OMEGA
A NEW CHAPTER UNFOLDS SEAMASTER AQUA TERRA
BRAND TALK
ALEX ROSENFIELD
GUIDO TERRENI
LIPUTAN EKSKLUSIF
PARMIGIANI MANUFACTURE VISIT
LADIES INDONESIA OMEGA TROPHY
POINT OF VIEW
FRANCESCO BAGNAIA
MARC MÁRQUEZ

KARI VOUTILAINEN
MANUEL EMCH

URBAN JÜRGENSEN
WATCHES AND WONDERS GENEVA
PAUL KIM
SEKARAYA HADIPRANA

































THE YEAR OF WONDERS
Tahun ini kembali kita mendapat berbagai kejutan menyenangkan dan beberapa rilis tak terduga dari dunia sang penunjuk waktu. Dimulai dari ajang terbesar pameran jam tangan mewah di dunia, yaitu Watches and Wonders Geneva. Pembaca setia majalah Collector’s Guide-WATCHES Indonesia pasti sudah terbiasa dengan edisi khusus Watches and Wonders Geneva yang kami terbitkan di pertengahan tahun setelah ajang tersebut berlangsung. Namun di edisi 28/2025 tahun ini kami harus membuatnya lebih tebal lagi, menjadi total 160 halaman, karena semakin tak terbendungnya berita tentang tren dan wawasan terbaru dari dunia pembuatan jam tangan. Dan memang berita terbanyak di edisi ini adalah liputan dari acara yang telah menjadi ajang yang ‘wajib dihadiri’ setiap tahunnya itu.
Sebagai salah satu perwakilan media di antara lebih dari 1.600 jurnalis di ajang Watches and Wonders Geneva kemarin, kami berhasil membawa oleh-oleh berita tentang trend terbaru di dunia jam tangan tahun ini. Mulai dari kolom Time To Beat (halaman 32), From A-Z: Watches and Wonders Geneva 2025 (halaman 66), hingga kolom Collector’s Corner. Hadir kejutan dari Rolex dalam tiga koleksi Rolex Land-Dweller terbarunya yang digadang-gadang sebagai jam tangan masa depan (halaman 94), seri Calatrava yang canggih dari Patek Philippe (halaman 90), hingga debut Bvlgari di ajang Watches and Wonders Geneva yang mengejutkan publik karena kembali memecahkan rekor dengan jam tourbillon tertipis di dunia (halaman 122).
Kami juga mengajak Anda para pembaca untuk mengikuti perjalanan kami ke beberapa manufaktur milik Parmigiani Fleurier untuk mengungkap rahasia keunggulan jam tangan pilihan para
DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM
Bersama Jade Huỳnh dan CEO Louis Erard, Manuel Emch; Bersama Co-CEO Urban Jürgensen, Kari Voutilainen; bersama CEO Parmigiani Fleurier, Guido Terreni; Bersama Andrew M. Rosenfield, Executive Chairman Urban Jürgensen; Bersama Peter Chong dan Co-CEO Urban Jürgensen, Alex Rosenfield; Di ajang turnamen golf Ladies Indonesia OMEGA Trophy
kolektor jam dari kalangan “old money” ini (halaman 116). Dan berita menarik dari pameran Patek Philippe Rare Handcrafts 2025 di gedung bersejarah Patek Philippe Salons di Rue du Rhône Jenewa (halaman 120). Masih dari Jenewa, kami juga berbincang dengan para tokoh utama dibalik kesuksesan merek jam yang mereka pimpin, termasuk CEO Parmigiani Fleurier, Guido Terreni (halaman 46), dan CEO Louis Erard, Manuel Emch, yang sukses membangkitkan kembali merek jam tangan tersebut, dan memperluas jaringannya dengan berbagai kolaborasi baru dengan merek-merek lain (halaman 48). Di bulan Juni, kami diundang ke Los Angeles, California, AS, untuk menghadiri peluncuran kembali Urban Jürgensen yang legendaris dan kini dimiliki oleh keluarga Rosenfield (halaman 60), dan simak wawancara eksklusif kami dengan kedua CEO merek, yaitu Alex Rosenfield dan pembuat jam tangan ternama Kari Voutilainen (halaman 44).
Dan tentu saja kami juga tidak pernah melupakan penggemar jam tangan dari kalangan wanita, bahkan di edisi kali ini, kami tampilkan di sampul majalah, yaitu OMEGA yang baru saja meluncurkan koleksi Seamaster Aqua Terra terbarunya dalam ukuran lebih kecil, yaitu 30 mm, simak berita sampul di halaman 38. Dari tanah air, dengan bangga kami hadirkan figur Sekaraya Hadiprana Surjaudaja yang berhasil meneruskan kesuksesan industri perhotelan milik keluarganya, dibawah naungan Hadiprana Hospitality (halaman 56). Masih dari dalam negeri, simak berita tentang Ladies Indonesia OMEGA Trophy, yaitu turnamen golf perempuan pertama yang diadakan di Indonesia sekaligus yang pertama di dunia (halaman 146). Kami juga bangga mendapatkan bahwa merek jam ternama asal Jepang, Grand Seiko memilih Jakarta sebagai tempat dibukanya butik Grand Seiko Mono Salon perdana di Indonesia (halaman 130).
Dari dunia hiburan, para penggemar musik Korea pasti tidak asing dengan nama Paul Kim, simak beritanya di halaman 50. Penggemar perhiasan juga pasti tak akan melewatkan berita tentang perhiasan mewah dan ternama yang dikenakan para artis kelas dunia di ajang Met Gala 2025 (halaman 136 – 139). Dan para penggemar motor balap pasti akan terhibur dengan halaman fashion pria di edisi ini: Francesco Bagnaia, Marc Márquez dan Ducati (halaman 140), perjalanan Enea Bastianini dan Tissot (halaman 144), dan Esteban Ocon bersama Bianchet (halaman 145). Dan jika berita-berita terbaru ini membuat Anda kewalahan, sediakan waktu untuk beristirahat di hotel-hotel terbaik pilihan kami di edisi ini: Four Seasons Hotel Jakarta (halaman 152), The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place (halaman 154), hingga COMO Le Beauvallon di Saint-Tropez (halaman 150). Simak berita terbaru lainnya tentang jam tangan dan perhiasan di platform media sosial kami, dan situs online: www.cgw-indonesia.com
Publisher & Chief Editor Lulu Fuad



WATCHES
INDONESIA
EDISI 28-2025
PUBLISHER & CHIEF EDITOR: Lulu Fuad
FEATURES EDITOR: Billy Saputra
EDITOR: David Tang
ART DIRECTOR: Taufik Nurman
SENIOR WEB DESIGNER: Fatorahman Handayani
SOCIALITE PHOTOGRAPHER: Setiyo Supratcoyo PT. ZAMRUD
KHATULISTIWA MEDIA
CHAIRMAN: Ir. Nabiel Fuad. A. MSc (nabiel@zamrud-media.com)
MANAGING DIRECTOR: Lulu Fuad (lulu@zamrud-media.com)
DIRECTOR OF FINANCE: M. Ramzy (ramzy@zamrud-media.com)
EXECUTIVE ASSISTANT: Deny Pratama (secretary@zamrud-media.com)
OFFICE STAFF : Ahmad Firdaus (firdaus@zamrud-media.com)
CONTRIBUTORS
JAKARTA: Dwi Sutarjantono, Rendy Kairupan, Yessar Rosendar, Yohanna Yuni / DUBAI: Faizal. A SINGAPORE: Dr. Bernard Cheong / SWITZERLAND: Maria Ronnie Bessire
PT. ZAMRUD KHATULISTIWA MEDIA
The City Tower Level 12-1N, Jl. MH. Thamrin No.81, Jakarta 10310, INDONESIA Phone: +62 21 344 0999 Website: www.cgw-indonesia.com
Switzerland Sales Representative: Maria Ronnie Bessire (Ms.) E-mail: ronnie@zamrud-media.com
SUBSCRIPTIONS/GENERAL INQUIRIES: info@zamrud-media.com
BANK ACCOUNT
PT. Zamrud Khatulistiwa Media BCA - KCU TCT (The City Tower) A/C 31930 74797
COLLECTOR’S GUIDE – WATCHES, INDONESIA is published by PT. Zamrud Khatulistiwa Media. All rights reserved. No part of this publication may be reproduced without the written permission of PT. Zamrud Khatulistiwa Media. Opinions expressed in CGW Indonesia are solely those of the writers and not necessarily endorsed by the Publisher and its editors. PT. Zamrud Khatulistiwa Media accepts no responsibility for unsolicited manuscripts, transparencies or other material. For further inquiries, contact: info@zamrud-media.com
PRINTING: PT. Harapan Prima









Collector’s Corner
32 Time To Beat
Pilihan jam eksklusif terbaru yang patut dikoleksi
38 Cover Story: A Secret Worth Wearing
OMEGA dan Seamaster Aqua Terra 30 mm
52 Language of Commitment
Rolex Perpetual Arts Initiative dan arsitektur
60 Urban Jürgensen: The Legacy Continues
Merek jam legendaris dengan kepemimpinan baru
66 From A-Z at Watches and Wonders Geneva 2025
Koleksi anyar dari ajang Watches and Wonders Geneva
90 Precision in Tradition
Patek Philippe dan seri Calatrava yang canggih
94 Geometry of Time
Tiga wajah Rolex Land-Dweller, jam tangan masa depan
99 The Unusual Hour
Tiga jam tangan terbaru Hermès dan penjelajahan waktu
102 The Time Travellers
Kreasi Louis Vuitton, dari hutan belantara hingga bushido
104 Legendary Status
Evolusi OMEGA Speedmaster selama enam dekade
106 Monaco Reimagined
Tiga wajah baru TAG Heuer Monaco dan dunia balap
112 Alluring Dimension
Evolusi elegan pada lini jam tangan urban Bell & Ross
116 Two Days With Parmigiani
Perjalanan mengungkap rahasia Parmigiani Fleurier
120 Time Traveler
Perjalanan menembus ruang waktu Patek Philippe
122 How Thin Can You Go?
Debut Bvlgari di ajang Watches and Wonders 2025
124 Summer In Style
Desain revolusioner Rado Anatom dalam warna ceria







126 The Striking Balance
Mido Multifort 8 Two Crowns, teknologi dan geometri
128 Time, Gently Told
Frederique Constant, presisi mekanis dan misi inklusif
130 The World Of Grand Seiko
Pembukaan Grand Seiko Mono Salon perdana di Indonesia
134 Charming Purple
Seiko, World Athletics 2025 dan Speedtimer edisi terbatas
146 It’s Her Time
Ladies Indonesia OMEGA Trophy 2025 pertama di dunia
Interviews
44 The Pursuit Of Perfection
Alex Rosenfield, Kari Voutilainen untuk Urban Jürgensen
46 The Understated Luxury
Guido Terreni tentang koleksi Parmigiani Fleurier 2025
48 The Game Changer
Manuel Emch, kemitraan yang berani dan ide kreatif
50 Paul Kim O’Clock
Konser eksklusif dan kemampuan musikalitas Paul Kim
56 Finding Harmony Within Sekaraya Hadiprana dan babak baru Hadiprana Hospitality
Time for Fashion
136 Works Of Art
Met Gala 2025 dan Bvlgari Polychroma High Jewelry
138 Glimmering Codes
Met Gala 2025 dan Chopard Haute Joaillerie
140 Art, Ingenuity, Speed
Ducati di Mugello 2025, budaya, seni, dan teknologi
144 Born To Win
Tissot, pesona Italia dan semangat Enea Bastianini
145 Timeless Victory
Esteban Ocon dan nilai-nilai merek jam Swiss, Bianchet
Time to Travel
150 A New Dawn at Le Beauvallon
COMO Le Beauvallon dan alam Saint-Tropez
152 Living Above It All
Presidential Suite di Four Seasons Hotel Jakarta
154 A Cosmopolitan Flair
Kemewahan The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place
MASTER OF MATERIALS


Rado Store, Plaza Indonesia, Jakarta , Level 2, No.E020 – E020A, Indonesia , Tel :+62 21 22395605 Rado Store, Tunjungan Plaza 3, Surabaya, Lantai 1, Unit 89, Indonesia , Tel : +62 31 99246973







The Openworked Masterpiece
Armin Strom kembali menghadirkan inovasi untuk lini One Week mereka, kali ini dalam bahan titanium, yaitu Armin Strom One Week Skeleton Titanium yang sepenuhnya mengubah konfigurasi khas mereka dengan menambahkan penanda detik yang terbuka. Bagian tengah yang datar dipertegas dengan bezel dan bevel yang dipoles. Desain yang dibentuk sedemikian rupa ini menghasilkan dial dan mesin jam skeletonized yang sepenuhnya terbuka, dalam arti tidak ada bagian dial sama sekali, setidaknya dalam pengertian tradisional. Ditenagai oleh mesin Calibre ARM-S21 yang diproduksi sendiri, dengan huruf “S” yang menandakan bahwa ini skeletonized. Ditambah dengan konstruksi double-barrel yang unik disertai mekanisme cadangan daya berbentuk kerucut, komposisi ini mengundang si pemakai jam tangan untuk melihat lebih dalam ke dalam mesin jamnya, yang memamerkan penyelesaian akhir kelas atas yang khas dari Armin Strom. Diciptakan dalam edisi terbatas 100 buah, jam tangan mewah ini memberi penghormatan kepada warisan dari sang legenda Armin Strom, dan menjadi jam tangan pertama yang dibuat oleh pabrikan Armin Strom modern. Harga: CHF 39,000 (sekitar IDR 793 juta). www.arminstrom.com
New Master of Chronometer
Dari ajang Watches and Wonders Geneva, Arnold & Son hadir merayakan kecerdikan pembuatan jam dengan koleksi terbarunya Constant Force Tourbillon 11 berdiameter 41,5mm dalam emas kuning 18 karat, diproduksi dalam edisi terbatas hanya 11 buah. Jam tangan yang digerakkan oleh mesin mekanis manual dengan mekanisme gaya konstan yang terlihat pada pelat jam enamel dan diatur oleh tourbillon yang dapat dilihat di bagian belakang, dan dilengkapi dengan dua barel dengan cadangan daya 100 jam, yang sepenuhnya dikembangkan dan dibuat di pabrik La Chaux-de-Fonds. Arsitektur kaliber tersebut terinspirasi oleh instrumen penunjuk waktu yang digerakkan oleh tourbillon pertama ciptaan Abraham-Louis Breguet di tahun 1808, berdasarkan mesin kronometer yang dirancang oleh John Arnold. Mesin tourbillon pertama yang kini berada di British Museum ini diberikan kepada John Roger Arnold oleh pembuat jam yang berbasis di Paris tersebut sebagai penghormatan atas kolaborasi ilmiah dan persahabatannya dengan ayahnya. Harga dapat berubah sewaktu-waktu: CHF 129.800 (sekitar IDR 2,6 milyar). www.arnoldandson.com





BEYOND CONVENTIONS




defying gravity




Automatic Flying Tourbillon
Ultra-thin Calibre UT01
5000G Shock Resistance 5 ATM






Time For Speed
IWC Schaffhausen bermitra dengan film balap Formula One™ produksi Apple Original Films yang disutradarai oleh Joseph Kosinski. Dalam film ini, IWC tampil sebagai sponsor tim APX GP fiktif, dan model-model tertentu dari koleksi Pilot’s Watches IWC dikenakan di pergelangan tangan berbagai karakter. Salah satunya adalah edisi khusus Ingenieur Automatic 40mm yang diluncurkan di Watches and Wonders Geneva. Edisi terbatas 1000 buah ini terinspirasi dari jam tangan yang dikenakan oleh tokoh utama Sonny Hayes dalam film F1® yang diperankan oleh aktor Brad Pitt. Memerankan pembalap veteran, ia mengenakan Ingenieur SL Reference 1832 versi kustom, dengan pelat jam berwarna hijau khasnya, berpola “Grid” dengan aplikasi berlapis emas, dilengkapi dengan casing dan gelang baja tahan karat. Jarum jam berlapis emas dan penanda logamnya dilapisi Super-LumiNova®, dan ciri khas desain Ingenieur terlihat pada bezelnya yang khas, yang terpasang pada cincin casing dengan lima sekrup fungsional. Koleksi lain yang hadir dalam film itu adalah Big Pilot’s Watch 43 dari stainless steel dengan dial hitam, Pilot’s Watch Chronograph 41 TOP GUN dari keramik zirkonium oksida hitam, dan Pilot’s Watch Chronograph 41 dari stainless steel dengan dial hitam. www.iwc.com
French Touch
Milady Mansart dari March LA.B ini menawarkan desain klasik sekaligus modern, dan dengan casing oktagonal 28mm yang terinspirasi dari arsitektur oktagonal La Place Vendôme, jam tangan ini feminin namun unisex, cocok untuk pria yang menyukai jam tangan kecil. Diameternya 33mm dari lug ke lug dan hanya setebal 6mm, berkat mesin jam Swiss Quartz Caliber Ronda 762 yang ramping di dalamnya. Jam tangan ini juga dilengkapi kristal mineral antireflektif dan kedap air hingga kedalaman 50m. Milady Mansart tersedia dalam berbagai varian, seperti warna Chevron Or (pelat Chevron Emas), Emerald (pelat Hijau), dan Continental (pelat Champagne) dalam casing warna emas, dengan jarum dan indeks yang senada. Semua tersedia dengan gelang atau tali kulit yang serasi. www.march-lab.com



Burgundy Bay

Para kolektor dan penggemar jam yang hadir di ajang Watches and Wonders Geneva memiliki satu suara untuk TUDOR Black Bay 58 Burgundy dengan sisipan bezel dan dial berwarna merah anggur ini, ia telah mendapatkan reputasi sebagai favorit para penggemar jam! Casing berukuran 39mm sesuai dengan proporsi khas tahun 1950-an dan angka “58” merujuk pada tahun peluncuran jam tangan selam TUDOR pertama yang tahan air hingga kedalaman 200 meter, referensi 7924, yang dijuluki “Big Crown”. Jarum “Snowflake” juga ciri khas jam tangan penyelam TUDOR yang diperkenalkan pada tahun 1969, dengan luminescent Swiss Super-LumiNova® Grade A. Ditenagai Kaliber MT5400-U buatan Manufacture dengan cadangan daya 65 jam, koleksi terbaru ini sudah mendapatkan sertifikasi Master Chronometer, salah satu standar industri yang paling ketat dalam hal kronometri dan ketahanan terhadap medan magnet, dan untuk pertama kalinya, hadir dengan gelang 5-link dengan gesper penyesuaian cepat TUDOR yaitu T-fit. Terdapat pilihan dengan gelang baja 3-link rivet-style, atau pilihan tali karet. Harga: IDR 76,6 juta. www.tudorwatch.com
Watches and Wonders
Geneva 2026
Ajang paling akbar dan bergengsi yang menjadi penentu tren di industri jam tangan mewah di dunia Watches and Wonders Geneva telah mengumumkan tanggalnya, yaitu mulai 14 hingga 20 April 2026. Acara pembuatan jam tangan terbesar ini diadakan di Jenewa Salon dan mempertahankan format yang membuatnya begitu sukses, yaitu empat hari untuk para profesional, diikuti oleh tiga hari terbuka untuk masyarakat umum, yang semuanya akan disertai sepanjang minggu oleh animasi luar biasa di pusat kota. Sukses dengan 60 merek yang dipamerkan dan lebih dari 55.000 pengunjung pada tahun ini, maka tahun depan, berbagai merek, para profesional, jurnalis, dan penggemar jam tangan dari seluruh dunia akan kembali diundang untuk merayakan acara eksklusif ini. Mulai dari Salon hingga pusat kota, berbagai program yang lebih ambisius akan merangkul semua audiens dalam pengalaman pembuatan jam tangan yang tak tertandingi. Inovasi, generasi muda, dan animasi In The City juga semakin seru. Sesuai namanya, Watches and Wonders Geneva mempertemukan jam tangan dan keajaiban, peserta pameran terkenal, dan penonton umum yang antusias, Salon, dan hiburan di kota Jenewa. Catat tanggalnya dan sampai bertemu kembali di tahun depan! www.watchesandwonders.com












Geneva Watch Days 2025
Para penggemar dan kolektor jam tangan, catat kalender Anda untuk hadir di Geneva Watch Days (GWD), ajang bergengsi di industri jam tangan independen Edisi ke-6 pada tanggal 4 – 7 September 2025. Setelah edisi 2024 yang dihadiri lebih dari 13.800 pengunjung, 600 perwakilan media, dan 250 peritel dari seluruh dunia, GWD semakin berjaya dan menegaskan statusnya sebagai pertemuan musim panas yang menentukan bagi industri jam tangan, meraih rekor dengan 66 merek jam yang akan berpartisipasi. Acara informal paling menyegarkan dalam kalender pembuatan jam tangan ini menampilkan kekayaan, keragaman, dan keberanian kreatif dalam pembuatan jam tangan kontemporer. Tahun ini GWD mengukir langkah berani untuk edisi keenamnya dengan ide-ide segar, partisipasi yang memecahkan rekor, dan program yang lebih kaya dan lebih menarik, termasuk Calibership, yaitu kompetisi pertama yang didedikasikan untuk seni pengaturan presisi. Ada juga sesi Culture Club, bekerja sama dengan lembaga-lembaga seperti FHH, GPHG, Horological Society of New York, dan Horopedia, dengan sesi ceramah yang dikurasi, lokakarya, dan bertemu dengan pembuatnya. See you all there! www.gva-watch-days.com


























THE GRACEFUL TOUGHNESS ALL-NEW MAZDA CX-80
The All-New Mazda CX-80 embodies elevated elegance and toughness, delivering a gracefully driving 6-seater premium SUV that brings emotional richness to every journey. With its advanced Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) technology, it combines refined performance with enhanced e ciency. Step in and surround yourself with e ortless beauty.











Lion’s Roar
Grand Seiko hadir dengan jam tangan sport berdesain berani lewat Tokyo Lion Tentagraph SLGC009 dalam bahan casing brilliant hard titanium
Dari Watches and Wonders Geneva 2025, Grand Seiko memperkenalkan jam tangan sport terbarunya, Tokyo Lion Tentagraph SLGC009. Ditenagai oleh mesin kronograf mekanik pertama dari Grand Seiko, jam ini hadir dengan desain yang mencolok dan penuh karakter. Bahan pada casing jam ini adalah brilliant hard titanium, Grand Seiko pertama dalam lini sport yang menggunakan paduan titanium ini, yang lebih cerah dibandingkan titanium biasa, membuat permukaan hairlinefinished dan polesan Zaratsu tampak semakin berkilau dan mempertegas desain yang kuat. Diameter casing-nya cukup besar, yaitu 43mm dengan ketebalan 15.6mm, dikombinasikan dengan tombol pendorong kronograf berbentuk besar. Pada dial jam warna coklat muda dengan pola unik yang terinspirasi dari surai singa yang tertiup angin, terdapat sub-dial tiga dimensi di posisi pukul 3, 6, dan 9. Indeks utama yang dipotong seperti cakar tajam singa memantulkan cahaya dengan indah, dan kini dibuat lebih tinggi untuk menampung lebih banyak Lumibrite, memastikan keterbacaan dalam berbagai kondisi cahaya.



Seperti setiap karya Grand Seiko lainnya, presisi adalah bagian terpenting dari mesin Tentagraph. Kaliber 9SC5 ini berdetak sebanyak 10 kali per detik, memberikan akurasi tinggi, baik untuk penunjuk waktu harian maupun pengukur waktu kronograf. Berkat dual impulse escapement yang hemat energi dan dua barrel, jam ini mampu berjalan selama tiga hari penuh, bahkan saat fungsi kronograf diaktifkan. Setiap unit Tentagraph diuji selama 20 hari—tiga hari lebih lama dibandingkan mesin mekanik Grand Seiko lainnya—untuk memastikan ketepatan dalam standar Grand Seiko, yaitu +5 hingga -3 detik per hari, bahkan saat kronograf digunakan. Sebagai ciri khas kronograf modern berkualitas tinggi, jam ini dilengkapi dengan vertical clutch dan column wheel untuk akurasi dan kemudahan pengoperasian. Vertical clutch menghilangkan getaran atau lompatan jarum saat kronograf diaktifkan, meningkatkan presisi pengukuran. Column wheel memberikan kontrol yang presisi saat mengoperasikan kronograf. Mesin ini juga mengusung three-pointed hammer—komponen yang memastikan semua jarum kembali ke posisi nol secara instan dan serempak saat tombol reset ditekan. Tali jam karet berwarna cokelat dikembangkan khusus untuk model ini, dengan kekuatan tarik hampir 2,7 kali lebih tinggi dibandingkan tali silikon Grand Seiko sebelumnya. Di bagian belakang tali ini terdapat motif unik yang terinspirasi dari telapak kaki singa—detail tersembunyi yang hanya bisa dinikmati oleh sang pemakai. SLGC009 akan tersedia secara eksklusif di butik-butik Grand Seiko mulai Agustus 2025 dengan harga yang direkomendasikan: USD 16,400 (sekitar IDR 268 juta). www.grand-seiko.com

TIME TO BEAT
Tahun 2025 ini adalah tahun yang memanjakan para pelaku di industri haute horlogerie dengan berbagai rilis jam tangan terbaru yang memukau dan canggih. Selain keindahan desain jam dan keahlian artistik hingga penguasaan teknis dari para pakar pembuat jam, penggunaan bahan yang terpilih menghasilkan mahakarya yang indah, dapat diandalkan dan patut dikoleksi. Kami pilihkan beberapa jam tangan terbaru yang mengagumkan ini, tentu berikut harganya, untuk memudahkan Anda yang ingin mengoleksinya.


A. LANGE & SÖHNE
Merek jam mewah asal Jerman ini memamerkan Minute Repeater Perpetual di ajang Watches and Wonders Geneva, yang mengusung komplikasi besar dari dua komplikasi paling fantastis digabungkan menjadi satu, yaitu kalender abadi dengan pengulang menit. Inilah pertama kalinya Lange menggabungkan kedua komplikasi klasik ini. Mengusung 640 komponen di dalam casing platinum berukuran lebar 40,5mm dan tebal 12,5mm, bagian belakang case kristal safir transparan memamerkan mesin kaliber L122.2 buatan Lange. Minute Repeater aktif saat slide yang terintegrasi ke sisi casing kiri diaktifkan, dan mekanisme lonceng akan membunyikan jam dengan nada rendah, seperempat jam dengan nada ganda, dan menit yang telah berlalu sejak seperempat jam terakhir dengan nada yang lebih tinggi. Duet impresif yang dibawakan oleh dua gong dengan nada berbeda ini terdiri dari repertoar 720 urutan berbeda, satu untuk setiap menit dalam siklus dua belas jam.
Kalender abadi hanya dikoreksi satu hari, yaitu 1 Maret 2100 nanti; menurut aturan kalender Gregorian. Hal ini juga berlaku untuk tampilan fase bulan yang mirip dengan durasi orbit sinodis satelit Bumi, sehingga dibutuhkan waktu 122,6 tahun untuk mengoreksi tampilan satu hari. Jam mewah ini memiliki pelat dari enamel berwarna hitam pekat, dan diproduksi hanya 50 buah dalam warna platinum, dengan harga diperkirakan di EUR 750.000 (sekitar IDR 14,2 milyar).www.alange-soehne.com




BOVET


Setelah sukses merevolusi jam tangan dengan komplikasi worldtimer pada model Récital 28 Prowess 1 yang menjadi penunjuk waktu mekanis pertama yang memecahkan masalah “Daylight Saving Time” yang memenangkan banyak penghargaan, BOVET hadir dengan Récital 30. Jika jam tangan dengan komplikasi worldtimer sebelumnya tidak dapat beradaptasi dengan waktu mulai dan berakhirnya “Daylight Saving Time” di berbagai negara, namun dengan menggunakan sistem memutar seperti layaknya roller atau rol yang inovatif, Récital 30 dapat menampilkan 25 zona waktu global (termasuk waktu lokal di New Delhi) dan dapat disesuaikan ke dalam empat

periode waktu dalam setahun—mulai dari Coordinated Universal Time, American Summer Time, European and American Summer Time, hingga European Winter Time. Jam tangan ini juga dapat disesuaikan oleh si pembeli. Di bagian tengah terdapat indikator siang/malam yang terhubung dengan waktu setempat. Ketika bagian-bagian tersebut dikombinasikan, hal ini menjadikan seluruh 24 zona waktu dunia, dan New Delhi, akan akurat sepanjang tahun. Konfigurasinya dapat diubah mulai dari nama kota, warna pada bagian dial 24-jam dan juga penanda menit. Terdapat dua versi; red gold 18K (CHF 96.800 atau sekitar IDR 1,9 milyar), dan titanium (CHF 68.000 atau sekitar IDR 1,3 milyar). www.bovet.com




CHANEL
Ajang Watches and Wonders Geneva dipilih Chanel
Watchmaking Creation Studio untuk memamerkan jam mewah Diamonds Astroclock yang memadukan simbolsimbol Rumah Mode: singa bersegi, jarum konstelasi, dan komet berlapis emas putih bertahtakan berlian. Inilah kreasi luar biasa yang terinspirasi oleh zodiak Gabrielle Chanel, visi spektakuler untuk menghitung jam melalui gambar seekor singa dalam emas putih 18 karat bertahtakan berlian, yang kaki depannya bertumpu pada bola obsidian. Diukir dalam emas putih dan bertahtakan 5.037 berlian, raja binatang ini adalah penjaga bola kaca
yang menampung mekanisme jam meja tersebut. Di bawah bola kaca, detail mesin jam yang canggih memperlihatkan sebuah komet dalam emas putih 18 karat dan sebuah rasi bintang bertahtakan berlian. Jam ditunjukkan oleh komet di planet yang berputar, sementara rasi bintang Leo menunjukkan menit. Bola emas putih yang berputar, bertahtakan berlian berpotongan cemerlang, menunjukkan bahwa jam tersebut sedang bergerak. Mahakarya buatan Chanel Watch Manufacture ini mengusung mesin mekanis otomatis yang memiliki cadangan daya 8 hari. www.chanel.com

IWC
Di Watches and Wonders Geneva tahun ini, IWC Schaffhausen memamerkan Big Pilot’s Watch Shock Absorber Tourbillon Skeleton XPL terbarunya dari koleksi Shock Absorber XPL, yang kini hadir dalam tampilan kerangka dengan mesin tourbillon. XPL terbaru ini dilengkapi sistem SPRIN-g PROTECT milik IWC untuk melindungi tourbillon dari guncangan, terobosan dalam perlindungan guncangan, membuktikan bahwa sistem inovatif ini juga dapat digunakan untuk komplikasi tinggi. Pegas kantilever didesain ulang sepenuhnya dan diadaptasi untuk mengakomodasi kaliber 82915 buatan IWC dengan tourbillon flying minute. Untuk mengurangi massa mesin dan memaksimalkan kinerja sistem, pelat, jembatan, dan rotor dibuat kerangka – sekaligus memberikan gambaran yang lebih baik tentang mekanisme rumit dan pegas peredam kejut kaca metalik (BMG) di dalamnya. Jam tangan berukuran 44mm yang sangat kompleks dengan desain teknis ini hanya diproduksi 100 buah, dilengkapi casing dan tombol jam Ceratanium®, dan dilengkapi dengan tali karet bermotif hitam dengan gesper pin Ceratanium® Harga: CHF 180.000 (sekitar IDR 3,6 milyar). www.iwc.com



JAEGER-LECOULTRE
Reverso Hybris Artistica Calibre 179 terbaru diluncurkan Jaeger-LeCoultre di ajang Watches and Wonders Geneva yang mengeksplorasi potensi penuh Reverso sebagai kanvas ekspresi artistik. Hadir dalam emas putih 18K (750/1000), jam tangan yang hanya diproduksi dalam edisi terbatas sebanyak 10 buah ini memamerkan beragam keunggulan teknis, mulai dari Gyrotourbillon dengan 123 komponen, kerangka dalam berputar 360° setiap 16 detik, kereta perifer berputar sekali per menit; mekanisme roda ganda yang inovatif, gesper lipat dari emas putih 18K dengan 46 komponen, beratnya hampir 30 gram, dapat disesuaikan hingga 0,5mm. Lebih dari sekadar Gyrotourbillon keempat



dari merek ini, mesin Kaliber 179 dirancang agar pas dengan casing berukuran 51,1mm x 31mm x 13,63mm dan memungkinkan pengaturan waktu yang berbeda untuk dial depan dan belakang. Dial belakang juga dilengkapi indikator 24 jam untuk zona waktu kedua. Jam tangan ini juga mengusung pelat dan jembatan dekoratif, terbuat dari emas putih, dipotong laser untuk menciptakan 200 cekungan, yang kemudian dipernis oleh 1 pengrajin per jam, sebuah seni yang hanya dikuasai oleh 3 pengrajin di manufaktur. Harga: USD 565.000 (sekitar IDR 9.1 milyar). www.jaeger-lecoultre.com

ZENITH
Koleksi terbaru Zenith G.F.J. yang hadir di ajang Watches and Wonders Geneva ini mengambil inisial Georges Favre-Jacot, sang pendiri manufaktur yang ingin menciptakan jam tangan yang sempurna pada tahun 1865. Untuk merayakan hari jadi yang ke-160, merek ini merilis karya klasik abadi yang didukung oleh mesin jam yang luar biasa, dengan casing bundar platinum 39mm yang ramping dan elegan dan bezel bertingkat dan lug bertingkat melengkung dengan garis-garis yang dipahat. Pelat jam biru adalah warna khas Zenith bersama dengan logo bintang, sementara tombol jam berlekuk dihiasi dengan inisial G.F.J. Cincin luarnya menampilkan pola guilloché “bata”, penanda jam emas putih bersegi, dan jalur menit yang tersembunyi



dari 40 manik emas putih yang diaplikasikan dengan tangan. Bagian tengahnya terbuat dari Lapis Lazuli biru tua, dengan bintik-bintik pirit berwarna emas yang tak pelak lagi membangkitkan nuansa langit berbintang. Jam ini menghidupkan kembali kaliber 135 yang legendaris, mesin jam yang paling banyak meraih penghargaan dari masa keemasan kompetisi kronometer observatorium. Cadangan daya mesinnya 72 jam, dan telah tersertifikasi COSC, dengan akurasi +/-2 detik per hari. Harga: USD 49.900 (sekitar IDR 797 juta) dengan tali kulit, dan opsi dengan gelang platinum di USD 50.000 (sekitar IDR 813 juta). www.zenith-watches.com

A SECRET WORTH
WEARING
OMEGA memperkenalkan koleksi terbaru yang memadukan presisi, keanggunan tersembunyi, dan makna personal dalam setiap detailnya









KAMPANYE TERBARU YANG DIBERI TAJUK
“MY LITTLE SECRET” INI MEMBAWA PESAN
YANG SEJALAN DENGAN FILOSOFI JAM
TANGAN INI. OMEGA MENGAJAK KITA MERENUNGKAN SEBUAH RAHASIA KECIL
Sore itu, matahari mulai turun perlahan di balik deretan bangunan dengan atap-atap tua kota Kyoto, Jepang, mewarnai langit dengan semburat oranye yang hangat. Angin musim semi bertiup lembut, membawa aroma bunga yang bermekaran. Di sebuah dek observasi, para tamu berdiri bersama, menikmati pemandangan kota yang selalu berhasil memadukan keheningan masa lalu dan kehidupan masa kini. Di sanalah OMEGA memperkenalkan Seamaster Aqua Terra 30 mm dari lini Seamaster terbaru mereka. Saat suasana makin syahdu, Presiden dan CEO OMEGA, Raynald Aeschlimann, menyapa para undangan. Ia kemudian bercerita tentang jam tangan baru tersebut, yang dirancang agar bisa menemani siapa saja, dari siang hingga malam, tetap memikat dalam segala kesempatan, dan tetap setia pada presisi yang selama ini menjadi kebanggaan OMEGA.
HALAMAN SAMPING
Seamaster Aqua Terra 30 mm dalam versi emas Moonshine™ 18K, dilengkapi bezel yang dihiasi 46 berlian, pelat jam berwarna hijau, dan indeks bertatahkan 11 berlian
HALAMAN INI DARI ATAS
Untuk pertama kalinya koleksi ini hadir dalam diameter 30 mm, dalam 12 referensi dan dengan mesin jam baru; Presiden dan CEO OMEGA, Raynald Aeschlimann




Yang membuat peluncuran Seamaster Aqua Terra 30 mm di Kyoto begitu berkesan bukan hanya karena pemilihan lokasinya yang indah, tetapi juga karena setiap elemen acara terasa menyatu dengan jiwa kota itu sendiri. Malam itu, para sahabat dan duta kampanye terbaru OMEGA ini hadir dan disambut suasana yang hangat dan penuh detail. Layar voile tipis digantung tinggi, bergoyang perlahan ditiup angin malam, menampilkan permainan cahaya dan bayang yang menenangkan. Ada photo booth bergaya confessional, tempat para tamu diajak membagikan rahasia kecil mereka, sejalan dengan filosofi jam tangan ini. Tak jauh dari sana, seorang kaligrafer memperlihatkan seni Shodo secara langsung. Dengan gerakan tangan yang lembut dan penuh presisi, ia menorehkan karakter demi karakter, menghadirkan ketenangan yang menyatu dengan harmoni malam itu. Kampanye terbaru yang diberi tajuk “My Little Secret” ini membawa pesan yang sejalan dengan filosofi jam tangan ini. OMEGA mengajak kita merenungkan sebuah rahasia kecil, sesuatu yang terlalu indah untuk disimpan sendiri namun terlalu personal untuk diumbar sembarangan. Cerita kampanye ini diperkuat oleh kehadiran enam sosok perempuan dari berbagai latar yang mewakili keunggulan di bidang mereka masing-masing: Ashley Graham, model dan

aktivis yang mendorong perubahan standar kecantikan; Danielle Marsh, musisi K-pop dengan vokal khas; Tems, penyanyi-penulis lagu peraih Grammy; Ariana DeBose, aktris pemenang Oscar; Marisa Abela, aktris peraih BAFTA; dan Sunday Rose Kidman Urban, wajah baru di dunia mode. Bersama, mereka menghidupkan pesan kampanye ini dengan keunikan karakter masing-masing.







Kampanye “My Little Secret” tidak hanya berbicara lewat katakata, tapi juga melalui gambar dan adegan yang dirangkai dengan hati-hati. Visualnya menampilkan jam tangan ini berpindah dari satu tangan ke tangan lain, seolah mengalir di antara orang-orang yang berbagi rahasia tanpa perlu suara. Setiap adegan dibuat untuk menunjukkan betapa keindahan jam ini bisa menjadi bagian dari momen pribadi, disimpan untuk diri sendiri atau dibagikan dengan orang terdekat. Ada sesuatu yang hangat dalam cara kampanye ini bercerita, seakan mengingatkan kita bahwa keanggunan sejati tidak selalu harus diumumkan pada dunia, cukup terasa dan bermakna bagi mereka yang mengenakannya. Jam tangan ini dirancang dengan ukuran yang lebih kecil, namun tetap memancarkan karakter yang kuat dan penuh kehalusan. OMEGA menghadirkan beragam pilihan material, mulai dari Moonshine™ Gold, Sedna™ Gold, stainless steel, hingga kombinasi dua-tone yang anggun. Setiap pilihan membawa pesona tersendiri, memberikan ruang bagi pemiliknya untuk memilih yang paling sesuai dengan gaya dan kepribadian mereka. Detail pada pelat jamnya pun dirancang tanpa berlebihan, menghadirkan kesan bersih dan rapi,

OMEGA MEMBEKALI JAM INI DENGAN MESIN
MASTER CHRONOMETER CALIBRE 8750 DAN 8751, KEDUANYA DIRANCANG KHUSUS AGAR
TETAP PRESISI MESKIPUN DALAM UKURAN
YANG LEBIH KECIL
tetapi tetap memikat mata yang memperhatikannya. Jam ini terasa seperti sahabat sehari-hari, cukup sederhana untuk dikenakan setiap waktu, namun tetap menyimpan pesona yang membuatnya istimewa di setiap kesempatan.
HALAMAN SAMPING
Suasana peluncuran Seamaster Aqua Terra 30 mm di Kyoto, Jepang, yang dihadiri undangan VIP dan para sahabat dan duta kampanye terbaru OMEGA , dihibur penampilan musik khas Jepang dan live illustrator
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Danielle Marsh mengenakan pilihan jam dalam versi pelat keperakan, gelang jam baja dua warna dan casing emas Moonshine™ 18K; Tems dan pilihan jam dalam versi emas Moonshine™ 18K; Sunday Rose Kidman Urban mengenakan jam dari stainless steel dengan pelat warna lavender;Dua mesin jam baru, OMEGA Co-Axial Master Chronometer Calibre 8750 dan 8751






HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS
Marisa Abela dan pilihan jam dalam versi baja dan pelat hitam; Ariana DeBose mengenakan jam dalam versi pelat jam abu-abu dihiasi 11 penanda jam berlian, bezel bertatahkan berlian; Ashley Graham mengenakan versi baja dengan pelat jam biru laut, jarum jam dari emas putih 18K
HALAMAN INI
Empat versi terbaru lainnya yang sangat elegan dalam beragam pilihan material, mulai dari Moonshine™ Gold, Sedna™ Gold, stainless steel, hingga kombinasi dua-tone




OMEGA MENGHADIRKAN BERAGAM PILIHAN
MATERIAL, MULAI DARI MOONSHINE™ GOLD, SEDNA™ GOLD, STAINLESS STEEL, HINGGA KOMBINASI DUA-TONE YANG ANGGUN
Di balik tampilannya yang anggun, Seamaster Aqua Terra 30 mm menyimpan kekuatan yang lahir dari teknologi horologi paling mutakhir. OMEGA membekali jam ini dengan mesin Master Chronometer calibre 8750 dan 8751, keduanya dirancang khusus agar tetap presisi meskipun dalam ukuran yang lebih kecil. Mesin ini bukan hanya menawarkan akurasi tinggi, tetapi juga daya tahan terhadap medan magnet dan gangguan luar lainnya, menjadikannya teman setia untuk menjalani hari. Rasanya ada kepuasan tersendiri ketika mengetahui bahwa keindahan luar jam ini selaras dengan kekuatan tersembunyi di dalamnya. Semua itu menunjukkan bahwa setiap bagian jamnya diciptakan bukan hanya untuk dilihat, tetapi juga untuk diandalkan. Seluruh model Seamaster Aqua Terra 30 mm memiliki screw-in caseback dengan desain bergelombang di tepinya, menambah sentuhan khas yang halus. Temalinya hadir dengan tautan membulat indah dengan material dan warna senada case jam. Dilengkapi oleh pengaman foldover butterfly clasp, dan sistem comfort-adjustment OMEGA yang membuatnya nyaman dipakai sepanjang hari.
Seamaster Aqua Terra 30 mm bukan hanya menjadi model jam tangan terbaru dalam jajaran pilihan koleksi OMEGA, tetapi juga perwujudan bagaimana desain, teknologi, dan makna personal dapat berpadu dalam harmoni yang menyeluruh. OMEGA berhasil menghadirkan jam yang tidak hanya menjadi penunjuk waktu, namun juga mampu memberi ruang bagi pemiliknya untuk merasakan keindahan kecil yang tersembunyi dari pandangan orang lain. Koleksi ini seolah mengajak kita memperlambat langkah, menikmati detail, dan menghargai rahasia yang kita simpan sendiri. Jam tangan elegan ini lahir dari ketelitian dan perhatian pada setiap unsur, hadir untuk menemani, mendampingi, dan menjadi bagian dari kisah sehari-hari mereka yang memilihnya.

Alex Rosenfield & Kari Voutilainen
Co-CEO, Urban Jürgensen




THE PURSUIT OF PERFECTION
Urban Jürgensen memulai babak baru di bawah bimbingan dua kekuatan dengan visi bersama mereka yang melampaui penciptaan jam tangan yang luar biasa
Urban Jürgensen adalah salah satu nama tertua dan paling dihormati di dunia horologi yang didirikan tahun 1773 di Denmark. Berakar pada keanggunan khas Denmark dan presisi mesin jam Swiss, merek ini terkenal karena dedikasinya yang tak kenal kompromi terhadap keahlian, inovasi teknis, dan desain yang tak lekang oleh waktu. Di tahun 2025 ini, Urban Jürgensen memasuki babak baru. Dengan pengawasan Andrew M. Rosenfield sebagai Executive Chairman Urban Jürgensen dan putranya Alex Rosenfield sebagai Co-CEO, rumah pembuat jam Swiss yang bersejarah ini kembali mengeksplorasi kisah warisan, kepemimpinan, dan visinya. Dan dengan bergabungnya salah satu pembuat jam tangan paling tersohor di dunia yang mengantungi 11 penghargaan Grand Prix d’Horlogerie de Genève atas namanya, Kari Voutilainen sebagai CoCEO, maka perjalanan sebuah keluarga untuk menciptakan kembali ikon pembuatan jam tangan ini menjadi sesuatu yang sangat menarik dan dinanti-nanti oleh para kolektor dan pecinta jam tangan.
KAMI BERTUJUAN UNTUK MENAFSIRKAN
KEMBALI WARISAN INI BAGI PARA KOLEKTOR
MODERN DAN PENCINTA REKAYASA HALUS
DAN HAL-HAL INDAH. DI DUNIA YANG SERBA
CEPAT SAAT INI, KAMI BERFOKUS PADA
HUBUNGAN YANG BERBEDA DENGAN WAKTU
ALEX ROSENFIELD
Mereka meluncurkan tiga koleksi terbaru* yang dinamakan UJ-1, diproduksi terbatas hanya 75 buah dan ditawarkan dalam dua varian platinum dan satu varian rose gold, lalu koleksi UJ-2 dan UJ-3 yang keduanya bukan edisi terbatas tapi sangat eksklusif. *Detil jam tangan kita bahas lengkap di kolom Special Report di edisi ini (halaman 60-65). Berikut adalah cuplikan wawancara yang kami rangkum dari beberapa pertemuan di Jenewa bulan April lalu, di Los Angeles saat peluncuran resmi tiga koleksi terbaru di bulan
Juni, dan dari rilis resmi yang mereka bagikan.


Urban Jürgensen telah ada di industri penunjuk waktu selama lebih dari 250 tahun. Bagaimana merek ini tetap relevan hingga saat ini?
Alex: Kisah Urban Jürgensen adalah kisah tentang mewariskan obor kepada generasi-generasi ahli pembuat jam tangan. Ini adalah momen serah terima berupa sebuah undangan untuk menulis bab selanjutnya dari dinasti pembuat jam yang lahir di Kopenhagen pada tahun 1773. Sebagai pengelola warisan ini, Kari dan saya, bersama tim kami, berkomitmen untuk melestarikan jiwanya sambil memajukannya, bukan melalui penemuan kembali atau pengulangan, melainkan melalui evolusi yang bijaksana. Pada saat yang sama, kami bertujuan untuk menafsirkan kembali warisan ini bagi para kolektor modern dan pencinta rekayasa halus dan hal-hal indah.
Di dunia yang serba cepat saat ini, kami berfokus pada hubungan yang berbeda dengan waktu. Waktu dimaksudkan untuk dinikmati dan dihabiskan dengan penuh makna. Jam tangan kami membutuhkan waktu untuk dibuat dengan tangan dan semangatnya terpancar melalui sebuah objek yang memiliki jiwa dan kehidupan sendiri.
Kari: Bagi saya, relevansi abadi Urban Jürgensen terletak pada pengejaran keunggulan yang Urban sendiri mulai berabad-abad lalu, tepat ketika ia beranjak dewasa di era keemasan kronometri kelautan – masa ketika akurasi sangat penting bagi navigasi dan kemajuan ilmiah. Yang membedakan Urban adalah ia tidak melihat presisi sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai cara untuk memahami waktu dan sains lebih dalam. Baik melalui karyanya pada kronometer laut untuk angkatan laut Denmark, termometer canggihnya, maupun jam astronominya, masing-masing mewakili pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi dalam mengukur dan memahami perjalanan waktu.
Sebagai seorang pembuat jam, saya melihat peran kami saat ini sebagai kelanjutan dari pencarian yang sama. Tantangannya berbeda – kami tidak lagi mengembangkan kronometer laut untuk navigasi – tetapi komitmen mendasar terhadap presisi, terhadap keunggulan kronometrik, dan terhadap kegembiraan mengejar kesempurnaan di ranah kemungkinan tetap ada. Ketika saya


mengerjakan mesin kami, saya sangat menyadari bahwa saya menambah silsilah bertingkat yang membentang dari desain escapement Urban yang inovatif hingga karya revolusioner Peter Baumberger dan Derek Pratt sendiri.
Alex, apa yang menarik Anda dan keluarga ke Urban Jürgensen dan membawa Kari?
Kami mengetahui garis keturunan dan reputasi UJ yang hebat dan yakin bahwa perusahaan ini memiliki potensi yang luar biasa. Ketika keluarga kami berkesempatan membeli Urban Jürgensen, kami menyadari fakta bahwa inti UJ adalah sebagai perusahaan yang dipimpin oleh para ahli pembuat jam tangan terhebat pada masanya– Urban sendiri di masa keemasan pertamanya. Kemudian Derek Pratt bekerja sama dengan Peter Baumberger untuk memimpin perusahaan menuju masa keemasan keduanya. Menyatukan perusahaan dengan warisan yang begitu kaya dengan bakat pembuat jam tangan sejati adalah kunci untuk membuat jam yang membawa kegembiraan bagi para kolektor dan membangun merek yang bermakna. Kami memiliki hubungan keluarga yang panjang dengan Kari dan yakin bahwa ia adalah salah satu pembuat jam tangan terhebat di generasinya.
Kari, apa artinya kembali ke Urban Jürgensen bagi Anda?
Bagi saya, kembali ke Urban Jürgensen terasa seperti pulang kampung. Merek ini memainkan peran penting di awal karier saya. Saya baru saja memulai dunia pembuatan jam tangan ketika Peter Baumberger melihat potensi dalam diri saya dan mendorong saya untuk bergabung dengannya. Itu benar-benar sebuah pengantar bagi seni pembuatan jam tangan berkualitas, khususnya teknik penyelesaian akhir yang khas yang akan membentuk karya saya di masa depan. Ketika kesempatan muncul untuk membantu menulis bab selanjutnya dari kisah ini, bersama teman-teman lama dan para kolektor, rasanya tepat sekali.
HALAMAN SAMPING DARI KIRI
Alex Rosenfield; Kari Voutilainen; Detail tourbillon dan dial The 250th Anniversary Watch UJ-1 Edisi Terbatas, versi rose gold
HALAMAN INI DARI KIRI
Jam tangan UJ-2 dan UJ-3 versi rose gold; Andrew M. Rosenfield diapit Kari dan Alex saat konferensi pers; Buku ‘Rules for the Accurate Measurement of Time by Watches and Clocksʼ yang diterbitkan oleh Urban pada tahun 1804
THE UNDERSTATED LUXURY
Berbincang tentang koleksi Parmigiani Fleurier 2025 yang memperkenalkan filosofi waktu baru, yang berbudaya, bersahaja, dan sangat hidup

Guido Terreni
CEO Parmigiani Fleurier
Watches and Wonders Geneva (WWG) tahun ini terasa jauh lebih melelahkan dengan begitu banyaknya janji temu wawancara, kunjungan ke manufaktur hingga peluncuran koleksi terbaru dari berbagai merek jam tangan. Namun ada yang berbeda saat kami masuk ke stan Parmigiani Fleurier, suasana riuh berganti dengan suasana yang tenang dan menyenangkan. Mungkin karena nuansa warna elegan yang mewarnai dinding stan, seakan menegaskan alasan mengapa merek jam tangan ini disebut-sebut mewakili “quiet luxury” yang menjadi idaman para kolektor jam dari kalangan “old money”, yang memiliki gaya hidup yang tenang, elegan, dan menghindari pamer kekayaan. Kami berkesempatan untuk mewawancarai Guido Terreni, yang begitu diangkat menjadi CEO Parmigiani Fleurier di tahun 2021 telah menciptakan lini terpenting di jenama ini, yaitu koleksi Tonda PF yang mewakili citra kontemporer merek dan mengekspresikan nilai-nilainya melalui kombinasi kesederhanaan, kecanggihan, dan konsentrasi pada hal-hal penting. Berikut ini


IA MENUNJUKKAN PADA KAMI AKAN KEUNGGULAN PARMIGIANI FLEURIER, YANG MEMADUKAN KEMEWAHAN YANG TERSEMBUNYI DENGAN INOVASI TEKNIS
rangkuman perbincangan kami dengan Guido Terreni yang meski singkat namun sangat menyenangkan dan menunjukkan pada kami akan keunggulan Parmigiani Fleurier, yang memadukan kemewahan yang tersembunyi dengan inovasi teknis.
Guido Terreni menjawab pertanyaan kami tentang warna-warna pada jam tangan terbaru yang diluncurkan di ajang WWG tahun ini, yang ia sebutkan sebagai bagian dari jiwa merek Parmigiani Fleurier, dan mereka telah melakukan berbagai usaha untuk menampilkan warna-warna terbaik sekaligus membangun




ini, yang ia tunjukkan pada koleksi Tonda PF Chronograph Sport Ultra-Cermet yang menggunakan bahan dari ‘Ultra-Cermet’, yaitu perpaduan kekuatan keramik dan kilau metalik. Kemudian ia juga menunjukkan Tonda PF GMT Rattrapante yang hadir dalam warna eksotis Verzasca yang elegan dan mengandalkan fitur GMT Rattrapante yang cocok bagi para penjelajah dunia masa kini yang gemar bepergian.

identitas merek yang sangat jelas terlihat. Ia juga menjelaskan jika warna adalah sesuatu yang penting untuk tampilan jam, dan harus bersifat abadi, dan bertahan lama, dan tidak membuat yang mengenakannya merasa lelah. “Jadi dalam pilihan warna kami sangat berhati-hati, dan kami terinspirasi oleh arsitek asal Swiss, Le Corbusier yang di tahun 1931 menggambar palet warna rumah di saat itu, namun warna-warna itu sangatlah modern jika kita lihat kembali saat ini. Sama seperti saat kita mengecat rumah, tentu kita tidak mengganti warnanya setiap saat, ia harus bertahan lama. Inspirasi itu yang kami aplikasikan pada jam tangan kami, yaitu obyek yang juga harus bertahan lama, dan abadi. Ia juga menekankan bahwa Parmigiani adalah merek jam yang bijak dan berhati-hati, fokus pada kesempurnaan, jadi Anda tidak akan melihat warna-warna yang terlalu mencolok, hanya akan ada warna-warna yang lembut dan elegan”.
Dari berbagai koleksi terbaru mereka di tahun ini, Guido Terreni menunjukkan pada kami koleksi Toric Quantième Perpétuel terbaru yang berdiameter 40.6mm dan terdapat pilihan dari platinum 950 dalam warna biru muda yang elegan, dan Golden Hour dari rose gold. Merek ini menghidupkan kembali koleksi Toric yang legendaris dan merupakan sebuah interpretasi ulang yang puitis dari kalender abadi, jam tangan ini berfokus pada keseimbangan, kejernihan, dan sentuhan akhir yang artistik. Dari lini Tonda PF juga mereka menghadirkan model-model baru yang elegan, seperti pada Tonda PF GMT Rattrapante Verzasca, yang menampilkan dial hijau yang terinspirasi oleh Lembah Verzasca di Swiss (simak berita lengkapnya di edisi 27/2025). Kemudian juga ada Tonda PF Chronograph 40mm No Date dalam warna mineral blue, yang menunjukkan kemurnian dan proporsi, dan Tonda PF Skeleton Slate Green, memadukan arsitektur openworking model kerangka dengan keanggunan yang kalem. Perbincangan kami pun berlanjut pada inovasi terbaru merek
Ia menjelaskan bahwa Parmigiani Fleurier diposisikan sebagai merek yang menghargai kemewahan yang bersahaja, berfokus pada kecakapan teknis, hasil akhir berkualitas tinggi, dan pelengkap gaya bagi kepribadian pemakainya. Dan di akhir wawancara, kami tentu ingin tahu pesannya untuk para kolektor jam tangan di Indonesia, yang ia jawab dengan antusias, “Berbicara tentang Parmigiani Fleurier, Anda berada di dunia merek jam tangan mewah yang kemewahannya bisa dirasakan bukan dari tampilan, melainkan merek jam yang dikenal tentang segala kemurnian yang dalam. Dan segala yang kami lakukan adalah untuk memberi emosi dan hasrat akan penunjuk waktu yang abadi dan dapat bertahan lama, canggih dan memiliki keseimbangan antara keindahan dan kerajinan. Dan itu semua dapat Anda lihat dari berbagai inovasi kami, seperti di tahun ini kami luncurkan koleksi Toric Quantième Perpétuel dengan komplikasi Perpetual Calendar (kalender abadi), yang merupakan contoh dari kemurnian pada tampilan dan menawarkan pembacaan waktu yang langsung dan murni karena semua indikasi yang biasanya terdapat pada jam tangan kalender yang rumit telah diringkas menjadi hanya dua sub-dial (jarum jam dan menit menjadi pusat perhatian, bebas gangguan, sementara kalender abadi terintegrasi dengan mulus melalui tampilan koaksial). Kemudian inovasi pada material seperti yang terdapat dalam koleksi Tonda PF Chronograph Sport Ultra-Cermet yang menggunakan bahan dari Ultra-Cermet. Kemudian juga ada koleksi Tonda PF GMT Rattrapante yang hadir dalam warna unik dan mengusung fitur GMT. Dengan fokus pada pengendalian diri, detail, dan keahlian, Parmigiani Fleurier terus mendefinisikan ulang haute horlogerie modern. Semoga memuaskan harapan Anda semua”.
HALAMAN SAMPING DARI KIRI
Guido Terreni mengenakan Tonda PF Chronograph No Date; Toric Quantième Perpétuel dalam versi Golden Hour rose gold; Tonda PF Chronograph 40mm No Date mineral blue
HALAMAN INI DARI KIRI
Model mengenakan Tonda PF GMT Rattrapante dalam warna Verzasca; Toric Quantième Perpétuel dari platinum 950 dalam warna biru muda; Tonda PF Chronograph Sport Ultra-Cermet; Tonda PF Skeleton Slate Green
THE GAME CHANGER
Kemitraan yang berani dan merilis produk dan ide-ide kreatif yang mengubah permainan adalah kunci sukses seorang Manuel Emch


Manuel Emch adalah sosok yang unik, setelah sukses membangkitkan kembali merek jam tangan Louis Erard, ia memperluas dan memperkuat jaringannya di industri jam tangan independen dengan berbagai kolaborasi baru dengan merek-merek lainnya. Kami bertemu dengan CEO Louis Erard, Manuel Emch, salah satu tokoh sukses di industri jam tangan independen di Jenewa pada April lalu, dan berbincang-bincang santai tentang merek jam yang dipimpinnya, serta kolaborasinya dengan berbagai merek jam tangan independen lainnya.
Perjalanan karirnya memuncak di tahun 2018, saat ia mendirikan Le Bureau, sebuah firma konsultan yang didedikasikan untuk mendukung para pembuat jam tangan independen, dimana ia berhasil berkolaborasi dengan nama-nama ternama seperti Alain Silberstein, desainer Prancis yang terkenal karena kreasinya yang berani dan artistik, Louis Erard, Raketa, hingga Kollokium. Metodenya saat menjadi konsultan merek adalah bukan dengan langsung mengambil konsep atau ide, melainkan mempelajari dan memahami merek tersebut terlebih dahulu, lalu menawarkan

panduan strategis yang merevitalisasi merek mereka dan memposisikan mereka untuk kesuksesan global. “Hal terpenting adalah memahami merek, membantunya mengekspresikan diri, dan menciptakan kisahnya sendiri. Kisah itulah yang membentuk merek, bukan sebaliknya,” jelasnya.
Di bawah kepemimpinan Manuel Emch sebagai CEO, Louis Erard telah berkembang menjadi kekuatan dalam industri jam tangan independen Swiss. Selama lima tahun terakhir, merek ini memperluas daya tariknya, menciptakan jam tangan untuk dikoleksi yang ditandai oleh kelangkaan, bukan harga, menulis ulang aturan untuk industri jam tangan kelas menengah. Merek ini hadir untuk mendobrak aturan, mengambil risiko, dan menghadirkan jam tangan yang sama beraninya dengan orang-orang yang memakainya. Rahasianya? Kegigihan, fokus, dan keberanian. Manuel Emch telah mendorong evolusi ini dengan tekad yang tak kenal lelah dan strategi yang berani. Ia juga menjelaskan bahwa membangun strategi, bagaimanapun, haruslah dengan sepenuh hati. Salah satu daya tarik Louis Erard

sejak kelahirannya kembali adalah kolaborasi dengan pembuat jam tangan lain untuk menciptakan kisah-kisah baru yang tak terungkap. “Pada akhirnya, strategi haruslah sepenuh hati dan rencana tindakan untuk mewujudkannya. Anda mungkin memperhatikan interaksi yang saya miliki dengan beberapa orang yang bekerja dengan saya semuanya tentang orang-orang dan persahabatan. Semuanya tentang saling memahami dan tidak ada hierarki,” akunya.
Pada tahun 2020, Emch bermitra dan mendirikan Kollokium, sebuah merek yang memadukan seni dan desain modern untuk menciptakan jam tangan yang benar-benar avant-garde. Koleksi pertama mereka, Project 01, dengan dial tiga dimensi yang inovatif, melambangkan komitmen perusahaan untuk mendobrak batasan sambil tetap mempertahankan fungsionalitas. Apa rahasia suksesnya dalam menjalankan bisnis di pasar jam tangan yang niche ini? “Kewirausahaan adalah perpaduan antara kerja keras, keberuntungan, kepercayaan diri, dan keberanian. Keberanian inilah yang menyelamatkan hubungan kami dengan Jepang dan merek itu sendiri. Kuncinya adalah kolaborasi tahun 2018 dengan Alain Silberstein, seorang ikon di Jepang. Keberuntungan berperan saat Vianney Halter menelepon melalui telepon saku sambil duduk di gondola ski. Ketika dia menelepon balik, saya memanfaatkan momen itu, mengajukan kolaborasi, dan dia setuju. Ini tentang memercayai ide-ide yang mungkin ditolak orang lain, memiliki keberanian untuk bertindak, dan ketahanan untuk memperjuangkannya. Keterbatasan tidak menghalangi saya; justru mendorong saya. Melelahkan? Tentu, tetapi juga menggembirakan.”
Melalui kolaborasi dengan para seniman independen dan visioner, merek Louis Erard yang dipimpinnya sukses dalam mengkurasi koleksi yang memadukan presisi Swiss dengan kreativitas tak terbatas. Jam tangan edisi terbatas kini lebih dari


INI TENTANG MEMERCAYAI IDE-IDE YANG MUNGKIN
DITOLAK ORANG LAIN, MEMILIKI KEBERANIAN
UNTUK BERTINDAK, DAN KETAHANAN UNTUK MEMPERJUANGKANNYA. KETERBATASAN TIDAK MENGHALANGI SAYA; JUSTRU MENDORONG SAYA


sekadar jam tangan, melainkan karya seni yang dapat dikoleksi. Louis Erard sukses melahirkan kreator-kreator berani yang mendobrak konvensi, merangkul kebebasan, dan individualitas. Di antara koleksi terbaru yang patut diperhitungkan adalah Louis Erard Le Régulateur Gravé Noir yang sukses mengubah permainan, kemudian kolaborasi keduanya dengan Vianney Halter, yang juga meraih sukses instan, dalam dua seri yang masing-masing terdiri dari 178 buah terjual habis dalam satu hari. Jumlah jam tangan Louis Erard yang terjual tahun 2024 lalu mencapai 3.650 jam tangan, dengan komposisi antara 45% penjualan langsung ke konsumen dan 55% melalui jaringan peritel terbaik dunia. Merek jam tangan ini juga berhasil memiliki jangkauan global dengan 65 titik penjualan, dengan mitra utama PMT di Bangkok/Thailand; TWG (TurkishWatchGuy) di Istanbul/Turki; dan Watches of Switzerland Group, peritel jam tangan mewah terkemuka dunia di Inggris dan AS. Ia juga mendapatkan pengakuan internasional dan berpartisipasi di acara IAMWATCH yang bergengsi di Singapura, dan hasil lelang yang memecahkan rekor untuk koleksi Métiers d’Art seperti Marquetry serta kolaborasi Olivier Mosset dan Vianney Halter. Kolaborasi terbarunya adalah dengan Sylvie Fleury dengan Le Régulateur Louis Erard x Sylvie Fleury, dan Konstantin Chaykin dengan Le Regulateur Louis Erard x Konstantin Chaykin III.
HALAMAN SAMPING DARI KIRI
Jam Projekt 01 dari Kollokium; Jam Le Régulateur Louis Erard x Sylvie Fleury; Jam Le Régulateur Louis Erard x Vianney Halter II
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Manuel Emch; Pendiri Kollokium, Amr Sindi, Barth Nussbaumer dan Manuel Emch; Manuel Emch dan Sylvie Fleury; Jam Le Regulateur Louis Erard x Konstantin Chaykin III; Manuel Emch dan Konstantin Chaykin

PAUL KIM O’CLOCK
Menyaksikan lintas waktu dan ruang dari kemampuan musikalitas Paul Kim yang menyentuh hari para pendengarnya, lewat konser bertajuk
Sincerely yours
Dari lanskap industri musik Kpop yang terus menyelimuti secara global, nama Paul Kim bersinar menjadi salah satu penyanyi sekaligus penulis lagu yang tergolong autentik di generasinya. Setelah debutnya pada tahun 2014 melalui single “Would You Like a Cup of Coffee,” ia berhasil mengukuhkan identitasnya sebagai sosok penyanyi dengan suara merdu yang melantunkan lirik dengan resonansi rasa yang mendalam. Kemerduan suaranya ia kemas kembali lewat lagu-lagu seperti, “Me After You”, dan “Every Day, Every Moment,” yang membawanya menempati puncak tangga lagu. Melalui setiap nada dan bait, Paul Kim merekam waktu dan menyusun kenangan yang ia bawa lebih dekat ke Jakarta untuk pertama kalinya.
Kedatangan Paul Kim ke Jakarta terwujud melalui konser bertajuk Sincerely yours, yang digelar pada 19 April 2025 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta, melalui promotor resmi untuk konsernya di Indonesia, yaitu Blend Company



PAUL KIM CENDERUNG MENYUKAI DESAIN
YANG VERSATILE, COCOK UNTUK SUASANA
FORMAL MAUPUN KASUAL. BAGINYA, KETERTARIKAN TERHADAP JAM TANGAN TAK
HANYA SOAL ESTETIKA, TETAPI JUGA TENTANG
KISAH SENTIMENTAL DI BALIKNYA
(blendcompany@blend-co.com). Konser ini menjadi bagian dari perayaan sepuluh tahun perjalanan musiknya, sekaligus menandai momen istimewa di mana suara dan kisah yang telah mengukir kesan di hati banyak pendengar hadir lebih dekat ke hadapan para penggemar. Dengan kapasitas venue yang terbatas dan antusiasme yang begitu tinggi, konser ini berhasil menjadi salah satu pertunjukan paling berkesan di awal tahun.
Di balik kesuksesan panggungnya malam itu, Paul Kim membagikan pemikiran yang lebih personal mengenai makna waktu, sebuah tema yang secara bergulir membentuk perjalanan karier dan hidupnya. Dalam wawancara singkat bersama Collector’s Guide-Watches Indonesia, ia mengungkapkan, “Waktu berjalan begitu cepat sampai kadang saya sendiri tidak menyadari apa yang terjadi di sekitar saya. Namun seiring waktu, saya sadar betapa pentingnya menghargai setiap menit yang ada.” Bagi Paul Kim, ia mengumpamakan waktu bukan sesuatu yang lewat begitu saja, melainkan sesuatu yang perlu dirasakan, dinikmati, dan disyukuri. Layaknya menikmati hidangan favorit yang tak hanya mengenyangkan, tetapi juga mampu meninggalkan kenangan rasa.
Selain berbicara tentang waktu, Paul Kim juga berbagi cerita tentang ketertarikannya pada dunia jam tangan, sebuah minat yang berkembang seiring perubahan fase dalam hidupnya. Ia mengaku menyukai desain Audemars Piguet yang terlihat elegan, mewah namun tetap sporty. “Sejak menikah, saya mulai lebih tertarik dengan jam tangan,” ujarnya sambil tersenyum. Ia berseloroh bahwa kini, setiap keinginan untuk membeli sesuatu harus melewati “proses persetujuan” berdua, sebuah ritual kecil yang ia ceritakan dengan sedikit bercanda. Dalam memilih jam tangan, Paul Kim cenderung menyukai desain yang versatile, cocok untuk suasana formal maupun kasual. Baginya, ketertarikan terhadap jam tangan tak hanya soal estetika, tetapi


juga tentang kisah sentimental di baliknya, sehingga ketika mengenakannya dalam sehari-hari dapat mengingatkan pada momen signifikan yang dibawanya.
Dalam kesehariannya, Paul Kim kerap memilih memakai jam tangan yang sederhana namun penuh makna. “Dulu saya sempat mengenakan jam tangan pintar, tapi akhirnya saya merasa lebih nyaman dengan jam tangan biasa,” ungkapnya. Kami sempat bertanya, bagaimana jika diberi kesempatan untuk merancang jam tangan sendiri? Paul Kim membayangkan sebuah desain dengan temali berbahan kulit yang fleksibel antara formal dan kasual, serta sentuhan warna hijau di bagian dial, menjadi warna yang ia pilih untuk mewakili kedekatannya dengan para penggemar.
Melalui konser Sincerely yours di Jakarta, Paul Kim tidak hanya menghadirkan lantunan lagu-lagu yang sarat emosi, tetapi juga membangun kehangatan yang terasa dekat di hati para penggemarnya. Dengan susunan daftar yang mengalir dari lagu-lagu hit hingga karya-karya terbaru, ia berhasil mengubah malam itu menjadi sebuah perjalanan perasaan yang intim dan tak terlupakan. Salah satu momen menarik terjadi saat Paul Kim menyapa penonton dalam bahasa Indonesia sederhana, menciptakan suasana yang semakin akrab di dalam teater. Sebuah malam yang membuktikan bahwa musik, layaknya waktu, dapat melintasi batas, menyentuh, dan meninggalkan jejak kenangan yang abadi.
HALAMAN SAMPING
Penampilan Paul Kim di konser Sincerely yours, yang digelar di Ciputra
Artpreneur Theater, Jakarta; Ia terlihat mengenakan salah satu jam tangan favoritnya
HALAMAN INI
Paul Kim berpose setelah sesi wawancara di balik panggung; Sang musisi Korea dengan ramah menyapa penonton dalam bahasa Indonesia sederhana, menyelingi penampilannya yang solid, dengan menyanyikan lagu-lagunya yang hits
POINT OF VIEW
LANGUAGE OF COMMITMENT







Selama ini kita mengenal Rolex lewat keunggulan teknis dan desain jam tangannya yang ikonis. Tapi ada sisi lain dari jenama ini yang sering luput dari perhatian, yaitu komitmennya untuk mendukung industri seni dan menjaga warisan budaya dunia. Melalui Rolex Perpetual Arts Initiative, Rolex telah mendampingi seniman dan institusi budaya dari berbagai belahan dunia selama lebih dari lima dekade. Bertujuan bukan hanya memberi panggung bagi sosok eksepsional, tetapi juga merawat proses kreatif, menghargai perjalanan, dan memastikan nilai serta pengetahuan seni tetap hidup. Dari musik hingga arsitektur, inisiatif ini lahir dari keyakinan bahwa seni adalah bagian dari jati diri manusia. Setiap karya, sekecil apa pun, layak tumbuh dan menginspirasi generasi berikutnya.
Wujud komitmen Rolex terhadap seni terlihat nyata di bidang arsitektur. Sejak 2014, Rolex mendukung Biennale Architettura di Venesia, Italia, forum arsitektur paling bergengsi di dunia. Bagi Rolex, arsitektur bukan hanya membangun struktur
SEJAK 2014, ROLEX MENDUKUNG
BIENNALE ARCHITETTURA DI VENESIA, ITALIA, FORUM ARSITEKTUR PALING
BERGENGSI DI DUNIA
megah semata, tetapi juga menjawab tantangan kemanusiaan, menjaga lingkungan, dan menciptakan koneksi emosional yang memperkuat relasi antarindividu dan komunitas. Seperti halnya merancang jam tangan yang tahan waktu, menciptakan mahakarya arsitektur juga butuh ketelitian sejak tahap perencanaan hingga eksekusi. Demi memastikan struktur dan estetika berjalan seimbang. Tahun ini, pameran yang dikurasi oleh Carlo Ratti mengusung tema “IIntelligens. Natural. Artificial. Collective”. dan mengajak dunia untuk membayangkan ulang cara kita membentuk ruang hidup yang berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim.
Di tengah perhelatan Biennale Architettura tahun ini, hadir pula paviliun baru milik Rolex yang dirancang dengan pendekatan berkelanjutan. Menggantikan struktur sebelumnya dari tahun 2018, paviliun ini dibangun ulang dengan melibatkan pengrajin lokal, metode konstruksi tradisional, dan material daur ulang. Untuk pertama kalinya, Rolex mempercayakan perancangan paviliun ini kepada arsitek internasional Mariam Issoufou.
HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS
ArtLab di EPFL (École Polytechnique Fédérale de Lausanne) di Lausanne, Swiss, karya Kengo Kuma; Gedung Rolex, berupa menara tujuh lantai yang melengkung di Dallas, Texas, rancangan arsitek Jepang, Kengo Kuma; Gedung Lititz Watch Technicum, sekolah pembuatan jam tangan Rolex di Pennsylvania, AS; Gedung Pusat Pembelajaran Rolex di Lausanne, Swiss, rancangan SANAA
HALAMAN INI
Untuk pertama kalinya, Rolex mempercayakan perancangan paviliun ini kepada arsitek internasional dan dosen Arsitektur Bangunan Bersejarah dan Keberlanjutan di ETH Zurich, Mariam Issoufou
POINT OF VIEW




Dosen Arsitektur Bangunan Bersejarah dan Keberlanjutan di ETH Zurich ini pun dikenal lewat karya-karyanya yang peka terhadap lingkungan dan konteks budaya. Ia diberi mandat untuk merancang sebuah ruang yang mencerminkan identitas brand Rolex dan filosofi keberlanjutan yang mereka anut. Filosofi ini juga tercermin dalam cara Rolex merancang jam tangan, yaitu dibuat untuk bertahan lama, baik secara teknis maupun makna.
Issoufou membawa pendekatan arsitekturnya yang lintas benua—dari Afrika, Eropa, hingga Amerika—melalui kota-kota seperti Niamey, Niger; Zurich, Swiss; dan New York, Amerika Serikat, ke dalam proyek paviliun ini. Ketertarikan Issoufou pada keberlanjutan yang menyeluruh sejalan dengan komitmen Rolex terhadap kerajinan dan lingkungan. Dalam merancang, ia tidak hanya mempertimbangkan aspek ekologi, tetapi juga menaruh perhatian pada nilai-nilai sosial, sejarah budaya, dan kondisi ekonomi para pengrajin lokal, khususnya yang berada di Venesia, Italia. Paviliun Rolex dirancang dengan kayu daur ulang yang membentuk pola bezel khas Rolex. Di dalamnya, cahaya menari di langit-langit kaca transparan berwarna – dibuat oleh para pengrajin kaca Murano – menghasilkan berbagai gradasi warna yang berubah-ubah sepanjang hari. Lalu lantai terrazzo memadukan serpihan kaca daur ulang Cottisso dan material lokal. Setiap detail mencerminkan penghormatan pada proses, keahlian, dan para pengrajin yang mewujudkannya.
PAVILIUN ROLEX DIRANCANG DENGAN KAYU
DAUR ULANG YANG MEMBENTUK POLA
BEZEL KHAS ROLEX. DI DALAMNYA, CAHAYA MENARI DI LANGIT-LANGIT KACA TRANSPARAN
BERWARNA, DIBUAT OLEH PARA PENGRAJIN
KACA MURANO
Paviliun Rolex di Biennale Architettura juga menghadirkan pameran yang menampilkan film dokumenter proses pembangunan, model evolusi desain, dan foto para pengrajin lokal dari Italia. Pameran ini menjadi bentuk penghargaan atas keterampilan mereka, sekaligus memperluas narasi lewat proyek lain yang didukung Rolex, seperti Reclaiming Space in Beirut yang menyoroti arsitektur dan kehidupan urban. Dalam bagian ini, ditampilkan karya Arine Aprahamian, arsitek muda berdarah Lebanon-Armenia yang menjadi peserta program bimbingan dari arsitek Prancis Anne Lacaton melalui Rolex. Lewat film Bourj Hammoud: The Value of the Existing, Aprahamian mengangkat hasil riset dua tahunnya tentang cara-cara sederhana dan strategis untuk memperbaiki kualitas hidup di lingkungan padat tempat ia tumbuh. Pendekatan ini tidak hanya menyentuh sisi arsitektur, tetapi juga menyuarakan harapan, kenangan, dan koneksi personal terhadap ruang.

Gulir komitmen Rolex terhadap keahlian tangan tidak hanya tercermin dalam paviliun dan karya arsitektur, tetapi juga dalam cara mereka merancang kembali ruang ritel. Di dalam pameran, pengunjung bisa melihat cuplikan material serta dua film dokumenter yang menampilkan proses restorasi dua butik Rolex, salah satunya terletak di Galleria Vittorio Emanuele II, Milan. Restorasi ini menghadirkan pendekatan baru dalam desain butik, dengan menonjolkan keindahan kerajinan tradisional Italia dan pemilihan material serta furnitur yang dirancang khusus. Dikerjakan oleh ACPV ARCHITECTS Antonio Citterio Patricia Viel, desain butik ini mengambil inspirasi dari detail arsitektur asli galeri yang ikonis, menghidupkan kembali atmosfer Milan klasik dalam interpretasi yang modern. Membentang hingga tiga lantai, konsep restorasi butik ini dirancang untuk menciptakan kesinambungan alami antara ruang publik galeri dan ruang ritel, melalui pola lantai, elemen geometris, serta penggunaan material terrazzo
Sementara di Tokyo, pendekatan yang sama terasa dalam butik utama terbaru Rolex yang menempati empat lantai di Rolex Tower. Dirancang oleh Gwenael Nicolas dari studio Curiosity yang berbasis di Tokyo, butik ini memadukan tradisi Jepang dengan sentuhan modern dalam satu pengalaman ruang yang utuh. Fasad bangunan menampilkan pola bezel ganda yang berkilau, tercipta dari jaring logam buatan Kyoto yang ditanamkan dalam panel kaca. Pola ini berubah-ubah


tergantung sudut pandang, menciptakan efek kinetik yang hidup. Di dalam, atmosfer butik dibentuk oleh material pilihan seperti travertine, kayu Sen, dan kaca buram yang tampil lembut namun berkarakter. Sentuhan Jepang makin terasa lewat penggunaan kain tradisional Nishijin-ori dan furnitur hijau tua bertekstur menyerupai pernis, menghadirkan kehalusan visual yang tenang dan penuh pertimbangan. Dari Venesia hingga Tokyo, inisiatif Rolex menunjukkan bahwa komitmen dan estetika dapat berjalan berdampingan menciptakan penuturan arsitektur yang indah.
HALAMAN SAMPING DARI KIRI ATAS
Butik Rolex di Galleria Vittorio Emanuele II, Milan menonjolkan keindahan kerajinan tradisional Italia, termasuk pemilihan material serta furnitur yang dirancang khusus; Paviliun Rolex di ajang pameran Arsitektur Internasional ke-19 - La Biennale di Venezia
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Kemegahan interior Rolex Tower di Tokyo Jepang yang dirancang oleh
Gwenael Nicolas dari studio Curiosity yang berbasis di Tokyo
POINT OF VIEW
FINDING HARMONY WITHIN
Waktu bagi Sekaraya Hadiprana Surjaudaja dan babak baru perjalanan keramahtamahan berbudaya dari Hadiprana Hospitality

Perhiasan dan jam tangan: Koleksi pribadi
Busana: Outer: Atelier Garden
Bottoms: Wanita oleh Shinta Caroline
Nama Hadiprana telah lama lekat dalam lanskap seni dan desain Indonesia, berawal dari visi mendiang Hendra Hadiprana yang mendirikan biro desain interior pertama di negeri ini pada tahun 1958. Jenama tersebut terus berkembang hingga mencakup desain interior, galeri seni, tata pencahayaan, butik dekorasi, pusat kesenian, dan ritel gaya hidup. Hingga industri perhotelan yang dinaungi oleh Hadiprana Hospitality, unit yang

menaungi portofolio properti seperti Tanah Gajah di Ubud dan Dua Dari di Ubud, serta proyek mendatang Bandarindu di Sanur. Kini tongkat estafet tersebut diteruskan ke generasi penerusnya, Sekaraya Hadiprana Surjaudaja. Peran utamanya tak hanya menjadi duta dari jenama ini, tapi juga penjaga semangat keluarga dalam menjunjung estetika, kehangatan, dan kesinambungan. Wawancara Collector’s Guide-WATCHES Indonesia dengan


DARI UPAYA MENYATUKAN IDENTITAS
MEREK, LAHIRLAH HADIPRANA
HOSPITALITY, LINI KERAMAHTAMAHAN
YANG MENGHIMPUN VISI KELUARGA DALAM
FORMAT YANG LEBIH TERSTRUKTUR
Sekaraya berlangsung di kediamannya yang asri Menteng, dalam ruang tenang bernuansa merah dan biru serta dilatar oleh berbagai lukisan koleksi keluarga. Dari perbincangan itu, kami menggali bagaimana Hadiprana Hospitality dirancang untuk merawat legasi, membangun relevansi, dan menjangkau audiens baru tanpa mengabaikan akar dan nilai yang mendasarinya. Sekaligus menyelami pemaknaan waktu dari sudut pandang pribadi Sekaraya.
Sekembalinya ke Jakarta, Sekaraya memilih untuk terlibat langsung dalam bisnis keluarga yang sudah berusia lebih dari enam dekade ini. Keterlibatan Sekaraya bukan untuk mengganti arah, melainkan untuk memperkuat rajutan benang yang sudah ada. “Saat ini fokus saya bukan untuk menciptakan yang baru. Namun lebih ke bagaimana untuk dapat membuat sesuatu yang sudah ada menjadi berkembang lebih baik,” ujarnya. Ia masuk dengan sikap mendengarkan, membaca pola, lalu mencari celah perbaikan.


“Saya suka memecahkan masalah,” ungkapnya. “Bagaimana setiap unit bisnis dapat saya tingkatkan dengan cara yang terbaik.” Langkah awal Sekaraya dalam perjalanan bersama bisnis keluarga dimulai dari ketelitiannya membaca kebutuhan akan identitas jenama yang utuh. Ia melihat bahwa selama ini masing-masing lini Hadiprana berjalan dengan gaya visual berbeda, tanpa benang merah yang menghubungkan. “Dulu logonya berbeda-beda, jadi banyak orang tidak tahu bahwa semuanya masih satu grup Hadiprana,” kenangnya. Ia lalu memimpin proses rebranding, menyelaraskan logo, tipografi, hingga format undangan dan kemasan. Bahkan, ia berkerjasama dengan branding consultant untuk merancang motif batik khusus yang bisa diaplikasikan ke seragam staf, tas, hingga aksesori kain. Baginya, visual yang kohesif memperkuat cerita dan menjaga keberlangsungan lintas generasi.
HALAMAN SAMPING
Meski telah sukses memimpin Hadiprana Hospitality, Sekaraya Hadiprana Surjaudaja tetap memilih busana buatan dalam negeri, seperti yang dikenakannya sore itu, atasan etnik dari Atelier Garden dan bawahan karya Shinta Caroline
HALAMAN INI
Dalam wawancara yang berlangsung di kediamannya yang asri Menteng, Sekaraya yang akrab dipanggil Raya menceritakan tentang beberapa properti yang tengah ia dan timnya kerjakan, termasuk proses rebranding Dua Dari, a Residence by Hadiprana
POINT OF VIEW

SEIRING BERJALANNYA WAKTU, JAM TANGAN CARTIER
SANTOS TERSEBUT MENJADI LEBIH DARI SEKADAR PENUNJUK
WAKTU. IA MENGENAKANNYA HAMPIR SETIAP HARI, SEBAGAI
PENGINGAT MOMEN PERALIHAN MENUJU KEDEWASAAN
Dari upaya menyatukan identitas merek, lahirlah Hadiprana Hospitality, lini keramahtamahan yang menghimpun visi keluarga dalam format yang lebih terstruktur. Di bawah kepemimpinan ibunya, Puri Hadiprana, dan dengan Sekaraya sebagai duta merek, lini ini menaungi properti seperti Tanah Gajah, Dua Dari, Rumah Prapanca, dan proyek yang akan datang: Bandar Rindu. “Kami ingin setiap pengalaman di properti ini menyampaikan sesuatu tentang seni, budaya, dan keramahtamahan Indonesia,” ujar Sekaraya. Tidak hanya estetika, tetapi juga rasa. Hadiprana Hospitality menjanjikan pertemuan antara kenyamanan dan nilai, antara layanan personal dan warisan budaya. Ia percaya bahwa keramahtamahan bukan semata industri layanan, tetapi juga cara menyampaikan identitas.
Bandarindu menjadi titik krusial dalam fase baru Hadiprana Hospitality. “Awalnya itu merupakan lokasi rumah pertama kakek dan nenek saya di Bali,” tutur Sekaraya. Dibangun setelah mereka jatuh cinta pada Bali, komunitas, seni, dan budayanya. Rumah itu diberi nama Bandarindu, yang berarti tempat penuh kerinduan. “Mereka pergi berbulan madu di Bali, jatuh cinta saat menghabiskan waktu di sana, lalu membeli lahan. Ini menjadi awal mula dari semuanya,” jelasnya. Kini, lahan itu akan dikembangkan menjadi resor urban vertikal di Sanur, sekaligus menjadi kantor Hadiprana Design. “Kalau tidak ada Bandarindu, mungkin tidak ada Tanah Gajah,” ungkapnya.
Selain berbagi cerita perihal perkembangan portofolio dari Hadiprana Hospitality. Sekaraya juga membagikan nilai hidup melalui benda-benda kecil yang sarat makna. Ada benda-benda yang tak hanya menemani, tapi menandai perjalanan seseorang dalam bertumbuh. Bagi Sekaraya Hadiprana Surjaudaja, salah satunya adalah jam tangan yang diberikan oleh sang ayah saat kelulusannya dari SMA. “Itu jam tangan pertama saya,” kenangnya sambil tersenyum. “Waktu itu saya belum paham nilainya. Bahkan pernah tidak sengaja saya bawa mandi,” tuturnya sambil tertawa. Seiring berjalannya waktu, jam tangan Cartier Santos tersebut menjadi lebih dari sekadar penunjuk waktu. Ia mengenakannya hampir setiap hari, sebagai pengingat momen peralihan menuju kedewasaan. “Jam tangan ini selalu mengingatkan saya pada pengalaman pertama menjadi orang dewasa yang dipercaya

untuk bertanggung jawab,” ucapnya. Di matanya, jam tangan adalah refleksi dari perjalanan personal, bukan aksesori semata. “Mungkin itu benda paling berharga yang harus saya jaga waktu itu,” tambahnya. Hingga saat ini pemberian sang ayah tetap menjadi pilihan utamanya sebagai pengingat manis dan berkat nilai sentimentalnya. “Saya selalu kembali ke jam tangan ini,” tutupnya pelan.
Selain itu, Sekaraya mengenang sebuah perhiasan kalung mutiara dari sang kakek yang memberinya pelajaran soal makna pemberian. “Menurut saya bahasa cintanya Eyang adalah memberi hadiah,” kenangnya. Saat kecil, ia bingung menerima kalung mutiara tersebut, namun seiring berjalannya waktu ia memahami bahwa itu bukan sekadar benda. “It’s something that helps us remember someone that means to us, dan saya masih simpan dan kenakan sampai sekarang” ucapnya. Begitu juga dengan perhiasan lainnya seperti cincin, anting, dan bros yang dikenakan, semuanya menyimpan cerita. Bahkan, sebelum pergi ke acara, ia harus melewati “protokol” Sang Kakek: dipindai dari kepala hingga kaki agar penampilan selalu selaras.
Selain penunjuk waktu, bagi Sekaraya makna waktu telah mengalami perubahan yang signifikan. Dahulu, waktu adalah sesuatu yang harus dikejar dan dijaga ketat. “Dulu saya berpikir saya tidak punya cukup waktu,” kenangnya, merujuk pada masa kuliah yang penuh tekanan. “Saya nerdy banget. Kerjanya belajar terus, tidak ada balance.” Bahkan untuk makan malam santai, temantemannya harus membujuknya terlebih dahulu. Namun setelah pandemi, cara pandangnya berubah. “Saya sadar saya tidak bisa mengontrol semuanya. Tapi saya bisa pilih mau pakai waktu saya buat apa.” Kini, waktu baginya menjadi ruang empati dan kebaikan. “Apa yang bisa saya lakukan dengan waktu saya untuk membantu orang lain dan membuatnya lebih bermakna?” ujarnya hangat sembari menutup perbincangan sore itu.
HALAMAN INI DARI KIRI
Resor bintang lima yang mewah dan luas, Tanah Gajah, A Resort by Hadiprana di Ubud; Raya terlihat mengenakan jam tangan Cartier Santos pemberian mendiang ayahnya, Hendra Hadiprana


URBAN JÜRGENSEN: THE LEGACY
Rumah pembuatan jam legendaris ini dluncurkan kembali di bawah kepemimpinan baru dengan visi berani untuk masa depan



DAN PERJALANAN MEREK INDEPENDEN
TERNAMA YANG DIDIRIKAN DI KOPENHAGEN
PADA TAHUN 1773 INI KINI TELAH MEMASUKI
ERA BARU, MENEGASKAN KEMBALI
POSISINYA DI GARDA TERDEPAN DALAM
KEUNGGULAN HOROLOGI
Bagi para kolektor dan mereka yang mendalami dunia horologi, Urban Jürgensen adalah nama yang istimewa.
Dan perjalanan merek independen ternama yang didirikan di Kopenhagen pada tahun 1773 ini kini telah memasuki era baru, menegaskan kembali posisinya di garda terdepan dalam keunggulan horologi. Keluarga Andrew (Andy) M. Rosenfield mengakuisisi rumah produksi jam tangan bersejarah Urban Jürgensen. Dan setelah bertahun-tahun diam-diam menyusun babak baru yang dimulai pada tahun 2021, mereka berhasil meluncurkan koleksi yang sepenuhnya baru, termasuk mesin jam buatan in-house, sebuah aksi yang berani, dan terencana dengan baik selama bertahun-tahhun, dan berhasil memadukan keahlian selama berabad-abad dengan sudut pandang budaya kontemporer.
Dari Los Angeles, California, AS, kami beserta perwakilan media terpilih dari seluruh dunia menjadi yang pertama yang dapat menyaksikan langsung peluncuran koleksi terbaru dari merek ternama yang kini telah beralih ke kepemilikan keluarga yang baru, tim kepemimpinan yang inspiratif. Andy Rosenfield sebagai Executive Chairman Urban Jürgensen, bersama putranya Alex Rosenfield sebagai Co-CEO dan salah satu pembuat jam



tangan paling tersohor di dunia, Kari Voutilainen, bersama-sama membangkitkan kembali merek ternama ini dengan serius. Urban Jürgensen sukses meluncurkan tiga jam tangan pertamanya untuk acara peluncuran ulang ini, dan tak hanya itu, mereka menggelar pesta makan malam mewah untuk para tamu VIP yang menghadiri acara tersebut. Pada tanggal 5 Juni lalu, di acara konferensi pers, mereka memperkenalkan tiga mahakarya terbaru yang menampilkan pencapaian teknis sekaligus menghormati warisan merek tersebut, yaitu: UJ-1, jam tangan peringatan 250 tahun yang berfungsi sebagai jembatan melintasi waktu; UJ-2, jam tangan tiga jarum dengan natural escapement roda ganda UJ, yang memadukan keindahan dan filosofi; dan UJ-3, kalender abadi dengan fase bulan instan yang memadukan kompleksitas dan keanggunan. Koleksi 2025 ini hadir dengan memadukan presisi teknik dengan resonansi emosional, didukung oleh mesin jam eksklusif yang dikembangkan, dirakit, dan diselesaikan secara in-house dengan standar tertinggi Swiss Haute Horlogerie. Dari arsitektur escapement hingga pelat jam guilloché, setiap detail mencerminkan keyakinan bahwa waktu harus dijaga dengan presisi dan keindahan. Berikut ketiga lini koleksi terbaru yang sangat eksklusif ini:
HALAMAN SAMPING
Grafis yang menggambarkan Atelier Urban Jürgensen yang ikonik
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS SEARAH JARUM JAM
Kari Voutilainen dan Alex Rosenfield; Jam saku oval ikonis rancangan Derek Pratt; Bagian belakang case dan dial UJ-1, jam tangan peringatan 250 tahun, dalam versi platinum; Poster undangan acara Urban Jürgensen; Andrew M. Rosenfield dan putranya Alex


UJ-1, UJ-2, UJ-3
UJ-1 adalah jam tangan The 250th Anniversary Watch yang diproduksi dalam Edisi Terbatas yang terinspirasi oleh jam saku oval ikonis yang dirancang oleh Derek Pratt untuk Urban Jürgensen, dan dieksekusi dengan sama menakjubkannya. UJ-1 mencapai tonggak sejarah mekanis yang telah lama dianggap mustahil: yaitu mengecilkan dan mengadaptasi mesin tourbillon oval dengan remontoir d’égalité dan detik-detik yang tepat ke dalam sebuah jam tangan. UJ-1 memberikan penghormatan kepada warisan teknis merek ini sekaligus sejarah pribadi Voutilainen. Dibatasi hingga 75 buah, UJ-1 ditawarkan dalam tiga referensi, masingmasing berisi 25 jam tangan, yaitu desain yang berbahan dua logam (UJ-1-PT-S-001 berbahan platinum dengan pelat jam perak, UJ-1-PT-G-001 dengan pelat jam abu-abu, dan UJ-1-RG-S-001 dari rose gold), dengan ukuran total casing 39,5mm x 12,2mm. Casing tersebut berundak, dan dipoles satin pada sisi-sisinya, dilapisi safir berbentuk kubah dan penutup casing safir dengan ukiran tangan guilloché melingkar Grain d’orge horizontal. Jam tangan Edisi Terbatas harganya CHF 368.000 (sekitar IDR 7,5 milyar) belum termasuk VAT.
Jam tangan UJ-2 Time Only menampilkan tiga jarum jam, dan merupakan model entry-level yang hanya tersedia untuk waktu tertentu. Dibandingkan dengan tourbillon UJ-1 edisi terbatas, UJ-2 adalah jam tangan yang lebih sederhana dan relatif lebih mudah diakses, dengan kaliber di dalamnya yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk komplikasi di masa mendatang. Jam tangan berdiameter 39mm ini menampilkan eksibilitas alami roda ganda, terinspirasi oleh konsep desain mentor Urban Jürgensen, Abraham Louis Breguet, pada abad ke-18 dan kini disempurnakan oleh Kari. Sistem ini menawarkan transfer energi yang lebih halus dan efisiensi daya hingga 30% lebih tinggi daripada eksibilitas tuas Swiss tradisional. Dengan setiap jam tangan membutuhkan 565 jam untuk diselesaikan, UJ-2 mencerminkan keyakinan Urban Jürgensen bahwa mengejar kesempurnaan adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Terdapat empat versi UJ-2, dengan dua pilihan material casing yaitu platinum 950 atau versi 5N rose gold, dan dalam dan dua warna dial. Harga UJ-2: CHF 105.000 (sekitar IDR 2,1 milyar) belum termasuk VAT.

UJ-3 Perpetual Calendar adalah jam tangan yang dikembangkan melalui kolaborasi antara Kari dan ahli pembuat jam sekaligus insinyur Andreas Strehler, mengintegrasikan indikasi fase bulan presisi Strehler, yang akurat hingga 14.000 tahun, dengan escapement alami roda ganda Urban Jürgensen. Ini merupakan pertama kalinya kalender abadi yang diproduksi secara massal memiliki escapement alami roda ganda. Dari tata letak kalender hingga penyelesaian akhir setiap komponen, UJ-3 mencerminkan komitmen Maison terhadap kemurnian teknis dan keanggunan abadi. Harga: CHF 168.000 (sekitar IDR 3,4 milyar), belum termasuk pajak.
Pertanyaan berikutnya yang banyak kami terima adalah bagaimana para kolektor jam dapat membeli jam tangan Urban Jürgensen?
Alex: Strategi distribusi kami selaras dengan nilai-nilai kami. Rata-rata, seorang ahli pembuat jam membutuhkan waktu satu bulan untuk membuat setiap jam tangan Urban Jürgensen. Oleh karena itu, produksi awalnya dibatasi dalam jumlah yang sangat





UJ-3 PERPETUAL CALENDAR ADALAH JAM
TANGAN YANG DIKEMBANGKAN MELALUI
KOLABORASI ANTARA KARI DAN AHLI
PEMBUAT JAM SEKALIGUS INSINYUR ANDREAS STREHLER
kecil, dan kami akan bekerja langsung dengan klien. Situs web dan platform sosial baru kami dirancang untuk menawarkan pengalaman yang imersif, pemahaman yang lebih mendalam tentang Urban Jürgensen. Platform-platform ini merupakan ruang untuk mengeksplorasi warisan dan keahlian kami, sekaligus menjadi undangan untuk terhubung dengan apa yang kami maksud ketika kami mengatakan bahwa waktu yang dijalani dengan indah dan berharga adalah elemen penting dari kehidupan yang dijalani dengan baik. Kami berharap orang-orang akan merasa interaksi mereka dengan kami menyenangkan sekaligus informatif, dan kami mengundang mereka untuk berinteraksi dengan kami.
HALAMAN SAMPING DARI KIRI
Jam tangan peringatan 250 tahun, UJ-1-RG-S-001 dalam versi rose gold; Jam tangan UJ-2 Time Only dalam versi casing platinum 950
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Jam tangan UJ-3 Perpetual Calendar dalam versi rose gold; Suasana konferensi pers dan peluncuran resmi tiga koleksi Urban Jürgensen terbaru; Jam tangan UJ-2 Time Only dalam versi casing 5N rose gold


Alex menambahkan, “Jam tangan ini bukan hanya untuk kolektor, melainkan untuk siapa pun yang menghargai kerajinan, seni, dan kreativitas, dan yang menemukan makna di setiap momen yang berlalu.Kami menyambut lebih banyak orang ke dalam kisah Urban Jürgensen, memastikan warisan kami terus menginspirasi generasi mendatang.”
Time Well Spent
Acara ini juga menampilkan seri foto-foto bertajuk “Time Well Spent” karya fotografer legendaris asal Jerman, Ellen von Unwerth, yang menyoroti hubungan unik yang dimiliki orang-orang yang kita kagumi dengan waktu, melampaui kerajinan pembuatan jam tangan dan merayakan seni dan kegembiraan hidup yang bermakna. Dan pada Kamis malamnya di The Barker Hangar, Santa Monica Airport, pesta perayaan peluncuran kembali merek yang berusia 250 tahun ini ditutup dengan makan malam gala visioner yang bertajuk “Skål and Fejre – Urban Jürgensen: The Next Generation” yang berlangsung megah. Gedung itu telah dirancang ulang untuk membangkitkan interior sebuah jam tangan, dan mulai dari pintu masuk, kami menuruni jalur landai yang berkelokkelok mengarah ke panggung tinggi tempat jamuan koktail diadakan. Dari sana, kami turun ke ruang besar berwarna merah anggur dan melingkar dengan meja-meja panjang melengkung untuk makan malam. Di malam yang bersejarah tersebut terlihat hadir begitu banyak tamu VIP dan publik figur yang menikmati makan malam yang dikurasi khusus untuk acara ini, lengkap dengan para pramusaji yang berbaris menghantarkan makanan yang terkordinasi apik bak sebuah orkestra. Nama-nama seperti Leighton Meester, Rashida Jones, Ego Nwodim, James Turrell, Nicholas Duvernay, Dylan Efron, Scout Willis, Sophia Culpo, Kyle Kuzma, Ellen von Unwerth, Jimmy Iovine, Benjamin St-Juste, Rocky Barnes, David Katzenberg, Brad Goreski dan masih banyak lagi turut hadir menyemarakkan pesta karpet merah ini. Pertunjukan musik oleh penyanyi-penulis lagu Inggris Sienna Spiro dan DJ yang dipimpin produser Jason Stewart, alias Them Jeans, membuat malam itu penuh semangat perayaan. Sungguh sebuah perjalanan yang tak terlupakan, dan kami tak sabar menanti kejutan-kejutan menyenangkan berikutnya bagi para penggemar jam tangan di seluruh dunia, stay tuned! www.urbanjurgensen.com



DI THE BARKER HANGAR, SANTA MONICA AIRPORT, PESTA PERAYAAN PELUNCURAN KEMBALI MEREK YANG BERUSIA 250 TAHUN INI DITUTUP DENGAN MAKAN MALAM GALA VISIONER YANG BERTAJUK “SKÅL AND FEJRE –URBAN JÜRGENSEN: THE NEXT GENERATION





















HALAMAN SAMPING DARI KIRI
Seri foto-foto bertajuk “Time Well Spent” karya fotografer legendaris asal Jerman, Ellen von Unwerth; Foto-foto Workshop, oleh Ellen von Unwerth; Foto kampanye iklan oleh ®Casey Zhang
HALAMAN INI
Makan malam gala yang berlangsung megah di The Barker Hangar, Santa Monica Airport dihadiri nama-nama seperti Leighton Meester, Rashida Jones, Ego Nwodim, James Turrell, Nicholas Duvernay, Dylan Efron, Scout Willis, Sophia Culpo, Kyle Kuzma, Jimmy Iovine, Benjamin St-Juste, dan masih banyak lagi yang menyemarakkan pesta karpet merah ini
FROM A-Z WATCHES AND WONDERS
GENEVA 2025




Ajang Watches & Wonders Geneva yang bersejarah membuktikan sekali lagi mengapa acara ini menjadi puncak dari dunia haute horlogerie. Para pembuat jam tangan terbaik di dunia sekali lagi berkumpul di tahun ini dan mengubah kota Jenewa menjadi panggung teater dunia horologi. Dari penemuan kembali siluet klasik hingga material yang mendorong batas dan komplikasi baru yang memukau, kreasi yang dipamerkan membuktikan kapasitas tak terbatas pembuatan jam tangan dengan secara mengejutkan sekaligus menyegarkan. Setiap bagian dari lini koleksi yang diluncurkan menceritakan kisahnya sendiri tentang tradisi yang bertemu dengan kreativitas yang berani, inovasi, keahlian yang memukau dan tentunya, masa depan. Berikut adalah beberapa jam tangan yang menjadi favorit dari Collector’s Guide - WATCHES Indonesia, yang kami susun secara alfabetis.
A. LANGE & SÖHNE
Model 1815 dari A. Lange & Söhne kembali diperkenalkan dalam format yang lebih ringkas dan bersahaja. Dengan ukuran diameter 34 mm dan terbal 6,4 mm, jam tangan ini memancarkan kesan klasik yang subtil sekaligus elegan di pergelangan tangan. Desainnya mengacu pada legasi Lange dengan tampilan angka Arab, skala menit ala rel kereta, dan sub pelat jam detik kecil di posisi angka enam. Pilihan bahan emas putih dan merah muda 750 memperkuat karakternya sebagai jam tangan formal yang tak lekang oleh waktu. Tampilan luar ini dirancang untuk menghormati estetika jam saku tradisional tanpa terlihat usang. Di balik tampilannya yang sederhana, 1815 menyimpan pembaruan mekanis yang signifikan. Mesin baru L152.1 dirancang dengan cadangan daya 72 jam dan sistem osilasi modern yang disempurnakan. Lalu, komponen Pegas keseimbangan yang dibuat secara mandiri memastikan akurasi dan ketahanan performa dalam jangka panjang. Dekorasi mesin tetap mengikuti standar Lange dengan pelat tiga-perempat dari perak Jerman dan balance cock yang diukir tangan. Semua ini menjadikan 1815 sebagai perpaduan sempurna, yang menyempurnakan tampilan pelat jam biru dan perak.





Sementara itu, Odysseus Honeygold merepresentasi sisi kontemporer A. Lange & Söhne dengan pendekatan desain yang lebih berani dan berteknis. Versi terbarunya menggunakan material HONEYGOLD, paduan emas eksklusif Lange yang lebih keras dan memiliki rona hangat khas. Diproduksi hanya sebanyak 100 buah saja, jam tangan ini ditujukan untuk kolektor yang mencari keunikan dalam bentuk sporty tapi tetap elegan. Casing berdiameter 40,5 mm-nya dirancang dengan ketahanan air hingga 12 bar, menjadikannya tangguh untuk aktivitas luar ruang. Pelat jam berwarna cokelat berpola menambahkan kedalaman visual pada jam tangan ini. Odysseus mengusung mesin otomatis L155.1 DATOMATIC dengan rotor sentral berlapis material platinum yang memastikan pengisian daya efisien. Mesin ini berdetak pada frekuensi tinggi 4 Hz untuk meningkatkan kestabilan dan akurasi. Tampilan hari dan tanggal besar memperkuat aspek praktikal sekaligus estetis dari jam tangan ini. Kehadiran indeks baton serta jarum berlapis luminesen, dihadirkan demi menjaga keterbacaan maksimal dalam berbagai kondisi cahaya. Semua detail dirancang untuk menghadirkan performa teknis dalam bingkai visual yang tak kalah menawan. Manufaktur jam tangan asal Jerman ini memberi ruang bagi mereka yang ingin menjelajah dunia dengan penuh gaya, tanpa harus melepaskan teknik cipta bermutu khas buatan tangan dari Kota Glashütte.



BAUME & MERCIER
Dua koleksi ikonik—Clifton Baumatic dan Riviera—dirilis tahun ini dengan teknologi yang lebih canggih dan desain yang lebih elegan. Setiap model menunjukkan dedikasi merek terhadap presisi dan gaya, dengan pembaruan desain yang cermat dari siluet Clifton Baumatic yang ramping hingga semangat sporty Riviera. Pertama, Riviera Chronograph ref. 10827 dengan dial panda yang baru patut diperhatikan karena tampilannya yang fantastis. Jika melihat ke belakang, sudah pernah ada jam dengan dial panda terbalik muncul di Riviera Chronograph sebelumnya. Namun, tidak pernah muncul dengan tampilan panda putih-dengan-subdial hitam yang klasik. Secara khusus, jam ini memiliki dial putih dengan motif gelombang, dilengkapi bagian subdial berwarna hitam dan jalur menit yang tipis. Jendela tanggal berwarna putih muncul pada posisi 4:30 yang letaknya terkadang dianggap kontroversial oleh banyak pihak, dengan jarum jam, angka, dan indeks berlapis rhodium yang semakin melengkapi tampilan skala abu-abu. Sentuhan menarik lainnya terletak pada bagian chronograph pushers dan tombol jam yang memiliki detail cincin tipis berwarna hitam. Dari segi dimensi, jam tangan ini berdiameter 42mm dan tebal 13,94mm. Seperti semua model Riviera modern, jam tangan ini memiliki gelang jam dengan pengikat tiga baris yang terintegrasi dan sistem ganti cepat yang memudahkan penggantian ke tali jam tangan lainnya, seperti tali jam karet atau kulit.



Pada Baume & Mercier Clifton, merek ini mengubah lini
Clifton dan menyempurnakan proposisi nilainya lebih jauh. Ada empat model baru dalam rangkaian ini, tiga versi steel dan satu emas, yang semuanya memiliki case berukuran 39mm yang merupakan penyusutan 1mm dari Clifton versi sebelumnya yang hanya menunjukkan waktu dan tanggal. Model terbaru ini juga memiliki dial sektor yang berkelas dan terinspirasi dari tahun 50an, dengan satu angka Arab 12 di bagian atas, jendela tanggal pada pukul 6. Untuk bagian terakhir ini, memindahkan jendela tanggal ke arah pukul 6 akan menyenangkan mereka yang menyukai
simetri visual. Secara desain, jam tangan dial berwarna biru gelap yang bertipe lacquered fume menjadi salah satu yang mencuri perhatian publik. Selanjutnya juga terdapat ref. 10778, edisi terbatas dengan dial berwarna salmon yang sangat bergaya tahun 50-an. Kemudian, model yang paling klasik dari ketiganya adalah ref. 10802, yang memiliki dial berwarna putih pucat yang membuat jam tangan ini tampak seperti berasal dari lelang barang antik. Dengan pembaruan desain yang cermat, sisi arsitektural dalam desain yang halus dan siluetnya yang ramping semakin menonjolkan daya tarik Clifton yang elegan.


CARTIER
Koleksi Cartier yang dirilis pada tahun 2025 di Watches & Wonders Geneva menunjukkan bagaimana merek ini mampu memanfaatkan kedua keterampilan ini dengan tepat untuk menciptakan jam tangan yang transformatif. Sebagai contoh, tanpa diragukan lagi, lini koleksi Cartier yang paling ditunggu-tunggu setiap tahun adalah Cartier Privé. Dalam beberapa tahun terakhir, Cartier telah menetapkan standar tinggi dengan Tonneau, Tortue, dan Normale. Cartier Privé Tank à Guichets yang baru diluncurkan tahun ini pun berhasil mencuri perhatian publik. Hampir 80 tahun setelah melakukan debutnya, model ini kembali dengan gemilang. Terinspirasi oleh desain yang berasal dari tahun 1928, Tank à Guichets seakan menamplikan jam tangan digital secara mekanis. Desain cerdik ini dicapai berkat penggunaan tampilan model jumping hour yang melompat dan penanda menit yang bergerak, semuanya secara tersembunyi layaknya tampilan waktu
digital. Terdapat empat versi berbeda dari Cartier Privé Tank à Guichets yang hadir dalam dua desain. Semuanya memiliki tinggi 37,6mm dan lebar 24,8mm, dengan tinggi 6mm, serta dilengkapi mesin jam 9755 MC yang dibuat khusus untuk model ini. Tiga versi pertama hadir dalam variasi model emas kuning, rose gold dan platinum, dengan menggunakan tata letak yang sudah dikenal dari desain tahun 1928 berbentuk persegi. Penanda jam terletak di angka 12, sementara lengkungan halus penanda menit berada di bagian bawahnya. Menariknya, versi final yang dibuat secara terbatas sebanyak 200 buah menampilkan desain sebaliknya. Tampilan waktu tidak disejajarkan pada akses vertikal, melainkan diputar 90 derajat, menciptakan desain geometris inovatif yang sangat menarik. Bagian tombol jam juga tersembunyi rapi pada pukul 12, dengan sentuhan akhir industrial yang unik di antara kreasi Cartier lainnya.



Cartier juga meluncurkan koleksi perhiasan baru, yang ditandai dengan bentuk yang transformatif, dinamis, dan struktur yang cair yang disebut dengan Tressage. Mengikuti jejak koleksi jam tangan sejenis perhiasan lainnya seperti Maillon, Coussin, dan Reflection, Cartier Tressage menjadi koleksi jam tangan berharga terbaru dalam katalog mereka. Jam tangan Tressage diluncurkan dalam empat variasi, yang paling sederhana adalah versi emas kuning dengan angka berwarna hitam, hingga model spesial yang bertahtakan batu permata. Model tertingginya hadir dalam

sentuhan emas putih dengan potongan 530 berlian dan 330 safir. Dari segi desain, Tressage menawarkan bentuk yang hampir menyerupai manset, dengan tali kulit dan dial kecil di bagian tengah. Sebagai bagian dari ilustrasi keahlian Cartier dalam pembuatan jam tangan, Tressage menjelajahi wilayah unik yang sangat digemari Cartier: sebuah perpaduan antara teknik pembuatan jam tangan dan juga perhiasan, yang menjadikannya bukan hanya sekadar perhiasan yang menunjukkan waktu, namun juga sebuah pembuktian akan kreasi menawan yang hanya bisa dilakukan oleh Cartier.

CHANEL
Tahun ini Watchmaking Creation Studio milik CHANEL mengalihkan fokusnya ke arah dalam. Bukan pada mekanisme waktu itu sendiri, tetapi pada pilar inti lain dari jagat raya CHANEL, yaitu kecantikan. Pertama, CHANEL merilis koleksi J12 BLEU terbaru mereka yang mengukir batas baru dengan penggunaan bahan ceramic berwarna biru matte. Sejak debutnya pada tahun 2000, J12 telah menantang aturan pembuatan jam tangan tradisional dengan memadukan keunikan dan performa teknis. CHANEL memperkenalkan inovasi penggunaan ceramic yang paling berani tahun ini, menandai 25 tahun J12 yang revolusioner, dengan J12 BLEU. Koleksi ini lebih dari sekadar warna baru, namun juga melambangkan gairah yang menjadi kenyataan. Selama lima tahun penelitian yang cermat telah mencapai puncaknya dalam warna biru matte yang kaya ini, yang dibuat secara unik dengan keahlian pembuatan jam tangan CHANEL.

Arnaud Chastaingt, Direktur Watchmaking Creation Studio milik CHANEL, mendeskripsikannya sebagai “warna biru yang hampir hitam, atau warna hitam yang hampir biru.” Dapat dikatakan, jam tangan ini hadir dengan warna yang begitu pekat, yang seakan menari di antara bayangan dan cahaya. Bagian case ceramic J12 BLEU yang anti gores, sangat kuat, dan juga tahan lama ini didukung oleh mesin caliber berpresisi tinggi, yang dibuat di Kenissi Manufacture, Swiss, milik CHANEL. Koleksi ini berkembang menjadi sembilan iterasi yang cemerlang, dari Diamond Tourbillon yang memukau hingga arsitektur BLEU X-Ray dan model yang berkilauan dengan safir berwarna biru. Setiap variasinya bermain dengan cahaya dan tekstur, memadukan penguasaan teknis dengan kecantikan yang memesona.




Selain keanggunan J12 BLEU, CHANEL juga meluncurkan CHANEL Blush Watch Capsule Collection yang menangkap esensi rona cerah, gradasi warna, dan tekstur yang menyerupai kotak bedak. Terinspirasi dari bahasa visual Chanel Beauté, Arnaud Chastaingt merujuk pada palet warna khas yang diciptakan oleh Makeup Creation Studio dari CHANEL. Hasilnya adalah koleksi kapsul jam tangan Blush terbaru yang menunjukkan teknik luar biasa yang sering kali hanya diperuntukkan bagi kreasi horologi paling eksklusif. Koleksi jam tangan ini menonjolkan dimensionalitas yang mengingatkan akan alat kosmetik seperti eye shadow. Secara total, dalam 15 kreasi yang hadir dalam berbagai model, yang menonjol termasuk BOY·FRIEND Blush yang anggun yang menggambarkan Mademoiselle Chanel sedang memberikan ciuman, serta Code Coco Blush dalam warna pink yang menawan. Melalui koleksi kapsul jam tangan Blush, Watchmaking Creation Studio milik CHANEL seakan mengakui bahwa kecantikan bukan hanya sekadar produk. Namun, kecantikan merupakan elemen inti dari bahasa estetika merek tersebut. Sebagai penghormatan kepada visi asli sang pendiri Gabrielle Chanel, koleksi ini menunjukkan bahwa jam tangan, seperti halnya wajah, dapat ditingkatkan dan diperindah melalui penerapan warna dan tekstur secara cermat.





CHOPARD
Koleksi baru Chopard yang diluncurkan di ajang Watches & Wonders Geneva tahun ini membawa kita kepada pilar-pilar utama mereka. Fokus utama kepada lini koleksi Alpine Eagle yang melambangkan visi dari Chopard dan ikatan lintas generasi dari keluarga Scheufele, serta lini koleksi L’Heure du Diamant yang mendapatkan kesempatan untuk bersinar di tahun ini. Khusus untuk L’Heure du Diamant Moonphase, model terbaru dari Chopard menjadi salah satu sorotan dari sekian banyak kreasi yang menarik di ajang ini. Chopard untuk pertama kalinya menghadirkan komplikasi untuk lini koleksi L’Heure du Diamant, dan kali ini menyita perhatian banyak pihak. Sebagai merek yang terkenal karena membuat salah satu mesin jam otomatis terkecil di industri yang dinamakan calibre 09.01-C, di dalam model ini disematkan variasi mesin jam tersebut, calibre 09.02-C, yang berukuran hanya 20,40mm x 4,6mm.

Tampilan fase bulannya memanfaatkan cakram kaca aventurine berwarna biru yang indah dengan bulan dari emas putih. Perlu dicatat, ini adalah astronomi fase bulan yang membuat perbedaan satu hari setiap 122 tahun. Bagian dial jam juga terbuat dari kaca aventurine berwarna biru, diselingi tampilan fase bulan dan penanda jam yang juga dihiasi dengan berlian kecil, seakan memantulkan langit tengah malam yang penuh bintang ke dalam desainnya. Kilauan tambahan hadir dalam bentuk berlian yang hadir melengkapi keindahannya yang hadir dengan teknik pengaturan unik di sekitar bezel dan lug yang dikenal sebagai metode crown setting dari Chopard. Teknik ini mengundang penetrasi cahaya secara maksimum, sehingga menciptakan tampilan dan kilauan yang menakjubkan.





Sementara itu, sejak diperkenalkan pada tahun 2019, lini koleksi Alpine Eagle telah tampil menonjol sebagai perwujudan visi Chopard dalam jam tangan sporty modern dan mewah. Hingga saat ini, jam tangan ini telah hadir dalam beberapa variasi, mulai dari pada bahan dan ukuran case yang berbeda, warna dial, dan masih banyak lagi. Fokus tahun ini adalah Alpine Eagle 41 XPS CS Platinum. Secara singkat, jam tangan Alpine Eagle 41 XPS CS Platinum hadir dengan profil desainnya yang ramping berukuran 8mm, tali jam yang dibuat dengan cermat, dan warna dial baru yang diberi nama “Shades of Ice.” Warna biru yang menampilkan gradasi, sedikit lebih pucat di bagian tengah dan semakin pekat di bagian tepinya, seakan menyerupai gletser es yang terlihat di hari
yang cerah. Sesuai dengan Namanya, model ini menjadi model platinum pertama dalam koleksi Alpine Eagle. Menggunakan platinum 950, yang merupakan versi paling murni yang ada, jam tangan ini menampilkan tampilan putih keperakan yang alami, dibandingkan dengan model emas putih yang berwarna putih terang. Menariknya, untuk membedakan model platinum dengan emas putih yang memiliki kemiripan, mulai tahun ini, semua jam tangan Chopard dengan bahan platinum akan memiliki ukiran dengan motif lebah. Ukiran ini menjadi seperti tanda pembuat atau simbol rahasia yang hanya diketahui oleh pemilik jam tangan Chopard dengan bahan platinum.

HUBLOT
Untuk sebuah koleksi yang baru saja dimulai pada abad ke-21, lini Big Bang dari Hublot telah mencapai puncaknya dalam sejarah yang cukup bertingkat. Apa yang dimulai sebagai eksperimen berani pada tahun 2005 telah berkembang menjadi taman bermain inovasi pembuatan jam tangan, dari ilmu material hingga desain, dan bahkan merambah ke wilayah yang sangat teknis, sebuah area yang mereka utamakan tahun ini. “Hublot Big Bang tidak diragukan lagi merupakan salah satu ikon modern pembuatan jam tangan abad ke-21. Tahun ini, kita tidak hanya melihat kembali semua yang telah dicapai Hublot melalui Big Bang, tetapi juga melihat ke masa depan dan semua potensi yang masih dimilikinya,” ujar CEO Hublot, Julien Tornare.
Salah satunya adalah inovasi bahan ceramic mereka yang berwarna, yang merupakan sebuah kekuatan teknis yang dapat dikatakan luar biasa. Meskipun ceramic telah lama menjadi pusat DNA dari Big Bang, pengembangan ceramic berwarna cerah


oleh merek ini merupakan sebuah lompatan dalam ilmu sains. Hublot telah menekankan pentingnya proses kimiawi dalam resep ceramic berwarna mereka, seperti tindakan penyeimbangan yang rumit yang membutuhkan kontrol pigmen, tekanan, dan suhu yang tepat—sebagai acuan karena setiap warna membutuhkan formula uniknya sendiri. Satu kesalahan langkah saja dapat menyebabkan material kehilangan integritas struktural atau konsistensi warna. Hublot pertama kali menaklukkan tantangan ini pada tahun 2018 dengan penggunaan ceramic berwarna merahnya yang inovatif, sebuah warna yang sebelumnya dianggap mustahil dalam pembuatan jam tangan. Pencapaian ini menjadi pusat perhatian mereka di tahun ini dalam edisi Big Bang 20th Anniversary Red Magic, yang hanya diproduksi sebanyak 100 buah. Bagian case dari ceramic berwarna merah cemerlang pada jam tangan ini dipadukan dengan bagian dial berpola karbon yang bertekstur menciptakan pernyataan visual yang secara jelas merupakan ciri khas Hublot.

Kemudian, konsep All Black dari Hublot pada tahun 2006 dengan berani memperkenalkan gagasan radikal tentang “visibilitas yang tak terlihat.” Dengan kata lain, merek ini mengejar estetika tersembunyi alih-alih mengutamakan keterbacaan dan fungsi. Hasil akhirnya terbayar karena dengan warna hitam di atas hitam itu menjadi sebuah tren tersendiri dan tahun ini, Hublot menghormatinya dengan meluncurkan Big Bang 20th Anniversary All Black yang hanya diproduksi sebanyak 500 buah. Jam tangan ini hadir dengan debut pada bagian dial berpola karbon hitam dalam case dari ceramic berwarna hitam berukuran 43mm. Model selanjutnya merupakan inovasi material Hublot yang dapat dianggap paling luar biasa, di mana ini merupakan yang pertama kali ditemukan di pabrik mereka pada tahun 2011: Magic Gold. Material ini adalah satu-satunya paduan emas 18 karat anti gores di dunia, berkat ketahanan ceramic dalam komposisinya. Tahun ini, inovasi penting dalam sejarah merek ini dihidupkan kembali dalam edisi Big Bang 20th Anniversary Ceramic Magic Gold yang diciptakan secara terbatas sebanyak 100 buah. Jam ini dirancang dengan bagian dial berpola karbon beserta jarum dan penanda jam berlapis emas untuk memberikan kontras warna dan juga tekstur, yang menjadikannya semakin istimewa.


JAEGER-LECOULTRE
Tujuan Jaeger-LeCoultre dengan koleksi 2025 mereka adalah untuk merayakan lini koleksi ikonik mereka, Reverso, dan segala hal yang telah dilakukannya selama lebih dari 90 tahun. Ajang Watches & Wonders Geneva di tahun ini seakan mengingatkan para kolektor yang ada tentang keberhasilan Reverso dan sekaligus membawa pencapaian ini ke audiens baru mereka. Pertama, mereka memulainya dengan koleksi Reverso Tribute
Geographic. Tahun ini Jaeger-LeCoultre memperkenalkan interpretasi baru dari jam dengan komplikasi worldtimer Geographic yang didukung oleh mesin jam terbaru, calibre 834, yang terintegrasi sepenuhnya dan dirancang serta diproduksi sepenuhnya di manufaktur mereka sendiri.
Mesin jam ini menggerakkan tampilan zona waktu 24 jam klasik dengan peta dunia di bagian tengahnya dan, dalam sentuhan unik, Jaeger-LeCoultre telah membalikkan mekanisme pengatur waktu


dunia tradisional mereka untuk menampilkan tampilan statis nama-nama kota yang disertai dengan cincin 24 jam yang berputar. Model Reverso Tribute Geographic hadir dalam dua varian, model dengan bahan stainless-steel ramping yang akan menjadi bagian dari koleksi inti dan edisi terbatas sebanyak 150 buah dalam versi pink gold. Pada dial bagian depan jam ini terlihat sederhana dan seakan menutupi keindahan di bagian belakang. Model stainlesssteel memiliki lapisan warna biru tua yang kaya, sedangkan versi pink gold memiliki lapisan warna cokelat yang hangat. Kedua dial juga dilengkapi tampilan tanggal pada pukul 12 dan subdial untuk penanda detik pada pukul 6. Ketika jam tangan tersebut dibalik, akan terlihat tampilan waktu dunia. Tersusun dalam tiga tingkat, peta dunia yang diukir laser ini memiliki kedalaman serta efek visual yang luar biasa. Nama-nama kota terukir langsung di bagian belakang case, mengelilingi cincin 24 jam dalam dua warna yang berputar guna menunjukkan siang dan malam.



Kisah Reverso berlanjut dengan versi baru Reverso Tribute
Nonantieme ‘Enamel’ yang diciptakan dalam edisi terbatas sebanyak 90 buah. Iterasi terbaru ini memiliki pemandangan langit malam dari enamel biru di sisi sebaliknya, dengan garis lintang dan bujur terukir dan taburan bintang berwarna emas. Menariknya, yang menjadi pusat perhatian adalah dua bukaan yang saling tumpang tindih, yang menampilkan jam digital yang melompat dan cakram menit yang berputar. Di bagian tengah juga terdapat indikator siang atau malam dengan gambar matahari dan bulan. Ketika dibalik, bagian depannya memiliki dial berwarna abu-abu bertipe sunray-brushed, indeks yang diaplikasikan memanjang,
dan juga jarum jam bertipe Dauphine. Tampilan tanggal yang megah terletak pada pukul 12 dengan mekanisme yang dipatenkan yang menggunakan cakram secara berdampingan, bukan secara bertumpuk, guna memastikan kedua digit angka muncul pada level yang sama. Kemudian, penghitung detik yang kecil dan indikator fase bulan pada pukul 6 berfungsi untuk menyeimbangkan tanggal. Jam tangan ini ditenagai oleh mesin jam calibre 826 yang dibuat secara in-house, yang terdiri dari 243 komponen. Dengan penghormatan langsung pada tahun 1930-an, model Nonantieme yang baru ini seakan menggarisbawahi daya tarik Reverso yang abadi selama beberapa dekade.




PANERAI
Panerai datang ke Watches and Wonders Geneva 2025 dengan mengutamakan satu hal: inovasi. Pertama, merek ini berhasil memperkenalkan peningkatan teknis utama tanpa mengubah desain dari Luminor Marina. Secara total, model terbaru dalam lini koleksi ini hadir dalam empat variasi, tiga model menggunakan bahan steel dan satu berbahan titanium. Semua model terbaru ini juga menggunakan SuperLumiNova X2 yang bersinar hingga 40% lebih terang dari versi X1 sebelumnya. Konstruksi dial bertipe sandwich juga berfungsi luar biasa dalam mempertajam tampilan angka-angka yang bersinar dengan terang dalam gelap.
Menariknya, fitur terang dan berkilau ini hanyalah satu sisi dari Luminor Marina. Sisi lainnya adalah ketahanan air dan karenanya, kemampuannya untuk menyelam. Bagian tombol jam yang dipatenkan diciptakan secara khusus untuk memberikan kinerja penunjuk waktu terbaik saat berada di bawah air, di mana

model Luminor Marina yang terbaru ini semua modelnya tahan air hingga kedalaman 500 meter. Ini menjadi kedalaman terdalam yang pernah ada dalam koleksi ini, dengan setiap jam tangannya telah melalui pengujian ketat pada tekanan 25% lebih besar dari nilai ketahanan air yang dijamin untuk memastikan jam tangan tersebut memenuhi standar ketat Panerai. Hal inovatif lainnya berlanjut dengan mesin jam terbaru mereka, mesin jam calibre P.980, yang merupakan variasi dari mesin jam calibre P.900, dan juga gelang berbentuk V yang menjanjikan kenyamanan lebih di pergelangan tangan. Desain uniknya yang terinspirasi oleh bagian tombol jam Luminor kini dilengkapi fitur Quick Length Adjustment. Hal ini membuat bagian gelang jam dapat memanjang hingga 2mm pada masing-masing sisinya, yang juga dilengkapi dengan fitur PAM Click Release System, guna mempertimbangkan pilihan tali jam tangan.



Inovasi berikutnya hadir dalam mode; Panerai Luminor Perpetual Calendar GMT Platinumtech. Tahun ini, Panerai memberikan bagian dial safir transparan berwarna biru yang mendapat lebih banyak perhatian. Bagian cakram hari dan tanggal mengelilingi seluruh bagian jam, bukannya terletak pada potongan kecil seperti desain jam pada umumnya. Hal ini memberikan tampilan yang jauh lebih berani dan modern. Warna birunya cukup untuk memberikan kesan dingin pada angka putih di bawahnya, menambahkan sedikit misteri dan juga gaya. Satu dekade lalu, sulit membayangkan Panerai merambah ke wilayah jam tangan ultramewah dengan komplikasi perpetual calendar dengan platinum, tetapi inilah yang terjadi. Inovasi yang membedakannya dengam model serupa adalah tata letaknya. Alih-alih menampilkan bagian

subdial yang seakan disusun secara berantakan seperti biasanya, Panerai menampilkan tampilan hari dan tanggal di bagian depan, dengan indikator bulan dan tahun kabisat yang terselip rapi di bagian belakang case. Semua fungsinya juga dapat disesuaikan melalui bagian tombol jam. Ada juga jarum GMT 12 jam yang tersembunyi di bawah jarum jam utama saat tidak digunakan, dan indikator siang-malam yang terintegrasi ke dalam bagian subdial yang menampilkan detik. Ini adalah pengaturan cerdas dan mudah digunakan, dengan mempertahankan estetika minimalis Panerai sekaligus menawarkan keterbacaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sebagian besar jam dengan fungsi perpetual calendar lainnya.





PIAGET
Setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-150 pada tahun 2024, Piaget terus maju dengan peluncuran sejumlah karya yang dengan indah menunjukkan warisan estetika mereka. Pada tahun ini, Piaget memulai serangkaian model terbaru mereka dengan lini koleksi terbaru yang dinamakan dengan Sixtie. Koleksi Sixtie dari Piaget adalah model terbaru jam tangan berbentuk trapeze yang menyerupai bentuk trapesium, yang memberi penghormatan kepada desain revolusioner merek tersebut yang dipresentasikan di Basel Watch Fair pada tahun 1969. Pada saat itu, koleksi tersebut terdiri dari perhiasan horologi yang dirancang secara konseptual, yang diciptakan oleh kolektif kreatif termasuk Jean-Claude Gueit, yang kemudian menjadi salah satu desainer jam tangan paling berpengaruh di abad ke-20.
Hadir dalam empat referensi baru, setiap jam tangan dalam koleksi Sixtie kali ini menampilkan kaitan berbentuk trapesium yang saling bertautan dan melengkung dengan indah di bagian samping, dengan gadroon yang dipahat halus pada bagian bezel, dan bagian dial jam berlapis satin dengan penanda jam berwarna emas dan angka Romawi. Tersedia dalam model dalam balutan pink gold, steel dan kombinasi dua warna, jam tangan Sixtie memiliki dimensi mungil berukuran 29mm × 25,3mm (dengan ketebalan 6,5mm) dan menampilkan jam utama melalui mesin quartz. Model steel secara penuh hanya tersedia dengan bezel berhiaskan berlian, sedangkan versi pink gold memiliki opsi tanpa berlian.





Keindahan secara estetik berikutnya ditampilkan oleh Piaget dalam jam tangan Andy Warhol mereka yang kali ini hadir dengan tampilan dial jam yang menggunakan batu hias yang menawan, Tahun ini, Piaget melengkapi koleksi jam tangan Andy Warhol dengan meluncurkan versi dial opal berkilau yang konon merupakan batu favorit dari Yves Piaget. Menariknya, untuk melengkapi bintik-bintik berkilau biru dan hijau pada batu tersebut, bagian case yang terbuat dari emas putih ini kemudian dihiasi dengan potongan baguette batuan safir berwarna biru yang terdiri dari tiga baris. Variasi dial berikutnya hadir dengan desain mata harimau yang turut meramaikan jajaran tahun ini, dengan batu berwarna kuning keemasan yang lembut dengan garis-garis
emas, bersama dengan versi dengan dial dari meteorit berwarna hijau dan putih yang dipadukan dengan bagian case dari emas yang berbeda. Sebagai pelengkap yang membuatnya semakin khas, semua model ini memiliki ciri khas dengan desain gadroon emas yang melengkung di sekeliling bagian bezel dan juga dilengkapi dengan mesin jam otomatis 501P1 milik Piaget. Variasi baru ini juga mendorong Piaget untuk membuka program spesial yang dibuat sesuai pesanan, yang menawarkan sepuluh dial batu hias yang berbeda, lima warna tali jam tangan yang terbuat dari kulit, yang memungkinkan para kolektor untuk bisa membuat jam tangan Andy Warhol unik untuk diri mereka sendiri.


ROGER DUBUIS
Roger Dubuis memperingati 30 tahun berdirinya merek ini, dan memberi penghormatan kepada mekanisme calendar biretrograde di ajang Watches & Wonders Geneva 2025. Tidak tanggung-tanggung, Roger Dubuis memperingati tahun yang terhitung spesial ini dengan sebuah karya yang menakjubkan: Excalibur Grande Complication. Sesuai dengan namanya, jam tangan Excalibur Grande Complication mewakili tingkat tertinggi dari seni Maison. Tersedia secara terbatas hanya dalam delapan buah, jam tangan yang rumit ini dilengkapi dengan komplikasi mekanisme flying tourbillon, minute repeater yang membunyikan “devil’s chord” yang kontroversial, dan kalender abadi yang secara otomatis menyesuaikan diri dengan tahun kabisat dan bulan dengan 28, 30, atau 31 hari.



Secara visual, tampilan Biretrograde dalam jam ini memberi penghormatan kepada kolaborasi antara Roger Dubuis sendiri dengan pembuat jam tangan berbakat Jean-Marc Wiederrect dari tahun 1980-an, yang secara elegan melacak hari dan tanggal melalui skala setengah lingkaran. Jam tangan yang luar biasa ini ditempatkan dalam case dari bahan pink gold berukuran 45mm dengan bagian belakang yang menunjukkan estetika yang tak terduga dan tampilan mekanis yang rumit. Desainnya dirancang dengan cermat untuk menggabungkan ketiga komplikasi secara harmonis ke dalam mesin jam yang terdiri dari 684 komponen dengan sertifikasi dari “Poinçon de Genève,” jam tangan terbaru ini merupakan salah satu karya Roger Dubuis yang paling luar biasa.




Roger Dubuis juga meluncurkan Excalibur Biretrograde Calendar, yang memberi penghormatan kepada kreasi pertama Roger Dubuis yang dirilis pada tahun 1996, dengan tampilan biretrograde yang dipadukan dengan chronograph. Mirip dengan skala hari dan tanggal di Excalibur Grande Complication sebelumnya, tampilan kalender dibuat dengan cara yang sama, meskipun dengan kombinasi perak dan mother-of-pearl yang lebih sederhana, dan juga detik tambahan yang terletak pada pukul 6. Skala dirancang dengan asimetris yang disengaja yang mencerminkan model Sympathie yang dirilis pada tahun 1996— lebih lebar di bagian luar, menyempit ke arah tengah—guna menciptakan kelengkungan yang ekspresif secara unik. Dengan ukuran 40mm, Excalibur Biretrograde Calendar yang baru kembali ke ukuran case yang yang menjadi ciri khas kreasi awal dari Roger Dubuis, sebelum tren jam tangan berukuran besar mulai
populer. Dibuat dari pink gold 18K dengan bagian dial jam dari mother-of-pearl berwarna putih, kombinasi ini juga mengingatkan kita pada Roger Dubuis yang menjadi salah satu pembuat jam pertama di awal tahun 2000-an yang memperkenalkan pink gold dan mother-of-pearl pada jam tangan pria. Satu sentuhan terakhir yang spesial terletak di bagian belakang, dengan mesin jam Calibre RD840 yang juga memiliki sertifikasi dari “Poinçon de Genève” hadir bersama dengan fitur tambahan, sebuah cincin dengan kutipan terukir sebagai penghormatan abadi kepada para pendiri Roger Dubuis, yang berbunyi: “C’est une montre actuelle, inspirée mais pas soumise au passé, qui se projette dans un futur qui nous appartient.” Atau dalam bahasa Indonesia: “Ini adalah jam tangan masa kini, terinspirasi namun tidak terbatas pada masa lalu, diproyeksikan ke masa depan yang menjadi milik kita.”



TAG HEUER

Tahun 2025 menjadi tahun yang menggembirakan bagi TAG Heuer. Sebagai merek jam tangan resmi Grand Prix Formula 1, TAG Heuer tampil memukau di Grand Prix Australia, dua bulan setelah ajang LVMH Watch Week 2025. Khusus untuk Watches & Wonders Geneva 2025, TAG Heuer menitikberatkan pada pengembangan lebih lanjut lini koleksi Carrera dan perjalanan menyusuri kenangan dengan koleksi Formula 1 yang diperbarui.
TAG Heuer Formula 1 adalah ikon di kalangan penggemar jam tangan yang tumbuh di era 80-an. Saat itu, semua orang menginginkan jam tangan ini di pergelangan tangan mereka.
TAG Heuer menghidupkan kembali keinginan kita terhadap lini koleksi ini pada tahun lalu melalui kolaborasi yang menyegarkan



dengan studio desain Kith. Tahun ini, TAG Heuer Formula 1 yang telah diperbarui resmi kembali untuk selamanya dengan kejutan besar di bagian dalam: mesin jam Solargraph. Secara resmi dikenal sebagai kaliber TH50-00, Solargraph adalah mesin jam bertenaga matahari milik Tag Heuer. Mesin ini dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dalam pembuatan jam tangan, dengan menghilangkan kebutuhan akan penggantian baterai melalui pemanfaatan energi dari sumber cahaya alami dan buatan.
Mesin jam ini terletak di bawah dial jam yang tembus cahaya, sehingga cahayanya dapat mengisi daya tanpa mengurangi



desain. Integrasi yang mulus ini memastikan bahwa jam tangan ini mempertahankan ciri khas TAG Heuer sekaligus menunjukkan visi perusahaan terkait lingkungan dengan teknologi yang berkelanjutan. Bagian bezel juga mendapatkan peningkatan signifikan, dengan bezel bertipe “daisy” yang memiliki alur dua arah. Logo perisai TAG Heuer pada posisi jam 12, enam, dan sembilan juga telah diperbarui dengan geometri yang lebih modern. Dengan diameter 38mm yang lebih besar dari versi aslinya, disertai berbagai macam warna pilihan, TAG Heuer Formula 1 Solargraph jelas menjadi salah satu kreasi yang diincar banyak orang pada tahun ini.
TAG Heuer juga meluncurkan Carrera Date Twin-Time 41mm yang tampil mencolok dengan dial berwarna biru kehijauan yang berkilau. Terdapat pula konstruksi bagian dial yang diperbarui,
sebagai salah satu pengembangan terhadap lini Carrera, yang kali ini menciptakan efek tiga dimensi yang seakan memberikan kesan kedalaman, keseimbangan, serta keterbacaan yang lebih baik. Melalui fungsi GMT tambahan pada tampilan tanggalnya, kita dapat melihat cincin di sekeliling bagian dial dalam dua warna, perak dan hijau. Jarum GMT berujung merahnya secara halus mengingatkan kita pada alat pembuatan jam tangan. Khususnya, penjepit atau pinset yang digunakan oleh para artisan dalam proses perakitan mesin jam. Desain baru ini memiliki warna, dan gaya yang menjadi satu dalam case Carrera yang mudah dikenali. Dilengkapi dengan mesin jam caliber TH31-03 buatan mereka sendiri, TAG Heuer memperbarui penawaran komplikasi GMT mereka dengan sesuatu yang jauh lebih segar dan lebih menarik secara objektif.



ZENITH
Untuk menandai perayaan ulang tahunnya yang ke-160, Zenith menghadirkan visi yang berani dan terarah lewat pembaruan tiga kronograf ikonis dalam balutan keramik biru monokromatik. Chronomaster Sport menjadi ujung tombak trilogi ini dengan mesin El Primero 3600 berfrekuensi tinggi yang disematkan dalam case ramping berukuran 41 mm. Tiga sub pelat jam khas dalam nuansa tiga warna tetap terlihat jelas di atas latar biru sunray, sementara jarum kronografnya bergerak penuh dalam 10 detik, memberikan presisi pengukuran hingga sepersepuluh detik. Dua opsi temali, gelang keramik dan temali karet, menambah fleksibilitas modern yang berpadu dengan warisan historis Zenith. Bagian belakang jam memperlihatkan rotor khusus edisi ulang tahun sebagai penutup yang bermakna. Chronomaster Sport edisi
160 tahun ini mewakili kepiawaian Zenith dalam menggabungkan ketangguhan dan kemewahan. Kombinasi sentuhan finis berpoles dan sapuan, bersama dengan penanda dan jarum bercahaya, menjamin keterbacaan di segala kondisi. Keberadaan fitur stopseconds dan tampilan tanggal instan memperkaya sisi fungsional dari tampilan yang sudah begitu cermat. Setiap dari 160 unit yang diproduksi menjadi penghormatan modern terhadap semangat pionir Zenith.
DEFY Skyline Chronograph tampil lebih berani, lewat case keramik biru berpotongan geometris. Tubuh 42 mm ini dibekali mesin El Primero 3600 yang sama, namun dibingkai secara lebih arsitektural. Pelat jam bermotif bintang terinspirasi logo


Zenith, menghubungkan identitas masa lalu dengan bentuk kontemporer. Mesin jam terlihat dari bagian belakang dengan rotor edisi ulang tahun yang menyatukan keseluruhan trilogi. Sistem pergantian temali yang cepat memungkinkan pengguna beralih dari gelang keramik ke temali karet sesuai suasana. Berbeda dari Chronomaster, DEFY Skyline bermain dengan cahaya dan struktur, menggunakan permukaan berfasilitas dan motif bintang untuk menciptakan kedalaman visual. Kronografnya mengukur waktu dalam sepersepuluh detik, dengan jarum pusat yang berputar penuh setiap 10 detik, sebuah detail yang memikat bagi pengamat cermat. Jarum dan indeks berlapis rodium tetap terbaca dalam kondisi minim cahaya berkat kontras pelat jam yang dalam.
Koleksi ketiga, Pilot Big Date Flyback, membawa kembali warisan penerbangan Zenith ke masa kini melalui case keramik

biru berdiameter 42,5 mm dan pelat bergelombang yang serasi. Angka Arab yang besar dan jelas bercahaya kuat berkat lapisan SuperLuminova, mencerminkan semangat jam tangan pilot sejati. Di baliknya berdetak mesin El Primero 3652 yang menggabungkan fungsi flyback dan tanggal besar dengan lompatan instan hanya dalam 0,007 detik. Tombol besar khas pilot memudahkan pengoperasian bahkan dengan sarung tangan, mengukuhkan DNA fungsionalnya. Sistem penggantian cepat dan dua temali karet bergaya Cordura melengkapi fleksibilitasnya. Dari era Georges Favre-Jacot hingga era material canggih, jam ini menjembatani dekade ambisi dan inovasi. Tampilan tanggal besar memberikan kejelasan instan, sementara fungsi flyback menyajikan keanggunan praktis untuk pengukuran waktu yang cepat. Seperti dua koleksi lainnya, jam ini juga diproduksi terbatas sebanyak 160 unit untuk memperingati ulang tahun merek.
PRECISION IN TRADITION
Patek Philippe menggabungkan empat komplikasi legendaris dalam satu jam tangan, dan menulis ulang cerita seri Calatrava dengan menghadirkan presisi, estetika, dan teknologi
Patek Philippe adalah salah satu merek ternama yang paling banyak ditunggu kejutannya di ajang Watches and Wonders 2025, dan tahun ini mereka kembali menegaskan dominasinya di dunia haute horlogerie dengan menghadirkan mahakarya yang mengagumkan, termasuk Quadruple Complication dan Calatrava.
Quadruple Complication
Ketika Patek Philippe memperkenalkan Quadruple Complication Reference 5308G-001 dalam pameran Watch Art Tokyo 2023, manufaktur asal Jenewa ini menegaskan ambisinya dengan jelas. Model ini bukan sekumpulan komplikasi biasa atau kelanjutan sederhana dari Triple Complication 5208, tetapi sebuah terobosan signifikan yang menggabungkan empat komplikasi sekaligus dalam satu jam tangan. Dengan langkah ini, Patek Philippe kembali mendorong batas kemampuan teknis pembuatan jam tangan serta menciptakan standar baru dalam kompleksitas mekanisme. Kehadiran empat komplikasi utama yakni splitseconds chronograph, minute repeater, instantaneous perpetual calendar, dan moon phase menegaskan tingkat kesulitan yang jarang tercapai dalam industri jam tangan, sekaligus membuktikan bahwa Patek Philippe mampu mempertahankan posisinya sebagai pelopor di liga manufaktur jam tangan.
Empat komplikasi yang tertanam dalam Reference 5308G001 merupakan bukti nyata kecanggihan teknis Patek Philippe. Minute repeater menghadirkan suara lonceng jernih dengan mekanisme yang kompleks. Split-seconds chronograph (rattrapante) memungkinkan pengukuran waktu simultan secara presisi, tantangan teknis yang menuntut energi besar serta pengaturan mekanisme yang rumit. Instantaneous perpetual calendar menampilkan tanggal dengan pergantian instan tepat di tengah malam, bahkan pada akhir bulan yang bervariasi panjangnya, tanpa perlu penyesuaian manual hingga tahun 2100. Fitur moon phase dengan presisi tinggi melengkapi jam tangan ini, menggambarkan siklus bulan yang akurat selama 122 tahun tanpa koreksi. Kombinasi komplikasi ini menuntut keahlian teknis luar biasa dalam dunia pembuatan jam tangan, yang sangat jarang mampu dicapai oleh manufaktur kenamaan lain.



Di balik kompleksitas mekanis Reference 5308G-001 terdapat kaliber baru bernama R CHR 27 PS QI, terdiri dari 799 komponen rumit yang dikemas dalam profil tipis. Untuk mengatasi tantangan konsumsi energi yang tinggi, Patek Philippe meningkatkan torsi barrel serta menggunakan mini-rotor berbahan platinum yang efisien. Kaliber ini juga memperkenalkan sistem isolasi splitseconds yang diperbarui, mampu mengurangi konsumsi daya secara signifikan tanpa mengorbankan presisi pengukuran waktu. Meski rumit, ketebalannya tetap minimal, memperlihatkan keahlian teknik pembuatan jam Patek Philippe dalam menyatukan begitu banyak mekanisme kompleks ke dalam sebuah ruang terbatas, menciptakan sebuah mekanisme yang tidak hanya presisi tinggi, tetapi juga andal dalam jangka panjang.
Patek Philippe melengkapi kaliber R CHR 27 PS QI dengan dua inovasi baru yang dipatenkan, menegaskan posisinya sebagai pelopor teknis di dunia jam tangan. Inovasi pertama adalah roda kopling anti-backlash yang mengurangi gesekan internal pada mekanisme chronograph-nya. Teknologi ini memastikan keandalan dan presisi pengukuran waktu secara maksimal. Inovasi kedua berupa mekanisme isolasi split-seconds yang dirancang khusus agar amplitudo roda penyeimbang tetap stabil selama pengukuran berlangsung. Dengan menjaga stabilitas amplitudo ini, Patek Philippe memastikan presisi chronograph tetap konsisten, bahkan saat kedua jarum chronograph beroperasi secara bersamaan. Kedua inovasi tersebut mencerminkan dedikasi manufaktur terhadap efisiensi teknis dan performa yang robust dalam setiap produknya.

DI BALIK KOMPLEKSITAS MEKANIS REFERENCE
5308G-001 TERDAPAT KALIBER BARUBERNAMA R CHR 27 PS QI, TERDIRI DARI 799 KOMPONEN RUMIT YANG DIKEMAS DALAM PROFIL TIPIS
Estetika Reference 5308G-001 mencerminkan ketelitian desain khas Patek Philippe. Case berdiameter 42 mm dibuat dari emas putih dengan bezel cekung yang elegan dan lug terbuka bergaya skelet. Penampang dial ice-blue berefek sunburst menghadirkan tampilan yang bersih dan mudah dibaca, dilengkapi indeks dan jarum emas putih berlapis metalisasi biru. Informasi kalender tersusun jelas melalui aperture yang dirancang presisi, memberikan keterbacaan optimal tanpa mengorbankan estetika. Perpaduan warna biru lembut dengan sentuhan finis halus pada penampang dial menghasilkan kontras yang tajam sekaligus tetap membawa daya tarik. Setiap elemen desain menegaskan kejelian Patek Philippe dalam menyatukan fungsi kompleks dengan gaya visual yang mencerminkan keunggulan teknis sekaligus kecakapan teknik cipta jam tangan masa kini.
Melalui Reference 5308G-001, Patek Philippe kembali menunjukkan kapasitasnya yang luar biasa dalam dunia jam tangan. Jam tangan ini lebih dari simbol kemewahan; ia merupakan pernyataan tentang keunggulan teknik yang sulit ditandingi produsen lain. Kelengkapan dua opsi case-back sapphire crystal dan emas putih solid memberikan fleksibilitas estetika sekaligus menegaskan dedikasi jenama pada detail terbaik. Namun, di balik kompleksitas teknis dan desain yang sempurna, jam ini juga merupakan cerminan bahwa Patek Philippe memahami dengan jelas bagaimana menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Pada akhirnya, Reference 5308G001 adalah bukti nyata bahwa Patek Philippe tidak hanya hadir mengikuti pergerakan sejarah pembuatan jam tangan tingkat tinggi, tetapi terus menciptakannya.
HALAMAN SAMPING
Tampilan Quadruple Complication Ref. 5308G-001 yang elegan
HALAMAN INI
Case berdiameter 42mm dari emas putih dengan bezel cekung dan lug terbuka bergaya skelet, menampilkan dial ice-blue dan mesin R CHR 27 PS QI dibalik case jam
COLLECTOR’S CORNER

HALAMAN INI
Tampilan Calatrava Ref. 5328G-001 dalam balutan case emas putih berdiameter 41mm dihiasi teknik
Clous de Paris guilloché di seluruh caseband, dan dial biru dengan gradasi hitam
HALAMAN SAMPING
Terdapat pilihan tali jam kulit anak sapi biru bermotif tekstil yang dilengkapi sistem interchangeable; Mesin 31-505 8J PS IRM CI J

MESIN JAM 31-505 8J PS IRM CI J INI
MENAWARKAN CADANGAN DAYA DELAPAN
HARI PENUH BERKAT DUA BARREL
YANG BEKERJA BERPASANGAN UNTUK
MENDISTRIBUSIKAN ENERGI SECARA STABIL
Calatrava 8 Days Reference 5328G-001
Sejak pertama kali diperkenalkan pada 1934, Calatrava telah menjadi wajah klasik Patek Philippe, simbol kesederhanaan elegan yang menyimpan kecanggihan di balik tampilannya yang bersih. Selama perjalanannya, Calatrava menorehkan babak penting melalui berbagai edisi, seperti Ref. 5227 dengan hinged caseback, Ref. 6007A yang memperingati gedung baru manufaktur, hingga Ref. 6119 yang memperbarui pesona Clous de Paris. Setiap model menjadi saksi bagaimana Patek Philippe menjaga warisan sambil merangkul inovasi. Kini, Ref. 5328G-001 hadir sebagai lanjutan kisah ini, menggabungkan estetika abadi dengan teknologi jam tangan terkini. Dengan mesin 8 hari daya simpan dan detail desain yang memesona, jam tangan ini menegaskan komitmen Patek Philippe untuk menulis ulang cerita Calatrava bagi generasi masa kini dan masa depan.
Di balik tampilannya yang tenang, Ref. 5328G-001 menyimpan kekuatan baru yang lahir dari lima tahun riset Patek Philippe untuk menciptakan kaliber manual paling andal dalam lini Calatrava. Mesin jam 31-505 8J PS IRM CI J ini menawarkan cadangan daya delapan hari penuh berkat dua barrel yang bekerja berpasangan untuk mendistribusikan energi secara stabil. Teknologi Pulsomax® escapement dan pegas Spiromax® berbahan Silinvar® menjadi kunci ketahanan terhadap medan magnet sekaligus menjaga efisiensi energi. Sebagai sentuhan inovatif, mesin ini juga dilengkapi tampilan power reserve yang presisi serta mekanisme loncatan instan untuk hari dan tanggal, memastikan kepraktisan


tanpa mengorbankan integritas mekanis. Setiap bagian dirancang untuk menghadirkan pengalaman jam tangan yang tidak hanya presisi, tetapi juga memikat bagi para pecinta jam sejati. Arsitektur mesin 31-505 8J PS IRM CI J memperlihatkan bagaimana Patek Philippe memadukan keandalan mekanis untuk kegunaan seharihari. Dua barrel yang dirangkai seri memastikan distribusi tenaga tetap stabil selama delapan hari penuh, sementara indikator cadangan daya secara halus mengingatkan pemilik ketika energi mendekati habis. Kehadiran stop seconds memungkinkan penyetelan waktu dengan akurasi tinggi, sebuah detail yang sering dicari oleh para kolektor yang menghargai presisi yang mutlak. Mekanisme loncatan instan untuk hari dan tanggal bukan hanya memberi kepastian pada setiap perubahan kalender, tetapi juga memudahkan pengaturan tanpa risiko kesalahan teknis.
Setiap sisi Ref. 5328G-001 memancarkan paras memesona yang lahir dari perpaduan tradisi dan sentuhan kontemporer. Case emas putih berdiameter 41 mm dihiasi teknik Clous de Paris guilloché di seluruh caseband, sebuah detail ikonis yang mengingatkan pada warisan Calatrava klasik. Dial biru dengan gradasi hitam di tepi tampil bersih namun berkarakter, mempertegas jarum syringe dan indeks emas putih yang dilapisi luminesen untuk memastikan keterbacaan optimal. Tata letak vertikal menghadirkan keseimbangan visual, dengan indikator cadangan daya di atas, serta sub-dial detik kecil dan tampilan hari-tanggal di posisi enam. Selain menawarkan kekuatan mekanis dan desain memikat, Ref. 5328G-001 dirancang untuk memberikan kenyamanan yang nyata dalam setiap pemakaian. Jam ini hadir dengan dua pilihan temali: kulit anak sapi biru bermotif tekstil dan kulit anak sapi berwarna taupe polos, keduanya dilengkapi sistem interchangeable yang memungkinkan pemilik menggantinya dengan mudah tanpa alat tambahan. Triple-blade fold-over clasp yang dipatenkan Patek Philippe menambah rasa aman sekaligus menjaga estetika tetap rapi di pergelangan tangan. Ketahanan air hingga 30 meter memastikan jam ini siap menemani aktivitas sehari-hari tanpa kekhawatiran.
Ref. 5328G-001 hadir sebagai simbol bagaimana Patek Philippe terus menjaga keseimbangan antara warisan dan inovasi dalam seni pembuatan jam. Melalui perpaduan desain Calatrava yang ikonis dengan mesin 8 hari daya simpan dan teknologi jam tangan mutakhir, jam ini menjadi perwujudan filosofi merek: menjaga tradisi sambil menjawab tuntutan zaman. Setiap elemen, dari mesin hingga tampilan luar, dirancang bukan hanya untuk memikat mata, tetapi juga untuk menemani pemiliknya dalam perjalanan waktu yang panjang. Ref. 5328G-001 memperlihatkan bahwa presisi, estetika, dan makna dapat berjalan beriringan dalam satu karya. Bagi para kolektor, ia menjadi ajakan untuk merasakan bagaimana Patek Philippe menulis bab baru dalam cerita Calatrava dengan keberanian dan rasa hormat pada masa lalu.

GEOMETRY OF TIME
Tiga wajah dengan satu prinsip yang sama, Rolex Oyster Perpetual Land-Dweller menantang cara memahami presisi, bentuk, dan arah jam tangan masa depan

LAND-DWELLER MENCIPTAKAN IDENTITAS TERSENDIRI LEWAT SILUET GEOMETRIS YANG
MENGINGATKAN PADA ERA ROLEX QUARTZ, NAMUN DIBANGUN SEPENUHNYA DALAM KONTEKS MEKANIKAL
Peluncuran Rolex Oyster Perpetual Land-Dweller menandai perluasan lanskap horologi kontemporer dalam katalog Rolex. Diperkenalkan pada tahun 2025, koleksi ini bukan semata penambahan model baru, melainkan tonggak penting yang menghidupkan kembali semangat eksplorasi desain dan inovasi teknis. Mengambil tempat di antara Oyster Perpetual Sea-Dweller dan Oyster Perpetual Sky-Dweller, Land-Dweller menciptakan identitas tersendiri lewat siluet geometris yang mengingatkan pada era Rolex Quartz, namun dibangun sepenuhnya dalam konteks mekanikal. Koleksi ini memperlihatkan bagaimana Rolex terus menegaskan kemampuannya menyatukan konstruksi bentuk, fungsi, dan nilai warisan dalam satu visi terpadu. Bernuansa teguh dalam tradisi, namun terbuka pada evolusi.
Jika desain estetika Land-Dweller adalah sebuah apresiasi cerdas terhadap masa lalu, maka material pilihan pada setiap variannya adalah pernyataan eksklusif Rolex akan masa depan. Versi 36 mm hadir dengan material 18 ct Everose Gold, membawa dimensi yang lebih personal dan ekspresif. Model platinum 40 mm tampil dengan nuansa dingin yang presisi dan struktur tegas yang menuntut keterampilan tinggi dalam pengerjaan. Sementara varian White Rolesor 40 mm menawarkan komposisi yang seimbang antara kekuatan baja dan kemurnian logam mulia. Tiga ekspresi ini menunjukkan bagaimana Land-Dweller tidak hanya mencerminkan kemampuan teknis Rolex, tetapi juga kecermatannya dalam menyusun bahasa estetika yang dipilih secara matang.
Di balik dial yang memikat, Rolex mempercayakan performa Land-Dweller pada kaliber 7135, sebuah manifestasi kepiawaian teknik tingkat tinggi. Beroperasi pada frekuensi tinggi 36.000 getaran per jam, mesin jam ini menjamin presisi luar biasa, melampaui standar industri. Teknologi kunci di dalamnya,

HALAMAN SAMPING
Rolex Oyster Perpetual Land-Dweller 36, dari emas Everose 18 karat, dengan dial putih dihiasi motif sarang lebah, bertatahkan 10 berlian potongan baguette
HALAMAN INI DARI KIRI
Di balik case Rolex Oyster Perpetual Land-Dweller 36 yang transparan, terlihat mesin jam kaliber 7135; Rolex Testimonee dan pianis virtuoso asal China, Yuja Wang mengenakan Land-Dweller 36


escapement Dynapulse, menjadi jantung revolusi mekanikal yang mengurangi konsumsi energi hingga 30 persen dibanding escapement tradisional. Ditambah lagi inovasi seperti Syloxi hairspring berbahan silikon dengan geometri khusus dan sistem Paraflex shock absorber yang ditingkatkan, Land-Dweller tidak hanya akurat dalam pengukuran waktu, tetapi juga andal dalam kondisi ekstrem. Dengan cadangan daya mencapai 66 jam, kaliber ini merupakan bukti nyata komitmen Rolex terhadap presisi absolut dalam dunia horologi modern.
Melengkapi performa mekanisnya yang tangguh, Land-Dweller turut menyajikan keunggulan fungsional lewat fiturfitur pendukung yang dirancang secara presisi. Kaca safir antigores dengan Cyclops lens memastikan keterbacaan optimal pada jendela kalendernya, sebuah detail kecil namun sarat signifikansi dalam keseharian pengguna. Konstruksi Oyster case menjamin ketahanan terhadap air dan debu, sejalan dengan filosofi Rolex yang konsisten mengutamakan durabilitas di segala kondisi. Sementara itu, desain gelang jam Flat Jubilee yang terintegrasi secara seamless

dengan case jam tangan menghadirkan tampilan visual harmonis sekaligus rasa nyaman maksimal di pergelangan tangan. Sentuhan polished dan satin finis dengan bevel tegas menghasilkan efek kilau halus, sebuah perpaduan sempurna antara estetika elegan dan kepraktisan sehari-hari khas Rolex.

ROLEX MEMPERCAYAKAN PERFORMA
LAND-DWELLER PADA KALIBER 7135, SEBUAH
MANIFESTASI KEPIAWAIAN TEKNIK TINGKAT
TINGGI. BEROPERASI PADA FREKUENSI TINGGI
36.000 GETARAN PER JAM, MESIN JAM INI
MENJAMIN PRESISI LUAR BIASA, MELAMPAUI
STANDAR INDUSTRI
Visi di balik koleksi Land-Dweller terasa lebih utuh ketika mendengar langsung dari para tokoh di balik pengembangannya. Davide Airoldi, Head of Design Rolex, menjelaskan, “Model ini harus terinspirasi dari warisan estetika kami, tapi tetap berpandangan ke depan. Menyatukan dua dunia itu adalah tantangan terbesar.” Pendekatan ini terlihat jelas dari integrasi desain dan fungsionalitas yang rapi dalam setiap elemen Land-Dweller. Di sisi teknis, Frank Vernay, Head of Movements, menyebut escapement Dynapulse sebagai “revolusi dalam horologi yang tetap setia pada prinsip dasar Rolex.” Sementara Mathieu Vorontchouk, kepala prototipe dial, menyoroti bahwa “menciptakan kontras halus pada motif “sarang lebah” dengan ukiran laser adalah tantangan nyata yang menuntut presisi tinggi.” Land-Dweller bukan hanya hasil inovasi, tetapi juga hasil dialog mendalam antara tradisi dan evolusi.
Model Land-Dweller 36 merupakan interpretasi paling kompak dari koleksi terbaru Rolex, dengan case berdiameter 36 mm yang dibuat dari 18 karat emas Everose, paduan emas merah muda

HALAMAN SAMPING DARI ATAS
Tampilan Rolex Oyster Perpetual Land-Dweller 40, dari platinum 950 yang mewah, dengan jarum detik biru pada dial berwarna biru es dengan motif sarang lebah, dilengkapi tampilan Chromalight berpendar biru cerah
HALAMAN INI DARI ATAS
Roger Federer mengenakan Rolex Land-Dweller 40; Bagian belakang casing transparan Land-Dweller 40 menampilkan mesin jam kaliber 7135
COLLECTOR’S CORNER

eksklusif yang dikembangkan dan dipatenkan Rolex sejak 2005. Dial berwarna putih intens menampilkan motif sarang lebah yang diukir dengan teknologi laser, dihiasi 10 berlian potongan baguette yang ditempatkan sebagai penanda jam. Jam ini dilengkapi screw-down Twinlock winding crown, kaca safir antireflektif, dan water resistance hingga 100 meter. Desainnya disempurnakan dengan gelang jam Flat Jubilee, yang dipoles dengan finis satin dan polished secara bergantian, serta dilengkapi dengan Crownclasp tersembunyi. Diperkenalkan bersama sosok pianis virtuoso Yuja Wang, model ini mencerminkan perpaduan antara presisi teknis dan ekspresi artistik yang halus namun kuat.
Sebagai representasi tertinggi dari keanggunan teknis, Land-Dweller 40 tampil dengan case 40 mm yang sepenuhnya dibuat dari platinum 950, logam mulia paling langka dan padat yang dikenal karena daya tahannya terhadap korosi dan kilaunya yang tak tertandingi. Tantangan pengerjaannya menjadikan jam ini sebagai simbol keterampilan tingkat tinggi dalam pembuatan jam. Dilengkapi fluted bezel berbahan platinum, elemen desain yang menjadi penanda ikonis dalam keluarga Rolex, sekaligus penegasan bahwa keindahan dan presisi bisa berjalan beriringan.

Land-Dweller 40 White Rolesor menampilkan perpaduan harmonis antara kekuatan dan karakter melalui kombinasi Oystersteel dan emas putih 18 karat, ciri khas Rolex yang sesungguhnya, Rolesor telah ditampilkan pada model Rolex sejak awal tahun 1930-an, dan menjadi merek dagang pada tahun 1933. Penggunaan dua logam ini tidak hanya menciptakan kontras visual yang menarik, tetapi juga menjamin daya tahan struktural. Dial berwarna putih intens dengan motif sarang lebah dan tampilan Chromalight menawarkan keterbacaan tinggi dalam berbagai situasi. Sementara itu, bezel fluted dari emas putih menjadi penanda desain ikonis yang mempertegas siluet jam. Model ini dikenakan oleh Roger Federer, figur yang mencerminkan presisi. Land-Dweller bukan hanya koleksi baru, tetapi langkah terkurasi
Rolex dalam membentuk ulang bahasa desain dan teknologi jam tangan modern.
HALAMAN INI DARI KIRI
Rolex Land-Dweller 40 versi emas Rolesor putih yang merupakan perpaduan
Oystersteel dan emas putih 18 karat; Mesin jam kaliber 7135
THE UNUSUAL HOUR
Hermès memperkenalkan tiga jam tangan yang menjelajahi waktu dari sisi yang tak biasa, ada yang disembunyikan, ada pula yang dibiarkan larut dalam bentuk

FILOSOFI INI KEMBALI DIHIDUPKAN DALAM
TIGA KARYA TERBARUNYA DI WATCHES & WONDERS GENEVA 2025: ARCEAU, HERMÈS CUT, DAN MAILLON LIBRE
Awal perjalanan Hermès di dunia pembuatan jam tangan diawali pada tahun 1978, saat itu Arceau menjadi model perdana yang dirancang oleh Henri d’Origny. Desainnya sederhana namun tak biasa, dengan penyambung lug miring yang mengingatkan pada pijakan kaki penunggang kuda, atau sanggurdi. Dari titik mula ini, divisi jam tangan Hermès terus tumbuh mengikuti prinsip yang sama seperti karya-karya lain dari maison asal Perancis ini: mengutamakan presisi, menghargai proses, dan memberi ruang bagi keindahan yang bersifat subtil.



Bagi Hermès, waktu bukan sesuatu yang harus dikejar, melainkan dinikmati. Filosofi ini kembali dihidupkan dalam tiga karya terbarunya di Watches & Wonders Geneva 2025: Arceau, Hermès Cut, dan Maillon Libre. Masing-masing membawa sudut pandang yang berbeda tentang cara menampilkan waktu dalam bentuk yang lebih personal.
Hermès Arceau Le Temps Suspendu
Arceau Le Temps Suspendu bahwasannya adalah bujukan Hermès untuk berhenti sejenak dan menikmati kekosongan waktu yang disengaja. Konsepnya terkesan nyeleneh: jam tangan yang
HALAMAN INI
Koleksi Hermès Arceau Le Temps Suspendu dalam pilihan warna dial biru sunburst, merah rouge sellier atau cokelat brun désert


HALAMAN INI
Hermès Cut Le Temps Suspendu dilengkapi tombol mungil pada sisi case untuk mengaktifkan fungsi menghapus waktu dari pandangan
HALAMAN SAMPING
Koleksi Hermès Maillon Libre adalah jam tangan multifungsi yang mewah dan dapat dikenakan sebagai gelang, liontin, atau bros

dengan sengaja “menghilangkan” waktu, padahal bukan karena abai, melainkan karena ingin memberi ruang pada momen yang tak terikat urgensi detik atau kesibukan jadwal. Ketika tombol ditekan, jarum jam dan menit perlahan kembali ke posisi istirahat, sementara mesin terus berdetak dalam diam, menyimpan waktu di balik layar. Saat tombol ditekan kembali, waktu kembali ditampilkan seolah tak pernah pergi. Di balik permainan halus ini, tersembunyi komplikasi mekanis yang rumit, tetapi disampaikan secara piawai, nyaris tanpa suara. Versi terbaru Arceau tahun ini hadir dalam case berdiameter 42 mm dengan pilihan warna yang semakin memperdalam nuansa kontemplatif: biru
sunburst, cokelat brun désert, dan merah rouge sellier. Ketiganya memancarkan karakter berbeda, tetapi tetap mempertahankan esensi dari koleksi ini: waktu yang tidak mendesak. Kaliber H1912 yang dikembangkan oleh Hermès menyalurkan gagasan ini ke dalam gerakan yang lembut namun berpresisi. Dekorasi pelat jam yang dipenuhi angka melingkar dengan posisi acak menambah kesan surealis, seolah waktu sedang bermain-main, menyamar sebagai sesuatu yang tak lagi mutlak. Lagi-lagi, melalui Arceau Le Temps Suspendu, Hermès mengajak pemakainya untuk mengingat bahwa dalam hidup, terkadang yang paling berarti adalah saat-saat di mana waktu terasa tidak berjalan.
Hermès Cut Le Temps Suspendu
Jika Arceau Le Temps Suspendu adalah bentuk reflektif dari waktu yang diredam, maka Hermès Cut Le Temps Suspendu menampilkan keseimbangan antara ketegasan dan keheningan, dalam bentuk yang lebih modern namun tetap menyimpan ketenangan yang serupa. Untuk pertama kalinya, komplikasi time suspended hadir dalam bentuk geometris khas Hermès Cut. Case 39 mm-nya membentuk lingkaran yang nyaris bulat penuh, namun dipahat oleh garis-garis tajam yang memunculkan karakter. Tampilan luarnya menunjukkan keberanian, tetapi di dalamnya tersimpan mekanisme yang kembali bermain dengan ketiadaan. Sama seperti versi Arceau, tombol mungil pada sisi case akan mengaktifkan fungsi yang sama, untuk menghapus waktu dari pandangan, mengingatkan bahwa bahkan di tengah bentuk paling kontemporer pun, jeda tetap punya tempat. Palet warna merah yang membalut model tahun ini memberi napas baru pada konsep ini. Bukan merah yang mencolok, tetapi merah yang dalam dan tenang, seperti bara yang tersimpan. Pelat jam-nya tampil bersih, nyaris tanpa gangguan, kecuali angka-angka yang tersebar melingkar, mempertahankan kesan surealis dari pendahulunya. Kaliber H1912 kembali menjadi penopang komplikasi ini, menghadirkan gerakan presisi untuk fungsi yang dirancang
COLLECTOR’S CORNER







TERINSPIRASI DARI KONSTRUKSI RANTAI JANGKAR, BENTUKNYA MEMBEBASKAN WAKTU DARI TAMPILAN

KONVENSIONAL. TIDAK ADA ANGKA, TIDAK ADA JARUM DETIK YANG BERLARI, HANYA GARIS LENGKUNG YANG SALING
MENGUNCI, MEMBENTUK SILUET SEPERTI UKIRAN
seolah tak bergerak. Hermès Cut Le Temps Suspendu bukanlah pernyataan yang lantang, melainkan sebuah bisikan lembut tentang bagaimana waktu bisa hadir dalam bentuk paling minimal, tanpa kehilangan makna. Sebuah keseimbangan antara struktur dan ruang kosong, antara kejelasan dan misteri.
Hermès Maillon Libre
Berbeda dari dua pendahulunya yang bermain-main dengan waktu melalui mekanisme, Maillon Libre justru memikat lewat bentuk. Ia hadir sebagai jam tangan yang menyeberang batas fungsi, menjelma menjadi objek bebas tafsir bagi siapapun yang melihatnya—berkat parasnya yang berada di antara perhiasan dan penunjuk waktu. Terinspirasi dari konstruksi rantai jangkar, bentuknya membebaskan waktu dari tampilan konvensional. Tidak ada angka, tidak ada jarum detik yang berlari, hanya garis lengkung yang saling mengunci, membentuk siluet seperti ukiran. Hermès merancangnya untuk dikenakan sebagai gelang, liontin, atau bros, sehingga memberi kebebasan bagi pemakai untuk menafsirkan sendiri hubungan mereka dengan waktu. Dalam dunia yang serba
terukur, Maillon Libre memilih jalur lain: menyatu dengan tubuh, hadir dalam diam, dan tetap mengandung fungsi. Tersedia dalam dua versi, jam ini dapat tampil sebagai jam tangan atau jam bros, memperluas definisi jam tangan ini sebagai aksesori yang mampu melengkapi hari-hari pemiliknya berkat keahlian multifungsinya. Maillon Libre hadir dalam emas putih dan emas merah muda, masing-masing dihiasi 82 berlian potongan brilian yang membingkai bentuknya secara elegan. Rangkaian lengkungnya dibuat dengan presisi tinggi, tetapi hasil akhirnya tetap terasa intuitif, seolah berasal dari alur gerakan tangan itu sendiri. Dimensi case-nya yang ringkas menjaga proporsi tetap harmonis, sementara tali kulit dan pin khusus memungkinkan jam ini dikenakan sebagai perhiasan yang berpindah fungsi. Hermès tidak menjadikan jam ini sebagai pernyataan besar, melainkan sebagai penanda halus tentang bagaimana waktu bisa diselipkan dalam bentuk paling tak terduga. Di sinilah puncak eksplorasi Hermès tahun ini bermuara: dari mekanisme yang menyembunyikan waktu, hingga desain yang membiarkannya larut dalam bentuk. Sebuah pengingat bahwa waktu, ketika dibiarkan bebas, bisa menjadi bagian dari keindahan yang paling personal.
THE TIME TRAVELLERS
Kreasi Louis Vuitton terbaru mengubah jam tangan menjadi sarana eksplorasi yang mengantar penggunanya menjelajah hutan belantara, memahami kedisiplinan bushido, dan menatap orbit luar angkasa langsung dari pergelangan tangannya

Selama lebih dari dua dekade, Louis Vuitton telah meniti langkah di dunia pembuatan jam tangan dengan penuh kesungguhan. Berangkat dari warisan seni bepergian dan dorongan untuk terus bereksperimen, High Watchmaking menjadi medium bagi rumah mode asal Paris ini untuk menyalurkan kerajinan, imajinasi, dan presisi teknis. Di La Fabrique du Temps Louis Vuitton, yang berlokasi di Meyrin, Swiss, seluruh aspirasi tersebut dirancang dan diwujudkan. Melalui alur dari tiga bengkel khusus yang tiap-tiapnya menangani divisi seni dekoratif, pembuatan casing, dan perakitan mesin jam. Koleksi terbaru jam tangan Louis Vuitton tahun 2025 merefleksikan rancangan dengan pendekatan yang penuh imajinasi dan presisi. Di mana penunjuk waktu dijadikan medium untuk bercerita, bereksplorasi, dan merayakan budaya.




JAM TANGAN INI MENGHADIRKAN SEBUAH
PANGGUNG MINIATUR YANG SEPENUHNYA
AKTIF. DENGAN TUJUH ANIMASI DAN LIMA
BELAS ELEMEN BERGERAK
Louis Vuitton Escale en Amazonie Pocket Watch Unique piece
Petualangan horologis Louis Vuitton dimulai lewat Escale en Amazonie, jam saku pertama dari lini Escales autour du Monde. Terinspirasi lanskap hutan hujan Amazon yang kaya akan kehidupan, jam tangan ini menghadirkan sebuah panggung miniatur yang sepenuhnya aktif. Dengan tujuh animasi dan lima belas elemen bergerak, pemandangan di permukaan pelat jam membentuk kanvas tiga dimensi: perahu kayu yang meluncur di antara dedaunan, koper Louis Vuitton yang terbuka memperlihatkan bunga monogram emas, serta satwa liar seperti burung beo, ular, dan monyet yang bereaksi secara dinamis. Gerakan ini digerakkan oleh mekanisme Jacquemart yang diaktifkan melalui penggeser pada posisi pukul enam. Di bagian atas pelat jam, sebuah kompas mawar berputar sebagai elemen penanda arah visual. Seluruh adegan diukir dari lembaran emas tipis, kemudian diberi enamel miniatur dalam beberapa lapisan, sehingga menghasilkan efek gerak yang alami, ringan, dan penuh karakter.



Di balik tampilan pelat jam yang kaya detail tersembunyi mesin jam dengan kompleksitas luar biasa. Kaliber LFT AU14.03 merupakan mesin manual yang sepenuhnya dirancang dan dirakit di La Fabrique du Temps Louis Vuitton, terdiri dari 555 komponen dan mencakup fungsi minute repeater, tourbillon, serta modul automata yang menggerakkan seluruh skena pada pelat jam. Pengerjaan dan penyelesaian mesin dilakukan secara manual oleh satu pembuat jam, memakan waktu lebih dari 500 jam.
Beveling pada 646 sudut dalam, ukiran tangan, dan teknik mirror polishing diterapkan pada bagian-bagian yang terlihat maupun yang tersembunyi. Permukaan safir pelindung juga dihias dengan enamel miniatur, memproklamirkan pertama kalinya Louis Vuitton menerapkan teknik ini pada kaca jam.
Louis Vuitton Tambour Bushido Automata W1PG31
Setelah mengangkat tema Vanitas dalam Tambour Carpe Diem dan kesenian topeng Tiongkok di Tambour Opera Automata, Louis Vuitton kini mengarahkan pandangannya ke Jepang. Melalui
Tambour Bushido Automata, Maison ini menggali nilai-nilai samurai dan prinsip hidup Bushido yang sarat disiplin, kehormatan, dan estetika visual yang kuat. Di tangan para pengrajin La Fabrique du Temps, jam tangan ini menjadi persembahan sinematik berdurasi 16 detik dalam bentuk animasi mikro. Di permukaan pelat jam, tampak sosok samurai dalam pose tenang yang bergerak ketika tombol diaktifkan. Topeng yang dikenakan berubah ekspresi,


matanya menajam, rahangnya terbuka dan menampilkan tulisan “Bushido” dalam karakter Jepang berwarna merah. Di atas dahi helm, angka jam melompat muncul, sementara menit ditunjukkan oleh gerakan katana bergaya retrograde. Seluruh animasi ini dijalankan oleh kaliber LV 525 manual, yang terdiri dari 426 komponen dan diciptakan oleh Michel Navas dan Enrico Barbasini.
Pahatan dan enamel pada pelat jam menggambarkan simbolisme samurai dengan presisi tinggi. Helm kabuto dan wajah menpo dipahat dari emas, lalu diproses menggunakan teknik kalamin dan bas-relief. Mata sang yokai, makhluk mitologis di bagian helm, ditanamkan batu rubi dan dikerjakan dengan tingkat kedalaman visual yang menciptakan kesan hidup. Teknik enamel seperti paillonné, cloisonné, dan enamel lukis digunakan secara bertumpuk untuk membangun latar gunung, langit, serta rona merah menyala pada elemen-elemen khas Jepang. Bahkan bagian belakang case digarap layaknya lukisan miniatur, menggambarkan perjalanan seorang samurai dengan latar Gunung Fuji dan matahari terbenam yang diukir dan ditutup enamel merah transparan.
HALAMAN SAMPING
Louis Vuitton Escale en Amazonie Pocket Watch Unique piece ini ditenagai
Kaliber LFT AU14.03 m yang sepenuhnya dirancang dan dirakit di La Fabrique du Temps Louis Vuitton, terdiri dari 555 komponen
HALAMAN INI
Louis Vuitton Tambour Bushido Automata W1PG31 yang sangat unik, lengkap dengan Helm kabuto dan wajah menpo dipahat dari emas, dan diproses menggunakan teknik kalamin dan bas-relief
LEGENDARY STATUS
Bagaimana OMEGA Speedmaster terus berevolusi selama enam dekade—dari menaklukkan luar angkasa hingga menjadi impian para penggemar horologi

Satu langkah manusia di Bulan enam dekade silam bukan hanya mengubah arah peradaban, tapi juga menyalakan impian baru bagi para pecinta jam tangan di seluruh dunia. Dalam momen bersejarah itu, OMEGA Speedmaster — jam tangan buatan Swiss yang melekat di pergelangan tangan para astronot — tak hanya mencatat waktu, tapi juga mencatat sejarah. Sejak saat itu, Speedmaster menjadi bukan hanya sekadar alat penunjuk waktu, melainkan simbol kesuksesan, kemewahan, dan semangat menjelajah tanpa batas. Bagi para kolektor dan penggemar jam tangan, memilikinya bukan hanya tentang gaya, tapi tentang memiliki bagian dari warisan eksplorasi luar angkasa yang luar biasa. Di dunia horologi, hanya sedikit jam tangan yang mampu mempertahankan eksistensinya selama lebih dari setengah abad, Speedmaster adalah salah satunya.
Tak hanya kaya akan sejarah yang menggugah dan layak jadi bahan perbincangan, OMEGA Speedmaster juga memikat dari segi desain — nyaris sempurna untuk sebuah jam sport
Cincin tachymeter hitam yang tegas membingkai klasik dial jam dengan tiga subdial yang harmonis, sementara tiga pusher di sisi
casing menambahkan karakter sekaligus fungsi. Kombinasi ini menjadikannya bukan sekadar jam tangan, tapi sebuah ikon. Meski telah sering dikupas, kisah panjang ini tak pernah kehilangan daya tariknya — selalu ada alasan untuk membacanya kembali, lagi dan lagi. Sejarah Speedmaster dan luar angkasa dimulai pada 1 Maret 1965, ketika NASA secara resmi menyatakan OMEGA Speedmaster sebagai “Flight Qualified for all Manned Space Missions” (memenuhi kualifikasi untuk semua misi berawak). Momen ini menandakan keberhasilan teknologi sekaligus peran penting jam ini dalam berbagai misi bersejarah, termasuk seluruh pendaratan di Bulan. Dua tahun sebelumnya, Presiden John F. Kennedy menyatakan bahwa AS akan mendaratkan manusia di Bulan sebelum dekade berakhir, memicu perlombaan luar angkasa. Setelah program Mercury, para astronot meminta jam tangan mekanik yang andal sebagai cadangan jika sistem digital gagal di luar angkasa.
Pada tahun 1964, Direktur Operasi NASA, Deke Slayton, mengirim permintaan jam kronograf berkualitas tinggi ke berbagai produsen jam. Hanya empat merek yang merespons dan jam-jam mereka diuji oleh insinyur NASA, James Ragan. Dari tiga merek terakhir yang

DARI TIGA MEREK TERAKHIR YANG
DIUJI, HANYA OMEGA SPEEDMASTER ST 105.003 YANG LULUS SEMUA
DARI 11 UJI COBA YANG KETAT. UJI
TERSEBUT MENCAKUP KONDISI SUHU
TINGGI DAN RENDAH, RUANG HAMPA, KELEMBAPAN, KOROSI, KETAHANAN
GUNCANGAN, PERCEPATAN, TEKANAN, GETARAN, DAN KEBISINGAN AKUSTIK




diuji, hanya OMEGA Speedmaster ST 105.003 yang lulus semua dari 11 uji coba yang ketat. Uji tersebut mencakup kondisi suhu tinggi dan rendah, ruang hampa, kelembapan, korosi, ketahanan guncangan, percepatan, tekanan, getaran, dan kebisingan akustik. Jam dari merek lain gagal—ada yang melengkung atau pecah— sedangkan Speedmaster berhasil melewati semua ujiannya. Selain uji laboratorium, pendapat para astronot sangat berpengaruh. Saat diberikan beberapa pilihan jam tanpa mengetahui hasil uji, para astronot secara bulat memilih Speedmaster karena akurasi, keandalan, keterbacaan, dan kemudahan penggunaannya. Jam ini resmi digunakan dalam misi Gemini 3 pada 23 Maret 1965, dikenakan oleh Virgil “Gus” Grissom dan John Young.
Speedmaster terus berkembang dan digunakan di beberapa misi lainnya. Ed White mengenakannya saat spacewalk pertama Amerika, dan kru Apollo 8 membawanya dalam misi mengorbit Bulan. Paling terkenal, Speedmaster menjadi jam pertama yang dikenakan di Bulan saat pendaratan Apollo 11 pada 20 Juli 1969 oleh Buzz Aldrin. Sekilas, tampilan Speedmaster dari generasi ke generasi terlihat nyaris tak berubah. Namun di balik wajah yang familiar itu, OMEGA terus menyempurnakan setiap detailnya. Salah satu contohnya terlihat pada ukuran casing. Dari model ST 105.003 yang berukuran 39,7 mm yang dirilis tahun 1965, OMEGA telah memperkenalkan Speedmaster Moonwatch 310.30.42.50.01.001 dengan casing 42 mm pada tahun 2021. Ukuran baru ini terinspirasi dari model generasi ke-4 yang digunakan dalam misi Apollo 11, dan dianggap sebagai titik temu sempurna antara estetika dan kenyamanan di pergelangan tangan.
Perkembangan juga terlihat dari jantung jam itu sendiri. Tahun 2020, OMEGA memperkenalkan kembali Calibre 321, mesin legendaris yang digunakan dalam berbagai misi luar angkasa, dan kini direkonstruksi secara presisi menggunakan teknologi pencitraan mutakhir. Setahun kemudian, Speedmaster hadir dalam versi Co-Axial Master Chronometer yang mengedepankan presisi luar biasa serta ketahanan terhadap medan magnet—sebuah standar baru dalam dunia jam tangan mekanikal. Dari sisi estetika, OMEGA tetap menjaga sentuhan vintage yang menjadi ciri khas Speedmaster. Namun material dan teknologi yang digunakan terus berkembang. Indeks jam yang dulu menggunakan tritium, kini digantikan oleh Super-LumiNova, memberikan pencahayaan lebih aman dan tahan lama. Sementara itu, bezel tachymeter—ikon visual Speedmaster—tetap mempertahankan bentuk dan skala khasnya, namun kini diproduksi dengan keramik hitam dan enamel putih, menggantikan material aluminium yang sebelumnya digunakan.
Meski awalnya dirancang untuk dunia balap, karakter Speedmaster menjadikannya pilihan ideal untuk eksplorasi luar angkasa. Kaca hesalite yang kuat, sistem penyegelan khusus, serta keterbacaan tinggi menjadikannya teman setia para astronot sejak era Apollo. Lebih dari sekadar alat penunjuk waktu, Speedmaster adalah simbol ketangguhan, presisi, dan warisan sejarah. Inilah jam tangan yang menyatukan keanggunan desain, inovasi teknologi, dan semangat eksplorasi manusia. Bagi para kolektor dan penggemar sejati, OMEGA Speedmaster bukan hanya jam tangan— ia adalah impian yang layak untuk diperhitungkan.
HALAMAN SAMPING DARI KIRI
Tiga jam tangan Speedmaster yang diproduksi selama 60 tahun terakhir, dari kiri: Speedmaster ST 105.003 tahun 1964; Speedmaster Moonwatch tahun 2021 dan Speedmaster Calibre 321 tahun 2020
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Cincin tachymeter hitam membingkai dial jam; Mesin pada model Speedmaster Calibre 321 tampak dari bagian belakang case transparan; Pidato JFK: “Kami memilih untuk pergi ke Bulan,” 12.09.1962, Foto: John F. Kennedy Presidential Library & Museum; Sertifikat Speedmaster 1965 Filter Neutre, Foto: NASA; Misi Gemini 4 Juni 1965, Foto: NASA
MONACO REIMAGINED
Tiga wajah baru TAG Heuer Monaco memperlihatkan bagaimana nilai sejarah, perkembangan teknologi, dan semangat dunia balap bertemu dalam satu iringan waktu


Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 1969, TAG Heuer Monaco telah menjadi penanda keberanian dalam dunia jam tangan. Dengan bentuk kotaknya yang menjadi ciri khas dan keberpihakannya pada dunia balap, jam tangan ini tidak hanya merekam waktu, tetapi juga menciptakan pernyataan yang melekat dalam perjalanan sejarahnya. Di tengah perubahan gaya dan teknologi yang berkesinambungan, TAG Heuer tetap menjaga semangat eksplorasi yang menjadi denyut nadinya. Tahun ini, semangat itu dituangkan dalam tiga interpretasi terbaru dari Monaco. Masing-masing membawa cerita yang berbeda, mulai dari penghormatan terhadap warna Gulf yang legendaris, nostalgia stopwatch klasik, hingga inovasi tertinggi lewat mekanisme splitseconds yang rumit, berpresisi, dan memukau.
TAG Heuer Monaco Chronograph x Gulf
Di antara sejarah panjang kolaborasi dunia jam tangan dan balap, warna biru muda dan oranye khas Gulf memiliki tempat tersendiri. TAG Heuer Monaco Chronograph x Gulf meneruskan nilai warisan tersebut dengan pendekatan yang lebih matang dan modern. Menghadirkan semangat era 70-an di pergelangan tangan, jam tangan edisi terbatas ini merayakan kolaborasi legendaris TAG Heuer dengan Gulf, lambang sejati bagi para penggemar balap dan penikmat desain. Warna-warna legendaris itu hadir dalam dial perak berbutir halus, dihiasi aksen biru sunray, oranye dan sub dial warna hitam yang kontras, menghadirkan komposisi visual yang penuh ritme. Model ini tak hanya membangkitkan memori akan Steve McQueen dan mobil balap Le Mans, tetapi juga menempatkan dirinya sebagai objek yang menyatukan nostalgia dengan performa masa kini. Teknologi yang melengkapi jam ini pun tidak kalah impresif. Monaco Chronograph x Gulf mengandalkan Calibre Heuer 11, sebuah mesin jam otomatis yang menawarkan cadangan daya hingga 40 jam. Mekanismenya menggunakan komponen column wheel dan vertical clutch, yang menjamin kehalusan dari setiap fungsi kronograf saat digunakan. Casing


MODEL INI TAK HANYA MEMBANGKITKAN
MEMORI AKAN STEVE MCQUEEN DAN
MOBIL BALAP LE MANS, TETAPI JUGA OBJEK
YANG MENYATUKAN NOSTALGIA DENGAN
PERFORMA MASA KINI
Titanium Grade-2 berdiameter 39mm dipoles dengan garis bersih, dilindungi oleh kaca safir yang juga memungkinkan pandangan ke bagian belakang. Temali kulit berlubang dalam warna biru tua dengan jahitan oranye, atau tali tekstil putih dengan jahitan oranye yang dibuat dari bahan yang sama dengan baju balap McQueen melengkapi siluet sporty yang tetap mengesankan di segala suasana.
HALAMAN SAMPING
Dua pilihan tali jam pada model TAG Heuer Monaco Chronograph x Gulf, yaitu bahan kulit berlubang warna biru tua dengan jahitan oranye, atau tali tekstil putih dengan jahitan oranye yang dibuat dari bahan yang sama dengan baju balap McQueen
HALAMAN INI
Warna-warna legendaris hadir pada dial perak berbutir halus dengan aksen biru sunray, oranye dan sub dial hitam; Jam ditenagai oleh mesin Calibre Heuer 11; Case Titanium Grade-2 berdiameter 39mm dengan ketebalan 15mm


TAG HEUER MONACO CHRONOGRAPH
STOPWATCH MENYALURKAN ESTETIKA BALAP
KLASIK, DAN GESPER TITANIUM YANG DIHIASI
LOGO HEUER MEMPERKUAT WARISAN JAM
TANGAN YANG KAYA
TAG Heuer Monaco Chronograph Stopwatch
Model ini membawa TAG Heuer kembali ke akar keahliannya dalam mengukur waktu, terinspirasi langsung dari stopwatch klasik yang pernah digunakan dalam ajang balap pada era 1960an dan 70-an. Dial jam berbutir hitam dan perak menampilkan jarum tengah dalam warna merah cerah dan satu indeks merah berpernis di posisi pukul 12, mengingatkan pada desain stopwatch Heuer yang ikonik dari tahun 1960-an & 70-an. Melindungi pelat jam, casing jam terbuat dari titanium hitam berlapis DLC yang ringan dan tahan lama, menawarkan sentuhan kontemporer pada bentuk ikonik TAG Heuer Monaco. Sesuai tradisi, tombol jam tetap berada di sisi kiri casing, sebuah detail khas yang memperkuat siluetnya yang langsung dikenali. Dilengkapi tali kulit warna hitam berlubang, memberikan penghormatan kepada sarung tangan balap yang dikenakan oleh pengemudi, TAG Heuer Monaco Chronograph Stopwatch menyalurkan estetika balap klasik, dan gesper titanium yang dihiasi logo HEUER memperkuat warisan jam tangan yang kaya. Di balik tampilannya yang lugas, jam ini mengusung mesin otomatis Calibre 11, menjamin kinerja akurat dan keandalan dalam jangka panjang. Casing dari bahan titanium sand-blast berukuran 39mm dan tombol jam titanium berlapis DLC hitam, Monaco Stopwatch bukan hanya alat pengukur waktu, melainkan interpretasi ulang dari alat yang pernah mencatat rekor dan mendampingi para pembalap profesional.

HALAMAN SAMPING

TAG Heuer Monaco Chronograph Stopwatch memamerkan kode desain stopwatch Heuer klasik, dengan penggunaan warna hitam, putih, dan merah, yaitu palet warna asli Heuer
HALAMAN INI
Stopwatch Mekanik Heuer antik; Jam memiliki casing titanium sand-blast berukuran 39mm dan tombol jam titanium berlapis DLC hitam; Di balik case jam transparan, terlihat mesin otomatis Calibre 11

INI
TAG Heuer Monaco Split-Seconds Chronograph dibuat menggunakan material TH-Titanium yang ringan namun kuat
HALAMAN SAMPING
Di dalam casing 41mm yang dibingkai cincin bezel transparan, terlihat dial jam skelet yang memperlihatkan kompleksitas mekanisme jam; Pembuatan material TH-Titanium; Di balik case transparan, terlihat mesin jam kronograf TH81-00


TAG Heuer Monaco Split-Seconds Chronograph


JANTUNG JAM INI ADALAH MESIN JAM KRONOGRAF
TH81-00 BUATAN TANGAN, HASIL KOLABORASI TAG HEUER DAN VAUCHER MANUFACTURE FLEURIER, YANG MENAWARKAN KEMAMPUAN SPLIT-SECONDS
DENGAN PRESISI TINGGI
Dari semua model Monaco yang dirilis tahun ini, Split-Seconds Chronograph berdiri di garis depan inovasi. Ini adalah pertama kalinya TAG Heuer memperkenalkan fungsi rattrapante ke dalam seri Monaco, menandai tonggak baru dalam sejarah teknisnya. Jam ini dibuat menggunakan material TH-Titanium yang ringan namun kuat, memberikan struktur kokoh tanpa membebani pergelangan tangan. Dial jam berkonstruksi skelet memperlihatkan kompleksitas mekanisme di dalamnya, menghadirkan lapisan visual yang dinamis dan mendalam. Casing 41 mm yang dibingkai cincin bezel transparan menambah efek modern yang futuristik, sementara detail bendera kotak-kotak dan aksen merah memperkuat relasinya dengan dunia balap, tempat TAG Heuer pertama kali menemukan identitasnya. Jantung jam ini adalah mesin jam kronograf TH81-00 buatan tangan, hasil kolaborasi TAG Heuer dan Vaucher Manufacture Fleurier, yang menawarkan
kemampuan split-seconds dengan presisi tinggi. Mekanisme ini memungkinkan pengguna mengukur dua waktu berbeda secara bersamaan, fitur yang sangat dihargai dalam lomba-lomba balap atau uji ketahanan. Bagian belakang transparan memperlihatkan rotor skelet merah dengan ukiran TAG Heuer yang mempertegas kesan performa tinggi. Tali kulit bertekstur kain dengan aksen hijau muda dirancang untuk menyatu sempurna dengan desain keseluruhan. Monaco Split-Seconds Chronograph bukan hanya jam tangan, tetapi perwujudan ketelitian ekstrem yang ditampilkan dengan keberanian visual dan keindahan teknis yang terukur.
Tiga interpretasi Monaco tahun ini memperlihatkan luasnya kemungkinan ketika warisan bertemu dengan keberanian berinovasi. Mulai dari kolaborasi Gulf yang menggugah nostalgia, desain stopwatch yang menghormati akar mekanis, hingga teknologi split-seconds yang mampu melesat ke masa depan, TAG Heuer terus merayakan waktu dengan cara yang tak pernah membosankan. Masing-masing model menawarkan perspektif baru terhadap kecepatan, presisi, dan desain, sekaligus mempertahankan identitas Monaco yang khas. Dalam dunia yang terus bergerak, TAG Heuer memilih untuk tidak hanya mengikuti waktu, tetapi membentuknya. Di pergelangan tangan, setiap Monaco bukan hanya penunjuk waktu, melainkan kisah perjalanan yang terus berkembang.


ALLURING DIMENSION
Pembuat jam tangan independen asal Prancis, Bell & Ross memperkenalkan BR-05 dengan ukuran casing yang lebih kompak yaitu 36mm, evolusi elegan dari lini jam tangan urban mereka. Model baru ini, yang lebih kecil dari versi awal 40mm, dirancang bagi mereka yang menginginkan jam tangan yang ramping, canggih, dan serbaguna—khususnya menarik bagi wanita dan penggemar jam tangan berukuran kecil. Sebagai bagian dari koleksi Urban, dengan jam terbaru ini Bell & Ross jelas ingin menangkap tren, dimana penggemar jam banyak yang ingin mengenakan jam berukuran kompak. Ini dikarenakan merek yang berbasis di Paris ini terkenal dengan jam tangan instrumen yang berukuran cukup besar. Contohnya BR-03 yang ikonik dan telah hadir selama dua dekade, memiliki ukuran casing sebesar 41mm dan 42mm. Bahkan jam terbaru ini dibilang dibilang sebagai baby BR-03 karena kemiripan desain case-nya.
BR-05 36MM MEMPERTAHANKAN FOKUS
BELL & ROSS PADA KETERBACAAN DIAL.
MODEL INI MENAMPILKAN ANGKA TEBAL, JARUM SKELETON YANG HALUS, DAN INDEKS
BERCAHAYA DENGAN SUPER-LUMINOVA


Membuat varian berukuran 36mm merupakan sebuah tantangan desain tersendiri, karena seperti yang kita tahu pengurangan ukuran memerlukan rekayasa ulang yang presisi. Setiap komponen harus disesuaikan ulang tanpa mengorbankan konstruksi mewah dan kokoh yang menjadi ciri khasnya. Pada jam digital, membuat jam yang lebih kecil dan tipis mungkin sebuah hal yang lebih mudah, namun kebalikannya bagi sebuah jam mekanis yang penuh kerumitan dalam pembuatannya. Setiap usaha untuk membuat jam mekanis yang lebih ramping merupakan sebuah hal yang patut diapresiasi. Jam tangan BR-05 pertama kali diluncurkan dalam ukuran 40mm pada tahun 2019, kemudian berkembang menjadi varian 41mm GMT dan 42mm kronograf. Kini, versi 36mm menjadi langkah baru dalam inklusivitas dan kenyamanan. Desainnya menghadirkan sentuhan urban yang elegan sekaligus memperbaiki proporsi agar lebih pas di pergelangan tangan kecil. Ini bukan hanya soal mengecilkan ukuran, melainkan keputusan desain untuk menyambut audiens baru yang lebih luas. BR-05 36mm mempertahankan fokus Bell & Ross pada keterbacaan dial Model ini menampilkan angka tebal, jarum skeleton yang halus, dan indeks bercahaya dengan Super-LumiNova untuk visibilitas
dalam gelap yang mumpuni. Jika dilihat lebih dekat, meskipun dial BR-05 memiliki angka serupa yang khas dan bergaya militer yang ditemukan jam BR-03, angka-angka tersebut lebih kecil, dan jalur menit teknis telah dihilangkan untuk tampilan yang lebih sophisticated
Untuk melindungi dial, jam ini menggunakan kaca safir dengan lapisan penahan kilau untuk kenyamanan penggunanya. Dial berlapis lacquer dengan efek sinar matahari hadir dalam pilihan warna hitam, abu-abu, biru es, dan mother-of-pearl, memberikan karakter unik pada tiap model. Seperti model
HALAMAN SAMPING
BELL & ROSS BR-05 terbaru hadir dengan ukuran casing 36mm yang lebih kecil, cocok dikenakan di pergelangan pria maupun wanita, dengan pilihan pelat jam hitam sunray-brushed dan pernis mengilap
HALAMAN INI
BELL & ROSS BR-05 dalam versi dengan pelat jam abu-abu dengan polesan sunray dan pernis mengilap, dengan case jam berukuran 36mm dan ketebalan 8.5mm
COLLECTOR’S CORNER



HALAMAN INI
Model mengenakan BELL & ROSS BR-05 dalam versi pelat jam biru muda dengan polesan sunray-brushed dan pernis mengilap, serta angka dan indeks dalam gaya “baignoire” dengan lapisan rhodium yang dipoles
HALAMAN SAMPING
Versi dalam pelat jam yang terbuat dari cangkang mutiara kelas A, dan dilengkapi fungsi utama penunjuk jam, menit, dan detik yang digerakkan oleh mesin otomatis BR-CAL.329 dengan cadangan daya sampai 54 jam


FUNGSI UTAMA BR-05 36MM ADALAH PENUNJUK JAM, MENIT, DAN DETIK— DIGERAKKAN OLEH MESIN OTOMATIS BRCAL.329 DENGAN CADANGAN DAYA SAMPAI 54 JAM YANG CUKUP FLEKSIBEL

BR-05 yang berukuran lebih besar, casing jam ini juga memiliki tampilan berkualitas tinggi dengan finishing satin dan polished yang memperindah bentuk case bersudut dan terintegrasi mulus dengan desain gelangnya yang fleksibel. Dengan casing yang lebih ramping, jam terbaru ini memiliki ketebalan hanya 8.5 mm yang nyaman untuk digunakan. Untuk fleksibilitas sehari-hari, jam ini juga memiliki ketahanan air sampai 100 meter.
Fungsi utama BR-05 36mm adalah penunjuk jam, menit, dan detik—digerakkan oleh mesin otomatis BR-CAL.329 dengan cadangan daya sampai 54 jam yang cukup fleksibel. Mesin jam ini berbasiskan Sellita SW-300, yang merupakan mesin jam yang ramping dengan ketebalan hanya 3.6 mm dan frekuensi 4Hz. Meskipun berukuran kecil, jam ini didesain tetap tangguh dan andal, mencerminkan prinsip Bell & Ross tentang presisi, kenyamanan, dan kegunaan. Dengan desainnya yang menarik dan kuat, namun dengan komposisi casing yang ramping membuat BR-05 36mm menjadi sebuah penawaran yang menarik bagi para penggemar horologi.
TWO DAYS WITH PARMIGIANI
Dari Neuchâtel hingga ke Fleurier, di Val-de-Travers, Swiss, kami menikmati perjalanan untuk mengungkap rahasia merek Parmigiani Fleurier dalam menciptakan jam tangan mereka yang mumpuni

Parmigiani Fleurier adalah salah satu dari sedikit produsen jam tangan yang mampu memproduksi seluruhnya sendiri (in-house), dengan fasilitas manufaktur yang tersebar di berbagai penjuru Swiss. Hal ini adalah sebuah pencapaian yang mengesankan untuk merek jam yang baru didirikan pada tahun 1996 dan masih terhitung muda di industri jam yang sangat tua. Kami diundang untuk mengunjungi beberapa unit manufaktur mereka di La Chaux-de-Fonds, mengikuti lokakarya enamel dengan Vanessa Lecci di studionya di Neuchâtel, hingga berkeliling di sekitar kota asal merek tersebut, Fleurier, termasuk ke kantor pusatnya. Kami berangkat dari Jenewa pada hari Minggu tanggal 6 April, dengan tujuan pertama ke studio Vanessa Lecci untuk belajar
teknik enamel kuno. Sorenya kami menuju ke Hôtel Palafitte di Neuchâtel, untuk menginap sebelum memulai kunjungan ke unit manufaktur mereka keesokan harinya.
Pada Senin pagi, kami berangkat menuju Les Artisans Boitiers, tempat pembuatan case jam, dan Quadrance et Habillage tempat pembuatan dial jam Parmigiani Fleurier. Banyak yang kami saksikan dalam waktu singkat tersebut, sungguh mengesankan saat kami melihat langsung berbagai fasilitas, proses hingga berbincang dengan beberapa ahli pembuat case dan dial jam-jam mereka. Sayangnya ada beberapa ruangan dimana kami tidak bisa mengambil gambar, sehingga cukup kami simpan dalam memori

PARA PENGRAJIN INI MEMASTIKAN BAHWA
SETIAP PELAT JAM MERUPAKAN KARYA SENI
SEJATI, MULAI DARI PIRINGAN JAM YANG
POLOS ATAU DIUKIR DENGAN GUILLOCHÉ
SEBELUM DILAKUKAN PROSES PELAPISAN DAN PEWARNAAN
saja. Khusus untuk pelat jam, Quadrance et Habillage didirikan dan diintegrasikan ke dalam pusat pembuatan jam tangan Parmigiani pada tahun 2005, untuk memperkuat kemandirian produksinya. Para pengrajin ini memastikan bahwa setiap pelat jam merupakan karya seni sejati, mulai dari piringan jam yang dibiarkan polos atau diukir dengan guilloché sebelum dilakukan proses pelapisan dan pewarnaan permukaan. Kemudian, ahli pembuat dial menciptakan desain khusus untuk setiap bagian dan menghiasinya dengan sentuhan akhir berkualitas tinggi. Untuk casing jam, Les Artisans Boîtiers menempatkan keahlian para pengrajin ahli dan teknologi produksi mutakhirnya untuk melayani merek Parmigiani sejak terintegrasi ke dalam pusat pembuatan jam tangan pada Mei 2000. Dengan kemitraan ini, mereka dapat memproduksi semua jenis case, bahkan yang paling orisinal sekalipun. Setiap bagian pertama kali dikembangkan di kantor desain menggunakan perangkat lunak 3D sebelum dikerjakan dengan mesin. Kemudian,





pengrajin mengerjakan case dengan tangan untuk memberikan karakter uniknya, mulai dari pengelasan, pengikisan, dan akhirnya menambahkan sentuhan akhir.
Dari sana kami diajak ke ruang workshop restorasi jam-jam Parmigiani Fleurier, dan kami sangat beruntung bisa bertemu salah satu tokoh yang berperan besar dalam hal ini, yaitu Michel Parmigiani, pria yang memberi nama merek ini, dan yang memantapkan dirinya sebagai pemulih jam tangan mekanis yang rumit. Sungguh sesuatu yang luar biasa dapat melihat begitu banyak jam tangan dan automata yang memiliki nilai sejarah tinggi direstorasi hingga mencapai kondisi kerja yang sempurna. Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menghidupkan kembali jam tangan yang bahkan para ahli di balai lelang pun telah menyerah, sehingga Parmigiani berhasil mendapatkan
HALAMAN SAMPING
La Maison Parmigiani di Fleurier, Swiss
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Pendiri merek dan pakar pembuat jam, Michel Parmigiani; Jam saku Parmigiani Fleurier La Rose Carrée; Jam Tonda PF Xiali Complete Calendar dengan kalender lengkap China; Tiga tampilan Parmigiani Fleurier
L’Armoriale Répétition Mystérieuse, jam tangan rahasia dengan pengulang menit dan motif klasik untuk menghormati kontribusi Michel Parmigiani terhadap seni pembuatan jam tangan







kepercayaan dari klien yang menugaskannya untuk merenovasi jam tangan langka dan unik. Ia menunjukkan beberapa jam meja antik hingga automata berbentuk sangkar burung yang tengah direstorasi oleh teamnya secara hati-hati yang membutuhkan keahlian yang mumpuni. Kami menyaksikan bagaimana mereka mengerjakan setiap bagian hingga ke bagian terkecil, dan mencatatnya dalam sebuah buku besar yang menunjukkan setiap ukuran, bahan, hingga tanggal pengerjaannya, dan pengerjaan untuk satu automata bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan. Sungguh mengesankan!
Nama besar yang juga berperan dalam pendirian merek ini adalah Pierre Landolt, Presiden Yayasan Keluarga Sandoz. Pada tahun 1980-an, Michel Parmigiani ditugaskan untuk merawat dan melestarikan koleksi putra pendirinya, Maurice-Yves Sandoz. Yayasan ini mulai mengembangkan pusat pembuatan jam tangan



Parmigiani Fleurier pada tahun 1996. Pusat keahlian industri yang komprehensif ini menyatukan semua bidang keahlian yang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah jam tangan yang menjamin kualitas optimal. Terdapat lima perusahaan kerajinan yang membentuk pabrik ini, yang terutama didedikasikan untuk merek saudara mereka, Parmigiani Fleurier. Namun mereka juga menyediakan keahlian dan produk mereka kepada para pembuat jam tangan kelas atas lainnya.
Siangnya, kami diajak ke gedung Vaucher Manufacture yang mengesankan yang tidak jauh dari kantor pusat mereka. Didirikan pada tahun 2003, manufaktur Vaucher adalah produsen dan pusat teknik pusat pembuatan jam tangan, dan selain pegas utama atau komponen buatan perusahaan mikromekanika presisi tinggi yang diintegrasikan ke dalam pusat pembuatan jam tangan pada Januari 2001, Elwin, juga ada Atokalpa yang sejak tahun 2006 telah






KAMI DIAJAK KE RUANG WORKSHOP
RESTORASI JAM-JAM PARMIGIANI FLEURIER,
DAN KAMI SANGAT BERUNTUNG BISA BERTEMU
SALAH SATU TOKOH YANG BERPERAN BESAR
DALAM HAL INI, YAITU MICHEL PARMIGIANI
memproduksi semua elemen yang dibutuhkan untuk merakit osilator, termasuk pegas keseimbangan dan garpu palet, mereka juga memproduksi semua komponen lain yang dibutuhkan untuk mesin, yang jumlahnya sangat banyak, mulai dari pelat utama, jembatan, dan roda, hingga penyelesaian mesin, rekayasa mesin, dan pembuatan prototipe mesin. Khusus untuk komponen, perusahaan yang berspesialisasi dalam memproduksi roda gigi tradisional ini bergabung dengan pusat pembuatan jam tangan di akhir tahun 2000.
Selain menjelajahi manufaktur dengan mesin-mesin jam yang rumit di manufaktur mereka di La Chaux-de-Fonds, kami memiliki kesan mendalam saat mengikuti lokakarya enamel bersama ahli enamel ternama Vanessa Lecci, salah satu dari sedikit pengrajin independen yang mengkhususkan diri dalam tradisi kuno pelat jam berenamel di studionya di Neuchâtel, Swiss. Seniman yang selalu terlihat enerjik ini memiliki spesialisasi dalam teknik Grand-Feu, cloisonné, dan champlevé dan telah menciptakan lebih dari 300




karya kaca transparan dan buram, hingga benang emas tipis dalam paletnya. Dan bahan-bahan lain untuk mewujudkan segala ideidenya termasuk lembaran daun emas, bubuk emas, bubuk induk mutiara, dan masih banyak lagi. Proses enameling melibatkan peleburan kaca pada suhu 800 derajat Celcius, dan kaca dengan berbagai warna enamel harus dihaluskan dahulu hingga menjadi butiran halus dan diletakkan di atas pelat logam, bisa emas, perak, dan tembaga. Nah, jika Anda penasaran mengapa beberapa jam tangan begitu mahal harganya, bayangkan mulai dari pembuatan pola pelat jamnya sendiri bisa begitu rumit dan memakan waktu. Kami mencoba mewarnai pelat jam dengan teknik enamel kuno yang menggunakan bubuk enamel yang ditumbuk, dicampur air dan kemudian hasilnya baru dibakar, sebuah bentuk seni yang sangat terampil, menghasilkan pelat jam yang awet, tahan lama, dan memukau secara visual, yang sering ditemukan pada jam tangan vintage dan mewah, termasuk Parmigiani Fleurier.
HALAMAN SAMPING
Saat mengikuti lokakarya enamel bersama Vanessa Lecci langsung di studionya di Neuchâtel, dan berkunjung ke manufaktur asal Parmigiani di Fleurier, termasuk ke kantor pusatnya
HALAMAN INI
Di gedung tempat ruang workshop restorasi jam-jam Parmigiani Fleurier dan automata antik, kami sangat beruntung bisa bertemu langsung dengan Michel Parmigiani dan anak buahnya
TIME TRAVELER
Perjalanan menembus ruang waktu bersama Patek Philippe mengarungi keindahan berbagai mahakarya penunjuk waktu hasil kerajinan tangan langka yang luar biasa






TIDAK KURANG DARI 78 KREASI RARE HANDCRAFTS TERBARU DIPAMERKAN

UNTUK PUBLIK DAN PENIKMAT JAM
TANGAN YANG DIBERI BERKESEMPATAN
UNTUK MENGAGUMI SELURUH KARYA UNIK
DAN EDISI TERBATAS TERSEBUT
Meski jadwal Watches and Wonders Geneva tahun ini sangat padat, saya tetap menyempatkan waktu dan bergegas mengunjungi ajang pameran Pameran Patek Philippe Rare Handcrafts 2025 yang diselenggarakan di di gedung bersejarah Patek Philippe Salons di Rue du Rhône Jenewa. Acara tahunan yang berlangsung dari tanggal 5 hingga 26 April lalu ini sangat mengesankan, karena kita dapat secara langsung melihat mahakarya yang telah dikurasi merek yang menampilkan teknikteknik métiers d’art yang rumit dan sanat mengagumkan dan diterapkan pada berbagai penunjuk waktu, termasuk jam saku, jam tangan, hingga jam meja berbentuk kubah.
Tidak kurang dari 78 kreasi Rare Handcrafts terbaru dipamerkan untuk publik dan penikmat jam tangan yang diberi berkesempatan untuk mengagumi seluruh karya unik dan edisi terbatas tersebut. Tidak hanya itu, kita pun diberi kesempatan untuk menyaksikan demonstrasi langsung yang dilakukan oleh para pengrajin ukir dan pembuat marquetry enamel yang khusus dihadirkan di ruang pameran tersebut. Berbagai kreasi kerajinan tangan langka yang luar biasa dan bahkan ada yang hanya diciptakan satu-satunya itu dibuat menggunakan teknik-teknik kerajinan seperti grand feu cloisonné enamel, ukiran tangan, tatahan, guilloché, pemasangan permata, lukisan miniatur pada enamel hingga flinqué enamel. Dari sekian banyak mahakarya yang dipamerkan, kami pilihkan beberapa diantaranya, dan berita ini juga akan ditayangkan di versi online majalah Collector’s GuideWATCHES Indonesia: www.cgw-indonesia.com, dan platform sosial media kami.






HALAMAN SAMPING


Berbagai jam meja berbentuk kubah yang artistik, mulai dari Nautilus, Amazon Rainforest, hingga The Patek Waltz, berukuran lebar 128mm dan tinggi 213,5mm
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Jam tangan Yellow-Crested Cockatoo dari emas kuning berdimensi 34.5 x 39.5mm dengan motif lukisan di atas sutra karya seniman Jepang
Itô Jakuchû (1716–1800); Jam saku “Jaguar” dari emas putih; Jam saku “Provence” dari emas putih motif lavender terinspirasi oleh lanskap Provence; Jam saku “Rialto Bridge” yang terinspirasi oleh Jembatan Rialto; Jam saku “ Eagle and Wolf” dengan dua penutup yang terinspirasi oleh karya saudara kembar Edward Julius dan Charles Maurice Detmold


HOW THIN CAN YOU GO?
Bvlgari memulai debutnya di Watches & Wonders 2025 dengan koleksi Octo Finissimo Ultra Tourbillon yang kembali mencetak rekor dunia ke-10 untuk pembuatan jam tangan ultra-tipis
Ketika Bvlgari tampil perdana di ajang Watches & Wonders Geneva tahun ini, merek yang sudah malang melintang di industri ini hadir bukan hanya sebagai pendatang baru, tetapi sebagai kekuatan tangguh yang merayakan 25 tahun inovasi luar biasa mereka di bawah LVMH. Salah satu kreasinya yang menjadi pusat perhatian publik baik di Jenewa maupun dunia secara global adalah jam tangan inovatif di pameran tersebut: Octo Finissimo Ultra Tourbillon, yang mencetak rekor dunia ke-10 untuk pembuatan jam tangan ultra-tipis dan menegaskan statusnya sebagai ikon abad ke-21 serta keahlian pembuatan jam tangan yang tak tertandingi.
Kreasi ini melanjutkan tradisi Bvlgari selama satu dekade dalam melampaui batasan-batasan, dengan mencetak 10 rekor dunia lewat lini koleksi Octo Finissimo dan mengembangkan 13 mesin jam revolusioner hanya dalam waktu 11 tahun saja. Singkatnya, perpaduan kreativitas Italia dengan hal presisi dari Swiss yang dimiliki merek ini telah menghasilkan lebih dari 60 penghargaan internasional, termasuk penghargaan bergengsi “Aiguille d’Or” di ajang Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG) yang mereka menangkan pada tahun 2021 untuk Octo Finissimo Perpetual Calendar, yang saat itu merupakan komplikasi perpetual calendar otomatis tertipis di dunia dengan ketebalan case 5,80mm dan juga mesin jam 2,75mm.

DENGAN KETEBALAN HANYA 1,85MM, JAM TANGAN LUAR BIASA INI MENCETAK
REKOR DUNIA BARU SEBAGAI FLYING
TOURBILLON TERTIPIS YANG PERNAH
DIBUAT, DAN MENANDAI TONGGAK
SEJARAH KESEPULUH BVLGARI DALAM
BIDANG HOROLOGI ULTRA-TIPIS
Sementara untuk model Octo Finissimo Ultra Tourbillon terbaru yang dirilis tahun ini, Bvlgari sekali lagi berhasil mendorong batasan pembuatan jam tangan dengan bukti nyata yang terlahir dari presisi dan inovasi. Dengan ketebalan hanya 1,85mm, jam tangan luar biasa ini mencetak rekor dunia baru sebagai flying tourbillon tertipis yang pernah dibuat, dan menandai tonggak sejarah kesepuluh Bvlgari dalam bidang horologi ultra-tipis. Ditenagai oleh mesin jam caliber BVF 900 yang hadir dengan cadangan daya 42 jam dan sentuhan akhir kontemporer yang meningkatkan seni mekanisnya, jam tangan dengan titanium case berukuran 40mm ini dipadukan dengan gelang jam 1,5mm yang sangat tipis, menggambarkan penguasaan Bvlgari terhadap material dan juga desain secara keseluruhan. Sementara bezel, bagian tengah casing, dan lug terbuat dari titanium berlapis microbead, pelat utamanya terbuat dari karbida tungsten yang menaungi mesin mekanis, bebeda dengan jam tangan lain yang umumnya terdiri dari casing yang berisi mesin. Selama berabadabad, tim para pembuat jam di manufaktur Bvlgari mengejar profil yang lebih datar terutama demi keanggunan estetika, dengan mengembangkan perpaduan material canggih.


Dengan menerapkan keahliannya dalam hal finesse pada tourbillon sebagai mesin komplikasi presisi paling ikoniknya, tak pelak lagi Bvlgari berhasil mengekspresikan esensi filosofi pembuatan jam tangannya. Seperti yang dijelaskan oleh Fabrizio Buonamassa Stigliani, Direktur Eksekutif Desain Jam Tangan di Bvlgari, “Idenya adalah menciptakan jam tangan yang merangkum semua keahlian kami. Ini bukan hanya tentang memiliki desain terbaik, tetapi mencapai eksekusi presisi yang menceritakan kisah seri Octo Finissimo, dengan tetap menghormati integritas kode estetikanya yang khas. Setiap detail, mulai dari indeks hingga kerangka tourbillon, menjadi bukti komitmen kami terhadap keunggulan.” Dengan Octo Finissimo Ultra Tourbillon, Bvlgari tidak hanya mencapai prestasi teknis yang luar biasa, tetapi juga menciptakan jam tangan yang mampu menjadi sebuah karya seni sejati dengan rekor yang ia ciptakan. Ini adalah sebuah pernyataan berani dan juga indah yang mempertemukan ketepatan dengan puisi, di mana setiap milimeter menceritakan kisah keunggulan mereka.
HALAMAN SAMPING DARI ATAS
Bvlgari Octo Finissimo Ultra Tourbillon terbaru; Bvlgari telah berhasil mencetak rekor dunia ke-10 untuk pembuatan jam tangan ultra-tipis mereka dari lini koleksi Octo Finissimo
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Direktur Eksekutif Desain Jam Tangan di Bvlgari, Fabrizio Buonamassa Stigliani; Bvlgari Octo Finissimo Ultra 2025 dengan case titanium berukuran 40mm, ditenagai mesin jam caliber BVF 900 dengan cadangan daya 42 jam dan gelang jam 1,5mm yang sangat tipis


SUMMER IN STYLE
Dari desain melengkung yang revolusioner hingga pilihan warna kontemporer, Rado Anatom menjelma jadi pernyataan gaya yang unik dan menawan
Tahun 1983 Rado memperkenalkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya: sebuah jam tangan yang mengikuti lekuk alami pergelangan tangan, bukan hanya untuk dikenakan, tetapi untuk dirasakan. Desain ini diberi nama Anatom, sebuah refleksi dari semangat zaman yang terus bergerak maju, namun tetap memikirkan kenyamanan pribadi secara mendalam. Ia menjadi ikon yang melekat dalam ingatan, dikenal karena bentuknya yang melengkung sempurna, tampilannya yang futuristis, dan kehadirannya yang terasa intim. Empat puluh tahun berlalu, Anatom kembali hadir dengan semangat yang sama namun wajah yang lebih segar, sebagai bagian dari komitmen Rado
untuk terus merawat desain yang bermakna. Di musim panas 2025 ini, warisan tersebut dilanjutkan lewat koleksi baru yang penuh warna, seolah mengajak kita untuk merayakan momen dengan semangat muda dan hati yang terbuka.
Koleksi terbaru Rado Anatom tampil dalam tiga warna dial yang hidup: kuning lemon, hijau limau, dan merah anggur yang hangat, masing-masing memberikan karakter yang unik tanpa kehilangan identitas aslinya. Casing-nya tetap mempertahankan siluet oval khas Anatom, namun kini dibuat dari bahan keramik berteknologi tinggi berfinis matte hitam yang ringan, tahan gores, dan nyaman

CASING-NYA TETAP MEMPERTAHANKAN SILUET
OVAL KHAS ANATOM, NAMUN KINI DIBUAT
DARI BAHAN KERAMIK BERTEKNOLOGI TINGGI
BERFINIS MATTE HITAM YANG RINGAN, TAHAN GORES, DAN NYAMAN DI KULIT
di kulit. Pelat jam transparan memberikan kesan modern yang berlapis, memperlihatkan lapisan sunray yang dipadukan dengan angka dan indeks bercahaya Super-LumiNova®. Jantung dari jam tangan Rado Anatom ini adalah mesin mekanis kaliber R766 Rado dengan per antimagnetik NivachronTM. Mesin ini dapat disesuaikan dalam lima posisi dan memberikan cadangan daya selama 72 jam.
Anatom bukan hanya tentang penampilan luar, tetapi juga pengalaman yang diberikan kepada pemakainya. Dengan kontur yang mengikuti lekuk pergelangan tangan, jam ini dirancang untuk menghadirkan kenyamanan maksimal sepanjang hari. Pilihan temali kulit bertekstur menambah kesan mewah tanpa terasa berlebihan, sementara ukuran 32.5 x 46.3 mm membuatnya ideal bagi mereka yang menginginkan proporsi yang seimbang. Penutup belakang transparan pada versi otomatis memperlihatkan


HALAMAN SAMPING
Koleksi terbaru Rado Anatom dalam tiga warna dial yang cerah, yaitu kuning lemon, hijau limau, dan merah anggur yang hangat
HALAMAN INI DARI KIRI
Setiap lekuk dan kurva pada case dirancang untuk kenyamanan penggunanya; Mesin jam mekanis kaliber R766 Rado terlihat dari bagian belakang case jam; Ukuran jam 32.5 x 46.3 x 11.3mm
mesin buatan Swiss yang bekerja dengan presisi, mengundang kekaguman dalam diam. Semua elemen ini membentuk jam tangan yang tidak hanya estetis, tetapi juga terasa intim dan personal saat digunakan. Di balik desain yang halus dan proporsional, terdapat pemikiran matang tentang bagaimana sebuah jam tangan seharusnya menyatu dengan kehidupan seharihari. Setiap lekuk dan kurva pada case dirancang untuk menangkap cahaya dengan cara yang lembut, menciptakan bayangan yang memperindah bentuknya saat dikenakan. Knop pengatur yang diposisikan dengan presisi memudahkan pengaturan waktu tanpa mengganggu kenyamanan. Sistem pengait pada temali dibuat agar dapat diganti dengan mudah, memberi keleluasaan dalam berekspresi tanpa mengorbankan keselarasan desain. Anatom hadir bukan sebagai aksesori pelengkap, melainkan sebagai bagian dari ritme harian yang mendampingi pemiliknya secara alami.
Selain pencapaian teknis, sosok Anatom mewakili dialog antara warisan dan ekspresi kontemporer. Dalam diamnya, jam tangan ini menyuarakan nilai-nilai yang tidak lekang oleh waktu: kejelasan, keseimbangan, dan integritas desain. Setiap elemennya tidak hadir untuk mencolok, melainkan untuk memberi ruang bagi makna dan hubungan personal yang tumbuh seiring waktu. Ia bukan hanya hasil dari riset dan keahlian, tetapi juga cerminan dari sensitivitas terhadap bagaimana manusia bergerak, merasa, dan memilih. Dengan pendekatan ini, Anatom membuka kemungkinan baru tentang bagaimana jam tangan dapat menjadi perpanjangan dari kepribadian, tanpa kehadiran yang menggaduh.
THE STRIKING BALANCE
Perpaduan teknologi dan geometri, Multifort 8 Two Crowns hadir dengan desain maskulin dan inovasi ala Swiss

Merek jam premium asal Swiss yang dikenal dengan presisi dan desain elegannya, Mido kembali memanjakan para penggemar horologi dengan koleksi terbarunya: Multifort 8 Two Crowns. Kali ini, Mido menghadirkan jam tangan yang tidak hanya tangguh dan modern, tetapi juga penuh karakter berkat sentuhan desain arsitektural dan teknologi
canggih yang dikemas dalam konsep unik bernama Technometri— sebuah harmoni antara teknologi dan geometri. Koleksi terbaru ini menawarkan tiga varian, dengan pilihan dial hitam atau abu-abu yang dipadukan dengan gelang jam stainless steel, atau varian dengan dial berwarna biru yang dipadukan dengan tali jam karet berwarna serupa yang sporty

DENGAN TEKNOLOGI NIVACHRON
BALANCE SPRING, JAM INI JUGA
MEMILIKI KETAHANAN TINGGI TERHADAP
MEDAN MAGNET DAN GUNCANGAN


Multifort 8 Two Crowns tampil dengan case 40mm dari stainless steel berbentuk oktagon yang langsung mencuri perhatian. Perpaduan garis tegas dan sudut geometris memberikan kesan maskulin yang kuat namun tetap elegan. Bezel jamnya yang bersegi delapan, dilengkapi dengan kombinasi finishing satin dan polished, memantulkan cahaya secara dinamis dan memperkuat karakter desainnya yang terinspirasi dari arsitektur modern. Jam terbaru ini hadir dengan berat hanya 160 gram yang akan membuatnya nyaman untuk dipakai bahkan untuk waktu yang lama. Varian yang paling menarik perhatian adalah model dengan nomor seri M047.507.11.051.00 dengan dial hitam dan gelang jam stainless steel,yang benar-benar padu dengan tampilan yang maskulin dan kuat. Dilihat lebih seksama, model dial berwarna hitam keabuabuan di jam ini menambah kesan kontemporer, dengan pola garis horizontal halus dan indeks berbentuk geometris—lingkaran dan trapesium—yang memberi dimensi visual unik. Lapisan Super-LumiNova pada jarum dan indeks membuat tampilan tetap terbaca jelas meski dalam pencahayaan minim. Kaca safir anti-pantul di kedua sisi menjaga kejernihan tampilan dari sudut mana pun, sementara jendela tanggal tersembunyi di posisi pukul 3 menyempurnakan fungsi tanpa merusak estetika.
Sesuai namanya, jam ini dilengkapi dengan dua tombol jam yang memiliki fungsi berbeda namun saling melengkapi. Tombol di posisi pukul 2 digunakan untuk mengaktifkan flange rotasi internal—fitur praktis untuk mengukur waktu secara presisi, layaknya kompas bagi penjelajah modern. Sedangkan tombol di pukul 4 berfungsi sebagai pengatur waktu dan pengisi daya manual jam. Inovasi ini bukan hanya soal fungsi, tetapi juga simbol dari keunikan desain Mido yang berpikir di luar pakem. Multifort 8 Two Crowns didukung oleh Mido automatic Caliber 72 (berbasis


mesin ETA A31.111), mesin otomatis Swiss dengan kinerja tinggi yang memberikan cadangan daya hingga 72 jam atau tiga hari. Cadangan daya yang cukup panjang memberikan fleksibilitas lebih ketika penggunanya gemar mengganti jam tangannya.
Dengan teknologi Nivachron balance spring, jam ini juga memiliki ketahanan tinggi terhadap medan magnet dan guncangan—menjadikannya pilihan yang bisa diandalkan di banyak situasi, mulai dari kegiatan outdoor ekstrem hingga aktivitas harian di perkotaan. Jam ini juga mempunyai ketahanan terhadap air sampai 100 meter berkat adanya screwed crown. Melalui case belakang transparan, pengguna juga bisa menikmati keindahan mesin yang dihias secara detail lengkap dengan ukiran logo Mido— sebuah sentuhan yang mempertegas eksklusivitasnya. Jam terbaru ini sungguh menyatu dengan gelang jam dari stainless steel dengan finishing halus dan sistem pengunci lipat ganda menambah rasa aman dan kemewahan saat dikenakan. Semua elemen jam terbaru ini menjadikannya sebuah jam sport yang layak dipertimbangkan bagi para penggemar horologi.
HALAMAN SAMPING
Mido Multifort 8 Two Crowns dalam versi dial abu-abu dengan gelang jam stainless steel
HALAMAN INI DARI KIRI
Case jam 40mm berbentuk oktagon nyaman dikenakan di pergelangan tangan; Hadir dalam tiga varian, dial hitam dan abu-abu yang dipadukan dengan gelang jam stainless steel, atau dial biru dengan tali karet; Mesin Mido automatic Caliber 72 terlihat dari bagian belakang case; Jam ini dilengkapi dua tombol dengan fungsi berbeda; Detail ring dan tombol pada jam

TIME, GENTLY TOLD
Frederique Constant Classic Perpetual Calendar Manufacture menyatukan keindahan abadi, presisi mekanis, dan misi inklusif sejak hari pertama
Sejak awal kemunculannya pada tahun 1988, Frederique Constant membawa semangat yang berbeda ke dunia jam tangan Swiss. Mereka tidak hanya ingin menciptakan jam tangan mewah, tetapi juga menyajikannya dalam jangkauan lebih luas, tanpa mengorbankan nilai estetika dan keunggulan teknis. Misi ini tak hanya menjadi fondasi, tetapi juga arah bagi koleksi Manufacture mereka, yang dengan tenang namun konsisten membangun reputasi lewat komplikasi rumit dengan harga yang mengejutkan bersahabat. Dari visi tersebut lahirlah sebuah rilisan istimewa untuk tahun 2025, yang membawa lompatan desain dan pencapaian teknis. Classic Perpetual Calendar Manufacture bukan semata pembaruan koleksi jam tangan, melainkan lanjutan dari komitmen panjang untuk menghadirkan keindahan mekanis yang bisa dinikmati lebih banyak orang.
Classic Perpetual Calendar Manufacture hadir dengan tampilan yang lembut dan harmonis, menyuarakan kesederhanaan yang tidak pernah lekang oleh waktu. Jam ini menampilkan pelat jam dari warna favorit para kolektor, yaitu warna salmon dan dibalut dalam casing baja nirkarat yang kini hadir dengan diameter 40 milimeter. Jam tangan dari koleksi Classic terbaru ini menggunakan mesin jam kaliber Manufacture FC-776, kaliber ke-34 yang dikembangkan sendiri oleh produsen jam tangan asal Jenewa ini. Hadir dalam casing Klasik terbaru dari Frederique Constant dengan garis-garis yang lebih halus, lug yang lebih ramping, dan diameter yang lebih ringkas, menjadi sebuah cerminan prinsip-prinsip pembuatan jam tangan mewah bergaya vintage, dimana harmoni dan keanggunan diekspresikan dengan indah.





TERDAPAT TIGA TAMPILAN
KALENDER ABADI PADA LATAR
BELAKANG SUNBURST YANG LUAS, BULAN DAN TAHUN KABISAT PADA
Khusus tentang mesin jamnya, koleksi kalender abadi yang canggih ini ditenagai oleh kaliber Manufacture FC-776 terbaru yaitu kaliber ke-34 yang dikembangkan secara internal oleh merek ini, yang menawarkan cadangan daya tiga hari setelah pengembangan kaliber 706-716 pada tahun 2024. Terlihat melalui penutup belakang safir, mesin berpresisi tinggi ini berdetak pada frekuensi 4 Hz. Setiap jam tangan disesuaikan dan diuji dalam enam posisi, dan memastikan keakuratannya tetap tinggi saat dikenakan dalam situasi sehari-hari. Kaliber Manufacture FC-776 menggunakan sebagian besar komponen yang sama dengan basis teknis yang sudah ada dalam koleksi Manufacture, FC-775, menjadikannya mesin yang sangat andal dan telah teruji.
Tampilan pelat jam dengan warna salmon menawarkan keanggunan alami dari harmoni yang halus, begitu pula kedua jarum jam Dauphine yang dirakit dan dipoles dengan tangan; penanda jam kini juga lebih ramping, dan tersusun di sekitar jalur menit ‘pelat jam sektor’, yaitu gaya khas jam tangan vintage dari abad lalu. Dikombinasikan dengan angka jam dan menit, tampilan jam ini lugas dan minimalis, menyisakan ruang yang cukup untuk tiga tampilan kalender abadi pada latar belakang sunburst yang luas, bulan dan tahun kabisat pada pukul 12, hari pada pukul 9, dan tanggal pada pukul 3. Setiap penghitung sedikit berundak, menambahkan tekstur halus pada komposisi. Sentuhan akhir diberikan oleh Fase Bulan, dengan jendela khususnya sendiri pada pukul 6.
PUKUL 12, HARI PADA PUKUL 9, DAN
TANGGAL PADA PUKUL 3
Dalam setiap detiknya, Classic Perpetual Calendar Manufacture menyampaikan pesan akan pentingnya kesabaran dan presisi. Mekanisme kalender abadinya dirancang agar terus bekerja tanpa perlu disesuaikan hingga tahun 2100, sebuah pengingat halus bahwa waktu tidak harus selalu dikejar, tetapi bisa diikuti dengan ritme yang tenang dan teratur. Jam ini tidak hanya mencatat waktu, tetapi juga mencatat cerita, menjadi saksi atas pilihan hidup dan momen-momen penting yang kita pilih untuk simpan. Dengan kombinasi antara inovasi teknis dan sentuhan kemanusiaan, Frederique Constant menunjukkan bahwa keindahan sejati dalam dunia jam tangan terletak pada niat untuk menghadirkan sesuatu yang lebih dari sekadar fungsi. Ia adalah teman seumur hidup yang mengingatkan kita akan nilai keabadian dalam hal-hal yang tampak sederhana namun dijalani sepenuh hati.
HALAMAN SAMPING
Frederique Constant Classic Perpetual Calendar Manufacture ini hadir dengan desain dan mesin jam terbaru
HALAMAN INI
Casing berdiameter 40mm nyaman dikenakan di pergelangan tangan, dan pelat jam dari warna favorit para kolektor, yaitu warna salmon menambah keanggunan tampilan jam. Ditenagai oleh mesin jam kaliber Manufacture FC-776 terbaru yaitu kaliber ke-34

THE WORLD OF GRAND SEIKO
Dengan Mono Salon perdananya di Indonesia, Grand Seiko mengajak pengunjung untuk menjelajahi keanggunan dan presisi khas Jepang melalui koleksi jam tangan terbaik mereka
Di tengah gemerlap Plaza Senayan, sebuah permata horologi baru telah hadir. Grand Seiko membuka Mono Salon perdananya di Indonesia—sebuah ruang eksklusif seluas 100 meter persegi yang menjadi oase ketenangan dan keanggunan bagi pencinta jam tangan. Melalui kemitraan strategis dengan Asia
Jaya Ikon, Grand Seiko mengukir tonggak baru dalam kehadirannya di Asia Tenggara, menghadirkan tidak hanya koleksi terbaiknya, tetapi juga pengalaman imersif yang merayakan filosofi waktu dalam tradisi Jepang. Dengan nuansa kontemporer yang lembut dan detail arsitektur khas Jepang, Grand Seiko Mono Salon bukan sekadar
butik. Ini adalah tempat di mana waktu menjadi seni, dan setiap detik mewujud dalam simfoni estetika, presisi, dan filosofi yang mendalam. Di sinilah Grand Seiko mempersembahkan konsep “Alive in Time” secara utuh, dalam ruang yang menenangkan, menarik untuk dieksplorasi dan dinikmati. “Kami membawa pengalaman Grand Seiko sepenuhnya ke Indonesia,” ujar Managing Director Grand Seiko Asia-Pacific Ida Idris-Low. “Tidak ada perbedaan antara pengalaman Anda di Tokyo, Singapura, atau Jakarta. Kami ingin pelanggan Indonesia menikmati keindahan horologi Jepang secara langsung, tanpa harus terbang ke luar negeri.”



GRAND SEIKO MONO SALON BUKAN SEKADAR
BUTIK. INI ADALAH TEMPAT DI MANA WAKTU
MENJADI SENI, DAN SETIAP DETIK MEWUJUD
DALAM SIMFONI ESTETIKA, PRESISI, DAN FILOSOFI YANG MENDALAM
Keindahan yang Hidup Dalam Detik
Grand Seiko bukan sekadar merek jam tangan mewah asal Jepang. Ia adalah manifestasi dari filosofi mendalam: The Nature of Time. Dalam setiap detik, terdapat kesadaran akan keindahan alam, keahlian manusia, dan spiritualitas ketepatan. Salah satu elemen paling menonjol yang membedakan Grand Seiko dari merek lain adalah proses Zaratsu polishing, sebuah teknik penyelesaian cermin tanpa distorsi yang dilakukan sepenuhnya dengan tangan oleh para Takumi, pengrajin ahli Jepang. “Zaratsu adalah signature kami,” jelas Munehisa Shibasaki, chief brand officer Grand Seiko. “Bersama teknologi Spring Drive—mesin jam yang

kami kembangkan selama lebih dari 20 tahun—kami menawarkan keakuratan ±20 detik per tahun. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal keindahan waktu itu sendiri.” Tiga pilar utama Grand Seiko— Spring Drive, Quartz 9F, dan Mechanical 9S—menggambarkan spektrum lengkap inovasi Jepang dalam horologi. Namun, seperti disampaikan oleh Shibasaki, kekuatan Grand Seiko tidak hanya terletak pada teknologinya, tetapi juga pada craftsmanship, emosi, dan cerita di balik setiap dial
HALAMAN SAMPING
Pembukaan MonoSalon pertama Grand Seiko di Indonesia, diresmikan dengan pengguntingan pita oleh para petinggi merek dan manajemen Plaza Senayan, dari kiri: Tetsuya Koizumi, Kinya Iwami, Ida Idris-Low, Munehisa Shibasaki, Harjono Lie, Bambang Soesatyo, Kazuhito Shibuya dan Kevin Lie
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Butik terbaru Grand Seiko yang megah di Plaza Senayan; Harjono Lie, Bambang Soesatyo dan Anom Reksodirdjo memasuki butik; Peresmian dilengkapi ritual dengan drum tradisional Jepang; Presentasi oleh
Munehisa Shibasaki



KEVIN MENAMBAHKAN BAHWA MONO SALON
INI ADALAH JAWABAN BAGI PARA KOLEKTOR
INDONESIA YANG SEBELUMNYA HANYA
MENGENAL GRAND SEIKO LEWAT ARTIKEL
ATAU MEDIA SOSIAL
Dial yang Bercerita
Dalam dunia jam tangan mewah, dial adalah kanvas. Dan Grand Seiko menjadikannya karya seni. Mulai dari tekstur salju lembut di seri Snowflake, hingga kelopak sakura yang tertangkap di momen musim semi, setiap desain dial Grand Seiko adalah puisi visual yang menangkap esensi alam Jepang. “Inilah keunikan kami,” ujar Kevin Lie, direktur Asia Jaya Ikon, yang telah menjalin kemitraan sejak tahun 1978. “Dial kami bukan sekadar desain. Ia punya cerita—terinspirasi dari pegunungan, danau, hingga bunga khas Jepang. Ketika pelanggan menyadarinya, hubungan emosional dengan jam tersebut langsung tercipta.”Kevin menambahkan bahwa Mono Salon ini adalah jawaban bagi para kolektor Indonesia yang sebelumnya hanya mengenal Grand Seiko lewat artikel atau media sosial. Kini, mereka dapat menyentuh, melihat, dan merasakan sendiri keindahan jam tangan tersebut di Jakarta. “Pelanggan tidak lagi perlu pergi ke Jepang atau Singapura. Koleksi lengkap tersedia di sini,” katanya. Mono Salon di Plaza Senayan akan terus menampilkan empat koleksi utamanya yaitu Sport, Heritage, Elegance, dan Evolution 9, termasuk arloji-arloji terbaru yang diperkenalkan di Watches and Wonders Geneva 2025. Di antaranya adalah Tentagraph SLGC007, kronograf mekanik yang memancarkan keagungan Gunung Iwate di musim dingin; SBGW323, jam mekanik dengan dial yang terinspirasi dari bunga kiri ungu; dan edisi terbatas mekanik terbaru bergaya Evolution 9 –SLGH027 yang menangkap kemegahan lanskap Gunung Iwate.







Ruang Eksplorasi dan Edukasi
Salah satu tantangan terbesar Grand Seiko di pasar Indonesia adalah edukasi. Masih banyak yang belum menyadari perbedaan esensial antara Seiko dan Grand Seiko. Di sinilah Mono Salon memainkan peran penting, bukan hanya sebagai butik, tetapi sebagai tempat edukasi, tempat cerita merek ini bisa diceritakan dengan penuh apresiasi. “Kami ingin memperkenalkan Grand Seiko kepada generasi baru,” ujar Ida Idris. “Anak muda, penggemar fesyen, siapa saja yang mencari jam tangan dengan makna. Dan untuk itu, kami perlu berada di tempat yang tepat—seperti Plaza Senayan—agar mereka bisa melihat sendiri dan jatuh cinta.” Shibasaki menambahkan, bahwa membuka butik di lokasi strategis adalah bagian dari misi jangka panjang Grand Seiko untuk menjangkau audiens baru—mereka yang mungkin belum mendalami horologi, tetapi menghargai keindahan dan makna dalam benda yang mereka kenakan. “Jam tangan bukan lagi alat penunjuk waktu,” katanya. “Ia adalah pernyataan gaya, cerita pribadi, dan simbol keanggunan.”
Seni yang Emosional
Grand Seiko adalah merek yang menggabungkan presisi teknis dengan emosi manusia. Kevin bercerita tentang seorang teman yang membeli Grand Seiko saat bulan madu di Jepang dan memilih model bertema sakura, menjadi bukti bahwa jam tangan

ini bukan sekadar penunjuk waktu, melainkan kapsul memori yang dikenakan. Pada akhirnya, manusia mencari makna, tutur Kevin menyimpulkan. Jam tangan bukan hanya tentang akurasi, tapi tentang momen, tentang emosi, dan Grand Seiko memberikan semua itu, imbuhnya lebih lanjut. Tak heran jika dalam beberapa tahun terakhir, Grand Seiko semakin banyak menarik perhatian kolektor cerdas di seluruh dunia—termasuk Indonesia. Koleksikoleksi terbatasnya yang sarat makna, serta keunikan material dan mekanisme, menjadikan setiap unit Grand Seiko lebih dari sekadar barang mewah: ia adalah karya seni yang bisa diwariskan.
Pandangan ke Depan
Kehadiran Grand Seiko Mono Salon adalah permulaan. Menurut Ida, Grand Seiko melihat Indonesia bukan hanya sebagai pasar, tetapi sebagai panggung penting untuk menyebarkan filosofi horologi Jepang. “Kami berharap dari Jakarta akan muncul efek riak yang meluas ke kota-kota lain. Visi kami bukan hanya memperkenalkan merek, tetapi mengajak orang masuk ke dalam semesta Grand Seiko—tempat presisi, keindahan, dan emosi bertemu,” tuturnya. Dalam dunia yang serba cepat dan digital, Grand Seiko berdiri sebagai penjaga nilai-nilai tradisional: kesabaran, kesempurnaan, dan keindahan yang ditemukan dalam kesederhanaan. Kehadiran Mono Salon Grand Seiko di Plaza Senayan, Jakarta, bukan sekadar sebagai butik. Kehadirannya memungkinkan perjalanan ke jantung waktu, di mana setiap detik adalah karya seni, dan setiap jam tangan adalah simbol dari filosofi Jepang yang abadi.
HALAMAN INI DARI KIRI
Jam tangan edisi terbatas mekanis terbaru dalam lini Evolution 9 – SLGH027 yang menangkap keagungan puncak gunung Iwate; Mesin jam 9RB2-1; Harjono Lie (Presiden Komisaris PT Asia Jaya Ikon); Munehisa Shibasaki (Direktur, Wakil Presiden Senior Divisi Global Grand Seiko); Aktor dan sahabat brand, Hamish Daud Wyllie
HALAMAN SAMPING
Wawancara eksklusif Collector’s Guide-WATCHES Indonesia bersama Kinya Iwami (Manajer Umum Penjualan Internasional Grand Seiko), Ida Idris-Low (Direktur Utama Grand Seiko Asia-Pasifik), Munehisa Shibasaki (Direktur, Wakil Presiden Senior Divisi Global Grand Seiko) dan Kevin Lie (Direktur PT Asia Jaya Ikon, peritel resmi Grand Seiko di Indonesia)
CHARMING PURPLE
Seiko rayakan World Athletics 2025 dengan Speedtimer edisi terbatas dalam tampilan menawan dengan dial ungu

Sejak era 1960-an, Seiko telah menjadi pelopor lewat berbagai inovasi, mulai dari penggunaan mekanisme cam berbentuk hati pada stopwatch, hingga menciptakan chronograph pertama di Jepang pada 1964 dan Speedtimer otomatis di tahun 1969. Sejak 1987, Seiko dipercaya sebagai pencatat waktu resmi untuk ajang World Athletics. Dan ketika kejuaraan ini kembali digelar tahun ini di Tokyo setelah 34 tahun, Seiko kembali hadir di kota kelahirannya dengan teknologi pencatat waktu mutakhir. Untuk memeringati momen istimewa ini, Seiko meluncurkan Prospex Speedtimer Solar Chronograph Limited Edition. Jam dengan diameter 39mm setebal 13.3mm ini akan menjadi penghormatan bagi sekitar 2.000 atlet yang akan bertanding, sekaligus babak baru dalam warisan panjang Seiko di bidang olahraga.
Model terbaru ini tetap mengusung DNA Speedtimer yang ikonik dengan tampilan panda dial, namun tampil beda dengan warna ungu khas yang terinspirasi dari “Edo purple”—warna bersejarah dari masa Edo yang kini menjadi Tokyo. Warna ini juga ditetapkan sebagai warna resmi World Athletics Championships Tokyo 2025. Desainnya mengacu pada model Speedtimer era 60–70-an, dengan tampilan dial yang mudah dibaca seperti yang pertama kali dikenalkan pada 1972. Jarum detik chronograph menjangkau hingga ke tepi dial, dan posisi tanggal ditempatkan di antara indeks agar tetap terbaca jelas. Mengusung mesin solar Caliber V192, jam ini dilengkapi fungsi chronograph 60 menit dan sub-dial 24 jam. Dalam kondisi terisi penuh, baterainya bisa bertahan hingga enam bulan tanpa cahaya tambahan. Mesin jam ini juga memiliki daya tahan terhadap medan magnet sampai 4,800 A/m dan casing jam ini tahan terhadap air hingga 100 meter.
Secara keseluruhan jam ini memberikan tampilan menarik yang telah memikat para penggemar Seiko, dengan kombinasi finishing hairline dan mirror pada rantai jam, serta kaca safir cembung, memberikan kesan klasik yang tetap sporty. Ketebalan dan berat rantainya pun dirancang untuk kenyamanan maksimal, secara total jam ini hanya berbobot 161 gram. Jika ingin mengubah tampilan jam, maka ukuran tali berukuran 20mm akan memberikan banyak pilihan bagi penggunanya, baik strap karet ataupun NATO strap akan cocok di jam ini. Edisi terbatas ini bukan hanya soal tingkat presisi tinggi, keandalan, dan menariknya desain khas Speedtimer, tapi juga tampil mencolok dengan warna dial yang berbeda dari seri biasanya—menjadikannya koleksi istimewa bagi para pecinta jam tangan. Prospex Speedtimer Solar Chronograph edisi terbatas ini akan tersedia mulai Agustus 2025, dan akan memerlukan upaya ekstra untuk didapatkan karena hanya tersedia sebanyak 6.000 unit di butik Seiko dan mitra ritel pilihan di seluruh dunia.
TAMPIL BEDA DENGAN WARNA UNGU KHAS
YANG TERINSPIRASI DARI “EDO PURPLE”—
WARNA BERSEJARAH DARI MASA EDO YANG
KINI MENJADI TOKYO


TIME FOR FASHION
Fashion Forward Watches
Jewellery Haven Stars & Timepieces
JEWELLERY TIME
WORKS OF ART
Ajang megah Met Gala 2025 menandai peluncuran koleksi Bvlgari
Polychroma High Jewelry terbaru yang sangat mewah dan memukau
Salah satu ajang karpet merah yang paling menarik perhatian dunia adalah Met Gala. Dan para Duta Global dan sahabat merek Bvlgari menjadi pusat perhatian di ajang bergengsi itu dalam balutan gaun mewah dan perhiasan dari koleksi Bvlgari
Polychroma High Jewelry yang luar biasa. Nama Polychroma berakar dari bahasa Yunani poly, yang berarti “banyak,” dan chromia, “warna,” dan koleksi ini merupakan ode yang luar biasa dan berani terhadap nilai-nilai warna, pluralitas, polimorfisme, dan multidimensionalitas, yang disatukan dalam semesta dengan kecerahan dan gerakan kromatik.

Kalung Magnus Emerald, yang dikenakan oleh Duta Global Priyanka Chopra Jonas, dipasangi salah satu batu mulia terbesar dan terindah di dunia, 1 zamrud segi delapan seberat 241,06 karat, batu dengan sisi terbesar yang pernah dibuat oleh Bvlgari. Kalung perhiasan mewah ini berbahan platinum, berlian carré, zamrud buff-top, berlian bulat, dan berlian pavé



Kalung Bvlgari Cosmic Vault, yang dikenakan oleh Duta Global Anne Hathaway, merupakan penghormatan yang menakjubkan terhadap keindahan surgawi dan kemegahan arsitektur. Di bagian tengahnya, kalung ini menampilkan safir 123,35 karat yang termasuk dalam jajaran batu eksklusif karena warnanya yang dalam dan intens.

Duta Global Bvlgari, Lisa Manobal memilih Kalung Monete dalam emas merah muda 18 karat yang dihiasi dengan koin perak kuno yang dipasangkannya dengan beberapa cincin dan anting berlian untuk acara spesial ini.


Duta Global Bvlgari, Zendaya memperkenalkan bros berlian
High Jewelry dari koleksi Bvlgari yang ia padukan dengan cincin
berlian High Jewelry dan anting berlian Fancy Vivid Yellow untuk acara khusus ini.

Sahabat merek Bvlgari, Monica Barbaro mengenakan bros Monete mewah dalam warna emas merah muda dengan 1 koin perak yang ia padukan dengan beberapa cincin berlian Serpenti dan anting-anting berlian untuk acara khusus ini.
Mahakarya perhiasan mewah yang dihiasi dengan batu mulia yang langka dan luar biasa ini menjadi bukti Maison Bvlgari dalam mengubah keindahan alam menjadi karya seni yang penuh emosi. Malam itu merupakan malam yang tak terlupakan bagi Bvlgari dan perayaan sejati kemegahan merek tersebut.
GLIMMERING CODES
Di karpet merah Met Gala 2025, Chopard kembali menuturkan kilau, kekuatan, dan cerita personal melalui tiap detail Haute Joaillerie

Sofia Richie tampil memukau dalam gaun satin putih rancangan Tommy Hilfiger. Ia mengenakan perhiasan Chopard, termasuk sepasang anting berlian potongan rose cut total 14,05 karat dari koleksi Haute Joaillerie, gelang berlian 16,09 karat dari koleksi L’Heure du Diamant, dan cincin dari koleksi Magical Setting.
Di tengah jepretan kamera dan parade busana, Met Gala 2025 kembali menjadi ajang di mana fashion berfungsi sebagai medium narasi yang personal sekaligus politis. Tahun ini, tema “Superfine: Tailoring Black Style” mengangkat warisan dandisme kulit hitam, dengan dress code “Tailored for You” yang mendorong eksplorasi bentuk dan gaya secara individual. Namun di sela-sela kibasan gaun, jubah, maupun setelan jas yang begitu tajam, narasi lain turut menyinari secara halus: kilauan dari koleksi perhiasan Chopard. Label asal Swiss ini memang bukan pemain baru dalam momen karpet merah. Sejak pertama kali tampil di Met Gala pada 2007, Chopard perlahan membangun kehadiran yang tenang namun konsisten, di mana kemewahan tak selalu harus lantang.

Sabrina Carpenter mengejutkan dengan pilihan busana tanpa celana dari Louis Vuitton, dirancang oleh Pharrell Williams. Sabrina melengkapi penampilannya dengan perhiasan Chopard, termasuk anting berlian 14,74 karat dan kalung berlian 64,33 karat.

Liu Wen hadir mengenakan setelan beludru merah bata dari
The Row. Ia melengkapi tampilannya dengan perhiasan Chopard, termasuk kalung platinum dan emas putih bertatahkan 43,32 karat berlian dari koleksi Haute Joaillerie, anting rubi dari koleksi L’Heure du Diamant, dan cincin emas rose gold bertatahkan 9,87 karat berlian dari koleksi Magical Setting.


Aktris berusia berusia 23 tahun, Sadie Sink hadir dalam balutan gaun satin hitam Prada dengan cape renda dan selendang yang dikenakan di atas balutan renda bunga. Dilengkapi anting berlian 32,58 karat dan mutiara 42,82 karat dari koleksi Chopard Haute Joaillerie, serta cincin Precious Lace.

Kendall Jenner tampil dalam balutan setelan rok abu-abu karya desainer asal London, Torishéju Dumi. Terinspirasi oleh ikon Harlem Renaissance, Gladys Bentley, setelan ini memadukan tailoring maskulin dengan siluet feminin yang tegas. Kendall melengkapi penampilannya dengan kalung Chopard bertatahkan berlian 12,37 karat dan total 76,11 karat berlian lainnya.
Dari Kendall hingga Paloma, dari estetika klasik hingga eksplorasi konstruksi aksesori, kehadiran Chopard di Met Gala tahun ini menampilkan perhiasan bukan sebagai ornamen semata, melainkan sebagai bagian dari kurasi citra. Di tengah tailoring, busana dramatis, dan permainan bentuk, kilau yang bertahan justru datang dari apa yang dikenakan paling dekat dengan kulit.

ART, INGENUITY, SPEED
Desain seragam khusus Ducati di Mugello 2025 menjadi sinergi bagi pertemuan budaya, seni, dan teknologi dalam harmoni kecepatan


BAJU SERAGAM BALAP BERTEMA RENAISSANCE
YANG IA KENAKAN MELAMBANGKAN
PENYATUANNYA DENGAN FILOSOFI DUCATI, DI MANA KECEPATAN, KEBERANIAN, BUDAYA, DAN KECANGGIHAN BERPADU
Renaisans bukan hanya sekadar periode sejarah, melainkan sebuah era yang mewakili keunggulan dan kreativitas abadi, yang mampu menginspirasi bentuk, ide, dan inovasi saat ini. Grand Prix Italia di Mugello 2025 menjadi saksi momen istimewa di mana Ducati menghadirkan desain seragam (livery) bertema ‘Renaissance’ sebagai bentuk penghormatan terhadap legasi budaya Italia. Desain seragam ini lahir dari kolaborasi antara desainer Aldo Drudi dan sejarawan Marcello Simonetta, membawa filosofi dan semangat zaman kebangkitan budaya Italia ke arena balap modern. Ducati memadukan kecanggihan teknologi dengan narasi historis yang kuat, menciptakan tampilan visual yang bukan hanya menarik secara estetika tetapi juga sarat akan makna. Di lintasan Mugello, motor Desmosedici GP tampil sebagai simbol persilangan antara seni, ilmu pengetahuan, kecepatan dan keberanian.


Pebalap Francesco Bagnaia, lahir di Turin pada 1997, datang ke Mugello sebagai pebalap Italia yang telah mengukir sejarah bersama Ducati. Dengan nomor 63 di motornya, ia membawa status Juara Dunia MotoGP dua kali pada 2022 dan 2023. Baju seragam balap bertema Renaissance yang ia kenakan menjadi simbol kebanggaan sekaligus cerminan perannya sebagai duta nilai budaya di lintasan. Bagi Bagnaia, balapan di Mugello bukan hanya soal mengejar podium, tetapi juga tentang mempersembahkan karya yang menggabungkan semangat, filosofi, dan identitas Ducati dalam setiap detik waktu yang ia lalui di aspal sirkuit.

DI LINTASAN MUGELLO, MOTOR DESMOSEDICI
GP TAMPIL SEBAGAI SIMBOL PERSILANGAN
ANTARA SENI, ILMU PENGETAHUAN, KECEPATAN DAN KEBERANIAN
Sementara Marc Márquez, pebalap dengan nomor 93 dari angkatan 1993, tiba di Mugello dengan catatan delapan gelar juara dunia yang ia raih sepanjang kariernya. Musim 2025 menjadi tahun pertamanya bersama Ducati Lenovo Team, dan Mugello menjadi ajang perkenalannya di hadapan publik Italia sebagai bagian dari keluarga baru. Baju seragam balap bertema Renaissance yang ia kenakan melambangkan penyatuannya dengan filosofi Ducati, di mana kecepatan, keberanian, budaya, dan kecanggihan berpadu. Bagi Márquez, setiap detik di lintasan adalah ruang untuk membuktikan komitmennya, sekaligus menghadirkan harmoni antara ambisi kemenangan dan penghargaan terhadap waktu yang membentuk setiap kisah besar di arena balap.


BORN TO WIN
Tissot mengangkat pesona Italia dan semangat Enea Bastianini dalam perjalanan penuh kenangan ke tempat ia dibesarkan

Kisah Enea Bastianini mengingatkan kita bahwa kehebatan dibangun di setiap momen yang dihabiskan untuk mengejar impian Anda. Dan merek jam tangan asal Swiss, Tissot mengajak para penggemar jam tangan dan fans Enea Bastianini untuk bergabung dengan Enea dalam perjalanan yang menyentuh hati melalui kampung halamannya, tempat keluarga dan ambisi menjadi fondasi kesuksesan MotoGP™.
Tissot menawarkan pandangan yang lebih dekat ke dalam kehidupan Enea Bastianini dalam kampanye terbarunya untuk jam tangan skeleton pertama T-Race MotoGP™ Automatic Chronograph Limited Edition, berbagi pengalaman yang menentukan yang telah membentuknya menjadi pebalap dan pribadi seperti sekarang ini.


Kampanye ini menampilkan momen-momen menentukan yang telah mendorong Enea untuk terus melampaui dirinya sendiri, dengan T-Race MotoGP™ Automatic Chronograph sebagai inti cerita ini, desainnya mewujudkan presisi dan ketahanan yang telah membentuk perjalanan Enea. Sudah siap mengenakan jam tangan T-Race MotoGP™ Anda dan bergabung dengan Enea untuk menikmati perjalanan ini?


ETIMELESS VICTORY
Bakat, presisi, dan tekad Esteban Ocon dengan sempurna mewujudkan nilai-nilai merek jam asal Swiss, Bianchet

steban Ocon, bintang Formula 1 berusia 28 tahun dan pemenang Grand Prix ini layak terpilih sebagai Duta merek jam tangan Bianchet yang Baru. Pembalap muda Prancis yang baru menandatangani kontrak dengan tim Amerika MoneyGram Haas F1 Team ini telah memilih gaya Bianchet, baik di trek balapan, di kota, atau saat bepergian dengan jam tangan tourbillon-nya yang sporty sekaligus elegan. Berbakat dan penuh tekad, Esteban Ocon adalah contoh pribadi yang tangguh, setelah mengatasi berbagai rintangan untuk mencapai Formula 1. Dengan gaya mengemudi yang menarik dan performa balapan yang konsisten, ia telah memantapkan dirinya sebagai pembalap yang andal, dikenal karena memanfaatkan peluang saat muncul. Dengan makat, presisi, dan tekadnya yang kuat, ia dengan sempurna mewujudkan nilai-nilai Bianchet, seperti ketahanan dalam olahraga, keanggunan dalam berkendara, dan pendekatan yang ketat terhadap performa. Performa yang sama, dalam salah satu olahraga paling bergengsi dan menantang, di mana setiap detail penting, dan inovasi menghasilkan keunggulan, dan tentunya keanggunan.

Saat hadir di gala bergengsi “F1 75 Live” di London Februari lalu, Esteban tampil elegan dengan jam tangan Bianchet B 1.618 Flying Tourbillon Sport GMT, “Merupakan suatu kehormatan untuk bergabung dengan keluarga Bianchet dan mewakili merek yang memiliki komitmen yang sama terhadap presisi dan performa. Desain canggih dan rekayasa luar biasa dari jam tangan mereka dengan sempurna mencerminkan semangat balap: melampaui batas melalui inovasi yang berkelanjutan dan mengejar keunggulan,” ungkapnya. Jam tangan ini mengusung desain yang memadukan seni dan teknologi, mewujudkan harmoni sempurna antara ringan, kokoh, dan halus, dengan casing karbon berdensitas tinggi yang diresapi bubuk titanium dan mampu menahan guncangan hingga 5000G dan kedap air hingga 100 meter. Inti dari mesin titaniumnya, flying tourbillon memastikan presisi, sementara tali karet vulkanisasi memberikan kenyamanan sempurna dan adaptabilitas optimal.



IT’S HER TIME
OMEGA mencatat sejarah dengan menggelar Ladies Indonesia OMEGA Trophy, turnamen golf perempuan pertama yang diadakan di Indonesia sekaligus yang pertama di dunia
Di satu pagi yang teduh di Jakarta, lapangan Pondok Indah Golf Course berubah menjadi panggung bagi sebuah langkah pertama yang berani. Tanggal 24 Mei 2025 bukan hanya menandai sebuah turnamen, tetapi juga babak baru dalam sejarah olahraga dan horologi dunia. Di antara hijaunya hamparan rerumputan padang golf, dan langit yang menggantung tenang, puluhan pegolf perempuan bersiap memulai permainan yang membawa makna lebih dari hitungan skor. Inilah Ladies Indonesia OMEGA Trophy, sebuah turnamen perdana yang ditujukan khusus untuk perempuan, bukan hanya di Indonesia
tetapi juga secara global. Dengan satu pukulan awal, kompetisi ini membuka jalan bagi percakapan baru tentang waktu, peran, dan representasi. OMEGA bukanlah nama baru dalam dunia golf, dukungan terhadap atlet elite seperti Rory McIlroy menegaskan posisi OMEGA sebagai jenama yang menyatu erat dengan dunia olahraga, khususnya golf. Namun selama ini, dukungan itu lebih banyak terlihat dalam arena pria. Maka kehadiran turnamen perempuan ini menjadi langkah penting, menyeimbangkan representasi dan membuka ruang baru dalam lanskap yang selama ini terlalu maskulin.



DI ANTARA MEREKA HADIR PULA SOSOKSOSOK PENTING YANG MEMBERI DUKUNGAN, SEPERTI PRO PLAYER ASAL KOREA SELATAN, TAE KYUNG KIM HINGGA AKTRIS LUNA MAYA DAN NIA RAMADHANI
Renaldi Hutasoit, Direktur Utama dari PT. Hourlogy Inti Semesta, distributor resmi dari jam tangan OMEGA di Indonesia, menegaskan bahwa turnamen ini dirancang sebagai landasan awal untuk sesuatu yang lebih besar. “Turnamen ini menjadi proyek percontohan untuk OMEGA Trophy khusus perempuan di tingkat global,” ujarnya. Indonesia menjadi tempat yang ideal untuk memulai karena komunitas golf perempuannya yang aktif serta dukungan kuat dari pelanggan butik OMEGA. “Kami bangga menjadi tuan rumah edisi pertama dan berharap bisa menginspirasi negara-negara lain untuk mengikuti jejak ini.” Struktur turnamen ini dirancang untuk merangkul dua spektrum peserta, yaitu kategori Elite Amateur dan Regular Amateur. Peserta Elite diundang secara khusus oleh OMEGA Indonesia dan terdiri dari pegolf perempuan yang sudah berpengalaman dengan handicap rendah. Sementara kategori Regular diisi oleh para pelanggan butik OMEGA, menciptakan ruang inklusif di mana semangat persaingan bertemu dengan keakraban komunitas. Format ini memungkinkan semua peserta, dari yang kompetitif hingga yang bermain untuk menikmati pengalaman,




merasa memiliki tempat yang setara di lapangan. Lebih dari sebuah kompetisi, turnamen ini terasa seperti perayaan tentang perempuan, waktu, dan kesatuan visi.
Suasana di Pondok Indah Golf Course semakin diselimuti rasa semangat dan penuh energi. Sorak sorai lembut, sapaan hangat antar peserta, serta denting peralatan yang bersiap menjadi penanda awal hari yang istimewa. Saat airhorn dibunyikan, satu demi satu pegolf melangkah maju dengan penuh percaya diri. Di antara mereka hadir pula sosok-sosok penting yang memberi dukungan, seperti pro player asal Korea Selatan, Tae Kyung Kim hingga aktris Luna Maya dan Nia Ramadhani. “Kami sangat bangga,
HALAMAN SAMPING
Dipimpin oleh Renaldi Hutasoit, Direktur Utama dari PT. Hourlogy Inti
Semesta sebagai peritel resmi OMEGA di Indonesia, ajang bergengsi
Ladies Indonesia OMEGA Trophy 2025 resmi dibuka di Lapangan Golf
Pondok Indah, Jakarta yang dimeriahkan para peserta wanita profesional maupun amatir
HALAMAN INI
Setelah dibuka resmi oleh Renaldi Hutasoit, para pegolf profesional termasuk pro player asal Korea Selatan, Tae Kyung Kim hingga para pegolf amatir yang sangat bagus permainannya seperti aktris Luna Maya dan Nia Ramadhani bergabung bersama memeriahkan acara turnamen golf pertama wanita di dunia ini







LADIES INDONESIA OMEGA TROPHY ADALAH
SEBUAH TURNAMEN PERDANA YANG
DITUJUKAN KHUSUS UNTUK PEREMPUAN, BUKAN HANYA DI INDONESIA TETAPI JUGA
SECARA GLOBAL
karena kuota peserta langsung terpenuhi seratus orang, dan yang hadir bermain mencapai sembilan puluh satu perempuan,” ujar Renaldi. “Selama ini banyak yang bilang turnamen perempuan pesertanya sedikit. Ini justru sebaliknya.”
Saat matahari mulai condong ke barat, turnamen ditutup dengan seremoni yang hangat penuh makna. Nama-nama pemenang dari berbagai kategori diumumkan dan menerima penghargaan berupa jam tangan OMEGA dan hadiah lainnya, bukan hanya sebagai simbol prestasi tetapi juga penghormatan terhadap dedikasi dan semangat yang mereka bawa ke lapangan. “Ada lima orang yang pasti sangat senang hari ini,” ungkap Renaldi Hutasoit. “Karena masing-masing dari mereka membawa pulang satu jam tangan OMEGA dari kategori berbeda seperti hole-in-one, best gross overall, best net overall, kategori pelanggan, dan grand lucky prize.” Di balik kilau jam tangan itu tersimpan filosofi yang dalam: bahwa waktu bukan hanya sesuatu yang diukur, tetapi juga




dirayakan. Momen ini pun dirancang agar tidak terasa eksklusif. Semua peserta mendapat apresiasi yang setara, karena dalam ajang ini, kehadiran dan keberanian untuk tampil sudah menjadi kemenangan tersendiri.
Di balik hasil pertandingan, turnamen ini memberi ruang untuk merenungkan bagaimana representasi perempuan dalam olahraga bisa tumbuh ketika diberi panggung yang layak. Menurut Renaldi, yang paling membahagiakan dari turnamen ini adalah energi yang muncul secara alami dari para peserta, tanpa perlu dipaksakan. Ia melihat potensi komunitas yang besar, tidak hanya sebagai konsumen atau penggemar, tetapi sebagai pemain aktif yang membentuk wajah baru olahraga golf di Indonesia. “Ini bukan bentuk dukungan pertama OMEGA terhadap perempuan,” ujar Renaldi. “Selama bertahun-tahun, OMEGA telah bekerja sama dengan Nicole Kidman, muse dari jenama ini, untuk mendukung UN Women dalam upaya melawan kekerasan terhadap perempuan.”
HALAMAN INI DARI KIRI ATAS
Acara makan siang bersama dan upacara pemberian hadiah kepada para pemenang berlangsung meriah dan dibuka oleh Renaldi Hutasoit, Direktur Utama dari PT. Hourlogy Inti Semesta, distributor resmi dari jam tangan OMEGA di Indonesia, serta dihadiri oleh para pemain dan pihak manajemen PT. Hourlogy Inti Semesta, dan dihibur oleh penampilan penyanyi Paul Latumahina & Friends

A NEW DAWN AT LE BEAUVALLON
COMO Le Beauvallon membuka babak baru warisan era Belle Époque dalam kemewahan kontemporer yang berpadu indah dengan alam Saint-Tropez



Ketika Tuhan menciptakan French Riviera, mungkin Ia menitipkan cahaya istimewa di tempat ini, sebuah kilau alami yang sering disebut light of the Riviera. Cercahannya membuat langit biru cerah, laut memantul pirus, dan dinding berparas pastel di Saint-Tropez tampak memukau, di mata siapa pun yang berhenti sejenak dan memandangi. Pantulan sinarnya serentak memperelok setiap sudut, dari kapal pesiar megah yang merapat di pelabuhan hingga kursi-kursi di kafe dermaga tempat segelas rosé dingin terasa begitu pas dinikmati perlahan. Di sini, segala sesuatu bergerak santai. Jalanan berbatu, rumah tua, dan pasar tradisional yang harum lavender dan aroma roti panggang
KINI, DI BAWAH BENDERA COMO HOTELS AND RESORTS, PROPERTI INI MEMBUKA LEMBAR
BARU DENGAN MENGHADIRKAN 25 SUITE BAGI
TAMU INDIVIDU MULAI MUSIM PANAS 2025
melengkapi pengalaman yang terasa begitu autentik. Di lanskap yang memadukan pesona alam dan jejak masa lalu inilah COMO
Le Beauvallon berdiri, mengundang tamu merasakan babak baru sebuah legenda Riviera.

Le Beauvallon lahir pada masa Belle Époque, era ketika French Riviera dikenal sebagai surga bagi para bangsawan dan kaum jetset yang mencari ketenangan di tepi Saint-Tropez. Dibuka pada 1914, properti ini menjadi simbol kemewahan yang berpadu dengan keindahan alam Riviera. Selama hampir satu dekade terakhir, Le Beauvallon berfokus sebagai venue untuk acara privat, menjaga eksklusivitasnya jauh dari sorot mata publik. Kini, di bawah bendera COMO Hotels and Resorts, properti ini membuka lembar baru dengan menghadirkan 25 suite bagi tamu individu mulai musim panas 2025, sebagai langkah awal menuju peluncuran penuh COMO Le Beauvallon pada 2026. Transformasi ini menandai komitmen untuk menghidupkan kembali warisan Le Beauvallon dengan kemewahan modern yang menyentuh generasi baru para pelancong. Setiap suite di COMO Le Beauvallon dirancang untuk menghadirkan rasa damai dan keramahtamahan yang berpadu dengan keindahan alam sekitarnya. Dari Prestige Suites, Beauvallon Suites, hingga Sky Suite yang luas, seluruh akomodasi menawarkan pemandangan memikat ke arah laut atau taman yang terhampar rapi. Arsitekturnya menggabungkan elemen klasik Riviera dengan sentuhan kontemporer yang hangat, menciptakan ruang yang terasa akrab namun tetap mewah. Sky Suite, sebagai salah satu yang paling istimewa, membentang hingga hampir 200 meter persegi dan memberikan kesan seolah menyatu dengan cakrawala Saint-Tropez. Setiap detail di dalamnya, mulai dari pencahayaan alami hingga pilihan material, dirancang untuk memastikan kenyamanan sekaligus memperkuat nuansa menenangkan yang menjadi jiwa Le Beauvallon.
Pengalaman bersantap di COMO Le Beauvallon dirancang untuk menggugah panca indera dan menghadirkan cita rasa yang selaras dengan suasana sekitarnya. Pada musim panas 2025, para tamu akan menikmati sajian yang memadukan rasa Asia dan Mediterania, disiapkan di Beach Club yang menghadap langsung ke teluk. Suasananya santai, dengan debur ombak dan hembusan angin laut yang menjadi musik latar alami bagi setiap hidangan. Memasuki 2026, Le Beauvallon akan menyambut kehadiran Yannick Alléno, chef ternama peraih 17 bintang Michelin, yang akan memperkenalkan visi gastronomi baru di properti ini. Setiap menu dirancang bukan hanya untuk memanjakan lidah, tetapi juga untuk melengkapi pengalaman tinggal yang merayakan keindahan dan kekayaan budaya Riviera. Le Beauvallon tidak hanya menawarkan akomodasi yang menawan, tetapi juga menjadi tempat ideal untuk berbagai perayaan hari istimewa. Ballroom berkapasitas hingga


500 tamu berdiri megah tanpa pilar, menciptakan ruang lapang yang siap menampung gala dinner, pesta pernikahan, hingga peluncuran produk dengan tata cahaya dan dekorasi impian. Di luar ruangan, area teras yang menghadap laut dan platform apung privat yang menanti sapaan yacht pribadi menambah fleksibilitas untuk menghadirkan acara yang menyatu dengan lanskap Riviera. Setiap venue dirancang agar bisa menyesuaikan diri dengan karakter acara, mulai dari pesta penuh kemewahan hingga momen privat yang hangat. Didukung tim profesional, Le Beauvallon menjadi kanvas bagi para tamu untuk menciptakan kenangan yang tak terlupakan di tepi Saint-Tropez.
Pengalaman di Le Beauvallon semakin terasa lengkap dengan kehadiran fasilitas wellness yang dirancang untuk memulihkan tubuh dan menenangkan pikiran. Spa dengan ruang perawatan yang intim, studio yoga, dan area meditasi mengundang tamu untuk sejenak berhenti dari hiruk-pikuk dunia luar dan menemukan keseimbangan diri. Keseluruhan ini menjadi bagian dari warisan Le Beauvallon: tempat di mana sejarah panjang berpadu dengan kemewahan modern tanpa kehilangan ketenangan yang menjadi jiwanya. Menciptakan suasana yang autentik dan tak lekang waktu. COMO Le Beauvallon kini membuka pintunya untuk tamu yang ingin menjadi bagian dari babak baru legenda Riviera ini, dan merasakan sendiri keindahan wilayah yang sejak lama menginspirasi para seniman besar seperti Matisse dan Picasso di tepi Saint-Tropez.
Le Beauvallon
Bd des Collines, 83310 Grimaud, Perancis
Tel: +33 4 94 55 78 88 www.lebeauvallon.com
LIVING ABOVE IT ALL
Di lantai tertinggi Four Seasons Hotel Jakarta, Presidential Suite menjadi estuari ketenangan untuk melambat dan menepi sejenak


Jakarta adalah kota yang bergerak cepat, namun di antara gedung-gedung tinggi dan bahana lalu lintas yang tak pernah benar-benar diam, masih ada ruang untuk berhenti dan menarik napas. Laksana oase di tengah gurun, Four Seasons Hotel Jakarta hadir menawarkan ruang bagi hikayat tersebut, sebuah jeda yang dirancang untuk menenangkan tanpa membuat tamunya merasa jauh dari pusat kehidupan. Berlokasi di Jalan Gatot Subroto, hotel ini memudahkan akses ke kawasan utama seperti SCBD, Mega Kuningan, dan Menteng, sekaligus terhubung langsung ke Bandara Soekarno-Hatta melalui akses jalan bebas hambatan. Dikenal lewat layanannya yang personal dan atmosfernya yang sarat akan ketulusan, Four Seasons menjadikan setiap kunjungan terasa seperti momen pulang, meskipun hanya untuk beberapa malam.

TERLETAK DI LANTAI 19, SUITE SELUAS
330 METER PERSEGI INI MEMBENTANG
DENGAN LELUASA, MEMADUKAN PRIVASI, FUNGSIONALITAS, DAN KEINDAHAN VISUAL
DALAM SATU FORMASI
Dari atmosfer hangat yang menyambut sejak tiba di lobi, pengalaman tinggal di Four Seasons mencapai puncaknya di Presidential Suite, sebuah ruang yang menawarkan lebih dari sekadar tempat beristirahat. Terletak di lantai 19, suite seluas 330 meter persegi ini membentang dengan leluasa, memadukan privasi, fungsionalitas, dan keindahan visual dalam satu formasi. Area foyer yang hening membuka jalan ke ruang kerja yang tertutup. Selagi ruang duduk menunggu lapang, menemani area kamar tidur utama yang seakan memeluk dengan nuansa biru abu dan aksen kayu gelap. Setiap detail terasa dipikirkan dengan cermat, dari sudut pandang yang jatuh perlahan ke permukaan marmer hingga tekstur linen yang menenangkan. Keseluruhan ruang memberikan rasa tinggal yang utuh, menjawab kebutuhan akan kenyamanan dengan pendekatan yang tidak hanya estetis, tetapi juga terasa akrab dan humanis.
Keseimbangan antara fungsi dan keindahan di Presidential Suite mengemuka dari reka cipta sentuhan Alexandra Champalimaud, desainer interior asal New York yang dikenal akan kepekaan artistiknya dalam merancang ruang-ruang bernuansa emosional. Ia membangun narasi visual melalui pernik yang tak hanya mempercantik, tetapi juga memperdalam suasana. Misalnya dari pilihan panel bergaya Chinoiserie, memandu aksen lembut pada dinding, sementara lampu gantung kristal menjuntai seperti percikan binar yang tenang. Tempat tidur kanopi berdiri anggun, memancarkan kehangatan yang mengundang. Setiap unsur dalam suite ini terasa seperti bagian dari alur cerita, di mana cahaya alami yang masuk dari jendela tinggi memberi karakter pada komposisi ruang yang telah disusun dengan penuh pertimbangan. Presidential Suite tidak hanya dirancang untuk memberi ketenangan pribadi, tetapi juga untuk menciptakan ruang interaksi yang hangat dan bermakna. Tersembunyi di balik panel kayu gelap, adalah area dapur pribadi yang menyatu teratur dengan keseluruhan desain. Memungkinkan tim kuliner hotel menyiapkan hidangan tanpa mengganggu prosesi bercengkerama. Di sisi lain, area ruang makan yang luas mampu menampung hingga dua belas tamu, menciptakan kesempatan untuk menjamu dengan keintiman dan berkelas. Baik untuk makan malam pribadi maupun pertemuan santai, ruang ini menyelaraskan kenyamanan seperti di rumah dengan iklim kemewahan layanan hotel.




Pengalaman bermalam di Presidential Suite terasa semakin lengkap dengan fasilitas yang ditawarkan oleh Four Seasons di luar suite. Seperti kehadiran restoran Alto yang menyajikan kelezatan masakan Italia dalam atmosfer yang hangat, dilengkapi panorama kota Jakarta dari ketinggian. Di sisi lain, ada fasilitas spa yang menawarkan perawatan tak hanya untuk meremajakan raga, tetapi juga memberi ruang bagi ketenangan batin untuk kembali ke diri secara perlahan. Bagi yang ingin menghabiskan waktu bersantai di penghujung hari, Nautilus Bar menghadirkan nuansa art deco yang hangat dengan pilihan koktail berbasis rum yang khas. Seluruh pengalaman ini dirangkai dalam satu pendekatan yang konsisten: menghadirkan kenyamanan, keindahan, dan keintiman dalam satu harmoni yang terasa sangat personal.
Presidential Suite di Four Seasons Hotel Jakarta diwujudkan untuk menyentuh lewat pengalaman, dalam untaian kemewahan. Dirancang sedemikian rupa untuk menawarkan ruang singgah yang tenang, personal, dan penuh perhatian terhadap detail. Istilah presidential suite sendiri berasal dari era Presiden Woodrow Wilson di Amerika Serikat, yang menetapkan standar khusus untuk kamar hotel selama kunjungan kenegaraan. Sejak saat itu, suite serupa hadir di berbagai penjuru dunia sebagai lambang prestise dan keistimewaan. Maka kehadiran Presidential Suite di Four Seasons Jakarta dapat dijadikan pilihan bagi sosok-sosok yang mencari tempat peristirahatan sejenak, di mana ketenteraman secara mahsyur tumbuh di tengah dunia yang terus bergerak cepat.
Four Seasons Hotel Jakarta
Jl. Gatot Subroto Kav 18
Kuningan, Jakarta Selatan - 12710
Tel: (62-21) 22771888
W: https://fourseasons.com/jakarta

A COSMOPOLITAN FLAIR
The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place menghadirkan kemewahan, kehangatan layanan, dan ketenangan yang selaras dengan ritme dinamis Jakarta di jantung kawasan SCBD
Hotel The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place berdiri tegas mencuri perhatian di kawasan SCBD, menjulang dari arah Simpang Semanggi dan menjadi salah satu bangunan ikonis yang seolah menyapa siapa saja yang melintas. Di balik kemegahan arsitekturnya, hotel ini dikenal sebagai tempat yang mengutamakan layanan personal dengan sentuhan kehangatan dan perhatian mendetail pada setiap tamu. Berada di jantung kawasan bisnis ibu kota, hotel ini menyatukan kemewahan, kenyamanan, dan akses strategis dalam satu pengalaman yang utuh. Terletak tepat di atas Pacific Place Mall dan berdekatan dengan Bursa Efek Indonesia, hotel ini menawarkan kemudahan bagi mereka yang datang untuk urusan bisnis maupun perjalanan santai. Lingkungannya menyatu dengan ritme kota tanpa kehilangan nuansa tenang, menjadikannya pilihan utama bagi yang mendambakan pengalaman menginap yang selaras dengan dinamika Jakarta.
Di balik posisinya yang strategis, The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place menawarkan suasana tinggal yang terasa pribadi
dan eksklusif. Hotel ini memiliki 62 kamar, dengan tipe Guest Room, Larger Guest Room, Pacific Suite, Mayfair Suite, Ritz-Carlton Suite, dan Presidential Suite. Seluruhnya memiliki akses eksklusif ke Club Lounge di lantai 21 yang dapat dinikmati sepanjang hari selama menginap dengan lima waktu presentasi hidangan. Setiap kamarnya dirancang untuk memberikan ketenangan dan kenyamanan, dengan detail interior yang berpadu antara gaya modern dan sentuhan klasik. Bagi tamu yang menginginkan ruangan yang lebih leluasa, terdapat pilihan suite hingga Presidential Suite yang tersedia untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Kamar-kamarnya dilengkapi jendela besar dengan pemandangan kota, dan area kamar mandi bernuansa luks dengan hamparan marmer yang memikat.
Keunggulan The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place juga tercermin pada fasilitas ruang acara yang dirancang untuk berbagai skala dan kebutuhan. Ballroom hotel ini merupakan yang terbesar di Indonesia, mampu menampung hingga 8.000 tamu tanpa hambatan pilar dan dengan langit-langit setinggi sembilan meter


yang menciptakan kesan lapang dan megah. Disempurnakan oleh sentuhan warna emas dan untaian lampu gantung mewah. Bagi acara yang lebih intim, di lantai delapan tersedia The Glass House yang memadukan suasana dalam dan luar ruang yang berpadu secara harmonis. Pengalaman menginap di The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place semakin lengkap dengan kehadiran PA.SO. LA Restaurant yang menawarkan cita rasa internasional dalam suasana elegan. Restoran ini dikenal dengan pilihan sesi makan brunch bergaya Mediterania, juga momen afternoon tea yang dirancang untuk momen santai, serta pilihan wine dan koktail yang diracik dengan cermat. Sementara tiga ruang makan privat tersedia untuk tamu yang menginginkan suasana lebih eksklusif dalam bersantap. Semua pengalaman kuliner ini diiringi layanan hangat dan penuh perhatian, mencerminkan filosofi Ladies and Gentlemen of The Ritz-Carlton yang menjadikan setiap hidangan terasa istimewa dan personal bagi setiap tamu.
Di tengah hiruk-pikuk kota, The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place juga menghadirkan ruang untuk jeda dan pemulihan untuk tiap-tiap tamunya, melalui fasilitas Spa & Health Club yang terletak di Level 8. Fasilitas pendukung seperti sauna, kolam renang luar ruang, kolam renang bersuhu dingin dan pusat kebugaran melengkapi pengalaman relaksasi yang seutuhnya. Semua elemen ini diciptakan untuk memberikan keseimbangan bagi tamu, memungkinkan mereka menemukan ketenangan di sela kesibukan, dan kembali segar untuk menghadapi dinamika kehidupan kota.




HOTEL INI MEMILIKI 62 KAMAR, DENGAN TIPE GUEST ROOM, LARGER GUEST ROOM, PACIFIC SUITE, MAYFAIR SUITE, RITZ-CARLTON SUITE, DAN PRESIDENTIAL SUITE, YANG SELURUHNYA MEMILIKI AKSES EKSKLUSIF KE CLUB LOUNGE
Reputasi The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place sebagai ikon perhotelan mewah di ibu kota tercermin dari berbagai penghargaan yang telah diraihnya. Tahun lalu, hotel ini masuk dalam daftar Top 10 Hotels in Southeast Asia versi Condé Nast Traveler Readers’ Choice Awards 2024 dan Best City Hotels in Indonesia menurut Travel + Leisure Luxury Awards Asia Pacific 2024. Pengakuan ini lahir dari komitmen untuk selalu menghadirkan layanan yang hangat, detail, dan penuh perhatian. Lebih dari sekadar tempat bermalam, hotel ini menawarkan pengalaman menginap yang menyatu dengan ritme kota Jakarta. Menghadirkan kemewahan yang terasa dekat di tengah jantung Ibukota Jakarta, dan layanan yang meninggalkan kesan mendalam di setiap kunjungan tamunya.
The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place Sudirman Central Business District (SCBD) Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 – 53 Jakarta 12190 - Indonesia Tel: +62 21 2550 1888
WELCOME TO JAKARTA!
Merek jam tangan mewah asal Prancis, March LA.B kini telah tersedia di butik ritel multi-merek Philosoph Plaza Senayan, Jakarta










CEO & Co-Founder merek jam tangan mewah buatan Prancis yang berakar pada inspirasi vintage, March LA.B, Alain Marhic, bersama putrinya Jane Marhic dan timnya, hadir di Jakarta untuk peluncuran merek jam tangan mereka di Indonesia. Kini, jam tangan ini tersedia di butik ritel multi-merek Philosoph Plaza Senayan yang berada di lantai 2, Jakarta. Jam tangan March LA.B menawarkan desain klasik sekaligus modern, dan dengan keunikannya seperti casing oktagonal yang terinspirasi dari arsitektur oktagonal La Place Vendôme, yang unisex, cocok untuk wanita maupun pria yang menyukai jam tangan kecil. Dalam acara peluncuran koleksi terbarunya pada pertengahan Mei lalu, Alain Marhic yang didampingi oleh para pendiri butik Philosoph, Ario Sindu dan Fernando Sindu, mengungkapkan kebanggaannya karena dengan bermitra bersama Philosoph, ia dapat membawa merek March LA.B ke pasar Indonesia. Acara pesta pembukaan berlangsung meriah hingga malam hari dan dihadiri para penggemar fashion dan jam tangan di Jakarta.


DARI ATAS (KI-KA)
Alain Marhic, Fernando Sindu, Jane Marhic, Caroline dan Ario Sindu; Renata Kusmanto; Tito, Rusdi dan Teuku Zacky; Alain Marhic; Aris Suhendra dan Marischka Prudence; Emillya Atmadiredja dan Caroline Susilo Sindu; Joanne Irawan dan Alyssa Rosvita; Alain Marhic, Renata Kusmanto dan Ario Sindu; Vonny Sumlang; Lina Tjung; Agnes Oryza; Renata Kusmanto, Richie dan Ichsan
NEW CHAPTER, NEW BOUTIQUE
Grand Seiko Mono Salon pertamanya di Indonesia dibuka dengan megah dan memamerkan koleksi lengkap jam tangan asal Jepang yang terkenal ini










Grand Seiko membuka Mono Salon perdananya yang eksklusif dan mewah yang berlokasi di Plaza Senayan Mall, pada awal Mei lalu. Ruang eksklusif dengan interior kontemporer yang terinspirasi oleh estetika dan arsitektur Jepang ini menjadi oase ketenangan dan keanggunan bagi pencinta jam tangan. Melalui kemitraan strategis dengan Asia Jaya Ikon, Grand Seiko mengukir tonggak baru dalam kehadirannya di Asia Tenggara, menghadirkan tidak hanya koleksi terbaiknya, tetapi juga pengalaman imersif yang merayakan filosofi waktu dalam tradisi Jepang. Pembukaan butik Grand Seiko dimulai dengan pengguntingan pita dan selebrasi khas Jepang yang unik, dan para tamu VIP pun diajak masuk ke dalam ruang seluas 100 meter persegi untuk menyelami dunia Grand Seiko dan merayakan keindahan yang ditemukan di setiap momen. Merek asal Jepang yang mengusung filosofi “Alive in Time” (Hidup dalam Waktu) ini seakan memberi jawaban bagi para kolektor Indonesia yang sebelumnya hanya mengenal Grand Seiko lewat artikel atau media sosial. Kini, mereka dapat menyentuh, melihat, dan merasakan sendiri keindahan jam tangan tersebut di Jakarta.

DARI ATAS (KI-KA)
Hamish Daud; Kinya Iwami, Ida Idris-Low, Munehisa Shibasaki, Harjono Lie, Kevin Lie dan Brandon Lee; MC Cisca Becker; Pasangan Charles L dan Kartika Winata, Ida Idris-Low, pasangan Natassya Wijaya dan Kevin Lie beserta putera mereka; Anom Reksodirdjo, Bambang Soesatyo dan Rudi Kabunang; Nick Chan, Kenley Lie dan Maurice Koo; Astrid Suryatenggara; Hamish Daud dan Aaron Sutiono; Harjono Lie, Lulu Fuad, Alimin Lie dan Keith Tan; Benny Sutedja; Richard Goh dan Stacie Ann Tan
GLITZ & GLAM
THE MODERN NEW LOOK
Pembukaan kembali butik Tissot di Grand Indonesia menawarkan pengalaman berbelanja yang lebih nyaman dan koleksi lengkap Tissot










Elemen unik berupa lemari pajangan yang terinspirasi dari brankas Swiss, yang menyimpan koleksi PRX dan Seastar terlaris Tissot menyambut para tamu yang masuk ke butik Tissot. Pada akhir Mei lalu, Tissot melalui peritel eksklusifnya di Indonesia, Time International mengumumkan pembukaan kembali butiknya di Grand Indonesia, Jakarta. Ruang yang telah diperbaharui ini menawarkan pengalaman berbelanja yang lebih nyaman, memadukan keahlian pembuatan jam tangan Swiss dengan estetika desain modern. Saat memasuki butik, pengunjung akan disuguhi suasana yang mencerminkan nilai-nilai inti Tissot: kualitas, inovasi, dan modernitas. Interior butik, yang didominasi oleh palet warna hitam, merah, dan putih khas Tissot, menampilkan dinding aksen merah mencolok yang dihiasi logo-logo ikonis merek tersebut, menciptakan suasana yang berani namun tetap mengundang. Di antara tamu undangan di sore itu termasuk Aghniny Haque yang tampil feminin dengan jam tangan Tissot PRX 25mm yang klasik dan minimalis yang dikenakannya.
DARI ATAS (KI-KA)
Poster Duta merek Tissot, Lee Dong Wook; Elemen unik lemari pajangan di pintu masuk butik Tissot terbaru di Grand Indonesia; Para KOL turut hadir meramaikan acara sore itu, termasuk Aghniny Haque; Kent Hadi dan Lystia; Alessandro Georgie; Jessica Ramadhani, Jehian Panangian Sijabat dan Sherfy Alvionita; Jam tangan Tissot PRX Ufo Robot Grendizer yang unik; Sambutan dari Sherfy Alvionita (Tissot Marketing & Communications Executive); Teman-teman dari media cetak maupun online berfoto bersama di akhir acara
MY LITTLE SECRET
Acara peluncuran koleksi OMEGA Aqua Terra 30mm berlangsung megah di Kyoto, Jepang dan dihadiri para publik figur dan duta merek









Mengambil tempat di Shogunzuka Mound, Kyoto Jepang, OMEGA mengadakan pesta peluncuran koleksi Aqua Terra 30mm terbarunya yang dihadiri para selebriti dan publik figur serta para duta merek tersebut. Para tamu yang berkumpul di dek observasi saat senja turun di atas cakrawala kuno Kyoto disambut oleh Presiden dan CEO OMEGA, Raynald Aeschlimann, yang menekankan pentingnya koleksi ini. “Kami telah menciptakan jam tangan yang dapat bertransisi dengan mudah dari siang ke malam, melengkapi pakaian atau acara apa pun dengan tetap mempertahankan standar teknis tertinggi,” ungkapnya. “Koleksi ini merupakan respons kami terhadap permintaan yang terus meningkat akan jam tangan serbaguna, semuanya dalam skala yang lebih kecil.” Sepanjang malam, para tamu terlibat dengan serangkaian instalasi interaktif yang memadukan seni tradisional Jepang dengan ekspresi kontemporer, mulai dari bilik foto bergaya pengakuan dosa hingga demonstrasi kaligrafi Shodo langsung.



DARI ATAS (KI-KA)
Raynald Aeschlimann dan Heidi Chu; Suasana peluncuran koleksi terbaru; Danielle Marsh; Ariana Debose; Ashley Graham; Marisa Abela; Hikaru Takahshi; Yuriko Yoshitaka dan Raynald Aeschlimann; Aislinn Derbez; Han Jimin; Yara Shahidi; Melissa Satta







A ROYAL WEDDING & A LOST CROWN
Rumah lelang Phillips bekerja sama dengan Bacs & Russo mempersembahkan sebuah jam nefrit yang luar biasa, unik, dan berkualitas museum karya Cartier pada tahun 1920-an, yang mencerminkan kecemerlangan artistik merek tersebut dalam gaya Art Deco. Jam ini berhasil terjual senilai HK$9.144.000 (sekitar IDR 18,9 milyar) dalam Sesi lelang jam tangan di Hong Kong: XX pada 23 Mei lalu. Dirancang dalam bentuk lentera Tiongkok, jam ini bersinar dari dalam saat disinari, menampilkan keindahan halus giok yang tembus cahaya. Kaya akan simbolisme budaya, jam ini menampilkan motif bunga koral, pelat jam ganda dari mutiara dengan angka Tiongkok, dan jarum berbentuk naga, yang membangkitkan citra kekaisaran dan tema keberuntungan, kemakmuran, dan otoritas ilahi.
Uniknya lagi, jam ini memiliki dua asal usul kerajaan, dengan mahkota yang diatapi setengah bulan sabit dan bintang di bagian atas jam, dan dikonfirmasi oleh faktur komersial yang ditemukan kembali yang dikeluarkan oleh Cartier, Mahkota Kerajaan Mesir ini ditambahkan pada jam untuk acara pernikahan Putri Fawzia pada tanggal 15 Maret 1939 dengan Putra Mahkota Iran, Mohammad Reza Pahlavi. Yang lebih menarik lagi adalah dua foto hitam putih yang menunjukkan bahwa jam itu awalnya memiliki mahkota di setiap sisi – Mahkota Kerajaan Mesir yang masih ada dan Mahkota Pahlavi Iran, sekarang hilang. Faktur tertanggal 15 Maret 1939 (hari pernikahan) selanjutnya mengonfirmasi bahwa jam ini dibuat sebagai hadiah pernikahan pesanan khusus untuk Putri Fawzia. Berkat telegram yang disertakan bersama faktur Cartier, dapat disimpulkan bahwa jam tersebut dipesan oleh saudara tiri Putri Fawzia, Putri Fawkia dari Mesir, sebagai hadiah pernikahan untuk pernikahan Fawzia dengan Putra Mahkota Iran. Fawkia telah pindah ke Paris dan bertemu dengan suami keduanya, Pangeran Wladimir dari Adix-Dellmensingen, seorang kapten infanteri Tentara Kekaisaran Rusia. Faktur komersial tersebut ditujukan kepada Putri Fewkie di Hotel Trianon di Versailles/Paris.
Dengan asal-usulnya yang berasal dari kerajaan sekaligus sebagai karya seni dan keunggulan horologi, jam Cartier ini merupakan bukti kemewahan dan kecanggihan pada masanya, sehingga layak ditempatkan di koleksi dan museum paling bergengsi. www.cartier.com
WATCHES







