Executive Summary












Penentuan pohon masalah dibuat menggunakan dua metode yang dikombinasi yaitu literasi dokumen perencanaan
Kabupaten Demak serta melakukan
wawancara dan observasi lapangan Dokumen yang direview adalah RTRW Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009-2029, RTRW Kabupaten
Demak Tahun 20112031, RPJP Kabupaten
Demak Tahun 2006-2025, dan RPJM
Kabupaten Demak Tahun 2016-2021.
Setelah pohon masalah jadi, maka diperlukan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Maka
dibuatlah analisis pohon tujuan dengan
memaparkan kondisi ideal dari pohon masalah yang telah dibuat sebelumnya.
Harapan dari penggunaan kombinasi metode tersebut akan terpilih masalah-masalah yang penting bagi perencanaan pembangunan di Kabupaten Demak ke depannya. Dari masalahmasalah tersebut kemudian dikelompokkan dan digeneralisasi sehingga membentuk pohon masalah dengan pokok masalah “daya saing yang rendah”
Harapannya, perencanaan di Kabupaten Demak dapat terarah sehingga tujuan yang ada pada pohon tujuan dapat tercapai. Berikut adalah pohon tujuan dari Kabupaten Demak
Agropolitan;
Agropolitan merupakan suatu model pembangunan mengandalkan desentralisasi, pembangunan infrastruktur setara wilayah perkotaan, dengan kegiatan pengelolaan agribisnis yang berkosentrasi di wilayah perdesaan. Agropolitan adalah sebuah konsep pengembangan wilayah dimana sebagian besar kegiatan masyarakat didominasi oleh kegiatan pertanian dan atau agribisnis dalam suatu sistem yang utuh dan terintegrasi
Prinsipnya adalah perdagangan dilakukan oleh 2 wilayah yang melakukan spesialisasi melalui pengoptimalan produksi produk unggulan sehingga dapat memenuhi kebutuhan wilayah satu dan yang lain. Teori keunggulan komparatif menekankan bahwa, apabila suatu wilayah memiliki keunggulan dalam memproduksi suatu produk atau komoditas dengan biaya paling rendah dibandingkan wilayah lainnya, maka wilayah tersebut dapat meningkatkan keuntungannya. Sebuah wilayah dapat melakukan pertukaran perdagangan dengan mengekspor produk atau komoditasnya yang paling unggul serta mengimpor produk atau komoditas yang menjadi spesialisasi pada wilayah lain. Hal tersebut dianggap efisien karena wilayah dapat mengkonsentrasikan sumber daya dan biaya pada sektor dan komoditas yang paling unggul sehingga produktivitas meningkat
Dalam konsep Kota Tangguh (Resilient City), kota sebagai ruang aktivitas penduduknya diharapkan dapat menciptakan kondisi ramah lingkungan, yang dibangun berdasarkan dimensi sosial, ekonomi dan lingkungannya. Pembangunan kota wajib memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan serta efisiensi pengalokasian sumber daya dan ruangnya Tantangan pembangunan yang dihadapi kota saat ini adalah bagaimana mengembangkan ketangguhan kota dengan mengendalikan pembangunan sebagai perimbangan kegiatan sosial-ekonomi, ramah lingkungan dan berkelanjutan
Setelah mempertimbangkan dengan kondisi keruangan Kabupaten Demak berdasarkan fakta dari dokumen perencanaan dan hasil inventarisasi gagasan stakeholder serta teori yang ada, maka kami mengusulkan untuk mengembangkan kewilayahan Kabupaten Demak dengan konsep “Independent Sustainable Agroindustri”
Independent
Teori yang sudah dipaparkan sebelumnya jika dikaitkan dengan konsep ini, maka bentuk implementasi dari teori tersebut terhadap
Kabupaten Demak antara lain:
1. Untuk mengantisipasi tingginya migrasi keluar, maka independensi Kab Demak dalam mengoptimalkan sektor-sektor usaha perlu ditingkatkan agar mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal dan meningkatkan kontribusi sektor terhadap
PDRB
2. Mencegah tingginya ketergantungan Kab. Demak terhadap Kota Semarang dalam hal ekspor bahan mentah dan tenaga kerja
3. Memberdayakan masyarakat Kab Demak dalam mengolah bahan baku agar memiliki nilai jual produk yang lebih tinggi sehingga mampu mendongkrak potensi ekonomi Kab.
Demak
Teori yang sudah dipaparkan sebelumnya jika dikaitkan dengan konsep ini, maka bentuk implementasi dari teori tersebut terhadap
Kabupaten Demak antara lain:
1 Diperlukan regulasi yang kuat bagi investor maupun pelaku usaha dalam Kab. Demak untuk memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan, terutama pada aspek lingkungan
2. Sektor industri pengolahan menjadi sektor yang paling sering merusak lingkungan, terbukti dari ruginya petani tambak di Kecamatan Sayung akibat pencemaran saluran air lantaran pengolahan limbah yang kurang layak.
Teori yang sudah dipaparkan sebelumnya jika dikaitkan dengan konsep ini, maka bentuk implementasi dari teori tersebut terhadap Kabupaten Demak antara lain:
1. Teori Agropolitan dapat diaplikasikan dalam perkembangan wilayah Demak karena sebagian besar aktivitas masyarakat dan kontribusi ekonomi bersumber pada sektor pertanian.
2. Keterkaitan Kab. Demak dan Kota Semarang dapat menjadi penguat bagi interaksi kebutuhan perkembangan agropolitan Kab Demak sebagai produsen bahan baku sekaligus didorong untuk mampu mengolah bahan baku menjadi produk bernilai tinggi, sedangkan Kota Semarang dapat menjadi salah satu pasar utama dalam menjual produk hasil pengolahan, membantu distribusi produk karena akses transportasi yang lebih baik, investasi modal dan teknologi, dan pendidikan bagi masyarakat Kab. Demak untuk meningkatkan pengetahuan akan pengolahan hasil pertanian.
3. Pengembangan agropolitan di Kab. Demak juga dapat meningkatkan kemandirian Kab. Demak dalam proses produksi dan distribusi, sekaligus meningkatkan daya saing Kab Demak terhadap wilayah lain
Mewujudkan masyarakat Kabupaten Demak yang unggul, mandiri, dan sejahtera dengan mengandalkan sektor pertanian, industri, dan pariwisata yang tangguh dan berkelanjutan
Unggul; Kata kunci unggul mengandung pengertian wilayah Kab Demak yang memiliki sumber2 daya yang unggul (lebih tinggi dari wilayah lainnya) dengan masyarakatnya yang aman sentosa, serta menciptakan keunggulan di sektor tertentu guna menciptakan masyarakat yang cukup akan pangan, sandang, papan, maupun kualitas hidup masyarakat Kabupaten Demak. Kab. Demak yang unggul terfokuskan dalam meningkatkan kualitas SDM yang mampu berdaya saing
Mandiri; Pengertian mandiri berarti masyarakat mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau bergantung pada pihak lain, dalam hal ini adalah proses untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri Dalam hal ini, Kabupaten Demak tidak hanya bergantung pada aktivitas perekonomian daerah di sekitarnya dan kepada subsidi, namun dapat mengembangkan perekonomiannya sehingga mampu memajukan pembangunan Kabupaten Demak dan mampu lepas dari ketergantungan.
Sejahtera; Kata kunci sejahtera yang dimaksud pada visi Kab Demak ini terfokus pada pengembangan perekonomian masyarakat melalui keberadaan agroindustri dan keberadaan kegiatan pariwisata di Kab Demak sehingga Kab Demak yang sejahtera meliputi peningkatan pendapatan per kapita, penurunan angka kemiskinan, dan peningkatan IPM
Tangguh; Kabupaten Demak memiliki kapasitas daya tahan dan daya lenting untuk beradaptasi terhadap suatu perubahan maupun tekanan, baik dari dalam maupun luar wilayahnya Tangguh disini memiliki 4 tujuan utama, yaitu ketangguhan terhadap bencana, tata ruang, ekonomi, dan SDM
Berkelanjutan merupakan pembangunan yang dapat berlangsung secara terus menerus dan konsisten dengan menjaga kualitas hidup (well being) masyarakat dengan tidak merusak lingkungan dan mempertimbangkan cadangan sumber daya yang ada untuk kebutuhan masa depan
1. Mengembangkan perekonomian berbasis agroindustri dan pariwisata
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mandiri dan terampil
3. Mewujudkan ketangguhan dari segi kebencanaan untuk pembangunan wilayah yang berkelanjutan
No Misi Tujuan Pengembangan
Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi pariwisata
1
Mengembangkan perekonomian berbasis agroindustri dan pariwisata
Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi agroindustri
Meningkatkan pendapatan daerah
Meningkatkan kualitas aksesibilitas di seluruh wilayah kabupaten
Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur
Menurunkan angka kemiskinan
Meningkatkan standar hidup masyarakat
2
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mandiri dan terampil
Mewujudkan ketangguhan dari
segi
kebencanaan
Meningkatkan kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana pendidikan
Meningkatkan kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana kesehatan
Meningkatkan kemandirian dan kreativitas masyarakat
Melakukan perencanaan berbasis mitigasi bencana
3
untuk
pembangunan wilayah yang berkelanjutan
Melakukan perencanaan pasca bencana
Tujuan penataan ruang Kabupaten Demak yaitu “Mewujudkan Kabupaten Demak yang tangguh bencana dan berdaya saing ekonomi melalui peningkatan kualitas SDM dan penataan konsep agro-industri ”
Perumusan tujuan penataan ruang ini telah diselaraskan dengan perumusan konsep pengembangan wilayah pada Bab III, visi dan misi wilayah dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Demak Tahun 2019-2038 pada Bab IV, kondisi wilayah Kabupaten Demak, dan dokumen perencanaan (RTRW Kabupaten Demak 20112031 dan RPJP Kabupaten Demak 20062025)
1.Meningkatnya ketangguhan wilayah terhadap bencana.
2.Meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM).
3.Memiliki daya saing ekonomi dengan penerapan konsep agro-industri.
1.Pemantapan sistem mitigasi bencana
Non-struktural
a) Pelatihan dan pembinaan masyarakat tangguh bencana;
b) Melakukan kegiatan pembinaan tanggap bencana kepada masyarakat
Struktural
a) Mengembangkan jalur evakuasi bencana;
b) Membatasi kegiatan budidaya pada kawasan lindung dan kawasan rawan bencana;
c) Pelestarian lingkungan hijau di kawasan rawan bencana dan kawasan lindung;
d) Menetapkan dan mengawasai kawasan lindung dan kawasan rawan bencana
Penataan sistem rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana:
a) Pengkajian kebutuhan pasca bencana;
b) Penentuan prioritas dan pengalokasian sumbe daya;
c) Sosialisasi rencana pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi transformasi struktural
a) Pengembangan sarana pendidikan kejuruan dan pendidikan informal;
b) Pembinaan dan pelatihan keterampilan.
4. Pengembangan pembangunan sarana dan prasarana di seluruh kecamatan
Pengembangan prasarana:
a) Pengelolaan air minum;
b) Pengelolaan air limbah;
c) Pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan;
d) Pengelolaan sampah.
Pengembangan sarana:
a) Pemantapan kawasan peruntukan industri;
b) Penetapan kawasan perdagangan;
c) Pemantapan fasilitas kesehatan
5 Pengembangan sistem transportasi publik di Kabupaten Demak
a. Penetapan jaringan transportasi umum;
b. Penambahan jumlah armada transportasi umum;
c. Pemantapan jumlah fasilitas pendukung transportasi publik
6 Pemantapan intensifikasi sektor pertanian
a. Mengembangkan dan menetapkan kawasan sentra industri pengolahan untuk sektor pertanian;
b. Pengembangan jalan usaha tani di sektor pertanian;
c. Pengembangan diversifikasi penggunaan lahan dan komoditas pertanian;
d. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang agro-industri;
e. Menetapkan pusat-pusat kegiatan pertanian di kecamatan pinggir wilayah sesuai dengan kesesuaian lahan
Alternatif pola ruang dipilih berdasarkan upaya dalam menerapkan rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Demak 2019-2038 sekaligus mengembangkan konsep agroindustri yang berkelanjutan dan mandiri
Pemilihan alternatif juga mempertimbangkan upaya penyelesaian masalah-masalah
kewilayahan pada Kabupaten Demak sehingga tujuan wilayah dapat tercapai melalui penataan keruangan yang tepat
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kami memutuskan untuk menjadikan alternatif kedua sebagai rencana pola ruang karena kesesuaiannya dengan konsep dan rencana pembangunan jangka panjang
Alternatif kedua juga pada penataannya memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka migrasi keluar; menguatkan sektor pertanian dan industri yang telah menjadi kontributor utama PDRB
Kabupaten Demak saat ini sehingga Kabupaten Demak memiliki daya saing ekonomi tinggi; mengakomodasi kebutuhan ruang untuk pencegahan terhadap meningkatnya keparahan bencana abrasi dan banjir rob; menambah lahan permukiman di pusat kegiatan berskala tinggi untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan daya tarik wilayah;
Pemilihan rencana struktur ruang adalah menggunakan AHP dengan kriteria meningkatkan konektivitas, menurunkan resiko
bencana, menjaga kelestarian alam dan pemerataan fasilitas Sehingga konsep rencana terpilih yaitu Multiple Nuclei
Kawasan strategis menurut UU 26/2007 pasal 5 ayat 5 merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap
(1) Tata ruang di wilayah sekitarnya;
(2) Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau
(3) Peningkatan kesejahteraan masyarakat Definisi lainnya, “kawasan strategis” adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia
Kabupaten Demak memiliki 3 dari 5 sudut pandang kawasan strategis yaitu sudut pandang pertumbuhan ekonomi, sudut pandang sosial budaya dan sudut pandang daya dukung lingkungan hidup Kemudian, kawasan-kawasan strategis yang ada disusun berdasar lokasinya (kecamatan)
Setelah dilakukan penghitungan dengan UVA ditemukan kawasan strategis terpilih, antara lain:
1.Kawasan strategis dari sudut pandang Pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Sayung, Karangtengah, Bonang, Demak,Wonossalam, Gajah dan Karanganyar
2.Kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya di Kecamatan Demak
3 Kawasan strategis dari sudut pandang daya dukung lingkungan hidup di Kecamatan Sayung, Karangtengah, Bonang, dan Wedung
Sehingga dari ketiga kawasan strategis diatas, dihasilkan peta rencana kawasan strategis Kabupaten Demak sebagai berikut,
Kabupaten Demak merupakan kabupaten yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa Hal ini menyebabkan Kabupaten Demak rawan terhadap bencana abrasi dan banjir rob yang diakibatkan pengikisan pantai oleh air laut yang menyebabkan sebagian wilayah pesisir hilang karena penggerusan pantai. Dalam mengatasi permasalahan abrasi dan rob, pemerintah dan sejumlah pihak melakukan upaya salah satunya upaya penanaman mangrove. Fungsi tanaman dan akar mangrove mampu memecah gelombang dan menahan sedimentasi tanah agar tidak semakin tergerus gelombang.
Keberadaan hutan mangrove dapat menjadi solusi bagi permasalahan abrasi dan banjir rob serta apabila dikelola dengan baik akan menjadi potensi pariwisata yang akan meningkatkan kas daerah dan perekonomian masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk dapat melestarikan kawasan mangrove dan meningkatkan potensi kawasan tersebut adalah melalui program rehabilitasi berkelanjutan yang ditujukan untuk mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan rehabilitasi dan mengelola kawasan mangrove secara mandiri.
Perencanaan program rehabilitasi
berkelanjutan kawasan mangrove Kabupaten Demak memiliki tujuan untuk mengurangi ancaman dan dampak bencana abrasi dan rob serta mengembangkan potensi
pariwisata kawasan Mangrove Kabupaten Demak sebagai kawasan pariwisata.
Program ini memiliki kegiatan sebagai berikut:
1. Penanaman Kembali dan Peningkatan Kerapatan dan Luasan
2. Pendampingan Masyarakat Lokal
3. Perbaikan Infrastruktur dan Peningkatan Daya Tarik Visual.
4. Pengembangan Wisata Unik
5. Pengembangan Mekanisme Keberlanjutan Pengelolaan Secara Mandiri
6. Monitoring dan Evaluasi.
Program ini merupakan program yang sesuai dengan misi Kabupaten Demak yang telah diranjang yaitu Misi 1 “mengembangkan perekonomian berbasis agroindustry dan pariwisata” dan Misi 3 “mewujudkan ketangguhan dari segi kebencanaan untuk pembangunan wilayah yang berkelanjutan” . Jangka waktu dari program ini adalah 20 tahun dan memiliki target area di Kecamatan Sayung, Karang Tengah, dan Bonang.
Kelayakan program dianalisis melalui metode Cost Benefit Analysis dengan suku bunga 11% dan meghasilkan nilai NPV sebesar Rp 6 486 161 009,dengan nilai BCR sebesar 1 669 dan IRR sebesar 17 3% atau lebih besar dari suku bunga proyek Berdasarkan analisis kelayakan tersebut, maka program rehabilitasi berkelanjutan kawasan mangrove di Kabupaten Demak layak untuk dilaksanakan
Kabupaten Demak merupakan daerah dengan potensi pertanian yang amat besar Potensi pertanian Kabupaten Demak yang begitu besar tercermin dari data yang dilansir oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Kabuparten Demak bahwa Kabupaten Demak merupakan daerah penyangga pangan Provinsi Jawa Tengah dan menempati urutan ketiga daerah penyangga pangan nasional.
Namun sayangnya, potensi pertanian Kabupaten Demak belum banyak terekspos oleh masyarakat secara luas.
Kabupaten Demak juga memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi berasal dari kawasan Masjid Agung Demak dan Makam Sunan
Kalijaga.
Namun sebenarnya Kabupaten Demak menyimpan potensi wisata lain yang lebih besar yaitu agrowisata. Potensi wisata yang besar dalam bidang agrowisata di Kabupaten Demak tidak banyak dilirik para pelancong karena tidak tersedia sarana wisata dan sarana promosi wisata yang mumpuni di Kabupaten Demak. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak tidak dapat berkembang secara maksimal. Dibutuhkan suatu wadah yang mampu menjadi purwarupa potensi Kabupaten Demak dan sarana promosi wisata sekaligus pusat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak.
Andreas Galih WicaksanaKonsep awal dalam pengembangan Galeri
Pemasaran Produk Kabupaten Demak adalah
pembangunan suatu kawasan pasar yang
terintegrasi sebagai kawasan titik
pertumbuhan ekonomi yang didalamnya
terdapat Pasar Tradisional yang dikemas
dalam bentuk yang modern, galeri pemasaran, workshop, dan ruang pameran serbaguna
untuk mewadahi kagiatan-kegiatan promosi
dalam skala besar untuk memasarkan produk Kabupaten Demak Kawasan dibangun
dengan konsep yang modern dan bersih untuk menarik pembeli dan pelancong serta para pemilik modal untuk menginvestasikan modal mereka pada produk-produk Kabupaten
Demak Pembangunan juga dikemas dalam penyampaian yang disertai edukasi terhadap produk-produk Kabupaten Demak
Program Pembangunan Galeri Pemasaran
Produk Kabupaten Demak terbagi dalam tiga
sub-program yaitu:
1.Pembangunan Pasar modern Kabupaten Demak, berupa pembangunan pasar tradisional dengan penggunaan teknologi dalam proses transaksi
2.Pembangunan Galeri Pemasaran dan Workshop Produk Unggulan, berupa Gedung pameran produk UKM unggulan Kabupaten Demak
3.Pembangunan Exhibition Hall, berupa pembangunan Gedung pameran sebagai sarana promosi dan kegiatan terkait pariwisata daerah
Berdasarkan proses CBA yang dilakukan, didapatkan nilai BCR sebesar 1,33 dan nilai NPV sebesar Rp 61 Miliar. Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan bahwa program pengebangan Galeri Pemasaran Produk Kabupaten Demak merupakan proyek yang layak untuk dilaksanakan dan mempu memberikan keuntungan secara finansial maupun ekonomi
Peta Kawasan dan Ilustrasi
Andreas Galih WicaksanaKabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan pantai utara (Pantura). Karenanya, Kabupaten Demak menyimpan banyak potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan. Sumber daya alam tersebut salah satunya adalah pariwisata pesisir berupa pantai, kawasan hutan mangrove, dan sebagainya. Jumlah wisatawan dan pendapatan dari sektor pariwisata di Kabupaten Demak cenderung meningkat dan memberikan trend positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan. Sehingga, pariwisata di Kabupaten Demak menjadi sektor yang potensial untuk dikembangakan.
Saat ini, Kabupaten Demak memiliki 9 objek wisata pesisir yang tersebar di 4 Kecamatan Objek wisata tersebut kemudian dievaluasi menurut kinerja dan daya tariknya Setelah dievaluasi, ternyata hanya terdapat 1 objek pariwisata pesisir yang telah bekerja dengan optimal, sedangkan yang lainnya belum dapat memberikan kontribusi maksimal Oleh karena itu, dibutuhkan suatu program pengembangan terhadap objek wisata agar objek wisata dapat bekerja dengan optimal yang selanjutnya dapat memberikan kontribusi perekonomian dan daya tarik daerah Berangkat dari isu tersebut, maka disusunlah program pengembangan kawasan pariwisata pesisir Kabupaten Demak secara berkelanjutan dengan konsep community based tourism.
Perencanaan program pengembangan kawasan pariwisata pesisir Kabupaten Demak ini memiliki tujuan untuk meningkatkan daya tarik Kabupaten dan kualitas SDM sehingga dapat menimpulkan multiplier effect pada sektor lain. Dengan adanya program ini, diharapkan dapat meningkatkan ekonomi daerah dan masyarakat. Pengembangan program ini dilakukan di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Wedung, Bonang, Karangtengah, dan Sayung dengan jangka waktu 20 tahun.
Konsep utama dalam pengembangan program ini adalah Community Based Tourism dimana partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk pengelolaan pariwisata. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pembagian manfaat pariwisata Dengan demikian, dapat tercipta pariwisata dengan pengelolaan secara berkelanjutan dan tetap memperhatikan aspek lingkungan yang didapat masyarakat melalui kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan program ini
Program ini memiliki kegiatan sebagai berikut:
1. Pembangunan Fasilitas Penunjang Wisata (amenitas)
2. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata (aksesibilitas)
3. Pelatihan masyarakat untuk mengelola kawasan pariwisata
4. Peningkatan atraksi objek wisata (atraksi)
5. Peningkatan pelayanan tambahan (ancillary)
Kelayakan program ini dinilai dengan proses Cost Benefit Analysis (CBA) Dari proses tersebut diperoleh hasil yaitu bahwa Net Present Value (NPV) bernilai positif yakni Rp 30,545,941,135 dan nilai Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1 475 (bernilai lebih dari satu) Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa program pengembangan pariwisata pesisir di Kabupaten Demak secara ekonomi feasible atau layak dan menguntungkan selama 20 tahun ke depan
Salah satu wilayah yang mengalami
dampak kekurangan air bersih adalah
Kabupaten Demak. Di berbagai titik, beberapa warga tidak dapat memanfaatkan air bersih karena berbagai hal, seperti di daerah pesisir yang telah mengalami intrusi air laut sehingga kualitas air bersih menurun
hingga tidak layak, hingga terjadi
kekeringan akibat iklim ekstrem sehingga
sering terjadi gagal panen. Bahkan, PDAM
Kabupaten Demak sebagai instansi yang
berwenang memberikan suplai air minum
bagi warga Demak baru hanya dapat
melayani 25% dari keseluruhan masyarakat
Kabupaten Demak. Hal tersebut disebabkan
oleh sarana dan prasarana pelayanan air
minum yang masih kurang mampu
menjangkau seluruh masyarakat Kabupaten
Demak dan kurangnya sumber air baku.
Upaya peningkatan pelayanan air minum
pun sudah tercantum dalam RTRW Kab. Demak 2011-2031 yang telah menargetkan
pelayanan air minum perpipaan mencapai
60% pada tahun 2031. Namun, dengan tingkat pelayanan PDAM Kabupaten Demak tahun 2019 yang baru mencapai 25% dari seluruh masyarakat, produksi air baku
dengan fasilitas saat ini yang masih belum optimal mensuplai kebutuhan warga Demak lantaran dapat mencukupi untuk 56,73% masyarakat, dan tingkat kebocoran yang mencapai 36,31% dari produksi air baku. Dengan berbagai permasalahan tersebut, maka dibentuk sebuah program pengembangan sistem air minum perpipaan pada pusat-pusat kegiatan Kabupaten
Demak agar dapat mencapai target, dengan upaya-upaya seperti pembangunan sarana dan prasarana pendukung, peningkatan kapasitas produksi air baku, idan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Daniel Harjuna S.Program ini menyesuaikan dengan misi rencana Kabupaten Demak, yaitu untuk mengembangkan perekonomian berbasis agroindustri dan pariwisata. Penyediaan air minum berfungsi sebagai peningkatan pelayanan pada pusat-pusat kegiatan yang secara spasial diimplementasikan pada struktur ruang.
Pada tahun ke-20, estimasi kebutuhan air di pusat-pusat kegiatan Kabupaten Demak adalah sebesar 45.685.269 m3/tahun. Apabila menggunakan prediksi business as usual, kemampuan pelayanan PDAM Kabupaten Demak baru mencapai sepertiga dari total estimasi kebutuhan. Oleh karena itu, dilakukan perencanaan yang komprehensif agar pusat kegiatan dapat berkembang dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Program ini memiliki 4 sub program yang telah disesuaikan berdasarkan tema 21 kegiatan, dengan rincian sub program sebagai berikut.
1. Perencanaan dan pengembangan sistem penyediaan air minum untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga sebesar 1.835 liter/detik
2. Peningkatan jangkauan distribusi pada masyarakat pusat-pusat kegiatan seperti pemasangan pipa, deteksi kebocoran pipa, dan tambahan sambungan rumah serta hidran umum bagi masyarakat
3. Revitalisasi lingkungan sumber air baku seperti sempadan sungai dan kawasan serapan air
4. Peningkatan kualitas produksi dan distribusi air minum pada wilayah pesisir agar tidak terjadi keluhan seperti kualitas air yang rendah karena intrusi air laut.
Menggunakan analisis Cost Benefit Analysis (CBA) untuk mengetahui kelayakan pendanaan program, maka dengan suku bunga sebesar 13%, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp1.281.801.025.384,07, Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,84, dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 38,37%.
Dengan syarat kelayakan seperti NPV bernilai positif, BCR bernilai lebih dari 1, dan IRR bernilai lebih besar dari suku bunga yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan bahwa program pengembangan sistem air minum perpipaan pada pusat-pusat kegiatan Kabupaten Demak ini layak secara ekonomi hingga jangka waktu 20 tahun ke depan.
Jangkauan pelayanan persampahan di Kabupaten Demak hanya mencakup 6% dari luas wilayahnya dengan jenis sampah paling dominan merupakan sampah organik
sebanyak 70% dari total timbulan sampah
yang ada. Bahkan, di tempat umum seperti sungai jalan, dan destinasi wisata pun banyak ditemukan sampah berceceran
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada saat ini di Kabupaten Demak pun sudah overload. Dari dua TPA yang ada, baru tersedia lahan seluas 3,5 hektar dari total kebutuhan luasan untuk TPA seluas 16,81
hektar
Harapannya, dengan adanya perumusan Program Pengelolaan dan Pengolahan
Persampahan di Kabupaten Demak ini dapat mengurangi masalah yang ada di Kabupaten Demak Selanjutnya, program kegiatan tersebut dimaksudkan untuk bisa
meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani di Kabupaten Demak serta mengoptimalkan potensi Kabupaten
Demak sebagai penyangga pangan nasional
Tujuan dari perencanaan program ini adalah:
“Mewujudkan masyarakat Kabupaten Demak yang sejahtera dan berdaya saing ekonomi melalui upaya pengelolaan dan pengolahan sampah sebagai penunjang sektor agroindustri ”
Dengan sasaran sebagai berikut:
1.Tercapainya target pelayanan persampahan Kabupaten Demak
2.Berkembangnya konsep agroindustry
3.Meningkatnya kualitas kebersihan lingkungan Kabupaten Demak
4.Meningkatnya aktivitas perekonomian melalui pembuatan kompos, pestisida, dan biogas alami dari hasil residu sampah
Teori; Sampah dapat didefinisikan sebagai beban atau sumberdaya yang bernilai tergantung dari cara bagaimana sampah dikelola (Zaman, 2009: 1).
Preseden; Jerman merupakan negara dengan tingkat daur ulang tertinggi di dunia Setidaknya
52 hingga 56 persen total sampah di Jerman telah didaur ulang Hal tersebut didukung dengan infrastruktur sarana dan prasarana pengolahan persampahan yang memadai
Detail Program Pengelolaan dan Pengolahan Sampah di Kabupaten Demak dapat divisualisasikan seperti kerangka di atas
Kebutuhan pengeluaran digunakan untuk pemenuhan kegiatan pengolahan sampah berbasis komunitas, penyapuan jalan, pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, penampungan sementara sampah, bank sampah, pengolahan kompos, pestisida, biogas, pemrosesan akhir, dan ketenagakerjaan.
Pendapatan bersumber dari retribusi sampah sebesar Rp10 000,00, penjualan kompos seharga Rp30 000,00 per kilogram, pestisida Rp20 000,00 per liter, biogas Rp40 000,00, dan bank sampah dengan asumsi Rp 0 000 000,00 per tahun Dari hasil CBA
diperoleh nilai NPV sebesar
Rp18 728 970 960,00 dan BCR sebesar 1,7 maka program ini layak di suku Bunga 11%
Visualisasi rute proyek, peletakan TPS dan TPA
Kabupaten Demak merupakan salah satu
kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Tengah yang memiliki luas total sebesar
89,743 Ha dengan 61% lahan tersebut
merupakan luas lahan pertanian pangan yaitu
sebesar 60 752 Ha Pada tahun 2018
Kabupaten Demak menjadi satu dari sepuluh
penyangga pangan nasional, namun pada
tahun 2019 mengalami penurunan menjadi
peringkat ke-13 berdasarkan data Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
Indonesia. Lahan pertanian tersebut
seluruhnya merupakan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B), yang mana
semakin hari semakin berkurang luas
lahannya akibat alihfungsi lahan, produksi
padi yang belum maksimal dengan hanya 2x
panen dalam setahun serta terjadinya
kekeringan yang menganggu produksi saat musim kemarau
Hal tersebut tentu berdampak pada hasil produksi dan produktivitas komoditas serta pada kesejahteraan petani
Melalui data FSVA tahun 2019, terjadi kerentanan terhadap pangan di beberapa kecamatan Kabupaten Demak diantaranya, Kecamatan Sayung, Wedung, Sayung, Wonossalam dan Bonang. Sulitnya pengimplementasian program LP2B di Kabupaten Demak ini akibat kurangnya pengendalian terhadap alihfungsi lahan pertanian sehingga harus melakukan pengoptimalan lahan pertanian yang ada agar tetap terwujudnya swasembada pangan di seluruh kecamatan Oleh karena itu, diperlukan program pendukung yaitu dengan intensifikasi lahan pertanian atau dikenal dengan System of Rice Implementation (SIR)
Program ini dilaksanakan untuk 20 tahun ke depan yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan & berkelanjutanserta meningkatkan kesejahteraan petani & masyarakat Berikut kegiatan yang dikembangkan pada setiap sub-program produktivitas pertanian pangan dengan metode System of Rice Intensification sebagai berikut:
Penyiapan Lahan
1.Pengalokasian dan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan (abadi) di Kabupaten Demak
2.Pembuatan kebijakan terkait pengendalian lahan LP2B Kabupaten Demak
Pengadaan dan peningkatan kualitas sarana prasarana produksi pendukung kegiatan pertanian
1.Perencanaan sistem irigasi dan pengadaan instalasi irigasi sawah
2.Perencanaan jaringan limbah pertanian di seluruh areal pertanian
1.Perbaikan badan sungai atau sumber perairan yang ada di sekitar lahan pertanian
2.Pembangunan gudang utama
5.Penyediaan pupuk dan pestisida organik
6.Penyediaan mesin dan alat-alat berat serta penggunaan teknologi yang akan mendukung kegiatan pertanian
7.Penyediaan bibit unggul bersertifikasi di setiap kecamatan Bibit unggul harus disebarkan secara merata agar mengurangi resiko kegagalan panen
Pelatihan dan peningkatan kualitas SDM
1.Mengadakan pelatihan rutin terhadap para petani
2.Mengadakan kegiatan pengembangan SDM dengan mengenalkan petani kepada teknologi-teknologi termutakhir yang akan membantu sistem pengolahan lahan pertanian
Dengan menggunakan analisis Cost Benefit Analysis (CBA) untuk mengetahui kelayakan pendanaan program, maka dengan suku bunga sebesar 11%, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp486.480.094.621 Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 2,39. Sehingga, karena BCR > 1 dan NPV > 0 Program dikatakan layak (feasible).
Dalam Rencana Pembangunan
Industri Provinsi Jawa Tengah, Kendal –Semarang – Demak merupakan WPPI
(Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri)
Provinsi Jawa Tengah Sektor industri
yang ada di Kabupaten Demak cukup berkembang
Hal ini dapat dilihat melalui kontribusi
sektor industri pengolahan dalam PDRB
Kabupaten Demak yang menempati
sebagai kontributor tertinggi dan meningkat setiap tahunnya Pada tahun
2014 sektor industri pengolahan
berkontribusi dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Demak sebesar 27,77% dan
meningkat menjadi 29,26% pada tahun
2018
Selain itu, industri juga merupakan
sektor yang dijadikan sebagai lapangan
pekerjaan terbesar kedua setelah sektor
Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan sehingga dapat menjadi salah
satu peluang sebagai wadah penyerapan
tenaga kerja
Tetapi dalam pengembangannya, terdapat beberapa masalah yang timbul
antara lain adanya pencemaran limbah dari pengembangan industri khususnya industri besar yang terdapat di Kecamatan Sayung seperti industri makanan, elektronik, furniture, kimia dasar, adanya alih fungsi lahan, adanya penurunan muka tanah, serta kualitas SDM Kabupaten Demak yang belum banyak memenuhi kualifikasi sektor industri.
Pencemaran limbah terjadi di Kecamatan Sayung khususnya di 3 desa yaitu Desa Sriwulan, Desa Loireng, dan Desa Sayung. Limbah yang dicemarkan berupa limbah cair yang mengakibatkan perubahan pada kualitas air di sekitarnya. Penurunan muka tanah terjadi di Kecamatan Sayung khususnya di 4 desa yaitu Desa Purwosari, Desa Bedono, Desa Sidogemah, dan Desa Tugu. Penurunan muka tanah terjadi sebesar 5-7 cm/tahun. Hal tersebut karena industri telah melakukan pemompaan air tanah secara besar-besaran sehingga menyebabkan penurunan muka tanah.
Program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat mengembangkan industri manufaktur yang berwawasan lingkungan & menunjang perekonomian wilayah
Program ini dilaksanakan selama 20 tahun dan berlokasi di 4 kecamatan yaitu
Kecamatan Karangawen, Kecamatan Sayung, Kecamatan Wonosalam, dan Kecamatan Mijen Berikut merupakan rincian kegiatan dari program ini.
Pembangunan Industri Manufaktur
Industri manufaktur yang direncanakan disini lebih berfokus pada industri furniture. Hal ini karena Kabupaten Demak cukup banyak memiliki industri furniture yang saling mengkluster terutama di Kecamatan Sayung, Karangtengah, Karangawen, Mranggen, Wonosalam, dan Mijen.
Pembangunan Sarana Pengembangan berupa BLK
BLK yang direncanakan disini akan berfokus pada 3 kejuruan yaitu kejuruan bangunan (termasuk furniture), kejuruan pertanian, kejuruan pariwisata
Hal ini tentunya untuk mendukung potensipotensi yang ada di Kabupaten Demak
Pembangunan Sarana Pendidikan berupa
SMK
SMK yang direncanakan disini lebih berfokus pada SMK khsus untuk jurusan furniture
SMK yang akan dibangun sejumlah 4 SMK yang berlokasi di Kecamatan Karangawen, Sayung, Wonosalam, dan Mijen dimana terdapat industri furniture
Pembangunan Prasarana Air Limbah
berupa IPAL Terpadu
Akan terdapat 2 IPAL Terpadu yang dibangun dan semuanya berada di Kecamatan Sayung
Pembangunan Prasarana Air Bersih
Prasarana air bersih berupa pipa air bersih ini akan dibangun di seluruh industri yang ada di Kecamatan Sayung
Pembangunan Jalan Tol sebagai Jalur
Pendukung Distribusi Industri
Pembangunan jalan tol ini sepanjang 27 Km yang menghubungkan Semarang dan Demak Pada Kabupaten Demak, tol ini melintasi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Sayung dan Karangtengah
Pembiayaan dan CBA
Berdasarkan perhitungan Cost-Benefit Analysis dapat dilihat bahwa NPV > 0 serta BCR > 1 Hal ini menandakan bahwa program atau proyek ini layak untuk dilaksanakan serta menguntungkan
Banjir merupakan bencana
yang kerap terjadi di Kabupaten Demak
Hal ini terjadi karena sistem pengaliran air
tidak dapat menampung air hujan
sehingga meluap. Berdasarkan data dari
BNPB, pada tahun 2018 tercatat
sedikitnya terjadi lima kali bencana banjir dan dalam 5 tahun terakhir jumlah
masyarakat yang terdampak cenderung meningkat.
Banjir tersebut menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik segi fisik maupun non fisik Didukung oleh kurangnya persiapan masyarakat dalam menghadapi banjir sehingga menyebabkan tingginya jumlah
kerugian tersebut. Sehingga diperlukan upaya mitigasi bencana untuk meminimalisir risiko yang akan ditimbulkan sebagai kegiatan pencegahan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan bencana, serta meningkatkan kapasitas dalam bentuk rencana spasial sehingga meningkatkan ketangguhan
Kabupaten Demak dalam menghadapi bencana yang akan timbul selanjutnya.
Sumber: dibi.bnpb.go.id, 2019
Perencanaan program mitigasi bencana banjir ini bertujuan untuk menjadikan Kab Demak menjadi wilayah Tangguh bencana melalui pemanfaatan teknologi dan partisipasi masyrarakat, serta untuk mengurangi risiko dan kerugian yang ditumbulkan dari bencana banjir.
Program ini memiliki kegiatan sebagai berikut:
1. Pemetaan zonasi risiko bencana banjir
2. Pengadaan early warning system
3. Pengadaan infrastruktur penunjang mitigasi bencana banjir seperti jalur evakuasi, bendungan, drainase,dan normalisasi sungai
4. Sosialisasi, pengarahan, simulasi, serta pembentukan kelembagaan mitigasi bencana.
Program ini merupakan program yang sesuai dengan misi Kabupaten Demak yang telah diranjang yaitu Misi ke-3 “mewujudkan ketangguhan dari segi kebencanaan untuk pembangunan wilayah yang berkelanjutan” .
Jangka waktu dari program ini adalah 20 tahun dan memiliki target area di Kecamatan Sayung, Bonang, Demak, Mranggen, Karanganyar, dan Wonosalam
Kelayakan program dianalisis melalui metode Cost Benefit Analysis dengan suku bunga 13% dan meghasilkan nilai NPV sebesar Rp 768,572,022,810 dengan nilai BCR sebesar
3 Berdasarkan analisis kelayakan tersebut, maka program mitigasi bencana banjir di Kabupaten Demak layak untuk dilaksanakan.
Dwita