
8 minute read
Refsi H
Salah satu kelompok isu yang disikapi, dikawal, dan juga diadvokasikan oleh
Kastrat BEM FH UI 2022 ialah kelompok isu Reformasi Hukum yang mencakup berbagai produk hukum yang bermasalah di Indonesia Kelompok isu ini terdiri atas beberapa isu utama, seperti Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), Revisi
Advertisement
Undang-Undang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU PPP), Rancangan
Undang-Undang Masyarakat Adat (RUU MA), Rancangan Undang-Undang Pelindungan
Data Pribadi (RUU PDP), Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah
Tangga (RUU PPRT), dan Revisi Undang-Undang Cipta Kerja (UU CK). Sementara itu, terdapat isu-isu insidental lainnya, seperti Korupsi, Pemindahan Ibu Kota Negara, serta
Penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Perpanjangan Masa Jabatan Presiden
Revisi UU PPP
UU PPP merupakan undang-undang yang memuat pengaturan mengenai pembuatan peraturan perundang-undangan yang terdiri dari tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, hingga pengundangan.
Pada 16 Juni 2022, Pemerintah mengundangkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (UU 13/2022) yang berisikan sejumlah perubahan terhadap UU PPP Revisi UU PPP ini sejatinya dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk mewujudkan sistem perundang-undangan yang lebih baik
Akan tetapi, revisi UU PPP justru dilakukan secara terburu-buru dan seolah-olah dilakukan hanya untuk menjembatani UU CK melihat pembahasannya yang menitikberatkan pada metode omnibuslaw.
Pengakomodasian metode omnibus law dalam revisi UU PPP memiliki kaitan erat dengan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor
91/PUU-XVII/2020
Pada putusan tersebut, dinyatakan bahwa UU CK cacat secara formil karena beberapa hal, antara lain karena pembentukan UU CK tidak dilandaskan pada metode yang pasti, baku, dan standar serta permasalahan bahwa UU CK bertentangan dengan asas keterbukaan karena minimnya partisipasi publik dalam proses pembentukannya. Lebih lanjut, UU CK dinyatakan inkonstitusional bersyarat dan harus diperbaiki dalam waktu paling lama 2 tahun. Hal tersebut menimbulkan kesan bahwa revisi UU
PPP dilakukan semata-mata untuk mengatasi kecacatan formil UU CK
Selain itu, terdapat perubahan-perubahan dalam revisi UU
PPP yang seolah-olah dibuat untuk melegitimasi kecacatan formil UU CK, seperti dapat diubahnya kesalahan teknik penulisan pasca persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR RI) dan Presiden serta dibatasinya partisipasi publik dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Untuk menyikapi kondisi tersebut, Kastrat BEM FH UI 2022 memublikasikan Infografis “Revisi UU
PPP: Demi Cipta Kerja Semata?” pada 10
April 2022 silam.
_Perpanjangan Masa Jabatan _
_ Presiden dan Penundaan Pemilu _
_ 2024 _
Pada awal tahun 2022, bergulir wacana perpanjangan masa jabatan presiden melalui penundaan pemilu atau pengubahan batas periode kekuasaan Padahal, Pasal 7
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) menyebutkan bahwa masa jabatan presiden dan wakil presiden dibatasi menjadi dua periode. Beranjak dari hal tersebut, wacana amandemen UUD NRI
1945 pun turut digulirkan untuk mengakomodasi perpanjangan masa jabatan presiden.
Meski pada dasarnya UUD NRI
1945 memang dapat diamandemen, alasan yang melandasi amandemen tersebut haruslah substantif dan bukan semata-mata untuk kepentingan politik praktis yang melanggengkan kekuasaan. Perpanjangan masa jabatan presiden tentu saja menyalahi hal-hal fundamental yang ada dalam negara ini, mulai dari konstitusi, demokrasi, hingga amanat reformasi. Apabila konstitusi yang menjadi pagar dan landasan utama hukum di Indonesia dilangkahi untuk kepentingan politik praktis, tidak menutup kemungkinan kesewenang- wenangan Pemerintah dalam membentuk kebijakan yang tidak menguntungkan rakyat akan menjadi tren buruk yang tidak terelakkan.
Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A., serta Rektor UI, Ari Kuncoro
Salah satu tuntutan yang disampaikan kepada Luhut Binsar
Pandjaitan adalah penjelasan mengenai big data terkait penundaan pemilu, di mana Luhut Binsar Pandjaitan pernah menyatakan bahwa terdapat big data yang menunjukkan mayoritas warganet mendukung penundaan pemilu 2024
Untuk menyikapi permasalahan tersebut, Kastrat BEM FH UI 2022 bersama Kastrat BEM UI 2022 dan
Kastrat BEM FISIP UI 2022 menilik lebih lanjut aspek hukum, politik, dan ekonomi yang melandasi penolakan terhadap perpanjangan masa jabatan presiden dalam bentuk kajian yang berjudul
“Menolak Perpanjangan Masa Jabatan
Presiden: Menjaga Konstitusi,
Demokrasi, dan Amanat Reformasi”. Tak hanya itu, Kastrat BEM FH UI 2022 juga turut terlibat dalam sejumlah aksi, salah satunya ialah Aksi Simbolis Matinya
Demokrasi di UI dan Indonesia yang diselenggarakan pada 12 April 2022 di depan Balai Sidang UI Massa aksi dalam aksi tersebut menyuarakan sejumlah tuntutan kepada Menteri

Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi Indonesia, Jenderal TNI (Purn )
Jawaban yang didapatkan dari Luhut

Binsar Pandjaitan tidaklah memuaskan karena dirinya bersikeras untuk tidak membuka bigdatatersebut. Lebih lanjut, Kastrat BEM FH UI 2022 juga turut terlibat dalam aksi-aksi lainnya, seperti Aksi Massa Tolak Penundaan Pemilu dan
Tolak Perpanjangan Masa Jabatan
Presiden pada 1 April 2022 serta Aksi
Nasional Sidang Rakyat pada 21 April
2022 yang salah satu tuntutannya adalah penolakan terhadap perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu. i upaya rekodifikasi hukum pidana nasional yang menuai beragam polemik
Upaya pengesahan RKUHP pada dasarnya tertunda sejak tahun 2019. Hal ini disebabkan karena draf RKUHP versi
September 2019 menuai kontroversi dan penolakan dari berbagai kalangan masyarakat akibat hadirnya pasal-pasal bermasalah yang perlu ditinjau kembali
Menanggapi respons tersebut, Presiden
Joko Widodo pada September 2019 silam memutuskan untuk menunda pengesahan RKUHP dan menarik draf
RKUHP dari DPR RI untuk ditindaklanjuti oleh Pemerintah.
Pada 25 Mei 2022, Pemerintah bersama DPR RI kembali membahas

RKUHP dalam Rapat Dengar Pendapat
(RDP) Dalam RDP tersebut, Pemerintah dan DPR RI sepakat untuk segera mengesahkan RKUHP dengan membawanya ke dalam rapat paripurna.
Keputusan Pemerintah dan DPR RI sejatinya patut disayangkan mengingat tidak terdapat pembahasan lebih lanjut terhadap substansi RKUHP. Tak hanya itu, sejak September 2019, belum ada draf terbaru RKUHP yang dibuka kepada publik sehingga publik tidak dapat mengawal dan memantau permasalahan yang terkandung di dalamnya Hal ini menunjukkan bahwa
Pemerintah mengabaikan transparansi serta partisipasi publik yang bermakna dalam proses pembahasan RKUHP
Berangkat dari kondisi tersebut,
Kastrat BEM FH UI 2022 berupaya mendesak Pemerintah dan DPR RI untuk bergegas membuka draf terbaru melalui
Infografis “RKUHP: Rancangan Kitab
Undang-Undang Harus Partisipatif” pada 26 Mei 2022 Masih dalam upaya mendorong dibukanya draf terbaru
RKUHP, Kastrat BEM FH UI 2022 bersama

Aliansi Nasional Reformasi KUHP melayangkan surat permohonan kepada
Kementerian Sekretariat Negara pada 9
Juni 2022 Rekap penyerahan surat permohonan tersebut dapat dilihat melalui Infografis “Penyerahan Surat
Permohonan Transparansi Draf RKUHP kepada Kementerian Sekretariat

Negara: Mendesak Presiden dan DPR RI untuk Membuka Draf Terbaru RKUHP kepada Publik”.
Kemudian, pada 13 Juni 2022, Kastrat BEM FH UI 2022 bersama Aliansi
BEM se-UI turut menyatakan sikapnya terhadap RKUHP di depan Gedung
Rektorat UI. Melalui Pernyataan Sikap
Aliansi BEM se-UI: Mempertanyakan
Draf Terbaru RKUHP dan Mendesak
Pembahasan RKUHP yang Partisipatif, Aliansi BEM se-UI mempertanyakan keberadaan draf terbaru RKUHP dan mendesak pembahasan RKUHP yang partisipatif. Aliansi BEM se-UI pun menuntut Pemerintah dan DPR RI untuk melakukan pembahasan RKUHP secara transparan sebagai bentuk partisipasi publik yang bermakna. Rekap pernyataan sikap tersebut juga dapat dilihat melalui Video “Aliansi BEM se-UI

Mempertanyakan Draf Terbaru RKUHP dan Mendesak Pembahasan RKUHP yang Partisipatif”.
Selain menyikapi tidak terbukanya proses pembahasan RKUHP, Kastrat BEM FH UI 2022 juga menyikapi berbagai substansi bermasalah yang terkandung dalam draf RKUHP versi
September 2019 Salah satunya melalui
Infografis “Pasal 273 dan Pasal 354
RKUHP: Pasal Problematik yang
Mencederai Demokrasi?” yang membahas Pasal 273 RKUHP tentang
Penyelenggaraan Pawai, Unjuk Rasa, atau Demonstrasi Tanpa Pemberitahuan
Terlebih Dahulu serta Pasal 354 RKUHP tentang Penghinaan terhadap
Kekuasaan Umum dan Lembaga
Negara, di mana kedua pasal tersebut sejatinya berpotensi merugikan masyarakat dan mengekang kebebasan berpendapat.
Kedua pasal tersebut dibahas kembali oleh Kastrat BEM FH UI
2022 dalam Live Instagram Ngobrolin
RKUHP #1: Pasal 273 dan Pasal 274
RKUHP: Anti-Demokrasi? yang diselenggarakan pada 19 Juni 2022 dengan mengundang dua orang narasumber, yaitu Muhamad Isnur selaku Ketua Umum Yayasan Lembaga

Bantuan Hukum Indonesia dan Maidina
Rahmawati selaku Peneliti Institute for Criminal Justice Reform.
Mahasiswa Menolak RKUHP akan menimbulkan gelombang penolakan yang lebih besar dibandingkan tahun
2019. Melihat tidak adanya respons dari
Presiden dan DPR RI dan tidak kunjung dibukanya draf terbaru RKUHP, Kastrat
BEM FH UI 2022 bersama Aliansi
Mahasiswa Menolak RKUHP menyelenggarakan Aksi Massa Tolak
RKUHP pada 28 Juni 2022, tepat seminggu setelah Aksi Simbolis RKUHP: Merayakan Ulang Tahun Jokowi. Aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan terhadap proses pembahasan RKUHP dan bentuk penolakan terhadap RKUHP
Pada Selasa, 21 Juni 2022, bertepatan dengan ulang tahun
Presiden Joko Widodo, Kastrat BEM FH
UI 2022 bersama Aliansi Mahasiswa
Menolak RKUHP mengadakan Aksi
Simbolis RKUHP: Merayakan Ulang
Tahun Jokowi. Dalam aksi tersebut,
Aliansi Mahasiswa Menolak RKUHP melayangkan somasi bertajuk “Hadiah
Ulang Tahun Presiden Jokowi: Somasi
RKUHP” kepada Presiden dan DPR RI.
Salah satu tuntutan yang dibawa ialah apabila Presiden dan DPR RI tidak kunjung membuka draf terbaru RKUHP dan menyatakan akan membahas pasal-pasal dalam kurun waktu 7x24
(tujuh kali dua puluh empat) jam sejak somasi tersebut dibacakan, Aliansi yang bermasalah
Kastrat BEM FH UI 2022 pun kembali membahas pasal-pasal bermasalah dalam draf RKUHP versi

September 2019 melalui Kajian
“Rancangan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana: Membangkitkan
Kolonialisasi, Membunuh Demokrasi” yang ditulis bersama Kastrat BEM UI
2022 Kajian yang dirilis pada 22 Juni
2022 tersebut memuat pembahasan mengenai pasal-pasal yang berpotensi mengancam kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam draf RKUHP versi
September 2019, di antaranya Pasal 218 dan Pasal 220 RKUHP tentang
Penyerangan Kehormatan atau Harkat dan Martabat Presiden dan Wakil
Presiden; Pasal 240 dan Pasal 241
RKUHP tentang Penghinaan terhadap

Pemerintah yang Sah; serta Pasal 353 dan Pasal 354 RKUHP tentang
Penghinaan terhadap Kekuasaan Umum dan Lembaga Negara Tak hanya itu, melalui Infografis “Dijajah Negeri
Sendiri: Ketika Pasal Kolonial
Dihidupkan Kembali #SemuaBisaKena”, Kastrat BEM FH UI 2022 kembali membahas pasal-pasal tersebut dan mengaitkannya dengan misi dekolonialisasi dalam RKUHP luput dari cacat materiil mengingat masih dimuatnya pasal-pasal bermasalah dalam RKUHP Menyikapi hal tersebut, Kastrat BEM FH UI 2022 pun turut terlibat dalam berbagai aksi, di antaranya Pawai Asik RKUHP pada 17
Juli 2022 dan Aksi Puncak
Pengkhianatan Rezim pada 30
September 2022 yang salah satu tuntutannya ialah menolak RKUHP yang bermasalah.
Draf terbaru RKUHP pada akhirnya dibuka pada 3 Juli 2022 hingga kemudian mengalami perubahan kembali pada draf versi 9 November

2022. Meski demikian, RKUHP tetap tak
Selain memuat pasal-pasal yang mengekang kebebasan berpendapat dan berekspresi, draf RKUHP versi 9
November 2022 juga mengandung pasal-pasal yang mengintervensi ranah privat warga negara. Padahal, RKUHP termasuk ke dalam hukum publik yang seharusnya ditujukan untuk menegakkan kepentingan umum, bukan mencampuri urusan warga negara yang bersifat privat dan personal Oleh karena itu, Kastrat BEM FH UI 2022 merilis
Artikel “Problematika RKUHP: Penjajahan terhadap Ranah Privat Warga Negara” pada 17 November 2022, di mana artikel ini menilik pasal-pasal dalam RKUHP yang menerobos batasan ranah privat warga negara, yaitu Pasal 413 RKUHP tentang Perzinaan, Pasal 414 RKUHP tentang Kohabitasi, dan Pasal 465 hingga Pasal 467 RKUHP tentang Aborsi, serta implikasi yang dapat timbul dari keberadaan pasal-pasal tersebut
Pasal 218 hingga Pasal 220 RKUHP, serta
Pasal 349 dan Pasal 350 RKUHP Oleh karena itu, Aliansi BEM se-UI mendesak
Presiden Joko Widodo untuk segera menunda pengesahan RKUHP hingga
RKUHP tidak lagi bermasalah serta menuntut Pemerintah dan DPR RI untuk mengakomodasi masukan dari masyarakat sipil terhadap pasal-pasal bermasalah dalam RKUHP Masih dalam upaya menunda pengesahan RKUHP, Kastrat BEM FH UI 2022 juga terlibat dalam berbagai aksi, di antaranya Jalan
Pagi Bersama Tolak RKUHP di Car Free
Day pada 27 November 2022 serta Aksi
Tolak RKUHP Bermasalah! pada 5
Desember 2022
Meski penolakan terhadap
Pada 22 November 2022, Kastrat
BEM FH UI 2022 bersama Aliansi BEM se-UI kembali menyatakan sikapnya terhadap RKUHP melalui Pernyataan
Sikap Aliansi BEM se-UI Menuntut
Presiden Jokowi untuk Menunda
Pengesahan RKUHP yang Bermasalah.
Aliansi BEM se-UI menilai bahwa
Pemerintah hanya berfokus melakukan perubahan redaksional dalam RKUHP tanpa perubahan substansial yang signifikan Hal ini dapat dilihat dari masih adanya pasal-pasal bermasalah dalam draf RKUHP versi 9 November

2022, di antaranya Pasal 256 RKUHP, pasal-pasal bermasalah dalam RKUHP telah dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat secara masif dan konsisten, Pemerintah tidak menggubrisnya dan justru bergegas mengesahkan RKUHP yang masih bermasalah pada 6
Desember 2022. Kastrat BEM FH UI 2022 pun menyikapi pengesahan RKUHP yang bermasalah melalui Infografis
“RKUHP Masih Bermasalah: Mengecam
Pengesahan RKUHP karena Kini Semua
Bisa Kena!” Lebih lanjut, Kastrat BEM FH
UI 2022 juga terlibat dalam Aksi Cabut
KUHP Bermasalah pada 15 Desember
2022 silam.

























