data policy and privacy understanding. Throughout a week, the workshop became a room for learning new experiences, data strategy, privacy and data security. Social analysis strategy is one of the basic competencies should be our staffs’ area of competence. Thus, we support the wider space given to our staff for acquiring this skill. Our support included sending two of our staffs to join social analysis workshop held by YAKKUM Emergency Unit Diklat in Sleman and Gunungkidul. The skills our staffs acquired after joining

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

21


diselenggarakan oleh Diklat YAKKUM Emergency Unit di Sleman dan Gunungkidul. Pengetahuan yang didapat para staf setelah mengikuti berbagai pelatihan tersebut tidak begitu saja berhenti menjadi pengetahuan individu. Untuk menyebarkannya menjadi pengetahuan kolektif lembaga, kami rutin menyelenggarakan ruang bertukar pengetahuan antarindividu setiap bulan. Kegiatan tersebut kami kemas dalam diskusi ringan bernama Ngobrol Siang. Pengalaman dan pengetahuan dari pelatihan MyCamp2016 maupun analisis sosial yang didapatkan staf kami dibagikan kepada staf lain dalam kegiatan tersebut. Meski demikian, pemilihan tema diskusi tidak sebatas pada bertukar pengetahuan dari pelatihan-pelatihan saja. Sejumlah tema lainnya kami usung berdasarkan kebutuhan staf. English Day misalnya. Tema tersebut kami usung untuk meningkatkan kemampuan staf dalam berbahasa Inggris. Tema lain yang pernah menjadi agenda Ngobrol Siang misalnya saja tentang bagaimana mengoptimalkan media sosial untuk strategi komunikasi lembaga, dan tema-tema lainnya. PENGUATAN JEJARING

1. Koordinasi dan kolaborasi dengan jejaring inisiatif penerapan SID

Pemanfaatan SID sebagai alat pengelolaan data dan informasi telah mulai digarap oleh beberapa program besar di level nasional. Setelah sebelumnya Strategic Alliance for Poverty Alleviation (SAPA) yang sempat berada di bawah koordinasi langsung Kemenko PMK menggandeng CRI untuk mendukung pencapaian target program, mulai tahun ini KOMPAK merealisasikan kerja sama dengan CRI untuk mendampingi Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dan Kabupaten Lombok Utara, NTB. Satu hal 22 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

various courses and workshops will not only be kept as an individual understanding. To share the knowledge as an organization’s collective understanding, we are regularly conducting a room for discussion and knowledge-sharing among individuals every month. We call our discussion Ngobrol Siang (Afternoon Chat). Experience and knowledge acquired from MyCamp2016 and social analysis drawn by our staff who joined the course were shared with the rest of our staff in this discussion. Nevertheless, the discussion’s themes chosen were not limited to knowledge-sharing from courses and workshop. We picked the themes according to our staffs’ needs. English Day, for example. The theme was chosen because we want to strengthen our English skills. How to optimize social media for organizational communication strategy, and other themes were the example of our Ngobrol Siang agenda. NETWORK STRENGTHENING

1. Coordination and collaboration with SID implementation initiative network

SID implementation as data and information managing tools has been developed by several major programs at national level. After Strategic Alliance for Poverty Alleviation (SAPA) which was in direct coordination with the Coordinating Ministry for Human Development and Cultural Affairs (Kemenko PMK) asked CRI to support the program target accomplishment, starting from this year KOMPAK completed coordination with CRI to give an assesment to Pacitan District, East Java and North Lombok District, NTB. Interestingly, both regions were encouraged to put some factors together to implement SID.


yang menarik adalah, kedua daerah tersebut didorong untuk menyiapkan terlebih dulu faktorfaktor dasar guna menerapkan SID. Adanya peta jalan, pemetaan kapasitas dan kebutuhan hingga koordinasi lintas unit kerja di level kabupaten menjadi kunci keberhasilan dan keberlanjutan pengelolaan data dan informasi yang terpadu melalui sistem apapun. Pendekatan proyek yang bersifat instan justru akan kontraproduktif, seperti halnya bila kita belajar dari banyak sistem yang dikembangkan dan “diwajibkan” oleh pemerintah pusat. Sepanjang 2016, kami tidak hanya terlibat dalam kolaborasi langsung dalam penerapan SID, namun juga berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan bersama jejaring nasional.

Street map, capacity and necessity mapping to coordination between work units at district level is a key of success and sustainability in managing integrated data and information using any system. The instant nature of project approach will otherwise become counterproductive, as what we encounter when we learn from most systems developed and “officially endorsed” by national government. Throughout 2016, we did not only involve in direct collaboration in SID implementation, but also actively participate in various activities with our national network. For instance, in a discussion with Strategic Alliance for Poverty Alleviation (SAPA). Referring to our experience in escorting SID initiative, in this forum we were

Pelatihan SID di Kabupaten Lombok Utara hasil kerjasama CRI dengan KOMPAK.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

23

t


.

Came together with SID users and activists to share information about the progress of SID utilization in villages with all the diversity, facility and obstacle faced.

Bertemu teman penggiat/ pengguna SID dengan saling memberikan informasi sejauh mana pemanfaatan SID buat desa dengan segala keragaman, kemudahan dan hambatan yang dihadapi

Syafri, SID activist in Purwakarta.

Syafri, penggiat SID di Purwakarta.

Dalam diskusi Indonesian Governance Forum (IDIGF) misalnya. Merujuk pada pengalaman kami mengawal inisiatif SID, dalam forum tersebut kami aktif memberi masukan tentang isu perlindungan data pribadi dan data sumber daya dalam konteks desa. Hasil dari forum tersebut nantinya dapat menjadi salah satu rujukan dalam membangun tata kelola internet Indonesia yang lebih inklusif dan demokratis. 2. Kopi Darat SID

Kopdar SID atau Kopi Darat Sistem Informasi Desa adalah forum berkumpulnya para penggiat SID supaya bisa saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang SID. Kegiatan ini kami gelar pada 22 April 2016, dan menjadi salah satu mata agenda dalam penyelenggaraan Jagongan Media Rakyat 2016. Peserta yang hadir berasal dari berbagai wilayah antara lain DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Agenda utama Kopdar SID tersebut adalah forum berbagi pengalaman menggunakan metode appreciative inquiry yang disusul dengan diskusi kelompok, dirangkai dengan kelas pemanfaatan SID, serta kelas oprek aplikasi SID. Pada sesi 24 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

actively giving suggestions related to the individual data protection issue and resource data in village context. The result will be a reference in developing a more inclusive and democratic internet policy in Indonesia. 2. SID Meet Up

SID Meet Up or Village Information System Meet Up is a forum which enables experience and knowledge-sharing about SID among SID activists. This forum was held in April 22, 2016 and was proposed as our main agenda in Jagongan Media Rakyat 2016. Participants were coming from several regions including Yogyakarta, Central Java, West Java, East Java, and West Nusa Tenggara. The key agenda of the SID meeting was discussion among participants about their understanding and knowledge about SID using the appreciative inquiry method, followed by group discussion, which was featured with SID utilization class and SID application modification class. On the first session, SID meeting participants were invited to discuss SID long-standing history and its utilization. SID activists and users shared their experience


t

Kopdar SID atau Kopi Darat Sistem Informasi Desa sebagai forum berkumpulnya para penggiat SID supaya bisa saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang SID di Jagongan Media Rakyat 2016.

pertama, peserta Kopdar SID diajak membahas sejarah perjalanan SID dan pemanfaatannya. Para pegguna dan penggiat SID saling berbagi pengalaman mereka dalam menggunakan SID. Sedangkan pada sesi selanjutnya, peserta diajak untuk mempertajam kesimpulan tentang capaian penerapan SID selama ini. Kami sengaja merancang dua sesi tersebut untuk menegaskan bahwa SID bukan sekadar aplikasi perangkat lunak semata. Lebih dari itu, SID adalah serangkaian alat dan proses pemanfaatan data serta informasi untuk mendukung pengelolaan sumberdaya berbasis warga di tingkat desa. Oleh karena itu, dalam memaksimalkan manfaatnya bagi warga, penerapan SID membutuhkan sejumlah tahapan dan syarat, salah satunya berupa partisipasi warga.

in operating SID. Meanwhile, on the next session, participants were encouraged to sharpen the conclusion about SID implementation objective to date. We purposely organized those two sessions to emphasize the notion that SID is not a mere software. More than that, SID is a series of tools and data managing process to support community-based resource management at village level. Thus, to maximize the benefit for society, SID implementation requires several stages and requisite, one of which is citizen participation.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

25


Sejak 2014, kami berpartisipasi aktif dalam pameran tahunan yang diselenggarakan oleh ACICIS (Australian Consortium for ‘In- Country’ Indonesian Studies), salah satu jejaring kami di Universitas Gadjah Mada. Menguatkan kerjasama tersebut, kami memfasilitasi para mahasiswa ACICIS untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kami dalam program magang. Selain mahasiswa ACICIS, program magang juga terbuka bagi mahasiswa dan pelajar SMK dari dalam negeri. Tahun 2016 ini, kerjasama tersebut berlanjut dengan penyelenggaraan seminar bertajuk ‘Community-based Development in Indonesia’ yang berlangsung di kantor CRI. Seminar tersebut menjadi media bagi kami untuk saling berbagi pengetahuan baik tentang pengembangan SID

26 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

3. Initiate international networking through internship and volunteer program

From 2014, we actively participated in annual exhibition held by ACICIS (Australian Consortium for ‘In- Country’ Indonesian Studies), one of our network in Gadjah Mada University. Strengthening this network, we facilitated ACICIS students to participate in our project through internship programs. Besides ACICIS students, our internship programs are open to any undergraduate and high school students throughout this country. In 2016, the cooperation continued with a workshop entitled ‘Community-based Kristina Bastaja (nomor dua dari kanan depan), relawan asal Australia, difasilitasi Scope Global untuk bergabung dengan CRI selama tujuh bulan.

t

3. Membuka jejaring internasional melalui program magang dan relawan


maupun sistem informasi berbasis komunitas di Australia. Selain jejaring di dalam negeri, kami juga menjalin jejaring dengan sejumlah lembaga internasional, salah satunya adalah Scope Global. Kerjasama dengan lembaga asal Australia tersebut kami lakukan dengan memfasilitasi relawan Australia untuk menjalani program relawan di CRI. Program tersebut merupakan salah satu upaya kami memberi ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kami. Tahun ini, Scope Global mengirimkan seorang relawannya untuk berpartipasi dan berproses bersama kami, yakni Kristina Bastaja. Selama tujuh bulan berproses bersama kami, Kristina berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kami, baik internal maupun eksternal. 4. Kolaborasi dengan jejaring Right2City

Pada awal dekade 2000-an, kami pernah memiliki pengalaman fokus pada isu perkotaan dan komunitas yang hidup di lingkungan urban. Fokus ini kemudian lambat laun berkurang pada paruh kedua dekade 2000-an, khususnya ketika CRI lebih memfokuskan diri pada isu komunitas di konteks perdesaan. Dinamika global bahwa urbanitas akan menjadi keniscayaan menjadikan isu ini kembali penting bagi kami. Urban di sini tak lagi dipandang sebagai entitas fisik, tetapi urban sebagai kualitas. Kota dan urban sebagai fenomena sosial akan banyak memunculkan konflik kepentingan yang berimbas pada kehidupan komunitas warga di dalamnya. Enam belas tahun setelah pergeseran fokus kami tersebut, kami kembali berkontribusi membantu penguatan komunitas warga perkotaan dalam kegiatan Right to The City (Right2City). Kegiatan ini digelar oleh Yayasan

Development in Indonesia’ which was held in CRI office. The workshop is a medium for us to share knowledge and experience in developing SID or community-based information system in Australia. Besides domestic network, we also maintain a network with several international organizations, one of which is Scope Global. Our cooperation with the Australia-based organization is in the form of facilitating Australian volunteer to join the voluntary program in CRI. The program is one of our endeavor to make a room for the society to participate in our activities. This year, Scope Global sent one of its volunteers to participate and involved in our program, namely Kristina Bastaja. Involving in our activities for seven months, Kristina participated in both of our internal and external activities. 4. Collaboration with Right2City network

In the beginning of 2000s, we have had an experience with urban community and city issue. This focus slowly regressing in the second half of the 2000s, especially when CRI focused on community in village context. A global dynamic notion which postulates that urbanity is a necessity brings back us to think about this issue. Urban in this context is not perceived as a physical entity, but urban as a quality. The city and urban as a social phenomenon will bring more conflict of interest which will a bring huge impact to citizens’ social life. Sixteen years after our shift of focus, we were back to contribute in strengthening urban community in Right to The City (Right2City) program. This program was taken place at Yayasan Kota Kita and Global Platform Right to the City (GPR2C) in Surabaya 3-4 December,

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

27


Kota Kita dan Global Platform Right to the City (GPR2C) di Surabaya 3 – 4 Desember 2016. Pemahaman tentang hak atas kota (right to the city) dan bagaimana implementasinya dalam konteks perkotaan di Indonesia menjadi salah satu pembahasan menarik dalam kegiatan ini. Right2City yang melibatkan jejaring penggiat perkotaan nasional ini mengajak agar warga dapat berdaya dalam mengelola kehidupannya dengan sumber daya yang terbatas di lingkungan urban. Banyak hal penting yang kami pelajari tentang perkembangan isu perkotaan dengan beragam konteks dan potensi intervensi oleh para pihak. Jejaring dalam pelatihan ini pun sepakat bahwa konsep ini bisa diadopsikan untuk konteks khas wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Pembahasan yang lebih mendalam disepakati pula untuk terus dilakukan agar dapat memperkaya perspektif jejaring gerakan ini, termasuk CRI di dalamnya. Dari pelatihan ini, kami dapat memetakan beragam potensi kolaborasi untuk mengelola isu-isu sosial di tiap daerah. Ke depannya, proses berjejaring di tingkat nasional ini akan terus dikomunikasikan dengan jejaring GPR2C di tingkat internasional. Hal tersebut merupakan upaya kami berbagi pengetahuan untuk memperkuat landasan advokasi isu hak atas kota di setiap negara.

28 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

2016. Understanding of right to the city and how the implementation works in an urban context in Indonesia is one of the engaging discussion topics in this program. Right2City which involved national urban activist network called for citizens’ action to manage urban life with relatively scarce resources in an urban environment. There were various urban development issues in many context and intervention potency from various stakeholders we learnt during this program. Activists involved in this workshop agreed that this concept was adoptable in the typical context of the district/ city in Indonesia. More depth discussions were agreed to be held more often, as an essential part to enrich this movement’s network perspective, including CRI. From this network, we were able to map any collaboration potency to manage social issues in each region. In recent future, networking process at national level will be continually communicated with GPR2C network in international level. This is our effort in sharing knowledge to strengthen advocacy of right to city issues in all countries.


ADVOKASI Advocacy

S

epanjang 2016, kami telah menyaksikan serta turut terlibat aktif mendukung upaya warga untuk melakukan perubahan melalui pengelolaan informasi di komunitasnya masing-masing. Kami percaya, perubahan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup warga hanya akan tercapai ketika warga menginginkan dan kemudian menjadi motor penggerak perubahan tersebut di lingkungan sosialnya masing-masing.

T

hroughout 2016, we have seen and actively involved in society’s movement striving for change through information management in their own community. We believe that social transformation which aim to help increase society’s standard of living can be accomplished when society who need the change participated as agent of change in their own communities.

•Kompetisi APIK/ APIK competition •Produksi katalog Museum Mini Sisa Hartaku/ Catalogue production of Sisa Hartaku Mini Museum •Penerbitan buku riset media komunitas/ Publication of community media research book •Perlindungan hukum penggiat media komunitas/ Legal protection for community media activists •Mengelola pengetahuan melalui kliping media/ Maintaining knowledge through media clippings •Memaksimalkan media sosial lembaga untuk merespons isu/ Maximizing the use of organization’s social media to respon issue

KAMPANYE ISU

ISSUE CAMPAIGN

Upaya pengurangan risiko bencana (PRB) akan menuai hasil maksimal jika warga yang berpotensi terdampak dilibatkan langsung sebagai agen pendorong peningkatan kesadaran akan risiko bencana di desanya masingmasing. Dalam konteks ini, penggiat rakom dipandang sebagai kelompok yang bisa menjadi garda terdepan upaya PRB. Untuk itu, penggiat rakom yang tinggal di sekitar area gunung api perlu didorong untuk menyiarkan materi PRB khususnya yang berhubungan dengan erupsi. Sebagai langkah lanjut, kami menggelar kompetisi Audio Pengelolaan Informasi Kebencanaan atau APIK pada 4 Februari 2016 di Sleman, DIY. Kompetisi ini diikuti oleh 13 rakom yang berada

Disaster risk reduction (PRB) effort will reap maximum results if local community directly involves as agents to promote and raise awareness of disaster risk in their own village. In this context, community radio (rakom)

1. APIK Competition

t

1. Kompetisi APIK

Kampanye Isu/ Issue Campaign

•Lokakarya tematik SID di acara Temu Inklusi 2016/ SID thematic workshop on inclusive meeting 2016 •Diskusi Publik SID di Acara Merti Desa Ambangun Desa, Desa Dlingo, Bantul/ Public discussion in Merti Desa Ambangun Desa in Dlingo Village, Bantul

Logo Audio Pengelolaan Informasi Kebencanaan (APIK)

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

29


di kawasan rawan bencana gunung api di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY dan Sumatera Utara. Mereka adalah Rakom Adevo FM (Kelud), Candi Kelud FM (Kelud), Sera FM (Kelud), Pandawa FM ( Kelud), JKS FM (Kelud), Kelud FM (kelud), Gema Merapi FM (Merapi), Gema Swara FM (Merapi), Lintas Merapi FM (Merapi), KFM (Merapi), MMC FM (Merapi), Dia Ermediate FM & Kekelengan FM (Sinabung). Masing-masing peserta mengirimkan karyanya berupa rekaman audio bertema PRB. Lomba ini terselenggara dalam rangkaian program Tangguh Merapi yang kami laksanakan dengan dukungan dari Radio FM YY Jepang. Melalui lomba ini, rakom dirangsang untuk semakin aktif dalam upaya mengedukasi pendengar tentang pentingnya PRB. Dalam rangkaian acara ini, perwakilan peserta diminta mempresentasikan karya yang sudah dikirimkan. Materi yang dibuat dan presentasi dari para wakil peserta lomba itu dinilai oleh para juri yang terdiri dari para pakar kebencanaan, antara lain Untung

activists are perceived as a forefront of disaster risk reduction effort. That is why rakom activists who live near volcanoes should be encouraged to broadcast PRB materials, especially volcano eruption related information. As a further step, we conducted a competition named Disaster Information Management Audio (APIK) on February 4, 2016 in Sleman, Yogyakarta Province. This competition was followed by 13 community radios in the volcano eruption-prone regions in East Java, Central Java, Special Region of Yogyakarta and North Sumatera. They were Rakom Adevo FM (Kelud), Candi Kelud FM (Kelud), Sera FM (Kelud), Pandawa FM ( Kelud), JKS FM (Kelud), Kelud FM (kelud), Gema Merapi FM (Merapi), Gema Swara FM (Merapi), Lintas Merapi FM (Merapi), KFM (Merapi), MMC FM (Merapi), Dia Ermediate FM & Kekelengan FM (Sinabung). Each of the participants sent their work in the form of audio recording under PRB theme. This competition was part of Tangguh Merapi series of program that we organized with the

Para peserta Kompetisi Audio Pengelolaan Informasi Kebencanaan atau APIK usai mempresentasikan karyanya di Sleman, Yogyakarta.

t

30 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


Siti, penggiat radio komunitas Adevo FM di lingkar Gunung Kelud.

Tri Winarso dari Forum Pengurangan Risiko

Bencana (FPRB) DIY, Eko Teguh Paripurno, akademisi dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Noer Choliq dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan Farida dari Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI). Selain lomba, acara ini juga diisi talkshow dengan narasumber Eko Teguh Paripurno dan Noer Choliq. Keduanya berbagi pengetahuan tentang sifat gunung berapi dan penggunaan berbagai media untuk menginformasikan perkembangan erupsi sehingga dampak bencana bisa dikurangi. Tak hanya dihadiri peserta, acara ini juga dihadiri oleh perwakilan JICA Indonesia.

Through this Public Service Announcement (ILM) in APIK, we warn the society to be constantly aware because Kelud Mountain can erupt at any time, despite its periodicity of eruption. So, if this ILM in APIK is continually broadcasted, society will alert that we are living in disaster prone areas.

Lewat Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di APIK ini, kami memberikan peringatan kepada masyarakat agar selalu siaga karena Kelud bisa meletus sewaktu-waktu, walaupun ada jangka waktunya. Jadi, ini (ILM di APIK) kalau diperdengarkan terus masyarakat akan ingat bahwa kita hidup di daerah ancaman rawan bencana.

Siti, radio community activist from Adevo FM around Kelud Mountain.

support from YY FM Radio Japan. Through this competition, rakom was stimulated to become more active in educating the audiences about how important PRB is. In this series of event, the representative of the participants were asked to present their audio recording files they sent to this competition. Their audio materials were graded by the juries, consisted of several experts on disaster management, namely Untung Tri Winarso from Disaster Risk Reduction Forum (FPRB) DIY, Eko Teguh Paripurno, an academician from Univeristy of Pembangunan Veteran (UPN) Yogyakarta, Noer Choliq from BPPTKG and Farida from Indonesian Radio Community Network (JRKI). Besides competition, this event was featured with a talk show with Teguh Paripurno and Noer Choliq. Both of them shared their knowledge about volcanoes habit and the use of various media to broadcast eruption updates, thus, disaster risk can be prevented. This event was not only followed by the participants, but also JICA Indonesia representatives.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

31


2. Produksi katalog Museum Mini Sisa Hartaku

Every object contains stories connecting current condition with the past. That is the reason why we support local community initiatives to collect their remaining belongings left after the 2010 Merapi eruption to be kept in a museum. Sriyanto, a local citizen from Petung, Kepuharjo Village, Cangkringan Subdistrict, Sleman District, had initiated the development of a museum named “Sisa Hartaku Mini Museum” (What’s Left After The Erruption). Inside the museum, visitors can take a look at the remaining households covered with ashes from the Merapi eruption in 2010. To strengthen the museum’s role in educating society about PRB, we supported the museum manager and radio community activists to compile a catalogue displaying essential information regarding museum collections. This catalogue compiling aimed to be a channel in raising fund for Gema Merapi radio community. Thus, Gema Merapi radio community activists played an essential role in this catalogue making process. This catalogue was made by collecting stories beyond every remaining object surviving Merapi eruption in 2010. Hence, the catalogue contained each museum collection’s description, ranging from cutlery, farming tools, transportation mode to village’s properties. It would

t

Segala benda mengandung segenap cerita yang bisa menghubungkan masa kini dengan masa lalu. Itulah mengapa kami mendukung inisiatif warga yang telah mengumpulkan barang-barang sisa erupsi Gunung Merapi untuk dijadikan museum. Sriyanto, warga Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, telah menginisiasi berdirinya sebuah museum yang diberi nama Museum Mini Sisa Hartaku. Di museum ini, pengunjung dapat mengamati barang-barang rumah tangga yang berselaput abu akibat letusan Merapi tahun 2010. Untuk memperkuat peran museum dalam mengedukasi masyarakat tentang PRB, kami mendukung pengelola museum bersama sejumlah penggiat rakom untuk menyusun katalog yang berisi penjelasan tentang barang-barang koleksi museum. Penyusunan katalog ini sekaligus ditujukan sebagai media penggalangan dana bagi Rakom Gema Merapi.

2. Catalogue production of Sisa Hartaku Mini Museum

Katalog Museum Mini Sisa Hartaku.

32 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


Oleh karena itu, para penggiat Rakom Gema Merapi berperan sentral dalam penyusunan katalog ini. Katalog ini dibuat dengan menggali cerita di balik setiap benda yang menjadi saksi erupsi Merapi 2010. Oleh karena itu, katalog ini berisi deskripsi setiap benda yang menjadi koleksi museum mulai dari peralatan makan, alat pertanian, alat transportasi hingga barang milik dusun. tMuseum Mini Sisa Hartaku di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Katalog tersebut kemudian Yogyakarta. dicetak dalam dua versi. Ada katalog ukuran besar untuk dijadikan sebagai later be printed in two versions. A big one, which bahan panduan bagi pengunjung museum, is used as a guidance during a visit and a small, dan katalog ukuran kecil yang bisa dibeli para collectible catalogue which can be bought by pengunjung untuk dikoleksi. visitors. 3. Penerbitan buku riset media komunitas

Awal 2016, tim riset CRI bekerjasama dengan akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Mario Antonius Birowo dan Ranggabumi Nuswantoro, memulai penelitian media komunitas. Penelitian yang kemudian dibukukan tersebut diberi tajuk “Pergulatan Media Komunitas di Tengah Arus Media Baru”. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui proses adaptasi media komunitas dalam perkembangan teknologi digital dewasa ini. Pasca-Orde Baru, media komunitas masih berkutat pada teknologi analog seperti radio dan buletin cetak. Globalisasi teknologi pada akhirnya mendorong media komunitas untuk beradaptasi dengannya. Dengan asumsi bahwa media baru kian membuka ruang partisipasi akar

3. Publication of community media research book

In the beginning of 2016, the CRI research team collaborated with Atma Jaya University, Yogyakarta, Mario Antonius Birowo and Ranggabumi Nuswantoro, started conducting a community media research. A research which was later published as a book was entitled “Community Media Struggle in the Midst of New Stream Media”. The aim of this research was to understand the community media adaptation process in current digital technology development. Post New Order Era, community media was still struggling with using analog technology, including radio and printed bulletin. At the end of the day, globalization on technology pushes community media to adapt

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

33


t t Hasil riset proses adaptasi media komunitas dalam

perkembangan teknologi digital dirangkum dalam buku bertajuk “Pergulatan Media Komunitas di Tengah Arus Media Baru.”

rumput dalam dinamika informasi di Indonesia, kami merasa perlu mencatat dan mengkaji proses adaptasi tersebut sebagai bahan pembelajaran bagi pihak-pihak yang memiliki perhatian terhadap isu ini. Riset ini diharapkan menjadi pintu masuk bagi penelitian terkait media komunitas ke depan, mengingat kajian ilmiah terkait isu di Indonesia ini masih sangat terbatas. 4. Perlindungan hukum penggiat media komunitas

Setidaknya sejak 2014, CRI semakin fokus untuk mendorong isu perlindungan hukum bagi jurnalis warga. Upaya advokasi terkait dengan isu tersebut dilakukan melalui komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait. Upaya advokasi terkait perlindungan hukum jurnalis warga dan media komunitas non radio oleh CRI tidak bisa dilepaskan dari keberadaan media suarakomunitas.net yang mewadahi para jurnalis warga penggiat media komunitas di berbagai wilayah. Menurut regulasi yang berlaku, perlindungan hukum akan diberikan kepada media yang sudah berbadan hukum. Oleh 34 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

Hasil penelitian media komunitas dibukukan dengan judul “Pergulatan Media Komunitas di Tengah Arus Media Baru.”

to this change. Under the assumption that new media will open more space for grassroots initiative’s participation, we believe it is important to take a note and scrutinize the adaptation process as a learning material for anyone with concerns about this issue. This research is expected to be an open door for any related research about community media in the future, considering Indonesia is lack of scientific research in this issue. 4. Legal protection for community media activists

At least since 2014, CRI has increased its focus on supporting legal protection for the citizen journalists issue. The effort of advocacy on this issue was carried out by conducting dialogues with stakeholders. Citizen journalists and community media advocacy


karena itu, pembahasan mengenai badan hukum Suara Komunitas (SK) menjadi penting. Berdasarkan hasil pertemuan nasional Suara Komunitas yang digelar pada 27 – 29 November 2015 di Nglanggeran, Gunung Kidul, DIY, disepakati bahwa status badan hukum SK akan didiskusikan lebih lanjut dengan melihat berbagai kemungkinan yang tersedia. Perkara badan hukum ini menjadi tidak sederhana karena SK adalah media yang bertumpu pada aktivitas jurnalistik sehingga jenis badan hukum yang bisa dipilih saat ini terbatas pada yayasan, perseroan terbatas dan koperasi. Selain itu, karakter SK yang berbasiskan relawan di banyak wilayah membuat keputusan soal jenis badan hukum yang sesuai menjadi tidak mudah. CRI telah berupaya mengumpulkan sejumlah informasi dari berbagai pihak termasuk Dewan Pers terkait badan hukum yang cocok bagi SK. Namun, upaya mendorong perlindungan hukum melalui status badan hukum membutuhkan proses yang lebih panjang. Mengingat urusan badan hukum yang tidak sederhana itu, salah satu solusi yang kami ambil adalah, sepanjang 2016 kami terus mengajak dan mendorong para pewarta SK untuk selalu memegang prinsip jurnalistik dalam menjalankan perannya sehingga hasil liputannya bisa dipertanggungjawabkan.

was inseparable from suarakomunitas.net which accommodated citizen journalists working in community media in different regions. According to the existing regulation, legal protection will only be given to the media which has already been a legal entity. Hence, the discussion to incorporate Suara Komunitas (SK) as a legal entity is essential. Based on the result of SK national meeting on November 27-29, 2015 in Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta Province, it was agreed that the idea to incorporate SK as a legal entity will be further discussed while considering any possibilities. This case is complex because SK is a medium which concentrates on journalism activities, thus, the legal entity options were only limited to foundation, limited company and cooperation. Besides, SK’s character which is based on volunteerism in many regions made the decision on the applicable types of legal entity becomes complex. CRI has collected information from many stakeholders including Press Council related to applicable types of legal entity for SK. However, the effort to support legal protection through any parties, including Press Council needs more time and process. Considering badan hukum is not that simple, one of our solutions was, throughout 2016 we constantly invite and encourage SK journalists to always stick to journalistic principles in doing their role thus their report will be trustworthy.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

35


5. Mengelola pengetahuan melalui kliping media

5. Managing knowledge through media clippings

After have been read, much resourceful newspaper, tabloid and magazine were left and remained untouched. Many said that the information and knowledge in those media are quickly out of date, thus when another edition comes, the previous ones will be deserted. Nonetheless, there are many citizens who have not read the news yet, or even do not have any access to the

Setelah selesai dibaca, koran, tabloid dan majalah yang memberikan banyak informasi dan pengetahuan seringkali tidak akan disentuh lagi. Banyak yang beranggapan bahwa informasi dan pengetahuan yang ada di dalamnya mudah basi, sehingga ketika terbit edisi baru, edisi lama akan ditinggalkan. Padahal, banyak masyarakat yang belum sempat membaca atau bahkan tidak bisa mengakses informasi dan pengetahuan di dalamnya karena keterbatasan akses. Oleh karena itu, kami mengarsipkan informasi dari sumber media cetak itu dalam bentuk kliping karena kami percaya informasi itu akan tetap berguna di masa depan. Mengumpulkan suatu informasi dari berbagai sumber dengan tema pengelolaan informasi dan sumberdaya ini kami lakukan rutin setiap hari. Proses kliping ini secara internal berguna untuk melihat dinamika sosial yang sedang berkembang baik dalam skala nasional maupun internasional, t Kliping dari media cetak digunakan sebagai bahan bacaan, bahan sekaligus untuk merangkum penelitian, penunjang diskusi, merespons isu serta mengembangkan perkembangan pemikiran dalam pengetahuan lembaga suatu bidang. Hasilnya bisa kami gunakan sebagai bahan bacaan, information and knowledge, because lacking of resources. That bahan penelitian, penunjang is part of the reason why we archived information from printed diskusi, merespons isu serta media to clippings. We believe this information will be useful in 36 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


6. Memaksimalkan media sosial lembaga untuk merespons isu

the future. Collecting information from various sources under the information and resources management’s theme is what we routinely do every day. The clipping process is useful for us internally to see the social dynamics in the national or even international level, and to gather ideas development of a field. The result can be used as a resource for reading, researching, supporting discussion, responding issues and expanding organizational knowledge. Aside from fulfilling internal needs, the clipping was distributed to CRI’s partners and network through numerous media, thus everyone may involve in the process of disseminating ideas from the clippings to other people. 6. Maximizing the use of organization’s social media to respond issue

Social media’s role in disseminating information and changing perception is recognized nowadays. Hence, managing social media effectively is needed to generate social change. As an organization which focus on community-based information management, CRI aimed at maximizing benefits of social media, sharing useful information, or encouraging local communities to maximize the function of their social media. Through social media, especially Facebook and Twitter, we actively participate in responding issues related to

t

mengembangkan pengetahuan lembaga. Selain memenuhi kebutuhan internal, hasil kliping ini juga kami dibagikan kepada mitra maupun jejaring CRI melalui beragam media, sehingga semua pihak bisa terlibat dalam proses menyebarluaskan ide dan gagasan dari hasil kliping itu kepada orang lain.

Salah satu kampanye isu yang berkaitan dengan UU ITE dan keterbukaan informasi publik serta dampaknya bagi warga melalui media sosial.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

37


Peran media sosial dalam menyebarkan informasi dan mengubah persepsi dewasa ini sudah banyak diakui. Oleh karena itu, mengelola media sosial secara maksimal sangat diperlukan supaya media tersebut bisa dimanfaatkan guna mendukung perubahan sosial. Sebagai lembaga yang fokus pada pengelolaan informasi berbasis komunitas, CRI pun berupaya memaksimalkan manfaat baik dari media sosial, baik dengan menyebarkan informasi yang bermanfaat, maupun merangsang komunitas warga memaksimalkan fungsi media sosialnya. Melalui media sosial khususnya Facebook dan Twitter, kami berpartisipasi aktif dalam merespons isu yang berkaitan dengan pengelolaan informasi dan sumberdaya oleh komunitas. Salah satunya dengan mengampanyekan isu yang berkaitan dengan UU ITE dan keterbukaan informasi publik serta dampaknya bagi warga. Melalui upaya itu, kami berharap bisa menambah pemahaman warga yang mengakses media sosial kami terhadap isu-isu tersebut. 7. Lokakarya tematik SID di acara Temu Inklusi 2016

Temu Inklusi merupakan kegiatan dua tahunan berskala nasional yang diinisiasi oleh Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) sebagai wadah terbuka yang mempertemukan para penggiat inklusi difabel. Pada Temu Inklusi 2016 yang diadakan di Kabupaten Kulon Progo, DIY, CRI berpartisipasi dengan mengadakan lokakarya tematik terkait pemanfataan Sistem Informasi Desa dalam desa inklusi. Tema tersebut terkait langsung dengan gagasan perintisan “Desa Inklusi” khususnya di wilayah DIY. Enam desa di Kabupaten Kulon Progo dan dua desa di Sleman telah menggunakan SID untuk melakukan sensus disabilitas. SID memungkinkan pendataan warga difabel menjadi lebih akurat, sehingga desa 38 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

community-based information and resource management. One of which is campaigning and raising issues regarding UU ITE (Law on Electronic Information and Transactions) and public information transparency and the impact on society. Through this action, we believe to expand society’s knowledge accessing our social media towards those issues.

7. SID Thematic Workshop on Inclusive Meeting 2016

Inclusive Meeting is a national biennial event initiated by SIGAB (the Institution for the Integration and Advocacy for People with Disability) as a space to reunite inclusion for disability activists. In Inclusive Meeting 2016 held in Kulon Progo District, Yogyakarta Province, CRI participated by hosting a thematic workshop regarding Village Information System utilization in inclusive village. The theme was in line with “Inclusive Village” initiative, especially in Yogyakarta Province. Six villages in Kulon Progo District and two villages in Sleman have implemented SID to gather disability census. SID allows difable society poll to be more accurate, thus a village can fulfill its responsibility to take a good care of the people with disabilities. At the end of 2016, several villages implementing SID have already been using a system in SID to analyze population data of people with


t Lokakarya tematik pemanfaatan SID di desa inklusi dalam Temu Inklusi 2016 pada 26 Agustus 2016 diikuti oleh

para penggiat isu disabilitas. SID memungkinkan pendataan warga difabel menjadi lebih akurat, sehingga desa bisa memenuhi tanggung jawabnya untuk memberikan layanan bagi warga difabel.

bisa memenuhi tanggungjawabnya untuk memberikan layanan bagi warga difabel. Hingga akhir 2016, sejumlah desa penerap SID memang sudah mulai menggunakan sistem dalam SID untuk menganalisis data penduduk yang difabel, karena secara umum memang dalam SID telah disediakan ruang untuk pencacahan jiwa atau pendokumentasian tentang disabilitas. Inklusi merupakan salah satu prinsip dalam penerapan SID. Kami terus berupaya untuk mengembangkan sistem yang inklusif, antara lain melalui kerjasama dengan SIGAB dalam menyusun instrumen analisis inklusi.

disability, because generally SID provides the space for census and document about disability. Inclusivity is one of the SID implementation’s principals. We keep trying to develop an inclusive system, one of which through our collaboration with SIGAB in collecting inclusive analysis instrument.

8. Diskusi Publik SID di Acara Merti Desa Ambangun Desa, Desa Dlingo, Bantul

8. Public Discussion in Merti Desa Ambangun Desa, in Dlingo Village, Bantul

Desa Dlingo merupakan salah satu desa penerap SID yang menjadi salah satu rujukan bagi desa lain di Kabupaten Bantul. Berkat keberhasilannya memaksimalkan pengelolaan SID, pada 2016 Desa Dlingo dicanangkan sebagai “Desa Akuntabilitas Publik”.

Dlingo village is one of the villages implementing SID which becomes an example for other villages in Bantul Regency. Successfully implementing

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

39


Selain itu, Dlingo juga terdaftar sebagai salah satu Desa Budaya di Kabupaten Bantul. Di akhir tahun 2016, Desa Dlingo mengadakan agenda bertajuk “Merti Desa Ambangun Desa”. Kegiatan ini dikelola oleh pemerintah desa beserta kelompok pemuda. Selain sebagai ajang promosi pariwisata dan budaya, kegiatan ini juga diisi dengan agenda diskusi publik yang melibatkan beberapa organisasi kemasyarakatan dan pemerintah Kabupaten Bantul. CRI diundang untuk menjadi salah satu pengisi diskusi publik yang bertema “Membangun Desa yang Transparan dan Akuntabel”. Diskusi yang diikuti oleh pemerintah kabupaten, aparat desa se-Kabupaten Bantul dan masyarakat umum ini merupakan forum yang cukup strategis karena dapat mempertemukan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pemanfaatan SID. Inisiatif Desa Dlingo menggelar acara yang mengundang desa-desa lain di Kabupaten Bantul patut diapresiasi. Selain itu, berlangsungnya penyelenggaraan acara tersebut menunjukkan bahwa pemerintah desa mampu menggerakkan dan merangsang kreativitas warga, khususnya kelompok pemuda dan kelompok perempuan untuk menyukseskan agenda ini.

SID, in 2016 Dlingo village was promoted to be a “Public Accountable Village”. Not to mention, Dlingo was registered as one of the Cultural Village in Bantul Regency. At the end of 2016, Dlingo held an agenda named “Merti Desa Ambangun Desa” (Cleaning Village Developing Village). This event was managed by village administrative along with youth community. As an event to promote culture and tourism, it is featured with a public discussion agenda which included several community-based organizations and Bantul Regency government. CRI was invited as a speaker in a public discussion under the theme “Developing Accountable and Transparent Village”. The discussion followed by the district government, village officials around Bantul and local community was a strategic forum because it can bring together stakeholders in implementing SID. Dligo village’s initiative in holding an event which invited other villages in Bantul Regency should be appreciated. Moreover, this initiative showed that village officials were able to empower and stimulate local community’s creativity, especially the youth community and women’s group in successing this agenda.

CRI berpartisipasi dalam salah satu diskusi mengenai pemanfaatan SID dalam gelaran “Merti Desa Ambangun Desa” di Desa Dlingo Bantul, Yogyakarta.

t

40 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


PENGEMBANGAN INSTRUMEN Instrument Development

Pengembangan Instrumen/ Instrument Development •Pengembangan modul SSID/ Development of SSID modules •Pengembangan aplikasi SID 3.10/ Development of SID 3.10 application •Pengembangan SMS Gateway di Sinabung/ Development of SMS Gateway in Sinabung •Pengembangan web suarakomunitas.net/ Development of website suarakomunitas.net

t

Salah satu rujukan penyempurnaan modul adalah masukan yang didapat saat pelatihan SSID.

P

engelolaan informasi dan data sebagai tahapan penting dalam pengelolaan sumber daya berbasis komunitas memerlukan serangkaian metode, proses dan instrumen. Oleh karena itu, pengembangan instrumen menjadi salah satu fokus kami, dengan penekanan bahwa instrumen itu bukan tujuan, melainkan alat yang kami kembangkan untuk mendorong kemandirian dan keberdayaan warga. Oleh

D

ata and information management as an important stage of communitybased resource management needs a set of methodology, process and instrument. Therefore, instrument development becomes one of our focuses. However, it is important to keep in mind that the goal is not the instrument. It is only a means to encourage people’s independence and empowerment. Hence, the

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

41


karena itu, instrumen yang kami kembangkan pun akan terus dievaluasi supaya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai.

instrument will undergo continuous evaluation so that it can suit the needs and achieve the goal.

1. Pengembangan modul SSID

1. Development of SSID modules

Since 2015, CRI has been organizing Sekolah Sistem Informasi Desa or SSID (School of Village Information System). One of main requirements to support classes in SSID is module as a reference to deliver training materials. Therefore, CRI has developed two main modules which are module for data management class and module for public information management class. We kept improving those two modules for SSID throughout 2016. The modules were developed based on evaluation of practices during previous SSID classes and a number of relevant references. Previously, module for information management class was aimed to encourage the emergence of citizen journalists. However, now it focuses more on increasing village staff awareness of their duties as documentation and information management officers (pejabat pengelolaan informasi dan dokumentasi /PPID) in the context of the Act of Public Information

t

Sejak 2015, CRI mulai menggelar Sekolah Sistem Informasi Desa atau SSID. Salah satu kebutuhan utama dalam penyelenggaraan kelaskelas dalam SSID adalah adanya modul yang menjadi acuan penyampaian materi pelatihan. Untuk itu, sejak 2015, ada dua modul pokok yang disiapkan yakni modul kelas pengelolaan data dan modul kelas pengelolaan informasi publik. Kami terus menyempurnakan dua modul tersebut untuk penyelenggaraan SSID sepanjang 2016. Kedua modul tersebut kami kembangkan dari evaluasi atas sejumlah praktik

Beragam metode pembelajaran digunakan dalam SSID, baik di dalam maupun di luar ruangan.

42 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


penyelenggaraan kelaskelas dalam SSID serta sejumlah sumber referensi lain yang relevan sebagai bahan. Modul kelas Olah Informasi yang semula ditujukan untuk mencetak jurnalis warga kini lebih diarahkan untuk memberi pemahaman pada perangkat desa akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pejabat pengelolaan informasi dan dokumentasi (PPID) dalam konteks pelaksanaan Undangundang Keterbukaan t Peserta SSID di Wonogiri, Jawa Tengah pada 10 November 2016. Informasi Publik (KIP). Modul ini dirancang untuk memotivasi PPID di desa agar semakin Transparency (Undang-undang Keterbukaan aktif memberikan informasi publik dengan Informasi Publik/KIP). This module was designed didukung oleh SID. to motivate documentation and information Sementara modul kelas Olah Data kami management officers to actively provide public rancang untuk memandu perangkat desa information supported by SID. mempelajari konsep, pendekatan, metode, Meanwhile, module for data management was dan instrumen/alat olah data desa. Jenis olah designed to provide guidance for village staff to data yang dipelajari meliputi olah data dasar learn about the concepts, approaches, methods and kependudukan dan olah data aset/sumber instruments or tools of village data management. daya desa. Kami mengembangkan modul ini The data management includes basic demographic untuk memastikan perangkat desa mampu data and village assets/resources data. We develop mengelola data desa, baik untuk mendukung this module to ensure that village staff are able layanan administrasi publik maupun untuk to manage village data, either to support public memperkuat kualitas perencanaan dan administration service or to improve the quality pembangunan desa dan kabupaten. Selain of village and regency planning and development. itu, pengembangan modul ini juga dirancang In addition, the development of this module is untuk memperkuat kapasitas analisis sumber designed to strengthen independent analysis daya desa secara mandiri. capacity of village resources.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

43


t BAPPEDA Gunungkidul mempresentasikan konsep pemanfaatan SID untuk pemutakhiran data kemiskinan.

2. Pengembangan aplikasi SID 3.10

Isu perdesaan di Indonesia menjadi pembahasan yang semakin menarik untuk disimak terutama pascapemberlakuan UU Desa tahun 2014. Sistem Informasi Desa menjadi bagian tidak terpisahkan dari implementasi UU Desa dimana desa memiliki kewenangan untuk mengelola akses informasi secara mandiri. Mengikuti dinamika isu perdesaan tersebut, kami pun terus melakukan pengembangan aplikasi perangkat lunak SID sebagai bagian dari kewenangan desa mengelola akses informasi. Pengembangan tersebut merupakan 44 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

2. Development of SID 3.10 Application

Issues about villages in Indonesia gain more popularity after the implementation of the Act of Vilage 2014 (UU Desa tahun 2014). Village Information System (Sistem Informasi Desa) became inseparable from the implementation of the Act of Villages in which villages have their own authority to manage access of information independently. In line with the dynamics of the village issues, we keep developing SID software application as an embodiment of villages’ authority to manage their own access of information. The


salah satu upaya kami untuk mendukung pengelolaan sumber daya warga di tingkat desa. Prinsip Free and Open Source Software (FOSS) yang kami usung sejak awal pembangunan aplikasi ini memungkinkan SID untuk terus ditingkatkan versinya. Sejak pertama kali digagas pada 2009, kami telah mengembangkan aplikasi SID dalam sejumlah versi. Pengembangan itu konsisten kami lakukan untuk meningkatkan pengembangan fungsi dan desain pada versiversi sebelumnya. Memasuki tahun 2016, pengembangan aplikasi SID menginjak pada proses analisis dan desain aplikasi SID versi 3.10. Versi ini merupakan pembenahan fungsi-fungsi pada aplikasi SID versi sebelumnya. Beberapa pembenahan itu antara lain: fungsi-fungsi olah data kependudukan, olah laporan statistik, olah dokumen, dan olah data analisis sumber daya desa. Pembenahan difokuskan agar aplikasi versi terbaru ini bisa dioperasikan lebih efektif, aman, dan tanpa kendala teknis mendasar. Kami telah mengujicoba versi beta dari SID 3.10 ini ke desa-desa di Kabuparen Gunungkidul, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Lombok Utara. Salah satu penerapan SID versi ini dimanfaatkan untuk mendukung verifikasi dan validasi Basis Data Terpadu dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tingkat desa Kabupaten Gunungkidul. Data itu ditujukan untuk rujukan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul. Evaluasi aplikasi SID versi 3.10 beta terus kami lakukan di tim internal CRI. Penyempurnaan dari versi tersebut akan resmi kami rilis ke publik pada semester pertama tahun 2017.

development is one of our efforts to support the management of citizen resources in village level. The principle of Free and Open Source Software (FOSS) which is held since the beginning of the software development enables SID to be updated. We have developed a number of versions of SID application since its initial development in 2009. We are consistent to keep developing the application in order to improve its functions and design. In the beginning of 2016, the development of SID application started the process of analyzing and designing SID version 3.10. This version features improvements of functions from the previous versions. The improvements include functions of demographic data management, documents management and village resources analysis data management. The improvements aim to enable the application to be operated more effectively, securely and without any basic technical problem. We have tested the beta version of SID 3.10 in villages in Gunungkidul, Pacitan and Lombok Utara. SID 3.10 was implemented among all to support verification and validation of Integrated Data Base (Basis Data Terpadu) and Central Statistic Body (Badan Pusat Statistik/BPS) in villages in Gunungkidul Regency. The data was meant to be a reference for poverty alleviation in Gunungkidul. CRI internal team keeps maintaining evaluation of SID version 3.10. The improvement of SID 3.10 will be launched in the first semester of 2017.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

45


Pengembangan aplikasi Sistem Informasi Desa

46 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


3. Pengembangan SMS Gateway di Sinabung

Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara sejak Januari 2014 berdampak luas bagi kehidupan warga sekitar. Salah satu dampaknya adalah ancaman banjir lahar hujan akibat menumpuknya material letusan. Menghadapi berbagai dampak tersebut, adanya sistem peringatan dini akan membantu masyarakat untuk lebih siaga bencana. Bekerjasama dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, kami mengembangkan fungsi SMS Gateway untuk sistem peringatan dini erupsi Sinabung. Kami menyebutnya dengan SMS Sinabung. Aplikasi ini memungkinkan informasi dapat terjadi secara dua arah, yakni menerima dan menyebarluaskan,

3. Development of SMS Gateway in Sinabung

Eruption of Sinabung Mountain in Karo Regency, North Sumatra Province since January 2014 has lead to extensive impacts for people in its surrounding. One of the impacts is the danger of volcanic mudflow as a result of accumulation of eruption materials. In coping with the danger of volcanic mudflow, early warning system helps people around Sinabung to be more aware of the disaster. We cooperated with Veteran National Development University (Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran) to develop an SMS Gateway for early warning system of Sinabung eruption. This application enables two-way communication for receiving

Diskusi pengembangan SMS Gateway untuk peringatan dini erupsi Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

47

t


baik kelompok maupun individu. Pusat kendali informasi peringatan dini erupsi ada di bawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabuparen Karo. Sementara tanggung jawab terhadap jalannya sistem aplikasi ini dipegang oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kabupaten Karo. Sistem peringatan dini ini bukan pertama kalinya kami kembangkan di Gunung Sinabung. Pada 2014 lalu, kami telah memulainya melalui radio komunitas sebagai media alternatif untuk menginformasikan seputar perkembangan erupsi Sinabung kepada warga. Seperti halnya radio komunitas, SMS Sinabung tidak hanya menginformasikan peringatan dini bencana, namun juga beragam informasi lain seperti kesehatan, informasi publik, pendidikan, dan lain-lain. Sebagai sebuah sistem peringatan dini, penggunaan dan pemanfaatan SMS Sinabung memerlukan kerjasama dengan banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengajak kelompok penanganan bencana serta kelompok masyarakat, bahkan semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk berlatih menggunakan dan memanfaatkan sistem ini.

and sharing information, both in group and individually. The control center of eruption early warning system is under the authority of the Regional Disaster Management Agency (Badan Penanggulangan Bencana Daerah/BPDB) in Karo Regency while the Ministry of Communication and Information in Karo Regency is responsible for the operation of the application system. It is not the first time for us to develop an early warning system in Sinabung Mountain. In 2014, we had started the development of early warning system by means of community radio as an alternative medium to distribute information regarding eruption of Mount Sinabung. Similar to the community radio, SMS does not only deliver information about early warning of disaster but also distributes other various information regarding health, public information, education and so forth. The use and implementation of SMS Sinabung as an early warning system require cooperation of a number of parties. Therefore, we invite disaster management groups and community groups as well as all Local Government Agencies in training to implement and utilize this system.

4. Pengembangan website suarakomunitas.net

4. Development of website suarakomunitas.net

CRI memfasilitasi para penggiat media komunitas untuk berkumpul dan berbagi informasi dalam wadah Suara Komunitas yang rintisannya sudah dimulai sejak 2008. Sebagai salah satu bentuk pertukaran informasi itu, dibangunlah portal media www.suarakomunitas. net yang mewadahi laporan jurnalistik para penggiat media komunitas dari berbagai wilayah di Indonesia. Setiap dua tahun sekali, para pengurus Suara Komunitas (SK) berkumpul 48 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

CRI facilitates activists of community media to gather and share information in Suara Komunitas (Voice of Community) which has been initiated in 2008. www.suarakomunitas.net was developed as a means of information exchange which facilitates journalism report from community media activists in all over Indonesia. Administrators of Suara Komunitas held a meeting in every two years to discuss what they have accomplished and what they plan to do.


COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

49


untuk membahas apa yang sudah dan yang akan dilakukan. CRI kembali memfasilitasi Pertemuan Nasional Pewarta Suara Komunitas pada 2015 lalu, dan salah satu keputusan dari pertemuan itu adalah CRI masih memberikan dukungan pada pengelolaan www.suarakomunitas.net. Dukungan itu antara lain berupa kepastian soal domain dan hosting web serta pengelolaan redaksi harian Suara Komunitas (SK). Khusus untuk pengelolaan redaksi SK, CRI lebih fokus di pengelolaan konten. Sejak kesepakatan itu diamini, maka kami mengelola aktivitas harian redaksi www.suarakomunitas.net, khususnya mengedit, menyusun ulang tulisan yang terkadang dikirim pewarta melalui email dan mengunggah tulisan. Dalam konteks dukungan CRI untuk website SK, sepanjang 2016 kami berupaya merancang ulang wajah website SK supaya lebih nyaman untuk dilihat dan mudah diakses. Proses rancang ulang itu telah didahului dengan diskusi bersama pewarta SK di sejumlah wilayah guna mengumpulkan masukan mereka soal wajah website SK ke depan. Hingga akhir 2016, proses perubahan wajah SK mencapai sekitar 70 persen.

50 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

In 2015, CRI facilitates Pertemuan Nasional Pewarta Suara Komunitas (the National Meeting of he Voice of Community Reporters). One decision of the meeting was CRI keep maintaining support on the management of www.suarakomunitas.net. The support is implemented among others in form of assurance of web domain and web hosting and the management of daily editorial staff of Suara Komunitas Daily. Regarding the editorial of SK, CRI focuses more on content management. Since the decision was agreed, we manage daily editorial activities of www.suarakomunitas.net, particulary editing, rearrangement of writings sent by reporters via email, and upload writings. In relation with CRI support for SK website, in 2016 we attempted to redesign the appearance of SK website in order to make it more users friendly. The process of redesigning was preceded by discussions with SK reporters in order to collect their suggestions. By the end of 2016, the process of redesigning has achieved 70 percent of the whole arranged process.


CAPAIAN PARA MITRA

Achievements of Our Partners

T

ahun 2016 adalah salah satu tahun terbaik bagi sejumlah mitra kami. Hal ini didasarkan pada capaian-capaian membanggakan yang mereka raih. Dari Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Media komunitas Speaker Kampung menjadi salah satu mitra yang meraih sejumlah pencapaian sepanjang 2016. Selain memproduksi informasi untuk komunitasnya di Kecamatan Suela dan daerah sekitarnya, para penggiat Speaker Kampung juga aktif melakukan pendidikan literasi kepada masyarakat, khususnya kalangan pelajar, dan bekerja sama dengan berbagai pihak. Dalam pelatihan jurnalistik dasar, misalnya, Speaker Kampung menggandeng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mataram.

2

016 is one of the best years for a number of our partners. There are a number of achievements accomplished by our partners in 2016. Speaker Kampung community media from Lombok Timur Regency, Nusa Tenggara Barat

t

Berita tentang gelaran Jambore Speaker Kampung (JSK) 2016 di Suela, Lombok Timur, NTB dipublikasikan di www.suarakomunitas.net.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

51


Selain penguatan kapasitas, Speaker Kampung juga menginisiasi sebuah gelaran bertajuk Jambore Speaker Kampung (JSK) 2016. Hajad Guna Roasmadi, salah seorang pendiri Speaker Kampung mengatakan, motivasi menggelar acara tersebut lantaran terinspirasi oleh Jagongan Media Rakyat yang kami garap sejak 2010. Acara ini bertujuan untuk menjalin silaturahim antarkomunitas di empat kecamatan (Suela, Pringgabaya, Wanasaba dan Sambelia) dan sebagai ajang unjuk kreativitas komunitas. Kabar membanggakan lainnya datang dari Desa Montong Gamang dan Desa Kopang dari Kabupaten Lombok Tengah serta Desa Karangbajo dan Desa Bayan dari Kabupaten Lombok Utara yang mendapatkan penghargaan dari Komisi Informasi Provinsi NTB sebagai Desa Inovatif dalam Pelayanan Informasi Publik. Penghargaan diserahkan dalam acara pencanangan Program Desa Benderang Informasi Publik oleh Gubernur NTB di hadapan 995 kepala desa, serta seluruh camat dan bupati se-NTB pada 6 Oktober 2016 di Kota Mataram. Kedua desa tersebut merupakan dua dari puluhan desa peserta pelatihan pengembangan dan pemanfaatan SID yang kami adakan bekerja sama degan lembaga mitra setempat. Website desa berbasis SID yang dimanfaatkan kedua desa untuk mengelola informasi publik menjadi salah satu faktor pendukung keputusan penghargaan tersebut. Penghargaan ini kemudian dijadikan momentum bagi pemerintah kabupaten setempat untuk mendorong replikasi inisiatif yang sama di desa-desa penerap SID lainnya agar manfaat SID dapat tersebar di lebih banyak desa. 52 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

is one of our partners who obtained a number of achievements in 2016. In addition to successfully produced information for its community in Suela District and surrounding areas, this community media actively involved in literacy education for community, particularly for students, in cooperation with other organizations. For instance, they invited Aliansi Jurnalis Independen (Alliance of Independent Journalist/AJI) Mataram in basic journalism training. Speaker Kampung also initiated a performance entitled Jambore Speaker Kampung (JSK) 2016. Hajad Guna Roasmadi, a founder of Speaker Kampung, state that the event was motivated by Jagongan Media Rakyat which has been organized by CRI since 2010. This event aimed to maintain relationship among communities in four districts (Suela, Pringgabaya, Wanasaba dan Sambelia) and to provide an event for the communities to perform their creativity. An exciting news also comes from Montong Gamang Village and Kopang Village in Lombok Tengah Regency and Karangbajo Village and Bayan Village in Lombok Utara Regency. They received an award from Nusa Tenggara Barat Province Information Commission as Innovative Village in Public Information Service. The award was given in the event of declaration of Desa Benderang Program by governor of NTB in front of 995 village heads and all district heads and regents in NTB on 6 October 2016 in Mataram. Those villages are among a number of villages which involved in training of development and implementation of SSID which was held by CRI in cooperation with local institution partners. SIDbased Village website which was implemented by the two villages became one supporting factor of the award. This award became a moment for regent government to encourage the replication of the same initiative in other villages which had


t Informasi tentang keberhasilan Desa Karang Bajo dalam lomba desa ditampilkan di website Desa Karangbajo.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

53


t Peserta SSID sedang berdiskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok.

54 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

implemented SID so that the benefits of SID can reach more villages. From Sumatra Utara, a good news comes from Tanjung Harap Village. Since the village implemented online SID, people in Tanjung Harap village perceived that public service became better and faster. Their online page also supported their efforts to introduce local products. For instance, the demand of one local product namely keripik gosong increased after information about the product was uploaded to the village’s website, http:// tanjungharap.web.id. The customers were not only people from adjacent villages but also people from other areas who had read the village’s online page. The success story of Tanjung Harap in implementing

t

Dari Sumatera Utara, kabar menggembirakan berasal dari Desa Tanjung Harap. Sejak menerapkan SID secara online, masyarakat setempat merasakan pelayanan publik yang menjadi lebih baik dan lebih cepat. Memiliki laman desa online juga menjadi ruang bagi pengenalan beragam produk desa. Salah satu produk desa misalnya keripik gosong. Sejak dimuat di website desa http://tanjungharap.web.id, permintaan makanan khas produksi Desa Tanjung Harap ini kian meningkat. Peminatnya tidak hanya dari desa tetangga, namun juga dari daerahdaerah lain setelah membacanya di laman desa. Cerita keberhasilan Desa Tanjung


SID also written in an interesting review entitled “Kabar Baik itu Berasal dari Desa” (“The Good News Comes from a Village”) in a well-known national newspaper. Tanjung Harap Village is one of nine villages which implement SID in Sumatra Utara. Seven among the nine villages have gone online while the other two is still offline. There are approximately 6000 villages which have not implemented SID yet. These nine villages was involved in SID training in our office in 2015 supported by Combine Resource Institution in cooperation with Bitra.

t

Harap dalam memanfaatkan SID ini bahkan pernah menjadi ulasan menarik bertajuk “Kabar Baik itu Berasal dari Desa” di salah satu harian terkemuka nasional. Desa Tanjung Harap adalah satu dari sembilan desa penerap SID di Sumatera Utara. Tujuh desa sudah online, sementara dua sisanya masih offline dan masih ada sekitar 6000 desa lainnya masih belum menerapkan SID. Kesembilan desa ini pernah mengikuti pelatihan SID di kantor kami pada 2015 atas kerjasama Combine Resource Instution dengan Bitra.

Kami melihat, beberapa desa (setelah menerapkan SID), kini mengalami peningkatan permintaan dan perluasan pasar dari produk-produk unggulan desanya.

We notice that, some villages (after implementing SID) are now experiencing an increase of their flagship products’ demand as well as market expansion.

Wahyudi, direktur BITRA tKeberhasilan Desa Tanjung Harap menerapkan SID Indonesia. mendapat sorotan dari surat kabar nasional dalam tulisan

Wahyudi, director of BITRA Indonesia.

bertajuk “Kabar Baik Itu Berasal dari Desa.”

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

55


56 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


JAGONGAN MEDIA RAKYAT 2016 Jagongan Media Rakyat 2016

J

t

agongan Media Rakyat (JMR) yang merupakan agenda dua tahunan CRI untuk mempertemukan warna-warni inisiatif komunitas dan lembaga kembali digelar pada awal 2016. Tak kurang dari 100 komunitas maupun lembaga berkumpul untuk berbagi pengalaman dan menganyam inisiatif bersama pada 21-24 April 2016 di Jogja National Museum (JNM), DI Yogyakarta. Mengusung tema “Menganyam Inisiatif Komunitas”, JMR yang diselenggarakan untuk keempat kalinya ini mengupas tiga kategori pembahasan, yakni inovasi, advokasi, dan literasi. Ketiganya dibahas dalam 31 kelas sesi diskusi. Selain itu ada rangkaian JMR juga diisi dengan acara pemutaran film, pasar komunitas, panggung musik, dan kegiatan untuk anak-anak. Seluruh rangkaian agenda tersebut bisa terselenggara berkat kolaborasi kami dengan sejumlah mitra kolaborator utama antara lain Kampung Halaman, Roemansa Gilda, Survive Garage dan Froghouse. Pembahasan tentang inovasi antara lain diisi dengan diskusi tentang inisiatif yang dilakukan beberapa komunitas anak muda di Yogyakarta. Mereka mengampanyekan gerakan menanam yang mungkin terlihat sederhana. Bisa jadi oleh sebagian orang terlihat lebih sebagai tren belaka. Namun, dalam diskusi di hari kedua JMR 2016 pada 22 April yang bertajuk “Menjaga Lingkungan dari Meja Salah satu karya komunitas yang ditampilkan di Jagongan Media Rakyat 2016.

J

agongan Media Rakyat (JMR), CRI’s biennial event to convene colorful community and organization initiatives, was held at the beginning of 2016. 100 communities and organizations got together to share knowledge and weaving initiatives on April 21 to 24, 2016 in Jogja National Museum (JNM), Yogyakarta Province. Under the theme “Weaving Community Initiatives”, JMR’s fourth biennial event carried out three main issue categories, namely innovation, advocacy and, literation. Those three issues were discussed in 31 sessions. Besides that, JMR featured with movie screenings, community market, live music performances, and activities for children. This series of events were successfully held because of our solid collaboration with several main collaborator partners, namely Kampung Halaman, Roemansa Gilda, Survive Garage and Froghouse. The discussion about innovation was including a discussion about initiatives carried by youth community in Yogyakarta. Their campaign about planting movement might seem simple. One might perceive the campaign as an action of following current trends. However, in a discussion named “Menjaga Lingkungan dari Meja Makan” (Keeping our Environment from the Dining Table) on the second day of JMR 2016 in April 26, it was revealed that the planting movement was grounded by philosophical

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

57


Makan” terungkap bahwa di balik itu ada fondasi gerakan yang filosofis. Menyatukan pemikiran tentang gerakan menanam di perkotaan dengan kebiasaan membuang makanan serta rantai ekonomi yang adil bukanlah gagasan lawas dan biasa. Sementara itu, pembahasan tentang isu advokasi digelar dalam 11 agenda diskusi dengan beragam tema kasus. Pembahasan ini menyoroti tentang gerakan kampanye isu di media berbasis internet dengan aksi nyata atau offline. Para narasumber dari berbagai lembaga dan komunitas berbagi inisiatif dalam upaya menyeimbangkan gerakan online dan offline. Pembahasan itu salah satunya diusung dalam diskusi bertajuk “Strategi Digital dalam Perubahan” yang dikelola oleh Change.org. Dua

ideas. Consolidating ideas about planting movement in urban areas with the society’s habit of throwing foods and fair economic chain is not an old and ordinary idea. In the meantime, the discussion about advocacy was held in 11 discussions agenda under different themes. This discussion was focused on the issue of campaign movement using internet-based media and the offline campaign or real action. The speakers from various organizations and communities exchanges their ideas and initiatives in regards of balancing online and offline activism. One of the discussions was “Digital Strategy in Transformation” which was held by Change. org. Two speakers exchanged their experience in balancing offline and online activism to the

Suasana salah satu agenda diskusi JMR 2016 bertajuk “Strategi Digital dalam Perubahan” yang dikelola oleh Change.org.

t

58 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


orang narasumber memaparkan pengalaman mereka dalam menyeimbangkan gerakan online dan offline. Change.org adalah platform petisi online yang beroperasi di Indonesia sejak pertengahan 2012. Dalam sesi diskusi yang diadakan di hari pertama JMR 2016 itu, Change.org menghadirkan Titi Anggraini dari Perkumpulan Pemilu untuk Demokrasi (Perludem) dan Zely Ariane dari Papua Itu Kita. Keduanya beraktivitas di Jakarta dan sama-sama pernah memanfaatkan layanan petisi Change.org dalam upaya menggalang dukungan untuk mendesak perubahan kebijakan. Diskusi advokasi lainnya, yakni “TIK Berdaya dan Mandiri” yang diadakan AirPutih fokus membahas potensi TIK dan media online untuk mendukung kemandirian komunitas. Salah satu contoh yang disebutkan adalah inisiatif warga Cipta Gelar di Sukabumi, Jawa Barat. Masih menganut tata hidup sesuai adat turuntemurun, komunitas ini tidak anti teknologi. Mereka berdaya membuat saluran CIGA TV sendiri dengan konten berupa potensi-potensi desa. Kehadiran internet mampu mendorong budaya membaca pada masyarakat. Namun, isi bacaan internet di Indonesia cenderung ringkas dan tidak selengkap buku. Bahkan tidak sedikit informasi yang beredar tidak akurat sama sekali alias hoaks. Kemampuan literasi yang mumpuni dalam menerima dan mengolah informasiinformasi dari media online pun menjadi penting. Banyaknya informasi yang beredar dengan tingkat keterbacaan yang tinggi ternyata tidak serta merta membuat masyarakat memahami esensi dari sebuah informasi. Yang terjadi adalah “banjir informasi” yang kemudian “menenggelamkan” pembaca ke arus yang

attendees. Change.org is an online petition platform which has been operating in Indonesia since mid 2012. In a discussion held on the first day of JMR 2016, Change.org invited Titi Anggraini from Election for Democracy Association (Perludem) and Zely Ariane from Papua Itu Kita (We are Papua). Both of them were Jakarta-based activists and have submitted petitions in Change. org to call for support to change policy. The other discussion about advocacy was entitled “Empowered and Independent TIK”. It was held by AirPutih and focused on discussing TIK and online media potency to support communities’ autonomy. One of the examples mentioned was Cipta Gelar local community initiatives in Sukabumi, West Java. While living and holding on their customs, they are not antitechnology community. They are able to set up CIGA TV channel with their village potencies as the main content of the broadcast. The presence of internet might support society’s literacy. However, internet written contents in Indonesia nowadays tend to be brief and not as complete as books. Even most of information circulating on the internet were either inaccurate nor verified. In other words, hoax. Good literacy skills in receiving and processing information from online media are essential nowadays. With the information available soared and high number of legibility society is not necessarily understands the essence of an information. What happens next is “floods of information” which then “drowning” readers nowhere, but drawing more distance from information awareness. Online mass media is one of the main sources of this information flood. This issue was addressed in a literacy discussion hosted by the Alliance of Independent

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

59


Berkumpul, berbagi, bergerak

Seperti prinsip JMR yakni kolaboratif, pengunjung bebas berinteraksi membangun jaringan dengan para peserta dalam perhelatan ini. Itulah kenapa ruang diskusi tak terbatas di ruang-ruang kelas saja. Transfer pengalaman

60 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

Journalists (AJI) Yogyakarta. A number of literacy activist from various communities actively participated in literacy discussion. For instance Taring Padi with their art and drawing installations as a medium, Purple Code, Safenet and Digital Democracy Forum, and others. Gather, share, move

As one of JMR principles which is collaborative, the visitors were free to interact and make network with any other participants during this event. That is why the discussion was not limited to those we held in classes. Knowledge and initiative transfers took place under the banyan tree, in public kitchen, and several other JMR 2016’s meeting points. The

t

menuju entah ke mana, jauh dari kesadaran akan informasi. Media massa online merupakan salah satu sumber utama banjir informasi ini. Isu tersebut menjadi salah satu pembahasan terkait isu-isu literasi dalam diskusi yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta. Sejumlah penggiat literasi dari berbagai komunitas turut mengisi pembahasan di kluster literasi. Sebut saja Taring Padi dengan gambar dan karya seni instalasi sebagai mediumnya, Purple Code, Safenet dan Forum Demokrasi Digital, dan lain-lain.

Puluhan anak antusias menjadi peserta lomba mewarnai di hari terakhir JMR 2016.


t Rembug Prakarsa menjadi puncak acara JMR 2016 yang mempertemukan empat penganyam inisiatif yang mewakili komunitas dan lembaga.

dan inisiatif juga berlangsung di bawah pohon beringin, di dapur umum, dan di beberapa titik kumpul lokasi JMR 2016. Semangat berkumpul, berbagi, dan bergerak inilah yang menghidupkan setiap penyelenggaraan JMR. Ruang bioskop JMR pun tak lepas dari semangat untuk berbagi pengalaman dan inisiatif dari para peserta dan pengunjung JMR 2016. Yayasan Kampung Halaman sebagai kolaborator Bioskop JMR mengemas 14 sesi pemutaran film dan diskusi pada 21 hingga 23 April 2016. Filmfilm yang diputar mengajak penonton untuk mengkritisi berbagai isu, mulai dari isu sosial, buruh migran, HAM, hingga isu lingkungan. Rembug Prakarsa pada 23 April 2016 menjadi agenda puncak perhelatan JMR 2016. Agenda ini mempertemukan empat penganyam inisiatif yang mewakili komunitas dan lembaga. Ada Dandhy Laksono dari Ekspedisi Indonesia Biru, juga Mila Rosinta yang menyuarakan isu-isu

energy to gather, share, and move were reviving every JMR execution. JMR cinema was not far from the spirit of sharing knowledge and initiatives from visitors and participants of JMR 2016. Kampung Halaman Foundation as a collaborator of JMR Cinema brought together 14 film screening and discussion sessions from April 21 to 23, 2016. The movies played invited audiences to criticize various issues, from social issues, migrant worker, human rights, to the environment. Rembug Prakarsa (Initiative Assemblage) in April 23, 2016 was a peak event of JMR 2016. This agenda is to bring together four initiative weavers representing communities and organizations. Dandhy Laksono from Indonesia Biru Expedition, and Mila Rosinta which voiced out social issues through dancing. Along with John Bamba from Gemalaq Kemisik Credit Union Kalimantan and Muhammad Hatta,

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

61


Menyuarakan isu-isu sosial tidak hanya disampaikan melalui media diskusi, namun juga melalui media seni. Kami berkolaborasi dengan komunitas Froghouse menghidupkan Panggung JMR dengan menggandeng sejumlah musisi dari DI Yogyakarta dan Malang Jawa Timur. Setiap malam, ada tiga musisi dengan komunitasnya yang tampil di panggung utama JMR yang didesain dengan tata artistik nan segar. Mereka berbagi lirik dan nada menyuarakan isu-isu sosial dan lingkungan.

Ini (JMR) adalah sebuah ide yang metodenya berbeda tetapi tujuannya sama. Di sini, semua pengetahuan berkumpul dan bisa saling ditukarkan.

Dandhy Laksono, jurnalis video, Ekspedisi Indonesia Biru, Watchdoc.

62 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

who generated MGM FM Borobudur radio community, the four were initiative weavers. Voicing out social issues were not only limited to discussion, but also art. We collaborated with Froghouse to revive JMR stage and invited musicians from Yogyakarta and Malang, West Java. Every evening, three musicians with their communities performed in JMR’s main stage, which was designed with fresh and artistic arrangements. They shared lyrics and tone while voiced out social and environmental issues.

This (JMR) is an idea with different methods, but identical goal. At this event, all experience and knowledge are assembled and are ready to be exchanged.

sosial melalui media tari. Bersama John Bamba dari Credit Union Gemalaq Kemisik Kalimantan dan Muhammad Hatta yang mengusung kiprah radio komunitas MGM FM Borobudur, keempatnya menjadi penganyam inisiatif.

Dandhy Laksono, video journalist, Indonesia Biru Expedition, Watchdoc.


JMR 2016 dalam Angka

Beragam gerai produk di area Pasar Komunitas memberi warna-warni tersendiri dalam JMR 2016.

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

63

t


Lampiran Appendix

64 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


Laporan Keuangan Financial Report

JENIS PEMASUKAN PENGELUARAN HIBAH PROGRAM / Grant Program Rp.892,295,000 Rp.861,870,000 JASA KONSULTASI/ Consulting Service Rp.305,833,400 PENGGALANGAN DANA/ Fundraising Rp.106,662,400 TOTAL Rp.1,304,790,800

Rp.861,870,000

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

65


DEWAN PEMBINA DAN STAFF Boards and Staff

Dewan Pembina Advisory Board Dodo Juliman

Dewan Pengawas

Supervisory Board Agustiawan Syahputra

Dewan Pengurus Executive Boards Delima Kiswanti Mulya Amri Ahmad Nasir

Direktur Director

Imung Yuniardi

UNIT PENGELOLAAN INFORMASI Unit of Information Management Manajer/ Manager Idha Saraswati

TEKNOLOGI INFORMASI Information of Technologies Koordinator/ Coordinator Muhammad Kholil

Suara Warga Community Voice Koordinator Program/ Program Coordinator Ferdhi Fachrudin Putra

Staf Pengelolaan Jaringan Network Management Staff Zani Noviansyah

UNIT STRATEGIS Unit of Strategics Staf Publikasi Publication Staff Apriliana Susanti Staf Multimedia Multimedia Staff Aris Harianto Staf Pengelolaan Pengetahuan Knowledge Management Staff Maryani UNIT LUMBUNG KOMUNITAS Unit of Lumbung Komunitas Manajer/ Manager Elanto Wijoyono Staf Analisis Sistem System Analysis Staff Irman Ariadi Staf Pemanfaatan Sistem Informasi Information System Development Staff Muhammad Amrun

66 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

Staf Pengembangan Sistem Informasi Information System Development Staff Rizka Himawan UNIT SEKRETARIAT Unit of Secretariat Manajer/ Manager Mary T. Prestiningsih Koordinator Admin dan Kerumahtanggaan Coordinator of Administration and Housekeeping Ulfah Hanani Staf Keuangan Finance Staff Anton Hadiyanto Kasir Cashier Ulfah Hanani Staf Administrasi Administration Staff Rani S. Siregar Staf Rumah Tangga Housekeeping Staff Sarjiman Staf Keamanan Security Staff Suris Meidianto


MITRA DAN JARINGAN Partners and Networks

LEMBAGA LOKAL-NASIONAL/LOCAL - NATIONAL ORGANIZATIONS Yayasan Air Putih Change.org ICT Watch Artikulpi KOMPAK (Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan) PKBI PR2Media IRE CCES SIGAB (Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel) INFEST Pindai Indonesian Heritage Inventory (IHI) Qwords.com SPPQT Omah Kendeng Jaringan Radio Komunitas Indonesia SAPA Yayasan Sosial Donders Berugak Dese Jaringan Masyarakat Sipil (JMS) Lombok Barat Pendowo Gugah Nusantara (PGN) BITRA Indonesia Institute for Regional Development and Studies (IRDeS) Kampung Halaman SatuDunia Perempuan Mahardika IDEA SatuNama Komisi Penyiaran Indonesia Pusat PKKH UGM Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian ACICIS (Australian Consortium “In Country” Indonesian Studies) DIAN Interfidei Mitra Wacana Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRUHA)

Srikandi Lintas Iman (SRILI) LEMBAGA INTERNASIONAL/INTERNATIONAL ORGANIZATIONS Ford Foundation UNDP Scope Global Tactical tech Radio FMYY Jepang JICA Hyogo Farsight PERGURUAN TINGGI/UNIVERSITIES Universitas Atma Jaya Yogyakarta Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Universitas Pembangunan Negara (UPN) Yogyakarta MMTC Yogyakarta KOMUNITAS/ COMMUNITIES Survive Garage! Arsitek Komunitas (ARKOM) Yogyakarta Forum Demokrasi Digital (FDD) Forum PRB DIY Ketjil Bergerak Jejaring Pangan CUG Lingkarmassa Penerbit OAK dan IBC Jelajah Indi Komunikasi (JIKom) Radio Komunitas Wijaya FM Radio Komunitas Sandigita FM Radio Komunitas MGM Magelang Radio Komunitas Best FM Radio Komunitas Primadona Radio Komunitas Suandri FM Speaker Kampung Rumah Baca Komunitas Radio Buku

COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

67


Froghouse Roemansa Gilda Kampung Dolanan Indie Book Corner INSTITUSI PEMERINTAH/ GOVERNMENTS Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KEMENKO PMK) Bappenas Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Direktorat Pemberdayaan Informatika Ditjen Aplikasi Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Pemerintah Kabupaten Batubara, Sumatera Utara Pemerintah Kabupaten Gunungkidul

68 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016

Pemerintah Kabupaten Bantul Pemerintah Kabupaten Sleman Pemerintah Kabupaten Kulon Progo Pemerintah Kabupaten Temanggung Pemerintah Kabupaten Wonogiri Pemerintah Kabupaten Pacitan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah Pemerintah Kabupaten Dompu, NTB BPBD Kabupaten Magelang BPBD Kabupaten Blitar BPBD Kabupaten Malang BPBD Kabupaten Kediri BPBD Kabupaten Karo


COMBINE RESOURCE INSTITUTION’S 2016 ANNUAL REPORT

69


70 LAPORAN TAHUNAN COMBINE RESOURCE INSTITUTION 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.