Edukasi KesehatanReproduksi Pd Pasien & Keluarga Usia 13-17 Tahun Dgn PembuatanMedia Leaflet

Page 1

LAPORAN SEMINAR

RANCANGAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS

GOLONGAN 3 ANGKATAN 8

OPTIMALISASI EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI PADA PASIEN DAN KELUARGA USIA 13-17 TAHUN DENGAN PEMBUATAN MEDIA LEAFLET DI INSTALASI RAWAT JALAN POLI LOWVISION

RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

DISUSUN OLEH :

FILIYANTI HALIM S.Kep., Ners

NIP. 199707232022032004

BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

TAHUN 2022

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI

OPTIMALISASI EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI PADA PASIEN DAN

KELUARGA USIA 13-17 TAHUN DENGAN PEMBUATAN MEDIA LEAFLET

DI INSTALASI RAWAT JALAN POLI LOWVISION

RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Telah diseminarkan

Tanggal 22 Juni 2022, di Bapelkes Cikarang

Coach Mentor

Ir.Miftahur Rohim, M.Kes NIP 196903121992031014

Yeyen Yeni, S.Kep., Ners NIP 197401151999032002

Penguji

Laode Musafin, SKM, M.Kes NIP. 197109171997031004

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmant-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi ini sebagai bagian dari salah satu tugas pelatihan dasar calom pegawai negeri sipil golongan III Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Penyusunan laporan ini tidak luput dari banyaknya rintangan dan hambatan yang dirasakan. Penulissangatmengucapkanbanyakterimakasihatasdukungandarisetiap pihak yang telah membantu penulis untuk menyusun laporan rancangan aktualisasi ini dengan baik. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Direktur Utama RS Mata Cicendo Bandung yakni dr Irayati, SpM(K), MARS yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk dapat mengikutikegiatan pelaihan dasar CPNS golongan III.

2. Kepala Instalansi Rawat Jalan sekaligus mentor selama pelatihan yakni Yeyen Yeni, S.Kep., Ners yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan laporan ini.

3. Ahmad Wajedi, S.Pd., M.Kes selaku Coach yang senantiasa memberikan ilmu,arahan, masukan serta bimbingan selama proses kegiatan aktualisasi ini.

4. Seluruh staf Badan Pelatihan Kesehatan Cikarang yang telah membantu memfasilitasi terselanggaranya pelatihan dasar CPNS ini.

5. Rekan-rekan dan semua pihak yang yang secara langsung dan tidak langsung membantu penyelesaian rancangan aktualisasi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa laporan yang telah disusun ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun agar dapat menyempurnakan laporan aktualisasi ini. Penulis berharap laporan aktualisasi ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Terima kasih.

Bandung, 16 Juli 2022

Penulis

Filiyanti Halim, S.Kep., Ners NIP. 199707232022032004

iii
iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................iii DAFTAR ISI..............................................................................................................iv DAFTAR TABEL........................................................................................................vii DAFTAR GAMBAR...................................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 1.1 Latar Belakang...................................................................................................1 1.2 Tujuan...............................................................................................................2 1.2.1 Tujuan Umum 2 1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................................2 1.3 Manfaat.............................................................................................................2 1.3.1 Bagi Penulis 2 1.3.2 Bagi Satuan Kerja........................................................................................2 1.3.3 Bagi Instansi................................................................................................3 BAB II PROFIL INSTANSI 4 2.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Mata Cicendo..............................................................4 2.1.1 Visi..............................................................................................................4 2.1.2 Misi 4 2.2 Nilai-nilai Organisasi...........................................................................................4 2.3 Struktur Organisasi............................................................................................5 2.4 Tugas organisasi 6 2.5 Uraian/rincian tugas peserta...............................................................................7 BAB III ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI .............................9 3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual 9 3.2 Penetapan Isu Aktual.......................................................................................13 3.3 Latar belakang pemilihan isu............................................................................15 3.4 Analisis Isu 17 3.5 Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untukMendukung Terwujudnya Smart Governance.............................................................................20 3.6 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif 20 BAB IV RANCANGAN AKTUALISASI...........................................................................22 4.1 Rancangan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar PNS.......................................................22 4.1.1 Nilai-nilai Dasar PNS 22
v 4.1.2
Aktualisasi...................................23 4.2 Penjadwalan....................................................................................................34 4.3 Pihak
Terlibat
Aktualisasi..........................................35 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................36
Rencana Kegiatan dan Tahapan Kegiatan
yang
dan Perannya dalam

DAFTAR TABEL

vi
Tabel 1.1 Kegiatan Tugas Pokok Jabatan....................................................................7 Tabel 3.1 Penjelasan Butir SKP...................................................................................9 Tabel 3.2 Dampak Isu sesuai SKP............................................................................13 Tabel 3.3 Penapisan Isu berdasarkan Kritera APKL....................................................14 Tabel 3.4 Langkah-langkah Gagasan Isu ................................................................14 Tabel 4.1 Tabel CorevaluesASN.............................................................................22 Tabel 4.2 Matriks Rancangan Aktualisasi..................................................................24 Tabel 4 3 Jadwal Rencana Kegiatan 34 Tabel 4.4 Pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Aktualisasi...................................35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Mata Cicendo........................................6

vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah tenaga yang menduduki jabatan-jabatan dalam pemerintahan. Menurut Undang-undang no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah denganperjanjiankerjayangbekerjapadainstansipemerintah. SemuaASNmemilki tugas, fungsi, dan peran yang sama, dimana fungsi ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayanan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Untuk dapat mengerjakan fungsinya secara optimal maka seorang ASN perlu mengintegrasikan nilai-nilai ASN “BERAKHLAK” yaitu berorientasi pada pelayanan, akuntabel, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.

Untuk mendapatkan seorang ASN yang dapat menjalankan tugas, fungsi dan perannya dengan baik serta mampu mengintegrasikan nilai-nilai ASN maka setiap calon pegawai negeri sipil memerlukan suatu pelatihan untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan. Maka dari itu seorang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib

mengikuti Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) dalam masa percobaan selama satu tahun sebelum dilantik menjadi seorang PNS. Terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses latsar CPNS yaitu pembalajaran mandiri melalui MOOC, distancelearning, akutualisasi di tempat kerja, dan metode klasikal di Bapelkes Cikarang. Diharapkan setalah mengikuti pelatihan ini setiap

CPNS mampu mengaplikasikan berbagai materi yang telah dipelajari, mengaktualisasikannya, dan melakukan habituasi untuk mewujudkan smart govermance.

Pada tahap aktualisasi, setiap CPNS diharapkan mampu mengidentifikasi isu masalah yang ada di instansi tempat bekerja, serta mampu merumuskan gagasan kreatif untuk menyelesaikan isu tersebut dengan mengaktualisasikan setiap sub materi yang telah dipelajari sebelumnya. Diharapkan dengan adanya kegiatan

aktualisasi ini setiap CPNS memahami tugas dan fungsinya sebagai seorang ASN dan menjalankan tugas jabatannya dengan tetap menerapkan nilai “BERAKHLAK”

1

1.2 Tujuan

1.2.1

Tujuan Umum

Peserta mampu menyelesaikan isu masalah yang ada pada unit instansi menggunakan gagasan kreatif yang berpedoman pada core values ASN

“BERAKHLAK” yaitu beroirentasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif. Dalam upaya menyelesaikan isu, setiap peserta perlu memahami peran, fungsi, dan tugasnya sebagai seorang ASN serta menerapkan empat pilar SMART ASN dengan baik, sehingga diharapkan peserta dapat menanamkan nilai tersebut selama menjadi seorang ASN.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pembelajaran, maka peserta diharapkan mampu:

a. Mengidentifikasi isu-isu aktual di RS Mata Cicendo

b. Menganalisis isu dan menentukan prioritas isu yang ditemukan

c. Menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan isu

d. Menetapkan tahapan-tahapan kegiatan yang dilandasi dengan nilai-nilai

dasar ASN yaitu BerAKHLAK

e. Melaksanakan kegiatan aktualisasi sesuai dengan rancangan yang telah disusun

f. Mampu menerapkan pelayanan publik yang berkualitas sesuai

jabatannyakepada stake holder/ masyarakat.

1.3 Manfaat

1.3.1

Bagi Penulis

Penulis dapat memahami tugas,peran, dan fungsi sebagai seorang ASN

dengan baik serta mampu menerapkan nilai-nilai ASN BerAKHLAK untuk mewujudkan smart govermance dan meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi.

1.3.2

Bagi Satuan Kerja

Peningkatan kualitas kinerja ASN sehingga mutu pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat dapat meningkat. Selain itu dengan

terciptanya ASN yang berkualitas maka akan mempercepat tercapainya visi dan misi dan instansi kerja.

2

1.3.3 Bagi Instansi

Laporan aktualisasi ini semoga dapat bermanfaat untuk menambah kepustakaan bapelekes, serta dapat menginspirasi untuk kegiatan pelatihan berikutnya.

3

BAB II PROFIL INSTANSI

2.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Mata Cicendo

2.1.1 Visi

“To Be Excellent Eye Care”

2.1.2 Misi

“EyeCareforEveryoneSeeingBetterWorld”

- EyeCare

Memberikan pelayanan Kesehatan mata

- Foreveryone

Pelayananyangtidakdiskriminatif,kepadaseluruhwarga

masyarakat

- Betterworld

Melihat dunia dengan lebih baik

2.2 Nilai-nilai Organisasi

Dalam rangka kelancaran melakukan misi untuk mewujudkan visi maka Rumah

Sakit Mata Cicendo menerapkan beberapa nilai. Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79Tahun 2019 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Mata Cicendo, Tata Nilai Rumah Sakit Pusat Mata Nasional Cicendo dituangkan dalam janji layanan yaitu : Visioner, Integritas, Profesional, Inovatif, Proaktif, Istiqomah(V-I-P-I-P-I):

a. Visioner

Setiap pegawai RumahSakit Mata Cicendo Bandungsenantiasa memiliki

pandangan ke depan dan cita-cita luhur untuk menjadi pribadi yang unggul, mampu memenuhi harapan orang lain dan memiliki keyakinan serta kemampuan mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Diharapkan seluruh

pegawai RS Mata Cicendo memiliki kepribadian yang inovatif dan kreatif khususnya dalam mengikuti perkembangan teknologi.

b. Integritas

Setiap pegawai Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung secara konsisten bekerja dengan jujur, tertib, teliti dan disiplin, demi menjaga kredibilitas

4

institusidankehormatandirinyasebagaipegawaiyangmemilikimartabatdan harga diri.

c. Profesional

Berkomitmen untuk bekerja tuntas, cerdas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab. Diharapkan pegawai RS

Cicendo dapat kompeten, bersemangat, realitis, bertanggung jawab, selalu memberikan solusi dan hasil terbaik dalam melakukan tugasnya.

d. Inovatif

Selalumempunyaiide/gagasanbarudanberorientasiuntukmemberikan solusi yang optimal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pasien serta berorientasi terhadap kemajuan institusi. Diharapakan pegawai RS Cicendo tidak pasif dalam menyikapi permasalahan atau hambatan yang dihadapi serta mampu mengkreasikan sumber daya yang dimiliki baik secara pribadi maupun institusi untuk hasil yang optimal.

e. Proaktif

Selalu peka dan aktif untuk mengidentifikasi akan kebutuhan pelanggan/pasien sesuai berkembangan jaman. Diharapakan pegawai RS

Cicendo memiliki empati, cepat tanggap terhadap keluhan dan permasalahanpelanggan,untukdapatmemberikansolusiterbaikpadasetiap keluhan pasien serta mampu memetakan apa yangharus disikapi,dilakukan sekarang untuk masa depan.

f. Istiqomah

Bersikapsabar,lurus,jujur,bijaksanasertateguhpendiriansesuaiaturan dan tuntunan hidupnya. Diharapakan pegawai RS Cicendo mempunyai pendirian dalam menyikapi segala hambatan, masalah yangdihadapi, dapat membuat keputusan secara bijaksana dengansabar, penuh cinta kasih dengan mengutamakan kepuasan pelanggan/ pasien

2.3 Struktur Organisasi

Direktur utama PMN RS Mata Cicendo membawahi lima direksi yang terdiri atas

Direktorat Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang, Direktorat SDM, Pendidikan dan Penilitian, Direktorat Keuangan dan Barang Milik Negara serta

Direktorat Perencanaan danUmum.Dalampelaksanaan tugasnya,Direktoratutama

5

dibantu oleh berbagai Komite serta Satuan Pemeriksa Internal dan juga Dewan

Pengawas.

Struktur Organisasi RS Mata Cicendo dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Mata Cicendo

2.4 Tugas organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun

2019 Tentang Organisasi dan tata Kerja Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, RS mempunyai tugas menyelenggarakan pelanyanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan kekhususan pelayanan kesehatan di bidang penyakit mata.

Adapun RS Mata Cicendo Bandung menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Penyusunan rencana program dan anggaran;

b. Pengelolaan pelayanan medis dengan kekhususan pelayanan kesehatan di bidang penyakit mata;

c. Pengelolaan pelayanan penunjang medis;

6

d. Pengelolaan pelayanan penunjang nonmedis;

e. Pengelolaan pelayanan keperawatan;

f. Pengelolaanpendidikandanpelatihandengankekhususandibidangpenyakit mata;

g. Pengelolaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi dengan kekhususan di bidang penyakit mata;

h. Pengelolaan keuangan dan barang milik negara;

i. Pengelolaan sumber daya manusia;

j. Pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat;

k. Pelaksanaan kerja sama;

l. Pengelolaan system informasi;

m. Pelaksanaan urusan umum; dan

n. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

2.5 Uraian/rincian tugas peserta

Berikut adalah profil penulis yang merupakan peserta pelatihan Calon Pegawai

Negeri Sipil Golongan III Angkatan 8 Bapelkes Cikarang:

Nama : Filiyanti Halim, S.Kep., Ners

NIP : 199707232022032004

Pangkat Golongan : Penata Muda Tk. I-III/b

Unit Kerja : Instalansi Rawat Jalan RS Mata Cicendo

Jabatan : Perawat Ahli Pertama

Sebagai seorang Perawat Ahli Pertama yang bertugas di Instalansi Rawat Jalan

Rumah Sakit Mata Nasional Cicendo Bandung, terdapat beberapa Sasaran Kerja

Pegawai (SKP) yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan aktualisasi ini, tugas

mengacu pada SKP yang telah ditentukan meliputi:

Tabel 1.1 Kegiatan Tugas Pokok Jabatan

No

Kegiatan Tugas Pokok Jabatan

1 Melakukan pengisian EMR pasien rawat jalan dengan lengkap

2 Melakukan pendokumentasian asesmen keperawatan pasien rawat

jalan

3 Melakukan pengecekan kelengkapan penunjang pasien rawat jalan

7

4 Melaksanakan edukasi pada pasien rawat jalan

5 Melaksanakan pengambilan waktu tunggu rawat jalan

6 Melaksanakan identifikasi secara tepat pasien rawat jalan

7 Melakukan pemasangan gelang kuning pada pasien risiko jatuh tinggi pada pasien rawat jalan

8

BAB III

ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual

PusatMataNasional(PMN)RumahSakitMataCicendomerupakansatu-satunya rumah sakit mata nasional dibawah naungan Direktorat Jenderal Pelayanan

Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Terdapat berbagai layanan

yang disediakan di RS Mata Cicendo salah satunya adalah Instalansi Rawat jalan.

Terdapat beberapa unit di instalansi rawatjalan Rumah Sakit Cicendo yaitu: Katarak

Bedah Refraktif (KBR), Infeksi dan Imunologi (EED), Rekonstruksi Okuloplasti dan Onkologi (ROO), Glaukoma, Neuro Oftamologi (NO), Vitreoretina, Pediatrik

Oftamologi, dan Refraksi, Lowvision, serta Lensa Kontak.

Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang memberikan layanan sebagai

perawat ahli pertama di Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Mata Cicendo sejak tanggal 1 Maret 2022 hingga 27 Juni 2022 terdapat beberapa kesenjangan yang ditemukanolehpenulis.Kesenjangantersebutditemukansetelahpenulismelakukan observasi serta wawancara kepada beberapa pihak terkait yaitu pemberi pelayanan dan beberapa pasien. Penulis juga mengumpulkan beberapa data dengan

melakukan koordinasi dengan tim Informasi Teknologi (IT) Rumah Sakit Mata

Cicendo. Selain itu penulis menemukan kesenjangan dengan memperhatikan ketidaksesuaian tugas dan fungsi dalam Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dengan pelaksanaan yang dilakukan.

Berikut penjelasan kondisi saat ini dengan setiap butir sasaran kerja pegawai (SKP):

Tabel

Sudahdilaksanakandi setiap unit

Sudah dilaksanakandi setiap unit melalui EMR (electronicmedical record)

Dilaksanakan sesuai SOP

Dilaksanakan sesuai SOP

9
No Kegiatan Tugas
Kondisi Saat
Kondisi
3.1 Penjelasan Butir SKP
Pokok Jabatan
Ini
yang diharapkan
1. Melakukan pengisian EMR pasien rawat jalan dengan lengkap 2. Melakukan pendokumentasian asesmen keperawatan pasien rawat jalan pasien rawat jalan

3. Melakukan pengecekan kelengkapan penunjang pasien rawat jalan

4. Melaksanakan edukasi pada pasien rawat jalan

Sudah

1. Kurang efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun di unit poli lowvision

2. Kurang optimalnya media dan sarana edukasi bagi pasien di ruang tunggu di unit poli Rekonstruksi Okuplasti dan Onkologi

3. Kurang optimlanya informasi alur pelayanan persiapan operasi di unit poli retina

1. Edukasi yang diberikan dapat lebih optimal dan tesedianya media edukasi yang dapat diakses dengan mudah oleh pasien atau keluarga lowvision

2. Tersedianya sarana dan media edukasi yang berbagai macam

3. Tersedianya media dan form check list yang dapat diakses untuk mengingatkan alur pelayanan persiapan operasi bagi pasien terkait

5. Melaksanakan pengambilan waktu tunggu rawat jalan

6. Melaksanakan identifiksi secara tepat pasien rawat jalan

7. Melakukan pemasangan gelang kuning pada pasien resiko jatuh tinggi pada pasien rawat jalan

Waktu tunggu di rawat jalan belum sesuai dengan target yang diharapkan

Seluruh pihak yang terkait dapat menemunkan penyebab masalah sehingga waktu tunggu pasien dapat mencapai target.

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuaiSOP

Sudah terlaksana namun belum optimal, terutama pada edukasi risikojatuh

Lebih optimal dalam pelaksanaan edukasi pada pasien dan tidak terlewat dalam pemasangan gelang kuning pasien risiko jatuh tinggi

10

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan terdapat tiga isu yang terdapat di unit instalansi rawat jalan Rumah Sakit Mata Cicendo, sebagai berikut:

1. Kurang efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun di unit instalansi rawat jalan poli lowvision

Low vision adalah suatu keterbatasan fungsi penglihatan dimana meskipun telah dilakukan koreksi konvensional hasil yang didapatkan tidak maksimal. Terdapat berbagai dampak yang ditimbulkan akibat dari lowvision seperti dampak pribadi atau individu, ekonomi, serta lingkungan sekitar. Selain itu pasien dengan lowvisionberesiko mengalami kekerasakan seksual.

MenurutdataSistemInformasiOnlinePerlindunganPerempuandanAnak (SIMFONI PPA) pada tahun 2021 telah terjadi 987 kasus kekerasan seksual terhadap anak penyandang disabilitas yang dialami oleh 246 anak laki-laki dan 764 anak perempuan, dimana usia terbanyak terjadi pada usia 13-17 tahun. Sebanyak 163 anak atau 14.4% dari seluruh pasien unit instalansi rawat jalan poli low vision berusia 13-17 tahun. Maka edukasi mengenai kesehatan reproduksi di instalansi rawat jalan poli lowvisionmerupakan hal yang penting untuk dijelaskan. Akan tetapi setelah melakukan wawancara kepada seluruh petugas yang memberikan pelayanan di poli low vision, edukasi mengenai kesehetanreproduksimasihterbatasdanbelumtersedianyasaranaedukasiyang dapat digunakan.

2. Kurang optimalnya media dan sarana edukasi bagi pasien di ruang tunggu unit instalansi rawat jalan poli rekonstruksi oftamologi dan onkologi

Ruang tunggu instalansi rawat jalan merupakan suatu ruang yang berfungsi sebagai penerima dan tempat menunggu pengunjung sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan. Waktu tunggu pengunjung dapat efektif salah satunya dengan melakukan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan pengunjung. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, masih terbatasnya sarana ataupun edukasi materi yang ditampilkan dalam bentuk video di ruang tunggu poli ROO Rumah Sakit Mata Cicendo.

Jumlah pasien yang berobat ke poli ROO sejak bulan Januari-Mei 2022 sebanyak3.539pasienatau710pasien/bulannya.Akantetapihasildariobservasi yang dilakukan selama 3 bulan, umumnya pengunjung lebih banyak menggunakan handphone, mengobrol, ataupun tidak melakukan hal apapun

11

selagi menunggu panggilan. Hasil wawancara yang dilakukan kepada delapan pasien yang terkait, enam dari delapan pasien mengatakan bosan karena tidak ada hiburan dan seluruh dari pasien yang diwawancara mengharapkan adanya edukasi yang dapat ditampilkan di ruang tunggu.

3. Kurang optimlanya informasi alur pelayanan persiapan operasi di unit instalansi rawat jalan poli retina

Setiap pasien yang akan mengikuti prosedur pembedahan memerlukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk memastikan kondisi umum pasien agar mencegah dampak buruk yang mungkin terjadi ketika dilakukan tindakan. Pemeriksaan penunjang lain yang umumnya perlu dilakukan oleh pasien di Rumah Sakit Mata Cicendo yang akan mengikuti prosedur pembedahan seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, konsultasi kepada dokter penyakit dalam, dokter anastesi, dan dokter anak. Informasi mengenai alur pelayanan ini umumnya diberikan oleh perawat ataupun tenaga administrasi.

Keterbatasan jumlah pegawai dengan jumlah pasien di poli retina yang perlu melakukan persiapan sebelum tindakan operasi menjadi suatu masalah yang muncul. Selain itu tingkat pengetahuan pasien yang kurang pun menyulitkan pasienuntuk mengikuti alur pelayanan. Berdasarkanhasil observasi, informasi alur pelayanan persiapan operasi hanya dijelaskan secara lisan oleh perawat yang bertugas. Selain itu terdapat satu pasien yang ditemukan gagal dilakukan tindakan injeksi IVG retina dikarenakan belum menyelesaikan semua alur pelayanan pemeriksaan.

Berdasarkan pemaparan isu yang dijelaskan, terdapat berbagai dampak yang ditimbulkan jika isu-isu tersebut tidak segera ditangani. Berikut dampak yang mungkkin ditimbulkan dari setiap isu yang ditemukan.

12

Tabel 3.2 Dampak Isu sesuai SKP

Isu Dampak apabila Isu tidak ditangani

Kurang efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun di unit instalansi rawat jalan poli lowvision

Kurang optimalnya media dan sarana edukasi bagi pasien di ruang tunggu unit instalansi rawat jalan poli rekonstruksi okuplasti dan onkologi

Kurang optimlanya informasi alur pelayanan persiapan operasi di unit instalansi rawat jalan poli retina

3.2 Penetapan Isu Aktual

Risiko tinggi terjadinya kekerasan seksual pada pasien usia 13-17 tahun di poli lowvision

Menurunkan kualitas pelayanan yang diberikan dan berdampak pada penilaian masyarakat terhadap performa Rumah Sakit

Menurunkan kualitas pelayanan serta merugikan pasien yang bersangkutan

Setelah melakukan identifikasi isu masalah yang terjadi unit instalansi Rumah Sakit Mata Cicendo, maka selanjutnya dilakukan proses pemilihan isu dengan analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan (APKL). Teknik APKL yang dibuat adalah Teknik yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu masalah dengan memperhatikan empat faktor, yaitu :

a. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga masa sekarang;

b. Problematik (P),yaitu isu yangmenyimpangdari harapan standar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya;

c. Kekhalayakan(K),yaituisuyangdiangkatsecaralangsungmenyangkuthajat hidup orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang;

d. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu prioritas.

13

Adapun setiap indikatorakan diberikan penilaian dalam bentukskor1 sampai

5untukmenentukanprioritasisuyangperludiangkat.Penjabaransetiapskor sebagai berikut:

1 : Sangat tidak mendesak/ gawat dan berdampak

2 : Tidak mendesak/ gawat dan berdampak

3 : Cukup mendesak/ gawat dan berdampak

4 : Mendesak/ gawat dan berdampak cukup buruk

5 : sangat mendesak/ gawat dan berdampak sangat buruk jika tidak tertangani

Berikut di bawah ini merupakan hasil penetapan isu dengan metode APKL

1. Kurang efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun di unit instalansi rawat jalan poli lowvision

2. Kurang optimalnya media dan sarana edukasi bagi pasien di ruang tunggu unit instalansi rawat jalan poli rekonsturksi onkologi dan oftamologi

3. Kurang optimlanya informasi alur pelayanan persiapan operasi di unit instalansi rawat jalan poli retina

SesuaihasilAnalisadenganmetodeAPKL,dansetelahberdiskusidenganrekan perawat, penanggung jawab unit instalansi low vision, serta berkonsultasi dengan mentor dan coach maka isu prioritas yang terpilih adalah “Kurang efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun di unit instalansi rawat jalan poli lowvision”.

14
No. ISU A P K L JUMLAH PRIORITAS
Tabel 3.3 Penapisan Isu berdasarkan Kriteria APKL
5 5 4 5 19 1
5 4 4 5 18 2
4 4 5 4 17 3

3.3 Latar belakang pemilihan isu

Lowvisionadalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan visual meskipun setelah mendapatkan terapi atau koreksi standar (WHO, 2021).

Sementara menurut American Optometric Association (2022) lowvisionadalah

suatu kondisi penurunan fungsi penglihatan yang terbagi mejadi dua kategori yaitu penurunan penglihatansebagain dimana seseorangmemiliki ketajaman visual antar

20/70 dan 20/200 setelah dilakukan koreksi serta kategori penurunan penglihatan

total ketika ketajaman visual tidak lebih dari 20/200 meskipun telah dilakukan

koreksi serta penurunan lapang pandang yang lebarnya tidak lebih dari 20 derajat.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan lowvisionadalah suatu

kondisi keterbatasan pengihatan atau visual, dimana meskipun telah dilakukan

koreksi konvensional hasil yang didapatkan tidak maksimal.

Prevalensi lowvisiondi dunia dapat dikategorikan banyak. Menurut data dari

WHO tahun 2021secara global terdapat 2.2 miliarorangyangmengalami gangguan penglihatan dalam kategori lowvision,dimana 1 milyar orang tersebut mengalami gangguan penglihatan dalam kondisi berat atau kebutaan dikarenakan kelainan

mata yang tidak tertangani dengan segera. Indonesia menempati posisi ke empat di dunia dengan prevalensi kebutaan atau lowvisiontertinggi yaitu sebanyak 255 juta orang(Riskesdas,2018).MenurutdataRapidAssesmentofAvoidableBlindness

(RAAB) pada tahun 2015 terdapat lima provinsi tertinggi di Indonesia dengan kasus lowvisionterbanyak yaitu Jawa Timur (4.4%), Nusa tenggara (4%), Sumatera Selatan (3.6%), Maluku (2.9%), dan yang terakhir provinsi Jawa Barat (2.8%).

Terdapat berbagai dampak yang ditimbulkan akibat dari lowvisionseperti dampak pribadi atau individu, ekonomi, serta lingkungan sekitar. Menurut WHO pada tahun 2018, dampak pribadi yang mungkin ditimbulkan khususnya pada seorang anak adalah mengalami keterlambatan pengembangan motorik, bahasa, emosional,sosial,kognitifyangakandialamiseumurhidup.Sementaraitugangguan penglihatan juga akan berdampak pada kualitas hidup seseorang, dimana orang tersebut memiliki tingkat partisipasi dan produktivitas yang lebih rendah. Selain itu seseorang yang menderita lowvisionlebih beresiko untuk mengalami kekerasan seksual.

Kekerasakan seksual adalah suatu tindakan yang mengarah pada ajakan seksual tanpa persetujuan yang dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan kekuasaan, ancaman, dan cara memaksa lainnya. Menurut data

15

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2022) jumlah

kasus kekerasan yang tercatat sejak bulan Januari hingga Mei 2022 yaitu 11.935 kasus. Jenis kasus kekerasan tertinggi yang dilaporkan adalah kekerasakan seksual (5.176 kasus) dan selanjutnya kekerasan fisik (4.017 kasus). Sementara jika

menurut kategori usia, korban kekerasan paling banyak terjadi pada usia 13 hingga

17 tahun (4.193 orang). Menurut hasil penelitian SNPHAR (2018) pada anak yang

berusia 13 hingga 17 tahun terdapat 6.31 persen (1 diantara 15 anak laki-laki) dan

9.96 persen (1 diantara 10 anak perempuan) telah mengalami kekerasakan seksual kontak.Sementara data yangdidapatkan dari SistemInformasi Online Perlindungan

Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) pada tahun 2021 telah terjadi 987 kasus

kekerasan terhadap anak penyandang disabilitas yang dialami oleh 246 anak lakilaki dan 764 anak perempuan. Anak yang menagalami keterbatasan penglihatan sejak kecil beresiko lebih tinggi untuk mengalami kekerasan seksual ketika dewasa (Marit, 2005).

Kekerasan seksual pada anak (childsexualabuse)adalah keterlibatan anak

dibawah umur dalam kegiatan seksual yang tidak sepenuhnya ia pahami dan tidak dapat memberikan informasi yang disampaikan, tanpa persetujuan anak, atau yang melanggar hukum atau tabu sosial masyarakat (WHO,2015). Kekerasan seksual terdiri dari kegiatan dengan kontak fisik (pemerkosaan atau sentuhan yang tidak diinginkan) dan tanpa kontak fisik seperti eksibisionisme (memperlihatkan alat kelamin), paparan pornografi, pelecehan secara verbal ataupun distribusi gambar intim yang bertentangan dengan kehendak seseorang (Unicef, 2014). Menurut Lando et all (2016) kekerasan seksual dalam bentuk fisik ataupun non fisik dapat dipastikan memiliki konsekuensi negatif bagi kesehatan fisik dan mental yang dapat bertahan hingga dewasa. Selain itu kekerasan seksual pada anak dapat menghambat semua perkembangan anak baik secara fisik, psikologis, dan sosial (Hillis, 2016).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kekerasakan seksual pada anak dengan disabilitas khususnya yang berusia 13 hingga 17 tahun perlu mendapatkan perhatian lebih. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan seksual sesuai dengan kondisi keterbatasan yang dimiliki. Pendidikan seksual pada anak perlu dilakukan dengan segera untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan mereka dalam menghadapi ancaman (Unicef, 2016). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah

16

(2018) dimana pendidikan seksual berpengaruh signifikan terhadap tingkat kewaspadaan kekerasan seksual. Pendidikan seksual dapat dilakukan dimanapun seperti di rumah, sekolah, rumah sakit, atau sarana lainnya.

Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan edukasi seksual kepada anak. Populasi anak dengan lowvisionyang berusia 13 hingga 17 tahun dan berobat di poli low vision RSN Mata Cicendo berjumlah cukup banyak. Menurut data resmi yang didapatkan dari instansi terkait terdapat 163 anak dalam rentang usia tersebut melakukan kunjungan dalam satu tahun terakhir (Mei 2021- Mei 2022) dari total keseluruhan 1.144 pasien. Anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 88 anak dan 75 anak berjenis kelamin perempuan. Bedasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa sebesar 10 persen pasien di poli lowvisionmemiliki risiko tinggi untuk mengalami kekerasan seksual. Sementara itu menurut wawancara yang dilakukan kepada seluruh tenaga kesehatanyangmemberikanpelayanandipolitersebut,mengatakanbahwaedukasi seksual yang dilakukan belum optimal dan belum tersedia media edukasi untuk memberikan edukasi tersebut. Selain itu di RS Cicendo sudah terbentuk tim perlindungan anak untuk melindungi pasien berusia anak dari berbagi jenis kekerasan.Akantetapi menuruthasilwawancara dari salahsatupengurus,kegiatan tim tersebut belum optimal khususnya sejak masa pandemi. Berdasarkan keterangan tersebut maka optimalisasi edukasi seksual pada anak yang berusia 13 hingga 17 tahun penting untuk dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan mencegah risiko terjadinya kekerasan seksul pada anak dengan lowvisiondi RSN Mata Cicendo Bandung.

3.4 Analisis Isu

1. Kondisi Saat Ini

Edukasi mengenai kesehatan reproduksi masih jarang disampaikan bila dibandingkan dengan topik edukasi lainnya. Selain itu tidak adanya sarana edukasi dalam bentuk apapun mengenai kesehatan reproduksi pada pada pasien di unit low vision menyebabkan pasien atau keluarga mengalami kesulitan untuk memahami dan mengingat edukasi yang diberikan.

2. Dampak jika Masalah Tidak Diselesaikan

Pasien dan keluarga akan sulit untuk memahami pendidikan kesehatan

17

reproduksi yang dijelaskan. Selain itu pasien dengan keterbatasan penglihatan akan sulit untuk mandiri mengenai perawatan reproduksi jika informasi tidak dipahami dengan baik. Risiko tinggi terjadinya kekerasan seksual juga akan meningkat karena kurangnya pemahaman dan kewaspadaan dengan keterbatasan fisik yang vdimiliki.

3. Kondisi yang Diharapkan

Pemberian edukasi mengenai kesehatan reproduksi dapat ditingkatkan dengan

berbagai upaya seperti pemaparan materi sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki pasien, serta tersedianya sarana edukasi untuk memudahakan memahami dan mengingat informasi yang diberikan.

18

Setelahdidapatkanisuprioritas,selanjutnyadilakukanidentifikasiakarpenyebabmasalahdenganmetodefishbonesebagai berikut

Man Machin e Materia

Materi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun masih

terbatas

Pelaksanaan pemberian edukasi belum sesuai

SOP

Belum tersedia media edukasi mengenai kesehatan reproduksi

Belum ada skala yang dapat digunakan untuk mengevaluasi edukasi yang

telah diberikan

Tenaga keperawatan kurang memahami materi kesehatan reproduksi

Belum adanya anggaran khusus untuk media dan sarana pelaksanaan edukasi

Method Measur e Money

Kurang efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun di unit instalansi rawat jalan poli

19
3.1.2 Diagram Fishbone
l

Dari kategori 6M pada diagram fishbone diatas, penulis mengambil kategori material, machine,man,dan measure untuk dipilih sebagai penyebab yang dapat diberikan alternatif penyelesaainnya. Poin- poin yang terdapat dari suppliers yang diambil antara lain :

1. Materi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun masih terbatas

2. Belum tersedia media edukasi mengenai kesehatan reproduksi

3. Tenaga keperawatan kurang memahami materi kesehatan reproduksi

3.5 Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung Terwujudnya Smart Governance

Setelah diambil poin-poin tentang penyebab isu selanjutnya penulis menganalisis tentang keterkaitan penyebab isu dengan kedudukan dan peran PNS untuk mendukung terwujudnya Smart Governance. Dalam melaksanakan peran dan kedudukannya, ASN memiliki 3 fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Belum efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien lowvisionserta belum adanya media terkait edukasi tersebut dapat menjadi salah satu kendala ASN dalam melaksanakan kebijakan publik yang berintegritas tinggi. Oleh sebab itu dibutuhkan gagasan kreatif yang tetap memperhatikan prinsip SMART ASN dan ASN BerAKHLAK.

3.6 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif

Alternatif pemecehan isu dilakukan bersumber dari SKP (Sasaran Kinerja

Pegawai), perintah atasan dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar

aparatur sipil negara Ber-Akhlak (Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Harmonis, Loyal,Adaptif danKolaboratif), kedudukandanperan PNS,ManajemenASN,

SMART

ASN serta diintegrasikan dengan tata nilai dan visi misi Rumah Sakit Pusat Mata

Nasional Cicendo.

Untuk mengatasi isu kurang efektifnya edukasi edukasi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 13-17 tahun di unit instalasi rawat jalan poli low visionagar dapat teratasi dan tidak menimbulkan dampak yang tidak diharapkan di kemudian hari, maka penulis mengajukan beberapa alternatif pemecahan isu

20

tersebut diantaranya :

1. Melakukan literatur review mengenai kesehatan reproduksi pada pasien low vision usia 13-17 tahun

2. Membuat media edukasi dalam bentuk leaflet dengan menggunakan huruf alphabet dan braile

3. Melakukan sosialisasi kepada pemberi layanan kesehatan yang bertugas di unit instalansi rawat jalan poli low vision mengenai edukasi kesehatan reproduksi usia 13-17 tahun

Sehingga didapatkan gagasan pemecahan isu yaitu “Optimalisasi Edukasi

Kesehatan Reproduksi dengan Media Leaflet Pada Pasien dan Keluarga Usia 13-17

Tahun di Unit Instalansi Poli Low Vision”

Tabel 3.4 Langkah-Langkah Gagasan Isu

No. Kegiatan Gagasan Pemecahan Isu Sumber

1. Melakukan koordinasi dengan mentor terkait rancangan aktualisasi yang akan disusun Inovasi

2. Melakukan literatur review mengenai kesehatan reproduksi pada pasien dengan low vision usia13-17 tahun

3. Pembuatan media edukasi berupa leaflet dalam bentuk huruf alphabet dan braile mengenai kesehatan reproduksi

4. Sosialisasi kepada perawat ruangan mengenai kesehatan reproduksi pada pasien low vision usia 13-17 tahun menggunakan media edukasi yang telah dibuat

5 Melakukan uji coba edukasi kepada pasien dan keluarga menggunakan media yang telah dibuat

Inovasi

Inovasi

21
SKP
SKP

BAB IV RANCANGAN AKTUALISASI

4.1 Rancangan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar PNS

4.1.1 Nilai-nilai Dasar PNS

Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasipengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah melalui surat edaran menteri PAN RB (2021) telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core valuestersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai seluruhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini pun yang perlu diterapkan dalam tahapan aktualisasi, diana setiap gagasan kreatif yang diajukan haruslah sesuai dengan corevaluesseorang ASN.

Adapun penjelasan dari setiapcore values yangada dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Tabel CorevaluesASN

Berorientasi Pelayanan Pelayanan yang diberikan haruslah didasari dengan memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat serta mampu melakukan perbaikan tiada henti untuk meningkatkan pelayanan yangdiberikan.

Akuntabel Akuntabilitas merujuk padakewajibansetiapindividu,kelompokatau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakankepadanya.DiharapkansetiapASNmampu melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi

Kompeten ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja. ASNjuga harusmembantuoranglaindalambelaja dan selalu melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik

Harmonis Seorang ASN haruslah dapat menciptakan suasana yang harmonis dalam lingkungan kerja. Suasana yang harmonis tersebut akan

22

membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis adalah tidak membeda-bedakan orang berdasarkan latar belakangnya.

Loyal SebagaiseorangASNloyaldapatdimaknaisebagai kesetiaan,cita-cita organisasi, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyal dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.

Adaptif Dalam aspek adaptif ASN harus memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Seorang ASN harus selalu berinovasi, antusias terhadap perubahan, dan proaktif.

Kolaboratif Kolaborasi adalah suatu kesediaan bekerja sama dan sinergi untuk hasil yang lebih baik. Setiap ASN haru s terbuka dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah yang dapat meningkatkan pelayanan yang diberikan.

4.1.2 Rencana Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Aktualisasi

Unit Kerja : Instalansi Rawat Jalan RS Mata Cicendo

Identifikasi Isu : Kurang efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien dan keluarga usia 1317 tahun di unit instalansi rawat jalan poli low vision.

Kurang optimalnya media dan sarana edukasi bagi pasien di ruang tunggu unit instalansi rawat jalan poli rekonstruksi okuplasti dan onkologi

Kurang optimalnya informasi alur pelayanan persiapan operasi di unit instalansirawat jalan poli retina

23

Matriks rancangan aktualisasi yang disusun dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

koordinasi dengan mentor terkait rancangan aktualisasi

yang akan disusun

1.1Menentukan kontrak pertemuan

1.2

gagasan yang diajukan mengenai edukasi kesehatan reproduksi

1.1Mendapatkan waku dan tempat untuk bertemu

1.2Gagasan tersampaikan dan mendapatkan saran yang membangun terkait gagasan yang diajukan

1.3

saran dan usulan perbaikan dan persetujuan/ dukungan pada lembar konsultasi

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

Berorientasi Pelayanan

Menenerapakan 5S dan

komunikasi efektif saat

berkomunikasi dengan

mentor

Akuntabel

Datang tepat waktu sesuai

dengan kesepakatan yang

telah dibuat

Kompeten

Setelah mendapatkan saran

dari mentor, maka saya akan

mengerjakan tugas dengan

sebaik mungkin

Harmonis

Menerima dan menghargai

saran yang diberikan serta

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

Konsultasi yang

terjalin merupakan

bentuk gotong

royong sesuai

dengan landasan

visi rumah sakit

yaitu To Be ExcellentEyeCare.

Penguatan nilai organisasi

Sesuai dengan

nilai organisasi

Inovatif , yaitu

selalu

mempunyai ide / gagasan baru

dan berorientasi

untuk

memberikan solusi yang

optimal untuk

memenuhi

kebutuhan

pelanggan

pasien serta

berorientasi

terhadap

kemajuan

24
Tabel 4.2 Matriks Rancangan Aktualisasi No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output 1. Melakukan Berdiskusi mengenai 1.3 Evaluasi hasil bimbingan yang telah dilakukan Mendapatkan

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

menghargai mentor ketika

sedang melakukan diskusi

Loyal

Mengajukan rancangan

aktualisasi dengan

menggunakan data yang

akurat dan sesuai dengan

kondisi di Rumah Sakit.

Adaptif

Menerima saran dari mentor

jika ada perubahan dan siap

membuat perubahan

rancangan aktualisasi

Kolaboratif

Berdisuksi dengan mentor

untuk dapat membuat

rancangan aktualisasi yang

terbaik

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

Penguatan nilai organisasi

25
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output

2.

2.1 Mendapatkan

literatur review

mengenai

kesehatan reproduksi pada pasien lowvisionusia

13-17 tahun

katakuncidan database

yang akan

digunakan untuk mendapatkan

literatur yang

sesuai

2.2Melakukan

pencarian

sesuai dengan

katakuncidan

database

yang telah

dibuat sebelumnya

dan menyortir

literatur yang

sesuai dan

akan

diguanakan

kata kunci dan databaseyang

sesuai sehingga

literatur yang

didapatkan

beragam dan berkualitas

2.2Mendapatkan

literatur sesuai

dengan yang

diharapan dan bermanfaat

untuk edukasi

yang diberikan

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

Berorientasi Pelayanan

Mencari literatur sesuai

dengan kebutuhan pasien

Akuntanbel

Tidak melakukan plagiarisme

Kompeten

Setiap literatur yang

didapatkan akan dirangkum

untuk menambah

pengetahuan terkait topik

kesehatan reproduksi

Harmonis

Menggunakankata-katayang

sopan dan efektif jika perlu

menghubungi pihak lain

untuk dapat mengakses

literatur yang dibutuhkan

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

Untuk mewujudkan

visi Rumah Sakit

yaitu “to be excellent

eye care” maka

seluruhpetugasyang

bekerja harus

memiliki kompetensi

yang baik dan

memiliki sifat yang

terus ingin belajar.

Penguatan nilai

organisasi

Berupaya untuk

menambah

wawasan

dengan

menggunakan

kemajuan

teknologi adalah

nilai dari

organisasi

professional dan visioner.

Pada kedua nilai

tersebut setiap

pegawai

diharapkan

mampu

berinovasi

dengan

kemajuan

teknologi yang

ada dan selalu

berkomitmen

26
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Melakukan 2.1 Menentukan
Loyal

2.3Merangkum

setiap informasi

penting dari

literatur yang

didapatkan

dan menyusunnya

dalam satu

makalah

2.3Rangkuman

dapat

diselesaikan

untuk

mempermudah

mengingat hal-

hal penting

yang

didapatkan dari

setiap literatur

dan

mempermudah

pembuatan

sarana edukasi

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

Mencari literatur dengan

maksimal sehingga informasi

yang

beragam

Adaptif

didapatkan lebih

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

Penguatan nilai

organisasi

untuk

meningkatkan

kompetensi

yang dimiliki.

Memanfaatkan transformasi

media digital dalam

melakukan pencarian literatur

Kolaboratif

Menghubungi pihak terkait

jika terdapat literatur yang

tidak dapat diakses secara

bebas.

3 Pembuatan media edukasi leaflet mengenai

3.1Membuat

desain dan konsep media

leaflet yang

akan dibuat

3.1Konsep media

leaflet yang

akan dibuat

sudah

terbentuk

Berorientasi Pelayanan

Membuat rancangan media

leaflet yang mudah dipahami

dan bermanfaat bagi pasien

Pembuatan media

edukasi dalam

bentuk leaflet dapat

meningkatkan

pelayanan yang

Sesuai dengan

nilai visioner

dimana, setiap

pegawai

27
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output

kesehatan

reproduksi

pada pasien

lowvision

menggunakn

huruf

alphabet dan braille.

rencana

konsep media

leaflet yang

akan dibuat

kepada coach, mentor, dan

kepala

penanggung

jawab poli low vision

3.2Konsep yang

telah dibuat

tersampaikan

dan dipahami

serta

mendapatkan

kritik dan saran

terkait konsep yang ada

sehingga

didapatkan

konsep yang

lebih baik.

3.3Pihak

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

Akuntabel

Membuat media leaflet

dengan penuh tanggung

jawab dan mengerjakan

dengan maksimal

Kompeten

Membuat media leaflet

sesuai dengan informasi

literatur yang didapatkan

Harmonis

Menerapkan 5S dan

komunikasi efektif ketika

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

diberikan. Jika

pelayanan yang

diberikan semakin

baik maka visi

Rumah Sakit yaitu

“Eye care for everyone seeing better worl” dapat tercapai.

Penguatan nilai

organisasi

diharapkan

senantiasa

memiliki

pandangan ke

depan dan citacita luhur untuk

menjadi pribadi

yang unggul, mampu

memenuhi

harapan orang

lain dan memiliki

keyakinan serta

kerja sama

dengan pihak

lain, terkait pembuatan

leaflet

menggunakan

huruf braille

bersangkutan

dapat

bekerjasama

dengan baik

dalam

pembuatan

media leaflet

berdiskusi dengan mentor

ataupun penanggung jawab

poli low vision

Loyal

Media yang dibuat sesuai

dengan pedoman yang

kemampuan

mewujudkan

kehidupanyang

lebih baik.Selain

itu pembuatan

media edukasi

merupakan

28
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output 3.2Mengajukan 3.3Melakukan

3.4Membuat

leaflet sesuai

dengan

konsep yang

telah

disepakati

3.5Pengajuan

publikasi

media edukasi

ke bagian

Promosi

Kesehatan

Rumah Sakit (PKRS)

3.4Leaflet edukasi

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

terbentuk dimiliki oleh Rsdan sesuai

norma yang berlaku

Adaptif

Membuat inovasi media

leaflet dengan menggunakan

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

Penguatan nilai

organisasi

perwujudan dari

nilai Inovatif dan

Proaktif

dimanamedia

edukasi

yang dibentuk

3.5Pihak promosi

kesehatan RS

dapat menyetui

dan

mempublikasi

leaflet yang

telah dibentuk

huruf braille yang belum

pernah digunakan

sebelumnya

Kolaboratif

Melakukan kerjasama

dengan pihak percetakan

braille serta promkes RS

dalam pembuatan dan

publikasi media leaflet.

dapat menjawab

kebutuhan

pasien

4 Melakukan

sosialisasi

kepada tenaga

kesehatan yang

4.1 Meminta izin

kepada kepala

instlasi rawat

jalan dan

penanggung

jawab poli low

4.1 Mendapatkan

izin dan kontrak

waktu serta

tempat untuk

dilakukan sosialisasi

Berorientasi Pelayanan

Melakukan kegiatan

sosialisasi yang tidak

mengganggu jadwal

pelayanan

Melakukan sosialisasi

edukasi kepada

rekan kerja

merupakan suatu

kegiatan yangsangat

bermanfaat sehingga

Kegiatan ini

sesuai dengan

nilai

professional, dimana setiap

pegawai RS

29
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output

memberikan

pelayanan di

poli low vision

mengenai

kesehatan

reproduksi

pada pasien

usia 13-17

tahun

menggunakan

media

edukasi yang

telah dibuat

vision untuk

melakukan

sosialisasi

serta

melakukan

kontrak

pertemuan.

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

Akuntabel

Melakukan sosialisasi sesuai

dengan SOP yang ada.

Kompeten

Materi yang diberikan saat

sosialisasi bermanfaat bagi

tenaga kesehatan lain untuk

meningkatkan kompetensi

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

seluruh pegawai

dapat

mengembangangkan

kompetensinya

untuk memberikan

pelayanan yang

semakin bermanfaat

bagi pasien. Dengan

memiliki seluruh

pegawai yang

Penguatan nilai

organisasi

diharapkan

kompeten, bersemangat, bertanggung

jawab, dan selalu

memberikan

solusi serta hasil terbaik.

sosialiasi mengenai materi edukasi

kesehatan reprodukasi

pada pasien

low vision usia

13-17 tahun

kepada tenaga

kesehatan yang memberikan

sosialisasi dapat

berjalan dengan lancar.

Informasi yang

diberikan dapat

dipahami oleh

tenaga

kesehatan yang

mengikuti

sosialisasi. Bukti

kegiatan

didapatkan dari

daftar

Harmonis

Menerapkankomunikaisyang

efektif dan menghargai rekan

kerja jika terdapat saran atau

kritik dari sosialisasi yang

dilakukan Loyal

Waktu dilakukan kegiatan

sosialisasi disepakati bersama

dan tidak merugikan pihak

lain

kompeten maka visi

Rumah Sakit dapat

dengan mudah tercapai.

30
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Mata Cicendo 4.2 Melakukan 4.2 Kegiatan

pelayanan di poli lowvision

menggunakan

media edukasi

yang telah dibuat

4.3 Melakukan diskusi mengenai topik edukasi yangdiberikan

dengan rekan kerja.

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

kehadiran dan foto kegiatan Adaptif

Siap melakukan perubahan

media leaflet jika terdapat

saran dari rekan kerja yang

dapat meningaktkan kualitas

leaflet

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

Penguatan nilai organisasi

5 Melakukan edukasi kesehatan reproduksi pada pasien

low vision

5.1Mencari pasien yang sesuaidengan kriteria pemberian edukasi

4.3 Mendapatkan masukan dan persamaan persepsi terkait sosialisasi yang diberikan.

5.1Didapatkan pasien yang

sesuai dengan kriteria

Kolaboratif

Bekerjasama dengan pihak

terkait untuk melaksanakan

kegiatan sosialisasi

Berorientasi Pelayanan

Edukasi dilakukan dengan

tetap memperhatikan kondisi

pasien dan sesuai dengan

kesepatakan bersama

Melakukan kegaitan

edukasi sesuai

dengan kebutuhan pasien dapat

meningkatkan

kualitas pelayanan

Melakukan edukasi adalah

salah satu perwujudan nilai proaktif, dimana

31
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output

usia 13-17

tahun

menggunakan

media yang

telah dibuat

5.2Mengkaji tingkat pemahaman pasien dan

keluarga

mengenai

kesehatan

reproduksi

dengan

memberikan kuesioner

pengetahuan pasien

mengenai

kesehatan

reproduksi sebelum

dilakukan edukasi

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

Akuntabel

Menyampaikan edukasi yang

informasinya akurat dan

dapat dipertanggung

jawabkan.

Kompeten

Memberikan edukasi

menggunakan bahasa yang

mudah dipahami sehingga

edukasi dapat dipahami

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

yang diberikan.

Selain itu kegiatan

edukasi yang

diberikan tanpa

membedakan latar

belakang pasien

akan sangat

bermanfaat bagi

pasien dalam

menjalankan

aktivitasnya. Hal ini

Penguatan nilai

organisasi

karyawan dapat

memberikan

solusi terbaik

pada setiap

permasalahan

yang dialami

oleh pasien.

Selain itu

melakukan

tugas dengan

baik sesuai

5.3Edukasi tersampaikan,

dengan baik

Harmonis

Memberikan kesempatan

kepada pasien untuk

berdisuksi mengenai topik

sesuai dengan salah

satu misi rumah

sakit mata cicendo

yaitu eye care dan foreveryone

dengan

kewenagan yang ada

merupakan

salah satu

5.4Melakukan

5.4Persamaan

edukasi yang diberikan

Loyal

Edukasi yang dilakukan tetap

mengikuti SOP yang ada

perwujudan nilai profesional

32
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output 5.2Data tingkat 5.3Memberikan edukasi menggunakan media leaflet yang telah dibuat pasien mengikuti kegiatan edukasi. diskusi mengenai topik edukasi yang telah diberikan persepsi terkait sosialisasi yang diberikan.

5.5Melakukan

evaluasi

dengan

mengkaji

kembali

tingkat

pengetahuan

pasien setelah

edukasi

dengan

memberikan

kuesioner

5.5Data tingkat

pengetahuan

pasien

mengenai

kesehatan

reproduksi

setelah

dilakukan

edukasi

Keterkaitan Substansi Mata

Pelatihan

Adaptif

Memberikan edukasi

menggunakan media leaflet

braille

Kolaboratif

Melakukan kerja sama

dengan pihak penanggung

jawab poli low vision dalam

memberikan edukasi kepada

pasien.

Kontribusi

terhadap visi-misi

rumah

sakit

Penguatan nilai

organisasi

33
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output

4.2 Penjadwalan

1. Melakukan koordinasi dengan mentor terkait rancangan aktualisasi yang akan disusun

2. Melakukan literaturreviewmengenai kesehatan reproduksi pada pasien lowvision usia 13-17 tahun

3. Melakukan pembuatan media edukasi leaflet mengenai kesehatan reproduksi pada pasien lowvisionusia 13-17 tahun menggunkan huruf alphabet dan braille.

4. Melakukan sosialisasi kepada perawat yang bertugas di poli lowvisionmengenai kesehatan reproduksi pada pasien lowvision usia 13-17 tahun

5. Melakukan uji coba edukasi kesehatan reproduksi usia 13-17 tahun pada pasien lowvisiondan keluarga

6. Melakukan evaluasi kegiatan yang dilakukan

7. Penyusunan laporan aktualisasi

34
No Kegiatan Bulan Juli Agustus Sep tember 4 1 2 3 4 1
Tabel 4.3 Jadwal Rencana Kegiatan

4.3 Pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Aktualisasi

Tabel 4.4 Pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Aktualisasi

No. Pihak Peran dalam Aktualisasi

1. Mentor Memfasilitasi dalam melakukan diskusi, dan membantu dalam melakukan kegiatan aktualisasi

2. Penanggung jawab poli low vision

3. Pihak promosi kesehatan rumah sakit

Memberikan saran terkait edukasi dan media yang diberikan, membantu koordinasi sosialisasi yang akan dilakukan

Memfasilitasi dalam melakukan publikasi pembuatan leaflet

4. Tenaga kesehatan di poli low vision Mengikuti sosialisasi yang dilakukan

5. Pihak percetakan braille Membantu dalam pembuatan media leaflet dalam huruf braille

6. Pasien Low vision berusia 13-17 tahun

Menjadi peserta dalam melakukan uji coba efektivitas edukasi yang diberikan

35

DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association. Low Vision and Vision Rehabilitaion. https://www.aoa.org/healthy-eyes/caring-for-your-eyes/low-vision-and-visionrehab?sso=y (diakses pada tanggal 9 Juli 2022).

Bowling B. 2016. Kanski’s Clinical Opthalmology a Systemic Approach. Eight Edition. China: Elsevier, pp. 862-873.

Bustami M, Rattu AJ, Saerang JS. 2015. Analisa lama waktu tunggu pelayanan pasien rawat jalan di balai kesehatan mata masyarakat propinsi Sulawesi Utara. Jurnal e-Biomedik.1:1-12.

Celik, A.K.,Haddoud,M. Y., Onjewu,A.-K. E.,& Jones,P.(2019). Managerial Attributes and Collaborative Behaviours as Determinants of Export Propensity: Evidence from TurkishSMEs. Contemporary Issues in EntrepreneurshipResearch, 33–49. doi:10.1108/s2040-724620190000010004

Departemen Kesehatan RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Jakarta : DepkesRI

Ilyas S, Yulianti SR.2015. Ilmu penyakit mata,edisi 5. Jakarta:Badan Penerbit FKUI, 1296.

Irawan denny. 2017. COLLABORATIVE GOVERNANCE (Studi Deskriptif Proses Pemerintahan Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya). Kebijakan danManajemen Publik. Volume 5, Nomor 3,September –Desember 2017.

KementerianKesehatanRI(KemenkesRI).2008.PeraturanMenteriKesehatanRINomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI

Kwun, Marit. 2005. Experiences of Cildhood Sexual Abuse among Visually Impaired Adults in Norway: Prevalence and Characteristics. Norway: JVIB. Volume 99, Nomor 1, Januari 2005.

Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2021. Modul Akuntabel. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2021. Modul Harmonis. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

LembagaAdministrasiNegara(LAN).2021.ModulLoyal.Jakarta:LembagaAdministrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2021. Modul Adaptif. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

36

Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2021. Modul Kolaboratif. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2021. Modul Kompeten. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2021. Manajemen ASN. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2021. Modul Smart ASN. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun2021tanggal 26 Agustus2021 tentang Implementasi Core Values dan EmployerBranding Aparatur Sipil Negara.

UNICEF: Sexual Violence Against Children. 2014. https://www.unicef.org/protection/sexual-violence-against-children (diakses pada tanggal 9 Juli 2022).

WHO: BlindlessandVisionImpairment. 2021. https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/blindness-and-visual-impairment (diakses pada tanggal 9 Juli 2022)

37

RANCANGAN AKTUALISASI

Optimalisasi Edukasi Kesehatan

Reproduksi Dengan Pembuatan Media

Leaflet Pada Pasien & Keluarga Usia

13-17 Tahun di Poli Klinik Low Vision

Rumah Sakit Mata Cicendo

Filiyanti Halim, S.Kep.,Ners 199707232022032004

Isu
Aktualisasi
Contents Profil RSN Mata Cicendo Pendahuluan Analisis
Rancangan

RS Mata Cicendo

• Integritas

• Proaktif

• Inovatif

• Visioner

• Istiqomah

• Profesional

Profil
VISI To Be Excellent Eye Care MISI Eye Care Better World TATA NILAI

Latar Belakang

Tugas, peran,fungsi ASN

Nilai ASN BerAKHLAK

Pelatihan Dasar CPNS

Kegiatan Aktualisasi

No

Tugas Pokok Jabatan

Tugas Pokok

1 Melakukan pengisian EMR pasien rawat jalan dengan

lengkap

2 Melakukan pendokumentasian asesmen keperawatan pasien

rawat jalan

3 Melakukan pengecekan kelengkapan penunjang pasien

rawat jalan

4 Melaksanakan edukasi pada pasien rawat jalan

5 Melaksanakan pengambilan waktu tunggu rawat jalan

6 Melaksanakan identifikasi secara tepat pasien rawat jalan

7 Melakukan pemasangan gelang kuning pada pasien risiko jatuh tinggi pada pasien rawat jalan

Analisis Isu

Low vision adalah kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan visual meskipun telah mendapatkan terapi atau koreksi standar (WHO, 2021)

5176 kasus pelecehan seksual Januari-Mei 2022

13-17 tahun

4.193 anak

987 penyandang disabilitas

SIMFONI PPA 2021

Kurang efektifnya edukasi kesehatan reproduksi pada pasien & keluarga usia 13-17 tahun di unit poli low vision

Edukasi kesehatan reproduksi belum optimal

100%

Belum tersedia media edukasi kesehatan reproduksi

167 anak berobat di poli low vision

Mei 2021-Mei 2022

14.2%

Dampak: risiko tinggi terjadi kekerasan seksual meningkat

Ruang tunggu instalansi rawat jalan merupakan suatu tempat

yang berfungsi sebagai penerima dan tempat menunggu pengunjung sebelum medapatkan pelayanan kesehatan

3.539 pasien

707 pasien/ bulan

Wawancara

6/8 Bosan karna

tidak ada hiburan

8/8

Disediakan media edukasi

yang dapat

ditampilkan

Kurang optimalnya media dan sarana edukasi bagi pasien di ruang tunggu poli OkuplastiRekonstruksi Onkologidan

Kurang optimalnya informasi alur pelayanan persiapan operasi di unit

poli retina

Persiapan yang diperlukan

cukup banyak

Jumlah tenaga pemberi

informasi terbatas

Tidak ada media

pengingat

Terdapat 1 pasien batal

dilakukan tidakan karena

pesiapan operasi belum

selesai dilakukan

Diagram Fishbone

Gagasan Kreatif

Optimalisasi Edukasi Kesehatan

Reproduksi Dengan Pembuatan Media Leaflet Pada Pasien & Keluarga Usia 13-17 Tahun di Poli

Low Vision

Kegiatan Aktualisasi

Jadwal Kegiatan

Pihak yang Terkait

Rancangan Aktualisasi

Kegiatan Aktualisasi

Melakukan literatur review

mengenai kesehatan reproduksi

usia 13-17 tahun dengan low

vision

Sosialisasi kepada tenaga kesehatan yang memberikan layanan di poli low vision menggunakan media yang dibuat

Step 1

Step 2

Step 3

Step 4

Step 5

Melakukan koordinasi

dengan mentor terkait

rancangan aktualisasi

yang akan disusun

Pembuatan media

edukasi leaflet dalam

bentuk huruf alphabet

dan braille

Melakukan edukasi

kepada pasien & keluarga menggunakan media edukasi yang

dibuat

Koordinasi dengan mentor terkait rancangan aktualisasi yang akan disusun

Berdiskusi mengenai

gagasan yang diajukan

Waktu & tempat bertemu

BERorientasi

Pelayanan:

menerapkan 5S, komunikasi

efektif

Akuntabel: Datang

tepat waktu

Menentukan kontrak pertemuan

Evaluasi hasil bimbingan yang

telah dipelajari

Kompeten:

mengerjakan

tugas sebaik

mungkin

Gagasan

tersampaikan dan mendapat

saran

Harmonis:

menghargai

saran yang

diberikan

Persetujuan dan ttd di lembar konsultasi

Loyal: penggunaan data yang

akurat&sesuai

Adaptif: menerima

saran

Kolaboratif: berdiskusi

Gotong royong→ Excellent Eye Care Inovatif (mempunyai ide untuk memberikan solusi)
1

Melakukan literatur review mengenai kesehatan reproduksi usia 13-17 tahun

Menentukan

kata kunci dan databse yang

akan digunakan

Melakukan

pencarian pada beberapa database

Merangkum informasi yang

didapatkan

Katakunci dan database

didapatkan

BERorientasi

Pelayanan:

mencari

literatur sesuai

kebutuhan pasien

Akuntabel: Tidak

melakukan

plagiarisme

Literatur yang

sesuai

Kompeten:

mencari

literatur untuk

meningkatkan

kompetensi

Terus ingin belajar→

Excellent Eye Care

Harmonis:

menggunakan

kata-kata yang sopan

Rangkuman

hasil dari

literatur yang ada

Loyal: Mencari

literatur dengan

maksimal

Adaptif:

Memanfaatkan

transformasi digital

Professional dan Visioner

Kolaboratif: Menghubungi pihak terkait untuk mengakses literatur

2

Pembuatan media leaflet menggunakan huruf alphabet dan braille 3

Membuat desain

dan konsep media leaflet

Diskusi desain

&konsep media

dengan mentor

Kerjasama dengan

pihak lain dalam

pembuatan leaflet

menggunakan huruf

braille

Konsep media

leafet yang

akan dibuat

BERorientasi

Pelayanan: media

mudah dipahami

dan bermanfaat

Kritik dan saran terkait media leaflet

Akuntabel:

Bertanggung

jawab & mengerjakan

dengan

maksimal

Kerjasama dalam

pembuatan media

leaflet

menggunakan

huruf braille

Membuat leaflet

sesuai dengan

konsep yang telah

disepakati

Media leaflet

terbentuk

Pengajuam publikasi media

leaflet ke bagian promosi kesehatan RS

Kompeten: media leaflet

yang

berkualitas

Meningkatkan kualitas pelayanan→

Eye care for everyone

Harmonis:

komunikasi

efektif

Loyal:

Mengikuti

pedoman SOP

yang ada

Adaptif: Membuat

inovasi media

leaflet

Media dapat

disetujui dan dipublikasi

Kolaboratif: kerjasama publikasi media leaflet

Visioner dan Proaktif

Sosialiasi

Meminta izin untuk melakukan sosialisasi

Melakukan

sosialisasi

Melakukan disuksi

Saran terkait

Izin untuk melakukan sosialisasi

BERorientasi

Pelayanan: waktu

sosialisasi

tidak mengganggu

jadwal pelayanan

Akuntabel:

Dilakukan

sesuai SOP

yang ada

Daftar kehadiran, foto kegiatan

Kompeten:

meningkatkan

kompetensi

tenaga

kesehatan

lainnya

Terus ingin belajar→

Excellent Eye Care

Harmonis: komunikasi

efektif, dan saling

menghargai

edukasi

kesehatan

reproduksi

Loyal: Waktu disepakati

bersama

Adaptif: Siap

melakukan revisi

Professional dan Visioner

Kolaboratif: pihak terkait untuk melaksanakan sosialisasi

4
kepada petugas kesehatan yang memberi pelayanan di poli klinik low vision

Edukasi mengenai kesehatan reproduksi usia 13-17 tahun pada pasien low vision 5

Mencari pasien

yang akan

diberikan edukasi

sesuai dengan

kriteria

Didapatkan

pasien sesuai

dengan

kriteria

BERorientasi

Pelayanan: fokus

pada kondisi dan

kebutuhan pasien

Mengkaji tingkat

pengetahuan

sebelum dilakukan

edukasi

Memberikan

edukasi

menggunakan

leaflet yang

telah dibuat

Melakukan diskusi

mengenai topik

edukasi

Melakukan

evaluasi terkait

efektivitas

edukasi yang

diberikan

Tingkat

pengetahuan

diketahui dengan

mengisi kuisioner

Akuntabel:

Informasi

akurat& dapat

dipertanggung

jawabkan

Edukasi

tersampaikan, foto kegiatan

Kompeten:

penjelasan

materi yang

mudah dipahami

Meningkatkan kualitas pelayanan→

Eye care for everyone

Harmonis:

memberikan

waktu untuk

berdisuksi

Tanya jawab

denga pasien

serta keluarga

Loyal:

Mengikuti

pedoman SOP

yang ada

Adaptif:

Membuat

inovasi media

edukasi

Tingkat

pengetahuan

diketahui dengan

mengisi kuisioner

Kolaboratif:

kerjasama

pelaksanaan

kegiatan

edukasi

Proaktif dan Professional
Juli Agustus September 4 1 2 3 4 1 Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3 Kegiatan 4
Kegiatan 5
Jadwal Kegiatan

Pihak Terkait

Pihak percetakan braille

Mentor

PJ Poli Low Vision

PKRS

Tenaga Kesehatan di Poli Low vision

Pasien

Thanks!

Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.